• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Lampu Celup Led (Super Bright Blue) Untuk Perikanan Bagan Apung Di Perairan Patek Kabupaten Aceh Jaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Lampu Celup Led (Super Bright Blue) Untuk Perikanan Bagan Apung Di Perairan Patek Kabupaten Aceh Jaya."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

TAUFIQ

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

PENGEMBANGAN LAMPU CELUP LED (SUPER BRIGHT BLUE) UNTUK PERIKANAN BAGAN APUNG DI PERAIRAN PATEK

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul PENGEMBANGAN LAMPU CELUP LED (SUPER BRIGHT BLUE) UNTUK PERIKANAN BAGAN APUNG DI PERAIRAN PATEK KABUPATEN ACEH JAYA adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si, Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc, dan Dr. Ir. Zulkarnain, M.Si dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 2015

Taufiq

(3)

RINGKASAN

TAUFIQ. Pengembangan Lampu Celup LED (Super Bright Blue) Untuk Perikanan Bagan Apung di Perairan Patek Kabupaten Aceh Jaya. Dibimbing oleh WAZIR MAWARDI, MULYONO S BASKORO, DAN ZULKARNAIN.

Kegiatan pemanfaatan potensi perikanan tangkap di perairan Aceh Jaya masih banyak tergantung pada teknologi penangkapan ikan masih sederhana. Jenis alat tangkap yang digunakan di Aceh Jaya adalah pukat pantai, pancing, jaring insang, dan bagan. Jenis bagan yang digunakan oleh nelayan Patek yaitu bagan apung. Salah satu faktor keberhasilan penangkapan ikan dengan bagan adalah cahaya. Cahaya merupakan alat bantu mengumpul ikan ke catchable area. Jenis lampu yang digunakan oleh nelayan Patek adalah lampu neon yang dioperasikan di permukaan air.

Pengembangan teknologi pemikat ikan sangat diperlukan karena penggunaan lampu neon yang dioperasikan di permukaan kurang efektif dan banyak membutuhkan bahan bakar. Oleh sebab itu pentingnya dilakukan penelitian ini sebagai pengganti lampu alternatif yang lebih hemat dan ramah lingkungan. Solusi yang didapatkan sebagai pengganti lampu neon adalah lampu celup LED yang dapat dioperasikan di dalam air. Jenis lampu LED yang digunakan adalah tipe LED Super Bright Blue 5 mm. Di Aceh Jaya jenis lampu ini belum ada yang menggunakannya. Pemilihan jenis lampu ini dikarenakan harganya yang lebih murah dibandingkan jenis LED yang lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan konstruksi lampu celup dalam air dan menentukan efektivitas lampu celup LED yang dirancang.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancang bangun alat, dan experimental fishing. Penelitian ini di awali dengan merancang, membuat dan ujicoba alat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran langsung dengan parameter terkait seperti, pengukuran iluminasi cahaya, konstruksi bagan, biaya operasional, waktu operasi penangkapan ikan serta jenis dan komposisi hasil tangkapan ikan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur yang menyangkut dengan penelitian ini. Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yaitu mendeskripsikan seluruh kegiatan mulai dari awal perancangan sampai ujicoba alat dalam bentuk kalimat dari tabel dan gambar dengan melakukan perbandingan lampu celup LED dangan lampu neon.

(4)
(5)

SUMMARY

TAUFIQ. Development of Underwater Lamp (Super Bright Blue) to Liftnet Fishing in Patek Water, Aceh Jaya District. Supervised by WAZIR MAWARDI, MULYONO S BASKORO, DAN ZULKARNAIN.

Fishery potential utilization in the waters of Aceh Jaya was dependent on fishing technology and still limited. The type of fishing gears which used in Aceh Jaya were beach seine, line fishing, gillnet, and liftnet. Liftnet used by Patek fishermen was floating liftnet. One the succes factor is a liftnet of fishing with light. Light is an invaluable tool for collecting a catchable area. The type of lamps used by the fishermen Patek is a flourescent lamp operated on the surface of the water.

Fish decoy technology development is necessary because the use of flourescent lamps operated on the surface less effective and much needed fuel. Therefore the importance of this reasearch as an alternative to more energy efficient lighting and enviromentally. Solutions obtained as a substitute for flourescent lamps are LED lamps can be operated immersion in water. LED lamps type used is a LED ao super bright blue 5 mm. In Aceh Jaya types of lights no one has used. The purpose of this study is to get construction submersible LED lights and determining the effectiveness of underwater lamps designed.

The research method used in this research is the design tool and experimental fishing. This study begins with designing, manufacturing, and testing tool. Data collected by using descriptive method. The type of data required in this study are primary data and secondary data. Primary data was collected by conducing direct measurements with related parameters such as the illmunation light, liftnet construction, operating costs, time fishing operations as well the type and composition af fish cacthes. Secondary data collection is done by means of literature study concerning this reserach. Data analysis is comparative descriptive method that describes all activities ranging from initial design to test the tool in the from tables and figures sentence by performing a comparison underwater lamp and fluorescent lamps.

Research underwater lamps are designed to form a tube or cylindrical vertical. The shape is very well used the light generated by the construction of the light evenly to the haryzontal direction. Lighting design to the bottom waters in the form of construction of the light cone on the bottom half using a plastic bowl. Underwater lamp construction is also designed an innovative, lights can be dimmed so that the fish are already approacing the light is more concentrated to liftnet.

The use of underwater lamp can help fishermen Patek di in cacthing fihs and getting maximum cacthes. Total catches by using fluorescent light were 2343 kg. Meanwhile, total catches with underwater lamp were 3779 kg. Fish species that were caught by lift net were anchovy, peperek, tembang, mackerel, selar, japuh, and layur for 10 trip, 5 trip in the dark and the bright moon. Seen that there were differences of catches amount and composition by using fluorescent lamps and underwater lamp. The results of research it was concluded effective underwater lamp as a tool in fisheries liftnet.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

(8)

TAUFIQ

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Magister sains

Pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

PENGEMBANGAN LAMPU CELUP LED (SUPER BRIGHT BLUE) UNTUK PERIKANAN BAGAN APUNG DI PERAIRAN PATEK

(9)
(10)

Judul Tesis : Pengembangan Lampu Celup LED (Super Bright Blue) Untuk Perikanan Bagan Apung di Perairan Patek Kabupaten Aceh Jaya Nama : Taufiq

NIM : C451130091

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ketua

Dr Ir Wazir Mawardi M Si

Anggota

Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro M Sc

Anggota Dr Ir Zulkarnain M Si

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Teknologi Perikanan Laut

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro M Sc Dr Ir Dahrul Syah M Sc Agr

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 sampai Februari 2015 ini dengan judul “Pengembangan Lampu Celup LED (Super Bright Blue) Untuk Perikanan Bagan Apung di Perairan Patek Kabupaten Aceh Jaya”.

Penulisan karya ilmiah ini penulis menyadari melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Abdul Rani dan Ibu Siti Abidah selaku orang tua yang sangat saya cintai serta Ruslaini dan Fitriani selaku kakak saya yang telah memberi bantuan dan dukungan serta do’anya.

2. Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf, Ketua Program Studi Teknologi Perikanan Laut beserta staf atas segala fasilitas dan kebijaksanaan yang diberikan selama penulis mengikuti pedidikan di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

3. Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan sabar dan bijak dalam memberi saran dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi di IPB.

4. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc dan Dr. Ir. Zulkarnain, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing satu dan dua yang telah membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memotivasi pada penulis selama penelitian hingga selesai studi.

5. Kepada bapak Darwis selaku nelayan Patek yang telah banyak sekali membantu saya selama melakukan penelitian di bagan.

6. Teman-teman seperjuangan mayor TPL yang selalu membantu, memberi saran dan masukan berserta motivasi dan doa selama menimba ilmu di Program Pascasarjana IPB sampai selesai.

7. Sahabat dan sanak saudara serta pihak lain yang tidak dapat penulis ucapkan satu demi satu.

Penulis sangat mengharap masukan dan kritikan yang membangun dari pembaca untuk perbaikan tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia perikanan umumnya.

Bogor, 2015

(12)

i

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

2. METODOLOGI PENELITIAN 7

Waktu dan Tempat Penelitian 7

Alat dan Bahan 7

Alat dan Fungsinya 7

Bahan dan Fungsinya 8

Metode Penelitian 8

Metode Pengumpulan Data 9

Metode Pengolahan Data 9

Metode Analisis Data 9

Penelitian di Laboratorium 10

Merancang Konstruksi Elektronik pada Lampu 10 Merancang Bentuk Konstruksi Lampu LED Celup 13 Pembuatan Lampu Celup LED (Underwater Lamp) 14

Rangkaian Lampu 15

Pembuatan Tabung Pelindung Lampu 16

Ujicoba Laboratorium 16

Uji Kedap Air 16

Pengukuran Iluminasi Cahaya di Udara 16

Konversi Lampu LED ke Lampu Neon 17

Perhitungan Daya Tahan Accu Terhadap Beban 17

Penelitian di Lapangan 18

Uji Coba Lampu Celup LED pada Operasi Penangkapan Ikan 18

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Penelitian di Laboraotium 19

Rancangan Konstruksi Lampu Celup LED (Underwater Lamp) 19

Sistem Rangkaian Lampu Celup LED 20

Pengukuran Iluminasi Cahaya Lampu di Udara 21

Pengukuran Iluminasi Cahaya Lampu Neon 21

Pengukuran IluminasiCahaya Lampu LED Celup 25 Konversi Lampu LED Celup dengan Lampu Neon 30

Daya Tahan Accu Terhadap Lampu LED Celup 30

Penelitian di Lapangan 31

(13)

ii

4. KESIMPULAN DAN SARAN 43

Kesimpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

DAFTAR TABEL

1. Alat yang digunkan dalam penelitian 7

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian 8

3. Panjang gelombang pada berbagai warna cahaya 11 4. Persamaan eksponensial intensitas cahaya lampu neon dengan sudut berbeda

pada posisi horizontal 24

5. Persamaan eksponensial intensitas cahaya lampu neon dengan sudut berbeda

pada posisi vertikal 25

6. Persamaan eksponensial intensitas cahaya pada lampu LED celup posisi

horizontal 29

7. Persamaan eksponensial intensitas cahaya pada lampu LED celup posisi

vertikal 29

8. Perbedaan daya tahan lampu 30

9. Spesifikasi teknis bagan apung yang digunakan di Perairan Patek 31 10. Biaya investasi pada bagan apaung di Perairan Patek 32 11. Waktu kegiatan pada saat operasi penangkapan ikan bagan apung di Perairan

Patek 34

12. Keunggulan lampu celup LED dibandingkan lampu neon 36 13. Total hasil tangkapan ikan dengan lampu neon 39 14. Total hasil tangkapan ikan dengan lampu LED celup (Undewater lamp) 40

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Penelitian 6

2. Ilustrasi perbedaan penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan 10

3. Spektrum warna cahaya 11

4. Rangkai listrik paralel 11

5. Pengatur intensitas cahaya (dimmer DC) 13

6. Rancangan desain konstruksi lampu LED celup 14

7. Diagram elektronik lampu LED 15

8. Konstuksi tabung pelindung lampu LED celup 16

9. Sistem rangkaian lampu LED celup 19

10. Rangkaian listrik paralel pada lampu celup LED 20

(14)

iii

14. Pola sebaran cahaya neon pada posisi vertikal 23 15. Grafik pola eksopnensial sebaran cahaya pada lampu neon dengan berbagai

sudut posisi horizontal 24

16. Grafik pola eksponensial sebaran cahaya pada lampu neon dengan berbagai

sudut posisi vertikal 24

17. Ilustrasi pengukuran intensitas cahaya lampu LED celup pada posisi

horizontal dan posisi vertikal 26

18. Pola sebaran cahaya lampu LED celup pada posisi horizontal 26 19. Pola sebaran cahaya lampu LED celup posisi vertikal 27 20. Grafik pola eksponensial sebaran cahaya lampu LED celup dengan sudut

berbeda pada posisi harizontal 28

21. Grafik pola eksponensial sebaran cahaya lampu LED celup dengan sudut

berbeda pada posisi vertikal 28

22. Ilustrasi metode operasi penangkapan ikan pada bagan apung 35 23. Ringkasan diagram proses operasi penangkapan ikan pada bagan apung di

perairan Patek 37

24. Hasil tangkapan ikan dominan dengan lampu neon 39 25. Hasil tangkapan ikan dominan dengan lampu LED celup 40 26. Perbedaan Total hasil tangkapan ikan dominan 41

27. Perbedaan total hasil tangkapan pertrip 41

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kegiatan pada saat penelitian di laboratorium dan di lapangan 49

2. Biaya total pembuatan lampu LED celup 50

3. Hasil konstruksi lampu LED celup 50

4. Nilai iluminasi cahaya lampu neon 51

5. Nilai iluminasi cahaya lampu LED celup 52

6. Lokasi operasi penangkapan ikan di Perairan Patek 53 7. Total hasil tangkapan ikan dengan lampu neon 54 8. Total hasil tangkapan ikan dengan lampu LED celup 55

(15)

iv

DC : Direct current

Bagan Apung : Bagan apung (lift net) merupakan jaring yang biasanya berbentuk empat persegi panjang, jaring dibentangkan di dalam air secara harizontal dapat dinaiki-turunkan dengan menggunakan bambu, kayu, atau besi sebagai rangkainnya dengan

menggunakan alat bantu lampu sebagai pemanggil ikan.

LED (Light emitting diode) : Diode semikonduktor yang dapat memancarkan cahaya ketika di aliri arus listrik

Resistor : Tahanan arus untuk menahan arus yang masuk ke LED tetap stabil dan tidak terbakar

Fishing ground : Daerah penangkapan ikan

Generator : Alat yang dapat mengubah tenaga mekanik ke tenaga listrik

Lampu Flourescent : Lampu yang memanfaatkan gas Neon dan lapisan fluurescent sebagai pemendar cahaya saaat di aliri arus listrik

Light fishing : Penangkapan ikan dengan memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu pemanggil ikan

Iluminasi cahaya : Jumlah pancaran cahaya dalam satu detik yang jatuh pada suatu permukaan bidang

Intensitas cahaya : Daya yang di pancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu persatuan sudut

Lux : Satuan Iluminasi Cahaya

Luxmeter : Alat untuk mengukur intensitas cahaya

(16)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Aceh Jaya merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat di Provinsi Aceh yang terletak sebelah barat ujung Sumatera. Perairan pesisir Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah yang termasuk ke dalam zona Samudera Hindia WPP-RI 572 yang memiliki panjang garis pantai 135 km dengan produksi laut rata-rata 1213,80 ton per/tahun. Jumlah penduduk nelayan 10.560 orang. Kemampuan melaut nelayan dengan jarak 15 - 30 mil laut. Daerah penangkapan ikan di perairan Aceh Jaya memiliki sumberdaya ikan pelagis maupun demersal dan merupakan perairan yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia (DKP 2010).

Pemanfaatan potensi perikanan tangkap di perairan Aceh Jaya masih banyak bergantung pada teknologi penangkapan ikan yang masih sederhana. Kondisi perikanan di perairan Aceh Jaya masih dapat dikategorikan perikanan yang baik dan belum banyak dimanfaatkan, karena kurang tersedianya armada perikanan tangkap yang memadai. Masih banyak nelayan yang menggunakan kapal-kapal berkekuatan kecil. Jenis hasil tangkapan di perairan Aceh Jaya khususnya di perairan Patek sebagian besar masih memiliki nilai jual yang rendah seperti ikan teri, kurisi, ekor kuning, selar, kuniran, dan masih banyak yang lainnya. Untuk hasil tangkapan nilai jualnya tinggi seperti ikan tongkol, tuna, cakalang, masih jarang dikarenakan terbatasnya armada perikanan tangkap yang terdapat di perairan tersebut (Alim dan Imran 2008).

Jenis alat tangkap yang dominan digunakan dalam kegiatan operasi penangkapan ikan di perairan Aceh Jaya diantaranya adalah pukat pantai, rawai, jaring insang, bagan tancap dan bagan apung. Jenis alat tangkap ini belum memberikan hasil tangkapan yang optimal. Sumberdaya ikan pelagis maupun demersal yang belum dimanfaatkan secara optimal disebabkan oleh teknologi alat tangkap, sarana dan prasarana penangkapan serta sumberdaya manusia di bidang teknologi penangkapan ikan masih kurang. Pengembangan unit alat tangkap sangat dipengaruhi oleh sumbedaya ikan yang ada di suatu perairan. Tujuan utama memilih unit penangkapan ikan dalam rangka pengembangan perikanan tangkap untuk pemberdayaan nelayan di Aceh Jaya diantaranya adalah pukat pantai, rawai, jaring insang, bagan tancap dan bagan apung. Jenis bagan yang digunakan nelayan Patek sendiri adalah bagan apung (Nasrudin 2009).

(17)

Selain bagan tancap jenis bagan yang umum dioperasikan adalah bagan apung, bagan rakit dan bagan perahu (Amiruddin 2006).

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan bagan adalah cahaya. Pemasangan sumber cahaya di atas jaring akan menyebabkan ikan-ikan yang bersifat fototaksis positif tertarik pada cahaya akan berkumpul di dalam area jaring, sehingga akan mempermudah dan mempercepat operasi penangkapan ikan. Penelitian sebelumnya mengenai bagan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya mengenai sumber cahaya. Berbagai macam sumber cahaya telah digunakan untuk memikat ikan berkumpul pada bagan. Macam sumber cahaya yang digunakan diantaranya adalah lampu petromaks. Lampu petromak dihidupkan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah. Setelah pencabutan subsidi pemerintah terhadap minyak tanah pada tahun 2010, lampu petromaks tidak lagi ekonomis. Nelayan bagan beralih ke lampu neon dengan menggunakan sumber energi listrik dihasilkan dari generator set (genset) yang dibawa ke bagan. Lampu ini dioperasikan di atas permukaan air. saat ini penangkapan ikan di perairan Patek, terutama perikanan bagan masih menggunakan lampu neon seperti umumnya yang nelayan di daerah lain (Syafrie 2012).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup atau pendapatan nelayan, antara lain dengan meningkatkan hasil tangkapannya. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tersebut adalah dengan mengusahakan unit penangkapan ikan yang produktif, yakni tinggi dalam jumlah dan nilai hasil tangkapannya serta teknologi penangkapan yang sesuai dengan tujuan penangkapan. Selain itu unit penangkapan tersebut harus efisien dan menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat serta tidak merusak ekosistem dan kelestarian sumberdaya perikanan (Nasrudin 2009).

Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia perikanan di Indonesia, maka perlu dilakukan perubahan atau perkembangan pada perikanan tangkap bagan di perairan Patek dengan memakai lampu celup dalam air. Penggunaan lampu celup dalam air sudah banyak digunakan oleh nelayan-nelayan di Pulau Jawa. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lampu celup dalam air memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan lampu di atas permukaan air. Cahaya dari lampu celup dalam air sepenuhnya dipancarkan ke dalam perairan, karena cahaya tidak mengalami pemantulan cahaya yang diakibatkan oleh air (Bannerman and Quartey 2004, Gustaman et al. 2012, Syafrie 2012).

Seiring perkembangan teknologi telah ditemukan lampu berbasis LED (light emitting diode). Lampu LED dapat memancarkan cahaya yang lebih terang dengan input energi yang kecil. Lampu LED memerlukan arus searah (DC) seabagai sumber arus. Arus listrik DC dapat diperoleh dari accu yang tentunya memerlukan biaya operasional serta perawatan lebih murah dan mudah dibandingkan genset. Seiring perkembangan teknologi pada saat ini penangkapan ikan dengan menggunakan bagan sudah banyak yang menggunakan alat bantu lampu celup LED (Sulaiman 2010)

(18)

berdiameter 18 cm dan tinggi 38 cm sebagai pelindung lampu. Sistem lampu yang dirancang oleh Thenu tidak dapat diatur intensitas cahayanya, maka pada penggunaan lampu ini pada bagan masih memerlukan lampu hauling.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dengan merancang dan membuat dimensi konstruksi lampu lebih tinggi dengan jumlah lampu lebih banyak dan daya yang lebih besar dibandingkan yang telah dilakukan Thenu 2014. Konstruksi yang lebih tinggi dan jumlah lampu lebih banyak maka diharapkan intensitas cahaya lebih besar dan area yang diterangi lebih luas. Jenis lampu yang digunakan adalah lampu LED super bright blue (SBB) 5 mm. Jenis lampu ini lebih murah dibandingkan jenis lampu LED ultra bright white (UBW) 5 mm. Harga satuan lampu LED tipe super bright blue 5 mm Rp. 250, sedangkan lampu LED tipe ultra bright white 5 mm Rp. 500. Spek kedua lampu ini sama (3.2-3.4 v), perbedaannya hanya di arusnya SBB (0.02 A) dan UBW (0.04 A). Lampu diharapkan dapat menerangi area yang lebih luas baik secara horizontal maupun vertikal sehingga dapat mengumpulkan ikan lebih banyak. Sistem lampu ini juga ditambahkan sebuah inovasi yaitu sistem pengatur intensitas cahaya (dimmer DC). Sistem peredupan ini dirancang supaya ikan–ikan yang sudah mendekati ke sumber cahaya dapat lebih terkonsentrasi atau merapat pada catchable area, tanpa menggunakan lampu hauling lagi.

Peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan yang disebut dispersi. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar. Warna biru mengalami deviasi lebih besar dibandingkan warna putih. Warna biru yang mendekati warna violet sedangkan putih dihasilkan dari gabungan beberapa warna (merah, hijau, biru) yang mengalami deviasi di tengah-tengah (Gambar 3). Berdasarkan hasil penelitian cahaya warna merah memiliki panjang gelombang paling panjang sebesar 620-750 nm, tetapi memiliki spektrum cahaya paling pendek. Panjang gelombang warna putih sebesar 578-598 nm berada di tengah-tengah, sedangkan cahaya warna biru memiliki panjang gelombang paling pendek sebesar 450-475 nm, tetapi spektrum cahaya yang paling panjang (Wicaksono et al. 2014). Sudirman dan Mallawa (2004) menyatakan untuk panjang gelombang masing-masing warna terdapat pada tabel (Tabel 3).

(19)

Perumusan Masalah

Saat ini nelayan di perairan Patek Aceh Jaya telah menggunakan lampu neon (hemat energi) sebagai alat bantu penangkapan pada bagan apung. Lampu neon yang selama ini digunakan oleh nelayan Patek menggunakan energi dan daya listrik yang besar yang di suplai dari genset sehingga pada akhirnya membutuhkan bahan bakar yang besar pula. Selain itu penggunaan sumber energi listrik AC untuk penerangan dengan neon tersebut mempunyai resiko yang cukup tinggi bagi nelayan, yaitu tersengat listrik.

Penelitian ini merupakan penelitian tentang alat bantu penangkapan alternatif yang hemat energi dan ramah lingkungan. Lampu celup LED dijadikan sebagai lampu pengganti lampu neon yang di nilai lebih murah, hemat energi dan ramah lingkungan. Penggunaan lampu celup LED yang sebaran cahayanya langsung di dalam perairan sehingga cahaya langsung diserap oleh perairan dan menyebar lebih luas.

Penelitian mengenai light fishing di perairan Patek sampai 2015 ini belum pernah dilakukan. Nelayan bagan apung di perairan Patek selama ini hanya menggunakan lampu neon sebagai sumber cahaya berdasarkan kebiasaan dan pengalaman tanpa didasari dengan alasan ilmiah. Dalam penelitian ini coba dikembangkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalah nelayan bagan apung di perairan Patek dengan menggunakan jenis lampu yang efektif dalam menangkap ikan, hemat energi, harga murah, tahan lama, mudah dioperasikan dan biaya operasional yang lebih murah di bandingkan dengan menggunakan lampu neon. Jenis lampu yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lampu LED (Ligth Emitting Diode) dengan tipe LED super bright blue 5 mm. Jenis lampu ini masih belum digunakan oleh nelayan Patek. Lampu LED ini sangat banyak kelebihan di bandingkan lampu neon.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengembangkan konstruksi lampu celup LED sebagai alat bantu alternatif penangkapan ikan pada bagan apung.

2. Menentukan efektifitas lampu celup LED (Underwater lamp) yang di konstruksi.

Manfaat Penelitian

(20)

Ruang Lingkup Penelitian

Penggunaan lampu permukaan dengan jenis lampu neon sebagai media pengumpul ikan pada pengoperasian alat tangkap bagan apung sebagai pengganti lampu petromaks dirasakan lebih efektif dan efisien. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di Palabuhanratu, biaya operasional penangkapan dengan lampu permukaan (lampu listrik) jauh lebih hemat dan lebih efektif, jika dibandingkan dengan lampu petromaks. Perbandingan yang didapatkan dengan menggunakan lampu permukaan jenis listrik lebih hemat, namun dilihat dari segi potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan jauh lebih besar. Jenis output yang di keluarkan dari genset berupa arus AC yang berpotensi menimbulkan setrum/konsleting listrik terhadap penggunanya. Seiring berkembang jaman teknologi perikanan bagan, alat bantu lampu permukaan di nilai kurang efektif dan efisien (Syafrie 2012, Thenu 2014).

(21)

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian. Penentuan Komponen Alat dan Bahan :

- Menjelaskan fungsi dari alat dan bahan yang digunakan.

- Menjelaskan spek dari alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

Hasil :

- Pola sebaran cahaya (Horizontal & Vertikal).

- Perhitungan daya tahan accu membackup beban (Lampu celup LED)

- Proses operasi penangkapan ikan

- Data hasil tangkapan lampu neon dan lampu celup LED. Bisa digunakan

Tidak Pembuatan Lampu Celup Dalam Air (Undewater lamp) :

- Sistem rangkaian lampu.

- Membuat sebuah inovasi dengan menggunakan sistem peredupan pada lampu.

- Menjelaskan tentang penggunaan tabung pelindung lampu..

Ujicoba di Laboratorium :

- Setelah lampu siap dibuat, berhasil atau tidak dinyalakan.

- Berhasil, ambil data iluminasi cahaya (Horizontal & Vertikal).

Ujicoba di Lapangan :

Teknik penggunaan lampu celup LED pada saat operasi penangkapan ikan.

Elektronik Lampu - Jenis dan jumlah lampu

- Rangkaian listrik(resistor, total arus dan daya)

Bentuk Konstruksi - Merancang bentuk konstruksi lampu.

- Menentukan bahan dan membuat tabung pelindung. Performance lampu (daya lebih besar, daya

tahan rendah, tidak kedap air)

Permasalahan pada perikanan bagan apung di Perairan Patek saat ini

Hasil tangkapan bagan apung di Perairan Patek kurang masksimal atau masih sedikit

Dampak lingkungan terhadap pemakaian lampu saat ini (bahan dan tidak ramah)

Analisis Deskriptif

Pengembangan lampu celup LED sebagai lampu pemikat ikan dengan merancang kembal konstruksi lampu celup LED

(22)

2 METODOLOGI PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilakukan dan dibagi dalam dua tahap, yaitu penelitian laboratorium dan lapangan. Penelitian laboratorium dengan melakukan rancang bangun alat dan ujicoba alat. Tahap ini dilakukan perancangan lampu celup LED dengan menggunakan lampu LED (light emitting diode). Perancangan ini dengan tujuan memudahkan nelayan mengumpul ikan pada saat operasi penangkapan ikan. Perancangan lampu celup LED dirancang sebuah inovasi yang terdapat pada lampu yaitu merancang sistem penurunan intensitas cahaya (dimmer DC). Penambahan sistem peredupan pada lampu celup LED untuk memudahkan dalam mendekatkan ikan-ikan yang sudah mendekati sumber cahaya sehingga lebih terkonsentrasi ke jaring bagan (catchable area). Setelah alat dirancang dilakukan ujicoba alat, bisa digunakan atau tidak. Alat yang sudah selesai dirancang dilakukan ujicoba di lapangan pada saat operasi penangkapan ikan. Ujicoba menggunakan lampu celup LED harapannya dapat mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan menggunakan lampu neon yang digunakan oleh nelayan (Deno et al. 2013).

