• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ransum Berbasis Pucuk Tebu Pucuk Batang Jagung Dan Pucuk Daun Ubi Kayu Dengan Penambahan Starbio Terhadap Performans Domba Sei Putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Ransum Berbasis Pucuk Tebu Pucuk Batang Jagung Dan Pucuk Daun Ubi Kayu Dengan Penambahan Starbio Terhadap Performans Domba Sei Putih"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK TEBU PUCUK BATANG JAGUNG DAN PUCUK DAUN UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN STARBIO TERHADAP

PERFORMANS DOMBA SEI PUTIH

SARAH NANDA HARAHAP

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK TEBU PUCUK BATANG JAGUNG DAN PUCUK DAUN UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN STARBIO TERHADAP

PERFORMANS DOMBA SEI PUTIH

SKRIPSI

Oleh:

SARAH NANDA HARAHAP 050306033

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK TEBU PUCUK BATANG JAGUNG DAN PUCUK DAUN UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN STARBIO TERHADAP

PERFORMANS DOMBA SEI PUTIH

SKRIPSI

Oleh:

SARAH NANDA HARAHAP 050306033 / PRODUKSI TERNAK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis dan karena rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Adapun judul dari proposal ini adalah “Uji Ransum Berbasis Pucuk Tebu, Pucuk Batang Jagung, dan Pucuk Daun Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio Terhadap Performans Domba Sei Putih” yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti penelitian di Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi.MS selaku ketua komisi pembimbing penulis dan Ibu Ir.Tri Hesti Wahyuni.Msc selaku anggota komisi pembimbing penulis yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Mei 2010

(6)

DAFTAR ISI

Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak ... 6

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penampilan bobot lahir ... 5

Tabel 2. Daftar kebutuhan zat gizi dalam makanan domba ... 9

Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung ... 12

Tabel 4. Kandungan energi, nutrisi dan limbah ubi kayu ... 14

Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 16

(8)
(9)
(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pembangunan dewasa ini jumlah penduduk semakin meningkat, juga tingkat pengetahuan dan pendapatan /kapita, maka terjadi pergeseran permintaan terhadap daging berkualitas baik. Permintaan tersebut cenderung semakin meningkat. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan produksi ternak harus diusahakan. Untuk mendorong kegiatan usaha sub sektor peternakan tersebut petani perlu melaksanakan usaha dengan berorientasi pada pasar. Untuk peternakan skala kecil orientasinya adalah pasar domestik, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi dalam negeri, sedangkan bagi peternakan skala besar orientasinya adalah ekspor atau pasar nasional. Maka untuk mendorong usaha peternakan yang berorientasi pasar tersebut, pemeliharaan ternak domba merupakan cara yang efektif dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat yaitu mampu meningkatkan pendapatan peternak berpenghasilan rendah. Ternak domba juga mudah dipelihara, biaya pemeliharaannya tidak begitu besar, dapat dijual sewaktu-waktu dan mudah beradaptasi dengan lingkungan (Dwiyanto et al., 1996).

(11)

memiliki peran yang cukup penting dan berpotensi dalam penyediaan pakan tambahan dan sebagai pengganti rumput bagi ternak ruminansia terutama pada waktu musim kemarau. Wilayah Indonesia beriklim tropis, sangat berpengaruh terhadap produktifitas ternak. Iklim tropis mempengaruhi ketersediaan bahan pakan khususnya hijauan yang merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Pada musim kemarau rumput-rumputan terganggu pertumbuhannya sehingga pakan hijauan yang tersedia akan kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Bahkan di daerah-daerah tertentu rumput pakan ternak akan kering dan mati. Akibat yang timbul adalah kekurangan pakan hijauan. Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan hijauan, peternak dapat memanfaatkan limbah dari sektor pertanian seperti halnya jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, daun ubi kayu dan daun ubi jalar sebagai pakan ternak.

(12)

Tujuan Penelitian

Untuk menguji respon pemberian pakan yang berbasis hasil samping perkebunan dan limbah pertanian dengan penambahan starbio terhadap performans domba Sei putih.

Hipotesis Penelitian

Pemberian ransum berbasis pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk daun ubi kayu dengan penambahan starbio dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian domba.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai upaya alternatif dalam pemanfaatan hasil sampingan perkebunan dan limbah pertanian.

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Sei Putih (Hair Sheep)

Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat popular dikalangan petani di Indonesia. Jenis ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah dikembangbiakan, dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta memerlukan modal yang relatif sedikit dibanding ternak yang lebih besar (Setiadi dan Inounu, 1991).

