METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DALAM
MENANGANI SISWA/I BERMASALAH DI SEKOLAH MENENGAH
ATAS ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh :
HUSNI MUBAROK NIM: 103052028661
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DALAM
MENANGANI SISWA/I BERMASALAH DI SEKOLAH MENENGAH
ATAS ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
HUSNI MUBAROK NIM: 103052028661
Pembimbing,
Prof. DR. Ismah Salman, M. Hum
NIP. 150 096 770
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Husni Mubarok
NIM : 103052028661
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (DEP
KUM dan HAM RI)
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul: METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN M.A ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR DALAM MENANGANI SISWA BERMASALAH adalah benar karya asli saya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab saya yang dapat berakibat gelar kesarjanaan saya dibatalkan.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 30 Mei
2009
Husni
Mubarok
Abstrak
Judul : Metode Bimbingan dan Penyuluhan DAlam Menangani Siswa/i BermasAlah di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor
Penyusun : Husni Mubarok
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam NIM : 103052028661
Sekolah merupakan miniatur masyarakat yang menampung bermacam-macam siswa/i dengan latar belakang kepribadian berbeda, heterogen. DAlam keheterogenannya di antara mereka ada yang pintar, ada yang bodoh, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang patuh, ada yang membangkang, dan sebagainya. Selain perbedaan latar belakang individu di atas, maka ada pula di antara mereka yang dikategorikan sebagai siswa/i bermasAlah. KenakAlan remaja (Juvenile Delinquence) adAlah merujuk kepada perbuatan dan aktivitas remaja yang berlawanan dengan norma-norma masyarakat, undang-undang negara dan agama, dAlam konteks ini peraturan sekolah seperti bolos sekolah, membuat gaduh, tawuran, dan seumpamanya. Berdasarkan konteks permasAlah di atas, maka penulis akan meneliti sAlah satu sekolah yang berlatar belakang Islam di Bogor, Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah. DAlam skripsi ini penulis akan coba menelaah masAlah apa yang sering terjadi pada siswa/i bermasAlah di SMAIT Al-Madinah, Bogor, dan apa faktornya? Metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan oleh sekolah SMAIT Al-Madinah, Bogor dAlam menangani siswa/i bermasAlah? Apa faktor penghambat dan pendukung metode bimbingan dan penyuluhan di SMAIT Al-Madinah, Bogor?
Setelah penulis melakukan penelitian di lapangan persoAlan di sekolah SMAIT Al-Madinah, Bogor semua permasAlah yang penulis rumuskan terjawab. MasAlah yang sering terjadi di SMAIT Al-Madinah, Bogor adAlah puberitas seperti: pacaran, ketakutan, ragu-ragu, manja, dan emosionAl. PersoAlan ini tentunya tidak datang begitu saja ada faktor yang melatarbelakangi. Menurut ilmu psikologi, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa/i berasAlah, yaitu: faktor keluarga, faktor peribadi yang kotor, faktor sekolah, dan faktor persekitaran. Untuk siswa/i di SMAIT Al-Madinah, Bogor faktor dominan yang mempengaruhi kenakAlan siswa/i adAlah rumah. SMAIT Al-Madinah, Bogor menggunakan metode bimbingan dan penyuluhan psikoanAlisa dan transpersonAl dAlam menangani siswa/i bermasAlah. Selain metode tersebut, agama juga menjadi sAlah satu metode yang diterapkan oleh SMAIT Al-Madinah, Bogor meski sarana dan prasarana menjadi faktor penghambat dan pendukung dAlam penerapan metode tersebut.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, sudah selayaknya penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dialah yang memberi petunjuk kepada
orang-orang yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan orang-orang yang mengingkari
kebenaran. Alhamdulillah, dengan restu dan ijin-Nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Untaian shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita,
suri tauladan umat yang sejati, pemimpin yang abadi, pemimpin dunia dan akhirat,
Nabi Muhammad SAW.
Berkenaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berjasa kepada penulis, baik secara materi
maupun non-materi, yaitu:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat, beserta
para pembantu rektor. Walaupun tidak mengenal satu sama lain, tidak
mengurangi rasa hormat dan terima kasih.
2. Bapak Dr. Murodi, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Arif Subhan, MA selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA,
selaku Pudek II, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, selaku Pudek III.
4. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
sekaligus penguji II skripsi ini, yang telah mengarahkan saya dalam perbaikan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. Nasihah, M.A, Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
6. Untuk semua dosen yang telah mengajari dan membimbingku selama belajar di
kampus tercinta ini, terutama Ibu Prof. DR. Isma Salman, M. Hum yang telah
sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk orang tua tercinta, ayahanda H. Muchamad Amin dan Ibu Umi Sumiati
terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanannya selama ini, dengan
dukunganmu akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Abang Darojatul
Aliyah dan Adik tersayang Siti Marwati yang selalu memberi dukungan dan
dorongan penulis untuk selalu menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua staf dan guru Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu al-Madinah, Bogor,
terutama Bapak Heru Dayatullah, S. Fil. I selaku guru BP yang telah banyak
membantu berikan data yang dibutuhkan penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat BPI, terutama Taher, Hasyim, Dinay, Samsul, Ubay, Pijaro, Eca,
Lisa, Fina, Abel, Maul, Jaya dan semua teman-teman civitas akademica UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu persatu, “thanks for
all”. Ketua Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A NARKOTIKA (KALAPAS)
Jakarta, Bapak Drs. Ibnu Choldun, Bc, IP, SH, M. Si.
10. Kepala Keamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka-KPLP), Bapak Heru Yuswanto,
Amd. IP, S. Sos, M.Si.
11. Rekan-rekan WASRIK, RUPORT, RUPAM, II dan IV LAPAS NARKOTIKA
Jakarta.Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga semua pihak yang telah
memberi perhatian dan membantu kelancaran studi penulis, mendapatkan balasan
yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Jakarta, 30 Mei 2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 11
F. Sistematika Penulisan... 11
BAB II LANDASAN TEORI... 13
A. Bimbingan dan Penyuluhan ... 13
1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan... 14
2. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan ... 18
3. Unsur-unsur Bimbingan dan Penyuluhan ... 21
4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan ... 23
B. Siswa Bermasalah ... 26
1. Pengertian Siswa Bermasalah ... 26
2. Faktor-faktor Penyebab Siswa Bermasalah ... 29
3. Usaha-usaha dalam Mengatasi Siswa Bermasalah... 32
A. Sejarah Berdiri SMA Al-Madinah ... 35
B. Profil Sekolah ... 36
C. Struktur Organisasi... 36
D. Visi dan Misi ... 38
E. Fasilitas ... 38
F. Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah/Pengembangan Diri ... 39
G. Struktur dan Muatan Kurikulum ... 40
BAB IV METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN M.A ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR DALAM MENANGANI SISWA BERMASALAH ... 50
A. Temuan ... 50
1. Masalah Kenakalan Siswa/i di SMAIT al-Madinah, Bogor... 50
2. Faktor Kenakalan Siswa/i M.A Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor ... 58
3. Metode Bimbingan dan Penyuluhan SMAIT al-Madinah, Bogor Terhadap Siswa/i Bermasalah ... 62
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Bimbingan dan Penyuluhan SMAIT al-Madinah, Bogor... 68
B. Analisa Temuan ... 70
BAB V PENUTUP... 77
A. Kesimpulan ... 77
DAFTAR PUSTAKA... 80
DAFTAR TABEL
1. Tabel Struktur Organisasi ... 36
2. Tabel Sturktur dan Muatan Kurikulum... 39
3. Struktur Kurikulum... 41
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja (baca: siswa/i)1 adalah suatu periode dalam kehidupan
manusia yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Suatu masa di saat seseorang harus banyak belajar mengenai berbagai segi
kehidupan. Pengalaman dan penghayatan seseorang mengenai dirinya sendiri,
lingkungan fisik-sosial-budaya di sekitarnya, selama masa remaja ternyata
merupakan elemen kepribadian yang cukup mendasar dan sangat menentukan
perilakunya kelak bila ia telah dewasa.
Menginjak masa remaja terlihat terjadi perubahan-perubahan pada tubuh
seorang anak. Perubahan bentuk ini dibarengi dengan perubahan struktur dan
kemudian perubahan fungsi. Masa remaja merupakan fase di mana seseorang
memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba, dan
diakui eksistensinya di masyarakat. Sehingga mereka sering kali melakukan
eksperimen dengan apa yang mereka rasa itu penting bagi dirinya walaupun hal
tersebut terkadang bertentangan dengan norma umum yang berlaku.
Perubahan dan perkembangan itu sering menimbulkan kegoncangan dalam
dirinya. Dalam pergaulan sehari-hari ia tidak lagi diterima dalam dunia anak-anak.
Di pihak lain ia juga belum diakui sebagai anggota masyarakat dewasa. Di
saat-saat demikian diperlukan bimbingan dan arahan yang bijaksana dari para orang
1
tua dan guru, agar para remaja tidak canggung, tidak merasa ketakutan dan cemas
untuk menjalani pengalaman baru dalam kehidupannya yang penuh dengan
hal-hal yang masih asing baginya. Terutama kehidupan yang sifatnya merusak. Sebab
remaja merupakan harapan masyarakat, agama dan negara di masa depan sebagai
generasi penerus perjuangan.
