AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK SEBAGAI
INHIBITOR ENZIM ALFA GLUKOSIDASE (
In Vitro
) DARI
SEMBILAN LOKASI DI JAWA BARAT
NURUL ICHSANIA HAMMADO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Inhibitor Enzim Alfa Glukosidase (In Vitro) dari Sembilan Lokasi di Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 16 September 2015
RINGKASAN
NURUL ICHSANIA HAMMADO. Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Inhibitor Enzim Alfa Glukosidase (In Vitro) dari Sembilan Lokasi di Jawa Barat. Dibimbing oleh DJAROT SASONGKO HS dan AE. ZAINAL HASAN.
Ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dapat dimanfaatkan sebagai agen
antidiabetes dengan cara menghambat kerja enzim α-glukosidase secara in vitro
melalui senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak. Pada penelitian ini, daun sirsak diambil dari lokasi Desa Leuwigoong (Garut I), Desa Cangkuang (Garut II), Desa Kadungora (Garut III), Desa Sukasirna (Cianjur I), Desa Sukasarana (Cianjur II), Desa Ciherang (Cianjur III), Desa Karangpapak Jenis Ratu (Sukabumi I), Desa Karangpapak Jenis Asam (Sukabumi II), dan Desa Sukasari (Sukabumi II). Proses maserasi dilakukan dengan menggunakan dua jenis pelarut, etanol 70% dan air. Ekstraksi menggunakan metode microwave agar lebih memudahkan pengeluaran senyawa bioaktif. Ekstrak etanol dan air diukur kadar air, jumlah rendemen, uji fitokimia, uji GC-MS, penentuan kadar total fenol, dan uji inhibisi.
Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil yang positif, kecuali untuk pengujian keberadaan senyawa golongan steroid. Hasil screening senyawa GC-MS menunjukkan adanya senyawa golongan fenol (benzamida, benzokuinon, vinil fenol), senyawa golongan alkaloid (piperin dan piperidin), dan senyawa antioksidan (tokoferol). Hasil penentuan total komponen fenolik menunjukkan sampel lokasi Sukabumi I menjadi sampel dengan total fenolik tertinggi baik ekstrak etanol (49.40±1.05) maupun ekstrak air (36.98±0.17). Persen inhibisi terbesar pada ekstrak etanol konsentrasi 1% berasal dari lokasi Sukabumi I sebesar 96.83±1.42, konsentrasi 1.5 % dari lokasi Sukabumi III sebesar 98.94±0.54, dan konsentrasi 2% berasal dari Sukabumi II sebesar 99.35±0.31, sedangkan ekstrak air pada konsentrasi 1%; 1.5%; dan 2% menunjukkan Cianjur sebagai lokasi dengan persen inhbisi tertinggi sebesar 71.15±2.61; 79.37±2.18; dan 93.46±3.60. Jumlah yang banyak dari setiap ekstrak mampu bekerja dalam menghambat enzim α-glukosidase secara in vitro.
SUMMARY
NURUL ICHSANIA HAMMADO. Activity of Soursop Leaves Extract as an Alpha Glucosidase Enzyme Inhibitor (In Vitro) from Nine Locations in West Java. Supervised by DJAROT SASONGKO HS and AE. ZAINAL HASAN.
Soursup leaves extract (Annona muricata L.) was utilized as an agent of antidiabetic by inhibited the activity of α-glucosidase in in vitro because of bioactive compounds in extract. In this study, soursop leaves was taken from Leuwigoong (Garut I), Cangkuang (Garut II), Kadungora (Garut III), Sukasirna (Cianjur I), Sukasarana (Cianjur II), Ciherang (Cianjur III), Ratu Varieties of Karangpapak (Sukabumi I), Sour Varieties of Karangpapak (Sukabumi II), and Sukasari (Sukabumi III). Ethanol 70 % and aqueous solvents was used in maceration process. Microwave was used in extraction because more efficience to take out the bioactive compounds from cell. Ethanol and water extracts passed the steps that consist of moisture analyzer, rendement determined, phytochemical assay, GC-MS assay, determination of phenolic total compounds, and inhibition assay.
Positive result was found in all steps of tested, except in steroid compounds assay. Screening result was shown the phenolic compounds group (benzamide, benzoquinone, vinyl phenol), alkaloid compounds group (piperin and piperidine), and antioxidant compounds group (tocoferol). Total phenolic compounds determination was shown Sukabumi I as a location with the highest total phenolic compounds even in ethanol extract (49.40±1.05) or in aquous extract (36.98±0.17). The highest inhibition percentage in concentration 1% shown Sukabumi I by 96.83±1.42, at concentration 1.5% was Sukabumi III amount 98.94±0.54, and at concentration 2 % was Sukabumi II amount 99.35±0.31, while aqueous extract shown Cianjur as the highest inhibition percentage which amount 71.15±2.61; 79.37±2.18; and 93.46±3.60 for concentration 1%; 1.5%; and 2%. Large number of phenolic from each extract can work to inhbiting the � -glucosidase.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Biokimia
AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK SEBAGAI
INHIBITOR ENZIM ALFA GLUKOSIDASE (
In Vitro
)
DARI
SEMBILAN LOKASI DI JAWA BARAT
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Inhibitor Enzim Alfa Glukosidase (In Vitro) dari
Sembilan Lokasi di Jawa Barat”. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juli 2014 di Laboratorium Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka; Laboratorium Kimia Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Analisis Pusat Kesehatan Daerah Jakarta; dan Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Pakuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing utama Dr. Djarot Sasongko HS, MS dan pembimbing kedua Dr. Ir. AE. Zainal Hasan, M.Si yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, serta waktunya selama pembuatan usulan penelitian hingga selesai. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua dan keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.
Bogor, 16 September 2015
DAFTAR ISI
Tempat dan Waktu Penelitian 3
Bahan dan Alat 4
Prosedur Penelitian 4
4 HASIL PENELITIAN 6
Ekstrak Daun Sirsak 6
Senyawa Fitokimia 7
Senyawa Bioaktif GC-MS 8
Total Senyawa Fenolik 9
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase 11
5 PEMBAHASAN 13
Ekstrak Daun Sirsak 13
Senyawa Fitokimia 13
Senyawa Bioaktif GC-MS 14
Total Senyawa Fenolik 15
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase 15
DAFTAR TABEL
1 Hasil uji fitokimia ekstrak daun sirsak dengan pelarut etanol 8 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun sirsak dengan pelarut air 8
3 Senyawa Bioaktif GC-MS 9
4 Total fenol ekstrak etanol 10
5 Total fenol ekstrak air 10
6 Persen inhibisi ekstrak etanol 11
7 Persen inhibisi ekstrak air 12
DAFTAR GAMBAR
1 Perbandingan rendemen ekstrak berpelarut etanol dan air 7
2 Perbandingan total fenol ekstrak etanol 10
3 Perbandingan total fenol ekstrak air 11
4 Perbandingan persen penghambatan ekstrak etanol 12
5 Perbandingan persen penghambatan ekstrak air 12
6 Reaksi Hidrolisis p-nitrofenil-α-glukopiranosa oleh Enzim α
-Glukosidase 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 21
2 Perbandingan rendemen sampel setelah diekstrak dengan menggunakan
dua pelarut, etanol dan air 22
3 Perbandingan kadar air esktrak etanol 22
4 Perbandingan kadar air esktrak air 22
5 Data hasil GC-MS pirolisis komponen utama dari ekstrak daun sirsak 23
6 Contoh Hasil GC-MS 29
7 Kurva standar asam galat 33
8 Total fenol ekstrak etanol dari sembilan lokasi 34 9 Total fenol ekstrak air dari sembilan lokasi 36
10 Uji statistik ekstrak etanol 38
11 Uji statistik ekstrak air 40
12 Uji beda total komponen fenolik (T-Test) 42
13 Persen inhibisi enzim α-glukosidase 43
14 Uji beda inhibisi ekstrak etanol dan ekstrak air 47 15 Uji beda inhibisi ekstrak etanol daun sirsak terhadap perbedaan lokasi
dan konsentrasi 48
16 Uji beda inhibisi ekstrak air daun sirsak terhadap perbedaan lokasi dan
konsentrasi 49
17 Persen penghambatan glucobay 50
18 Perbandingan sampel dengan glucobay 51
1
1
PENDAHULUAN
Jumlah penderita diabetes meningkat akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani (Zahtamal et al.
2007). Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan metabolik dimana glukosa tidak terserap dengan baik ke dalam sel sehingga menyebabkan hiperglikemia (Kaku 2010). Hiperglikemia kronis dapat menyebabkan penyakit berbahaya serta disfungsi organ seperti mata, ginjal, saraf, hati, dan pembuluh darah yang berujung pada kebutaan, gagal ginjal, penyempitan pembuluh darah,
stroke, aterosklerosis, bahkan kematian (American Diabetes Association 2013).
Diabetes terbagi menjadi diabetes mellitus tipe 1, tipe 2, dan gestasional (Mohan
et al.2013). Diabetes mellitus tipe II dikarakterisasikan dengan ciri-ciri penurunan produksi insulin, insulin resisten, dan kerusakan sel beta pankreas (Olokoba et al.
2012). Diabetes mellitus tipe II dikenal dengan istilah non-insulin dependent diabetes (American Diabetes Association 2013).
Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol, salah satunya dengan cara menghambat kerja enzim α-glukosidase (Pujiyanto et al.
2010). Enzim α-glukosidase merupakan kunci pada akhir pemecahan karbohidrat, metabolisme pati dan glikogen pada jaringan hewan maupun tumbuhan dengan cara mengatalisis reaksi hidrolisis terminal non pereduksi dari substrat menghasilkan alfa glukosa (Purwatresna 2012). Inhibitor enzim α-glukosidase bertanggungjawab langsung terhadap kontrol glukosa di dalam tubuh karena cara kerjanya yang mencegah pemecahan karbohidrat seperti pati. Inhibitor α
-glukosidase bekerja secara kompetitif terhadap enzim α-glukosidase sehingga glukosa diserap dalam jumlah yang sedikit karena karbohidrat tidak mudah diubah menjadi molekul glukosa (Shindu et al. 2013). Contoh senyawa inhibitor α -glukosidase adalah akarbosa yang merupakan produk mikroba alami berasal dari proses fermentasi mikroorganisme Actinoplanes strain SE 50 (Purwatresna 2012). Akarbosa merupakan pseudotetrasakarida dengan strukturnya yang menyerupai tetrasakarida, bersifat kompetitif dan mengikat enzim secara kompetitif. Prinsip kerjanya adalah menghambat kerja enzim yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam usus halus (Purwatresna 2012).
2
(2013), menemukan hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak air dan etanol daun sirsak mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan steroid, kedua
ekstrak mampu menghambat aktivitas α-glukosidase. Hasil penelitian Adeyemi et al. (2009) mendapatkan senyawa bioaktif dari daun sirsak memiliki aktivitas anti-hiperglikemia melalui stimulasi sekresi insulin, meningkatkan perbaikan atau poliferasi dari sel-β pankreas dan secara signifikan mengurangi konsentrasi gula darah. Selain itu penelitian Artini et al. (2012) dan Adri et al. (2013) mendapatkan ekstrak daun sirsak memiliki kandungan senyawa antioksidan yang dibutuhkan untuk menurunkan tingkat diabetes.
Kandungan senyawa bioaktif di setiap daerah jumlahnya tidak sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah senyawa bioaktif terutama senyawa fenolik adalah faktor genetik, kelembapan udara, intensitas cahaya, kesuburan tanah (termasuk persediaan unsur hara pada lokasi tanam), perilaku masyarakat sekitar (terkait penebangan ataupun pengolahan limbah), infeksi, serangan hama dan faktor stress (Bruna et al. 2009). Ketinggian wilayah menyebabkan perbedaan intensitas paparan sinar matahari. Daerah dataran rendah memiliki paparan sinar matahari yang lebih banyak dibandingkan dengan dataran tinggi sehingga menyebabkan tanaman sirsak mendapatkan sinar matahari dalam jumlah cukup untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis yang baik akan mempengaruhi jumlah senyawa bioaktif. Selain itu, daerah dengan kelembapan udara yang tinggi menyebabkan kemungkinana terkena serangan hama pada daun tanaman sirsak lebih besar, karena sirsak merupakan tanaman tropis (Ashari 2006). Tanaman sirsak dapat tumbuh baik pada kondisi tanah dengan intensitas cahaya cukup, dataran rendah, beriklim tropis, dan kelembapan udara yang rendah (Love et al. 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi daun sirsak menggunakan pelarut etanol 70% sesuai dengan peraturan dari BPOM RI (2010) dan menggunakan pelarut air yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (Nurulita et al.
2008). Bahan yang digunakan adalah daun sirsak yang berasal dari sembilan lokasi di Jawa Barat (tiga lokasi dari Kabupaten Garut, tiga lokasi dari Kabupaten Cianjur dan tiga lokasi dari Kabupaten Sukabumi). Dari kesembilan lokasi ini, ekstraknya diuji sebagai antidiabetes melalui uji fitokimia dan uji penghambatan
aktivitas α-glukosidase.Pada penelitian-penelitian sebelumnya, belum mengamati faktor lokasi sampel sehubungan dengan pemanfaatannya sebagai obat antidiabetes. Oleh karena itu pada penelitian ini sampel diambil dari sembilan lokasi di Jawa Barat, tiga lokasi dari Kabupaten Garut, tiga lokasi dari Kabupaten Cianjur, dan tiga lokasi dari Kabupaten Sukabumi.
Perumusan Masalah
3 aktivitas enzim α-glukosidase. Penelitian ini meneliti aktivitas ekstrak daun sirsak dari sembilan lokasi di Jawa Barat dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan air sebagai inhibitor enzim α-glukosidase secara in vitro.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase secara in vitro. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan pelarut etanol
70% dan air terhadap aktivitas penghambatan enzim α- glukosidase secara in vitro. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh variasi lokasi terhadap aktivitas enzim α-glukosidase secara in vitro.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah esktrak daun sirsak dengan variasi lokasi tanam dan variasi jenis pelarut memiliki persen penghambatan aktivitas terhadap enzim α-glukosidase secara in vitro.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai aktivitas ekstrak daun sirsak dengan menggunakan pelarut air dan etanol 70% diharapkan agar nantinya dapat memberikan informasi lebih mengenai pengobatan dan penanganan penyakit diabetes melitus (DM). Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi tambahan mengenai hubungan faktor perbedaan lokasi pengambilan sampel dengan keberadaan dan aktivitas senyawa aktif ekstrak sebagai antidiabetes melalui penghambatan enzim α-glukosidase secara in vitro.
Ruang Lingkup Penelitian
4
2
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2014. Proses ekstraksi dan pengujian fitokimia dilakukan di Laboratorium Penelitian Departemen Biokimia FMIPA IPB, Laboratorium PAU IPB, dan Laboratorium Kimia FAHUTAN IPB. Pengujian secara in vitro dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Bogor, Laboratorium Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor, dan Laboratorium Analisis Pusat Kesehatan Daerah Jakarta.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah daun sirsak yang diambil dari sembilan lokasi di Jawa Barat yang merupakan lokasi sentra produksi berbagai olahan makanan berbahan dasar buah sirsak (Cianjur, Sukabumi, Garut); etanol 70% dan 96%; metanol; aquades; kertas saring; ammonia; kloroform; asam sulfat 2 M dan pekat; pereaksi Dragendorf, Meyer, dan Wagner; asam, karboksilat; dietileter; asam asetat; asam klorida pekat; amilalkohol; natrium karbonat 1M; Reagen Folin Ciocalteu; asam galat; FeCl3 1%; buffer fosfat; H2O2; bubuk Mg; dan DMSO.
Alat yang digunakan adalah oven 50oC; saringan 60 mesh; mortar dan alu; mesin penghalus daun; moisture analyzer MS-70; pemanas gelombang mikro (microwave) merek KIRIN; burner; evaporator vakum; tabung reaksi, beaker Glass; stirer; labu erlenmeyer; corong saringan; vorteks; GC-MS Shimadzu QP2010 S; microplate; microplate reader; cawan porselen; spektrofotometri.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Contoh Daun Sirsak (modifikasi Hermawan et al. 2013)
Daun sirsak dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu kurang dari 50oC selama 24 jam. Setelah itu dihaluskan menggunakan mesin grill, disaring menggunakan saringan 60 mesh dan ditentukan kadar airnya menggunakan moisture analyzer MS-70.
Ekstraksi Daun Sirsak (modifikasi Rusmiyati et al. 2012; Zhang et al. 2011) Sebanyak 200 g simplisia daun sirsak dipanaskan dengan microwave selama 20 menit, kemudian direndam dengan etanol 70% selama 18 jam. Ekstrak air dibuat dengan memasukkan 25 g simplisia daun sirsak ke dalam 200 ml air mendidih, diuapkan hingga setengah volume campuran. Hasilnya disaring dan dikeringkan dengan evaporator vakum. Hasil rendemen dihitung dengan mengikuti persamaan rumus:
Rendemen = �
5
ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer, atau Wagner. Keberadaan alkaloid dalam ekstrak daun sirsak ditunjukkan dengan terbentuknya endapan coklat (Wagner), endapan putih (Meyer), dan endapan merah (Dragendorf).
Uji triterpenoid dan steroid. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan etanol panas sebanyak 5 mL kemudian disaring. Pada filtrat dievaporasi, kemudian ditambahkan 1 mL dietileter. Setelah dikocok dengan “vortex”, ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat dan
1 mL CH3COOH. Terbentuknya warna merah atau kelabu menunjukkan adanya
triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.
Uji flavonoid. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 mL air kemudian disaring. Pada filtrat yang diperoleh ditambahkan bubuk Mg 0.01g , 1 mL HCL pekat, dan 1 mL amilalkohol. Campuran diaduk sempurna sehingga timbul lapisan yang berbeda. Warna yang terbentuk antara dua larutan amilalkohol menunjukkan adanya flavonoid.
Uji tanin. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 mL air dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 3 tetes FeCl3
1%. Terbentuknya warna biru atau hijau kehitam-hitaman menunjukkan adanya tanin.
Uji saponin. Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 mL air dan disaring. Filtrat dikocok dengan sempurna lalu dibiarkan selama 10 menit. Terbentuknya buih yang stabil menunjukkan adanya saponin.
Uji Komponen Aktif dengan GC-MS (modifikasi Mtunzi et al. 2013)
Sebanyak 100 mg ekstrak daun sirsak yang sudah diberi perlakuan
evaporasi vacum dilarutkan dengan 1 mL etanol 99% kemudian diinjeksikan
sebanyak 1 μL. Kondisi GC-MS menggunakan kolom kapiler HP-5 (Agilent 19091J-433: 0.25 mm × 30 mm × 0.25 μm yang mengandung 5% difenil 95% dimetilpolisilosan), laju alir yang digunakan adalah 1.0 mL/menit dengan suhu injeksi 300oC mode split, dan tekanan 10.47 psi. Gas pembawa yang digunakan adalah He (Helium). Kondisi MS yang digunakan adalah 50-800 mz-1. Suhu quad
150-200oC dan suhu source 250-300oC. Hasil kromatogram dibandingkan dengan
database.
Penentuan Total Komponen Senyawa Fenolik (Hasan et al. 2013)
6
menggunakan larutan asam galat dalam metanol : air (1:1 v/v) dengan konsentrasi 0, 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 mgL-1. Nilai absorbansi disubtitusikan ke dalam rumus persamaan regresi.
Uji Penghambatan Aktivitas α-glukosidase (modifikasi Sukandar et al. 2012; Purwatresna 2012)
Sampel ekstrak daun sirsak dilarutkan dengan DMSO hingga konsentrasi 1.0; 1.5; dan 2.0 (b/v), kemudian ditambahkan buffer fosfat (pH 7.0) sebanyak 49
μL, substrat 25 μL. Setelah diinkubasi, reaksi dihentikan dengan menambahkan Na2CO3 sebanyak 100 μL. Kontrol positif digunakan akarbosa. Pengukuran
absorbansi menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 400 nm. Analisis dilakukan dengan menggunakan persamaan:
% Inhibisi = � .� −� .� �
� .� × %
Keterangan: Abs Kontrol = absorbansi larutan kontrol (DMSO) tanpa sampel, Abs. Sampel = absorbansi sampel (S1-S0); dengan S1= absorbansi sampel dengan tambahan enzim dan S0= absorbansi sampel tanpa tambahan enzim. Nilai aktivitas yang dianalisis berupa nilai persentasi inhibisi yang merupakan interaksi antara sampel dengan enzim α- glukosidase. Perlakuan diberi tiga kali ulangan.
Analisis Data (Matjik 2013)
Rancangan percobaan yang digunakan merupakan jenis Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan variabel variasi pelarut, konsentrasi, dan ulangan. Pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Duncan. Uji Beda (T-Test) dilakukan untuk membandingkan ekstrak etanol dan ekstrak air. Semua analisis statistika dilakukan sebanyak tiga kali ulangan (triplo) dengan semua hasil ditampilkan sebagai rataan ± SD. Analisis data lainnya dilengkapi dengan tabel, grafik, diagram, ataupun gambar pendukung. Perhitungan statistik menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 22. Model matematika Rancangan Acak Lengkap Faktorial adalah:
Hijk = π + Pj + Pk + (Pj x Pk) + eijk Keterangan :
Hijk = Hasil akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i
π = Nilai tengah umum
Pj = Pengaruh faktor perlakuan ke-j Pk = Pengaruh faktor perlakuan ke-k
Pj x Pk = Interaksi perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k
Eijk = Eror akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i
i = 1, 2, …., u (u = ulangan)
7
3
HASIL PENELITIAN
Ekstrak Daun Sirsak
Daun diambil dari sembilan lokasi di Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi. Persen rendemen tertinggi ekstrak etanol ditunjukkan lokasi Cianjur III, kedua lokasi Garut III, dan ketiga dari lokasi Sukabumi II. Ekstrak air menunjukkan hasil yang berbeda. Lokasi Sukabumi I menjadi ekstrak dengan persen rendemen tertinggi pertama, kedua Garut III, dan ketiga Garut I (Gambar 1 dan Lampiran 2).
Gambar 1 Perbandingan rendemen ekstrak etanol dan air
Data hasil pengukuran perbandingan ekstrak etanol (Lampiran 3) menunjukkan persentasi kadar air ekstrak berpelarut etanol dimulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi untuk lokasi Garut secara berurut adalah Garut III sebesar 3.18%, Garut II sebesar 7.17%, dan Garut I sebesar 8.41%. Pada lokasi Cianjur, persentasi kadar air dimulai dari yang paling rendah adalah Cianjur III sebesar 3.98%, Cianjur II sebesar 5.44%, dan Cianjur I sebagai yang tertinggi untuk lokasi Cianjur sebesar 5.65%. Lokasi lainnya, Sukabumi jika diurutkan dari sampel dengan kadar air terendah hingga yang tertinggi adalah Sukabumi I dengan nilai persentasi 4.87%, Sukabumi 5.42%, dan Sukabumi III sebesar 6.34%. Nilai perbandingan kadar air ekstrak air (Lampiran 4) menunjukkan Garut I sebesar 11,81% lebih tinggi dibandingkan dengan Garut II dengan nilai sebesar 8.69%. Lokasi Cianjur III menunjukkan nilai persentasi kadar air sebesar 9.99% lebih tinggi dibandingkan persen kadar air lokasi Garut II.
Senyawa Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan pada masing-masing ekstrak baik yang berpelarut etanol maupun yang berpelarut air. Hasil uji fitokimia ekstrak yang positif diberi skala 1-3 yang diwakili oleh tanda plus (+). Hasil uji fitokimia yang bernilai
8
negatif diberi tanda minus (-). Baik ekstrak yang berpelarut etanol maupun air,
tidak menunjukkan adanya senyawa golongan steroid (Tabel 1 dan 2).
Tabel 1 Senyawa fitokimia ekstrak etanol daun sirsak
No. Lokasi
Jenis Pengujian Alkaloid
Triterpenoid Steroid Flavonoid Tanin Saponin
Dragendorf Meyer Wegner
1 Garut I +++ ++ +++ + - +++ ++ +++
Ekstrak etanol Sukabumi menjadi ekstrak dengan hasil pengujian yang baik. Hal ini terlihat pada pengujian keberadaan senyawa flavonoid, alkaloid, dan tanin yang menunjukkan baik Sukabumi I, II, maupun III memiliki skala positif tiga lebih banyak dibandingan dengan ekstrak dari lokasi lainnya (Tabel 1).
Pada ekstrak air sampel Sukabumi dan Cianjur memberikan hasil yang baik, senyawa flavonoid, alkaloid, dan tanin memiliki skala positif tiga lebih banyak dibandingan dengan ekstrak dari lokasi lainnya (Tabel 2).
Tabel 2 Senyawa fitokimia ekstrak air daun sirsak
No. Lokasi
Jenis Pengujian Alkaloid
Triterpenoid Steroid Flavonoid Tanin Saponin
Dragendorf Meyer Wegner
1 Garut I ++ +++ ++ + - ++ +++ ++
9 Tabel 3 Senyawa Bioaktif GC-MS
No Nama
Senyawa Struktur Keterangan
1 Benzamida Turunan asam benzoat yang
digunakan untuk produksi fenol melalui reaksi dekarboksilasi oksidatif.
Gbr. Struktur As. Benzoat
2 Piperin Senyawa golongan alkaloid.
Alkaloid adalah senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai inhibitor enzim α -glukosidase.
