• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan Aditif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan Aditif"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN

SORGUM MANIS (

Sorghum bicolor

L. Moench) UMUR

70 HARI DENGAN PENAMBAHAN ADITIF

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan Aditif adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan Aditif. Dibimbing oleh PANCA DEWI MANU HARA KARTI dan LUKI ABDULLAH.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas fisik dan kimiawi dari silase tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada umur panen 70 hari dengan penambahan aditif berupa dedak padi 3% (b/b) dan ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan silase terdiri atas silase P0 (silase tanaman sorgum manis tanpa penambahan aditif), silase P1 (silase tanaman sorgum manis dengan penambahan dedak padi 3%), dan silase P2 (silase tanaman sorgum manis dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi 3%). Peubah yang diamati meliputi kondisi awal bahan, karakteristik fisik silase, dan karakteristik fermentatif silase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisik yang dihasilkan silase tanaman sorgum manis pada umur panen 70 hari menunjukkan hasil yang sama baik untuk semua perlakuan yang diberikan. Namun berdasarkan karakteristik fermentatif, silase tanpa penambahan aditif dan silase dengan penambahan aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b) memiliki kualitas yang lebih baik dari pada silase dengan penambahan aditif dedak padi 3% (b/b).

Kata kunci: karakteristik fermentasi, karakteristik fisik, silase, sorgum manis

ABSTRACT

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Physical and Chemical Quality of Sweet Sorghum Plant (Sorghum bicolor L. Moench) Silage at 70 Days Harvesting Time of Sorghum With Additives Inclusion. Supervised by PANCA DEWI MANU HARA KARTI and LUKI ABDULLAH.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN

SORGUM MANIS (

Sorghum bicolor

L. Moench) UMUR

70 HARI DENGAN PENAMBAHAN ADITIF

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan Aditif

Nama : Muhammad Asrianto Malik NIM : D24090097

Disetujui oleh

Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Pembimbing I

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Alhamdulillahi robbil alamin penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa

ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah silase tanaman sorgum manis, dengan judul Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan Aditif.

Karya ilmiah ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk mengkaji pengawetan pakan yang tepat dan dapat diterapkan di Peternakan Terpadu (PESAT) PT. KPC. Pengawetan ini bertujuan untuk menyediakan pakan agar tersedia sepanjang tahun yang merupakan permasalahan yang sedang dihadapi di PESAT PT. KPC. Sehingga hasil yang didapatkan dari penelitian ini akan dijadikan sumbangsih dalam manajemen pakan yang ada di PESAT PT. KPC. Penelitian ini juga didukung oleh adanya pembukaan lahan untuk penanaman sorgum manis di PESAT PT. KPC yang merupakan alasan penting mengapa dipilihnya tanaman sorgum manis untuk dijadikan silase. Sehingga kondisi tersebut semakin mendukung pentingya hasil penelitian ini untuk segera diterapkan di PESAT PT. KPC.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi perbaikan di massa mendatang. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan karya ilmiah ini dapat diperbaiki dalam tulisan-tulisan selanjutnya.

Bogor, Agustus 2013

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 1

Bahan 1

Alat 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 2

Persiapan lahan 2

Penanaman dan pemupukan 2

Pemeliharaan 2

Pemanenan 2

Pembuatan ekstrak sorgum terfermentasi (EST) 2

Pembuatan silase 3

Perlakuan 3

Peubah yang diamati 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kondisi Awal Bahan 4

Karakteristik Fisik Silase 5

Karakteristik Fermentatif Silase 5

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 8

LAMPIRAN 11

RIWAYAT HIDUP 15

(13)

DAFTAR TABEL

1 Proporsi bagian tanaman dan kualitas nutrisi tanaman sorgum manis

umur 70 hari 4

2 Karakter fisik silase tanaman sorgum manis umur 70 hari 5 3 Hasil pengukuran pH, BK, VFA, dan kehilangan BK silase 6

4 Hasil pengukuran PK dan N-NH3 7

5 Hasil pengukuran residual & kehilangan WSC dan nilai fleigh 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil sidik ragam BK silase 11

