• Tidak ada hasil yang ditemukan

Storability Vigor Detection Using Accelerated Aging Method on Upland Rice (Oryza sativa L.) Seeds

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Storability Vigor Detection Using Accelerated Aging Method on Upland Rice (Oryza sativa L.) Seeds"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

DETEKSI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH PADI GOGO

(Oryza sativa L.) DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT

A. DALAPATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Deteksi Vigor Daya Simpan Benih Padi Gogo (Oryza sativa L.) dengan Metode Pengusangan Cepat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juni 2012

A. Dalapati

(3)

ABSTRACT

A. DALAPATI. Storability Vigor Detection Using Accelerated Aging Method on Upland Rice (Oryza sativa L.) Seeds. Under direction of FAIZA C. SUWARNO and SUWARNO.

Storability is an important seed character indicating how long the seed could maintain the viability. Accelerated aging with physical or chemical treatments are methods for detecting seed vigor especially storability (storability vigor, VDS).

The aims of the research were: 1) to find out a simple accelerated aging method suitable for testing storability vigor of upland rice seeds, 2) to identify upland rice genotypes with high storability vigor. Experiments were conducted in the Seed Science and Technology Laboratory, Plant Analysis and Chromatography Laboratory, Soil Chemical Laboratory, Bogor Agricultural University, from January 2011 to October 2011. Three methods of accelerated aging, 45oC and 100% RH, 96% ethanol vapour, and soaking in 96% liquid ethanol, were applied to seeds of 5 rice varieties i.e. Situ Patenggang, Limboto, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6. The most suitable method was used to evaluate the storability vigor of 26 upland rice genotype seeds. Result of the experiment showed that accelerated aging by soaking seed in liquid ethanol 96% for 3 minutes and 24 seconds decreased the average germination percentage from 94.67% to 84.13% and seedling growth rate from 17.97%/etmal to 15.11%/etmal. However, biochemical analysis showed that there were no significant differences between the treated and untreated seed for electroconductivity, leakage of protein, sugar and phosphorous variables. The ethanol treatment might disturb fungtional proteins including enzymes but not the cell membrane. Evaluation of 26 upland rice genotypes showed that breeding lines B12154D-MR-10, B1215D-MR-11, and B11602-MR-1-52performed high storability vigor.

(4)

RINGKASAN

A. DALAPATI. Deteksi Vigor Daya Simpan Benih Padi Gogo (Oryza sativa L.) dengan Metode Pengusangan Cepat. Di bawah bimbingan FAIZA C. SUWARNO dan SUWARNO.

Vigor daya simpan adalah karakter benih yang penting untuk mengindikasikan berapa lama benih dapat mempertahankan viabilitasnya. Metode pengujian vigor diantaranya adalah Accelerated Aging Test (AAT) yang dikembangkan oleh Delouche tahun 1995 dan pengusangan kimiawi yang dikembangkan oleh Sadjad pada tahun 1977. Kedua metode ini prinsipnya sama yaitu menduga vigor daya simpan dengan memperlakukan benih dalam kondisi cekaman buatan baik yang mengungkapkan kondisi simpan sebenarnya, misalnya suhu dan kelembaban nisbi udara yang tinggi (AAT) maupun yang mengungkapkan secara tidak langsung dengan menginduksikan uap etanol kedalam benih (pengusangan cepat kimiawi). Kondisi vigor suatu lot benih padi gogo selama dan setelah penyimpanan penting untuk diketahui mengingat padi gogo ditanam secara langsung di lahan tidak seperti pada padi sawah. Padi sawah penanamannya melalui pesemaian sehingga kita dapat memilih tanaman yang tumbuh tegar di pesemaian untuk dipindahkan ke lapang.

Penelitian ini bertujuan: 1) menentukan metode pengusangan cepat yang mudah dan sesuai untuk digunakan dalam pengujian vigor daya simpan benih padi gogo; 2) mengidentifikasi genotipe padi gogo yang memiliki vigor daya simpan tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, dan Laboratorium Kromatografi dan Analisis Tumbuhan, Departemen Agronomi dan Hortikultura dan Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB Dramaga pada bulan Januari-Oktober 2011. Penelitian dirancang dalam dua percobaan yaitu: 1) penetapan metode pengusangan cepat untuk mendeteksi vigor daya simpan benih padi gogo; 2) deteksi vigor daya simpan 26 galur padi gogo. Percobaan pertama terdiri atas tiga perlakuan pengusangan yaitu: 1) pengusangan fisik menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor yakni lima varietas padi gogo (Situ Patenggang, Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6) dan 11 level pengusangan fisik (0, 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108 dan 120 jam), masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali; 2) penguapan dengan etanol 96% menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor yakni lima varietas padi gogo (Situ Patenggang, Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6) dan 11 level penguapan dengan etanol 96% (0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180 dan 200 menit), masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali; 3) perendaman dalam etanol 96% menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor yakni lima varietas padi gogo (Situ Patenggang, Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6) dan 11 level perendaman dalam etanol 96% (0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, dan 20 menit), masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali; Variabel yang diamati terhadap masing-masing metode pengusangan adalah daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), dan laju pertumbuhan kecambah (LPK). Metode yang

(5)

berkecambah dan waktu pengusangan yang dipilih adalah waktu pengusangan yang diperlukan untuk menurunkan daya berkecambah benih 80%. Metode yang terpilih kemudian diterapkan pada lima varietas untuk melihat perubahan fisikokimiawi melalui uji daya hantar listrik dan kebocoran hasil metabolisme melalui uji kebocoran protein, kebocoran total gula dan kebocoran fosfor pada air rendaman benih. Selain itu juga diamati DB dan KCT untuk melihat mutu fisiologis

benih. Rancangan yang digunakan adalah menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor, yaitu lima varietas padi gogo dan perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Percobaan kedua deteksi vigor daya simpan 26 galur padi gogo menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor yakni 26 galur padi gogo dan waktu perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik (metode terpilih), masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Pengamatan dilakukan terhadap DB, delta DB (selisih antara DB kontrol dan perlakuan), KCT dan delta KCT (selisih antara KCT kontrol dan perlakuan).

Hasil percobaan pertama menunjukkan dari ketiga metode pengusangan tersebut yang sesuai digunakan untuk menguji vigor daya simpan padi gogo adalah metode perendaman dalam etanol 96% karena hasil regresi kubik pada rata-rata daya berkecambah menunjukkan R2 dari perendaman dalam etanol 96% lebih tinggi dari yang lainnya, yaitu 99,4% sedang untuk pengusangan fisik 97.6%, dan pengusangan dengan uap etanol sebesar 96,4%. Metode perendaman dalam etanol 96% juga dipilih karena mudah dan cepat dalam pelaksanaannya. Waktu perendaman dalam etanol 96% untuk mencapai daya berkecambah 80% adalah 3 menit 24 detik, dihitung dari rumus regresi kubik yang dihasilkan, sedangkan untuk pengusangan fisik selama 37 jam 30 menit dan penguapan dengan etanol 96% selama 83 menit 36 detik.

Hasil pengamatan terhadap lima varietas yang direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata DB maupun nilai rata-rata KCT dari dari lima varietas yang direndam

dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik terhadap nilai rata-rata perlakuan kontrol. Kelima varietas menunjukkan penurunan nilai variabel yang diamati setelah direndam dengan etanol 96% selama 3 menit 24 detik. Hasil pengujian terhadap daya hantar listrik, kebocoran protein, kebocoran total gula dan kebocoran fosfor menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata dari lima varietas yang direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik dengan nilai rata-rata perlakuan kontrol. Perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada membran sel tetapi diduga merusak protein fungsional termasuk enzim sehingga dapat menurunkan daya berkecambah benih

Hasil pengamatan terhadap 26 galur padi gogo menunjukkan tiga galur yang memiliki vigor daya simpan yang paling tinggi adalah B12154D-MR-10, B1215D-MR-11, dan B11602-MR-1-52. Perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik dapat digunakan untuk mengidentifikasi vigor galur padi gogo karena dapat mengelompokkan antara benih yang tahan terhadap deraan etanol dan yang tidak tahan terhadap deraan etanol. Benih yang tahan terhadap deraan etanol diduga memiliki vigor daya simpan yang baik.

