• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS

Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh

07 0404 069

MARKUS BRANLY SIREGAR

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Profil keselamatan jalan suatu wilayah dapat digambarkan melalui jumlah kecelakaan yang ada di dalam wilayahnya. Untuk meninjau nilai keselamatan itu perlu dilakukan pemahaman terhadap karakteristik kecelakaan. Penelitian ini membahas kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai dengan tujuan penelitian untuk menentukan karakteristik kecelakaan, menentukan lokasi rawan kecelakaan (Black Spot) dan biaya kecelakaan yang ditimbulkan.

Dalam menganalisis tujuan, tahapan yang dilakukan yaitu melakukan analisa karakteristik kecelakaan dengan metode karakteristik, menentukan black spot dengan metode frekuensi dan tingkat kecelakaan yang dibandingkan dengan metode Upper Control Limit, serta biaya kecelakaan dengan metode human capital. Black spot merupakan daerah yang memiliki angka kecelakan, resiko kecelakaan dan potensi kecelakaan tertinggi. Tingkat kecelakaan merupakan angka kecelakaan lalu lintas yang dibandingkan dengan volume lalu lintas dan panjang ruas jalan. Data yang digunakan merupakan data kecelakaan yang diperoleh dari Polres Serdang Bedagai dan terjadi di Kabupten Serdang Bedagai pada tahun 2009 sampai 2011.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga, penulis dapat menyelesaikan

penulisan tugas akhir ini. Tugas akhir ini berjudul “STUDI KARAKTERISTIK

KECELAKAAN LALU LINTAS. Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas

Sumatera Kabupaten Serdang Bedagai” yang disusun untuk diajukan sebagai

syarat dalam menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil bidang Transportasi pada

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan,

bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak tugas akhir ini tidak mungkin dapat

diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak

yang telah memberikan dukungan kepada penulis khususnya kepada :

1. Bapak Irwan S. Sembiring selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam

memberikan masukan sehingga, Tugas Akhir ini dapat selesai tepat

waktu.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johanes Tarigan selaku Ketua Departemen

Teknik Sipil yang selalu membantu kami mahasiswa dalam akhir masa

(4)

3. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, MT dan Bapak Yusandy Aswad, ST, MT

selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan waktu

dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Bapak dan Ibu dosen/staf pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan.

6. Khusus untuk kedua orang tua saya tercinta, Bapak S. Siregar dan

Ibunda M. Simatupang yang senantiasa memberikan kasih saying,

mendidik, membimbing, dan memberikan dukungan serta doa.

7. Teman-Teman stambuk 2007 khususnya lae boi, lae juntak, lae

jefferey, lae alfin, lae gultom, lae doan dan adik-adik stambuk 2010

khusunya siscus pinem, andre, arby, nagel, dice, agave, lamhot, fanny

serta abang-abang dan adik-adik stambuk yang tidak bisa saya

sebutkan namanya satu persatu.

8. KMK Fakultas St. Yosep Eng. dan KMK St. Albertus Magnus USU.

Saya menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini jauh dari sempurna

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman serta referensi yang saya miliki.

Penulis mengharapakan saran-saran dan kritik untuk perbaikan pada masa

mendatang.

Medan, Mei 2014

Hormat Saya,

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... . vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR PUSTAKA ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum ... 1

I.2 Latar Belakang ... 2

I.3 Perumusan Masalah ... 5

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

I.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

I.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas ... 8

II.2 Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas ... 9

II.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kecelakaan ... 19

II.3.1 Faktor Manusia ... 20

II.3.2 Fakor Kendaraan ... 22

II.3.3 Faktor Jalan ... 23

(6)

II.4.3 Estimasi biaya satuan korban dan biaya kecelakaan lalu

lintas ... 29

II.4.4 Besaran biaya korban kecelakaan lalu lintas ... 30

II.4.5 Besaran biaya kecelakaan lalu lintas ... 31

II.5 Daerah Rawan Kecelakaan ... 31

II.6 Jalan ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Umum ... 46

III.2 Lokasi Penelitian ... 46

III.3 Langkah Kerja Penelitian ... 47

III.4 Pengumpulan Data ... 49

III.5 Metode Analisa Data ... 50

III.6 Survey Lapangan ... 51

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS IV.1 Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas ... 53

IV.1.1 Berdasarkan Waktu ... 55

IV.1.2 Berdasarkan Kelas Korban ... 57

IV.1.3 Berdasarkan Tipe Tabrakan ... 59

IV.1.4 Berdasarkan Jenis Kendaraan ... 60

IV.1.5 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

IV.1.6 Berdasarkan Usia ... 64

IV.2 Analisa Lokasi Rawan Kecelakaan (Black Spot) ... 66

IV.2.1 Identifikasi Black Spot dengan Metode Frekuensi... 67

IV.2.2 Identifikasi Black Spot dengan Metode Tingkat Kecelakaan ... 71

IV.3 Biaya Kecelakaan... 75

IV.3.1Analisa Biaya Korban Kecelakaan Lalu Lintas ... 75

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan ... 78

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya ... 16

Tabel 2.2 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas BSKOj (T0) ... 28

Tabel 2.3 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan antar kota BSKEi (T0) ... 28

Tabel 2.4 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan kota BSKEi (T0) ... 29

Tabel 4.1 Data LHR Beban Ruas Jalan Perbaungan-Sei Rampah ... 53

Tabel 4.2 Jumlah kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2009-2011 ... 54

Tabel 4.3 Jumlah kecelakaan berdasarkan Waktu Kecelakaan tahun 2009-2011 ... 56

Tabel 4.4 Jumlah Kecelakan berdasarkan Kelas Korban tahun 2009-2011 ... 57

Tabel 4.5 Jumlah Kecelakan berdasarkan Tipe Tabrakan tahun 2009-2011 ... 59

Tabel 4.6 Jumlah Kecelakan berdasarkan Jenis Kendaraan tahun 2009-2011 ... 61

Tabel 4.7 Jumlah Kecelakan berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2009-2011 ... 63

Tabel 4.8 Jumlah Kecelakan berdasarkan Usia tahun 2009-2011 ... 64

Tabel 4.9 Data Kecelakaan per Km Tahun 2011 ... 68

Tabel 4.10 Hasil Identifikasi Black Spot Dengan Metode Frekuensi ... 70

Tabel 4`11 Analisa tingkat kecelakaan dengan Metode Tingkat Kecelakaan ... 71

Tabel 4.12 Identifikasi Black Spot Berdasarkan Tingkat Kecelakaan dan UCL ... 71

Tabel 4.13 Estimasi Biaya Satuan Korban Kecelakaan Kab. Serdang Bedagai ... 75

(9)

Tabel 4.15 Estimasi Biaya Satuan Kecelakaan Kabupaten Serdang

Bedagai ... 76

Tabel 4.16 Biaya Kecelakaan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta lokasi kabupaten Serdang Bedagai (Wikipedia) ... 4

Gambar 2.2 Matriks Frekuensi ... 38

Gambar 2.3 Contoh Metode Indeks Bahaya ... 41

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 49

Gambar 4.1 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2009-2011 ... 55

Gambar 4.2 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Waktu Kejadian tahun 2009-2011 ... 57

Gambar 4.3 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Kelas Korban tahun 2009-2011 ... 58

Gambar 4.4 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Tipe Tabrakan tahun 2009-2011 ... 60

Gambar 4.5 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Jenis Kendaraan tahun 2009-2011 ... 62

Gambar 4.6 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2009-2011 ... 63

Gambar 4.7 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Usia tahun 2009-2011 ... 65

Gambar 4.8 Peta jalan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai ... 72

Gambar 4.10 Peta jalan ruas Perbaungan-Sungai Buluh ... 73

Gambar 4.11 Kondisi eksisting jalan pada Stationing 34+00 s.d 35+00 .... 73

(11)

ABSTRAK

Profil keselamatan jalan suatu wilayah dapat digambarkan melalui jumlah kecelakaan yang ada di dalam wilayahnya. Untuk meninjau nilai keselamatan itu perlu dilakukan pemahaman terhadap karakteristik kecelakaan. Penelitian ini membahas kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai dengan tujuan penelitian untuk menentukan karakteristik kecelakaan, menentukan lokasi rawan kecelakaan (Black Spot) dan biaya kecelakaan yang ditimbulkan.