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama penelitian laboratorium dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014 bertempat di Workshop Devisi Kapal dan Transportasi Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Tahap kedua, untuk penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Januari-Februari 2015. Selanjutnya dilakukan ujicoba lampu celup LED yang sudah dirancangan dengan menggunakan alat tangkap bagan apung di perairan Patek, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.

Alat dan Bahan

Alat dan Fungsinya

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian

No. Alat Fungsi

1. Gergaji Memotong pipa paralon dan tabung akrilik 2. Bor listrik Melubangi pipa untuk dirangkaikan lampu LED 3. Gerinda Meratakan permukaan hasil potongan

4. Solder Menyolder sambungan rangkaian LED 5. Kamera Mendokumentasikan foto dan video penelitian 6. ATK Mencatat data hasil penelitian

7. Alat ukur panjang Mengukur pipa PVC dan tabung akrilik sesuai kebutuhan sebelum pemotongan dilakukan

8. Spidol Menuliskan atau menorehkan tanda pada permukaan pipa PVC.

(23)

10 Lux meter Mengukur kekuatan cahaya lampu

Bahan dan Fungsinya

Pemilihan jenis bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Bahan yang digunkan dalam penelitian

No. Bahan Fungsi

1. Lampu LED super bright blue 5 mm

Sumber penerangan

2. Pipa paralon PVC Wadah pemasangan lampu LED

3. Mangkok plastik Wadah pemasangan lampu yang diletakkan di bagian bawah konstruksi lampu sehingga cahayanya menyebar kedasar perairan

4. Resistor Tahanan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian dan berupa terminal dua komponen elektronik

5. Cat pilox warna perak

Mengecat pipa PVC sehingga ada pantulan cahaya dari pipa

6. Timah solder Melekatkan rangkaian lampu dan sambungan kabel 7. Mata bor Melubangi permukaan pipa paralon sebelum lampu LED

di rangkai

8. Kabel Menghubungkan antar lampu dan sebagai penghantar arus

9. Dimmer DC Mengatur penurunan intensitas cahaya lampu (sistem peredupan) sesuai kebutuhan

10. Lem akrilik Melekatkan tabung akrilik supaya tidak kemasukan air 11. Tabung akrilik Tabung pelindung lampu yang sudah teruji kedap air 12. Baterai (accu) Sumber arus yang digunakan untuk menerangi lampu 13. Power supply Sistem sakelar yang dihubungkan dari accu ke dimmer

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancang bangun alat, percobaan atau experimental fishing. Penelitian ini diawali dengan merancang, membuat, ujicoba laboratorium.

Tahap rancang bangun alat yang dilakukan adalah merancang konstruksi elektronik dan bentuk lampu celup LED yang dibuat. Menentukan spesifikasi elektroniknya dan bentuk konstruksi lampu celup LED sangat perlu diperhatikan dalam memilih material yang digunakan. Lampu dirancang sistem penurunan intensitas cahaya (dimmer). Sistem peredupan dapat memudahkan nelayan dalam mengkonsentrasikan ikan-ikan di atas jaring bagan. Lampu celup LED yang sudah selesai dibuat dilakukan ujicoba di laboratorium dan di lapangan.

Tahap selanjutnya yaitu dengan menggunakan metode percobaan atau

(24)

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei lapangan, wawancara dengan nelayan, dan ujicoba alat di lapang. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran langsung dengan parameter terkait seperti, pengukuran iluminasi cahaya, konstruksi bagan, biaya operasional, dan waktu operasi penangkapan serta jenis dan komposisi hasil tangkapan ikan di perairan Patek. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur yang menyangkut dengan penelitian ini.

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode tabulasi data dan grafik. Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel atau penyajian data dalam bentuk tabel. Data tersebut dapat menjelaskan tentang hasil penelitian, karena data yang diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel sehingga mudah dipahami. Selanjutnya data – data tersebut dapat memberi penjelasan dan keterangan dengan menggunakan kalimat atas data yang telah di peroleh berdasarkan dari hasil data tabel maupun grafik.

Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yaitu mendeskripsikan seluruh kegiatan mulai dari awal perancangan, mendesain, memilih alat dan bahan, pembuatan alat, uji coba alat dan mendapatkan hasilnya. Penjelasan hasil dari penelitian ini dijelaskan dalam bentuk kalimat dari tabel dan grafik. Metode deskriptif komparatif yaitu melakukan perbandingan lampu celup LED dangan lampu neon yang digunakan oleh nelayan.

Penelitian di Labolatorium

Merancang Konstruksi Elektronik Lampu Celup LED

(25)

terlalu besar, LED akan terbakar atau rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan maju (Hua dan Xing 2013).

Rangkaian elektronik pada lampu merupakan bagian utama dan komponen terpenting dari konstruksi lampu celup LED. Oleh karena itu, banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan supaya lampu yang sudah selesai dirancang dapat digunakan dan bertahan dalam air dengan baik. Hal ini untuk menghindari pada saat pengoperasian lampu di dalam air sehingga rentan dari kerusakan, korosi maupun terbakar. Penggunaan material untuk merancang sistem lampu celup LED adalah salah satu faktor yang sangat penting diperhatikan. Pada bagian rangkaian lampu, material yang digunakan bahan anti karat, setiap bagian sambungan tiap lampu di solder dan dilapisi dengan lem, akrilik, dan lampu yang digunakan adalah lampu dengan spesifikasi LED super brihgt blue 5 mm. Di Aceh Jaya jenis lampu ini belum ada yang menggunakan sebagai alat bantu pada alat tangkap bagan.

Tahap pertama, lampu LED yang digunakan jenis superbright blue 5 mm, 3.2 V- 3. 4 V, 0.02 A . Lampu LED jenis ini di pilih karena harganya lebih murah, mudah dikondisikan, efisiensi yang tinggi, tidak mudah pecah, daya tahan lebih kurang 50.000-80.000 jam, bebas merkuri ataupun hologen (Nielsen 2003). Tinggi rendahnya intensitas cahaya akan mempengaruhi jarak ikan berkumpul dari sumber cahaya. Intensitas cahaya yang paling tinggi terdapat pada warna biru, perbedaan panjang gelombang cahaya terdapat pada Tabel 3 dan Gambar 2. Warna biru ini memiliki panjang gelombang cahaya pendek dan spektrum cahayanya lebih panjang, jadi jangkaunnya lebih luas dan intensitasnya lebih tinggi serta warna biru lebih banyak disukai oleh banyak jenis ikan (Notanubun dan Patty 2010). Intensitas cahaya berarti berbicara kuantitas cahaya. Tinggi rendahnya intensitas penyinaran cahaya juga memperngaruhi jarak ikan berkumpul dari sumber cahaya. Penangkapan ikan-ikan predator seperti permato, japuh, dan pepetek lebih efektif dengan menggunakan lampu warna biru (Gustaman et al. 2012).

Gambar 2 Ilustrasi perbedaan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan.

(26)

Gambar 3 Spektrum warna cahaya

Sumber : http://ujungkelingking.blogspot.com/search/label

Tabel 3 Panjang gelombang pada berbagai warna cahaya.

No. Warna Cahaya Panjang Gelombang (Angstrom) 1 Violet 3.900 – 4.550

2 Biru 4.550 – 4.920

3 Hijau 4.920 – 5.770

4 Kuning 5.770 – 5.970 5 Orange 5.970 – 6.220 6 Merah 6.220 - 7.700

Sumber : Sudirman dan Mallawa (2004).

Tahap kedua, menentukan rangkaian listrik yang digunakan pada rangkaian lampu celup LED. Sistem rangkaian listrik pada lampu yang digunakan adalah rangkaian listrik paralel (Gambar 3). Wardana et al. (2011) pada dasarnya rangkaian listrik paralel memiliki keuntungan adalah beban satu tidak mempengaruhi beban lain artinya satu lampu putus maka lampu yang lain tetap akan menyala dan tegangan yang diterima setiap beban sama semua. Kelemahan dari rangkaian paralel ini adalah terlalu boros menghabiskan kabel.

Gambar 4 Rangkaian listrik paralel. Sumber : http//indoled.host56.com/1_8

R1

R2

(27)

Tahap ketiga, menentukan spek resistor yang digunakan dalam rangkaian lampu celup LED. Spesifikasi resistor yang digunakan dalam rangkaian lampu LED adalah 47 Ohm - 2 watt. Hasil ini didapatkan berdasarkan persamaan 1, volt

accu dikurangi volt LED lalu dibagi arus LED sebanyak 10 LED. Setelah diketahui spek resistor, maka diketahui juga total arus dan total daya dari rangkaian lampu. Kegunaan resistor adalah untuk menahan arus. Arus yang masuk ke LED lebih teratur dan apabila ada lampu yang terbakar maka lampu yang terbakar 1 rangkaian saja, sedangakan lampu pada rangkaian lain tetap menyala. Berdasarkan yang sudah diketahui : VLED : 3.2 V – 3.4 V (warna biru),

ILED : 0,02 A atau 20 mA, daya accu : 12 V 120 Ah, total LED : 1457 unit, maka

(28)

Gambar 5 Pengatur intensitas cahaya (dimmer DC)

Merancang Bentuk Konstruksi Lampu Celup LED

Merancang dan mengkonstruksi bentuk lampu celup LED sangat perlu diperhatikan dalam menentukan bentuk dan bahan yang digunakan dalam pembuatannya. Tahap-tahap dalam merancang bentuk konstruksi lampu celup LED seperti yang terdapat pada Gambar 5. Tahap pertama, merancang dan mengkonstruksi lampu celup LED di desain berbentuk tabung atau silinder vertikal. Berdasarkan penelitian sebelumnya, bentuk tabung ini memiliki ruang yang lebih luas dibandingkan bentuk yang lain. Bentuk tabung sangat baik digunakan, karena cahaya yang dipancarkan oleh lampu merata secara melingkar horizontal. Konstruksi wadah pemasangan lampu dengan menggunakan bahan pipa paralon PVC berukuran panjang 85 cm, Ø 4 incii. Pipa tersebut dilubangi dengan jarak 1.5 x 1.5 cm yang dianggap sebagai jarak antar LED pada saat lampu dipasang.

Tahap kedua, pada bagian bawah konstruksi dirancang dalam bentuk setengah kerucut. Bentuk setengah kerucut pada bagian bawah konstruksi ini dengan tujuan cahaya dapat dipancarkan cahaya ke bawah, sehingga ikan-ikan yang berada di dasar perairan supaya naik ke atas dan mendekati sumber cahaya. Bahan yang digunakan pada bagian ini adalah mangkok plastik dengan ukuran tinggi mangkok 10 cm dan Ø 4.5 inci. Pada mangkok ini dilubangi dengan jarak yang sama yaitu 1.5 x 1.5 cm (Firdawati 2011).

Tahap ketiga, merancang pemberat yang diletakkan pada bagian tengah lampu dengan menggunakan bahan besi sebanyak 12 kg, semen, dan pipa paralon dengan ukuran panjang 80 cm dan Ø 3 inci. Lampu yang sudah ada pemeberat tidak mengapung dan bergoyang terbawa arus gelombang, sehingga tidak menyebabkan ikan-ikan terkejut dan takut serta ikan lari dari sumber cahaya .

(29)

Setelah ukuran konstruksi lampu diketahui, maka tabung yang digunakan dalam pembuatan tabung pelindung lampu dengan ukuran panjang 100 cm, Ø 6 inci, dan ketebalan 5 mm. Selain bentuk konstruksi lampu berbentuk tabung, maka sebagai pelindung lampu baik digunakan tabung akrilik.

Akrilik bersifat tenggelam di air dan juga kuat serta tidak mengubah tingkat penerangan yang dihambat oleh bahan akrilik dibandingkan bahan kaca dan PVC bening. Menurut (Yulianto 2015), bahan akrilik memiliki daya kekuatan tekan sebesar 1238,65 kgf dan memiliki nilai modulus of elastisity (MOE) sebesar 130,485-140,097 kgf/cm. Nilai tersebut menunjukan jauh lebih tinggi dari tekanan air pada kedalaman 20 meter. Modulus of Elastisity (MOE) adalah suatu nilai yang konstan dan merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan dibawah batah proporsi. Tegangan didefinisikan sebagai distribusi gaya per unit luas, sedangkan regangan adalah perubahan panjang per unit bahan (Haygreen dan Bowyer 1993). Sehingga dalam penggunaan material akrilik sebagai bahan pelindung lampu supaya kedap air memenuhi syarat teknis. Tabung ini ditutup pada bagian bawah dengan lem khusus akrilik, sehingga air tidak masuk. Setelah di tutup yang dianggap bagian bawah barulah dibuat penutup bagian atas tabung, sehingga lampunya bisa dikeluar masukkan. Setelah semua komponen lampu terangkai, lampu dimasukkan kedalam tabung yang sudah dirancang sedemikan rupa dan kedap dari air.

Gambar 6 Rancangan desain konstruksi lampu celup LED.

Pembuatan Lampu Celup LED (Underwater Lamp)

(30)

Rangkaian Lampu

Rangkaian lampu merupakan bagian utama dan komponen terpenting dari konstruksi lampu celup LED, jadi banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan pada saat pembuatan lampu berlangsung. Tahap pertama, disiapkan pipa paralon Ø 4 inci, lalu dipotong sepanjang 85 cm. Pipa dibelah menjadi 2 bagian sehingga pada saat pemasangan lampu lebih mudah. Pipa yang sudah dibelah 2 bagian, kemudian dilubangi menggunakan bor listrik dengan mata bor 4.5 mm, jarak antar lubang 1.5 x 1.5 cm, didapat lubang untuk pemasangan lampu sebanyak 1320. Pipa tersebut dicat dengan menggunakan cat pilox berwarna perak, dengan tujuan dapat memantulkan cahaya. Perlakuan yang sama dilakukan pada mangkok plastik seperti halnya pipa paralon (dilubangi, dan dicat tanpa dibelah). Mangkok ini dipasang pada bagian bawah paralon. Lubang yang terdapat pada mangkok ini sebanyak 137, maka total lubang untuk pemasangan lampu sebanyak 1457 lubang.

Tahap kedua, pemasangan lampu LED pada wadah pipa paralon. Pemasangan lampu LED pada pipa paralon dengan menggunakan rangakaian listrik paralel dan resistor 47 ohm – 2 watt. Jumlah resistor yang digunakan pada rangkaian lampu sebanyak 146 resistor. Lampu LED ditentukan dulu bagian anoda (+) dan katoda (-), untuk mengetahui bagian positif-negatif pada LED adalah melihat salah satu sisi LED yang terpotong atau dilihat pada kakinya panjang sebelah, panjang (+) dan pendek (-), seperti yang terlihat pada Gambar 6 (Setiadi, 2012). Lampu LED yang dipasang pada pipa setiap 10 LED terdapat 1 resistor 47 ohm – 2 watt. Rangkaian lampu yang sudah selesai dirangkai sambungannya di solder dan dilapisi lem sebagai bahan anti karat, serta rangkaian lebih aman dan arus yang mengalir tetap stabil. Lampu yang sudah selesai dirangkai dilakukan ujicoba menyala atau tidak. Lampu tidak menyala, maka perlu dicek kembali rangkaian LED. Apabila lampu menyala, maka dianggap selesai dan berhasil pada tahap pembuatan rangkaian lampu. Konstruksi lampu yang didapatkan berukuran tinggi 95 cm.

(31)

Pembuatan Tabung Pelindung Lampu

Pembuatan tabung pelindung lampu dengan mengunakan bahan akrilik. Tabung yang digunakan dengan ukuran panjang 100 cm, Ø 6 inci, ketebalan 5 mm. Tabung akrilik dipilih salah satu sisi yang di anggap bagian bawah dan dilakukan penutupan secara permanen dengan menggunakan lem khusus akrilik. Bagian atas tabung dirancang penutup yang bisa dibuka-tutup, supaya lampu dapat dikeluar-masukkan dari dalam tabung, seperti terlihat pada Gambar 7. Setelah bagian bawah dan atas tabung ditutup dilakukan uji kedap air. Apabila tabung kemasukan air, maka tabung diperbaiki kembali dan apabila tidak masuk air maka di anggap berhasil.

Gambar 8 Konstuksi tabung pelindung lampu celup LED.

Uji Coba Labolatorium

Uji Kedap Air

Tabung pelindung diujicobakan atau dimasukkan kedalam tangki air 1-2 meter untuk diuji ada kebocoran atau tidak. Lama perendaman dilakukan sekitar 1-2 jam, kemudian tabung yang sudah direndam selama 1-2 jam di angkat ke atas dan dipastikan tidak ada air yang masuk kedalam tabung. Apabila tidak ada air yang masuk maka uji kedap air selasai. Tabung diujicobakan dalam keadaan kosong atau tanpa rangkaian lampu. Lampu yang sudah selesai dibuat, lalu dimasukkan ke dalam tabung pelingdungnya yang sudah teruji kedap air. Perancangan, pembuatan dan ujicoba lampu celup LED dalam air dianggap berhasil dan selesai.

Pengukuran Iluminasi Cahaya di Udara

(32)

apabila cahaya melewati medium air. Untuk mengukur iluminasi cahaya dari suatu sumber cahaya digunakan rumus berikut(Puspito 2008).

�= �/��

Keterangan :

E : Iluminasi cahaya (lux);

I : Intensitas cahaya (candela); dan r : Jarak dari sumber cahaya (m).

Pengukuran iluminasi cahaya di udara dilakukan untuk mengetahui pola sebaran cahaya dan jarak cahaya lampu LED yang dibuat dengan menggunakan

luxmeter. Pengukuran cahaya akan dilakukan pada 2 jenis lampu yaitu lampu LED yang sudah selesai dirancang dan lampu neon yang digunakan oleh nelayan sebagai perbandingan. Pengukuran dilakukan secara horizontal dan vertikal pada setiap kelipatan sudut 10° dengan jarak yang berbeda 50 cm, 75 cm, 100 cm, dan 125 cm, pada medium udara. Pengukuran dilakukan pada posisi horizontal dan vertikal terhadap arah lampu dan nilai intensitas cahaya pada setiap sudut pengukuran 10° dicatat. Terjadinya penurunan cahaya dipengaruhi oleh bertambahnya jarak pengukuran dianalisis dengan bentuk persamaan eksponensial. Iluminasi cahaya menurun secara eksponensial berdasarkan hukum Barger sebagai berikut (Nikonorov 1975).

��=��.�−��

Keterangan :

�� : Intensitas pada jarak (m);

�0 : Intensitas pada (0 m); e : Konstanta Euler;

k : Keofesien pemudaran (lux/m); dan x : Jarak pengukuran.

Konversi Lampu LED ke Lampu Neon

Pengukuran komsumsi daya listrik pada lampu yang dibutuh untuk lampu LED yang distandarkan dengan lampu neon yaitu 1 buah lampu dengan tegangan 45 watt, maka berapa lampu LED yang diperlu untuk dilakukan persamaan tegangan antara lampu LED dengan lampu neon. Pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung intensitas cahaya dan watt lampu LED. Lampu LED distandarkan dengan lampu neon yang digunkan nelayan, artinya berapa watt lampu LED sehingga bisa mencapai intensitas cahaya dengan tegangan 45 watt. Lampu yang digunakan nelayan pada bagan sebanyak 10 buah dengan tegangan perlampu sebesar 45 watt, jadi lampu yang digunakan adalah sebesar 450 watt.

Perhitungan Daya Tahan Accu untuk Membackup Beban

(33)

dalam mengetahui berapa lama baterai accu bertahan pada saat digunakan dalam penangkapan berdasarkan besar sumber daya yang digunakan. Baterai accu yang digunakan dalam penelitian ini dengan sumber daya 12 V 120 Ah, berdasarkan perhitungan elektronik dari persamaan 3, maka didapatkan daya total lampu celup LED sebesar 93 watt. Untuk menghitung berapa lama daya tahan accu terhadap beban berdasarkan persamaan dibawah ini (Zunelfi 2012), yaitu :

����� =����

Uji Coba Lampu Celup LED pada Saat Operasi Penangkapan Ikan

Uji coba dilakukan pada saat operasi penagkapan ikan dengan tujuan dapat mengetahui kemampuan dari lampu celup LED pada saat mengumpulkan dan mengkonsentrasikan ikan-ikan di area jaring bagan apung. Pengamatan di dalam air dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan visual dan melihat komposisi hasil tangkapan bagan apung. Selanjutnya diamati beberapa variabel pada saat lampu celup dalam air dioperasikan diantaranya adalah tingkah laku dan sebaran kawan ikan yang berada di area bagan dalam beberapa waktu setting dan

hauling, tingkah laku ikan pada saat lampu dilakukan peredupan atau penurunan intensitas cahaya, dan tingkah laku ikan setelah dilakukan hauling.

(34)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain atau rancangan lampu celup LED sangat diperlukan dalam menentukan tahapan atau proses. Perumusan spesifikasi teknis dan keterangan dari konstruksi lampu dengan tujuan untuk keperluan dalam proses pembuatan lampu celup LED, sehingga dalam kegiatan perencanaan dan pembuatan lampu dapat berjalan dengan lancar dan terstruktur. Tujuan utama pembuatan lampu celup LED untuk mengurangi penurunan intensitas cahaya seperti lampu yang digunakan di permukaan disebabkan adanya perbedaan media rambat cahaya (udara-air). Oleh karena itu, pemilihan material juga sangat diperhatikan terutama pada bagian pelindungnya. Pembuatan lampu celup LED dirancang untuk memudahkan nelayan/user dalam mengumpulkan dan memikat ikan untuk mendekati daerah penangkapan (catchable area).

Penelitian di Laboratorium

Rancangan Konstruksi Lampu Celup LED (Underwater Lamp)

Lampu celup dalam air atau disebut juga e-FAD (elektricFish Agregating Device) merupakan sebuah tahapan yang harus diperhatikan baik secara teknis dan dekomentasi, sehingga dalam kegiatan pembuatan dapat berjalan lancar dan terstrukur. Perencanaan dalam mendesain e-FAD sangat perlu diperhatikan material dan bahan yang digunakan, karena sangat berpengaruh terhadap konstruksi dari lampu celup LED. Lampu yang dirancang agar dapat dipancarkan ke segala arah, tujuannya adalah menarik ikan dalam luasan yang seluas-luasnya baik secara horizontal maupun vertikal. Bentuk tabung sesuai untuk digunakan pada konstruksi perancangan lampu celup LED, karena dapat menerangi ke sekeliling secara merata.

Kelebihan daripada rancangan desain dan konstruksi lampu celup LED merupakan sebuah inovasi terbaru yaitu lampu dapat diredupkan dan lampu juga dapat di bongkar pasang apabila ada rangkaian lampu yang terbakar. Bahan bakar yang digunakan lampu celup LED lebih efisien dan efektif dibandingkan lampu neon yang digunakan oleh nelayan. Sistem lampu ini terhubung dengan dimmer DC supaya penurunan intensitas cahaya dapat diatur, lalu sistem lampu juga terhubung dengan power supply menggunakan sistem sakelar, seperti terlihat pada Gambar 9. Sumber energi yang digunakan untuk lampu berasal dari sumber arus yaitu accu, sehingga dapat memudahkan para nelayan dalam merawat dan mengoperasikannya.

Gambar 9Sistem rangkaian lampu celup LED.

(35)

Sistem Rangkaian Lampu Celup LED

Sistem rangkaian lampu adalah bagian yang sangat penting diperhatikan sehingga lampu celup LED dapat digunakan dengan baik dan tahan lama. Faktor yang penting diperhatikan adalah penggunaan material, karena mengingat lampu celup LED ini dioperasikan di dalam air, kemungkinan terjadinya kerusakan, korosi dan kebocoran. Pemilihan material menjadi salah satu yang harus dipertimbangkan pada saat lampu dirancang.

Lampu hasil rekayasa yang digunakan adalah lampu LED super bright blue 5 mm sebanyak 1457 lampu yang dipasang pada pipa PVC dengan rangkaian paralel (Gambar 10). Lampu LED yang terpasang terhubung dengan resistor yang berfungsi untuk menahan arus, sehingga arus yang mengalir ke setiap rangkaian lampu tetap stabil. Tipe resistor yang digunakan adalah 47 Ohm – 2 watt dengan jumlah sebanyak 146 resistor, setiap 10 lampu terhubung dengan 1 resistor. Resistor dihubungkan pada kaki positif lampu dan pada kaki negatif dihubungkan dengan kabel, maka setiap kabel pada bagian positif dijadikan satu begitu juga pada bagian negatifnya. Setelah itu bagian anoda (+) dan katoda (-) dihubungkan pada dimmer DC sebagai sistem peredupan pada lampu. Kabel yang terhubung pada dimmer DC dihubungkan ke power supply dengan sistem sakelar, lalu dihubungkan ke accu 12 V 120 Ah sebagai sumber arus.

Gambar 10 Ilustrasi rangkaian listrik paralel pada lampu celup LED.

Hasil konstruksi lampu celup LED yang terdapat pada Gambar 11. Berdasarkan hasil perancangan dan pembuatan lampu celup LED baik digunakan sebagai alat bantu pada bagan, karena lampu dapat memancarkan cahaya ke arah horizotal dan vertikal secara merata. Hasil daya yang terdapat pada lampu lebih besar daripada lampu yang dirancang oleh peneliti sebelumnya. Penerangan cahaya secara vertikal atau ke bawah perairan dapat menarik perhatian ikan sehingga ikan-ikan naik ke permukaan dan mendekati alat tangkap (catchable area). Hasil konstruksi lampu yang didapatkan oleh peneliti sebelumnya hanya dapat memancarkan cahaya ke samping dan lampu tidak dapat dilakukan

Bagian ( - ) Bagian ( + )

Kabel penghubung ( - )

Kabel penghubung (+ )

(36)

penurunan intensitas cahaya, sehingga membutuhkan lampu hauling (Thenu 2014). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa konstruksi lampu yang didapatkan lebih efektif dibandingkan lampu yang didapatkan oleh peneliti sebelumnya, karena lampu yang digunakan yaitu jenis lampu yang lebih murah dan spektrum cahayanya lebih panjang. Biaya pembuatan lampu dan hasil konstruksi lampu sebenarnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

Gambar 11Hasil konstruksi lampu celup LED.