(6)

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Institut Pertanian Bogor.

(7)

DETEKSI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH PADI GOGO

(

Oryza sativa

L.) DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT

A. DALAPATI

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Profesional Perbenihan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Padi Gogo ... 5

Viabilitas Benih ... 5

Vigor Benih ... 6

Kemunduran Benih ... 7

Metode Pengusangan ... 8

METODOLOGI PENELITIAN ... 11

Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

Bahan Penelitian ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pengamatan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Penetapan Metode Pengusangan Cepat untuk Mengidentifikasi Vigor Daya Simpan Benih Padi Gogo ... 23

Deteksi Vigor Daya Simpan 26 Galur Padi Gogo ... 40

SIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan pengusangan fisik serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah,

indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah ... 23

2 Pengaruh faktor tunggal pengusangan fisik dan varietas terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan

laju pertumbuhan kecambah ... 25

3 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan penguapan dengan etanol 96% serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan

laju pertumbuhan kecambah ... 27

4 Pengaruh interaksi varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96%

terhadap daya berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuh ... 28 5 Pengaruh faktor tunggal penguapan dengan etanol 96% dan varietas

terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 29 6 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman

dalam etanol 96% serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan

laju pertumbuhan kecambah ... 30

7 Pengaruh interaksi varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan

laju pertumbuhan kecambah ... 31 8 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman

dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap

variabel yang diamati ... 37

9 Pengaruh faktor tunggal varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap variabel

yang diamati ... 39

10 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh galur dan perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap

daya berkecambah dan kecepatan tumbuh ... 40

11 Pengaruh interaksi galur dan perendaman dalam etanol 96% terhadap daya berkecambah, delta daya berkecambah, kecepatan tumbuh,

(12)

Halaman

1 Deskripsi varietas padi Inpago 4 ... 53

2 Deskripsi varietas padi Inpago 5 ... 54

3 Deskripsi varietas padi Inpago 6 ... 55

4 Deskripsi varietas padi Limboto ... 56

5 Deskripsi varietas padi Situ Patenggang ... 57

6 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu pengusangan fisik terhadap daya berkecambah ... 58

7 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu pengusangan fisik terhadap indeks vigor ... 58

8 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu pengusangan fisik terhadap kecepatan tumbuh ... 58

9 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu pengusangan fisik terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 59

10 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap daya berkecambah ... 59

11 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap indeks vigor ... 59

12 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap kecepatan tumbuh ... 60

13 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 60

14 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap daya berkecambah ... 60

15 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap indeks vigor ... 61

16 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap kecepatan tumbuh ... 61

17 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 61

18 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap daya berkecambah ... 62

(13)

20 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap

daya hantar listrik ... 62

21 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap

kebocoran protein ... 63

22 Analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap

kebocoran total gula ... 63

23 Analisis ragam pengaruh galur dan waktu perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap

kebocoran fosfor ... 63

24 Analisis ragam pengaruh galur yang direndam dalam etanol 96%

terhadap daya berkecambah ... 64

25 Analisis ragam pengaruh galur yang direndam dalam etanol 96%

terhadap kecepatan tumbuh ... 64

(14)

PRAKATA

Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Penulisan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Magister Profesional Perbenihan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan

Dr. Ir. Suwarno, MS sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan tugas akhir ini;

2. Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku penguji luar komisi pada ujian tugas akhir, dan

Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS yang telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi penyempurnaan tugas akhir ini;

3. Orang tua tercinta H. Drs. Andi Baso Wawo, MSi dan Hj. Dra. Andi Masnada

Ahmad, suami tercinta Jonni Firdaus, STP dan anak-anak tercinta Muhammad Mujahid A. Pangera dan Ahmad Zikrillah A. Pangera atas doa, nasehat, dukungan dan dorongan serta pengertian yang diberikan kepada penulis selama menempuh studi;

4. Teman-teman Magister Profesional Perbenihan 2009 atas semangat yang telah

diberikan;

5. Badan Litbang Pertanian yang telah memberikan beasiswa kepada penulis

dalam menempuh pendidikan progam magister di IPB;

6. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah yang telah mengutus penulis untuk menempuh pendidikan program magister di IPB, serta

7. Semua semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu

per satu dalam karya ilmiah ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2012

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Maddukkelleng Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 5 Mei 1980 dari pasangan Bapak H. Drs. Andi Baso Wawo, MSi dan Ibu Hj. Dra. Andi Masnada Ahmad. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan SDN Mangkura II (1986-1992), SMPN 3 (1992-1995), SMU 2 (1995-1998) dan Universitas Hasanuddin pada jurusan Teknologi Pertanian (1998-2003), di kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan kering di Indonesia yang sesuai untuk lahan pertanian mencapai sekitar 76.22 juta ha dari total luas 148 juta ha lahan kering yang ada. Lahan seluas 76.22 juta ha tersebut yang sesuai digunakan untuk tanaman pangan semusim adalah seluas 7.08 juta ha (Abdurachman et al. 2008). Pemanfaatan lahan kering untuk tanaman semusim tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan padi gogo (Oryza sativa L.) yaitu suatu tipe padi lahan kering yang adaptif pada lahan tanpa penggenangan seperti di sawah. Penanaman padi gogo pada lahan tersebut diharapkan dapat menambah produksi padi nasional. Peningkatan produksi padi dapat terjadi jika produktivitas tanamannya tinggi. Menurut Toha (2007) produktivitas padi gogo dapat mencapai 5.53-6.20 t/ha dengan perbaikan teknik produksi, salah satunya adalah penggunaan benih bermutu.

Mutu benih dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu fisik, genetis dan fisiologis. Mutu fisiologis adalah mutu benih yang ditentukan oleh daya hidup (viabilitas) benih sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal (Sadjad et al. 1999). Vigor daya simpan (VDS) merupakan salah satu parameter dari mutu

fisiologis. Vigor daya simpan mencerminkan kemampuan benih untuk mempertahankan vigor tetap tinggi selama disimpan atau kemampuan benih mempertahankan daya berkecambahnya selama disimpan pada kondisi kamar (sub optimum).

Metode pengujian vigor yang telah distandarisasi oleh Internasional Seed Testing Association salah satunya adalah Accelerated Aging Test (AAT) pada benih kedelai (Glycine max Merr.) (ISTA 2010), sedang Sadjad (1999) mengungkapkan bahwa pengujian dengan metode pengusangan cepat dapat digunakan untuk mengukur VDS dimana benih diperlakukan dalam kondisi

(17)

2

kedua metode tersebut efektif untuk digunakan. Mosavi et al. (2011) melakukan AAT selama 24, 48, 72 dan 96 jam pada benih kapas (Gossypium hirsutum L.), hasilnya menunjukkan terjadi penurunan daya berkecambah dan panjang akar serta peningkatan daya hantar listrik dengan semakin lamanya waktu pengusangan. Hasil penelitian Kholidin (2004) pada benih kedelai genotipe 2 PsJ yang mengalami pengusangan fisik pada suhu 45 0C dan RH 100% menunjukkan kinerja pengusangan cepat fisik 68,28 jam dan 75.72 jam setara dengan penyimpanan alami 3.31 bulan dan 3.99 bulan.

