• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku dan Efek Menonton Program Berita Seputar Indonesia RCTI pada Petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku dan Efek Menonton Program Berita Seputar Indonesia RCTI pada Petani"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU DAN EFEK MENONTON PROGRAM BERITA

SEPUTAR INDONESIA RCTI PADA PETANI

SANTI ARISONA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku dan Efek Menonton Program Berita Seputar Indonesia RCTI pada Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

SANTI ARISONA. Perilaku dan Efek Menonton Program Berita Seputar Indonesia RCTI pada Petani. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku dan efek menonton program berita Seputar Indonesia beserta faktor-faktor yang mengarahkannya. Penelitian ini melibatkan 40 petani Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Perilaku menonton petani terhadap program berita Seputar Indonesia adalah tergolong sering dengan durasi yang cukup lama. Petani sebagian besar menonton pada waktu pagi dan sore hari bersama keluarga dalam suasana yang tenang. Petani memiliki efek menonton yang tergolong tinggi dari setiap jenis efek dan efek menonton paling tinggi adalah efek kognitif. Karakteristik petani yang berhubungan dengan perilaku menonton meliputi usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Karakteristik petani yang berhubungan dengan efek menonton ditunjukkan oleh tingkat pendidikan. Perilaku menonton yang berhubungan dengan efek menonton meliputi frekuensi menonton, durasi menonton, dan waktu menonton.

Kata Kunci : efek, perilaku, petani menonton televisi

ABSTRACT

SANTI ARISONA. Behavior and Viewing Effects Television News Program Seputar Indonesia RCTI to the Farmers. Supervised by SUTISNA RIYANTO.

This study aims to examine the behavior and effects of watching a news program Seputar Indonesia and the factors which direct. The study involved 40 farmers village district Cibatok Satu Cibungbulang Bogor regency. Farmers viewing behavior against news programs Seputar Indonesia is relatively frequency with a fairly long duration. Farmers mostly watching in the morning and evening with family in a quiet atmosphere. Farmers have to watch the effect of a relatively high of each type effect and effect of watching the highest cognitive. Farmer characteristics related to viewing behavior include age, education level, and income level. Farmer characteristics associated with watching the effects indicated by the level of education. Farmers viewing behavior related to the effect of covering the frequency watch, watch duration, and time to watch.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERILAKU DAN EFEK MENONTON PROGRAM BERITA

SEPUTAR INDONESIA RCTI PADA PETANI

SANTI ARISONA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perilaku dan Efek Menonton Program Berita Seputar Indonesia RCTI pada Petani

Nama : Santi Arisona NIM : I34090068

Disetujui oleh

Ir Sutisna Riyanto, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penulisan yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ialah Perilaku dan Efek Menonton Program Berita Seputar Indonesia RCTI pada Petani.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih dan hormat yang mendalam kepada Ir Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberi banyak masukan, inspirasi, dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada Ir Yatri Indah Kusumastuti, MS dan Iman K Nawiredja SP, M.Si atas ketersediannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh warga Desa Cibatok Satu, khususnya warga RT 02/06. Tidak lupa penulis menyampaikan hormat dan rasa terimakasih kepada (alm) ayahanda Asmad, Ibunda Tunminah, David Hariyanto, Novarita, Erwin Yuliawan, kakak tersayang yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan kepada penulis dengan penuh keikhlasan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Brian, Lansa, Karin, Fandy, Nita, Novia, Tri, Hilda, Hesti, Fina, Ela, Zela dan teman-teman KPM 46 yang telah memberikan dukungan, semangat dan kebersamaan kepada penulis selama di KPM.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa karya ini masih mengandung berbagai kelemahan. Kritik dan saran Pembaca akan digunakan untuk memperbaiki karya ilmiah ini.

(9)

DAFTAR ISI

Perilaku dan Efek Menonton Siaran Televisi

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku dan Efek Menonton Program Televisi pada Khalayak

Kerangka Pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian 27

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Penyusunan Responden/Sampling

27 28

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 28

Validitas dan Reliabilitas 29

GAMBARAN UMUM PENELITIAN 31

Gambaran Umum Wilayah Penelitian 31

Program Seputar Indonesia RCTI 33

Karakteristik Responden 34

PERILAKU MENONTON PROGRAM BERITA SEPUTAR INDONESIA RCTI

37

Perilaku Menonton 37

(10)

EFEK MENONTON PROGRAM BERITA SEPUTAR INDONESIA RCTI PADA PETANI

Efek Menonton

Hubungan Karakteristik Petani dengan Efek Menonton Hubungan Perilaku Menonton dengan Efek Menonton SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

41

(11)

DAFTAR TABEL

Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibatok Satu menurut kelompok umur tahun 2011

Jumlah dan persentase mata pencaharian Desa Cibatok Satu tahun 2011

Jumlah dan persentase tingkat pendidikan Desa Cibatok Satu tahun 2011

Sebaran responden berdasarkan karakteristik sosial ekonomi di Desa Cibatok Satu 6 Sebaran responden berdasarkan perilaku menonton Seputar Indonesia 37 7

Korelasi antara karakteristik petani dengan perilaku menonton Seputar Indonesia

Persentase responden menurut usia dengan waktu menonton Seputar Indonesia

Persentase responden menurut tingkat pendapatan dengan Kehadiran orang lain Seputar Indonesia

Rataan skor efek menonton responden terhadap program berita Seputar Indonesia RCTI

Korelasi antara karakteristik petani dengan efek menonton Seputar Indonesia

Korelasi antara perilaku menonton dengan efek menonton Seputar Indonesia

Persentase responden menurut waktu menonton dengan efek total menonton

Persentase responden menurut waktu menonton dengan efek kognitif Persentase responden menurut waktu menonton dengan efek afektif Persentase responden menurut waktu menonton dengan efek behavioral

Persentase responden berdasarkan efek kognitif Persentase responden berdasarkan efek afektif Persentase responden berdasarkan efek behavioral

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Denah lokasi penelitian 61

2 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013 62

3 4

Hasil uji validitas dan reliabilitas Surat penelitian

63 65 5

6

Rataan skor efek menonton program berita Seputar Indonesia Hasil tabulasi silang

(13)
(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan siaran televisi di Indonesia semakin pesat, ditunjukkan oleh munculnya beragam stasiun televisi terutama swasta. Hal ini berarti semakin banyak pilihan bagi khalayak dalam mengakses informasi melalui media massa sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya.

Fungsi dasar media penyiaran adalah sebagai sarana informasi, media pendidikan dan hiburan yang sehat bagi masyarakat serta sebagai kontrol dan perekat sosial. Fungsi televisi tersebut, menurut Mahfudz Siddiq (ketua komisi I DPR RI) menyebabkan isi siaran dapat menimbulkan efek besar bagi kehidupan masyarakat, sehingga terlalu banyaknya porsi tayangan hiburan dan kurangnya media informatif menjadikan siaran televisi menjadi destruktif1. Pendapat tersebut diperkuat dengan peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) tahun 2012 mengenai prinsip-prinsip jurnalistik pasal 22 ayat 1 yang menyebutkan bahwa lembaga penyiaran wajib menjalankan dan menjunjung tinggi idealisme jurnalistik yang menyajikan informasi untuk kepentingan publik dan pemberdayaan masyarakat, membangun dan menegakkan demokrasi, mencari kebenaran, melakukan koreksi dan kontrol sosial, dan bersikap independen.

