• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

Tayangan Wisata Kuliner di Televisi dan Tindakan Menonton Di Kalangan Ibu-ibu Rumah Tangga

(Studi Korelasional tentang pengaruh Tayangan Wisata Kuliner di Trans Tv Terhadap Tindakan Menonton di Kalangan Ibu-ibu Rumah Tangga di

Komplek

Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan)

Disusun oleh

RIDHA NOORFINA 030904003

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Ridha Noorfina

Nim : 030904003

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Tayangan Wisata Kuliner di Televisi Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga di Komp Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

Medan, 6 Desember 2008

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dayana,Msi Drs. Amir Purba M.A

NIP.131.676.480 NIP.131.654.105

Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A.

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Tayangan Wisata Kuliner di televisi terhadap tindakan menonton di kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA yang merupakan singkatan dari Attention, Interest, Desire, Decision, dan Action dan teori Agenda Setting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel dengan varibel lain. Sekaligus menjawab mengapa itu terjadi melalui pengujian hipotesis.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang pernah menonton tayangan wisata kuliner di Trans TV dengan menggunakan rumus Taroyamane, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 95 orang. Untuk menentukan orang yang berhak menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti menggunakan probability Sampling dimana penentuan sampel dilakukan dengan memperhitungkan jumlah atau ukuran sampel untuk memperoleh elemen-elemen yang benar-benar mewakili populasi, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesa, melalui rumus koefisien korelasi tata jenjang (Rank order Correlation Coeficient) oleh Spearman.

Untuk mengertahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung Zhitung, karena Ztabel tidak tercantum dalam tabel harga maka diinterpolasi, antara 60-120 maka Ztabel dihitung. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala > 0,91 yang menunjukkan hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali dan dapat diandalkan.

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dianugerahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Secara Khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda dr.H.R.Soetiono Gapar DAF, Ibunda Gunarni Sapardan, Mbak Oni, Mas Oki, Mas Opi, Mbak Ona, Aski, Dedel, Dimas, dek Ai atas ssegala doa, kesabaran, perhatian, dukungan moril dan materiil serta kasih sayang yang tidak henti-hentinya yang telah diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan strata 1 pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat banyak bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dra Dayana, Msi, selaku Dosen pembimbing penulis yang selama ini telah banyak memberikan masukan, bimbingan, dan perhatian kepada penulis. Terima kasih atas kesabaran Ibu dalam membimbing dan mengarahkan penulis.

(5)

3. Bapak Drs.Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Bapak M.Hendra Widjaya, selaku Branch Head PT.Asuransi Adira Dinamika Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di PT.Adira Dinamika Medan.

5. Bapak H.R.Danan Djaja MA, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan perhatian dan masukan selama penulis mengikuti kuliah.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai (Kak Icut, Kak Ros, Kak Dian) di Departemen Ilmu Komunikasi khususnya dan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada umumnya.

7. Seluruh staf pegawai PT Adira Dinamika (bu Diana, Kak Dewi, bang Budi, kak Lili, kak Ayu, kak Nova, bang Farlan, bang Deka, bang Levi, bang Moran, bang Samuel, bang Lery, bang Falah) yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi ’03 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya, Tika, Ami, Yoyo, Seri, Meyti, Rido. 9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan dukungan dan masukan kepada

penulis : Yanti, Amoy, Nining, Boni, Mas Feri. Terima kasih atas dukungannya selama ini yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(6)

iv

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan Amin.

Medan, Desember 2008

(7)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar dan Tabel ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Pembatasan Masalah ... 5

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

I.5 Kerangka Teori ... 7

I.5.1 Teori Agenda setting ... 7

1.5.2 Teori AIDDA ... 10

I.5.3 Tindakan ... 11

I.6 Kerangka Konsep ... 12

I.7 Model Teoritis ... 13

I.8 Operasional Variabel ... 13

I.9 Defenisi Operasional ... 15

I.10 Hipotesa Penelitian ... 18

BAB II URAIAN TEORITIS ... 26

II.1 Komunikasi ... 26

II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 26

II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 27

(8)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

(9)

III.5 Tehnik Penarikan Sampel ... 56

III.6 Tehnik Pengumpulan Data ... 57

III.6.1 Penelitian Kepustakaan ... 57

III.6.2 Penelitian Lapangan ... 57

III.7 Tehnik Analisa Data ... 58

III.7.1 Analisa Tabel Tunggal ... 58

III.7.2 Analisa Tabel Silang ... 58

III.7.3 Uji Hipotesa ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 61

IV.1.1 Tahap Awal ... 61

IV.1.2 Pengumpulan Data ... 61

IV.2 Tehnik Pengolahan Data ... 62

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 64

IV.3.1 Analisa Data Karakteristik Responden ... 64

IV.3.2 Analisa Data Jadwal dan Intensitas Wisata Kuliner ... 68

IV.3.3 Analisa Data Kredibilitas Pembawa Acara ... 73

IV.3.4 Analisa Data Format Tayangan Wisata Kuliner ... 86

IV.3.5 Analisa Data Tindakan Menonton Ibu Rumah Tangga ... 86

IV.4 Analisa Tabel Silang ... 100

IV.5 Uji Hipotesa ... 107

IV.6 Pembahasan ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

V.1 Kesimpulan ... 112

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1.1 Model Teoritis ... 13

Gambar 1.2 Struktur Organisasi ... 49

(11)

Tabel 26 Tertarik Menonton Karena Pembawa Acaranya ... 90 Tabel 27 Materi Acara Menimbulkan Keinginan Menonton Lebih Lanjut ... 91 Tabel 28 Menimbulkan Keinginan Mencoba Beranekaragam Masakan ... 92 Tabel 29 Menimbulkan Keinginan Mengunjungi Tempat Wisata Kuliner ... 94 Tabel 30 Motivasi Menonton Wisata Kuliner Menimbulkan Tindakan ... 95 Tabel 31 Dampak Terhadap Minat Mencicipi Beranekaragam Masakan ... 96 Tabel 32 Tingkat Keseringan Menonton Responden ... 98 Tabel 33 Hubungan antara Tingkat Keseringan Menonton Menonton

Terhadap Ketertarikan Menonton Wisata Kuliner ... 101 Tabel 34 Hubungan Antara Tingkat Kejelasan Materi Acara yang

Disampaikan Terhadap Tindakan Menonton Ibu Rumah

Tangga... 103 Tabel 35 Hubungan Antara Tingkat Perhatian Responden Terhadap

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Tabel Skor Data Mentah 3. Foltron Cobol

4. Surat Izin Penelitian

(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Tayangan Wisata Kuliner di televisi terhadap tindakan menonton di kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA yang merupakan singkatan dari Attention, Interest, Desire, Decision, dan Action dan teori Agenda Setting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel dengan varibel lain. Sekaligus menjawab mengapa itu terjadi melalui pengujian hipotesis.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang pernah menonton tayangan wisata kuliner di Trans TV dengan menggunakan rumus Taroyamane, jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 95 orang. Untuk menentukan orang yang berhak menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti menggunakan probability Sampling dimana penentuan sampel dilakukan dengan memperhitungkan jumlah atau ukuran sampel untuk memperoleh elemen-elemen yang benar-benar mewakili populasi, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesa, melalui rumus koefisien korelasi tata jenjang (Rank order Correlation Coeficient) oleh Spearman.