2 Uji lanjut duncan BK silase 11

3 Hasil sidik ragam pH silase 11

4 Hasil sidik ragam suhu silase 11

5 Hasil sidik ragam kehilangan BK 12

6 Uji lanjut duncan kehilangan BK silase 12

7 Hasil sidik ragam NH3 silase 12

8 Uji lanjut duncan NH3 silase 12

9 Hasil sidik ragam residual WSC silase 13

10 Hasil sidik ragam PK silase 13

11 Hasil sidik ragam VFA silase 13

12 Hasil sidik ragam nilai fleigh silase 14

13 Uji lanjut duncan nilai fleigh silase 14

(14)

PENDAHULUAN

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) dikenal sebagai tanaman onta atau “a

camel among crops” karena memiliki daya adaptasi yang luas dan sangat tahan

terhadap kondisi lahan marjinal seperti kekeringan, lahan masam, lahan salin, dan lahan alkalin (FAO 2002). Menurut BALITSEREAL (2012), sorgum manis varietas numbu berbunga 50% pada umur kurang lebih 69 hari.

Kendala hijauan pakan di Indonesia adalah kandungan nutrisi yang rendah dan keterbatasan penyediaan sepanjang tahun. Kendala tersebut dapat diatasi melalui usaha-usaha pengawetan hijauan pakan pada saat produksinya melimpah, penggunaan sumber pakan inkonvensional, serta aplikasi teknologi fermentasi (Diwyanto dan Inounu 2001). Salah satu usaha dalam penerapan teknologi fermentasi adalah melalui proses ensilase untuk menghasilkan silase.

Silase merupakan salah satu teknik pengawetan pakan atau hijauan pada kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikrobial oleh bakteri yang berlangsung di dalam tempat yang disebut silo (McDonald et al. 2002). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas silase hijauan tropis adalah dengan penggunaan aditif pada proses ensilase yang dapat menstimulasi fermentasi Bakteri Asam Laktat (BAL) (Bureenok et al. 2006). Penambahan aditif seperti dedak padi yang memiliki kandungan nutrien menurut Hartadi et al. (2005) yaitu serat kasar (SK) 11.6%, protein kasar (PK) 13.8%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48.7% diharapkan dapat meningkatkan kualitas silase. Ridwan et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan dedak padi 1 - 5% pada pembuatan silase rumput gajah berpengaruh terhadap kualitas silase.

Penambahan aditif berupa BAL komersial sudah banyak digunakan sebagai starter pada pembuatan silase, namun penelitian Ohshima et al. (1997) yang menggunakan hijauan dari daerah subtropika menunjukkan bahwa penggunaan BAL yang diperoleh dari estrak rumput sejenis yang sudah difermentasi (BLEF) menghasilkan kualitas silase yang lebih baik dibandingkan dengan inokulum yang berasal dari aditif BAL komersial. Susanto et al. (2009) melaporkan bahwa penambahan BLEF 3% (v/b) pada rumput tropika dapat meningkatkan kualitas fermentasi silase.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas fisik dan kimiawi dari silase tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada umur panen 70 hari dengan penambahan aditif berupa dedak padi 3% (b/b) dan ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b).

METODE PENELITIAN

Bahan

(15)

2

karakteristik fisik setelah ensilase, dan karakteristik fermentasi silase yang dihasilkan.

Alat

Peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk persiapan lahan dan penananaman, peralatan pemeliharaan tanaman, peralatan untuk pembuatan silase, serta peralatan untuk pengamatan karakteristik awal bahan, karakteristik fisik setelah ensilase, dan karakteristik fermentasi silase yang dihasilkan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dari bulan Maret 2013 sampai Juli 2013.

Prosedur Percobaan

Persiapan lahan

Lahan yang digunakan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman (land clearing). Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor. Selanjutnya dilakukan penggaruan dan diratakan, sehingga lahan siap ditanami. Penanaman dan pemupukan

Penanaman dilakukan di 15 petak dengan ukuran tiap petak 4 x 5 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 x 45 cm dengan setiap lubang tanam diisi sekitar 3 – 5 biji kemudian ditutup dengan tanah ringan. Setelah umur 2 minggu, tanaman dijarangkan dan ditinggalkan 2 tanaman agar dapat tumbuh secara optimum.