3 Tokoferol (Vitamin E)
Tokoferol atau vitamin E, merupakan vitamin yang tidak larut air tetapi larut lemak. Berfungsi sebagai senyawa antioksidan yang membantu menurunkan tingkat stres oksidatif pada penderita diabetes.
4 Vinil Fenol Vinil fenol merupakan
senyawa golongan fenol.
Total Senyawa Fenolik
Hasil uji kandungan total fenol ekstrak etanol (Tabel 4) menunjukkan lokasi Sukabumi I sebagai ekstrak dengan kandungan total fenol terbanyak pertama, kedua adalah Garut I, dan ketiga adalah Garut II, sedangkan ekstrak air menunjukkan Sukabumi I sebagai tertinggi pertama, kedua Cianjur III, dan ketiga Sukabumi II.
10
Tabel 4 Total fenol ekstrak etanol
Lokasi Total Fenol Ekstrak Etanol (mgL-1)a Garut
arata-rata ± SD; Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Gambar 2 Perbandingan Total Fenol Ekstrak Etanol
Pada ekstrak air diperoleh kandungan total fenol (Tabel 5 dan Gambar 3) tertinggi adalah ekstrak lokasi Sukabumi I sebesar 36.98 mgL-1, kedua ekstrak Cianjur III sebesar 29.83 mgL-1, dan ketiga Sukabumi II sebesar 29.29 mgL-1.
Tabel 5 Total fenol ekstrak air
Lokasi Total Fenol Ekstrak Air (mgL-1)a Garut berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
11
Gambar 3 Perbandingan Total Fenol Ekstrak Air
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase
Perbandingan persentasi inhibisi ekstrak etanol (Tabel 6) dari sembilan lokasi hampir seluruhnya berada di atas 50%. Lokasi Sukabumi I menjadi ekstrak dengan persen penghambatan tertinggi pada konsentrasi 1%. Sukabumi III menjadi ekstrak dengan persen penghambatan tertinggi untuk konsentrasi 1.5%, sedangkan untuk konsentrasi 2% ekstrak yang berasal dari Sukabumi II menjadi lokasi ekstrak dengan persen inhibisi tertinggi (Gambar 4).
Tabel 6 Persen inhibisi ekstrak etanol
Lokasi Persen Inhibisi Ekstrak Etanol (%)
a nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
12
Gambar 4 Perbandingan Persen Penghambatan Ekstrak Etanol
Data hasil pengujian inhibisi aktivitas α-glukosidase menunjukkan persen daya hambat terbesar ekstrak air (Tabel 6 dan Gambar 5) adalah sampel Cianjur, yaitu 71.15% untuk konsentrasi 1%, 79.37% untuk konsentrasi 1.5%, dan 93.46% untuk konsentrasi 2%.
Tabel 6 Persen inhibisi ekstrak air
Lokasi Persen Inhibisi Ekstrak Air (%)
a nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Gambar 5 Perbandingan Persen Penghambatan Ekstrak Air
13
4
PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Sirsak
Hasil rendemen ekstrak etanol tertinggi diperoleh sebesar 13.48% (Cianjur III) dengan lama maserasi 18 jam menunjukkan selisih 1.38% dengan waktu maserasi lebih singkat dibandingkan penelitian sebelumnya oleh Rachmani et al. (2012) yang memperoleh hasil rendemen sebesar 14.86% dengan lama maserasi 24 jam. Hal ini disebabkan penggunaan metode ekstraksi yang berbeda. Penggunaan microwave sebagai metode ekstraksi dipilih karena gelombang mikro dengan energi rotasi molekul tertentu membantu ekstraksi bahan kimia dari matriks yang sulit, seperti jaringan tumbuhan yang tidak lunak (Wonorahardjo 2013). Pendapat yang sama juga dipublikasikan oleh Trusheva et al. 2007, yang mengemukakan jika microwave assisted extraction (MAE) adalah metode yang paling cepat dalam mengekstraksi senyawa golongan fenol dan flavonoid dari propolis dibandingkan dengan metode maserasi konvensional dan ultrasound extraction (UE). Simplisia dibagi menjadi dua bagian, satu bagian direndam dengan menggunakan pelarut etanol, dan yang lainnya direndam menggunakan pelarut air. Sampel yang telah dimaserasi, dikeringkan dengan menggunakan evaporator.
Sampel dibuat dalam bentuk ekstrak serbuk karena ekstrak dalam bentuk serbuk jauh lebih stabil dari segi penyimpanan dibandingkan bentuk ekstrak lainnya karena memiliki kadar air yang rendah (Purwatresna 2012). Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui berapa banyak kadar total air (gram) dalam 100 gram ekstrak. Ekstrak yang memiliki persen kadar air rendah dibawah 10%, merupakan ekstrak yang tahan dalam penyimpanan, karena sifatnya yang stabil dan tidak mudah terserang mikroba (Winarno 1997). Dari seluruh sampel yang melalui proses evaporasi masih ada beberapa sampel yang memiliki persentasi kadar air di atas 10% seperti pada ekstrak berpelarut air dari lokasi Garut I sebesar 11.81% yang berarti terdapat 11.81 gram air dalam 100 gram ekstrak berpelarut air. Ekstrak yang berpelarut etanol rata-rata memiliki persen kadar air yang sedikit dibandingkan dengan ekstrak yang berpelarut air. Hal ini disebabkan oleh sifat pelarut etanol yang folatil atau mudah menguap dibandingkan dengan air, sehingga ketika proses evaporasi (penguapan), kandungan kadar air ekstrak berpelarut etanol lebih sedikit.
Data hasil pengukuran kadar air ekstrak sampel berpelarut etanol menunjukkan persen kadar air terendah pertama Garut III sebesar 3.18%, kedua Cianjur III sebesar 3.98%, dan ketiga Sukabumi I sebesar 4.87%, sedangkan untuk ekstrak air terendah pertama Garut II sebesar 8.69%, kedua Garut I sebesar 9.99%, dan terendah ketiga Cianjur sebesar 11.81%. Variasi persentasi kadar air pada ekstrak diakibatkan oleh kemampuan masing-masing ekstrak dalam mengikat molekul air. Selain itu, faktor kandungan unsur hara, kebiasaan hidup masyarakat sekitar, iklim, dan jenis pelarut memberikan pengaruh pada perbedaan persentasi kadar air ekstrak.
Senyawa Fitokimia
14
ekstrak terhadap keberadaan golongan senyawa tertentu. Lima jenis pengujian yang paling umum adalah pengujian senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan steroid (Tambunan et al. 2012; Mataputun et al. 2013). Dari data pengujian, diperoleh informasi jika ekstrak berpelarut etanol maupun ekstrak berpelarut air mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid, tetapi kedua jenis ekstrak tidak mengandung steroid. Senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan triterpenoid merupakan golongan senyawa yang banyak dimanfaatkan untuk mengobati diabetes mellitus, dimana golongan senyawa ini bekerja dengan cara menghambat
kerja enzim α-glukosidase dalam memecah karbohidrat menjadi gula sederhana dan sebagai antioksidan yang akan menurunkan tingkat stres oksidatif penderita diabetes mellitus (Mohan et al. 2013).
Senyawa Bioaktif GC-MS
Hasil analisis kromatogram GC-MS menunjukkan ada sekitar 59 jenis senyawa organik yang terdeteksi pada ekstrak untuk kesembilan lokasi. Senyawa golongan fenol dan alkoholik aromatik dari hasil GC-MS yang diduga berfungsi sebagai senyawa antidiabetes antara lain benzamida, benzokuinon dan vinil fenol, sedangkan golongan senyawa alkaloid ditemukan piperin dan piperidin. Senyawa penting lainnya dari hasil kromatogram adalah tokoferol (vitamin E) yang tergolong sebagai senyawa antioksidan (Robinson 1995; Wink 1999). Hasil kromatogram GC-MS berkaitan pula dengan hasil penentuan total komponen fenolik ekstrak. Berdasarkan hasil uji, bukan hanya vitamin C yang terkandung pada buah sirsak melainkan terdapat pula tokoferol (vitamin E) pada daunnya yang fungsinya sama dengan vitamin C sebagai senyawa antioksidan (Artini NPR
et al. 2012).
Sampel dengan senyawa bioaktif yang paling banyak jenis dan jumlahnya berasal dari lokasi Sukabumi (I, II, dan III). Lokasi tempat pengambilan sampel di Sukabumi dilakukan pada wilayah Pelabuhan Ratu. Lokasi yang berada di dataran rendah, dekat dengan pantai, mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup, dan perilaku masyarakat sekitarnya yang masih tradisional terutama dalam pengolahan limbah (limbah rumah tangga) menjadi alasan banyaknya jumlah dan jenis metabolit sekunder yang terdeteksi ketika pengujian dengan menggunakan GC-MS (Bruna et al. 2009).