Secara rinci ternak domba yang digunakan adalah domba sei putih yang merupakan genotip baru yang diperkenalkan oleh Pusat Penelitian dan Peternakan Sei putih. Genotip tersebut mempunyai performans yang lebih baik dibandingkan dengan domba lokal Sumatera 50%, domba St.Croix (Virginia Island) 25%, dan domba Barbados Blackbelly 25%. Beberapa keuntungan atau kelebihan yang diperoleh dari domba Sei putih antara lain yaitu produktivitasnya lebih tinggi daripada domba lokal Sumatera (40% lebih tinggi), yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang tinggi, adaptasi yang baik terhadap lingkungan dan wolnya lebih sedikit dari pada domba lokal Sumatera (Gatenby and Batubara, 1994).

Menurut Tomaszewska et al. (1993) secara umum ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, antara lain:

1. Cepat berkembang biak dengan dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali setahun.

(14)

3. Pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan merasa tajam sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan.

4. Dapat memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk membeli keperluan pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak.

Penampilan domba Sei putih dan domba lokal Sumatera dapat dilihat dari tabel 1. dibawah ini :

Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sungei Putih dan Lokal Sumatera (kg).

No. Karakteristik Sei putih Sumatera 1) Bobot Lahir

A. Jantan 2,52 1,71 B. Betina 2,35 1,64 2) Bobot Sapih : Umur 90 Hari (kg)

A. Jantan 12,62 9,25 B. Betina 11,50 8,14 3) Bobot Umur 6 Bulan (kg)

A. Jantan 19,06 18,45 B. Betina 19,71 15,16 4) Bobot Umur 12 Bulan (kg)

(15)

Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering rumput disebabkan oleh beda kualitas, daya cerna dan spesies tanaman (Devendra and Burns, 1970). Sedangkan pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan makanan sangat parah akan menyebabkan hewan kehilangan berat badannya (Tillman et al., 1984).

Ternak yang masih muda membutuhkan lebih sedikit makanan dibanding ternak yang lebih tua untuk setiap unit pertambahan bobot badan. Sebab pertambahan bobot badan hewan muda sebagian disebabkan karena pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ vital, sedangkan untuk ternak yang lebih tua pertambahan bobot badan tersebut disebabkan karena perletakan lemak (Parakkasi, 1995).

Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen atau pengelolaan yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa laja pertambahan robot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa.

(16)

mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya, dan alat-alat tubuh. Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti. Pola seperti ini menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (berbentuk S). tahap puncak pertumbuhan terjadi saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Tillman et al., 1984).

Kurva pertumbuhan sigmoid Bobot badan (kg)

70 60 50 40 30 20 10

0 10 20 30 40 50 60 70 Umur (minggu) Gambar 1. Kurva Sigmoid Pertumbuhan pada Domba

Konsumsi Pakan Ternak Domba

(17)

kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan. Dalam dunia peternakan tingkat konsumsi mungkin dapat pula disamakan dengan palatabilitas (Parakkasi, 1995).

Palatabilitas merupakan sifat performans bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang dapat menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin / pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan phosphor (P) lebih tinggi (Departemen Pertanian, 2002)

Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa jumlah konsumsi pakan adalah merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi. Namun kualitas pakan juga berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan.

(18)

Kebutuhan zat gizi dalam makanan domba dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Daftar kebutuhan zat gizi dalam makanan domba.

BB BK ENERGI PROTEIN Ca P

Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan makna palatabilitas. Dimana total konsumsi adalah penjumlahan antara konsumsi konsentrat dan konsumsi rumput. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Dan makanan yang berkualitas baik konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relative sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda.

Konversi Pakan

(19)

yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti akan semakin baik (Anggorodi, 1979).

Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan unit pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya. Pada ternak yang kekurangan protein dan energi di dalam pakan, selain pertumbuhannya terhambat juga akan mempunyai efisiensi pakan yang jelek. Sementara itu nilai kecernaan pakan yang rendah menyebabkan konversi pakan tidak efisien (Martawidjaja et al., 1999).

Tebu (Saccharum officinarum)

Luas tanaman tebu yang telah ditanam di Indonesia sampai tahun 2005 seluas 407.502 Ha dan 17.765,50 Ha (4,40%) berada di Sumatera Utara dengan produksi tebu rata-rata 40 ton/Ha akan dihasilkan tebu sebesar 710.620 ton dengan limbah tetes sebesar 3,50% dari tebu.

