• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan dan Pengukuran Kinerja Analitik Spektrofotometer Sinar Tampak ‘KuantiVis’ Berbasis Detektor Charge-couple Device

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan dan Pengukuran Kinerja Analitik Spektrofotometer Sinar Tampak ‘KuantiVis’ Berbasis Detektor Charge-couple Device"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA ANALITIK

SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK

‘KUANTIVIS’

BERBASIS DETEKTOR

CHARGE-COUPLE DEVICE

MULYATI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan dan Pengukuran Kinerja Analitik Spektrofotometer Sinar Tampak ‘KuantiVis’ Berbasis Detektor Charge-Couple Device adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

MULYATI. Pengembangan dan Pengukuran Kinerja Analitik Spektrofotometer Sinar Tampak ‘KuantiVis’ Berbasis Detektor Charge-Couple Device. Dibimbing oleh RUDI HERYANTO dan WISNU ANANTA KUSUMA.

Kemajuan teknologi memungkinkan pengembangan spektrofotometer alternatif dari komponen sederhana seperti web camera dengan detektor charge-couple device. Penelitian ini bertujuan mengembangkan spektrofotometer sinar tampak

‘KuantiVis’ dengan komponen elektronik dan perangkat lunak berbasis web Spectral Workbench untuk sistem akuisisi data. Kinerja KuantiVis ditentukan dengan memvalidasi pengukuran standar merah metil dalam etanol dan kadar rhodamin B dalam sampel makanan (pacar cina). Keseluruhan hasil dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV. Pengukuran standar merah metil dalam etanol menunjukkan linearitas dengan R2 0.9629, limit deteksi 0.6953 ppm, limit kuantisasi 2.1070 ppm, perolehan kembali 110.00%, dan simpangan baku relatif 7.59%. Hasil validasi KuantiVis telah memenuhi kriteria standar Association of Analytical Communities tetapi belum menyamai kinerja dari Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV. KuantiVis menunjukkan kadar rhodamin B dalam pacar cina sebesar 0.0022 (%b/b). Evaluasi hasil menggunakan uji t dan uji F terhadap kadar rhodamin B KuantiVis dibanding hasil pengukuran dengan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV menunjukkan kadar yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%. Kata kunci: charge-couple device, merah metil, rhodamin B, spektrofotometer

sinar tampak

ABSTRACT

MULYATI. Development and Measurement of Analytical Performance of Visible

Spectrophotometer ‘KuantiVis’ Based on Charge-Couple Device Detector. Supervised by RUDI HERYANTO and WISNU ANANTA KUSUMA.

The advancement of technology provides alternative ways to develop spectrophotometer using simple components such as web camera with charge-couple device detector. The objective of the research is to develop visible

spectrophotometer ‘KuantiVis’ with simple electronic components and web-based software Spectral Workbench as data acquisition system. The performance of KuantiVis was determined by validation of methyl red analysis and rhodamine B measurement in food sample (pacar cina). The whole result was compared with analysis using Spectronic 20D+ and Genesys 10UV. The analytical performance of KuantiVis for methyl red showed linearity with R2 was 0.9629, limit of detection was 0.6953 ppm, limit of quantitation was 2.1070 ppm, recovery was 110.00%, and relative standard deviation was 7.59%. The overall results met the Association of Analytical Communities standard but have not equal to the performance of Spectronic 20D+ and Genesys 10UV. Rhodamine B in pacar cina was 0.0022 (%w/w) based on measurement using KuantiVis. This result was not significantly different at the confidence level 95% using t test and F test as compared to the result using Spectronic 20D+ and Genesys 10UV.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

PENGEMBANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA ANALITIK

SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK

‘KUANTIVIS’

BERBASIS DETEKTOR

CHARGE-COUPLE DEVICE

MULYATI

NAMA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengembangan dan Pengukuran Kinerja Analitik Spektrofotometer

Sinar Tampak ‘KuantiVis’ Berbasis Detektor Charge-couple Device

Nama : Mulyati NIM : G44100075

Disetujui oleh

Rudi Heryanto, MSi Pembimbing I

Dr Wisnu Ananta Kusuma, MT Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul Pengembangan dan Pengukuran Kinerja Analitik Spektrofotometer Sinar Tampak

‘KuantiVis’ Berbasis Detektor Charge-Couple Device sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rudi Heryanto, SSi, MSi dan Dr Wisnu Ananta Kusuma, ST, MT selaku pembimbing atas ilmu, arahan dan bimbingannya selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan DIKTI yang telah membiayai saya selama kuliah di IPB dan bantuan dana penelitian melalui program Bidikmisi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Jeffrey Warren selaku co-founder dari Public Laboratory atas bantuannya dalam pengolahan data serta kepada pihak-pihak Laboratorium Kimia Analitik, antara lain Pak Eman, Pak Dede, dan Bu Nunung serta Pak Caca atas bantuannya dalam teknis pelaksanaan penelitian. Terima kasih tidak lupa penulis haturkan kepada Ibu, Ayah, Adik, dan keluarga atas doa dan semangatnya, serta teman seperjuangan penelitian yang selalu menyemangati dan membantu di bidang teknis dan akademis, yaitu Wulan, Lita, dan Adani.

Semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Metode Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Spektrofotometer KuantiVis Berbasis Detektor Charge-Couple Device 5

Hasil Uji Kinerja Spektrofotometer Sinar Tampak ‘KuantiVis’ 8 Penentuan Kadar Rhodamin B dalam Sampel Pacar Cina 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(14)

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji linearitas 9

2 Limit deteksi dan limit kuantisasi 9

3 Penentuan kadar rhodamin B 11

4 Hasil uji t dan uji F pada SK 95% 12

DAFTAR GAMBAR

1 Skema spektrofotometer sinar tampak ‘KuantiVis’ 3 2 Contoh spektrum warna yang diubah menjadi spektrum hubungan

antara intensitas dan panjang gelombang 4

3 Skema spektrofotometer sinar tampak KuantiVis’ berbasis detektor

charge-couple device 6

4 Cara kerja charge couple device 7

5 Spektrum warna dan garis dengan jarak lampu-detektor (a) 15 cm, (b)

20 cm, (c) 25 cm, dan (d) 30 cm 7

6 Spektrum garis dengan jarak lampu-detektor 15 cm (putih), 20 cm

(merah), 25 cm (kuning), dan 30 cm (hijau) 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 15

2 Skema Spectronic 20D+ dan genesys 10UV 16

3 Spektrum pancaran radiasi lampu LED 16

4 Penentuan panjang gelombang maksimum merah metil Genesys 10UV 17

5 Pemilihan bagian DVD untuk dijadikan kisi 17

6 Spektrum warna dan garis lampu neon (CFL) 17

7 Linearitas standar merah metil Genesys 10UV (λ=495 nm) 18 8 Linearitas standar merah metil Spectronic 20D+(λ=495 nm) 19 9 Penentuan panjang gelombang maksimum merah metil KuantiVis 20 10 Linearitas standar merah metil KuantiVis (λ=495 nm) 22 11 Limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) 23

12 Kurva kalibrasi KuantiVis 24

13 Kurva kalibrasi Genesys 10UV 24

14 Kurva kalibrasi Spectronic 20D+ 24

15 Akurasi dan presisi KuantiVis 25

16 Akurasi dan presisi Spectronic 20D+ 25

17 Akurasi dan presisi Genesys 10UV 26

18 Gambar sampel pacar cina dan ekstrak rhodamin B dalam HCl 26 19 Hasil uji kualitatif rhodamin B secara kromatografi lapis tipis 27 20 Panjang gelombang maksimum rhodamin B Genesys 10UV 28 21 Penentuan panjang gelombang maksimum rhodamin B KuantiVis 29

22 Kurva kalibrasi larutan standar rhodamin B 31

(15)

PENDAHULUAN

Spektrofotometer merupakan instrumen yang penggunannya paling luas dan dapat digunakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, spektrofotometer telah digunakan untuk identifikasi flavonoid (Sukadana 2009) dan asam benzoat (Kaunang et al. 2012). Sementara secara kuantitatif, spektrofotometer antara lain telah digunakan untuk penentuan kadar boraks dengan pereaksi kurkumin (Rusli 2012) dan analisis kadar fenol dalam sampel air (Fatimah 2003). Selain penggunaan secara kualitatif dan kuantitatif, spektrofotometer juga dapat dikombinasikan penggunaannya dengan kemometrik. Penggabungan teknik kemometrik telah banyak dilakukan pada metode spektrofotometri derivatif. Salah satunya, yaitu Yanti (2006) telah melakukan kuantifikasi terfenadin dalam sediaan farmasi secara spektrofotometri derivatif ultraviolet dan Fatmawati (2008) telah melakukan penentuan simultan kafein, vitamin B1, B2, dan B6 dengan kombinasi spektrum ultraviolet dan model kalibrasi multivariat.

Fungsi spektrofotometer yang luas ini didasari pada prinsip pengukuran sinyal yang dihasilkan dari interaksi antara radiasi dan materi (Harvey 2000). Sinyal-sinyal ini dihasilkan oleh 5 komponen instrumen, yaitu sumber sinar, pengolah sinyal, kompartemen sampel, detektor, dan pemroses data. Perkembangan teknologi elektronik yang terjadi saat ini membuat komponen-komponen tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan cukup murah. Hal tersebut memungkinkan untuk mengembangkan spektrofotometer alternatif dari spektrofotometer yang sudah tersedia secara komersial. Beberapa penelitian telah mencoba mengembangkan spektrofotometer menggunakan komponen yang sederhana, murah, dan mudah didapat. Penelitian sejauh ini telah mengembangkan spektrofotometer menggunakan lampu light emitting diode (LED) merah dan hijau (Thal & Samide 2001) dan lampu LED putih (Albert et al. 2012) sebagai sumber sinar. Selain itu, Seney et al. (2005) telah menggunakan detektor charge-couple device (CCD) untuk menentukan beberapa unsur dengan spektrometer emisi nyala. Detektor CCD berupa web camera (Niece & Lourigan 2006) dan kamera digital (Quagliano & Marks 2013) digunakan untuk menangkap spektrum warna menggunakan spektrofotometer sinar tampak.

(16)

yang sama dengan merah metil. Rhodamin B merupakan pewarna tekstil yang berbahaya bila terakumulasi dalam tubuh (Cahyadi 2008). Rhodamin B masih banyak digunakan sebagai pewarna makanan dikarenakan harganya yang lebih murah dibandingkan pewarna makanan khusus pangan. Sampel makanan yang digunakan adalah pacar cina berwarna merah muda.

Penelitian ini bertujuan mengembangkan dan mengukur kinerja analitik spektrofotometer sinar tampak ‘KuantiVis’ berbasis detektor charge-couple device dengan membandingkannya pada instrumen Spectronic 20D+, dan Genesys 10UV serta aplikasinya dalam menentukan kadar rhodamin B dalam sampel makanan, yaitu pacar cina.

METODE

Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan meliputi komputer, akrilik, karton hitam, gunting, pisau, web camera Logitech HD C270, perangkat lunak berbasis web Spectral Workbench, lakban hitam, kepingan DVD-R, seperangkat alat gelas, lempeng hangat, corong pisah, Genesys 10UV, dan Spectronic 20D+. Bahan yang digunakan adalah standar merah metil, etanol 96%, pacar cina, standar rhodamin B, amonia 2% dalam etanol 70%, NaOH 10%, NaOH 0.5%, HCl 0.1 N, dietil eter, n-butanol, asam asetat glasial, dan akuades.

Metode Penelitian

Pengembangan spektrofotometer KuantiVis diawali dengan perancangan tata letak setiap komponen menurut PublicLaboratory (2013). Komponen spektrofotometer diletakkan pada wadah berwarna hitam yang terbuat dari bahan akrilik. Sumber sinar menggunakan lampu LED putih, kisi difraksi menggunakan kepingan DVD-R, detektor menggunakan CCD berupa web camera HD, komputer digunakan sebagai pemroses sinyal. Pengukuran kinerja analitik dilakukan dengan membuat kurva standar dari larutan standar merah metil pada spektrofotometer KuantiVis, Genesys 10UV, dan Spectronic 20D+. Hasil data dari ketiga alat tersebut kemudian dibandingkan dengan melihat nilai linearitas, limit deteksi, limit kuantisasi, presisi, dan akurasi. Spektrofotometer KuantiVis dapat diaplikasikan dalam menentukan kandungan rhodamin B dalam sampel makanan. Pada penelitian ini, sampel makanan yang digunakan adalah pacar cina yang berwarna merah muda. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Pembuatan Spektrofotometer Sinar Tampak Berbasis Detektor CCD

(17)

sehinggga dapat ditangkap oleh detektor dengan baik. Jarak sumber sinar dengan detektor diatur sedemikian rupa agar spektrum warna yang dihasilkan jelas, tajam, dan intensitas yang maksimum. Jarak dan posisi celah dengan kisi difraksi juga diatur agar sinar yang masuk ke celah dapat didifraksikan dengan baik.

Kalibrasi Spektrofotometer Sinar Tampak Berbasis Detektor CCD

Spektrofotometer KuantiVis kemudian dikalibrasi dengan menggunakan lampu neon atau compact fluorescent lamp (CFL) sebagai sumber sinar. Lampu neon akan diukur serapannya oleh spektrofotometer KuantiVis dengan cara dihubungkan ke perangkat lunak berbasis web Spectral Workbench sehingga diperoleh spektrum warna dan spektrum garis. Spectral Workbench dapat diakses melalui internet di spectralworkbench.org. Pada situs tersebut dipilih capture spectra sehingga Spectral Workbench dapat terhubung dengan spektrofotometer KuantiVis melalui kabel USB dari web camera. Setelah web camera pada spektrofotometer KuantiVis sudah terhubung maka dapat dipilih menu begin capturing sehingga Spectral Workbench mulai merekam spektrum warna yang muncul dan dapat mengubahnya menjadi spektrum garis. Spektrum yang dihasilkan oleh lampu neon kemudian digunakan sebagai pengalibrasi panjang gelombang dari spektrum yang diperoleh spektrofotometer dengan lampu LED sebagai sumber sinar. Kalibrasi panjang gelombang dilakukan dengan memilih puncak serapan spektrum garis lampu neon pada warna indigo dan hijau atau pada panjang gelombang 436 dan 546 nm.

Cara Pengukuran Serapan dan Perolehan Data Absorbans

Larutan dimasukkan ke dalam kuvet kemudian diletakkan pada alat spektrofotometer yang telah terhubung dengan perangkat lunak berbasis web Spectral Workbench. Larutan diukur serapannya hingga terbentuk spektrum warna dan spektrum garis yang dapat dilihat pada Gambar 3. Spektrum garis menunjukkan hubungan antara intensitas dengan panjang gelombang. Spektrum garis tersebut dapat diekspor ke dalam format xls sehingga dapat diperoleh data berupa panjang gelombang dan intensitas. Nilai intensitas tersebut dapat diubah ke dalam bentuk absorbans menggunakan persamaan berikut ini:

A= logPo P Keterangan:

A = Absorbans

Po= intensitas awal (blangko)

(18)

P = intensitas yang diteruskan

Panjang gelombang maksimum dipilih dengan dua tahap, pertama menentukan rentang panjang gelombang warna komplementer larutan standar. Kedua memilih panjang gelombang yang menunjukkan hubungan linier antara intensitas dan konsentrasi larutan standar.

Uji Linearitas

Uji ini dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi dari 5 larutan standar merah metil. Larutan baku merah metil ditimbang 10 mg dan dilarutkan dalam 100 mL etanol sehingga didapatkan larutan baku 100 ppm. Selanjutnya, larutan baku merah metil 100 ppm diencerkan menjadi 25 ppm. Larutan merah metil 25 ppm dibuat variasi konsentrasi sebesar 3, 5, 7, 9, dan 10 ppm dalam labu takar 25 mL. Masing-masing larutan standar diukur serapannya menggunakan spektrofotometer KuantiVis, Genesys 10UV, dan Spectronic 20D+ pada panjang gelombang maksimum. Pengukuran serapan dilakukan sebanyak 6 kali ulangan. Kurva kalibrasi dibuat dengan menghubungkan antara konsentrasi (sumbu x) dan absorbans (sumbu y). Linearitas dapat dilihat dari nilai regresinya (R2).

Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi

Limit deteksi ditentukan dengan mengukur serapan blangko sebanyak 10 ulangan pada masing-masing alat. Limit deteksi diperoleh dari nilai standar deviasi blangko dan kemiringan dari kurva kalibrasi.

LOD=3.3×SD

S LOQ=

10 × SD S Keterangan:

LOD = limit deteksi LOQ = limit kuantisasi SD = standar deviasi

S = kemiringan kurva kalibrasi Akurasi dan Presisi

(19)

Akurasi dinyatakan dengan persen perolehan kembali. Perolehan kembali ditentukan dengan mengukur konsentrasi larutan standar yang sudah ditentukan sebanyak 10 kali ulangan. Sementara itu, presisi dinyatakan dengan simpangan baku relatif (SBR). Perolehan kembali dan SBR diperoleh dengan rumus berikut:

Perolehan kembali (%)= Konsentrasi terukur

Konsentrasi awal ×100% SBR (%) = Standar deviasi

konsentrasi terukur×100% Uji Rhodamin B dalam Sampel Makanan (Yamlean 2011)

Rhodamin B yang diduga berada dalam paca cina dipisahkan dengan ekstraksi pelarut. Selanjutnya keberadaan rhodamin B ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Ekstraksi rhodamin B. Sebanyak 5 gram pacar cina direndam dalam 100mL amonia 2% dalam etanol 70% selama 24 jam sampai semua pewarna larut. Larutan berwarna disaring dan diuapkan diatas lempeng hangat pada suhu 65 °C selama 4 jam hingga pekat. Hasil penguapan ditambahkan 30 mL akuades kemudian diaduk sampai homogen. Larutan dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 6 mL NaOH 10% lalu dikocok. Sebanyak 30 mL dietil eter ditambahkan ke dalam corong pisah dan dikocok hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan air (berwarna merah muda) dibuang sementara lapisan eter dicuci dengan 5 mL NaOH 0.5% dan kemudian dikocok kembali. Lapisan eter yang terbentuk diekstraksi dengan 10 mL HCl 0.1 N sebanyak 3 kali. Ekstrak HCl ditampung dalam labu takar 50 mL dan diencerkan sampai tanda tera dengan HCl 0.1 N.

Uji kualitatif. Ekstrak HCl diidentifikasi kandungan Rhodamin B dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Eluen yang digunakan adalah n-butanol, asam asetat glasial, dan akuades dengan perbandingan 40:10:24 (Silalahi & Rahman 2011). Pelat KLT dipanaskan dalam oven terlebih dahulu pada suhu 100 °C selama 15 menit. Ekstrak rhodamin B sampel dan standar ditotolkan pada pelat KLT dan kemudian dielusi dengan eluen yang telah disiapkan. Pelat KLT dikeringkan dan kemudian disinari di bawah lampu UV 254 dan 366 nm.

Uji kuantitatif. Kadar Rhodamin B ditentukan dengan mengukur absorbans sampel dan larutan standar Rhodamin B menggunakan spektrofotometer KuantiVis, Spectronic 20 D+, dan Genesys 10UV. Hasil yang diperoleh dari ketiga alat tersebut kemudian dilakukan uji t dan F.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektrofotometer KuantiVis Berbasis Detektor Charge-Couple Device

(20)

Workbench. Lampu LED putih digunakan karena dapat memancarkan radiasi pada panjang gelombang sinar tampak. Pancaran radiasi lampu LED memiliki rentang panjang gelombang 400-700 nm yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Kisi yang berupa DVD memiliki 1350 garis/mm (Wakabayashi 2006). Hal tersebut membuat DVD berpotensi sebagai monokromator dengan resolusi yang tinggi dan beberapa sudah menyatakan DVD dapat digunakan sebagai kisi difraksi (Wakabayashi 2006). Namun, kepingan DVD yang berbentuk lingkaran membuat potongan dari kepingan DVD tidak seluruhnya memiliki garis tegak lurus sehingga ketika cahaya didifraksikan kurang sempurna. Oleh sebab itu, pemotongan kepingan DVD perlu memilih bagian yang paling tegak lurus. Bagian DVD yang digunakan sebagai kisi dapat dilihat pada Lampiran 4. Kestabilan sumber daya, yaitu baterai sangat memengaruhi spektrum yang dihasilkan. Daya baterai rendah akan menghasilkan spektrum yang lebih rendah pula, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, lama pemakaian baterai perlu diatur agar daya baterai tetap stabil selama proses pengukuran.

Detektor CCD merupakan teknologi yang biasa digunakan untuk menangkap gambar. CCD berupa chip silikon yang terbentuk dari jutaan fotodioda sensitif yang disebut juga piksel. Piksel ini akan menghasilkan muatan bila cahaya mengenainya (Magnan 2003). Besarnya muatan yang dihasilkan sesuai dengan cahaya yang diterima piksel. Muatan listrik ini akan dikonversi oleh amplifier menjadi voltase dan nantinya akan diubah menjadi sinyal analog. Sinyal analog ini berupa gambar yang dapat dikonversi menjadi nilai RGB. RGB inilah yang menjadi intensitas dari sinyal spektrofotometer yang dibuat sehingga nantinya dapat dikonversi menjadi nilai absorbans (Warren J 16 April 2014, komunikasi pribadi).

(21)

Pembuatan spektrofotometer KuantiVis diawali dengan mencari jarak optimum dari masing-masing komponen. Optimasi dilakukan agar spektrum warna dan garis yang dihasilkan jelas, tajam, memiliki intensitas yang maksimum, dan dapat ditangkap oleh detektor dengan baik. Jarak lampu-detektor perlu diatur karena jarak yang tidak tepat membuat spektrum warna menjadi tidak terdeteksi, hanya berupa warna putih seperti pada Gambar 5a dan Gambar 5b. Sebaliknya, jarak lampu-detektor yang sesuai dapat menghasilkan spektrum warna yang jelas seperti terlihat pada Gambar 5c dan 5d. Oleh sebab itu, jarak 25 cm dan jarak 30 cm berpotensi untuk digunakan pada KuantiVis sebagai jarak lampu-detektor.

Gambar 5 Spektrum warna dan garis dengan jarak lampu-detektor (a) 15 cm, (b) 20 cm, (c) 25 cm, dan (d) 30 cm

(Magnan 2003) Gambar 4 Cara kerja charge couple device

(22)

Akan tetapi, intensitas yang dihasilkan pada jarak 30 cm masih lebih rendah dibanding jarak 25 cm seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Berdasarkan intensitas spektrum yang diperoleh tersebut maka jarak antara detektor dan lampu yang digunakan adalah 25 cm. Jarak 25 cm ini menunjukkan lensa kamera dapat menangkap spektrum warna dengan resolusi yang baik.

Kalibrasi spektrofotometer KuantiVis dilakukan menggunakan lampu neon atau compact fluorescent lamp (CFL). Lampu neon dipilih karena memiliki spektrum warna yang khas. Spektrum serapan lampu neon dapat dilihat pada Lampiran 5. Spektrum lampu neon dicirikan dengan puncak serapan pada panjang gelombang 436 dan 546 nm. Puncak serapan inilah yang dijadikan acuan sebagai koreksi panjang gelombang yang diperoleh dari lampu LED spektrofotometer KuantiVis. Spectral Workbench akan mengoreksi panjang gelombang yang diperoleh dari spektrofotometer KuantiVis berdasarkan puncak serapan yang diperoleh dari lampu neon. Sistem ini berjalan sebagaimana proses alignment dalam kromatografi.

Hasil Uji Kinerja Spektrofotometer Sinar Tampak ‘KuantiVis’

Linearitas

Uji linearitas diperlukan pada sistem spektrofotometer KuantiVis untuk mengetahui adanya respons yang linear antara sinyal instrumen dan konsentrasi. Pengujian dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi dari beberapa konsentrasi larutan standar merah metil. Spektrofotometer KuantiVis menghasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0.9629. Hasil tersebut masih belum baik bila dibandingkan dengan hasil dari Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV (Tabel 1). Namun, nilai koefisien determinasi yang sudah mendekati satu menunjukkan hubungan yang cukup proporsional antara sinyal instrumen dan konsentrasi. Nilai intersep pada spektrofotometer KuantiVis lebih besar dibandingkan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV. Nilai intersep yang lebih besar ini menunjukkan pengaruh matriks yang besar terhadap pengukuran (Chan et al. 2004). Sementara itu, nilai kemiringan yang lebih kecil dibandingkan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV menunjukkan sensitivitas perubahan konsentrasi terhadap sinyal instrumen masih rendah (Chan et al. 2004).

(23)

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, jumlah radiasi yang diserap atau diteruskan akan sebanding dengan konsentrasi suatu bahan, sama halnya dengan KuantiVis, konsentrasi akan berbanding terbalik dengan nilai RGB yang diperoleh. Apabila konsentrasi merah metil semakin tinggi maka warna komplementer yang dihasilkan akan memiliki nilai RGB yang semakin kecil. Sebaliknya, konsentrasi merah metil yang semakin rendah akan menghasilkan warna komplementer dengan nilai RGB yang semakin besar. Oleh sebab itu, deret konsentrasi dapat memengaruhi linearitas dari KuantiVis karena semakin lebar kisaran konsentrasi yang dibuat maka warna komplementer yang dihasilkan akan memiliki nilai RGB yang kurang linear antarkonsentrasi. Kisaran konsentrasi yang digunakan pada deret konsentrasi adalah 2 ppm, hal ini diduga sebagai penyebab dari linearitas yang kurang baik. Linearitas yang baik seharusnya dapat diperoleh apabila kisaran konsentrasi yang digunakan tidak terlalu besar, yaitu sekitar 1 ppm.

Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi

Limit deteksi instrumen ditentukan dengan mengukur blangko, yaitu etanol sebanyak 10 kali ulangan. Limit deteksi digunakan untuk mengetahui konsentrasi terendah analit yang masih dapat dideteksi dibandingkan blangko. Berdasarkan data pada Tabel 2, KuantiVis memiliki limit deteksi yang lebih besar dibandingkan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV. Limit deteksi tersebut menunjukkan bahwa di bawah konsentrasi 0.6953 ppm KuantiVis tidak dapat membedakan secara nyata sinyal blangko dan analit. Sementara itu, pada konsentrasi yang sama, Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV masih dapat membedakan secara nyata antara sinyal blangko dan analit.

Limit kuantisasi merupakan konsentrasi terendah analit yang dapat dikuantisasi secara tepat dan teliti (AOAC 1998). KuantiVis memiliki limit kuantisasi sebesar 2.1070 ppm yang menandakan di bawah konsentrasi ini KuantiVis memberikan ketepatan dan ketelitian kurang baik. KuantiVis juga

Tabel 2 Limit deteksi dan limit kuantisasi Instrumen LOD (ppm) LOQ (ppm)

KuantiVis 0.6953 2.1070

Spectronic 20D+ 0.1086 0.3291 Genesys 10UV 0.0584 0.1771

Tabel 1 Hasil uji linearitas

(24)

memiliki limit kuantisasi jauh lebih besar dibandingkan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV yang ditunjukkan pada Tabel 2. Limit kuantisasi yang besar berarti memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV untuk mengkuantisasi analit secara tepat dan teliti. Berbeda halnya bila menggunakan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV, kedua instrumen tersebut apabila menggunakan konsentrasi pada kisaran 0.6953-2.1070 ppm mampu mengkuantisasi analit secara tepat dan teliti.

Limit deteksi dan kuantisasi yang masih besar menunjukkan bahwa perbandingan antara sinyal dengan derau masih kecil. Salah satu yang memengaruhi adalah tingginya tingkat derau. Derau yang tinggi dapat disebabkan beberapa hal diantaranya, yaitu detektor, sumber sinar, dan faktor lingkungan. Sumber sinar dan detektor yang dapat memancarkan dan menangkap radiasi sinar tampak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat derau. Faktor lingkungan seperti kemungkinan masuknya sinar dari luar juga dapat memengaruhi hal tersebut.

Akurasi dan Presisi

Akurasi KuantiVis dinyatakan melalui persen perolehan kembali. Perolehan kembali dilakukan dengan mengukur konsentrasi standar merah metil. Rerata nilai perolehan kembali yang didapat sebesar 110.00%. Nilai perolehan kembali tersebut masih belum mendekati nilai sebenarnya dibandingkan dengan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV. Kedua instrumen tersebut masing-masing memiliki perolehan kembali sebesar 103.74% dan 104.66%. Perolehan kembali yang belum mendekati nilai sebenarnya dapat diterima karena masih masuk dalam rentang yang disyaratkan oleh AOAC (1998), yaitu pada rentang 80-110%. Perolehan kembali yang masih masuk dalam rentang 80-110% menunjukkan bahwa KuantiVis memiliki keakuratan yang cukup baik walaupun belum lebih baik dibandingkan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV.

Presisi instrumen diperoleh dengan menentukan kedapatulangan, yaitu mengukur sebanyak sepuluh kali ulangan larutan standar merah metil. Presisi menggambarkan kedekatan nilai dari sederet pengukuran atau ukuran sebaran data di sekitar nilai tengahnya. Presisi lazim dituliskan sebagai simpangan baku relatif (SBR). KuantiVis memiliki nilai SBR sebesar 7.59% sementara Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV memiliki nilai SBR berturut-turut 6.38% dan 7.17%. Hasil tersebut menandakan KuantiVis belum mampu menyamai presisi dari Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV. Namun, KuantiVis masih memperlihatkan presisi yang baik karena masih masuk dalam kisaran yang disarankan AOAC (1998), yaitu di bawah 11%.

Penentuan Kadar Rhodamin B dalam Sampel Pacar Cina

(25)

metodenya mudah dan cepat. Sampel dan standar dapat langsung dielusi sekaligus serta secara visual dapat dengan mudah dibandingkan antara sampel dan standar.

Hasil identifikasi pewarna rhodamin B melalui KLT menghasilkan warna secara visual berwarna merah muda baik pada larutan baku rhodamin B maupun sampel pacar cina. Selain itu, pada standar maupun sampel memiliki bercak

dikatakan bahwa sampel pacar cina positif mengandung rhodamin B.

Kadar rhodamin B diperoleh dari kurva kalibrasi larutan standar rhodamin B yang sebelumnya telah ditentukan menggunakan KuantiVis. Penentuan panjang gelombang maksimum ditentukan dengan melihat spektrum warna. Kadar rhodamin B yang diperoleh menggunakan KuantiVis, Spectronic 20D+, dan Genesys 10UV dapat dilihat pada Tabel 3. Kadar rhodamin B yang diperoleh pada sampel pacar cina menunjukkan bahwa pewarna tekstil digunakan sebagai pewarna makanan. Kadar yang diperoleh memang tidak terlalu besar, akan tetapi bila terakumulasi dalam tubuh maka dapat membahayakan bagi tubuh. Menurut Cahyadi (2008), penggunaan rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama (kronis) dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan juga dapat menimbulkan kanker. Pengujian statistik juga dilakukan untuk mengetahui perbandingan perolehan kadar rhodamin B pada masing-masing instrumen.

Pengujian statistik dilakukan dengan uji beda nyata menggunakan varians dan rerata sampel dari KuantiVis, Spectronic 20D+, dan Genesys 10UV pada taraf kepercayaan 95% yang dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil uji F antara spektrofotometer dan Spectronic 20D+ menunjukkan Fhitung lebih kecil

dibandingkan Ftabel. Hal ini menandakan bahwa varians hasil dari kedua alat tidak

berbeda nyata. Sementara hasil uji F antara KuantiVis dan Genesys 10UV memperlihatkan Fhitung juga lebih kecil dibandingkan Ftabel. Hal ini juga menunjukkan bahwa varians hasil dari KuantiVis dan Genesys 10UV tidak berbeda nyata. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa KuantiVis memiliki ketelitian yang tidak berbeda nyata dengan kedua instrumen lainnya. Uji t antara KuantiVis dan Spectronic 20D+ maupun Genesys menunjukkan thitung

Tabel 3 Penentuan kadar rhodamin B Parameter KuantiVisa Spectronic

20D+b

Batas galat 8.75E-05 4.66E-05 1.84E-05

a

Rhodamin B diukur pada panjang gelombang 563 nm

b

(26)

lebih kecil dari ttabel. Hasil ini menunjukkan rerata dari KuantiVis dengan Spectronic 20D+ maupun Genesys 10UV tidak berbeda nyata sehingga dapat dikatakan KuantiVis memiliki akurasi yang masih dapat diterima dengan baik. Secara keseluruhan dapat dikatakan penentuan kadar rhodamin B menggunakan spektrofotometer KuantiVis menunjukkan kinerja yang baik karena pada taraf kepercayaan 95% baik uji t maupun uji F diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengembangan spektrofotometer KuantiVis menggunakan komponen yang sederhana dengan pengolah data berbasis web Spectral Workbench telah dilakukan. Pengukuran kinerja analitik menggunakan standar merah metil dalam etanol menunjukkan linearitas dengan koefisien determinasi (R2) 0.9629, limit deteksi 0.6953 ppm, limit kuantisasi 2.1070 ppm, akurasi dengan perolehan kembali 110.00%, dan presisi dengan SBR 7.59%. Nilai tersebut menunjukkan hasil yang cukup baik karena telah memenuhi kriteria dari lembaga terkait walaupun belum menyamai hasil dari Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV. Aplikasi spektrofotometer sinar tampak dengan mengidentifikasi rhodamin B dalam pacar cina menunjukkan kadar rhodamin B sebesar 0.0022 (%b/b). Evaluasi hasil menggunakan uji t dan uji F terhadap kadar rhodamin B KuantiVis dibanding hasil pengukuran dengan Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV menunjukkan kadar yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan spektrofotometer sinar tampak berbasis detektor CCD diantaranya, yaitu kualitas dari detektor CCD dan kisi yang digunakan perlu ditingkatkan lagi agar memperoleh spektrum dengan resolusi yang baik, stabilitas dari baterai yang digunakan juga perlu diperhatikan, serta perlu diukur perbandingan antara sinyal dan derau.

Tabel 4 Hasil uji t dan uji F pada SK 95%

Instrumen

Uji t Uji F

thitung ttabel Fhitung Ftabel

KuantiVis dengan

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Albert DR, Todt MA, Davis HF. 2012. A low-cost quantitative absorption spectrophotometer. J Chem Educ. 89:1432-1435. doi: 10.1021/ed200829d. [AOAC] Association of Analytical Communities. 1998. AOAC Perr-Verified

Methods Program. Arlington (US): AOAC International.

Cahyadi W. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Chan CC, Lam H, Lee YC, Zhang X. 2004. Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification. New Jersey (US): J wiley.

Fatimah I. 2003. Analisis fenol dalam sampel air menggunakan spektrofotometri derivatif. Logika. 9(10):21-29.

Fatmawati Y. 2008. Kombinasi spectrum ultraviolet dan model kalibrasi multivariat untuk penentuan simultan kafein, vitamin B1, B2, dan B6 [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Amerika Serikat (US): Mc-Graw-Hill.

Kaunang J, Fatimawali, Fatimah F. 2012. Identifikasi dan penetapan kadar pengawet benzoat pada saus tomat produksi lokal yang beredar di pasaran kota Manado. Pharmacon. 25-31.

Magnan P. 2003. Detection of visible photons in CCD and CMOS: a comparative view. Nuclear Instrument and Methods in Physics Research A. 504: 199-212. Niece BK, Lourigan GA. 2006. Simultaneous display of spectral images and

graphs using a web camera and fiber-optic spectrophotometer. J Chem Educ. 83(5):761-764.

Publiclab. 2013. Desktop Spectrometry Kit [internet]. [diakses 2014 Januari 10]. Tersedia dari: http://www.publiclab.org/wiki/dsk.

Quagliano JM, Marks CA. 2013. Demystifying spectroscopy with secondary students: designing and using a custom-built spectrometer. J Chem Educ. 90(10):1409-1410. doi: 10.1021/ed3007499.

Rusli R. 2012. Penetapan kadar boraks pada mie basah yang beredar di pasar Ciputat dengan metode spektrofotometri UV-Vis menggunakan pereaksi kurkumin [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Seney CS, Sinclair KV, Bright RM, Momoh PO, Bozeman AD. 2005. Development of a multiple-element flame emission spectrometer using CCD detection. J Chem Educ. 82(12):1826-1829.

Silalahi J, Rahman F. 2011. Analisis rhodamin B pada jajanan anak sekolah dasar di Kabupaten Labuan Batu Selatan Sumatera Utara. J Indon Med Assoc. 61(7):293-298.

Sukadana IM. Senyawa antibakteri golongan flavonoid dari buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn. L). J Kimia. 3(2):109-116.

Thal MA, Samide MJ. 2001. Applied electronics: construction of a simple spectrophotometer. J Chem Educ. 78(11):1510-1512.

(28)

Widiatmoko E, Widayani, Budiman M, Abdullah M, Khairurrijal. 2011. A simple spectrophotometer using common materials and a digital camera. Physics Educ. 46(3):332-339. doi: 10.1088/0031-9120/46/3/014.

Yamlean PVY. 2011. Identifikasi dan penetapan kadar rhodamin B pada jajanan kue berwarna merah muda yang beredar di kota Manado. J Ilmiah Sains. 11(2):289-295.

(29)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Tahap 1 Pembuatan dan uji kinerja analitik spektrofotometer ‘KuantiVis’

Analisis dengan spektrofotometer sinar tampak, Spectronic 20D+, dan Genesys 10UV

Ekstraksi cair-cair dengan HCl Ekstraksi cair-cair dengan NaOH 0.5%

Ekstraksi cair-cair dengan dietil eter diuapkan T= 65 °C

maserasi Spektrofotometer sinar

tampak

Uji kinerja analitik

Batas deteksi Batas kuantisasi Linearitas Presisi Akurasi

Pacar cina

Ekstrak rhodamin B

Ekstrak pekat rhodamin B

Ekstrak eter

Ekstrak eter

Ekstrak HCl

Uji T dan Uji F Analisis dengan KLT

Spectronic 20D+ dan Genesys 10UV

(30)

Lampiran 2 Skema Spectronic 20D+ dan genesys 10UV Skema Spectronic 20D+

Skema Genesys 10UV

(31)

(Widiatmoko et al. 2011)

Lampiran 6 Penentuan panjang gelombang maksimum merah metil Genesys 10UV

Panjang gelombang maksimum = 494+496

2 =495 nm

(32)

Lampiran 7 Linearitas standar merah metil Genesys 10UV (λ=495 nm)

Konsentrasi MM (ppm)

Absorbans

Rerata

1 2 3 4 5 6

3 PPM 0.3220 0.2970 0.2910 0.2900 0.3280 0.3360 0.3107 5 PPM 0.6020 0.6250 0.5870 0.6160 0.6090 0.6230 0.6103 7 PPM 0.8780 0.8650 0.8670 0.8670 0.9220 0.9040 0.8838 9 PPM 1.1620 1.1860 1.1720 1.1720 1.2220 1.2120 1.1877 10 PPM 1.3250 1.3280 1.3290 1.3320 1.3690 1.3660 1.3415 Kemiringan 0.1422 0.1457 0.1476 0.1464 0.1497 0.1470 0.1464 Intersep -0.1093 -0.1304 -0.1547 -0.1404 -0.1281 -0.1111 -0.1290

(33)
(34)

Lanjutan Lampiran 8 Contoh perhitungan: A = -log %T

100 =

-log 34.00

100 =0.4685

Aterkoreksi = Astandar – Ablangko = 0.4685 – 0.1046 = 0.3639

Lampiran 9 Penentuan panjang gelombang maksimum merah metil KuantiVis Spektrum warna berbagai konsentrasi larutan standar MM

Panjang gelombang

(nm)

Intensitas

Blangko 3 ppm 5 ppm 7 ppm 9 ppm 10 ppm

(35)

Lanjutan lampiran 9

Kemiringan Intersep R2 3 ppm 5 ppm 7 ppm 9 ppm 10 ppm

(36)
(37)

Lanjutan lampiran 10

Lampiran 11 Limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ)

Ulangan Spektrofotometer sinar tampak Spectronic 20D

+ Genesys

Kemiringan 0.1222 0.1396 0.1464

(38)

Lampiran 12 Kurva kalibrasi KuantiVis

Lampiran 13 Kurva kalibrasi Genesys 10UV

Konsentrasi

Lampiran 14 Kurva kalibrasi Spectronic 20D+

(39)

Lampiran 15 Akurasi dan presisi KuantiVis

Perolehan kembali = konsentrasi terukur

konsentrasi awal ×100%= 5.3439

5.0000×100%=106.88%

Lampiran 16 Akurasi dan presisi Spectronic 20D+

Ulangan %T A Konsentrasi

Konsentrasi terukur = A-intersep

kemiringan=

0.5200-(-0.0736)

0.1217 =4.8784 ppm

Perolehan kembali = konsentrasi terukur

konsentrasi awal ×100%= 4.8784

(40)

Lampiran 17 Akurasi dan presisi Genesys 10UV

Ulangan A Konsentrasi terukur (ppm)

Perolehan kembali

(%) 1 0.4690 4.8681 97.36 2 0.4950 5.0851 101.70 3 0.4880 5.0267 100.53 4 0.5010 5.1352 102.70 5 0.6300 6.2120 124.24 6 0.5160 5.2604 105.21 7 0.5360 5.4274 108.55 8 0.4960 5.0935 101.87 9 0.4880 5.0267 100.53 10 0.5080 5.1937 103.87

Rerata 104.66

SD 7.51

SBR 7.17

Contoh perhitungan:

Konsentrasi terukur = A-intersep

kemiringan=

0.4690-(-0.1142)

0.1198 =4.8681 ppm

Perolehan kembali = konsentrasi terukur

konsentrasi awal ×100%= 4.8681

5.0000×100%=97.36%

Lampiran 18 Gambar sampel pacar cina dan ekstrak rhodamin B dalam HCl

Pacar cina yang digunakan

(41)

Lampiran 19 Hasil uji kualitatif rhodamin B secara kromatografi lapis tipis

Hasil analisis KLT

Sampel Bercak Jarak tempuh

(cm) Rf Warna bercak

Standar

rhodamin B Tunggal 5.8 0.84 Merah muda

Pacar cina Tunggal 5.8 0.84 Merah muda

Jarak tempuh eluen = 6.9 cm Contoh perhitungan:

Rf standar rhodamin B =

Jarak tempuh bercak Jarak tempuh eluen =

5.8

(42)

Lampiran 20 Panjang gelombang maksimum rhodamin B Genesys 10UV

Panjang gelombang maksimum 558 nm

(43)

Panjang gelombang

(nm)

Intensitas

Blangko 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm

555 169 133 102 94 86 69 556 171 130 95 94 82 67 557 172 130 95 94 79 64 558 170 128 94 93 78 62 559 170 128 94 91 76 60 560 172 126 93 90 74 61 561 172 126 93 86 71 55 562 170 116 94 85 71 57 563 170 116 94 82 67 54 564 168 113 94 82 69 53 565 168 113 96 82 68 53 566 169 114 99 84 69 53 567 169 115 99 85 71 54 568 166 119 104 87 73 60 569 167 120 107 90 74 56 570 164 124 112 92 78 59

(44)

Lanjutan lampiran 21

(45)

Lampiran 22 Kurva kalibrasi larutan standar rhodamin B

Konsentrasi rhodamin B

(ppm)

KuantiVisa Spectronic 20D+b Genesys 10UVb

I %I A %T A A

Blangko 170 66.15

1.0000 116 45.14 0.1660 68.80 0.1624 0.1750 2.0000 94 36.58 0.2573 45.00 0.3468 0.3830 3.0000 82 31.91 0.3166 31.60 0.5003 0.5600 4.0000 67 26.07 0.4044 21.60 0.6655 0.7630 5.0000 54 21.01 0.4981 15.60 0.8069 0.9440 Kemiringan 0.0811 0.1608 0.1918 Intersep 0.0851 0.0141 -0.0104 R2 0.9951 0.9981 0.9994

Keterangan: a = Panjang gelombang 563 nm b = Panjang gelombang 558 nm Contoh perhitungan:

%I = I×257

100 =

170×257

100 =66.15%

A = log%Iblangko

%Istandar

= log66.15

45.14= 0.1660

A = -log%T

100=-log 68.80

(46)

32

Lampiran 23 Penentuan kadar rhodamin B

Ulangan

KuantiVisa Spectronic 20D+b Genesys 10UVb

I %I A

Batas galat 8.75E-05 4.66E-05 1.84E-05

(47)

Lanjutan lampiran 23 [Rhodamin B] = A -intersep

kemiringan=

0.2573-0.0851

0.0811 =2.1228 ppm

[Rhodamin B] = 2.1228 mg/L

5.0088 g × 1 g

103 mg× 0.05 L =0.0021 %b/b

Batas galat = t ×SD

n-1=

2.78 × 6.30E-05

(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 7 Pebruari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ukat dan Asanih. Penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar sampel pacar cina dan ekstrak rhodamin B dalam HCl
Gambar 1  Skema spektrofotometer sinar tampak ‘KuantiVis’
Gambar 2  Contoh spektrum warna yang diubah menjadi spektrum hubungan antara intensitas dan panjang gelombang
Gambar 3  Skema spektrofotometer sinar tampak KuantiVis’
+5

Referensi

Dokumen terkait

EVALUASI KADAR AIR TANAH, BAHAN ORGANIK DAN LIAT SERTA KAITANNYA TERHADAP INDEKS PLASTISITAS TANAH PADA BEBERAPA VEGETASI DI KECAMATAN PAMATANG SIDAMANIK..

Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi

Nilai sinyal kendali PID pada saat pengujian ketiga gangguan berlawanan arah jarum jam (CCW) pada saat diberikan gangguan pada time sampling 28 bernilai -62 dan pada time

Rele arus lebih tertentu adalah jenis rele arus lebih dimana jangka waktu rele mulai pick- up sampai selesainya kerja rele dapat diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak

Negara kesatuan adalah Negara yang bersusunan tunggal artinya hanya ada satukekuasaan pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan untuk mengatur seluruh ddaerah dan

Pola dengan warna oranye–ungu yang mempunyai nilai resistivitas lebih dari 389 Ωm dinterpretasikan sebagai lava dengan kondisi segar, dengan pola penyebaran secara vertikal

In this research, the writer is interested in analyzing the translation analysis of deixis in the novel Twlight Saga: Breaking Dawn and its Indonesian

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana telah diubah beberapa