15 Total Senyawa Fenolik
Pengujian fenolik dilakukan untuk menentukan total komponen fenolik pada ekstrak etanol maupun air. Metode Folin-Ciocalteau digunakan karena gugus hidroksil pada inti aromatik senyawa fenol mampu mereduksi fosfomolibdat fosfotungstat menjadi molibdenum berwarna biru (Febrinda et al. 2013) (Lampiran 7). Total komponen fenolik ekstrak etanol (Lampiran 8) maupun ekstrak air (Lampiran 9) yang paling besar nilainya adalah Sukabumi I 4.94% (etanol) dan 3.70% (air). Seluruh konsentrasi total fenol yang diperoleh lebih tinggi nilainya dibandingkan total fenol yang diperoleh Hermawan et al. (2013) sebesar 1.36%.
Total komponen fenol tertinggi merupakan ekstrak etanol Sukabumi I yaitu 49.40 mgL-1 (b/v), jauh lebih tinggi dibandingkan total fenol ekstrak etanol umbi
jalar ungu sebesar 2.45 μgmL-1 (b/v) (Fidrianny et al. 2012). Hasil perbandingan
nilai total fenolik lainnya menunjukkan ekstrak daun sirsak lebih tinggi dibandingkan nilai total fenol ekstrak metanol daun batang lakum sebesar 24.00 gGAG dan fraksi metanol daunnya sebesar 43.30 gGAG (Rumayati et al. 2014). Selain itu, penggunaan pelarut etanol lebih disarankan oleh BPOM dalam proses ekstraksi dibandingkan pelarut organik lainnya karena sifat toksisitasnya yang rendah. Jumlah total fenol yang tinggi pada lokasi Sukabumi I berkaitan dengan hasil uji fitokimia yang mendapatkan senyawa bioaktif golongan fenol (flavonoid dan tanin) lebih banyak dibandingkan dengan lokasi lain.
Hasil uji beda total fenol menunjukkan jumlah fenolik ekstrak etanol berbeda signifikan pada taraf uji 5% dengan jumlah fenolik ekstrak air (Lampiran 12). Ekstrak etanol menunjukkan jumlah total fenolik lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak air. Selain itu, berdasarkan hasil pengujian statistik didapatkan kesimpulan jika perbedaan daerah (kabupaten) lokasi, dan interaksi kedua variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap banyaknya jumlah fenolik pada taraf uji 5% (Lampiran 10). Begitu pula dengan ekstrak air yang mendapatkan kesimpulan dari uji statistik bahwa ada pengaruh signifikan perbedaan dari daerah (kabupaten), lokasi dan interaksi kedua variabel tersebut pada taraf uji 5% (Lampiran 11). Hasil penentuan total fenolik sejalan dengan hasil uji GC-MS dan fitokimia yang menyatakan bahwa daerah Sukabumi menjadi daerah dengan jumlah senyawa bioaktif terbanyak dibandingkan dengan daerah lainnya.
Aktivitas Penghambatan Enzim α-Glukosidase
Persen inhibisi ekstrak daun sirsak menunjukkan persen penghambatan yang
tinggi terhadap kerja enzim α-glukosidase. Kesembilan lokasi menunjukkan nilai persentasi inhibisi diatas 30% (Lampiran 13). Pada konsentrasi 1% (10.000 ppm), sampel dari lokasi Sukabumi II (ekstrak etanol), Sukabumi III (ekstrak etanol), dan Cianjur I (ekstrak etanol) tidak berbeda nyata dengan akarbosa (glucobay) (Lampiran 18). Akan tetapi sampel dari lokasi Sukabumi I dan II untuk ekstrak etanol memiliki persen penghambatan lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan nilai persen penghambatan akarbosa pada konsentrasi yang sama. Nilai persentasi ini dapat dijadikan acuan, jika ekstrak daun sirsak dari kesembilan lokasi bekerja dengan baik sebagai agen antidiabetes dengan cara menghambat
16
persen inhibisi tertinggi dalam menghambat kerja enzim α-glukosidase pada konsentrasi 1% adalah ekstrak yang berasal dari lokasi Sukabumi I sebesar -96.83%. Pada konsentrasi 1,5% rata-rata persen inhibisi tertinggi berasal dari Sukabumi III sebesar 99.35%, sedangkan untuk konsentrasi 2%, berasal dari Sukabumi II sebesar 98.94%. Meskipun pada penentuan total fenolik Sukabumi II hanya mengandung total fenolik sebesar 21.66 µgmL-1 dan Sukabumi III sebesar 22.04 µgmL-1, akan tetapi hasil pengujian flavonoid pada uji fitokimia menunjukkan ekstrak lokasi Sukabumi II dan Sukabumi III positif berskala tinggi dan hasil screening senyawa bioaktif menggunakan GC-MS menunjukkan banyaknya jenis dan jumlah senyawa bioaktif yang terkandung pada ekstrak etanol daun sirsak. Hasil yang berbeda diperoleh pada ekstrak air. Cianjur menjadi lokasi dengan persen penghambatan tertinggi baik di konsentrasi 1%, 1.5%, dan 2%. Hal ini berhubungan dengan hasil uji fitokimia ekstrak air yang menunjukkan ekstrak Cianjur I, II, dan III mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan alkaloid yang berskala tinggi. Akan tetapi, berdasarkan hasil screening GC-MS daerah Cianjur merupakan daerah kedua terbanyak untuk jumlah dan jenis senyawa bioaktif yang terdeteksi. Meskipun hasil screening GC-MS menunjukkan daerah Cianjur sebagai yang kedua tertinggi setelah Sukabumi, tetapi hasil penentuan total senyawa fenolik pada ekstrak air lokasi Cianjur menunjukkan hasil yang cukup baik. Ketiga lokasi ekstrak Cianjur menunjukkan jumlah penghambatan sebesar 71.15%, 79.37%, dan 93.46%.
Pada ekstrak etanol dengan konsentrasi yang sama secara berurut yaitu 1%, 1.5%, dan 2% Purwatresna (2012) memperoleh nilai inhibisi sebesar 83.14%, 89.33%, dan 77.20%, sedangkan pada penelitian ini diperoleh nilai inhibisi secara berurut sebesar 96.83%, 98.94%, dan 99.35%. Penelitian Febrinda (2013) membuktikan persen inhibisi ekstrak etanol umbi bawang dayak sebesar 51.27% tidak lebih besar dari persen inhibisi yang diperoleh pada penelitian ini yang menggunakan ekstrak daun sirsak. Nilai inhibisi enzim α-glukosidase ekstrak etanol 70% kulit kayu raru yang diteliti oleh Pasaribu (2011) memiliki persen inhibisi sebesar 88-97% dengan dua variasi metode ekstraksi, maserasi dan reflux, lebih rendah dibandingkan persen inhibisi ekstrak etanol 70% daun sirsak dengan metode ekstraksi microwave. Adapun metode yang digunakan pada pengujian
inhibisi aktivitas enzim α-glukosidase dilakukan berdasarkan reaksi hidrolisis p -nitrofenil-α-D-glukopiranosa oleh enzim α-glukosidase menjadi p-nitrofenol yang berwarna kuning dan glukosa (Sugiwati 2005):
Gambar 6 Reaksi Hidrolisis p-nitrofenil-α-glukopiranosa oleh Enzim α -Glukosidase
18
5
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Analisis fitokimia memberikan hasil positif untuk semua uji, kecuali golongan steroid. Analisis GC-MS mendapatkan senyawa benzamida, benzokuinon, vinil fenol, piperin, piperidin, dan tokoferol. Hasil uji total fenol ekstrak etanol dan air menunjukkan Sukabumi I sebagai lokasi dengan rata-rata persen total fenol tertinggi yaitu 49.40 ± 1.05 (etanol) dan 36.98 ± 0.17 (air). Terdapat perbedaan yang signifikan pada taraf uji 5% untuk total fenol ekstrak etanol dan ekstrak air. Pada konsentrasi 1% Sukabumi I (96.83 ± 1.42) menjadi ekstrak etanol dengan persen inhibisi tertinggi, konsentrasi 1.5% Sukabumi III (98.94 ± 0.54), dan konsentrasi 2% Sukabumi II (99.35 ± 0.31). Ekstrak air Cianjur menjadi sampel dengan persen inhibisi tertinggi untuk konsentrasi 1%, 1.5%, dan 2% sebesar 71.15 ± 2.61; 79.37 ± 2.18; dan 93.46 ± 3.60. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada taraf uji 5% untuk penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase oleh ekstrak etanol dan ekstrak air. Ekstrak yang menunjukkan paling banyak hasil pengujian yang positif untuk digunakan sebagai antidiabetes adalah ekstrak daerah Sukabumi.
