FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI
ANTI-AGING
DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG
MINYAK ALMOND (
Prunus amygdalus dulcis
)
SKRIPSI
OLEH:
STEPHANIE
NIM 101501095
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI
ANTI-AGING
DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG
MINYAK ALMOND (
Prunus amygdalus dulcis
)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
STEPHANIE
NIM 101501095
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI
ANTI-AGING
DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG
MINYAK ALMOND (
Prunus amygdalus dulcis
)
OLEH: STEPHANIE NIM 101501095
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : 15 juli 2014
Pembimbing I, PanitiaPenguji,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
Pembimbing II, NIP 195807101986012001
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 196106191991031001
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001
Medan,
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esakarena berkat rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Formulasi dan Efektivitas Sebagai Anti-AgingDari Masker Wajah Yang
Mengandung Minyak Almond (Prunus amygdalus dulcis)” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan hormat, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,
selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medanyang telah menyediakan fasilitas
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Ucapan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.,
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sangat baik,
memberikan petunjuk, perhatian, saran, dan motivasi selama penelitian hingga
selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt.,
Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.,selaku dosen
pengujiyang telah memberikan kritik dan sarandemi kesempurnaan skripsi ini.
Serta kepada Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penasihat
akademik dan Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik selama perkuliahan.
Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga
Hendry Wibisono selaku saudara penulis dan sahabat-sahabat terdekat yang
begitu mendukung dan mendoakan penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada sukarelawan yang bersedia meluangkan waktu
untuk membantu penelitian dan tidak lupa ucapaan terima kasih penulis
sampaikan kepada Limiyanto Tanseri, S.Farm., Apt., Leny, S.Farm., Agustince
Werimon, abang kakak stambuk 2009 yang memberikan masukkan dan
pengetahuan, teman-teman stambuk 2010 dan teman-teman dekat selama masa
perkuliahan Novita Sari, Felicia Christine, Mita Joselin, Maya Octavia, Anddora
Michi, Aity, Florencia, Cinta Suci Hasibuan dan Anna Fajar Hasanah yang
membantu penulis dalam proses belajar dan memberikan masukkan hingga
selesainya skripsi ini serta adik tercinta stambuk 2011 dan 2012 yang selalu
menemani, membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.
Medan, 18 Juli 2014 Penulis,
FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI ANTI-AGING
DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK ALMOND (Prunus amygdalus dulcis)
ABSTRAK
Sinar ultraviolet dari cahaya matahari, polusi udara dan faktor-faktor yang menyebabkan radikal bebas dapat berujung pada penuaan kulit.Kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dapat menyebabkan jaringan kulit menjadi keras dan tidak lentur sebagai awal terbentuknya kerutan. Antioksidan seperti vitamin E, asam oleat dan asam stearat dari minyak almond Henry Lamotte diyakini dapat memperlambat efek penuaan dini. Kemampuan memperbaiki sel kulit dan memperlambat penuaan dini menjadi alasan penggunaan sediaan masker. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan masker yang memiliki efektivitas anti-aging dari minyak almond.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dimana dipilih 12 wanita berusia 20-25 tahun dan dianalisis daerah kulit punggung tangan yang menunjukkan adanya noda dan kerutan dengan skin analyzer Aramo-SG. Daerah tersebut ditandai dengan bentuk lingkaran berdiameter 3 cm selama empat minggu perawatan. Daerah yang ditandai merupakan daerah yang akan dianalisis dan dirawat setiap minggu selama empat minggu. Sukarelawan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok blanko, formula masker 4%, formula masker 6% dan formula masker 8%. Data sebelum dan setelah perawatan dicatat setiap minggu dan dianalisis menggunakan SPSS18. Formulasi masker wajah diuji homogenitas, pH dan stabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan homogen, pH 6,4-6,7 dan stabil dalam kondisi penyimpanan pada suhu 8°C, 25°C dan 40°C selama 28 hari. Meningkatnya konsentrasi minyak almond pada sediaan masker menunjukkan perubahan kondisi kulit dimana kadar air yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori yang semakin mengecil,dan banyak noda serta kerutan yang semakin berkurang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak almond dapat diformulasi dalam sediaan masker wajah dan dengan meningkatnya konsentrasi minyak almond dalam sediaan dapat meningkatkan efektivitas anti-aging.
FORMULATION AND ANTI-AGING EFFECTIVITY FROM ALMOND OIL (Prunus amygdalus dulcis) FACIAL MASK
ABSTRACT
The ultraviolet light, air pollution and factors that causes free radicals can lead to skin aging. The damage that caused from free radicals can cause skin tissue becomes tight and inflexible as the initial formation of wrinkles. Antioxidant that is found from Vitamin E, oleic acid and stearic acid from Henry Lamotte almond oil is believed can slower the effect of aging. Facial mask is chosen for this research because of its capability to repair skin cells and slower premature aging. The aim of this research is to learn whether almond oil can be formulated as facial mask to reduce aging effect.
The method was experimental method. Twelve young women (20-25 years old) whose back hand had spot and wrinkle were gathered. The applied mask area was marked with circle shape with diameter 3 cm for four weeks during treatment.The volunteers were divided into four groups, there were placebo group, formula 4% group, formula 6% and formula 8% group. Skin status was measured by skin analyzer Aramo SG. Data was obtained before and after applying mask every week and was analyzed using SPSS 18. Facial mask formulation was tested for its homogenity, pH, and stability.
The result showed that almond oil can be formulated to facial mask. The facial mask was homogeneous, with pH 6.4-6.7 dan stable at 8°C, 25°C and 40°C temperature during 28 days. The increasing concentration from almond oil that was formulated in facial mask showed the ability as anti aging because could increased moisture level and evenness level, minimized pores, reduced the number of spots and wrinkles. The conclusion of the research is almond oil Henry Lamotte can be formulated to facial mask and with higher concentration of almond oil can increase the effectiveness as anti aging.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Kulit ... 4
2.1.1Fungsi biologis kulit ... 4
2.1.2Struktur kulit ... 5
2.3 Perubahan Kulit Akibat Sinar Ultraviolet ... 9
2.4Penuaan Dini ... 10
2.4.1 Perubahan internal ... 11
2.4.2 Perubahan eksternal... 12
2.5 Anti-Aging ... 14
2.5.1 Peran antioksidan dalam masker wajah ... 14
2.5.2 Vitamin E sebagai antioksidan ... 15
2.5.3 Minyak almond ... 16
2.6 Masker Wajah ... 17
2.7 Skin Analyzer ... 18
2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer ... 18
2.7.2 Parameter pengukuran dengan skin analyzer ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Alat ... 22
3.2 Bahan ... 22
3.3 Sukarelawan ... 22
3.4 Prosedur Kerja ... 23
3.4.1 Formulasi sediaan masker ... 23
3.4.1.1 Formula standar ... 23
3.4.1.2 Formula modifikasi ... 24
3.4.1.3 Formula mengandung minyak almond ... 24
3.4.2 Evaluasi mutu fisik sediaan ... 25
3.4.2.1 Pengujian homogenitas ... 25
3.4.2.3 Pengukuran pH sediaan ... 25
3.4.2.4 Pengukuran lama pengeringan ... 26
3.4.3 Pengujian efektivitas anti-aging... 26
3.4.4 Analisis data ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Wajah ... 28
4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ... 28
4.2.1 Hasil pengujian homogenitas ... 28
4.2.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 28
4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan ... 30
4.2.4 Hasil pengukuran lama pengeringan masker ... 33
4.3 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging ... 33
4.3.1 Kadar air (moisture) ... 34
4.3.2 Kehalusan kulit (evenness) ... 35
4.3.3 Besar pori (pore) ... 37
4.3.4 Banyak noda (spot) ... 39
4.3.5 Banyak kerutan (wrinkle) ... 40
4.3.6 Kedalaman kerutan (wrinkle’s depth) ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1Perbedaan anatomi pada epidermis ... 11
Tabel 2.2Perbedaan anatomi pada dermis ... 12
Tabel 2.3Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 21
Tabel 3.1Komposisi formula 4%, formula 6% dan formula 8% ... 25
Tabel 4.1Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 8°C ... 29
Tabel 4.2Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 25°C ... 29
Tabel 4.3Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 40°C ... 30
Tabel 4.4Hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 8°C ... 31
Tabel 4.5Hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 25°C ... 31
Tabel 4.6Hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 40°C ... 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1Penetrasi sinar ultraviolet ke lapisan kulit ... 9
Gambar 4.1Grafik kadar air rata-rata ... 34
Gambar 4.2Grafik kehalusan kulit rata-rata ... 36
Gambar 4.3Grafik besar pori rata-rata ... 37
Gambar 4.4Grafik banyak noda rata-rata ... 39
Gambar 4.5Grafik banyak kerutan rata-rata ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.Sertifikat analisis minyak almond ... 48
Lampiran 2.Gambar bahan dan alat ... 49
Lampiran 3.Penggunaan alat skin analyzerAramo SG ... 50
Lampiran 4. Gambar hasil uji homogenitas ... 51
Lampiran 5.Gambar sediaan selama 28 hari penyimpanan ... 52
Lampiran 6.Hasil pengujian menggunakan skin analyzer ... 55
Lampiran 7.Tabel hasil pengukuran kondisi kulit sukarelawan... 69
Lampiran 8.Hasil uji statistik ... 75
FORMULASI DAN EFEKTIVITAS SEBAGAI ANTI-AGING
DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK ALMOND (Prunus amygdalus dulcis)
ABSTRAK
Sinar ultraviolet dari cahaya matahari, polusi udara dan faktor-faktor yang menyebabkan radikal bebas dapat berujung pada penuaan kulit.Kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dapat menyebabkan jaringan kulit menjadi keras dan tidak lentur sebagai awal terbentuknya kerutan. Antioksidan seperti vitamin E, asam oleat dan asam stearat dari minyak almond Henry Lamotte diyakini dapat memperlambat efek penuaan dini. Kemampuan memperbaiki sel kulit dan memperlambat penuaan dini menjadi alasan penggunaan sediaan masker. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan masker yang memiliki efektivitas anti-aging dari minyak almond.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dimana dipilih 12 wanita berusia 20-25 tahun dan dianalisis daerah kulit punggung tangan yang menunjukkan adanya noda dan kerutan dengan skin analyzer Aramo-SG. Daerah tersebut ditandai dengan bentuk lingkaran berdiameter 3 cm selama empat minggu perawatan. Daerah yang ditandai merupakan daerah yang akan dianalisis dan dirawat setiap minggu selama empat minggu. Sukarelawan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok blanko, formula masker 4%, formula masker 6% dan formula masker 8%. Data sebelum dan setelah perawatan dicatat setiap minggu dan dianalisis menggunakan SPSS18. Formulasi masker wajah diuji homogenitas, pH dan stabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan homogen, pH 6,4-6,7 dan stabil dalam kondisi penyimpanan pada suhu 8°C, 25°C dan 40°C selama 28 hari. Meningkatnya konsentrasi minyak almond pada sediaan masker menunjukkan perubahan kondisi kulit dimana kadar air yang meningkat, kulit semakin halus, pori-pori yang semakin mengecil,dan banyak noda serta kerutan yang semakin berkurang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak almond dapat diformulasi dalam sediaan masker wajah dan dengan meningkatnya konsentrasi minyak almond dalam sediaan dapat meningkatkan efektivitas anti-aging.
FORMULATION AND ANTI-AGING EFFECTIVITY FROM ALMOND OIL (Prunus amygdalus dulcis) FACIAL MASK
ABSTRACT
The ultraviolet light, air pollution and factors that causes free radicals can lead to skin aging. The damage that caused from free radicals can cause skin tissue becomes tight and inflexible as the initial formation of wrinkles. Antioxidant that is found from Vitamin E, oleic acid and stearic acid from Henry Lamotte almond oil is believed can slower the effect of aging. Facial mask is chosen for this research because of its capability to repair skin cells and slower premature aging. The aim of this research is to learn whether almond oil can be formulated as facial mask to reduce aging effect.
The method was experimental method. Twelve young women (20-25 years old) whose back hand had spot and wrinkle were gathered. The applied mask area was marked with circle shape with diameter 3 cm for four weeks during treatment.The volunteers were divided into four groups, there were placebo group, formula 4% group, formula 6% and formula 8% group. Skin status was measured by skin analyzer Aramo SG. Data was obtained before and after applying mask every week and was analyzed using SPSS 18. Facial mask formulation was tested for its homogenity, pH, and stability.
The result showed that almond oil can be formulated to facial mask. The facial mask was homogeneous, with pH 6.4-6.7 dan stable at 8°C, 25°C and 40°C temperature during 28 days. The increasing concentration from almond oil that was formulated in facial mask showed the ability as anti aging because could increased moisture level and evenness level, minimized pores, reduced the number of spots and wrinkles. The conclusion of the research is almond oil Henry Lamotte can be formulated to facial mask and with higher concentration of almond oil can increase the effectiveness as anti aging.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sinar ultraviolet dari cahaya matahari, polusi udara, stress dan
faktor-faktor yang menimbulkan radikal bebas dapat menyebabkan proses penuaan kulit.
Kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas ini dapat menyebabkan molekul
protein kolagen tidak terbentuk atau terpisah dari senyawanya dan menyatu
kembali dengan molekul lain yang tidak sesuai menyebabkan jaringan kulit
menjadi keras dan tidak lentur yang menghasilkan garis halus sebagai awal
terbentuknya kerutan (Goldfaden, 2007).
Menurut survei penyebab utama penuaan dini yang dialami orang
Indonesia adalah aktivitas berlebihan dibawah sinar matahari (Bogadenta, 2012).
Indonesia yang beriklim tropis dengan sinar matahari yang melimpah dapat
menyebabkan risiko tinggi terhadap kerusakan kulit yang berujung pada penuaan
dini (premature aging). Oleh karena itu, sediaan anti-aging dianggap penting
untuk perawatan kulit (Vinski, 2012).
Terapi anti-aging akan lebih baikdilakukan sedini mungkin di saat seluruh
fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Dengan kemajuan
teknologi dan ilmu kosmetika, penurunan dan penghambatan penuaan dapat
dilakukan sehingga kulit dapat terlihat lebih muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Minyak almond mengandung antioksidan seperti vitamin E, asam stearat
dan asam oleat dan zat lainnya yang mampu menutrisi, memperbaiki sel kulit
sehingga mampu meremajakan kulit kembali (Zeeshan, 2009).
meremajakan kulit dan menghambat penuaan dini. Masker wajah memiliki
kemampuan membersihkan kulit sampai pada lapisan lebih dalam yang tidak bisa
dijangkau dengan pencucian biasa.
Masker wajah dengan tipe clay telah banyak digunakan karena
kemampuannya yang mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika
masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker
mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana
clayjenispasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komede
terangkat ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker
adalah kulit yang tampak cerah dan bersih (Harry, 2000).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang efek anti-aging dariminyak almond dalam formulasi masker
wajah.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Apakah minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker
wajah?
b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan masker
wajah mempengaruhi efektivitas anti-aging?
c. Apakah penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak
almondmenunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama
empat minggu perawatan.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah:
a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.
b. Perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan masker wajah
mempengaruhi efektivitas anti-aging.
c. Penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak almond
menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat
minggu perawatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah minyak almond dapat diformulasikan dalam
sediaan masker wajah.
b. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap efektivitas
anti-aging.
c. Untuk mengetahui peningkatan kondisi kulit selama empat minggu
perawatan menggunakan sediaan masker mengandung minyak almond.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula masker wajah yang
memiliki efek sebagai anti-agingdari minyak almond sehingga dapat digunakan
sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetika.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah:
a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.
b. Perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan masker wajah
mempengaruhi efektivitas anti-aging.
c. Penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak almond
menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat
minggu perawatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah minyak almond dapat diformulasikan dalam
sediaan masker wajah.
b. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap efektivitas
anti-aging.
c. Untuk mengetahui peningkatan kondisi kulit selama empat minggu
perawatan menggunakan sediaan masker mengandung minyak almond.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula masker wajah yang
memiliki efek sebagai anti-agingdari minyak almond sehingga dapat digunakan
sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetika.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus
otot-otot dan organ dalam tubuh. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah,
saraf dan kelenjar (Anderson, 1996).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga elastis dan sensitif, serta
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Warna kulit
bermacam-macam, misalnya warna terang (fair skin), kuning, sawo matang dan
hitam, merah muda pada telapak kaki dan tangan. Demikian pula kelembutan kulit
dan ketebalan kulit yang bervariasi. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada
kelopak mata dan bibir(Wasitaatmadja, 1997).
2.1.1 Fungsi biologis kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi
mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan
mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air
dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai
barrier terhadap racun dari luar.
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan kontriksi
pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf
otonom. Pada saat temperatur menurun terjadi vasokontriksi, sedangkan pada saat
temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan
pembuangan panas.
c. Persepsi sensoris
Kulit merupakan indera melindungi tubuh terhadap rangsangan dari luar berupa
tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor tekanan, reseptor raba,
reseptor suhu dan reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor dan
diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks
serebri.
d. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur
yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut
dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut dalam
air.
e. Fungsi lain
Kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan memerah,
memucat maupun kontraksi otot penegak rambut (Latifah dan Tranggono, 2007)
2.1.2 Struktur kulit
Menurut Anderson (1996), Lapisan epidermis merupakan bagian terluar
dari kulit. Epidermis dibagi menjadi beberapa lapisan utama yaitu:
Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar dan tersusun dari
sel mati berkreatin berbentuk datar dan tersusun berlapis-lapis. Stratum
korneum merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila
kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering
dan bersisik.
2. Stratum lusidum atau malfigi
Stratum lusidum merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah
mengalami proses diferensiasi. Stratum lusidum terdapat dibawah lapisan
tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, dapat dilihat jelas pada telapak
kaki dan tangan.
3. Stratum granulosum
Stratum granulosum mempunyai fungsi penting yaitu menghasilkan
protein dan ikatan kimia stratum korneum. Stratum granulosum
mengandung sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.
4. Stratum spinosum
Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal.
Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang
membentuk keratin.
5. Stratum germinativum atau lapisan basal
Lapisan sel basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan
membentuk lapisan baru yang menyusun epidermis. Melanosit yang
membentuk melaninuntuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan basal
sepanjang stratum germinativum. Lapisan basal ini tersusun secara vertikal
Lapisan dermis merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih
tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin
dan retikulin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf
yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh
(Anderson, 1996).
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit,
isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi
(Anderson, 1996). Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat seiring dengan
meningkatnya konsumsi makanan lemak yang berlebih. Jika tubuh memerlukan
energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah
simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).
2.2 Sinar Ultraviolet (UV)
Menurut Satiadarma (1986), sinar ultraviolet merupakan sebagian kecil
dari spektrum sinar matahari. Namun sinar ini yang paling berbahaya bagi kulit
karena reaksi-reaksi yang ditimbulkannya berpengaruh buruk terhadap kulit
manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan
fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan keganasan
kulit.
Sinar ultravioletdibutuhkan tubuh untuk mensintesa vitamin D, akan
tetapi, sinar ultraviolet yang terlalu banyak akan merusak molekul dan sel-sel
tubuh. Kerusakan ini akan menyebabkan perubahan tetap yang berupa penebalan
dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit yang merupakan akibat dari
kerusakan-kerusakan yang telah terakumulasi (Parrish, 1983).
Jumlah sinar ultraviolet yang diterima sangatlah berbeda pada
masing-masing individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah permukaan kulit
tubuh, aktivitas di dalam selserta area yang tersinar (Mitsui, 1997).
Menurut Parrish (1983), berdasarkan panjang gelombangnya, sinar
ultraviolet terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. UV-A (320-400 nm)
Sinar UV-A merupakan sinar yang paling banyak mencapai bumi yaitu
100 kali dibandingkan sinar UV-B namun kekuatannya lebih lemah yaitu
1:1000 UV-B. Sinar ini mampu masuk ke dalam dermis dan menyebabkan
kerusakan jaringan dermis sehingga proses penuaan dapat dipercepat,
menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan bersama dengan sinar UV-B
berperan dalam proses keganasan kulit.
b. UV-B (290-320 nm)
Sinar UV-B merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan
kulit yang ditimbulkan berada pada bagian epidermis. Efek yang
ditimbulkan dapat berupa luka bakar, kelainan pra-kanker serta keganasan
kulit. Jumlah sinar UV-B yang masuk ke bumi tidak konstan karena
tergantung musim dan cuaca. Lapisan ozon mampu mengabsorpsi 90%
sinar UV-B.
Sinar UV-C merupakan sinar yang paling banyak diabsorpsi oleh lapisan
ozon sehingga tidak mencapai permukaan bumi. Namun dengan adanya
kebocoran lapisan ozon, sinar UV-C dikhawatirkan dapat mencapai bumi
dan membahayakan lingkungan. Pembentukan radikal bebas intrasel yang
reaktif akan mempercepat proses kerusakan dan penuaan kulit.
Sumber :http://www.dermatology.ucsf.edu/skincancer/General/prevention/UV_Radiation.aspx
Gambar 2.1 Penetrasi sinar ultravioletke lapisan kulit.
2.3 Perubahan Kulit Akibat Sinar Ultraviolet
Sinar UVA merupakan sinar yang paling banyak menembus atmosfer
bumi. Efek akut akibat paparan sinar ini adalah eritema, udema, pigmen yang
cepat maupun tertunda pembentukannya, neomelanogenesis, akantosis, dan
penebalan dermal. Efek-efek tersebut dapat timbul setelah 8 hingga 24 jam
pemaparan (Norman, 2010).
diinduksi oleh pemaparan sinar UVA melalui foto-oksidasi melanin epidermal
dimana terjadi polimerisasi dari prekursor melanogenik yang tidak berwarna
menjadi pigmen coklat kehitaman yang ireversibel (Fitzpatrick, dkk., 1983).
Tanda-tanda perubahan kronis yang biasanya terlihat adalah kulit
berwarna gelap, tekstur kulit kasar, terbentuk kerutan, karsinoma sel basal,
karsinoma sel skuamosa. Perubahan kronis akibat sinar UV umumnya dialami
oleh para nelayan, petani dan orang-orang yang selalu menerima sinar matahari
secara langsung. Pangkal leher yang terus menerus terkena sinar UV akan
menimbulkan kerutan berbentuk menyilang. Apabila kondisi ini tidak berhenti
dan memburuk, maka akan mengakibatkan kanker kulit. Oleh karena perubahan
ini berbeda dengan penuaan secara alami, maka ini disebut dengan photoaging
atau dermatoheliosis. Wajah adalah bagian tubuh yang paling rentan terhadap
perubahan ini dikarenakan selalu terpapar sinar matahari sepanjang tahun (Alam,
dkk., 2009).
2.4 Penuaan Dini
Menua merupakan suatu proses hilangnya kemampuan jaringan lunak
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya
secara perlahan-lahan. Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih
cepat dari seharusnya. Tanda-tanda penuaan dini yang paling nyata adalah adanya
perubahan seperti kerutan, munculnya bercak hitam, tekstur kulit yang tampak
kasar, pori kulit yang semakin membesar dan kulit tampak berkeriput, berkerut
Penuaan kulit pada orang tua(bukan karena pemaparan sinar
matahari)adalah berbeda struktur internalnya dibandingkan dengan kulit yang
terkena sinar matahari pada orang yang sama (Kligman, 1986).
2.4.1 Perubahan internal
Tingkat perubahan pada penuaan kulit yang timbul berbeda-beda untuk
setiap individu. Pada photoaging, faktor-faktor yang turut mempengaruhi adalah
gaya hidup, frekuensi terkena sinar matahari dan durasi pemaparan, jenis sediaan
perawatan kulit wajah. Sedangkan pada intrinsic aging, yang
mempengaruhiadalah faktor genetik dan usia(Kligman, 1986). Perubahan
karakteristik dalam photoaging and intrinsic agingyang timbul pada epidermis
dan dermis dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2.
Tabel 2.1 Perbedaan anatomi pada epidermis
Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging
Lapisan epidermis Tebal Tipis
Sel-sel epidermis (keratinosit)
• Sel-sel tidak seragam • Sel-selterdistribusi Stratum korneum • Peningkatan lapisan
sel
• Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi
• Lapisan sel normal
• Ukuran dan bentuk korneosit seragam
Melanosit • Peningkatan jumlah
sel • Penurunan produksi
melanosom Sel-sel Langerhans • Pengurangan sel
Tabel 2.2 Perbedaan anatomi pada dermis
Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging Jaringan elastis • Meningkat secara
drastis
Kolagen • Serat kolagen dan
jaringan ikat menurun jumlahnya
• Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal
Pembuluh kapiler • Abnormal • Normal
(Mitsui, 1997).
2.4.2 Perubahan eksternal
Selain perubahan yang tidak langsung tampak terdapat beberapa
perubahan yang jelas pada permukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi:
1. Kerutan
Kerutan dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah,
terutama pada bagian dahi, area di sekitar mata serta mulut, dan dapat juga timbul
pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki. Kerutan akan mulai timbul pada
usia 30 tahun ke atas danakan semakin dalam dan lebar dengan terjadinya
penuaan. Kerutan yang timbul dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Kerutan linear (berupa garis-garis lurus yang umumnya timbul di area
sekitar mata).
b. Kerutanglyphic(saling menyilang membentuk suatu segitiga ataupun
persegi yang umumnya timbul di area pipi dan leher).
c. Kerutan umum (kerutan halus yang umumnya timbul pada kulit orang tua
dan bukan akibat pemaparan terhadap sinar matahari) (Barel, dkk., 2009).
Kerutan tipe 1 dan 2 merupakan kerutan yang timbul akibat proses
kerutan disebabkan oleh berbagai faktor eksternal maupun internal. Sinar UV
merupakan penyumbang terbesar untuk pembentukan kerutan. Timbulnya kerutan
merupakan hasil dari menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan
oleh berkurangnya kandungan air dan penebalan stratum korneum, epidermis
yang membesar dan perubahan jumlah dan kualitas dari kolagen dermis serta serat
elastis kolagen, perubahan struktur tiga dimensi dari dermis dan perubahan lain
akibat faktor ekternal dan internal (Barel, dkk., 2009).
2. Lipatan
Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun.
Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu, kelopak mata, pipi,
bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan penyebab
timbulnya kerutan yaitu adanya penurunan elastisitas dari dermis dan penurunan
kerja dari jaringan adiposa subkutan. Pengurangan kekuatan dari otot-otot yang
menopang kulit juga menyebabkan terjadinya kerutan dan lipatan (Barel, dkk.,
2009).
3. Pigmentasi dan perubahan warna kulit
Terbentuknya pigmen pada kulit umumnya meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Secara visual, perubahan warna kulit yang menua adalah
cenderung berubah dari kemerahan hingga kekuningan. Akibat perubahan ini,
warna kulit akan menjadi semakin gelap. Perubahan ini dikaitkan hubungannya
dengan pengurangan ketransparanan akibat meningkatnya pigmentasi,
pengurangan sekresi sebum dan penebalan serta penurunan kadar air pada lapisan
4. Konfigurasi permukaan kulit
Dengan terjadinya proses penuaan, permukaan kulit akan berubah secara
visual maupun dari dalam. Perubahan disebabkan oleh karena sebagian sel-sel
telah lambat bekerja. Kulit akan membentuk garis-garis yang halus, yang
kemudian akan menjadi lengkungan dan menyambung terus menerus dan pada
akhirnya bertambah dalam. Garis-garis dalam tersebut akan timbul ke sembarang
arah secara tidak beraturan dan menyebabkan terjadinya pembesaran pori-pori
kulit (Barel, dkk., 2009).
2.5 Anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah cara untuk memperlambat penuaan
terjadi. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit
seperti timbulnya kerutan, kelembutan kulitberkurang, menurunnya elastisitas
kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap.
Kerutan yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab
menurunnya jumlah kolagen dermis. Kolagen adalah zat pengisi kulit yang
membuat kulit menjadi kencang. Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen
semakin berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain
dengan sediaan kosmetikaanti-aging, kolagen dapat dipacu produksinya dengan
olahraga dan nutrisi yang baik (Sulastomo, 2013).
2.5.1 Peran antioksidan dalam masker wajah
Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh
mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal
termasuk pada kulit. Sistem antioksidan kulit meliputi komponen enzimatik dan
nonenzimatik. Deny, dkk. (2006) menyebutkan antioksidan terdiri dari:
1. Antioksidan enzimatik (endogen)
− Dismutase superoksida
− Glutation peroksidase
− Ubiquinol
− Melatonin dan histidin
− Asam urat dan laktoferin
2. Antioksidan non enzimatik (eksogen)
− Mikronutrien seperti vitamin E, C, dan beta karoten
− Obat-obatan dan senyawa sintetik
2.5.2 Vitamin E sebagai antioksidan
Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk melindungi kerusakan
membran biologis akibat radikal bebas. Bentuk vitamin E yang dijumpai pada
kosmetik adalah jenis tokoferol dan tokotrienol (Ditjen POM, 1995).
Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid.
Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan
asam lemak tidak jenuh, dan membentuk radikal tokoferoksil. Selanjutnya radikal
tokoferoksil berintraksi dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang akan
membentuk kembali tokoferol (Ardhie, 2001). Penggunaan vitamin E secara
topikal akan meningkatkan level vitamin E pada epidermis sebesar 62 kali lipat
dan 22 kali lipat pada dermis. Sifat lipofilik dari vitamin E menyebabkannya
2.5.3 Minyak almond
Minyak almond (sweet almond oil) diperoleh dari kernel yang telah
dikeringkan dari tumbuhannya. Minyak almond digunakan dalam dunia pemijatan
tradisional karena kemampuannya melubrikasi kulit selama pemijatan sehingga
minyak almond dianggap sebagai salah satu emolien yang efektif. Minyak almond
memiliki kandungan vitamin E yang tinggi yaitu 39,2 mg dalam 100 g almond.
Minyak almond mengandung asam lemak penting dimana dibutuhkan karena
tidak dapat disintesis tubuh. Minyak almond kaya akan beta-zoozteril, squalene
dan alfa tokoferol, semua ini merupakan konstituen penting untuk kulit yang
sehat. Almond kaya akan asam lemak penting, karbohidrat dan protein dan
mengandung vitamin dan mineral yang tinggi (Zeeshan, 2009)
Minyak almond bersifat tidak meracuni, tidak mengiritasi, larut dalam air
dan merupakan pengemulsi yang baik, dimana memiliki kemampuan sebagai
berikut :
• Memiliki sifat pelumas yang kering meskipun diaplikasikan dalam jumlah
banyak dibandingkan dengan minyak mineral.
• Pelarut yang unggul pada bahan baku lipofilik terutama untuk sediaan
tabir surya.
• Stabil terhadap hidrolisis di pH 2-12 (Zeeshan, 2009).
Nutrisi penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit yang dimiliki almond
antara lain vitamin E, vitamin C, omega 6, omega 9 dan seng. Minyak almond
mampu melembabkan kulit dan memperlambat tanda-tanda penuaan dini.
2.6Masker Wajah
Perawatan kulit dibagi menjadi perawatan dari dalam dan dari luar.
Perawatan dari dalam meliputi pengonsumsian jamu dan ramuan tradisional serta
perawatan dari luar meliputi facial, body scrubbing, skin moisturizing, body
massage, spa dan lulur (Noormindhawati, 2013).
Perawatan wajah yaitu facial meliputi face cleansing, exfoliation, steam,
mask dan moisturizing. Setelah melakukan kompres hangat (steaming) perawatan
wajah dilanjutkan dengan menggunakan masker (Noormindhawati, 2013).
Masker dioleskan ke wajah dalam keadaan basah, dan akan mengering
dengan sendirinya. Ia bisa menyerap debu yang terdapat pada wajah karenanya
dianggap membersihkan wajah (Haynes,1994).
Manfaat masker :
• Menutrisi kulit wajah.
• Mencerahkan, menyegarkan dan mencerahkan kulit wajah.
• Mengangkat sel kulit mati.
• Meremajakan dan menghambat penuaan dini.
Cara penggunaan masker meliputi:
• Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering.
• Pengolesan masker dilakukan merata pada permukaan kulit wajah
dan dihindari area mata, mulut dan hidung.
• Diamkan hingga masker mengering.
• Masker dibersihkan dengan handuk lembut yang telah dicelupkan
• Wajah lalu dibilas menggunakan handuk yang telah dicelupkan
dalam air dingin untuk meringkas pori-pori.
• Dikeringkan menggunakan handuk yang bersih (Noormindhawati,
2013).
Lama perawatan menggunakan masker ditentukan dengan lamanya
sediaan masker mengering. Formula masker yang dibuat harus memenuhi syarat
dimana sediaan berupa sediaan pasta yang halus, mudah dicuci, memberikan efek
menarik kulit wajah dan tidak beracun (Harry, 2000).
2.7 Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan
kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi
bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti
ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak
adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer
menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan
1. Moisture (kadar air)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya
dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit.
Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam
kulit yang diukur.
2. Sebum (kadar minyak)
Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker
yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan
menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan
kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar
minyak dalam kulit yang diukur.
3. Evenness (kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).
Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian
tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa
angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
4. Pore (pori)
Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat
melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto
pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian
pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori-pori akan secara
5. Spot (noda)
Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga
(terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur
kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil
berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil
pada layar komputer.
6. Wrinkle (kerutan)
Pengukuran kerutan dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa
perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera
diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan
kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada
pengukuran ini, tidak hanya jumlah kerutan yang dapat diukur, akan tetapi
kedalaman kerutan juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer.
2.6.2 Parameter pengukuran
Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan
menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara
langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada
alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil
pengukuran keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh personalia yang
memeriksa ataupun pasien. Parameter hasil pengukurannya dapat dilihat pada
Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Pengukuran Parameter
Moisture (Kadar air) (%)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0-29 30-50 51-100
Evenness (Kehalusan)
Halus Normal Kasar
0-31 32-51 52-100
Pore (Pori)
Kecil Beberapa besar Sangat besar
0-19 20-39 40-100
Spot (Noda)
Sedikit Beberapa noda Banyak noda
0-19 20-39 40-100
Wrinkle (Kerutan)
Tidak berkerut Berkerut Berkerut parah
0-19 20-52 53-100
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian
meliputi pembuatan sediaan pasta masker wajah, evaluasiterhadap mutu fisik
sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, uji lama
pengeringan sediaan dan uji efektivitas sediaan sebagai anti aging.
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:skin analyzer (
Aramo-SG), moisture checker(Aramo-SG), alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna
Instrument), neraca analitik (Boeco Germany) danClimatic Chamber (Memmert).
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: minyak almond
(sweet almond oil ex Henry Lamotte), bentonite, xanthan gum, kaolin, gliserin,
sodium lauril sulfat, titanium dioksida, nipagin, natrium metabisulfit, air suling,
metil biru, parfum (Summer Woman RS 173594D), larutan dapar pH asam (4,01),
larutan dapar pH netral (7,01).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panelis adalah 12 orang mahasiswi Farmasi
Syarat-syarat yang digunakan adalah :
1. Wanita berbadan sehat.
2. Usia antara 20-25 tahun.
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi.
4. Tidak menggunakan bahan kosmetika lain di daerah punggung tangan yang
ditandai.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Formulasi sediaan masker
Sediaan basis masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian
dimodifikasi. Formula standar dapat dilihat pada 3.4.1.1dan formula modifikasi
dapat dilihat pada 3.4.1.2.
3.4.1.1Formula standar
Formula standar yang digunakan (Harry, 2000):
R/ Bentonite 1 to 8%
Xanthan Gum 0,1 to 1,0%
Kaolin 5 to 40%
Gliserin 2 to 10%
Sodium Lauril Sulfat 2 to 20%
Ti02 < 1%
Nipagin < 1%
Parfum q.s
3.4.1.2 Formula modifikasi
R/ Bentonite 1%
Xanthan gum 0,8%
Kaolin 30,5%
Gliserin 2%
Sodium Lauril Sulfat 2%
TiO2 0,5%
Nipagin 0,1%
Natrium metabisulfit 0,2%
Parfum q.s
Aquadest ad 100%
Cara pembuatan untuk formula basis masker 100 g yaitu 60 g aquadest
dituangkan dalam lumpang dan ditambahkan 1 g bentonite. Bentonite dibiarkan
terbasahi lalu ditambahkan 0,8 g xanthan gum dan digerus cepat sampai seluruh
gum melarut. Sebanyak 30,5 g kaolin ditambahkan sedikit demi sedikit dalam
lumpang sambil digerus dan ditambahkan 0,5 g TiO2 dan 2 g gliserin dalam
lumpang. Di samping itu, dilarutkan 0,2 g natrium metabisulfit dan 0,1 g nipagin
dalam 2,9 g air panas (Larutan A). Larutan A dituangkan dalam lumpang dan
dimasukkan 2 g sodium lauril sulfat pada lumpang, digerus pelan dan
ditambahkan parfum ketika sediaan telah homogen.
3.4.1.3Formula mengandung minyak almond
Konsentrasi minyak almond yang digunakan adalah 4%, 6% dan 8%.
Formula dasar masker tanpa minyak almond dibuat sebagai blanko. Rancangan
Tabel 3.1 Komposisi formula 4%, formula 6%, dan formula 8%
Bahan Konsentrasi (gram)
Formula 4% Formula 6% Formula 8%
Minyak almond 4 6 8
Bahan dasar 96 94 92
Cara pembuatan untuk formula yang mengandung minyak almond adalahbasis
masker yang telah dibuat lalu dimasukkan minyak almond sesuai dengan berat
yang ditentukan.
3.4.2 Evaluasimutu fisik sediaan 3.4.2.1 Pengujian homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.4.2.2Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula sediaan diambil 15g dan dimasukkan ke dalam
pot plastik. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan
dalam pot plastik dan dilanjutkan setiap minggu selama empat minggu
penyimpanan. Pengujian fisik masker yang telah dibuat meliputi pengamatan
perubahan bau dan warna selama 28 hari pada kondisi suhu penyimpanan yang
berbeda, yaitu pada suhu 8°C, 25°C, dan 40°C (Akhtar, dkk., 2008).
3.4.2.3Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01)
Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).
Dilakukan pengukuran pH dengan tiga kali pengulangan pada waktu yang
ditentukan selama 28 hari dalam kondisi suhu penyimpanan yang berbeda.
3.4.2.4Pengukuran lama pengeringan masker
Pengukuranlama pengeringan dilakukan pada suhu kamar
±25°Cdenganmengambil±2 gsediaan masker dan dioleskan pada daerah punggung
tangan yang ditandai lalu diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering.
Dilakukan 3 kali pengukuran lama pengeringan dengan sukarelawan yang
berbeda-beda.
3.4.3 Pengujian efektivitasanti-aging
Tangan sukarelawan dicuci dengan sabun cuci tangan dan dibiarkan
sampai kering (sekitar 5-10 menit). Diukur kondisi awalkulit yang meliputi kadar
air, kehalusan kulit, besar pori, banyak noda dankerutan serta kedalaman kerutan
darisukarelawan dengan menggunakan skin analyzer Aramo-SG.Ditandai daerah
punggung tangan sukarelawan dengan bentuk lingkaran berdiamater 3 cm yang
memiliki paling banyak kerutan dan noda.
Pengujian efektivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu :
a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan formula blanko.
c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 6%.
d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 8%.
Sediaan masker wajah dioleskan pada daerah punggung tangan
sukarelawan yang ditandai dan dibiarkan mengering (6-7menit). Setelah itu
sediaan masker dicuci dengan air sampai bersih. Dilakukan kembali pengecekan
kondisi kulit setelah tangan dikeringkan.
Pengukuran kondisi kulit punggung tangan dilakukan setiap minggu
selama empat minggu dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara
rutin. Dilakukan pengecekan kondisi kulit sebelum dan setelah pemakaian
masker.
3.4.4 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) 18. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis
menggunakanKruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas anti-agingpada
kulit di antara formula. Selanjutnya untuk menganalisisperubahan kondisi kulit
selama empat minggu perawatan digunakan Friedman Test. Jika terdapat nilai
signifikansi p<0,05, data selanjutnya dianalisis denganWilcoxon Signed Ranks
Test untuk melihat perbedaan perubahan kondisi kulit setiap minggu selama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Wajah
Sediaan masker wajah anti-aging dibuat dengan menggunakan formula
standar clay face mask neutral pH (Harry, 2000). Formula standar ini dimodifikasi
dengan penambahan minyak almond sebagai bahan aktif. Konsentrasi minyak
almond yang digunakan adalah konsentrasi 4%, 6% dan 8%. Warna sediaan
masker adalah putih kekuningan.
4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker 4.2.1 Hasil pengujian homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran
maka sediaan dapat dikatakan homogen (Ditjen POM, 1979).
Pada sediaan masker wajah yang diformulasi tidak ditemukan adanya
butiran kasar dari berbagai konsentrasi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sediaan masker adalah homogen. Hasil homogenitas dapat dilihat pada
Lampiran 4 halaman 51.
4.2.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan
Suatu sediaan menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari globul-globul
dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan
adanya perubahan bau danperubahan warna.Untuk mengatasi kerusakan bahan
akibat adanya oksidasi dapat ditambahkan antioksidan dan untuk mengatasi
ditambahkanpengawet. Hasil pengamatan stabilitas masing-masing formula yang
diatur pada suhu 8°C, 25°C dan 40°C dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan
Tabel 4.3.
Tabel 4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu 8°C
Hari
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1menunjukkan tidak ada
perubahan bau dan warna dari setiap formula yang disimpan pada suhu 8°C.
Tabel 4.2 Hasil pengamatan stabilitassediaan sediaan pada suhu 25°C
Hari
Tabel 3.3 Hasil pengamatan stabilitassediaanpada suhu 40°C
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.3menunjukkan tidak ada
perubahan bau dan warna dari setiap formula yang disimpan pada suhu 40°C.
Sediaan yang telah disimpan dalam berbagai suhu menunjukkan suhu yang
sesuai untuk penyimpanan sediaan. Tujuan dari penggunaan berbagai macam suhu
adalah untuk mengetahui kestabilan fisik dari sediaan. Suhu merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan dan aktivitas antioksidan bahan aktif.
Berdasarkan hasil pengamatan stabilitas dapat disimpulkan penambahan
natrium metabisulfit 0,2% dan nipagin 0,1% cukup untuk menstabilkan sediaan.
4.2.4 Hasil pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan diukur dengan pH meter denganpengulangan sebanyak
tiga kali dan diukur setiap minggu selama 28 hari. Persyaratan pH yang diizinkan
adalah 5-8 (Harry,2000). Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.4, Tabel
Tabel 4.4 Tabel hasil pengukuran pH rata-rata sediaan pada suhu 8°C
Berdasarkan pH rata-rata yang diperoleh padaTabel 4.4menunjukkan
tidak terjadinya perubahan pH yang signifikan (pH 5-8).
Tabel 4.5 Tabel hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 25°C
pH Rata-Rata
Berdasarkan pH rata-rata yang diperoleh padaTabel 4.5menunjukkan tidak
terjadinya perubahan pH yang signifikan (pH 5-8).
Tabel 4.6 Tabel hasil pengukuran pH rata-rata pada suhu 40°C
28 6.6 6,5 6,5 6,3 Rata-rata 6,6±0,06 6,5±0,00 6,5±0,60 6,4±0,06
Berdasarkan pH rata-rata yang diperoleh padaTabel 4.6menunjukkan
formula 8% pada suhu 40°Cmengalami penurunan. Namun pH yang diperoleh
berada dalam rentang persyaratan pH yang diizinkan yaitu pH 5-8 (Harry,2000).
Penurunan pH yang semakin asam pada penyimpanan di suhu 40°Cdikarenakan
minyak almond yang digunakan mempunyai pH asam lemah yaitu 6,4.
Hasil pengukuran pH pada Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6
menunjukkan sediaan yang stabil selama 28 hari. Namun untuk menjaga sediaan
tetap stabil maka sediaan masker disimpan pada suhu 8°C dan 25°C dan
dijauhkan dari paparan sinar matahari langsung.
Kestabilan pH merupakan salah satu parameter penting yang menentukan
stabil atau tidaknya suatu sediaan. Derajat keasaman (pH) merupakan pengukuran
aktivitas hidrogen dalam lingkungan air. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena
dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH terlalu basa dapat
menyebabkan kulit bersisik.
4.2.5 Hasil pengukuran lama pengeringan masker
Pengukuranlama pengeringan dilakukan pada suhu ruangan yaitu
±25°Cdengan cara mengoleskan ±2 g sediaan masker pada daerah yang ditandai
lalu diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering. Pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan sukarelawan yang berbeda-beda.
Hasil pengukuran lama pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Pengukuran Blanko
Berdasarkan hasilpengukuran lama pengeringan pada Tabel 4.7 diperoleh
hasil berkisar 6-7 menit. Semakin tinggi jumlah minyak yang ditambahkan pada
formula menyebabkan peningkatan lama pengeringan masker.
4.3 Hasil Pengujian EfektivitasAnti-Aging
Diukur kondisi awalkulit yang meliputi kadar air, kehalusan kulit, besar
pori, banyak noda, kerutan serta kedalaman kerutan darisukarelawan dengan
menggunakan skin analyzerAramo-SG. Lalu dioleskan sejumlah sediaan masker
pada punggung tangan sukarelawan dan dibiarkan mengering. Setelah mengering
sediaan masker dicuci dari punggung tangan sukarelawan sampai bersih.
Dilakukan pengecekan kembali setelah punggung tangan sukarelawan bersih dan
kering.
4.3.1 Kadar air (moisture)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checkerAramo-SGyang terdapat dalam perangkat skin analyzerAramo-SG. Hasil
pengukuran kadar air sukarelawan dilihat pada Tabel 4.8 diLampiran 7 halaman
Gambar 4.1 Grafik kadar air rata-rata sukarelawan selama empat minggu.
Data padaGambar 4.1 dan Tabel 4.8menunjukkan selama empat minggu
perawatan, kadar air pada kulit sukarelawan yang meningkat terutama dari
formula 8%. Data selanjutnya dianalisis dengan Kruskal Wallis Test untuk
mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai
p>0,05 yaitu tidak adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula.
Untuk mengetahui perubahan kondisi kulit selama waktu perawatan maka
data selanjutkan dianalisis menggunakan Friedman Test, diperoleh nilai p<0,05
yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan selama waktu perawatan.
Wilcoxon Signed Ranks Test selanjutnya dilakukan untuk mengetahui perubahan
kondisi kadar air kulit sukarelawan dalam minggu-minggu selama perawatan dan
diperoleh adanya peningkatan kondisi kadar air kulit menjadi lebih baik dari
minggu pertama sampai minggu empat. Semakin tinggi konsentrasi minyak
almond yang ditambahkan maka kemampuan menahan penguapan air dari kulit
meningkat.
M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b
Sinar matahari terutama sinar ultraviolet A merupakan pemicu terbesar
dalam pembentukan kerutan. Timbulnya kerutan disebabkan oleh adanya
penurunan elastisitas kulit yang merupakan akibat dari berkurangnya kadar air
pada kulit dan penebalan pada stratum korneum (Barel, dkk., 2009). Asupan
nutrisi, aktivitas serta lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kadar air epidermis dan dermis. Kulit harus mampu menjaga kadar air untuk
mempertahankan fungsinya sebagai kulit yang sehat. Apabila kadar air menurun
secara drastis, kulit akan kekurangan asupan nutrisi dan menyebabkan kulit
menjadi kering, kasar, pecah-pecah serta terkelupas (Mitsui,1997).
4.3.2 Kehalusan kulit (evenness)
Pengukuran kehalusan kulit (evenness) dilakukan dengan menggunakan
perangkat skin analyzer Aramo-SGlensa perbesaran 60xdengan sensor biru. Hasil
pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat padaTabel 4.9 di Lampiran 7
halaman 70 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik kehalusan kulit rata-rata sukarelawan selama empat minggu. 25
M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b
Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.2menunjukkan peningkatan
kehalusan kulit sukarelawan terutama formula 6% dan 8%. Dimana kondisi kulit
yang semula berada pada level Normal menjadi Halus. Data selanjutnya dianalisis
dengan Kruskal Wallis Testuntuk mengetahui efektivitas formula terhadap
kehalusan kulit. Nilai p yang diperoleh adalah p>0,05 yaitu tidak ada perbedaan
statistika yang signifikan antar formula.
Perubahan kehalusan kulit sukarelawan setiap minggu dianalisis
menggunakan Friedman Test dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan
statistika yang signifikan selama waktu perawatan. Data selanjutnya dianalisis
lebih lanjut dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dan diperoleh adanya perubahan
kondisi kehalusan kulit menjadi lebih halus selama empat minggu perawatan.
Kemampuan kulit dalam menyerap (absorbsi) bahan aktif sangat
dipengaruhi oleh metabolisme, kelembaban dan ketebalan kulit.Keratinosit
merupakan sel utama dalam epidermis yang membentuk keratin. Peningkatan
suhu menyebabkan keratinosit semakin aktif dan meningkatkan transformasi dari
sel-sel yang hidup menjadi aktif bersintesa sehingga membentuk sel-sel mati dan
bertanduk dari stratum korneum, proses ini dinamakan keratinisasi. Sel-sel mati
yang bertumpuk inilah yang menyebabkan permukaan kulit menjadi tidak rata dan
kasar (Anderson, 1996). Wasiaatmadja (1997) menyebutkan bahwa kulit terasa
kasar, kusam, dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk
melepaskan sel kulit yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru.
4.3.3 Besar pori (pore)
Pengukuran besarnya poridilakukan dengan menggunakan perangkat skin
pengukuran menggunakan alat skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.10 di
Lampiran 7 halaman 71 dan Gambar 4.3.
Berdasarkan data yang diperoleh padaTabel 4.10 dan Gambar
4.3menunjukkan kondisi pori sukarelawan setelah dirawat mengalami pengecilan.
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat adanya pengecilan pori setelah penggunaan setiap
formula. Namun kemampuan mengecilkan pori-pori tercepat adalah formula yang
mengandung minyak almond sebagai bahan aktif.
Data selanjutnya dianalisis statistika menggunakan Kruskal Wallis Test
untuk mengetahui efektivitas formula terhadap besarnya pori sukarelawan.
Diperoleh nilai p>0,05 yaitu tidak adanya perbedaan statistika yang signifikan
antar formula dikarenakan kondisi pori sukarelawan rata-rata berada pada rentang
kondisi pori normal.
Selanjutnya untuk mengetahui perubahan kondisi pori sukarelawan selama
waktu perawatan dilakukan analisis menggunakan Friedman Test dan diperoleh
nilai p<0.05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan dalam minggu-3
M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b
N
RanksTest dan diperoleh adanya perubahan kondisi pori menjadi lebih kecil
setelah perawatan.
Menurut Sulastomo (2013), salah satu parameter untuk menentukan kulit
wajah yang sehat adalah mempunyai pori-pori yang kecil. Pori-pori dapat
membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan suhu
menyebabkan pembukaan pori-pori pada kulit. Pori-pori yang besar dapat
menyebabkan kotoran mudah masuk dan tersumbat di dalamnya.
Faktor genetik berperan dalam menentukan ukuran pori, namun tidak ada
yang dapat dilakukan untuk mengubah faktor tersebut.Tubuh menghasilkan
sebum atau minyak kulit untuk mencegah kulit dari kekeringan. Seiring dengan
bertambahnya usia, pori-pori kulit akan menjadi semakin besar karena semakin
berkurangnya elastisitas dan adanya penumpukan sel-sel kulit mati. Banyaknya
aktivitas meningkatkan suhu tubuh yang akan memperbesar ukuran pori
(Anderson, 1996).
4.3.4 Banyak noda (spot)
Pengukuran banyaknya noda dilakukandengan menggunakan perangkat
skin analyzer Aramo-SGlensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga.
Hasil pengukuran banyaknya noda dapat dilihat pada Tabel 4.11 di Lampiran 7
Gambar 4.4 Grafik banyak noda rata-rata sukarelawan dselama empat minggu.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.11 dan Gambar
4.4diperoleh data banyaknya noda pada blanko yang tidak mengalami
pengurangan selama empat minggu perawatan. Namun data menunjukkan formula
yang mengandung minyak almond mampu mengurangi banyaknya noda terutama
pada formula 8%. Data yang diperoleh kemudiaan dilanjutkan dengan analisa
statistikKruskal Wallis Test untuk mengetahui efektivitas formula terhadap
banyaknya noda pada sukarelawan. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi
p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan pada minggu tiga setelah
perawatan dan minggu empat setelah perawatan. Hal ini menunjukkan perbedaan
kemampuan mengurangi banyaknya noda paling tinggi oleh formula 8%
dibandingkan blanko.
Data perubahan banyak noda selama perawatan dianalisis menggunakan
Friedman Test dan diperoleh hasil siginifikansi p<0,05 yaitu adanya perbedaan 5
M1a M1b M2a M2b M3a M3b M4a M4b