Untuk mengertahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung Zhitung, karena Ztabel tidak tercantum dalam tabel harga maka diinterpolasi, antara 60-120 maka Ztabel dihitung. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala > 0,91 yang menunjukkan hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali dan dapat diandalkan.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah.

Perkembangan media massa akhir-akhir ini menunjukkan bahwa

ketergantungan orang akan media massa semakin tinggi. Munculnya

televisi-televisi swasta dalam jumlah siarannya yang sangat banyak mempengaruhi

kehidupan dalam setiap lapisan masyarakat.

Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam

penyampaian pesan-pesannya, dibandingkan dengan media massa yang lain,

karena pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara

bersamaan dan dan sangat cepat dan dapat menjangkau ruang yang sangat

luas. Televisi kini semakin mendominasi komunikasi massa dikarenakan

sifatnya yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Perkembangan televisi di Indonesia semakin marak dengan kehadiran

televisi swasta yang berawal dari peresmian televisi swasta pertama yaitu

RCTI oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Agustus 1989. Setelah RCTI,

bermunculan Tv Swasta yang lain yakni SCTV, TPI, INDOSIAR, dan

ANTEVE. (www.wikipedia.co.id).

Kehadiran kelima stasiun televisi swasta disambut gembira oleh

khalayak. Apalagi sebagai media audio-visual, televisi mempunyai daya tarik

tersendiri dengan gambar bergeraknya. Karena itu khalayak cenderung

menggunakan televisi sebagai sarana hiburan, informasi maupun pengetahuan,

sehingga membuat informasi yang disampaikan lebih menarik dan

(15)

televisi mempunyai karakteristik tersendiri yang memberikan kekuatan dan

daya tarik pada stasiun televisi tersebut.

Setelah munculnya lima stasiun televisi swasta, kini hadir lima stasiun

televisi lagi, yakni Trans 7, Global tv, Metro Tv, Lativi dan Trans Tv. TRANS

TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun televisi swasta

ke 8 yang memperoleh ijin mengudara secara nasional di Indonesia. Usahanya

berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo).

Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan

lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah,

maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara

resmi. Trans TV terkenal dengan film box office. (www.transtv.co.id)

Diantara sekian banyak acara-acara yang ditayangkan oleh

televisi-televisi swasta, salah satunya yang banyak merebut perhatian penonton adalah

program acara masakan yang ditayangkan di stasiun TV. Televisi swasta

tampaknya berlomba-lomba menyajikan progaram acara yang sejenis. Salah

satunya yang menjadi topik dalam penelitian ini adalah tayangan Wisata

Kuliner yang ditayangkan oleh Trans TV.

Edisi Perdana tayangan Wisata Kuliner diputar pada pada bulan Juli

2006, ternyata program acara ini banyak digemari khalayak, khususnya ibu

rumah tangga. Wisata Kuliner ini banyak digemari penonton, karena pembawa

acaranya Bondan Winarno yang sangat mengerti tentang beraneka ragam

masakan dan komunikatif berbeda dengan pembawa acara tayangan yang

sejenis. (www.google.com)

Yang menonjol dari acara wisata kuliner ini, seorang Bondan Winarno

(16)

menjelaskan kelebihan dan kekurangan hidangan yang disantapnya, seperti

bumbu apa saja yang dominan, bumbu yang meresap dilidah, hingga manfaat

bumbu untuk kesehatan. Bondan winarno juga dapat menghidupkan suasana

semakin semarak, sehingga tidak membuat bosan khalayak yang menonton

acara tersebut.

Ketika peneliti mengadakan pengamatan pada ibu rumah tangga yang

menetap di Komplek Rispa kelurahan Gedung johor Medan, dari hasil

pengamatan peneliti melihat ibu rumah tangga lebih sering menghabiskan

waktunya untuk menonton acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi dan

salah satunya adalah program acara Wisata Kuliner yang ditayangkan oleh

Trans Tv pada hari Senin- Jum’at pukul 14.30 Wib dan hari sabtu jam 07.30

wib yang telah ditayangkan dari tanggal 3 Juli 2006.

Wisata Kuliner ini dibuat oleh pihak penyelenggara dengan

menyuguhkan kepada pemirsa tentang beraneka ragam makanan khususnya

yang disajikan oleh warung-warung pinggir jalan yang berharga murah serta

dipenuhi oleh pelanggan. Istimewanya tempat-tempat yang dikunjungi

tersebut tersebar di seluruh pojok kota Kabupaten, kota Provinsi dan Ibu kota.

Program acara Wisata Kuliner dipandu oleh Bondan Winarno yang terkenal

dengan sebutan Mak nyuss. Bondan Winarno didalam mencoba setiap

masakan tidak selalu menggunakan kata Mak nyuss saja, tergantung dari

masakan dari suatu daerah. Hanya masakan yang enak saja yang memakai kata

Mak nyuss. Kekuatan acara ini, ada pada Bondan Winarno dengan

kepiawaiannya soal kuliner, pemirsa seolah-olah diajak menjadi pencicip

aneka panganan yang sangat menggugah selera penonotonnya serta ikut

(17)

disantap Bondan.

Apalagi pengetahuan kuliner bapak 3 anak ini yang segudang,

membuat dia terlihat cerdas berbeda dengan pembawa acara program acara

yang sejenis. Uniknya program acara ini, pemirsa diajak berkeliling

tempat-tempat menarik diseluruh nusantara sambil mencicipi kelezatan masakan

daerah tersebut.. Selain itu, program acara ini juga menceritakan keunikan

sebuah kota, mulai dari sejarah, arsitektur hingga budayanya. Tidak hanya itu,

Wisata Kuliner akan mengajak pemirsa mencari warung / restoran yang khas

di kota yang dikunjungi untuk sarapan pagi, makan siang, atau makan malam.

Juga dilampirkan harga makanan dan lokasi restoran atau kedai yang disajikan

di acara tersebut, sehingga memberikan gambaran kepada khalayak berapa

biaya yang akan dikeluarkan untuk menikmati makanan tersebut dan juga

khalayak akan dapat mengetahui lokasi rumah makan / restoran yang akan

dikunjungi, karena dilampirkan dalam tayangan acara tersebut sehingga

memudahkan khalayak untuk mengunjungi lokasi restoran / kedai yang akan

dikunjungi. Tidak lupa pada akhir acara program ini, juga akan berkeliling ke

berbagai toko atau kedai untuk mencari makanan kecil khas kota tersebut

seperti kue kering, kerupuk, dodol, madu dan lain-lain, untuk dibawa pulang

sebagai oleh-oleh.