Dalam menganalisis tujuan, tahapan yang dilakukan yaitu melakukan analisa karakteristik kecelakaan dengan metode karakteristik, menentukan black spot dengan metode frekuensi dan tingkat kecelakaan yang dibandingkan dengan metode Upper Control Limit, serta biaya kecelakaan dengan metode human capital. Black spot merupakan daerah yang memiliki angka kecelakan, resiko kecelakaan dan potensi kecelakaan tertinggi. Tingkat kecelakaan merupakan angka kecelakaan lalu lintas yang dibandingkan dengan volume lalu lintas dan panjang ruas jalan. Data yang digunakan merupakan data kecelakaan yang diperoleh dari Polres Serdang Bedagai dan terjadi di Kabupten Serdang Bedagai pada tahun 2009 sampai 2011.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Umum

Dewasa ini masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dialami

oleh semua negara, baik negara yang telah maju maupun negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia. Permasalahan umumnya terjadi baik dalam bidang

transportasi perkotaan maupun antar kota. Hal inilah yang akan mempengaruhi

perkembangan suatu kota.

Perkembangan suatu kota selalu didukung oleh perkembangan sarananya.

Sebagai sarana, moda transportasi membutuhkan prasarana yang telah

direncanakan berdasarkan perencanaan geometrik maupun perencanaan

perkerasannya serta perlengkapan jalan yang bertujuan akan keselamatan

pengendara.

Sementara kegiatan lalu lintas berkembang, kemacetan dan kecelakaan

lalu lintas akan semakin meningkat. Kecelakaan yang terjadi akan sangat

mengancam keselamatan manusia baik itu pengendara maupun pejalan kaki

(Marwoto, dkk 2003).

Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu kejadian kecelakaan terjadi

akibat dari komulatif beberapa faktor penyebab kecelakaan. Penyebab tersebut

antara lain adalah manusia, sarana dan prasarana, kondisi alam dan lingkungan.

Berdasarkan hal di atas maka dapat dilakukan penelitian untuk mengetahui

(13)

Jalan sebagai prasarana yang direncanakan oleh pemerintah sudah

selayaknya direncanakan dengan unsur keselamatan. Namun jika angka

kecelakaan pada suatu ruas atau titik jalan sangat tinggi perlu dilakukan

penanganan. Karakteristik jalan merupakan hal pertama yang akan ditinjau dan

akan dilanjutkan dengan audit keselamatan jalan dengan manfaat mengurangi

kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam suatu ruas jalan, mengurangi parahnya

korban kecelakaan, menghemat pengeluaran korban kecelakaan lalu-lintas,

meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan lokasi kecelakaan melalui

pengefektifan desain jalan.

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian di jalan yang tidak

diduga atau tidak berunsur kesengajaan melibatkan kendaraan atau dengan tanpa

pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta

benda. Kecelakaan yang terjadi akibat pengguna jalan bukan hanya karena sifat

pengendara saja atau kelalaian pemakai jalan itu tetapi kesalahan pada

pengendara bisa terjadi akibat keadaan atau situasi jalan yang kurang baik (UU

no.22 Tahun 2009).

Pada penelitian ini kecelakaan yang akan ditinjau berlokasi di Kabupaten

Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jalan luar kota atau jalan

nasional (Gambar II.1) yang sebagian besar terdiri dari 2 (dua) jalur dan 2 (dua)

lajur. Jalan ini merupakan jalan yang menghubungkan antar ibukota provinsi yang

termasuk dalam jalan arteri primer (Ditjen. Bina Marga). Karena itu, kegiatan

(14)

mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Peneliti akan

membandingkan volume lalu lintas dengan kecelakaan yang terjadi.

Kecelakaan yang terjadi bisa diakibatkan oleh manusia yang terdiri dari

pengendara kendaraan bermotor maupun pejalan kaki, kendaraan yang digunakan

oleh pengendara, dan kondisi lingkungan dan jalan yang ada pada lokasi kejadian

kecelakaan.

Keadaan inilah yang membuat penulis memilih jalan nasional Serdang

Bedagai sebagai objek penelitian dengan judul “STUDI KARAKTERISTIK

(15)
(16)

I.3 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini akan dibahas karakteristik kecelakaan di jalan

nasional Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari waktu kejadian, tingkat

kecelakaan, tipe tabrakan, penyebab kecelakaan, jenis korban, keterlibatan

pengguna jalan, lokasi kejadian, kejadian kecelakaan, dan biaya kecelakaan serta

penentuan titik rawan kecelakaan dan penanganannya.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

a. Mengetahui karakteristik kecelakaan dan tingkat kecelakaan yang terjadi pada

jalan nasional Kabupaten Serdang Bedagai.

b. Mengetahui Black Spot sepanjang jalan nasional Serdang Bedagai.

c. Mengetahui biaya atau kerugian akibat kecelakaan dan penanganannya.

Adapun manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk menginformasikan

kepada masyarakat tingkat kecelakan dan instasi terkait sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan analisa perbaikan jalan dalam penghematan biaya

yang digunakan antara biaya kecelakaan lalu lintas dan biaya perbaikan jalan di

Kabupaten Serdang Bedagai.

I.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan masalah sebagai

(17)

a. Masalah kecelakaan yang dibahas adalah kecelakaan yang terjadi di Jalan

Nasional Kabupaten Serdang Bedagai dengan 5 titik kecelakaan tertinggi

sesuai dengan data kecelakaan.

b. Data yang digunakan untuk angka kecelakaan adalah data dari Polres Serdang

Bedagai selama 3 tahun.

c. Tingkat kecelakaan, Jenis kecelakaan, Penyebab kecelakaan, Keterlibatan

pengguna jalan, Lokasi kejadian, Waktu kejadian, Kejadian kecelakaan, Nilai

kecelakaan, Biaya kecelakaan, Daerah rawan kecelakaan.

I.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

a. BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi

tinjauan umum, latar belakang, identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

penelitian, keaslian penelitian, ruang lingkup penelitian, teknik pengumpulan data,

metodologi dan sistematika penulisan.

b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi yang relevan dengan

pembahasan ini.

c. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini.

d. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

(18)

e. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran tindakan lanjut yang didapat dari hasil

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian kecelakaan Lalu Lintas

Pengertian kecelakaan di dalam Pedoman penanganan lokasi rawan

kecelakaan lalu lintas (2004) adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai

jalan lainnya yang mengkibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

Kecelakaan dapat juga difenisikan sesuai dengan Undang-Undang

Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

yaitu suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan

Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban

manusia dan/atau kerugian harta benda.

Di dalam undang-undang ini kecelakaan digolongkan menjadi 3 yaitu:

1. Kecelakaan lalu lintas ringan yang merupakan kecelakaan yang

mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

2. Kecelakaan lalu lintas sedang yang merupakan kecelakaan yang

mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3. Kecelakaan lalu lintas berat yang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan

korban meninggal dunia atau luka berat.

(20)

II.2 Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Ada beberapa kategori karakteristik kecelakaan lalu lintas secara umum

yaitu jenis tabrakan, jenis korban, waktu kecelakaan termasuk jam dan hari

kejadian, keadaan cuaca dan jalan, kondisi kendaraan dan pengendara saat

kecelakaan.

Karakteristik kecelakaan yang dipedomani oleh Pedoman Penanganan

Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas yang diterbitkan oleh Dep. Permukiman

dan Prasarana Wilayah (Pd T-09-2004-B) menitikberatkan kepada kajian antara

tipe kecelakaan yang dikelompokkan atas tipe kecelakaan dominan.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan “5W + 1H” , yaitu Why

(penyebab kecelakaan), What (tipe kecelakaan), Where (lokasi kecelakaan), Who

(pengguna jalan yang terlibat), When (waktu kejadian) dan How (tipe pergerakan kendaraan).

1. Why : Faktor penyebab kecelakaan (modus operandi)

Analisis ini dimaksudkan untuk menemukenali faktor-faktor dominan

penyebab suatu kecelakaan, antara lain :

a. terbatasnya jarak pandang pengemudi,

b. pelanggaran terhadap rambu lalu lintas,

c. kecepatan tinggi seperti melebihi batas kecepatan yang diperkenankan,

d. kurang antisipasi terhadap kondisi lalu lintas seperti mendahului tidak

aman,

e. kurang konsentrasi,

f. parkir ditempat yang salah,

(21)

h. tidak memberi tanda kepada kendaraan lain,dsb.

