PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA
SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK
INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TESIS
Oleh
ANGGIAT H. SIBANGE-SIBANGE
087017003/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA
SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK
INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ANGGIAT H SIBANGE SIBANGE
087017003/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA
EFEK INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
Nama Mahasiswa : Anggiat H Sibange-Sibange
Nomor Pokok : 087017003
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME
Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi, Direktur,
Telah diuji pada
Tanggal : 08 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA
Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME
2. Dra. Sri Mulyani, MBA., Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul:
“PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM
EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN RETURN
ON ASSETS SEBAGAI VARIABEL MODERATING”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 08 Agustus 2011
Yang membuat pernyataan :
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK
INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel.
Sampel yang diambil berjumlah 19 (sembilan belas) emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari 30 (tiga puluh) populasi emiten perbankan di BEI. Metode penarikan sampel menggunakan purposive sampling dengan periode penelitian antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Metode analisis yang digunakan adalah Moderating Regression Analysis menggunakan metode residual.
Hasil penelitian menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap harga saham emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating dapat diterima. Peranan variable ROA sebagai moderating variable memperkuat hubungan variabel Net Interest Margin (NIM) dan variabel Non Performing Loan (NPL) terhadap harga saham.
Kata kunci : Harga saham, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
INFLUANCE OF FUNDAMENTALLY FACTOR TO SHARE PRICE BY MARKET VALUE AT THE BANKING IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE WITH RETURN ON ASSETS AS MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
This research aim to know influance of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) to the Share Price with Return On Assets (ROA) as moderating variabel.
The Sample taken from 19 (nineteen) banking emiten listing in Indonesia Stock Exchange by the 30 (thirty) population of Banking Emiten in Indonesia Stock Exchange. Sample taking with purposive method sampling with period of research between of 2005 up to year of 2009. Analysis method the used is Moderating Regression Analysis with residual method.
This research result show to hypothesis test indicate that of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) with Return On Assets (ROA) as moderating variabel of significance to Share Price by Market Value at the banking emiten of listed in Indonesia Stock Exchange with Return On Assets (ROA) as moderating variabel that acceptable. Thereby role of ROA as moderating variable strengthen of causality of Net Interest Margin (NIM) between of Non Performing Loan (NPL) to the share price.
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets Sebagai Variabel Moderating”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar akademik Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena saya sampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM.&H, M.Sc (CTM) Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., CPA., selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan sekaligus sebagai Pembimbing Utama dalam penyusunan tesis ini.
4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai selesainya penulisan tesis ini.
5. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA. Ak., Ibu Dra. Tapi Andasari Lubis, M.Si. Ak. dan Bapak Drs. Iskandar Muda, M.Si. Ak., masing-masing sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dalam rangka penulisan tesis ini. 6. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana
7. Yang tercinta Papa (Bonggal Sibange-bange) dan Mama (Esti Br. Pasaribu) yang telah merawat, membimbing dan tak pernah berhenti berkorban serta selalu berdoa untuk keberhasilan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
8. Kakak-kakak (Elvrita Rismauli Sitompul, Julinda Renauli Sitompul, dan Dame Lamtiur Sitompul) dan Abang (Patria Wijaya Parulian Sibange-bange) serta para keponakan yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.
9. Teman-teman mahasiswa, khususnya yang seangkatan (kebersamaan dalam suka dan duka dalam menempuh perkuliahan akan jadi kenangan yang tak terlupakan). 10. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki menjadikan tesis ini masih kurang sempurna, karena itu masih diperlukan masukan-masukan dan saran-saran dari pembaca. Harapan saya kiranya Penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan secara luas.
Medan, 08 Agustus 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : ANGGIAT H. SIBANGE-BANGE
2. Tempat/tgl lahir : Sibolga, 07 Februari 1979
3. Pekerjaan : Pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
4. Agama : Kristen Protestan
5. Orang tua
a. Ayah : BONGGAL SIBANGE-BANGE
b. Ibu : ESTI BR. PASARIBU
6. Alamat : Jl. Rasak No. 13, Kel. Pancuran Dewa, Kec. Sibolga
Sambas, Kota Sibolga
7. Pendidikan:
a. SD RK NO.3 Sibolga : Sibolga, lulus tahun 1991
b. SMP Swasta Fatima Sibolga : Sibolga, lulus tahun 1994
c. SMU Swasta Katolik Sibolga : Sibolga, lulus tahun 1997
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Originalitas ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
2.1. Landasan Teoritis ... 13
2.1.1. Analisis Laporan Keuangan ... 13
2.1.2. Analisis Fundamental ... 14
2.1.3. Manajemen Bank ... 14
2.1.4. Manajemen Likuiditas(Liquidity Management) ... 15
2.1.5. Manajemen Aset (Asset Management)... 15
2.1.6. Manajemen Pasiva (Liability Management) ... 18
2.1.7. Manajemen Kecukupan Modal (Managing Capital Adequacy) ... 19
2.1.9. Rasio Keuangan ... 20
2.1.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ... 22
2.1.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas ... 23
2.1.11.1. Capital adequacy ratio (CAR) ... 25
2.1.11.2. Loan to deposit ratio (LDR) ... 26
2.1.11.3. Non performing loan (NPL) ... 27
2.1.11.4. Net interest margin (NIM) ... 28
2.1.11.5.Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) ... ... 29
2.1.11.6.Efficiency ratio (ER) ... 29
2.1.11.7. Cost of Income Ratio (CIR) ... 29
2.1.12. Hipotesis Pasar Efisien ... 30
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 33
3.1. Kerangka Konsep ... 33
3.2. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB IV METODE PENELITIAN ... 39
4.1. Jenis Penelitian ... 39
4.2. Jenis dan Sumber Data ... 39
4.3. Lokasi Penelitian ... 39
4.4. Populasi dan Sampel ... 40
4.4.1. Populasi Penelitian ... 40
4.4.2. Sampel Penelitian ... 40
4.5. Metode Pengumpulan Data ... 43
4.6. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 43
4.6.1. Definisi Operasional ... 43
4.6.1.1. Capital adequacy ratio ... 43
4.6.1.2. Loan to deposit ratio ... 44
4.6.1.4. Net interest margin ... 45
4.6.1.5. Beban operational terhadap pendapatan operasioanl (BOPO) ... 46
4.6.1.6. Ratio efisiensi ... 46
4.6.1.7. Ratio cost of income ratio (CIR) ... 47
4.6.2. Pengukuran Variabel ... 48
4.6.2.1. Variabel moderating ……… 48
4.6.2.2. Variabel dependen (terikat) …………... 49
4.7. Metode Analisis Data ... 50
4.7.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 52
4.7.2. Pengujian Statistik Modern ... 55
4.8. Lokasi dan Jadwal Pelaksanaan ... 57
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
5.1. Hasil Penelitian ... 58
5.1.1. Statistik Deskriptif ... 58
5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 60
5.1.2.1. Uji normalitas ... 60
5.1.2.2. Uji multikolinearitas ... 61
5.1.2.3. Uji heteroskedastisitas ... 62
5.1.2.4. Uji autokorelasi ... 65
5.1.3. Uji Hipotesis ... 66
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
6.1. Kesimpulan ... 81
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 82
6.3. Saran ... 82
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
1.1. Rasio Perbankan di Indonesia tahun 2005-2009 ... 2
2.1. Rasio Finansial Lebih Rinci Mengevaluasi Kesehatan Bank Umum .... 21
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ... 32
4.1. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 42
4.2. Data Perusahaan Sampel ... 42
4.3. Standar Pengukuran Tingkat CAR ... 44
4.4. Standar Pengukuran Tingkat LDR ... 45
4.5. Standar Pengukuran Tingkat NPL ... 46
4.6. Standar Pengukuran Tingkat BOPO ... 47
4.7. Standar Pengukuran Tingkat ROA ... 48
4.8. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 49
4.9. Uji Statistik d Durbin-Watson (DW) ... 54
5.1. Deskripsi Statistik ... 58
5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 61
5.3. Pengujian Multikolinieritas ... 61
5.4. Pengujian Multikolinieritas ... 62
5.5. Uji Glesjer ... 64
5.6. Nilai Durbin-Watson ... 65
5.7. Pengujian Goodness Of Fit ... 66
5.8. Hasil Perhitungan Uji t ... 67
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Penelitian Tahun 2005 ... 86
2. Data Penelitian Tahun 2006 ... 87
3. Data Penelitian Tahun 2007 ... 88
4. Data Penelitian Tahun 2008 ... 89
5. Data Penelitan Tahun 2009 ... 90
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK
INDONESIA DENGAN RETURN ON ASSETS
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel.
Sampel yang diambil berjumlah 19 (sembilan belas) emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari 30 (tiga puluh) populasi emiten perbankan di BEI. Metode penarikan sampel menggunakan purposive sampling dengan periode penelitian antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Metode analisis yang digunakan adalah Moderating Regression Analysis menggunakan metode residual.
Hasil penelitian menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap harga saham emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating dapat diterima. Peranan variable ROA sebagai moderating variable memperkuat hubungan variabel Net Interest Margin (NIM) dan variabel Non Performing Loan (NPL) terhadap harga saham.
Kata kunci : Harga saham, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
INFLUANCE OF FUNDAMENTALLY FACTOR TO SHARE PRICE BY MARKET VALUE AT THE BANKING IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE WITH RETURN ON ASSETS AS MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
This research aim to know influance of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) to the Share Price with Return On Assets (ROA) as moderating variabel.
The Sample taken from 19 (nineteen) banking emiten listing in Indonesia Stock Exchange by the 30 (thirty) population of Banking Emiten in Indonesia Stock Exchange. Sample taking with purposive method sampling with period of research between of 2005 up to year of 2009. Analysis method the used is Moderating Regression Analysis with residual method.
This research result show to hypothesis test indicate that of Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost to Operational Revenue, Efficiency Ratio (EFF) and Cost of Income Ratio (CIR) with Return On Assets (ROA) as moderating variabel of significance to Share Price by Market Value at the banking emiten of listed in Indonesia Stock Exchange with Return On Assets (ROA) as moderating variabel that acceptable. Thereby role of ROA as moderating variable strengthen of causality of Net Interest Margin (NIM) between of Non Performing Loan (NPL) to the share price.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini, semakin banyak orang maupun perusahaan yang
menginvestasikan dana mereka dalam bentuk sekuritas. Investasi dalam bentuk
sekuritas umumnya dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi, namun yang lebih
populer adalah dalam bentuk saham.
Penjualan dan pembelian saham pada umumnya dapat dilakukan di pasar
modal, yaitu tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana dengan
pihak-pihak yang kekurangan dana. Pihak-pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat
menerbitkan sahamnya ke pasar modal dengan tujuan untuk mendapatkan dana yang
akan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan atau untuk
memperluas usaha. Pihak yang kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya
dalam bentuk saham yang diterbitkan perusahaan penerbit dengan harapan bahwa
dana yang diinvestasikan tersebut dapat menghasilkan pengembalian yang
diharapkan.
Investasi dalam saham terbagi menjadi investasi jangka pendek dan investasi
jangka panjang. Investasi saham dalam jangka pendek biasanya dimaksudkan untuk
dijual kembali dengan segera. Investasi saham dalam jangka panjang biasanya
dimaksudkan untuk memiliki hak suara di perusahaan lain atau untuk menguasai
fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang
menerbitkan saham. Analisa fundamental berhubungan dengan penilaian kinerja
perusahaan tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai tujuannya. Untuk
menganalisa kinerja perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan.
Selama dua dekade terakhir, sektor perbankan dunia telah mengalami
transformasi yang signifikan dalam lingkungan operasionalnya (Athanasoglou, 2005).
Transformasi tersebut tidak lain disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
endogen dan faktor eksogen, yang mempengaruhi struktur (structure) dan kinerja (performance) sektor perbankan dunia secara umum.
Walaupun telah diadakan pengawasan perbankan, kenyataannya masih ada
kinerja bank yang tidak sehat. Seperti kasus Bank Global yang telah masuk dalam
Special Surveillance Unit (SSU). Tanggal 27 Oktober 2004, BI menetapkan Bank Global dalam status pengawasan khusus. Sebab, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR)-nya di bawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia
(8%).
Adapun perkembangan rasio perbankan di Indonesia terdapat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1. Rasio Perbankan di Indonesia Tahun 2005-2009
Berdasarkan Tabel 1.1, beberapa rasio kinerja perbankan mengalami
peningkatan. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang
merupakan salah satu indikator efisiensi menunjukkan perbaikan dan Return On Asset
(ROA) juga mengalami peningkatan yang menunjukkan perbaikan kinerja perbankan
yang relatif meningkat. Permodalan perbankan juga menunjukkan perbaikan yaitu
dengan meningkatnya Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi 17,4% walaupun
belum dapat menyamai pencapaian di tahun 2006 sebesar 21,3%.
Di samping rasio yang membaik, beberapa indikator menunjukkan adanya
penurunan kinerja, diantaranya adalah LDR yang menurun dan Non Performing Loan
(NPL) yang relatif mengalami kenaikan. Penurunan kualitas kredit tersebut
mempengaruhi perbankan dalam penempatan dana yang dimilikinya. Hal tersebut
dapat tercermin dari rasio penempatan SBI dibandingkan penyaluran kredit yang
mengalami peningkatan pada 2009 menjadi sebesar 14,75%, dibandingkan 12,73%
pada akhir tahun 2008.
Di sisi lain, komponen biaya dari bank milik pemerintah juga terlihat lebih
rendah yang tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO) yang angkanya turun menjadi 85,72% dari setahun sebelumnya menembus
94,18%. Demikian juga dengan kelompok bank swasta non devisa, justru menaikkan
pengambilan margin keuntungan bunga bersih (net interest margin) yang mencapai
9,46% dari sebelumnya sebesar 7,12% pada periode Mei secara tahunan.
90,11% pada Mei tahun ini dari realisasi pada periode yang sama dengan tahun lalu
93,07%. Seharusnya, pola pembentukan harga kredit itu bisa selaras seperti kelompok
bank swasta devisa yang menurunkan margin bunga bersih menjadi 5,25% dari
sebelumnya 5,62%. Hal itu sesuai dengan arahan BI. Indikator lainnya yang
diharapkan tercermin dari efisiensi biayanya yang sedikit membaik dengan BOPO
turun dari 90% menjadi 88,22% pada periode tersebut.
Bank juga dituntut untuk dapat menghasilkan laba (profitabilitas) yang terus
meningkat melalui penjualan jasanya. Penjualan kredit akan menyebabkan aliran kas
keluar yang dapat mengurangi cadangan kas yang ada. Semakin besar kemampuan
bank untuk menciptakan kredit, semakin besar kesempatan bank untuk memperoleh
laba tetapi perluasan kredit dapat mengurangi tingkat likuiditas bank. Hal inilah yang
sulit dilakukan oleh para bankir untuk mengelola liquidity dan profitability yang sejak dahulu menjadi dilema dunia perbankan karena sifatnya yang selalu bertentangan
kepentingan (conflict of interest).
Dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary yang mempertemukan surplus unit of fund dengan defisit unit of fund bank juga harus
menjaga rasio kecukupan modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998). Modal juga
merupakan aspek yang sangat penting untuk menilai kesehatan bank karena ini
berhubungan dengan solvabilitas bank. Modal digunakan untuk menilai seberapa
besar kemampuan bank untuk menanggung risiko-risiko yang mungkin akan terjadi.
sebaliknya bank yang mempunyai risiko yang kecil mengidentifikasikan bank
tersebut kurang solvabel.
Tingkat modal yang tinggi akan meningkatkan cadangan kas yang dapat
digunakan untuk memperluas kreditnya, sehingga tingkat solvabilitas yang tinggi
akan membuka peluang yang lebih besar bagi bank untuk meningkatkan
profitabilitas-nya. Sebaliknya bank yang tingkat solvabilitasnya rendah akan
mengurangi kemampuan bank untuk meningkatkan profitabilitas-nya, bahkan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap
kelangsungan usahanya.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas dapat dipahami bahwa masih ada
gap atau permasalahan antara harapan dengan kenyataan. Pemerintah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10
tahun 1998 mengharapkan bank sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana
masyarakat dalam melakukan kegiatannya harus menggunakan prinsip kehati-hatian
agar kesehatan bank dapat terjaga. Kesehatan ini meliputi ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.31 tentang akuntansi perbankan
pada pasal 2 menyebutkan; bahwa perhatian yang paling utama terhadap kesehatan
likuiditas suatu bank didasarkan pada intensitas pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan pemeliharaan likuiditas minimum (cash ratio). Kesehatan rentabilitas didasarkan pada posisi laba rugi menurut pembukuan, sedangkan solvabilitas
didasarkan pada perbandingan modal sendiri dengan kebutuhan modal berdasarkan
perhitungan capital adequacy (Santoso, 2000:108).
Perbankan yang tidak sehat secara ekonomi makro negara telah kehilangan
kesempatan untuk membangun perekonomiannya, bahkan negara akan mengalami
kerugian yang sangat besar. Demikian pula secara ekonomi mikro, pemilik, pengurus,
karyawan dan pihak-pihak yang terkait yang memerlukan jasa bank turut rugi.
Namun dalam kenyataannya masih ada bank yang kinerjanya jelek sehingga
mengganggu tingkat kesehatannya yang berdampak pada kesulitan likuiditas,
efisiensi operasional-nya dan mengganggu tingkat CAR-nya.
Berdasar pada keterangan dan permasalahan di atas dapat diketahui betapa
pentingnya laba bagi suatu perbankan. Laba bersih merupakan kunci untuk eksistensi
(kesehatan) suatu perbankan. Bank Indonesia selaku bank sentral telah menetapkan cara
menilai kesehatan suatu bank yang disebut dengan CAMEL. CAMEL ini terdiri dari
permodalan (Capital), struktur aktiva (Asset), Management, profitabilitas (Earning) dan
Likuidity. Perbankan Indonesia mulai bangkit dari krisis dengan melakukan
pembenahan melalui kebijakan-kebijakan perbankan yang kondusif. Jumlah bank
mengalami penurunan dari 133 bank pada tahun 2004 menjadi sejumlah 124 bank
pada tahun 2008, disebabkan ada 3 bank yang dilikuidasi pada tahun 2004 dan
Pemulihan tersebut tidak terlepas dari target operasional bank yang akan
mendukung kelangsungan operasional perbankan. Penelitian sebelumnya telah
banyak dilakukan untuk melihat profitabilitas dengan menggunakan variabel
dependen Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) dihubungkan dengan
variabel independen melalui rasio keuangan bank dan faktor eksternal.
Peneliti Kunt dan Huizingan (1998) yang meneliti variasi faktor yang
mempengaruhi tingkat profitabilitas bank. Beberapa faktor tersebut adalah
Karakteristik Bank (Bank Characteristic), Indikator Makro (Macro Indicators), Pajak (Taxation), Penjaminan Simpanan (Deposit Insurance), Struktur Finansial (Financial
Structure), Indikator Hukum dan Institusional (Legal and Institusional Indicator). Salah satu variasi faktor-faktor yang digunakan adalah kombinasi dari
variabel-variabel yang termasuk dalam Bank Characteristic dan Macro Indicators
diantaranya Ekuitas terhadap Total Asset (Equity to Total Assets), Kredit terhadap Total Aset (Loan to Total Asset), Pendapatan Non Bunga terhadap Total Aset (Non
Interest Earning to Total Asset), Overhead to Total Asset, Kepemilikan Asing (Foreign Ownership), 6 variabel lainnya yang merupakan variabel tersebut
diinteraksikan dengan GDP Percapita, Pertumbuhan (Growth), Inflasi (Inflation), dan
Real Interest (Macro Indicators). Dengan dependen variabelnya ROA (before tax profit/ TA).
Werdaningtyas (2002) pernah melakukan penelitian untuk mengetahui
Kredit, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rossy
(2009) melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara CAR, LDR, NPL, NIM,
dan BOPO terhadap profitabiltias bank umum. Dengan Independen variabel CAR,
LDR, NPL, NIM, dan BOPO dan dependen variabel ROA.
Dari uraian di atas dan dengan melihat hasil penelitian yang lalu sebagaimana
contoh di atas dimana penelitian tersebut menggunakan penggunaan rasio keuangan
yang berbeda, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Emiten Perbankan di Bursa
Efek Indonesia dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Faktor-faktor
fundamental tersebut meliputi unsur rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM),
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) dan profitabilitas dengan indikator ROA sebagai moderating variabel terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan fenomena pada latar belakang tersebut
adalah:
(CIR) berpengaruh terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai
moderating variabel ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL),
Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) terhadap harga saham dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating variabel.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
dunia perbankan nasional, khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja bank.
2. Untuk pemerintah dan praktisi perbankan sebagai bahan masukan menetapkan
kebijakan pengawasan perbankan dan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
dalam pengelolaan bank pada masa yang akan datang.
3. Untuk peneliti berikutnya, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi
bagi mereka yang ingin melakukan penelitian sejenis serta memberikan gambaran
mengenai kinerja lembaga perbankan khususnya bank yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia.
1.5. Originalitas
Penelitian ini adalah replikasi dari beberapa penelitian sebelumnya.
Diantaranya, Guru (1999) dalam penelitiannya mengidentifikasikan faktor-faktor
tertentu profitabilitas suatu bank komersial terdiri dari internal determinan yang
merupakan faktor-faktor yang masih dapat dikendalikan manajemen diantaranya
Likuiditas, Kecukupan Modal, Manajemen Portofolio Aset dan Kewajiban dan
Manajemen Biaya. Eksternal determinan merupakan faktor-faktor yang berada di luar
kendali manajemen size, kepemilikan, dan faktor lingkungan yang berhubungan yang terdiri dari struktur pasar, regulasi.
Penelitian lain yang meneliti variabel internal dan eksternal terhadap
profitabilitas dilakukan oleh Bourke (1988), penelitiannya dilakukan terhadap
bank-bank di Eropa, Amerika Utara dan Australia. Independent variabel yang digunakan:
1. Biaya-biaya Staff (Staff Expenses/ Overhead Expenses) 2. Rasio Modal (Capital Ratio)
3. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
4. Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio)
5. Kepemilikan Pemerintah (Government Ownership) 6. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate)
7. Pertumbuhan Pasar (Market Growth)
Dependen variabelnya:
1. Return On Capital
3. Nilai tambah ROA (Value added return on total assets)
Kesimpulan penelitian Philip Bourke (1988) menyatakan bahwa rasio modal
(capital ratio), rasio likuiditas (liquidity ratios) dan tingkat suku bunga (interest rates) mempunyai hubungan positif dengan profitabilitas.
Di Indonesia ada beberapa penelitian mengenai profitabilitas, antara lain yang
dilakukan oleh Werdaningtyas (2000) untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi porfitabilitas bank-bank dalam status BTO di Indonesia sebelum
Merger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangsa pasar yang diukur dengan
pangsa asset, pangsa dana, dan pangsa kredit tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas secara parsial, sementara CAR (Capital Adequacy Ratio) mempunyai hubungan positif dan LDR mempunyai hubungan negatif terhadap
profitabilitas.
Adapun menurut Putri (2008) dengan mengacu pada model yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya baik yang berasal dari dalam negeri ataupun luar
negeri, variabel yang digunakan yakni: EFF (efficiency ratio), P/L (profit/loss per employee), RDIBA (Return Difference of Interest Bearing Assets), NIM (Net Interest Margin), dengan dependen variabelnya ROA (Return On Assets) dan ROE (Return
On Equity), analisa permasalahan dilakukan dengan metode non parametrik DEA terhadap 17 bank komersial go public pada 2002-2004 dengan uji multikolineritas
Menurut Rosy (2009) dalam penelitiannya mengenai analisa hubungan CAR,
LDR, NPL, NIM, dan BOPO terhadap profitabilitas Bank Umum yang listing di BEI
dari hasil penelitian yang dilakukannya menemukan bahwa variabel CAR tidak
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kenaikan atau penurunan variabel ROA
dan ROE, variabel LDR dan NPL memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROE
tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROA, karena terdapat
komponen nilai asset yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi perusahaan,
NIM memiliki hubungan yang signifikan yang positif terhadap ROA dan hubungan
signifikan yang negatif terhadap ROE, BOPO memiliki hubungan negatif yang
signifikan terhadap ROA. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dengan menambah variabel CIR dan BOPO. Selain itu penelitian ini dilakukan pada
periode tahun 2005-2009. Riset ini mereplikasi riset yang dilakukan oleh
Werdaningtyas (2000). Perbedaannya pada penelitian dilakukan pada Bank Umum
bukan pada Bank yang BTO. Selain itu penelitian ini menambahkan variabel CIF dan
EFF yang membedakan dari penelitian sebelumnya, dan penelitian ini dilakukan pada
kondisi tahun 2005-2009 untuk melihat konsistensi hasil yang diperoleh dibanding
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan berusaha mengidentifikasikan aspek-aspek yang
relevan bagi pengambilan keputusan investasi (Ou & Penman, 1989:297). Salah satu
tujuan dari analisis tersebut adalah untuk memperkirakan perusahaan yang
dicerminkan oleh laporan keuangan. Beberapa studi empiris menunjukkan terdapat
hubungan yang kuat antara Informasi Akuntansi dengan harga pasar saham.
Agar laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi yang berarti, maka
perlu intepretasi dan analisis yang memadai sehingga dapat membentuk basis bagi
keputusan yang diambil. Analisis laporan keuangan mencakup perangkat kerja dan
teknik yang memungkinkan para analis untuk menganalisis laporan keuangan masa
lalu dan saat sekarang, sehingga kinerja finansial dan posisi keuangan perusahaan
dapat dievaluasi dan resiko serta potensi perusahaan dimasa depan dapat diestimasi.
Analisis laporan keuangan menurut Gibson (1992:120) adalah The judgement process one of the primary objectives is identification of major change (tuning points)
in trends, a relationship and investigation of the reasons underlying those change.
Dengan demikian menganalisis laporan keuangan pada hakekatnya adalah untuk
mengetahui secara cermat tentang keadaan keuangan perusahaan serta hubungannya
suatu yang sangat berarti dan membantu dalam proses penilaian dan memproyeksikan
keadaan keuangan serta hasil usaha suatu proyek atau perusahaan. Jadi analisa
laporan keuangan belum merupakan tujuan, melainkan merupakan alat untuk menilai
kondisi (kinerja) keuangan perusahaan.
2.1.2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor
adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba
mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi
dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai
intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari. Para calon investor yang
akan membeli saham akan menganalisis kondisi perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan terbesar dari investasinya. Teknik analisis saham ada dua pendekatan
dasar, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
2.1.3. Manajemen Bank
Perbankan memperoleh keuntungan dari spread (selisih) suku bunga antara
suku bunga pendapatan dari suku bunga kredit. Keuntungan diperoleh dengan
menjual pasiva (dengan karakteristik yang terdiri dari likuiditas risiko dan
pengembalian) dan membeli asset dengan karakteristik yang berbeda dengan pasiva
perbankan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi. Pertama, tersedianya kas
yang cukup untuk membayar pada saat terjadinya penarikan dana oleh nasabah
cara memperoleh asset dengan tingkat gagal bayar (default) kecil dan melakukan
diversifikasi asset (Asset Management). Ketiga, memperoleh dana murah (Liability Management), dan yang keempat manajer harus memutuskan sejumlah modal yang harus disisihkan sebagai pemenuhan modal minimum (Managing Modal Adequacy).
2.1.4. Manajemen Likuiditas (Liquidity Management)
Untuk mengantisipasi penarikan dana oleh nasabah diperlukan sejumlah dana
kas sebagai cadangan (excess reserve) yang harus dipegang oleh bank. Cadangan ini berfungsi sebagai asuransi terhadap biaya yang timbul jika terjadi penarikan dana.
Biaya tersebut adalah kemungkinan hilangnya kepercayaan pemilik dana terhadap
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kas dari pemilik dana. Semakin besar biaya
yang diperhitungkan semakin besar cadangan yang disisihkan.
Cadangan tersebut memiliki keuntungan untuk menghemat biaya, pada saat
terjadi penarikan dana oleh nasabah. Bank yang memiliki kelebihan cadangan yang
cukup tidak perlu membayar biaya, seperti: biaya dari dana pinjaman bank lain
dipasar uang, menjual surat berharga, meminjam dari bank sentral, meminjam atau
menjual utang luar negerinya. Untuk mengoptimalkan cadangan ini bank umumnya
memiliki cadangan kedua (secondary reserve) berupa asset yang lebih likuid dari asset lainnya seperti SBI dan surat berharga.
2.1.5. Manajemen Aset (Asset Management)
Dalam rangka mengoptimalkan keuntungan, bank secara simultan harus
rendah, dan mencadangkan kecukupan likuiditas dengan asset yang likuid. Di dalam
manajemen asetnya, bank melakukan upaya dengan empat cara sebagai berikut:
1. Bank berusaha mendapatkan peminjam yang mau membayar tingkat suku bunga
yang tinggi dengan kemungkinan default yang kecil. Upaya ini dilakukan dengan
pendekatan langsung kepada perusahaan yang potensial. Pejabat analis kredit
harus benar-benar tepat dan akurat dalam analisis pemberian kreditnya.
2. Diversifikasi penanaman asset, dengan tujuan untuk meminimalisasi tingkat
risiko dari asset yang dimiliki. Dengan membeli surat berharga yang berbeda
jangka waktunya dan dalam berbagai jenis kredit kepada beberapa nasabahnya.
Bank yang menempatkan suatu portofolionya dalam suatu jenis kredit akan
mengalami kesulitan pada saat terjadi guncangan pada sektor yang dibiayai.
3. Bank berusaha untuk memberi surat-surat berharga dengan pendapatan tinggi dan
risiko yang rendah.
4. Bank harus dapat mengelola likuiditas dari asset-aset yang dimiliki dengan tetap
memperhatikan pemenuhan modal minimum (reserve minimum) tanpa
mengeluarkan biaya yang tinggi.
Secara umum manajemen asset bank dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
yaitu Pool of Fund Approach. (Dahlan, 2004: 88).
1. Pendekatan Pengumpulan Pendanaan (Pool of Fund Approach)
Kewajiban dari masing-masing bank dapat diagregasikan menjadi satu pool dana,
seolah-olah berasal dari satu sumber saja. Besarnya nilai pool tersebut diasumsikan
ditentukan oleh pasar dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas manajemen kewajiban.
Langkah pertama dari pendekatan ini adalah penetapan standard kebutuhan
likuiditas. Selanjutnya alokasi dana dilakukan berdasarkan beberapa prioritas
yang ditetapkan manajemen dalam rangka menyeimbangkan antara likuiditas dan
profitabilitas. Prioritas dilakukan dengan menetapkan beberapa bagian, yaitu:
Cadangan utama (Primary recerve), meliputi kas yang terdapat dalam brankas
(cash in vault), giro BI, dana dari Bank; Cadangan kedua (Secondary Reserve), meliputi asset likuid tidak termasuk kas (non cash liquid assets) yaitu surat
berharga jangka pendek yang berkualitas tinggi, likuid dan memberikan return
yang memadai; Portofolio kredit, penyaluran kredit kepada masyarakat atau
nasabah; Pendapatan dari investasi (Investment per Income), berupa surat berharga berjangka panjang yang memberikan return yang lebih tinggi.
2. Pendekatan Alokasi Aset (Assets Allocation Approach/Conversion of Fund
Approach)
Pendekatan ini didasarkan kepada kesadaran bahwa jumlah kebutuhan likuiditas
bank berkaitan erat dengan sumber-sumber dari mana dana bank tersebut
diperoleh. Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah membagi dua sisi
kewajiban di neraca berdasarkan besarnya cadangan (reserve requirement) yang dibutuhkan, relasitas dan turnovernya. Tiap-tiap sumber dana diperlakukan secara
Tiap-tiap kategori sumber dana (giro, tabungan, deposito, modal, dan
lain-lain) dilakukan pengalokasian kepada Primary Reserve, Secondary Reserve, Portofolio Kredit, Investement per Income, dan asset-aset lain (Other Asset), seolah-olah masing-masing kategori sumber dana tersebut merupakan bank atau profit center
yang berdiri sendiri. Dana yang berasal dari giro nasabah yang memiliki ketentuan
Reserve Requirement (RR) dan perputarannya yang tinggi diperlukan berbeda dengan
dana yang bersumber dari penerbitan surat hutang. Untuk menghindari mismatch
jangka waktu antara penanaman dan pendanaan, sebaiknya penanaman jangka pendek
didanai dengan sumber dana jangka panjang. Kondisi tesebut dapat dipenuhi dengan
asumsi tingkat suku bunga relatif stabil.
Dalam kondisi suku bunga yang fluktuatif atau cenderung meningkat atau
menurun, maka konsep matching jangka waktu tidak terlalu tepat apabila dikaitkan
dengan aspek profitabilitas. Pada saat suku bunga cenderung meningkat, maka
perusahaan akan mengoptimalkan pendapatannya dengan melakukan penanaman
yang berjangka waktu lebih pendek walaupun sumber pendanaannya jangka panjang,
namun perusahaan harus tetap mempertahankan sebagian penanaman dan pendanaan
dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Faktor utama yang dapat
mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah tingkat suku bunga yang meningkat atau
menurun dan eksploitasi tingkat suku bunga pada masa yang akan datang dan
diperkenalkannya instrument likuiditas baru di pasar (apabila tingkat suku bunga
2.1.6. Manajemen Pasiva (Liability Management)
Sebelum produk pendanaan berkembang luas, bank tidak perlu melakukan
manajemen pasiva. Karena pada awalnya sumber dana bank hanya berasal dari giro
perusahaan yang tidak berbunga. Bank dapat berkonsentrasi pada manajemen aset
saja untuk mengoptimalkan keuntungan.
Dengan berkembangnya sumber pendanaan perbankan seperti deposito, pasar
uang antar bank, tabungan dan lainnya, membuat bank perlu melakukan manajemen
yang baik terhadap pasiva yang dimiliki.
Salah satu strategi pendanaan bank akan tercermin dari harga yang diberikan
untuk suatu jenis produk atau dari volume dana yang terkumpul. Jika suatu bank
mengandalkan deposito sebagai sumber pendanaannya, maka tingkat suku bunga
deposito akan relatif tinggi dari suku bunga lainnya. Jika bank mengalami kesulitan
likuiditas jangka pendek, maka tercermin dari sumber pendanaan jangka pendeknya
akan besar dan tingkat suku bunganya akan relatif lebih tinggi dari yang lainnya.
2.1.7. Manajemen Kecukupan Modal (Managing Capital Adequacy)
Ada tiga hal alasan bank harus memutuskan jumlah modal yang mereka
butuhkan, Pertama, modal bank mencegah kegagalan bank (Bank Failure), yaitu situasi dimana bank tidak dapat memenuhi likuiditas dan solvabilitas. Kedua, modal
bank mempengaruhi pendapatan pemilik. Ketiga, modal minimum (bank capital
2.1.8. Peranan Analis Sumber dan Penggunaan Dana
Manajemen suatu perusahaan termasuk bank dihadapkan pada dua pilihan:
bagaimana menggunakan dana yang ada sebaik-baiknya. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan dana agar sasaran usaha dapat dicapai; bagaimana mendapatkan dana
tambahan untuk memenuhi kebutuhan dan peluang (opportunity) yang dihadapi perusahaan atau berkaitan dengan sumber dana. Laporan keuangan seperti neraca,
laporan laba rugi dan ikhtisar laba yang ditahan, laporan sumber dan penggunaan
dana biasanya dibuat untuk melengkapi informasi tentang suatu usaha sedang
berkembang dan atau menghadapi masalah dalam dana. Dari laporan ini akan
mengetahui bagaimana manajemen selama suatu periode menggunakan dana
perusahaan, dari mana saja sumber tersebut diperoleh, benarkah pola penempatan
yang dilakukan dan apa saja akibat yang ditimbulkan dari penempatan tersebut.
Dana yang diperoleh pertama kali harus berasal dari investor atau pemilik,
dan dinamakan modal. Selain itu pada sisi kanan neraca, dana lainnya yang berasal
dari pihak lain, untuk bank dana tersebut berasal dari pihak ketiga dan hutang. Bagian
ini menyatakan sumber dana dari bank. Sedangkan pada sisi kiri digunakan untuk
kepemilikan tanah, gedung, untuk bank biasanya untuk pemberian kredit dan
pembelian surat berharga. Analisis sumber dan penggunaan dana juga bisa untuk
perencanaan proyek dan prospek usaha dimasa yang akan datang.
2.1.9. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui
operasional. Kasmir (2004) mengembangkan rasio keuangan atas empat aspek dari
kondisi keuangan perusahaan: (1) Likuiditas (Liquidity), (2) Hutang (Debt or Leverage), (3) Aktivitas (Activity), and (4) Profitabilitas (Profitability). Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebijakan
jangka pendek. Rasio Hutang mengukur risiko financial perusahaan dan kemampuan
untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio Aktivitas untuk mengukur
penggunaan sumber daya perusahaan secara efesien dan efektif. Dan rasio
profitabilitas untuk mengukur secara keseluruhan efisiensi dari kinerja perusahaan.
Tabel 2.1. Rasio Finansial Lebih Rinci Mengevaluasi Kesehatan BankUmum
Rasio Finansial Formula Interprestasi
Non
Semakin kecil rasio NPL, bank umum dikatakan lebih rendah dari 85% bank dinilai memiliki dana menganggur yang besar. Lebih besar 110% risiko
liquidity yang akan dihadapi semakin besar.
Rasio Finansial Formula Interprestasi
Net Interest Margin
(NIM) NIM = TotalAktiva
Bunga Biaya Bunga
Pendapatan − Semakin besar angka rasio dianggap semakin baik, tetapi jika angka rasio terlalu besar, bank sangat tidak efesien.
Capital Adequacy Ratio
(CAR) CAR = TotalAktiva
Ekuitas CAR 8% dapat dikatakan
bank dalam keadaan sehat.
Beban Operasional
Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen Bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan.
Efisiensi Rasio (EFF)
Beban Semakin kecil indeks EFF yang diperoleh suatu bank,
menutupi biayanya.
Rasio yang digunakan untuk mengukur bagaimana biaya per assets berubah dibandingkan dengan margin pendapatan.
Return On Assets (ROA) ROA = AverageTotalAssets
Taxes) atau laba (profitabilitas) pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
2.1.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua yaitu analisis teknikal dan
analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu,
sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga
dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis
fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan. Faktor fundamental
perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang
digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk
laporan keuangan.
Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur,
biasanya berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan mampu memberikan manajemen
gambaran tentang perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta
alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat
kecenderungan sehingga dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi
keberhasilan perusahaan di masa depan.
Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu
penutupan (closing price) dari suatu saham. Menurut Halim (2003) harga saham
mencerminkan nilai dari suatu saham. Dalam penelitian ini harga saham yang
dimaksud adalah rata-rata harga saham selama lima hari setelah publikasi laporan
keuangan pada periode pengamatan. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu
berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham akan ditentukan
antara kekuatan penawaran dan permintaan. Apabila permintaan harga dari suatu
saham meningkat maka harga saham akan cenderung naik, sebaliknya apabila terjadi
kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi pembentukan harga saham di pasar modal, diantaranya adalah
kinerja perusahaan, resiko, dividen, tingkat suku bunga, penawaran permintaan, laju
inflasi, kebijakan pemerintah, dan kondisi perekonomian.
Menurut Halim (2004), hal-hal penting yang merupakan faktor makro atau
pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah:
1. Tingkat inflasi dan suku bunga
2. Kebijakan keuangan dan fiskal
3. Situasi perekonomian
4. Situasi bisnis internasional
1. Pendapatan perusahaan
2. Dividen yang dibagikan
3. Arus kas perusahaan
4. Perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan
5. Perubahan dalam perilaku investasi
2.1.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam
memperoleh laba. Unsur pendapatan bank tergantung pada jasa yang ditawarkan oleh
bank. Bank memberikan pinjaman, melakukan investasi portofolio, melakukan
pengiriman uang dan jasa lainnya. Dari jasa itu, bank memperoleh pendapatan yang
terdiri dari bunga pinjaman, fees, atau kompensasi atas jasa yang diberikan bank, dan
keuntungan atas investasi portofolio.
Menurut Muljono (1999), kegiatan bisnis umum dapat dikatakan berhasil
apabila dapat mencapai sasaran bisnis yang telah mereka tentukan
sebanyak-banyaknya walaupun sasaran masing-masing bank berbeda, ada satu sasaran yang
sama yang harus dicapai oleh bank umum manapun yaitu mendapatkan keuntungan
yang layak. Bank dapat dikatakan sehat apabila dapat menjaga keamanan dana
masyarakat yang dititipkan kepada mereka, dapat berkembang dengan baik, serta
mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi
Kemampuan bank menghasilkan keuntungan, secara kuantitatif dapat dinilai
dengan berbagai rasio profitabilitas. Menurut Molyneux (1992), untuk mengukur
efisiensi:
AU = Asset Utilization
=
Kemampuan bank menghasilkan keuntungan menurut Sutojo (1997) dengan
mempergunakan enam macam tolak ukur, yaitu: Interest Margin, Net Margin, Assets Utilization, Return, Return Equity, dan Earning Per Share.
2.1.11.1. Capital adequacy ratio (CAR)
CAR merupakan proksi modal bank. Modal bank bukan saja sebagai salah
satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal
bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian
tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal
yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank.
Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan
ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur,
dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank
akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan
bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal
memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004: 47).
2.1.11.2. Loan to deposit ratio (LDR)
LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito
berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi
permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan
sejauhmana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat
untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank
Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan
kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Latumaerissa, 1999:23).
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada
nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit (Dendawijaya, 2003:118). Semakin tinggi rasio tersebut
memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.
Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
semakin besar.
Rasio ini merupakan teknik yang sangat umum digunakan untuk mengukur
posisi atau kemampuan likuiditas bank. LDR menggambarkan kemampuan bank
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi
rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Siamat, 2004:147).
Ukuran likuiditas ini sangat luas digunakan bank, mengingat kegiatan utama bank
adalah penyaluran kredit sementara pendanaannya berasal dari dana masyarakat atau
pihak ketiga lainnya. Rasio ini merupakan indikator kerawanan maupun kemampuan
2.1.11.3. Non performing loan (NPL)
Menurut Siamat (2004:358), “Non Performing Loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan
kendali debitur”. Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka
yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam
perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss).
Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit
bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.
Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin
mengalami keuntungan. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada
pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.
2.1.11.4. Net interest margin (NIM)
Net Interest Margin NIM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar
aktiva produktif. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih
yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank (Rosy,
dengan beban bunga, sedangkan aktiva produktif atau disebut earning assets adalah
penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang diberikan
(pembiayaan) atau aktiva produktif yang digunakan adalah aktiva produktif yang
menghasilkan pendapatan bunga.
Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan bank dalam
memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat produktif untuk melihat
seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih yang diperoleh.
Semakin tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva
produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen perusahaan telah dianggap
bekerja dengan baik, sehingga kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi
bermasalah semakin kecil.
2.1.11.5. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas
operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya”.
(Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti
semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya,
dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin
2.1.11.6. Efficiency ratio (EFF)
Efficiency Ratio (EFF) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan laba/rugi kotor operasi dalam jangka waktu tertentu. Semakin efisien operasional
bank akan berdampak terhadap tingkat profitabilitas perusahaan (Kasmir, 2004: 345).
2.1.11.7. Cost of income ratio (CIR)
Cost of Income Ratio (CIR) adalah rasio untuk mengukur bagaimana biaya
per assets berubah dibandingkan dengan margin pendapatan. (Kasmir, 2004: 285) Hal
ini disebabkan biaya berubah dibandingkan dengan pendapatan, jika pendapatan
bunga bank meningkat tetapi biaya meningkat pada tingkat yang lebih tinggi, maka
akan terlihat perubahan bahwa bank-bank akan berusaha lebih efisien untuk
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.
2.1.12. Hipotesis Pasar Efisien
Menurut Fama (1970), Teori pasar modal menjelaskan bagaimana investor
membuat keputusan investasi. Harga sekuritas dalam kondisi wajar atau pasar dalam
kondisi seimbang (equilibrium). Pasar efisien merupakan pasar sekuritas, di mana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi yang relevan. Pasar efisien
dibedakan menjadi dua jenis:
1. Pasar efisien secara eksternal merupakan keputusan investor didasarkan pada
informasi yang tersedia sehingga pelaku pasar tidak dapat memperoleh
keuntungan di atas rata-rata (abnormal return).
Pasar efisien secara eksternal, di mana informasi disebarkan secara cepat dan luas
dan tidak bias terhadap informasi baru sehingga mampu merefleksikan nilai
investasi yang wajar.
2. Pasar efisien secara internal merupakan pasar yang menyediakan berbagai jasa
dengan biaya yang rendah (murah).
Pasar efisien secara internal, di mana pelaku pasar (pialang dan broker) bersaing
secara wajar sehingga biaya transaksi murah dan likuiditas meningkat. Kegiatan
ini dikendalikan oleh Otoritas Pasar.
Adapun pengelompokan lain pasar efisien terdiri dari:
1. Pasar efisien secara informasi (Informationally Efficient Market = IEM).
Pasar efisien secara informasi menceritakan bagaimana respon pelaku pasar
terhadap informasi baru yang relevan masuk pasar.
2. Pasar efisien secara keputusan (Decisionally Efficient Market = DEM).
Pasar efisien secara keputusan yaitu sejauhmana kemampuan pelaku pasar untuk
memperoleh kandungan informasi baru yang relevan masuk pasar.
Informasi yang dipublikasikan memiliki tujuan dan maksud tertentu, sehingga
perlu dilakukan analisis dan evaluasi untuk memperoleh kandungan informasi
yang sebenarnya.
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Penulis dalam hal ini mereplikasi dari judul-judul tesis sebelumnya, yang
mengupas hubungan CAR, LDR, NPL, NIM, BOPO dan EFF terhadap ROA Bank
LDR, NIM, NPL, BOPO dan EFF dan variabel dependen ROA Bank Umum periode
2005-2009 secara bersama-sama untuk meneliti hubungan antara variabel independen
dan dependen, berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk matriks sebagai berikut:
Tabel 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
No Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian
1 1988 Bourke,
Philip
Some Internasional Evidence on The Determinants of Bank Profitability in Europe, North Amerika, Australia, Institute of Europe Finance.
Rasio modal (capital ratio), rasio likuiditas (liquidity ratios) dan tingkat suku bunga (interest rates) mempunyai hubungan positif dengan profitabilitas. School of Banking and Finance and The Asia Pasific Finance Centre, University of New South Sydney, Australia
Mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu profitabilitas suatu bank komersial itu terdiri dari internal determinan yang merupakan faktor-faktor yang masih dapat dikendalikan manajemen diantaranya Likuiditas, Kecukupan Modal, Manajemen Portofolio Aset dan Kewajiban dan Manajemen Biaya. Eksternal determinan merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen size, kepemilikan, dan faktor lingkungan yang berhubungan yang terdiri dari struktur pasar, regulasi.
3 2002 Werdaningt
yas, Hesti
Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over
Pra Merger di Indonesia
Menunjukkan bahwa pangsa pasar yang diukur dengan pangsa asset, pangsa dana, dan pangsa kredit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas secara parsial, sementara
CAR (Capital Adequacy Ratio) mempunyai
hubungan positif dan LDR mempunyai hubungan negatif terhadap profitabilitas.
Dengan uji multikoloniaritas menunjukkan
terdapat korelasi yang erat (coefficient of
correlation) lebih tinggi terhadap ROA dari pada ROE. Umum yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode (2003-2007)
-Variabel CAR tidak memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kenaikan atau penurunan variabel ROA dan ROE,
-Variabel LDR dan NPL memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROE tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROA, karena terdapat komponen nilai asset yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi perusahaan,
-NIM memiliki hubungan yang signifikan yang
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka dibangun kerangka
pemikiran dalam gambar berikut ini.
Gambar 3.1: Kerangka Konseptual
Capital Adequacy Ratio (CAR)/X1
Loan to Deposit Ratio
(LDR)/X2
Non Performing Loan
(NPL)/X3
Net Interest Margin
(NIM)/X4
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)/X5
Efficiency Ratio
(EFF)/X6
Cost of Income Ratio
(CIR)/X7
Return On Assets
(ROA)/(Y)
Laporan keuangan merupakan laporan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan
ini berisi sejumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para investor dan calon investor. Informasi
ini berguna bagi mereka untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.
Beberapa variasi faktor-faktor yang digunakan adalah kombinasi dari
variabel-variabel yang termasuk dalam Bank Characteristic dan Macro Indicators yaitu rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan
(NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR)
berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) bank umum di Bursa Efek Indonesia. CAR (Capital Adequacy Ratio), rasio modal terhadap aktiva tertimbang
menurut risiko. Dengan tingkat rasio CAR 8% sesuai dengan aturan BIS (Bank Internasional Settlement) bank dapat beroperasi dengan aman, namun jika tingkat CAR melebihi 8% dapat diindikasikan manajemen bank kurang professional dalam
mengelola bank karena modal iddle terlalu besar, hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi profitabilitas bank sehingga berpengaruh terhadap harga saham.
(Ihsanulkhair, 2009).
Hal ini apabila dikaitkan dengan agency theory, dimana pihak manajemen adalah agen (agents) pemilik, sedangkan pemilik perusahaan merupakan principal.
Pemilik dapat meyakinkan diri mereka bahwa agen akan membuat keputusan yang
mengakibatkan biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan dapat diminimalkan
dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan yang
terkait tersebut. Kebijakan yang terkait dengan CAR dapat menjadi salah satu bentuk
mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen. Pemegang
saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tetap menjaga CAR yang optimal
yang banyak akan menstimulus pihak manajemen.
LDR (Loan to Deposit Ratio), perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, jika rasionya terlalu rendah banyak dana pihak ketiga yang tidak
disalurkan dalam bentuk kredit, jika rasionya semakin besar, bank melakukan
ekspansi kredit dibanding sumber dana yang tersedia. Semakin rendah rasio LDR
maka semakin meningkat harga saham suatu bank. (Ihsanuilkahir, 2009).
NPL (Non Performing Loan) sebagai rasio kredit bermasalah, semakin besar rasio NPL akan mengindikasikan bank dapat mengalami masalah profitabilitas,
karena yang seharusnya bank memperoleh profit dari kegiatan pemberian kredit
karena banyaknya kredit bermasalah menimbulkan potensi loss bagi bank. Sebaiknya
rendahnya NPL membantu bank memperbaiki profitabilitas. Selain itu, semakin
rendah rasio NPL maka semakin meningkat harga saham suatu bank. (Siamat, 2004)
NIM (Net Interest Margin), perbandingan pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Angka NIM yang semakin tinggi menunjukkan bahwa
profitabilitas bank umum akan semakin baik, karena selisih antara pendapatan bunga
dengan biaya bunga semakin besar, namun angka NIM yang terlalu tinggi akan