Salah satu program televisi yang dikenal luas dalam penyajian informasi adalah program berita yang merujuk pada penyebaran informasi mengenai isu-isu penting. Di era ini, program berita harus bersaing dengan program lain dalam menarik perhatian khalayaknya. Suatu pertanyaan menarik adalah sampai sejauh mana program berita masih menjadi salah satu pilihan khalayak dalam menikmati program televisi? Disinilah proses pemberitaan dikemas semenarik mungkin yang memerlukan pengkondisian materi visual sebagai penyeimbang materi audio dalam bentuk narasi (Kansong 2009).

Kehadiran stasiun televisi RCTI sejak tahun 1989 sebagai stasiun televisi swasta telah memberikan arti penting bagi masyarakat Indonesia. Di satu sisi, RCTI sebagai media yang paling banyak menampilkan hiburan sementara di sisi lain juga dipandang sebagai media informasi. Salah satu program informasi yang dikenal luas adalah Seputar Indonesia yang memperioritaskan program acaranya untuk memberikan informasi kepada khalayak.

Penelitian ini mengungkapkan program berita Seputar Indonesia secara spesifik pada petani karena televisi mengalami perkembangan pesat sampai ke pedesaan sehingga petani juga memiliki kebutuhan dan akses terhadap informasi mengenai isu-isu penting. Dalam penelitian ini ingin mengungkapkan bahwasannya petani menonton televisi bukan hanya pada program hiburan semata saja yang telah dipikirkan oleh orang kebanyakan, tetapi petani pun menonton program berita televisi. Kasus petani menonton berita televisi disini adalah petani menonton program berita Seputar Indonesia.

1

(16)

2

Menonton program berita Seputar Indonesia pada petani menimbulkan efek, yang meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap atau perasaan, dan perubahan perilaku atau tindakan nyata dalam berperilaku. Menonton program berita Seputar Indonesia dapat diarahkan kepada upaya mengkaji efek tersebut yang muncul di kalangan petani. Timbulnya efek menonton diawali dari perilaku menonton petani terhadap program berita Seputar Indonesia.

Perumusan Masalah

Efek menonton program berita televisi adalah spesifik, berbeda antara individu petani satu dengan lainnya. Efek tersebut akan terkait dengan perilaku menonton dan faktor-faktor lain khalayak. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan: bagaimana perilaku menonton petani dalam menonton program berita Seputar Indonesia dan faktor-faktor apa yang mengarahkannya? apa efek yang muncul dikalangan petani yang menonton program berita Seputar Indonesia dan faktor-faktor apa yang mengarahkannya? apakah terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan perilaku menonton dan efek menonton program berita Seputar Indonesia? apakah terdapat hubungan antara perilaku menonton dengan efek menonton program berita Seputar Indonesia pada petani?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji perilaku dan efek menonton program berita Seputar Indonesia pada petani. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan perilaku menonton program berita Seputar Indonesia pada petani.

2. Menganalisis hubungan karakteristik petani dengan perilaku menonton program berita Seputar Indonesia.

3. Mengkaji efek yang muncul di kalangan petani dari program berita Seputar Indonesia.

4. Menganalisis hubungan karakteristik petani dan efek menonton program berita Seputar Indonesia.

5. Menganalisis hubungan perilaku menonton dan efek menonton program berita Seputar Indonesia.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi sivitas akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

(17)

3 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap program berita yang bersifat memberdayakan masyarakat.

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan mengenai tayangan televisi yang berkualitas. 4. Bagi pihak televisi swasta, penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai

(18)
(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Siaran Televisi Televisi Sebagai Media Massa

Media adalah alat-alat teknologi yang meningkatkan kemampuan alamiah manusia untuk menciptakan, mentransmisikan, menerima, serta memproses pesan-pesan komunikasi baik secara visual, terdengar, tercium, terperaga, terasa, atau tersentuh (Rubben 1992). Pengertian serupa dikemukakan oleh Leeuwis (2004) yang mendefinisikan media komunikasi sebagai alat-alat yang membantu untuk mengombinasikan saluran-saluran komunikasi yang berbeda untuk menjadi pengangkut (transportation) sinyal-sinyal yang terbentuk tulisan (teks), visual, terdengar, tersentuh dan tercium.

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada penerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Karakteristik media massa menurut Cangara (2008) ialah:

1. Bersifat melembaga

Pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai dari pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah

Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Jika terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak

Mengatasi rintangan waktu dan jarak karena media massa memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka

Pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

Teori komunikasi massa yang sesuai dengan media massa televisi adalah model jarum suntik (hypodermic needle model) dan model komunikasi satu tahap (one step flow model), yang dijelaskan sebagai berikut (Severin dan Tankard 1979):

1. Model jarum suntik (hypodermic needle model)

(20)

6

sangat kuat dapat memberi kesan mendalam terhadap khalayak yang tidak berdaya, (2) khalayak massa bersifat atomis, yang berhubungan hanya kepada media massa tapi tidak satu kepada sama lainnya (tidak ada interaksi sosial). Model ini juga didukung oleh berkembangnya konsep masyarakat massa (mass society) yang diartikan sebagai suatu khalayak massa yang individu-individu di dalamnya berperilaku serupa (standar) dan bersifat atomis.

2. Model komunikasi satu tahap (one step flow model)

Model komunikasi satu tahap menyatakan bahwa saluran komunikasi media massa mengkomunikasikan pesan-pesan secara langsung kepada khalayak, tanpa harus melalui pemuka pendapat; dan bahwa pesan-pesan tidak secara merata menjangkau semua penerima, serta juga tidak berpengaruh sama kepada setiap individu khalayak. Model ini merupakan perbaikan terhadap model jarum suntik, yang mengakui bahwa: (1) media massa tidak semuanya kuat terhadap khalayak, (2) adanya aspek penyaringan berupa selektivitas dalam keterdedahan, persepsi, dan retensi yang mempengaruhi dampak pesan pada individu, (3) adanya perbedaan pengaruh bagi beragam anggota khalayak penerima, dan (4) lebih jauh, model ini memungkinkan pengaruh langsung dari komunikasi yang berasal dari saluran media massa. Model komunikasi satu tahap menjelaskan secara lebih tepat berkenaan dengan aliran pesan-pesan kepada suatu khalayak massa manakala sifat kepentingan pesan dalam kondisi ekstrim tinggi atau sangat rendah.

Peran media dalam komunikasi massa adalah mediasi. Media berada antara khalayak dengan sesuatu yang lain. McQuail (1987) mengungkapkan terdapat sejumlah pandangan tentang peran media dalam komunikasi massa. Peran media massa adalah (1) jendela (window) yang memungkinkan orang melihat lingkungan yang ada di sekitarnya, (2) penerjemah (interpreter) yang membantu membuat pengalaman orang menjadi bermakna, (3) pijakan atau pembawa (flatform or carrier) yang mengangkut informasi, menjadikan komunikasi interaktif (interactive communication) karena memungkinkan adanya umpan-balik, (4) penyaring (filter) yang menyeleksi bagian-bagian pengalaman orang dan memfokuskan pada lainnya, dan (5) cermin (mirrors) yang merefleksikan kembali diri seseorang kepada dirinya sendiri, serta (6) hambatan (barriers) yang menutupi kebenaran atau truth.

Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi. Beberapa asumsi dasar bahwa media massa memiliki fungsi penting antara lain (McQuail 1987):

1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan

(21)

7 3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa, kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.

4. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Salah satu media massa yang populer di seluruh lapisan masyarakat adalah media televisi. Televisi merupakan media massa yang mengalami perkembangan paling fenomenal di dunia. Meski lahir lebih belakangan dibanding media massa cetak dan radio, namun pada akhirnya media televisi yang paling banyak diakses oleh masyarakat. Alasan utama adalah karena televisi memiliki keunggulan karakteristik, yaitu mampu menyampaikan pesan audio visual dalam waktu yang bersamaan dan berkala (McQuail 1987).

Televisi merupakan salah satu contoh media elektronik. Televisi yang muncul di awal dekade 1960-an semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa dikarenakan sifatnya yang memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah bersifat audiovisual, dapat dilihat dan didengar hidup menggambarkan kenyataan, dan langsung menyajikan peristiwa yang tengah terjadi ketiap rumah para pemirsa (Effendy 2003).

Pengaruh televisi begitu kuat terhadap kehidupan manusia sudah diduga dan disadari ketika media massa itu pada tahun 1962 mulai dimunculkan di tengah-tengah masyarakat. Pengaruh dari media massa tersebut bisa positif dan negatif tergantung pengelolaanya. Nuruddin (2009) mengungkapkan bahwa pengaruh positif dari media massa adalah:

1. To inform (menginformasikan)

Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi adalah melalui berita-berita, baik berita yang bersifat aktual maupun hiburan.

2. To entertain (memberi hiburan)

Fungsi hiburan bagi media massa khususnya televisi mendukung posisinya pada tingkat yang paling tinggi karena didukung oleh masyarakat yang telah menjadikan televisi menjadi media hiburan.

3. To persuade (membujuk)

Banyak bentuk tulisan yang jika diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada tajuk rencana, artikel, dan surat pembaca adalah contoh tulisan persuasi. 4. Transmission of the culture (transmisi budaya)

(22)

8

Program Siaran Televisi

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan program yang menarik. Jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) berita keras (hard news) yang merupakan laporan segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak, seperti straight news, infotainment dan (2) berita lunak (soft news) yang merupakan segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus ditayangkan, seperti news magazine, current affair, talk show Morissan (2005). Program informasi dalam kategori berita keras (hard news) dapat dibedakan dengan berita lunak (soft news) berdasarkan sifatnya sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1 Perbedaan berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news) program informasi berdasarkan sifatnya

Hard news Soft news

Harus ada peristiwa terlebih dahulu Tidak mesti ada peristiwa terlebih dahulu

Peristiwa harus aktual (baru terjadi) Tidak mesti harus aktual Harus segera disiarkan Tidak bersifat segera (timeless) Mengutamakan informasi terpenting Menekankan pada detail

Tidak menekankan sisi human interest Sangat menekankan segi human interest

Laporan tidak mendalam (singkat) Laporan bersifat mendalam

Teknik tulisan piramida tegak Teknik penulisan piramida terbalik Ditayangkan dalam program berita Ditayangkan dalam program

lainnya Sumber: Morissan (2005)

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (game).

1. Drama

Pertunjukkan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

a. Sinetron

(23)

9 b. Film

Film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film, biasanya film baru bisa ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop atau bahkan film telah didistribusikan atau dipasarkan.

2. Permainan

Suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu, menjawab pertanyaan, dan memenangkan suatu bentuk permainan. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

a. Quiz show

Program permainan yang paling sederhana dimana sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang melibatkan peserta dari kalangan orang biasa bahkan selebritis.

b. Ketangkasan

Permainan yang menunjukkan kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu rintangan dalam melakukan suatu permainan yang membutuhkan perhitungan dan startegi.

c. Reality Show

Program yang mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya dengan cara yang sealamiah mungkin tanpa rekayasa. Terdapat bentuk reality show yaitu: Hiden Camera, Competition Show, Relationship Show, Fly on the wall, dan Program Mistik.

d. Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format yaitu videoklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor).

e. Pertunjukkan

Siaran yang menampilkan satu atau banyak pemain yang berada di atas panggung yang menunjukkan kemampuannya kepada sejumlah orang atau hanya kepada audiens televisi.

Program Berita

(24)

10

kontribusi yang sangat besar pula bagi perkembangan televisi sebagai ruang publik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga publik tidak lagi sekedar menjadi pihak yang pasif dalam memaknai kehidupan sendiri (Tim Redaksi LP3ES 2006).

Secara umum, stasiun televisi terdiri atas televisi generalis dan televisi spesialis. Televisi generalis menyajikan program atau acara yang beragam, mulai dari sinetron, musik, film, acara anak-anak, hingga berita. Televisi nasional yang termasuk dalam kategori televisi generalis adalah RCTI, SCTV, MNC TV, Indosiar, Anteve, Trans TV, Trans 7, termasuk TVRI. Televisi spesialis menitikberatkan pada program tertentu. Metro TV dan TV One adalah televisi khusus yang cenderung atau menspesialisasikan diri pada program berita, akan tetapi sebagaimana kita saksikan selama ini, televisi generalis maupun televisi berita, semuanya menyajikan program berita. Tak ayal, televisi yang sebelumnya dipandang sebagai media hiburan, kini juga harus dipandang sebagai media informasi. Berita televisi sekarang dapat dikatakan telah menjadi kebutuhan masyarakat (Kansong 2009).

Miller dan Steinberg (1975) kemasan berita berisikan fakta atau pendapat dalam bentuk langsung dan berita mendalam. Berita langsung adalah uraian fakta yang makna beritanya kuat (penting). Berita mendalam adalah berita kompherensif, interpretatif, dan investigatif.

1. Berita kompherensif adalah uraian secara terperinci tentang peristiwa atau fakta dan pendapat yang mengandung nilai berita di dalam suatu sistem sosial tertentu.

2. Berita interpretatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan menempatkan fakta sebagai mata rantai atau konteks permasalahan yang lebih luas, ragam sumber informasi dapat memberikan pendapat menurut interpretasi masing-masing.

3. Berita investigatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan membandingkan antara fakta di permukaan dengan fakta tersembunyi yang diperoleh dengan menelusuri jejak melalui investigasi.

Perbedaan berita langsung dan berita mendalam adalah dari isi uraian, kecepatan penyajian kepada khalayak, kepadatan dan rincian fakta atau pendapat yang disajikan. Uraian berita mendalam apapun bentuknya akan memberikan informasi lebih lengkap dan menyeluruh bila dibandingkan dengan uraian berita langsung.

(25)

11 1. Berita tepat pada waktunya, tentang peristiwa yang paling akhir atau

berulang.

2. Berita tidak sistematis, berurusan dengan berbagai peristiwa dan kejadian yang berlainan dan dunia dipandang melalui berita itu sendiri terdiri atas berbagai kejadian yang tidak bertalian, yang bukan merupakan tugas pokok berita untuk menafsirkannya.

3. Berita dapat sirna, berita hanya hidup pada saat terjadinya peristiwa itu serta bagi keperluan dokumentasi dan sumber acuan di kemudian hari dan bentuk informasi lain akan menggantikan berita.

4. Semua peristiwa yang dilaporkan sebagai berita seyogianya bersifat luar biasa atau paling sedikit tidak terduga, sebagai syarat yang lebih penting ketimbang signifikansi nyata berita sendiri.

