i
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJARMANGU-BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan
oleh Wisnu Wijaya
1102410010
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
terbukti terdapat plag sesuai ketentuan perat
iii
lagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia m raturan perundang-undangan.
Semarang, 08 Juli
Wisnu Wijaya 1102410010
menerima sanksi
v
“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu
adalah untuk dirinya sendiri.”
(QS Al-Ankabut [29]: 6)
“Orang pintar tidak selalu beruntung, dan keberuntungan adalah milik
orang yang mau berusaha”
(Wisnu Wijaya)
Karya ini saya persembahkan kepada:
!"#"
$
%
$
& '
'
(
$
vi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
(STAD) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. Akhmad Munib, S.H.,MH.,M.Si., selaku dosen pembimbing dan dosen wali yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
2. Bapak dan Ibu dosen jurusan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama kuliah.
3. Siwi Catur Dwi Lestari, S.Pd, selaku kepala SMP Negeri 1 Banjarmangu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Sarina, S.Pd, selaku guru IPA SMP Negeri 1 Banjarmangu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Siswa SMP Negeri 1 Banjarnegara kelas VII A dan VII D tahun pelajaran 2013/2014, yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
vii
menambah data akan sangat bermanfaat untuk penulis.
Semarang, 08 Juli 2014
viii
Wijaya, Wisnu. 2014. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievement Division (STAD) berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014.Skripsi, Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pengetahuan Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Akhmad Munib, S.H., M.H., M.Si.
Kata Kunci: Hasil belajar, STAD, TIK
Membangun siswa agar mampu memahami konsep dan mengkomunikasikan pengetahuan yang disampaikan merupakan tantangan bagi guru. Guru dituntut untuk dapat mendesain pembelajaran yang inovatif sesuai perkembangan zaman. Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat
student-centered, constructive learning dan information communication tecnology based
learning sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, serta mulai meninggalkan
model pembelajaran konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat
lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Ilmu pengetahuan Alam (IPA) siswa dibanding model pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 1 Banjarmangu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas 7A sebagai kelas kontrol dan kleas 7D sebagai kelas eksperimen. Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design jenis Control Group
Pretest Posttest. Pengambilan data diperoleh dengan metode tes untuk
ix
Wijaya, Wisnu. 2014. Effectiveness of Cooperative Learning Implementation Model Type Student Team Achievement Division (STAD) based Information and Communication Technology (ICT) to Enhance Science Learning Outcomes Seventh Grade Students of SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Academic Year 2013/2014. Final Project. Department of Educational Technology. Faculty of Educational Sciences. Semarang State University. Advisor: Drs. Akhmad Munib, S.H., M.H., M.Si.
Keywords: Learning outcomes, STAD, ICT
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Penegasan Istilah ... 10
1.6 Sistematika Penulisan ... 13
2. LANDASAN TEORI ... 16
2.1 Efektivitas ... 16
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 18
2.3 Pembelajaran Berbasis TIK ... 22
2.4 Hasil Belajar ... 23
2.5 Kerangka Berpikir ... 26
2.6 Hipotesis ... 29
3. METODE PENELITIAN ... 30
xi
3.6Analisis Data ... 38
3.6.1 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ... 38
3.6.2 Analisis Data Awal ... 43
3.6.3 Analisis Data Akhir ... 45
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51
4.1Hasil Analisis Data Penelitian ... 51
4.1.1 Uji Homogenitas ... 51
4.1.2 Uji Normalitas ... 51
4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir ... 52
4.3 Pembahasan ... 57
4.4 Kendala Dalam Melaksanakan Penelitian ... 63
5. PENUTUP ... 65
5.1Simpulan ... 65
5.2Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xii
Tabel 3.1 Anggota Populasi ... 31
Tabel 3.2 Desain Penelitian... 32
Tabel 3.3 Rincian Pertemuan ... 33
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 39
Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Relibilitas ... 41
Tabel 3.6 Hasil Kriteria Daya Pembeda ... 42
Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Populasi ... 44
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Populasi... 44
Tabel 3.9 Klasifikasi Uji Gain ... 48
Tabel 4.1 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar ... 52
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ... 53
Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Uji Satu Pihak Kanan ... 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar ... 55
xiii
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 37
Gambar 3.2 Kurva Uji Pihak Kanan ... 48
Gambar 4.1 Analisis Rata-Rata Hasil Belajar Setiap Indikator ... 56
xiv
Lampiran 2 Daftar Nama Kelas Kontrol (VII A) ... 70
Lampiran 3 Dafrat Nilai Ulangan Harian Populasi ... 71
Lampiran 4 Uji Homogenitas Data ... 72
Lampiran 5 Uji Normalitas Kelas VII A ... 73
Lampiran 6 Uji Normalitas Kelas VII B ... 74
Lampiran 7 Uji Normalitas Kelas VII C ... 75
Lampiran 8 Uji Normalitas Kelas VII D ... 76
Lampiran 9 Uji Normalitas Kelas VII E ... 77
Lampiran 10 Uji Normalitas Kelas VII F ... 78
Lampiran 11 Uji Normalitas Kelas VII G ... 79
Lampiran 12 Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 80
Lampiran 13 Soal Uji Coba ... 81
Lampiran 14 Analisis Soal Uji Coba ... 88
Lampiran 15 Perhitungan Validitas Butir Soal ... 89
Lampiran 16 Perhitungan Reabilitas Soal ... 90
Lampiran 17 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 91
Lampiran 18 Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 92
Lampiran 19 Silabus ... 93
Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 95
Lampiran 21 Lembar Diskusi Siswa (LDS) ... 101
Lampiran 22 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... 102
Lampiran 23 Soal Pretest dan Posttest ... 104
Lampiran 24 Soal Evaluasi Setiap Indikator ... 115
Lampiran 25 Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 121
Lampiran 26 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 122
Lampiran 27 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 123
xv
Lampiran 33 Analisis Uji Gain Ternormalisasi Kelas Kontrol ... 131
Lampiran 34 Analisis Uji Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen ... 132
Lampiran 35 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 133
Lampiran 36 Uji Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar ... 134
Lampiran 37 Dokumentasi Penelitian ... 136
1
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan dan memiliki tujuan besar yang sama yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, permasalahan pendidikan yang terjadi memperlihatkan berbagai kendala yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Permasalahan pendidikan dalam mencapai tujuannya, menunjukkan ada masalah pada sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola pendidikan.
Problematika rendahnya mutu SDM dapat dilihat dari beberapa indikator makro antara lain dari laporan The Global Competitivenes Report 2009-2010 dari
World Economic Forum (Marthin et al., 2009), yang menempatkan Indonesia
pada peringkat 55 dari 134 negara dalam hal pencapaian Competitivenes Index
(CI). Dari data peringkat tersebut, perlu adanya usaha dari pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan kualitas bangsa melalui pendidikan yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.
Instruction should be student-centered, Education should be collaborative,
Learning should have context, dan School should be integrated withsociety.
Kurikulum saat ini dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning), sesuai dengan paradigma pembelajaran abad 21 yang menekankan kepada siswa untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skill). Kecakapan-kecakapan yang dikembangkan diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem
solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan
berkomunikasi.
Berbagai kecakapan siswa di atas akan semakin berkembang, apabila pembelajaran juga didukung dengan pemanfaatan teknologi pembelajaran yang inovatif. Dewasa ini, persaingan dalam pemanfaatan teknologi dalam pendidikan makin ketat. Agar mampu bersaing dalam percaturan tersebut, diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Sejumlah negara maju telah mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan nasionalnya, sehingga diperlukan adanya usaha menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, mampu menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, sehingga tujuan suatu mata pelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu biologis, fisis dan kimia. Pada aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang terkait dengan berbagai fenomena pada mahkluk hidup. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup yang dikenal dari kehidupan sehari-hari sampai benda di luar angkasa. Sementara aspek kimia, IPA mengkaji fenomena kimia baik pada mahkluk hidup maupun pada benda tak hidup di alam semesta.
Dalam proses pembelajaran IPA diharapkan guru mampu membangun karakteristik mental siswa dan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya, sehingga siswa dapat memiliki ketrampilan ilmiah yang diharapkan. Membangun siswa agar memiliki keterampilan ilmiah sesuai paradigma abad 21, merupakan suatu tantangan tersendiri. Paradigma pembelajaran lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan.
Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat student-centered,
constructive learning, information communication tecnology based learning,
sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil/sederhana. Peran guru berkembang menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran, sehingga diperlukan pembelajaran inovatif dan komunikatif yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (student centered)
Hasil observasi awal di SMP Negeri 1 Banjarmangu diperoleh, nilai KKM mata pelajaran IPA untuk kelas VII di SMP N 1 Banjarmangu pada tahun pelajaran 2013/2014 sebesar 70. Akan tetapi data observasi yang diperoleh dari daftar nilai guru IPA pada salah satu kelas hanya terdapat 10% siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan, hal tersebut ditunjukan dari rendahnya nilai ujian tengah semester genap dengan nilai rata-rata 53,00. Temuan lain dari hasil observasi yang telah dilakukan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA. Pada RPP IPA tertulis bahwa untuk model pembelajaran yang digunakan di SMP Negeri 1 Banjramangu adalah ceramah dan sarana dalam pembelajaran hanya menggunakan LKS, sehingga kondisi pembelajaran di SMP N 1 Banjarmangu masih berpusat pada guru dan belum mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
Hasil dari wawancara dengan guru IPA, diperoleh bahwa proses kegiatan pembelajaran IPA yang telah dilakukan selama ini hanya menggunakan metode ceramah. Guru sudah terbiasa dengan model pembelajaran ceramah, sehingga guru masih asing dengan berbagai model pembelajaran yang lebih modern dan inovatif.
Observasi dilanjutkan pada fasilitas pembelajaran di SMP Negeri 1 Banjarmangu. Dari data inventaris sekolah, fasilitas SMP N 1 Banjarmangu cukup baik. Beberapa fasilitas yang ada seperti, Wireles Fidelity (WIFI), LCD proyektor, lapangan olahraga, laboratorium IPA serta komputer yang lengkap. Namun hasil wawancara dengan guru menyimpulkan bahwa fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah belum sepenuhya digunakan dalam pembelajaran dan sebagian besar fasilitas digunakan menyimpang dari hal pembelajaran, misalnya fasilitas WIFI yang harusnya digunakan sebagai sumber informasi baru, malah digunakan sebagian besar untuk sosial media, mengunduh file yang di luar pembelajaran. Pada kondisi ini, fasilitas sekolah menjadi bumerang bagi tujuan sekolah itu sendiri, karena penyalahgunaan fasilitas seperti WIFI dan laboratorium komputer akan membuat siswa tidak kondusif dalam belajar.
Berbagai uraian permasalahan proses pembelajaran IPA yang terjadi di SMP N 1 Banjarmangu, menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan model ceramah tanpa media yang membosankan bagi siswa. Dalam pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan mencatat yang menyebabkan mereka bosan dengan pembelajaran. Sikap ilmiah siswa dalam mata pelajaran IPA sama sekali tidak bisa berkembang jika metode masih terpusat pada guru. Selain itu, banyak fasilitas teknologi di SMP N 1 Banjarmangu yang seharusnya bisa menjadi penunjang kegiatan belajar, malah digunakan untuk kepentingan di luar pembelajaran.
Berdasarkan temuan diatas menunjukan bahwa ada masalah dalam pembelajaran IPA di SMP N 1 Banjarmangu. Peneliti ingin memecahkan masalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran serta pemanfaatan fasilitas teknologi untuk belajar. Usaha yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada murid sesuai paradigma pembelajaran abad 21.
Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan komunikatif adalah model kooperatif. Model Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivitisme yang lahir dari Piaget dan Vigosky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna,1988: 181) sebagaimana yang dikutip oleh Rusman (2011).
pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Lima unsur esensial yang di tekankan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, (a) saling ketergantungan positif, (b) interaksi berhadapan (face to face
interaction), (c) tanggung jawab individu (individual reponsibility), (d)
ketrampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group
processing).
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta di anjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Slavin (2005) dinyatakan bahwa (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Model kooperatif yang dikembangkan Robert Slavin adalah kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD).
pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis peseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sendirinya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. Menurut Tobuhu (2013) menyatakan tipe STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah metode yang tepat dalam mengatasi masalah belajar di SMP Negeri 1 Banjarmangu. Selain itu, STAD adalah model yang paling sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran kooperatif.
Selain menggunakan model pembelajaran yang tepat, kegiatan pembelajaran juga perlu media yang mendukung dalam pembelajaran. Dengan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka pembelajaran akan lebih inovatif dan komunikatif sesuai dengan pembelajaran abad 21.
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VII. Dengan tujuan untuk mengetahui metode mana yang lebih baik jika diterapkan dalam pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Banjarmangu.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, menunjukan bahwa perlu dilakukan penelitian dengan judul: Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu-Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP N 1 Banjarmangu?
1.3
Tujuan Penelitian
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi sekolah
Sebagai informasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran dan meningkatkan mutu/kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA.
1.4.2 Bagi Guru
Sebagai referensi guru mengenai model pembelajaran inovatif yang diharapkan dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.
1.4.3 Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar IPA dengan model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
1.4.4 Bagi Peneliti
Sebagai pengetahuan sekaligus pengalaman dalam membekali diri sebagai calon guru dan Sebagai pengetahuan model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.5
Penegasan Istilah
1.5.1 Efektivitas
dilakukan. Pada penelitian ini, model pembelajaran yang lebih efektif dinilai melalui besarnya nilai <g> pada uji gain, t-test perbedaan dua rata-rata, dan t-test
signifikansi yang didapat dari nilai pretest-posttest kelompok eksperimen dan kontrol.
1.5.2 Model Pembelajaran
Model dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti contoh, pola, acuan, ragam.Pembelajaran merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa agar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain sebagainya, Trianto sebagaimana yang dikutip oleh Sari (2011).
1.5.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (Martha, 2008: 31) Pembelajaran kooperatif model STAD, murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
bersifat heterogen. Namun, untuk jumlah anggota dalam satu kelompok akan lebih menyesuaikan jumlah siswa dalam satu kelas.
1.5.4 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Menurut Puskur Diknas Indonesia, Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
· Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
· Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
ICT Based Learning atau pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) menggambarkan kecanggihan teknologi dalam pembelajaran. Peluang baru yang dijanjikan teknologi ini sangat luas. Kreativitas pendidik menjadi penting, karena tanpa teknologi ini tidak berarti apa-apa. Peran TIK dalam pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu untuk menunjang proses pembelajaran. Media TIK yang umum digunakan dalam pembelajaran adalah komputer dan LCD proyektor.
1.5.5 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek- aspek perubahan perilaku
apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan
perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Rifa’i, 2009: 85).
1.5.6 Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut BSNP (2006: 1), Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang memiliki tiga aspek yaitu biologis, fisis dan kimia. Pada aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang terkait dengan berbagai fenomena pada mahkluk hidup. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup yang dikenal dari kehidupan sehari-hari sampai benda di luar angkasa. Sementara aspek kimia, IPA mengkaji fenomena kimia baik pada mahkluk hidup maupun pada benda tak hidup di alam semesta. Pembelajaran IPA dalam penelitian ini mencakup aspek biologis yang mengkaji fernomena mahkluk hidup.
1.6
Sistematika Penulisan Skripsi
Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian bab 1 berisi tentang latar belakang, masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.
Bab 2 : Landasan Teori
Bagian bab 2 ini berisi tentang teori-teori dan konsep yang mendasari penelitian yaitu, (1) model pembelajaran STAD, (2) Pembelajaran berbasis TIK, (3) pembelajaran konvensional, (4) hasil belajar, (5) kerangka berfikir, (6) hipotesis.
Bab 3 : Metode Penelitian
Bagian bab 3 berisi tentang metode yang digunakan untuk menulis analisis data yang meliputi: metode penentuan objek penelitian, metode pengumpulan data, penyusunan instrumen, prosedur penelitian dan metode analisis data. Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian bab 4 ini berisi tentang hasil-hasil yaitu, (1) Analisis data tahap awal, (2) Analisis data tahap akhir, (3) Pembahasan, (4) Kendala dalam melaksanakan penelitian. Bab 5 : Penutup
Bagian bab 5 ini berisi simpulan dari penelitian dan saran-saran.
3. Bagian Akhir Skripsi
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Efektivitas
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992: 207)
Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah :
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat input dan output
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989: 121)
atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989:47). Sementara itu, menurut Richard M. Steers, efektivitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.
Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu social dijabarkan dengan penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana social efektivitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas, yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya.
Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatnya, car mengatur dan bahkan cara menentukan indicator efektivitas, sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.
Pengertian yang memadai mengenai tujuan ataupun sasaran organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana seringkali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri.
secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan srta meraih keberhasilan maksimal.
2.2
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu permasalahan. Tiap-tiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab tidak hanya untuk mempelajari apa yang diajarkan tetapi juga membantu anggota kelompok mengerti dan memahami konsep yang sedang dipelajari. Sebagaimana model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Sanjaya (2008: 247) menuliskan beberapa kelebihan dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut.
(1) Meningkatkan minat belajar dan kemampuan akademis siswa, (2) Meningkatkan daya ingat siswa,
(3) Membantu siswa mengembangkan kecakapan dan berkomunikasi secara lisan,
(4) Meningkatkan hubungan positif dalam berkompetensi.
Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif disebutkan oleh Suprijono (2012: 54) diantaranya yaitu:
(3) bagi siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok, merasa asing dan tidak terbiasa.
Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang telah dikembagkan antara lain, Teams Games Tournament (TGT), Student Teams
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC), Teams Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation
(GI) , dan Learning Together.
Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Model pembelajaran kooperatif pada penelitian ini adalah tipe STAD. Tipe STAD merupakan model yang paling sederhana, sehingga mudah diterapkan pada kelas yang belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model STAD juga mudah dipelajari bagi guru yang ingin memulai menggunakan model pembelajaran kooperatif.
dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode
atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi sosial.
Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu:
1. penyajian kelas, 2. belajar kelompok, 3. kuis,
Terdapat enam sintaks/langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Ibrahim, dkk 2000)
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan keterampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.
2.3 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
ICT Based Learning atau pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) menggambarkan kecanggihan teknologi dalam pembelajaran. Peluang baru yang dijanjikan teknologi ini sangat luas. Kreativitas pendidik menjadi penting, karena tanpanya teknologi ini tidak berarti apa-apa.
Peran TIK dalam pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu. Pendidik yang menguasai alat bantu TIK dengan baik akan menghasilkan media pembelajaran yang baik pula. Dengan kata lain, TIK bukanlah pengganti pendidik justru pendidik lah yang menjadikan TIK berperan dalam pembelajaran.
berbasis TIK, TIK berperan sebagai media penghubung untuk menyampaikan transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Terdapat dua unsur penting dari proses transfer ilmu pengetahuan tersebut yaitu unsur media dan pesan yang disampaikan melalui media tersebut. Unsur media menggambarkan TIK sebagai jaringan infrastruktur yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik, sedangkan unsur pesan menggambarkan konten pembelajaran digital.
Secara operasional, yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis TIK adalah aktivitas pembelajaran yang didukung oleh infrastruktur TIK. Bentuk-bentuk pembelajaran berbasis TIK seperti, presentasi power point, CD pembelajaran interaktif dan e-learning, merupakan media TIK yang sering kita jumpai pada proses pendidikan. Bentuk yang paling sederhana serta mudah untuk diterapkan adalah presentasi power point. Meskipun paling sederhana power point
memberikan fasilitas yang cukup hebat sebagai media pembelajaran yang mudah dipelajari.
2.4 Hasil Belajar
Adapun pengertian hasil belajar menurut Gagne dalam (Surya, 2004: 42) merupakan keluaran dari pemprosesan informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri atas :
a. informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis ataupun lisan.
b. kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan symbol-simbol. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum.
c. strategi kognitif adalah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
d. sikap adalah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan di dalam diri individu yang akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan.
(1) hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.
(2) hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.
(3) hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990: 56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.
(1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
(2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
(3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
(5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
2.5 Kerangka Berfikir
Seiring dengan kemajuan zaman kualitas pendidikan perlu untuk ditingkatkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup dankehidupan. Kenyataan di lapangan pembelajaran IPA masih menerapkan pembelajaran ceramah yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Aktivitas peserta didik hanya duduk menyimak informasi guru, mencatat, dan mengerjakan soal sesuai contoh soal yang guru berikan.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel secara acak dengan teknik
simple random sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelas kontrol. Dalam pengambilan sampel, peneliti melakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk menentukan dua kelompok yang telah dijadikan sampel. Pada kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran STAD berbasis TIK dan pada kelompok kontrol diberikan model pembelajaran Konvensional. Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran STAD berbasis TIK dan model pembelajaran Konvensional sebagai variabel bebas, sedangkan variabel kontrolnya adalah peningkatan hasil belajar siswa. Desain penelitian ini menggunakan controlgroup pretest-posttest.
Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok ini diberikan pretest, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Kemudian kedua kelompok tesebut diberikan perlakuan berbeda, pada kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran STAD berbasis TIK dan pada kelompok kontrol diberikan model pembelajaran Konvensional. Pada akhir pelaksanaan, kedua kelompok ini akan diberikan posttest. Hasil pretest dan posttest dapat diketahui sejauh mana peningkatan hasil belajar IPA yang dialami pada kelompok eksperimen dan kontrol melalui uji gain. Setelah uji gain dilakukan, maka akan diperoleh nilai
<g> dari kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok yang mempuyai nilai
<g> lebih tinggi, menunjukkan tingkat hasil yang lebih tinggi. Berikut skema dari
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Model pembelajaran Konvensional Model pembelajaran
STAD Berbasis TIK
Hasil belajar IPA
Meningkat Hasil belajar IPA Kurang
Meningkat
Model pembelajaran Koopertaif Tipe STAD
berbasis TIK lebih efektiff dari model konvensional dalam
2.6
Hipotesis Penelitian
Teori dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis penelitian ini
adalah: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK lebih efektif
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Banjarmangu tahun ajaran 2013/2014. SMP N 1 Banjarmangu merupakan sekolah menengah paling favorit di kecamatan Banjarmangu.
Setiap tahun SMP N 1 Banjarmangu menerima calon siswa lulusan sekolah dasar dengan tingkat persaingan yang cukup ketat, sehingga hanya siswa dengan prestasi belajar tinggi di sekolah dasar yang bisa belajar di sekolah ini. Sebagian besar pendaftar berasal dari lulusan sekolah dasar yang berada di desa sekitar Kecamatan Banjarmangu. Sedangkan pendaftar dari luar kecamatan hanya sebagian kecil, karena lulusan sekolah dasar dari daerah kota cenderung lebih memilih sekolah menengah yang lebih favorit di daerah kota Banjarnegara.
diperoleh, siswa SMP Negeri 1 Banjarmangu kelas VII Tahun pelajaran 2013/2014 yang dijadikan populasi berjumlah 238 siswa.
Tabel 3.1. Anggota Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu Tahun Pelajaran 2013/2014.
No Populasi Jumlah siswa
1 VII A 34 siswa
2 VII B 34 siswa
3 VII C 34 siswa
4 VII D 34 siswa
5 VII E 34 siswa
6 VII F 34 siswa
7 VII G 34 siswa
Total 238 siswa
( Sumber: Administrasi kesiswaan SMP Negeri 1 Banjarmangu Tahun Pelajaran 2013/2014)
3.1.2 Sampel Penelitian
Prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling acak melalui undian karena semua populasi berasal dari kondisi yang sama, sehingga bebas dalam menentukan sampel. Berlaku atau tidaknya teknik sampling acak bisa diketahui setelah melakukan uji homogenitas populasi terlebih dahulu. Untuk itu, dibutuhkan data nilai ulangan harian IPA semua siswa kelas VII yang didapat dari guru mata pelajaran. Kemudian dilakukan olah data untuk menentukan apakah populasi bersifat homogen atau tidak.
Setelah diketahui bahwa seluruh populasi homogen yaitu setiap kelas memiliki nilai rata-rata yang hampir sama, maka teknik simple random sampling
3.2
Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi dua macam variabel, yaitu:
(1) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran IPA dengan model pembelajaran STAD berbasis TIK.
(2) Variabel terikat
Variabel terikat dalam peneltian ini adalah peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA.
3.3 Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design jenis Control Group Pretest Posttest.
Tabel 3.2. Desain Penelitian
Pre-test Perlakuan Post-test
E O1 X1 O2
K O1 X2 O2
Keterangan :
E : kelompok eksperimen K : kelompok kontrol
O1 : Pre-test menggunakan instrumen yang telah diuji coba
O2 : Post-test menggunakan instrumen yang telah diuji coba
X1 : model pembelajaran STAD berbasis TIK
Dapat dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (O2-O1) dengan
pencapaian kelompok kontrol (O2-O1) (Sugiyono, 2009 :75)
[image:47.595.118.527.462.717.2]Dari tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa kedua kelas diberi pre-test dengan soal tes yang sama. Setelah proses belajar mengajar selesai, dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil bealajar siswa dengan memberikan soal post-test yang sama untuk kedua kelas. Soal evaluasi tersebut terlebih dahulu telah diuji cobakan pada kelas VII C SMP Negeri 1 Banjarmangu sebagai kelas uji coba. Penelitian ini mengambil dua kelas sebagai sampel, kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Perlakuan akan dilaksanakan dua kali pertemuan untuk masing-masing kelas, dengan rincian:
Tabel 3.3.Rincian pertemuan
Pertemuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Pretest Pretest
2 Penerapan pembelajaran model STAD berbasis TIK untuk indikator 1 dan 2
Penerapan pembelajaran konvensional untuk indikator 1 dan 2
Evaluasi hasil belajar indikator 1 dan 2 Evaluasi hasil belajar indikator 1 dan 2
3 Penerapan pembelajaran model STAD berbasis TIK untuk indikator 3 dan 4
Penerapan pembelajaran konvensional untuk indikator 3 dan 4
Evaluasi hasil belajar indikator 3 dan 4 Evaluasi hasil belajar indikator 3 dan 4
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang mendukung penelitian yaitu daftar nama siswa yang menjadi subyek penelitian, daftar nama siswa yang menjadi responden dalam uji coba, daftar nilai ulangan semester 1 siswa kelas VII A dan VII D tahun ajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Banjarmangu, dan foto-foto saat melakukan penelitian.
3.4.2 Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari narasumber (guru, siswa, karyawan) mengenai proses belajar, hasil belajar siswa, metode belajar, persepsi siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung serta kondisi fasilitas sekolah.
3.4.3 Metode Tes
Tes diberikan sebelum dan sesudah perlakuan pada sampel. Pengambilan data melalui tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum dan sesudah sampel memperoleh perlakuan. Tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dengan jumlah 25 soal.
Sedangkan kelemahan dari tes objektif pilihan ganda yaitu: (1) Murid bisa menerka-nerka pilihan jawaban yang ada ketika mereka kebingungan. (2) Tidak bisa mengajak murid berpikir dalam taraf yang lebih tinggi.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu persiapan dan pelaksanaan.
3.5.1 Tahap Persiapan
Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan peneliti dalam tahap persiapan, antara lain:
(1) Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru pengampu untuk mengetahui kondisi lingkungan objek penelitian.
(2) Menyiapkan lingkungan belajar yang meliputi persiapan perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
(3) Menyusun kisi-kisi instrumen tes.
(4) Menyusun instrumen tes yang berupa soal-soal berbentuk uraian. (5) Menguji coba instrumen tes.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
(1). Guru membuka pembelajaran dengan memberi ilustrasi mengenai fenomena yang menarik dan berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Pembelajaran berlangsung di laboratorium komputer.
(2). Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa belajar dengan media audio visual.
(3). Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok bila mengalami kesulitan.
(4). Guru memfasilitasi diskusi kelompok dengan web yang berisi lembar diskusi yang bisa siswa download.
(5). Guru mendorong siswa untuk memahami masalah yang disajikan sehingga dapat mendiskudikan persoalan bersama teman kelompok.
(6). Guru membimbing siswa mengenai cara mengisi LDS dalam format Power Point yang akan dipresentasikan.
(7). Mengamati peserta didik dalam melaksanakan diskusi.
(8). Guru mengamati hasil diskusi siswa yang disajikan melalui presentasi dengan media komputer. Hasil diskusi siswa akan dikoreksi oleh kelompok lain, sehingga semua kelompok paham semua materi yang disajikan setiap kelompok.
(9). Guru memberi kesimpulan dari semua hasil diskusi kelompok.
(10). Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi, guru memberikan kuis berbasis game edukasi kepada siswa.
Desain penelitian pada skripsi ini adalah: Menentukan
populasi
Uji homogenitas
Uji normalitas
Kelompok kontrol Menentukan
Sampel
Kelompok eksperimen
Pre Test Pre Test
Model Konvensional Model Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD berbasis TIK
Post Test /Hasil Belajar
[image:51.595.72.554.105.717.2]Data Hasil Penelitian Analisis Data Akhir
3.5.3 Tahap Akhir
Tahap akhir merupakan analisis data hasil pretes dan posttest. Data tersebut merupakan data akhir yang dianalisis sebagai pembuktian hipotesis.
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Instrumen
Hasil belajar siswa diukur melalui tes tertulis berupa post-test yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran sebagai hasil akhir penelitian.
3.6.1.1 Validitas Soal
Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu soal yaitu rumus korelasi product moment (Arikunto, 2012: 72) :
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n rxy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan :
= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = skor item soal tertentu
y = skor total
n = jumlah siswa uji coba
Hasil dibandingkan dengan dengan taraf signifikasi 5%. Jika harga > maka butir soal instrumen valid, akan tetapi jika harga
13, 15, 17, 22, 29, 31, 33. Perhitungan validitas soal uji coba penelitian dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 91.
3.6.1.2 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu susah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal dapat menggunakan rumus (Arikunto, 2012: 222) sebagai berikut:
=
= ℎ ℎ
Keterangan:
P = tingkat kesukaran
Mean = skor rata-rata peserta didik pada satu nomor butir soal Skor Maksimal = skor tertinggi yang telah ditetapkan pada pedoman penskoran.
Tabel 3.4. Kriteria tingkat kesukaran soal
Interval Kriteria 0,00 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar 0,31 ≤ P ≤ 0,70 soal cukup (sedang)
0,71 ≤ P ≤ 1,00 soal mudah
3.6.1.3 Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagi alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu tes dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal uraian adalah rumus alpha, (Arikunto, 2012: 122) yaitu:
−
−
=
∑
22
11 1
1 t
i
n n r
σ σ
Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari
∑ 2 = jumlah varians skor tiap-tiap item 2 = varians total
n = banyaknya butir soal
Rumus varians tiap item soal yaitu:
2=∑ 2−(∑ )
2
"
"
Keterangan:
∑ = jumlah butir soal
∑ 2 = jumlah kuadrat butir soal
Rumus varians total yaitu:
2=∑#2−(∑ # )
2
"
"
Keterangan:
∑# = jumlah butir soal
∑# 2= jumlah kuadrat butir soal
N = banyak subyek pengikut tes
Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga r product moment
[image:55.595.184.438.374.503.2]pada tabel, jika rhitung > rtabel maka item tes yang diujicobakanreliabel.
Tabel 3.5 Klasifikasi reliabilitas
Interval r11 Kriteria
0,800 ≤ r11 ≤1,000
0,600 ≤ r11 ≤ 0,799
0,400 ≤ r11 ≤ 0,599
0,200 ≤ r11 ≤ 0,399
r11 < 0,200
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Perhitungan reliabilitas soal uji coba menghasilkan harga rhitung sebesar 0.85.
Harga rhitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga r pada tabel r
product moment dengan taraf signifikansi 5 % dan n = 34 yaitu 0.339. Kriteria reliabel soal yaitu, suatu soal disebut relliabel apabila harga rhitung lebih besar
Perhitungan reliabilitas soal uji coba penelitian dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 92.
3.6.1.3 Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk uraian adalah dengan menghitung dua rata-rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah dari tiap-tiap soal. Untuk menghitung daya pembeda soal uraian dapat digunakan rumus (Arikunto, 2012 : 226) sebagai berikut:
$ = − % ℎ
Keterangan:
DP = daya pembeda
&'( = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas
JBB= jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok bawah
[image:56.595.164.459.620.729.2]JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas.
Tabel 3.6. Kriteria daya pembeda soal
Interval DP Kriteria
0,00 ≤ DP ≤0,20 Jelek
0,21 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,41 ≤DP ≤ 0,70 Baik
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh klasifikasi berikut: (1) Baik : 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 16, 18, 19, 20, 25, 26, 28, 32; (2) Cukup : 10, 12, 14, 21, 23, 24, 27, 30, 31, 33, 34, 35; (3) Jelek: 5, 7, 11, 13, 15, 17, 22, 29. Perhitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 94.
3.6.2 Analisis Data Awal
3.6.2.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang digunakan (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dapat diasumsikan memiliki kondisi awal yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis statistika sebagai berikut.
0
H = σ12 =σ22, artinya kedua kelas mempunyai varians sama.
a
H =σ12 ≠σ22, artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama. Untuk menguji homogenitas digunakan persamaan:
) 1 ( ) 1 ( 2 2 − ∑ − ∑ = i i i n s n s ) 1 ( )
(log 2 ∑ −
= s ni
B } log ). 1 ( ){ 10 (ln 2 2 i i s n B
x = −∑ −
Membandingkan x2hitung terhadap x2tabel pada α=5% dan dk merupakan
banyaknya kelas dikurangi 1. jika x2hitung < x2tabel maka H0 diterima. Hal ini berarti
kedua kelas tersebut mempunyai varian yang sama atau dikatakan homogen (Sudjana, 2005: 261-263).
Tabel 3.7. Hasil Uji Homogenitas Populasi
Data χ2 hitung χ2tabel Kriteria
Nilai ulangan harian IPA
semester I 8,25 12,59 Homogen
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2 hitung kurang dari χ2tabel. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima, sehingga dapat dikatakan ketujuh
populasi mempunyai varians yang sama. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 3.
Populasi telah terbukti normal dan homogen. Langkah yang ditempuh selanjutnya adalah menetapkan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kontrol secara simple random sampling, serta uji selanjutnya yang digunakan adalah statistik parametrik.
3.6.2.1 Uji Normalitas
[image:58.595.118.508.130.196.2]Hasil analisis data populasi uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Hasil Uji Normalitas Populasi
Kelas χ2 hitung χ2tabel Kriteria
VII A 8,71 11,07 Normal
VII B 1,27 11,07 Normal
VII C 4,82 11,07 Normal
VII D 8,74 11,07 Normal
VII E 4,13 11,07 Normal
VII F 0,94 11,07 Normal
VII G 9,39 11,07 Normal
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2 hitung untuk setiap data
kurang dari χ2tabel dengan dk = 5 dan α = 5 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan setiap kelas pada populasi berdistribusi
[image:58.595.141.482.502.628.2]3.6.3 Analisis Data Akhir
Pengujian tahap akhir dilaksanakan setelah pemberian perlakuan pada sampel. Data yang dianalisis diambil setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD berbasis TIK pada kelas eksperimen dan Konvensional pada kelas kontrol. Pada kedua kelompok diberikan tes yang sama. Data yang diperoleh dari hasil tes kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Adapun analisis yang digunakan antara lain sebagai berikut.
3.6.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 273), uji normalitas menggunakan rumus :
. = /(01− 21).
21 3
145
Keterangan :
. = Chi-Kuadrat
Oi = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian
Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal, kriteria pengujian jika
χ
2hitung ≤χ
2tabel dengan derajat kebebasan dk = n-1.3.6.3.2 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test satu pihak kanan. Apakah penerapan model Kooperatif tipe STAD berbasis TIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho :µ5 ≤µ. : Model pembelajaran STAD berbasis TIK tidak lebih baik atau sama dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa SMP.
Ha :µ5 >µ. : Model pembelajaran STAD berbasis TIK lebih baik daripada model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa SMP. µ1 : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen.
µ2 : rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
didasarkan pada hasil uji t pihak kanan ini. Data yang digunakan ini adalah nilai
pre-test dan post-test pemahaman konsep. Rumus uji-t satu pihak dapat
dituliskan: (Arikunto 2010: 213)
− + − = 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s X X t Keterangan 1
x : nilai rata-rata kelompok eksperimen 2
x : nilai rata-rata kelompok kontrol
2 1
s : varian data pada kelompok eksperimen
2 2
s : varian data pada kelompok kontrol
s1 : standart deviasi pada kelompok eksperimen
s2 : standart deviasi pada kelompok kontrol
1
n : banyaknya subyek pada kelompok eksperimen 2
n : banyaknya subyek pada kelompok kontrol
r : korelasi antara nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol Dengan,
=
AB∑ ?∑ ?@CDB∑ @CDGambar 3.2 Kurva Uji pihak Kanan
Uji pihak kanan ini berlaku ketentuan bila harga thitung dengan dk = n1+ n2 -
2 dan taraf kesalahan 5% jatuh pada daerah penerimaan H0 atau thitung ≤ ttabel
maka H0 diterima dan Ha ditolak (Sugiyono 2010: 274-275).
3.6.3.3 Uji Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar (Uji Normal Gain)
Uji peningkatan rata-rata hasil belajar bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus normal gain sebagai berikut:
pre pre post
S
S
S
g
−
−
=
0 0
100
Keterangan:pre
S
= Skor rata-rata tes awal (%) post
S
= Skor rata-rata tes akhir (%)
Tabel 3.9 Klisifikasi Uji Gain
gain <g> Kriteria
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Daerah Penerimaan Ho
3.6.3.4 Uji Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar
Uji signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Rumus yang digunakan untuk uji signifikansi ini adalah sebagai berikut:
+ − + Σ + Σ − = y x y x y x N N N N y x M M t 1 1 2 2 2 Keterangan:
M = nilai rata-rata hasil per kelompok N = banyaknya subjek
x = deviasi setiap nilai x2 dari mean x1
y = deviasi setiap nilai y2 dari mean y1
Rumus Σx2 dan Σy2yaitu:
( )
N X X x 2 22 =Σ − Σ
Σ
( )
N Y Y y 2 22 =Σ − Σ
Σ
(Arikunto, 2006: 311-312)
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (µ1 = µ2)
H1 : terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan antara
51
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Awal
Analisis data penelitian tahap awal terdiri atas uji homogenitas dan uji normalitas. Pada tahap ini, analisis dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Banjarmangu.
4.1.1 Uji Homogenitas
Analisis tahap awal berupa uji homogenitas yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen. Populasi dikatakan homogen, apabila hasil uji menyatakan bahwa populasi memiliki keadaan yang setara. Keadaan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa mata pelajaran IPA, sehingga untuk melakukan uji homogenitas diperlukan daftar nilai hasil belajar IPA kelas VII SMP Negeri 1 Banjarmangu sebagai populasi. Uji homogenitas secara lengkap disajikan pada lampiran 4 halaman 74. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh χ2hitung= 8,249 dan χ 2 tabel = 12,59 untuk α = 5 % dan dk = 7 – 1 = 6, sehingga χ 2hitung< χ2tabel berarti
populasi bersifat homogen atau keadaannya sama. Karena uji homogenitas menyatakan bahwa populasi penelitian berasal dari keadaan yang sama, maka dari kelas VII A-VII G memiliki hasil belajar yang setara.
4.1.2. Uji Normalitas
maka digunakan analisis statistik parametris, sedangkan bila sampel tidak berdistribusi normal, maka menggunakan analisis statistik nonparametris. Uji normalitas disajikan lengkap pada lampiran 5-11 halaman 75-81. Hasil perhitungan menyatakan bahwa sampel berdisribusi normal, sehingga analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik.
4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir
Analisis data penelitian tahap akhir menggunakan data yang diperoleh sesudah penelitian. Pengambilan data menggunakan instrumen penelitian yang telah diujicobakan sebelumnya. Instrumen penelitian untuk hasil belajar kognitif berupa 25 soal pilihan ganda. Setelah kedua kelompok sampel melaksanakan
pretest, kelompok kontrol mendapat pelajaran dengan model konvensional dan
kelompok eksperimen mendapat pelajaran dengan model kooperatif tipe STAD berbasis TIK. Pada akhir penelitian kedua kelas diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa pada memahami keragaman mahkluk hidup dari tingkat sel sampai organisme. Rekapitulasi hasil pretest dan
[image:66.595.109.517.626.747.2]posttest kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Peningkatan Hasil belajar antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
No Kriteria Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 Rata-rata 48,57 72,18 46,82 76,59
2 Nilai tertinggi 68 84 68 96
3 Nilai terendah 24 56 24 52
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pretest pada kelompok eksperimen lebih rendah dari kontrol. Namun rata-rata kelompok kelas tidak jauh berbeda, hal ini menunjukkan bahwa pada kedua kelompok tersebut berasal dari kondisi yang hampir sama. Sedangkan rata-rata nilai posttest, nilai rata-rata pada kelompok eksperimen menjadi lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Perbedaan peningkatan hasil belajar ini terjadi karena kedua kelas menerapkan model pembelajaran yang berbeda. Pada kelompok eksperimen siswa diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis TIK, sehingga siswa sebagai pusat pembelajaran tidak hanya hafal materi tetapi juga memahami materi. Sedangkan kelompok kontrol diajar dengan model pembelajaran konvensional yang hanya menuntut siswa untuk mendengarkan dan menghafal materi.
4.2.1 Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dan untu