Persepsi kita tanaman tebu hanya sebagai bahan baku pembuatan gula. Ternyata hampir semua bagian tebu dapat digunakan terutama sebagai sumber hijauan pakan ternak atau campuran bahan pakan dengan bahan lain. Contohnya limbah pertanian berupa pucuk tebu dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

(20)

Kandungan ampas tebu 24 – 36% dari bobot tebu segar. Kandungan nilai nutrisi dari tebu atau tetes adalah 77% BK; 8,0% abu; 0,2% LK; 7,7% SK; 57,1% BETN; 4,2% PK dan 1,48 Mkal/kg ME.

Jagung (Zea mays sp)

Batang jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai makanan ternak telah dilakukan terutama untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba. Limbah pertanian banyak digunakan sebagai makanan ternak seperti batang jagung. Batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Reksohadiprodjo, 1979).

Ternak domba dan kambing menyukai batang jagung yang dipotong-potong pada batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi, tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Jamarun, 1991). Komposisi nutrisi jerami jagung dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung.

Kandungan Zat Kadar Zat

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)

b. NRC (1995)

Ubi Kayu

(21)

menghasilkan umbi yang banyak mengandung karbohidrat, hampir tidak memilih tanah dapat tumbuh ditempat yang kering dan mudah dalam pemeliharaannya. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah tropik dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi dan toleran terhadap hama penyakit (Sosrosoedirdjo, 1982).

.Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, diantaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jendral, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jendral (jawa) dan ubi perancis (padang).

Disamping daun, kulit ubi kayu dan onggok juga dapat dipakai sebagai tambahan dalam ransum ternak. Kulit ubi kayu merupakan limbah dari rantai proses pembuatan tapioka. Limbah tersebut sebaiknya dalam keadan kering (dijemur) atau ditumbuk dijadikan tepung.

Hasil penelitian di balai penelitian ternak (Balitnak) menunjukkan bahwa :

1. Pemberian daun ubi kayu sebanyak 2000 g/hari pada ternak domba dapat menaikkan berat badan harian 67 g

2. Pemberian daun ubi kayu 1000 g/hari ada ternak kambing dapat menaikkan berat badan harian 2,14 g

3. Pemberian kulit ubi kayu sebanyak 60 % dalam ransum ternak domba berumur 18 bulan selama 100 hari dapat menaikkan berat badan harian 91 g/ekor, dan tidak mengakibatkan keracunan.

Kandungan HCN ubi kayu dibedakan atas :

1. Tidak beracun, bila kadar HCN kurang dari 50 mg/kg ubi segar 2. Agak beracun, bila kadar HCN 50-80 mg/kg ubi segar

(22)

4. Sangat beracun, bila kadar HCN besar dari 100 mg/kg ubi segar (Sosrosoedirdjo, 1982).

Meskipun HCN terdapat dalam ubi kayu tetapi ternak monogastrik (unggas) diketahui kurang bermasalah dengan HCN ini dibandingkan dengan ternak ruminansia karena suasana dalam pencernaannya dapat menonaktifkan enzim linamarine dengan demikian menghambat produksi HCN (Wanasuria, 1990).

Limbah ubi kayu termasuk salah satu bahan pakan ternak yang mempunyai energi (total digestible nutrients = TDN) tinggi, dan kandungan nutrisi tersedia dalam jumlah memadai, seperti yang disajikan pada tabel 4:

Tabel 4. Kandungan energi (TDN), nutrisi dan limbah ubi kayu (dalam %). Bahan BK Protein TDN SK Lemak Ca P

Dedak padi merupakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi. Dedak tersusun dari tiga bagian yang masing masing berbeda kandungan zatnya. Ketiga bagian tersebut adalah:

• Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral.

(23)

Berhubung dedak merupakan campuran dari ketiga bagian tersebut di atas maka nilai/martabatnya selalu berubah-ubah tergantung dari proporsi bagian-bagian tersebut. Menurut kelas nilainya, dedak dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

• Dedak Kasar adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras dan daya cernanya relatif rendah. Analisa kandungan nutrisi: 10.6% air, 4.1% protein, 32.4% bahan ekstrak tanpa N, 35.3% serat kasar, 1.6% lemak dan 16% abu serta nilai Martabat Pati 19 sebenarnya dedak kasar ini sudah tidak termasuk sebagai bahan makanan penguat (konsentrat) sebab kandungan serat kasarnya relatif terlalu tinggi (35.3%)

• Dedak halus biasa merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar di bawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53.

