• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Beberapa Limbah Non Kayu Menggunakan Proses Fermentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Beberapa Limbah Non Kayu Menggunakan Proses Fermentasi"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL

DARI BEBERAPA LIMBAH NON KAYU DENGAN PROSES

FERMENTASI

DAPOTTUA B.R.H

041203019

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL

DARI BEBERAPA LIMBAH NON KAYU DENGAN PROSES

FERMENTASI

SKRIPSI

Oleh:

DAPOTTUA B.R.H

041203019

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRACT

DAPOTTUA BRIAN ROBSON HUTAPEA. Physical and Mechanical

Properties of Particle Board Made of Some Non Timber Wastes Using a Fermentation Process. Advisor by EVALINA HERAWATI S.Hut, M.Si.

The purpose of this research was to know physical and mechanical properties of particle board made of some non timber wastes using a fermentation and non fermentation process. Raw materials of this research was waste of oil palm stem, waste of coconut stem, waste of bamboo, and bagasse. Raw was fermented for 20 days using EM4, then compressed for 30 minutes with a temperature of 1800C and a pressed at 25 kg/cm2. The value of physical and mechanical properties compared with JIS 5908: 2003.

The result of physical properties of particle board was consist of density and moisture content that comply with the request of JIS 5908:2003, thickness swelling was under the standards of JIS 5908:2003. The result of mechanical properties of particle board was consist of modulus of elasticity (MOE), modulus of rupture (MOR) and internal bond (IB) was under the standards of JIS 5908:2003.

(4)

ABSTRAK

DAPOTTUA BRIAN ROBSON HUTAPEA. Sifat Fisis dan Mekanis Papan

Partikel dari Beberapa Limbah Non Kayu Menggunakan Proses Fermentasi. Dibimbing oleh EVALINA HERAWATI S.Hut, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sifat fisis dan mekanis papan partikel dari beberapa limbah non kayu menggunakan proses fermentasi dan non fermentasi. Bahan baku penelitian ini adalah beberapa limbah non kayu yaitu,limbah batang kelapa sawit, limbah batang kelapa, limbah bambu, dan ampas tebu. Bahan baku difermentasi selama 20 hari menggunakan EM4, lalu dikempa selama 30 menit dengan suhu 1800C dan tekanan sebesar 25 kg/cm2. Nilai sifat fisis dan mekanis papan partikel dibandingkan dengan JIS 5908: 2003.

Hasil sifat fisis papan partikel meliputi kerapatan dan kadar air telah memenuhi standar JIS 5908:2003, sedangkan pengembangan tebal belum memenuhi standar. Hasil sifat mekanis papan partikel meliputi keteguhan lentur, keteguhan patah dan keteguhan rekat internal belum memenuhi standar JIS 5908:2003.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dapotua Brian Robson Hutapea lahir di Tarutung pada tanggal 23 Juni 1986 dari Ayah bernama B. Hutapea dan Ibu bernama H.Sihotang. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis, lulus Sekolah Dasar di SD Negeri 5, Tarutung tahun 1998, selanjutnya penulis lulus dari SMP Negeri 2 pada tahun 2001, jenjang SMA penulis selesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 1 Tarutung, kemudian lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih Program Studi, Teknologi Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sekaligus menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Strata 1 pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Topik yang dipilih pada skripsi ini adalah Biokomposit dengan judul Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Beberapa Limbah Non Kayu Menggunakan Proses Fermentasi.

Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada ibunda terkasih yang sampai saat ini masih memberikan dukungan baik secara materil maupun spiritual. Penulis juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada kedua dosen pembimbing penulis yaitu ibu Evalina Herawati S.Hut, M.Si dan bapak Apri Heri Iswanto S.Hut, M.Si atas bimbingan kepada penulis selama melaksanakan penelitian hingga pada saat ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil penelitian ini berguna bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

Bahan Baku Papan Partikel ... 4

Macam Papan Partikel ... 5

Sifat Botani Kelapa Sawit... .8

Sifat Botani Kelapa ... 9

Sifat Botani Bambu ... 10

Sifat Botani Tebu ... 12

Urea ... .13

EM4 (Effective Microorganism 4) ... 13

METODOLOGI PENELITIAN ... 15

Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Prosedur Penelitian ... .16

Persiapan bahan baku ... .16

Proses pembuatan papan partikel ... 16

Pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel ... 18

Analisis Data ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Sifat Fisis Papan Partikel ... 23

Kerapatan ... 23

Kadar air ... 25

Daya serap air ... 27

Pengembangan tebal ... 29

Sifat Mekanis Papan Partikel ... 30

Keteguhan lentur (Modulus of Elasticity/MOE) ... 30

(8)

Keteguhan rekat internal (Internal Bond)... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Pola pemotongan contoh uji papan partikel ... 17

2. Grafik kerapatan papan partikel ... 23

3. Grafik kadar air papan partikel ... 25

4. Grafik daya serap air selama 2 jam pada papan partikel ... 27

5. Grafik daya serap air selama 24 jam pada papan partikel ... 27

6. Grafik pengembangan tebal pada papan partikel ... 29

7. Grafik MOE (Modulus of elasticity) ... .30

8. Grafik MOR (Modulus of rupture) ... 32

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data Sifat Fisis Papan Partikel ... 39

2. Data Sifat Mekanis Papan Partikel ... .39

3. Analisis Sidik Ragam Kerapatan Papan Partikel ... 40

4. Analisis Sidik Ragam Kadar Air pada Papan Partikel ... 41

5. Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air (2 jam) Papan Partikel... 41

6. Analisis Sidik Ragam DSA (24 jam) pada Papan Partikel ... .42

7. Analisis Sidik Ragam Pengembangan Tebal pada Papan Partikel ... 43

8. Analisis Sidik Ragam Rata-Rata Modulus of Elasticity pada Papan Partikel ... 44

9. Analisis Sidik Ragam Modulus of Rupture pada Papan Partikel ... 45

(11)

ABSTRACT

DAPOTTUA BRIAN ROBSON HUTAPEA. Physical and Mechanical

Properties of Particle Board Made of Some Non Timber Wastes Using a Fermentation Process. Advisor by EVALINA HERAWATI S.Hut, M.Si.

The purpose of this research was to know physical and mechanical properties of particle board made of some non timber wastes using a fermentation and non fermentation process. Raw materials of this research was waste of oil palm stem, waste of coconut stem, waste of bamboo, and bagasse. Raw was fermented for 20 days using EM4, then compressed for 30 minutes with a temperature of 1800C and a pressed at 25 kg/cm2. The value of physical and mechanical properties compared with JIS 5908: 2003.

The result of physical properties of particle board was consist of density and moisture content that comply with the request of JIS 5908:2003, thickness swelling was under the standards of JIS 5908:2003. The result of mechanical properties of particle board was consist of modulus of elasticity (MOE), modulus of rupture (MOR) and internal bond (IB) was under the standards of JIS 5908:2003.

(12)

ABSTRAK

DAPOTTUA BRIAN ROBSON HUTAPEA. Sifat Fisis dan Mekanis Papan

Partikel dari Beberapa Limbah Non Kayu Menggunakan Proses Fermentasi. Dibimbing oleh EVALINA HERAWATI S.Hut, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sifat fisis dan mekanis papan partikel dari beberapa limbah non kayu menggunakan proses fermentasi dan non fermentasi. Bahan baku penelitian ini adalah beberapa limbah non kayu yaitu,limbah batang kelapa sawit, limbah batang kelapa, limbah bambu, dan ampas tebu. Bahan baku difermentasi selama 20 hari menggunakan EM4, lalu dikempa selama 30 menit dengan suhu 1800C dan tekanan sebesar 25 kg/cm2. Nilai sifat fisis dan mekanis papan partikel dibandingkan dengan JIS 5908: 2003.

Hasil sifat fisis papan partikel meliputi kerapatan dan kadar air telah memenuhi standar JIS 5908:2003, sedangkan pengembangan tebal belum memenuhi standar. Hasil sifat mekanis papan partikel meliputi keteguhan lentur, keteguhan patah dan keteguhan rekat internal belum memenuhi standar JIS 5908:2003.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kayu merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sedang mengalami penurunan produksi saat ini. Jumlah penduduk yang terus bertambah membuat permintaan terhadap kayu juga ikut meningkat, namun keadaan ini tidak diikuti dengan ketersediaan kayu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat juga disebabkan oleh sifat kayu yang mudah untuk dibentuk sesuai dengan produk yang diinginkan, seperti kayu konstruksi, meubel, alat-alat rumah tangga dan sebagainya. Frick dan Moediartianto (2004) menyatakan bahwa dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan manusia. Hal ini dapat dimengerti mengingat kayu memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dijumpai pada bahan lainnya.

Papan partikel merupakan salah satu produk alternatif pengganti kayu solid yang terbuat dari serbuk kayu. Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan baku papan partikel juga cukup beragam, mulai dari limbah penggergajian sampai bahan non kayu. Menurut Maloney (1993) papan partikel merupakan salah satu produk komposit atau panil kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat menggunakan perekat sintetis atau bahan pengikat lainnya dan dikempa panas. Bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang dapat digunakan dapat berupa limbah non kayu.

(14)

terbesar di dunia. Perkebunan sawit menjadi primadona saat ini, luas perkebunan sawit nasional tahun 2009 mencapai 7,3 juta ha (Indonesian Commercial Newaletter, 2009). Perkebunan kelapa juga turut andil dalam meningkatkan pendapatan Indonesia melalui sektor perkebunan. Luas perkebunan kelapa yang tercatat sampai tahun 2009 mencapai 3,8 juta ha (Departemen Pertanian, 2009). Perkebunan tebu Indonesia juga mengalami peningkatan, dimana tahun 2009 luas perkebunan tebu Indonesia mencapai 450.000 ha (PT. KPB Nusantara,2009). Komoditi perkebunan Indonesia ini memiliki peranan penting dalam peningkatan perekonomian negara, namun dapat menghasilkan limbah yang tinggi.

Pembuatan papan partikel pada umumnya menggunakan bahan perekat. Perekat yang digunakan memiliki jenis dan sifat yang berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya. Bahan perekat pada umumnya dibuat dari bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Bahan perekat tertentu juga memiliki harga yang cukup mahal dan sulit untuk diperoleh, sehingga penggunaannya kurang efisien. Berbagai penelitian mencoba untuk mencari sumber alternatif bagi perekat demi mengurangi dampak negatif tersebut. Pembuatan papan partikel tanpa bahan perekat menjadi salah satu solusi penggunaan bahan perekat sintetis. Cara ini dapat dilakukan dengan cara perebusan bahan baku atau dengan cara memfermentasi bahan baku.