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, Olwale D, Komolafe, Aderibigbe O, Adewole, Stephen O, Martins OE, Kehinde AT. 2009. Anti Hyperglycemic Activities of Annona muricata (Linn). CAM. 6(1): 62-69.
Adri D dan Hersoelistyorini W. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Sifat Organoleptik Teh Daun Sirsak (Annona muricata L.) berdasarkan Variasi Lama Pengeringan. Pangan dan Gizi. 4(7);1-12.
American Diabetes Association. 2013. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 36(1): 67-74.
Artini Ni Putu R, Wahjuni S, Sulihingtyas WD. 2012. Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) sebagai Antioksidan pada Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Wistar. Kimia.6(2);127-137.
Ashari S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Aziz AR, Hasneti Y, Woferst R. 2013. Efektifitas Air Rebusan Daun Sirsak (Annona muricata) terhadap Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Universitas Riau Pr.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2010. Acuan Sediaan Herbal. 5(1). Jakarta (ID): Direktorat OAI BPOMRI.
Bruna C, Eichholz I, Rohn S, Kroh W, Huyskens K. 2009. Bioactive Compounds and Antioxidant Activity of Cocoa Hulls (Theobroma cacao L.) from Different Origins. J App Bot and Food Quality. 83: 9-13.
Febrinda Andi E, Astawan M, Wresdiyati T, Yuliana Nancy D. 2013. Kapasitas Antioksidan dan Inhibitor Alfa Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang Dayak.
J Teknol. dan Industri Pangan. 24(2): 161-167.
Fidrianny I, Ruslan K, Diani R. 2012. Kapasitas Antioksidan dari Berbagai Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas [L.] Lamk.) dan Isolasi Senyawa Antioksidan. J Medika Planta. 2(1): 36-46.
Gajalakshmi S, Vijayalakshmi S, Devi RV. 2012. Phytochemical and Pharmacological Properties of Annona muricata. Int. J Pharm Pharm Sci.
4(2): 3-6.
Harborne JB. 1987. Phytochemical Methods. Bandung (ID): ITB Pr.
Hasan AEZ, Mangunwidjaja D, Sunarti TC, Suparno O, Setiyono A. 2013. Production of Indonesia Nanopropolis as a Antibreastcancer Agent. [disertasi]. Bogor Agriculture University.
Hermawan GP dan Laksono H. 2013. Ekstraksi Daun Sirsak (Annona muricata
L.) Menggunakan Pelarut Etanol. JTKI. 2(2): 111-115.
Kaku K. 2010. Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy.
20
Mohan Y, Jesuthankaraj GN, Thangavelu NR. 2013. Antidiabetic and Antioxidant Properties of Triticum aestivum in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Advances in Pharmacological Sciences. 2013;1-9.
Mtunzi F, Dikio D, Makhwaje A, Sipamla, Modise SJ. 2013. GC-MS Analysis of Hexane Extract of Bolusanthus speciosus Stem Bark. Asian Plant. 3(2):27-30.
Nugroho NA. 2011. Gempur Habis Ragam Penyakit dengan Sirsak. Yogyakarta (ID): Cahaya Atma Pustaka.
Nurulita Y, Dhanutirto H, Soemardji Andreanus A. 2008. Penapisan Aktivitas dan Senyawa Antidiabetes Ekstrak Air Daun Dandang Gendis (Clinacanthus
nutans). J Natur Indonesia. 10(2): 98-103.
Olokoba Abdulfatai B, Obateru Olusegun A, Olokoba Lateefat B. 2012. Type 2 Diabetes Mellitus: A Review of Current Trends. Oman Med J. 27(4): 269-273.
Pasaribu G. 2011. Aktivitas Inhibisi Alfa Glukosidase pada Beberapa Jenis Kulit Kayu Raru. J Penelitian Hasil Hutan. 29(1): 10-11.
Pujiyanto S dan Ferniah RS. 2010. Aktivitas Inhibitor Alpha-Glukosidase Bakteri Endofit PR-3 yang Diisolasi dari Tanaman Pare. BIOMA. 12(1): 1-5. Purwatresna, Eka. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun
Sirsak secara In Vitro melalui Inhibisi Enzim α-Glukosidase [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Rachmani EPN, Suhesti TS, Widiastuti R, Aditiyono. 2012. The breast of anticancer from leaf extract of Annona muricata against cell line in T47D.
Int J of Applied Sci Technol.2: 157-164.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung (ID): ITB Pr. Rumayati, Idiawati N, Destiarti L. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan, Total Fenol,
dan Toksisitas dari Ekstrak Daun dan Batang Lakum (Cayratia trifolia
[L.]Domin). JKK. 3(3): 30-35.
Rusmiyati I., Husain, Diah R., Alam G. 2012. Bioaktivitas Ekstrak Metanol Daun Muda Sirsak Annona muricata L. sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes. [skripsi]. Universitas Hasanuddin Makassar.
Shindu S, Kavrekar V, Mishra A. 2013. In vitro Study on Alpha Amylase and Alpha Glukosidase Inhibitory Activities of Selected Plant Extracts. Euro J Exp. Bio. 3(1): 128-132.
Sugiwati S. 2005. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) sebagai Inhibitor Alfa-Glukosidase in vitro dan in vivo pada Tikus Putih [tesis]. Institut Pertanian Bogor.
Sukandar D, Sumarlin La Ode, Zahroh H, Amelia ER. 2012. Uji Aktivitas Antidiabetes Fraksi Etil Asetat Daun Pandan Wangi (P. amaryllifolius
Roxb.) dengan Metode α-Glukosidase
.
Valensi. 2(5): 534-540.Tambunan RM, Desmiaty Y, Wida K.K. 2012. Uji Pendahuluan Aktivitas Sitotoksik dan Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata
L.) dan Batang Brotowali (Tinospora crispa). Seminar Nasional POKJANAS TOI XLII- 2012.
21 Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Wink, Michael. 1999. Biochemistry of Plant Secondary Metabolism. Canada (CA): CRC Pr.
Wonorahardjo, S. 2013. Metode-metode Pemisahan Kimia. Jakarta (ID): Akademia Permata.
Zahtamal, Fifia C, Suyanto, Restuastuti T. 2007. Faktor-faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(3): 142-147.
Zhang HF, Yang XH, Wang Y. 2011. Microwave assisted extraction of secondary metabolites from plants: Current status and future directions.
Trends Food Sci Technol. 12(22): 672-688.