Pengukuran Iluminasi Cahaya Lampu di Udara

Pengukuran Iluminasi Cahaya pada Lampu Noen

Hasil pengukuran iluminasi cahaya pada lampu neon juga dilakukan secara horizontal dan vertikal. Proses atau ilustrasi pengukuran iluminasi cahaya pada lampu neon terdapat pada Gambar 12. Hasil pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara yaitu secara horizontal tidak menunjukkan perbedaan intensitas cahaya yang signifikan, perbedaan intensitas tiap sudut yang berbeda nilainya 0.3 lux. Hasil pengukuran secara vertikal terdapat perbedaan intensitas cahaya, pada sudut 90°. Perbedaan nilai iluminasi cahaya disebabkan oleh posisi luxmeter pada saat pengukuran intensitas cahaya, karena posisi luxmeter tepat berada pada cahaya sehingga sudut tersebut nilainya lebih tinggi. Posisi vertikal menunjukkan perbedaan intensitas cahaya yang sangat signifikan.

(37)

Gambar 12 a. Ilustrasi pengukuran intensitas cahaya lampu neon pada posisi horizontal; dan b. Posisi vertikal.

Gambar 13 Pola sebaran cahaya lampu neon pada posisi horizontal.

0

(38)

Gambar 14 Pola sebaran cahaya lampu neon posisi vertikal.

Hasil dari pengukuran iluminasi cahaya pada sisi horizontal berdasarkan jarak yang berbeda yaitu pada jarak 50 cm berkisar antara 997-999 lux, jarak 75 cm berkisar antara 463-465 lux, jarak 100 cm berkisar antara 276-278 lux, dan jarak 125 cm berkisar antara 178-180 lux. Hasil pengukuran iluminasi cahaya pada sisi vertikal yaitu pada jarak 50 cm berkisar antara 88-928 lux, jarak 75 cm berkisar antara 50-434 lux, jarak 100 cm berkisar antara 28-258 lux, dan jarak 125 cm berkisar antara 18-168 lux. Diantara kedua sisi mengalami penurunan nilai iluminasi cahaya yang signifikan. Nilai iluminasi cahaya lampu neon dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil pola eksponensial sebaran cahaya pada lampu neon (Gambar 15 dan 16) menunjukkan adanya penurunan tingkat iluminasi cahaya lampu neon secara horizontal dengan sudut yang berbeda mengalami penurunan yang sama seiring bertambahnya jarak pengukuran, karena disebabkan oleh konstruksi lampu yang berbentuk tabung. Penurunan iluminasi cahaya secara horizontal hanya mengalami perbedaan nilai intensitas cahaya pada setiap sudut yang berbeda sebesar 0.3 lux. Pola eksponensial secara vertikal mengalami penurunan iluminasi cahaya yang cukup signifikan dengan sudut yang berbeda seiring bertambahnya jarak pengukuran. Perbedaan ini disebabkan oleh konstruksi lampu sehingga terjadi penurunan iluminasi cahaya yang berbeda. Nilai persamaan eksponensial lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

0

(39)

Gambar 15 Grafik pola eksopnensial sebaran cahaya pada lampu neon dengan berbagai sudut posisi horizontal.

Tabel 4 Persamaan eksponensial intensitas cahaya lampu neon dengan sudut berbeda pada posisi horizontal.

Sudut (°) Persemaan Eksponensial 0 y = 2831,e-0,02x

Gambar 16 Grafik pola eksponensial sebaran cahaya pada lampu neon dengan berbagai sudut posisi vertikal.

(40)

Tabel 5 Persamaan eksponensial intensitas cahaya lampu neon dengan sudut berbeda pada posisi vertikal.

Sudut (°) Persamaan Eksponensial 0 y = 291,2e-0,02x 10 y = 291,2e-0,02x 20 y = 465,3e-0,02x 30 y = 622,4e-0,01x 40 y = 1152,e-0,02x 50 y = 1470,e-0,02x 60 y = 1993,e-0,02x 70 y = 2252,e-0,02x 80 y = 2520,e-0,02x 90 y = 2623,e-0,02x

Pengukuran Iluminasi Cahaya Lampu Celup LED

Pengukuran iluminasi cahaya lampu celup LED dilakukan untuk mengetahui tingkat intensitas cahaya dan pola sebaran cahaya lampu LED yang dibuat. Ilustrasi pengukuran iluminasi cahaya seperti yang terlihat pada Gambar 17. Pola sebaran cahaya yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh bentuk dari konstruksi lampu sendiri. Pengukuran hanya dilakukan pada 2 sisi lampu dengan sudut yang di ambil 0° - 180° dan untuk sudut 180° - 360° dianggap sama nilainya, baik pengukuran secara horizontal maupun vertikal. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk desain lampu yang berbentuk silinder vertikal dan jenis maupun jumlah lampu yang digunakan sama.

Hasil pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara yaitu secara horizontal tidak menunjukkan perbedaan iluminasi cahaya yang signifikan, karena dipengaruhi oleh konstruksi lampu yang berbentuk tabung, perbedaan nilai dari setiap sudut sekitar 0.3 lux. Secara vertikal terdapat perbedaan iluminasi cahaya yang disebabkan oleh posisi luxmeter pada saat pengukuran, karena posisi

(41)

Gambar 17 Ilustrasi pengukuran iluminasi cahaya pada lampu celup LED a. Posisi horizontal; dan b. Posisi vertikal.

Gambar 18Pola sebaran cahaya lampu celup LED posisi horizontal. 0

Jarak 50 cm Jarak 75 cm Jarak 100 cm Jarak 125 cm

(42)

Gambar 19 Pola sebaran cahaya LED pada posisi vertikal.

Hasil pengukuran iluminasi cahaya pada sisi horizontal berdasarkan jarak yang berbeda yaitu pada jarak 50 cm berkisar antara 95-97 lux, jarak 75 cm berkisar antara 66-69 lux, jarak 100 cm berkisar antara 46-49 lux, dan jarak 125 cm berkisar antara 27-29 lux. Sedangkan, hasil pengukuran intensitas cahaya pada sisi vertikal yaitu pada jarak 50 cm berkisar antara 15-136 lux, jarak 75 cm berkisar antara 6-107 lux, jarak 100 cm berkisar antara 3-80 lux, dan jarak 125 cm berkisar antara 2-62 lux. Diantara kedua sisi tidak mengalami penurunan intensitas cahaya yang signifikan. Nilai iluminasi cahaya lampu celup LED dapat dilihat pada Lampiran 5.

Hasil pola eksponensial sebaran cahaya pada lampu celup LED (Gambar 20 dan 21) menunjukkan penurunan tingkat iluminasi cahaya pada posisi horizontal dengan sudut yang berbeda mengalami penurunan yang sama seiring bertambahnya jarak pengukuran, karena disebabkan oleh konstruksi lampu yang berbentuk tabung atau silinder vertikal. Penurunan iluminasi cahaya pada posisi horizontal hanya mengalami perbedaan nilai intensitas cahaya pada setiap sudut yang berbeda sebesar 0.3 lux. Posisi vertikal mengalami penurunan iluminasi cahaya yang cukup signifikan dengan sudut yang berbeda seiring bertambahnya jarak pengukuran. Perbedaan ini disebabkan oleh konstruksi lampu sehingga terjadi penurunan intenitas cahaya yang berbeda. Nilai persamaan eksponensial secara horizontal dan vertikal dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.

0

(43)

Gambar 20 Grafik pola eksponensial sebaran cahaya lampu celup LED dengan sudut berbeda pada posisi horizontal.

Gambar 21 Grafik pola eksponensial sebaran cahaya pada lampu celup LED posisi vertikal.

Pola sebaran intensitas cahaya lampu neon dan lampu celup LED secara horizontal sama-sama berbentuk bulat. Posisi vertikal juga sama-sama berbentuk kupu-kupu, tetapi pola yang dihasilkan lampu neon lebih melebar ke samping. Pola sebaran cahaya yang dipancarkan oleh lampu neon bersifat menyebar berbeda dengan lampu LED yang bersifat fokus.

Hasil pengukuran iluminasi cahaya lampu LED dan lampu neon memperlihatkan bahwa iluminasi cahaya lampu neon lebih tinggi dibandingkan lampu LED, karena tingkat terang yang terbaca oleh luxmeter pada lampu LED lebih kecil. Tetapi spektrum cahaya yang dihasilkan lampu LED lebih tinggi dibandingkan lampu neon, karena lampu neon memiliki panjang gelombang yang

(44)

lebih panjang dibandingkan lampu LED. Semakin panjang gelombang yang dihasilkan sebuah lampu, maka spektrum cahaya yang dihasilkan semakin kecil. Standar lampu LED memiliki 60-100 lumens (Lumens adalah ukuran cahaya oleh mata manusia yang dapat diterima), sedangkan lampu CFL memiliki 14-17 lumens. Lampu LED 150 watt x 60 lumen = 9.000 lumen dan lampu CFL 450 watt x 17 lumens = 7.650 lumens. Jadi, meskipun daya lampu neon lebih besar dari lampu LED, tetapi lumen yang dihasilkan lampu LED tetap lebih besar Baskoro et al. (2011), Hua dan Xing (2013).

Tabel 6 Persamaan eksponensial intensitas cahaya pada lampu celup LED posisi horizontal.

Sudut (°) Persamaan Eksponensial 0 y = 223,7e-0,01x

Tabel 7 Persamaan eksponensial intensitas cahaya pada lampu celup LED posisi vertikal.

Sudut (°) Persamaan Eksponensial 0 y = 50,96e-0,02x

(45)

Konversi Lampu Celup LED dengan Lampu Nelayan

Pengukuran tegangan pada lampu yang dibutuh untuk lampu LED lalu dikonversikan ke lampu neon 45 watt, maka perlu dilakukan persamaan tegangan antara lampu celup LED dengan lampu neon. Lampu yang digunakan nelayan sebesar 450 watt dengan jumlah lampu 10 unit. Berdasarkan penelitian sebelumnya lampu LED memiliki lifespan lebih dari 50.000-80.000 jam, dibandingkan dengan lampu CFL (Compact Flourescent Lamp) yang hanya 6.000 jam seperti yang terdapat pada Tabel 8. Umumnya ditulis pada kotak lampu CFL, dengan pemakaian 4 jam sehari (jam 6 malam – jam 10 malam) lampu CFL tahan lebih dari 4 tahun (4 tahun x 365 hari x 4 jam = 5840 jam). Berarti dengan perhitungan yang sama lampu CFL akan tahan selama 24 tahun. Lampu LED 3 watt setara dengan lampu CFL 8 watt. Apabila lampu yang digunakan nelayan sebanyak 10 unit x 45 watt = 450 watt. Lampu nelayan dengan tegangan sebesar 450 watt, maka setara dengan lampu LED 150 watt. Berdasarkan hasil penelitian ini lampu LED yang telah dirancang daya totalnya adalah sebesar 93 watt, maka perlu dilakukan penambahan daya pada lampu celup LED (Setiadi et al. 2012).

Lampu celup LED dioperasikan dengan arus searah DC (Direct Current) 12 volt. Lampu LED sebenernya juga dapat dirancang menggunakan arus bolak balik AC (Alternating Current) 100-240 Volt. Lampu LED memiliki sirkuit internal (konverter) untuk mengubah AC menjadi DC. Lampu LED kecil menggunakan arus kecil seperti penelitian sebelumnya memberi contoh, lampu LED 3 watt. Area yang luas membutuhkan penerangan yang lebih besar sehingga dibutuhkan cahaya yang lebih terang, maka jumlah LED harus diperbanyak, kekurangan dari semakin banykanya LED adalah panas yang dihasilkan. Solusi lainnya adalah menggunakan resistor sebagai penahan arus atau memperbanyak LED yang diparalelkan, maka dalam penelitian ini digunakan rangkaian listrik paralel pada rancang lampu celup LED dalap air. Lampu LED ini menyebabkan panas semakin banyak rangkaian LED, maka tingkat panas yang dihasilkan oleh lampu LED semakin menurun atau sedikit (Nielsen 2003).

Tabel 8 Perbedaan daya tahan lampu.

No. Jenis Lampu Lama Waktu

1. Lampu Incandescent (Hologen) 750-1.000 jam 2. Lampu Flourescent (Mercury) 6.000 jam

3. Lampu LED 50.000-80.000 jam

Daya Tahan Accu Terhadap Lampu Celup LED

Hasil perhitungan daya tahan accu terhadap lampu celup LED didapatkan

(46)

Hasil perhitungan ini juga menunjukkan bahwa penggunaan lampu celup LED lebih efisien bila dilihat dari segi biaya operasional bahan bakar yang digunakan. Berdasarkan wawancara nelayan dengan menggunakan lampu neon membutuhkan bahan bakar bensin dalam 1 malam sebanyak 10-12 liter. Harga bensin Rp. 8.000 perliter, maka biaya yang dikeluarkan oleh nelayan untuk bahan bakar sebanyak Rp. 80.000- 96.000 permalam dalam operasi penangkapan ikan. Salah satu untuk mengurangi penggunaan bahan bakar adalah dengan cara menggunakan lampu yang hemat energi. Lampu celup LED merupakan salah satu lampu yang hemat energi dan terus berkembang saat ini. Penggunaan lampu celup LED sebagai alat bantu penangkapan ikan berpeluang besar untuk digunakan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lampu celup LED dapat menghematkan biaya operasional sampai 55 persen Okamoto et al. (2008), Sato et al. (2010), dan Yulianto (2015).

Penelitian di Lapangan

Spesifikasi Teknis Bagan Apung

Terdapat banyak jenis bagan apung di Indonesia yang sudah berkembang pesat. Rancang bangun alat tangkap bagan apung berbeda dengan bagan biasa. Komponen-komponennya lebih lengkap daripada bagan biasa dengan konstruksi lebih kuat dan spesifik berdasarkan tujuan penangkapan. Satu unit bagan apung terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan (Tabel 9). Sudirman dan Nessa (2011), komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : a. Drum (pelampung bagan), b. Rangka bagan, c. Jaring (waring), d. Bingkai jaring, d. Roller, e. Sumber daya (genset), f. Lampu (neon dan LED), g. Rumah bagan.

Tabel 9 Spesifikasi teknis bagan apung yang digunakan di Perairan Patek

Bagian dari Bagan Apung

Spesifikasi Bagan Apung

A. Perahu (Drum) Jumlah 18 Unit (Kiri-Kanan) B. Jaring Panjang (Length) 9 m

Lebar (Breadth) 9 m Tinggi (Depth) 2.5 m Ukuran mata jaring (Mesh

size)

0.5 cm

(47)

Keberhasilan menangkap ikan dengan bagan sangat dipengaruhi oleh lampu yang digunakan. Jenis lampu yang digunakan oleh nelayan Patek adalah lampu neon yang dioperasikan di permukaan air. Daya lampu yang digunakan adalah sebesar 45 Watt sebanyak 10 lampu. Lampu pemanggil sebanyak 8 buah dan lampu hauling sebanyak 2 buah. Pada lampu hauling nelayan menggunakan tudung (Fitri et al. 2005, Sudirman et al. 2006). Tabel di bawah menunjukkan biaya investasi dalam pembuatan bagan apung di perairan Patek. Biaya tersebut didapatkan berdasarkan hasil wawancara dari nelayan (Tabel 10).

Berdasarkan tabel di bawah menunjukkan bahwa biaya operasional penggunaan alat bantu lampu celup LED lebih efisien dibandingkan penggunaan lampu neon yang digunakan oleh nelayan. Selain di lihat biaya operasional yang dikeluarkan, dari segi komsumsi daya bahwa lampu celup LED lebih efisien dibandingkan lampu neon. Sulaiman (2015) menjelaskan penggunaan Lampu celup LED juga lebih ramah lingkungan dibandingkan lampu fluorescent.

Penelitian pemanfaatan tentang penggunaan lampu celup LED dapat mengurangi komsumsi daya atau bahan bakar mencapai 55% (Okamoto et al. 2008), 47% (Sato et al. 2010), dan 24% (Matsushita et al. 2012). Toeda et al. (2010) menyatakan bahwa lampu celup LED lebih stabil dan cepat dalam proses penangkapan ikan dibandingkan dengan menggunakan lampu inclandescent lamp

(ICL) dan metal halid (MHL). Thenu (2015) menyimpulkan bahwa konstruksi lampu celup LED menghasilkan tangkapan lebih tinggi dibandingkan dengan konstruksi lampu fluorescent dan lampu gantung LED.

Tabel 10 Biaya investasi pada bagan apung di Perairan Patek.

KOMPOSISI ALAT INVESTASI (Rp)

Rangka Bagan :

1. Kayu 5.000.000

2. Drum plastik Rp. 250.000 x 18 4.500.000 3. Tali – temali 1.200.000

4. Waring 2.500.000

Mesin perahu bagan 22.000.000

Alat Bantu

a. Lampu Neon Rp 80.000 x 10 800.000 - Sumber daya (generator set) 3.500.000 b. Lampu celup LED 2.300.000 - Sumber daya (Baterai accu) 1.200.000

Biaya Operasional Pertrip (Lampu Celup LED)

1. Makan dan minum (4 orang) Rp. 50.000 x 4 200.000 2. Bahan Bakar Cas Baterai accu 10.000 3. Mesin perahu bagan Rp. 8.000 x 8 64.000 4. Es batu Rp. 1.000 x 20 20.000

Gambar

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 2 Bahan yang digunkan dalam penelitian
Tabel 3 Panjang gelombang pada berbagai warna cahaya.
Gambar 5 Pengatur intensitas cahaya (dimmer DC)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik performa dari kendali vektor yang telah diaplikasikan pada skema simulasi sistem PLTB untuk torsi masukan ke generator dalam kondisi konstan dapat dilihat

Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang memberikan arahan penulisan skripsi yang sesuai dengan kepentingan pengembangan Jurusan Pendidikan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana

Segala keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan KKN yang diselenggarakan oleh LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Universitas Ahmad


 Hal
 ini
 akan
 nampak
 bagi
 Sutjipto
 dan
 Ridwan
 ketika
 menghadapi
 sebuah
 perbedaan
 pendapat.
 Sutjipto
 mengangankan
 sebuah


dan MgO. Lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan peran orang tua dalam pendidikan menstruasi dengan perilaku saat menstruasi pada siswi kelas VIII di SMP Negeri 1 Banguntapan

Pada grade rendah nampak sel spindle yang beraturan dalam fasikula dengan selularitas rendah sampai sedang dan nampak seperti herringbone.Terdapat nuklear