(15)

prinsipnya fermentasi dapat mengaktifkan pertumbuhan metabolisme mikroorganisme yang dibutuhkan sehingga membentuk produk yang berbeda dengan bahan bakunya.

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian mengenai sifat fisis dan mekanis papan partikel dari beberapa limbah non kayu dengan cara fermentasi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sifat fisis dan mekanis papan partikel dengan proses fermentasi, serta mengevaluasi sifat fisis dan mekanis papan partikel dari beberapa limbah non kayu.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi yang lebih tentang pemanfaatan limbah batang sawit, kelapa, bambu dan ampas tebu serta memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungan karena limbah tersebut dapat diolah menjadi bahan yang bernilai lebih.

Hipotesis Penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Papan Partikel

Papan partikel adalah papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan bantuan perekat sintetis kemudian mengalami kempa panas sehingga memiliki sifat seperti kayu, tahan api dan merupakan bahan isolasi serta bahan akustik yang baik (Dumanauw, 1993). Menurut Badan Standar Nasional (1996) papan partikel adalah produk kayu yang dihasilkan dari pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik serta bahan perekat lainnya yang dibuat dengan cara pengempaan

mendatar dengan dua lempeng datar.

Bahan Baku Papan Partikel

Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), tipe partikel yang digunakan untuk bahan baku pembuatan papan partikel adalah :

a. Pasahan (shaving), partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang dihasilkan apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu. b. Serpih (flake), partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan

sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang dikhususkan.

c. Biskit (wafer), serupa serpih dalam bentuknya tetapi lebih besar. Biasanya lebih dari 0,025 inci tebalnya dan lebih dari 1 inci panjangnya.

(17)

e. Serbuk gergaji (sawdust), berupa serpih yang dihasilkan oleh pemotongan dengan gergaji.

f. Untaian (strand), pasahan panjang, tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.

g. Kerat (silver), hampir persegi potongan melintangnya dengan panjang paling sedikit 4 kali ketebalannya.

h. Wol kayu (excelsior), keratin yang panjang, berombak, ramping juga digunakan sebagai kasuran pada pengepakan.

Macam Papan Partikel

Menurut Sutigno (1994) ada beberapa macam papan partikel yang dibedakan berdasarkan :

a. Bentuk

Papan partikel pada umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang tipis sehingga disebut panel. Ada beberapa papan partikel yang tidak datar (papan partikel lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung pada cetakan yang dipakai seperti bentuk kotak radio.

b. Pengempaan

(18)

diantara dua lempeng statis. Penekanan dilakukan oleh semacam piston yang bergerak vertikal dan horizontal.

c. Kerapatan

Ada tiga kelompok kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada standar yang digunakan.

d. Kekuatan (Sifat Mekanis)

Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatan pun ada yang rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap macam (tipe) tersebut, tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar yang menambahkan persyaratan beberapa sifat fisis.

e. Macam perekat

Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan partikel terhadap pengaruh kelembaban, yang selanjutnya menentukan penggunaannya. Ada standar yang membedakan berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan eksterior. Ada standar yang memakai penggolongan berdasarkam macam perekat, yaitu Tipe U (urea formaldehyde atau yang setara), Tipe M (melamin urea formaldehyde atau yang setara) dan tipe P (phenol formaldehyde atau yang

setara).

f. Susunan partikel

(19)

yaitu papan partikel homogeny (berlapis tunggal), papan partikel berlapis tiga dan papan partikel berlapis bertingkat.

g. Arah partikel

Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah dicampur dengan perekat) dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak teratur) atau arah serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus. Untuk yang disebutkan terakhir dipakai partikel yang relatif panjang, biasanya berbentuk untai (strand) sehingga disebut papan untai terarah (oriented strand board atau OSB). h. Penggunaan

Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan partikel dibedakan menjadi papan partikel penggunaan umum dan papan partikel struktural (memerlukan kekuatan yang lebih tinggi). Untuk membuat mebel, pengikat dinding dipakai papan partikel penggunaan umum. Untuk membuat komposisi dinding, peti kemas dipakai papan partikel struktural.

i. Pengolahan

(20)

Sifat Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak, buahnya kecil bila masak berwarna merah kehitaman sedangkan daging buah padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin, sedangkan ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kelapa sawit tumbuh di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi dan tanah yang subur. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm setahun (Hadi, 2004).

Kelapa sawit (oil palm) dalam klasifikasi botanis dapat diuraikan sebagai berikut (Setyamidjaja, 1991) :

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Family : Arecaceae Genus : Elaeis

(21)

Sifat Botani Kelapa

Kelapa pada umumnya tumbuh di pinggir pantai sampai dengan ketinggian tempat 900 mdpl. Kelapa hanya mempunyai satu buah titik tumbuh yg terletak pada ujung batang, yang berukuran sangat kecil (0,5 x 0,5 mm), terdiri dari jaringan meristem. Apabila titik tumbuh ini mengalami pembelahan, maka batang akan mengalami dikhotomisa menjadi 2 cabang, tetapi kejadian ini sangat jarang. Karena titik tumbuh terletak pada ujung batang, maka pertumbuhan batang menuju ke atas, dan pada tingkat tertentu pada ketiak daun akan keluar bunga. Batang kelapa dapat tumbuh mencapai ketinggian antara 20-30 meter (Suhardikono, 1987).

Tanaman kelapa cukup besar potensinya di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (2007) seperti yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan total areal tanaman kelapa di Indonesia.

Tabel 1. Luas Areal Tanaman Kelapa di Indonesia dan di Dunia

Wilayah/Negara Luas ( juta ha) Luas (%)

(22)

Sifat Botani Bambu

Bambu merupakan tanaman tahunan yang sering diberi julukan rumput raksasa. Penghasil rebung ini memang masuk dalam famili rumput-rumputan (gramineae) dan berkerabat dengan padi dan tebu. Tanaman tebu dimasukkan dalam subfamily bambusoideae. Dalam klasifikasi selanjutnya bambu terdiri dari beberapa marga atau genus dan setiap marga mempunyai beberapa jenis atau spesies. Misalnya seperti bambu tali termasuk genus Gigantochloa. Berikut ini urutan klasifikasi bambu tersebut (Berlian, 1995).

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monokotiledoneae Ordo : Graminales

Famili : Gramineae Subfamili : Bambusoideae Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa apus (Bl. ex Schult.f.)Kurz.

Bambu memiliki manfaat yang penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman ini mulai dari akar, batang, daun bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Berikut ini merupakan uraian manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya (Batubara, 2002).

1. Akar

(23)

lingkungan hidup. Bagian tanaman ini juga mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyedia air sumur.

2. Batang

Batang bambu merupakan bagian yang paling banyak digunakan untuk berbagai macam keperluan. Di Indonesia, sekitar 80% batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi dan selebihnya dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, furniture, chopstick, industri pulp dan kertas serta keperluan lainnya.

3. Daun

Daun bambu dapat digunakan sebagai pembungkus makanan seperti wajik. Dalam pengobatan tradisional, daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam pada anak-anak karena daunnya bersifat mendinginkan. Pucuk daun bambu muda juga dapat mengobati orang yang susah tidur, dengan cara meminum rebusan daun bambu tersebut.

4. Rebung

Rebung, tunas bambu atau biasa disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya. Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong dalam jenis sayur-sayuran. Namun tidak semua jenis bambu bisa dimanfaatkan rebungnya, karena ada yang rasanya pahit disebabkan kandungan HCN yang tinggi.

(24)

lain : Arundinara, Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostacys, Schizoztachyum dan Thysostachys.

Sifat Botani Tebu

Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal + 232 ribu hektar, yang tersebar di Medan, Lampung, Semarang, Solo, dan Makassar. Dari seluruh perkebunan tebu yang terdapat di Indonesia, 50% di antaranya adalah perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta, dan hanya 20% perkebunan negara.

(25)

bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Anwar, 2008).

Urea

Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH3, ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi (Ahmad, 2008).

EM4 (Effective Mikroorganisms 4)

Teknologi EM pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang pada tahun 1980. EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan organik. Bahan organik tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organik diubah kedalam bentuk gula, alkohol dan asam amino sehingga bisa diserap oleh tanaman. Dewasa ini teknologi EM telah diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, kehutanan, pengolahan limbah dan kesehatan. Beliau telah berhasil mengelompokkan berbagai jenis mikroorganisme kedalam kelompok EM, salah satunya adalah EM4 (Wismarawati, 2001 dalam Sitio dkk, 2007).

(26)
(27)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan Januari 2010 di Laboratorium Kimia Polimer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU untuk pembuatan papan partikel dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU untuk pengujian sifat fisis. Pengujian mekanis dilakukan di Laboratorium Keteknikan Kayu Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kelapa sawit, kelapa berupa serbuk gergajian yang diperoleh dari panglong-panglong disekitar kota Medan, limbah bambu berupa potongan-potongan bambu yang tidak digunakan lagi dan limbah tebu berupa ampas yang diperoleh dari para pedagang es air tebu. Urea dan EM4 untuk proses fermentasi partikel limbah.

(28)

Prosedur Penelitian

Papan partikel yang dihasilkan memiliki kerapatan sasaran sebesar 0,8 gr/cm³ dengan tekanan sebesar 25 kg/cm2. Kerapatan ini akan diaplikasikan pada papan partikel yang berukuran 25 cm x 20 cm x 1 cm. Jumlah papan partikel yang akan dibuat adalah sebanyak 24 buah papan yang terdiri dari 12 papan dibuat dengan proses fermentasi menggunakan EM4 dan urea serta 12 papan lagi dibuat tanpa proses fermentasi.

Persiapan bahan baku

Pengumpulan limbah yang dibutuhkan yaitu limbah kelapa sawit, kelapa, bambu dan ampas tebu dapat dilakukan pada keadaan kering udara. Kemudian setiap limbah diserbukkan dan disaring dengan ukuran 40 mesh.

