• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMP NEGERI 264 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

LAILATUL MAHMUDAH

NIM : 107011000151

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Kata Kunci : Media Komik, Pencapaian Kompetensi Pembelajaran

Media komik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik berupa cerita dalam bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.

Penelitian skripsi ini ingin mengetahui keefektifan penggunaan media komik dalam pencapaian kompetensi pembelajaran SKI pada materi Sejarah Nabi Muhammad Pada

Masa Pengasuhan Halimah Sa’diyah. Jenis penelitian yang digunakan adalah

(6)

ii

Segala puji hanya milik Allah SWT, kepada-Nya semua makhluk tunduk atas

kekuasaan-Nya. Dengan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan untuk baginda nabi Muhammad SAW

yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh

dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun

tenaga, waktu dan pikiran telah diperjuangkan demi terselesaikannya skripsi ini agar

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Karya ini penulis persembahkan dengan setulus hati untuk orang tua tercinta

dan keluarga kecilku, yang selama ini mengisi hari-hari penulis serta selalu

mendoakan penulis. Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Nurlena, MA, Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Trbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan-kebijakan

yang dibuat selalu mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya

3. Ibu Marhamah Saleh Lc, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan gama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas pelayanan terbaik

yang telah diberikan kepada mahasiswanya.

4. Bapak Drs. Rusdi Jamil, MA. Selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih

yang sebesar-besarnya atas segala waktu, nasehat dan bimbingannya kepada

(7)

iii

6. Seluruh dosen dan staff karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada

umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya, yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan melalui pengajaran dan diskusi yang

berkaitan dengan skripsi ini.

7. Penghormatan tulus serta salam cinta dan sayang untuk orang tua, Abi H.

Abdurrahman (Alm), semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang paling

baik di sisi-Nya, walaupun abi telah tenang di sana, do’amu slalu menyertai langkahku, dan ummi Hj. Khairiyah yang telah dengan tulus ikhlas menuntun,

mendidik dan mencurahkan kasih sayangnya serta tanpa lelah memberikan

bantuan moriil, material, semangat dan kekuatan do’a untuk anak tercintanya.

Semoga Allah slalu meridhai jalan hidup mu dunia akhirat.

8. Suami ku Afrizal Muslim yang telah mencurahkan rasa cinta dan sayangnya

kepada penulis, serta dukungan dan semangat serta do’a yang tak henti -hentinya, semoga Allah selalu meridhai hidup mu.

9. Dede bayi yang saat ini masih ada dalam kandungan, karena mu bunda jadi

semangat menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah slalu melindungi mu dan

menjadikan mu anak yang dapat membawa kebaikan bagi ayah dan bunda

dunia dan akhirat.

10.Keluarga besar El-Rahman yang telah dengan tulus memberikan kasih sayang,

semangat dan doa kepada penulis.

11.Keluarga besar H. Munjih (mertua), yang telah menjadi keluarga kedua bagi

penulis.

12.Teman-teman tercinta dan seperjuangan dalam menuntut ilmu ; kelas PAI A,

Peminatan PAI Sejarah, Kelompok PPKT di SMP Negeri 87 Jakarta,

kebersamaan dengan kalian selalu menjadi kenangan terindah

13.Golden Friends (Nuzulia Apriliani, S. Pd. I, Ahmad Hubbudin, S. Pd. I ,

Ahmad syarif, S. Pd. I, Lia Widyawati, dan Ahmad Farhan), persahabatan

(8)

iv

Rofiqoh, S. Pd. I) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca, semoga Allah SWT meridhai dan dicatat sebagai amal ibadah di

sisi-Nya.

Jakarta, 09 Februari 2014

Penulis

(9)

v

PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI

...

v

DAFTAR TABEL

... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusuan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Efektivitas ... 7

2. Hakikat Media Pembelajaran ... 9

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 9

b. Fungsi Media Pembelajaran ... 10

c. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran ... 13

3. Hakikat Media Komik a) Pengertian Komik ... 13

b) Sejarah Komik ... 14

c) Unsur-unsur Komik ... 15

d) Macam-macam Komik ... 17

(10)

vi

5. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

C. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian dan Siklus Penelitian ... 24

1. Metode Penelitian ... 24

2. Siklus Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 28

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 28

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

G. Sumber Data ... 32

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

I. Teknik Pengumpulan Data ... 33

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 33

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 34

1. Teknik Skoring ... 34

2. Teknik Pengambilan Kesimpulan ... 35

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 35

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

B. Analisis Data ... 36

(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(12)

viii

Tabel 4.3 Daftar Nilai Prasiklus Terendah sampai tertinggi ……. 40 Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Prasiklus ……. 41 Tabel 4.5 Jadwal Siklus Penelitian Tindakan Kelas ………. 43 Tabel 4.6 Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus I ………. 44 Tabel 4.7 Daftar Nilai Perolehan Individu Siklus I ………. 46 Tabel 4.8 Daftar Nilai Siklus I Terendah sampai tertinggi ……. 48 Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus I ……. 49 Tabel 4. 10 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus I ……. 51 Tabel 4. 11 Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus II ………. 53 Tabel 4. 12 Daftar Nilai Perolehan Individu Siklus II ………. 55 Tabel 4. 13 Daftar Nilai Siklus II Terendah sampai tertinggi ……. 57 Tabel 4. 14 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus II ……. 59 Tabel 4. 15 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus II ……. 60 Tabel 4. 16 Perolehan Nilai Hasil Pencapaian Kompetensi

Pembelajaran SKI Pada Prasiklus Sampai

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan suatu proses

komunikasi. Dalam kegiatan belajar mengajar terjalin komunikasi antara

pendidik dan peserta didik. Dimana pendidik sebagai komunikator yang

memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta didik yang dalam hal

ini berperan sebagai komunikan.

Dalam komunikasi antara pendidik dan peserta didik sering menemui

hambatan-hambatan dalam memahami apa yang dilihat, didengar, dibaca, dan

diamati, sehingga komunikasi tidak berjalan secara efektif dan efisien.

Komunikasi yang tidak berjalan secara efektif dan efisien antara lain

disebabkan oleh verbalisme (guru menerangkan hanya secara lisan atau

melalui kata-kata), perhatian yang bercabang, kekacauan penafsiran, tidak

adanya tanggapan secara aktif, kurangnya perhatian dari peserta didik,

keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, dan sikap pasif anak didik.1

Agar komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berjalan secara

efektif dan efisien, maka guru harus menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif, yakni dengan menyiapkan dan mengadakan media pembelajaran

sebagai sumber-sumber belajar selain dirinya, yang dijadikan stimulus dan

direspon oleh peserta didik sehingga pengalamannya bertambah.

1

(14)

Media pembelajaran yang disiapkan dan diadakan oleh pendidik

haruslah bernilai guna dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan

dengan mempertimbangkan segala kelebihan dan kekurangan dari media

yang akan digunakan.

Media dalam konteks pembelajaran adalah bahasanya guru. Bahasa guru tersebut dalam proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non-verbal. Bahasa verbal adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu kata atau lebih, bahasa non-verbal adalah semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang biasa digunakan.2

Arsyad menyatakan bahwa selain dapat membangkitkan motivasi dan

minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa dalam

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,

memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Dalam hal ini, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi

salah satu pelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan

media. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai pelajaran agama, seharusnya dapat

diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Agar pelajaran SKI

berlangsung baik, maka harus menggunakan media yang relevan dengan

materi yang diajarkan. Pelajaran SKI di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sangat penting dalam pembentukan akhlak, cara berfikir, dan kepribadian

siswa, agar pelajaran ini dapat diserap oleh siswa secara efektif maka dalam

penyampaiannya tidak cukup hanya dengan penjelasan guru saja, karena itu

penggunaan media sangat membantu siswa dalam menerima pelajaran.

Agar tercipta proses pembelajaran SKI yang efektif dan efisien, maka

penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam penyampaian materi

pelajaran SKI, salah satunya adalah dengan menggunakan media komik.

Menurut Masdiono, “Komik merupakan bagian rangkaian gambar yang menceritakan suatu kisah”.3

2

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), h. 9

3

(15)

Kenapa penulis lebih memilih media komik dalam pembelajaran

SKI?, karena komik merupakan bacaan yang dikenal oleh hampir semua

orang, mulai dari anak sampai dengan orang dewasa. Di kalangan

anak-anak, komik sudah tidak asing lagi bahkan dapat dikatakan bahwa anak-anak

lebih senang membaca komik dibandingkan dengan buku pelajaran agama.

Bagi anak-anak kegiatan membaca komik dan cerita bergambar merupakan kegiatan yang sangat menghibur dan menyenangkan. Dengan gambar-gambar yang atraktif, berwarna, dengan format sampul yang menarik dan bagus sehingga dilihat dari penampilannya saja, anak sudah mulai tertarik untuk melihat dan segera membaca komik tersebut.4

Kondisi di atas menggambarkan bahwa komik sudah begitu dikenal

dan disukai di kalangan anak-anak. Akan tetapi, sayangnya komik yang ada

dan beredar saat ini sebagian besar hanya sebagai hiburan semata, tanpa ada

unsur edukasi yang ada di dalamnya. Komik yang ada saat ini hanya memuat

tentang kehidupan sosial dan pendidikan moral. Untuk itu perlu adanya

sebuah inovasi baru, dimana sebuah komik tidak hanya sebagai media

penghibur, akan tetapi dapat juga difungsikan sebagai media pembelajaran

yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau nilai-nilai agama.

Atas dasar pemikiran itulah, untuk melihat bagaimana efek atau

pengaruh dari penggunaan media komik dalam pencapaian kompetensi

pembelajaran SKI, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan

judul “Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian

Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Adanya siswa yang kurang suka dengan mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI), hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang

peneliti lakukan sebelum melaksanankan penelitian, peserta didik tidak

semangat dalam belajar.

4

(16)

2. Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran SKI adalah pelajaran

yang membosankan, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti kepada 32 peserta didik, setidaknya 27 peserta didik

menyatakan bahwa SKI adalah pelajaran yang membosankan dan tidak

menyenangkan

3. Kurang variatifnya proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas.

Selama peneliti melaksanakan observasi, guru hanya mengajar dengan

menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media apapun.

4. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menguasai materi sejarah

kebudayaan islam, hal ini dapat diketahui dari nilai hasil belajar siswa

berdasarkan data dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama

islam.

5. Penggunaan media komik secara efektif dapat meningkatkan pencapaian

kompetensi pembelajaran SKI.

C.

Pembatasan Masalah

Dari berbagai identifikasi masalah di atas, peneliti sangat menyadari

bahwa dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbatasan dalam

melakukan penelitian, baik dari segi waktu, biaya, dan tenaga. Agar

penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka peneliti membatasi

permasalahan pada efektifitas penggunaan media komik terhadap pencapaian

kompetensi pembelajaran SKI, dengan rincian sebagai berikut :

1. Efektifitas penggunaan media komik terhadap pembelajaran SKI terbatas

pada keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Materi dalam penelitian ini adalah sejarah nabi Muhammad SAW pada

masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

3. Media komik yang digunakan terbatas pada komik didaktik (pendidikan)

4. Pencapaian kompetensi siswa terbatas pada pemahaman (understanding)

(17)

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media komik

terhadap materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan

Halimah Sa’diyah?

2. Adakah perbedaan hasil belajar SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad

SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah dalam pembelajaran SKI pada fase pratindakan dengan hasil setelah diadakan tindakan?

3. Bagaimana tingkat efektivitas penggunaan medi komik pada pembelajaran

SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan

Halimah Sa’diyah?

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai

penggunaan media komik pada pembelajaran SKI di SMPN 264 Jakarta,

dengan rincian sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh informasi tentang penguasaan peserta didik terhadap

materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah dalam pembelajaran SKI

2. Untuk memperoleh informasi tentang efektifitas penggunaan media komik

dalam pembelajaran SKI terhadap penguasaan materi sejarah nabi

Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain :

1. Bagi Departemen Pendidikan Agama

Sebagai informasi bagi Departemen Pendidikan Agama dalam usaha

meningkatkan kualitas dan tujuan pendidikan agama islam, khususnya

(18)

2. Bagi Instansi Sekolah atau Madrasah

Sebagai sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

sekolah, pada kegiatan belajar mengajar menuju tercapainya tujuan yang

diharapkan.

3. Bagi Tenaga Pendidik (Guru)

Menjadi motivasi dalam melaksanakan tugas pendidik sehingga terus

mengembangkan dan mengkombinasikan dengan media pembelajaran

yang sesuai dengan materi pelajaran sebagai bahan integral dalam proses

pembelajaran untuk keberhasilan dalam mencapai kompetensi

(19)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoretik

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa

hasil, berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya.5

Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengalaman belajar 10%

diambil dari apa yang didengar, 20% dari yang kita baca, 30% dari yang

kita lihat, 50% dari yang kita kihat dan dengar, 70% dari yang kita katakan

dan lakukan.

Susilo dan Kasihadi mengatakan bahwa dalam bidang pendidikan,

efektif dapat ditinjau dari dua segi, yaitu “segi efektif mengajar guru dan segi efektif belajar murid. Efekif mengajar guru terutama menyangkut

jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat

dilaksanakan dengan baik. Efektif belajar murid terutama menyangkut

tujtuan-tujuan pelajaran yang diinginkan melalui kegiatan belajar mengajar

yang ditempuh”.6

Efektifitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan

cara belajar yang dilakukan siswa itu sendiri, baik individu maupun

kelompok.

Gibs dan Mulyasa menyatakan hal-hal yang perlu dilakukan agar

siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya yaitu:

5

Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 2003, h. 284

6

(20)

a. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa

takut

b. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi

ilmiah secara bebas terarah

c. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya

d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter

e. Melibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara

keseluruhan.7

Menurut Djamarah ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini

dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu : Istimewa/maksimal,

baik sekali/optimal, baik/minimal, dan kurang. Kriterianya adalah sebagai

berikut :

1. Istimewa/maksimal : apanila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa

3. Baik/minimal : apabila hanya (60% - 75%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa

4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa.8

Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan

pembelajaran dikatakan memiliki efektivitas yang baik bila dapat

mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

2. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan”.9

7

http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/12/efektivitas-pembelajaran-430156.html, diakses pada tanggal 12 Desember 2012

8

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi belajar mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h. 121

9

(21)

Menurut Association for Education and Communication

Technology (AECT) mendefinisikan “media yaitu segala bentuk yang

dipergunakan untuk suatu penyaluran informasi”. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan “media sebagai benda

yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta

instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar

mengajar dan dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional”.10

Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan yang merangsang siswa untuk belajar, misalnya :

buku, film, kaset, dan film bingkai.11

Menurut Donald P. Ely dan Vernon I. Gerlach pengertian media ada dua bagian yaitu arti sempit dan arti luas. Arti sempit, bahwa media berwujud grafik, foto, alat mekanik, dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, serta menyampaikan informasi. Dalam arti luas, media adalah kegiatan yang menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.12

Dalam kegiatan belajar mengajar, media dapat diartikan sebagai

sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa

perangkat keras maupun lunak untuk mencapai proses dan hasil

instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat

dicapai dengan mudah.13

Menurut Ade Kosnandar, “Penggunaan media dalam

pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajarinya, menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar, mengurangi kesalah pahaman, informasi yang disampaikan menjadi lebih konsisten, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat lebih melekat dalam struktur kognitifnya, dan dapat mencapai hasil

10

Asnawir dan Basyirudin Usman. op.cit., h. 11

11

Arief S. Sadiman, dkk. loc.cit.

12

Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), cet. Ke-1, h. 2

13

(22)

belajar seperti yang diharapkan dibandingkan dengan tanpa

menggunakan media”.14

Dari beberapa definisi media yang telah dikemukakan di atas,

maka penulis menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan,

keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik

berupa alat-alat atau benda-benda fisik yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk merangsang perasaan, fikiran, minat, dan motivasi peserta

didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan

efisien.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Pada dasarnya, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai

sumber belajar. Dimana dalam fungsi ini media sebagai pengganti

pendidik, menyalurkan, menyampaikan informasi dan menghubungkan

antara pendidik dan peserta didik.

Media berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar

mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman

visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar,

memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak

menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.

Dalam surah Al-„Alaq ayat 3-5 dijelaskan bahwa media memiliki peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu

sebagai berikut :

ـقإ

ا . ا ــك اا كــب و أ ــ

ناــســنإا ـّــ ـــع . ــقلاــب ــ ــع ي ل

ــعــــي ـلاــ

Artinya : “ Bacalah dan Tuhan mu lah yang Maha Pemurah. Yang

mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-„Alaq : 3-5)

14Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran” Jurnal Teknodik

(23)

Dari beberapa ayat di atas, dapat kita lihat bahwa Allah

menjelaskan dalam proses pembelajaran atau proses pentransferan

pengetahuan kepada manusia dari yang semula tidak tahu menjadi tahu,

itu menggunakan perantara berupa pena. Menurut tafsir, pena di sini

yang dimaksud adalah baca dan tulis.15

Secara tidak langsung Allah mengisyaratkan bahwa Allah akan

memberikan pengetahuan kepada manusia, akan tetapi itu tidak

langsung terjadi begitu saja, tidak mungkin Allah tiba-tiba

mentransferkan pengetahuan langsung ke otak kita. Akan tetapi, Allah

memberikan pengetahuan kepada kita melalui perantara.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Allah juga mengisyaratkan bahwa

penggunaan media itu memang penting dalam proses pembelajaran.

Menurut Asnawir dan Basyirudin Usman, media pendidikan

memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa/mahasiswa dan

membantu memudahkan mengajar bagi guru/dosen

2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak menjadi

konkrit)

3) Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak

membosankan)

4) Semua indra murid dapat diaktifkan, sehingga kelemahan satu indra

dapat diimbangi oleh kekuatan indra lainnya.

5) Dapat membangkitkan dunia teori dan realitanya.16

Menurut Arief Sadiman, dkk, Media pendidikan memiliki

beberapa fungsi, yaitu :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

15

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol. 15. (Jakarta : Lentera Hati, 2000), h. 327

16

(24)

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan

berfungsi :

a) Menimbulkan gairah belajar

b) Memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan

c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

4) Mengatasi masalah perbedaan latar belakang dan lingkungan antara

pendidik dengan peserta didik, dalam hal ini media berfungsi :

a) Memberikan perangsang yang sama

b) Mempersamakan pengalaman

c) Menimbulkan persepsi yang sama.17

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi media adalah : (a)

mempermudah peserta didik untuk belajar dan mempermudah guru

dalam mengajar, (b) mempermudah peserta didik dalam memahami

hal-hal yang abstrak, (c) membantu meningkatkan minat dan motivasi

belajar peserta didik, (d) memberikan pengalaman yang nyata kepada

peserta didik.

c. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik, ciri-ciri umum media pembelajaran

adalah :

1) Media pendidikan merupakan benda-benda yang dapat diamati oleh

panca indera

2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis, sehingga perbedaan persepsi antar peserta didik pada suatu

informasi dapat diperkecil.

3) Media pendidikan merupakan alat bantu belajar yang dapat

digunakan baik di dalam maupun di luar kelas.

17

(25)

4) Media pendidikan digunakan untuk memperlancar komunikasi

antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.18

Dalam buku Yudhi Munadi disebutkan bahwa ciri-ciri umum

media pembelajaran adalah media mampu merekam, menyimpan,

melestarikan, merekonstruksikan, dan mentransportasikan suatu

peristiwa atau objek.19

3. Hakikat Media Komik a) Pengertian Komik

Kata komik berasal dari Bahasa Perancis yaitu Comique,

sebagai kata sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata

benda artinya pelawak atau badut. Komik yang diterbitkan dalam

bentuk buku disebut comic book, tapi secara umum seluruhnya disebut

komik.20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komik

adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku)

yang umumnya mudah dicerna dan lucu.21

Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Media Pengajaran,

definisi komik adalah sebagai suatu bentuk kartun yang

mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan

yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk

memberikan hiburan kepada para pembaca.22

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, komik adalah cerita

serial bergambar yang merupakan perpaduan seni gambar dan seni

sastra, gambar-gambar dalam komik umumnya dilengkapi dengan

18

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11

19

Munadi, op. cit., h. 36

20

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54

21

Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 452

22

(26)

balon-balon kata dan kadang disertai dengan narasi sebagai

penjelasan.23

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa pengertian komik adalah cerita dalam bentuk kartun yang

mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang

dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata yang bersifat lucu dan

menghibur, biasanya terdapat dalam majalah, surat kabar, atau dibuat

dalam bentuk buku.

Dengan sifat komik yang lucu dan menghibur serta mudah

dicerna dan difahami, maka komik akan sangat bermanfaat jika

digunakan sebagai media pembelajaran bagi seorang guru untuk

menyampaikan berbagai informasi atau gagasan yang terkait dengan

bahan ajar kepada peserta didiknya di kelas.

b) Sejarah Komik

Walaupun komik telah menjadi bahan bacaan yang merata di

seluruh dunia dan penggemarnya boleh dikatakan berada pada semua

tingkat usia, tapi jarang sekali orang yang mengetahui kapan komik

untuk pertama kali diciptakan atau kapan mula adanya komik.

Budaya komik dimulai sejak zaman prasejarah, pada waktu itu

orang prasejarah membuat gambar di gua-gua, termasuk juga huruf

mesir kuno. Adapun komik yang dikenal sekarang mula-mula

berkembang di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 897, komik

Amerika lebih banyak menceritakan tentang superhero, pahlawan

antariksa, dan tema sains fisika. Sedangkan komik Eropa lebih

berbentuk petualangan dan humor.

Sedangkan di Indonesia, cerita gambar dijumpai di Candi

Prambanan dan Candi Borobudur. Pada dinding lima diantara sepuluh

tingkat borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul 1300 panel

berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian. Sedangkan di

23

(27)

Prambanan, pada dinding tiga di antara candi-candi terukir rangkaian

gambar timbul tentang kisah Ramayana dan Kresnayana.

Pada akhir tahun 1960-an, eksistensi komik semakin mendapat

perhatian seperti ditunjukkan dengan pembuatan film berdasarkan

komik. Si Buta dari Gua Hantu adalah komik pertama di Indonesia

yang difilmkan. Tahun 1970-an dan berlanjut ke tahun 1980-an

merupakan masa subur bagi pemasaran komik-komik luar negeri yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Komik-komik tersebut

umunya berasal dari Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, serta

dari Jepang.24

Penelitian terhadap sejumlah komik telah menunjukkan bahwa

buku-buku komik dibaca oleh anak-anak ditingkat menengah dan

hampir setengahnya dari siswa SMA, dan dibaca oleh kira-kira 1/3 dari

penduduk Amerika, antara umur 18 dan 30 tahun. Oleh para siswa

SMP dan SMA buku komik hanya dibaca sesekali. Penyelidikan ini

membuktikan bahwa komik telah memberi pengaruh yang besar dalam

kehidupan para remaja dan para orang tua.25

c) Unsur-unsur Komik

Toni Masdiono dalam bukunya yang berjudul 14 Jurus

Membuat Komik membagi unsur-unsur komik atas halaman pembuka

dan halaman isi. Pada halaman pembuka biasanya terdapat unsur-unsur

sebagai berikut:

1. Judul, biasanya diambil dari tema cerita ang diangkat atau sang

tokoh utama. Ukuan huruf dibuat capital dan besar serta berwarna

mencolok, sehingga mudah dibaca oleh pembaca.

2. Credit, merupakan berbagai keterangan mengenai tim pembuat

komik tersebut seperti nama pegarang, penggambar pensil, dan

pengisi warna.

24

Ibid.

25

(28)

3. Indica, merupakan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan

penerbit dan waktu terbitnya hingga pemegang hak cipta atas

komik tersebut.

Sedangkan unsur-unsur yang terdapat pada halaman isi adalah

sebagai berikut :

1. Panel, berfungsi sebagai ruang tempat diletakkannya

gambar-gambar sehingga akan tercipta suatu alur cerita yang ingin

disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik

dan sesuai dengan alur, maka peralihan antara satu panel dengan

panel lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa.

2. Gang, berfungsi sebagai ruang waktu yang menjembatani antara

satu panel dengan panel lainnya. Melalui gang inilah imajinasi

pembaca mengambil dua gambar yang terpisah dan mengubahnya

menjadi gagasan.

3. Narasi, merupakan keterangan-keterangan yang menjelaskan

dialog suatu percakapan, waktu maupun tempat dan kejadian.

Karena itulah narasi pada komik cukup penting peranannya.

4. Balon kata dan efek suara, merupakan suatu lambing yang

mengekspresikan suara dialog suatu percakapan. Dalam balon

kata dan efek suara biasanya digunakan variasi bentuk huruf yang

sering disesuaikan dengan bunyi-bunyi non verbal.26

d) Macam-macam Komik

Komik sebagai media massa hadir dengan berbagai jenis dan

materi sesuai dengan kebutuhan khalayak atau konsumen. Dalam hal

ini, untuk komik Indonesia Marcel Boneff membaginya ke dalam

berbagai jenis komik, yaitu:

1. Komik wayang

Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik

Indonesia. Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah

26

(29)

hasil tradisi lama yang hadir dari sumber hindu, yang kemudian

diolah dan diperkaya dengan unsure lokal, beberapa diantaranya

berasal dari kesusastraan jawa kuno, seperti Mahabarata dan

Ramayana

2. Komik silat

Komik silat atau pencak berarti teknik bela diri, sebagaimana

karate dari Jepang, atau kun tao dari Cina. Komik silat ini banyak

mengambil ilham dari seni bela diri dan juga legenda-legenda

rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan

pengalaman petualangan para pendekar dalam membela kebenaran

dan memerangi kejahatan, dan kebaikanlah yang akan

memenangkannya.

3. Komik humor

Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang

lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang

biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun

tema yang diangkat, dan dengan memanfaatkan banyak segi

anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan

sehari-hari, sehingga memudahkan orang untuk memahaminya.

4. Komik roman remaja

Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendiri selalu

berarti kisah cinta, dan kata remaja digunakan untuk menunjukkan

bahwa komik ini ditujukan untuk kaum muda, dimana ceritanya

tentu saja romantic. Adapun sumber ilhamnya bermacam-macam.

Tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda

dan liku-liku kehidupannya.

5. Komik didaktis

Komik didaktis merujuk pada komik yang bermaterikan ideologi,

ajaran-ajaran agama, kisah-kisah perjuangan tokoh dan

materi-materi lainnya yang memiliki nilai-nilai pendidikan bagi para

(30)

fungsi hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau

tidak langsung untuk tujuan edukatif (pendidikan).27

Komik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis komik

didaktis, yaitu komik-komik yang berisikan ajaran-ajaran agama,

nilai-niali pendidikan dan materi pembelajaran, dimana jenis komik ini

adalah yang paling cocok digunakan sebagai media pembelajaran SKI.

e) Komik Sebagai Media Pembelajaran

Merupakan tugas guru untuk menyediakan suasana yang

menyenangkan selama proses belajar. Salah satu cara untuk membuat

pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan

komik sebagai media pembelajaran.

Mengapa komik? Karena anak- anak, sebagaimana orang

dewasa juga, menyukai komik. Oleh karena itu, jika media yang

menyenangkan ini dipakai dalam proses pembelajaran, ia akan

membawa suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika

siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses

pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran

itu. Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir

yang sukses.

Sebenarnya, komik telah lama digunakan sebagai media

pembelajaran. Robert Thorndike bekerja sama dengan DC Comics dan

Harold Downes menciptakan buku latihan bahasa yang menggunakan

gambar-gambar Superman (Sones, 1944). Para pendidik di Amerika

juga menciptakan komik yang mendukung kurikulum pendidikan. Tapi

itu tidak berlangsung lama. Orang-orang mulai percaya bahwa komik

telah berperan dalam menciptakan kenakalan remaja. Yang lain

percaya bahwa komik menghalangi minat baca, imajinasi, dan

menyebabkan iritasi mata (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). Komik

27

(31)

juga dituduh sebagai musuh dari membaca serius (Dorrell, Curtis, &

Rampal, 1995). Karena asumsi-asumsi negatif ini, komik tidak lagi

ditemukan di ruang pembelajaran. Kondisi ini berlanjut sampai

1970an.

Beberapa tahun kemudian, komik akhirnya mendapat tempat di

dunia pendidikan. Neil William mengganti buku ESLnya yang masih

tradisional dengan komik Calvin and Hobbes untuk mengajar di

American Language Institute of New York University (1995). Dan

banyak pustakawan yang percaya bahwa komik dapat mengalihkan

perhatian pelajar dari televisi dan video games.28

Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah

kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan

komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode

mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang

efektif.

Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak

membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik

dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca.

Guru harus membantu para siswa menemukan komik yang baik dan

mengasyikkan.29

Perlu disadari oleh para guru bahwa dewasa ini banyak banyak

bacaan komik di pasaran yang sifatnya tak selalu mendidik, yang

demikian itu harus difahami oleh peserta didik supaya tidak tersesat

dalam oleh bacaan komik yang demikian. Guru harus mengarahkan

mereka supaya selektif dalam membaca komik tetapi jangan sampai

peserta didik terlalu terlena dengan bacaan komik sehingga lupa

dengan buku bacaan pelajaran.30

28

Gane Yang, Strengths of Comics in Education, h, 1-4 dalam http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 15 Desember 2011

29

Sudjana, op.cit., h. 68

30

(32)

Charles Thacker dalam artikelnya menyatakan bahwa

penggunaan media komik memiliki beberapa keunggulan besar, mulai

dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, komik dapat

membantu para siswa meneliti, menyatukan, dan menyerap isi materi

pelajaran yang sulit.31

Kelebihan komik yang lainnya adalah penyajiannya

mengandung unsur visual dan cerita yang kuat. Ekspresi yang

divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga

membuat pembaca membacanya hingga selesai. Hal inilah juga yang

mengispirasi komik yang isinya materi-materi pelajaran. Komik

pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk

membaca, sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar

siswa.32

4. Kompetensi Pembelajaran a. Pengertian Kompetensi

Dalam konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.33

Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan

sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta

didikyng mengacu pada pengalaman langsung.

Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan

secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti

31

Charles Thecker, How to Use Comic Life in Classroom, h. 7, dalam http://www..mancinstruct.com/node/69, diakses 25 April 2012

32

Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2011), h. 116

33

(33)

penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap sebagai hasil belajar.34

Kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dideskripsikan secara

eksplisit dalam kurikulum, sehingga dijadikan standar dalam

pencapaian tujuan dalam kurikulum. Dalam kompetensi sebagai

tujuan, terdapat beberapa aspek di dalamnya, yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif

2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang

dimiliki setiap individu.

3. Kemahiran (Skill), yaitu kemampuan individu dalam melaksanakan

secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan

kepadanya.

4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap

individu. Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap

individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

5. Sikap (attitude), yaitu pandangan indiidu terhadap sesuatu. Sikap

erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki individu, artinya mengapa

individu bersikap demikian?, itu disebabkan nilai yang dimilikinya.

6. Minat (interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan

sesuatu perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat menentukan

motivasi seseorang melakukan aktivitas tertentu.35

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya aktivitas

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini ternyata

mempunyai arti yang sangat luas, yakni perubahan tingkah laku dari

tidak tahu menjadi tahu atau berpengetahuan, dari yang tidak mengerti

menjadi mengerti.36

34

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konseep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 38

35

Sanjaya, op. cit., h.70-71

36

Muhammad Starawaji, “Pengertian Pembelajaran” dalam

(34)

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul

“Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran” menjelaskan

bahwa pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi emosi,

intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan

kehendaknya sendiri.37

Menurut pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi keadaan individu

agar mau belajar dari keadaan yang tidak tahu menjadi tahu.

5. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam didefinisikan sebagai “Kemajuan dan

tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode kekuasaan

islam mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai perkembangan

kekuasaan islam sekarang”.38

Menurut Abudin Nata dalam bukunya yang berjudul Metodologi

Studi Islam, yang dimaksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah

Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama islam. Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai oleh umat islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.39

Dari berbagai macam definisi di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa Sejarah Kebudayaan Islam adalah ilmu pengetahuan tentang

peristiwa-peristiwa mulai dari zaman Nabi Muhammad sampai dengan

masa sekarang, yang berkaitan dengan pertumbuhan, penyebaran,

perkembangan, pemikiran umat islam, serta tokoh-tokoh yang terlibat di

37

Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. I, h. 85

38

Muhammad Al-Hafizh, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam, dalam

http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 Desember 2012

39

(35)

dalamnya, baik dari segi agama, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, dan

sebagainya.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah hasil temuan penelitian yang relevan dan dapat

digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini : Sri

Mulyani, dalam skripsinya yang berjudul “Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai melalui Media Pembelajaran Komik dan Media

Gambar”, yang ditulis pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan

media komik dan menggunakan media gambar. Siswa yang belajar

menggunakan media komik mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar yang

lebih baik yaitu 77,5 dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar

dengan menggunakan media gambar yang hanya mendapat nilai rata-rata

hasil belajar sebesar 65,88.40

C.

Hipotesis Tindakan

Situasi dalam penelitian ini adalah kelas yang peserta didiknya belum

mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan analisis

masalah, peneliti menyimpulkan bahwa guru yang mengajar belum

menggunakan media apapun, sehingga pencapaian kompetensi pembelajaran

peserta didik belum maksimal. Hipotesis tindakannya adalah : bila guru

mengajar dengan menggunakan media komik, maka peserta didik akan

mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Dalam masalah evaluasi

guru dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan cara-cara evaluasi yang

dapat memberikan dampak pada peningkatan pencapaian kompetensi

pembelajaran peserta didik.

40

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 264 Jakarta Barat

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada saat semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012, pada tanggal 11 April – 23 Mei 2012.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas atau PTK (Classroom action research). Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom action research) adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa

meningkat”.41

Peneliti menggunakan metode PTK karena penelitian ini memiliki

peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu

pembelajaran dengan memberikan tindakan kuratif (perbaikan) secara

langsung atas masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran jika

diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan

baik artinya pihak yang terlibat dalam PTK yang dalam hal ini adalah guru

mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi

41

(37)

dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas

melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan

masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati

pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Dilaksanakan

dengan benar artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK.42

Pelaksannan PTK menganut beberapa prinsip, antara lain :

a) Permasalahan yang diangkat dan dipecahkan dalam PTK bersumber

dari pengalaman tenaga pendidik itu sendiri dalam melaksanakan

pembelajaran

b) Pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk tindakan tenaga pendidik

dalam pembelajaran untuk melihat pengaruh jenis tindakan terhadap

proses dan hasil belajar peserta didik

c) PTK dilaksanakan saat tenaga pendidik melaksanakan pembelajaran

di kelasnya sehingga tidak diperlukan waktu yang lama

d) PTK dapat dilaksanakan secara mandiri atau secara kolaboratif

e) Hasil dari PTK dapat dijadikan sebagai metode oleh tenaga pendidik

dalam meningkatkan mutu pembelajaran

f) Laporan pelaksanaan PTK dapat dijadikan karya tulis ilmiah tenaga

pendidik43

2. Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,

masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti merencanakan tindakan berdasarkan

tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran

yang akan disajikan dalam materi penelitian. Selain itu, pada tahap ini

juga peneliti menyiapkan instrument penelitian yang berupa lembar soal

42

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rajawali Press, 2008), cet. Ke-I, h. 41

43

Fitri Yuliawati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Tenaga Pendidik Profesional,

(38)

untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sejarah nabi

Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah. 2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanankan

rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya

3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan

sedang berlangsung. Dalam hal ini, peneliti dibantu oleh guru mata

pelajaran (observer) yang mengamati segala aktivitas siswa selama

proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan

mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala atau

indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun hasilnya.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai

melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan

dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan guru mata

pelajaran, sehingga dapat diketahui kegiatan yang dilaksanakan

mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.

Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana

(39)

Adapun alur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

[image:39.595.147.512.186.572.2]

digambarkan sebagai berikut :44

Gambar 3.1

Siklus penelitian tindakan kelas

C.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A di SMP Negeri 264

Jakarta, Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang diteliti adalah

sebanyak 32 orang.

44

Uno, op. cit., h. 88

Perencanaan Tindakan

Observasi dan Evaluasi

Siklus I

Refleksi

Rencana Tindakan Ulang Pelaksanaan

Tindakan

Siklus II

Refleksi

Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan Tindakan

(40)

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana dan

pelaksana kegiatan, dan pembuat laporan penelitian, artinya sebagai

pelaksana utama. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan

kegiatan, mengumpulkan, dan menganalisis data sesuai dengan fokus

penelitian sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini. Guru mata pelajaran

berperan sebagai observer dan mitra.

Dengan terlibat langsung dalam penelitian ini diharapkan data yang

terkumpul akurat dan terarah sehingga tujuan penelitian untuk pencapaian

kompetensi pembelajaran SKI dengan menggunakan media komik dapat

tercapai.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus

pada materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Bila pada siklus pertama

terdapat perkembangan, maka kegiatan pada penelitian siklus kedua lebih

banyak diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang

dianggap kurang pada siklus pertama.

Tahap yang dilakukan sebelum siklus I yaitu melaksanakan observasi

awal yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru bidang studi dan

kepala sekolah untuk mendiskusikan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan. Berdasarkan dialog tersebut diperoleh informasi dari guru bidang

studi PAI bahwa pembelajaran SKI yang ada cenderung monoton, yaitu guru

lebih sering menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanpa

menggunakan media apapun, sehingga siswa merasa bosan dan tidak

termotivasi untuk belajar SKI, yang berpengaruh terhadap belum tercapainya

(41)

Setelah observasi awal dilakukan, tahap selanjutnya adalah sebagai

berikut:

1. Siklus I

a) Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan untuk melakukan

perencanaan tindakan dengan membuat rencana pengajaran, lembar

observasi siswa dan guru, mengorganisir siswa, membuat alat evaluasi

berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap

materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah.

b) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus ini terdiri dari beberapa

tahap, yaitu:

1) Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan

proses pembelajaran

2) Peneliti mengabsensi kehadiran siswa

3) Peneliti menanyakan kesiapan belajar murid

4) Pemilihan masalah, peneliti menentukan materi pembelajaran yaitu

Sejarah Nabi Muhammad Pada Masa Pengasuhan Halimah

Sa’diyah

5) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan

kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan

6) Memperkenalkan media yang akan digunakan yaitu berupa komik

7) Peneliti menjelaskan materi dengan menggunakan media komik

8) Menunjuk salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali

kisah yang ada dalam komik.

9) Peneliti mendiskusikan masalah-masalah yang masih belum

(42)

10)Siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan

kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa

pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian. c) Observasi

1) Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama

Islam (PAI) dengan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan.

2) keaktifan siswa dan peneliti selama proses pembelajaran SKI

menggunakan media komik diamati oleh guru bidang studi PAI

dengan menggunakan lembar observasi

3) Memberikan tes hasil belajar I, yaitu siswa diperintahkan untuk

mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi

sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian.

d) Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi yang dilakukan oleh

guru bidang studi PAI dengan peneliti dikumpulkan serta dianalisis

sehingga diperoleh hasil refleksi. Dalam tahap ini akan digunakan

sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan untuk melakukan

perencanaan tindakan dengan membuat rencana pengajaran, lembar

observasi siswa dan guru, mengorganisir siswa, membuat alat evaluasi

berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap

materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah

(43)

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus ini terdiri dari beberapa

tahap, yaitu:

1. Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan

proses pembelajaran

2. Peneliti mengabsensi kehhadiran siswa

3. Peneliti menanyakan kesiapan belajar murid

4. Pemilihan masalah, peneliti menentukan materi pembelajaran yaitu

Sejarah Nabi Muhammad Pada Masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah

5. Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan

kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan

6. Peneliti menjelaskan materi tentang sejarah nabi Muhammad pada

masa pengasuhan Halimah Sa’diyah

7. Masing-masing peserta didik diperintahkan untuk membaca materi

tentang sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah melalui media komik.

8. Menunjuk salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali

kisah yang ada dalam komik.

9. Peneliti mendiskusikan masalah-masalah yang masih belum

dimengerti bersama siswa

10.Siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan

kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa

pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian c. Observasi

1. Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama

Islam (PAI) dengan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan.

2. Keaktifan siswa dan peneliti selama proses pembelajaran SKI

menggunakan media komik diamati oleh guru bidang studi PAI

(44)

3. Memberikan tes hasil belajar I, yaitu siswa diperintahkan untuk

mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi

sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian

d. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi yang dilakukan oleh

guru bidang studi PAI dengan peneliti dikumpulkan serta dianalisis

sehingga diperoleh hasil refleksi. Dalam tahap ini akan digunakan

sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Akan tetapi jika

sudah ada perubahan dalam pencapaian kompetensi, maka tidak perlu

dilaksanakan siklus berikutnya.

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan

pencapaian kompetensi belajar SKI dengan menggunakan media komik, serta

terciptanya proses belajar mengajar yang aktif dan efektif.

G.

Sumber Data

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang pencapaian kompetensi

pembelajaran SKI siswa pada materi sejarah nabi Muhammad pada masa

pengasuhan Halimah Sa’diyah. 2. Guru

Untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan media komik

terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran SKI pada materi sejarah

nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi, dilakukan oleh peneliti bersama guru mata pelajaran PAI yang

digunakan untuk mengamati sikap siswa dalam interaksi pelajaran SKI

pada materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan

(45)

2. Lembar Soal, digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman

siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan sejarah nabi

Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

3. Catatan Lapangan, yaitu catatan tertulis tentang apa yang didengar,

dilihat, dialami siswa dalam rangka pengumpulan data, untuk mengetahui

respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media komik.

4. Wawancara, dilakukan terhadap guru untuk mengetahui kondisi siswa secara

langsung, serta untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan proses belajar

mengajar di kelas dan masalah-masalah yang dihadapi selama proses belajar

mengajar berlangsung.

I.

Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara

terhadap guru bidang studi PAI, serta siswa diminta untuk mengerjakan soal

pada akhir tindakan pada setiap siklus, dan melakukan penilaian hasil tes

siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung yang dibantu oleh guru

bidang studi PAI. Hasil setiap penilaian tes tersebut didiskusikan oleh peneliti

bersama guru pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada

siklus berikutnya.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Teknik pemeriksaan keterpercayaan dilihat berdasarkan indikator

kinerja, indikator kinerja merupaka suatu kriteria yang digunakan untuk

melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau

memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas. Indikator ini dapat

dilihat pada :

1. Siswa

a. Tes, dimana sekurang-kurangnya 75% siswa diharapkan dapat

mencapai kompetensi pembelajaran SKI pada materi sejarah nabi

Muhammad pada masa anak-anak melalui media komik

(46)

2. Guru

a. Dokumentasi, tentang kehadiran siswa

b. Observasi, tentang hasil observasi

K.

Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari

pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan

presentase unuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan

pembelajaran diantaranya :

a. Hasil belajar dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian, kemudian

dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menganalisis tingkat keaktifan

siswa, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan

rendah.

c. Implementasi pembelajaran dengan menganalisis tingkat keberhasilannya

kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.

1. Teknik Skoring

Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada hasil

penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan

kemampuan pencapaian kompetensi pembelajaran SKI melalui media

komik. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Total Skor Rata-rata = Jumlah skor yang diperoleh siswa

Jumlah siswa

Presentase Kelulusan KKM = Jumlah siswa lulus KKM X 100%

(47)

2. Teknik Pengambilan Kesimpulan

Adapun teknik pengambilan kesimpulan yang digunakan yaitu :

1) Jika pelaksanaan siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) sebesar 70,00 maka perlu dilakukan siklus

selanjutnya (siklus 2, siklus 3, dan seterusnya)

2) Jika niali rata-rata siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) sebesar 70,00 maka pelaksanaan siklus selanjutnya tidak perlu

dilakukan.

L.

Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah siklus pertama selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan

belum mencapai indikator keberhasilan yaitu peningkatan pencapaian

kompetensi pembelajaran SKI maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan

tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Jika hasil

penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan

(48)

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang diuraikan pada bab ini dilaksanakan

pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei 2012 di SMP Negeri 264

Cengkareng Jakarta Barat.

B.

Analisis Data

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti

memperoleh data tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70

dan perolehan individu yang dicapai oleh siswa/i kelas VII-A SMP Negeri

[image:48.595.125.510.336.750.2]

264 Jakarta saat guru menjelaskan tanpa menggunakan media.

Tabel 4.1

Interval Tingkat Penguasaan Siswa Interval

Tingkat Penguasaan

Keterangan

80 – 100 70 – 79 60 – 69 50 – 59 0 – 49

Sangat Berhasil

Berhasil

Cukup Berhasil

Kurang Berhasil

(49)
[image:49.595.118.510.193.732.2]

Tabel 4.2

Daftar Nilai Perolehan Individu PraSiklus (Nilai KKM : 70)

No. Nama Nilai Keterangan

1. Abdillah Nurseno 65 Cukup Berhasil

2. Ade Oktavia 70 Berhasil

3. Agus Santoso 60 Cukup Berhasil

4. Alfredo Akbar 63 Cukup Berhasil

5. Amsori Mahsusi 65 Cukup Berhasil

6. Bella Viani 70 Berhasil

7. Diana Sulistyani 68 Cukup Berhasil

8. Eka Wahyu Febrianti 70 Berhasil

9. Fadhila Resa vivi .A 70 Berhasil

10. Fahruroji 65 Cukup Berhasil

11. Faisal Mu’min Eka .O 68 Cukup Berhasil

12. Fajar Hairul Anam 75 Berhasil

13. Feni Sabputri 73 Berhasil

14. Gina Lisnawati 63 Cukup Berhasil

15. Haryadi Duantara 65 Cukup Berhasil

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Gambar 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara rasa syukur dengan kecenderungan prososial pada

• Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca ditangani oleh Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Prov. OKI, Ogan Ilir, Muara Enim, Banyuasin, Musi

Hasil penelitian perlakuan pupuk kandang kambing dan pupuk KCl secara umum tidak terjadi pengaruh yang berbeda nyata pada parameter pertumbuhan dan hasil tanaman

Diharapkan pembekalan PPL lebih diefektifkan (pembuatan proposal, pembuatan laporan PPL, dll) ada format laporan yang baku dan monitoring atau pemantauan kegiatan PPL

Berdasarkan deskripsi data proses pengembangan perangkat pembelajaran pada tahap perancangan, diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait perancangan perangkat pembelajaran

Argumen yang mendukung adanya ketentuan peraturan rotasi mandatory karena adanya sikap independensi auditor dapat dirusak oleh masa perikatan yang panjang dengan manajer

Pemilik atau pengelola UMKM pada sentral usaha pengolahan ikan di Kampung Patin Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau harus meningkatkan kinerja pemasaran, perolehan