2. What : Tipe tabrakan

Analisis tipe tabrakan bertujuan untuk menemukenali tipe tabrakan yang

dominan disuatu lokasi kecelakaan, antara lain :

a. menabrak orang (pejalan kaki),

b. tabrak depan-depan,

c. tabrak depan-belakang,

d. tabrak depan-samping,

e. tabrak samping-samping,

f. tabrak belakang-belakang,

g. tabrak benda tetap di badan jalan,

h. kecelakaan sendiri/lepas kendali.

3. Who : Keterlibatan pengguna jalan

Keterlibatan pengguna jalan di dalam kecelakaan dikelompokkan sesuai

dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan, antara lain :

a. pejalan kaki,

b. mobil penumpang umum,

c. mobil angkutan barang,

d. bus,

e. sepeda motor,

f. kendaraan tak bermotor (sepeda, becak, kereta dorong, dsb)

4. Where : Lokasi kejadian

(22)

b. lingkungan perkantoran atau sekolah,

c. lingkungan tempat pembelanjaan,

d. lingkungan pedesaan,

e. lingkungan pengembangan, dsb.

5. When : Waktu kejadian kecelakaan

Waktu kejadian kecelakaan dapat ditinjau dari kondisi penerangan di

lokasi kejadian atau jam kejadian kecelakaan.

a. ditinjau dari kondisi penerangan, waktu kejadian dibagi atas:

1). malam gelap / tidak ada penerangan,

2). malam ada penerangan,

3). siang terang,

4). siang gelap (hujan, berkabut, asap),

5). subuh atau senja.

b. ditinjau dari jam kejadian mengacu kepada periode waktu yang terdapat

pada formulir kecelakaan.

6. How : Kejadian kecelakaan

Suatu kecelakaan lalu lintas terjadi pada dasarnya didahului oleh suatu

manuver pergerakaan tertentu. Tipikal manuver pergerakan kendaraan antara lain:

a. gerak lurus,

b. memotong atau menyiap kendaraan lain,

c. berbelok (kiri atau kanan),

d. berputar arah,

e. berhenti (mendadak, menaik-turunkan penumpang),

(23)

g. bergerak terlalu lambat, dsb.

Klasifikasi kecelakaan yang dipakai PT. Jasa Marga (Persero) dalam

(Maya, 2011) meliputi :

1. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka

kecelakaan dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu :

1) kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.

2) kecelakaan ringan : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka ringan.

3) kecelakaan berat : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka berat.

4) kecelakaan fatal : kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia.

2. Berdasarkan kelas korban kecelakaan, maka korban kecelakaan

diklasifikasikan menjadi :

a) korban luka ringan

Adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban mengalami luka–luka yang

tidak membahayakan jiwa dan tidak memerlukan pertolongan lebih lanjut

dari rumah sakit.

b) korban luka berat

Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban mengalami luka-

luka yang dapat membahayakan jiwa dan memerlukan

pertolongan/perawatan lebih lanjut di rumah sakit.

c) korban meninggal dunia

Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa/meninggal

(24)

3. Berdasarkan faktor penyebab kecelakaan, kecelakaan disebabkan beberapa

faktor yaitu faktor pengemudi, faktor kendaraan, faktor jalan dan faktor

lingkungan.

4. Berdasarkan waktu kecelakaan, jenis kecelakaan ini ditetapkan menurut satu

periode waktu tertentu.

5. Berdasarkan lokasi terjadinya kecelakaan

a) Lokasi jalan lurus 1 lajur, 2 lajur maupun 1 lajur searah atau berlawanan

arah

b) Tikungan jalan

c) Persimpangan jalan.

6. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang

diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan

IIb dengan jenis-jenis kendaraan seperti sedan, jeep, pick up, mini bus, bus

sedang, bus besar 2 as, bus besar > 3 as, truk kecil, truk besar 2 as, truk besar >

3 as, truk trailer dan truk gandeng.

7. Berdasarkan cuaca saat kejadian kecelakaan, menurut cuaca diklasifikasikan

atas cerah, mendung, berkabut, berdebu, berasap, gerimis, dan hujan lebat.

8. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa

tabrakan, yaitu depan-depan, depan-belakang, tabrakan sudut, tabrakan sisi,

lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan

tabrakan tunggal. Dimana PT Jasa Marga mengelompokkan jenis tabrakan

(25)

a) Tabrakan depan – depan

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian

depan kendaraan yang satu dengan bagian depan kendaraan lainnya.

b) Tabrakan depan – samping

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian depan kendaran yang satu menabrak bagian samping kendaraan

lainnya.

c) Tabrakan depan – belakang

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan di

depannya

dan kendaraan tersebut berada pada arah yang sama.

d) Tabrakan samping – samping

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.

e) Menabrak penyeberang jalan

Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan pejalan kaki

yang sedang menyeberang jalan.

f) Tabrakan sendiri

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami

(26)

g) Tabrakan beruntun

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak

mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua

kendaraan secara beruntun.

h) Menabrak obyek tetap

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak

(27)

Tabel 2.1 Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya.

Gambar / Lambang Klasifikasi Keterangan / Keterangan

Tabrak Depan

•Terjadi pada jalan lurus yang berlawanan arah.

•Terjadi pada satu ruas jalan searah

•Pengereman mendadak

•Jarak kendaraan yang tidak terkontrol

•Terjadi pada jalan lurus dan searah

•Pelaku menyiap kendaraan

•Terjadi pada jalan lurus lebih dari 1 lajur dan pada persimpangan jalan

•Kendaraan yang mau menyiap

•Tidak tersedia pengaturan lampu lalu lintas atau rambu-rambu pada persimpangan jalan

•Mengemudikan kendaraan

dengan kecepatan tinggi

•Terjadi pada saat pengemudi kehilangan konsentrasi

•Kendaraan mengalami hilang kendali

(28)

Kecelakaan yang lazim menurut Khisty C. Jotin terdiri dari beberapa

kategori karakteristik yaitu :

1. Berdasarkan jenis kecelakaan

a. Belok kiri, adu muka

b. Tegak lurus

c. Belakang

d. Samping

e. Berkaitan-pedestrian

f. Keluar dari badan jalan

g. Benda-benda diam

h. Adu-muka

i. Kendaraan parkir.

2. Berdasarkan jenis korban

a. Fatal

b. Luka-luka

• Cacat

• Bukan cacat

• Kemungkinan luka

c. Kerusakan harta benda.

3. Berdasarkan keadaan pengemudi

a. Mengemudi dalam keadaan pengaruh alkohol atau obat

b. Pengemudi serampangan atau tidak hati-hati

c. Sakit atau lelah

(29)

e. Pandangan terhalang

f. Perlengkapan yang rusak

g. Kehilangan kendali akibat beban yang bergeser, angin, atau vakum.

4. Berdasarkan keadaan

a. Cuaca (cerah, berawan, hujan, angin, atau vakum)

b. Cahaya sekitar (terang, gelap, fajar, senja, lampu jalan)

c. Permukaan jalan (kering, basah, bersalju, es).

5. Berdasarkan hari (waktu)

a. 00.00-1.00 pagi

b. 1.00-2.00 pagi

c. 2.00-3.00 pagi, sampai

d. 23.00-24.00 malam.

Dalam penelitian ini akan dibahas klasifikasi karakteristik kecelakaan

berdasarkan klasifikasi yang dipaparkan diatas, yaitu :

1. Berdasarkan waktu kecelakaan, untuk waktu kecelakaan diklasifikasikan

menurut hari dan jam terjadinya kecelakaan.

2. Berdasarkan tipe tabrakan yang terjadi, diklasifikasikan atas tabrak lari, tabrak

massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan tabrakan tunggal, lepas kontrol.

3. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang

diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan

IIb dengan jenis-jenis kendaraan seperti : sepeda motor, mobil penumpang,

(30)

4. Berdasarkan kelas korban kecelakaan, maka korban kecelakaan

diklasifikasikan menjadi korban luka ringan, korban luka berat, dan korban

meninggal dunia.