22
Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian
Pengambilan Sampel dari Sembilan Lokasi di Jawa Barat Seleksi dan Pengeringan Sampel pada Suhu Ruang
Pengeringan Sampel dengan Oven 500C
Perebusan Simplisia dengan Menggunakan Air Mendidih
Perendaman Simplisia Menggunakan Pelarut Etanol Fermentasi 70%
Pemanasan Menggunakan Microwave
Penggilingan Daun
Evaporasi Vakum
Uji Fitokimia
Uji Komponen Aktif GC-MS
Uji Inhibisi Aktivitas Enzim α-glukosidase
Uji Kadar Air
Daun dari sembilan lokasi
Simplisia
Ekstrak
23 Lampiran 2 Perbandingan rendemen sampel setelah diekstrak dengan
menggunakan dua pelarut, etanol dan air
NO. Lokasi Sampel
Persentasi Rendemen (%)
Pelarut Etanol Pelarut Air
1 Garut I (Leuwigoong) 5.96 8.20
2 Garut II (Cangkuang) 8.32 7.20
3 Garut III (Kadungora) 12.76 9.00
4 Cianjur I (Ciherang) 9.32 6.60
5 Cianjur II (Karang tengah, Sukasarana) 10.00 7.80
6 Cianjur III (Rahong, Sukasirna) 13.48 2.40
7 Sukabumi I (Karangpakpak, Cirenik) 10.92 12.10 8 Sukabumi II [Karangpakpak (Asam)] 11.40 4.10 9 Sukabumi III (Dangdeur, Sukasari) 8.68 2.10
Lampiran 3 Perbandingan kadar air ekstrak etanol
Garut
Lampiran 4 Perbandingan kadar air ekstrak air
24
Lampiran 5 Data hasil GC-MS pirolisis komponen utama dari ekstrak daun sirsak
Tabel Hasil Uji GC-MS Ekstrak Lokasi Sukabumi
No. Komponen Kimia Asal Lokasi
Sukabumi I Sukabumi II Sukabumi III
1. Asam Adipat 4.88 - -
2. Asam Hexadecanoat/Palmitat 5.13 3.68 3.59
25
43. Peura Metil Benzofunaol - - -
44. Phemil Ester Benzamida 6.48 - -
45. Phytol 10.11 - -
46. Piperidin - 25.28 -
47. Piperin 13.7 8.77 8.77
48. Pirazol - - -
49. SintaXanthin - - -
50. Sitosterol - - -
51. Stigma sterol - - -
52. Tetradecenal - - 3.98
53. Tetradecanolida - - -
54. Tetrometil Hexadecenol - - 7.83
55. Thia Zolidinon - - 4.19
56. Tokoferol (Vitamin E) 9.37 - -
57. Vinil Cholesterol - - -
58. Vinil Fenol - - -
26
Tabel Hasil Uji GC-MS Ekstrak Lokasi Garut
No. Komponen Kimia Garut I Garut II Asal Lokasi Garut III
1. Asam Adipat - 11.53
2. Asam Hexadecanoat/palmitat 5.72 4.44 11.30+8.19
27
46. Piperidin - - -
47. Piperin - - -
48. Pirazol - - -
49. Sinta Xanthin - - -
50. Sito Sterol - - -
51. Stigma Sterol 6.43 - -
52. Tetradecenal 6.06 - -
53. Tetra Decanilida - - -
54. Tetrometil Hexadecenol - 12.29 -
55. Thia Zolidinon - - -
56. Tokoferol (Vitamin E) - 4.26 -
57. Vinil Cholesterol - - -
58. Vinil Fenol - - -
28
Tabel Hasil Uji GC-MS Ekstrak Lokasi Cianjur
No. Komponen Kimia Asal Lokasi
Cianjur I Cianjur II Cianjur III
29
46. Piperidin - - -
47. Piperin - - 8.73
48. Pirazol - - 2.91
49. Sinta Xanthin - - -
50. Sito Sterol - 7.06 -
51. Stigma Sterol 11.19 - -
52. Tetradecenal - - -
53. Tetra Decanolida - - -
54. Tetrometil Hexadecenol - 6.60 9.30
55. Thia Zolidinon - - -
56. Tokoferol (Vitamin E) - - -
57. Vini Cholesterol - - -
58. Vinil Fenol - - 4.66
30
Lampiran 6 Contoh Hasil GC-MS
31
32
33
34
Lampiran 7 Kurva standar asam galat Tabel Absorbansi Kurva Standar
Kurva Standar Asam Galat
Nomor Konsentrasi (ppm)
Absorbansi (A)
1 0 0.002
2 25 0.188
3 50 0.378
4 100 0.727
5 150 1.046
6 200 1.414
7 250 1.767
8 300 2.039
Gambar Grafik Linier Kurva Standar
y = 0,0069x + 0,0242 R² = 0,999
0 0,5 1 1,5 2 2,5
0 100 200 300 400
A
bsorbansi
Konsentrasi
Absorbansi
35 Lampiran 8 Total fenol ekstrak etanol daun sirsak dari sembilan lokasi
Lokasi Ulangan Absorbansi
(A)
rata-rata 0.3483333 46.975845
standar deviasi 0.0060277 0.8735817
Garut II
U1 0.33 44.318841
U2 0.332 44.608696
U3 0.331 44.463768
rata-rata 0.331 44.463768
standar deviasi 0.001 0.1449275
Garut III
U1 0.158 19.391304
U2 0.153 18.666667
U3 0.158 19.391304
rata-rata 0.1563333 19.149758
standar deviasi 0.0028868 0.4183698 Lokasi Ulangan Absorbansi (A) T. Fenol (ppm)
Cianjur I
U1 0.247 32.289855
U2 0.251 32.869565
U3 0.24 31.275362
rata-rata 0.246 32.144928
standar deviasi 0.0055678 0.8069224
Cianjur II
U1 0.149 18.086957
U2 0.158 19.391304
U3 0.158 19.391304
rata-rata 0.155 18.956522
standar deviasi 0.0051962 0.7530656
Cianjur III
U1 0.224 28.956522
U2 0.239 31.130435
U3 0.227 29.391304
rata-rata 0.23 29.826087
36
Lokasi Ulangan Absorbansi
(A)
T. fenol (ppm)
Sukabumi I
U1 0.371 50.2608696
U2 0.357 48.2318841
U3 0.367 49.6811594
rata-rata 0.365 49.3913043
standar deviasi 0.0072111 1.04508733
Sukabumi II
U1 0.171 21.2753623
U2 0.172 21.4202899
U3 0.178 22.2898551
rata-rata 0.1736667 21.6618357
standar deviasi 0.0037859 0.5486868
Sukabumi III
U1 0.171 21.2753623
U2 0.175 21.8550725
U3 0.183 23.0144928
rata-rata 0.1763333 22.0483092
37 Lampiran 9 Total fenol ekstrak air daun sirsak dari sembilan lokasi
Lokasi Ulangan Absorbansi (A)
rata-rata 0.199 25.333333
standar deviasi 0.0026458 0.3834422
Garut II
U1 0.147 17.797101
U2 0.148 17.942029
U3 0.147 17.797101
rata-rata 0.1473333 17.845411
standar deviasi 0.0005774 0.083674
Garut III
U1 0.093 9.9710145
U2 0.1 10.985507
U3 0.087 9.1014493
rata-rata 0.0933333 10.019324
standar deviasi 0.0065064 0.9429576
Lokasi Ulangan Absorbansi (A) T. fenol (ppm)
Cianjur I
U1 0.18 22.57971
U2 0.177 22.144928
U3 0.184 23.15942
rata-rata 0.1803333 22.628019
standar deviasi 0.0035119 0.5089688
Cianjur II
U1 0.146 17.652174
U2 0.149 18.086957
U3 0.149 18.086957
rata-rata 0.148 17.942029
standar deviasi 0.0017321 0.2510219
Cianjur III
U1 0.228 29.536232
U2 0.229 29.681159
U3 0.233 30.26087
rata-rata 0.23 29.826087
38
Lokasi Ulangan Absorbansi
(A)
T. fenol (ppm)
Sukabumi I
U1 0.28 37.0724638
U2 0.28 37.0724638
U3 0.278 36.7826087
rata-rata 0.2793333 36.9758454
standar deviasi 0.0011547 0.1673479
Sukabumi II
U1 0.22 28.3768116
U2 0.227 29.3913043
U3 0.232 30.115942
rata-rata 0.2263333 29.294686
standar deviasi 0.0060277 0.87358171
Sukabumi III
U1 0.203 25.9130435
U2 0.205 26.2028986
U3 0.208 26.6376812
rata-rata 0.2053333 26.2512077
standar deviasi 0.0025166 0.3647263
39 Lampiran 10 Uji Statistik Ekstrak Etanol
Tests of Between-Subjects Effects
Intercept 27003,481 1 27003,481 42966,484 ,000
Daerah 444,563 2 222,282 353,682 ,000
Lokasi 1796,157 2 898,079 1428,974 ,000
Daerah * Lokasi 1439,156 4 359,789 572,477 ,000
Error 11,313 18 ,628
Total 30694,670 27
Corrected Total 3691,189 26
40
Etanol Duncana,b
Interaksi N
Subset
1 2 3 4 5 6 7
Cianjur 2 3 18,9567
Garut 3 3 19,1500
Sukabumi 2 3 21,6633
Sukabumi 3 3 22,0500
Cianjur 3 3 29,8267
Cianjur 1 3 32,1467
Garut 2 3 44,4633
Garut 1 3 46,9767
Sukabumi 1 3 49,3900
41 Lampiran 11 Uji Statistik Ekstrak Air
Tests of Between-Subjects Effects
Intercept 15568,805 1 15568,805 57223,447 ,000
Daerah 777,077 2 388,538 1428,080 ,000
Lokasi 249,910 2 124,955 459,275 ,000
Daerah * Lokasi 500,085 4 125,021 459,518 ,000
Error 4,897 18 ,272
Total 17100,774 27
Corrected Total 1531,969 26
42
Air Duncana,b
Interaksi N
Subset
1 2 3 4 5 6 7
Garut 3 3 10,0200
Garut 2 3 17,8467
Cianjur 2 3 17,9433
Cianjur 1 3 22,6267
Garut 1 3 25,3333
Sukabumi 3 3 26,2500
Sukabumi 2 3 29,2967
Cianjur 3 3 29,8267
Sukabumi 1 3 36,9733
43 Lampiran 12 Uji Beda Total Komponen Fenolik (T-Test)
Group Statistics
of Variances t-test for Equality of Means
44
Lampiran 13 Persen inhibisi enzim α- glukosidase
Pelarut air
rata-rata 0.971667 0.374333 0.268667 0.227
Persen
Inhibisi U 1 60.568 73.186 76.341
(%) U 2 61.478 73.202 75.764
U 3 62.381 70.601 77.871
rata-rata 61.47567 72.32967 76.65867
standar deviasi 0.906502 1.497091 1.088828
Cianjur Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 0.89 1.318 1.826
Absorbansi U 1 0.932 0.271 0.202 0.083
U 2 0.919 0.288 0.203 0.022
U 3 0.949 0.248 0.172 0.079
rata-rata 0.933333 0.269 0.192333 0.061333
Persen Inhibisi U 1 70.923 78.326 91.094
(%) U 2 68.662 77.911 97.606
U 3 73.867 81.876 91.675
rata-rata 71.15067 79.371 93.45833
standar deviasi 2.609958 2.179295 3.603713
Garut Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 0.506 0.716 1.1
Absorbansi U 1 0.951 0.489 0.405 0.412
U 2 0.919 0.48 0.394 0.385
U 3 0.949 0.489 0.424 0.396
rata-rata 0.939667 0.486 0.407667 0.397667
Persen Inhibisi U 1 48.58 57.413 56.677
(%) U 2 47.769 57.127 58.107
U 3 48.472 55.321 58.272
45
rata-rata 96.82733 98.50233 99.08733 standar deviasi 1.415616 0.774819 0.743852
Sukabumi II Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 1.294 1.865 1.985
Absorbansi U 1 1.015 0.04 0.018 0.007
U 2 0.919 0.045 0.021 0.003
U 3 0.949 0.045 0.003 0.009
rata-rata 0.961 0.043333 0.014 0.006333
Persen Inhibisi U 1 96.059 98.227 99.31
(%) U 2 95.103 97.715 99.674
U 3 95.258 99.684 99.052
rata-rata 95.47333 98.542 99.34533 standar deviasi 0.513089 1.021596 0.312502
Sukabumi III Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 1.129 1.658 1.944
Absorbansi U 1 1.015 0.047 0.017 0.025
U 2 0.951 0.07 0.007 0.003
U 3 0.919 0.087 0.007 0.01
rata-rata 0.961667 0.068 0.010333 0.012667
Persen Inhibisi U 1 95.369 98.325 97.537
(%) U 2 92.639 99.264 99.685
U 3 90.533 99.238 98.912
46
rata-rata 0.961667 0.077333 0.079 0.048667
Persen Inhibisi U 1 92.114 95.163 93.691
(%) U 2 93.103 86.897 96.749
U 3 90.533 93.689 94.233
rata-rata 91.91667 91.91633 94.891
standar deviasi 1.296314 4.408906 1.631736
Cianjur II Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 0.947 1.297 1.863
Absorbansi U 1 0.951 0.118 0.138 0.107
U 2 1.015 0.13 0.131 0.097
U 3 0.949 0.134 0.159 0.078
rata-rata 0.971667 0.127333 0.142667 0.094
Persen Inhibisi U 1 87.592 85.489 88.749
(%) U 2 87.192 87.094 90.443
U 3 85.88 83.246 91.781
rata-rata 86.888 85.27633 90.32433
standar deviasi 0.895571 1.932795 1.519479
Cianjur III Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 1.027 1.48 2.148
Absorbansi U 1 1.015 0.109 0.018 0.004
U 2 0.919 0.098 0.022 0.008
U 3 1.015 0.088 0.035 0.028
rata-rata 0.983 0.098333 0.025 0.013333
Persen Inhibisi U 1 89.261 98.227 99.606
(%) U 2 89.336 97.606 99.129
U 3 91.33 96.552 97.241
47
rata-rata 91.33233 91.587 93.64933
standar deviasi 1.873502 1.640252 0.946277
Garut II Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 1.323 1.771 2.365
Absorbansi U 1 0.951 0.116 0.126 0.003
U 2 1.015 0.117 0.114 0.013
U 3 1.015 0.126 0.112 0.029
rata-rata 0.993667 0.119667 0.117333 0.015
Persen Inhibisi U 1 87.802 86.751 99.685
(%) U 2 88.473 88.768 98.719
U 3 87.586 88.966 97.143
rata-rata 87.95367 88.16167 98.51567
standar deviasi 0.462541 1.225678 1.28314
Garut III Konsentrasi 0 1 1.5 2
K (-) 0.061 0.975 1.168 1.512
Absorbansi U 1 0.951 0.3 0.089 0.02
U 2 1.015 0.303 0.147 0.033
U 3 0.951 0.303 0.156 0.056
rata-rata 0.972333 0.302 0.130667 0.036333
Persen Inhibisi U 1 68.454 90.641 97.897
(%) U 2 70.148 85.517 96.749
U 3 68.139 83.596 94.111
rata-rata 68.91367 86.58467 96.25233
48
Lampiran 14 Uji Beda Inhibisi Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Group Statistics
Variances t-test for Equality of Means
49 Lampiran 15 Uji Beda Ekstrak Etanol Daun Sirsak terhadap Perbedaan Lokasi dan Konsentrasi
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Etanol
Source
Type III
Sum of Squares df Mean Square F
Sig
.
Corrected Model 3343,259a 26 128,587 46,404 ,000
Intercept 699195,134 1 699195,134 252323,563 ,000
Daerah 985,126 2 492,563 177,755 ,000
Lokasi 92,162 2 46,081 16,630 ,000
Konsentrasi 755,504 2 377,752 136,322 ,000
Daerah * Lokasi 588,812 4 147,203 53,122 ,000
Daerah * Konsentrasi 259,327 4 64,832 23,396 ,000
Lokasi * Konsentrasi 418,407 4 104,602 37,748 ,000
Daerah * Lokasi *
Konsentrasi 243,921 8 30,490 11,003 ,000
Error 149,635 54 2,771
Total 702688,029 81
Corrected Total 3492,895 80
50
Lampiran 16 Uji Beda Ekstrak Air terhadap Perbedaan Lokasi dan Konsentrasi Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Air
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4637,792a 8 579,724 167,848 ,000
Intercept 126907,302 1 126907,302 36743,584 ,000
Daerah 3347,636 2 1673,818 484,622 ,000
Konsentrasi 1110,477 2 555,239 160,759 ,000
Daerah * Konsentrasi 179,679 4 44,920 13,006 ,000
Error 62,170 18 3,454
Total 131607,264 27
Corrected Total 4699,961 26
51 Lampiran 17 Persen Penghambatan Glucobay
Ulangan Konsentrasi (ppm)
1 500 1000 5000 10000
U1 24.66 55.67 75.49 88.96 94.1
U2 20.22 55.7 74 91.17 94.06
U3 25.72 57.64 76.7 91.38 94.55
rata-rata 23.53333 56.33667 75.39667 90.50333 94.236667 standar deviasi 2.917967 1.128819 1.352418 1.340684 0.2720907
Note:
1 % = 10.000 ppm 0
20 40 60 80 100
0 5000 10000 15000
P
er
se
n
P
en
gh
am
b
atan
Konsentrasi
glucobay
52
Lampiran 18 Perbandingan Sampel dengan Glucobay
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Data
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 8444,851a 12 703,738 368,690 ,000
Intercept 267803,521 1 267803,521 140302,995 ,000
Perlakuan 8444,851 12 703,738 368,690 ,000
Error 49,628 26 1,909
Total 276298,000 39
Corrected Total 8494,479 38
a. R Squared = ,994 (Adjusted R Squared = ,991)
Tabel Perbandingan Persen Inhibisi Sampel dan Glucobay pada Konsentrasi 1% (10000 ppm)
Lokasi Sampel Perbandingan Persen Inhibisi Sampel dan Glucobay (%)a
Cianjur_1_Etanol 91.91±1.30cde
Cianjur_2_Etanol 86.89±0.89g
Cianjur_3_Etanol 89.98±1.17ef
Cianjur_Air 71.15±2.61h
Garut_1_Etanol 91.33±1.87de
Garut_2_Etanol 87.95±0.46fg
Garut_3_Etanol 68.91±1.08h
Garut_Air 48.27±0.44j
Glucobay 94.24±0.27bc
Sukabumi_1_Etanol 96.83±1.42a
Sukabumi_2_Etanol 95.47±0.51ab
Sukabumi_3_Etanol 92.85±2.43cd
53 Lampiran 19 Dokumentasi Penelitian
Ekstrak Daun Sirsak