• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan Antara Konsumi Buah Dan Sayur Serta Gaya Hidup Dengan Kejadian Kegemukan Pada Mahasiswa/I Tpb-Ipb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterkaitan Antara Konsumi Buah Dan Sayur Serta Gaya Hidup Dengan Kejadian Kegemukan Pada Mahasiswa/I Tpb-Ipb"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

KETERKAITAN ANTARA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR

SERTA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN KEGEMUKAN

PADA MAHASISWA TPB-IPB

DAHLIA KHARISMA WARDHANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan antara Konsumsi Buah dan Sayur serta Gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan pada Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

DAHLIA KHARISMA WARDHANI. Keterkaitan antara Konsumi Buah dan Sayur serta Gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan pada Mahasiswa/i TPB-IPB. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup dengan kejadian kegemukan pada mahasiswa TPB-IPB. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Contoh adalah 62 mahasiswa dan mahasiswi TPB-IPB yang berusia 17-18 tahun dengan status gizi gemuk (overweight dan obese) dan normal. Data karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga serta gaya hidup dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner. Konsumsi buah dan sayur dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner semi kuanti-tatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh gemuk men-gonsumsi buah dan sayur lebih sedikit daripada contoh normal. Terdapat hub-ungan yang signifikan (p<0,05) antara jenis kelamin contoh dengan konsumsi buah dan sayur,yakni contoh perempuan mengkonsumsi buah dan sayur lebih banyak daripada laki-laki; dan antara gaya hidup serta konsumsi buah dan sayur dengan status gizi (berdasarkan IMT/U dan lingkar pinggang). Kesimpulan penelitian ini adalah contoh gemuk cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih sedikit dan kurang aktif secara fisik dibandingkan dengan contoh normal.

Kata kunci: konsumsi buah dan sayur, gaya hidup, kegemukan

ABSTRACT

DAHLIA KHARISMA WARDHANI. The Relationship between Fruit and Vegetable Consumption and Lifestyle with the Incident of Obesity among First Grade of Undergraduate Students of IPB. Supervised by LILIK KUSTIYAH.

This study aimed to analyze the relationship between fruit and vegetable (FAV) consumption and lifestyles with the incident of obesity among first grade of undergraduate students of IPB. Sixty two first grade of undergraduate student of Bogor Agricultural University (IPB) were included in this cross sectional study. Characteristics, family socio-economic, and lifestyle of the subjects were collected by filling questionnaire. Body weight and height were measured by digital scale and microtoise, respectively. Nutritional status was assessed by BMI/A and waist circumference. Consumption of FAV were collected using semiquantitative questionnaire. The results showed that overweight and obese subjects tended to consume less FAV than normal ones. There were significant correlation (p <0.05) between the gender of subjects with FAV consumption, i.e. female subjects tended to consume more FAV; and between lifestyles and consumption of FAV with nutritional status (BMI/A and waist circumference). The study conclusion that overweight and obese subjects tended to eat less FAV, and physically less active than normal subjects.

(6)
(7)

KETERKAITAN ANTARA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR

SERTA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN KEGEMUKAN

PADA MAHASISWA TPB IPB

DAHLIA KHARISMA WARDHANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Keterkaitan antara Konsumsi Buah dan Sayur serta Gaya Hidup dengan Kejadian Kegemukan pada Mahasiswa/i Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor” ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan dan masukannya dalam penyusunan karya ilmiah ini.

2. Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan karya ilmiah ini.

3. Pengurus asrama putri dan putra TPB IPB yang telah turut memfasilitasi dalam pengambilan data penelitian.

4. Keluarga tercinta: ayahanda (Bp Kardjan D), ibunda (Ibu Sri Juliati), adik (Lingga Kusumawadani) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

5. Teman satu bimbingan Bayu Samudera dan Mar’atus Sholihah.

6. Teman-teman pembahas seminar: Syafitri, Miftahur Rahmah, Ni Putu Dewi dan Mar’atus yang telah memberikan saran selama seminar.

7. Para sahabat : Syafitri Dwi Jayanti, Sinta Devi Wahyu Wardani, Miftahur Rahmah, Brida Januarisca, Ni Putu Dewi, Dinur Winda, Rahdian Padma, Nanda Hardian, Hendri Pansito serta teman-teman Alih Jenis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

PRAKATA xi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 3

Hipotesis 3

Manfaat 3

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 5

Desain, Tempat dan Waktu 5

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Gambaran Umum Asrama TPB IPB 12

Karakteristik Contoh 13

Gaya Hidup 15

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 16

Konsumsi Pangan 18

Tingkat Kecukupan Zat Gizi 22

Uji Hubungan antar Variabel 26

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 31

(14)

14

DAFTAR TABEL

1 Variabel, jenis data dan cara pengumpulan data 7

2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik 7 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 9

4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian 10

5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi 13 6 Sebaran contoh berdasarkan gaya hidup dan status gizi 15 7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan status gizi 17 8 Perbedaan Frekuensi konsumsi berdasarkan status gizi IMT/U

(kali/minggu) 18

9 Jumlah konsumsi berdasarkan kelompok pangan dan status gizi

IMT/U(gram/hari) 19

10 Frekuensi dan jumlah konsumsi pangan berdasarkan status gizi 20 11 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi contoh 23 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi 25

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran keterkaitan antara konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup dengan kejadian kegemukan pada mahasiswa TPB IPB. 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dengan konsumsi buah dan

sayur 36

2 Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dengan gaya hidup 36 3 Hasil uji korelasi antara gaya hidup dengan konsumsi buah dan sayur 36 4 Hasil uji korelasi antara sosial ekonomi keluarga dengan gaya hidup 36 5 Hasil uji korelasi antara karakteristik sosial ekonom keluarga dengan

konsumsi buah dan sayur contoh 37

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan makanan untuk melang-sungkan kehidupannya agar selalu sehat sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan selama hidupnya (Paramita 2013). Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai jenis makanan yang mengandung zat gizi yang cukup karena akan berpengaruh terhadap kesehatan. Pentingnya asupan bahan makanan membuat seseorang perlu memperhatikan pola makan sehari-hari karena ketidakcukupan asupan zat gizi dapat menimbulkan masalah gizi. Masalah gizi terdapat pada berbagai kelompok usia, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok usia tertentu akan berhubungan dengan status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact) (Azwar 2004). Masalah gizi di Indonesia kini menjadi masalah gizi ganda. Di satu sisi, masalah gizi kurang belum teratasi, di sisi lain masalah gizi lebih semakin meningkat. Overweight dan obes merupakan masalah gizi lebih yang saat ini banyak melanda negara berkembang termasuk Indonesia (Spark 2007). Obesitas adalah suatu kondisi dengan ciri-ciri timbunan lemak tubuh yang berlebihan (Sandjaja et al. 2010).

Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyatakan bahwa masalah gizi pada penduduk usia di atas 18 tahun adalah: 12,6 persen kurus, dan 21,7 persen gabungan kategori berat badan lebih (BB lebih) dan obes. Perempuan memiliki persentase 2 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obes pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Tahun 2013, prevalensi perempuan dewasa obes (>18 tahun) adalah 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi obes adalah lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding daerah perdesaan, sebaliknya prevalensi kurus cenderung lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan (Riskesdas 2013).

Obesitas pada masa muda dan berlanjut sampai dewasa dapat meningkatkan resiko penyakit degeneratif dan sindroma metabolik di usia tua seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan lain-lain. (Garrow 2000). Faktor individu, sosial ekonomi keluarga, gaya hidup dan pemilihan jenis bahan makanan dapat berhubungan dengan berat badan seseorang. Prevalensi obesitas cenderung lebih tinggi pada kelompok penduduk dewasa yang juga berpendidikan lebih tinggi dan bekerja sebagai PNS/TNI/Polri/Pegawai (Paramita 2013). Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita cenderung semakin tinggi prevalensi obesitas. Makanan alami yang merupakan sumber vitamin, mineral, serat dan rendah kandungan lemak adalah buah dan sayur. Berdasarkan penelitian Du et al. (2010) yang dilakukan pada 89.432 subjek dengan usia 18-78 tahun di Eropa menyatakan bahwa asupan serat memiliki hubungan berbanding terbalik dengan penambahan berat badan dan lingkar pinggang.

(16)

2

14

Buijsse et al. (2009) menyatakan bahwa penelitian konsumsi buah dan sayuran berhubungan secara signifikan pada perubahan berat badan. Pola diet yang ditandai dengan jumlah tinggi buah dan sayuran berhubungan dengan peningkatan berat badan yang lebih kecil dan resiko yang lebih rendah dari kelebihan berat badan dan obesitas (Schulz et al. 2006). Namun, berdasarkan Riset Kesehatan Da-sar tahun 2007 menunjukkan bahwa sampai tahun 2007, konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan penduduk Indonesia hanya sebesar 95 kkal/kapita/hari, atau 79 % dari anjuran kebutuhan minimum sebesar 120 kkal/kapita/hari. Begitu juga dengan data Riskesdas tahun 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur masyarakat masih rendah. Konsumsi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kemampuan ekonomi, ketersediaan dan pengetahuan tentang manfaat mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang sangat berpengaruh terhadap pola dan perilaku konsumsi (Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penduduk usia 10 tahun ke atas kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 93.6%.

Mahasiswa tingkat persiapan pertama (TPB) pada umumnya berusia 18-21 tahun yang merupakan remaja tahap akhir (Depkes 2009). Dengan berdomisilinya mereka di asrama, mereka mulai terlepas dari perhatian orang tua dan mempunyai kemandirian dalam menentukan makanan yang mereka konsumsi sebagai upaya untuk mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal. Hal ini juga berpengaruh terhadap perubahan konsumsi mahasiswa. Konsumsi buah dan sayur, gaya hidup dan karakteristik sosial ekonomi keluarga diduga berpengaruh terhadap kejadian kegemukan pada mahasiswa. Oleh karena itu, dengan rendahnya konsumsi buah dan sayur di Indonesia dan pengaruhnya terhadap berat badan, maka penelitian ini penting untuk dilakukan sebagai sarana menggali informasi mengenai hubungan konsumsi buah dan sayur dan gaya hidup dengan kejadian kegemukan pada mahasiswa TPB-IPB.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada studi keterkaitan antara konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup dengan kejadian kegemukan pada mahasiswa TPB IPB adalah sebagai berikut :

1. Apakah karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, uang saku, pengetahuan gizi) berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur? 2. Apakah karakteristik sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pendapatan,

pekerjaan, besar keluarga) berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup?

3. Apakah gaya hidup contoh berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur contoh?

(17)

3

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup dengan kejadian kegemukan mahasiswa TPB-IPB.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik dan gaya hidup contoh.

2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh.

3. Mengkaji konsumsi pangan contoh termasuk konsumsi buah dan sayur contoh.

4. Menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh.

5. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dengan konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup; antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan karakteristik contoh, konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup; antara konsumsi buah dan sayur, tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta gaya hidup dengan status gizi.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara karakteristik contoh dengan konsumsi buah dan sayur.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh dengan konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup.

3. Terdapat hubungan antara gaya hidup dengan konsumsi buah dan sayur contoh.

4. Terdapat hubungan antara konsumsi buah dan sayur, TKE dan TKG serta gaya hidup dengan status gizi.

Manfaat

(18)

4

14

KERANGKA PEMIKIRAN

Kegemukan merupakan suatu keadaan dimana terdapat timbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh. Keadaan ini ditandai dengan berat badan dan lingkar pinggang yang melebihi normal. Faktor-faktor penyebab kegemukan antara lain kebiasaan makan; genetik; serta gaya hidup yang kurang baik, seperti kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan kurang olahraga. Status gizi dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi pangan seseorang. Selain makanan harus mangandung zat gizi makro (lemak, protein, karbohidrat), makanan juga harus mengandung zat gizi mikro (vitamin dan mineral) serta serat. Rendahnya asupan pangan sumber serat, vitamin dan mineral serta kurangnya aktivitas fisik dapat memicu terjadinya penimbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kurangnya asupan pangan sumber serat dan kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan berat badan dan lingkar pinggang. Peningkatan berat badan dan ukuran lingkar pinggang yang besar mencerminkan adanya penumpukan lemak yang berlebih. Kondisi ini dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, hipertensi dan gangguan metabolik lainnya.

Kebiasaan konsumsi yang dikaji dalam peneltian ini adalah kebiasan konsumsi buah dan sayur. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, faktor individu, sosial ekonomi keluarga, gaya hidup dan pengetahuan gizi. Konsumsi buah dan sayur, gaya hidup dan penyakit infeksi lebih lanjut berpengaruh terhadap status gizi, namun dalam penelitian ini penyakit infeksi tidak diteliti. Gaya hidup yang dikaji berupa aktifitas fisik, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. Status gizi contoh ditentukan berdasarkan IMT/U dan lingkar pinggang untuk mengetahui apakah contoh termasuk ke dalam status gizi kurang, status gizi normal atau kegemukan. Karakteristik sosial ekonomi keluarga yang dikaji meliputi pendidikan orang tua, pendapatan, pekerjaan dan besar keluarga. Contoh yang memiliki keluarga dengan status sosial ekonomi lebih baik, pada umumnya memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik (Paramita 2013). Contoh dengan pengetahuan gizi yang lebih baik, maka kesadaran untuk memilih pangan yang lebih sehat pun lebih baik. Begitu juga dengan contoh dengan uang saku yang lebih memadai, diharapkan mampu membeli buah dan sayur yang cukup. Selain itu, keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki gaya hidup yang lebih baik. Dengan konsumsi dan gaya hidup yang lebih baik diharapkan berdampak pada status gizi yang normal.

(19)

5

Keterangan :

= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang dianalisis = hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran keterkaitan antara konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup dengan kejadian kegemukan pada mahasiswa TPB IPB.

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor dimulai pada bulan November 2014, sedangkan pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh yang diambil pada penelitian adalah mahasiswa/i Tingkat Persiapan Bersama yang tinggal di asrama. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara stratified random sampling. Kriteria inklusi contoh usia 17-18 tahun, dalam kondisi sehat, status gizi (IMT/U) normal dan gemuk dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Penentuan jumlah contoh menggunakan pendekatan prevalensi mahasiswa TPB-IPB usia 17-18 tahun yang kegemukan, yaitu sebanyak 20,2 % (Pertiwi 2014). Penentuan jumlah contoh minimal yang diteliti menggunakan rumus Lemeshow et al. (1997):

Penyakit infeksi Status gizi

- IMT/U - Lingkar

pinggang Konsumsi

pangan buah dan sayur lainnya Karakteristik sosial

ekonomi keluarga

Gaya hidup - Aktifitas fisik - Kebiasaan merokok - Kebiasaan olaharaga

Karakteristik contoh - Usia

- Jenis kelamin - Uang saku - Pengetahuan gizi

(20)

6

14

n ≥ 1,282 x 0,202(1-0,202) (0,1)2

n ≥ 26

Keterangan :

n = jumlah atau besar contoh minimal Z 1-α/2 = tingkat kemaknaan 10% (1,28)

P = Prevalensi kejadian kegemukan pada mahasiswa (20,2%) d = derajat akurasi / presisi mutlak (10%)