(24)

protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5% lemak, 9.4% abu serta nilai MP adalah 67.

• Bekatul merupakan hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya bagian asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahan-pecahan kecil lembaga beras (menir). Oleh sebab itu masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan manusia sehingga agak sukar didapat. Analisa nutrisi: 15% air, 14.5% protein, 48.7% lemak dan 7.0% abu serta nilai MP adalah 70.

Dalam perdagangan harus cukup teliti dan waspada karena dedak sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (dedak kasar) yang telah digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.

Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan Kering 89,10

Protein Kasar 13,80

TDN 64,30

Serat Kasar 8,00

Lemak Kasar 0,38

Sumber :Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departeman Peternakan Fakultas Pertanian USU (2009)

Starbio

(25)

atau campurannya), 'produk fermentasi' atau 'produk ekstrak dari suatu proses fermentasi' (biasanya "enzim")

Beberapa jenis mikroorganisme yang digunakan atau dicampur ke dalam pakan ternak ruminansia berasal atau diisolasi dari makanan manusia seperti ragi (Saccharomyces cerevisiae), Aspergilhis oryzae. Lactobacillus sp., dari tanah atau saluran pencernaan ternak seperti Starbio, probiotik "Tumbuh", Probion, Bioplus, EM4 dan sebagainya Starbio merupakan campuran mikroorganisme dan telah banyak dicoba oleh peternak atau peneliti sejak tahun 90-an dan akhir-akhir ini hasil penelitian mengenai Starbio pada ternak ruminansia hanya sedikit yang dapat dikumpulkan . Starbio yang ditambahkan ke pakan digunakan terutama untuk mengurangi bau amonia yang dikeluarkan bersama feses . penambahan mikroorganisme campuran seperti Probion atau Starbio yang berbentuk serbuk lebih banyak dari penambahan mikroorganisme tunggal, yaitu sekitar 0,5 sampai 1,0% dari konsentrat (Yusriadi, 1999, Haryanto et al., 2002).

Pada umumnya, probiotik diberikan pada ternak yang mengkonsumsi serat tinggi dan hanya satu laporan yang memberikan Starbio pada ternak yang mengkonsumsi konsentrat tinggi (Ngadiyono dan Baliarti, 2001) . Hal ini menunjukkan bahwa penambahan probiotik untuk ternak ruminansia lebih ditujukan agar rumen dapat mencerna lebih baik pakan yang berserat tinggi

(26)

mikrooganisme yang mampu mengurangi kadar lignin, senyawa anti nutrisi dan mampu meningkatkan nilai kecernaan serat dari limbah pertanian tersebut.

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Kandungan nilai gizi bungkil kelapa antara lain, BK ; 84,40% PK ; 21,00% TDN ; 81,00% SK ; 15,00% LK ; 1,80%.

Ampas Tahu

Meskipun disebut ampas tahu tetapi ternyata ampas tahu ini masih berguna bagi manusia maupun hewan peliharaan. Memang kandungan gizinya sudah amat tipis sekali karena sudah diperas habis-habisan. Karena sifat ampas tahu itu cepat basi dan berbau kurang sedap bila tidak segera dihabiskan, haruslah dijemur hingga kering. Ampas yang telah kering dapat disimpan dalam waktu lama Kandungan nilai gizi ampas tahu antara lain, BK ; 89,26 PK ; 19,03 TDN ; 79,00 SK ; 20,44 LK ; 5,64.

Bahan Pakan Pelengkap Molases

(27)

Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases.

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan Kering 67,50

Protein Kasar 3,50

TDN 81,00

Serat Kasar 0,38

Lemak Kasar 0,08

Sumber : Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)

Urea

Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda, ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein dan urea dalam ransum mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan (Anggorodi, 1979).

Urea adalah zat kimia yang sengaja dibuat manusia dalam bentuk kristal putih yang mudah larut dalam air. Penggunaan urea untuk mensubsitusi sebagian sumber protein juga dapat menolong dalam penanggulangan biaya produksi yang tinggi (Parakkasi, 1995).

(28)

Garam

Garam mempunyai rumus umum NaCl. Garam merangsang sekresi saliva. Teralalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora dari pada hewan lainnya, hal ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam (Anggorodi, 1979).

