• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Belajar Transfer Belajar dan C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Psikologi Belajar Transfer Belajar dan C"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PIKOLOGI BELAJAR

TRANSFER BELAJAR DAN CARA-CARA BELAJAR YANG

BAIK

Oleh :

Arina Linta F (13480029) Emi Wulandari (13480088) Iswatun Khoiriah (13480090)

Febriasti Dina (13480091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

(2)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari matapelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tsb. dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dll.

Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus membekali si belajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Karena transfer belajar penting bagi perkembangan ketrampilan anak.

Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah hal yang mudah. Ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan belajar. Disamping faktor intern (dari dalam diri individu) ada juga faktor ekstern (dari luar diri individu).

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apakah yang dimaksud dengan transfer belajar itu?

b. Adakah teori yang membahas tentang transfer belajar?

c. Faktor apa saja yang mempengaruhi transfer belajar?

d. Adakah macam dari transfer belajar?

e. Bagaimana cara-cara belajar yang baik?

(3)

C. TUJUAN

a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan transfer belajar.

b. Mengetahui apa teori yang membahas tentang transfer belajar.

c. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi transfer belajar.

d. Mengetahui macam dari transfer belajar.

e. Mengetahui cara-cara belajar yang baik.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

1. TRANSFER BELAJAR

A. Pengertian Transfer Belajar

Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua kata, yaitu transfer dan belajar. Transfer itu sendiri adalah kata pungut dari bahasa Inggris, yaitu “transfer” yang berarti pergantian, serah terima, atau pemindahan. Belajar bagaimana telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Bila pembahasan diarahkan pada masalah konsep yang memberikan batasan tentang transfer belajar sebagai suatu teori, maka terdapatlah perbedaan rumusan diantara pakar psikologi, seperti uraian berikut :

a. Alice Crow mengatakan bahwa transfer belajar adalah “the process of carrying over habits of thinking, know-ledge, or skill from one learning area to another”.

b. Herbert Sorenson dalam bukunya Psychology in Education menyatakan bahwa transfer adalah the process by which something learned in one situation is used in another.

c. William Clark Traw mengatakan bahwa Transfer in the name for the fact that the experience of learning in one situation influences learning and performance in other situation.

d. Slamet merumuskan bahwa transfer adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian.

(5)

f. Menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Psikologi Pengajaran” bahwa transfer belajar berasal dari bahasa Inggris “Transfer of learning” atau “Transfer of training” yang berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah.1

Menurut L.D. Crow and A. Crow:

“The carry-over of thingking, feeling, or working, of knowledge of skills, from one learning area to another usually is referred to as the transfer of training.”

(pemindahan-pemindahan kebiasaan berpikir, perasaan atau pekerjaan, demi pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan belajar ke keadaan belajar yang lain biasanya disebut transfer latihan/belajar).2

B. Teori-Teori Transfer Belajar

Secara umum para ahli berpendapat bahwa transfer dalam belajar itu bisa terjadi, akan tetapi apa sebenarnya hakekat transfer itu dan bagaimana dalam belajar, mereka berbeda pendirian.

Pendapat mereka secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:

a. Teori Disiplin Formal/Ilmu Jiwa Daya

Bertitik tolak dari anggapan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, daya mengingat, daya berpikir dan lain-lain, maka mereka beranggapan bahwa transfer hanya bisa terjadi bila daya-daya tersebut dapat diperkuat dan “didisiplinkan” dengan latihan-latihan yang keras dan terus-menerus. Setelah daya-daya itu terlatih maka akan mudah terjadi trasfer secara otomatis ke bidang-bidang lain.3

1 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta:Rineka Cipta, 2011) hal 222-223

2 Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2012) hal 64

(6)

Kelemahan dari teori ini adalah :

1. Teori Daya terlalu menganggap jiwa terdiri dari daya-daya yang terpisah-pisah satu dari yang lain.Sehingga dengan melatih masing-masing dari daya itu sendiri-sendiri mereka berharap telah dapat mendidik orang itu. Padahal, jiwa manusia itu merupakan suatu kebulatan; daya-daya jiwa erat hubungannya satu sama lain, tidak dapat dipisah-pisahkan.

2. Teori Daya terlalu mementingkan nilai formal dalam tiap-tiap mata pelajaran di Sekolah. Nilai praktis dan nilai material dari mata pelajaran itu tidak dihiraukan. Pandangan inilah yang menimbulkan cara-cara mengajar yang bersifat verbalistis dan intelektualistis, yang hingga kini masih merajalela dalam dunia Pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya. 4

b. Teori Elemen Identik/Ilmu Jiwa Asosiasi

William James dan Edward Thorndike tidak sependapat dengan pandangan sekelompok ahli jiwa daya, kedua tokoh ini lalu mengkritik antara lain sebagai berikut:

1) Daya ingat tidak dapat diperkuat melalui latihan.

2) Pelajaran bahasa latin misalnya tidak akan menaikkan IQ.

3) Ilmu-ilmu dalam bidang tertentu (bila ditunjuk dengan istilah Ilmu Jiwa Daya mereka telah terlatih) ternyata lemah dan tidak mampu mengamati menganalisa dalam bidang-bidang lain, ini berarti transfer secara otomatis tidak terjadi.

Menurut teori ini transfer terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasil belajar yang lalu dengan situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang dihadapi terdapat aspek-aspek yang sama. Dengan kata lain, transfer terjadi hanya bila kedua peristiwa belajar itu terdapat unsur-unsur yang identik (sama). Komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar itu tak terbatas pada bahan pengajaran, tetapi termasuk juga hal-hal seperti metode belajar-mengajar, sikap, dan berbagai kemampuan khusus yang dimiliki oleh anak didik.5

c. Teori Generalisasi

4 Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1998), hal. 110

(7)

Peletak pandangan ini adalah Charles Judd, ia beranggapan bahwa transfer bisa terjadi bila situasi baru dan situasi lama yang telah dipelajari mempunyai kesamaan prinsip, pola atau struktur, tidak kesamaan unsur-unsur. Kesamaan antara dua bidang studi tidak terdapat didalam unsur-unsur khusus, melainkan dalam pola, struktur dasar dan dalam prinsip. Jadi, teori generalisasi ini menekankan pada prinsip-prinsip umum yang menunjukkan pola kesamaan yang universal; merupakan ide umum yang terbentuk melalui proses mental.

Ketiga teori tersebut sampai sekarang masih menunjukkan kebenaran, kemampuan berpikir logis sistematis, ternyata cukup membantu di bidang-bidang lain (Ilmu Jiwa Daya). Unsur-unsur yang sama atau pola-pola yang mirip bila dipahami betul, orang pun tertolong dalam menghadapi situasi yang sama sekali pin baru (elemen identik dan generalisasi.6

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Transfer

a. Intelegensi

Individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu menganalisa dan melihat hubungan-hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, hingga sangat mudah terjadi transfer.

b. Sikap

Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian atau kecenderungannya menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan terjadi, demikian sebaliknya.

c. Materi Pelajaran

Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan misalnya matematika dengan statistik, Ilmu Jiwa Sosial dengan Sosiologi, lebih mudah terjadi transfer.

(8)

d. Sistem Penyampaian Guru

Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara pelajaran yang sedang dipelajari dengan mata pelajaran lain atau dengan menunjuk ke ekhidupan nyata yang dialami anak, biasanya lebih membantu terjadinya transfer.7

D. Ragam Transfer Belajar

Menurut Gagne seorang education psychologist (pakar psikologi pendidikan) yang masyur, transfer dalam belajar dapat digolongkan kedalam empat kategori :

a. Transfer Positif

Transfer positif yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow (1985) adalah learning in one situation helpful in other situation, yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.

b. Transfer Negatif

Transfer negatif yaitu transfer yang berakibat buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/ pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya. Jadi, transfer dikatakan negatif bila dalam penggunaan hasil belajar untuk menghadapi situasi baru mengalami hambatan, kesulitan, kerusakan, dan sebagainya.

c. Transfer Vertikal

Transfer vertikal adalah transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan belajar dalam mempelajari pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Transfer

(9)

vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.

d. Transfer Lateral

Transfer lateral yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.8

2. CARA-CARA BELAJAR YANG BAIK

A. Prinsip-prinsip Belajar

Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli bisa dirangkum prinsip-prinsip belajar antara lain sebagai berikut:

1. Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.

2. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan.

3. Belajar lebih berhasil jika member sukses yang menyenangkan.

4. Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.

5. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.

6. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.

(10)

7. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.

8. Ulangan dan latihan perlu, akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.9

B. Metode Dalam Belajar

Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode di dalam belajar, seperti berikut:

a. Metode keseluruhan kepada sebagian (whole to part method)

Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Misalnya kita akan mempelajari sebuah buku. Mula-mula kita perhatikan lebih dahulu isi buku tersebut, urutan bab-babnya dan subbab masing-masing. Dari gambaran keseluruhan isi buku tersebut barulah kita mengarah kepada bagian-bagian atau bab-bab tertentu yang kita anggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut. Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gestalt.

b. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method)

Untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya. Untuk bahan-bahan yang bersifat nonverbal, seperti keterampilan, mengetik, menulis, dsb. lebih tepat digunakan metode bagian.

c. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method)

Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas, atau yang sukar-sukar, seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umumnya.

d. Metode resitasi (recitation method)

(11)

Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali (sesuatu) yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun nonverbal. Di dalam mata kuliah Metodologi Pengajaran resitasi ini disebut “metode pemberian tugas”. Yang berarti bahwa pemberian tugas itu bermaksud agar siswa diharuskan mengulangi pelajaran yang telah dipelajari atau diajarkan.

e. Jangka waktu belajar (length of practice periods)

Dari hasil-hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan, dsb. adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif.

Jangka waktu tersebut di atas tidak berlaku bagi mata pelajaran yang memerlukan ‘pemanasan’ pada permulaan belajarnya seperti untuk belajar sejarah, geografi, ilmu filsafat, dsb. Di samping itu, kita harus ingat pula bahwa besarnya minat yang ada pada seseorang terhadap suatu pelajaran dapat memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga mungkin lebih dari 30 menit. Bahkan pada orang dewasa dapat lebih lama lagi.

f. Pembagian waktu belajar (distribution of practice periods)

Dari berbagai percobaan telah dapat dibuktikan, bahwa belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar. Dalam hal ini “hokum Jost” masih tetap diakui kebenarannya. Menurut hokum Jost tentang belajar, 30 menit 2 x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.

g. Membatasi kelupaan (counteract forgetting)

(12)

h. Menghafal (cramming)

Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relative singkat seperti misalnya belajar untuk menghadapi ujian-ujian semester atau ujian-ujian akhir. Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi segera setelah ujian selesai.

i. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan

Kita mengenal ungkapan quick learning means quick forgetting. Di dalamnya terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Hasil-hasil eksperimen yang pernah dilakukan tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak ataupun membenarkan generalisasi tersebut. Untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti, mungkin generalisasi itu tepat dan benar. Akan tetapi, untuk bahan-bahan pelajaran yang lain tidak dapat dipastikan kebenarannya.

j. Retroactive inhibition

Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki di dalam diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula yang satu mendesak atau menghambat yang lain. Proses seperti ini dalam psikologi disebut

retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi, pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita, atau dengan kata lain pada waktu terjadi proses berpikir, terjadi adanya penolakan atau penahanan dari suatu unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain sehingga terjadi kesalahan dalam berpikir.

Retroactive inhibition ini dapat terjadi baik pada pelajaran-pelajaran yang bersifat verbal seperti sejarah, bahasa, ilmu ekonomi, dan sebagainya, dan dapat pula terjadi dalam pelajaran-pelajaran yang nonverbal seperti mengetik, bermain piano, menjahit, bermain tenis, dan sebagainya.

Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition itu, disarankan agar dalam belajar jangan sampai mencampur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus. Untuk itu diperlukan adanya jadwal atau time schedule dalam belajar yang harus ditaati secara teratur.10

(13)

C. Saran-Saran Yang Diperlukan Untuk Persiapan Belajar

Crow and Crow secara lebih praktis mengemukakan saran-saran yang diperlukan untuk persiapan belajar yang baik seperti berikut:

a. Adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas

Siswa pada umumnya dapat mencapai sikap mental yang baik bagi belajar jika mereka mengerti apa tujuan mereka belajar dan bahan-bahan atau buku-buku sumber apa saja yang perlu dipelajari. Untuk itu diperlukan adanya tugas-tugas yang jelas dari guru. Dengantugas yang jelas perhatian siswa dapat diarahkan kepada hal-hal khusus mana saja yang perlu dipelajari dengan baik dan bagaimana cara mempelajarinya. Mungkin jelas tugas yang diberikan oleh guru, baik tujuan maupun batas-batasnya, makin besar pula perhatian dan kemauan siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya.

b. Belajarlah membaca dengan baik

Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dan mengerti benar-benar apa yang dibacanya. Bahan-bahan dalam buku bukan hanya untuk dimengerti kata demi kata atau kalimat demi kalimat, melainkan harus diusahakan untuk mengetahui apa isi buku tersebut.

Untuk dapat membaca cepat dan efektif diperlukan latihan yang terus-menerus. Apalagi untuk membaca buku-buku berbahasa asing.

c. Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian dimana diperlukan

Kedua cara itu, yaitu whole learning dan part learning, sama-sama diperlukan menurut tingkat keluasan dan kesulitan bahan yang dipelajari. Untuk mempelajari buku yang tebal misalnya, mungkin kurang sesuai jika digunakan metode keseluruhan. Akan tetapi, untuk mempelajari bab demi bab diperlukan metode bagian, karena pengertian yang kita peroleh menjadi terpecah-pecah, tidak merupakan suatu kebulatan. Baru setelah bab demi bab itu kita kuasai, kita gabungkan lagi menjadi keseluruhan isi buku tersebut.

d. Pelajari dan kuasailah bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari

Pelajari baik-baik pada bagian-bagian yang sukar itu untuk dapat menguasai keseluruhan pengetahuan dari bahan yang dipelajari. Untuk itu, pembuatan ringkasan (summary) dalam belajar sangat diperlukan. Dalam hal ini, guru perlu pula memberikan petunjuk atau pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian mana yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus di dalam belajar.

(14)

Outline dan catatan-catatan tentang materi bacaan atau pelajaran sangat membantu siswa itu sendiri.apalagi jika catatan-catatan itu kemudian disusun dalam bentuk outline yang dapat menggambarkan garis besar keseluruhan dari apa yang telah dipelajari. Mereka tidak perlu lagi membaca seluruh buku yang akan memakan waktu yang lebih lama.

f. Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan

Adalah suatu cara belajar yang baik pula jika sambil belajar siswa membuat pertanyaan-pertanyaan sendiri, dan kemudian menjawabnya berdasarkan apa yang dipelajarinya. Atau dengan menjawab pertanyaan dari buku. Banyak orang mengatakan bahwa pengetahuan yang diterima dengan jalan memformulasikan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan akan lebih dapat diingat lama atau lebih mendalam pengertiannya daripada pengetahuan yang hanya diperoleh melaui membaca atau menghafal.

g. Hubungkan bahan-bahan yang baru dengan bahan-bahan yang lama

Belajar merupakan suatu proses yang sinambung untuk membentuk konsep-konsep baru, ide-ide baru, atau pengetahuan baru berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum siswa mulai mempelajari tugas-tugas untuk hari-hari berikutnya, dia harus mengulangi kembali pelajaran-pelajaran yang lampau yang ada hubungannya dengan pelajaran yang akan dipelajarinya. Untuk menerima pelajaran yang baru diperlukan pengetahuan dari bahan-bahan yang lama yang telah dipelajari pada waktu yang lalu.

h. Gunakan bermacam-macam sumber dalam belajar

Tiap pengarang buku mempunyai pandangan dan cara yang berbeda-beda dalam mengemukakan tulisan atau karangannya. Demikian pula pengarang-pengarang buku pelajaran. Buku pelajaran yang berjudul sama belum tentu isinya sama. Di dalam belajar, siswa hendaknya dibiasakan untuk menjelajahi berbagai sumber atau buku untuk lebih memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka. Mereka akan terlatih untuk memilih dan menentukan sendiri mana yang menurut mereka lebih baik, lebih lengkap, atau lebih sesuai dengan kebutuhan.

i. Pelajari baik-baik table, peta, grafik, gambar, dsb.