5. Di samping ketidakterdugaan, peristiwa berita dicirikan oleh nilai berita lainnya yang relatif dan melibatkan kata putus tentang kemungkinan minat audiens.

6. Berita terutama bagi orientasi dan arahan-perhatian, bukan pengganti pengetahuan.

7. Berita dapat diperkirakan.

Berita televisi adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru, dan dapat dipublikasikan melalui media massa periodik (Kansong 2009). Terdapat unsur-unsur yang menjadi nilai berita televisi, diantaranya:

1. Aktual, segera (timeliness)

Aktualitas berita televisi adalah perdetik, bersifat simbolis untuk menggambarkan betapa ketatnya aktualitas berita televisi. Breaking news, live report, headline news atau laporan terkini merupakan sarana untuk mencapai aktualitas suatu berita televisi.

2. Berguna (impact)

Memberi pengaruh bagi penonton atau pemirsa, mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan berita media cetak.

3. Menonjol (prominent)

Memiliki magnitude sehingga bisa menarik perhatian penonton dengan kekuatan gambarnya, berita televisi tentu lebih menonjol dibandingkan berita media cetak.

4. Kedeketan (proximity)

Gambar dalam berita televisi bisa membuat penonton merasa makin dekat dengan suatu peristiwa.

5. Konflik (conflict)

Konflik senantiasa menarik perhatian, hal ini diperkuat oleh berita televisi yang menyajikan suatu konflik untuk diinformasikan kepada khalayak dengan adanya gambar, maka khalayak makin tertarik menyaksikannya.

6. Sedang menjadi pembicaraan (currency)

(26)

12

7. Mengandung unsur manusiawi (human interest)

Berita televisi yang baik adalah berita yang mengandung unsur manusiawi (human interest).

Perilaku dan Efek Menonton Siaran Televisi Khalayak Siaran Televisi

Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audiensce, decorder atau komunikan. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat (Canggara 2008).

Khalayak dapat diartikan sebagai masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhannya. McQuail (1987) mendefinisikan khalayak sebagai pasar, sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial ekonomi yang diketahui dan merupakan sasaran suatu medium atau pasar. Selain itu, pengertian lain menurut Sari (1993), khalayak merupakan pengguna jasa media massa, seperti pendengar radio atau penonton televisi yang memiliki empat karakter, antara lain:

1. Heterogen

Suatu masayarakat sosial yang berasal dari berbagai lapisan sosial, pendidikan, serta aneka budaya dan agama

2. Anonim

4. Isolated from one another

Tertutup satu sama lain sehingga mereka seperti atom-atom yang terpisah, namun tetap merupakan suatu kesatuan, yaitu sama-sama pengguna media massa.

Pada prinsipnya terdapat tiga sub kelompok dasar khalayak, yaitu The Illiterate, The Pragmatis, dan The Intelecctual (Sari 1993) sebagai berikut:

1. The illiterate merupakan kelompok khalayak yang lebih tertarik pada media audio visual dengan orientasi pada pesan superficial dan full action program, mereka kurang berorientasi pada ide.

2. The pragmatis mencakup khalayak yang senang melibatkan diri pada masyarakat, memiliki mobilitas cukup tinggi, berpendidikan menengah atas, berpendapatan cukup dan bergaya hidup modern.

3. The intellectual merupakan segmen terkecil dari khalayak massa

(27)

13 audiens berdasarkan demografi pada dasarnya adalah segmentasi yang didasarkan pada peta kependudukan, misalnya: usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, agama, suku dan kebangsaan.

1. Usia

Biasanya audiens dibedakan menurut usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Pembagian ini masih dianggap terlalu luas.

2. Jenis kelamin

Tidak semua program dapat dibedakan menurut segmen ini. Pada umumnya wanita lebih banyak menonton televisi daripada pria. Saat ini, jumlah penduduk pria dan wanita di Indonesia tidak jauh berbeda.

3. Pekerjaan

Audiens yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umumnya mengkonsumsi barang-barang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selera khalayakpun umumnya berbeda dalam mengkonsumsi program.

4. Pendidikan

Pendidikan yang berhasil diselesaikan audiens biasanya menentukan tingkat intelektualitas, yang pada gilirannya tingkat intelektualitas akan menentukan pilihan program yang akan diikutinya.

5. Pendapatan

Pendapatan seseorang akan menentukan di kelas sosial mana dia berada dan kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi kemampuannya berakses pada program acara yang akan disaksikan.

6. Agama

Segmentasi audiens berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat program-program tertentu, misalnya sinetron religius, ceramah agama, dan sebagainya.

7. Suku dan kebangsaan

Segmentasi audiens berdasarkan yang mencolok dalam hal kebiasaan-kebiasaan dan kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku-suku lainnya.

Perilaku Menonton Khalayak

DeFleur dan Lowery (1994) menyatakan bahwa setiap individu memiliki perilaku tertentu dalam menggunakan media massa. Perilaku tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk melihat pengaruh media massa terhadap individu tersebut. Selain itu, pola penggunaan televisi dipengaruhi oleh faktor usia, kemampuan mental yang diukur dengan Intelligence Quotient (IQ) atau nilai akademis, status sosial ekonomi dan pengaruh media massa lain. Dapat disimpulkan bahwa perilaku menonton televisi merupakan tindakan suatu acara yang ditayangkan di televisi. Selanjutnya pola tersebut dapat digunakan dalam mengidentifikasi efek dan perubahan perilaku pemirsa yang mungkin terjadi akibat menyaksikan suatu tayangan tertentu.

(28)

14

Hadiyanto (2004), Sari (2008), dan Mulyana (2010) yang menambahkan aspek waktu menonton, Kehadiran orang lain, dan suasana menonton.

Hasil penelitian Kusumah (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih acara Dinamika Bogor untuk memenuhi kebutuhan informasi dari Megaswara TV. Selain itu, hasil penelitian Hadiyanto (2004) menunjukkan bahwa responden di desa urban lebih menyukai acara-acara hiburan, sedangkan di desa rural juga menyukai acara berita yang proporsinya cukup tinggi.

Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan khalayak dalam menonton tayangan televisi publik. Hasil penelitian Silitonga (2009) menunjukkan bahwa mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis menonton program Jelajah hanya 1 kali seminggu dari 4 kali tayangan seminggu. Harikedua (2009) menunjukkan bahwa siswa SMP sering menonton berita kriminal di televisi dengan frekuensi lebih dari 5 kali perminggu, hal ini karena responden memiliki waktu luang diatas 5 jam perhari sepulang dari sekolah. Nurfalah (2007) menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di komplek perumahan maupun di perkampungan menonton sinetron religius rata-rata 10 kali menonton dalam satu minggu.

Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton televisi publik. Hasil penelitian Harikedua (2009) menunjukkan bahwa siswa SMP menonton berita kriminal dengan lama waktu yang cukup 15 menit/tayangan, hanya sebatas untuk mengetahui informasi tanpa harus memperhatikan apakah seberapa dalam isi berita kriminal. Silitonga (2009) menunjukkan bahwa mahasiswa menonton Jelajah di Trans TV memiliki waktu menonton dari awal tayang sampai selesai yang diperkirakan 30 menit waktu tayang. Hadiyanto (2004) menunjukkan bahwa responden di desa urban jauh lebih intensif menonton televisi, terbukti dengan curahan waktu yang jauh lebih banyak untuk menonton televisi dibandingkan dengan responden di desa rural.

