• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektifitas Beberapa Fungisida Nabati Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora U.) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays Linn.) Di Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Efektifitas Beberapa Fungisida Nabati Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora U.) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays Linn.) Di Dataran Rendah"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)

PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.)

DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :

SITI HASRIANI

050302044

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)

PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.)

DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :

SITI HASRIANI

050302044

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Lahmuddin Lubis, MP) (

Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRACT

Siti Hasriani "TEST THE EFFECTIVENESS OF SOME OF

DISEASE fungiside LEAF RUST (Puccinia polysora U.) ON MAIZE PLANTS (Zea mays Linn.) LOW PLAIN." With the commission supervising Ir.

Lahmuddin Lopez as chairman and Ir. Iskandar Pinem Mukhtar, M. Agr as a member.

The study aims to determine the influence of several botanical fungicide against leaf rust disease (Puccinia polysora U.).

The experiment was conducted in UPT. Parent Seed (BBI) Agriculture Crop Cape Congratulations, District Sunggal Medan, Medan, Deli Serdang regency, with altitude ranging from ± 25 meters above sea level in January - April 2010.

Research using randomized block design (RAK), non-factorial with 9 = Control P0, P1 = Solution of ginger rhizome 50 g / liter of water, ginger rhizome solution P2 = 100 grams / liter of water, turmeric solution P3 = 50 g / liter of water, P4 = Solution turmeric 100 grams / liter of water, P5 = Solution of clove leaf 50 g / liter of water, P6 = solution leaf clove 100 g / liter of water, betel leaf solution P7 = 50 g / liter of water, betel leaf solution P8 = 100 g / liter of water. Parameters were the intensity of attacks Puccinia polysora U. (%) And maize production (tonnes/ha).

(4)

ABSTRAK

Siti Hasriani “UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.) DI DATARAN RENDAH”. Dengan

komisi pembimbing bapak Ir. Lahmuddin Lubis selaku ketua dan bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku anggota.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa fungisida nabati terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora U.).

Penelitian dilaksanakan di UPT. Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan januari – april 2010.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 9 perlakuan P0 = Kontrol, P1 = Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air, P2 =

Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air, P3 = Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air,

P4 = Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air, P5 = Larutan daun cengkeh 50 gr

/liter air, P6 = Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air, P7 = Larutan daun sirih 50 gr

/liter air, P8 = Larutan daun sirih 100 gr /liter air. Parameter yang diamati adalah

intensitas serangan Puccinia polysora U. (%) dan produksi jagung (ton/ha).

(5)

RIWAYAT HIDUP

“Siti Hasriani” di lahirkan di Binjai pada tanggal 21 juni 1986 dari pasangan bapak Asri Ahmad Parinduri dan ibu Zulbaidah Chaniago, penulis merupakan anak kedua (2) dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari Sekolah Dasar Negeri 040447 Kabanjahe tahun 1998, tahun 2001 lulus dari Sekolah Menengah Pertama swasta Galih Agung Medan,dan tahun 2004 lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri IV Medan. Diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB pada tahun 2005.

Kegiatan akademis yang penulis ikuti selama perkuliahan adalah menjadi anggota IMAPTAN FP USU, mengikuti seminar Parintal Expo 2008 pada tanggal 14 maret 2008, seminar Peranan Pertanian dalam Pembangunan Sumatera Utara pada tanggal 15 maret 2008,dan seminar Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional FP USU pada tanggal 24 mei 2008.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA

FUNGISIDA NABATI TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN

(Puccinia polysora U.) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.) DI

DATARAN RENDAH”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pimen, M.Agr selaku anggota yang telah memberikan saran dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu terima kasih juga saya ucapkan kepada Keluarga besar di UPT. BBI Palawija Tj. Selamat yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

(7)

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(8)

DAFTAR ISI

Tujuan penelitian... 4

Hipotesa penelitian... 4

Kegunaan penelitian... 4

TIJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit... 5

Gejala penyakit... 6

Daur hidup penyakit... 7

Faktor yang mempengaruhi... 8

Pengendalian... 8

Pestisida nabati... 8

Jahe (Zingiber officinale)... 9

Kunyit (Curcuma domestica)... 11

Cengkeh (Syzygium aromaticum)... 11

Sirih (Piper betle)... 12

METODOLOGIPENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian... 14

Bahan dan Alat Penelitian... 14

Metode Penelitian... 14

Pelaksanaan Penelitian... 16

Pengolahan Lahan... 16

Penanaman Benih... 16

Pemupukan... 16

Penjarangan... 16

Pemeliharaan... 17

Aplikasi fungisida... 17

Pemanenan... 17

(9)

Intensitas serangan... 18

Produksi... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Serangan Puccinia polysora U... 20

Produksi... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 24

Saran... 24

DAFTAR PUSTAKA... 25

(10)

DAFTAR TABEL

No judul hlm

1. Daftar jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No judul hlm

1. Jamur Puccinia polysora... 6

2. Teliospores of Puccinia polysora... 6

3. Patogen : fungus (Puccinia polysora)... 7

4. Gejala serangan Puccinia polysora... 7

5. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)... 9

6. Senyawa aktif jahe... 10

7. Kunyit (Curcuma domestica Val.)... 11

8. Cengkeh (Syzygium aromaticum)... 11

9. Sirih (Piper betle)... 12

10. Histogram pengaruh pemberian fungisida nabati terhadap intensitas serangan Puccinia polysora U. (%)... 22

11. Lahan Penelitian Tampak dari Depan... 46

12. Lahan penelitian Tampak Pada Blok... 46

13. P0 (Kontrol)... 47

14. P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air)... 47

15. P2 (Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air)... 47

16. P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air)... 47

17. P5 (Larutan daun cengkeh 50 gr /liter air)... 47

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No judul hlm

1. Bagan Penelitian... 27

2. Bagan sampel penelitian... 29

3. Tabel rataan intensitas serangan (%) 35 hst... 30

4. Tabel rataan intensitas serangan (%) 42 hst... 32

5. Tabel rataan intensitas serangan (%) 49 hst... 34

6. Tabel rataan intensitas serangan (%) 56 hst... 36

7. Tabel rataan intensitas serangan (%) 63 hst... 38

8. Tabel rataan intensitas serangan (%) 70 hst... 40

9. Tabel rataan intensitas serangan (%) 77 hst... 42

10. Tabel Produksi... 44

11. Deskripsi jagung hibrida varietas bisi 2... 45

12. Foto lahan penelitian... 46

(13)

ABSTRACT

Siti Hasriani "TEST THE EFFECTIVENESS OF SOME OF

DISEASE fungiside LEAF RUST (Puccinia polysora U.) ON MAIZE PLANTS (Zea mays Linn.) LOW PLAIN." With the commission supervising Ir.

Lahmuddin Lopez as chairman and Ir. Iskandar Pinem Mukhtar, M. Agr as a member.

The study aims to determine the influence of several botanical fungicide against leaf rust disease (Puccinia polysora U.).

The experiment was conducted in UPT. Parent Seed (BBI) Agriculture Crop Cape Congratulations, District Sunggal Medan, Medan, Deli Serdang regency, with altitude ranging from ± 25 meters above sea level in January - April 2010.

Research using randomized block design (RAK), non-factorial with 9 = Control P0, P1 = Solution of ginger rhizome 50 g / liter of water, ginger rhizome solution P2 = 100 grams / liter of water, turmeric solution P3 = 50 g / liter of water, P4 = Solution turmeric 100 grams / liter of water, P5 = Solution of clove leaf 50 g / liter of water, P6 = solution leaf clove 100 g / liter of water, betel leaf solution P7 = 50 g / liter of water, betel leaf solution P8 = 100 g / liter of water. Parameters were the intensity of attacks Puccinia polysora U. (%) And maize production (tonnes/ha).

(14)

ABSTRAK

Siti Hasriani “UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.) DI DATARAN RENDAH”. Dengan

komisi pembimbing bapak Ir. Lahmuddin Lubis selaku ketua dan bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku anggota.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa fungisida nabati terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora U.).

Penelitian dilaksanakan di UPT. Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan januari – april 2010.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 9 perlakuan P0 = Kontrol, P1 = Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air, P2 =

Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air, P3 = Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air,

P4 = Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air, P5 = Larutan daun cengkeh 50 gr

/liter air, P6 = Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air, P7 = Larutan daun sirih 50 gr

/liter air, P8 = Larutan daun sirih 100 gr /liter air. Parameter yang diamati adalah

intensitas serangan Puccinia polysora U. (%) dan produksi jagung (ton/ha).

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung sudah ditanam sejak ribuan tahun yang lalu. Jagung ini berasal dari Amerika. Dalam penemuan tertanyata Peru dan Meksiko telah membudidayakan jagung sejak ribuan tahun yang lalu. Berkembang terutama di daerah Meksiko, Amerika tengah dan Amerika Selatan. Akhirnya jagung berkembang di Spanyol, Portugis dan Perancis, Italia dan bagian utara Afrika. Pada awal abad ke-16 menyebar ke India dan China (Suprapto, 1999).

Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk indonesia (Dinas pertanian dan kehutanan, 2009).

Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan (mensubtansi) beras sebab:

(16)

2. Kandungan protein dalam biji jagung sama dengan biji padi, sehingga jagung dapat pula menyumbangkan sebagian kebutuhan protein yang dibutuhkan nasi.

3. Jagung dapat tumbuh pada berbagai tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering pun jagung masih bisa ditanam (AAK,1993).

Di Indonesi sudah dikenal kira-kira 400 tahun yang lalu, yang pertama kali oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Dan lambat laun menyebar keseluruh provinsi yang ada di Indonesia (Rukmana, 1997).

Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan dan bahan baku industri. Pada saat produksi tidak memadai, impor terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor jagung 1,80 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton, kalau produksi nasional tidak segera dipacu

(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).

(17)

menghasilkan produksi jagung yang tinggi. Pemupukan tepat yang berbeda, tergantung dari kesuburan dan jenis tanah. Pada lahan yang bersifat masam, ketersedian P dapat ditingkatkan melaui pengapuran

Salah satu faktor penentu peningkatan produksi jagung adalah keberhasilan mengendalikan hama dan penyakit. Dengan mengetahui jenis dan gejala serangan hama dan penyakit setidaknya membantu keberhasilan dalam pengendaliannya. Salah satu penyakitnya adalah karat daun (Puccinia polysora U) yang biasanya menyerang tanaman dewasa yang dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan buah (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).

Penyakit karat pada jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada tahun 1950-an. Ditandai dengan adanya jamur karat pada jagung dan telah diidentifikasi yaitu Puccinia polysora U. Jamur ini untuk pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1891. Pada tahun 1940 ditemukan di Karabia dan akhirnya menyebar keseluruh dunia (Semangun, 1993).

Dikatakan bahwa Puccinia polysora dan Puccinia sorghi terdapat disemua negara penanam jagung diseluruh dunia, dimana P.Polysora lebih banyak terdapat didataran rendah tropik sehingga sering disebut tropical rust sedangkan P.sorghi lebih banyak terdapat dipegunungan tropik dan didaerah beriklim sedang. Pada waktu P.polysora baru masuk di Afrika diberitakan bahwa kerugian yang ditimbulkan mencapai 70 % akibat serangan penyakit ini (Semangun, 1993).

(18)

penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan penyebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemara

Pengendalian serangan penyakit karat daun dapat dilakukan dengan menggunakan varietas unggul atau varietas tahan penyakit seperti Metro, Harapan Baru, Kalingga, Arjuna, Wiyasa, dan Pioner 2. Selain itu sanitasi areal tanam dan juga agar tidak lembab serta penyemprotan fungisida Ridomil 35SD, Daconil

75WP, atau Difolatan 4F dengan dosis sesuai anjuran (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas pengendalian secara nabati terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora U.) pada tanaman jagung di dataran rendah.

Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan efktifitas diantara fungisida nabati yang diujikan untuk mengendalikan Puccinia polysora U. pada tanaman jagung.

Kegunaan Penelitian

• Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Penyebab Penyakit

Klasifikasi jamur Pucinia polysora U.

Divisio : Eumycota

Kelas : Urediniomycetes

Ordo : Uredinales

Famili : Pucciniaceae

Genus : Puccinia

Spesies : Puccinia polysora U. (Bachi, 2008).

Karat jagung disebabkan oleh tiga spesies dari dua negara yaitu

Puccinia sorghi Scw, P.polysora Underw dan Physopella zeae (Mains) Cunmins

dan Ramachar (Syn. Angiospora zeae Mains). P. polysora dan P. zeae mempunyai uredospora berwarna kekuningan sampai keemasan, berbentuk elip, berukuran 20-29 x 29-40 µm. Tebal dinding spora 1-1,5 µm dengan 4-5 lubang ekuator. Teliospora berwarna coklat, halus, elip, kedua ujungnya membulat, ukuran 18-27 x 29-41 µm, mudah lepas, dua sel, timbul pada tangkai pendek ukuran 10-30 µm. Aeciosporanya belum diketahui (Wakman dkk, 1998).

Puccinia polysora membentuk urediospora bulat atau jorong dengan garis

(20)

sampai matang. Tetapi adakalanya epidermis pecah dan dalam jumlah besar menjadi tampak. Jamur banyak membentuk urediosorus pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas menjadi kasar (Semangun, 1993).

Pathogen of

Puccinia polysora

Gambar 1. Jamur Puccinia polysora Sumber : Gadner and Hodges (1989)

Teliospora

Gambar 2. Teliospores of Puccinia polysora Sumber : Bachi (2008)

Gejala penyakit

Gejala pada tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya bisul (pustules=sori), terutama pada daun. Bisul dengan warna coklat kemerahan tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang. Pada saat terjadi penularan berat, daun menjadi kering (Wakman dkk, 1998).

(21)

urediospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin (htt://balitsereal.litbang.deptan.go.id/leaflet/opt, 2009).

Fungus of Puccinia polysora

Gambar 3. Patogen : Fungus (Puccinia polysora)

Gambar 4. Gejala serangan Puccinia polysora di Lapangan Sumber : Foto langsung

Perkembangan penyakit terjadi sangat cepat pada umur tanaman dewasa. Akibat penyakit ini, tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna sehingga pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman dapat mati (Utoro, 2007).

Daur Hidup Penyakit

Puccinia polysora dapat mempertahankan diri dari musim ke musim pada

(22)

jagung. Tidak terdapat pula bukti-bukti bahwa jamur ini mempertahankan diri dalam biji yang dihasilkan oleh tanaman sakit (Semangun, 1993).

Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Puccinia polysora merugikan terutama di daerah basah tropik.

Urediospora paling banyak dipancarkan menjelang tengah hari. Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 27-280 C. Pada suhu ini uredium terbentuk setelah 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan infeksi melalui mulut kulit. P. polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau dominan tidak penuh (Semangun, 1993).

Pengendalian

Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10 dan melakukan eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma. Aplikasi fungisida pada saat mulai tampak bisul karat pada daun serta penggunaan

fungisida dengan bahan aktif benomil

Pestisida Nabati

(23)

nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya (Wakiah dan Hanudin, 2007).

Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami atau nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Gerrits dan Latum, 1988).

Tabel 1. Daftar jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan fungisida nabati

NO Suku Jenis Tumbuhan Bagian yang

Digunakan

Kegunaan

1 Zingiberaceae Zingiber officinale (Jahe)

Rimpang Fungisida 2 Zingiberaceae Curcuma domestica

(Kunyit)

Rimpang Fungisida 3 Myrtaceae Syzygium aromaticum

(Cengkeh)

Daun Fungisida 4 Piperaceae Piper betle

(Sirih)

Daun Fungisida

Sumber : Lestari (2008).

Jahe (Zingiber officinale)

(24)

Kandungan dari setiap rimpang jahe berbeda. Kandungan yang terbanyak di bawah bagian jaringan epidermis. Semakin tengah kandungan minyak semakin sedikit, selain itu umur tanaman juga mempengaruhi kandungan minyaknya. Komponen yang terkandung dalam rimpang jahe ini sangat banyak kegunaannya. Terutama sebagai rempah, industri farmasi dan obat tradisional dan lain- lain. Kandungannya terdiri dari oleoserin yang didalamnya terdapat beberapa komponen yaitu zingerol, zingirone, shogoal, resin, dan minyak asiri (Paimin dan Murhananto, 2000).

Gambar 6. Senyawa aktif Jahe Lestari (2010)

(25)

menggunakan jahe sebagai pestisida alami

Kunyit (Curcuma domestica)

Gambar 7. Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, demektosikurkumin. Selain itu juga mengandung minyak asiri yang memiliki bau

yang khas yang berasal dari zat keton sesquiterpen, α-turmeron, zingiberen, dan

sisanya terdiri dari α- felandren, α- sabinen, borneol dan sineol (Nugroho, 1998).

Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Gambar 8. Cengkeh (Syzygium aromaticum (Linn) Merr.) TOGA[tanaman obat keluarga], kaskus, forum.

(26)

Cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10 – 20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk- pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan di panen jika sudah mencapai panjang 1,5 – 2 cm

Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di tingkat petani. Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai nilai jual tinggi. Minyak atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun penyulingan bagian daun atau bunga cengkeh. Minyak tersebut diketahui mengandung sampai dengan 80% eugenol dan berdasarkan uji laboratorium dan rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematoda puru akar, M. incognita

Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata- rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 – 12,5 cm. Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut euenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom (Admin, 2009).

Sirih (Piper betle)

(27)

Sirih adalah nama sejenis tumbuhan yang merambat yang bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat maligna

(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Balai Benih Induk (BBI) Palawija Tanjung Selamat Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dengn ketinggian tempat ± 25 mdpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : benih jagung BISI 2, fungisida nabati dari larutan rimpang jahe, rimpang kunyit, daun cengkeh dan daun sirih, tifoll, dan pendukung lainnya.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, ember, blender, hand sprayer, tugal, meteran, tali plastik, papan sampel, cat, kuas, alat tulis dan pendukung lainnya.

Metode penelitian

Penelitian dilakukan di lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari :

P0 = Kontrol

P1 = Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air

P2 = Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air

P3 = Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air

P4 = Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air

(29)

P6 = Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air

P7 = Larutan daun sirih 50 gr /liter air

P8 = Larutan daun sirih 100 gr /liter air

Jumlah perlakuan tanaman = 9 (t-1) (r-1) ≥ 15

(9-1) (r-1) ≥ 15 8r - 8 ≥ 15 8r ≥ 15 r ≥ 2,87 r = 3 Jumlah ulangan = 3

Jumlah plot : 9 x 3 = 27 Jarak antar plot : 50 cm Parit keliling : 30 cm

Ukuran plot : 280 x 275 cm Luas lahan : 29,50 x 10, 10 m Jarak tanam : 70 x 35 cm Jumlah tanaman per plot : 28 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 756 tanaman

Metode linear yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + ρi + τj + €ij

Dimana :

(30)

ρi = Pengaruh perlakuan ke-i

τj = Pengaruh blok ke-j

€ij = Pengaru galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

(Sastrosupadi, 2000).

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan lahan

Lahan yang digunakan adalah bekas pertanaman jagung. Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah 1-2 kali sekaligus memecah bongkahan tanah hingga halus dan digemburkan dengan membalik tanah dan diratakan kembali. Kemudian dibuat plot percobaan dan parit- parit untuk saluran drainase.

Penanaman benih

Sebelum benih ditanam, dibuat lubang tanaman pada setiap plot percobaan menggunakan tugal. Kedalaman lubang tanam ± 2,5 cm. Jarak tanaman 70 x 35 cm . setiap lubang tanaman diisi 2-3 biji jagung lalu ditutup tanah.

Pemupukan

Bersamaan dengan penanaman benih jagung dilakukan pemupukan dasar. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada saat tanam adalah urea 100 kg, TSP 100kg, dan KCL 50- 100 kg/ha, atau 5-6 gr campuran pupuk pertanaman.

Penjarangan

(31)

dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam atau bersama- sama dengan kegiatan penyiangan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan mulai dari penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga agar tidak mengganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembubunan pada waktu pemupukan kedua. Pembubunan ini selain untuk memperkukuh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan.

Aplikasi fungisida

Aplikasi fungisida dilakukan jika sudah terlihat penyakit karat daun

Puccinia polysora U. (± 30-40hst). Penyemprotan dilakukan menggunakan hand

sprayer. Volume semprot yang dibutuhkan untuk P1, P3, P5, P7 adalah 50 gr/liter air

sedangkan untuk P2, P4, P6, P8 adalah 100 gr/ liter air. Aplikasi fungisida

dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan interval aplikasi seminggu sekali sesuai konsentrasi yang telah ditentukan.

Pemanenan

(32)

Parameter pengamatan

Intensitas serangan

Pengamatan intensitas serangan dilakukan sebanyak 7 kali. Pangamatan dilakukan 1 hari sebelum aplikasi fungisida. Interval waktu pengamatan seminggu sekali. Pengamatan intensitas serangan dihitung dengan rumus :

��=�(��)

�� ���%

Dengan :

IS = Intensitas serangan penyakit karat daun (%) n = Jumlah daun dari kategori skala serangan v = Nilai skala daun yang terserang

N = Jumlah seluruh daun yang mati

Z = Skala tertinggi dari kategori skala serangan Kategori skala serangan :

Skala Keterangan

(33)

Produksi

Pengamatan produksi tanaman dilakukan saat panen, dengan cara menghitung berat kering tongkol yang dipanen dari masing- masing plot perlakuan (kg/plot). Lalu hasilnya dikonversikan kedalam ton/ha dengan menggunakan rumus :

� =�

� ×

�������

������

Dimana :

Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plot (m2)

(Sudarsono dan Sujarman, 1981).

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Serangan Puccinia polysora U.

Hasil pengamatan intensitas serangan Puccinia polysora U. pada setiap waktu pengamatan mulai dari 35 – 77 hari setelah tanam (hst) dapat di lihat pada lampiran 3 – 9. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang nyata. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan hasil nya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Intensitas Serangan (%) Puccinia polysora U. untuk setiap waktu pengamatan. Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom

yang sama berbeda nyata pada taraf 5% (notasi huruf kecil).

(35)

/liter air), P8 (Larutan daun sirih 100 gr /liter air) tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P7 (Larutan daun sirih 50 gr /liter air). Hal itu disebabkan karena selain sirih kurang efektif untuk mengendalikan jamur dapat juga berpengaruh pada keadaan cuaca yang tidak mendukung yaitu terjadinya hujan pada malam hari yang mengakibatkan tercucinya aplikasi yang telah dilakukan di sore harinya. Perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) berbeda nyata terhadap perlakuan P0 (Kontrol), P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air), P6 (Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air), P7 (Larutan daun sirih 50 gr /liter air), P8 (Larutan daun sirih 100 gr /liter air) tetapi tidak berbeda nyata terhapat perlakuan lainnya. Intensitas serangan tertinggi pada pengamatan 77 hst pada perlakuan P0 (Kontrol) yaitu sebesar 57.20% dan serangan terendah terdapat pada perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) yaitu sebesar 42.13%.

(36)

tertentu. Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.

Beda rataan pengaruh fungisida nabati terhadap intensitas serangan

Puccinia polysora U. dapat disajikan pada histogram berikut :

Gambar 10. Histogram Rataan Intensitas Serangan Puccinia polysora U. untuk setiap waktu pengamatan.

Dari histogram diatas terlihat bahwa pada setiap pengamatan 35 hst – 77 hst selalu terjadi perubahan nilai intensitas serangan dari setiap perlakuannya secara bertahap. Serangan penyakit ini terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau. Semangun (1993) menyatakan bahwa Puccinia polysora merugikan terutama di daerah basah tropik. Urediospora paling banyak dipancarkan menjelang tengah hari. Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 27-280 C. Pada suhu ini uredium terbentuk setelah 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan infeksi melalui mulut kulit. P. polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau domonan tidak penuh. Penyakit ini dapat mempertahankan diri dalam di tanaman jagung yang msih hidup dan disebarkan melalui spora, dimana semangun (1993) menyatakan bahwa spora diterbangkan jauh oleh angin dengan tetap hidup, karena

(37)

kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal. Jamur ini tidak bisa hidup sebagai saprofit.

Produksi

Dari hasil analisa sidik ragam untuk pengamatan produksi dapat dilihat bahwa pengaruh faktor fungisida, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap berat produksi biji kering. Dikarenakan tingkat intensitas serangan penyakit tinggi dan juga karena tanaman tidak diberikan pupuk secara teratur.

Perbedaan jumlah produksi pada tiap- tiap perlakuan dapat dilihat dari tabel berikut yang dikonversikan dalam satuan ton/ha :

Tabel 3. Rataan Produksi Biji Kering (ton/ha).

Perlakuan Rataan

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Intensitas serangan Puccinia polysora U. tertinggi pada pengamatan 77 hst pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar 57,20 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 (larutan rimpang jahe 50 gr / liter air) sebesar 42,13 %. 2. Interaksi antara jenis fungisida yang diberikan pada tanaman jagung pada

setiap pengamatan menunjukkan bahwa intensitas serangan

Puccinia polysora U. hanya efektif dikendalikan dengan menggunakan

larutan rimpang jahe

3. Berdasarkan rataan nilai intensitas serangan, fungisida nabati yang efektif dalam percobaan untuk mengendalikan serangan Puccinia polysora U. adalah larutan rimpang jahe 50 gr / liter air.

4. Rataan tingkat produksi (berat biji kering) tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) : 6.20 ton/ha dan yang terendah padaperlakuan P4 (larutan rimpang kunyit 100gr / liter air): 4.60 ton/ha.

Saran

Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut tentang pengendalian penyakit

Puccinia polysora U. dengan menggunakan fungisida nabati yang berbeda dan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1993. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Adisarwanto, T dan Widyastuti, Y.E., 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di

Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta.

Admin., 2009. TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Kaskus, Forum (20 januari 2009).

Anonim., 1999. Pedoman dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan dan

Hortikultura. Dirjen Tanaman Pangan & Hortikultura. Direktorat Bina

Perlindungan Tanaman, Jakarta, hlm 18,57.

Bachi, P., 2008. Southern Corn Rust. University of Kentucky Research, Bugwood.

Dinas pertanian dan Kehutanan., 2009. Budidaya Tanaman

Jagung. http//www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr294071.pdf. (29 oktober 2009).

Gardner, D. E and C. S. Hodges., 1989. The Rust Fungi (Uredinales) of Hawaii. PacificScience 41-55.

Gerrits dan Latum., 1988. Plant Derived Pesticides in Developing Countries. Ministry Housing, Planning and Environment, United States.

(25 februari 2010).

http://www.tanindo.com/abdi3/hal1901.htm., 2009. Intensifikasi

Pengelolaan Tanaman Jagung. (29 oktober 2009).

http://www.public.iastate.edu/ccblock/photos/corn2.htm., 2009.

Uncommon Corn Diseases in Lowa. (29 oktober 2009).

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/leaflet/opt., 2009. OPT Utama Pada

Tanaman Jagung. (29 oktober 2009).

kunyit (14 Januari 2009).

(40)

Jackson, T, A., 2006. Southern Rust Identified in Some Nebraska Corn Fields. University of Nebraska, Lincoln.

Lestari, D, A., 2008. Eksplorasi Jenis Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi yang

Berpotensi Sebagai Pestisida nabati. Kebun Raya Purwodadi LIPI,

Pasuruan.

Nugroho, N, A., 1998. Manfaat dan Pengembangan Kunyit. PT Trubus Agriwidya, Ungaran.

Paimin, F, B dan Murhananto., 2000. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan

Jahe. Penebar Swadaya, Jakarta.

Plantus., 2008. Anekaplantasia. Plants clipping infomations from all over media in Indonesia.

Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yoyakarta.

Semangun, H., 1993. Penyakit- penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yoyakarta.

Sudarsono, T dan T Sujarman., 1981. Pedoman Manajemen Usaha Tani. Dinas Pendidikan, Direktorat Penyuluhan Pertanian, Jakarata, halm 62.

Suprapto, H, S., 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.Cet 19. Utoro, P., 2007. Penyakit Utama Jagung.

Wakiah dan Hanudin., 2007. Biopestisida Ramah Lingkungan. Balai Penelitian Tanaman Hias, Palembang.

Wakman, W, M. S. Kontong, Koesnang dan S. Pakki., 1998. Penyakit pada

Tanaman Jagung di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya

Nasional Jagung. 11-12 november 1997. Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Balitjas. 323-336.

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian., 2007. Jagung Hibrida Unggul

Baru

(41)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Bagan penelitian

III I II

P0 50cm P2 P1

P2 P4 P3

50cm U

P1 P0 P5

P4 P5 P2

P5 P1 P6

P3 P8 P0

P8 P3 P7 S

P7 P6 P4

(42)

Keterangan : P0 = Kontrol

P1 = Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air

P2 = Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air

P3 = Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air

P4 = Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air

P5 = Larutan daun cengkeh 50 gr /liter air

P6 = Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air

P7 = Larutan daun sirih 50 gr /liter air

P8 = Larutan daun sirih 100 gr /liter air

Jumlah plot : 9 x 3 = 27

Jarak antar plot : 50 cm

Parit keliling : 30 cm

Ukuran plot : 280 x 275 cm

Luas lahan : 29,50 x 10, 10 m

Jarak tanam : 70 x 35 cm

Jumlah tanaman per plot : 28 tanaman

(43)

Lampiran 2.

Bagan Tanaman Sampel

280 cm

X 35cm X X X X X X U

275cm X X 70cmO X O X X

X X X O X O X

X X X X X X X S

Keterangan :

(44)

Lampiran 3.

Tabel Rataan Intensitas Serangan (%) 35 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P0 1,00 2,10 2,10 5,20 1,73 P1 0,88 0,88 0,45 2,21 0,74 P2 0,00 0,40 0,54 0,94 0,31 P3 1,15 0,88 0,88 2,91 0,97 P4 0,60 0,90 0,33 1,83 0,61 P5 0,51 0,00 0,44 0,95 0,32 P6 0,00 1,15 0,94 2,09 0,70 P7 0,56 0,94 0,00 1,50 0,50 P8 1,15 0,30 0,51 1,96 0,65

Total 5,85 7,55 6,19 19,59

Rataan 0,65 0,84 0,69 0,73

Analisa Sidik Ragam

Sumber db Jk KT Fhit F.05

Ulangan 2 0,18 0,09 0,50 tn 3,63 Perlakuan 8 4,45 0,56 3,11 * 2,59

error 16 2,86 0,18 total 26 7,49

FK= 14,21

KK= 58,28 %

(45)

uji jarak duncan

sy 0,10

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR

.05 3,00 3,15 3,23 3,30 3,34 3,37 3,39 3,41 3,43 LSR

.05 0,31 0,33 0,33 0,34 0,34 0,35 0,35 0,35 0,35

P2 P5 P7 P4 P8 P6 P1 P3 P0

0,31 0,32 0,50 0,61 0,65 0,70 0,74 0,97 1,73 .a b

(46)

Lampiran 4.

Tabel Rataan Intensitas Serangan (%) 42 HST

Perlakuan

Analisa Sidik Ragam

(47)

uji jarak duncan

sy 0,17

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR .05 3,00 3,15 3,23 3,30 3,34 3,37 3,39 3,41 3,43

LSR .05 0,51 0,54 0,55 0,56 0,57 0,58 0,58 0,58 0,59

P4 P6 P8 P2 P5 P7 P1 P3 P0

2,63 2,70 2,90 2,93 2,93 2,93 3,47 3,37 4,40 a b

(48)

Lampiran 5.

Tabel Rataan Intensitas Serangan (%) 49 HST

(49)

uji jarak duncan

sy 0,20

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR

.05 3,00 3,15 3,23 3,30 3,34 3,37 3,39 3,41 3,43 LSR

.05 0,61 0,64 0,65 0,67 0,68 0,68 0,69 0,69 0,69

P1 P2 P3 P5 P4 P8 P6 P7 P0

7,33 8,43 8,53 8,80 9,07 9,17 9,43 9,87 10,50 a b

c

(50)

Lampiran 6.

Tabel Rataan Intensitas Serangan (%) 56 HST

(51)

uji jarak duncan

sy 1,36

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR

.05 3,00 3,15 3,23 3,30 3,34 3,37 3,39 3,41 3,43 LSR

.05 4,09 4,30 4,40 4,50 4,55 4,60 4,62 4,65 4,68

P1 P2 P5 P3 P4 P8 P6 P7 P0

(52)

Lampiran 7.

Tabel Rataan Intensitas Serangan (%) 63 HST

(53)

uji jarak duncan

sy 2,97

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR

.05 3,00 3,15 3,23 3,30 3,34 3,37 3,39 3,41 3,43 LSR

.05 8,90 9,34 9,58 9,79 9,91 10,00 10,06 10,11 10,17

P1 P2 P3 P5 P4 P8 P6 P7 P0

(54)

Lampiran 8.

Tabel Rataan Intensitas Serangan (%) 70 HST

(55)

uji jarak duncan

sy 3,58

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR

.05 3,00 3,15 3,23 3,30 3,34 3,37 3,39 3,41 3,43 LSR

.05 10,75 11,29 11,57 11,82 11,97 12,07 12,15 12,22 12,29

P1 P2 P3 P5 P4 P8 P6 P7 P0

(56)

Lampiran 9.

Tabel Rataan Intensitas Serangan (%) 77 HST

(57)

uji jarak duncan

sy 1,07

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR

.05 3,00 3,15 3,23 3,30 3,34 3,37 3,39 3,41 3,43 LSR

.05 3,21 3,37 3,45 3,53 3,57 3,60 3,63 3,65 3,67

P1 P2 P3 P5 P4 P8 P6 P7 P0

42,13 43,40 45,63 48,57 49,07 50,67 52,63 53,60 57,20 a b

(58)
(59)

Lampiran 11.

DESKRIPSI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2

Tahun dilepas : 1995

Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4 dan FS 9 merupakan tropical inbred yang dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd. Thailand dan Dekalb Plant Genetic, USA.

Umur : 50% keluar rambut : + 56 hari

Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik Kerebahan : Tahan

Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint) Warna biji : Kuning oranye

Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : + 265 g

Rata-rata hasil : 8,9 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 13 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun

Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl.

(60)

Lampiran 12.

Foto lahan penelitian

Gambar 11. Lahan Penelitian Tampak dari Depan

(61)

Lampiran 13.

Gejala Serangan Puccinia polysora di Lapangan

sumber: Foto Langsung

Gambar 14.

P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) Gambar 13.

P0 (Kontrol)

Gambar 15. Gambar 16.

P2 (Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air) P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air)

Gambar 17. Gambar 18.

Gambar

Tabel 1. Daftar jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan fungisida nabati
Gambar 6. Senyawa aktif Jahe Lestari (2010)
Tabel 2. Rataan Intensitas Serangan (%) Puccinia polysora U. untuk setiap waktu pengamatan
Tabel 3. Rataan Produksi Biji Kering (ton/ha).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari K0 (Kontrol/tanpa perlakuan), K1 (Larutan daun sirih 300 gr/ liter air), K2

Perlakuan V4 (Bisi 12) merupakan varietas yang resisten terhadap penyakit karat daun dan memiliki tingkat serangan yang rendah jika dibandingkan dengan perlakuan V2 (Pioneer

Komponen Teknologi Pengendalian Penyakit Karat Puccinia polysora Underw (uredinales: pucciniaceae) Pada Tanaman Jagung.. Prosiding Seminar

Data pengamatan keragaman jenis hama yang mati akibat perlakuan aplikasi pestisida nabati (N) pada minggu ke-3 disajikan pada lampiran 16 serta daftar sidik ragam tertera

Dari analisa ragam dapat dijelaskan bahwa pada perlakuan pupuk anorganik pengamatan diameter tongkol antar perlakuan tidak berbeda nyata, hal ini diduga pH tanah

Sidik ragam rata-rata jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 35 HST dengan perlakuan jenis sistem tanam dan dosis pupuk NPK.. Rata-rata jumlah daun tanaman jagung manis umur

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam menunjukkan sangat berpengaruh nyata pada parameter amatan. Pemberian pupuk NPK

M30 V69 dan F30V69 adalah galur murni tropis yang dikembangkan oleh Pioneer Hi-Bred Philippines, Inc... M30P77 adalah galur murni tropis yang dikembangkan oleh