Di antara persoalan remaja yang sering kali muncul pada usia-usia tertentu
adalah masalah yang datang dari berbagai faktor, baik dari keluarga (tertekan
karena banyak aturan yang mengusik kebebasannya), lingkungan (berteman
dengan teman yang kurang baik), maupun dari sekolah tempat mereka dididik
(melanggar norma yang ditetapkan sekolah karena ingin tampil beda), sehingga
hal ini membuat perkembangan diri mereka terganggu.
Para orang tua atau guru tentu akan merasa direpotkan dengan sikap sang
anak yang selalu membuat ulah. Seorang siswa/i yang selalu membuat masalah
dalam lingkungan sekolah misalnya, di mana tindakannya tersebut dapat
berdampak buruk pada nama baik keluarga dan almamater sekolahnya sendiri. Hal
ini bisaanya disebabkan seorang siswa/i atau anak didik yang selalu mewarnai
kehidupannya dengan gaya hedonisme, mencari kesenangan sendiri, tindakan
yang tidak dipikirkan dengan baik akibatnya, serta perhatian orang-orang
disekitarnya. Terkadang persoalan ini juga disebabkan karena kurangnya kontrol
dan bimbingan orang tua atau guru kepada sang anak.
Masalah yang dibuat oleh seorang siswa/i bisaanya direfleksikan lewat
tingkah laku dan sikap yang kurang sopan, kasar, menentang, tidak suka melihat
orang senang, serta membantah perintah tertentu, dan cenderung berbuat sesuatu
sesuai kehendak hatinya. Seorang siswa/i yang bermasalah sangat berhubungan
seorang siswa/i tetap merasa gelisah sekalipun segenap keinginannya telah
terpenuhi atau terus berusaha menyampaikan keinginan yang lain. Masalah
seorang siswa/i kadang terjadi secara wajar dan kadang terjadi secara tidak wajar.
Siswa/i yang ada di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu2 Al-Madinah,
Bogor merupakan sekumpulan remaja heterogen yang memiliki kehidupan sangat
dinamis dan penuh dengan gejolak berikut permasalahan yang dihadapinya
masing-masing. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa
remaja, di mana masa remaja merupakan masa ingin tahu seseorang sangat besar
dan labil.3 Pada masa inilah seorang remaja banyak mengalami berbagai
persoalan, baik problem fisik, psikis, maupun sosial. Bisaanya masa
perkembangan ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan,
bukan saja bagi remaja sendiri, melainkan juga bagi orang tua, guru, dan
masyarakat.4
Ketika siswa/i tersebut mengalami masa perkembangan dan pertumbuhan
yang dalam prosesnya mengalami interaksi, saling mempengaruhi antara
kemampuan dasar berupa pembawaan dengan kemampuan yang diperoleh, yaitu
kemampuan hasil berlajar atau pengaruh lingkungan. H.M. Arifin menegaskan
bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup
manusia adalah kemampuan dasar dan ajar.5
Masa remaja memang merupakan masa yang sangat indah. Karena masa
ini merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak
menuju kedewasaan, yang dituntut segala sesuatu dapat dijalankannya dengan
2
Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Selanjutnya akan disingkat SMAIT. 3
Masa remaja ini biasanya sering juga disebut oleh masyarakat sebagai masa puber. 4
Muhibbib, Syah, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-6, h. 51-52.
5
cara arif dan bijaksana.6 Untuk melakukan hal tersebut tentunya sebagai pijakan
awal mereka adalah bercermin pada lingkungan, terutama lingkungan
keluarganya. Karena rumah merupakan al-madrasatu al-ula, dan orang tua merupakan guru pertama yang diharapkan dapat membimbing mereka.
Di zaman sekarang ini seringkali kita temukan kalau pendidikan seorang
anak diserahkan kepada seorang pembantu. Inilah kemudian yang menjadi salah
satu penyebab mengapa seorang anak memiliki karakteristik berbeda dengan
orang tuanya. Dan ini juga merupakan pola pendidikan yang kurang diperhatikan
orang tua kepada anaknya. Karena itu jangan heran jika dalam perkembangannya
seorang anak tumbuh tidak sesuai dengan harapan.
Institusi-institusi pendidikan (baik yang formal maupun non formal)
hendaknya dapat menghubungkan antara pendidikan dan pengajaran yang
membina mental para siswa/i agar mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang
sehat7 dan tidak mudah goyah oleh usaha-usaha pengaruh yang kurang baik dari
luar dirinya.