(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium biologi ternak jurusan peternakan Fakultas Pertanian USU. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan September 2009 hingga bulan November 2009.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Domba Sei putih lepas sapih 18 ekor dengan bobot badan awal 11.9 - dengan SD 2,3 . Ransum terdiri dari : pucuk tebu, batang jagung, daun ubi kayu, ampas tahu, dedak halus, urea, garam dan starbio, air minum diberikan secara ad-libitum, obat-obatan seperti obat cacing (Kalbazen), sulfastrong (obat mencret), anti bloat untuk kembung, terramycin (salep) mata dan vitamin, rodalon sebagai desinfektan kandang.

Alat

Kandang sebanyak 18 plot dengan ukuran 1x1m2 beserta perlengkapannya, peralatan kandang terdiri dari 18 buah tempat pakan, 18 buah tempat minum, goni plastik, alat pembersih kandang, mesin penggiling pakan (Chopper), alat tulis, timbangan bobot hidup dan bobot potong berkapasitas 50 kg dengan kepekaan timbangan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan.

Metode Penelitian

(30)

P1 = pucuk batang tebu, ampas tahu, bungkil kelapa, dedak, molases, urea, garam, dan starbio

P2 = pucuk batang jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, dedak, molases, urea, garam, dan starbio

P3 = pucuk daun ubi kayu, ampas tahu, bungkil kelapa, dedak, molases, urea, garam, dan starbio

Dengan ulangan yang dapat dibentuk disesuaikan rumus sbb : t (r-1) ≥ 15

3 (r-1) ≥ 15 3r-3 ≥ 15 3r ≥ 18 r ≥ 6

Kombinasi susunan plot penelitian ini adalah :

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P31 P32 P33 P34 P35 P36 Metode linier percobaan yang digunakan adalah :

Yij = µ + σi +∑ij Dimana :

i = 1,2,3,...t (perlakuan). j = 1,2,3...r (ulangan).

(31)

σi = Efek perlakuan pada taraf ke-i.

∑ij = Efek error dari percobaan pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j. (Hanafiah, 2002)

Parameter yang Diukur • Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan pemimbangan sisa pakan yang dilakukan pada pagi hari besoknya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan sebagai berikut : konsumsi pakan = Pakan yang diberikan – pakan sisa.

• Pertambahan Bobot Badan Domba

Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan selisih dari penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi dengan jumlah hari pengamatan pertumbuhan bobot badan yang dihitung setiap dua minggu sekali. Pertambahan bobot badan dirumuskan sebagai berikut :

B2 – B1 PBB =

T2 – T1 Keterangan :

PBB = Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu). B2 = Bobot badan akhir penimbangan (kg). B1 = Bobot badan awal penimbangan (kg). T2 = Waktu akhir penimbangan.

(32)

• Konversi Pakan

Konversi pakan selama penelitian dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi (g/ekor/minggu) dengan pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu). Konversi pakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Konsumsi pakan Konversi Pakan =

PBB

Pelaksanaan Penelitian Persiapan kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang berbentuk panggung terdiri dari 18 unit dan setiap unit di isi dengan 1 ekor domba. Sebelum domba dimasukkan, kandang dan peralatan didesinfektan terlebih dahulu dengan Kalbazen.

Random Domba

Sebelum domba dimasukkan ke dalam kandang dilakukan penimbangan bobot badan awal domba diambil secara acak untuk ditempatkan ke masing-masing kandang.

• Pemberian Pakan dan Air Minum

(33)

minum dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan air bersih.

• Metode Pengambilan Sampel

Pakan yang diberikan dan sisa pakan yang dikumpulkan dihitung beratnya untuk mengetahui konsumsi ternak domba. Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggunya dan konversi pakan dihitung selama penelitian.

• Pemeliharaan

Domba yang digunakan adalah domba Sei putih dan diberikan ransum sesuai dengan perlakuan, pemberian pakan secara berkala yaitu pagi pada pukul 07:00 WIB dan pada sore hari pada pukul 16:00 WIB. Air minum diberikan secara ad

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah yang dikonsumsi oleh ternak dalam jangka waktu tertentu. Konsumsi pakan terus meningkat seiring dengan pertambahan kebutuhan zat - zat nutrisi oleh kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Rataan konsumsi pakan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian (g/ekor/2minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Rataan konsumsi pakan domba sei putih yang dilihat pada Tabel 7 adalah 512.02 g/ekor/2minggu dengan rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan dengan menggunakan pucuk tebu) yaitu sebesar 515.53 g/ekor/2minggu dan rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pakan dengan menggunakan ubi) yaitu sebesar 510.19 g/ekor/2minggu.

Pemberian pakan berupa pucuk tebu, batang jagung dan batang daun ubi kayu terhadap konsumsi pakan domba sei putih dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8 . Analisis keragaman konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian

Sumber db JK KT F.hit n/tn F.05 F.01

Perlakuan 2 110.64 55.32 0.35 TN 3.68 6.36

Galat 15 2399.76 159.98

Total 17 2510.40

(35)

Hasil analisis keragaman pada Tabel 8 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung dan batang daun ubi kayu dalam pakan domba sei putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan domba sei putih.

Secara statistik, analisis keragaman konsumsi pakan domba sei putih menunjukan tingkat konsumsi pakan yang relatif sama atau tidak ada perbedaan yang mencolok dari semua perlakuan. Menurut Parakkasi (1995) bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Dan makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibanding dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Tomazweska et al. (1993) yang menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan.

Pertambahan Bobot Badan

(36)

Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan domba sei putih selama penelitian

Tabel 9 menunjukan hasil rataan pertambahan bobot badan domba sei putih selama penelitian adalah 616.11 g/ekor/2minggu. Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan dengan menggunakan pucuk tebu) yaitu sebesar 658.33 g/ekor/2minggu, sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pakan dengan menggunakan batang daun ubi kayu) yaitu sebesar 590 g/ekor/2minggu.

Pengaruh pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung dan batang daun ubi kayu terhadap pertambahan bobot badan domba sei putih dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10 .

Tabel 10. Analisis keragaman pertambahan bobot badan domba sei putih selama penelitian

(37)

ketiga macam bahan pakan terhadap pertambahan bobot badan mempunyai peningkatan yang sama. Hal ini terjadi karena faktor umur, dan faktor genetik. Menurut Tomazewska

et al.(1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur ,lingkungan dan

genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata dapat juga disebabkan karena ternak domba mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata.

Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konversi pakan domba sei putih seperti tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan konversi pakan domba sei putih selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Berdasarkan rataan konversi pakan pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan domba sei putih selama penelitian adalah 0.94. Rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (pakan dengan menggunakan batang jagung) yaitu sebesar 1.09, sedangkan rataan konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan P1 (pakan dengan menggunakan pucuk tebu) yaitu sebesar 0,84.

Untuk mengetahui signifikansi pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu terhadap konversi pakan domba sei putih, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12.

(38)

Sumber db JK KT F.hit n/tn F.05 F.01

Setelah dilakukan analisis keragaman seperti pada Tabel 12 maka didapat hasil bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu dalam pakan domba sei putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan domba sei putih.

Pertambahan bobot hidup domba sei putih tidak berbeda nyata karena ternak tersebut mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata, hal ini menghasilkan konsekuensi bahwa konversi pakan juga tidak berbeda nyata.

Bobot Potong

Bobot potong dihitung berdasarkan hasil penimbangan setelah ternak dipuasakan selama 24 jam dan air minum disediakan ad libitum. Rataan bobot potong dapat dilihat pada tabel 13 yang berikut :

Tabel 13. rataan bobot potong (kg/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(39)

menggunakan batang jagung) sebesar 17.14 kg/ekor, perlakuan P3 (pakan dengan menggunakan batang daun ubi kayu) sebesar 16.46 kg/ekor.

Untuk mengetahui signifikansi pemberian antara pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu terhadap bobot potong, maka dilakukan uji keragaman seperti pada tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. uji keragaman bobot potong (kg/ekor)

Sumber db JK KT F.hit n/tn F.05 F.01

Perlakuan 2 3.69 1.84 0.78 TN 3.68 6.36

Galat 15 35.32 2.35

Total 17 39.01

Ket: KK : 9.00 % Tn : tidak nyata.

Hasil uji keragaman pada tabel 14 menunjukkan bahwa bobot potong yang diperoleh tidak berbeda nyata sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu mempunyai bobot yang sama. Adanya hasil bobot potong yang tidak berbeda dikarenakan bangsa ternak yang digunakan pada peneliatian ini adalah sama begitu juga jenis kelamin dan kandungan zat gizi yang seragam.

(40)

Dari hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dalam Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu terhadap pertambahan bobot badan dan bobot potong domba Sei Putih

Perlakuan Konsumsi pakan PBB Konversi Pakan Bobot Potong g/ekor/2minggu g/ekor/2minggu % kg/ekor P1 515.53 658.33 0.84 17.56 P2 510.35 600.00 1.09 17.14 P3 510.19 590.00 0.88 16.46

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan beberapa hasil limbah pertanian (pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu) dalam pakan memberikan efek yang tidak berbeda nyata terhadap performans dan bobot potong ternak domba sei putih selama penelitian.

Saran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Darjanto dan Mujati, 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon, Cetakan Kedua Yayasan Dwi Sri, Bogor.

Devendra, C. and M. Burns. 1970. Goat Production In The Tropics.C.A.B. Farham Royal Bucks, England. Pp.1,21.

Departemen Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2002.

Diwyanto,K., A.Priyanti., dan D. Zainuddin. 1996. Pengembangan Ternak Berwawasan Agribisnis Di Pedesaan Dengan Memanfaatkan Limbah Pertanian dan Pemilihan Bibit Yang Tepat. Balai Penelitian Ternak. Jurnal Lit Bang Pertanian. XV (I).

Doloksaribu, M., E. Romjali., S. Elieser., Subandriyo and R. M. Gatenby. 1996. Production Performance Of Domba Sei putih In North Sumatera In Small Ruminant Production ; Recommendations For Southeast Asia. Proc. Of Whorkshop Held In Parapat, North Sumatera, Indonesia, May, 12-15.

Gatenby, R.M and Batubara, L.P., 1994. Management Of Sheep In The Humid Tropics. Experiencies Of North Sumatera, Second symposium On Sheep Production In Malaysia, 22 – 24 November 1994, Fakulty Of Veterinary Medicine and Animal Science University Agriculture Malaysia, Serdang. Center For Tropical Animal Production and Disease Studies.

Hassan, A. dan M. Ishada., 1991. Effect Of Water, Molasses and Urea Addition on Oil Palm Frond Sillage Quality, Fermentation and Palatability, In Proceedings of The Third International Symposium on The Nutrition of Herbivora, Penang.

Jamarun, N., 1991. Penyediaan, Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat, Pusat Penelitian Uneversitras Andalas, Padang. Kasyanto, 1982. Membuat Tahu, Penebar Swadaya, Jakarta.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU., 2008. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU., 2009. Martawidjaja,M., B.Setiadi., dan S.S.Sitorus. 1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi

(43)

Ngadiono, N. dan E, Baliarti., 2001. Laju Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole Jantan dengan Penambahan Probiotik Starbio pada Pakannya. Media Peternakan 24(2):63-67.

NRC., 1995. Nutrient requirement of Sheep sixth Revised Edition, National Academy of Science, Washington DC.

Parakkasi, A.1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta.

Reksohadiprojo, 1979. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik, Kanisius, Yogyakarta. Rukmana, H. R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen, Kanisius, Yogyakarta. Setiadi, B dan I. Inounu. 1991. Beternak Kambing-Domba Sebagai Ternak Potong Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Sosrosoedirdjo, R. S., 1982. Bercocok Tanam Ketela Pohon. CV Yasa Guna, Jakarta. Sudaryanto, B., dan Djamaluddin, E, 1988. Detoksifikasi Sianida Daun Ubi Kayu dan

Efek Kroniknya pada Kambing. Warta Litbang Pertanian.

Tillman, AD., H.Hartadi., S.Reksohadimodjo., S.Prawirakusumo dan S.Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press, Yogyakarta.

Tomaszewska,M.W.,J.M.Mastika,A.Djaja Negara,S,Gardiner, dan T.R. Wiradarya.1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press,Surabaya.

Utomo, R. 1991. Pengaruh Tingkat Penggunaan Urea Dalam Ransum terhadap Kenaikan Bobot Badan, Kadar Amonia dan Urea Darah Domba. Buletin Petenakan UGM, Tahun XV.No.2, Yogyakarta.

Wanasuria, S. 1990. Tepung Kepala Udang dalam Pakan Broiler. Poultry Indonesia. Yusriadi. 1999. Karakteristik Karkas Domba Jantan Lokal yang Mendapat Probiotik dan

(44)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan ransum percobaan

No. Bahan Pakan Starter (%) Finisher (%)

R0 R1 R2 R0 R1 R2

1 Jagung 51.00 51.10 51.30 57.50 57.50 57.60 2 Dedak padi 6.00 4.00 2.00 5.00 3.00 1.00

3 BIS 0.00 2.00 4.00 0.00 2.00 4.00

5 Bkl. kedelai 25.50 25.60 25.30 18.60 18.70 18.60 6 Tepung ikan 12.50 12.30 12.40 13.50 13.40 13.40 8 Minyak kelapa 3.00 3.00 3.00 3.60 3.60 3.60 9 CaCO3 1.00 1.00 1.00 0.80 0.80 0.80 10 L-Lysin 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 11 DL-Methionin 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 12 Premix 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 13 NaCl 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Kandungan nutrisi *

(45)

Ca (%) 1.11 1.10 1.10 1.06 1.06 1.06 P (%) 0.64 0.62 0.60 0.65 0.63 0.61

Ket : * berdasarkan perhitungan tabel NRC (1994).

(46)

P33 461.95 489.27 - - - - 951.22 475.61

P34 448.94 469.38 492.97 542.17 542.17 542.17 3037.8 506.3

P35 443.4 482.39 489.91 557.13 557.13 565.81 3095.77 515.9617

P36 466.23 500.41 490.23 555.85 555.85 555.85 3124.42 520.7367

(47)

P32 13.60 14.20 14.60 15.30 16.10 16.30 16.50 106.60 15.23 P33 14.30 14.95 15.45 - - - - 44.70 14.90 P34 15.00 15.52 16.17 17.07 18.07 18.20 18.47 118.50 16.93 P35 13.20 14.00 14.90 15.70 16.60 16.98 17.20 108.58 15.51 P36 14.00 14.71 15.61 16.61 17.41 17.92 18.31 114.57 16.37

(48)

Lampiran 5. Rataan konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian (g/ekor/minggu)

Lampiran 6. Analisis keragaman konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian

Sumber db JK KT F.hit n/tn F.05 F.01

Perlakuan 2 110.64 55.32 0.35 3.68 6.36

Galat 15 2399.76 159.98

Total 17 2510.40

Lampiran 7. Rataan bobot badan domba sei putih selama penelitian (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan Lampiran 8. Analisis keragaman bobot badan domba sei putih selama penelitian

(49)

Lampiran 9. Rataan pertambahan bobot badan domba sei putih selama penelitian Lampiran 10. Analisis keragaman pertambahan bobot badan domba sei putih selama penelitian

Lampiran 11. Rataan Konversi pakan domba sei putih selama penelitian Perlakuan Lampiran 12. Analisis keragaman konversi pakan domba sei putih selama penelitian.

Sumber db JK KT F.hit n/tn F.05 F.01

Lampiran 13. Rataan bobot potong domba sei putih

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI

(50)

P3 14.92 16.00 15.75 17.57 16.70 17.81 98.75 16.46 total 51.04 50.49 46.27 53.07 50.27 55.78 306.92 51.15 rataan 17.01 16.83 15.42 17.69 16.76 18.59 102.31 17.05 Lampiran 14. Analisis keragaman bobot potong domba sei putih

Sumber db JK KT F.hit n/tn F.05 F.01

Gambar

Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sungei
Tabel 2. Daftar kebutuhan zat gizi dalam makanan domba.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung.
Tabel 4.  Kandungan energi (TDN), nutrisi dan limbah ubi kayu (dalam %).
+7

Referensi

Dokumen terkait

o teknik penyiaran audio o peralatan untuk siaran o ukuran standar gambar dan. suara

Mengkonsumsi wortel Aceh ternyata mempuyai nilai efektivitas yang lebih baik (p- value < 0,05) dibandingkan mengonsumsi wortel Medan terhadap perubahan debris indeks

Melalui hasil uji hipotesis ditemukan bahwa persepsi harga, produk, promosi, dan tempat secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda

Komponen-komponen yang ada dalam sikap pelanggan turut berperan dalam menentukan penilaian terhadap program CRM yang dimiliki oleh Surabaya Plaza Hotel. Teknik

Teori Interaksi simbolik dapat diterapkan sebagai pisau analisis film pendek Indonesia bejudul Kuncup, Grieving Dreams (Anak Lanang), dan Dewi Goes Home (Dewi

After stratifying the ADHD sample into those with CD (ADHD 1 CD), those with ODD (ADHD 1 ODD), and those with neither (ADHD), familial risk analyses revealed the following: 1)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA,

Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif. Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua cara berfikir, yaitu berfikir