5. Berdasarkan jenis kelamin, diklasifikasikan menjadi laki-laki dan perempuan.

6. Berdasarkan usia, dikalasifikasikan menjadi usia dibawah 15 tahun sampai

diatas usia 45 tahun.

7. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka

kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu kecelakaan sangat ringan

(kendaraan), kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan fatal.

II.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kecelakaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu kejadian kecelakan terjadi

akibat dari kumulatif beberapa faktor penyebab kecelakaan. Penyebab tersebut

antara lain adalah manusia, sarana dan prasarana, alam dan lingkungan.

Kecelakaan dapat timbul jika salah satu dari unsur tersebut tidak berperan

sebagaimana mestinya.

Kecelakaan dapat disebabkan oleh faktor pemakai jalan (pengemudi dan

pejalan kaki), faktor kendaraan dan faktor lingkungan (Pignataro, 1973).

Pignataro juga menyatakan bahwa kecelakaan diakibatkan oleh kombinasi dari

beberapa faktor perilaku buruk dari pengemudi ataupun pejalan kaki, jalan,

kendaraan, pengemudi ataupun pejalan kaki, cuaca buruk ataupun pandangan

yang buruk.

Lalu lintas ditimbulkan oleh adanya pergerakan dari alat-alat angkutan

(31)

penyebab terjadinya kecelakaan identik dengan unsur-unsur pembentuk lalu lintas

yaitu pemakai jalan, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Kecelakaan dapat timbul

jika salah satu dari unsur tersebut tidak berperan sebagaimana mestinya. Masalah

kecelakaan di jalan tidak terlepas dari unsur pokok pembentuk lalu lintas yaitu

manusia sebagai pengemudi, jalan beserta lingkungannya, dan unsur kendaraan.

Ketiga unsur tersebut dalam sistem lalu lintas yang ada harus tumbuh dan

berkembang secara seimbang karena apabila salah satu unsur ketinggalan dalam

perkembangannya maka akan terjadi kesenjangan yang menjurus kepada

terjadinya ketidakseimbangan yang pada akhirnya menjadi penyebab timbulnya

kecelakaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian kecelakaan terjadi

akibat dari salah satu faktor atau kombinasi dua faktor penyebab kecelakaan atau

lebih. Austroad (2002) dan Warpani (1999) dalam Amelia (2009), menyatakan

bahwa secara umum faktor-faktor utama yang memberikan kontribusi terhadap

kecelakaan lalu lintas antara lain faktor manusia yang mencakup pengemudi dan

pejalan kaki (pengguna jalan), faktor prasarana yang mencakup jalan dan

lingkungan jalan dan faktor sarana atau kendaraan. Dari uraian di atas, faktor

penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor yang terdiri dari

faktor manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan.

II.3.1 Faktor Manusia

Dalam analisis data statistik dari beberapa penelitian yang sudah

dilakukan, penyebab kecelakaan lalu lintas yang terbesar adalah faktor

(32)

pengemudi harus menghadapi kendaraan dengan berbagai peralatannya dan

menerima pengaruh atau rangsangan dari keadaan sekelilingnya. Kelancaran dan

keselamatan dalam berkendara tergantung pada kesiapan dan keterampilan

pengemudi dalam menjalankan kendaraannya. Faktor manusia sebagai pengemudi

kendaraan sangat berperan penting dalam menjalankan kendaraan, dengan

mempercepat, memperlambat, dan menghentikan kendaraaan. Hal ini merupakan

penyebab utama timbulnya kecelakaan lalu lintas. Beberapa faktor pengemudi

yang cenderung menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas antara

lain adalah :

a. Karakteristik fisik pengemudi

Menurut Oglesby dan Hicks (1988) laporan kecelakaan menunjukkan bahwa

pengendara yang tidak baik sering kali disertai pelanggaran hokum dan terletak di

dalam rantai kejadian yang mengakibatkan 73% dari kecelakaan fatal dan 83%

dari seluruh kecelakaan jalan raya.. Berdasarkan pengalaman kecelakaan korban

jiwa per pengemudi yang memiliki SIM (Terdapat 140 juta pengemudi yang

memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) di Amerika Serikat), 10% di atas umur 65

tahun hanya memiliki 65% tingkat keterlibatan dari seluruh pengemudi, sementara

tingkat keterlibatan dari 10% di bawah umur 20 tahun dan 12% dalam kelompok

umur 20 sampai 24 tahun berturut-turut adalah 180% dan 170% dari rata-rata.

Dilaporkan juga bahwa orang-orang tua hanya mengemudi kira-kira kurang dari

50%, sehingga tingkat mil-kendaraan yang terjadi adalah 1,3 kali dari rata-rata

keseluruhan. Mereka nampaknya lebih hati-hati dan membuat lebih sedikit

keputusan yang salah dalam kesadarannya akan batas keselamatan. Lebih banyak

(33)

yang berusia 24 tahun atau yang lebih muda dari pada meniadakan kelompok

berusia diatas 65 tahun. Untuk orang yang menderita epilepsy, sakit jantung, dan

gangguan kejiwaan memiliki tingkat kecelakaan sekitar dua kali lipat

dibandingkan masyarakat umum.

Diketahui juga bahwa 90% dari seluruh pengemudi dan 100% dari yang

tercatat melanggar lalu lintas menilai diri mereka sendiri sebagai yang memiliki

keterampilan mengemudi dan kepatuhan akan lalu lintas diatas rata-rata. Terdapat

bukti yang cukup kuat bahwa pengendaraan yang aman, tertib, dan sopan adalah

berhubungan erat dengan timbulnya emosi dan sikap terhadap pengambilan

resiko. Orang yang sering mengalami kecelakaan lebih agresif dan tidak toleran

terhadap pengendara lain. Kelelahan dan perasaan ngantuk juga mengurangi

kemampuan seorang pengemudi mengendarai kendaraan secara aman. Serta

pengemudi yang peminum dan pejalan kaki yang terlibat dalam alkohol juga

mengakibatkan masalah kecelakaan jalan raya yang paling serius. Pengemudi

yang mengkonsumsi alkohol lebih sedikit memakai sabuk pengaman

dibandingkan dengan pengemudi bukan peminum.

II.3.2 Faktor Kendaraan

Banyak jenis kendaraan yang terlibat langsung dalam lalu lintas jalan raya.

Dari jenis kendaraan yang ada, maka beragam pula tingkat resiko yang terjadi jika

kendaraan tersebut mengalami kecelakaan. Resiko kecelakaan yang terjadi pada

mobil pasti akan berbeda dengan sepeda motor. Semua itu bergantung pada aspek

(34)

yang ada menyatakan bahwa keterlibatan dalam kecelakan fatal sekitar 11% yang

terjadi di jalan raya, 5% diantaranya disebabkan oleh kondisi kerusakan ban.

Selain itu, tingkat resiko terjadinya bahaya kecelakaan akibat

ketidaklayakan kendaraan cukup tinggi. Sehingga diperlukan ketegasan dari

aparat penegak hukum untuk menindak pelanggaran akan hal tersebut. Kendaraan

dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan

sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknisnya yang tidak laik jalan

ataupun penggunaan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Yang dimaksud dengan

kondisi teknis yang tidak laik jalan misalnya seperti rem blong, mesin yang

tiba-tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu mati, dll.

Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan misalnya

kendaraan yang dimuati secara berlebihan.

II.3.3 Faktor Jalan

Faktor jalan merupakan satu komponen dari sistem transportasi darat yang

merupakan tempat kegiatan transportasi berlangsung. Kondisi jalan dapat menjadi

faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi jalan yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu

lintas adalah :

a. Faktor kondisi permukaan jalan.

Faktor kondisi permukaan jalan yang dapat menjadi faktor penyebab

kecelakaan antara lain untuk hal-hal sebagai berikut :

• Kerusakan pada permukaan jalan, misalnya terdapat lubang yang tidak dikenali

(35)

• Konstruksi jalan yang tidak sempurna, misalnya posisi permukaan bahu jalan

terlalu rendah dibandingkan dengan permukaan perkerasan jalan.