Q = 1-P

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah minimal contoh adalah 26 mahasiswa dengan status gizi masing-masing kegemukan dan normal. Mengantisipasi adanya contoh yang drop-out, maka jumlah contoh ditambah 10%, sehingga menjadi 29 orang. Dengan demikian, total contoh yang diperlukan adalah 62 mahasiswa. Setiap contoh diukur berat badan, tinggi badan dan ukuran lingkar pinggang. Setelah itu dicatat dan dikategorikan sesuai dengan status gizinya menurut IMT/U dan lingkar pinggang. Sebanyak 16 contoh mahasiswa dengan status gizi normal dan 16 contoh mahasiswa yang kegemukan pada masing-masing asrama sehingga diperoleh total contoh sebanyak 32. Contoh diambil dengan cara mengacak blok pada masing-masing asrama dengan perkiraan dan jumah contoh yang sesuai. Jika jumlah contoh belum cukup maka akan dilakukan pengacakan lagi pada blok berikutnya. Contoh yang telah diseleksi diminta mengisi kuesioner penelitian yang sebelumnya telah dijelaskan mengenai cara pengisian setiap bagian pertanyaannya. Setelah kuesioner dikembalikan, seluruh data direkap dan dilakukan screening, editing dan entry data, kemudian dilakukan pengolahan data. Penilaian status gizi pada usia di atas 18 tahun menggunakan perhitungan IMT/U (z-score). Pengkategorian status gizi berdasarkan IMT/U menurut kiteria WHO (2007), yaitu sangat kurus (z-score <-3 SD), kurus (-3 SD ≤ z-score <-2 SD), normal (-2 SD ≤ z-score ≤ 1 SD), gemuk (1 SD < z-score ≤2 SD), obes (z-score >2SD). Adapun pengkategorian status gizi berdasarkan lingar pinggang adalah berdasarkan WHO (2007).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung antropometri (berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang) serta pengisian kuesioner. Variabel yang diteliti meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga), karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, uang saku dan pengetahuan gizi), gaya hidup contoh (aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga), konsumsi pangan (konsumsi buah dan sayur), dan status gizi contoh berdasarkan IMT/U dan lingkar pnggang. Jenis dan cara pengumpulan data secara ringkas disajikan pada Tabel 1.

2 2 / 1 2

d PQ Z

(21)

7

Tabel 1 Variabel, jenis data dan cara pengumpulan data

No. Variabel Jenis data Cara Pengumpulan Data 1. Karakteristik

Sosial Ekonomi keluarga

1. Pendidikan orang tua 2. Pendapatan orang tua 3. Pekerjaan orang tua 4. Besar keluarga

Pengisian kuesioner 2. Karakteristik

contoh 1. 2. Usia Jenis kelamin 3. Uang saku 4. Pengetahuan gizi 3. Gaya Hidup 1. Kebiasaan merokok

2. Kebiasaan olahraga 3. Aktivitas fisik 4. Konsumsi Pangan 1. Konsumsi pangan

termasuk buah dan sayur

Pengisian Food Frequency Questionaire

5. Penilaian

Antropometri 1. Lingkar pinggang (cm) 2. Status gizi (IMT/U)

Pengukuran langsung

Pengukuran langsung

Pengambilan data aktivitas fisik meliputi jenis aktivitas yang dilakukan con-toh dan lama waktu melakukan masing-masing aktivitas fisik dalam sehari (24 jam). Hasil pengukuran ini kemudian ditabelkan dan dikategorikan berdasarkan tingkat (ringan/sedang/berat) aktivitas (FAO 2001) seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik

Kegiatan PAR

Aktivitas Ringan (Sedentary/Light Activity Lifestyle)

Tidur 1.0

Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3

Makan 1.5

Memasak 2.1

Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1.5

Pekerjaan rumahtangga 2.8

Mengenderai kendaraan 2.0

Berjalan 3.2

Kegiatan ringan (menonton TV) 1.4

Aktivitas Sedang (Active or Moderately Active Lifestyle) 1.0

Tidur 2.3

Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 1.5

Makan 2.2

Kegiatan yang dilakukan dengan berdiri 1.2

Transportasi kerja dengan bus 3.2

Berjalan 4.2

(22)

8

14

Tabel 2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik (lanjutan)

Kegiatan PAR

Aktivitas berat (Viogorous or Vigorously Active Lifestyle)

Tidur 1.0

Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3

Makan 1.4

Masak 2.1

Kegiatan pertanian tanpa menggunakan alat 4.1

Mengambil air 4.4

Pekerjaan rumahtangga yang berat 2.3

Berjalan 3.2

Kegiatan ringan 1.4

Sumber: FAO (2001)

Konsumsi pangan contoh dikumpulkan dengan cara pengisian Food Fre-quency Questionaire semi kuantitatif. Jenis data antropometri dikumpulkan dengan cara pengukuran langsung. Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 200 kg dan ketelitian 0,1 kg. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm. Lingkar pinggang diukur dengan meteran dengan kapasitas 150 cm dan ketelitian 0,1 cm. Status gizi dikategorikan menurut IMT/U contoh yang dihitung berdasarkan nilai z-score.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan program komputer Microsoft Of-fice Excel 2010, SPSS for windows versi 16.0, dan WHO AnthroPlus 1.0.4 untuk menentukan status gizi berdasarkan IMT/U. Tahap pengolahan data adalah cod-ing, cleaning, entry dan pengkategorian data. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi, rata-rata dan standar deviasi. Analisis inferensia dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel.

(23)

9

Karakteristik sosial ekonomi keluarga yang diidentifikasi meliputi pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan besar keluarga. Karakteristik contoh yang diidentifikasi meliputi usia, jenis kelamin, uang saku dan pengetahuan gizi. Pertanyaan terkait pengetahuan gizi meliputi ruang lingkup konsumsi pangan dan zat gizi, gizi dasar dan manfaat buah dan sayur. Pengelompokkan usia contoh berdasarkan sebaran data yang didapat. Jumlah pertanyaan yang diberikan sebanyak 15. Penilaian pengetahuan gizi dilakukan dengan memberi skor apabila responden menjawab benar diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban salah diberi skor 0, sehingga total skor minimum 0 dan maksimum 15. Gaya hidup (kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga) dikumpulkan dengan cara wawancara dan pengis-ian kuesioner. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan contoh dan lama waktu melakukan aktivitas fisik dalam sehari. FAO (2001), menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka me-tabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinya-takan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL meru-pakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal/kap/hari) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

PAL = PAR x alokasi waktu tiap aktivitas 24 jam

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (rasio aktivitas fisik, ,, yaitu jumlah energi yang dikeluarkan untuk setiap jenis aktivitas per satuan waktu terten-tu)

Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi tiga kategori menurut FAO (2001), seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Aktivitas ringan (sedentary) 1,40-1,69 Aktivitas sedang (moderate) 1,70-1,99 Aktivitas berat (vigorous) 2,00-2,40

Sumber: FAO (2001)

Kandungan gizi dari masing–masing pangan yang dikonsumsi contoh dihi-tung menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan rekapitulasi berbagai kandungan zat gizi. Data konsumsi pangan kemudian dikonversi menjadi data asupan energi (kkal), protein (g), lemak (g), karbohidrat (g), serat (g), vitamin dan mineral (mg). Data asupan zat gizi kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG 2013) untuk mendapatkan data tingkat kecukupan gizi (TKG) masing-masing contoh.

(24)

10

14

Tabel 4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian No Jenis Data Variabel Kategori Pengukuran 1. Karakteristik 4. Sangat tinggi : > 4.000.000 3. Pekerjaan orang

(BPS 2010) 1.2. Keluarga kecil (≤ 4 orang) Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (≥ 7 orang)

(25)

11

Tabel 4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian

Definisi Operasional

Kegemukan (overweight dan obese) merupakan kondisi kelebihan berat badan akibat tertimbunnya lemak, yang berdasarkan standar WHO (2007) memiliki nilai IMT menurut usia > 1 SD.

Karakteristik individu adalah karakteristik contoh yang mempengaruhi konsumsi pangan yang berupa usia, jenis kelamin, uang saku dan pengetahuan gizi contoh.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah kondisi sosial ekonomi keluarga yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan keluarga serta besar keluarga yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan uang saku contoh.

Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang sumber-sumber zat gizi pada ma-kanan dan manfaatnya bagi tubuh.

Konsumsi buah dan sayur adalah suatu kegiatan individu guna memenuhi kebu-tuhan dirinya berupa pangan yang bersumber dari buah dan sayur.

No Jenis Data Variabel Kategori Pengukuran

5. Penilaian

antro-pometri 1. Ukuran lingkar pinggang (cm) (WHO 2007)

1. <90 cm (normal) untuk laki-laki

2. ≥90 cm (obesitas adominal) 3. <80 cm (normal) untuk

perempuan 4. ≥80 (obes)

2. IMT/U (z-score)

(WHO 2007) 1.2. Sangat kurus (z-score <-3 SD) Kurus (-3 SD - <-2 SD)

3. Normal (-2 SD – 1 SD) 4. Gemuk (>1 SD – 2 SD) 5. Obes (>2 SD)

6. Konsumsi pangan Tingkat kecukupan energi dan protein (Depkes 1996)

1. Defisit berat (<70% AKG) 2. Defisit sedang (70-79%

AKG)

3. Defisit ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Lebih (≥120% AKG) Tingkat kecukupan

lemak

(Depkes 1996)

1. Defisit (<20% AKG) 2. Normal (20-30% AKG) 3. Lebih (>30 % AKG) Tingkat kecukupan

karbohidrat (Depkes 1996)

1. Defisit (<60% AKG) 2. Normal (60-70% AKG) 3. Lebih (>70 % AKG) Tingkat kecukupan

mineral dan vitamin (Gibson 2005)

(26)

12

14

Gaya hidup adalah kebiasaan contoh dalam melakukan aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan kebiasan olahraga.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi yang ditentukan berdasarkan IMT/U dan lingkar pinggang.

Tingkat pendidikan orang tua merupakan pendidikan tertinggi yang telah diselesaikan oleh orang tua contoh.

Pendapatan keluarga merupakanpendapatan /penghasilan yang diterima oleh keluarga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tang-ga maupun pendapatan anggota keluartang-ga lain.

Jenis pekerjaan orangtua adalah pekerjaan atau mata pencaharian orangtua con-toh yang dikelompokkan menjadi petani, pedagang, PNS, pegawai swasta, wiraswasta, TNI/Polri, dan ibu rumah tangga (hanya ibu).

Besar keluarga merupakan jumlah semua orang yang tinggal dalam satu rumah dan menggunakan sumber daya yang sama untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumsi sayur dan buah adalah kebiasaan mengkonsumsi sayur dan buah

yang meliputi jenis, frekuensi dan jumlah yang dikonsumsi

Tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat adalah per-bandingan jumlah asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan serat con-toh dengan angka kecukupan gizi (AKG) dan serat berdasarkan usia dan jenis kelamin contoh.

Tingkat kecukupan vitamin A dan C adalah perbandingan jumlah asupan vitamin A dan C contoh dengan angka kecukupan vitamin A dan C ber-dasarkan usia dan jenis kelamin contoh.

Tingkat kecukupan zat besi adalah perbandingan jumlah asupan zat besi contoh dengan angka kecukupan zat besi berdasarkan usia dan jenis kelamin contoh.

Tingkat kecukupan kalsium adalah perbandingan jumlah asupan kalsium contoh dengan angka kecukupan kalsium berdasarkan usia dan jenis kelamin con-toh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Asrama TPB IPB

Asrama TPB IPB merupakan unit pendukung kegiatan belajar mengajar berupa asrama yang terletak di dalam lingkungan IPB yang dikhususkan bagi mahasiswa tingkat pertama. Asrama ini terdiri dari asrama putri dan asrama putra. Asrama putri terdiri dari lima gedung, yaitu gedung A1, A2, A3, A4 dan gedung A5 berada terpisah (Asrama Sylvasari). Asrama putra terdiri dari gedung C1, C2, C3 dan C4 (Asrama Sylvalestari). Satu gedung asrama berkapasitas sekitar 500 orang dan terbagi atas beberapa lorong. Setiap lorong dikelola dan diawasi oleh seorang Senior Recidence (SR). Satu lorong terdiri dari 10 kamar (setiap kamar dihuni 4 orang) dengan jumlah mahasiswa sebanyak 40 orang.

(27)

13

kamar dan tersedia di setiap lorong. Asrama putra dan putri juga dilengkapi dengan kantin, koperasi, minimarket dan tempat fotocopy. Fasilitas lain yang tersedia adalah bus kampus yang dapat digunakan oleh mahasiswa TPB untuk menuju ke lokasi tempat perkuliahan. Selain itu, terdapat ambulance asrama yang siaga 24 jam. Dalam penelitian ini, mahasiswa yang diambil sebagai contoh terdapat pada gedung A1 dan A2 pada asrama putri dan gedung C1 pada asrama putra karena sudah dapat mewakili jumlah contoh yang diperlukan.

Karakteristik Contoh

Karakteristik contoh yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, uang saku dan pengetahuan gizi. Rata-rata usia semua contoh dalam penelitian ini adalah 18.4 tahun. Secara umum, antara contoh yang gemuk dan normal usianya relatif sama karena tidak berbeda secara statistik pada rentang usia ≥17,5 tahun. Jenis kelamin contoh adalah proporsional, yaitu 50% laki-laki dan 50% perempuan baik dengan status gizi kegemukan maupun normal.

Perbedaan jenis kelamin dapat menentukan kebutuhan gizi bagi masing-masing individu karena antara laki-laki dan perempuan memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Perbedaan jenis kelamin juga dapat menentukan pilihan konsumsi pangan. Hasil penelitian Othman et al. 2012 yang dilakukan di Malaysia pada contoh dengan kategori usia dewasa awal menyatakan, jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat konsumsi buah dan sayur. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa wanita cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan konsumsi buah dan sayur dari masing-masing jenis kelamin ini menentukan konsumsi pangan lain yang akan berhubungan dengan status gizi seseorang. Data sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi

Karakteristik Kegemukan n % Normal n % Total n % valuep

Usia, median (min,maks) 18.0 (17.11,18.9) 18.4 (17.8,18.9) 18.4 (17.11,18.9)

0.661

<17,5 1 3.1 0 0.0 1 1.6

≥17,5 31 96.9 30 100.0 61 98.4

Jenis kelamin

Perempuan 16 50 15 50 31 50

Laki-laki 16 50 15 50 31 50

Uang saku, median

(min,maks) 600000 (450000,1000000) 575000 (400000,900000) 575000 (400000,900000) 0.905

Pengetahuan gizi, median

(min,max) 79 (70,94) 82 (70,94) 82 (70,94)

0.393 Kategori pengetahuan gizi

Kurang 0 0 0 0 0 0

Sedang 16 50 14 46.7 30 48.3

Baik 16 50 16 53.3 32 51.7

Z-score (IMT/U), median

(min,maks) 1.8 (1.1,3.8) -0.6 (-1.3,0.0) 0.0 (-1.3,3.8)

Lingkar pinggang, median

(28)

14

14

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan status gizi

Karakteristik Kegemukan n % Normal n % Total n % value p Kategori lingkar pinggang

Normal 19 59.4 4 13.3 23 37.1

Obesitas abdominal 13 40.6 26 86.7 39 62.9

Total 32 51.6 30 48.4 62 100

Uang saku dalam penelitian ini dihitung dari total pengeluaran untuk membeli makanan dan minuman dalam satu bulan. Uang saku merupakan pendapatan sementara bagi contoh yang merupakan salah satu faktor internal konsumsi suatu bahan pangan (Hardinsyah dan Briawan 1994). Uang saku contoh berada dalam kisaran Rp 400.000 hingga Rp 1.000.000 dengan rata-rata Rp

857.780. Rata-rata uang saku contoh dengan status gizi kegemukan adalah sebesar (682 813 ± 151 662) dan tidak berbeda signifikan (p>0.05) dengan uang saku

contoh yang berstatus gizi normal, yaitu (589 833 ± 136 456). Namun, uang saku contoh yang kegemukan adalah cenderung lebih tinggi daripada contoh yang normal. Seseorang dengan jumlah uang saku yang semakin meningkat maka kebiasaan konsumsi pangannya akan bergeser kearah konsumsi pangan dengan harga kalori yang lebih mahal, seperti pangan hewani, fast food, minuman ringan, dan lain-lain yang jumlah kalorinya lebih banyak dan mengakibatkan kegemukan (Herta dan Briawan 2011).

Pengetahuan gizi merupakan suatu variabel yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak ≥50% dari semua contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik dan tidak berbeda signifikan (p>0.05) antara contoh berstatus gizi kegemukan dan normal. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi yang menyebabkan tingginya persentase contoh yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik (Banwat et al. 2012). Pengetahuan gizi pada mahasiswa sangat penting karena diharapkan setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dikonsumsi mampu menyediakan zat gizi yang tersedia untuk pertumbuhan yang optimal Dengan kata lain, tidak kurang dan tidak berlebihan. Hal ini terjadi karena, pengetahuan gizi memberikan informasi yang berhubungan dengan gizi, makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan status gizi (Hendrayati et al. 2010).

Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi dengan aktivitas fisik (Almatsier 2005). Dalam penelitian ini, diambil sebanyak 30 contoh dengan status gizi normal dan 32 contoh dengan status gizi kegemukan (overweight dan obese). Berdasarkan usia contoh maka pengkategorian status gizi menggunakan perhitungan nilai z-score (IMT/U). Nilai z-score contoh berada pada kisaran -1.3 hingga 3.8 dengan rata-rata contoh kegemukan sebesar (1.9±0.8), sedangkan contoh yang normal sebesar (-0.5±0.3). Berdasarkan persepsi contoh, maka contoh yang kegemukan dilahirkan dari orang tua yang gemuk. Sebagian besar (35%) contoh yang obes sudah mengalami kegemukan sejak usia 12 tahun.

(29)

15

kegemukan dan normal. Contoh dengan status gizi kegemukan berdasarkan IMT/U yang memiliki ukuran lingkar pinggang normal sebanyak 59.4%. Hasil tersebut menandakan bahwa sebagian besar contoh (86.7%) yang berada pada status gizi normal (menurut IMT/U) ternyata mengalami obesitas abdominal. Contoh dengan status gizi normal (berdasarkan IMT/U)terdapat 86.7% memiliki ukuran lingkar pinggang yang menandakan bahwa contoh mengalami obesitas abdominal.

Gaya Hidup

Gaya hidup contoh yang diteliti yaitu aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik semua contoh berada dalam kisaran 1.40 hingga 2.16 dengan rata-rata sebesar (1.50±0.17). Aktivitas fisik contoh yang kegemukan (1.50±0.12) adalah siginifikan lebih rendah daripada aktivitas fisik contoh yang normal (1.60±0.20). Contoh yang berstatus gizi kegemukan (87.5% ) memiliki aktivitas fisik yang ringan. Jumlah ini lebih banyak daripada contoh yang berstatus gizi normal, yaitu sebanyak 70.0%. Contoh yang berstatus gizi normal (3.3%) memiliki aktivitas fisik yang berat (Tabel 8). Aktivitas fisik mahasiswa sekarang lebih banyak pada aktivitas sedenter. Berku-rangnya aktivitas fisik merupakan akibat dari kehidupan yang makin modern dengan kemajuan teknologi mutakhir, sehingga terdapat banyak kemudahan dan lebih lanjut akan menimbulkan kegemukan (Thomas 2003).

Berdasarkan penelitian Ortega et al. (2007) diketahui bahwa anak-anak dan remaja yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat yang rendah lebih berisiko menjadi overweight atau obes serta memiliki risiko tinggi terhadap ukuran lingkar pinggang yang lebih besar. Hasil penelitian Leech et al. 2014 menunjukkan bahwa perempuan memiliki aktivitas fisik yang lebih rendah daripada laki-laki meskipun, berdasarkan hasil dari uji beda Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0.05) pada aktivias fisik antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini dikarenakan data hasil penelitian yang homogen. Data sebaran contoh berdasarkan gaya hidup dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan gaya hidup dan status gizi

Karakteristik Kegemukan n % Normal n % Total n % p value Aktivitas fisik, median

(min,maks) 1.44 (1.40,1.81) 1.52 (1.41,2.16) 1.46 (1.40,2.16)

0.015 Kategori aktivitas fisik

Ringan 28 87.5 21 70.0 49 79.0

Sedang 4 12.5 8 26.7 12 19.4

Berat 0 0 1 3.3 1 1.6

Kebiasaan merokok

0.025

Ya 2 6.2 3 10.0 5 8.1

Tidak 30 93.8 27 90.0 57 91.1 Kebiasaan olahraga

0.751

Ya 22 68.8 16 53.3 38 61.3

Tidak 10 31.2 14 46.7 24 38.7

(30)

16

14

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 91.1% contoh mengaku tidak merokok. Pada contoh yang berstatus gizi normal yang merokok adalah 10% dan signifikan lebih banyak daripada contoh yang kegemukan (6.2%). Semua contoh yang merokok baik pada contoh kegemukan dan normal adalah laki-laki. Merokok dan mengonsumsi alkohol berpengaruh terhadap peningkatan berat tubuh, distribusi lemak tubuh, dan resistensi insulin. Chiolero et al. (2008) menya-takan bahwa terdapat hubungan antara merokok dengan berat tubuh, distribusi lemak tubuh dan resistensi insulin yang menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan pengeluaran energi sekaligus menurunkan nafsu makan pada perokok.

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Karim 2002). Secara keseluruhan terdapat 61.3% contoh mengaku gemar berolahraga. Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan adalah jogging, badminton, dan futsal. Contoh yang kegemukan adalah 68.8% lebih banyak melakukan olahraga dibandingkan yang berstatus gizi normal (53.3%). Hal ini diduga karena contoh yang berstatus gizi kegemukan mulai menyadari bahwa olahraga dapat membantu untuk menurunkan berat badan menuju ideal dan dapat meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Karakterisitik sosial ekonomi keluarga yang diteliti adalah tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga dan besar keluarga. Tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua dibagi atas tingkat pendidikan dan pekerjaan ayah dan ibu. Secara keseluruhan, karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh tidak berbeda signifikan (p>0.05) antara contoh yang berstatus gizi kegemukan dan normal, kecuali untuk pendapatan keluarga. Rata-rata pendapatan keluarga contoh yang kegemukan (5 267 188 ± 1 484 522) adalah signifikan lebih tinggi daripada contoh normal (4 003 333 ± 1 635 064). Hardinsyah (2002), menyatakan bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain. Hukum Bennet mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat maka kebiasaan konsumsi pangannya akan bergeser ke arah konsumsi pangan dengan harga kalori yang lebih mahal seperti pangan hewani yang kandungan kalori dan proteinnya lebih tinggi (Holman 1987). Hal ini dapat berdampak terhadap status gizinya yaitu terlalu banyak mengonsumsi pangan sumber lemak menyebabkan terjadinya kegemukan.

(31)

17

diimbangi dengan pengetahuan gizi yang memadai. Seseorang yang tamat SD be-lum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Namun demikian, faktor pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan gizi (Apriadji 1986).

Sebagian besar pekerjaan ayah contoh adalah PNS/ABRI/POLRI (37.1%) dan wiraswasta (22.6%), sedangkan sebagian besar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga (71.0%) dan PNS (21.0%). Jenis pekerjaan seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan yang lebih lanjut menentukan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Menurut Erem et al. (2004), pekerjaan akan berpengaruh pada aktivitas seseorang baik di rumah maupun di kantor dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan berat badan. Data sebaran contoh berdasarkan karakterisitik sosial ekonomi keluarga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan status gizi

Karakteristik Kegemukan Normal n % n % Total n % p value

(32)

18

14

4.000.000,00 per bulan masing-masing adalah sebanyak 81.3% dan 43.1% (Tabel 8).

Sebanyak 59.4% contoh kegemukan tergolong dalam keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga maksimal empat (4) orang, sedangkan 56.7% contoh normal tergolong dalam keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 5 sampai 6 orang. Tingkat pengeluaran keluarga sangat dipengaruhi oleh besarnya keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pengeluarannya akan semakin banyak. Besar keluarga berhubungan dengan pengalokasian pangan yang harus disediakan. Makin sedikit jumlah anggota keluarga, semakin mudah terpenuhi kebutuhan makanan seluruh anggota keluar-ga. Sebaliknya, apabila jumlah anggota keluarga banyak dan pendapatan terbatas, maka makanan yang tersedia tidak mencukupi. Semakin banyak anggota keluarga, maka kuantitas makanan untuk setiap orang akan semakin rendah (Suhardjo 2006).

Konsumsi Pangan

Menurut Hardinsyah et al. (2002), konsumsi pangan adalah informasi ten-tang jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Mengkonsumsi pangan tidak hanya penting untuk, sumber energi, tetapi juga untuk kekuatan, kecerdasan dan kemampuan fisik tubuh. Kebutuhan pangan yang terpenuhi dengan baik akan memberikan dampak yang baik pada kesehatan tubuh.

Frekuensi konsumsi pangan

Frekuensi konsumsi pangan adalah konsumsi berbagai jenis bahan pangan yang dikelompokkan sesuai dengan jenisnya pada periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini, frekuensi konsumsi pangan yang disajikan adalah pangan pokok, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan, jajanan dan pangan lain (fast food, softdrink dan suplemen). Data frekuensi konsumsi pangan berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perbedaan Frekuensi konsumsi berdasarkan status gizi IMT/U (kali/minggu)

Kelompok pangan Kegemukan median (min,maks) Normal median (min,maks)

Pangan pokok 28.5 (15,21) 25 (14,25)

Protein hewani 12.3 (1,14) 8.1 (1,14)

Jeroan 1.5 (0,3) 0 (0,1)

Protein nabati 6 (1,7) 6.5 (1,14)

Sayuran 3.5 (0,4) 4.3 (0,5)

Buah-buahan 0,3 (0,4) 0.5 (0,4)

Jajanan 7.8 (3,14) 2.8 (1,14)

Lainnya 1.9 (0,7) 1.9 (0,7)

(33)

19

protein nabati, sayuran dan buah-buahan contoh dengan status gizi kegemukan adalah lebih jarang daripada contoh normal. Frekuensi konsumsi protein nabati, sayuran dan buah-buahan contoh yang berstatus gizi kegemukan secara berturut-turut adalah 6 (1,7), 3.5 (0,4), 0,3 (0,4) kali/minggu lebih sedikit dibandingkan contoh yang normal, yakni secara berturut-turut adalah 6.5 (1,14), 4.3 (0,5), 0.5 (0,4) kali/minggu. Hasil penelitian Herta dan Briawan (2011), menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan remaja cenderung kepada kesukaan yang berlebihan terhadap makanan yang tertentu saja. Kecenderungan konsumsi pangan remaja pada sumber pangan yang tinggi kalori menyebabkan ketidakseimbangan asupan yang dapat menyebabkan kegemukan.

Jumlah konsumsi pangan

Kebutuhan gizi seseorang dapat dipenuhi dari konsumsi pangannya sehari-hari. Jumlah konsumsi pangan merupakan faktor yang dapat menentukan status gizi seseorang. Semua zat gizi yang diperlukan untuk fungsi normal tubuh dapat dipenuhi dari konsumsi makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik. Sebaliknya bila makanan tidak dipilih dengan baik, maka akan berdampak pada tidak memadainya jumlah dan mutunya, sehingga tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi esensial tertentu (Almatsier 2005). Jumlah konsumsi pangan berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah konsumsi berdasarkan kelompok pangan dan status gizi IMT/U(gram/hari)

Kelompok pangan Kegemukan median (min,max) median (min,max) Normal

Pangan pokok 618 (379,683) 589.5 (373.3,666.7)

Protein hewani 73 (70,84) 71.0 (56,75)

Jeroan 4 (0,13) 0 (0,12)

Protein nabati 32 (11,75) 37.3 (20,64)

Sayuran 15.8 (0,53) 23,0 (0,80)

Buah-buahan 4 (0,82) 4 (0,186)

Jajanan 91 (11,224) 52.5 (10.7,224)

Lainnya 13.3 (0,140) 7.9 (0,187)

(34)

20

14

Tabel 10 Frekuensi dan jumlah konsumsi pangan berdasarkan status gizi

Jenis pangan Frekuensi (kali/minggu) Kegemukan Normal Jumlah (gram/hari) Kegemukan Normal

Median (min, maks) Median (min, maks) Median (min, maks) Median (min, maks) Pangan pokok

Nasi 21 (14,21) 21 (14,21) 560.0 (373.3,840.0) 560.0 (373.3,653.3) Mie 2 (1,4) 1 (0,3) 18.7 (2.3,37.3) 9.3 (0.0,28.0) Roti 4 (0,10) 2.9 (0,14) 26.7 (0.0,91.5) 13.2 (0.0,91.5) Protein hewani

Ayam 3 (0,7) 2 (0,7) 24.0 (0.0,84.0) 16.7 (0.0,65.3) Daging sapi 0.25 (0,1) 0.1 (0,0.5) 1.7(0.0,6.7) 0.8 (0.0,3.3) Ikan 0,25 (0,1) 1 (0,4) 16.0 (0.0,53.3) 9.3 (0.0,42.7) Telur 4 (1,8) 3 (1,5) 22.0 (7.3,55.0) 22.0 (7.3,36.7) Susu 2 (0,7) 2 (0,4) 9.3 (0.0,54.0) 9.3 (0.0,32.7) Jeroan

Hati 1 (0,3) 0 (0,1) 2.0 (0.0,12.0) 0.0 (0.0,4.0) Ampela 1 (1,3) 0 (0,1) 2.0 (0.0,12.0) 0.0 (0.0,4.0) Otak 0 (0,3) 0 (0,1) 0.0 (0.0,1.3) 0.0 (0.0,0.0) Usus 0 (0,2) 0 (0,0.5) 0.0 (0.0,10.7) 0.0 (0.0,2.7) Kikil 0(0,2) 0 (0,0) 0.0 (0.0,13.3) 0.0 (0.0,0.0) Babat 0 (0,1) 0 (0,0) 0.0 (0.0,5.3) 0.0 (0.0,0.0) Protein nabati

Tahu 3 (0,7) 3 (0,14) 16.0 (0.0,37.3) 16.0 (0.0,74.7) Tempe 3 (1,5) 4 (1,14) 16.0 (0.0,37.3) 21.3 (0.0,74.7) Oncom 0 (0,1) 0 (0,1) 0.0 (0.0,8.0) 0.0 (0.0,4.0) Sayuran

Bayam 1 (0,3) 1 (0,4) 5.0 (0.0,32,0) 5.8 (0.0,64.0) Kangkung 0,5 (0,3) 0,5 (0,4) 3.3 (0.0,33.3) 3.3 (0.0,64.0) Kol 1 (0,4) 1 (0,4) 2.5 (0.0,13.3) 4.3 (0.0,20.0) Wortel 1 (0,4) 2 (0,5) 4.0 (0.0,28.0) 9.7 (0.0,80.0) Buah-buahan

Alpukat 0 (0,3) 0 (0,0.5) 4.0 (0.0,28.0) 9.7 (0.0,80.0) Melon 0 (0,3) 0 (0,3) 4.0 (0.0,20.0) 4.0 (0.0,48.0) Pepaya 0 (0,2) 0 (0,3) 0.0 (0.0,32.0) 0.0 (0.0,48,0) Semangka 0 (0,2) 0 (0,3) 0.0 (0.0,40.0) 0.0 (0.0,60.0) Jajanan

Bakso 0 (0,3) 0 (0,2) 0.0 (00,160.0) 5.8 (0.0,93.3) Gorengan 4 (1,14) 0 (1,14) 64.0 (10.7,320.0) 44.0 (10.7,224.0) Donat 2 (1,4) 0 (0,3) 8.0 (0.0,40.0) 2.7 (0.0,24.0) Lainnya

(35)

21

Buah dan sayur

Sayur dan buah merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh tum-buhan (bahan makanan nabati). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur dapat mengurangi resiko kegemukan. Hal ini karena kandungan serat pada buah dan sayur tinggi sehingga menjadi cepat kenyang serta mengandung vitamin, mineral dan antioksidan. Anjuran konsumsi buah dan sayur menurut Pedoman Gizi Seimbang yaitu 2-3 porsi/hari untuk buah dan 3-4 porsi/hari untuk sayur (Kemenkes 2014). Konsumsi buah dan sayur sebaiknya mencukup karena, jika kekurangan dapat mengakibatkan defisiensi zat gizi khu-susnya vitamin dan mineral (Khomsan 2003).

Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney terdapat perbedaan signifikan (p<0.05) pada konsumsi buah dan sayur antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian Othman et al. 2012 menyatakan, bahwa wanita cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Reynold (1999) yang menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur dimana tingkat konsumsi buah dan sayur pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perbedaan konsumsi buah dan sayur dari masing-masing jenis kelamin ini menentukan konsumsi pangan lain yang akan berhubungan status gizi seseorang.

Secara umum, konsumsi sayur dan buah contoh belum beragam. Dari keseluruhan jenis sayur, wortel memiliki rata-rata konsumsi paling tinggi yaitu sebesar 9.7 (0.0,80.0) gram/hari atau 2 (0,5) kali/minggu, kemudian diikuti oleh bayam, kol dan kangkung. Buah yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah alpukat (dalam bentuk jus) sebesar 9.7 (0.0,80.0) gram/hari atau 4.0 (0.0,28.0) kali/minggu, selain itu adalah melon, pepaya dan semangka. Pemilihan jenis sayur dan buah tersebut berdasarkan urutan konsumsi buah dan sayur terbanyak pada contoh. Konsumsi buah dan sayur contoh yang kegemukan lebih sedikit dibandingkan contoh yang normal. Hal ini sesuai dengan Khomsan (2008) yang menyatakan bahwa buah dan sayur memiliki banyak manfaat kesehatan. Buah dan sayur sangat kaya kandungan vitamin dan mineral, serat dan antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh dan mengurangi resiko kegemukan. Rendahnya konsumsi buah dan sayur menentukan tingginya konsumsi korbohidrat dan pangan sumber lemak. Oleh karena itu, resiko mengalami kegemukan semakin meningkat. Peningkatan konsumsi buah dan sayur juga dapat mengurangi resiko terkena penyakit tidak menular. Konsumsi buah dan sayur sampai dengan 600 gram per hari dapat mengurangi total beban penyakit di seluruh dunia sebesar 1,8 % dan mengurangi beban penyakit jantung iskemik dan stroke iskemik, gangguan pencernaan, esofagus, paru-paru dan kanker kolorektal (Lock et al. 2005).

Sumber karbohidrat

(36)

22

14

gram/hari. Contoh yang berstatus gizi kegemukan juga lebih sering mengonsumsi mie dan roti yaitu sebanyak 2 (1,4) dan 4 (0,10) kali/minggu daripada contoh normal. Hasil penelitian Kuriyan et al. (2012) menunjukkan peningkatan konsumsi roti dan kue, yaitu sebagai salah satu sumber karbohidrat, memiliki hubungan dengan peningkatan ukuran lingkar pinggang.

Pangan tinggi lemak

Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan. Selain sebagai sumber utama energi, cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan mengandung lemak esensial (Mahan dan Escott-Stump 2008). Lemak berperan penting dalam tubuh sebagai pembawa vitamin larut lemak, sebagai simpanan energi, bahan pembentuk hormon dan lain sebagainya (Sandjaja et al. 2010). Konsumsi makanan tinggi lemak perlu dibatasi karena makanan tinggi lemak mengandung banyak kalori, rendah serat dan minim kandungan gizi menjadi salah satu faktor terjadinya kegemukan (Wahyu 2011). Pada penelitian ini, protein hewani, jeroan, jajanan dan junkfood merupakan pangan tinggi lemak yang dipilih. Pemilihan keempat kelompok pangan tinggi lemak tersebut berdasarkan urutan bahan pangan yang menyumbang banyak lemak yang paling sering dikonsumsi contoh.

Secara umum, konsumsi keempat kelompok pangan tersebut lebih banyak oleh contoh yang berstatus gizi kegemukan. Salah satunya pada kelompok protein hewani yaitu ayam dikonsumsi sebanyak 24.0 (0.0,84.0) gram/hari atau 3 (0,7) kali/minggu. Kelompok jeroan, seperti hati dan ampela, usus dan otak yang tinggi lemak juga dikonsumsi diknsumsi lebih banyak oleh contoh yang kegemukan. Pada kelompok jajanan, gorengan adalah yang paling banyak dikonsumsi. Contoh dengan status gizi kegemukan konsumsinya lebih banyak yaitu sebesar 64.0 (10.7,320.0) gram/hari atau 4 (1,14) kali/minggu. Sedangkan yang berstatus gizi normal sebanyak 44.0 (10.7,224.0) gram/hari atau 0 (1,14) kali/minggu dan pada konsumsi junkfood contoh dengan status gizi kegemukan sebanyak 12.7 (0.0,56.0) gram/hari atau 1 (0,3) kali/minggu.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah persentase asupan energi dan zat gizi yang dikonsumsi contoh dibandingkan dengan angka kecukupan yang sudah dihitung sesuai Angka Kecukupan Gizi masing-masing contoh. Tingkat kecukupan energi (TKE) dan zat gizi contoh berdasarkan status gizi disajikan pada Tabel 12.

(37)

23

Tabel 11 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi contoh

Zat Gizi Kegemukan median (min,maks) Normal median (min,maks) Total median (min,maks) Energi

Rata-rata asupan protein pada contoh yang kegemukan (51.9±11.1 g) ada-lah lebih tinggi daripada contoh normal (35.7±5 g). Jika dikategorikan, maka con-toh gemuk memiliki TKP defisit ringan (81%) lebih banyak daripada concon-toh nor-mal (60%) yang defisit berat.

(38)

24

14

Rata-rata asupan karbohidrat pada contoh kegemukan (510.2±104.9 g) adalah lebih tinggi daripada contoh normal (350.5±69 g). Jika dikategorikan, maka contoh kegemukan (154%) memiliki tingkat kecukupan karbohidrat yang berlebih. Sebanyak 110% contoh normal memiliki tingkat kecukupan karbohidrat yang termasuk kategori defisit berat. Sebanyak 100% dari semua contoh mengalami kelebihan tingkat kecukupan karbohidrat (Tabel 12).

Semua contoh (100%) memiliki tingkat kecukupan serat yang kurang. Menurut pedoman Angka Kecukupan Gizi 2013 kecukupan serat usia 16-18 tahun antara perempuan dan laki-laki sebesar 30-37 gram/hari. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata asupan serat contoh yang kegemukan (7±4 gram/hari) lebih rendah daripada contoh normal (8±5 gram/hari). Serat pangan (dietary fiber) secara fisik terdiri dari serat pangan yang larut air dan tidak larut air. Kedua serat pangan ini membuat organ pencernaan menjadi cepat penuh (me-nyebabkan rasa cepat kenyang) sehingga tidak berlebihan dalam asupan makanan lain. Asupan serat makanan, khususnya serat sereal, berguna dalam pencegahan kenaikan berat badan dan mendapatkan ukuran lingkar pinggang yang sesuai (Du et al. 2010).

Vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro yang sangat berguna bagi metabolisme tubuh. Dalam penelitian ini jenis mineral yang ditampilkan adalah zat besi dan kalsium. Besi ada di hampir semua makanan. Sumber utama zat besi ada dalam daging, jeroan, ikan, unggas (besi heme) serta dari nabati seperti kedelai, kacang-kacangan, sayuran hijau dan rumput laut (besi non-heme). Ting-kat kecukupan zat besi (Tabel 11) semua contoh baik yang berstatus gizi kegemukan maupun normal semua sudah mencukupi yaitu sebesar (112.6±46.6%) dan (79.0±30.0%). Sebanyak 75% contoh yang berstatus gizi kegemukan mem-iliki tingkat kecukupan besi yang cukup. Contoh yang berstatus gizi normal (53.3%) memiliki tingkat kecukupan besi yang kurang. Hal ini dikarenakan jumlah asupan pangan sumber zat besi (hati) contoh yang berstatus gizi kege-mukan lebih banyak daripada contoh normal.

(39)

25

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi

Tingkat konsumsi Zat Gizi Kegemukan Normal n % n % Total n % Tingkat kecukupan energi

(40)

26

14

kelompok kegemukan (56.7%) adalah lebih banyak daripada kelompok normal (43.8%).

Vitamin C merupakan vitamin larut air yang banyak terkandung dalam buah dan sayur. Tingkat kecukupan vitamin C semua contoh baik yang berstatus gizi kegemukan dan normal masih kurang. Tingkat kecukupan vitamin C contoh yang termasuk kategori cukup pada kelompok kegemukan (18.8%) adalah lebih banyak daripada kelompok normal (16.7%). Dengan kata lain, sebanyak 83.3% dan 81.2% contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang masih kurang. Hal ini terjadi karena asupan pangan sumber vitamin C seperti buah dan sayur yang masih rendah konsumsinya baik frekuensi maupun jumlahnya (Tabel 12). Beberapa contoh mengaku mengonsumsi suplemen vitamin C meskipun konsumsinya tidak rutin.

Uji Hubungan antar Variabel

Uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini terdiri dari uji korelasi Spearman dan uji beda Mann-Whitney karena semua data menyebar tidak normal. Variabel yang diuji adalah hubungan antara karakteristik contoh dengan konsumsi buah dan sayur serta gaya hidup, antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan karakteristik contoh, antara gaya hidup dengan konsumsi buah dan sayur, dan antara konsumsi buah dan sayur dengan status gizi.

Hubungan antara karakteristik contoh dengan konsumsi buah dan sayur

Secara umum tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara karakterisitik contoh (usia, uang saku, dan pengetahuan gizi) dengan konsumsi buah dan sayur. Untuk variabel usia contoh tidak terdapat hubungan signifikan diduga karena data yang relatif homogen, yaitu semua contoh tergolong remaja akhir dengan rentang usia contoh tidak jauh. Hasil ini berbeda dengan pendapat Elfhag (2008) yang menunjukkan bahwa, semakin dewasa seseorang maka konsumsi buah dan sayurnya akan meningkat diduga karena pengaruh peningkatan pendapatan, pengetahuan dan lingkungan sosial.

Uang saku contoh tidak berhubungan signifikan dengan konsumsi buah dan sayur. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Dibsdall et al. (2003) yang menunjukkan bahwa pendapatan (uang saku) berkaitan dengan konsumsi buah dan sayur seseorang (p<0.05). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kelompok dengan pendapatan (uang saku) yang lebih rendah mengonsumsi lebih sedikit buah dan sayur dibandingkan kelompok dengan pendapatan (uang saku) lebih tinggi. Sama halnya dengan hasil penelitian Azagba dan Sharaf (2011) yang menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur juga lebih rendah pada kelompok dengan pendapatan yang lebih rendah. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya diduga karena kebiasaan makan contoh yang kegemukan yang memiliki uang saku lebih tinggi lebih suka mengonsumsi pangan sumber kalori yang harganya lebih mahal. Hal ini terlihat dari kebiasaan konsumsi contoh yang kegemukan (uang saku lebih tinggi), yaity cenderung lebih sering mengonsumsi junk food dan softdrink yang harganya lebih mahal. Adapun frekuensi dan jumlah konsumsi buah dan sayur sangat rendah (Tabel 12).

(41)

27

(p=0.000, r=0.500). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Othman et al. 2012 yang menunjukkan bahwa, jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat konsumsi buah dan sayur. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa wanita cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian Reynold (1999) menunjukkan hasil sebaliknya meskipun jenis kelamin berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur, namun tingkat konsumsi buah dan sayur pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perbedaan konsumsi buah dan sayur dari masing-masing jenis kelamin ini menentukan konsumsi pangan lain yang akan berhubungan dengan status gizi seseorang. Rata-rata konsumsi buah (2 kali/minggu) dan sayur (4 kali/minggu) contoh dengan jenis kelamin perempuan pada penelitian ini adalah berbeda signifikan (p<0.05) lebih sering daripada contoh laki-laki, yaitu konsumsi buah (0 kali/minggu) dan sayur (3 kali/minggu).

Hasil uji korelasi Spearman antara pengetahuan gizi dan konsumsi buah dan sayur menunjukkan tidak terdapat korelasi yang signifikan. Hasil penelitian Paramita (2013) juga menunjukkan hasil yang sama dimana pengetahuan gizi saja belum cukup untuk menentukan konsumsi buah dan sayur. Faktor pribadi yang dapat menentukan konsumsi buah dan sayur adalah preferensi, kesukaan, pengetahuan dan rekomendasi (Kristjansdottir 2006). Namun, tingginya pengetahuan gizi yang tidak sebanding dengan kemampuan dalam menyiapkan buah dan sayur merupakan faktor lain yang menghambat konsumsinya karena akan membentuk suatu kebiasaan yang sulit diubah meskipun pengetahuan gizinya sudah baik (WHO 2005).

Hubungan antara karakteristik contoh dengan gaya hidup

Secara keseluruhan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara karakteristik contoh dengan gaya hidup. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Chiolero et al. (2007) yang menyatakan bahwa usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan kebiasaan merokoknya. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Alesi dan Pepi (2013) dimana usia dan gender berpengaruh terhadap kemauan dan kebiasaan olahraga seseorang. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena data usia, kebiasaan merokok serta aktivitas fisik relatif sama antar kelompok contoh dan jumlah sampel yang jauh lebih sedikit sehingga, uji korelasi tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara uang saku dengan aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Powell et al. (2004) yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan (uang saku) saja belum cukup untuk menentukan tinggi rendahnya aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga seseorang. Seseorang lebih mungkin untuk memenuhi rekomendasi aktivitas fisik dan olahraganya jika mereka memiliki akses lebih banyak ke tempat untuk latihan seperti trotoar, arena jogging dan taman, dan jika mereka memiliki dukungan dari orang sekitar. Tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara uang saku dengan kebiasaan merokok. Tidak sejalan dengan hasil penelitian Laaksonen et al. (2005) yang menyatakan bahwa semua indikator sosial ekonomi termasuk pendapatan (uang saku) menentukan kebiasaan merokok seseorang. Hal ini dikarenakan dari keseluruhan jumlah contoh hanya sekitar 10% saja yang merokok, sehingga tidak ditemukan hubungan yang signifikan.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran keterkaitan antara konsumsi buah dan sayur  serta
Tabel 2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
Tabel 4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian
Tabel 4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila karyawan tidak memiliki predikat good citizenship behaviour maka karyawan tersebut tidak akan bersedia bekerja melebihi apa yang seharusnya dia kerjakan sehingga

Dengan mengetahui faktor dari hasil analisis diagram sebab akibat, maka dilakukan rancangan percobaan metode Taguchi untuk dapat diketahui faktor mana yang paling optimal

Our physiological, patho- physiological, and clinical depart- ment is a little different concerning its approach to the teaching of physi- ology, but the goal is the same: to

March 2 nd 3 rd , 2016, Atria Hotel &amp; Conference, Malang, Indonesia Department of Mathematics, Faculty of Science, Brawijaya

Untuk mengetahui pengaruh Infra Red (IR) dan terapi latihan dalam meningkatkan kekuatan otot pada kondisi post operasi femur sepertiga tengah dekstra dengan pemasangan

dan tarif angkutan taksi argometer dalam wilayah kota Surabaya” yang.. berisikan, tentang perubahan besaran tarif angkutan

1) model pengembangan pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka yang sistematis untuk mengembangkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran..

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul