PERBEDAAN VO2MAX DAN GAMBARAN GERAKAN
PERNAPASAN ANTARA MAHASISWA PEROKOK DENGAN
BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN DI FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh :
RIKO MADRESTY HUTABARAT
080100212
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN VO2MAX DAN GAMBARAN GERAKAN
PERNAPASAN ANTARA MAHASISWA PEROKOK DENGAN
BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN DI FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH :
RIKO MADRESTY HUTABARAT
NIM: 080100212
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Perbedaan VO2max dan Gambaran Gerakan Pernapasan Antara Mahasiswa
Perokok Dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Nama : Riko Madresty Hutabarat Nim : 080100212
NIP: 19540220 198011 1 001
Pembimbing Penguji I
(dr. Yetty Machrina, M.Kes) (dr. Rina Amelia,MARS) NIP: 19790324 200312 2 002 NIP:19760420 200312 2 002 Penguji II
(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.ED(IMR)) NIP:19741019 200112 2 001 Medan, 12 Januari 2012
DEKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Merokok membahayakan bagi hampir semua organ tubuh termasuk organ pernafasan, menimbulkan banyak penyakit dan mempengaruhi kesehatan perokok secara umum. Merokok meningkatkan risiko kematian karena penyakit paru kronis hingga 10 kali lipat.
TUJUAN: Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengambilan oksigen maksimal dan gerakan pernafasan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan.
METODE : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Sampel diambil secara simple random sampling. Setelah didapatkan berapa jumlah responden yang termasuk dalam kriteria inklusi, sebanyak 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok, maka responden dimintakan melakukan treadmill test. Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test.
HASIL : Pengambilan oksigen maksimal dari 30 orang perokok dan 30 orang bukan perokok dengan jenis kelamin laki-laki. Rata-rata VO2max perokok 28,38 (SD 0,64) dan bukan perokok 28,62 (SD 0,71) didapat p>0,05. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudo pada saat istirahat - stage 1 pada perokok 1,20 (SD 0,925) dan bukan perokok 1,27 (SD 0,868) didapat p>0,05. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudopada saat stage 1 - stage 2 pada perokok -0,10 (SD 1,029) dan bukan perokok -0,13 (SD 1,008) didapat p>0,05. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudo pada saat stage 2 ke stage 3 pada perokok -0,77 (SD 0,817) dan bukan perokok -0,70 (SD 0,974) didapat p>0,05.
KESIMPULAN : Tidak ada perbedaan VO2max dan gerakan pernafasan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok pada saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
ABSTRACT
BACKGROUND : Smoking is harmful to almost all organs of the body including the respiratory organs, causing many diseases and affecting the health of smokers. Smoker increase the risk of fatality due to chronic lung disease up to 10 times.
PURPOSE : The general objective of this study was to determine the differences in maximal oxygen uptake and respiratory movements between student of FK USU smokers with nonsmokers while exercising.
METHODS: This research is an experimental study that use a simple claster sampling with as the sampling technique. The total sample is sixty male students which or divided into 30 smokers and 30 non smokers. The students VO2max and
respiratory movement is assessed during the exercise. The exercise is perfomed by using a treadmill test with modbalke protocol for 10 minutes . The data analysis are konducted by using “t-independent” statistical tests an it is said to be significant when p<0,05.
RESULTS : Intake of oxygen maximum of 30 smokers and 30 nonsmokers with male gender. The average smoker VO2max 28.38 (SD 0.64) and non-smokers
28.62 (SD 0.71) obtained p> 0.05. The average increase in wave amplitude at rest - Stage 1 in smokers 1.20 (SD 0.925) and non-smokers 1.27 (SD 0.868) obtained p> 0.05. The average increase in wave amplitudopada when stage 1 - stage 2 in smokers -0.10 (SD 1.029) and nonsmokers -0.13 (SD 1.008) obtained p> 0.05. The average increase in wave amplitude during stage 2 to stage 3 on smokers -0.77 (SD 0.817) and nonsmokers -0.70 (SD 0.974) obtained p> 0.05.
CONCLUSION : there is no differences in both VO2max and respiratory
movements among the smoking and no smoking sutend while doing exercise at the Medical Faculty, University of North Sumatera.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan pemilik alam semesta dan
ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penelitian dengan judul “Perbedaan VO2max dan Gambaran Gerakan Pernapasan
antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara ” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan
tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Yetty Machrina, M. Kes, selaku dosen pembimbing penulis. Terima
kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk
membimbing penulis.
3. dr. Rina Amelia, MARS dan dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.ED,
(IMR) sebagai dosen penguji penulis. Teristimewa kepada dosen dan staf
departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).
4. Kepala Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukukan penelitian .
5. Kedua orang tua penulis : H. M. Nur Hutabarat dan Hj. Ivo Fresty
Wahyuni. Terima kasih penulis ucapkan atas kasih sayang , dukungan, dan
doa yang tiada hentinya yang telah diberikan kepada penulis.
6. Teman – teman yang telah membantu dan mendukung penulis.
Khairunissaq, Cempaka Dewi, Abdul Fattah, Justiawan, Aldi rivai, Tri
wibowo, Miftah, Rafi Junior, Rr anissa, Syahrul, Endi, Evan, Wahyu, Ozi.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian
7. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan kalian.
Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis
dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.
Medan, 19 Desember 2011
Penulis,
Riko Madresty H
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20
4.5. Metode Analisa Data ... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 21
5.1. Hasil Penelitian ………. 21
5.1.1. Deskripsi Karakteristik Sampel... 21
5.1.2. Distribusi Usia, Kriteria Perokok dan Frekuensi Olahraga sampel ... 20
5.1.3. Hasil Analisis VO2max Pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok ... 21
5.1.4. Hasil Analisis Rata-Rata Kenaikan Gelombang Amplitudo Peorokok dan Bukan Perokok Saat Latihan 22
5.2. Pembahasan ... 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
6.1. Kesimpulan ... 30
6.2. Saran ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1. Modbalke Treadmill Test Protocol 10
Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 19
Tabel 5.1. Distribusi Usia 21
Tabel 5.2. Distibusi Kriteria Perokok Sampel 22
Tabel 5.3. Frekuensi Olahraga pada Sampel 23
Tabel 5.4. Uji T-Independent Rata-rata VO2max Pada Sampel 22 Tabel 5.5. Rata-rata kenaikan gelombang Istirahat- Stage 1 22
Tabel 5.6. Rata-rata kenaikan gelombang Stage 1 – Stage 2 23
Tabel 5.7. Rata-rata kenaikan gelombang Stage 2 – Stage 3 23
Daftar Gambar
Nomor Judul Halaman
Daftar Lampiran
Nomor Judul
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Persetujuan
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Izin Peminjaman Alat
Lampiran 5 Data Induk Responden
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Merokok membahayakan bagi hampir semua organ tubuh termasuk organ pernafasan, menimbulkan banyak penyakit dan mempengaruhi kesehatan perokok secara umum. Merokok meningkatkan risiko kematian karena penyakit paru kronis hingga 10 kali lipat.
TUJUAN: Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengambilan oksigen maksimal dan gerakan pernafasan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan.
METODE : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Sampel diambil secara simple random sampling. Setelah didapatkan berapa jumlah responden yang termasuk dalam kriteria inklusi, sebanyak 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok, maka responden dimintakan melakukan treadmill test. Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test.
HASIL : Pengambilan oksigen maksimal dari 30 orang perokok dan 30 orang bukan perokok dengan jenis kelamin laki-laki. Rata-rata VO2max perokok 28,38 (SD 0,64) dan bukan perokok 28,62 (SD 0,71) didapat p>0,05. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudo pada saat istirahat - stage 1 pada perokok 1,20 (SD 0,925) dan bukan perokok 1,27 (SD 0,868) didapat p>0,05. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudopada saat stage 1 - stage 2 pada perokok -0,10 (SD 1,029) dan bukan perokok -0,13 (SD 1,008) didapat p>0,05. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudo pada saat stage 2 ke stage 3 pada perokok -0,77 (SD 0,817) dan bukan perokok -0,70 (SD 0,974) didapat p>0,05.
KESIMPULAN : Tidak ada perbedaan VO2max dan gerakan pernafasan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok pada saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
ABSTRACT
BACKGROUND : Smoking is harmful to almost all organs of the body including the respiratory organs, causing many diseases and affecting the health of smokers. Smoker increase the risk of fatality due to chronic lung disease up to 10 times.
PURPOSE : The general objective of this study was to determine the differences in maximal oxygen uptake and respiratory movements between student of FK USU smokers with nonsmokers while exercising.
METHODS: This research is an experimental study that use a simple claster sampling with as the sampling technique. The total sample is sixty male students which or divided into 30 smokers and 30 non smokers. The students VO2max and
respiratory movement is assessed during the exercise. The exercise is perfomed by using a treadmill test with modbalke protocol for 10 minutes . The data analysis are konducted by using “t-independent” statistical tests an it is said to be significant when p<0,05.
RESULTS : Intake of oxygen maximum of 30 smokers and 30 nonsmokers with male gender. The average smoker VO2max 28.38 (SD 0.64) and non-smokers
28.62 (SD 0.71) obtained p> 0.05. The average increase in wave amplitude at rest - Stage 1 in smokers 1.20 (SD 0.925) and non-smokers 1.27 (SD 0.868) obtained p> 0.05. The average increase in wave amplitudopada when stage 1 - stage 2 in smokers -0.10 (SD 1.029) and nonsmokers -0.13 (SD 1.008) obtained p> 0.05. The average increase in wave amplitude during stage 2 to stage 3 on smokers -0.77 (SD 0.817) and nonsmokers -0.70 (SD 0.974) obtained p> 0.05.
CONCLUSION : there is no differences in both VO2max and respiratory
movements among the smoking and no smoking sutend while doing exercise at the Medical Faculty, University of North Sumatera.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Merokok membahayakan bagi hampir semua organ tubuh termasuk organ
pernapasan, menimbulkan banyak penyakit dan mempengaruhi kesehatan perokok
secara umum.Merokok meningkatkan risiko kematian karena penyakit paru kronis
hingga 10 kali lipat. Sekitar 90% kematian karena penyakit paru kronis
disebabkan oleh merokok.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan satu dari sepuluh
kematian pada orang dewasa disebabkan oleh penggunaan tembakau. Pada tahun
2005, penggunaan tembakau menyebabkan 5,4 juta kematian atau rata-rata satu
kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian
mencapai angka 8.000.000.
Dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga total sebanyak 31.4 %
penduduk Indonesia merokok atau angkanya sekitar 62.800.000 orang. Dari
jumlah tersebut, sekitar 59,04 % laki-laki dan 4,83 % adalah perempuan
sementara data dari WHO Tobacco Atlas 2002 terdiri atas dari 50% laki-laki dan
3,7% adalah perempuan
Di asia, badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia
menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000
jiwa. Namun, sampai saat ini Indonesia belum mempunyai peraturan perundangan
untuk melarang anak merokok.. Akibat tidak adanya aturan yang tegas, dalam
penelitian di empat kota yaitu Bandung, Padang, Yogyakarta dan Malang pada
tahun 2004, prevalensi perokok usia 5-9 tahun meningkat drastis dari 0,6 %
(1995) jadi 2,8 % pada (2004). Peningkatan prevalensi merokok tertinggi berada
pada inzterval usia 15-19 tahun dari 13,7 % jadi 24,2 % atau naik 77 % dari tahun
1995. Menurut survei global tembakau di kalangan remaja pada1.490 murid SMP
dijakarta tahun 1999, terdapat 46,7 % siswa yang pernah merokok dan 19 %
diantaranya mencoba sebelum usia 10 tahun. Remaja umumnya mulai merokok di
Secara luas telah diketahui bahwa merokok dapat mengurangi
pengambilan napas atlet. Terdapat beberapa alasan, yaitu salah satu dampak
nikotin adalah menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru-paru dan efek
iritasi asap rokok itu sendiri menyebabkan peningkatan sekresi cairan kedalam
cabang-cabang bronkus (Guyton & Hall, 2008).
Dari data diatas, merokok sangat berperan untuk mempengaruhi ganguan
pernapasan, dan mungkin juga dapat mempengaruhi pengambilan oksigen
maksimal. Pada perokok yang sedang melakukan olahraga. Untuk menilai
bagaimana pengambilan oksigen maksimal tubuh itu dapat dilakukan dengan cara
mengukur VO2max.
VO2max dapat diukur dengan beberapa cara. VO2max diukur dengan
meminta seseorang untuk berolahraga, Biasanya dengan treadmill atau ergometer
sepeda (sepeda stasioner dengan berbagai tingkat resistensi). Beban kerja secara
bertahap ditingkatkan sampai orang tersebut kelelahan. Sampel udara ekspirasi
yang dikumpulkan selama menit-menit terakhir olah raga, pada saat konsumsi O2
maksimum karena yang bersangkutan bekerja sekeras mungkin, dianalitis untuk
mengetahui presentase kandungan O2 dan CO2 nya. Selain itu , voume udara yang
diekspirasi juga diukur. Kemudian digunakan persamaan untuk menentukan
jumlah O2 yang dikonsumsi,dengan memperhitungkan presentase O2 dan CO2
dalam udara inspirasi, volume total udara ekspirasi dan presentase O2 dan CO2
dalam udara ekspirasi (Sherwood, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimana perbedaan VO2max dan gambaran gerakan pernapasan antara
mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan VO2max dan
gambaran gerakan pernapasan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok
saat latihan di Fakultas Kedokteran Sumatrea Utara.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui VO2max mahasiswa perokok saat latihan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui VO2max mahasiswa bukan perokok saat latihan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. .
3. Untuk mengetahui grafik kedalaman inspirasi dan ekspirasi pada mahasiswa
perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui grafik kedalaman inspirasi dan ekspirasi pada mahasiswa
bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Bagi masyarakat untuk mengetahui dampak rokok terhadap pernapasan.
2. Bagi peneliti untuk mengetahui dampak rokok terhadap pengambilan oksigen
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pernapasan 2.1.1. Fisiologi Pernapasan
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2)
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer (Sloane, 2004).
Respirasi melibatkan proses berikut :
1. Ventilasi pulmonal (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari
saluran pernapasan dan paru-paru.
2. Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru dan
kapilar pulmonar.
3. Respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan sel-sel
jaringan
4. Respirasi selular adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi
energi dan pelepasan produksi oksidasi (CO2 dan air) oleh sel-sel tubuh
(Sloane, 2004).
Sistem pernapasan mencakup paru dan sistem saluran yang
menghubungkan tempat berlangsungnya pertukaran gas dengan lingkungan luar.
Juga terdapat suatu mekanisme ventilasi yang terdiri atas rangka toraks, otot
interkostal, diafragma dan unsur elastis serta kolagen paru penting dalam
memindahkan udara melalui bagian konduksi dan respirasi paru.
Sistem pernapasan dibagi dalam 2 bagian utama;
- Bagian konduksi, terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring,
trakea,bronkus, dan bronkiolus terminalis.
- Bagian respirasi (tempat berlangsungnya pertukaran gas), terdiri atas
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus (Junqueira, 1997).
Dalam mengambil napas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu:
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam
keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi
berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus
selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan
disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg
dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya
40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam
tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan
4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan
menuju paru dengan bantuan darah (Komunitas & perpustakaan Indonesia).
Prosesi kimiawi respirasi pada tubuh manusia:
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2
2.2. Mekanika Pernapasan
Hubungan timbal balik antara tekanan atmosfer,tekanan intra-alveolus, dan
bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu,
menuruni gradien tekanan.
2.2.1. Tekanan pada Ventilasi
Terdapat tiga tekanan yang berbeda dalam ventilasi;
1. Tekanan atmosfer (barometik) adalah tekan yang ditimbulkan oleh berat
udara di atmosfer terhadap benda-benda dipermukaan bumi. Tekanan
atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian diatas permukaan
lautkarena kolom udara di atas permukaan bumi menurun.
2. Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapilmonalis,
adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran pernapasan.
3. Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini
juga dikenal sebagi tekanan intratoraks yaitu tekanan yang terjadi diluar paru
di dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil daripada
tekanan atmosfer (Sherwood, 2001).
2.3. Pengaturan Pernapassan
2.3.1. Pusat pernapasan di batang otak
Bernapas, seperti denyut jantung, harus berlangsung dalam pola siklik dan
kontinu agar proses kehidupan dapat terus berjalan. Otot jantung harus
berkontraksi dan berelaksasi secara berirama untuk secara bergantian
mengosongkan darah dari jantung dan mengisinya kembali. Demikian juga,
otot-otot pernapasan harus secara berirama berkontraksi dan berelaksasi agar udara
dapat masuk dan keluar paru secara bergantian.
2.3.2. Olahraga meningkatkan ventilasi
Olahraga sangat sangat meningkatkan ventilasi, tetapi mekanisme yang
berperan masih belum jelas. Ventilasi alveolus dapat meningkat sampai dua puluh
kali lipat selama olahraga berat untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
olahraga masih bersifat spekulatif. Dapatlah diterima akal sehat bahwa perubahan
”tiga besar” faktor kimia-penurunan PO2, peningkatan PCO2, dan peningkatan H+
dapat menyebabkan peningkatan ventilasi tersebut.
2.4. Volume dan Kapasitas Paru 2.4.1. Volume Paru
Untuk memudahkan penjelasan mengenai peristiwa ventilasi paru, maka
udara dalam paru dibagi menjadi empat volume dan empat kapasitas, yang
merupaka rata-rata pada laki-laki dewasa muda.
1. Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernapas normal, besarnya kira-kira 500ml
2. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi
setelah dan diatas volume tidal normal, biasanya mencapai 3000ml.
3. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat
diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal, jumlah
normalnya sekitar 1100ml.
4. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi paling kuat, besarnya kira-kira 1200ml.
2.4.2. Kapasitas Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang perlu
menyatukan dua atau lebih volume diatas. Berbagai kapasitas paru yang penting
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume volume
cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500ml) yang dapat
dihirup oleh seseorang, dimulai dari tingkat eksirasi normal dan
pengembangan paru sampai jumlah maksimum..
2. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru
3. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume
tidal dan volume cadangan ekspirasi, ini adalah jumlah udara maksimum
yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600ml).
4. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan
paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800ml).
Volume dan kapsitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen
lebih kecil daripada pria dan lebih lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar
daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis (Guyton & Hall, 2008)
2.5. Pengaruh Olahraga Terhadap VO2max
Kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme aerob maksimum
disingkat menjadi VO2max. Dampak progresif latihan atletik terhadap VO2max
yang dicatat dalam satu kelompok subjek yang dimulai pada tingkat tanpa latihan
dan kemudian meningkat ke program latihan selama 7 sampai 13 minggu. Dalam
penelitian ini, sangat mengejutkan bahwa VO2max meningkat hanya 10 persen.
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya VO2max pelari marathon kira-kira 45
persen lebih besar dari VO2 orang yang tidak berlatih. Sebagian VO2max yang
lebih besar ini mungkin ditentukan secara genetik, yaitu orang yang memiliki
ukuran dada lebih besar berkaitan dengan ukuran tubuh dan otot pernapasan yang
lebih kuat (Guyton & Hall, 2008).
2.6. Pengambilan Oksigen Maksimal (VO2max)
2.6.1. Pengertian VO2max
Pengertian VO2max adalah V singkatan dari "volume" sementara O2
adalah notasi kimia untuk oksigen. VO2max, juga dikenal sebagai "pengambilan
oksigen maksimal" dapat dinyatakan dalam banyak cara (dari liter oksigen per
menit atau lebih dinormalisasi mililiter oksigen per kilogram berat badan per
dan jantung untuk mengirim O2 untuk mengkontaktilkan otot skelet dan
kemampuan otot tersebut mengkonsumsi O2 (Hargreaves, 2003).
2.6.2. Pengukuran VO2max
VO2max dapat diukur dengan beberapa cara, VO2max diukur dengan
meminta seseorang untuk berolahraga, biasanya dengan treadmill atau ergometer
sepeda (sepeda stasioner dengan berbagai tingkat resistensi). Beban kerja secara
bertahap ditingkatkan sampai orang tersebut kelelahan. Sampel udara ekspirasi
yang dikumpulkan selama menit-menit terkahir olah raga, pada saat konsumsi O2
maksimum karena yang bersangkutan bekerja sekeras mungkin, dianalitis untuk
mengetahui presentase kandungan O2 dan CO2 nya. Selain itu, voume udara yang
diekspirasi juga diukur. Kemudian digunakan persamaan untuk menentukan
jumlah O2 yang dikonsumsi, dengan memperhitungkan presentase O2 dan CO2
dalam udara inspirasi, volume total udara ekspirasi dan presentase O2 dan CO2
dalam udara ekspirasi (Sherwood, 2001).
Tabel .2.1. Modbalke Treadmill Test Protocol
2.7. Rokok
2.7.1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya
dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung
lainnya.
2.7.2. Kandungan Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen
lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap
bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap
rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel
(15%). Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya
200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,
nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga
mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (David E, 2003).
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut:
1. Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang
terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga
di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan
alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya
ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf
pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam
jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami
kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin
yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya
bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni
saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.
2. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau.
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang
atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan
oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan
sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok
paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan
kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).
3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air
diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat
merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan napas dan
paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar
masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernapasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per
batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi
rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun
rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika
pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah
4. Timah Hitam (Pb)
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan
menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk
ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, M., 1997).
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun
yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran
darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
6. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah
terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran
pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat
berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat
mengakibatkan kematian.
7. Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap
dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.
8. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat
organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan
membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas
enzim.
9. Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi
2.7.3. Kategori Perokok
1. Perokok Pasif
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak
merokok. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok
aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh
perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali
lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).
2. Perokok Aktif
Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari
hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang
merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
2.7.4. Jumlah Rokok Yang Dihisap
Menurut Bustan (1997) jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan
batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:
1. Perokok Ringan: Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10
batang per hari.
2. Perokok Sedang: Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per
hari.
3. Perokok Berat: Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang.
2.7.5. Lama Menghisap Rokok
Menurut Bustan (1997) merokok dimulai sejak umur kurang dari 10 tahun
atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk
berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda
usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok
dimulai sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan tingkat
Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan
umur awal merokok yang lebih dini (Smet, 1994). Merokok sebatang setiap hari
akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung
5–20 kali per menit (Sitepoe, M., 1997). Dampak rokok akan terasa setelah 10-20
tahun pasca digunakan.
2.8. Pengaruh Rokok Terahadap Pernapasan
Secara luas diketahui bahawa merokok dapat mengurangi “napas” atlet.
Pernyataan ini benar karena banyak terdapat alasan. Pertama, salah satu dampak
nikotin adalah menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru-paru, yang
meningkatkan resistensi aliran udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Kedua, efek
iritasi asap rokok itu sendiri meningkatakn peningkatan sekresi cairan ke dalam
cabang-cabang bronkus, juga pembengkakakan lapisan epitel. Ketiga, nikotin
melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel pernapasan yang normalnya terus
bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran
pernapasan. Dengan semuanya itu, bahkan perokok ringan sekalipun sering
merasakan adanya tahanan pernapasan selama latihan maksimum dan tingkat
kinerjanya dapat berkurang.
Yang lebih hebat lagi adalah pengaruh rokok kronis, ada sedikit perokok
kronis yang tidak menderita beberapa tingkat emfisema. Pada penyakit ini terjadi
hal berikut ;
1. Bronkitis kronis
2. Obstruksi bronkioli terminalis yang banyak
3. Destruksi banyak dinding alveolus.
Pada emfisema berat, sebanyak empat per lima membran respiratorius
dapat rusak, bahkan latihan ringan sekalipun dapat mengakibatkan gawat
pernapasan. Kebanyakan pasien seperti itu bahkan tidak dapat melakukan
kegiatan sederhana seperti berjalan mengelilingi sebuah ruangan tanpa
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan VO2max dan
gambaran gerakan pernapasan terhadap perokok dengan bukan perokok saat
latihan.
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional.
a. Perokok
1. Definisi :Orang yang merokok selama lebih dari 6 bulan.
2. Alat Ukur : Kuesioner
3. Hasil Pengukuran : Perokok dengan bukan perokok
4. Skala Ukur : Nominal
b. Latihan
1. Definisi : berjalan di atas treadmill selama 10 menit dengan kecepatan yang tetap yaitu 3,2 km/jam, yag terdiri dari pretest, stage 1,stage 2, stage
3. Dimana setiap 3 menit stage akan berganti dengan diikuti kenaikan
sudut kemiringan treadmill (seperti mendaki)
2. Alat ukur : treadmill merek GE Cardiosoft Perokok
VO2 max dan gerakan pernapasan
c. Kapasitas pengambilan oksigen maksimal (VO2 max)
1. Definisi : kapasitas pengambilan oksigen yang diambil pada saat
melakukan latihan.
2. Cara ukur : menggunakan protokol modbalke dengan rumus
3. Hasil ukur : VO2max (ml/kg/min) = 1,44 (t) + 14,99.
4. skala ukur : numerik
d. Gelombang gerakan pernapasan
- Definisi : Gambaran gelombang naik turunnya grafik pada saat
inspirasi dan ekspirasi yang terekam pada kyemograf saat latihan
- Cara ukur : gelombang amplitudo dihitung dengan menggunakan
penggaris (mm)
- Hasil ukur : Panjang amplitudo yang diukur dengan satuan milimeter
- Alat ukur : kyemograf dan stetograf
- Skala ukur : numerik
3.3. Hipotesis
Ada perbedaan VO2max dan gambaran gerakan pernapasan antara
mahasiswa perokok dan bukan perokok pada saat latihan di Fakultas Kedokteran
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental
murni, dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni sampai November 2011 terhadap
mahasiswa perokok dengan bukan perokok usia 18-23 tahun. Fakultas ini dipilih
karena Fakultas tersebut memiliki aktivitas yang cukup padat menjadi subjek
penelitian.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2008, 2009 dan
2010 yang perokok dan bukan perokok di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
simple cluster sampling (Notoatmodjo, 2005). Dari 460 populasi didapatkan 60
mahasiswa yang dijadikan sebagai sampel berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi berdasarkan rumus perhitungan sampel.
Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Berat badan normal : a. Penyakit Jantung BMI = 18,50 kg/m2 - 23,00 kg/m2 b. Hipertensi
Berat (kg) / tinggi² (m) c. Kolesterol Usia Kriteria 18-23 tahun d. DM
Frekuensi berolahraga : e. Asma sering, sesekali, tidak
pernah Ditentukan dengan alat Glukosa tes,
Rumus perhitungan sampel :
n = 60 responden
Keterangan
n = besar sampel minimum.
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu.
Z1-β = nilai distribusi normal baku (table Z) pada β tertentu.
P0 = proporsi di populasi.
Pa = perkiraan proporsi di populasi.
Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pada tahap awal, seluruh responden mengisi identitas diri, menjawab
pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, sebagai kriteria inklusi/eksklusi pada
penelitian ini. Setelah didapatkan berapa jumlah responden yang termasuk dalam
kriteria inklusi, maka responden dimintakan melakukan treadmill test.
Terlebih dahulu sample di perkenalkan dengan alat
Prosedur Pelaksanaan treadmill test ;
1. Mengukur kadar gula darah sewaktu.
2. Mengukur tekanan darah.
3. Menghidupkan komputer yang telah dihungkan ke alat treadmill.
4. Masukan data pasien ke dalam komputer dan tentukan target heart rate
yaitu 70% dari maksimal heart rate beserta protokol yang akan digunakan
yaitu modbalke dengan waktu treadmill test selama 10 menit, dimana 30
detik pretest, 9 menit exercise dan 30 detik recovery.
5. Memasang stetograf pada dada sampel.
6. Menghubungkan stetograf pada alat kyemograf.
7. Menginformasikan pada sampel agar naik ke atas treadmill dan melakukan
hiperventilasi sebanyak 10 kali.
9. Kemudian setiap stage gelombang pernapasan direkam pada kyemograf.
10.Stage berganti setiap 3 menit, dimulai dari pretest, stage 1, stage 2 dan
stage 3.
11.Kemudian memasuki tahap test end yaitu treadmill test berakhir.
12.Test dapat diakhiri apabila sampel sudah kelelahan atau nyeri dada dengan
menekan tombol merah (stop).
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik “t independent”.
Hasil dikatakan bermakna bila P < 0,05. Analisis statistik dilakukan dengan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel penelitian ini merupakan mahasiswa laki-laki di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 – 2010, dengan rentang
usia 18 – 23 tahun. Pengukuran pengambilan oksigen maksimal dan gerakan
pernapasan dilakukan pada responden sebanyak 30 orang perokok dan 30 orang
bukan perokok yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
5.1.2. Distribusi Usia, Kriteria Perokok dan Frekuensi Olahraga Sampel
Distribusi usia pada sampel yang diperlihatkan pada tabel 5.1. sebagian
besar yang perokok berusia 19 tahun, sedangkan pada bukan perokok berusia 20
tahun.
Tabel 5.1. Distribusi perokok dan bukan perokok berdasarkan usia
Distribusi kriteria perokok sampel yang diperlihatkan pada tabel 5.2. dimana
sampel yang paling banyak adalah perokok ringan sebanyak 19 orang.
Umur Riwayat Perokok Total Perokok
(n)
Bukan Perokok (n)
18 19
8 3 11
10 8 18
20 2 12 14
21 8 6 14
22 2 1 3
Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Sampel
Kriteria perokok perokok (n)
Ringan 19
Sedang 9
Berat 2
Total 30
Distribusi frekuensi olahraga sampel yang diperlihatkan pada tabel 5.3.
dimana frekuensi olahraga sampel yang paling banyak baik pada perokok maupun
bukan perokok adalah sesekali berolahraga.
Tabel 5.3. Frekuensi olahraga pada sampel perokok dan bukan perokok frekuensi olahraga Perokok Bukan Perokok
(n) (n)
Sering 5 4
Sesekali 25 25
tidak pernah 0 1
Total 30 30
5.1.3. Hasil Analisis VO2max pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok
saat Latihan
Tabel 5.4. Uji T-Independent : Rata-rata VO2max Sampel
Hasil uji t independent mendapatkan rata-rata vo2max perokok 28,38 (SD
0,64) dan bukan perokok 28,62 (SD 0,71). Hasil uji t = -1,371 dan p value 0,176.
Berarti tidak ada perbedaan VO2max pada mahasiswa FK USU perokok dan
bukan perokok.
5.1.4. Hasil Analisis Rata-Rata Kenaikan Gelombang Amplitudo Perokok dan Bukan Perokok Saat Latihan
Dengan menggunakan uji t-independent diperolehtidak ada perbedaan
rata-rata kenaikan gelombang amplitudo pada saat sebelum dan selama latihan.
Tabel 5.5. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudo perokok dan bukan perokok saat istirahat-Stage 1
Hasil uji t independent mendapatkan rata-rata kenaikan gelombang
amplitudo pada saat istirahat ke stage 1 pada perokok 1,20 (SD 0,925) dan
bukan perokok 1,27 (SD 0,868). Hasil uji t = -0,288 dan p value 0,774.
Berarti tidak ada perbedaan kenaikan gelombang amplitudo pada
mahasiswa perokok dan bukan perokok. VO2max Mean Sig.
Perokok 28,38
0,176 Bukan perokok 28,62
Kenaikan gelombang amplitudo Istirahat – Stage 1
Mean Sig.
Perokok 1,20
0,774
Tabel 5.6. Rata-rata kenaikan gelombang amplitudo perokok dan bukan perokok saat stage 1- stage 2
Hasil uji t independent diperoleh rata-rata kenaikan gelombang amplitudo
pada saat stage 1 ke stage 2 pada perokok 0,10 (SD 1,029) dan bukan perokok
-0,13 (SD 1,008). Hasil uji t = 0,127 dan p value 0,900. Berarti tidak ada
perbedaan kenaikan gelombang amplitudo pada saat stage 1 ke stage 2 pada
mahasiswa perokok dan bukan perokok.
Tabel 5.7. Rata-rata kenaikan gelombang amplitude perokok dan bukan perokok saat satge 2-stage 3
Hasil uji t independent diperoleh rata-rata kenaikan gelombang amplitudo
pada saat stage 2 ke stage 3 pada perokok 0,77 (SD 0.817) dan bukan perokok
-0,70 (SD 0,974). Hasil uji t = -0,619 dan p value 0.538. Berarti tidak ada
perbedaan kenaikan gelombang amplitudo pada saat stage 2 ke stage 3 pada
mahasiswa perokok dan bukan perokok.
5.2 Pembahasan
Pengertian VO2max adalah kapasitas pengambilan oksigen yang diambil
atau diukur pada saat melakukan latihan. VO2max dapat dinyatakan dalam
banyak cara (dari liter oksigen per menit atau lebih dinormalisasi mililiter oksigen
per kilogram berat badan per menit) (Hargreaves, 2003).
Olahraga dan latihan dapat meningkatkan ventilasi, tetapi mekanisme
yang berperan masih belum jelas. Ventilasi alveolus dapat meningkat sampai dua
puluh kali lipat selama olahraga berat untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan
Kenaikan gelombang stage 1 – stage 2
Mean Sig.
Perokok -0,10
0.900
Bukan perokok -0,13
Kenaikan gelombang stage 2 – stage 3
Mean Sig.
Perokok -0,77
akan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2. Penyebab peningkatan ventilasi selama
olahraga masih bersifat spekulatif (Guyton & Hall, 2008).
Rokok sangat berpengaruh terhadap fungsi pernafasan atau proses
pengambilan oksigen. Ada beberapa faktor penyebab yaitu, pertama, nikotin
menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru-paru, yang meningkatkan
resistensi aliran udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Kedua, efek iritasi asap
rokok itu sendiri menyebabkan peningkatan sekresi cairan ke dalam
cabang-cabang bronkus, juga pembengkakakan lapisan epitel. Ketiga, nikotin
melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel pernapasan yang normalnya terus
bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran
pernapasan . bahkan perokok ringan sekalipun sering merasakan adanya tahanan
pernapasan selama latihan maksimum dan tingkat kinerjanya dapat berkurang
(Guyton & Hall, 2008).
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada pengambilan oksigen maksimal ( VO2 max ) dalam waktu
latihan 10 menit (tabel 5.4). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
sebagian besar sampel perokok adalah perokok ringan (tabel 5.2) dan usia sampel
relatif muda , 18 – 23 tahun ( tabel 5.1).
Sekitar separuh dari para perokok akan meninggal akibat kebiasaan
merokoknya, dan separuh kematian ini akan terjadi pada usia pertengahan, pada
saat dimana mereka sedang dalam puncak produktivitasnya. Secara umum mereka
yang meninggal akibat kebiasaan merokok akan kehilangan 20 sampai 25 tahun
kehidupannya akibat kebiasaan merokok. Semakin awal seseorang merokok dan
semakin banyak jumlah rokok yang dihisap akan semakin sulit umtuk berhenti
merokok, sehingga efek rokok yang ditimbulkan pun semakin besar, oleh karena
rokok mempunyai dose- respone effect. Apabila perilaku merokok dimulai sejak
usia remaja, resiko terjadinya atherosclerosis juga semakin besar (Bustan, 2007).
jumlah rokok yang dihisap dinyatakan dalam satuan batang, bungkus, pak
per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:
1. Perokok Ringan: Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10
2. Perokok Sedang: Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per
hari.
3. Perokok Berat: Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang.
Sistem pernapasan mencakup paru dan sistem saluran yang
menghubungkan tempat berlangsungnya pertukaran gas dengan lingkungan luar,
juga terdapat suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas kerja rangka toraks dan
otot pernafsan yang terekam dalam grafik gerakan pernasan. Tinggi amplitudo
grafik inspirasi menunjukkan kedalaman pengambilan pernapasan. Kenaikan
amplitudo gerakan bernapasan terlihat pada saat melakukan exercise stage 1.
sedangkan pada saat memasuki stage 2 dan 3, rata-rata amplitudo inspirasi
mengalami penurunan (tabel 5.6, tabel 5.7). Ini berarti pernapasan menjadi lebih
dalam dan cepat dalam pengambilan oksigen. Ini berhubungan dengan frekuensi
berolahraga sampel yang sesekali berolahraga (tabel 5.3)
Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat perbedaan gerakan pernapasan
antara perokok dan bukan perokok selama latihan 10 menit. Namun didapat
semakin tinggi stage latihan maka pernapasan semakin dangkal , yang ditunjukkan
dengan terjadinya penurunan gelombang amplitudo inspirasi . Hasil uji yang tidak
signifikan berhubungan dengan karakteristik usia, dan frekuensi olahraga sampel
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan vo2max antara perokok dengan bukan
perokok saat latihan selama 10 menit.
2. Tidak terdapat perbedaan gerakan pernapasan antara perokok dengan
bukan perokok.
3. Semakin tinggi stage latihan , maka pernapasan semakin dangkal.
6.2 Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengambilan oksigen maksimal
dan gerakan pernapasan, yatu dengan menambah waktu latihan agar mencapai
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H., Mukty, A.,2010.Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi 7.Surabaya:
Airlangga.
Aditama, Yoga., 2006. Tuberkulosis, Rokok. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Corwin, E.J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Cooper, K.H., 1977. The Aerobics Way.New York: M.Evans and Co.
Ganong, W.F., 1983. Fisiologi Kedokteran edisi 10. Penerjemah Alex Santoso. Jakarta: EGC.
Ganong, WF., 2003. Fisiologi Kedokteran edisi 20. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Guyton., 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerjemah Petrus Adrianto, dkk. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall., 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk. Jakarta: EGC.
Hargreaves, M., and Howely, J., 2003. Physiological bases of Sport Performance.
New York: Mc Graw Hill.
Jonueira,L,C., Carniero,J.,Kelley,R.O.,1997. Histologi Dasar. Edisi 8.Jakarta:
EGC
Metzger, L.F. Altose, M.D. Fishman, A.P. 1980. Evaluation of Pulmonary Performance dalam Fishman A.P. Pulmonary Disease and Disorders. New York: McGraw-Hill. Page : 1754, 1757 – 1758.
Mitchell, Haskell & Raven. 1994. Classification of sport. Medicine & Science in Sport and Exercise, Official Journal of The American Collage of Sport Medicine. New York : William & Wilkins.
Price,S.A., Wilson,L.M., 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Notoatmojo, S., 2003. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penebit Rineka.
Satroasmoro, S., Ismael, S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS).
Jakarta: Bamboedoea Communication.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Riko Madresty Hutabarat
Tempat / Tanggal Lahir : Pematang Siantar/5 Juni 1991
Agama : Islam
Alamat : Jl. Krakatau komplek, DPR no. 29, Medan
Riwayat Pendidikan : TK Pelita Harapan Langkat 1995-1997
SD Taman Asuhan Pematang Siantar 1997-2002
SMP Taman Asuhan Pematang Siantar 2002-2005
SMA Negeri. 6 Medan 2005-2008
PTN Fak. Kedokteran USU Medan 2008-sekarang
Riwayat Pelatihan :
Riwayat Organisasi : Wakil Ketua SCORA PEMA FK USU Periode
2010-2011
LEMBAR PESETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “Perbedaan VO2max dan Gerakan Pernafasan Antara Mahasiswa FK USU Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan” secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini Saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari Saya mengundurkan diri, kepada Saya tidak akan dituntut apapun.
Medan………..2011 Peneliti
Yang membuat pernyataan Peserta penelitian
(Riko Madresty H) (………)
No Umur TB BB Frekuensi olahraga
Riwayat merokok
Kriteria perokok Riwayat penyakitkeluarga
LAMPIRAN
1. Hasil output berdasarkan umur
umur
Frekuensy Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid 18 11 18.3 18.3 18.3
19 18 30.0 30.0 48.3
20 14 23.3 23.3 71.7
21 14 23.3 23.3 95.0
22 3 5.0 5.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
2. Hasil output TB dan BB berdasarkan Riwayat perokok
Group Statistics
riwayatmerok
ok N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean TB Perokok 30 169.70 5.370 .980
bukan
perokok 30 169.53 6.761 1.234 BB Perokok 30 58.00 4.792 .875
bukan
3. Hasil output Frekuensi olahraga berdasarkan riwayat merokok
4. Hasil output KGD berdasarkan riwayat merokok
Group Statistics
5. Hasil output riwayat merokok
kriteriaperokok * riwayatmerokok Crosstabulation
merokokRiwayatpenyakitkeluarga * riwayatmerokok Crosstabulation
Count
riwayatmerokok Total
perokok
bukan
perokok perokok Riwayatpenyakitkel
uarga
tidak ada
riwayat 19 16 35
cvs dan
metabolik 2 5 7
cvs 5 7 12
metabolik 4 2 6
Total 30 30 60
6. Hasil output VO2max berdasarkan riwayat perokok Group Statistics
riwayatmerok
ok N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean vo2ma
x
Perokok 30 28.3877 .64008 .11686 bukan
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
7. Hasil output gel.amp istirahat – stage 1
Group Statistics
riwayatmer
okok N Mean
Std.
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
9. Hasil output gel.amp stage 2 – stage 3
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-tailed)
Mean Differe nce
Std. Error Differe
nce
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper
Lowe r gelombanga
mplitudosta ge2stage3
Equal variances assumed
.006 .940 -.619 58 .538 -.133 .215 -.564 .298
Equal
variances not assumed
-.619 57.90