Pemupukan menggunakan pupuk standar berupa pupuk urea, triple super phosphate (TSP), dan kalium klorida (KCl) dengan perbandingan berturut-turut 4 : 3 : 2. Dosis pupuk yang digunakan adalah sebesar 270 kg ha-1.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan sejak penananaman selesai dilakukan yang meliputi pengairan, penjarangan tanaman, penyiangan, pembubunan, dan pengendalian hama penyakit.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada umur 70 hari. Pemanenan dilakukan pada keadaan cuaca cerah/ terang dan pemotongan tanaman dilakukan pada pangkal tanaman sorgum dengan panjang sekitar 15 – 25 cm di atas permukaan tanah. Pembuatan ekstrak sorgum terfermentasi (EST)

(16)

3 disimpan dalam ruangan pada suhu kamar selama 21 hari.

Perlakuan

Penelitian terdiri atas 3 perlakuan kondisi silase yang berbeda-beda dengan masing-masing 6 ulangan, yakni:

P0 = silase tanpa penambahan bahan aditif

P1 = silase dengan penambahan dedak padi 3% (b/b)

P2 = silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi (EST) 3% (v/b) Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kondisi awal bahan. Pengukuran kondisi awal bahan meliputi: a) proporsi tanaman sorgum sebelum ensilase dengan menimbang proporsi tiap bagian tanaman yaitu daun, biji, dan batang; b) kandungan bahan kering (BK) sebelum ensilase menggunakan metode AOAC (1990); c) kandungan protein kasar (PK) sebelum ensilase menggunakan metode Kjeldahl yang dikemukakan oleh AOAC (2005); dan d) kandungan water soluble carbohydrate (WSC) sebelum ensilase menggunakan metode fenol oleh Dubois et al. (1956) yang dimodifikasi Buysse dan Merckx (1993).

Pengamatan karakteristik fisik silase. Pengukuran karakteristik fisik silase dilakukan dengan pengujian sensori untuk peubah aroma, tekstur, warna, dan keberadaan jamur, sedangkan suhu diukur menggunakan termometer.

Pengamatan karakteristik fermentatif silase. Pengukuran karakteristik fermentatif silase meliputi: a) nilai pH silase menggunakan prosedur Naumann dan Bassler (1997); b) kandungan bahan kering (BK) silase menggunakan metode AOAC (1990); c) kehilangan bahan kering (BK) yang dihitung dari selisih berat kering bahan awal sebelum ensilasi dengan berat kering setelah ensilasi; d) konsentrasi volatile fatty acid (VFA) menggunakan teknik destilasi uap atau Steam Destilation (General Laboratory Procedure 1966); e) kandungan protein kasar (PK) silase menggunakan metode Kjeldahl yang dikemukakan oleh AOAC (2005); f) konsentrasi N-NH3 silase menggunakan metode mikrodifusi Conway

(Conway dan O’Malley 1942); g) perombakan protein kasar (PK) yang diukur

dari perbandingan antara banyaknya protein yang dirombak menjadi NH3 (%) dengan protein awal sampel (%); h) residual water soluble carbohydrate (WSC) silase menggunakan metode fenol oleh Dubois et al. (1956) dimodifikasi Buysse dan Merckx (1993); dan i) kehilangan water soluble carbohydrate (WSC) yang didapatkan dari perhitungan selisih besaran kandungan WSC sebelum ensilase dan residual WSC silase; serta j) perhitungan kualitas silase berdasarkan nilai fleigh. Yang dihitung berdasarkan formula Kilic (1984):

(17)

4

Analisis Data

Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam kali pengulangan. Data pada pengamatan karakteristik fisik (aroma, warna, tekstur, dan keberadaan jamur) dianalisis secara deskriptif sedangkan data lainnya pada pengamatan kondisi awal bahan, karakteristik fisik berupa suhu dan karakteristik fermentatif dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (1955) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.

Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah : Yij = μ + τi + εij

Keterangan rumus (Matjik dan Sumertajaya 2006) : Yij = Nilai pengaruh perlakuan

μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan dan ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal Bahan

Silase tanaman sorgum manis yang digunakan pada penelitian ini memanfaatkan seluruh bagian tanaman. Bagian-bagian tersebut meliputi batang, bulir, dan daun. Data pada Tabel 1 memperlihatkan proporsi bagian-bagian dari tanaman sorgum manis dengan umur panen 70 hari. Proporsi terbesar dimiliki oleh bagian batang sebesar 59.72% diikuti oleh bagian daun dan bulir sebesar 31.54% dan 8.74%. Hasil pengamatan ini sejalan dengan penelitian Rahayu et al. (2011) bahwa brangkas (batang dan daun) memiliki proporsi terbesar dari Tabel 1 Proporsi bagian tanaman dan kualitas nutrisi tanaman sorgum manis umur

70 hari

Proporsi Botani (% BS) Kualitas Nutrisi

Batang Bulir Daun BK (%)a PK (%)a WSC (%)b

59.72 ± 2.16 8.74 ± 2.16 31.54 ± 1.36 16.95 ± 0.69 12.38 ± 0.46 9.97 ± 1.50

a

(18)

5 manis umur 70 hari bernilai 12.38% dan 9.97%. Nilai ini lebih kecil dari kadar PK dan WSC tanaman jagung umur 70 hari yang bernilai 13.72% dan 16.46% (Hidayah 2012). Namun, kadar WSC tanaman sorgum manis umur 70 hari ini masih lebih tinggi dari nilai kandungan WSC hijauan yang berkualitas baik untuk pembuatan silase yaitu 3 - 5% (McDonald et al. 1991).

Karakteristik Fisik Silase

Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisik silase yang dihasilkan (Ferreira and Mertens 2005). Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, tekstur, dan keberadaan jamur serta suhu. Karakteristik fisik silase tanaman sorgum manis dapat dilihat pada Tabel 2. Aroma silase tanaman sorgum manis menunjukkan aroma asam dan wangi fermentasi. Aroma silase perlakuan termasuk kedalam kriteria kualitas silase yang baik. Silase yang baik memiliki aroma asam dan wangi (Abdelhadi et al. 2005). Warna silase yang dihasilkan menunjukkan warna hijau atau sama dengan warna tanaman sorgum sebelum ensilase. Saun and Heinrichs (2008) menyatakan bahwa warna pada silase menggambarkan hasil fermentasi selama proses ensilase dan silase yang berkualitas baik adalah silase yang berwarna hampir sama dengan bahan sebelum ensilase.

Tekstur silase yang dihasilkan menunjukkan tekstur yang padat atau tidak menggumpal, tidak berlendir, dan remah. Silase yang baik memiliki tekstur lembut (Sandi et al. 2010). Seluruh silase tanaman sorgum manis yang dihasilkan menunjukkan kondisi tidak berjamur. Persentase bagian berjamur pada silase berkualitas baik adalah kurang dari 10% (Davies 2007). Suhu silase tanaman sorgum manis yang dihasilkan dari seluruh perlakuan sebesar 30oC. Levitel et al. (2009) menyatakan bahwa silase yang baik dapat dihasilkan pada suhu 30oC.

Karakteristik Fermentatif Silase

Karakteristik fermentatif silase yang meliputi pH, BK, VFA, dan kehilangan BK disajikn pada Tabel 3. Hasil pengukuran nilai pH menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05). Nilai pH pada perlakuan P2 atau silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi memiliki pH yang paling rendah dari pada perlakuan lainnya dengan nilai 3.57. Nilai pH yang dihasilkan pada seluruh perlakuan silase berkisar antara 3.57 - 3.62 yang termasuk kategori silase baik sekali. Wilkins (1988) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan Tabel 2 Karakter fisik silase tanaman sorgum manis umur 70 hari

Perlakuan Peubah

Aroma Warna Tekstur Jamur Suhu (oC)* P0 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00 P1 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00 P2 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00

(19)

6

Tabel 3 Hasil pengukuran pH, BK, VFA, dan kehilangan BK silase

Perlakuan Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013); P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. BK: bahan kering, VFA: volatile fatty acid (asam lemak terbang).

menjadi empat kategori, yaitu baik sekali (pH 3.2 - 4.2), baik (pH 4.2 - 4.5), sedang (pH 4.5 - 4.8), dan buruk (pH >4.8).

Kandungan bahan kering (BK) merupakan aspek penting penentuan kualitas silase. Hasil pengukuran kadar BK pada Tabel 3 menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05). Kandungan BK tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 atau silase dengan penambahan dedak padi yaitu 19.65%. Kandungan BK pada perlakuan lainnya yaitu P0 dan P1 berturut-turut adalah 17.32% dan 16.07%. BK silase yang dihasilkan masih tergolong sangat rendah. Menurut Sapienza dan Bolsen (1993) kandungan BK untuk menghasilkan silase yang baik sekitar 30 - 35%. Kehilangan BK pada silase yang diukur juga menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05). kehilangan terbesar terjadi pada perlakuan P2 atau silase tanaman sorgum dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi. Namun kehilangan BK yang berkisar 0.15 - 1.68% lebih kecil dari penelitian Yahaya et al. (2002) yang berkisar 2 - 3%. Asam lemak terbang (VFA) merupakan hasil dari penguraian bahan organik selama ensilase. Konsentrasi VFA silase yang dihasilkan berdasarkan analisis statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan. Konsentrasi VFA yang tinggi terdapat pada perlakuan P1 atau silase tanaman sorgum dengan penambahan dedak padi sebesar 63.47 mM lalu diikuti oleh P2 atau perlakuan silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi dengan konsentrasi 61.64 mM dan perlakuan P0 atau silase tanaman sorgum tanpa penambahan aditif sebesar 51.36 mM. Variasi konsentrasi total VFA silase secara umum dipengaruhi beberapa faktor yaitu jenis tanaman, kadar bahan kering pada saat panen, populasi bakteri, kehilangan selama panen maupun saat proses ensilase, cuaca pada saat panen, kandungan karbohidrat bahan (Saun and Heinrichs 2008). Silase yang berkualitas baik adalah silase dengan dominasi asam laktat (>60%) pada komposisi total asam lemak terbang (VFA) silase.

(20)

7 menjadi asam amino dan polipetida yang kemudian diurai lebih lanjut menjadi ammonia, VFA, dan CO2. Kondisi ini akan terjadi secara intensif apabila suplai oksigen mencukupi.

Perombakan protein menjadi ammonia nitrogen (N-NH3) pada silase tanaman sorgum manis menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dengan kisaran antara 3.21 - 6.10%. Perombakan tertinggi terjadi pada silase dengan perlakuan P1 atau penambahan dedak padi, yaitu sebesar 6.10%. Perlakuan lainnya mengalami perombakan protein sebesar 3.61% untuk perlakuan P0 dan 3.21% untuk perlakuan P2. Menurut Chamberlain and Wilkinson (1996), konsentrasi N-NH3 kurang dari 5% dikategorikan dalam silase yang sangat baik, sedangkan silase berkualitas baik mempunyai konsentrasi N-NH3 antara 5 - 10%. Berdasarkan kualitas tersebut maka silase P0 dan P2 termasuk silase yang sangat baik, sedangkan silase P1 tergolong silase baik.

Karakteristik fermentatif silase terakhir yang meliputi residual WSC dan kehilangan WSC serta pengukuran kualitas silase berdasarkan nilai Fleigh disajikan pada Tabel 5. Karbohidrat larut air (WSC) merupakan substrat bagi BAL selama ensilase untuk meningkatkan proses pengawetan (Davies et al. 2005). Data hasil pengukuran kandungan karbohidrat terlarut air disajikan pada Tabel 5. Residual WSC yang dihasilkan pada silase tanaman sorgum umur 70 hari Tabel 4 Hasil pengukuran PK dan N-NH3

Perlakuan Peubah berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah fakultas Peternakan IPB (2013); P0: Silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. PK: Protein Kasar, N-NH3: amonia.

Tabel 5 Hasil pengukuran residual & kehilangan WSC dan nilai fleigh

Perlakuan Nutrisi Ternak Perah fakultas Peternakan IPB (2013); P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%, WSC:

(21)

8

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) untuk seluruh perlakuan. Hal ini diikuti pula oleh persentase kehilangan WSC yang juga menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05).

Residual WSC pada perlakuan P0 cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya dengan kadar WSC 1.05%, sedangkan kehilangan WSC terbesar terdapat pada perlakuan P2 dengan angka kehilangan sebesar 9.04%. Berdasarkan besarnya nilai kehilangan WSC dapat diduga BAL memanfaatkan karbohidrat terlarut air lebih optimal dibandingkan perlakuan lainnya.

Nilai fleigh merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengukur kualitas silase berdasarkan nilai kandungan bahan kering dan pH silase. Nilai fleigh yang dihasilkan pada penelitian ini bernilai >85 sehingga dikategorikan sebagai silase dengan kualitas sangat baik (Ozturk 2005). Namun antar perlakuan dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) di mana P1 atau silase dengan penambahan dedak padi menghasilkan nilai fleigh tertinggi yaitu 98.91 yang diikuti oleh perlakuan P0 atau silase tanpa penambahan aditif dengan nilai 96.84 dan yang terendah adalah perlakuan P2 atau silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi dengan nilai 94.74.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakter fisik yang dihasilkan silase tanaman sorgum manis umur 70 hari menunjukkan hasil yang sama baik untuk semua perlakuan yang diberikan. Namun berdasarkan karakteristik fermentatif, silase dengan penambahan aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b) dan tanpa penambahan aditif memiliki kualitas lebih baik dari pada silase dengan penambahan aditif dedak padi 3% (b/b).

Saran

Silase tanaman sorgum manis umur 70 hari dapat dibuat tanpa penambahan aditif dan tidak menurunkan kualitas silase yang dihasilkan. Aditif yang lebih baik digunakan adalah aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi daripada aditif dedak padi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelhadi LO, Santini FJ, Gagliostro GA. 2005. Corn silage of high moisture corn supplements for beef heifers grazing temperate pasture; effects on performance ruminal fermentation and in situ pasture digestion. Anim Feed Sci Technol. 118: 63-78.

(22)

9 [AOAC] Association of Official Agricultural Chemists. 2005. Official Methods of Analysis. 17th Ed. Washington DC (US): Assoc of Official Analytical Chemist.. [BALITSEREAL] Balai Penelitian Tanaman Serealia. Varietas numbu (sorgum) [Internet]. Jakarta (ID): Departemen Pertanian Indonesia. [diunduh 2013 Juli 20]. Tersedia pada: http://balitsereal.litbang.deptan. go.id/ind/index.php

Bureenok S, Namihira T, Mizumachi S, Kawamoto Y, Nakada T. 2006. The effect of epiphytic lactic acid bacteria with or without different byproduct from defatted rice bran and green tea waste on napiergrass (Pennisetum purpureum Shumach) silage fermentation. J Sci Food Agric. 86:1073-1077. doi: 10.1002/jsfa.2458

Buysse J, Merckx R. 1993. An improved colorimetric method to quantify sugar content of plant tissue. J Exp Bot. 44:1627-1629.

Chamberlain AT, Wilkinson JM. 1996. Feeding the Dairy Cow. Lincoln (US): Chalcombe.

Conway EJ, O’Malley E. 1942. Microdiffusion methods: ammonia and urea using

buffered absorbents (revised methods for ranges greater than 10 μg N). J Biochem. 36: 655-661.

Davies D. 2007. Improving silage quality and reducing CO2 emission [Internet]. California (US): Dow Chemical. [diunduh 2013 Juli 22]. Tersedia pada: http://www.dow.com/silage/tools/experts/ improving.htm.

Davies DR, Theodorou MK, Kingston-Smith AH, Merry RJM. 2005. Advances in Silage Quality in The 21st Century. Silage Production and Utilization. Netherlands (NL): Wageningen Academic.

Diwyanto K, Inounu I. 2001. Ketersediaan teknologi dalam pengembangan ruminansia kecil. Seminar Nasional Domba dan Kambing. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 121-130. Dubois M, Gilles KA, Hamilton JK, Rebers PA, Smitth F. 1956. Calorimetric

Method for Determination of Sugars and Related Substances Division of Biochemistry. Minn (US): University of Minnesota.

Duncan DB. 1955. Multiple range and multiple F tests. Biometrics. 11:1-42. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2002. Sweet sorghum in China

[Internet]. Hebei (CN): FAO. [diacu 2013 Juli 20]. Tersedia pada: http://www.fao.org/ag/magazine/ 0202sp2.htm

Ferreira G, Mertens DR. 2005. Chemical and physical characteristics of corn silages and their effects on in vitro dissappearance. J Dairy Science 88: 4414 – 4425.

[GLP] General Laboratory Procedure. 1966. General Laboratory Procedure. Wisconsin (US): University of Wisconsin.

Hartadi H, Reksohadiprojo S, Tilman AD. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

Hidayah P. 2012. Kualitas silase tanaman jagung pada berbagai umur pemanenan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kilic A. 1984. Silo Yemi (Silage Feed). Izmir (TR): Bilgehan Pr.

Levitel T, Mustafaa AF, Seguin P, Lefebvrec G. 2009. Effects of a propionic acid-based additive on short-term ensiling characteristics of whole plant maize and on dairy cow performance. Anim Feed Sci Technol. 152:21–32.

(23)

10

McDonald P, Edwards R, Greenhalgh J. 1991. The Biochemistry of Silage. 2nd Ed. Marlow (GB): Chalcombe.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Harlow (GB): Pearson Education.

Naumann C, Bassler R. 1997. VDLUFA-Methodenbuch Band III, Die chemische Untersuchung von Futtermitteln. 3rd Ed. Darmstadt (NL): VDLUFA Verlag. Ohshima M, Kimura E, Yokota H. 1997. A methods of making good quality

silage from direct cut alfalfa by spraying previously fermented juices. Anim Feed Sci Technol. 66: 129-137.

Ozturk D, Kizilsimsek M, Kamalak A, Canbolat O, Ozkan CO. 2005. Effects of ensiling alfalfa with whole-crop maize on the chemical composition and nutritive value of silage mixtures. Kahramanmaras (TR): Kahramanmaras Sutcu Imam University.

Rahayu M, Samanhudi, Wartoyo. 2011. Uji adaptasi beberapa varietas sorgum manis di lahan kering wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seminar Hijauan Pakan Nasional. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Solo (ID): Universitas Sebelas Maret.

Ridwan R, Ratnakomala S, Kartina G, Widyastuti Y. 2005. Pengaruh penambahan dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan silase rumput gajah. Med Pet. 28(3):117-123.

Sandi S, Laconi EB, Sudarman A, Wiryawan KG, Mangundjaja D. 2010. Kualitas nutrisi silase berbahan baku singkong yang diberi enzim cairan rumen sapi dan Leuconostoc mesenteroides. Med Pet. 33(1):25-30.

Sapienza DA, Bolsen KK. 1993. Teknologi Silase (Penanaman, Pembuatan, dan Pemberdayaan pada Ternak). Martoyoedo RBS, penerjemah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Terjemahan dari: Pioneer Seeds.

Saun RJV, Heinrich AJ. 2008. Trouble shooting silage problem. Di dalam: Proceedings of the Mid-Atlantic Conference; 2008 May 26; Pensylvania, United States of America. Pensylvania (US): Pen State’s College. hlm 2-10. Susanto B, Hariadi TjB, Manik H, Abubakar H. 2009. Kualitas rumput unggul

tropika hasil ensilase dengan bakteri asam laktat dari ekstrak rumput terfermentasi. Med Pet. 32(2):137-144.

Wilkins RJ. 1988. The Preservation of Forage. Orskov ER, editor. Amsterdam (NL): Elsevier Science.

(24)

11

Lampiran 4 Hasil sidik ragam suhu silase Sumber

Lampiran 3 Hasil sidik ragam pH silase Sumber

Lampiran 2 Uji lanjut duncan BK silase Perlakuan* Jumlah

(25)

12

Lampiran 6 Uji lanjut duncan kehilangan BK silase Perlakuan* Jumlah

Signifikansi 1.000 1.000 1.000

*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%.

Lampiran 8 Uji lanjut duncan NH3 silase

Perlakuan* Jumlah perlakuan Subset

1 2

Lampiran 7 Hasil sidik ragam NH3 silase Sumber Lampiran 5 Hasil sidik ragam kehilangan BK

(26)

13

Lampiran 11 Hasil sidik ragam VFA silase Sumber Lampiran 10 Hasil sidik ragam PK silase

Sumber

(27)

14

Lampiran 14 Hasil sidik ragam kehilangan WSC silase Sumber

Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah Fhit Signifikansi

Model koreksi .048a 2 .024 .037 .964

Intersep 1454.942 1 1454.942 2.202E3 .000

Perlakuan .048 2 .024 .037 .964

Galat 9.913 15 .661

Total 1464.903 18

Total koreksi 9.961 17

Lampiran 13 Uji lanjut duncan nilai fleigh silase

Perlakuan* Jumlah perlakuan Subset

1 2

P2 4 94.7375

P0 4 96.8400 96.8400

P1 4 98.9075

Signifikansi .186 .193

*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%.

Lampiran 12 Hasil sidik ragam nilai fleigh silase Sumber

Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah Fhit Signifikansi Model koreksi 34.779a 2 17.389 4.027 .056 Intersep 112508.714 1 112508.714 2.605E4 .000

Perlakuan 34.779 2 17.389 4.027 .056

Galat 38.865 9 4.318

Total 112582.357 12

(28)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pare-Pare pada tanggal 25 Agustus 1991 dari Bapak Malik dan Ibu Rahima. Penulis merupakan anak bungsu dari tujuh orang bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sengata Utara dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum Metodologi Penelitian, asisten praktikum Teknik Formulasi Ransum dan Sistem

Informasi Pakan, dan asisten praktikum Integrasi Proses Nutrisi pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif sebagai pengurus UKM Karate IPB 2010, Anggota komisi 2 (ekternal) Dewan Radix DPM D IPB 2011, Ketua Dewan Martingales DPM D IPB 2012, dan Ketua Komisi 3 Dewan Kertas Terbang DPM KM IPB 2013.

Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis ialah PKM didanai DIKTI pada tahun 2011, 2012, dan 2013, Juara 1 Karate Kata Beregu Putra Univ. Parahyangan Cup 2011, Juara 2 Futsal Kejurnas Fapet Cup Undip 2011, Juara 3 Futsal OMI 2012, Juara 2 Sepakbola OMI 2012, dan Juara 2 Futsal Kejurnas Fapet Cup UNS 2012.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 5 Hasil pengukuran residual & kehilangan WSC dan nilai fleigh

Referensi

Dokumen terkait

Festival tari Saman merupakan bagian dari upaya pewarisan yang telah dilakukan. Dengan adanya festival secara otomatis ada pelatihan yang dilakukan oleh para pelatih

Dari hasil implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan, dapat disampaikan saran guna pengembangan sistem deteksi microaneurysms ini, yaitu: 1) Data retina yang memiliki

Dampak atas kebijakan relokasi bagi masyarakat di area rel kereta api yaitu baik berupa sosial yaitu tidak adanya kejelasan tempat tinggal bagi warga yang

3HNDQEDUX´ Adapun alasan lain pemilihan judul dalam penelitian ini adalah: (1) penguasaan teknik dasar bolabasket merupakan modal utama untuk dapat bermain

ME mengundang pasangan suami istri yang ingin menghangatkan kembali relasi suami istri dan belum pernah bergabung dalam ME untuk mengikuti Week-end yang akan diadakan

Dari beberapa penelitian yang ada, penulis membuat pengembangan penelitian perancangan lampu penerangan otomatis, yang mana dari penelitian tersebut diharapkan dapat

Dalam hal ini mengenai kelengkapan dalam memenuhi Peta WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan) yang dilengkapi oleh batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai