DI SMP NEGERI 264 JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
LAILATUL MAHMUDAH
NIM : 107011000151
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
i
Kata Kunci : Media Komik, Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
Media komik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik berupa cerita dalam bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.
Penelitian skripsi ini ingin mengetahui keefektifan penggunaan media komik dalam pencapaian kompetensi pembelajaran SKI pada materi Sejarah Nabi Muhammad Pada
Masa Pengasuhan Halimah Sa’diyah. Jenis penelitian yang digunakan adalah
ii
Segala puji hanya milik Allah SWT, kepada-Nya semua makhluk tunduk atas
kekuasaan-Nya. Dengan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan untuk baginda nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun
tenaga, waktu dan pikiran telah diperjuangkan demi terselesaikannya skripsi ini agar
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Karya ini penulis persembahkan dengan setulus hati untuk orang tua tercinta
dan keluarga kecilku, yang selama ini mengisi hari-hari penulis serta selalu
mendoakan penulis. Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Nurlena, MA, Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Trbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan-kebijakan
yang dibuat selalu mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya
3. Ibu Marhamah Saleh Lc, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan gama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas pelayanan terbaik
yang telah diberikan kepada mahasiswanya.
4. Bapak Drs. Rusdi Jamil, MA. Selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih
yang sebesar-besarnya atas segala waktu, nasehat dan bimbingannya kepada
iii
6. Seluruh dosen dan staff karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada
umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya, yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan melalui pengajaran dan diskusi yang
berkaitan dengan skripsi ini.
7. Penghormatan tulus serta salam cinta dan sayang untuk orang tua, Abi H.
Abdurrahman (Alm), semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang paling
baik di sisi-Nya, walaupun abi telah tenang di sana, do’amu slalu menyertai langkahku, dan ummi Hj. Khairiyah yang telah dengan tulus ikhlas menuntun,
mendidik dan mencurahkan kasih sayangnya serta tanpa lelah memberikan
bantuan moriil, material, semangat dan kekuatan do’a untuk anak tercintanya.
Semoga Allah slalu meridhai jalan hidup mu dunia akhirat.
8. Suami ku Afrizal Muslim yang telah mencurahkan rasa cinta dan sayangnya
kepada penulis, serta dukungan dan semangat serta do’a yang tak henti -hentinya, semoga Allah selalu meridhai hidup mu.
9. Dede bayi yang saat ini masih ada dalam kandungan, karena mu bunda jadi
semangat menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah slalu melindungi mu dan
menjadikan mu anak yang dapat membawa kebaikan bagi ayah dan bunda
dunia dan akhirat.
10.Keluarga besar El-Rahman yang telah dengan tulus memberikan kasih sayang,
semangat dan doa kepada penulis.
11.Keluarga besar H. Munjih (mertua), yang telah menjadi keluarga kedua bagi
penulis.
12.Teman-teman tercinta dan seperjuangan dalam menuntut ilmu ; kelas PAI A,
Peminatan PAI Sejarah, Kelompok PPKT di SMP Negeri 87 Jakarta,
kebersamaan dengan kalian selalu menjadi kenangan terindah
13.Golden Friends (Nuzulia Apriliani, S. Pd. I, Ahmad Hubbudin, S. Pd. I ,
Ahmad syarif, S. Pd. I, Lia Widyawati, dan Ahmad Farhan), persahabatan
iv
Rofiqoh, S. Pd. I) yang telah memberikan semangat kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca, semoga Allah SWT meridhai dan dicatat sebagai amal ibadah di
sisi-Nya.
Jakarta, 09 Februari 2014
Penulis
v
PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK
...
i
KATA PENGANTAR ...
ii
DAFTAR ISI
...
v
DAFTAR TABEL
... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusuan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Efektivitas ... 7
2. Hakikat Media Pembelajaran ... 9
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 9
b. Fungsi Media Pembelajaran ... 10
c. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran ... 13
3. Hakikat Media Komik a) Pengertian Komik ... 13
b) Sejarah Komik ... 14
c) Unsur-unsur Komik ... 15
d) Macam-macam Komik ... 17
vi
5. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23
C. Hipotesis Tindakan ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
B. Metode Penelitian dan Siklus Penelitian ... 24
1. Metode Penelitian ... 24
2. Siklus Penelitian ... 25
C. Subjek Penelitian ... 27
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 28
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 28
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32
G. Sumber Data ... 32
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 32
I. Teknik Pengumpulan Data ... 33
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 33
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 34
1. Teknik Skoring ... 34
2. Teknik Pengambilan Kesimpulan ... 35
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 35
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36
B. Analisis Data ... 36
vii
DAFTAR PUSTAKA ... 67
viii
Tabel 4.3 Daftar Nilai Prasiklus Terendah sampai tertinggi ……. 40 Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Prasiklus ……. 41 Tabel 4.5 Jadwal Siklus Penelitian Tindakan Kelas ………. 43 Tabel 4.6 Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus I ………. 44 Tabel 4.7 Daftar Nilai Perolehan Individu Siklus I ………. 46 Tabel 4.8 Daftar Nilai Siklus I Terendah sampai tertinggi ……. 48 Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus I ……. 49 Tabel 4. 10 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus I ……. 51 Tabel 4. 11 Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus II ………. 53 Tabel 4. 12 Daftar Nilai Perolehan Individu Siklus II ………. 55 Tabel 4. 13 Daftar Nilai Siklus II Terendah sampai tertinggi ……. 57 Tabel 4. 14 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus II ……. 59 Tabel 4. 15 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus II ……. 60 Tabel 4. 16 Perolehan Nilai Hasil Pencapaian Kompetensi
Pembelajaran SKI Pada Prasiklus Sampai
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan suatu proses
komunikasi. Dalam kegiatan belajar mengajar terjalin komunikasi antara
pendidik dan peserta didik. Dimana pendidik sebagai komunikator yang
memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta didik yang dalam hal
ini berperan sebagai komunikan.
Dalam komunikasi antara pendidik dan peserta didik sering menemui
hambatan-hambatan dalam memahami apa yang dilihat, didengar, dibaca, dan
diamati, sehingga komunikasi tidak berjalan secara efektif dan efisien.
Komunikasi yang tidak berjalan secara efektif dan efisien antara lain
disebabkan oleh verbalisme (guru menerangkan hanya secara lisan atau
melalui kata-kata), perhatian yang bercabang, kekacauan penafsiran, tidak
adanya tanggapan secara aktif, kurangnya perhatian dari peserta didik,
keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, dan sikap pasif anak didik.1
Agar komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berjalan secara
efektif dan efisien, maka guru harus menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yakni dengan menyiapkan dan mengadakan media pembelajaran
sebagai sumber-sumber belajar selain dirinya, yang dijadikan stimulus dan
direspon oleh peserta didik sehingga pengalamannya bertambah.
1
Media pembelajaran yang disiapkan dan diadakan oleh pendidik
haruslah bernilai guna dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan
dengan mempertimbangkan segala kelebihan dan kekurangan dari media
yang akan digunakan.
Media dalam konteks pembelajaran adalah bahasanya guru. Bahasa guru tersebut dalam proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non-verbal. Bahasa verbal adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu kata atau lebih, bahasa non-verbal adalah semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang biasa digunakan.2
Arsyad menyatakan bahwa selain dapat membangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa dalam
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Dalam hal ini, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi
salah satu pelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan
media. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai pelajaran agama, seharusnya dapat
diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Agar pelajaran SKI
berlangsung baik, maka harus menggunakan media yang relevan dengan
materi yang diajarkan. Pelajaran SKI di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sangat penting dalam pembentukan akhlak, cara berfikir, dan kepribadian
siswa, agar pelajaran ini dapat diserap oleh siswa secara efektif maka dalam
penyampaiannya tidak cukup hanya dengan penjelasan guru saja, karena itu
penggunaan media sangat membantu siswa dalam menerima pelajaran.
Agar tercipta proses pembelajaran SKI yang efektif dan efisien, maka
penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam penyampaian materi
pelajaran SKI, salah satunya adalah dengan menggunakan media komik.
Menurut Masdiono, “Komik merupakan bagian rangkaian gambar yang menceritakan suatu kisah”.3
2
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), h. 9
3
Kenapa penulis lebih memilih media komik dalam pembelajaran
SKI?, karena komik merupakan bacaan yang dikenal oleh hampir semua
orang, mulai dari anak sampai dengan orang dewasa. Di kalangan
anak-anak, komik sudah tidak asing lagi bahkan dapat dikatakan bahwa anak-anak
lebih senang membaca komik dibandingkan dengan buku pelajaran agama.
Bagi anak-anak kegiatan membaca komik dan cerita bergambar merupakan kegiatan yang sangat menghibur dan menyenangkan. Dengan gambar-gambar yang atraktif, berwarna, dengan format sampul yang menarik dan bagus sehingga dilihat dari penampilannya saja, anak sudah mulai tertarik untuk melihat dan segera membaca komik tersebut.4
Kondisi di atas menggambarkan bahwa komik sudah begitu dikenal
dan disukai di kalangan anak-anak. Akan tetapi, sayangnya komik yang ada
dan beredar saat ini sebagian besar hanya sebagai hiburan semata, tanpa ada
unsur edukasi yang ada di dalamnya. Komik yang ada saat ini hanya memuat
tentang kehidupan sosial dan pendidikan moral. Untuk itu perlu adanya
sebuah inovasi baru, dimana sebuah komik tidak hanya sebagai media
penghibur, akan tetapi dapat juga difungsikan sebagai media pembelajaran
yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau nilai-nilai agama.
Atas dasar pemikiran itulah, untuk melihat bagaimana efek atau
pengaruh dari penggunaan media komik dalam pencapaian kompetensi
pembelajaran SKI, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan
judul “Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian
Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Adanya siswa yang kurang suka dengan mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI), hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang
peneliti lakukan sebelum melaksanankan penelitian, peserta didik tidak
semangat dalam belajar.
4
2. Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran SKI adalah pelajaran
yang membosankan, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada 32 peserta didik, setidaknya 27 peserta didik
menyatakan bahwa SKI adalah pelajaran yang membosankan dan tidak
menyenangkan
3. Kurang variatifnya proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas.
Selama peneliti melaksanakan observasi, guru hanya mengajar dengan
menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media apapun.
4. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menguasai materi sejarah
kebudayaan islam, hal ini dapat diketahui dari nilai hasil belajar siswa
berdasarkan data dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama
islam.
5. Penggunaan media komik secara efektif dapat meningkatkan pencapaian
kompetensi pembelajaran SKI.
C.
Pembatasan Masalah
Dari berbagai identifikasi masalah di atas, peneliti sangat menyadari
bahwa dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbatasan dalam
melakukan penelitian, baik dari segi waktu, biaya, dan tenaga. Agar
penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka peneliti membatasi
permasalahan pada efektifitas penggunaan media komik terhadap pencapaian
kompetensi pembelajaran SKI, dengan rincian sebagai berikut :
1. Efektifitas penggunaan media komik terhadap pembelajaran SKI terbatas
pada keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Materi dalam penelitian ini adalah sejarah nabi Muhammad SAW pada
masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.
3. Media komik yang digunakan terbatas pada komik didaktik (pendidikan)
4. Pencapaian kompetensi siswa terbatas pada pemahaman (understanding)
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media komik
terhadap materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan
Halimah Sa’diyah?
2. Adakah perbedaan hasil belajar SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad
SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah dalam pembelajaran SKI pada fase pratindakan dengan hasil setelah diadakan tindakan?
3. Bagaimana tingkat efektivitas penggunaan medi komik pada pembelajaran
SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan
Halimah Sa’diyah?
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai
penggunaan media komik pada pembelajaran SKI di SMPN 264 Jakarta,
dengan rincian sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh informasi tentang penguasaan peserta didik terhadap
materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah
Sa’diyah dalam pembelajaran SKI
2. Untuk memperoleh informasi tentang efektifitas penggunaan media komik
dalam pembelajaran SKI terhadap penguasaan materi sejarah nabi
Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain :
1. Bagi Departemen Pendidikan Agama
Sebagai informasi bagi Departemen Pendidikan Agama dalam usaha
meningkatkan kualitas dan tujuan pendidikan agama islam, khususnya
2. Bagi Instansi Sekolah atau Madrasah
Sebagai sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
sekolah, pada kegiatan belajar mengajar menuju tercapainya tujuan yang
diharapkan.
3. Bagi Tenaga Pendidik (Guru)
Menjadi motivasi dalam melaksanakan tugas pendidik sehingga terus
mengembangkan dan mengkombinasikan dengan media pembelajaran
yang sesuai dengan materi pelajaran sebagai bahan integral dalam proses
pembelajaran untuk keberhasilan dalam mencapai kompetensi
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Deskripsi Teoretik
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa
hasil, berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya.5
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengalaman belajar 10%
diambil dari apa yang didengar, 20% dari yang kita baca, 30% dari yang
kita lihat, 50% dari yang kita kihat dan dengar, 70% dari yang kita katakan
dan lakukan.
Susilo dan Kasihadi mengatakan bahwa dalam bidang pendidikan,
efektif dapat ditinjau dari dua segi, yaitu “segi efektif mengajar guru dan segi efektif belajar murid. Efekif mengajar guru terutama menyangkut
jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat
dilaksanakan dengan baik. Efektif belajar murid terutama menyangkut
tujtuan-tujuan pelajaran yang diinginkan melalui kegiatan belajar mengajar
yang ditempuh”.6
Efektifitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan
cara belajar yang dilakukan siswa itu sendiri, baik individu maupun
kelompok.
Gibs dan Mulyasa menyatakan hal-hal yang perlu dilakukan agar
siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya yaitu:
5
Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2003, h. 284
6
a. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa
takut
b. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi
ilmiah secara bebas terarah
c. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya
d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter
e. Melibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan.7
Menurut Djamarah ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini
dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu : Istimewa/maksimal,
baik sekali/optimal, baik/minimal, dan kurang. Kriterianya adalah sebagai
berikut :
1. Istimewa/maksimal : apanila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
3. Baik/minimal : apabila hanya (60% - 75%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa.8
Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan
pembelajaran dikatakan memiliki efektivitas yang baik bila dapat
mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan”.9
7
http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/12/efektivitas-pembelajaran-430156.html, diakses pada tanggal 12 Desember 2012
8
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi belajar mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h. 121
9
Menurut Association for Education and Communication
Technology (AECT) mendefinisikan “media yaitu segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu penyaluran informasi”. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan “media sebagai benda
yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar dan dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional”.10
Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan yang merangsang siswa untuk belajar, misalnya :
buku, film, kaset, dan film bingkai.11
Menurut Donald P. Ely dan Vernon I. Gerlach pengertian media ada dua bagian yaitu arti sempit dan arti luas. Arti sempit, bahwa media berwujud grafik, foto, alat mekanik, dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, serta menyampaikan informasi. Dalam arti luas, media adalah kegiatan yang menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.12
Dalam kegiatan belajar mengajar, media dapat diartikan sebagai
sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa
perangkat keras maupun lunak untuk mencapai proses dan hasil
instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat
dicapai dengan mudah.13
Menurut Ade Kosnandar, “Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajarinya, menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar, mengurangi kesalah pahaman, informasi yang disampaikan menjadi lebih konsisten, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat lebih melekat dalam struktur kognitifnya, dan dapat mencapai hasil
10
Asnawir dan Basyirudin Usman. op.cit., h. 11
11
Arief S. Sadiman, dkk. loc.cit.
12
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), cet. Ke-1, h. 2
13
belajar seperti yang diharapkan dibandingkan dengan tanpa
menggunakan media”.14
Dari beberapa definisi media yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan,
keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik
berupa alat-alat atau benda-benda fisik yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk merangsang perasaan, fikiran, minat, dan motivasi peserta
didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Pada dasarnya, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai
sumber belajar. Dimana dalam fungsi ini media sebagai pengganti
pendidik, menyalurkan, menyampaikan informasi dan menghubungkan
antara pendidik dan peserta didik.
Media berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar
mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman
visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar,
memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak
menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.
Dalam surah Al-„Alaq ayat 3-5 dijelaskan bahwa media memiliki peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu
sebagai berikut :
ـقإ
ا . ا ــك اا كــب و أ ــ
ناــســنإا ـّــ ـــع . ــقلاــب ــ ــع ي ل
ــعــــي ـلاــ
Artinya : “ Bacalah dan Tuhan mu lah yang Maha Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-„Alaq : 3-5)
14Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran” Jurnal Teknodik
Dari beberapa ayat di atas, dapat kita lihat bahwa Allah
menjelaskan dalam proses pembelajaran atau proses pentransferan
pengetahuan kepada manusia dari yang semula tidak tahu menjadi tahu,
itu menggunakan perantara berupa pena. Menurut tafsir, pena di sini
yang dimaksud adalah baca dan tulis.15
Secara tidak langsung Allah mengisyaratkan bahwa Allah akan
memberikan pengetahuan kepada manusia, akan tetapi itu tidak
langsung terjadi begitu saja, tidak mungkin Allah tiba-tiba
mentransferkan pengetahuan langsung ke otak kita. Akan tetapi, Allah
memberikan pengetahuan kepada kita melalui perantara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Allah juga mengisyaratkan bahwa
penggunaan media itu memang penting dalam proses pembelajaran.
Menurut Asnawir dan Basyirudin Usman, media pendidikan
memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa/mahasiswa dan
membantu memudahkan mengajar bagi guru/dosen
2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak menjadi
konkrit)
3) Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak
membosankan)
4) Semua indra murid dapat diaktifkan, sehingga kelemahan satu indra
dapat diimbangi oleh kekuatan indra lainnya.
5) Dapat membangkitkan dunia teori dan realitanya.16
Menurut Arief Sadiman, dkk, Media pendidikan memiliki
beberapa fungsi, yaitu :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
15
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol. 15. (Jakarta : Lentera Hati, 2000), h. 327
16
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan
berfungsi :
a) Menimbulkan gairah belajar
b) Memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
4) Mengatasi masalah perbedaan latar belakang dan lingkungan antara
pendidik dengan peserta didik, dalam hal ini media berfungsi :
a) Memberikan perangsang yang sama
b) Mempersamakan pengalaman
c) Menimbulkan persepsi yang sama.17
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi media adalah : (a)
mempermudah peserta didik untuk belajar dan mempermudah guru
dalam mengajar, (b) mempermudah peserta didik dalam memahami
hal-hal yang abstrak, (c) membantu meningkatkan minat dan motivasi
belajar peserta didik, (d) memberikan pengalaman yang nyata kepada
peserta didik.
c. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik, ciri-ciri umum media pembelajaran
adalah :
1) Media pendidikan merupakan benda-benda yang dapat diamati oleh
panca indera
2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis, sehingga perbedaan persepsi antar peserta didik pada suatu
informasi dapat diperkecil.
3) Media pendidikan merupakan alat bantu belajar yang dapat
digunakan baik di dalam maupun di luar kelas.
17
4) Media pendidikan digunakan untuk memperlancar komunikasi
antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.18
Dalam buku Yudhi Munadi disebutkan bahwa ciri-ciri umum
media pembelajaran adalah media mampu merekam, menyimpan,
melestarikan, merekonstruksikan, dan mentransportasikan suatu
peristiwa atau objek.19
3. Hakikat Media Komik a) Pengertian Komik
Kata komik berasal dari Bahasa Perancis yaitu Comique,
sebagai kata sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata
benda artinya pelawak atau badut. Komik yang diterbitkan dalam
bentuk buku disebut comic book, tapi secara umum seluruhnya disebut
komik.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komik
adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku)
yang umumnya mudah dicerna dan lucu.21
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Media Pengajaran,
definisi komik adalah sebagai suatu bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan
yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk
memberikan hiburan kepada para pembaca.22
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, komik adalah cerita
serial bergambar yang merupakan perpaduan seni gambar dan seni
sastra, gambar-gambar dalam komik umumnya dilengkapi dengan
18
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11
19
Munadi, op. cit., h. 36
20
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54
21
Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 452
22
balon-balon kata dan kadang disertai dengan narasi sebagai
penjelasan.23
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengertian komik adalah cerita dalam bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang
dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata yang bersifat lucu dan
menghibur, biasanya terdapat dalam majalah, surat kabar, atau dibuat
dalam bentuk buku.
Dengan sifat komik yang lucu dan menghibur serta mudah
dicerna dan difahami, maka komik akan sangat bermanfaat jika
digunakan sebagai media pembelajaran bagi seorang guru untuk
menyampaikan berbagai informasi atau gagasan yang terkait dengan
bahan ajar kepada peserta didiknya di kelas.
b) Sejarah Komik
Walaupun komik telah menjadi bahan bacaan yang merata di
seluruh dunia dan penggemarnya boleh dikatakan berada pada semua
tingkat usia, tapi jarang sekali orang yang mengetahui kapan komik
untuk pertama kali diciptakan atau kapan mula adanya komik.
Budaya komik dimulai sejak zaman prasejarah, pada waktu itu
orang prasejarah membuat gambar di gua-gua, termasuk juga huruf
mesir kuno. Adapun komik yang dikenal sekarang mula-mula
berkembang di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 897, komik
Amerika lebih banyak menceritakan tentang superhero, pahlawan
antariksa, dan tema sains fisika. Sedangkan komik Eropa lebih
berbentuk petualangan dan humor.
Sedangkan di Indonesia, cerita gambar dijumpai di Candi
Prambanan dan Candi Borobudur. Pada dinding lima diantara sepuluh
tingkat borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul 1300 panel
berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian. Sedangkan di
23
Prambanan, pada dinding tiga di antara candi-candi terukir rangkaian
gambar timbul tentang kisah Ramayana dan Kresnayana.
Pada akhir tahun 1960-an, eksistensi komik semakin mendapat
perhatian seperti ditunjukkan dengan pembuatan film berdasarkan
komik. Si Buta dari Gua Hantu adalah komik pertama di Indonesia
yang difilmkan. Tahun 1970-an dan berlanjut ke tahun 1980-an
merupakan masa subur bagi pemasaran komik-komik luar negeri yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Komik-komik tersebut
umunya berasal dari Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, serta
dari Jepang.24
Penelitian terhadap sejumlah komik telah menunjukkan bahwa
buku-buku komik dibaca oleh anak-anak ditingkat menengah dan
hampir setengahnya dari siswa SMA, dan dibaca oleh kira-kira 1/3 dari
penduduk Amerika, antara umur 18 dan 30 tahun. Oleh para siswa
SMP dan SMA buku komik hanya dibaca sesekali. Penyelidikan ini
membuktikan bahwa komik telah memberi pengaruh yang besar dalam
kehidupan para remaja dan para orang tua.25
c) Unsur-unsur Komik
Toni Masdiono dalam bukunya yang berjudul 14 Jurus
Membuat Komik membagi unsur-unsur komik atas halaman pembuka
dan halaman isi. Pada halaman pembuka biasanya terdapat unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Judul, biasanya diambil dari tema cerita ang diangkat atau sang
tokoh utama. Ukuan huruf dibuat capital dan besar serta berwarna
mencolok, sehingga mudah dibaca oleh pembaca.
2. Credit, merupakan berbagai keterangan mengenai tim pembuat
komik tersebut seperti nama pegarang, penggambar pensil, dan
pengisi warna.
24
Ibid.
25
3. Indica, merupakan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan
penerbit dan waktu terbitnya hingga pemegang hak cipta atas
komik tersebut.
Sedangkan unsur-unsur yang terdapat pada halaman isi adalah
sebagai berikut :
1. Panel, berfungsi sebagai ruang tempat diletakkannya
gambar-gambar sehingga akan tercipta suatu alur cerita yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik
dan sesuai dengan alur, maka peralihan antara satu panel dengan
panel lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa.
2. Gang, berfungsi sebagai ruang waktu yang menjembatani antara
satu panel dengan panel lainnya. Melalui gang inilah imajinasi
pembaca mengambil dua gambar yang terpisah dan mengubahnya
menjadi gagasan.
3. Narasi, merupakan keterangan-keterangan yang menjelaskan
dialog suatu percakapan, waktu maupun tempat dan kejadian.
Karena itulah narasi pada komik cukup penting peranannya.
4. Balon kata dan efek suara, merupakan suatu lambing yang
mengekspresikan suara dialog suatu percakapan. Dalam balon
kata dan efek suara biasanya digunakan variasi bentuk huruf yang
sering disesuaikan dengan bunyi-bunyi non verbal.26
d) Macam-macam Komik
Komik sebagai media massa hadir dengan berbagai jenis dan
materi sesuai dengan kebutuhan khalayak atau konsumen. Dalam hal
ini, untuk komik Indonesia Marcel Boneff membaginya ke dalam
berbagai jenis komik, yaitu:
1. Komik wayang
Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik
Indonesia. Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah
26
hasil tradisi lama yang hadir dari sumber hindu, yang kemudian
diolah dan diperkaya dengan unsure lokal, beberapa diantaranya
berasal dari kesusastraan jawa kuno, seperti Mahabarata dan
Ramayana
2. Komik silat
Komik silat atau pencak berarti teknik bela diri, sebagaimana
karate dari Jepang, atau kun tao dari Cina. Komik silat ini banyak
mengambil ilham dari seni bela diri dan juga legenda-legenda
rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan
pengalaman petualangan para pendekar dalam membela kebenaran
dan memerangi kejahatan, dan kebaikanlah yang akan
memenangkannya.
3. Komik humor
Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang
lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang
biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun
tema yang diangkat, dan dengan memanfaatkan banyak segi
anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan
sehari-hari, sehingga memudahkan orang untuk memahaminya.
4. Komik roman remaja
Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendiri selalu
berarti kisah cinta, dan kata remaja digunakan untuk menunjukkan
bahwa komik ini ditujukan untuk kaum muda, dimana ceritanya
tentu saja romantic. Adapun sumber ilhamnya bermacam-macam.
Tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda
dan liku-liku kehidupannya.
5. Komik didaktis
Komik didaktis merujuk pada komik yang bermaterikan ideologi,
ajaran-ajaran agama, kisah-kisah perjuangan tokoh dan
materi-materi lainnya yang memiliki nilai-nilai pendidikan bagi para
fungsi hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau
tidak langsung untuk tujuan edukatif (pendidikan).27
Komik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis komik
didaktis, yaitu komik-komik yang berisikan ajaran-ajaran agama,
nilai-niali pendidikan dan materi pembelajaran, dimana jenis komik ini
adalah yang paling cocok digunakan sebagai media pembelajaran SKI.
e) Komik Sebagai Media Pembelajaran
Merupakan tugas guru untuk menyediakan suasana yang
menyenangkan selama proses belajar. Salah satu cara untuk membuat
pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan
komik sebagai media pembelajaran.
Mengapa komik? Karena anak- anak, sebagaimana orang
dewasa juga, menyukai komik. Oleh karena itu, jika media yang
menyenangkan ini dipakai dalam proses pembelajaran, ia akan
membawa suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika
siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses
pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran
itu. Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir
yang sukses.
Sebenarnya, komik telah lama digunakan sebagai media
pembelajaran. Robert Thorndike bekerja sama dengan DC Comics dan
Harold Downes menciptakan buku latihan bahasa yang menggunakan
gambar-gambar Superman (Sones, 1944). Para pendidik di Amerika
juga menciptakan komik yang mendukung kurikulum pendidikan. Tapi
itu tidak berlangsung lama. Orang-orang mulai percaya bahwa komik
telah berperan dalam menciptakan kenakalan remaja. Yang lain
percaya bahwa komik menghalangi minat baca, imajinasi, dan
menyebabkan iritasi mata (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). Komik
27
juga dituduh sebagai musuh dari membaca serius (Dorrell, Curtis, &
Rampal, 1995). Karena asumsi-asumsi negatif ini, komik tidak lagi
ditemukan di ruang pembelajaran. Kondisi ini berlanjut sampai
1970an.
Beberapa tahun kemudian, komik akhirnya mendapat tempat di
dunia pendidikan. Neil William mengganti buku ESLnya yang masih
tradisional dengan komik Calvin and Hobbes untuk mengajar di
American Language Institute of New York University (1995). Dan
banyak pustakawan yang percaya bahwa komik dapat mengalihkan
perhatian pelajar dari televisi dan video games.28
Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah
kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan
komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode
mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang
efektif.
Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak
membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik
dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca.
Guru harus membantu para siswa menemukan komik yang baik dan
mengasyikkan.29
Perlu disadari oleh para guru bahwa dewasa ini banyak banyak
bacaan komik di pasaran yang sifatnya tak selalu mendidik, yang
demikian itu harus difahami oleh peserta didik supaya tidak tersesat
dalam oleh bacaan komik yang demikian. Guru harus mengarahkan
mereka supaya selektif dalam membaca komik tetapi jangan sampai
peserta didik terlalu terlena dengan bacaan komik sehingga lupa
dengan buku bacaan pelajaran.30
28
Gane Yang, Strengths of Comics in Education, h, 1-4 dalam http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 15 Desember 2011
29
Sudjana, op.cit., h. 68
30
Charles Thacker dalam artikelnya menyatakan bahwa
penggunaan media komik memiliki beberapa keunggulan besar, mulai
dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, komik dapat
membantu para siswa meneliti, menyatukan, dan menyerap isi materi
pelajaran yang sulit.31
Kelebihan komik yang lainnya adalah penyajiannya
mengandung unsur visual dan cerita yang kuat. Ekspresi yang
divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga
membuat pembaca membacanya hingga selesai. Hal inilah juga yang
mengispirasi komik yang isinya materi-materi pelajaran. Komik
pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk
membaca, sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.32
4. Kompetensi Pembelajaran a. Pengertian Kompetensi
Dalam konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.33
Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta
didikyng mengacu pada pengalaman langsung.
Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan
secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti
31
Charles Thecker, How to Use Comic Life in Classroom, h. 7, dalam http://www..mancinstruct.com/node/69, diakses 25 April 2012
32
Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2011), h. 116
33
penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap sebagai hasil belajar.34
Kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dideskripsikan secara
eksplisit dalam kurikulum, sehingga dijadikan standar dalam
pencapaian tujuan dalam kurikulum. Dalam kompetensi sebagai
tujuan, terdapat beberapa aspek di dalamnya, yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang
dimiliki setiap individu.
3. Kemahiran (Skill), yaitu kemampuan individu dalam melaksanakan
secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya.
4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap
individu. Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap
individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
5. Sikap (attitude), yaitu pandangan indiidu terhadap sesuatu. Sikap
erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki individu, artinya mengapa
individu bersikap demikian?, itu disebabkan nilai yang dimilikinya.
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan
sesuatu perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat menentukan
motivasi seseorang melakukan aktivitas tertentu.35
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya aktivitas
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini ternyata
mempunyai arti yang sangat luas, yakni perubahan tingkah laku dari
tidak tahu menjadi tahu atau berpengetahuan, dari yang tidak mengerti
menjadi mengerti.36
34
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konseep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 38
35
Sanjaya, op. cit., h.70-71
36
Muhammad Starawaji, “Pengertian Pembelajaran” dalam
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul
“Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran” menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi emosi,
intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan
kehendaknya sendiri.37
Menurut pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi keadaan individu
agar mau belajar dari keadaan yang tidak tahu menjadi tahu.
5. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam didefinisikan sebagai “Kemajuan dan
tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode kekuasaan
islam mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai perkembangan
kekuasaan islam sekarang”.38
Menurut Abudin Nata dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Studi Islam, yang dimaksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah
Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama islam. Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai oleh umat islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.39
Dari berbagai macam definisi di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa Sejarah Kebudayaan Islam adalah ilmu pengetahuan tentang
peristiwa-peristiwa mulai dari zaman Nabi Muhammad sampai dengan
masa sekarang, yang berkaitan dengan pertumbuhan, penyebaran,
perkembangan, pemikiran umat islam, serta tokoh-tokoh yang terlibat di
37
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. I, h. 85
38
Muhammad Al-Hafizh, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam, dalam
http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 Desember 2012
39
dalamnya, baik dari segi agama, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya.
B.
Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah hasil temuan penelitian yang relevan dan dapat
digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini : Sri
Mulyani, dalam skripsinya yang berjudul “Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai melalui Media Pembelajaran Komik dan Media
Gambar”, yang ditulis pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan
media komik dan menggunakan media gambar. Siswa yang belajar
menggunakan media komik mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar yang
lebih baik yaitu 77,5 dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar
dengan menggunakan media gambar yang hanya mendapat nilai rata-rata
hasil belajar sebesar 65,88.40
C.
Hipotesis Tindakan
Situasi dalam penelitian ini adalah kelas yang peserta didiknya belum
mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan analisis
masalah, peneliti menyimpulkan bahwa guru yang mengajar belum
menggunakan media apapun, sehingga pencapaian kompetensi pembelajaran
peserta didik belum maksimal. Hipotesis tindakannya adalah : bila guru
mengajar dengan menggunakan media komik, maka peserta didik akan
mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Dalam masalah evaluasi
guru dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan cara-cara evaluasi yang
dapat memberikan dampak pada peningkatan pencapaian kompetensi
pembelajaran peserta didik.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 264 Jakarta Barat
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada saat semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012, pada tanggal 11 April – 23 Mei 2012.
B.
Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode PenelitianPada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas atau PTK (Classroom action research). Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom action research) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa
meningkat”.41
Peneliti menggunakan metode PTK karena penelitian ini memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dengan memberikan tindakan kuratif (perbaikan) secara
langsung atas masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran jika
diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan
baik artinya pihak yang terlibat dalam PTK yang dalam hal ini adalah guru
mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi
41
dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas
melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan
masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati
pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Dilaksanakan
dengan benar artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK.42
Pelaksannan PTK menganut beberapa prinsip, antara lain :
a) Permasalahan yang diangkat dan dipecahkan dalam PTK bersumber
dari pengalaman tenaga pendidik itu sendiri dalam melaksanakan
pembelajaran
b) Pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk tindakan tenaga pendidik
dalam pembelajaran untuk melihat pengaruh jenis tindakan terhadap
proses dan hasil belajar peserta didik
c) PTK dilaksanakan saat tenaga pendidik melaksanakan pembelajaran
di kelasnya sehingga tidak diperlukan waktu yang lama
d) PTK dapat dilaksanakan secara mandiri atau secara kolaboratif
e) Hasil dari PTK dapat dijadikan sebagai metode oleh tenaga pendidik
dalam meningkatkan mutu pembelajaran
f) Laporan pelaksanaan PTK dapat dijadikan karya tulis ilmiah tenaga
pendidik43
2. Siklus Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,
masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti merencanakan tindakan berdasarkan
tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran
yang akan disajikan dalam materi penelitian. Selain itu, pada tahap ini
juga peneliti menyiapkan instrument penelitian yang berupa lembar soal
42
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rajawali Press, 2008), cet. Ke-I, h. 41
43
Fitri Yuliawati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Tenaga Pendidik Profesional,
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sejarah nabi
Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah. 2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanankan
rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya
3. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
sedang berlangsung. Dalam hal ini, peneliti dibantu oleh guru mata
pelajaran (observer) yang mengamati segala aktivitas siswa selama
proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan
mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala atau
indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun hasilnya.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai
melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan guru mata
pelajaran, sehingga dapat diketahui kegiatan yang dilaksanakan
mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.
Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana
Adapun alur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
[image:39.595.147.512.186.572.2]digambarkan sebagai berikut :44
Gambar 3.1
Siklus penelitian tindakan kelas
C.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A di SMP Negeri 264
Jakarta, Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang diteliti adalah
sebanyak 32 orang.
44
Uno, op. cit., h. 88
Perencanaan Tindakan
Observasi dan Evaluasi
Siklus I
Refleksi
Rencana Tindakan Ulang Pelaksanaan
Tindakan
Siklus II
Refleksi
Observasi dan Evaluasi
Pelaksanaan Tindakan
D.
Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana dan
pelaksana kegiatan, dan pembuat laporan penelitian, artinya sebagai
pelaksana utama. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan
kegiatan, mengumpulkan, dan menganalisis data sesuai dengan fokus
penelitian sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini. Guru mata pelajaran
berperan sebagai observer dan mitra.
Dengan terlibat langsung dalam penelitian ini diharapkan data yang
terkumpul akurat dan terarah sehingga tujuan penelitian untuk pencapaian
kompetensi pembelajaran SKI dengan menggunakan media komik dapat
tercapai.
E.
Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus
pada materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah
Sa’diyah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Bila pada siklus pertama
terdapat perkembangan, maka kegiatan pada penelitian siklus kedua lebih
banyak diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang
dianggap kurang pada siklus pertama.
Tahap yang dilakukan sebelum siklus I yaitu melaksanakan observasi
awal yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru bidang studi dan
kepala sekolah untuk mendiskusikan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan. Berdasarkan dialog tersebut diperoleh informasi dari guru bidang
studi PAI bahwa pembelajaran SKI yang ada cenderung monoton, yaitu guru
lebih sering menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanpa
menggunakan media apapun, sehingga siswa merasa bosan dan tidak
termotivasi untuk belajar SKI, yang berpengaruh terhadap belum tercapainya
Setelah observasi awal dilakukan, tahap selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Siklus I
a) Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan untuk melakukan
perencanaan tindakan dengan membuat rencana pengajaran, lembar
observasi siswa dan guru, mengorganisir siswa, membuat alat evaluasi
berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah
Sa’diyah.
b) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam siklus ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
1) Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan
proses pembelajaran
2) Peneliti mengabsensi kehadiran siswa
3) Peneliti menanyakan kesiapan belajar murid
4) Pemilihan masalah, peneliti menentukan materi pembelajaran yaitu
Sejarah Nabi Muhammad Pada Masa Pengasuhan Halimah
Sa’diyah
5) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan
6) Memperkenalkan media yang akan digunakan yaitu berupa komik
7) Peneliti menjelaskan materi dengan menggunakan media komik
8) Menunjuk salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali
kisah yang ada dalam komik.
9) Peneliti mendiskusikan masalah-masalah yang masih belum
10)Siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan
kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa
pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian. c) Observasi
1) Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) dengan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan.
2) keaktifan siswa dan peneliti selama proses pembelajaran SKI
menggunakan media komik diamati oleh guru bidang studi PAI
dengan menggunakan lembar observasi
3) Memberikan tes hasil belajar I, yaitu siswa diperintahkan untuk
mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi
sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian.
d) Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi yang dilakukan oleh
guru bidang studi PAI dengan peneliti dikumpulkan serta dianalisis
sehingga diperoleh hasil refleksi. Dalam tahap ini akan digunakan
sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan untuk melakukan
perencanaan tindakan dengan membuat rencana pengajaran, lembar
observasi siswa dan guru, mengorganisir siswa, membuat alat evaluasi
berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam siklus ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
1. Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan
proses pembelajaran
2. Peneliti mengabsensi kehhadiran siswa
3. Peneliti menanyakan kesiapan belajar murid
4. Pemilihan masalah, peneliti menentukan materi pembelajaran yaitu
Sejarah Nabi Muhammad Pada Masa pengasuhan Halimah
Sa’diyah
5. Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan
6. Peneliti menjelaskan materi tentang sejarah nabi Muhammad pada
masa pengasuhan Halimah Sa’diyah
7. Masing-masing peserta didik diperintahkan untuk membaca materi
tentang sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah
Sa’diyah melalui media komik.
8. Menunjuk salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali
kisah yang ada dalam komik.
9. Peneliti mendiskusikan masalah-masalah yang masih belum
dimengerti bersama siswa
10.Siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan
kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa
pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian c. Observasi
1. Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) dengan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan.
2. Keaktifan siswa dan peneliti selama proses pembelajaran SKI
menggunakan media komik diamati oleh guru bidang studi PAI
3. Memberikan tes hasil belajar I, yaitu siswa diperintahkan untuk
mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi
sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian
d. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi yang dilakukan oleh
guru bidang studi PAI dengan peneliti dikumpulkan serta dianalisis
sehingga diperoleh hasil refleksi. Dalam tahap ini akan digunakan
sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Akan tetapi jika
sudah ada perubahan dalam pencapaian kompetensi, maka tidak perlu
dilaksanakan siklus berikutnya.
F.
Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan
pencapaian kompetensi belajar SKI dengan menggunakan media komik, serta
terciptanya proses belajar mengajar yang aktif dan efektif.
G.
Sumber Data
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang pencapaian kompetensi
pembelajaran SKI siswa pada materi sejarah nabi Muhammad pada masa
pengasuhan Halimah Sa’diyah. 2. Guru
Untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan media komik
terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran SKI pada materi sejarah
nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.
H.
Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi, dilakukan oleh peneliti bersama guru mata pelajaran PAI yang
digunakan untuk mengamati sikap siswa dalam interaksi pelajaran SKI
pada materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan
2. Lembar Soal, digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman
siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan sejarah nabi
Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.
3. Catatan Lapangan, yaitu catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami siswa dalam rangka pengumpulan data, untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media komik.
4. Wawancara, dilakukan terhadap guru untuk mengetahui kondisi siswa secara
langsung, serta untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan proses belajar
mengajar di kelas dan masalah-masalah yang dihadapi selama proses belajar
mengajar berlangsung.
I.
Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara
terhadap guru bidang studi PAI, serta siswa diminta untuk mengerjakan soal
pada akhir tindakan pada setiap siklus, dan melakukan penilaian hasil tes
siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung yang dibantu oleh guru
bidang studi PAI. Hasil setiap penilaian tes tersebut didiskusikan oleh peneliti
bersama guru pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada
siklus berikutnya.
J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Teknik pemeriksaan keterpercayaan dilihat berdasarkan indikator
kinerja, indikator kinerja merupaka suatu kriteria yang digunakan untuk
melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau
memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas. Indikator ini dapat
dilihat pada :
1. Siswa
a. Tes, dimana sekurang-kurangnya 75% siswa diharapkan dapat
mencapai kompetensi pembelajaran SKI pada materi sejarah nabi
Muhammad pada masa anak-anak melalui media komik
2. Guru
a. Dokumentasi, tentang kehadiran siswa
b. Observasi, tentang hasil observasi
K.
Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
presentase unuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya :
a. Hasil belajar dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian, kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menganalisis tingkat keaktifan
siswa, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan
rendah.
c. Implementasi pembelajaran dengan menganalisis tingkat keberhasilannya
kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
1. Teknik Skoring
Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada hasil
penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan
kemampuan pencapaian kompetensi pembelajaran SKI melalui media
komik. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Total Skor Rata-rata = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Jumlah siswa
Presentase Kelulusan KKM = Jumlah siswa lulus KKM X 100%
2. Teknik Pengambilan Kesimpulan
Adapun teknik pengambilan kesimpulan yang digunakan yaitu :
1) Jika pelaksanaan siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebesar 70,00 maka perlu dilakukan siklus
selanjutnya (siklus 2, siklus 3, dan seterusnya)
2) Jika niali rata-rata siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) sebesar 70,00 maka pelaksanaan siklus selanjutnya tidak perlu
dilakukan.
L.
Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah siklus pertama selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan
belum mencapai indikator keberhasilan yaitu peningkatan pencapaian
kompetensi pembelajaran SKI maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan
tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Jika hasil
penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang diuraikan pada bab ini dilaksanakan
pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei 2012 di SMP Negeri 264
Cengkareng Jakarta Barat.
B.
Analisis Data
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti
memperoleh data tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70
dan perolehan individu yang dicapai oleh siswa/i kelas VII-A SMP Negeri
[image:48.595.125.510.336.750.2]264 Jakarta saat guru menjelaskan tanpa menggunakan media.
Tabel 4.1
Interval Tingkat Penguasaan Siswa Interval
Tingkat Penguasaan
Keterangan
80 – 100 70 – 79 60 – 69 50 – 59 0 – 49
Sangat Berhasil
Berhasil
Cukup Berhasil
Kurang Berhasil
Tabel 4.2
Daftar Nilai Perolehan Individu PraSiklus (Nilai KKM : 70)
No. Nama Nilai Keterangan
1. Abdillah Nurseno 65 Cukup Berhasil
2. Ade Oktavia 70 Berhasil
3. Agus Santoso 60 Cukup Berhasil
4. Alfredo Akbar 63 Cukup Berhasil
5. Amsori Mahsusi 65 Cukup Berhasil
6. Bella Viani 70 Berhasil
7. Diana Sulistyani 68 Cukup Berhasil
8. Eka Wahyu Febrianti 70 Berhasil
9. Fadhila Resa vivi .A 70 Berhasil
10. Fahruroji 65 Cukup Berhasil
11. Faisal Mu’min Eka .O 68 Cukup Berhasil
12. Fajar Hairul Anam 75 Berhasil
13. Feni Sabputri 73 Berhasil
14. Gina Lisnawati 63 Cukup Berhasil
15. Haryadi Duantara 65 Cukup Berhasil