Kondisi permukaan perkerasan jalan dalam hal hubungan dengan

permasalahan keselamatan dan kenyamanan sangat erat kaitannya dengan aspek

kelicinan dan kecepatan. Dengan kata lain, kondisi yang demikian dari permukaan

jalan dapat menambah tingkat resiko kecelakaan lalu lintas. Kelicinan dapat

terjadi karena berkurangnya koefisien gesekan yang bisa ditimbulkan terutama

oleh cuaca serta kotoran lumpur dan tumpahan minyak.

b. Faktor geometrik jalan.

Faktor geometrik yang dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan yaitu :

• Geometrik jalan yang kurang sempurna, misalnya derajat kemiringan yang

terlalu kecil atau terlalu besar pada tikungan, terlalu sempitnya pandangan

bebas bagi pengemudi, dan lain sebagainya.

Kondisi geometrik jalan merupakan ukuran dari suatu jalan beserta

bagian-bagiannya yang disesuaikan dengan sifat-sifat lalu lintas. Pendekatan hubungan

geometrik jalan dengan bagian-bagiannya terhadap masalah kecepatan dan

keamanan meliputi lebar jalur, lebar bahu, alinyemen horisontal, alinyemen

vertikal, dan jarak pandang.

Peranan dan fungsi jalan sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi tata

guna lahan sisi jalan. Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas

dan kualitas kecelakaan lalu lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan

jalan harus disesuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalan.

(36)

dioperasikan secara terencana dan menggunakan pemenuhan kebutuhan informasi

pemakai jalan dalam rangka mengantisipasi dan pengambilan keputusan.

II.3.4 Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan.

Pengaruh lingkungan terhadap pengemudi pada jalan dengan kecepatan rencana

jalan yang cepat akan terasa pada kecepatan kendaraan yang lewat di sepanjang

jalan tersebut. Pertimbangan cuaca yang tidak menguntungkan serta kondisi jalan dapat mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, akan tetapi pengaruhnya belum dapat ditentukan. Lingkungan jalan menuntut perhatian pengemudi. Tuntutan ini bervariasi tergantung dari tempat dan waktu, karena lingkungan jalan akan

berubah terhadap waktu dan tempat. Untuk memelihara kesiagaan secara tetap

selama mengemudi hampir jarang terjadi, adakalanya pada saat tertentu berada

pada tahap kesiagaan yang tinggi, tetapi untuk waktu yang lain relatif dalam

periode yang rendah (lebih santai). Kondisi ideal adalah ketika pengemudi dapat

menjamin keselarasan antara tahap kesiagaan dengan tuntutan yang ditimbulkan

oleh jalan.

Kendaraan yang tidak berhenti pada tempat yang sudah disediakan dapat

menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Benda-benda asing juga dapat menyebabkan

kecelakaan lalu lintas, misalnya: paku, batu, dan lain-lain.

Asap tebal yang terdapat di jalan, baik asap kendaraan maupun asap

lingkungan (pembakaran sampah/rumput di pinggir jalan), juga sangat

berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Asap tebal dapat

(37)

kendaraan lain yang berada di depannya. Bagaimanapun pengemudi dan pejalan

kaki merupakan faktor terbesar dalam kecelakaan lalu lintas para perancang jalan

bertanggung jawab untuk memasukkan sebanyak mungkin bentuk–bentuk

keselamatan dalam rancangannya agar dapat memperkecil jumlah kecelakaan,

sehubungan dengan kekurangan geometrik. Faktor lingkungan dapat berupa

pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi lingkungan jalan,

penyeberang jalan, lampu penerangan jalan.

II.4 Biaya Kecelakaan

Ditinjau dari aspek ekonomi, kecelakaan merupakan kerugian, baik berupa

kerusakan benda, hilangnya produktivitas sumber daya manusia (kehilangan

penghasilan), maupun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk rumah sakit,

administrasi dan sebagainya.

Kecelakaan dapat terjadi di setiap ruas jalan, dan hal tersebut tidak

mungkin dihilangkan sama sekali. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah

mengurangi jumlah kecelakaan dan mengurangi jumlah korban. Untuk mencapai

tujuan tersebut diperlukan program-program yang berorientasi pada keselamatan

lalu lintas, misalnya perbaikan prasarana jalan, peningkatan kualitas mengemudi,

dan sebagainya.

Menghitung biaya kecelakaan dengan tepat dapat membantu Pemerintah

dan masyarakat untuk lebih meyadari skala sebenarnya dari kecelakaan lalu lintas.

(38)

Manfaat utama dari menghitung biaya kecelakaan lalu lintas antara lain :

1. Angka kecelakaan hanya menunjukkan sebagian kecil dari masalah

sesungguhnya. Prakiraan biaya mencakup seluruh akibat negatif dari kecelakaan

untuk dinilai dan dihargai, serta untuk dibandingkan dengan masalah nasional

lainnya.

2. Penilaian faktor keselamatan pada rencana pengembangan jalan menjamin

keselamatan benar-benar dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan,

sehingga rencana yang paling aman yang dipakai.

Tanpa informasi tentang biaya kecelakaan, rencana pengembangan jalan

misalnya hanya akan mengutamakan kemampuan jalan untuk kendaraan dengan

kecepatan setinggi-tingginya, sedangkan kapasitas kendaraan dan keselamatan

pengguna jalan akan terabaikan. Analisis biaya kecelakaan pada rencana

pengembangan keselamatan jalan memungkinkan pengeluaran dana pada

keselamatan jalan dioptimalkan, sehingga akan diutamakan tingkat kenyamanan

dan

keselamatan pengguna jalan yang lebih baik.

Perhitungan biaya satuan kecelakaan penelitian ini mengacu pada

Pedoman Perhitungan Besaran Biaya Kecelakaan Lalu Lintas (Pd. T-02-2005-B)

yaitu Human Capital.

II.4.1 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas (BSKOj)

Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas (BSKOj) adalah biaya yang

diperlukan untuk perawatan korban kecelakaan lalu lintas untuk setiap kategori

(39)

Besar biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003, BSKOj (T0),

dapat diambil dari Tabel 2.2

Tabel 2.2 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas BSKOj (T0)

No Kategori Korban Biaya Satuan Korban (Rp/korban)

1 Korban Mati 119.016.000

2 Korban Luka berat 5.826.000

3 Korban Luka Ringan 1.045.000

II.4.2 Biaya satuan kecelakaan lalu lintas (BSKEi)

Biaya satuan kecelakaan lalu lintas (BSKEi) adalah biaya kecelakaan lalu

lintas yang diakibatkan oleh suatu kejadian kecelakaan lalu lintas untuk setiap

kelas kecelakaan lalu lintas. Biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada tahun dasar

2003 BSKEi (T0) untuk jalan antar kota dapat diambil dari Tabel 2.3, sedangkan

BSKEi (T0) untuk jalan kota dapat diambil dari Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan antar kota BSKEi

(T0)

No Klasifikasi Kecelakaan Biaya Satuan Korban (Rp/kecelakaan)

1 Fatal 224.541.000

2 Berat 22.221.000

3 Ringan 9.847.000

(40)

Tabel 2.4 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan kota BSKEi (T0)

No Klasifikasi Kecelakaan Biaya Satuan Korban (Rp/kecelakaan)

1 Fatal 131.205.000

2 Berat 18.997.000

3 Ringan 12.632.000

4 Kerugian Harta Benda 15.725.000

II.4.3 Estimasi biaya satuan korban dan biaya kecelakaan lalu lintas

Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas untuk tahun tertentu (Tn) dapat

dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

BSKOj(Tn) = BSKOj(T0) x (1+ g)t ... persamaan 2.1

dengan pengertian :

BSKOj(Tn) = biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada Tahun n untuk

setiap kategori korban, dalam rupiah/korban

BSKOj(T0) = biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada Tahun 2003 untuk

setiap kategori korban, dalam rupiah/korban, lihat Tabel 2.2

g = tingkat inflasi biaya satuan korban kecelakaan, dalam %

(nilai default g = 11%)

Tn = tahun perhitungan biaya korban

T0 = tahun dasar perhitungan biaya korban (Tahun 2003)

t = selisih tahun perhitungan (Tn – T0)

(41)

Biaya korban Satuan Kecelakaan Lalu Lintas untuk tahun tertentu (Tn)

dapat dihitung menggunkan persamaan berikut :

BSKEi(Tn) = BSKE (T0) x (1 + g)t….. persamaan 2.2

dengan pengertian :

BSKOj(Tn) = biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada Tahun n untuk setiap kelas

kecelakaan, dalam rupiah/korban

BSKOj(T0) = biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada Tahun 2003 untuk setiap

kelas kecelakaan, dalam rupiah/kecelakaan, lihat Tabel 2.3 atau Tabel 2.4

g = tingkat inflasi biaya satuan kecelakaan, dalam % (nilai default g = 11%)

Tn = tahun perhitungan biaya kecelakaan

T0 = tahun dasar perhitungan biaya kecelakaan (Tahun 2003)

t = selisih tahun perhitungan (Tn – T0)

j = kelas kecelakaan

II.4.4 Besaran Biaya korban kecelakaan lalu lintas (BBKO)

Besaran biaya korban kecelakaan lalu lintas dihitung pada tahun n dengan

menggunakan persamaan sebagi berikut :

BBKO (Tn) = ∑�=�( ��������(Tn) ) ….. persamaan 2.3

dengan pengertian :

BBKO = besaran biaya korban kecelakaan lalu lintas disuatu ruas jalan atau

persimpangan atau wilayah, dalam rupiah/tahun

(42)

BSKOj (Tn) = biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada tahun n untuk

setiap kategori korban, dalam rupiah/korban

j = kategori korban.

II.4.5 Besaran Biaya kecelakaan lalu lintas (BBKE)

Besaran biaya kecelakaan lalu lintas dihitung pada tahun n dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

BBKE (Tn) = ∑�=( ��������(Tn) ) ….. persamaan 2.4

dengan pengertian :

BBKE = besaran biaya kecelakaan lalu lintas pada tahun n disuatu ruasjalan

atau persimpangan atau wilayah, dalam rupiah/tahun

JKOj = Jumlah kecelakaan lalu lintas untuk setiap kelas kecelakaan dalam

kecelakaan/tahun

BSKOj (Tn) = biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada tahun n untuk setiap kelas

kecelakaan, dalam rupiah/kecelakaan

j = kelas kecelakaan lalu lintas

II.5 Daerah Rawan Kecelakaan

Menurut (Latief, 1995) dalam Amelia (2011) bahwa daerah rawan

kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tertinggi, resiko

kecelakaan tertinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

(43)

Kriteria umum yang dapat digunakan untuk menentukan blackspot dan

blacklink menurut Dirjen Perhubungan Darat dalam (Amelia, 2011) adalah : a. Blackspot. Lokasi pada jaringan jalan (sebuah persimpangan atau lebih spesifik seperti jembatan, atau panjang jalan yang pendek, biasanya tidak lebih dari 0,3

km), dimana jumlah frekuensi kecelakaan atau jumlah kecelakaan lalu lintas

dengan korban mati atau kriteria kecelakaan lainnya, pertahun lebih besar

daripada jumlah minimal yang ditentukan.

b. Blacklink. Panjang jalan (lebih dari 0,3 km tapi biasanya terbatas dalam satu bagian rute dengan karakteristik serupa yang panjangnya tidak lebih dari 20 km)

yang mengalami tingkat kecelakaan atau kematian atau kecelakaan dengan kriteria

lain yang lebih besar dari jumlah yang sudah ditentukan.

Menurut Khisty dan Lall (1989) ada 7 metode dalam mengidentifikasi

lokasi rawan kecelakaan yaitu :

1. Metode Frekuensi

2. Metode Tingkat Kecelakaan

3. Metode Laju Frekuensi

4. Metode Kendali Mutu Tingkat

5. Metode Keparahan Kecelakaan

6. Metode Indeks Bahaya

7. Inventori fitur Jalan Berbahaya

1. Metode frekuensi

(44)

pemilihan tempat, seperti 10 atau lebih kejadian per tahun (yang meliputi semua

jenis kecelakaan). Jalan raya yang panjangnya 2500 mil (sekitar 4000 km) atau

kurang umumnya dapat menggunakan metode ini.

Dalam metode ini, daerah rawan kecelakaan ditentukan dengan suatu

angka, dimana angka tersebut dianggap mewakili sebuah nilai kritis. Seluruh

kecelakaan yang terjadi dianggap merupakan suatu hal yang sangat serius dan

harus diperhatikan, tanpa melihat jumlah dan kondisi korban. Metode ini dapat

dihitung berdasarkan jumlah kecelakaan atau tingkat kecelakaan. Dalam

perhitungan berdasarkan jumlah kecelakaan hanya mencari segmen yang memiliki

jumlah kecelakaan lebih besar dari nilai kritis. Untuk perhitungan berdasarkan

tingkat kecelakaan, suatu segmen dinyatakan black spot jika tingkat kecelakaan di segmen tersebut lebih tinggi dari indeks tingkat kecelakaan.

2. Metode tingkat kecelakaan

Menggabungkan frekuensi kecelakaan dengan keberadaan kendaraan

(yakni, volume lalu lintas) dan dinyatakan sebagai “kecelakaan per juta kendaraan

untuk persimpangan” atau “kecelakaan per juta kendaraan – mil perjalanan” untuk

bagian jalan raya. Tempatnya kemudian diperingkat dalam urutan tingkat

kecelakaan yang menurun. Sistem jalan raya yang panjangnya 10.000 mil atau

kurang dapat menggunakan metode ini. Untuk tempat-tempat titik :

Rsp = �(1.000.000)

365(��) ... persamaan 2.5

untuk bagian-bagian jalan :

Rse = �(1.000.000)

365(���) ... persamaan 2.6

(45)

Rsp = tingkat kecelakaan disatu titik (kecelakaan/juta kendaraan)

Rse = tingkat kecelakaan di bagian jalan (kecelakaan/juta kendaraan-mil)

A = jumlah kecelakaan untuk periode kajian

T = AADT selama periode kajian

V = volume lalu lintas

L = panjang bagian jalan (km).

Angka kecelakaan ditentukan dengan rumus :

� = � × 108

�� ... persamaan 2.7

dengan :

R = Jumlah kecelakaan per 100 juta km kendaraan

A = Jumlah kecelakaan selama periode yang dianalisa

V = Jumlah kendaraan per ruas dalam satu tahun (kendaraan)

L = Panjang ruas jalan (km)

Angka kecelakaan digunakan untuk mengukur tingkat kecelakaan pada

satu satuan ruas jalan. Tingkat kecelakaan yang paling umum dinyatakan dengan

jumlah kecelakaan lalu lintas di suatu lokasi atau ruas jalan per jumlah total

panjang perjalanan yang dilakukan oleh semua kendaraan yang menggunakan ruas

jalan tersebut dalam 1 tahun, dikenal dengan istilah jumlah kecelakaan per 100

juta kendaraan-km panjang perjalanan (100JKKP) dalam 1 tahun. Pemeringkatan

dilakukan dengan menggunakan statistik kendali mutu sebagai pembanding

(46)

a. Untuk mengetahui tingkat kecelakaan (accident rute) suatu ruas jalan adalah jumlah kecelakaan setiap 100 juta km per perjalanan, dinyatakan dalam

persamaan :

RSEC = 100.000.000 x A 365 x T x V x L

... persamaan 2.8

Keterangan :

RSEC : tingkat kecelakaan sepanjang jalan yang diamati

A : jumlah kecelakaan yang terliput

V : LHR

L : panjang jalan

T : waktu analisa

b. Untuk perhitungan tingkat kecelakaan pada titik tertentu menggunakan:

RSP = 1.000.000 x A 365 x T x V

... persamaan 2.9

Keterangan :

RSP : tingkat kecelakaan suatu titik tertentu

V : LHR

A : jumlah kecelakaan terdata

(47)

c. Untuk menghitung tingkat kecelakaan berdasarkan jumlah total pengemudi

kendaraan yang terlibat kecelakaan selam periode investigasi menggunakan

rumus:

R = 100.000.000 x N V

….. persamaan 2.10

Keterangan :

R : tingkat kecelakaan per 100 juta kendaraan per km

N : jumlah pengemudi kendaraan yang terlibat kecelakaan selama periode

investigasi

V : jumlah perjalanan kendaraan per mile di jalan selama periode investigasi

d. Untuk menghitung angka kematian berdasarkan jumlah kendaraan yang

terdaftar atau terdata menggunakan rumus:

R = 10.000 x B M

... persamaan 2.11

Keterangan :

R : angka kematian per 100 juta kendaraan yang terdaftar

B : jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas dalam 1 tahun

M : jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar pada suatu templat

(48)

R = 100.000.000 x C V

….. persamaan 2.12

Keterangan :

R : tingkat kecelakaan per 100 juta kendaraan per km

C : jumlah total kecelakaan (mati dan luka-luka) dalam 1 tahun

V : perjalanan kendaraan per mile dalam 1 tahun

3. Metode laju frekuensi

Metode laju frekuensi biasanya diterapkan dengan terlebih dahulu memilih

sejumlah besar sampel tempat dengan kecelakaan tinggi yang didasarkan pada

kriteria “jumlah kecelakaan” (yakni, metode frekuensi) yang dari sini tingkat

kecelakaan dihitungnya. Suatu prosedur modifikasi ialah dengan memetakan

frekuensi kecelakaan pada sumbu mendatar dan tingkat kecelakaan pada sumbu

tegak. Dengan demikian, setiap kecelakaan dapat dikategorikan dengan

menempatkannya dalam satu sel matriks. Pada gambar 2.2 dapat dilihat contoh

matriks frekuensi. Sudut kanan atas menandakan tempat-tempat yang paling

(49)

Gambar 2.2 Matriks Frekuensi

(Sumber : Khisty,1989)

4. Metode kendali mutu tingkat

Memanfaatkan pengujian statistik untuk menentukan apakah tingkat

kecelakaan pada tempat tertentu itu sangat lebih tinggi daripada laju rata-rata yang

ditentukan sebelumnya untuk tempat-tempat dengan karakteristik yang serupa,

yang didasarkan pada distribusi Poisson. laju kritis, yang didasarkan pada tingkat

kecelakaan rata-rata berskala sistem untuk jenis jalan raya, ialah sebagai berikut :

�� =��+� ���� 1 2

... persamaan 2.13

dengan :

Rc = tingkat kecelakaan kritis untuk suatu titik (kecelakaan/106 kend) atau ruas (kecelakaan/10^6 kend-mil)

Ra = tingkat kecelakaan rerata untuk suatu titik dengan karakteristik

serupa atau pada jenis jalan yang sama.

(50)

M = juta kendaraan yang melewati titik atau juga kendaraan-mil

perjalanan dalam satu ruas jalan.

K = faktor probabilitas yang ditentukan oleh tingkat signifikan yang

diinginkan. Metode keparahan kecelakaan

Digunakan untuk mengidentifikasi dan memeringkat prioritas

tempat-tempat kecelakaan tinggi. Keparahan kecelakaan dikelaskan oleh National Safety Council (AS) dikutip oleh Khisty (1989) dalam dan banyak negara lain kedalam 5 kategori berikut :

kecelakaan fatal F : satu kematian atau lebih (F)

Luka-luka jenis A : kecelakaan yang menyebabkan cacat (A)

Luka-luka jenis B : kecelakaan bukan cacat (B)

Luka-luka jenis C : kemungkinan luka-luka (C)

PDO : hanya kerusakan harta benda (PDO=Property Damage Only)

Salah satu dari banyak metode keparahan menggunakan faktor hanya kerusakan

harta benda ekivalen (EPDO) dengan :

EPDO = 9,5(F+A) + 3,5(B+C) +PDO... persamaan 2.14

Dengan huruf-huruf menandakan jumlah setiap kategori. Pemeringkatan tempat

berdasarkan jumlah EPDO yang dihitung.

5. Metode indeks bahaya

Menggunakan rumus untuk mengembangkan indeks tingkat di setiap

tempat yang dicurigai. Faktor-faktor yang digunakan dalam metode ini

(51)

diikonversi menjadi nilai petunjuk menggunakan grafik. Nilai petunuk ini

kemudian dikalikan dengan faktor pembobot. Indeks-indeks bahaya parsial

(52)

Gambar 2.3 Contoh Metode Indeks Bahaya

(Sumber : Khisty,1989)

Nomor Tempat ___________________ Tanggal ____________________

Jenis Persimpangan Pedesaan

Pertanda Data Nilai Pertanda (NP) Bobot

H.I Parsial

Tersendat-sendat - 0,061

(53)

6. Metode inventori fitur jalan berbahaya

Sebagian besar didasarkan pada pembandingan kegagalan jalan yang ada

dengan standar keselamatan dan desain. Tujuan dari desain keselamatan jalan

proaktif atau keselamatan desain sadar secara eksplisit memperkirakan risiko.

Tidak hanya harus diperkirakan total risiko tetapi juga komponen risiko. Dalam

metode ini, identifikasi lokasi rawan kecelakaan melalui survey langsung ke

lokasi kecelakaan. Semakin banyak kekurangan fitur pada jalan tersebut, maka

dapat dikategorikan jalan tersebut sebagai black spot. Ukuran yang dipakai untuk menentukan black spot adalah kekurangan fitur pada jalan berbahaya.

Contoh-contoh fitur berbahaya seperti jembatan sempit, kemiringan sisi

jalan yang terjal, lajur atau bahu yang sempit, jembatan layang tak berpagar,

lampu jalan yang tidak ada, rambu-rambu lalu lintas yang tidak tersedia atau tidak

jelas, dan sebagainya.

II.6 Jalan

Menurut UU RI No. 22 Tahun 2009, jalan adalah seluruh bagian jalan

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah, dan atau air serta di atas permukaan air kecuali jalan rel

dan jalan kabel.

Menurut sistem jaringan jalan, jalan terdiri atas :

(54)

nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud

pusat-pusat kegiatan.

b. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan

perkotaan.

Menurut fungsinya, jalan dikelompokkan menjadi empat yaitu :

a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani dengan ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk

dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal merupakan jalan umum yamg berfungsi melayani angkutan setempat

dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Menurut statusnya, jalan dikelompokkan menjadi lima yaitu :

a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan

jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis

nasional serta jalan tol.

b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer

yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau

(55)

c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan primer yang

menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota

kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan

lokal, serta jalan umum dan sistem jaringan sekunder dalam wilayah

kabupaten, dan jalan stategis kabupaten.

d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan

antarpusat pemukiman yang berada di dalam kota.

e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau

antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan

dikelompokkan atas :

a. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan

masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta

dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 lajur setiap arah

dan dilengkapi dengan median.

b. Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median,

paling

(56)

c. Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu-lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah

dengan lebar paling sedikit 7 meter.

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Umum

Di dalam suatu penelitian yang sistematis, terorganisir dan dapat berjalan

secara efektif, efisien serta tepat sasaran, diperlukan suatu metode penelitian yang

didalamnya memuat proses rencana dan pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan

penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian dan termasuk tata cara

penyelesaian sehingga tiap-tiap bagian memiliki keterkaitan satu dengan yang lain

secara berurutan dengan demikian diharapkan hasil akhir yang baik.

III.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah jalan nasional

yang terletak di dalam wilayah kabupaten Serdang Bedagai. Jalan ini

menghubungkan antara kabupaten Deli Serdang dan kabupaten Batu Bara pada

jalur timur dan menghubungkan kabupaten Deli Serdang dengan kabupaten

Simalungun pada jalur tengah.

Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

2. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Dolok Batunanggar, Raya

Kahean, dan Silau Kahean kabupaten Simalungun

3. Sebelah barat berbatasan dengan sungai Ular dan sungai Buaya

(58)

III.3 Langkah Kerja Penelitian

Garis besar langkah kerja penelitian ini meliputi :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hanya data

sekunder, yakni sebagai berikut :

a. Data laporan kecelakaan lalu lintas, meliputi data jumlah kecelakaan

perbulan selama 3 tahun, mulai tahun 2009-2011.

b. Data geometrik, meliputi data kondisi jalan antara lain panjang jalan, jumlah

jalur, lebar lajur, lebar median, dan lebar bahu jalan.

c. Data volume lalu lintas, meliputi data lalu lintas harian rata-rata (LHRT).

2. Pengolahan data

a. ekstraksi data menurut kebutuhan yang diperlukan.

b. pengelompokan data.

