• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Efektivitas Sebagai Anti-Aging dari Masker Wajah yang Mengandung Minyak Almond (Prunus amygdalus dulcis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Formulasi dan Efektivitas Sebagai Anti-Aging dari Masker Wajah yang Mengandung Minyak Almond (Prunus amygdalus dulcis)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI

ANTI-AGING

DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG

MINYAK ALMOND (

Prunus amygdalus dulcis

)

SKRIPSI

OLEH:

STEPHANIE

NIM 101501095

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

(2)

FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI

ANTI-AGING

DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG

MINYAK ALMOND (

Prunus amygdalus dulcis

)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

STEPHANIE

NIM 101501095

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI

ANTI-AGING

DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG

MINYAK ALMOND (

Prunus amygdalus dulcis

)

OLEH: STEPHANIE NIM 101501095

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 15 juli 2014

Pembimbing I, PanitiaPenguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 196106191991031001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Medan,

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esakarena berkat rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul “Formulasi dan Efektivitas Sebagai Anti-AgingDari Masker Wajah Yang

Mengandung Minyak Almond (Prunus amygdalus dulcis)” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan hormat, penulis

mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,

selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medanyang telah menyediakan fasilitas

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Ucapan terima kasih kepada Ibu

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.,

selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sangat baik,

memberikan petunjuk, perhatian, saran, dan motivasi selama penelitian hingga

selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt.,

Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.,selaku dosen

pengujiyang telah memberikan kritik dan sarandemi kesempurnaan skripsi ini.

Serta kepada Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penasihat

akademik dan Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga

(5)

Hendry Wibisono selaku saudara penulis dan sahabat-sahabat terdekat yang

begitu mendukung dan mendoakan penyelesaian skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada sukarelawan yang bersedia meluangkan waktu

untuk membantu penelitian dan tidak lupa ucapaan terima kasih penulis

sampaikan kepada Limiyanto Tanseri, S.Farm., Apt., Leny, S.Farm., Agustince

Werimon, abang kakak stambuk 2009 yang memberikan masukkan dan

pengetahuan, teman-teman stambuk 2010 dan teman-teman dekat selama masa

perkuliahan Novita Sari, Felicia Christine, Mita Joselin, Maya Octavia, Anddora

Michi, Aity, Florencia, Cinta Suci Hasibuan dan Anna Fajar Hasanah yang

membantu penulis dalam proses belajar dan memberikan masukkan hingga

selesainya skripsi ini serta adik tercinta stambuk 2011 dan 2012 yang selalu

menemani, membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi

ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Medan, 18 Juli 2014 Penulis,

(6)

FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI ANTI-AGING

DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK ALMOND (Prunus amygdalus dulcis)

ABSTRAK

Sinar ultraviolet dari cahaya matahari, polusi udara dan faktor-faktor yang menyebabkan radikal bebas dapat berujung pada penuaan kulit.Kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dapat menyebabkan jaringan kulit menjadi keras dan tidak lentur sebagai awal terbentuknya kerutan. Antioksidan seperti vitamin E, asam oleat dan asam stearat dari minyak almond Henry Lamotte diyakini dapat memperlambat efek penuaan dini. Kemampuan memperbaiki sel kulit dan memperlambat penuaan dini menjadi alasan penggunaan sediaan masker. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan masker yang memiliki efektivitas anti-aging dari minyak almond.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dimana dipilih 12 wanita berusia 20-25 tahun dan dianalisis daerah kulit punggung tangan yang menunjukkan adanya noda dan kerutan dengan skin analyzer Aramo-SG. Daerah tersebut ditandai dengan bentuk lingkaran berdiameter 3 cm selama empat minggu perawatan. Daerah yang ditandai merupakan daerah yang akan dianalisis dan dirawat setiap minggu selama empat minggu. Sukarelawan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok blanko, formula masker 4%, formula masker 6% dan formula masker 8%. Data sebelum dan setelah perawatan dicatat setiap minggu dan dianalisis menggunakan SPSS18. Formulasi masker wajah diuji homogenitas, pH dan stabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan homogen, pH 6,4-6,7 dan stabil dalam kondisi penyimpanan pada suhu 8°C, 25°C dan 40°C selama 28 hari. Meningkatnya konsentrasi minyak almond pada sediaan masker menunjukkan perubahan kondisi kulit dimana kadar air yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori yang semakin mengecil,dan banyak noda serta kerutan yang semakin berkurang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak almond dapat diformulasi dalam sediaan masker wajah dan dengan meningkatnya konsentrasi minyak almond dalam sediaan dapat meningkatkan efektivitas anti-aging.

(7)

FORMULATION AND ANTI-AGING EFFECTIVITY FROM ALMOND OIL (Prunus amygdalus dulcis) FACIAL MASK

ABSTRACT

The ultraviolet light, air pollution and factors that causes free radicals can lead to skin aging. The damage that caused from free radicals can cause skin tissue becomes tight and inflexible as the initial formation of wrinkles. Antioxidant that is found from Vitamin E, oleic acid and stearic acid from Henry Lamotte almond oil is believed can slower the effect of aging. Facial mask is chosen for this research because of its capability to repair skin cells and slower premature aging. The aim of this research is to learn whether almond oil can be formulated as facial mask to reduce aging effect.

The method was experimental method. Twelve young women (20-25 years old) whose back hand had spot and wrinkle were gathered. The applied mask area was marked with circle shape with diameter 3 cm for four weeks during treatment.The volunteers were divided into four groups, there were placebo group, formula 4% group, formula 6% and formula 8% group. Skin status was measured by skin analyzer Aramo SG. Data was obtained before and after applying mask every week and was analyzed using SPSS 18. Facial mask formulation was tested for its homogenity, pH, and stability.

The result showed that almond oil can be formulated to facial mask. The facial mask was homogeneous, with pH 6.4-6.7 dan stable at 8°C, 25°C and 40°C temperature during 28 days. The increasing concentration from almond oil that was formulated in facial mask showed the ability as anti aging because could increased moisture level and evenness level, minimized pores, reduced the number of spots and wrinkles. The conclusion of the research is almond oil Henry Lamotte can be formulated to facial mask and with higher concentration of almond oil can increase the effectiveness as anti aging.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kulit ... 4

2.1.1Fungsi biologis kulit ... 4

2.1.2Struktur kulit ... 5

(9)

2.3 Perubahan Kulit Akibat Sinar Ultraviolet ... 9

2.4Penuaan Dini ... 10

2.4.1 Perubahan internal ... 11

2.4.2 Perubahan eksternal... 12

2.5 Anti-Aging ... 14

2.5.1 Peran antioksidan dalam masker wajah ... 14

2.5.2 Vitamin E sebagai antioksidan ... 15

2.5.3 Minyak almond ... 16

2.6 Masker Wajah ... 17

2.7 Skin Analyzer ... 18

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer ... 18

2.7.2 Parameter pengukuran dengan skin analyzer ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Alat ... 22

3.2 Bahan ... 22

3.3 Sukarelawan ... 22

3.4 Prosedur Kerja ... 23

3.4.1 Formulasi sediaan masker ... 23

3.4.1.1 Formula standar ... 23

3.4.1.2 Formula modifikasi ... 24

3.4.1.3 Formula mengandung minyak almond ... 24

3.4.2 Evaluasi mutu fisik sediaan ... 25

3.4.2.1 Pengujian homogenitas ... 25

(10)

3.4.2.3 Pengukuran pH sediaan ... 25

3.4.2.4 Pengukuran lama pengeringan ... 26

3.4.3 Pengujian efektivitas anti-aging... 26

3.4.4 Analisis data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Wajah ... 28

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ... 28

4.2.1 Hasil pengujian homogenitas ... 28

4.2.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 28

4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan ... 30

4.2.4 Hasil pengukuran lama pengeringan masker ... 33

4.3 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging ... 33

4.3.1 Kadar air (moisture) ... 34

4.3.2 Kehalusan kulit (evenness) ... 35

4.3.3 Besar pori (pore) ... 37

4.3.4 Banyak noda (spot) ... 39

4.3.5 Banyak kerutan (wrinkle) ... 40

4.3.6 Kedalaman kerutan (wrinkle’s depth) ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1Perbedaan anatomi pada epidermis ... 11

Tabel 2.2Perbedaan anatomi pada dermis ... 12

Tabel 2.3Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 21

Tabel 3.1Komposisi formula 4%, formula 6% dan formula 8% ... 25

Tabel 4.1Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 8°C ... 29

Tabel 4.2Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 25°C ... 29

Tabel 4.3Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 40°C ... 30

Tabel 4.4Hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 8°C ... 31

Tabel 4.5Hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 25°C ... 31

Tabel 4.6Hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 40°C ... 32

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Penetrasi sinar ultraviolet ke lapisan kulit ... 9

Gambar 4.1Grafik kadar air rata-rata ... 34

Gambar 4.2Grafik kehalusan kulit rata-rata ... 36

Gambar 4.3Grafik besar pori rata-rata ... 37

Gambar 4.4Grafik banyak noda rata-rata ... 39

Gambar 4.5Grafik banyak kerutan rata-rata ... 41

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Sertifikat analisis minyak almond ... 48

Lampiran 2.Gambar bahan dan alat ... 49

Lampiran 3.Penggunaan alat skin analyzerAramo SG ... 50

Lampiran 4. Gambar hasil uji homogenitas ... 51

Lampiran 5.Gambar sediaan selama 28 hari penyimpanan ... 52

Lampiran 6.Hasil pengujian menggunakan skin analyzer ... 55

Lampiran 7.Tabel hasil pengukuran kondisi kulit sukarelawan... 69

Lampiran 8.Hasil uji statistik ... 75

(14)

FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI ANTI-AGING

DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK ALMOND (Prunus amygdalus dulcis)

ABSTRAK

Sinar ultraviolet dari cahaya matahari, polusi udara dan faktor-faktor yang menyebabkan radikal bebas dapat berujung pada penuaan kulit.Kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dapat menyebabkan jaringan kulit menjadi keras dan tidak lentur sebagai awal terbentuknya kerutan. Antioksidan seperti vitamin E, asam oleat dan asam stearat dari minyak almond Henry Lamotte diyakini dapat memperlambat efek penuaan dini. Kemampuan memperbaiki sel kulit dan memperlambat penuaan dini menjadi alasan penggunaan sediaan masker. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan masker yang memiliki efektivitas anti-aging dari minyak almond.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dimana dipilih 12 wanita berusia 20-25 tahun dan dianalisis daerah kulit punggung tangan yang menunjukkan adanya noda dan kerutan dengan skin analyzer Aramo-SG. Daerah tersebut ditandai dengan bentuk lingkaran berdiameter 3 cm selama empat minggu perawatan. Daerah yang ditandai merupakan daerah yang akan dianalisis dan dirawat setiap minggu selama empat minggu. Sukarelawan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok blanko, formula masker 4%, formula masker 6% dan formula masker 8%. Data sebelum dan setelah perawatan dicatat setiap minggu dan dianalisis menggunakan SPSS18. Formulasi masker wajah diuji homogenitas, pH dan stabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan homogen, pH 6,4-6,7 dan stabil dalam kondisi penyimpanan pada suhu 8°C, 25°C dan 40°C selama 28 hari. Meningkatnya konsentrasi minyak almond pada sediaan masker menunjukkan perubahan kondisi kulit dimana kadar air yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori yang semakin mengecil,dan banyak noda serta kerutan yang semakin berkurang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak almond dapat diformulasi dalam sediaan masker wajah dan dengan meningkatnya konsentrasi minyak almond dalam sediaan dapat meningkatkan efektivitas anti-aging.

(15)

FORMULATION AND ANTI-AGING EFFECTIVITY FROM ALMOND OIL (Prunus amygdalus dulcis) FACIAL MASK

ABSTRACT

The ultraviolet light, air pollution and factors that causes free radicals can lead to skin aging. The damage that caused from free radicals can cause skin tissue becomes tight and inflexible as the initial formation of wrinkles. Antioxidant that is found from Vitamin E, oleic acid and stearic acid from Henry Lamotte almond oil is believed can slower the effect of aging. Facial mask is chosen for this research because of its capability to repair skin cells and slower premature aging. The aim of this research is to learn whether almond oil can be formulated as facial mask to reduce aging effect.

The method was experimental method. Twelve young women (20-25 years old) whose back hand had spot and wrinkle were gathered. The applied mask area was marked with circle shape with diameter 3 cm for four weeks during treatment.The volunteers were divided into four groups, there were placebo group, formula 4% group, formula 6% and formula 8% group. Skin status was measured by skin analyzer Aramo SG. Data was obtained before and after applying mask every week and was analyzed using SPSS 18. Facial mask formulation was tested for its homogenity, pH, and stability.

The result showed that almond oil can be formulated to facial mask. The facial mask was homogeneous, with pH 6.4-6.7 dan stable at 8°C, 25°C and 40°C temperature during 28 days. The increasing concentration from almond oil that was formulated in facial mask showed the ability as anti aging because could increased moisture level and evenness level, minimized pores, reduced the number of spots and wrinkles. The conclusion of the research is almond oil Henry Lamotte can be formulated to facial mask and with higher concentration of almond oil can increase the effectiveness as anti aging.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sinar ultraviolet dari cahaya matahari, polusi udara, stress dan

faktor-faktor yang menimbulkan radikal bebas dapat menyebabkan proses penuaan kulit.

Kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas ini dapat menyebabkan molekul

protein kolagen tidak terbentuk atau terpisah dari senyawanya dan menyatu

kembali dengan molekul lain yang tidak sesuai menyebabkan jaringan kulit

menjadi keras dan tidak lentur yang menghasilkan garis halus sebagai awal

terbentuknya kerutan (Goldfaden, 2007).

Menurut survei penyebab utama penuaan dini yang dialami orang

Indonesia adalah aktivitas berlebihan dibawah sinar matahari (Bogadenta, 2012).

Indonesia yang beriklim tropis dengan sinar matahari yang melimpah dapat

menyebabkan risiko tinggi terhadap kerusakan kulit yang berujung pada penuaan

dini (premature aging). Oleh karena itu, sediaan anti-aging dianggap penting

untuk perawatan kulit (Vinski, 2012).

Terapi anti-aging akan lebih baikdilakukan sedini mungkin di saat seluruh

fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Dengan kemajuan

teknologi dan ilmu kosmetika, penurunan dan penghambatan penuaan dapat

dilakukan sehingga kulit dapat terlihat lebih muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Minyak almond mengandung antioksidan seperti vitamin E, asam stearat

dan asam oleat dan zat lainnya yang mampu menutrisi, memperbaiki sel kulit

sehingga mampu meremajakan kulit kembali (Zeeshan, 2009).

(17)

meremajakan kulit dan menghambat penuaan dini. Masker wajah memiliki

kemampuan membersihkan kulit sampai pada lapisan lebih dalam yang tidak bisa

dijangkau dengan pencucian biasa.

Masker wajah dengan tipe clay telah banyak digunakan karena

kemampuannya yang mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika

masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker

mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana

clayjenispasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komede

terangkat ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker

adalah kulit yang tampak cerah dan bersih (Harry, 2000).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang efek anti-aging dariminyak almond dalam formulasi masker

wajah.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

a. Apakah minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker

wajah?

b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan masker

wajah mempengaruhi efektivitas anti-aging?

c. Apakah penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak

almondmenunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama

empat minggu perawatan.

(18)

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah:

a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

b. Perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan masker wajah

mempengaruhi efektivitas anti-aging.

c. Penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak almond

menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat

minggu perawatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah minyak almond dapat diformulasikan dalam

sediaan masker wajah.

b. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap efektivitas

anti-aging.

c. Untuk mengetahui peningkatan kondisi kulit selama empat minggu

perawatan menggunakan sediaan masker mengandung minyak almond.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula masker wajah yang

memiliki efek sebagai anti-agingdari minyak almond sehingga dapat digunakan

sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetika.

(19)

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah:

a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

b. Perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan masker wajah

mempengaruhi efektivitas anti-aging.

c. Penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak almond

menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat

minggu perawatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah minyak almond dapat diformulasikan dalam

sediaan masker wajah.

b. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap efektivitas

anti-aging.

c. Untuk mengetahui peningkatan kondisi kulit selama empat minggu

perawatan menggunakan sediaan masker mengandung minyak almond.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula masker wajah yang

memiliki efek sebagai anti-agingdari minyak almond sehingga dapat digunakan

sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetika.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus

otot-otot dan organ dalam tubuh. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah,

saraf dan kelenjar (Anderson, 1996).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga elastis dan sensitif, serta

bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Warna kulit

bermacam-macam, misalnya warna terang (fair skin), kuning, sawo matang dan

hitam, merah muda pada telapak kaki dan tangan. Demikian pula kelembutan kulit

dan ketebalan kulit yang bervariasi. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada

kelopak mata dan bibir(Wasitaatmadja, 1997).

2.1.1 Fungsi biologis kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Proteksi

Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi

mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan

mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air

dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai

barrier terhadap racun dari luar.

(21)

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan kontriksi

pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf

otonom. Pada saat temperatur menurun terjadi vasokontriksi, sedangkan pada saat

temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan

pembuangan panas.

c. Persepsi sensoris

Kulit merupakan indera melindungi tubuh terhadap rangsangan dari luar berupa

tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor tekanan, reseptor raba,

reseptor suhu dan reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor dan

diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks

serebri.

d. Absorbsi

Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur

yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut

dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut dalam

air.

e. Fungsi lain

Kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan memerah,

memucat maupun kontraksi otot penegak rambut (Latifah dan Tranggono, 2007)

2.1.2 Struktur kulit

Menurut Anderson (1996), Lapisan epidermis merupakan bagian terluar

dari kulit. Epidermis dibagi menjadi beberapa lapisan utama yaitu:

(22)

Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar dan tersusun dari

sel mati berkreatin berbentuk datar dan tersusun berlapis-lapis. Stratum

korneum merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila

kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering

dan bersisik.

2. Stratum lusidum atau malfigi

Stratum lusidum merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah

mengalami proses diferensiasi. Stratum lusidum terdapat dibawah lapisan

tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, dapat dilihat jelas pada telapak

kaki dan tangan.

3. Stratum granulosum

Stratum granulosum mempunyai fungsi penting yaitu menghasilkan

protein dan ikatan kimia stratum korneum. Stratum granulosum

mengandung sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

4. Stratum spinosum

Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal.

Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang

membentuk keratin.

5. Stratum germinativum atau lapisan basal

Lapisan sel basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan

membentuk lapisan baru yang menyusun epidermis. Melanosit yang

membentuk melaninuntuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan basal

sepanjang stratum germinativum. Lapisan basal ini tersusun secara vertikal

(23)

Lapisan dermis merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih

tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin

dan retikulin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf

yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh

(Anderson, 1996).

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,

berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit,

isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi

(Anderson, 1996). Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat seiring dengan

meningkatnya konsumsi makanan lemak yang berlebih. Jika tubuh memerlukan

energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah

simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2 Sinar Ultraviolet (UV)

Menurut Satiadarma (1986), sinar ultraviolet merupakan sebagian kecil

dari spektrum sinar matahari. Namun sinar ini yang paling berbahaya bagi kulit

karena reaksi-reaksi yang ditimbulkannya berpengaruh buruk terhadap kulit

manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan

fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan keganasan

kulit.

Sinar ultravioletdibutuhkan tubuh untuk mensintesa vitamin D, akan

tetapi, sinar ultraviolet yang terlalu banyak akan merusak molekul dan sel-sel

tubuh. Kerusakan ini akan menyebabkan perubahan tetap yang berupa penebalan

(24)

dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit yang merupakan akibat dari

kerusakan-kerusakan yang telah terakumulasi (Parrish, 1983).

Jumlah sinar ultraviolet yang diterima sangatlah berbeda pada

masing-masing individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah permukaan kulit

tubuh, aktivitas di dalam selserta area yang tersinar (Mitsui, 1997).

Menurut Parrish (1983), berdasarkan panjang gelombangnya, sinar

ultraviolet terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. UV-A (320-400 nm)

Sinar UV-A merupakan sinar yang paling banyak mencapai bumi yaitu

100 kali dibandingkan sinar UV-B namun kekuatannya lebih lemah yaitu

1:1000 UV-B. Sinar ini mampu masuk ke dalam dermis dan menyebabkan

kerusakan jaringan dermis sehingga proses penuaan dapat dipercepat,

menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan bersama dengan sinar UV-B

berperan dalam proses keganasan kulit.

b. UV-B (290-320 nm)

Sinar UV-B merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan

kulit yang ditimbulkan berada pada bagian epidermis. Efek yang

ditimbulkan dapat berupa luka bakar, kelainan pra-kanker serta keganasan

kulit. Jumlah sinar UV-B yang masuk ke bumi tidak konstan karena

tergantung musim dan cuaca. Lapisan ozon mampu mengabsorpsi 90%

sinar UV-B.

(25)

Sinar UV-C merupakan sinar yang paling banyak diabsorpsi oleh lapisan

ozon sehingga tidak mencapai permukaan bumi. Namun dengan adanya

kebocoran lapisan ozon, sinar UV-C dikhawatirkan dapat mencapai bumi

dan membahayakan lingkungan. Pembentukan radikal bebas intrasel yang

reaktif akan mempercepat proses kerusakan dan penuaan kulit.

Sumber :http://www.dermatology.ucsf.edu/skincancer/General/prevention/UV_Radiation.aspx

Gambar 2.1 Penetrasi sinar ultravioletke lapisan kulit.

2.3 Perubahan Kulit Akibat Sinar Ultraviolet

Sinar UVA merupakan sinar yang paling banyak menembus atmosfer

bumi. Efek akut akibat paparan sinar ini adalah eritema, udema, pigmen yang

cepat maupun tertunda pembentukannya, neomelanogenesis, akantosis, dan

penebalan dermal. Efek-efek tersebut dapat timbul setelah 8 hingga 24 jam

pemaparan (Norman, 2010).

(26)

diinduksi oleh pemaparan sinar UVA melalui foto-oksidasi melanin epidermal

dimana terjadi polimerisasi dari prekursor melanogenik yang tidak berwarna

menjadi pigmen coklat kehitaman yang ireversibel (Fitzpatrick, dkk., 1983).

Tanda-tanda perubahan kronis yang biasanya terlihat adalah kulit

berwarna gelap, tekstur kulit kasar, terbentuk kerutan, karsinoma sel basal,

karsinoma sel skuamosa. Perubahan kronis akibat sinar UV umumnya dialami

oleh para nelayan, petani dan orang-orang yang selalu menerima sinar matahari

secara langsung. Pangkal leher yang terus menerus terkena sinar UV akan

menimbulkan kerutan berbentuk menyilang. Apabila kondisi ini tidak berhenti

dan memburuk, maka akan mengakibatkan kanker kulit. Oleh karena perubahan

ini berbeda dengan penuaan secara alami, maka ini disebut dengan photoaging

atau dermatoheliosis. Wajah adalah bagian tubuh yang paling rentan terhadap

perubahan ini dikarenakan selalu terpapar sinar matahari sepanjang tahun (Alam,

dkk., 2009).

2.4 Penuaan Dini

Menua merupakan suatu proses hilangnya kemampuan jaringan lunak

untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya

secara perlahan-lahan. Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih

cepat dari seharusnya. Tanda-tanda penuaan dini yang paling nyata adalah adanya

perubahan seperti kerutan, munculnya bercak hitam, tekstur kulit yang tampak

kasar, pori kulit yang semakin membesar dan kulit tampak berkeriput, berkerut

(27)

Penuaan kulit pada orang tua(bukan karena pemaparan sinar

matahari)adalah berbeda struktur internalnya dibandingkan dengan kulit yang

terkena sinar matahari pada orang yang sama (Kligman, 1986).

2.4.1 Perubahan internal

Tingkat perubahan pada penuaan kulit yang timbul berbeda-beda untuk

setiap individu. Pada photoaging, faktor-faktor yang turut mempengaruhi adalah

gaya hidup, frekuensi terkena sinar matahari dan durasi pemaparan, jenis sediaan

perawatan kulit wajah. Sedangkan pada intrinsic aging, yang

mempengaruhiadalah faktor genetik dan usia(Kligman, 1986). Perubahan

karakteristik dalam photoaging and intrinsic agingyang timbul pada epidermis

dan dermis dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2.

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi pada epidermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging

Lapisan epidermis Tebal Tipis

Sel-sel epidermis (keratinosit)

• Sel-sel tidak seragam • Sel-selterdistribusi Stratum korneum • Peningkatan lapisan

sel

• Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi

• Lapisan sel normal

• Ukuran dan bentuk korneosit seragam

Melanosit • Peningkatan jumlah

sel • Penurunan produksi

melanosom Sel-sel Langerhans • Pengurangan sel

(28)

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi pada dermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging Jaringan elastis • Meningkat secara

drastis

Kolagen • Serat kolagen dan

jaringan ikat menurun jumlahnya

• Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal

Pembuluh kapiler • Abnormal • Normal

(Mitsui, 1997).

2.4.2 Perubahan eksternal

Selain perubahan yang tidak langsung tampak terdapat beberapa

perubahan yang jelas pada permukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi:

1. Kerutan

Kerutan dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah,

terutama pada bagian dahi, area di sekitar mata serta mulut, dan dapat juga timbul

pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki. Kerutan akan mulai timbul pada

usia 30 tahun ke atas danakan semakin dalam dan lebar dengan terjadinya

penuaan. Kerutan yang timbul dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Kerutan linear (berupa garis-garis lurus yang umumnya timbul di area

sekitar mata).

b. Kerutanglyphic(saling menyilang membentuk suatu segitiga ataupun

persegi yang umumnya timbul di area pipi dan leher).

c. Kerutan umum (kerutan halus yang umumnya timbul pada kulit orang tua

dan bukan akibat pemaparan terhadap sinar matahari) (Barel, dkk., 2009).

Kerutan tipe 1 dan 2 merupakan kerutan yang timbul akibat proses

(29)

kerutan disebabkan oleh berbagai faktor eksternal maupun internal. Sinar UV

merupakan penyumbang terbesar untuk pembentukan kerutan. Timbulnya kerutan

merupakan hasil dari menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan

oleh berkurangnya kandungan air dan penebalan stratum korneum, epidermis

yang membesar dan perubahan jumlah dan kualitas dari kolagen dermis serta serat

elastis kolagen, perubahan struktur tiga dimensi dari dermis dan perubahan lain

akibat faktor ekternal dan internal (Barel, dkk., 2009).

2. Lipatan

Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun.

Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu, kelopak mata, pipi,

bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan penyebab

timbulnya kerutan yaitu adanya penurunan elastisitas dari dermis dan penurunan

kerja dari jaringan adiposa subkutan. Pengurangan kekuatan dari otot-otot yang

menopang kulit juga menyebabkan terjadinya kerutan dan lipatan (Barel, dkk.,

2009).

3. Pigmentasi dan perubahan warna kulit

Terbentuknya pigmen pada kulit umumnya meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Secara visual, perubahan warna kulit yang menua adalah

cenderung berubah dari kemerahan hingga kekuningan. Akibat perubahan ini,

warna kulit akan menjadi semakin gelap. Perubahan ini dikaitkan hubungannya

dengan pengurangan ketransparanan akibat meningkatnya pigmentasi,

pengurangan sekresi sebum dan penebalan serta penurunan kadar air pada lapisan

(30)

4. Konfigurasi permukaan kulit

Dengan terjadinya proses penuaan, permukaan kulit akan berubah secara

visual maupun dari dalam. Perubahan disebabkan oleh karena sebagian sel-sel

telah lambat bekerja. Kulit akan membentuk garis-garis yang halus, yang

kemudian akan menjadi lengkungan dan menyambung terus menerus dan pada

akhirnya bertambah dalam. Garis-garis dalam tersebut akan timbul ke sembarang

arah secara tidak beraturan dan menyebabkan terjadinya pembesaran pori-pori

kulit (Barel, dkk., 2009).

2.5 Anti-aging

Anti-aging atau anti penuaan adalah cara untuk memperlambat penuaan

terjadi. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit

seperti timbulnya kerutan, kelembutan kulitberkurang, menurunnya elastisitas

kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap.

Kerutan yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab

menurunnya jumlah kolagen dermis. Kolagen adalah zat pengisi kulit yang

membuat kulit menjadi kencang. Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen

semakin berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain

dengan sediaan kosmetikaanti-aging, kolagen dapat dipacu produksinya dengan

olahraga dan nutrisi yang baik (Sulastomo, 2013).

2.5.1 Peran antioksidan dalam masker wajah

Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh

mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal

(31)

termasuk pada kulit. Sistem antioksidan kulit meliputi komponen enzimatik dan

nonenzimatik. Deny, dkk. (2006) menyebutkan antioksidan terdiri dari:

1. Antioksidan enzimatik (endogen)

− Dismutase superoksida

− Glutation peroksidase

− Ubiquinol

− Melatonin dan histidin

− Asam urat dan laktoferin

2. Antioksidan non enzimatik (eksogen)

− Mikronutrien seperti vitamin E, C, dan beta karoten

− Obat-obatan dan senyawa sintetik

2.5.2 Vitamin E sebagai antioksidan

Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk melindungi kerusakan

membran biologis akibat radikal bebas. Bentuk vitamin E yang dijumpai pada

kosmetik adalah jenis tokoferol dan tokotrienol (Ditjen POM, 1995).

Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid.

Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan

asam lemak tidak jenuh, dan membentuk radikal tokoferoksil. Selanjutnya radikal

tokoferoksil berintraksi dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang akan

membentuk kembali tokoferol (Ardhie, 2001). Penggunaan vitamin E secara

topikal akan meningkatkan level vitamin E pada epidermis sebesar 62 kali lipat

dan 22 kali lipat pada dermis. Sifat lipofilik dari vitamin E menyebabkannya

(32)

2.5.3 Minyak almond

Minyak almond (sweet almond oil) diperoleh dari kernel yang telah

dikeringkan dari tumbuhannya. Minyak almond digunakan dalam dunia pemijatan

tradisional karena kemampuannya melubrikasi kulit selama pemijatan sehingga

minyak almond dianggap sebagai salah satu emolien yang efektif. Minyak almond

memiliki kandungan vitamin E yang tinggi yaitu 39,2 mg dalam 100 g almond.

Minyak almond mengandung asam lemak penting dimana dibutuhkan karena

tidak dapat disintesis tubuh. Minyak almond kaya akan beta-zoozteril, squalene

dan alfa tokoferol, semua ini merupakan konstituen penting untuk kulit yang

sehat. Almond kaya akan asam lemak penting, karbohidrat dan protein dan

mengandung vitamin dan mineral yang tinggi (Zeeshan, 2009)

Minyak almond bersifat tidak meracuni, tidak mengiritasi, larut dalam air

dan merupakan pengemulsi yang baik, dimana memiliki kemampuan sebagai

berikut :

• Memiliki sifat pelumas yang kering meskipun diaplikasikan dalam jumlah

banyak dibandingkan dengan minyak mineral.

• Pelarut yang unggul pada bahan baku lipofilik terutama untuk sediaan

tabir surya.

• Stabil terhadap hidrolisis di pH 2-12 (Zeeshan, 2009).

Nutrisi penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit yang dimiliki almond

antara lain vitamin E, vitamin C, omega 6, omega 9 dan seng. Minyak almond

mampu melembabkan kulit dan memperlambat tanda-tanda penuaan dini.

(33)

2.6Masker Wajah

Perawatan kulit dibagi menjadi perawatan dari dalam dan dari luar.

Perawatan dari dalam meliputi pengonsumsian jamu dan ramuan tradisional serta

perawatan dari luar meliputi facial, body scrubbing, skin moisturizing, body

massage, spa dan lulur (Noormindhawati, 2013).

Perawatan wajah yaitu facial meliputi face cleansing, exfoliation, steam,

mask dan moisturizing. Setelah melakukan kompres hangat (steaming) perawatan

wajah dilanjutkan dengan menggunakan masker (Noormindhawati, 2013).

Masker dioleskan ke wajah dalam keadaan basah, dan akan mengering

dengan sendirinya. Ia bisa menyerap debu yang terdapat pada wajah karenanya

dianggap membersihkan wajah (Haynes,1994).

Manfaat masker :

• Menutrisi kulit wajah.

• Mencerahkan, menyegarkan dan mencerahkan kulit wajah.

• Mengangkat sel kulit mati.

• Meremajakan dan menghambat penuaan dini.

Cara penggunaan masker meliputi:

• Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering.

• Pengolesan masker dilakukan merata pada permukaan kulit wajah

dan dihindari area mata, mulut dan hidung.

• Diamkan hingga masker mengering.

• Masker dibersihkan dengan handuk lembut yang telah dicelupkan

(34)

• Wajah lalu dibilas menggunakan handuk yang telah dicelupkan

dalam air dingin untuk meringkas pori-pori.

• Dikeringkan menggunakan handuk yang bersih (Noormindhawati,

2013).

Lama perawatan menggunakan masker ditentukan dengan lamanya

sediaan masker mengering. Formula masker yang dibuat harus memenuhi syarat

dimana sediaan berupa sediaan pasta yang halus, mudah dicuci, memberikan efek

menarik kulit wajah dan tidak beracun (Harry, 2000).

2.7 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan

kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi

bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti

ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak

adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi

untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,

melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.

Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer

menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan

(35)

1. Moisture (kadar air)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya

dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit.

Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam

kulit yang diukur.

2. Sebum (kadar minyak)

Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker

yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan

menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan

kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar

minyak dalam kulit yang diukur.

3. Evenness (kehalusan)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer

pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).

Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian

tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa

angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

4. Pore (pori)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat

melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto

pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian

pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori-pori akan secara

(36)

5. Spot (noda)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer

pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga

(terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur

kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil

berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil

pada layar komputer.

6. Wrinkle (kerutan)

Pengukuran kerutan dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa

perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera

diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan

kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada

pengukuran ini, tidak hanya jumlah kerutan yang dapat diukur, akan tetapi

kedalaman kerutan juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer.

2.6.2 Parameter pengukuran

Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan

menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara

langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada

alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil

pengukuran keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh personalia yang

memeriksa ataupun pasien. Parameter hasil pengukurannya dapat dilihat pada

(37)

Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Pengukuran Parameter

Moisture (Kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 30-50 51-100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pore (Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0-19 20-39 40-100

Spot (Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Kerutan)

Tidak berkerut Berkerut Berkerut parah

0-19 20-52 53-100

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian

meliputi pembuatan sediaan pasta masker wajah, evaluasiterhadap mutu fisik

sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, uji lama

pengeringan sediaan dan uji efektivitas sediaan sebagai anti aging.

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:skin analyzer (

Aramo-SG), moisture checker(Aramo-SG), alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna

Instrument), neraca analitik (Boeco Germany) danClimatic Chamber (Memmert).

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: minyak almond

(sweet almond oil ex Henry Lamotte), bentonite, xanthan gum, kaolin, gliserin,

sodium lauril sulfat, titanium dioksida, nipagin, natrium metabisulfit, air suling,

metil biru, parfum (Summer Woman RS 173594D), larutan dapar pH asam (4,01),

larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis adalah 12 orang mahasiswi Farmasi

(39)

Syarat-syarat yang digunakan adalah :

1. Wanita berbadan sehat.

2. Usia antara 20-25 tahun.

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi.

4. Tidak menggunakan bahan kosmetika lain di daerah punggung tangan yang

ditandai.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Formulasi sediaan masker

Sediaan basis masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian

dimodifikasi. Formula standar dapat dilihat pada 3.4.1.1dan formula modifikasi

dapat dilihat pada 3.4.1.2.

3.4.1.1Formula standar

Formula standar yang digunakan (Harry, 2000):

R/ Bentonite 1 to 8%

Xanthan Gum 0,1 to 1,0%

Kaolin 5 to 40%

Gliserin 2 to 10%

Sodium Lauril Sulfat 2 to 20%

Ti02 < 1%

Nipagin < 1%

Parfum q.s

(40)

3.4.1.2 Formula modifikasi

R/ Bentonite 1%

Xanthan gum 0,8%

Kaolin 30,5%

Gliserin 2%

Sodium Lauril Sulfat 2%

TiO2 0,5%

Nipagin 0,1%

Natrium metabisulfit 0,2%

Parfum q.s

Aquadest ad 100%

Cara pembuatan untuk formula basis masker 100 g yaitu 60 g aquadest

dituangkan dalam lumpang dan ditambahkan 1 g bentonite. Bentonite dibiarkan

terbasahi lalu ditambahkan 0,8 g xanthan gum dan digerus cepat sampai seluruh

gum melarut. Sebanyak 30,5 g kaolin ditambahkan sedikit demi sedikit dalam

lumpang sambil digerus dan ditambahkan 0,5 g TiO2 dan 2 g gliserin dalam

lumpang. Di samping itu, dilarutkan 0,2 g natrium metabisulfit dan 0,1 g nipagin

dalam 2,9 g air panas (Larutan A). Larutan A dituangkan dalam lumpang dan

dimasukkan 2 g sodium lauril sulfat pada lumpang, digerus pelan dan

ditambahkan parfum ketika sediaan telah homogen.

3.4.1.3Formula mengandung minyak almond

Konsentrasi minyak almond yang digunakan adalah 4%, 6% dan 8%.

Formula dasar masker tanpa minyak almond dibuat sebagai blanko. Rancangan

(41)

Tabel 3.1 Komposisi formula 4%, formula 6%, dan formula 8%

Bahan Konsentrasi (gram)

Formula 4% Formula 6% Formula 8%

Minyak almond 4 6 8

Bahan dasar 96 94 92

Cara pembuatan untuk formula yang mengandung minyak almond adalahbasis

masker yang telah dibuat lalu dimasukkan minyak almond sesuai dengan berat

yang ditentukan.

3.4.2 Evaluasimutu fisik sediaan 3.4.2.1 Pengujian homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.4.2.2Pengamatan stabilitas sediaan

Masing-masing formula sediaan diambil 15g dan dimasukkan ke dalam

pot plastik. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan

dalam pot plastik dan dilanjutkan setiap minggu selama empat minggu

penyimpanan. Pengujian fisik masker yang telah dibuat meliputi pengamatan

perubahan bau dan warna selama 28 hari pada kondisi suhu penyimpanan yang

berbeda, yaitu pada suhu 8°C, 25°C, dan 40°C (Akhtar, dkk., 2008).

3.4.2.3Pengukuran pH sediaan

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01)

(42)

Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu.

Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan

dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang

ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

Dilakukan pengukuran pH dengan tiga kali pengulangan pada waktu yang

ditentukan selama 28 hari dalam kondisi suhu penyimpanan yang berbeda.

3.4.2.4Pengukuran lama pengeringan masker

Pengukuranlama pengeringan dilakukan pada suhu kamar

±25°Cdenganmengambil±2 gsediaan masker dan dioleskan pada daerah punggung

tangan yang ditandai lalu diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering.

Dilakukan 3 kali pengukuran lama pengeringan dengan sukarelawan yang

berbeda-beda.

3.4.3 Pengujian efektivitasanti-aging

Tangan sukarelawan dicuci dengan sabun cuci tangan dan dibiarkan

sampai kering (sekitar 5-10 menit). Diukur kondisi awalkulit yang meliputi kadar

air, kehalusan kulit, besar pori, banyak noda dankerutan serta kedalaman kerutan

darisukarelawan dengan menggunakan skin analyzer Aramo-SG.Ditandai daerah

punggung tangan sukarelawan dengan bentuk lingkaran berdiamater 3 cm yang

memiliki paling banyak kerutan dan noda.

Pengujian efektivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu :

a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan formula blanko.

(43)

c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 6%.

d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 8%.

Sediaan masker wajah dioleskan pada daerah punggung tangan

sukarelawan yang ditandai dan dibiarkan mengering (6-7menit). Setelah itu

sediaan masker dicuci dengan air sampai bersih. Dilakukan kembali pengecekan

kondisi kulit setelah tangan dikeringkan.

Pengukuran kondisi kulit punggung tangan dilakukan setiap minggu

selama empat minggu dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara

rutin. Dilakukan pengecekan kondisi kulit sebelum dan setelah pemakaian

masker.

3.4.4 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) 18. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya

menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis

menggunakanKruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas anti-agingpada

kulit di antara formula. Selanjutnya untuk menganalisisperubahan kondisi kulit

selama empat minggu perawatan digunakan Friedman Test. Jika terdapat nilai

signifikansi p<0,05, data selanjutnya dianalisis denganWilcoxon Signed Ranks

Test untuk melihat perbedaan perubahan kondisi kulit setiap minggu selama

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Wajah

Sediaan masker wajah anti-aging dibuat dengan menggunakan formula

standar clay face mask neutral pH (Harry, 2000). Formula standar ini dimodifikasi

dengan penambahan minyak almond sebagai bahan aktif. Konsentrasi minyak

almond yang digunakan adalah konsentrasi 4%, 6% dan 8%. Warna sediaan

masker adalah putih kekuningan.

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker 4.2.1 Hasil pengujian homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping

kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran

maka sediaan dapat dikatakan homogen (Ditjen POM, 1979).

Pada sediaan masker wajah yang diformulasi tidak ditemukan adanya

butiran kasar dari berbagai konsentrasi. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa sediaan masker adalah homogen. Hasil homogenitas dapat dilihat pada

Lampiran 4 halaman 51.

4.2.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan

Suatu sediaan menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari globul-globul

dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan

adanya perubahan bau danperubahan warna.Untuk mengatasi kerusakan bahan

akibat adanya oksidasi dapat ditambahkan antioksidan dan untuk mengatasi

(45)

ditambahkanpengawet. Hasil pengamatan stabilitas masing-masing formula yang

diatur pada suhu 8°C, 25°C dan 40°C dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan

Tabel 4.3.

Tabel 4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 8°C

Hari

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1menunjukkan tidak ada

perubahan bau dan warna dari setiap formula yang disimpan pada suhu 8°C.

Tabel 4.2 Hasil pengamatan stabilitassediaan sediaan pada suhu 25°C

Hari

(46)

Tabel 3.3 Hasil pengamatan stabilitassediaanpada suhu 40°C

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.3menunjukkan tidak ada

perubahan bau dan warna dari setiap formula yang disimpan pada suhu 40°C.

Sediaan yang telah disimpan dalam berbagai suhu menunjukkan suhu yang

sesuai untuk penyimpanan sediaan. Tujuan dari penggunaan berbagai macam suhu

adalah untuk mengetahui kestabilan fisik dari sediaan. Suhu merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan dan aktivitas antioksidan bahan aktif.

Berdasarkan hasil pengamatan stabilitas dapat disimpulkan penambahan

natrium metabisulfit 0,2% dan nipagin 0,1% cukup untuk menstabilkan sediaan.

4.2.4 Hasil pengukuran pH sediaan

Pengukuran pH sediaan diukur dengan pH meter denganpengulangan sebanyak

tiga kali dan diukur setiap minggu selama 28 hari. Persyaratan pH yang diizinkan

adalah 5-8 (Harry,2000). Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.4, Tabel

(47)

Tabel 4.4 Tabel hasil pengukuran pH rata-rata sediaan pada suhu 8°C

Berdasarkan pH rata-rata yang diperoleh padaTabel 4.4menunjukkan

tidak terjadinya perubahan pH yang signifikan (pH 5-8).

Tabel 4.5 Tabel hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 25°C

pH Rata-Rata

Berdasarkan pH rata-rata yang diperoleh padaTabel 4.5menunjukkan tidak

terjadinya perubahan pH yang signifikan (pH 5-8).

Tabel 4.6 Tabel hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 40°C

(48)

28 6.6 6,5 6,5 6,3 Rata-rata 6,6±0,06 6,5±0,00 6,5±0,60 6,4±0,06

Berdasarkan pH rata-rata yang diperoleh padaTabel 4.6menunjukkan

formula 8% pada suhu 40°Cmengalami penurunan. Namun pH yang diperoleh

berada dalam rentang persyaratan pH yang diizinkan yaitu pH 5-8 (Harry,2000).

Penurunan pH yang semakin asam pada penyimpanan di suhu 40°Cdikarenakan

minyak almond yang digunakan mempunyai pH asam lemah yaitu 6,4.

Hasil pengukuran pH pada Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6

menunjukkan sediaan yang stabil selama 28 hari. Namun untuk menjaga sediaan

tetap stabil maka sediaan masker disimpan pada suhu 8°C dan 25°C dan

dijauhkan dari paparan sinar matahari langsung.

Kestabilan pH merupakan salah satu parameter penting yang menentukan

stabil atau tidaknya suatu sediaan. Derajat keasaman (pH) merupakan pengukuran

aktivitas hidrogen dalam lingkungan air. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena

dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH terlalu basa dapat

menyebabkan kulit bersisik.

4.2.5 Hasil pengukuran lama pengeringan masker

Pengukuranlama pengeringan dilakukan pada suhu ruangan yaitu

±25°Cdengan cara mengoleskan ±2 g sediaan masker pada daerah yang ditandai

lalu diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering. Pengukuran

dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan sukarelawan yang berbeda-beda.

Hasil pengukuran lama pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

(49)

Pengukuran Blanko

Berdasarkan hasilpengukuran lama pengeringan pada Tabel 4.7 diperoleh

hasil berkisar 6-7 menit. Semakin tinggi jumlah minyak yang ditambahkan pada

formula menyebabkan peningkatan lama pengeringan masker.

4.3 Hasil Pengujian EfektivitasAnti-Aging

Diukur kondisi awalkulit yang meliputi kadar air, kehalusan kulit, besar

pori, banyak noda, kerutan serta kedalaman kerutan darisukarelawan dengan

menggunakan skin analyzerAramo-SG. Lalu dioleskan sejumlah sediaan masker

pada punggung tangan sukarelawan dan dibiarkan mengering. Setelah mengering

sediaan masker dicuci dari punggung tangan sukarelawan sampai bersih.

Dilakukan pengecekan kembali setelah punggung tangan sukarelawan bersih dan

kering.

4.3.1 Kadar air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checkerAramo-SGyang terdapat dalam perangkat skin analyzerAramo-SG. Hasil

pengukuran kadar air sukarelawan dilihat pada Tabel 4.8 diLampiran 7 halaman

(50)

Gambar 4.1 Grafik kadar air rata-rata sukarelawan selama empat minggu.

Data padaGambar 4.1 dan Tabel 4.8menunjukkan selama empat minggu

perawatan, kadar air pada kulit sukarelawan yang meningkat terutama dari

formula 8%. Data selanjutnya dianalisis dengan Kruskal Wallis Test untuk

mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai

p>0,05 yaitu tidak adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula.

Untuk mengetahui perubahan kondisi kulit selama waktu perawatan maka

data selanjutkan dianalisis menggunakan Friedman Test, diperoleh nilai p<0,05

yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan selama waktu perawatan.

Wilcoxon Signed Ranks Test selanjutnya dilakukan untuk mengetahui perubahan

kondisi kadar air kulit sukarelawan dalam minggu-minggu selama perawatan dan

diperoleh adanya peningkatan kondisi kadar air kulit menjadi lebih baik dari

minggu pertama sampai minggu empat. Semakin tinggi konsentrasi minyak

almond yang ditambahkan maka kemampuan menahan penguapan air dari kulit

meningkat.

M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b

(51)

Sinar matahari terutama sinar ultraviolet A merupakan pemicu terbesar

dalam pembentukan kerutan. Timbulnya kerutan disebabkan oleh adanya

penurunan elastisitas kulit yang merupakan akibat dari berkurangnya kadar air

pada kulit dan penebalan pada stratum korneum (Barel, dkk., 2009). Asupan

nutrisi, aktivitas serta lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

kadar air epidermis dan dermis. Kulit harus mampu menjaga kadar air untuk

mempertahankan fungsinya sebagai kulit yang sehat. Apabila kadar air menurun

secara drastis, kulit akan kekurangan asupan nutrisi dan menyebabkan kulit

menjadi kering, kasar, pecah-pecah serta terkelupas (Mitsui,1997).

4.3.2 Kehalusan kulit (evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (evenness) dilakukan dengan menggunakan

perangkat skin analyzer Aramo-SGlensa perbesaran 60xdengan sensor biru. Hasil

pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat padaTabel 4.9 di Lampiran 7

halaman 70 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik kehalusan kulit rata-rata sukarelawan selama empat minggu. 25

M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b

(52)

Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.2menunjukkan peningkatan

kehalusan kulit sukarelawan terutama formula 6% dan 8%. Dimana kondisi kulit

yang semula berada pada level Normal menjadi Halus. Data selanjutnya dianalisis

dengan Kruskal Wallis Testuntuk mengetahui efektivitas formula terhadap

kehalusan kulit. Nilai p yang diperoleh adalah p>0,05 yaitu tidak ada perbedaan

statistika yang signifikan antar formula.

Perubahan kehalusan kulit sukarelawan setiap minggu dianalisis

menggunakan Friedman Test dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan

statistika yang signifikan selama waktu perawatan. Data selanjutnya dianalisis

lebih lanjut dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dan diperoleh adanya perubahan

kondisi kehalusan kulit menjadi lebih halus selama empat minggu perawatan.

Kemampuan kulit dalam menyerap (absorbsi) bahan aktif sangat

dipengaruhi oleh metabolisme, kelembaban dan ketebalan kulit.Keratinosit

merupakan sel utama dalam epidermis yang membentuk keratin. Peningkatan

suhu menyebabkan keratinosit semakin aktif dan meningkatkan transformasi dari

sel-sel yang hidup menjadi aktif bersintesa sehingga membentuk sel-sel mati dan

bertanduk dari stratum korneum, proses ini dinamakan keratinisasi. Sel-sel mati

yang bertumpuk inilah yang menyebabkan permukaan kulit menjadi tidak rata dan

kasar (Anderson, 1996). Wasiaatmadja (1997) menyebutkan bahwa kulit terasa

kasar, kusam, dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk

melepaskan sel kulit yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru.

4.3.3 Besar pori (pore)

Pengukuran besarnya poridilakukan dengan menggunakan perangkat skin

(53)

pengukuran menggunakan alat skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.10 di

Lampiran 7 halaman 71 dan Gambar 4.3.

Berdasarkan data yang diperoleh padaTabel 4.10 dan Gambar

4.3menunjukkan kondisi pori sukarelawan setelah dirawat mengalami pengecilan.

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat adanya pengecilan pori setelah penggunaan setiap

formula. Namun kemampuan mengecilkan pori-pori tercepat adalah formula yang

mengandung minyak almond sebagai bahan aktif.

Data selanjutnya dianalisis statistika menggunakan Kruskal Wallis Test

untuk mengetahui efektivitas formula terhadap besarnya pori sukarelawan.

Diperoleh nilai p>0,05 yaitu tidak adanya perbedaan statistika yang signifikan

antar formula dikarenakan kondisi pori sukarelawan rata-rata berada pada rentang

kondisi pori normal.

Selanjutnya untuk mengetahui perubahan kondisi pori sukarelawan selama

waktu perawatan dilakukan analisis menggunakan Friedman Test dan diperoleh

nilai p<0.05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan dalam minggu-3

M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b

N

(54)

RanksTest dan diperoleh adanya perubahan kondisi pori menjadi lebih kecil

setelah perawatan.

Menurut Sulastomo (2013), salah satu parameter untuk menentukan kulit

wajah yang sehat adalah mempunyai pori-pori yang kecil. Pori-pori dapat

membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan suhu

menyebabkan pembukaan pori-pori pada kulit. Pori-pori yang besar dapat

menyebabkan kotoran mudah masuk dan tersumbat di dalamnya.

Faktor genetik berperan dalam menentukan ukuran pori, namun tidak ada

yang dapat dilakukan untuk mengubah faktor tersebut.Tubuh menghasilkan

sebum atau minyak kulit untuk mencegah kulit dari kekeringan. Seiring dengan

bertambahnya usia, pori-pori kulit akan menjadi semakin besar karena semakin

berkurangnya elastisitas dan adanya penumpukan sel-sel kulit mati. Banyaknya

aktivitas meningkatkan suhu tubuh yang akan memperbesar ukuran pori

(Anderson, 1996).

4.3.4 Banyak noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda dilakukandengan menggunakan perangkat

skin analyzer Aramo-SGlensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga.

Hasil pengukuran banyaknya noda dapat dilihat pada Tabel 4.11 di Lampiran 7

(55)

Gambar 4.4 Grafik banyak noda rata-rata sukarelawan dselama empat minggu.

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.11 dan Gambar

4.4diperoleh data banyaknya noda pada blanko yang tidak mengalami

pengurangan selama empat minggu perawatan. Namun data menunjukkan formula

yang mengandung minyak almond mampu mengurangi banyaknya noda terutama

pada formula 8%. Data yang diperoleh kemudiaan dilanjutkan dengan analisa

statistikKruskal Wallis Test untuk mengetahui efektivitas formula terhadap

banyaknya noda pada sukarelawan. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi

p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan pada minggu tiga setelah

perawatan dan minggu empat setelah perawatan. Hal ini menunjukkan perbedaan

kemampuan mengurangi banyaknya noda paling tinggi oleh formula 8%

dibandingkan blanko.

Data perubahan banyak noda selama perawatan dianalisis menggunakan

Friedman Test dan diperoleh hasil siginifikansi p<0,05 yaitu adanya perbedaan 5

M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b

Gambar

Gambar 2.1 Penetrasi sinar ultravioletke lapisan kulit.
Tabel 2.1 Perbedaan anatomi pada epidermis
Tabel 2.2 Perbedaan anatomi pada dermis
Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penuaan dapat dicegah bila radikal bebas yang masuk kedalam tubuh seimbang dengan antioksidan yang dihasilkan tubuh (Darmawan, 2013).Namun tubuh tidak mempunyai cadangan

Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar matahari yang berlebih

Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab

Manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula masker wajah yang memiliki efek sebagai anti-aging dari minyak biji bunga matahari sehingga dapat digunakan sebagai bahan

Kulit yang kering dapat mengakibatkan hilangnya fleksibilitas dan elastisitas, dapat menyebabkan keretakan dan pori membesar yang juga disebabkan oleh gerakan tubuh pada daerah

Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati.. Jakarta: Penerbit

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Mitra Nugraha Sembiring dengan judul

FORMULASI MASKER WAJAH DARI MINYAK BIJI BUAH ANGGUR ( GRAPE SEED OIL ) SEBAGAI ANTI -