Proses pembuatan papan partikel

(29)

Cetakan lembaran dikeluarkan dari alat kempa lalu dibiarkan selama 10 menit agar terjadi pengerasan sebelum dikeluarkan dari cetakan. Proses pengkondisian dilakukan selama satu minggu untuk mencapai distribusi kadar air yang seragam dan melepaskan tegangan sisa dalam papan akibat pengempaan, lalu dibuat pola pemotongan sebelum dilakukan pengujian. Contoh uji untuk pengujian sifat fisis dan mekanis disesuaikan dengan bentuk dan ukuran contoh uji menurut standar JIS 5908:2003. Adapun pola pemotongan untuk pengujian dapat dilihat pada gambar 1.

25 cm

10 cm A

20 cm B

C D

5 cm 10 cm

Gambar 1. Pola Pemotongan Contoh Uji Papan Partikel

Keterangan :

A : Contoh uji untuk Kadar Air dan Kerapatan B : Contoh uji untuk MOR dan MOE

(30)

Pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel

1. Pengujian Sifat Fisis Papan Partikel a. Kerapatan

Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara. Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang beratnya lalu diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan volume contoh uji. Nilai kerapatan partikel dihitung dengan rumus :

Kerapatan (gr/cm³) =

Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm yang digunakan adalah bekas contoh uji kerapatan. Kadar air papan partikel dihitung berdasarkan berat awal (BA) dan berat kering tanur (BKT) selama 24 jam pada suhu 103±2ºC. Nilai kadar air papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus :

Kadar air (%) = x100% Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 dan 24 jam, setelah itu ditimbang beratnya (B2). Nilai daya serap air papan partikel dihitung berdasarkan rumus :

(31)

d. Pengembangan tebal

Contoh uji pengembangan tebal berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm sama dengan contoh uji daya serap air. Pengembangan tebal didasarkan pada tebal sebelum (T1) yang diukur pada keempat sudut dan dirata-ratakan dalam kondisi kering udara dan tebal setelah perendaman (T2) dalam air dingin selama 2 dan 24 jam. Nilai pengembangan tebal dapat dihitung menggunakan rumus :

Pengembangan tebal (%) = 100%

2. Pengujian sifat mekanis papan partikel (MOE, MOR dan IB) a. MOR (Modulus of Rupture)

Pengujian MOR atau keteguhan patah dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) dengan menggunakan panjang bentang (jarak penyangga) 14 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm. Contoh uji yang digunakan berukuran 20 cm x 5 cm x 1 cm pada kondisi kering udara. Nilai MOR dapat dihitung dengan rumus :

(32)

b. MOE (Modulus of Elasticity)

Pengujian MOE dilakukan bersama-sama dengan pengujian MOR atau keteguhan patah dengan memakai contoh uji yang sama. Besarnya defleksi yang terjadi pada saat pengujian dicatat pada setiap selang beban tertentu. Nilai MOE dihitung dengan rumus :

Keterangan : MOE : modulus kelenturan (kg/cm²)

ΔP : beban sebelum batas proporsi

L : jarak sangga (cm)

ΔY : lenturan pada beban (cm)

b : lebar contoh uji (cm) d : tebal contoh uji (cm)

c. Keteguhan rekat internal (Internal bond)

Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm direkatkan pada kedua balok almunium dengan perekat dan dibiarkan mengering. Kedua balok ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai beban maksimum. Nilai keteguhan rekat internal dapat dihitung dengan rumus :

IB =

A P max.

Keterangan : IB : keteguhan rekat internal (kg/cm²) Pmax : beban maksimum (kg)

(33)

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial, dimana eksperimen yang dilakukan merupakan eksperimen dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama perlakuan yaitu proses fermentasi dan non fermentasi, faktor yang kedua perlakuan yaitu perbedaan bahan baku non kayu. Model statistik dari rancangan percobaan ini adalah :

Yijk = µ + αi+βj +(αβ) ij+Єijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada bahan baku taraf ke-i dan perlakuan fermentasi, non fermentasi taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh akibat fermentasi dan non fermentasi taraf ke-i

βj = pengaruh akibat perbedaan bahan baku taraf ke-j

(αβ) ij = pengaruh interaksi antara perlakuan fermentasi dan non

fermentasi ke-i dengan perbedaan bahan baku ke-j

∑ijk = pengaruh acak (galat) pengamatan perlakuan fermentasi dan non

fermentasi ke-i, perbedaan bahan baku ke-j, dan ulangan ke-k

Hipotesis yang digunakan adalah :

1. Pengaruh faktor proses fermentasi :

Ho : proses fermentasi tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel

(34)

2. Pengaruh faktor perbedaan bahan baku berupa limbah non kayu :

Ho : perbedaan bahan baku berupa limbah non kayu tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel

H1 : perbedaan bahan baku berupa limbah non kayu berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel

Kriteria pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji adalah : F hitung < F tabel, maka Ho diterima

F hitung > F tabel, maka H1 diterima

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisis Papan Partikel

Kerapatan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kerapatan papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,51 gr/cm3 sampai dengan 0,60 gr/cm3. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 sedangkan grafik kerapatan papan partikel disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Kerapatan

Papan partikel dari limbah batang kelapa non proses fermentasi memiliki kerapatan paling tinggi dengan nilai kerapatan sebesar 0,60 gr/cm3 dibandingkan dengan fermentasi. Papan partikel dari limbah batang sawit non fermentasi juga berkerapatan lebih tinggi dari fermentasi.