Menurut bapak 3 orang anak ini, Medan adalah salah satu kota

Indonesia yang paling lengkap kekayaan kulinernya. Karena Medan

mempunyai keunikan lebih dibanding kota-kota lain, karena adanya pengaruh

dari kultur kuliner india dan Tionghoa terhadap kuliner Melayu yang kaya dan

unik. Medan selain terkenal dengan bolu gulung Meranti, Bika Ambon dan

(18)

yang ada di Jalan Kesawan yang tiada duanya.( www.Aplaus.co.id)

Bertitik tolak dari hal-hal yang disebutkan diatas peneliti berminat

mengadakan penelitian tentang tayangan Wisata Kuliner di Televisi dan

tindaka menonton pada kalangan ibu rumah tangga di Komplek Rispa

Kelurahan Gedung Johor Medan.

I.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan

sebagai berikut :

“Sejauhmanakah pengaruh tayangan Wisata Kuliner yang ditayangkan di Trans TV

terhadap minat menonton pada kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa ?”

I.3 Pembatasan Masalah.

Berdasarkan alasan untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang luas,

maka diperlukan adanya pembatasan masalah, yakni sebagai berikut :

1. Masalah yang diteliti adalah Tayangan Wisata Kuliner di Televisi dan

Tindakan menonton di kalangan ibu rumah tangga di Komplek Rispa

Kelurahan Gedung Johor.

2. Khalayak/ pemirsa yang dijadikan sampel adalah Ibu rumah tangga yang

menetap di komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor.

3. Objek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang berumur 30- 55 tahun yang

pernah menyaksikan tayangan Wisata Kuliner.

4. Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui

sejauhmanakah Tayangan Wisata kuliner berpengaruh terhadap tindakan

(19)

5. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2007

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian. I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimanakah tayangan Wisata Kuliner di televisi di

kalangan ibu rumah tangga.

b. Untuk mengetahui tindakan menonton tayangan wisata kuliner di Televisi

pada kalangan Ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor.

c. Untuk mengetahui pengaruh Tayangan Wisata Kuliner di Televisi terhadap

tindakan menonton ibu-ibu rumah tangga di Komplek Rispa Kelurahan

Gedung Johor.

I.4.2 Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperkaya hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa serta

dapat menambah jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian di

kalangan Ibu rumah tangga.

b. Secara akademis, Bagi Departemen Ilmu Komunikasi, penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan bagi penelitian yang

akan datang tentang masalah media massa televisi, khususnya tentang

(20)

c. Secara praktis, hasil dari penulisan penelitian ini diharapkan mampu

memberikan sumbangan pikiran dan motivasi kepada mahasiswa untuk

meningkatkan pengetahuan khususnya dalam bidang masakan.

I. 5. Kerangka Teori.

Sebagai pedoman dasar berpikir untuk mengembangkan penelitian

diperlukan adanya kerangkan teori. Kerangka teori ini dapat berfungsi sebagai

pendukung guna menganalisa variabel-variabel yang akan diteliti. Sesuai

dengan pernyataan dari Nawawi (1990 : 63) bahwa kerangka teori disusun

sebagai landasan berfikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang

diteliti akan diamati.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Agenda setting, teori AIDDA,

dan Pengertian Tindakan

I.5.1 Agenda setting

Model Agenda setting adalah model yang mengasumsikan adanya

hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan

dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Media

memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat

akan mengikutinya. Media punya kemampuan untuk menyeleksi dan

mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Model Agenda Setting

Variabel Media Massa =>Variabel Antara => Variabel Efek => Variabel efek lanjutan

(21)

- Penonjolan - sifat khalayak - prioritas - aksi

- Konflik

Efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuran.

Pertama peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif,

atau peneliti menentukan batas waktu tertentu, berbagai isi media dan

menyusun isi itu berdasarkan panjang (waktu dan ruang). Sifat-sifat stimulus

menunjukkan karakteristik issues, termasuk jarak issue (apakah issue itu

langsung atau tidak langsung dialami oleh individu), lama terpaan (apakah

issue itu baru muncul atau mulai pudar).

Agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang

(intrapersonal), dan apa yang dibicarakan orang itu dengan orang lain

(interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan

orang ramai ( community salience). Efek terdiri dari efek langsung dan efek

lanjutan. Efek langsung berkaitan dengan issue, apakah issue itu ada atau tidak

dalam agenda khalayak (pengenalan), dari semua issue mana yang dianggap

paling penting menurut khalayak (salience), bagaimana issue itu mendapat

respon oleh responden. Efek lanjutan berupa tindakan.

Menurut Stephen W Littlejohn (1992), agenda setting beroperasi dalam

3 bagian yaitu :

1. Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan

masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali.

2. Agenda media dalam banyak hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan

(22)

3. Agenda publik mempengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan.

Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting

bagi individu.

Dengan demikian, agenda setting ini memprediksi bahwa agenda

media mempengaruhi agenda publik, sementara agenda publik itu sendiri

akhirnya mempengaruhi agenda kebijakan.

Dalam teori agenda setting ini ada beberapa dimensi yang berkaitan

seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard,Jr : 1992)

sebagai berikut :

1. Untuk agenda Media, dimensinya adalah :

a. Visibility (visibilitas), yakni jumlah dan tingkatan

menonjolnya berita

b. Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak) adalah

relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak

c. Valence (valensi), yakni menyenangkan cara pemberitaan

bagi suatu peristiwa.

2. Untuk Agenda Khalayak, dimensinya adalah :

a. Familiarity (Keakraban), yakni derajat kesadaran khalayak

akan topik tertentu.

b. Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi

kepentingan individu dengan ciri pribadi.

c. Favorability (kesenangan), yakni pertimbangan senang atau

tidak senang akan topik berita.