Pian (1981) menunjukkan benih jagung yang didera dengan uap etil alkohol mengalami kemunduran. Semakin lama benih didera oleh uap etil alkohol semakin banyak etanol yang tertimbun dalam benih. Jumlah penimbunan etanol tersebut berkorelasi negatif dengan viabilitas benih. Penderaan dengan uap etanol juga menyebabkan tingkat kebocoran pada glukosa, nitrogen dan fosfor dari dalam benih semakin tinggi sehingga semakin menurunkan viabilitas benih. Penelitian Addai dan Kantanka (2006) terhadap tiga genotipe kedelai menunjukkan adanya persamaan pola penurunan daya berkecambah pada benih kedelai yang disimpan pada suhu ruang selama 4 bulan dengan benih yang didera dengan etanol 20% selama 2 jam. Rata-rata daya berkecambah dari ketiga genotipe kedelai yang disimpan pada suhu ruang (33.78%) tidak berbeda nyata dengan rata-rata daya berkecambah ketiga genotipe kedelai yang didera dengan etanol (35%).

(18)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menentukan metode pengusangan cepat yang mudah dan sesuai untuk digunakan dalam pengujian vigor daya simpan benih padi gogo.

2. Mengidentifikasi genotipe padi gogo yang memiliki vigor daya simpan tinggi.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat metode pengusangan cepat yang paling sesuai digunakan untuk pengujian vigor daya simpan benih padi gogo.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Gogo

Budidaya tanaman padi di tanah kering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu gogo dan ladang (huma). Padi gogo adalah padi yang diusahakan di tanah tegalan kering secara menetap dengan menerapkan teknologi budidaya modern, sedangkan padi ladang diusahakan secara tidak menetap (berpindah-pindah) dan menerapkan teknologi budidaya tradisional (Basyir et al. 1995)

Pengembangan padi gogo merupakan usaha dalam meningkatkan ketahanan pangan. Produktivitas padi gogo secara nasional di Indonesia masih rendah, berkisar antara 1.68-2.96 t/ha dengan rata-rata 2.58 t/ha. Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar petani gogo menggunakan benih produksi sendiri yang berasal dari hasil panen musim hujan tahun sebelumnya dan disimpan dengan cara yang kurang baik, sehingga mutunya rendah (Wahyuni et al. 1999). Produktivitas padi gogo dapat mencapai 5.53-6.20 t/ha dengan perbaikan teknik produksi seperti penggunaan varietas unggul, teknik budidaya dan pengendalian hama dan penyakit tanaman (Toha 2007).

Komposisi kimia beras pecah kulit utamanya berupa karbohidrat 84.83%, lainnya adalah protein 9.78%, lemak 2.20%, abu (mineral) 2.09% dan serat kasar 1.10% (Leonard & Martin 1963). Kandungan mineral yang penting dalam benih padi adalah fosfor. Fosfor berfungsi sebagai penyedia energi. Total fosfor pada benih sereal (padi, gandum, barley) sebesar 60-80% berbentuk phytin (Akazawa 1972). Phytin merupakan sumber utama fosfor dan juga mengandung kompleks garam organik kalsium, magnesium, mangan dan kalium. Mineral ini dibebaskan pada saat perkecambahan oleh enzim fitase. Fosfat bebas yang dihasilkan akan diangkut dan digunakan pada titik tumbuh (Copeland & McDonald 1995).

Viabilitas Benih

Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal pada

kondisi optimum (Sadjad et al. 1999). Viabilitas awal dari benih yang akan

(20)

selama masa penyimpanan akan terjadi kemunduran terhadap viabilitas awal

tersebut, dimana lajunya tidak dapat dihentikan. Pemilihan benih bermutu

merupakan cara untuk mengurangi kemunduran tersebut, sehingga laju

kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil mungkin (Sutopo 2002).

Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan

kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih tersebut oleh kekuatan

yang merusak, baik dari alam maupun secara buatan. Akhir dari kemunduran

benih adalah habisnya daya berkecambah benih, akan tetapi sebelum tahap ini

dicapai benih sudah berada dalam tahap kemunduran dan praktis benih itu tidak

bernilai lagi untuk diusahakan bagi pertanaman, meskipun daya berkecambahnya

masih cukup tinggi (Vaughan 1969, diacu dalam Sadjad 1972).

Tolok ukur viabilitas benih adalah daya berkecambah. Pengujian daya

berkecambah perlu dilakukan karena suatu kelompok benih terdiri atas populasi

individu benih, dimana masing-masing memiliki kemampuan sendiri untuk

tumbuh menjadi tanaman dewasa. Evaluasi akan dilakukan pada akhir periode

perkecambahan, namun terkadang diperlukan evaluasi awal yang disebut hitungan

pertama (Copeland & McDonald 1995).

Vigor Benih

Vigor benih sebagai seluruh sifat yang menentukan aktivitas dan penampakan potensial dari benih selama perkecambahan dan pemunculan bibit (ISTA 2010). Vigor benih mencakup sifat benih yang tumbuh normal, seragam dan cepat pada berbagai kondisi lapang (AOSA 1983).

Sadjad et al. (1999) mengemukakan vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi yang tidak optimum atau suboptimum. Benih yang vigor akan menghasilkan tanaman di atas normal jika ditumbuhkan pada kondisi optimum. Kondisi alam atau lapang tidak selalu optimum sehingga benih yang vigor sangat diharapkan.

(21)

7

benih menggunakan tolok ukur waktu sedang parameter VDS dapat berupa vigor

daya simpan sesudah benih mengalami deraan fisik dan vigor daya simpan setelah benih mengalami deraan alkohol (Sadjad et al. 1999).

Metode pengujian vigor yang ideal memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

murah, pelaksanaannya cepat, mudah dilakukan, objektif atau dapat distandarisasi

dengan mudah dan terhindar dari interprestasi subjektif, reproducible (dapat

diulang), berkorelasi erat dengan pertumbuhan di lapang. (Copeland & McDonald

1995). Pengujian vigor menurut AOSA (1983) terdiri atas tiga, yaitu : 1)

pengujian kecepatan/laju tumbuh, 2) pengujian dalam keadaan stress seperti pengusangan cepat dan pengujian dalam suhu dingin, 3) pengujian biokimiawi seperti uji tetrazolium dan uji aktifitas asam dekarboksilase glutamic. Metode resmi pengujian vigor benih yang ditetapkan oleh ISTA adalah uji Daya Hantar Listrik (DHL) bagi benih kacang kapri (Pisum sativum) dan Accelerated Ageing Test (AAT) untuk benih kedelai (Glycine max Merr.) dan pengusangan cepat terkontrol untuk benih kol (Brassica spp.) (ISTA 2010).

Menurut Tajbakhsh (2000) daya hantar listrik dapat dijadikan sebagai tolok ukur vigor pada benih gandum. Pengukuran daya hantar listrik didasarkan pada jumlah elektrolit yang keluar kedalam air rendaman benih yang diimbibisikan selama waktu tertentu. Benih gandum yang telah disimpan selama 5 tahun memiliki daya hantar listrik yang lebih tinggi dibanding benih gandum yang tidak mengalami penyimpanan. Kenaikan nilai daya hantar listrik sejalan dengan semakin menurunnya daya berkecambah benih. Tingginya nilai daya hantar listrik pada benih yang disimpan (mengalami kemunduran) disebabkan ketidakmampuan benih untuk mengatur kembali struktur membran dengan cepat selama imbibisi sehingga kebocoran membran semakin meningkat.

Kemunduran Benih

(22)

Kemunduran benih selama penyimpanan dapat ditunjukkan dengan perubahan pada cadangan makanan. Hasil penelitian Malik dan Shamet (2009) terhadap benih pinus yang disimpan selama 3 bulan pada suhu 19-23 oC didalam pot tanah menunjukkan terdapat penurunan daya berkecambah, kenaikan protein dan total gula.

Perubahan pada membran juga ditunjukkan oleh benih yang mengalami kemunduran. Benih acer yang disimpan selama 7 tahun pada suhu 3 oC dan kadar air 10% menunjukkan tingginya kebocoran membran yang seiring dengan kehilangan daya berkecambah (Pukacka 1991).

