• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA ASKES SOSIAL DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH Dr.PIRNGADI MEDAN

T E S I S

Oleh

TRISNA HARYANTI 097032043/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA ASKES SOSIAL DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH Dr.PIRNGADI MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TRISNA HARYANTI 097032043/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA ASKES SOSIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.PIRNGADI MEDAN Nama Mahasiswa : Trisna Haryanti

Nomor Induk Mahasiswa : 097032043

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si) (Drs. Amru Nasution, M.Kes Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 05 Oktober 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA ASKES SOSIAL DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2011

(6)

ABSTRAK

Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator pelayanan rumah sakit. Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan, ditemukan jumlah kunjungan pasien rawat inap peserta Askes sosial mengalami penurunan sebesar 10,5%, periode Tahun 2009-2010. Penurunan jumlah kunjungan ini diduga terkait dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap peserta Askes sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam spenelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap peserta Askes sosial periode Tahun 2011. Jumlah sampel sebanyak 93 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji regresi berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel mutu pelayanan kesehatan yang terdiri dari dimensi; kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), perhatian (empathy), dan bukti langsung (tangibles) berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap peserta Askes sosial di RSUD dr. Pirngadi Medan. Variabel kehandalan (reliability) memberikan pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien rawat inap.

Disarankan kepada manajemen RSUD dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien rawat inap meliputi dimensi kehandalan, daya tanggap, jaminan, perhatian dan bukti langsung sehingga kepuasan pasien dapat terpenuhi.

Kata kunci : Kualitas Pelayanan, Kepuasan.

(7)

ABSTRACT

The patient satisfaction is one indicator of hospital services.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of quality of Service on the satisfaction of Social Health Assurance in-patients at dr. Pirngadi General Hospital Medan. The population of this study were all of the Social Health Assurance in-patients at Dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2011.

Based on the result of the preliminary survey conducted at dr. Pirngadi General Hospital Medan, it is found that the visit of the Social Health Assurance in-patients decreased for 10.5% within the period of 2009-2010. The decrease is assumed to the level of satisfaction of the Social Health Assurance in-patients.

The number of samples as many as 93 people, taken by simple random sampling technique.

The result of this study showed statistically the quality of services consist of the dimensions; reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangibles had significantly influence on the satisfaction of Social Health Assurance in-patients at Dr. Pirngadi General Hospital Medan. Variable of reliability had the most influence on the satisfaction of Social Health Assurance in-patients.

Data obtained by interview using a questionnaire, were analyzed with

multiple regression test at α = 0.05.

It is recommended to the management Dr. Pirngadi General Hospital Medan to improve the quality of service by improving the dimention of quality i.e: reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangibles, so that patient satisfaction can be met.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat

serta pertolongan-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan judul "Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.Penulis dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan

sekaligus sebagai Dosen Penguji I.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekertaris Program Studi S2 Ilmu

(9)

5. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan

Drs.Amru Nasution, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan

waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis

selesai.

6. dr. Fauzi, S.K.M selaku Dosen Penguji II yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk

membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

7 Bupati Kabupaten Simalungun dan jajarannya yang telah berkenan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus

memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dan jajarannya yang telah

berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan

dan sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

9. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan staf yang telah memberikan izin sampai

selesai penelitian.

10. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

(10)

11. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda H.Sofyan Wahidin

dan Ibunda Hj. Nanyl Fauziah atas segala jasanya sehingga penulis selalu

mendapat pendidikan terbaik.

12. Teristimewa buat suami tercinta T. Edwin, dan anak : T.Muhammad Javier Albar

serta Abang, Adik-adik tersayang yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan

dan do’a serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan

memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2011 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Trisna Haryanti, lahir pada tanggal 16 Februari 1970 di Mambangmuda

Kabupaten Labuhan Batu, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda

H. Sofyan Wahidin dan Ibunda Hj. Nanyl Fauziah.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri

Sei Rampah, selesai Tahun 1982, Sekolah Menengah Pertama di SMP Bhayangkari

Medan, selesai Tahun 1985, Sekolah Menengah Atas di SMA Tunas Kartika I

Medan, selesai tahun 1988, Fakultas Kedokteran di Universitas Islam Sumatera Utara

(UISU) Medan, selesai Tahun 1999.

Penulis mulai bekerja sebagai dokter PTT di Puskesmas Tiga Runggu

Kabupaten Simalungun tahun 2000 sampai tahun 2003, tahun 2007 sampai sekarang

sebagai PNS di Puskesmas Sarimatondang Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2009 dan menyelesaikan pendidikan tahun

(12)

DAFTAR ISI

2.1.2 Karakteristik Jasa dan Pemasaran Jasa ... 15

2.2 Pelayanan Kesehatan ... 15

2.2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan... 15

2.2.2 Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar... 15

2.2.3 Karakteristik Pelayanan Kesehatan ... 16

2.2.4 Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan ... 18

2.2.5 Pelayanan Rawat Inap ... 20

2.3 Rumah Sakit ... 22

2.3.1 Pengertian Rumah Sakit ... 22

2.3.2 Fungsi Rumah Sakit ... 25

2.4 Kualitas Pelayanan ... 25

2.4.1 Kualitas Pelayanan Rawat Inap ... 29

2.4.2 Pelayanan Tenaga Medis... 31

2.4.3 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit ... 31

2.4.4 Penyediaan Sarana Medik, Non Medik dan Obat-obatan ... 33

2.5 Landasan Teori ... 34

(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 36

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 43

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 44

3.7 Metode Analisis Data ... 44

4.3.1 Reliability (kehandalan pelayanan) ... 51

4.3.2 Responsiveness (daya tanggap pelayanan) ... 54

4.3.3 Assurance (jaminan pelayanan) ... 56

4.3.4 Empathy (perhatian pelayanan) ... 59

4.3.5 Tangibles (penampilan pelayanan) ... 61

(14)

4.6.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di

RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 82

4.6.2 Pengujian Hipotesis ... 83

4.6.3 Pengujian Secara Serentak (Simultan) ... 86

BAB 5. PEMBAHASAN ... 87

5.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 87

5.1.1 Pengaruh Reliability (Kehandalan) terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 89

5.1.2 Pengaruh Responsiveness (Daya Tanggap) terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 92

5.1.3 Pengaruh Assurance (Jaminan) terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 94

5.1.4 Pengaruh Empathy (Perhatian) terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 97

5.1.5 Pengaruh Tangibles (Penampilan) terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 100

5.2 Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 102

5.2.1 Pelayanan Administrasi ... 104

5.2.2 Pelayanan Dokter ... 105

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

6.1 Kesimpulan ... 110

6.2 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Kunjungan Peserta Askes Sosial Rawat Inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008 – 2010 ... 6

3.1 Pengukuran Variabel Bebas ... 43

3.2 Pengukuran Variabel Terikat ... 44

4.1 Jenis Ketenagaan di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 47

4.2 Distribusi Identitas Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 50

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Reliability (Kehandalan Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 52

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Reliability (Kehandalan Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 54

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Responsiveness (Daya Tanggap Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 55

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Responsiveness (Daya Tanggap Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 56

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Assurance (Jaminan Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 57

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Assurance (Jaminan Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi ... 59

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Empathy (Perhatian Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 60

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Empathy (Perhatian Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 61

(16)

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tangibles (Penampilan

Pelayanan) di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 65

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Pelayanan di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 66

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Administrasi di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 67

4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Dokter di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 69

4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Perawat di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 71

4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Penunjang Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 73

4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Makanan di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 75

4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Petugas Obat di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 77

4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Ruang Rawat Inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 78

4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan di RSUD

Dr. Pirngadi Medan ... 80

4.22 Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di

RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 81

4.23 Hasil Uji Regresi Berganda Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 83

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Landasan Teori. ... 34

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 117

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 126

3 Uji Univariat dan Bivariat ... 133

4 Hasil Uji Regresi ... 159

5. Dokumentasi Penelitian ... 154

6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155

(19)

ABSTRAK

Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator pelayanan rumah sakit. Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan, ditemukan jumlah kunjungan pasien rawat inap peserta Askes sosial mengalami penurunan sebesar 10,5%, periode Tahun 2009-2010. Penurunan jumlah kunjungan ini diduga terkait dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap peserta Askes sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam spenelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap peserta Askes sosial periode Tahun 2011. Jumlah sampel sebanyak 93 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji regresi berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel mutu pelayanan kesehatan yang terdiri dari dimensi; kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), perhatian (empathy), dan bukti langsung (tangibles) berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap peserta Askes sosial di RSUD dr. Pirngadi Medan. Variabel kehandalan (reliability) memberikan pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien rawat inap.

Disarankan kepada manajemen RSUD dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien rawat inap meliputi dimensi kehandalan, daya tanggap, jaminan, perhatian dan bukti langsung sehingga kepuasan pasien dapat terpenuhi.

Kata kunci : Kualitas Pelayanan, Kepuasan.

(20)

ABSTRACT

The patient satisfaction is one indicator of hospital services.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of quality of Service on the satisfaction of Social Health Assurance in-patients at dr. Pirngadi General Hospital Medan. The population of this study were all of the Social Health Assurance in-patients at Dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2011.

Based on the result of the preliminary survey conducted at dr. Pirngadi General Hospital Medan, it is found that the visit of the Social Health Assurance in-patients decreased for 10.5% within the period of 2009-2010. The decrease is assumed to the level of satisfaction of the Social Health Assurance in-patients.

The number of samples as many as 93 people, taken by simple random sampling technique.

The result of this study showed statistically the quality of services consist of the dimensions; reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangibles had significantly influence on the satisfaction of Social Health Assurance in-patients at Dr. Pirngadi General Hospital Medan. Variable of reliability had the most influence on the satisfaction of Social Health Assurance in-patients.

Data obtained by interview using a questionnaire, were analyzed with

multiple regression test at α = 0.05.

It is recommended to the management Dr. Pirngadi General Hospital Medan to improve the quality of service by improving the dimention of quality i.e: reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangibles, so that patient satisfaction can be met.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepuasan pasien memiliki hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas

memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan

hubungan yang baik dan kuat dengan rumah sakit. Adanya ikatan dan hubungan yang

kuat dengan pasien sebagai pelanggan, maka rumah sakit sebagai perusahaan jasa

dapat memahami kebutuhan pasien dan berusaha memenuhinya serta meminimkan

kesalahan yang mengakibatkan kekecewaan pasien sebagai konsumen.

Pembangunan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36

tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut pemerintah telah mengupayakan dengan

berbagai program, salah satunya adalah dengan program Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Sistem jaminan sosial nasional pada dasarnya merupakan program

negara yang bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Thabrany, 2001)

Rumah sakit di Amerika Serikat pada tahun 1985 penyelengaraan biaya

sebanyak 29,1% disantuni oleh program medicare (Asuransi Pemerintah Negara

Bagian), dan 36% disantuni oleh asuransi kesehatan swasta. Hanya 9,3% biaya

(22)

P.R: Introduction to Health service). Hal ini dapat dilihat betapa besarnya kekuasaan

asuransi terhadap pembiayaan rumah sakit. Menurut Jacobalis (2000), asuransi sangat

menentukan tentang utilisasi rumah sakit dan juga tentang kualitas.

Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan

pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)

yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (UU No 44 tahun

2009).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat menyebabkan

perubahan yang terjadi dilingkungan eksternal dan internal rumah sakit sehingga para

pengelola rumah sakit harus mengubah paradigma/cara pandang bahwa rumah sakit

sekarang ini bukanlah semata-mata organisasi yang bersifat sosial. Meningkatnya

teknologi kedokteran dengan komponen-komponen lainnya memaksa para pengelola

rumah sakit harus berpikir dan berusaha secara sosioekonomi dalam mengelola

rumah sakitnya (Trisnantoro, 2000 ).

Antisipasi kualitas harus dilakukan oleh rumah sakit untuk tetap bertahan dan

berkembang adalah meningkatkan pendapatan dari pasien, karena pasien merupakan

sumber pendapatan dari rumah sakit baik secara langsung (out of pocket) maupun

(23)

tidak dapat bertahan dan berkembang mengingat biaya operasional rumah sakit yang

sangat tinggi. Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan kunjungan pasien ke rumah

sakit maka rumah sakit harus mampu menampilkan dan memberikan kepuasan

kepada konsumen, Parasuraman et.al. dalam Irawan (2008).

Cara utama mendiferensiasikan pelayanan jasa kesehatan termasuk pelayanan

rawat inap adalah memberikan jasa pelayanan kesehatan yang berkualitas, lebih

tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi

harapan pasien tentang kualitas pelayanan yang diterimanya. Setelah menerima jasa

pelayanan kesehatan pasien akan membandingkan jasa yang dialami dengan jasa

yang diharapkan. Jika jasa yang dialami berada dibawah jasa yang diharapkan, pasien

tidak berminat lagi pada penyedia pelayanan kesehatan. Jika jasa yang dialami

memenuhi atau melebihi harapan, pasien akan menggunakan penyedia pelayanan

kesehatan itu lagi (Supranto, 2000).

Kesenjangan antara persepsi konsumen dan persepsi penyedia jasa pelayanan

kesehatan mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa yang berkualitas. Penyedia

jasa pelayanan kesehatan tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan

pelanggan (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Kotler, 2000). Parasuraman

dalam Tjiptono (2002), penilaian pasien terhadap kualitas ditentukan oleh dua hal

yaitu: harapan pasien terhadap kualitas (expected quality) dan persepsi pasien atas

kualitas (perceived quality). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pengukuran

keberhasilan suatu perusahaan jasa dalam hal ini rumah sakit, lebih banyak

(24)

diberikan oleh rumah sakit tersebut dengan segala unsur yang ada dalam lingkungan

internalnya. Serta unsur yang berada di luar perusahaan yang saling berinteraksi dan

memengaruhi keberhasilan perusahaan jasa/rumah sakit tersebut dalam mencapai

kepuasan pasien.

Kesenjangan antara persepsi konsumen/ pasien dan persepsi penyedia jasa

pelayanan kesehatan/rumah sakit dapat diatasi dengan mengidentifikasi/mengenal

kebutuhan pasien dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap persepsi dan

kualitas pelayanan kesehatan. Dengan mengenal hal tersebut maka akan memberikan

suatu pemahaman yang lebih baik mengenai cara pasien mempersepsikan kualitas

pelayanan sehingga rumah sakit akhirnya dapat memahami bagaimana seharusnya

memuaskan pasiennya (Supranto, 2000).

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi, yakni pelaku persepsi, target yang

dipersepsikan dan situasi. Ketika individu memandang kepada objek tertentu dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Diantara karakteristik pribadi yang

memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat,

pengalaman masa lalu, dan harapan Robbin (2005).

Kualitas pelayanan rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan kesehatan yang

diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang sesuai dengan

tingkat rata-rata penduduk yang menjadi sasaran pelayan kesehatan tersebut (Azwar,

1996). Kualitas pelayanan kesehatan didukung oleh banyak faktor yang ada di rumah

(25)

tenaga kesehatan, pembiayaan, sarana dan teknologi kesehatan yang digunakan, serta

interaksi kegiatan yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan jasa atau pelayanan,

Wasisto (1994).

Kepuasan merupakan tingkat perasaan setelah membandingkan kinerja yang

dirasakan dengan harapan yang diinginkan sehingga tingkat kepuasan merupakan

persepsi konsumen setelah menerima pelayanan. Konsumen akan mengalami salah

satu tingkat kepuasan konsumen secara umum dimana, apabila pelayanan yang

diberikan tidak sesuai dengan harapan konsumen maka konsumen akan merasa

kecewa, sedangkan apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan

konsumen, maka konsumen merasa puas, Tjiptono (2004).

Kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan merupakan faktor

yang sangat penting dalam sebuah bisnis atau usaha yang bergerak dalam bidang jasa

khususnya rumah sakit. Menurut Parasuraman dalam Wijono (2000), kepuasan pasien

dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang meliputi : bukti langsung (tangibles),

kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (asurance) dan

perhatian (empaty).

Kualitas dan kepuasan tidak dapat dipisahkan seperti layaknya dua sisi mata

uang yang saling berhubungan dan memengaruhi. Kualitas memberikan suatu

dorongan kepada pasien untuk menjalin hubungan yang kuat dengan rumah sakit.

Hubungan seperti ini dalam jangka panjang memungkinkan rumah sakit untuk

(26)

sakit dapat meningkatkan kepuasan pasien di rumah sakit melalui pengalaman pasien

yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman yang kurang

menyenangkan. Kepuasan pasien pada akhirnya berpengaruh terhadap kesetiaan

pasien kepada rumah sakit yang memberikan kualitas yang memuaskan, Puti (2007).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan merupakan salah

satu Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan peserta Askes sosial. Rumah

sakit ini dengan akreditasi A yang terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin SH No. 47 Medan

Sumatera Utara. Survei pendahuluan tentang perkembangan kunjungan pasien rawat

inap pasien peserta Askes sosial selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan jumlah

kunjungan pasien rawat inap peserta Askes sosial tahun 2008-2010 fluktuatif

cenderung menurun ke RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penurunan kunjungan pasien

rawat inap peserta Askes sosial ini memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan

yang diberikan kepada pasien peserta Askes sosial belum optimal dan hal ini bisa

menjadi salah satu isyarat adanya kekurangpuasan pasien rawat inap peserta Askes

sosial dalam pelayanan kesehatan, pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Peserta Askes Sosial Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008 – 2010

No Tahun Jumlah Persentase (%)

1 2008 9.842 -

2 2009 9.507 (3,5)

3 2010 8.607 (10,5)

Sumber : Profil RSUD. Dr. Pirngadi Medan, 2011

Hasil penelitian Nainggolan dan Sebayang (2004) di RSUD. Dr. Pirngadi

(27)

(tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kenyamanan

(asurance) dan perhatian (empathy) belum baik demikian juga kualitas pelayanan

kesehatan dengan indikator pelayanan tenaga dokter, pelayanan tenaga perawat,

pelayanan tenaga administrasi, kelengkapan peralatan medis berpengaruh terhadap

kepuasan pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Menurut Irawan (2008), pelanggan yang merasa puas umumnya akan

menceritakan tentang kepuasannya kepada sekitar 2–4 orang sehingga walaupun

disini terjadi beberapa kenaikan jumlah peserta namun persentasenya dirasa masih

terlalu kecil bila mengacu kepada hasil survei yang ada. Terlebih menurut data di atas

juga terjadi penurunan jumlah kunjungan peserta Askes sosial, artinya peserta Askes

sosial merasa tidak puas dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

petugas kesehatan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

RSUD. Dr. Pirngadi Medan telah banyak memberikan kontribusi dalam

pelayanan kesehatan bagi masyarakat. RSUD. Dr. Pirngadi Medan telah mendapat

akreditasi dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS Pusat-Dep.Kes.RI) pada tahun

2000, dan telah memenuhi 5 (lima) standar kegiatan pokok, yaitu ; administrasi dan

manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan dan

rekam medis (Bagian Rawat Inap Pasien Askes RSUD Dr. Pirngadi Medan, 2011).

RSUD Dr.Pirngadi Medan dalam operasionalnya sehari-hari tidak sedikit

mendapat kritikan dari pasien. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 13 orang

pasien rawat inap peserta Askes sosial ternyata ada 10 orang yang mengeluh tentang

(28)

dengan pasien non Askes, pelayanan obat yang kurang memuaskan, jam praktek

dokter hanya melayani pada waktu pagi atau sore hari saja dan pada siang hari tutup,

ruang tunggu kurang nyaman, tidak tepatnya jam praktek dokter sehingga pasien

harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan pelayanan padahal pasien tidak

ramai serta masih ada petugas yang bersikap kurang ramah kepada pasien.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui ”Pengaruh

Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Askes Sosial di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan”

1.2 Permasalahan

Apakah ada pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari kehandalan

(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), perhatian

(empathy), dan bukti langsung (tangibles) terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap

Peserta Askes sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan

yang terdiri dari kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan

(assurance), perhatian (empathy), dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan

(29)

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari kehandalan (reliability),

daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), perhatian (empathy), dan bukti

langsung (tangibles) terhadap kepuasan pasien rawat inap peserta Askes sosial di

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat.

2. Memberikan masukan bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam manajemen strategi

kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kualitas pelayanan kesehatan pasien peserta Askes.

4. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kepuasan

2.1.1 Pengertian Kepuasan

Kata ‘kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat

diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’

(Tjiptono, 2004). Kepuasan juga dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan

harapannya (Kotler, 2000).

Menurut J. Paul Peter, Jerry C. Olson dalam Usmara (2003), kepuasan atau

ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan kinerja sebelum membeli dan

persepsi kinerja yang diterima konsumen setelah membeli. Jika harapan kinerja

sebelum membeli lebih besar dari kinerja yang diterima setelah membeli maka

dikatakan konsumen mengalami ketidakpuasan. Sebaliknya jika harapan kinerja

sebelum membeli lebih kecil dari persepsi kinerja yang diterima setelah membeli

maka konsumen mengalami kepuasan.

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah

hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset

(31)

pemakaian terhadap jasa sesuai pilihannya, tetapi bila tidak puas mereka akan

menceritakan dua kali lebih buruk tentang pengalaman yang telah dialaminya.

Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada industri rumah sakit

merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada berbagai

disiplin ilmu (Andreassen, 1994). Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan

pelanggan, diantaranya adalah Oliver (1989) (dalam Supranto, 2000) yang

mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang

merasa surprise atas harapannya. Tse dan Wilton (1988) menyarankan bahwa

kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan.

Parasuraman et al (1990) dalam Irawan (2008), mengemukakan kepuasan

pelanggan sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan (expectation) dan

kinerja (performa). Sementara itu Engel et al (1994) dalam Supranto (2000)

mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli yang

mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama

atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil

yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Definisi-definisi mengenai

kepuasan pelanggan tersebut secara umum menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi atas post consumption suatu barang atau jasa.

Tjiptono (2004), ada beberapa metode yang dapat dipergunakan setiap

perusahaan untuk mengukur dan mamantau kepuasan pelanggannya, diantaranya

(32)

1. Sistem keluhan dan saran

Memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk menyampaikan saran, keluhan

dan pendapat mereka mengenai produk/jasa. Metode ini bersifat pasif sehingga agak

sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan / ketidakpuasan pelanggan.

Tidak semua pelanggan yang tidak puas lantas akan menyampaikan keluhannya, bisa

saja lantas mereka langsung beralih kepada produk / penyedia jasa lain dan tidak akan

membeli lagi produk/jasa perusahaan tersebut. Upaya mendapatkan saran dari

pelanggan juga sulit diwujudkan terlebih bila perusahaan tidak memberikan timbal

balik yang memadai kepada mereka yang telah bersusah payah berpikir

menyumbangkan ide untuk perusahaan.

Survei kepuasan pelanggan untuk mengetahui kepuasan pelanggan dapat

dilakukan dengan metode survei, baik melalui pos, telepon maupun wawancara

pribadi. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik

secara langsung dari pelanggan sekaligus memberikan tanda positif bahwa

perusahaan menaruh perhatian kepada pelanggannya.

2. Ghost shopping

Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost

shopes) untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan

pesaing. Selanjutnya gost shopes tersebut menyampaikan temuan-temuan mengenai

kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman

(33)

3. Lost customer analisys

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggannya yang telah berhenti

membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan diperoleh

informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance

produk/jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan akan merasa puas

apabila harapannya terpenuhi dan akan sangat puas jika harapan pelanggan

terlampaui (Supranto, 2000). Terpenuhinya kebutuhan pasien akan memberikan

gambaran kepuasan pasien, oleh karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung

pada pandangan pasien terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.

Faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan apabila

dalam identifikasi lebih banyak untuk pengenalan kebutuhan konsumen, maka

kepuasan pasien/pelanggan lebih cenderung untuk mengevaluasi hasil pemanfaatan

yang lalu dan pengalaman tersebut akan dijadikan sebagai dasar untuk pemanfaatan

berikutnya. Menurut Umar (2000), terdapat beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap persepsi pelanggan terhadap suatu jasa, antara lain :

1. Harga, harga yang rendah menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas. Harga

yang terlalu rendah menimbulkan persepsi pembeli tidak percaya kepada penjual,

sebaliknya harga yang tinggi menimbulkan persepsi bahwa produk tersebut

(34)

2. Citra, citra yang buruk menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas sehingga

pelanggan mudah marah untuk kesalahan kecil sekalipun. Citra yang baik akan

menimbulkan persepsi bahwa produk berkualitas, sehingga pelanggan akan

mudah memaafkan suatu kesalahan meskipun tidak untuk kesalahan selanjutnya.

3. Tahap pelayanan, kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai pelayanan yang

didapatkan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut.

Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan akan menimbulkan

persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan

selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan yang ada.

4. Momen pelayanan, kinerja pelayanan ditentukan oleh : pelayanan, proses

pelayanan dan lingkungan fisik dimana pelayanan diberikan. Kesinambungan

pelayanan akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan/pasien, dan pasien

yang merasa terpuaskan akan melakukan pemanfaatan ulang terhadap pelayanan

kesehatan yang pernah diterimanya.

2.1.2 Karakteristik Jasa dan Pemasaran Jasa

Pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak

merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi

pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah

(seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas

masalah yang dihadapi konsumen (Lupiyoadi, 2001). Rangkuti (2002) menyebutkan

bahwa jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan yang tidak kasat mata

(35)

setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, pada

dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun.

2.2 Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 2000).

2.2.2 Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang

berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan

penekanaan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut (Tjitarsa, 2000).

1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran

sumberdaya-bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik,

obat, melainkan juga sumberdaya sosial-ekonomi yang lain seperti pendidikan, air

dan persediaan makanan.

2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada

adanya kepastian bahwa sumberdaya kesehatan dan sumberdaya sosial yang ada

telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling

(36)

3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh.

Faktor yang memengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, dan ekonomi di

samping biologi dan lingkungan.

4. Pencapaian tarif kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih

baik dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam

pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan

perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.

2.2.3 Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Menurut Evan (2000) kebutuhan hidup manusia dalam pelayanan kesehatan

mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty,

asymetri of information dan externality. Ketiga ciri utama tersebut menyebabkan

pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan dengan produk atas jasa lainnya.

1. Uncertainty

Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahawa kebutuhan akan

pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya

yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan

biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang

penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk

memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatif

berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan

(37)

seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala seseorang

menderita sakit.

2. Asymetry of Information

Sifat kedua asymetry if Information menunjukkan bahwa konsumen palayanan

kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider (dokter dan petugas

kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas

pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan

lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan,

misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan

untuk mengetahui apakah pasien membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak.

Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorence atau konsumen yang

bodoh. Pasien tidak mengetahui berapa harga dan berapa banyak tindakan medis yang

diperlukan, ataupun pasien yang memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup

dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor.

3. Externality

Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja

memengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Sebagai contoh adalah konsumsi

rokok yang mempunyai risiko besar bukan pada perokok, akibat dari ciri ini,

pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena

pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan

tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama (public). Ciri unik tersebut juga

(38)

2.2.4 Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (2000) terdapat beberapa syarat pelayanan kesehatan yang

baik, antara lain yaitu :

a. Tersedia dan berkesinambungan

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak

sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat setiap saat

dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat.

c. Mudah dicapai

Pelayanan kesehatan yang baik mudah dicapai (accesible) oleh masyarakat.

d. Mudah dijangkau

Dari sudut biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan

ekonomi masyarakat.

e. Berkualitas

Menunjukkan tingkat kesempurnaan dalam pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan dan dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan serta tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar yang telah ditetapkan.

Azwar (2000), menyatakan bahwa secara umum dimensi kepuasan

pasien bervariasi sekali. Suatu palayanan kesehatan disebut sebagai

pelayanan kesehatan yang berkualitas apabila penerapan standard dan

(39)

kesehatan yang mengacu pada standar dan kode etik profesi yang pada dasarnya

mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai :

a. Hubungan Dokter-Pasien

Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah salah satu dari

kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas,

hubungan dokter-pasien yang baik ini harus dapat dipertahankan. Adalah amat

diharapkan setiap dokter dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup,

menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan memberikan

keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien.

b. Kenyamanan Pelayanan

Untuk dapat menyelenggarkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, suasana

pelayanan yang nyaman harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang dimaksud

disini tidak hanya yang menyakut fasilitas yang disediakan, tetapi yang terpenting

lagi yang menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan

pelayanan kesehatan.

c. Kebebasan Melakukan Pilihan

Suatu pelayanan kesehatan disebut berkualitas apabila kebebasan memilih ini

dapat diberikan, dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggara

pelayanan kesehatan.

d. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis

Pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan dan kompetensi teknis

(40)

pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum disebutkan makin tinggi

tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis tersebut maka makin tinggi pula kualitas

pelayanan kesehatan.

e. Efektivitas Pelayanan

Semakin efektif pelayanan kesehatan tersebut, maka makin tinggi pula

kualitas pelayanan kesehatan.

f. Keamanan Tindakan

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas, aspek

keamanan tindakan ini haruslah diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang

membahayakan pasien, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, dan karena itu tidak

boleh dilakukan.

2.2.5 Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang

terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan.

Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif

atau observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan

perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik

dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit

pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh

(41)

transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan

boleh pulang (Muninjaya,2004). Pasien mendapat 5 (lima) pelayanan yaitu:

a. Tahap Admission, yaitu pendaftaran pasien samapai dengan dirawat di rumah sakit.

b. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

c. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program

perawatan dan terapi

d. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan

pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.

e. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. Pengobatan

diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa

ulang.

Muninjaya (2004) paket pelayanan rawat inap di Rumah Sakit, meliputi:

a. Perawatan berdasarkan kelas perawatan

b. Persalinan Normal atau Patologis

c. Tindakan Pembedahan sesuai kebutuhan medis

Pelayanan Penunjang, meliputi:

1) Radiologi

2) USG

3) EKG

4) Laboratorium

(42)

Rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara

menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi individu

dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi medik

atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter dan perawat serta

petugas medik lainnya setiap hari. Pasien peserta Askes sosial pada unit rawat inap

adalah pasien yang memiliki status yang dibayar oleh pihak asuransi sebagai badan

penyelenggara atas biaya yang diklaim oleh rumah sakit.

Pasien-pasien ini memiliki keterkaitan dengan pihak asuransi sebagai badan

penyelenggara yang mengharuskan mereka berobat di rumah sakit tertentu termasuk

karena ketentuan pembayaran biaya yang ditanggung oleh pihak asuransi sebagai

badan penyelenggara. Jadi pasien peserta Askes sosial dapat dikatakan tidak bebas

memilih tempat berobat.

2.3 Rumah Sakit

2.3.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan

upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

(43)

Penyelenggarakan dan mengelola rumah sakit agar tetap dapat memenuhi

kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis, maka setiap komponen yang ada di

rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem. Pelayanan kesehatan di rumah sakit

terdiri dari :

1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang

profesional dalam bidangnya baik dokter umum maupun dokter spesialis.

2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis

terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat sesuai aturan keperawatan.

3. Pelayanan penunjang medik ialah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap

pasien, seperti : pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan

lain-lain.

4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain

adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis, dan

kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya

rawat jalan dan rawat inap pasien.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009, pembedaan tingkatan

kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, ketenagaan, fisik

dan peralatan, maka rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan

(44)

1. Rumah Sakit Umum Klas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas.

2. Rumah Sakit Umum Klas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan

subspesialistik terbatas.

3. Rumah Sakit Umum Klas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

4. Rumah Sakit Umum Klas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis dasar.

Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa

rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sebagai upaya penyelenggaraan pelayanan

kesehatan secara paripurna, maka rumah sakit harus memiliki komponen pelayanan.

Komponen pelayanan di rumah sakit mencakup 20 pelayanan sebagai berikut:

(1) administrasi dan manajemen, (2) pelayanan medis, (3) pelayanan gawat

darurat, (4) kamar operasi, (5) pelayanan intensif, (6) pelayanan perinatal risiko

tinggi, (7) pelayanan keperawatan, (8) pelayanan anastesi, (9) pelayanan radiologi,

(10) pelayanan farmasi, (11) pelayanan laboratorium, (12) pelayanan rehabilitasi

medis, (13) pelayanan gizi, (14) rekam medis,(15) pengendalian infeksi di rumah

(45)

kewaspadaan bencana alam, (18) pemeliharaan sarana, (19) pelayanan lain, dan (20)

perpustakaan.

2.3.2 Fungsi Rumah Sakit

Fungsi rumah sakit tidak secara keseluruhan dapat dilakukan oleh seluruh

rumah sakit milik pemerintah atau swasta, tetapi tergantung pada klasifikasi rumah

sakit. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit dapat diketahui bahwa rumah sakit dengan

kategori/kelas A, mempunyai fungsi, jumlah dan kategori ketenagaan, fasilitas, dan

kemampuan pelayanan yang lebih besar daripada rumah sakit dengan kelas lainnya

yang lebih rendah (Undang-Undang No. 44 tahun 2009).

2.4 Kualitas Pelayanan

Menurut Parasuraman dalam Irawan (2008), kualitas pelayanan kesehatan

didalam sistem kesehatan nasional diartikan sebagai upaya pelayanan kesehatan yang

bersifat terpadu, meyeluruh, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Menurut Berry, Zeithaml dan Parasuraman atau biasa dikenal dengan teori

SERVQUAL terdapat lima dimensi yang digunakan konsumen dalam menilai

kualitas pelayanan kesehatan, yaitu dapat diraba (tangibles), kehandalan (reliability),

ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance) dan empathy .

Menurut Wyncof (dalam Tjiptono, 2005), kualitas jasa adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa yang diterima sesuai dengan yang

(46)

diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan ideal.

Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka

kualitas jasa dianggap buruk.

Kualitas pelayanan merupakan driver dari kepuasan pelanggan yang bersifat

multidimensi. Untuk mengetahui dimensi manakah yang penting dalam

mempengaruhi kepuasan pelanggan maka konsep SERVQUAL yang telah

dikembangkan oleh Parasuraman, Berry dan Zeithaml dapat dijadikan suatu acuan.

Konsep tersebut memformulasikan 5 dimensi, yaitu tangible, handal (reliability),

ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance) dan empathy (Parasuraman dalam

Irawan, 2008).

1. Dimensi Tangible (wujud/tampilan), adalah dimensi kualitas pelayanan yang

berupa wujud/tampilan melalui fisik, perlengkapan, penampilan karyawan, dan

peralatan komunikasi. Servise tidak dapat dilihat, tidak dapat dicium dan tak dapat

diraba maka aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan.

Pelanggan akan menggunakan indera penglihatan untuk menilai kualitas pelayanan

2. Dimensi Reliability (kehandalan), adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa

kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai janji yang ditawarkan, sehingga

dapat memberikan pelayanan yang optimal dan akurat. Dalam pelayanan jasa dapat

meliputi : kecepatan pelayanan, ketepatan pelayanan dan kelancaran pelayanan.

Dimensi ini sering dipersepsikan dimensi paling penting bagi pelanggan industri

(47)

3. Dimensi Responsiveness (ketanggapan), adalah dimensi kualitas pelayanan yang

berupa kemauan pihak pemberi pelayanan untuk memberikan informasi dan

membantu merespon kebutuhan atau keinginan konsumen dengan segera. Dimensi

ini dinamis dimana harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan cenderung

naik dari waktu ke waktu. Kepuasan terhadap dimensi ini adalah berdasarkan

persepsi bukan aktual, karena persepsi mengandung aspek psikologis maka faktor

komunikasi dan situasi fisik di sekeliling pelanggan yang menerima pelayanan

merupakan hal yang penting dalam memengaruhi penilaian pelanggan.

4. Dimensi Assurance (jaminan), adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa

adanya jaminan yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan petugas, kesopanan

dan keramahan petugas, kemampuan petugas dalam berkomunikasi, sifat dapat

dipercaya dan adanya jaminan keamanan.

5. Dimensi Empathy adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa pemberian

perhatian yang sungguh-sungguh dari pemberi pelayanan kepada konsumen secara

individual.

Lima dimensi kualitas tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan, dimana pelanggan akan mempersepsikan pelayanan yang telah diterima

sebagai pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan harapannya.

Wijono (2000), kualitas pelayanan agak sulit diukur karena umumnya bersifat

subyektif dan menyangkut kepuasan seseorang. Hal ini tergantung pada persepsi,

label, sosial ekonomi, norma, pendidikan dan kepribadian. Gambaran pasien

(48)

a. Dokter terlatih baik

b. Perhatian pribadi dokter terhadap pasien

c. Privacy dalam diskusi penyakit

d. Biaya klinik terbuka

e. Waktu tunggu dokter yang singkat

f. Informasi dari dokter

g. Ruang periksa yang baik

h. Staf yang menyenangkan

i. Ruang tunggu yang nyaman

Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien merupakan nilai

subyektif, namun tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu,

pendidikan, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan. Khususnya

mengenai penilaian performance pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat dua

elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan hubungan interpersonal. Hal

ini meliputi penjelasan dan pemberian informasi kepada pasien tentang penyakitnya

serta tindakan yang akan dilakukan atas dirinya. Hubungan interpersonal ini

berhubungan dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati,

kepekaan dan kepercayaan dengan memperhatikan privacy pasien (Wijono, 2000).

Kualitas pelayanan kesehatan bagi seorang pasien tidak lepas dari rasa puas

bagi seseorang terhadap pelayanan yang diterima, kualitas yang baik dikaitkan

dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan, kecepatan

(49)

kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan dan biaya yang terjangkau

(Irawan, 2008).

Gifari (2000), konsumen pelayanan kesehatan akan membandingkan

pelayanan kesehatan yang diterima dengan harapan terhadap pelayanan yang

diberikan sehingga membentuk kepuasan kualitas pelayanan. Hasil dari

membandingkan tersebut dapat berupa :

1. Jika harapan itu terlampaui, maka pelayanan tersebut dirasakan sebagai kualitas

pelayanan yang luar biasa

2. Jika harapan sama dengan pelayanan yang dirasakan, maka kualitas memuaskan

3. Jika harapan tidak sesuai atau tidak terpenuhi maka kualitas pelayanan tersebut

dianggap tidak dapat diterima atau mengecewakan pasien.

Pelayanan kesehatan dikatakan berkualitas apabila mampu menimbulkan

kepuasan bagi pasien yang dilayaninya. Kualitas pelayanan menjadi kunci dalam

mencapai kepuasan pelayanan yang diberikan.

2.4.1 Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Menurut Jacobalis (2000), kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap

rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, yaitu :

a. Penampilan keprofesian atau aspek klinis

Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat

(50)

b. Efisiensi dan efektivitas

Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat

berdaya guna dan berhasil guna.

c. Keselamatan pasien

Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien.

d. Kepuasan pasien

Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental dan sosial pasien terhadap

lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan,

keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Azwar (2000), kualitas asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik,

apabila :

a. Memberikan rasa tentram kepada pasien.

b. Menyediakan pelayanan yang benar-benar profesional dari setiap strata pengelola

rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai

pulang.

Berdasarkan kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :

a. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus

mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan

segera.

b. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa

pengobatan yang diterima dimulai secara benar.

c. Penanganan oleh para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan

(51)

d. Ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit

e. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional

f. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.

2.4.2 Pelayanan Tenaga Medis

Tenaga medis merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar

untuk menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di Rumah

Sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan

kualitas sebaik-baiknya, menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu

kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan kepada pasien

dari rumah sakit.

Menurut Donabedian (1980) Notoatmodjo (2005), perilaku dokter dalam

aspek manajemen, manajemen lingkungan sosial, manajemen psikologi dan

manajemen terpadu, manajemen kontinuitas dan koordinasi kesehatan dan penyakit

harus mencakup 4 (empat) hal, yaitu :

a. Ketepatan diagnosis

b. Ketepatan dan kecukupan terapi

c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap

d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggota keluarga

2.4.3 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam

maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah

(52)

pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah

sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang

cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya kualitas, karena selain jumlahnya

yang dominan juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara

ilmiah melalui proses keperawatan (Aditama, 2004)

Keperawatan adalah profesi di rumah sakit yang berperan penting untuk

penyelenggaraan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan. Kegiatan keperawatan

di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajemen keperawatan,

Griffith (2000). Kegiatan keperawatan yaitu:

1. Pelayanan keperawatan personal, berupa pelayanan keperawatan umum dan atau

spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada

pasien, pemberian obat, dan lain-lain.

2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat perawat

selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga merupakan petugas

yang paling tahu tentang keadaan pasien.

3. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik dengan

keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses penyembuhan pasien itu

sendiri.

4. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan. Perawat bertanggung jawab

terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik lingkungan fisik,

(53)

5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. Program ini

diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai dengan penyakit yang di

deritanya.

Menurut Nursalam (2002), standar praktek keperawatan di Indonesia disusun

oleh Depkes RI yang terdiri dari beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commission

on Accreditationof Health care Organisation (1999) terdapat 8 standar tentang

asuhan keperawatan meliputi: (1). menghargai hak-hak pasien, (2). penerimaan

sewaktu pasien masuk rumah sakit, (3). observasi keadaan pasien, (4). pemenuhan

kebutuhan nutrisi, (5). asuhan pada tindakan non operatif dan administratif, (6)

asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive, (7). pendidikan kepada pasien

dan keluarga, dan (8) pemberian asuhan kepada pasien secara terus menerus dan

berkesinambungan

2.4.4 Penyediaan Sarana Medik, Non Medik dan Obat-obatan

Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang

untuk melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung dari

tipe rumah sakit, tersedianya sarana penunjang medik juga tersedia alat-alat

keperawatan. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yan mutlak diperlukan,

bagian farmasi bertanggung jawab atas pengawasan dan kualitas obat. Persediaan

obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal kadaluwarsanya, dan

(54)

2.5 Landasan Teori

Kualitas pelayanan merupakan driver dari kepuasan pasien yang bersifat

multidimensi. Untuk mengetahui dimensi manakah yang penting dalam memengaruhi

kepuasan pelanggan maka konsep SERVQUAL yang telah dikembangkan oleh

Parasuraman, Berry dan Zeithaml dapat dijadikan suatu acuan. Konsep tersebut

memformulasikan 5 dimensi, yaitu tangible (wujud/tampilan), handal (reliability),

ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance) dan empathy (Parasuraman dalam

Irawan, 2008).

Gambar 2.1 Landasan Teori Sumber :Parasuraman dalam Irawan (2008)

Kualitas Pelayanan

- Reliability - Responsiveness - Assurance - Empathy - Tangibles

Harapan pelanggan

Pelayanan yang Diterima

(55)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Mengacu kepada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Pelayanan

a Reliability (X1)

b Responsiveness (X2)

c Assurance (X3)

d Empathy (X4)

e Tangibles (X5)

f

Kepuasan Pasien

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan explanatory

yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap terikat. Adapun

variabel yang akan diteliti pengaruh kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan

pasien rawat inap peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang rawat inap peserta Askes Sosial di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Pertimbangan penelitian

berdasarkan kunjungan pasien rawat inap peserta Askes Sosial belum optimal.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pra penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2011. Penelitian dilaksanakan

mulai bulan Juli sampai Oktober 2011.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap peserta Askes

sosial periode Tahun 2011 sampai pada akhir penelitian di ruang Rawat Inap RSUD

Gambar

Gambar 2.1 Landasan Teori
Gambar 2.2  Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 4.2 Distribusi Identitas Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatan kehadirat ALLAH SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “Evaluasi Pengendalian

Tata cara pengaturan dan pembinaan rumah susun yang meliputi aspek-aspek rencana kota, Izin Mendirikan Bangunan , Izin Layak Huni, Pengesahan Pertelaan, Pengesahan

Disimpulkan bahwa rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa ) memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak unggas,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PENGASAH BATU AKIK TERHADAP

KURVA KARAKTERISTIK KERJA RECLOSER DAN FCO PADA PENYULANG APEL TOBOALI UNTUK GANGGUAN 1 FASA

Anggaran Pembelian Bahan Baku disusun sebagai peren canaan jumlah bahan baku yang harus dibeli pada pe­ ri ode yang akan datang. Bahan baku yang harus dibe li diperhitungkan

akselerasi keilmuan marine biotechnology pada setiap tahapan produksi maupun penelitian yang dilakukan oleh stakeholder dalam negeri (industri rumput laut, pembudidaya

Berdasarkan hasil perhitungan yang menggunakan uji t maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Good Corporate Governance