(36)

gr/cm3.Haygeen & Bowyer (1996) menyatakan bahwa perbedaan nilai kerapatan dipengaruhi oleh tebal dinding sel, jenis kayu, kadar air dan proses perekatan. Kerapatan papan partikel yang dihasilkan nilainya lebih kecil dari target kerapatan yang ingin dicapai.

Hasil Analisis Sidik Ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada nilai kerapatan papan partikel hasil fermentasi dengan papan partikel dari hasil non fermentasi. Perbedaan yang nyata terdapat pada jenis bahan baku non kayu yang digunakan. Keadaan ini disebabkan oleh kandungan lignin pada limbah non kayu yang digunakan. Setiap bahan baku non kayu memiliki lignin lebih dari 20%. Kandungan lignin pada batang sawit berkisar 21 % (Jamilah, 2009), kandungan lignin pada ampas tebu sekitar 22 % (Anwar, 2008), kandungan lignin pada bambu mencapai 23 % (Krisdianto et al., 2006) dan kandungan lignin pada batang kelapa berkisar 26 % (Yuniar et al., 2004).

(37)

pembentuknya karena berat perekat, bahan-bahan tambahan yang lain dan pemampatan papan partikel yang terjadi selama proses pembuatannya.

Kadar air

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar air pada papan partikel berkisar antara 4,57 % sampai dengan 6,34 %. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan grafik kadar air papan partikel disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik kadar air pada papan partikel

Kadar air yang dimiliki oleh papan partikel, dimana papan partikel dari ampas tebu dengan proses fermentasi memiliki rata-rata kadar air yang paling sedikit dengan nilai 4,57 %. Nilai kadar air pada setiap papan partikel non fermentasi lebih tinggi dibandingkan nilai kadar air pada setiap papan partikel fermentasi.

(38)

nilai kadar air tersebut tidak lebih dari 5 %. Keadaan ini dapat terjadi kemungkinan akibat lamanya proses fermentasi, yaitu selama 20 hari. Lama proses fermentasi ini dapat menyebabkan kadar air yang terdapat pada serbuk semakin kecil karena bakteri pada EM4 menggunakan kandungan air yang cukup untuk melakukan proses fermentasi. Bodig & Benjamin (1982) menyatakan bahwa dari data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa sifat-sifat kertas, papan partikel dan papan serat lebih sensitif terhadap kadar air dari pada kayu solid. Secara tidak langsung fakta mengenai kadar air, terutama pada penyerapan kelembapan yang tinggi, cenderung menurunkan kekuatan ikatan baik untuk papan serat dan papan partikel.

(39)

Daya serap air

Hasil pengujian menunjukkan bahwa daya serap air papan partikel setelah direndam dengan air dingin selama 2 jam berkisar antara 87,369 % sampai dengan 136,125 %, sedangkan daya serap air papan partikel setelah direndam dengan air dingin selama 24 jam berikutnya berkisar antara 97,922 % sampai dengan 157,666%. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 12, sedangkan untuk grafik daya serap air disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4 Daya serap air selama 2 jam pada papan partikel

(40)

Daya serap air (DSA) pada papan partikel setelah mengalami perendaman selama 2 jam dan 24 jam menunjukkan bahwa hanya papan partikel dari ampas tebu dan limbah batang kelapa fermentasi memiliki DSA yang lebih rendah dari non fermentasinya. Papan partikel dari limbah batang sawit dan limbah bambu memiliki tingkat DSA yang lebih tinggi dari non fermentasinya.

Hasil Analisis Sidik Ragam pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai daya serap air pada papan partikel hasil fermentasi dengan papan partikel hasil non fermentasi tidak memiliki perbedaan yang nyata baik untuk nilai daya serap air dengan perendaman selama 2 jam dan perendaman 24 jam. Perbedaan yang nyata terjadi pada nilai daya serap air selama 2 jam dan 24 jam pada papan partikel berdasarkan bahan baku non kayu yang digunakan.

(41)

Pengujian daya serap air dilakukan dengan merendam contoh uji papan partikel selama 24 jam. Selama proses perendaman air masuk keseluruh pori-pori yang sudah kosong akibat proses fermentasi dan proses pengempaan. Tebal papan partikel sebelum perendaman akan berbeda jauh setelah mengalami perendaman.

Pengembangan tebal

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat pengembangan pada papan partikel setelah mengalami perendaman selama 24 jam menggunakan air dingin berkisar antara 12,91 % sampai dengan 42,03 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan untuk grafik pengembangan tebal disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik pengembangan tebal pada papan partikel

(42)

Hasil Analisis Sidik Ragam pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa nilai pengembangan tebal untuk faktor perlakuan papan partikel hasil fermentasi dengan papan partikel hasil non fermentasi tidak memiliki perbedaan yang nyata. Perbedaan yang nyata terjadi pada faktor perlakuan perbedaan bahan baku non kayu yang digunakan.

Tingginya pengembangan tebal pada bahan baku limbah sawit, bambu dan ampas tebu disebabkan karena rendahnya berat jenis. Menurut Rosid (1995) diacu dalam Puspita (2008) menyatakan bahwa papan partikel yang terbuat dari kayu

dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar pada saat

pembebanan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi pembebasan tekanan yang

lebih besar yang mengakibatkan pengembangan tebal menjadi lebih tinggi.

Sifat Mekanis Papan Partikel

Keteguhan lentur (Modulus of elasticity/MOE)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai MOE papan partikel berkisar antara 164,12 kg/cm2 sampai dengan 474,69 kg/cm2. Hasil selengkapnya disajikan pada Lampiran 2 sedangkan grafik MOE disajikan pada Gambar 7.

(43)

Nilai keteguhan lentur (MOE) papan partikel yang paling baik dimiliki oleh papan partikel dari ampas tebu non fermentasi dengan nilai MOE sebesar 474,69 kg/cm2, sedangkan papan partikel papan partikel dari bambu dengan proses fermentasi memiliki nilai MOE paling rendah yaitu sebesar 164,12 kg/cm2. Jika dibandingkan dengan standar JIS 5908:2003, maka papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak memenuhi standar atau dibawah standar yang ditetapkan, dimana nilai MOE yang ditetapkan minimal 20.000 kg/cm2. Maloney (1993) menyatakan bahwa nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat dan panjang serat.

Hasil Analisis Sidik Ragam pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa pada perlakuan pada papan partikel hasil fermentasi dan non fermentasi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata diantara keduanya. Penggunaan bahan baku non kayu yang berbeda juga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada nilai keteguhan lentur papan partikel.

Masih rendahnya keteguhan lentur papan partikel yang dihasilkan diduga karena tidak adanya penggunaan perekat sintetis. Walaupun demikian papan partikel yang dihasilkan masih sesuai untuk pemakaian non-struktural, dan memiliki keunggulan karena terbebas dari emisi formaldehida.

Keteguhan patah (Modulus of rupture/MOR)

(44)

Gambar 8. MOR (Modulus of Rupture) pada partikel

Nilai tingkat keteguhan patah (MOR) papan partikel paling baik adalah papan partikel dari ampas tebu non fermentasi sebesar 30,54 kg/cm2, sedangkan papan partikel yang memiliki keteguhan patah paling rendah adalah papan partikel dari bambu dengan proses fermentasi sebesar 9,46 kg/cm2. Nilai MOR ini erat kaitannya dengan nilai MOE yang diperoleh dalam penelitian ini. Hal-hal yang telah dikemukakan sehubungan dengan MOE berlaku pula pada MOR. Pada umumnya semakin tinggi nilai MOE suatu produk maka nilai MOR juga akan semakin tinggi. Namun, setiap papan partikel yang dihasilkan pada penelitian ini belum memenuhi standar yang ditetapkan, karena nilai MOR pada JIS 5908:2003 minimal 80 kg/cm2.

(45)

Rendahnya nilai MOR papan partikel yang dihasilkan diduga akibat waktu kempa yang terlalu lama yaitu 30 menit dengan suhu 1800C, sehingga menyebabkan papan partikel yang dihasilkan menjadi rapuh dan kemampuan menahan beban maksimum menjadi rendah. Suryadinata (2005) diacu dalam Puspita (2008) menyatakan bahwa apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi melewati batas optimum kenaikan waktu akan mengurangi nilai MOR sejajar arah gelombang pada papan komposit karena panas dari suhu yang sangat tinggi dalam jangka waktu yang lama menyebabkan papan menjadi getas dan mengalami over matured dimana ikatan yang terbentuk menjadi pecah sehingga kemampuan menahan beban menjadi berkurang.

Keteguhan rekat internal (Internal bond)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai IB pada papan partikel berkisar antara 0,14 kg/cm2 sampai dengan 1,49 kg/cm2. Hasil pengujian selengkapnya disajikan pada Lampiran 2 sedangkan grafik IB disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik keteguhan rekat internal (Internal Bond)

(46)

kg/cm2, sedangkan papan partikel dengan nilai IB paling kecil adalah papan partikel dari limbah bambu non fermentasi dengan nilai IB sebesar 0,14 kg/cm2. Namun, nilai IB pada setiap papan partikel yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS 5908:2003, yaitu minimal 1,5 kg/cm2.

Hasil Analisis Sidik Ragam pada Lampiran 10 menunjukkan bahwa nilai keteguhan rekat internal pada papan partikel dengan perlakuan proses fermentasi dan non fermentasi tidak memiliki perbedaan yang nyata antara keduanya. Papan partikel dari beberapa bahan baku non kayu memiliki nilai keteguhan rekat internal yang berbeda nyata.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan:

1. Sifat fisis papan partikel berupa kerapatan dan kadar air untuk keempat jenis bahan baku telah memenuhi standar yang digunakan, namun untuk pengembangan tebal belum memenuhi.

2. Sifat mekanis (MOE, MOR dan IB) papan partikel dari keempat jenis bahan non kayu belum ada yang memenuhi persyaratan standar.

3. Perlakuan fermentasi tidak memberikan peningkatan terhadap kualitas papan partikel yang dihasilkan.

Saran

1. Perlu diperhatikan kombinasi yang sesuai antara suhu, tekanan dan lamanya waktu pengempaan papan partikel untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. 2008. Cara Membuat Jerami Sebagai Pakan Ternak. Agromania. http://agromania.group.com/2008/jerami-pakan-ternak.html

Anwar, S. 2008. Ampas Tebu. Laboratorium Bioindustri. Universitas Brawijaya. Surabaya.

. [14 Juli 2009].

[12 Juli 2009].

Badan Pusat Statistik. 2007. Data Statistik Perkebunan Kelapa di Indonesia Tahun 2007. Jakarta.

Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia. USU Digital Library. Medan.

Berlian, N. dan Estu R. 1995. Budidaya dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bodig, J. and B.A. Jayne. 1982. Mechanics of Wood and Wood Composites. Van Nostrand Reinhold Company. England.

Departemen Pertanian, 2009. Peremajaan kebun kelapa capai 25.391 ha. http://kabar.in/2009/indonesia-headline/rilis-berita

depkominfo/07/24/deptan-peremajaan-kebun-kelapa-capai-25391-hektar.html.

Dumanauw,J.F. 1993. Mengenal Kayu. Penerbit Kanisius. Semarang. [10 Mei 2010]

Frick, H ., dan Moediartianto. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu. Kanisius, Soegijapranata University Press. Jakarta.

Hadi, M. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karyanusa. Yogyakarta.

Haygreen J.G dan J.L Bowyer, 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Heddy, S. 2000. Pengaruh Dosis EM-4 dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Agritek 8 (4) : 505-510.

[13 Desember 2009].

(49)

Jamilah, M. 2009. Kualitas Papan Komposit dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineens Jacq) dan Poliethylene (PE) Daur Ulang. USU Repository. Medan.

Judo amidjojo, R.M., A.A Darwis, dan E.G. Said. 1992. Teknologi Fermentasi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Krisdianto, Ginuk .S dan Agus .I. 2006. Sari Hasil Penelitan Bambu. [17 Mei 2010]

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu.htm.

Maloney, T.M. 1993. Modern Particle Board and Dry Process Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman, San Fransisco.

Okuda N and Sato M. 2004. Manufacture and Mechanical Properties of Binderless Boards from Kenaf Core. J Wood Science 50:53-61.

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, 2009. Luas Total Perkebunan Tebu Nasional Tahun 2009.

Puspita, R. 2008. Papan Partikel tanpa Perekat Sintetis (Binderless Particle Board) dari Limbah Industri Penggergajian. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

http://www.kpbptpn.co.id/news.php?lang=0&news_id=3538

Rosid I.K. 1995. Sifat-Sifat Papan Partikel Menggunakan Latek Alam Iridiasi Polistiren Kopolimer. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sa’id, E. G. 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Trubus Agiwidya. Ungaran.

Sastrosupadi, A. 2004. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sitio, J, Widodo dan Faiz Barchia. 2007. Pemanfaatan EM4 dan Abu Sekam Padi

untuk Peningkatan dan Pertumbuhan Hasil Padi Surya di Tanah Gambut. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus No.1 Halaman 36-40, 2007. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

[13 Desember 2009]

(50)

Suryadinata E. 2005. Determinasi Suhu dan Waktu Kempa Optimum dalam Papan Komposit dari Limbah Kayu dan Karton Gelombang. Fakultas Kehutanan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardjo, E. R. M. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta.

Sutigno. 1994. Mutu Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosialisasi Ekonomi Kehutanan, Bogor.

[

Triton. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

12 Juli 2009].

Wismarawaty, T. 2001. Pengaruh Pemberian EM4 dan Macam Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopercison esculentum Mill.). Hasil-hasil Penelitian Teknologi Effective Microorganisms (EM) di Indonesia Jilid 1. Institut Pengembangan Sumber Daya Alam. Jakarta.

Yuniar I.W, Surjono .S, Yusuf S.H dan Naresworo N. 2004. Distribusi Kandungan Kimia Kelapa (Cocos nucifera L). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol.2. No.1. Bogor

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

Gambar

Tabel 1. Luas Areal Tanaman Kelapa di Indonesia dan di Dunia
Gambar 2. Grafik Kerapatan
Gambar 3. Grafik kadar air pada papan partikel
Gambar 5 Daya serap air selama 24 jam pada papan partikel
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jadi model pendidikan inklusif terfokus pada setiap kelebihan yang dibawa anak ke sekolah daripada kekurangan mereka yang terlihat, dan secara khusus melihat pada bidang

Tingkat kehilangan hasil Padi dan Jagung pada saat panen turun 0,25% pertahun, meningkatnya mutu hasil dari penanganan pasca panen dan pengolahan hasil, serta jumlah

(3) Apa sajakah faktor penghambat dan pendukung dalammeningkatkan kelancaran membaca Al- Qur’an melalui kegiatan mengaji jum’at p agi siswa kelas X di SMAN 1

Nilai tambah adalah selisih antara nilai produk keripik pisang dengan nilai bahan baku berupa buah pisang sepatu yang dikeluarkan dalam Industri Rumah Tangga Sofie

Berbicara tentang evaluasi atau penilaian, sngatlah kompleks permasalahan di negeri ini, penilaian semestinya tugas guru dan lembaga, tetapi karena kepentingan politik

Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus dihubungkan dengan harta. Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang lancar, harta tetap sebauiknya dibiayai

Value clarification atau klarifikasi/ pengungkapan/ pembinaan nilai merupakan pendekatan yang digunakan sebagai lapel pengajaran afektif dengan singkatan VCT (Values