3. Analisa dan pembahasan.

4. Kesimpulan dan saran.

(59)

A B C D Penentuan tujuan:

1. Memahami Karateristik kecelakaan 2. Menganalisa Biaya kecelakaan 3. Mengetahui Blackspot sepanjang

jalan Kab. Serdang Bedagai

Metode yang digunakan: 1. Metode Karateristik 2. Metode Human Capital 3. Metode Frekuensi dan

(60)
(61)

III.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang

diperoleh dari Polres serdang Bedagai. Data sekunder yang akan dianalisis adalah

dengan lama jangka waktu 3 tahun yaitu tahun 2009-2011. Data ini antara lain

data kecelakaan lalu lintas.

Data kecelakaan lalu lintas merupakan data yang berisi catatan

kejadian-kejadian kecelakaan dan laporan bulanan kecelakaan yang dikumpulkan setiap

tahunnya. Jenis data kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Kepolisian Resort

Serdang Bedagai ini berisi catatan mengenai :

a. Jumlah kecelakaan berdasarkan waktu kejadian

b. Jumlah kecelakaan berdasarkan tipe kecelakaan/tipe tabrakan

c. Jumlah kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan

d. Jumlah kecelakaan berdasarkan kelas korban

e. Jumlah kecelakaan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan sebagainya yang dapat

dilihat pada analisa data pada bab berikutnya.

Data yang diperoleh dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah

I Satker Pengawasan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Sumatera Utara :

1. Data geometrik jalan

Data geometrik jalan merupakan data kondisi jalan. Data ini meliputi

jumlah lajur, lebar jalur, lebar median, lebar bahu, dan panjang jalan.

(62)

III.5 Metode Analisa Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif

presentase yang merupakan proses penggambaran lokasi penelitian yaitu pada

lokasi kecelakaan di jalan nasional Serdang bedagai. Dalam peneletian ini akan

didapat gambaran tentang :

• Waktu kejadian

• Jenis kendaraan yang terlibat

• Jenis kecelakaan

• Posisi tabrakan

. dalam mengidentifikasi lokasi titik rawan kecelakaan dapat dilakukan

analisa terhadap kedua jalur untuk jalan luar kota yaitu jalur Lubuk Pakam

menuju Batu Bara dan Lubuk Pakam menuju Pematang Siantar, jalur Batu Bara

menuju Lubuk Pakam dan Pematang Siantar menuju Lubuk Pakam. Dari data

yang diperoleh selama 3 tahun ini akan diklasifikasikan kecelakaan pada tiap titik

(node) atau pada tiap ruas (minimal 1 km) untuk menganalisa black spot (titik

rawan kecelakaan) atau black link.

Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa metode :

a. Metode frekuensi, digunakan untuk menganalisa daerah rawan kecelakaan

b. Metode karakteristik, digunakan untuk menganalisa karakteristik kecelakaan

c. Metode tingkat kecelakaan, digunakan untuk menganalisa daerah rawan

kecelakaan dan tingkat kecelakaan

d. Metode Human Capital, digunakan untuk menganalisa biaya kecelakaan lalu

lintas.

(63)

III.6 Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan

untuk mendapatkan gambaran dari situasi secara langsung mengenai kondisi jalan.

Informasi ini dipakai untuk mendukung analisa data terutama untuk memberikan

gambaran di lokasi – lokasi rawan kecelakaan. Kondisi jalan yang kurang baik

sudah pasti sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keselamatan pengguna

jalan.

Hal-hal yang diperoleh dalam survei lapangan adalah :

a. Kondisi geometrik jalan

b. Perlengkapan rambu petunjuk dan rambu peringatan jalan

c. Perlengkapan keamanan yang terpasang pada sepanjang ruas jalan seperti pagar

pengaman.

(64)

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

IV.1 Karakteristik Kecelakaan

Jalan Nasional Serdang Bedagai merupakan jalan arteri primer

penghubung antara provinsi di bagian utara dan selatan pulau Sumatera. Jalan ini

terletak di sebelah timur pulau dengan medan jalan yang datar. Jalan ini terdiri

dari dua jalur dan dua lajur. Jalan ini tidak dipisah oleh median tetapi hanya

dipisah dengan marka garis putus-putus. Karena jalan ini merupakan jalan utama,

tentu volume lalu lintasnya sangat besar. Dari data yang diperoleh dari Balai

Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I volume lalu lintas rata-rata harian

dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data LHR Beban Ruas Jalan Perbaungan-Sei Rampah.

Ruas Jalan

Tahun 2013

LHR Panjang Ruas (km) LHR x Panjang Ruas

Perbaungan-Sungai Buluh 10538 12.967 136646.246

Sungai Buluh-Sei Rampah 10412 13.077 136157.724

Sei Rampah-Bts Tebing Tinggi 6538 10.956 71630.328

(Sumber : B2PJN Wilayah I, 2009-2011)

Karakteristik kecelakaan bisa diklasifikasikan berdasarkan beberapa jenis.

Pada penelitian ini karakteristik kecelakaan yang dibahas ditentukan berdasarkan

(65)

kendaraan, berdasarkan kelas korban, berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan

usia, dan berdasarkan tingkat kecelakaan.

Jumlah kecelakaan berdasarkan hari digolongkan mulai dari hari senin

sampai minggu. Jumlah kecelakan ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2009-2011.

Hari Tahun Total

(Sumber : Polres Serdang Bedagai, 2009-2011)

Dari tabel distribusi kecelakaan diatas, jumlah kecelakaan yang terjadi

tahun 2009-2011 di Jalan Nasionl Kabupaten Serdang Bedagai ada 423 kecelakan.

Dengan rincian kecelakaan terjadi pada tahun 2009 sebanyak 42 kejadian,

kecelakaan pada tahun 2010 sebanyak 74 kejadian, dan kecelakaan pada tahun

2011 sebanyak 307 kejadian.

Dengan jumlah kecelakaan yang terjadi didapat karakteristik kecelakaan

dengan angka kecelakaan tertinggi terjadi pada hari sabtu. Jumlah kecelakaan

pada hari Senin sebanyak 65 kejadian atau sebesar 15,37% dari total kecelakaan.

Hari Selasa sebanyak 54 kejadian atau sebesar 12,76%. Hari Rabu sebanyak 63

(66)

69 kejadian atau sebesar 16,31%. Hari Minggu sebesar 64 kejadian atau sebesar

15,31%. Besarnya jumlah kejadian pada hari sabtu diakibatkan aktivitas yang

banyak sehingga volume lalu lintas meningkat dan resiko kecelakaan menjadi

lebih besar.

Gambar 4.1 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2009-2011.

IV.1.1 Berdasarkan Waktu

Waktu kecelakaan dapat dibagi dalam empat periode waktu dengan

interval 6 jam yaitu pada pukul 00.00-06.00, 06.00-12.00, 12.00-18.00,

18.00-24.00. Jumlah kecelakaan berdasarkan waktu ini dapat dilihat pada tabel 4.3.

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

Gambar

Gambar 2.1. Peta lokasi kabupaten Serdang Bedagai (Wikipedia).
Gambar / Lambang
Tabel 2.3 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan antar kota BSKEi
Tabel 2.4 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan kota BSKEi (T0)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Purbalingga meliputi jumlah kejadian kecelakaan, tingkat fatalitas korban,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab kecelakaan, mengetahui lokasi rawan kecelakaan ( black spot ) di Kota Pematang Siantar,dan mengetahui

Hasil penelitian menunjukaan bahwa karakteristik kecelakaan berdasarkan angka kecelakaan paling banyak terjadi pada tahun 2016 (159 kecelakaan), tipe kendaraan yang paling

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lokasi daerah rawan kecelakaan (blackspot), mengetahui jari-jari tikungan, meneliti kondisi elemen geometrik jalan,

PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DALAM MEMBERDAYAKAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”. 1.2

Dari data kecelakaan lalu lintas tahun 2017 hingga tahun 2019, ada 525 kasus kecelakaan yang terjadi di sepanjang jalan Lintas Timur Sumatera pada Provinsi Jambi, 351

Kajian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Purbalingga meliputi jumlah kejadian kecelakaan, tingkat fatalitas korban,

Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas .... 19 BAB III : METODE