Dengan mempelajari gambar, table, grafik, atau peta yang terdapat didalam buku, siswa dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas dan sering kali lebih luas daripada membaca uraian-uraian yang panjang lebar.

(15)

j. Buatlah rangkuman (summary)

Bagaimana cara menyusun atau membuat rangkuman yang baik dan jelas serta mudah dipahami sangat tergantung pada cara belajar siswa masing-masing. Di samping itu, cara guru mengajar pun menentukan pula cara murid belajar. Makin pandai siswa membuat rangkuman, makin mudah baginya untuk mengadakan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterimanya. Rangkuman dan review memberikan kesempatan kepadanya untuk merefleksikan, mengingat kembali, dan mengevaluasi isi pengetahuan yang telah dikuasainya.

D. Gaya Belajar Efektif

a. Bermain dengan Kata

Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita, membaca, serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainnya dengan cara mendengar kemudian menyebutkan.

b. Bermain dengan Pertanyaan

Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat apabila itu dilakukan dengan cara bermain dangan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keingintahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapat hasil yang paling akhir atau kesimpulan.

c. Bermain dengan Gambar

Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video, atau film. Orang yang memilikikegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu.

(16)

Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya, mendengarkan lagu jazz, lalu berpikir bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tetapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.

e. Bermain dengan Bergerak

Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan.

f. Bermain dengan Bersosialisasi

Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Biasanya informasi yang didapat dengan cara ini akan lebih lama terekam dalam ingatan.

g. Bermain dengan Kesendirian

Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya.11

(17)

BAB III

KESIMPULAN

1. Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua kata, yaitu transfer dan belajar. Transfer itu sendiri adalah kata pungut dari bahasa Inggris, yaitu “transfer” yang berarti pergantian, serah terima, atau pemindahan.

2. Teori-Teori Transfer Belajar

a. Teori Generalisasi

b. Teori Elemen Identik/Ilmu Jiwa Asosiasi

c. Teori Disiplin Formal/Ilmu Jiwa Daya

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Transfer

a. Intelegensi

b. Sikap

c. Materi Pelajaran

d. Sistem Penyampaian Guru

4. Ragam Transfer Belajar

a. Transfer Positif

b. Transfer Negatif

c. Transfer Vertikal

(18)

5. Cara-Cara Belajar Yang Baik

a. Prinsip-prinsip Belajar

b. Metode Dalam Belajar

c. Saran-Saran Yang Diperlukan Untuk Persiapan Belajar

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta

Mustaqim, 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Belajar

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi : suatu pendekatan baru. Bandung:Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan buku dimaksudkan mengingat bahwa tugas Kementrian Kesehatan dalam era desentralisasi ini cukup berat, utamanya dalam transfer anggaran Kementrian Kesehatan baik

Bertitik tolak dari modifikasi gambar yang dapat dipadukan dengan gambar yang lain maka bagaimana untuk membedakan bahwa suatu gambar tersebut telah terjadi kontaminasi melalui

Mengingat pentingnya pemanasan terhadap peningkatan performa pada aktivitas fisik submaksimal dan penyediaan metabolisme energi, sedang dipihak lain ada anggapan

Edward Thorndike berpendapat bahwa transfer belajar dari satu bidang ke bidang studi lain atau dari bidang studi ke kehidupan sehari hari, terjadi berdasarkan adanya unsur

Mustikasari, 2018) mengemukakan hasil bahwa perencanaan pajak memiliki keterkaitan terhadap transfer pricing, bahwa aktivitas transfer pricing akan melonjak bila sebuah

Bertitik tolak dari modifikasi gambar yang dapat dipadukan dengan gambar yang lain maka bagaimana untuk membedakan bahwa suatu gambar tersebut telah terjadi kontaminasi melalui

Penelitian ini mencoba menerapkan metode pembelajaran hanifida yang bertitik tolak dari brain based learning (pembelajaran berdasarkan keseimbangan otak). Alasan pemilihan

Faktor adanya anggapan belum menikah dari orang lain Faktor penyebab pasangan MS dan IS melakukan nikah baru dikarenakan adanya faktor hukum bahwa masyarakat setempat beranggapan