Waktu menonton adalah saat yang diluangkan khalayak dalam menyaksikan televisi. Hasil penelitian Nurfalah (2007) menunjukkan bahwa waktu tayang sinetron religius menurut ibu rumah tangga di komplek perumahan maupun di perkampungan tidak jauh berbeda yaitu sekitar pukul 14.00 WIB. Ibu rumah tangga di komplek perumahan lebih sepakat sekitar pukul 13.00 WIB, sedangkan ibu rumah tangga di perkampungan lebih sepakat sekitar 14.30 WIB yang berdasarkan wawancara, ibu rumah tangga memilih sekitar pukul tersebut karena dekat dengan jam tidur anak-anak, sehingga anak-anak tidak ikut menonton karena dalam sinetron religius masih banyak adegan dewasa yang ditampilkan.

Suasana menonton adalah keadaan hati dan sekitar responden dalam menonton program acara televisi. Hasil penelitian Mulyana (2010) mengungkapkan bahwa suasana responden dalam menonton program Jika Aku Menjadi sebagian besar suasananya tenang/kondusif, hal ini dapat dikaitkan dengan lokasi menonton responden, karena kalau menonton di tempat sendiri akan lebih kondusif dibandingkan menonton di tempat umum.

(29)

15 dapat memiliki televisi sendiri dan menonton acara yang diinginkan tanpa harus beramai-ramai.

Efek Menonton Program Televisi pada Khalayak

Donald K.Robert dalam Karlinah dan Komala (1999) mengungkapkan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.

Penilaian yang dilakukan oleh khalayak terhadap suatu media akan memicu menimbulkan efek terhadap kahalayaknya. Efek merupakan perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa (Schramm dan Roberts 1977) dalam (Rakhmat 2005). Efek media sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai dependensi media (kepada media mana atau isi yang bagaimana khalayak sangat bergantung untuk tujuan informasi) dan sebagai pengetahuan (apa yang diketahui khalayak perihal persoalan tertentu), Rosengren (1974) dalam Rakhmat (2005).

Efek kehadiran media massa identik dengan teori yang dikemukakan oleh McLuhan yaitu teori perpanjangan alat indera. Teori ini menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indera manusia. Teori McLuhan juga menyatakan bahwa secara operasional dan praktis, medium adalah pesan. Ini berarti bahwa akibat-akibat personal dan sosial dari media timbul karena skala baru yang dimasukkan pada kehidupan oleh perluasan diri oleh teknologi baru. Media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia (McLuhan 1964 dalam Rakhmat 2005).

Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam melihat efek media massa baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Pendekatan pertama adalah melihat efek media massa. Pendekatan kedua adalah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa dalam penerimaan informasi (efek kognitif), perubahan perasaan atau sikap (efek afektif), dan perubahan perilaku (efek behavioral/konatif). Pendekatan ketiga adalah meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa (Rakhmat 2005).

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak yang berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. Efek behavioral atau konatif merujuk pada perilaku nyata yang diamati meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. Umumnya khalayak lebih tertarik bukan kepada apa yang khalayak lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada khalayak. Khalayak ingin tahu bukan untuk apa khalayak membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku khalayak. Inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa (Rakhmat 2005).

(30)

16

saluran komunikasi bagi berbagai jenis persoalan yang menarik perhatian bagi berbagai jenis orang yang berada dalam berbagai jenis kondisi menimbulkan berbagai efek. Dari formula Berelson, dikatakan jenis efek yang timbul bervariasi dan berubah-ubah menurut jenis salurannya, jenis persoalan, jenis orang serta jenis kondisinya. Sebagai tambahan, Effendy (1984) mengungkapkan efek komunikasi juga dapat dilihat dari beberapa seperti:

1. Efek jangka panjang dan efek jangka pendek

2. Efek yang mengubah dan efek yang mempertahankan 3. Efek yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan 4. Efek yang langsung dan efek tidak langsung

5. Efek yang disengaja dan efek yang tidak disengaja 6. Efek besar dan efek kecil

7. Efek dari segi komunikator dan efek dari segi komunikan

Chaffee dalam Rakhmat (2005) menngungkapkan efek komunikasi massa terdiri atas efek kognitif, efek afektif dan efek konatif/behavioral yang diuraikan sebagai berikut:

1) Efek kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung (Komala dan Ardianto 2004)

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Segala informasi yang diperoleh dari luar diri subyek yang disertai pemahaman pada informasi yang diterima. Hal tersebut berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman, khalayak mengenai nilai-nilai. Rakhmat (2005) merinci efek kognitif kedalam 3 macam meliputi pembentukan dan perubahan citra, agenda setting, dan efek prososial kognitif.

Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara mengorganisasikan citra tentang lingkungan, dan citra inilah yang mempengaruhi cara berperilaku, demikian pula komunikasi massa. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi untuk khalayak. Informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Media massa menampilkan realitas tangan kedua, memberikan status, dan menciptakan stereotipe dengan singkat, menceritakan peranan media massa dalam membentuk citra. Tetapi pengaruh media massa tidak berhenti pada itu. Media massa juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki khalayaknya. Media massa memberikan perincian, analisis, dan tinjauan mendalam tentang berbagai peristiwa. Penjelasan itu tidak mengubah tetapi menjernihkan citra mengenai lingkungan. Media massa mempengaruhi khalayak, kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat disebut agenda setting.

(31)

17 kemampuan media untuk menstruktur dunia. Efek agenda setting pada media massa mempengaruhi perilaku khalayak tentang apa yang dianggapnya penting, dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (community salience). Bila media massa terbukti sanggup membentuk citra orang tentang lingkungan dengan menyampaikan informasi, khalayak juga dapat menduga media massa tertentu berperan dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang baik. Hal ini dibicarakan dalam bagian efek prososial kognitif. Efek prososial kognitif terjadi bila televisi, radio, dan surat kabar menyampaikan informasi atau nilai-nilai yang berguna, bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat.

Hasil penelitian Feberia (2012) menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Cigending dan Kelurahan Ujungberung terkena efek kognitif berupa penambahan pengetahuan pada responden setelah menonton program Bentang Parahyangan Bandung TV, penambahan pengetahuan tersebut meliputi penambahan pengetahuan mengenai lagu-lagu Sunda, profil tokoh/budayawan Sunda dan penyanyi Sunda, Kebudayaan lokal Sunda, kesenian tradisonal Sunda, obyek wisata sekitar Bandung dan Jawa Barat tempat kuliner di Bandung. Harikedua (2009) menunjukkan bahwa tayangan berita kriminal di televisi memberikan efek yang paling signifikan pada persepsi responden terhadap isi berita kriminal. Persepsi responden terbentuk berdasarkan pemahaman responden mengenai kriminalitas berdasarkan alur cerita, kemasan, gambar atau ilustrasi pada tayangan berita kriminal, sehingga mampu memberikan pemaknaan mengenai kasus-kasus kriminal. Napitupulu (2011) menunjukkan bahwa responden terkena efek kognitif setelah menonton tayangan Sulanjana pengetahuannya akan lagu-lagu Sunda bertambah.

2) Efek afektif

Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak yang berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. Sesuatu kecenderungan berhubungan dengan kemauan menerima dan menanggapi tentang nilai-nilai yang saling berkaitan. Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. Suasana emosional seperti gembira, sedih atau takut sebagai akibat dari menonton atau membaca media massa sangat sulit untuk di teliti. Emosi tidak dapat diukur dengan air mata penonton. Kegembiraan juga tidak dapat diukur dengan air mata penonton. Kegembiraan juga tidak dapat diukur dengan tertawa keras ketika menyaksikan adegan lucu, Ardianto et al. (2007).

(32)

18

khalayak miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok, atau orang. Hubungan khalayak dengan mereka pasti didasarkan pada informasi yang diperoleh tentang sifat-sifat atau dengan menggunakan istilah yang telah khalayak uraikan, sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra khalayak tentang orang atau objek tersebut. Secara singkat, sikap ditentukan oleh citra. Pada gilirannya, citra ditentukan oleh sumber-sumber informasi. Media massa tidak mengubah sikap secara langsung. Media massa mengubah terlebih dahulu citra, dan citra mendasari sikap. Pada tahun 1960, Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang komprehensif tentang efek media massa. Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada 5 prinsip umum:

a. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok (faktor personal).

b. Faktor-faktor komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change).

c. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada

intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” (perubahan seluruh

sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.

d. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.

e. Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

Rangsangan emosional merupakan perasaan yang diungkapkan ketika menyaksikan adegan di media massa. Faktor yang mempengaruhi rancangan emosional yaitu intensitas emosional, suasana terpaan (setting of exposure), faktor predisposisi individual, dan faktor identifikasi orang yang terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.

Sejenis rangsangan emosional yang banyak dibicarakan orang adalah rangsangan seksual akibat adegan-adegan merangsang dalam media massa. Seringkali efek imajinasi yang dibantu oleh memori yang ada, stimuli erotis pada media massa menimbulkan tingkat rangsangan yang berlainan bagi orang yang mempunyai pengalaman yang berbeda. Semakin banyak pengalaman seksual seseorang, makin mudah ia terangsang oleh adegan-adegan seksual. Terdapat hal-hal yang relatif yang telah disepakati juga ada materi erotis yang dapat merangsang setiap orang. Materi inilah yang sering ditampilkan dalam media massa dan anehnya disenangi banyak orang. Media massa memang dapat menjadi stimuli erotis eksternal.

(33)

19 takut akibat menonton berita kriminal sementara responden lainnya mengungkapkan perasaan menjadi cemas setelah menonton berita kriminal. 3) Efek behavioral

Efek behavioral atau konatif merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Berhubungan dengan kesiapan dan respon terarah mengenai apa yang dilakukan berkaitan dengan kebiasaan berperilaku. Rakhmat (2005) merinci efek behavioral kedalam 2 macam yaitu efek prososial behavioral dan agresi sebagi efek komunikasi massa. Pada waktu membicarakan efek kehadiran media massa, secara sepintas khalayak juga telah menyebutkan efek konatif seperti pengalihan kegiatan dan penjadwalan pekerjaan sehari-hari. Efek pesan media massa pada perilaku khalayak meliputi efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima (efek prososial behavioral) dan pada perilaku agresi.

Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya pada unsur stimuli dalam media massa saja. Satu proses belajar yang rumit berlangsung memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikologi yang menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar sosial dari Bandura. Belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, khalayak mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang khalayak amati dan karakteristik diri khalayak. Peristiwa yang menarik perhatian ialah yang tampak menonjol dan sederhana, terjadi berulang-ulang atau menimbulkan perasaan positif pada pengamatannya (artinya, memuaskan kebutuhan psikologisnya). Khalayak juga akan terdorong melakukan perilaku teladan bila melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya. Akhirnya tindakan teladan akan khalayak lakukan bila diri khalayak sendiri yang mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau terpenuhinya citra diri yang ideal.

Adegan kekerasan dalam film dan televisi meningkatkan kadar agresi penontonnya. Secara singkat, hasil penelitian tentang efek adegan kekerasan dalam film atau televisi dapat disimpulkan pada 3 tahap: (1) mula-mula penonton mempelajari metode agresi setelah meilhat contoh (observational learning); (2) selanjutnya, kemampuan penonton untuk mengendalikan dirinya berkurang (disinhibition); dan (3) akhirnya, mereka tidak lagi tersentuh oleh orang yang menjadi korban agresi (desensitization). Jadi, film kekerasan mengajarkan agresi, mengurangi kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan mereka. Pada dasarnya, manusia itu agresif, senang merusak, membunuh, dan menghancurkan. Dorongan agresif tentu tidak seluruhnya dibenarkan masyarakat. Jahja dan Irvan (2006) menyatakan bahwa efek pesan media massa pada tahap behavioral meliputi:

a. Exposure (jangkauan pengenaan), jika sebagian besar masyarakat telah terekspos oleh media massa.

(34)

20

c. Konsonansi, jika isi informasi yang disampaikan oleh beberapa media massa seimbang atau serupa.

d. Signifikansi, jika materi pesan media massa signifikan, dalam arti berkaitan langsung dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

e. Sensitif, jika materi dan penyajian pesan menyentuh hal-hal yang sensitif. f. Situasi kritis, jika ada ketidakstabilan struktural yang menyebabkan

masyarakat berada dalam situasi kritis.

g. Dukungan komunikasi antar pribadi, jika informasi melalui media massa menjadi topik pembicaraan karena didukung oleh komunikasi antar pribadi.

Hasil penelitian Feberia (2012) menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Cigending dan Kelurahan Ujungberung terkena efek behavioral setelah menonton program Bentang Parahyangan yang dilihat dari tindakan responden untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan suatu indakan dalam menerapkan nilai-nilai budaya lokal Sunda dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sering atau tidaknya responden mengoleksi dan membeli VCD/CD lagu-lagu Sunda, sering atau tidaknya menyanyikan lagu-lagu Sunda, sering atau tidaknya memainkan alat musik tradisional, sering atau tidaknya menggunakan busana Sunda sesuai tata cara Sunda serta sering atau tidaknya responden mengunjungi tempat-tempat obyek wisata dan beberapa tempat kuliner sekitar Bandung dan Jawa Barat. Napitupulu (2011) menunjukkan bahwa responden terkena efek behavioral setelah menonton tayangan Sulanjana, responden mampu menghafal lirik lagu, mengajak orang lain menonton tayangan Sulanjana serta mau menyanyikan lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku dan Efek Menonton Program Televisi Pada Khalayak

Terdapat beberapa hasil penelitian yang mengungkapkan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku dan efek menonton khalayak terhadap program siaran televisi. Hasil penelitian penelitian Harahap (2001), Harahap (2004), Silitonga (2009), Harikedua (2009), Napitupulu (2011) dan Feberia (2012), terdiri atas faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan.

1. Jenis kelamin, berhubungan dengan frekuensi menonton karena khalayak yang berjenis kelamin perempuan cenderung menonton program acara televisi setiap hari yaitu sekitar 57.69%, bila dibandingkan dengan laki-laki hanya 42.31% sehingga secara statistika, jenis kelamin mempengaruhi frekuensi menonton acara televisi setiap hari dalam seminggu, hal ini terjadi karena perempuan memiliki intensitas dan Kehadiran orang lain yang jauh lebih besar, baik menonton sendiri maupun menonton bersama teman, keluarga atau orang lain dibandingkan laki-laki yang kurang menyukai menonton. Selain itu, jenis kelamin berhubungan dengan efek kognitif, afektif, dan konatif karena persentase perempuan dalam menonton jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

(35)

21 sebaliknya semakin rendah usia responden maka semakin rendah jumlah frekuensi dan durasi menonton. Hal ini terjadi karena responden yang berusia lebih tua memiliki waktu luang yang cukup banyak dan sangat membutuhkan acara hiburan, sehingga frekuensi dan durasi menontonnya lebih banyak dan lama dibandingkan responden yang berusia lebih muda. Selain itu, usia tidak berhubungan dengan efek kognitif, afektif, dan konatif.

3. Tingkat pendidikan, berhubungan dengan frekuensi, durasi menonton, dan Kehadiran orang lain responden. Semakin rendah pendidikannya akan lebih sering menonton televisi untuk menghabiskan waktu dan sebaliknya bagi yang berpendidikan tinggi akan semakin berkurang intensitas menonton karena responden tersebut cenderung memilih untuk mendapatkan informasi dari berbagai media lain, selain televisi. Responden yang berpendidikan tinggi kebiasaan menontonnya sendirian dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Faktor tingkat pendidikan berhubungan dengan waktu menonton responden, responden yang tingkat pendidikannya tinggi menonton televisi pada sore dan malam hari ketika pulang dari aktivitas rutinnya. Selain itu, hasil penelitian mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka efek menonton yang dirasakan akan semakin rendah dan sebaliknya responden yang memiliki pendidikan rendah terkena efek kognitif, afektif, dan konatif yang tinggi.

4. Tingkat pendapatan, responden yang pendapatannya rendah dan memiliki intensitas menonton yang tinggi mengetahui lamanya tayangan acara setiap kali tayang, berbeda dengan yang pendapatannya tinggi yang intensitas menontonnya rendah. Selain itu, responden yang pendapatannya tinggi maka efek menonton yang dirasakan akan semakin rendah dan sebaliknya responden yang pendapatannya rendah terkena efek kognitif, afektif, dan konatif yang tinggi.

Mengacu pada hasil penelitian DeFleur dan Lowery (1994), Hadiyanto (2004), Sari (2008), dan Mulyana (2010) perilaku menonton televisi pada khalayak meliputi frekuensi menonton, durasi menonton, waktu menonton, Kehadiran orang lain, dan suasana menonton. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan khalayak dalam menonton tayangan televisi publik. Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton televisi publik. Waktu menonton adalah saat yang diluangkan khalayak dalam menyaksikan televisi. Kehadiran orang lain adalah kebiasaan khalayak dalam menonton, dengan siapa khalayak menonton, apakah menonton sendirian atau ditemani dengan orang lain. Suasana menonton adalah keadaan hati dan sekitar responden dalam menonton program acara televisi.

(36)

22

Kerangka Pemikiran

Di Indonesia, sistem penyiaran televisi berada langsung dibawah kendali atau kontrol serta pengaturan dari pemerintah untuk digunakan sebagai instrumen penyebarluasan kebijakan pemerintah demi tujuan pembinaan bangsa. Proses atau cara pengendalian dapat dilihat melalui berbagai kebijakan atau bahkan intervensi pemerintah dalam bidang ini (Wahyuni 2000). Kebijakan Pemerintah dengan mengeluarkan UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 memberikan warna baru dalam industri pertelevisian terutama bagi televisi swasta.

Salah satu televisi swasta pertama yang hadir di Indonesia pada tahun 1989 adalah RCTI yang terletak di Jakarta. RCTI menghadirkan tayangan-tayangan yang meliputi hiburan dan berita (news). Meskipun RCTI banyak menampilkan program hiburan dibandingkan dengan program beritanya, tetapi stasiun televisi pertama swasta tersebut tidak kalah saing dengan televisi yang memang mengkhususkan pada program berita dalam menampilkan isu-isu up to date yang sedang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penghargaan Nasional dan Internasional yang di dapat RCTI karena program beritanya. Salah satu program berita unggulan yang ditayangkan di RCTI adalah Seputar Indonesia, yaitu program yang menayangkan isu-isu penting yang sedang terjadi. Menonton program berita Seputar Indonesia menimbulkan efek pada khalayak, dalam kasus ini adalah efek menonton pada petani.

Efek menonton televisi merupakan perubahan yang terjadi pada diri khalayak sebagai akibat dari menonton televisi yang meliputi penerimaan informasi (efek kognitif), perubahan perasaan atau sikap (efek afektif) dan perubahan perilaku (efek konatif/behavioral), (Rakhmat 2005). Timbulnya efek tersebut diawali dari perilaku menonton petani terhadap program berita Seputar Indonesia.

Perilaku menonton adalah melihat gambar hidup yang dilakukan dalam rangka untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal (Moeliono 1990). Apabila dikaitkan dengan penelitian, yang dimaksud dengan perilaku menonton pada petani adalah kebiasaan petani menonton program berita Seputar Indonesia. Hasil penelitian DeFleur dan Lowery (1994), Hadiyanto (2004), Sari (2008), dan Mulyana (2010) yang mengungkapkan perilaku menonton khalayak meliputi aspek frekuensi menonton, durasi menonton, waktu menonton, kehadiran orang lain, dan suasana menonton.

(37)

23

Keterangan:

Berhubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran Hipotesis

Hipotesis yang disusun berdasarkan kerangka pemikiran di atas yaitu: 1. Ada hubungan antara karakteristik petani dengan perilaku menonton program

berita televisi Seputar Indonesia pada petani.

2. Ada hubungan antara karakteristik petani dengan efek menonton program berita televisi Seputar Indonesia pada petani.

3. Ada hubungan antara perilaku menonton dengan efek menonton program berita televisi Seputar Indonesia pada petani.

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional untuk mengukur berbagai peubah. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah tersebut yaitu:

1. Karakteristik petani adalah kondisi atau keadaan spesifik individu petani yang berkaitan langsung dengan dirinya, meliputi:

a. Usia adalah jumlah tahun sejak responden lahir hingga penelitian dilakukan, dibedakan sebagai: dewasa awal (18-29 tahun), dewasa pertengahan (30-50 tahun), dan dewasa akhir (>50 tahun), (Havighurst 1950 dalam Mugniesyah 2006).

b. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis, terdiri atas laki-laki dan perempuan.

Karakteristik Petani 1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Tingkat Pendidikan 4. Tingkat Pendapatan

Efek Menonton 1. Efek Kognitif 2. Efek Afektif 3. Efek Behavioral

(38)

24

c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diikuti responden, dikategorikan ke dalam: rendah (tidak sekolah–SD), sedang (SMP), dan tinggi (SMA–Perguruan Tinggi).

d. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden perbulan, yang dihitung dengan rumus kurva sebaran normal (rata-rata pendapatan responden ± ½ standar deviasi) dan dikategorikan ke dalam: rendah (pendapatan ≤ Rp706 487/bulan), sedang (Rp706 487/bulan < pendapatan<Rp1 078 513/bulan), tinggi (pendapatan≥ p1 078 513/bulan). 2. Perilaku menonton adalah tindakan yang dilakukan oleh khalayak dalam

menyaksikan program berita Seputar Indonesia RCTI yang meliputi:

a. Frekuensi menonton yaitu tingkat keseringan responden dalam menyaksikan program berita Seputar Indonesia yang diukur dalam satuan kali/minggu dan dikategorikan ke dalam: rendah (≤ 13 kali/minggu) dan tinggi (> 13 kali/minggu). Dasar penentuan adalah tayangan Seputar Indonesia yang hadir 26 kali/minggu.

b. Durasi menonton adalah lama waktu yang digunakan responden dalam menyaksikan program berita Seputar Indonesia yang diukur dalam satuan menit/tayangan dan dikategorikan ke dalam: rendah (≤ 15 menit/tayangan) dan tinggi ( > 15 menit/tayangan). Dasar penentuan adalah waktu tayang Seputar Indonesia dengan durasi 30 menit/tayangan.

c. Waktu menonton adalah saat yang diluangkan khalayak dalam menyaksikan program berita Seputar Indonesia dan dikategorikan ke dalam: sore hari, pagi dan sore hari. Dasar penentuan adalah jadwal tayang program berita Seputar Indonesia dalam sehari yaitu pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari (terkecuali hari sabtu dan minggu).

d. Kehadiran orang lain adalah kebiasaan responden dalam menonton, dengan siapa menonton program berita Seputar Indonesia dan dikategorikan ke dalam: sendirian dan bersama keluarga.

e. Suasana menonton adalah keadaan hati dan sekitar responden dalam menonton program berita Seputar Indonesia dan dikategorikan ke dalam: tenang/kondusif dan berisik/ada gangguan.

3. Efek menonton program berita Seputar Indonesia adalah pengaruh yang muncul di kalangan responden sebagai akibat dari menyaksikan program berita Seputar Indonesia, metode yang digunakan adalah semantic differential yaitu skala perbedaan semantik berisikan serangkaian biopolar (dua kutub) dengan rentang kisaran 1-6 (Singarimbun dan Effendi 2006) dengan nilai kategorisasi rendah (1-3) dan tinggi (4-6), dikategorikan ke dalam:

a. Efek kognitif merupakan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi (Rakhmat 2005). Terdapat tiga indikator yang mencakup:

(39)

25 berbagai peristiwa, menambah wawasan tentang peristiwa-peristiwa penting, memperoleh banyak “ilmu” untuk memahami kondisi atau kejadian di lingkungan sendiri,

2. Agenda setting merupakan pengaruh media massa yang terjadi di kalangan khalayak yang mencakup kepentingan isu berita yang terjadi, terdiri atas mendorong pembicaraan isu-isu penting, mengarahkan perhatian terhadap isu-isu penting, dan mengarahkan minat terhadap isu-isu penting.

3. Prososial kognitif merupakan kriteria pembenaran umum. Sejauh mana media massa mempengaruhi responden dalam menetapkan kriteria dan aspek-aspek kebenaran, terdiri atas paham mengenai bahasa Indonesia yang baik dan benar, menambah keterampilan dalam berpikir mengenai isu penting dan menambah berbagai macam manfaat mengenai isu-isu penting.

b. Efek Afektif merupakan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak yang berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai (Rakhmat 2005). Terdapat tiga indikator yang mencakup:

1. Pembentukan dan perubahan sikap merupakan pengaruh media massa dalam menemukan perubahan sikap yang terjadi pada responden yang terdiri atas mempertegas sikap tentang berbagai isu-isu penting, meningkatkan rasa keingintahuan mengenai isu-isu penting, membentuk sikap disiplin mengenai segala hal, membentuk sikap sosial terhadap isu-isu penting, mengubah sikap tentang orang-orang penting, mengubah sikap tentang kejadian-kejadian penting, meningkatkan tenggang rasa kepada orang lain, dan membentuk sikap peduli terhadap orang sekitar.

2. Rangsangan emosional merupakan pengaruh media massa yang menunjukkan sejauh mana perasaan responden dalam menanggapi program berita televisi yang terkait dengan menimbulkan benci atau marah terhadap kejahatan-kejahatan yang diberitakan, membuat sedih tentang kejadian memilukan yang diberitakan, dan menimbulkan rasa senang tentang berita-berita mengembirakan.

3. Rangsangan seksual merupakan pengaruh media massa pada adegan merangsang yang dapat menyebabkan respon tertentu pada khalayak terkait dengan isu-isu yang diberitakan yang terdiri atas merangsang untuk meniru cara-cara berpakaian, membangkitkan keinginan untuk dicintai lawan jenis, membangkitkan keinginan merias diri, dan membangkitkan hasrat seksual.

c. Efek Behavioral merupakan perilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku yang berhubungan dengan kesiapan dan respon terarah mengenai apa yang dilakukan berkaitan dengan kebiasaan berperilaku (Rakhmat 2005). Terdapat dua indikator yang mencakup:

(40)

26

menonton Seputar Indonesia kedepannya, mampu memberikan saran dan pendapat dalam musyawarah di kelompok tani dan organisasi lainnya, dan merekomendasikan atau menyarankan kepada orang lain untuk menonton berita.

(41)

27

METODE

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Metode yang digunakan adalah survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Unit analisis dari penelitian ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori karena menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan observasi melalui studi langsung dan melalui pencarian informasi dengan internet. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan (1) kualitas komoditas pertanian di Desa Cibatok Satu terbaik di Kabupaten Bogor, hal ini dibuktikan dengan perolehan berbagai penghargaan dari pemerintah provinsi Jawa Barat dalam kategori kualitas komoditas terbaik dan mendapatkan peringkat ketiga di Kabupaten Bogor, (2) letak Desa Cibatok Satu yang cukup stategis dari kampus IPB Dramaga dan di desa tersebut sering dijadikan desa implementasi program pertanian baik dari pemerintah maupun IPB, (3) wilayahnya tidak jauh dari kota sehingga akses terhadap media komunikasinya lebih luas, (4) petani memiliki televisi, dan (5) program acara yang ditayangkan oleh RCTI dapat dilihat dengan jernih dan jelas tanpa ada gangguan sinyal. Pengambilan data penelitian dilakukan dalam waktu 3 minggu pada bulan Maret sampai dengan April 2013.

Teknik Pengumpulan Data

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cibatok Satu menurut kelompok
Tabel 3 Jumlah dan persentase mata pencaharian Desa Cibatok Satu tahun 2011
Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan karakteristik sosial ekonomi di Desa Cibatok Satu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, hidayah, dan rahman rahim-Nya berupa kesehatan dan kemampuan sehingga saya dapat

Penggunaan antibiotik secara rasional diartikan sebagai pemberian antibiotik yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada terhadap efek samping obat

Untuk mengetahui nilai koefiesien pnnyerapan bunyi suatu material maka digunakan persamaan 2.2 pada tabel 4.1 berikut merupakan hasil penelitian nilai koefisien

Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan Pertigaan pasir bodas Cileungsir - Girimukti (lanjutan) Desa Cikamunding Kecamatan

Model Hipotetik Peningkatan Implementasi Knowledge Management pada Perguruan Tinggi……… 239 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI………...

Independensi auditor internal dapat dipertahankan dengan kemampuan ( abillity ) yang dimiliki, dimana bersumber dari dalam diri auditor, bersifat menetap, tetapi

a) Tahun 2014 negara - negara dunia mulai merasakan dampak dari virus Ebola. Beberapa diantaranya adalah Spanyol, Inggris dan Amerika Serikat. Relawan asal negaranya yang di

Tujuan kajian ini adalah untuk memaparkan ting- kat ketimpangan pendidikan antarkabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012, dan menga- nalisis hubungan