Kerusakan membran memberi efek terhadap kebocoran hasil metabolisme. Kebocoran glukosa dari embrio barley yang membrannya mengalami kerusakan adalah sebesar 60-70% dari total gula. Kebocoran hasil metabolisme mengindikasikan kerusakan membran dan ketidakmampuan benih untuk memperbaiki kerusakan membran selama kemunduran benih (Desai et al. 1997). Penelitian Ouyang et al. (2002) menunjukkan terdapat kenaikan kebocoran fosfor pada benih jagung yang diusangkan dibandingkan benih jagung tanpa pengusangan.

Metode Pengusangan

Uji penuaan dipercepat fisik memperlakukan benih dengan suhu tinggi dan kelembaban relatif tinggi (95%) secara cepat. Selama pengujian, benih menyerap kelembaban dari lingkungan, sejalan dengan meningkatnya kelembaban benih dan meningkatnya suhu menyebabkan penuaan benih secara cepat. Benih dengan vigor tinggi akan lebih tahan terhadap kondisi ini dan penuaanya akan lebih lambat dibanding benih dengan vigor rendah. Setelah pengujian ini benih dengan vigor tinggi akan tetap menghasilkan daya kecambah tinggi dibanding benih dengan vigor rendah (ISTA 2010).

(23)

9

Kalpana dan Rao (1996) melaporkan bahwa selama pengusangan cepat pada suhu 40oC, RH 100%, selama 0, 48, 96, 144 dan 192 jam pada tiga kultivar benih pegeonpea (Cacanus cajan L. Mill.) terjadi penurunan kandungan total lipid dan fosfolipid. Penurunan tersebut menyebabkan kerusakan membran yang mempengaruhi vigor benih.

Benih wortel yang diusangkan secara fisik pada suhu 45 oC, RH 100% selama 7 hari menunjukkan penurunan yang signifikan dalam viabilitas benih. Kehilangan dari viabilitas benih berhubungan dengan peningkatan nilai konduktivitas benih (kebocoran elektrolit), peningkatan lipid peroksida dan peningkatan kadar asam lemak jenuh, yang diproduksi selama proses pengusangan cepat fisik (Al-Maskri et al. 2003).

Pengusangan secara kimia menggunakan alkohol (etanol, metanol, n-propanol) juga dapat dilakukan dengan dengan menginduksikannya kedalam benih dalam bentuk uap maupun cairan. Hasil penelitian menunjukkan benih kedelai, jagung dan kenaf yang diusangkan secara kimia mengalami kemunduran (Priestly & Leopold 1980, Pian 1981, Cook & Andrew 1993). Tingkat kemunduran benih tergantung pada lama perlakuan dan konsentrasi etanol. Semakin tinggi konsentrasi etanol dan semakin lama waktu penderaan maka semakin tinggi tingkat kemunduran benih (Salehi et al. 2008).

Benih jagung yang diberi perlakuan pengusangan dengan uap etil alkohol menunjukkan terjadi kebocoran hasil metabolisme yang semakin besar seiring dengan semakin lamanya benih tersebut diusangkan dengan uap etil alkohol. Kebocoran ini berupa kebocoran total gula, total N dan total P (Pian 1981).

Priestley dan Leopold (1980) mengemukakan mekanisme masuknya etanol kedalam benih apabila benih direndam dalam larutan etanol adalah sebagai berikut :

1. Etanol diduga dapat berpenetrasi kedalam komponen lipida dari membran setelah membran sel rusak, memutuskan ikatan lipida, bahkan dapat membuang fosfolipida dari membran.

(24)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Kromatografi dan Analisis Tumbuhan, Departemen Agronomi dan Hortikultura serta Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB Darmaga.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan antara lain benih padi yang terdiri atas lima varietas padi gogo yaitu Situ Patenggang, Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6, dan 26 galur padi gogo yang berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Instalasi Muara, Bogor. Deskripsi varietas dapat dilihat pada Lampiran 1-5. Bahan lainnya adalah etanol 96% untuk pengusangan benih; aquabidest untuk pengukuran daya hantar listrik dan kebocoran metabolisme; natrium fosfat, reagent A, reagent B, reagent C dan standar BSA untuk pengukuran kebocoran protein; reagent anthrone dan larutan standar glukosa untuk pengukuran kebocoran total gula; larutan pengestrak (PA), larutan PB, larutan pewarna (PC) untuk pengukuran kebocoran fosfor; tissue towel sebagai media perkecambahan; kantong strimin sebagai wadah benih selama pengusangan dan kertas label.

Peralatan yang digunakan adalah alat pengusangan cepat fisik tipe 1-800-284-5779, alat pengusangan cepat kimiawi (wadah plastik kedap udara berbentuk silinder dengan tinggi 27 cm dan diameter 27 cm), conductivity meter, spektrofotometer, box pengecambahan (17.5 cm x 10.5 cm x 7.5 cm), oven, desikator, timbangan, dan handsprayer.

Metode Penelitian

(25)

12

Percobaan 1 Penetapan Metode Pengusangan Cepat untuk Mengidentifikasi Vigor Daya Simpan Padi Gogo

Percobaan ini dilakukan untuk menetapkan satu metode pengusangan cepat dari tiga metode pengusangan cepat, yang sederhana dan sesuai digunakan untuk mengidentifikasi vigor daya simpan padi gogo. Ketiga metode pengusangan cepat yang dilakukan adalah :

Pengusangan Cepat Fisik

Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama terdiri atas pengusangan cepat fisik (suhu 43-45 oC, RH 100%) selama 0, 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108 dan 120 jam, dan lima varietas padi gogo yaitu Situ Patenggang, Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6 sebagai faktor kedua. Kombinasi dari kedua faktor menghasilkan 55 perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 165 satuan percobaan dengan setiap ulangan terdiri atas 50 butir benih. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, perlakuan yang menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap variabel yang diamati akan diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 95% (Gomez & Gomez 1995).

Model linear yang digunakan adalah:

Yijk = µ + Ki+ αj+ βk+ αjβk+ εijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan pada pengusangan fisik ke-j, varietas ke-k, dan

kelompok ke-i

µ = nilai tengah pengamatan

Ki = pengaruh kelompok ke-i (i = 1, 2, 3)

αj = pengaruh pengusangan fisik ke-j (j = 0, 12, .... 120 jam)

βk = pengaruh perlakuan varietas ke-k (k = 1, 2, .... 5)

αjβk = pengaruh interaksi perlakuan pengusangan fisik ke-j dan varietas ke-k

(26)

Penguapan dengan Etanol 96%

Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama terdiri atas pengusangan dengan uap etanol selama 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180, dan 200 menit, dan lima varietas padi gogo yaitu Situ Patenggang, Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6 sebagai faktor kedua. Kombinasi dari kedua faktor menghasilkan 55 perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 165 satuan percobaan dengan setiap ulangan terdiri atas 50 butir benih. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, perlakuan yang menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap variabel yang diamati akan diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 95% (Gomez & Gomez 1995).

Model linear yang digunakan adalah:

Yijk = µ + Ki+ αj+ βk+ αjβk+ εijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan pada penguapan dengan etanol ke-j, varietas ke-k, dan

kelompok ke-i

µ = nilai tengah pengamatan

Ki = pengaruh kelompok ke-i (i = 1, 2, 3)

αj = pengaruh penguapan dengan etanol ke-j (j = 0, 20, .... 200 menit)

βk = pengaruh perlakuan varietas ke-k (k = 1, 2, .... 5)

αjβk = pengaruh interaksi perlakuan penguapan dengan etanol ke-j dan varietas

ke-k

εij = pengaruh galat percobaan ke-ijk

Perendaman dalam Etanol 96%

(27)

14

diperoleh dianalisis menggunakan uji F, perlakuan yang menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap variabel yang diamati akan diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 95% (Gomez & Gomez 1995).

Model linear yang digunakan adalah:

Yijk = µ + Ki+ αj+ βk+ αjβk+ εijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan pada perendaman dalam etanol ke-j, varietas ke-k, dan

kelompok ke-i

µ = nilai tengah pengamatan

Ki = pengaruh kelompok ke-i (i = 1, 2, 3)

αj = pengaruh perendaman dalam etanol ke-j (j = 0, 2, .... 20 menit)

βk = pengaruh perlakuan varietas ke-k (k = 1, 2, .... 5)

αjβk = pengaruh interaksi perlakuan perendaman dalam etanol ke-j dan varietas

ke-k

εij = pengaruh galat percobaan ke-ijk

Metode pengusangan yang dipilih adalah metode pengusangan yang memiliki nilai R2 tertinggi dari analisi regresi data rata-rata daya berkecambah. Waktu pengusangan yang digunakan adalah waktu pengusangan dimana daya berkecambah mencapai 80%. Hal ini disesuaikan dengan persyaratan sertifikasi benih bina tanaman pangan, dimana daya berkecambah minimal benih padi sebesar 80% (Deptan 2009).

Pengaruh Metode Pengusangan Cepat Terpilih (Perendaman dalam Larutan Etanol) Terhadap Mutu Fisiologi dan Fisikokimiawi Benih

(28)

nyata terhadap variabel yang diamati akan diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 95% (Gomez & Gomez 1995).

Model linear untuk percobaan ini adalah : Yijk= µ + αj+ βk+ αjβk+ εijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan pada perendaman dalam etanol ke-j, varietas ke-k, dan

ulangan ke-i

µ = nilai tengah pengamatan

αj = pengaruh perendaman dalam etanol ke-j (j = 0 menit dan 3 menit 24 detik)

βk = pengaruh perlakuan varietas ke-k (k = 1, 2, .... 5)

αjβk = pengaruh interaksi perlakuan perendaman dalam etanol ke-j dan varietas

ke-k

εij = pengaruh galat percobaan ke-ijk

Percobaan 2 Deteksi Vigor Daya Simpan 26 Galur Padi Gogo

Percobaan ini dilakukan untuk mendeteksi vigor daya simpan 26 galur padi gogo menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan dua faktor yaitu galur padi gogo dan perendaman dalam etanol 96%. Deteksi vigor dilakukan dengan metode terpilih yaitu dengan merendam galur padi gogo ke dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik. Setiap perlakuan terdiri atas 50 butir benih dan diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh akan diuji dengan uji F, dimana apabila menunjukkan pengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 95% (Gomez & Gomez 1995).

Model linear yang digunakan adalah:

Yijk = µ + Ki+ αj+ βk+ αjβk+ εijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan pada perendaman dalam etanol ke-j, varietas ke-k, dan

kelompok ke-i

µ = nilai tengah pengamatan

Ki = pengaruh kelompok ke-i (i = 1, 2, 3)

(29)

16

βk = pengaruh perlakuan galur ke-k (k = 1, 2, .... 26)

αjβk = pengaruh interaksi perlakuan perendaman dalam etanol ke-j dan galur ke-k

εij = pengaruh galat percobaan ke-ijk

Pelaksanaan Penelitian

Percobaan 1 Penetapan Metode Pengusangan Cepat untuk Mengidentifikasi Vigor Daya Simpan Padi Gogo

Pengusangan cepat fisik

Masing-masing varietas benih padi gogo dikemas dalam kantong strimin kemudian dimasukkan ke dalam alat pengusangan cepat fisik pada suhu 43-45 oC, RH 100% selama 0, 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, dan 120 jam. Benih yang telah diusangkan selanjutnya dikecambahkan menggunakan metode Uji Di atas Kertas (UDK) yaitu menanam benih 50 butir dalam box pengecambahan yang telah diisi dengan empat lembar kertas towel yang telah dibasahkan kemudian dikecambahkan pada suhu ruang. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah.

Penguapan dengan Etanol 96%

Masing-masing varietas benih padi gogo dikemas dalam kantong strimin kemudian dimasukkan ke dalam box pengusangan yaitu wadah plastik berbentuk silinder dengan diameter 27 cm dan tinggi 27 cm, di dalamnya terdapat tiga gelas kaca yang masing-masing berisi 300 ml etanol 96%. Kawat kasa diletakkan di atas gelas sebagai tempat meletakkan benih. Benih kemudian diuapi etanol selama 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180, dan 200 menit. Benih yang telah mendapat perlakuan penguapan dengan etanol 96% selanjutnya dikecambahkan menggunakan metode UDK dan diletakkan pada suhu ruang. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah.

Perendaman dalam Etanol 96%

(30)

12, 14, 16, 18, dan 20 menit. Benih yang telah direndam dalam etanol 96% kemudian dikeringanginkan, selanjutnya dikecambahkan menggunakan metode UDK dan diletakkan pada suhu ruang. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah.

Pengaruh Metode Pengusangan Cepat Terpilih (Perendaman dalam Larutan Etanol) Terhadap Mutu Fisiologi dan Fisikokimiawi Benih

Metode yang dipilih selain diaplikasikan pada percobaan kedua yaitu terhadap 26 galur padi gogo, juga dilakukan terhadap kelima varietas yang digunakan pada percobaan pertama. Masing-masing varietas padi gogo dimasukkan dalam kantong strimin kemudian direndam dalam etanol selama 0 menit dan 3 menit 24 detik, kemudian dikeringanginkan, selanjutnya dikecambahkan menggunakan metode UDK dan diletakkan pada suhu ruang. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah dan kecepatan tumbuh. Perubahan fisikokimiawi diamati melalui uji daya hantar listrik dan kebocoran hasil metabolisme meliputi kebocoran protein, kebocoran total gula dan kebocoran fosfor.

Percobaan 2 Deteksi Vigor Daya Simpan 26 Galur Padi Gogo

Pada percobaan ini 26 galur padi gogo diusangkan berdasarkan metode yang terpilih yaitu direndam dalam larutan etanol 96% selama 3 menit 24 detik. Benih yang telah direndam dalam etanol 96% selanjutnya ditanam dengan metode UDK dan dikecambahkan pada suhu ruang. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah, delta daya berkecambah (selisih antara daya berkecambah kontrol dan perlakuan), kecepatan tumbuh benih, dan delta kecepatan tumbuh (selisih antara kecepatan tumbuh kontrol dan perlakuan).

Pengamatan

Variabel yang diamati adalah :

Daya Berkecambah (DB)

(31)

18

Keterangan:

∑ KN I = Jumlah kecambah normal pada hari kelima setelah dikecambahkan ∑ KN II = Jumlah kecambah normal pada hari ketujuh setelah dikecambahkan

Indeks Vigor (IV)

Indeks vigor dinilai berdasarkan persentase kecambah normal yang muncul pada pengamatan hitungan pertama (hari ke-5).

Kecepatan Tumbuh (KCT)

Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah normal dibagi dengan etmal. Nilai etmal kumulatif dimulai saat benih ditanam sampai dengan waktu pengamatan dan dihitung dengan rumus penentuan kecepatan tumbuh (Sadjad et al. 1999).

Keterangan:

KCT = kecepatan tumbuh

N = persentase kecambah normal

t = etmal (jumlah jam dari saat tanam dibagi 24 jam) tn = waktu akhir pengamatan

Laju Pertumbuhan Kecambah (LPK)

(32)

Keterangan:

LPK = laju pertumbuhan kecambah

∑BKKN = jumlah berat kering kecambah normal ∑KN = jumlah kecambah normal

Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengukuran daya hantar listrik (µMhos/cm/g) dilakukan dengan cara mengukur air rendaman dari 100 butir benih padi dalam 50 ml aquabidest dalam wadah yang ditutup rapat selama 24 jam pada suhu 20 oC. Selain itu juga disiapkan blangko, yaitu 50 ml aquabidest tanpa benih yang juga diletakkan dalam wadah yang ditutup rapat selama 24 jam. Air rendaman diukur daya hantar listriknya dengan conductivity meter. Hasil pengukuran tersebut dibagi dengan berat benih. Daya hantar listrik diukur dengan menggunakan rumus:

Kebocoran Protein

Benih sebanyak 100 butir direndam dalam 50 ml aquabidest selama 24 jam pada suhu 20 0C. Benih yang direndam kemudian dipisahkan dari air rendamannya. Air rendaman benih kemudian dianalisis kandungan proteinnya menggunakan metode Lowry. Air rendaman benih sebanyak 1 ml ditambahkan dengan 0.9 ml reagent A (1.97 g garam rochelle, 85.85 g Na2CO3, dan 500 ml

NaOH 1 N yang dilarutkan dalam aquadest hingga volumenya mencapai 1 liter) kemudian dikocok dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 50 oC. Setelah itu didinginkan kemudian ditambahkan 0.10 ml reagent B (19.76 g garam rochelle, 9.99 g CuSO4.5H2O, dan 10 ml NaOH yang dilarutkan dalam aguadest hingga

(33)

20

Keterangan:

A = protein dalam air rendaman benih B = volume air rendaman benih W = berat benih

fp = faktor pengenceran

Kebocoran Total Gula

Benih sebanyak 100 butir direndam dalam 50 ml aquabidest selama 24 jam pada suhu 20 0C. Benih yang direndam kemudian dipisahkan dari air rendamannya. Total gula air rendaman benih dianalisis menggunakan metode anthrone. Air rendaman benih 1 ml ditambah dengan reagent anthrone sebanyak 4 ml, kemudian dipanaskan selama 8 menit. Setelah larutan dingin, dibaca absorbannya pada panjang gelombang 630 nm menggunakan spektofotometer.

Keterangan:

A = total gula dalam air rendaman benih B = volume air rendaman benih

W = berat benih

fp = faktor pengenceran

Kebocoran Fosfor

(34)

Keterangan:

A = fosfor dalam air rendaman benih B = volume air rendaman benih W = berat benih

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian 1 Penetapan Metode Pengusangan Cepat untuk Mengidentifikasi Vigor Daya Simpan Benih Padi Gogo

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan metode pengusangan cepat yang sesuai untuk deteksi vigor daya simpan benih padi gogo. Metode pengusangan cepat yang dilakukan adalah pengusangan fisik pada suhu 43-45 0C dan RH 100%, penguapan dengan etanol 96%, dan perendaman dalam etanol 96%. Dari ketiga metode pengusangan ini dipilih satu yang sesuai digunakan untuk mendeteksi vigor daya simpan galur padi gogo.

Pengusangan Fisik

Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan pengusangan fisik dapat dilihat pada Lampiran 6-9. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan waktu pengusangan fisik terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), dan laju pertumbuhan kecambah (LPK) pada Tabel 1

memperlihatkan faktor percobaan varietas maupun faktor pengusangan fisik memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Interaksi antar faktor varietas dan faktor pengusangan fisik memperlihatkan respon yang sama, yaitu tidak nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan pengusangan fisik serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah

Variabel Varietas (V) Pengusangan fisik (F) Interaksi (V x F) Pr > F Pr > F Pr > F Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p ≤ 0.01; tn= tidak nyata; DB= daya berkecambah; IV= indeks

(36)

Pengaruh pengusangan fisik dan varietas terhadap DB, IV, KCT, dan LPK

dari kelima varietas berbeda-beda (Tabel 2). Varietas Situ Patenggang memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan yang lebih besar dibanding varietas lain. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan pengusangan fisik selama 120 jam, dimana varietas Situ Patenggang masih memiliki daya berkecambah 24.67%, indeks vigor sebesar 5.33%, kecepatan tumbuh 4%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 4.37 mg/kecambah yang lebih tinggi dibandingkan varietas Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6 dengan daya berkecambah masing-masing 0%, indeks

vigor 0%, kecepatan tumbuh 0%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 0 mg/kecambah. Jika dilihat dari faktor daya berkecambah awal masing-masing

varietas, yaitu 98.67% (Situ Patenggang), 98% (Limboto), 97.33% (Inpago 4) 98.67% (Inpago 5) dan 92.67% (Inpago 6), maka perbedaan respon terhadap deraan mungkin disebabkan adanya faktor genetik yang berbeda-beda antar varietas.

Varietas yang kurang tahan terhadap deraan pengusangan fisik adalah varietas Inpago 6. Varietas Inpago 6 sudah tidak memberi nilai pengamatan terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah (secara berurut 0%, 0%, 0%/etmal, 0 mg/kecambah) pada pengusangan fisik selama 84 jam, sedangkan varietas lainnya masih memberikan nilai terhadap variabel yang diamati (Tabel 2).

(37)

25

(38)

Lanjutan Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

data-data sebelum diolah ditansformasi kedalam (x + 0.5)1/2

Semakin lama pengusangan fisik maka benih semakin mundur. Hasil penelitian Gholami dan Golpayageni (2011) pada benih padi yang mengalami pengusangan fisik selama 5 hari menunjukkan terjadi penurunan daya berkecambah dari 100% (kontrol) menjadi 40% pada hari kelima.

(39)

27

Penguapan dengan Etanol 96%

Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan penguapan dengan etanol 96% dapat dilihat pada Lampiran 10-13. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah (Tabel 3) memperlihatkan faktor percobaan varietas maupun faktor penguapan dengan etanol 96% memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Interaksi antar faktor varietas dan faktor penguapan dengan etanol 96% berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan indeks vigor, berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh, dan berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan kecambah.

Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan penguapan dengan etanol 96% serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p ≤ 0.01; *)= berpengaruh nyata p ≤ 0.05; tn= tidak nyata; DB=

daya berkecambah; IV= indeks vigor; KCT= kecepatan tumbuh; LPK= laju pertumbuhan kecambah

(40)

Tabel 4 Pengaruh interaksi varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh

Penguapan Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(41)

29

Varietas Limboto dan Situ Patenggang lebih tahan deraan uap etanol dibanding varietas yang lain. Pada penguapan selama 200 menit, varietas Limboto dan Situ Patenggang memberikan nilai daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Varietas Limboto masih dapat berkecambah sebesar 17.33% pada penderaan selama 200 menit, begitu juga dengan varietas Situ Patenggang yang nilai daya berkecambahnya tidak berbeda nyata dengan varietas Limboto, yaitu sebesar 10.67%. Nilai indeks vigor varietas Limboto sebesar 4% dan Situ Patenggang 3.33%. kecepatan tumbuh varietas Limboto sebesar 2.91%/etmal dan Situ Patenggang 1.77%/etmal. Sedangkan untuk laju pertumbuhan kecambah varietas Limboto memberikan nilai tertinggi sebesar 2.90 mg/kecambah diikuti dengan Situ Patenggang sebesar 1.77mg/kecambah.

Varietas yang kurang tahan terhadap deraan uap etanol 96% adalah varietas Inpago 4 dan Inpago 6. Hal ini dapat dilihat dari berbeda nyatanya nilai yang ditunjukkan oleh variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuh setelah didera dengan uap etanol selama 200 menit jika dibandingkan dengan varietas Limboto dan Situ Patenggang.

Tabel 5 Pengaruh faktor tunggal penguapan dengan etanol 96% dan varietas terhadap laju pertumbuhan kecambah

Penguapan dengan

etanol (menit)

Situ

Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Laju pertumbuhan kecambah (mg/kecambah)

0 5.90 5.07 5.37 6.20 4.50 5.41 a

20 5.57 5.43 5.23 5.53 4.30 5.21 a

40 6.00 5.50 5.47 5.83 4.03 5.37 a

60 5.57 5.17 5.17 6.03 3.70 5.13 ab

80 5.97 5.07 4.80 5.87 3.97 5.13 ab

100 5.37 4.70 4.33 5.57 4.27 4.85 ab 120 4.90 4.97 4.63 5.97 3.40 4.77 ab 140 5.33 4.57 4.57 4.87 3.80 4.63 ab 160 4.47 5.10 4.50 3.53 3.87 4.30 bc

180 3.67 3.63 1.67 5.00 3.60 3.51 c

200 2.43 2.90 0.00 2.23 1.67 1.85 d

(42)

Hasil pengamatan menunjukkan semakin lama penguapan dengan etanol 96% terhadap kelima varietas maka semakin menurun nilai dari daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah. Hasil penelitian Pian (1981) pada benih jagung menunjukkan semakin lama benih didera oleh uap etil alkohol semakin banyak etanol yang tertimbun dalam benih. Jumlah penimbunan etanol tersebut berkorelasi negatif dengan viabilitas benih. Penderaan dengan uap etanol juga menyebabkan tingkat kebocoran pada glukosa, nitrogen dan fosfor dari dalam benih semakin tinggi sehingga semakin menurunkan viabilitas benih.

Perendaman dalam Etanol 96%

Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman dalam etanol 96% dapat dilihat pada Lampiran 14-17. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah (Tabel 6) memperlihatkan faktor percobaan varietas maupun faktor perendaman dalam etanol 96% memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Interaksi antar faktor varietas dan faktor perendaman dalam etanol 96% terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah adalah berpengaruh sangat nyata.

Tabel 6 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman dalam etanol 96% serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah

(43)

31

Hasil pengamatan terhadap daya berkecambah (Tabel 7) menunjukkan varietas Limboto dan Situ Patenggang lebih tahan terhadap perendaman dalam etanol 96% dibanding varietas yang lain. Nilai dari semua variabel pengamatan varietas Limboto dan Situ Patenggang lebih tinggi dan berbeda nyata jika dibanding varietas yang lain setelah direndam kedalam etanol 96% selama 20 menit. Setelah direndam dalam etanol 96% selama 20 menit varietas Limboto masih memiliki daya berkecambah sebesar 20%, indeks vigor 6%, kecepatan tumbuh 3.47%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 3.48 mg/kecambah. Varietas Situ Patenggang setelah direndam selama 20 menit dalam etanol 96% memiliki daya berkecambah sebesar 16.67%, indeks vigor 7.33%, kecepatan tumbuh 2.98%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 3.72 mg/kecambah.

Varietas Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6 dikategorikan memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah dibandingkan Situ Patenggang dan Limboto terhadap deraan perendaman dalam etanol 96%, karena setelah direndam selama 20 menit dalam etanol 96% masing-masing memperlihatkan nilai daya berkecambah 0%, indeks vigor 0%, kecepatan tumbuh 0%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 0 mg/kecambah.

Tabel 7 Pengaruh interaksi varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah

Perendaman dalam etanol

(menit)

Situ

Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Daya berkecambah (%)

(44)

Lanjutan Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(45)

33

Perendaman dalam etanol 96% mampu memundurkan mutu benih. Hasil penelitian Salehi et al. (2008) pada benih rumput yang direndam dalam etanol 10% menunjukkan rumput marga Lolium mengalami penurunan daya berkecambah dari 89.5% (0 jam perendaman) menjadi 5.75% (4 jam perendaman) dan marga Festuca dari 87% (0 jam perendaman) menjadi 6% (4 jam perendaman). Penelitian Addai dan Kantanka (2006) terhadap tiga genotipe kedelai menunjukkan setelah direndam dalam etanol 20% selama 2 jam,

menghasilkan rata-rata daya berkecambah sebesar 35%, yang menurun jika

dibandingkan dengan rata-rata daya berkecambah awal sebesar 100%.

Penentuan Metode

Metode yang dipilih didasarkan pada kurva yang dibentuk oleh data rata-rata variabel daya berkecambah dari hasil analisis regresi. Kurva yang dipilih adalah kurva dengan nilai R2 tertinggi, dimana menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) semakin besar nilai R2 maka model persamaan semakin mampu menerangkan variabel y. Selain melihat dari kurva daya berkecambah, metode yang dipilih juga didasarkan pada kemudahan pelaksanaan pengusangan dan kecepatan waktu pelaksanaan pengusangan. Waktu pengusangan yang digunakan adalah waktu pengusangan yang dibutuhkan untuk memperoleh daya berkecambah 80%. Hal ini disesuaikan dengan persyaratan sertifikasi benih bina tanaman pangan, dimana daya berkecambah minimal benih padi sebesar 80% (Deptan 2009).

Hasil analisis regresi dari rata-rata daya berkecambah kelima varietas padi gogo pada pengusangan fisik, penguapan dengan etanol 96% dan perendaman dalam etanol 96% menunjukkan nilai R2 tertinggi ada pada regresi kubik.

(46)

120

Gambar 1 Kurva hubungan antara waktu pengusangan fisik dengan daya berkecambah benih

Persamaan regresi kubik yang dihasilkan pada penguapan dengan etanol 96% adalah adalah Y = 91.14 + 0.0279 x - 0.001594 x2 - 0.000004 x3, dimana Y adalah daya berkecambah, x adalah waktu penguapan dengan etanol 96% (menit). Nilai R2 pada penguapan dengan etanol 96% adalah 96.4% (Gambar 2). Untuk memperoleh daya berkecambah 80% pada penguapan dengan etanol 96% maka diperlukan waktu penguapan selama 83.6 menit atau 83 menit 36 detik.

200

Waktu Pengusangan dengan Uap Etanol 96 % (Menit)

(47)

35

Persamaan regresi kubik yang dihasilkan pada perendaman dalam etanol 96% adalah adalah Y = 94.49 - 3.055 x - 0.4172 x2 + 0.01777 x3, dimana Y adalah daya berkecambah, x adalah waktu perendaman dalam etanol 96% (menit). Nilai R2 pada perendaman dalam etanol 96% adalah 99.4% (Gambar 3). Waktu perendaman yang diperlukan untuk memperoleh daya berkecambah 80% pada perendaman dalam etanol 96% adalah 3.4 menit atau 3 menit 24 detik.

20

Waktu Pengusangan dengan Perendaman dalam Etnol 96% (Menit)

D

Gambar 3 Kurva hubungan antara waktu pengusangan dengan perendaman dalam etanol 96% dengan daya berkecambah benih

Rekapitulasi dari semua hasil pengamatan terhadap metode pengusangan yang dilakukan menunjukkan bahwa metode pengusangan dengan cara direndam dalam larutan etanol 96%, memiliki kelebihan dari metode pengusangan fisik dan penguapan dengan etanol 96%. Kurva yang dibentuk oleh rata-rata daya berkecambah varietas dengan perendaman dalam etanol menunjukkan penurunan yang perlahan-lahan, dari daya berkecambah tinggi ke daya berkecambah yang rendah dan nilai R2 dari kurva yang dibentuk lebih tinggi dari yang lainnya, yaitu 99.4% sedangkan untuk pengusangan fisik 97.6%, dan pengusangan dengan uap etanol sebesar 96.4%. Selain itu rata-rata daya berkecambah perendaman dengan etanol 96% menunjukkan perbedaan yang nyata antara titik pengusangan yang satu dengan titik pengusangan yang lainnya. Berarti setiap titik pengusangan mampu memundurkan benih dengan daya berkecambah yang berbeda-beda secara nyata.

(48)

Metode perendaman dalam etanol 96% memerlukan waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan daya berkecambah 80%, yaitu 3 menit 24 detik dibanding dengan pengusangan fisik selama 37 jam 30 menit dan penguapan dalam etanol selama 83 menit 36 detik. Waktu pengusangan untuk menghasilkan daya berkecambah 80% diperoleh dari rumus regresi kubik dari masing-masing pengusangan. Metode perendaman dalam etanol lebih mudah dan cepat waktu pengujiannya dibanding pengusangan fisik dan penguapan dengan etanol.

Perendaman dalam etanol 96% dapat mengatasi kelemahan metode pengusangan cepat cara fisik, yaitu tidak mengundang pertumbuhan cendawan selama perlakuan. Metode pengusangan fisik dalam pelaksanaanya memiliki kekurangan, yaitu dapat mengakibatkan benih berjamur sebelum ditanam, selain itu juga benih dapat menjadi basah karena terkena tetesan air, walaupun hal tersebut telah diminimalisir dengan memasang kain pada tray yang diletakkan diatas benih.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode pengusangan dengan perendaman dalam etanol 96% tersebut diatas dijadikan sebagai dasar untuk memilih metode pengusangan dengan perendaman dalam etanol 96% sebagai metode yang sesui untuk mengidentifikasi vigor daya simpan benih galur padi gogo. Waktu perendaman yang diperlukan untuk mengidentifikasi vigor daya simpan benih galur padi gogo adalah 3 menit 24 detik.

Pengaruh Metode Pengusangan Cepat Terpilih (Perendaman dalam Larutan Etanol) Terhadap Mutu Fisiologi dan Fisikokimiawi Benih

Perubahan fisiologi pada metode pengusangan cepat terpilih (perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik) diamati melalui tolok ukur daya berkecambah dan kecepatan tumbuh, sedangkan perubahan fisikokimiawi pada benih dideteksi melalui uji daya hantar listrik, kebocoran protein, kebocoran total gula dan kebocoran fosfor. Pengujian fisikokimiawi dilakukan pada air rendaman benih setelah perlakuan perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik.

(49)

37

perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati (Tabel 8) memperlihatkan faktor percobaan varietas memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan daya hantar listrik, berpengaruh nyata terhadap kebocoran total gula, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kebocoran protein dan kebocoran fosfor. Sedangkan faktor perendaman dalam etanol 96% memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah dan kecepatan tumbuh, tetapi memberi pengaruh yang tidak nyata terhadap daya hantar listrik, kebocoran protein, kebocoran total gula, dan kebocoran fosfor. Interaksi antar varietas dan perendaman dalam etanol 96% tidak memberi pengaruh yang nyata pada variabel yang diamati.

Tabel 8 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p ≤ 0.01; *)=berpengaruh nyata p ≤ 0.05; tn= tidak nyata; DB=

daya berkecambah; KCT= kecepatan tumbuh; DHL= daya hantar listrik.

(50)

Inpago 4, Inpago 5 dan Inpago 6 diduga memiliki vigor daya simpan yang lebih baik dibandingkan varietas Limboto.

Kecepatan tumbuh dari varietas Situ Patenggang setelah direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik memberikan nilai tertinggi yaitu 17.12%/etmal, sedangkan kecepatan tumbuh terendah terdapat pada varietas Limboto yaitu 4.47%/etmal. Sadjad et al. (1999) menyatakan bahwa benih yang kurang vigor akan berkecambah normal untuk jangka waktu yang lebih lama dibanding benih yang vigor.

Hasil pengamatan terhadap daya berkecambah dan kecepatan tumbuh menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata dari kelima varietas yang direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik dengan nilai rata-rata perlakuan kontrol. Adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan dan kontrol maka secara fisiologis perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik dapat digunakan untuk menilai vigor daya simpan benih.

Nilai daya hantar listrik varietas setelah direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik cenderung meningkat (Tabel 9), walaupun tidak berbeda nyata dengan kontrol. Varietas Inpago 5 memiliki nilai daya hantar listrik terbesar yaitu 9.24 µmhos/g/cm dibandingkan varietas Situ Patenggang sebesar 8.41 µmhos/g/cm, Limboto sebesar 5.20 µmhos/g/cm, Inpago 4 sebesar 8.04 µmhos/g/cm dan Inpago 6 sebesar 7.70 µmhos/g/cm.

Walaupun terdapat kencenderungan setiap varietas menunjukkan nilai daya hantar listrik setelah direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik yang lebih tinggi dibanding kontrol, namun rata-rata daya hantar listrik dari kelima varietas yang telah direndam dalam etanol 96% tidak berbeda nyata dengan rata-rata kontrol dari kelima varietas. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik belum mampu menimbulkan kerusakan terhadap membran sel. Priestley dan Leopold (1980) menyatakan bahwa kerusakan membran pada benih kedelai yang didera dengan alkohol juga disebabkan oleh jumlah alkohol yang berpenetrasi kedalam benih, semakin banyak alkohol yang diserap oleh benih maka semakin rusak membrannya.

(51)

39

Tabel 9 Pengaruh faktor tunggal varietas dan perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati

Perendaman dalam etanol

(detik)

Situ

Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Daya berkecambah (%)

Kontrol 98.00 89.33 94.67 97.33 94.00 94.67 a 3 menit 24 detik 90.67 76.00 81.33 85.33 87.33 84.13 b

Kecepatan tumbuh (%/etmal)

Kontrol 19.64 16.10 17.91 18.57 17.61 17.97 a 3 menit 24 detik 17.12 13.50 14.25 15.04 15.64 15.11 b

Daya hantar listrik (µmhos/cm/g)

Kontrol 7.60 4.82 7.77 9.24 6.94 7.27 a

3 menit 24 detik 8.41 5.20 8.04 9.64 7.21 7.70 a Kebocoran protein (µg/g)

Kontrol 133.71 179.98 128.73 93.88 91.49 125.56 a 3 menit 24 detik 157.59 173.11 193.38 146.14 116.16 157.28 a

Kebocoran total gula (µg/g)

Kontrol 80.43 75.84 54.64 51.93 50.84 62.74 a 3 menit 24 detik 71.48 86.09 68.77 56.84 42.20 65.08 a

Kebocoran fosfor (µg/g)

Kontrol 13.41 19.91 15.46 9.92 16.91 15.12 a 3 menit 24 detik 17.43 28.14 21.56 9.94 18.91 19.20 a Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Kebocoran hasil metabolisme berupa protein, total gula dan fosfor dalam air rendaman benih yang telah direndam dalam etanol selama 3 menit 24 detik antar varietas berbeda-beda. Setelah benih direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik, umumnya nilai kebocoran hasil metabolisme meningkat dibanding kontrol. Kebocoran protein tertinggi terdapat pada varietas Inpago 4 yaitu 193.38 µg/g, kebocoran total gula dan fosfor tertinggi terdapat pada varietas Limboto yaitu 86.09 µg/g dan 28.14 µg/g.

Gambar

Tabel 2 Pengaruh faktor tunggal pengusangan fisik dan varietas terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah
Tabel 4  Pengaruh interaksi varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96%
Gambar 1 Kurva hubungan antara waktu pengusangan fisik dengan daya
Gambar 3  Kurva hubungan antara waktu pengusangan dengan perendaman dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil penapisan varietas kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara alami dan buatan yang tertera pada Tabel 19 tersebut sesuai dengan data penurunan viabilitas dan

Hasil percobaan menunjukkan bahwa daya hantar listrik merupakan variabel yang paling sesuai untuk digunakan dalam penapisan vigor daya simpan beberapa varietas kedelai

Padi Gogo (Oryza safiva L.) untuk Ketenggangan Aluminium dengan Metode Pewarnaan Hematoxylin" dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini mengevaluasi sejumlah

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman benih padi gogo varietas Situ bagendit dalam larutan asam sitrat 5 mM dan 10 mM asam sitrat tidak dapat meningkatkan

Secara keseluruhan pemberian aluminium pada kecambah padi gogo varietas Situ bagendit menyebabkan cekaman aluminium pada kecambah yang ditunjukkan oleh penurunan

Pengusangan cepat terkontrol (PCT) merupakan metode analisis vigor benih yang dapat dijadikan sebagai alternatif. Metode ini mulai dikembangkan dan telah banyak digunakan