(23)

a. Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi

posisi suatu berita tertentu.

b. Likehood of action (kemungkinan kegiatan), yakni

kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang

diibaratkan.

c. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai

kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

1.5.2 Model AIDDA

Teori AIDDA sering juga disebut A-A Procedure atau from Attention

to Action Procedure. AIDDA merupakan akronim dari :

A Attention (Perhatian) I Interest (Minat)

D Desire (Hasrat / Keinginan) D Decision (Keputusan)

A Action (Tindakan) ( Effendy, 2003 : 304)

Tahapan di atas mengandung pengertian proses komunikasi (baik

komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai

dengan membangkitkan perhatian. Dimulainya proses komunikasi dengan

membangkitkan perhatian (attention) komunikan merupakan awal suksesnya

komunikasi tersebut. Perhatian adalah sesuatu yang menimbulkan ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu. Apabila perhatian komunikan

(24)

(interest). Minat adalah kecenderungan hati untuk menentukan sesuatu yang disenangi. Minat merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian yang

merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat / keinginan (desire) untuk

melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

Keinginan adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang tertuju pada sesuatu. Hanya hasrat / keinginan saja pada diri komunikan

tidaklah cukup bagi komunikator, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya

keputusan. Keputusan adalah perihal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang telah difikirkan dan dipertimbangkan. Keputusan (decision), yakni

keputusan untuk melakukan tindakan (action) seperti yang diharapkan

komunikator. Tindakan adalah Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dalam hal ini, komunikatornya adalah tayangan Wisata Kuliner, yang

menjadi komunikan adalah ibu rumah tangga yang menjadi pemirsa televisi.

Sebuah program acara harus mampu membangkitkan perhatian pemirsanya,

dalam hal ini tayangan Wisata Kuliner harus mampu membangkitkan

perhatian pemirsa televisi sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak

untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang program acara tersebut. Selanjutnya

minat akan melahirkan keinginan untuk menonton program acara tersebut.

1.5.3 Tindakan

Tindakan adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang

(25)

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional bersifat kritis dalam

memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar

penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1991 : 40).

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diteliti

(Singarimbun, 1989 : 33).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari

masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara

empiris, maka harus dioperasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau

pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 1991 : 12). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Wisata Kuliner.

- Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat yang

dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 1991 : 12).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tindakan menonton

tayangan Wisata Kuliner di kalangan Ibu rumah tangga.

(26)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol,

akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas

( Nawawi, 2001 : 58). Variabel antara pada penelitian ini adalah

karakteristik Ibu rumah tangga di komplek Rispa.

I.7 Model Teoritis.

Keterangan :

Variabel Bebas (X) : Tayangan Wisata Kuliner

Variabel Terikat (Y) : Tindakan menonton televisi

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat

operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam

penelitian, yaitu sebagai berikut :

Variabel Teoritis Operasional

Variabel Bebas (X)

- Tayangan Wisata Kuliner di

Trans Tv

1) Frekuensi penayangan

2) Waktu penayangan

3) Durasi penayangan

4) Pembawa acara terdiri dari;

- Komunikator, sebagai berikut :

(27)

- Kejujuran

- Berperasaan

- Tingkah laku

- Ekspresi

b) Daya tarik

- Penyesuaian diri

- Tampilan fisik

5) Pesan terdiri dari;

- Isi Pesan

- Tehnik Penyampaian pesan

6) Format tayangan Wisata Kuliner terdiri dari;

- Beraneka ragam makanan

- Sejarah kota

Variabel Terikat

Tindakan Menonton

a) Perhatian

b) Minat / Ketertarikan

c) Keinginan

d) Keputusan

e) Tindakan

1.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995 : 46), Defenisi operasional merupakan

unsur penelitian yang memberitahukan bagaiman caranya untuk mengukur

(28)

suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi

ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel

yang sama. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai

berikut:

Variabel Bebas (X) tentang tayangan Wisata Kuliner yang terdiri dari :

1) Frekuensi Penayangan : Seberapa sering program acara tersebut ditayangkan.

dalam satu minggu.

2) Waktu penayangan : Jadwal penayangan suatu program acara tersebut

ditayangkan.

3) Durasi Tayangan : berapa lama durasi program acara tersebut. Wisata Kuliner

berdurasi selama 30 menit.

4) Pembawa acara :

- Komunikator, yang terdiri dari :

a. Kredibilitas, indikatornya adalah :

- keahlian, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara harus menguasai

topik yang akan disampaikan sehingga acara tersebut akan menyatu

dengan pembawa acaranya.

- Kejujuran, yaitu faktor dimana pembawa acara harus mempunyai

kemampuan untuk bertindak dengan bijaksana dengan mengatakan

kebenaran yang sesungguhnya.

- Berperasaan, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara harus dapat

merasakan perasaan seseorang agar nantinya dapat berbicara sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan pemirsanya.

- Tingkah laku, yaitu faktor dimana pembawa acara harus mampu

(29)

- ekspresi, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara harus dapat

berbicara sambil menunjukkan raut wajah yang sesuai dengan apa yang

sedang dibicarakannya.

b. Daya tarik, indikatornya adalah :

- Penyesuaian diri, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara dapat

langsung beradaptasi dengan penonton yang menyaksikan acaranya.

- Tampilan fisik, yaitu faktor yang dimiliki oleh seorang pembawa suatu

acara, dimana bentuk tampilan fisik tersebut dapat menarik perhatian

penonton. Dalam hal ini, Bondan Winarno mampu memberikan

tampilan yang menarik dengan berpakaian yang sesuai dengan

kepribadiannya.

5) Pesan, yang terdiri dari :

a) isi pesan yaitu kata-kata yang diucapkan seorang pembawa acara yang

merupakan faktor kunci dari suksesnya suatu acara. Dalam hal ini, Bondan

Winarno mengapresiasikan cita rasa makanan sedemikian detail, seperti

menjelaskan kelebihan dan kekurangan bumbu dan rasa hidangan yang

disantapnya serta bumbu masakan yang bermanfaat buat kesehatan.

b) Tehnik Penyampaian Pesan, yaitu faktor dimana dalam menyampaikan pesan,

seorang pembawa acara harus dapat menyesuaikan antara gerak tubuh dengan

ekspresi wajahnya sehingga pesan yang disampaikan dapat lebih dimengerti

oleh pemirsanya, dalam hal ini Bondan Winarno menciptakan ciri khas yang

berbeda dengan pembawa acara sejenis dengan sebutan, maknyuss, cakep, dan

cantik, dalam menilai rasa makanan yang santapnya.

6) Format Tayangan Wisata Kuliner : adalah tentang format didalam

(30)

Menyuguhkan kepada pemirsa tentang beraneka ragam makanan yang khas

dari suatu kota yang dikunjungi. Serta juga menceritakan tentang sejarah kota

yang dikunjunginya.

Variabel terikat (Y) Minat menonton terdiri dari :

1) Perhatian : Sesuatu yang menimbulkan ketertarikan seseorang terhadap objek

tertentu.

2) Minat : Kecenderungan hati untuk menentukan sesuatu yang disenangi.

3) Keinginan : Dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang tertuju kepada

sesuatu.

4) Keputusan : Perihal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang telah

difikirkan dan dipertimbangkan.

5) Tindakan : Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.

Karakteristik Responden terdiri dari :

1. Usia adalah Lamanya hidup seseorang dari mulai lahir sampai pada saat

penelitian dilakukan.

2. Pendidikan adalah Tingkatan seseorang dalam menyelesaikan studi dari mulai

tingkatan terendah sampai tingkatan studi terakhir pada saat responden

mengisi kuesioner.

3. Penghasilan adalah Pendapatan responden yang diperoleh seseorang setelah ia

bekerja selama sebulan.

1. 10 Hipotesa

Hipotesa adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan

(31)

mungkin benar dan mungkin salah. Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Ha : Terdapat Pengaruh antara tayangan Wisata Kuliner di Trans TV

terhadap Tindakan menonton Ibu rumah tangga

1.11 Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini menggambarkan tentang cara-cara pengumpulan

data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada dalam kegiatan

ilmiah. Metodologi merupakan hal yang penting untuk menentukan secara

tehnik operasional yang dipakai sebagai pegangan dalam mengambil

langkah-langkah sehingga dapat diketahui tentang :

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yang

(32)

penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya

hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor,

Medan.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

hewan, benda, tumbuh-tumbuhan, gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai

sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu peristiwa

(Nawawi, 1991 : 141)

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah

menonton tayangan Wisata Kuliner yang berusia 30-55 tahun di Komplek

Rispa Kelurahan Gedung Johor. Adapun yang menjadi alasan bagi peneliti

dalam memilih populasi tersebut karena berdasarkan pengamatan peneliti

masyarakat di Komplek Rispa kelurahan Gedung Johor adalah masyarakat

yang penduduknya lebih banyak ibu rumah tangga, sehingga sangat

mendukung penelitian. Sedangkan batas usia dilakukan karena usia 30-55

tahun merupakan kelompok usia yang produktif dan dianggap relevan untuk

mengambil keputusan. Kriteria ini dipilih karena ibu rumah tangga pada usia

ini memiliki pendidikan dan kemampuan yang cukup untuk mencerna dan

menyeleksi isi pesan yang disampaikan dalam tayangan Wisata Kuliner di

Trans TV. Berdasarkan data yang di peroleh saat pra penelitian jumlah Ibu

(33)

b. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan

cara-cara tertentu (Nawawi, 1995 : 144). Tehnik penarikan sampel yang

representatif dilakukan dengan menggunakan rumus Taroyamane dengan

presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90 %, sebagai berikut :

n =

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang. Sedangkan

untuk menentukan publik yang akan menjadi sampel digunakan tehnik

proporsional random sampling, dengan rumus :

n =

(34)

Keterangan : n = Jumlah Sampel nl = Jumlah Populasi

N = Populasi

Berdasarkan rumus diatas , maka dapat dihitung sampel yang dipilih di

setiap lingkungan adalah :

Tabel

Simpel Random Sampling

Lingkungan Populasi Penarikan Sampel Sampel

Lingkungan I

4. Tehnik Penarikan Sampel 1. Probability Sampling

Tehnik Sampling probabilitas ini termasuk tehnik random sebagai cara

penentuan sampel yang objektif, karena memperhitungkan besarnya variasi

populasi yang dapat menjadi sumber kekeliruan dalam penarikan sampel.

Dengan kata lain penentuan sampel dengan cara ini dilakukan dengan

memperhitungkan jumlah atau ukuran sampel untuk memperoleh

elemen-elemen yang benar-benar yang mewakili populasi. Pengambilan sampel

(35)

digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan

tujuan penelitian. Kriteria sampelnya adalah ibu rumah tangga di Komplek

Rispa Kelurahan Gedung Johor yang berusia 30-55 tahun.

2. Random Sampling

Dalam tehnik ini random untuk mendapatkan sampel langsung

dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai

unsur populasi yang terkecil, memperoleh peluang yang sama untuk menjadi

sampel atau untuk mewakili populasi. Dengan menyusun daftar nama-nama

ibu rumah tangga yang populasinya 1992 jiwa. Selanjutnya memberikan

nomor pada setiap populasi, setelah itu mengundi setiap nomor populasi

tersebut dengan sistem lotre, sehingga didapat jumlah sampelnya 95 orang.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Kepustakaan ( Library Research) adalah pengumpulan data

yang dilakukan dengan menghimpun dan mempelajari data dari buku-buku

serta sumber bacaan lain yang relevan dan mendukung penelitian.

(36)

Penelitian Lapangan (Field Research) adalah penelitian dengan cara

mengumpulkan data di lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi

penelitian melalui :

a) Kuesioner : Alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang

harus dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1991 : 117).

Dalam hal ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada Ibu rumah

tangga Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor yang terpilih menjadi

sampel.

b) Observasi : Yaitu pengamatan dan perencanaan secara sistematik terhadap

gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1995 : 100).

Observasi terhadap media televisi dilakukan dalam rangka mengamati

gejala-gejala yang akan diteliti dari tayangan Wisata Kuliner. Sesuai

dengan pra survey yang telah dilakukan peneliti.

6. Tehnik Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan

menggunakan Analisis Tabel Tunggal yang dilakukan dengan

membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas

dasar frekuensi Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis

data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk

setiap kategori (Singarimbun, 1995 : 237). Data yangg diperoleh dari hasil

penelitian akan dianalisis dalam 3 tahap analisa yaitu :

a) Analisa Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan

(37)

frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data

yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap

kategori ( Singarimbun, 1995 : 266)

b) Analisa Tabel Silang

Tehnik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel

yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat

diketahui apakah variabel bernilai positif atau negatif. (Singarimbun,

1995:273).

c) Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data

hipotesa yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat

hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti

menggunakan rumus Rank Spearman (Singarimbun, 1997 :148)

rs =

1-rs : Koefisien korelasi Product Moment

di : Menunjukkan perbedaan setiap pasang rank

n : Jumlah Responden

(38)

Jika rs> 0, maka Ha ditolak dan Ha diterima

. Untuk menguji signifikansi korelasi untuk N > 50 digunakan rumus sebagai

berikut :

Z hitung = 1-

1 / 1 n

rs

Keterangan :

Z : Nilai hitung

rs : Nilai Koefisien korelasi

n : Jumlah Sampel

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford

(Rakhmat, 2004 : 27).

< 0,20 : Hubungan rendah sekali, lemah sekali

0,20-0,40 : Hubungan rendah tapi pasti

0,41-0,70 : Hubungan yang cukup berarti

0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi, kuat

> 0,91 : Hubungan sangat tinggi

1.12 Sistematika Penulisan. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Pembatasan Masalah

(39)

1.5 Kerangka Teori

1.6 Kerangka Konsep

1.7 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

1.9 Defenisi Operasional

1.10 H i p o t e s a

1.11 Metodologi Penelitian

1.12 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Agenda setting

II.2 Model AIDDA

II.3 Tindakan Menonton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.2 Populasi dan Sampel

III.3 Tehnik Penarikan Sampel

III.4 Metode Penelitian

III.5 Tehnik Pengumpulan Data

III.6 Tehnik Analisis Data

BAB IV ANALISIS TABEL TUNGGAL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Tabel Tunggal

(40)

IV.3 Uji Hipotesa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi,

Jakarta, Rineka Cipta

Effendy, Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung,

(41)

Wiryanto, 2000, Teori Komunikasi Massa, Edisi Pertama, PT. Grasindo, Jakarta.

Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES.

Effendy, Onong Uchjana, 2004, Dinamika Komunikasi,Bandung, Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Djalaluddin, 2004 Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, Remaja

Rosdakarya

,1989, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

Ardianto, Elvinaro, 2004 Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa

Rekatama

Wahyudi, J.B, Drs, 1986, Media Komunikasi Massa Televisi, Alumni, Bandung

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Peneitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,

Rineka Cipta

Nurudin, 2003, Komunikasi Massa, Cespur, Yogyakarta.

Mc.Quail, Dennis, 1994, Teori Komunikasi Massa, Erlangga Jakarta

Cangara, Hafied, 2000, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Kedua, PT.Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Sobur, Alex, 2004, Semiotika Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

SUMBER LAIN www.Aplaus.co.id

www.wikipedia.com

www.Wikipedia.org/wiki/Bondan_Winarno

www.transtv.co.id

(42)

26 BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II..1.1 Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada orang lain secara timbal balik sebagai penyampai (komunikator) maupun sebagai penerima pesan (komunikan).

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa latin yaitu Communicatio, dan bersumber dari kata komunis yang berarti sama makna, jadi komunikasi terjadi apabila terjadi kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

Shannon dan Weaver dalam (Wiranto, 2004 :7) mengatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

(43)

27 II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari paradigma yang dikemukakan oleh Harold Laswell : “Who Says What in which Channel To Whom With What Effect”

Paradigma tersebut dijelaskan dalam (Muhammad Arni : 6) sebagai berikut : 1. Who (siapa) => Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. 2. Says What (pesan) => Pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang. 3. In Which Channel (saluran) => Media, sarana, saluran, yang mendukung

pesan yang disampaikan.

4. To Whom (kepada siapa) => penerima pesan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.

5. With What Effect (dampak) => Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan yang disampaikan.

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain yang bertujuan untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Menurut Shannon dan Weaver (Muhammad Arni, 1995:6) unsur-unsur komunikasi terbagi menjadi 6 bagian yaitu :

(44)

28 2. Komunikator => Orang atau kelompok yang menyampaikan pesan-pesan

komunikasi sebagai suatu proses.

3. Pesan => Keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator

4. Channel => Saluran penyampaian dari apa yang disampaikan oleh komunikator.

5. Komunikan => Orang atau kelompok yang menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

6. Effect => Hasil akhir dari suatu komunikasi. II.1.3 Tujuan Komunikasi

Tujuan Komunikasi menurut Effendy (2003 : 55) yaitu : 1. Untuk mengubah sikap

2. Untuk mengubah opini 3. Untuk mengubah perilaku 4. Untuk mengubah masyarakat II.1.4 Proses Komunikasi

(45)

29 Proses komunikasi terbagi menjadi 2 tahap, yaitu :

1) Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perassan komunikator kepada komunikan.

2) Proses komunikasi secara skunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya nerada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

II.2. Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

(46)

30 komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek.

Defenisi komunikasi massa menurut Gerbner adalah Produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Dari definisi Gerbner diatas tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi, secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan.

Definisi komunikasi massa menurut Joseph.A.Devito, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak, meliputi seluruh penduduk atau aemua orang yang menonton televisi.

Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak / elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rahmat,2004:189)

II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide (Cangara, 2006 : 57-58).

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari 5 bagian yaitu : a) Pengawasan => Fungsi pengawasan memiliki kegunaan untuk dapat

(47)

31 tentang film apa yang sedang main diputar di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, berita tentang mode, resep masakan dan sebagainya.

b) Penafsiran => Fungsi penafsiran hampir mirip dengan pengawasan. Memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan, Contohnya dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) dalam surat kabar.

c) Keterkaitan => Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d) Penyebaran nilai => fungsi ini mengacu kepada cara individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

e) Hiburan => Fungsinya untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

II.2.3 Karakteristik Komunikasi

(48)

32 komunikasi massa, yang meliputi sifat-sifat unsur yang dicakupnya (Ardianto,2004 :7), Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :

a) Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Karena media massa adalah lembaga / organisasi, maka komunikator dalam komunikasi massa seperti; wartawan, sutradara, penyiar radio, pembawa acara, dan penyiar televisi adalah komunikator terlembagakan. Media massa merupakan organisasi yang rumit. Berhasil tidaknya komunikasi massa ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa.

b) Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi masa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta,peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik bagi sebagian besar komunikan.

c) Komunikannya Anonim dan Heterogen

(49)

33 dalam periode waktu yang singkat saja dan tidak dapat diukur berapa total jumlahnya. Bersifat heterogen berarti khalayak berasal dari latar belakang pendidikan, usia, suku, agama, pekerjaan dan sebagainya.

d) Media massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lain berada dalam keadaan terpisah

II.2.4 Efek Komunikasi Massa

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa ditimbulkan pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. (Effendy, 2002 : 318-319). Mengenai efek komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(50)

34 mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.

b) Efek Afektif => Efek afektif adalah pesan komunikasi massa diharapkan dapat mengubah perasaan tertentu dari khalayak. Berhubungan dengan fikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mengerti dan bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi massa yang menimbulkan efek kognitif seperti; berita, tajuk rencana, artikel, dan acara pendidikan.

c) Efek behavioral => Efek behavioral adalah akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, dan kegiatan.

II. 3 Televisi sebagai Media Massa

II. 3.1 Pengertian Televisi

Secara etimologis, televisi berasal dari 2 kata yang berbeda, yakni tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (vidire-bahasa latin) yang artinya penglihatan. Dalam bahasa inggris, televisi disebut televition yang artinya melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempay dan dapat dilihat melalui seperangkat penerima (Televisi set)

(51)

35 Televisi menciptakan suasana tertentu pada pemirsanya agar dapat melihat sambil duduk tanpa kesenjangan untuk menyaksikan siaran televisi. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antar komunikator terhadap komunikan.

Kelebihan dan Kelemahan Televisi

Dengan sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang sangat efektif. Selain itu, televisi juga memiliki berbagai kelebihan televisi yaitu :

a) Kemampuannya dalam menjangkau wilayah secara luas.

b) Karena pesan televisi bersifat umum, maka pemirsanya beragam. c) Pesan dapat disampaikan dengan cepat.

Kelemahan televisi yaitu :

a) Khalayak tidak dapat memberikan feedback secara langsung.

b) Khalayaknya tidak selektif, karena televisi cenderung menjangkau pemirsanya secara massal.

Ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya yaitu : 1) Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya.

2) Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Misalnya : model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian ditiru secara fisik.

(52)

36 II. 3.2 Karakteristik Televisi

Karakteristik televisi terbagi menjadi 3 bagian yaitu : 1) Audivisual

Karena sifatnya yang audiovisual, maka acara siaran televisi harus dilengkapi dengan gambar, sehingga apabila pemirsa ingin melihat siaran berita dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang informasi yang disiarkan serta mempunyai keyakinan akan kebenaran berita tersebut.

2) Berfikir dalam gambar

(53)

37 3) Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio, pengoperasian televisi lebih kompleks dan lebih melibatkan orang untuk menayangkan suatu siaran televisi.

II.3.3 Fungsi televisi sebagai Media Massa

Menurut Effendy (2000 : 30) televisi sebagai produk revolusi elektronik abad ke-20, yang mempunyai 3 fungsi yaitu :

a) Fungsi Informasi / penerangan

Televisi dianggap media yang mampu menyiarkan informasi secara memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor yaitu kesegaran dan kenyataan.

b) Fungsi Pendidikan

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat

c) Fungsi Hiburan

Sebagai komunikasi massa dalam kegiatannya berlangsung melalui suatu proses, yaitu jalan dan urutan kegiatan.

II. 4 Tindakan Menonton

(54)

38 menonton adalah suatu proses yang disadari / tidak disadari dimana menonton diletakkan pada alam yang samar yang dihadapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi di atas layar yang akan menimbulkan emosi, fikiran, dan perhatian manusia yang dipengaruhi tayangan-tayangan yang ditonton.

Jadi tindakan menonton dapat disimpulkan suatu dorongan untuk menonton pertunjukkan yang akan menimbulkan emosi, fikiran, dan perhatian manusia yang dipengaruhi tayangan-tayangan yang ditonton.

II . 5 Tayangan Wisata kuliner

Ditengah masyarakat kita, kegiatan makan kini bukan lagi merupakan suatu kegiatan harian yang sederhana dan monton. Berkat “mak-nyuss” ,makan menjadi kegiatan yang membangkitkan selera makan yang menjadi tayangan yang dinanti penonton sebagai rujukan atau referensi dalam kegiatan menyantap makanan.

Program sejenis yang kini bermunculan mewarnai layer televisi kita menghadirkan kebutuhan akan sesuatu yang berguna sehari-hari. Acara ini menjadi unik karena di dalamnya menghadirkan serba aneka masakan yang khas dari Indonesia maupun dari segala penjuru dunia. Setelah kita dijejali dengan makanan siap saji.

(55)

39 menu berdasrkan keunikan citra rasa dari masakan tersebut.

Tayangan Wisata Kuliner adalah program acara yang menyajikan tentang beraneka ragam masakan yang khas dalam suatu daerah yang dapat dijumpai diberbagai kota-kota, khususnya yang disajikan di warung-warung pinggir jalan. Tayangan Wisata Kuliner menjelaskan tentang citra rasa dari masakan suatu daerah. Tayangan acara ini ditayangkan dari hari Senin sampai Jum’at pukul 14.00 dan hari Sabtu pukul 07.30.

Yang menonjol dari acara wisata kuliner ini, pembawa acaranya mampu mengapresiasikan cita rasa makanan secara detail. Dia mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan hidangan yang disantapnya, seperti bumbu apa saja yang dominan, bumbu yang meresap dilidah, sehingga pemirsanya seolah-olah ikut merasakan makanan yang disajikan yang sangat menggugah selera pemirsanya.

(56)

40 II.6 Teori Agenda Setting

Agenda setting di perkenalkan oleh Mc.Combs dan Donald Show dalam

Public opinion Quatery tahun 1973, berjudul The Agenda Setting Function of Mass Media. Model Agenda setting menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi dengan fokus penelitian yang telah bergeser.

Efek pada sikap dab pendapat bergeser kepada efek pada kesadaran dan pengetahuan dari efek afektif ke efek kognitif (Rakhmat, 2004 : 68). Asumsi dasar dari teori agenda setting adalah jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting bagi media, maka penting bagi masyarakat.

Oleh karena itu, apabila media massa memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, maka akan memberi pengaruh terhadap pendapat umum.Asumsi ini berasal dari asumsi lain yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap da pendapat. Teori ini menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya (Bungin, 2006 : 280).

Namun teori agenda setting juga memiliki kelemahan yaitu jika khalayak menggunakan media yang berbeda, maka khalayak tidak akan diterpa isu yang sama yang dianggap penting, seperti isu-isu yang memiliki kedekatan geografis.

(57)

41 massa mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa ( Bungin, 2006 : 280).

Model Agenda setting adalah model yang mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Media memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuran. Pertama peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif, atau peneliti menentukan batas waktu tertentu, berbagai isi media dan menyusun isi itu berdasarkan panjang (waktu dan ruang). Sifat-sifat stimulus menunjukkan karakteristik issues, termasuk jarak issue (apakah issue itu langsung atau tidak langsung dialami oleh individu), lama terpaan (apakah issue itu baru muncul atau mulai pudar).

Agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal), dan apa yang dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan orang ramai ( community salience). Efek terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan. Efek langsung berkaitan dengan issue, apakah issue itu ada atau tidak dalam agenda khalayak (pengenalan), dari semua issue mana yang dianggap paling penting menurut khalayak (salience), bagaimana issue itu mendapat respon oleh responden. Efek lanjutan berupa tindakan

(58)

42 setting adalah, dari segi program acara yang dirancang secara khusus untuk membangkitkan tindakan seseorang, khususnya ibu-ibu dalam menonton acara ditelevisi. Karena ibu-ibu intensitasnya dalam menonton tayangan televisi sangat besar,khususnya dalam acara masakan.

Dengan ditayangkannya tayangan wisata kuliner, yang diputar dari mulai hari Senin-Sabtu, dari pukul 14.00-14.30, dan hari Sabtu jam 07.30. Konsep acaranya disetting tiap episode berbeda-beda sehingga membuat ibu-ibu tidak mudah bosan menonton acara tersebut. Kadang-kadang pembawa acaranya menghadirkan anaknya untuk turut jalan-jalan dan makan-makan di acara tersebut.

Tayangan acara ini menyuguhkan konsep acara yang berbeda dari acara yang sejenis. Dalam membawakan program acara tersebut, pembawa acaranya pandai didalam mengapresiasikan citra rasa masakan yang dicicipinya. Dalam membawakan program acara tersebut, biasanya pembawa acaranya mempunyai ciri khas tersendiri dalam menilai rasa dari masakan yang dicicipinya, sehingga berbeda dengan pembawa acara yang membawakan acara yang sejenis.

(59)

43 II.4.4 Teori AIDDA

Teori AIDDA sering juga disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AIDDA merupakan akronim dari :

A Attention (Perhatian) I Interest (Minat)

D Desire (Hasrat / Keinginan) D Decision (Keputusan)

A Action (Tindakan) ( Effendy, 2003 : 304)

Formula AIDDA dirumuskan untuk memudahkan mengarahkan suatu tujuan komunikasi yang dilakukan. Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang terjadi pada diri khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi. Tahapan diatas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian.

Dalam hal ini, sebuah komunikasi harus dapat menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya. Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya. Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan suatu daya tarik pada dirinya yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap pesan komunikasi yang disampaikan. Namun yang harus diperhatikan juga bahwa dalam membangkitkan perhatian khalayak harus dihindari munculnya suatu himbauan yang negatif.

(60)

44 memberitahukan cara memperoleh atau mendapatkan kebutuhan. Seorang komunikator harus dapat mengetahui apa yang sedang diinginkan oleh seorang komunikan.

Perhatian adalah sesuatu yang menimbulkan ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu. Dalam hal ini, Wisata kuliner harus dapat memberikan tayangan yang istimewa daripada tayangan yang sejenis, sehingga memberikan sesuatu yang berbeda bagi pemirsa yang menonton tayangan tersebut.

Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest). Minat adalah kecenderungan hati untuk menentukan sesuatu yang disenangi. Minat merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat / keinginan (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

Keinginan adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang tertuju pada sesuatu. Hanya hasrat / keinginan saja pada diri komunikan tidaklah cukup bagi komunikator, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan. Keputusan adalah perihal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang telah difikirkan dan dipertimbangkan. Keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) seperti yang diharapkan komunikator.

Tindakan adalah Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Setelah tumbuhnya minat dalam diri pemirsa akan menimbulkan tindakan untuk menonton tayangan acara tersebut.

(61)

45 acara harus mampu membangkitkan perhatian pemirsanya. Tayangan Wisata Kuliner harus mampu membangkitkan perhatian pemirsa televisi, dalam hal ini ibu rumah tangga dengan menampilkan format yang berbeda dari tayangan acara yg sejenis, dengan menghadirkan seorang pembawa acara yang sangat mengetahui citra rasa masakan secara detail,sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak dalam hal ini ibu rumah tangga untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang program acara tersebut. Selanjutnya minat akan melahirkan keinginan yang terus-menerus Untuk menonton acara tersebut, sehingga melahirkan keputusan dan tindakan Ibu rumah tangga untuk menonton program acara tersebut.

(62)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1.1 Letak Geografis

Kelurahan Gedung Johor adalah salah satu dari enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Johor. Kelima lainnya yang terdapat dalam kecamatan Medan Johor adalah Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kelurahan Kuala Bekala, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning dan Kelurahan Kedai Durian.

Letak Kelurahan Gedung Johor mempunyai luas wilayah 315 Km2dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Disebelah Utara, Kelurahan Gedung Johor berbatasan 315 Km2kelurahan Pangkalan Mansyur.

- Disebelah Barat, Kelurahan Gedung Johor berbatasan dengan sungai Babura (Kuala Bakala).

- Disebelah Selatan, Kelurahan Gedung Johor berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

- Disebelah Timur, Kelurahan Gedung Johor berbatasan dengan Sungai Deli (Kelurahan Titi Kuning).

(63)

47 III.1.2 Keadaan Demografi

Jumlah ibu rumah tangga di Kelurahan Gedung Johor Medan secara keseluruhan adalah 1992 ( Kantor Kelurahan Gedung Johor,Desember 2007).

Dengan jumlah ibu rumah tangga mencapai 1992 yang tersebar di 13 lingkungan. Kelurahan Gedung Johor terdiri dari berbagai macam tingkat pendidikan,usia,dan pekerjaan.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penduduk kelurahan gedung johor, maka di bawah ini dipaparkan dalam berbagai tabel :

Tabel 1

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia

No Kelompok Usia Jumlah / orang

1. 30-35 tahun 575

2. 36-40 tahun 425

3. 41-45 tahun 400

4. 46-50 tahun 300

5. 51-55 tahun 292

Sumber : Kantor Kelurahan Gedung Johor Desember 2007

III.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi

(64)

48 Tabel 2

Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. SD / Sederajat 200

2. SLTP / sederajat 267

3. SLTA / sederajat 725

4. Akademi (D1 / D3) 634

5. Sarjana (S1 / S3) 166

Sumber : Kantor Kelurahan Gedung Johor Desember 2007

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di kelurahan Gedung Johor tidak merata, bahkan tidak terdatanya sebagian penduduk sehingga tidak diketahuinya berapa penduduk tidak tamat / putus sekolah. Namun secara keseluruhan dari segi tingkat pendidikan kebanyakan masyarakat di kelurahan Gedung Johor adalah tamatan SLTA.

Tabel 3

Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri 361

2 Karyawan 700

3 Wiraswasta 500

4 POLRI 50

5 Pensiunan 381

Sumber : Kantor Kelurahan Gedung Johor Desember 2007

(65)

49 III.1.4 Struktur Organisasi

Kelurahan : Gedung Johor Kecamatan : Medan Johor

Kota : Medan

Propinsi : Sumatera Utara

Kelurahan Gedung Johor Medan dikepalai oleh seorang lurah. Dalam melaksanakan tugasnya, lurah dibantu oleh perangkat-perangkat pemerintahan kelurahan dan kepala-kepala lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada struktur organisasi berikut ini :

Gambar

Tabel
Tabel 2
TABEL 1 USIA RESPONDEN
TABEL 2 PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak ekonomi dari pencemaran udara terhadap kesehatan di Indonesia menggunakan data tahun 2011.. Indikator pencemaran udara

Tongkol jagung yang sudah Gambar 2. Pengayakan

1) Pemecahan setiap mata kuliah; Terhadap mata kuliah dengan bobot 3 SKS, program dapat memecah mata kuliah tersebut menjadi 2 atau 3 kelompok jam kuliah jika waktu

[r]

Pada pengujian pertama dilakukan percobaan untuk mengambil gambar secara periodik dari kamera mobile phone. Dari hasil percobaan diperoleh waktu untuk pengambilan

Pengaruh penambahan tepung tongkol jagung pada media tanam terhadap berat basah jamur tiram putih ( P. ostreatus ) sebagai bahan ajar biologi. Prosiding Seminar

Skala sikap respon terhadap konflik antar pribadi ini terdiri dari 50 item. pernyataan yang terbagi menjadi 4 aspek, yakni aspek Keinginan

kampung jaran8 yang di tuanBkrf dalam b.mrk tcnulis. k.brmyakan banyal dikehhui oleh ne.e[a yan-! \udah iua ScdaDgkatr gen.rasi mud.. nd.h bcrinrclr.si dcn!.n