Untuk itu, dalam hal ini, para penyuluh dan pembimbing harus mempunyai
metode yang efektif dan menjadi teladan yang baik bagi mereka. Sebab, tanpa
adanya keteladanan mereka semua tidak akan mungkin dapat meniru dan
membedakan mana sesuatu yang baik dan mana sesuatu yang buruk dalam
lingkungan sekolahnya.
Pentingnya bimbingan dan penyuluhan bagi siswa/i adalah agar dapat
menekan pengaruh kelakuan-kelakuan yang tidak baik baginya, serta menolong
meluruskan siswa/i yang memiliki gejala-gejala moral yang kurang berkenan di
hati masyarakat, orang tua, dan lingkungannya. Pada dasarnya unsur yang
6
Zakiah Derajat, “Ilmu Jiwa dan Agama,” (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), h. 69. 7
terpenting dalam menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai
agama, moral, dan sosial yang diperolehnya. Jika dari masa kecil mereka sudah
dapat pemahaman tentang nilai-nilai tersebut, maka kepribadian mereka akan
memancarkan atau menunjukkan tingkah-laku yang baik. Pada usia perkembangan
dan pertumbuhan, agama misalnya, akan menjadi pakem mereka dalam
melakukan suatu tindakan jika diajarkan secara intensif mulai sejak dini.
Ahli jiwa membuktikan bahwa salah satu akibat terjadinya gangguan jiwa
adalah ketidakberhasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya, hal ini akan
menyebabkan timbulnya perasaan gelisah dan terganggunya kestabilan emosi
seseorang.8 Karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memberikan
bimbingan yang intensif (rohani dan jasmani) agar aspek jiwa siswa/i kokoh dan
istiqomah.
Remaja seringkali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya sebagai seorang remaja. Jarang kita temukan remaja yang
berkembang mulus tanpa kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut timbul antara lain
karena remaja sendiri tidak memahami betul berbagai perubahan yang terjadi
dalam dirinya, baik perubahan yang menyangkut segi kebutuhan maupun segi
sosial kejiwaan. Bagi kebanyakan remaja, pencarian jati diri merupakan kegiatan
yang panjang dan serius, sekalipun tidak semua remaja akhirnya dapat
menemukan suatu cita diri yang benar, tepat, dan sehat.
Melihat fenomena yang terjadi di atas, maka diperlukan metode bimbingan
dan penyuluhan yang tepat terhadap siswa/i yang mempunyai masalah. Kalau kita
menganalogikan sosok individu sebagai kertas putih yang kosong (seperti yang
dikatakan oleh John Lock tentang teori Tabula Rasa-nya), maka individu maupun
8
kelompok yang ingin mencoretnya haruslah mereka yang memiliki kepribadian
yang lurus dan baik. Dalam urusan bimbingan dan pengarahan memang yang
memiliki peran utama adalah orang tua, tetapi dalam konteks pendidikan, maka
sekolah pun memiliki peranan penting yang sama.
Setiap sekolah memang menerapkan metode bimbingan yang
berbeda-beda. Hanya saja, jangan sampai unsur agama mereka lupa terapkan agar
pertumbuhan mental dan spiritual seorang siswa/i bisa lebih baik lagi. Oleh karena
itu, sangatlah penting menerapkan nilai-nilai agama dalam bimbingan dan
penyuluhan di dunia pendidikan, agar pada siswa/i dapat tumbuh dengan sehat dan
seimbang.
Maka atas dasar itulah penulis tertarik untuk membahas persoalan ini
secara mendalam di SMAIT Al-Madinah dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Metode Bimbingan dan Penyuluhan Dalam Menangani Siswa/i Bermasalah
Di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penulisan skripsi ini dapat memperjelas permasalahan-permasalahan
yang dibahas, maka perlu adanya pembatasan dan perumusan masalah untuk lebih
mengarah pada titik poin yang diharapkan. Untuk itu, penulis hanya membatasi
masalah pada metode bimbingan dan penyuluhan yang digunakan dalam
menangani siswa/i bermasalah di SMAIT Al-Madinah, Bogor.
Berdasarkan batasan dan perumusan di atas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan-permasalahan di atas sebagai berikut:
1. Masalah apa yang sering terjadi pada siswa/i bermasalah di SMAIT
2. Metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan oleh sekolah SMAIT
Al-Madinah, Bogor, dalam menangani siswa/i bermasalah?
3. Apa faktor penghambat dan pendukung metode bimbingan dan penyuluhan di
SMAIT al-Madinah, Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan
bimbingan dan penyuluhan di SMAIT Al-Madinah, Bogor, terhadap siswa/i
bermasalah, selanjutnya akan digambarkan secara spesifik sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan
SMAIT Al-Madinah, Bogor, dalam menangani siswa/i bermasalah di
sekolah tersebut.
b. Untuk mengetahui pendekatan apa saja yang digunakan dalam menangani
anak bermasalah.
2. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitan ini bisa memberikan manfaat yang besar
kepada penulis khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. Harapan penulis
tersebut secara terperinci adalah:
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan penambah wawasan
bagi penulis dalam disiplin ilmunya, dan bagi lembaga-lembaga yang
terkait.
b. Semua ini diharapkan bisa memberikan kontribusi yang positif bagi
pihak sekolah SMAIT Al-Madinah, Bogor, dalam aktivitasnya
D. Metodologi
Metodologi penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam
sebuah penelitian. Karena sukses tidaknya penelitian tersebut tergantung pada
metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu
penelitian yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah dalam
skripsi ini. Sedangkan teknik penulisan deskriptif analisis, yaitu memberikan
gambaran terhadap subjek dan objek penelitian secara apa adanya. Bentuk
penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), di mana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang
dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.
1. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.9 Sumber data
adalah mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama adalah Pak Heru (Guru BP),
para staf dan karyawan SMAIT Al-Madinah, Bogor.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah SMAIT Al-Madinah, Bogor.
2. Dasar Penetapan Lokasi
Lokasi penelitian ini bertempat di SMAIT Al-Madinah, Bogor. Karena
jarak lokasi mudah ditempuh dari rumah penulis.
9
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dimulai awal bulan April hingga Juli 2008, dari
mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan
secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).
4. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data 1.) Teknik Pengumpulan Data
• Interview
Merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang
beberapa jenis data.10 Dalam penelitian ini penulis langsung
mewawancarai Pak Heru (Guru BP) SMAIT Al-Madinah, Bogor.
• Dokumentasi
Data diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan
formal, literatur, majalah, koran, dan catatan lain yang ada kaitannya
dengan penelitian ini.
• Observasi
Yaitu penulis langsung mendatangi SMAIT Al-Madinah,
Bogor, guna memperoleh data yang valid tentang hal-hal yang menjadi
objek penelitian.
2.) Teknik Analisa Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dan
diinterpretasikan. Adapun metode yang penulis gunakan dalam
menganalisa data adalah depskriptif analitik, maksudnya adalah cara
melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran
10
mengenai data yang terkumpul secara apa adanya untuk kemudian
disimpulkan.
Penulisan skripsi ini mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan” skripsi, tesis, dan disertasi edisi terbaru terbitan UIN Press tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan pada metode yang
digunakan oleh Sekolah Menegah Atas Islam Terpadu Al- Madinah, Bogor. Studi
lapangan (field research) skripsi ini didukung oleh berbagai buku referensi yang relevan dengan judulnya, misalnya: Zakiah Derajat, “Ilmu Jiwa dan Agama” , Dalyono, “Psikologi Pendidikan”, Bambang, “Kenakalan Remaja”, dan lainnya. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menyelesaikan kualiah strata satu (S1) dan
mengetahui metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan oleh Sekolah
Menegah Atas Islam Terpadu Al-Madinah (SMAIT), Bogor. Selain itu, judul
skripsi ini penulis angkat karena belum ada mahasiswa jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang mengangkat judul
seperti ini.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara global tentang penulisan ini, maka sistematika
penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
BAB II : Berisi landasan teori yang terdiri dari; Pertama, teori bimbingan dan
penyuluhan (Pengertian, Tujuan, Unsur-Unsur, serta Prinsip
Bimbingan dan Konseling). Kedua, Siswa Bermasalah (Pengertian,
Faktor Penyebab, dan Usaha Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah).
BAB III : Gambaran umum SMAIT Al- Madinah, Bogor, yang berisi Sejarah
Berdiri SMA Al-Madinah, Profil Sekolah, Struktur OrganisasiVisi
dan Misi, Fasilitas, Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah/Pengembangan
Diri, Struktur dan Muatan Kurikulum.
BAB IV : Temuan (Masalah Kenakalan Siswa/i di SMAIT Al-Madinah, Bogor,
Faktor Kenakalan Siswa/i SMAIT Al-Madinah, Bogor, Metode
Bimbingan dan Penyuluhan SMAIT Al- Madinah Bogor, Faktor
Pendukung dan Penghambat, dan Analisa Temuan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bimbingan dan Penyuluhan
Sebelum membahas secara mendalam apa yang dimaksud dengan bimbingan
dan penyuluhan tentunya harus diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
bimbingan dan penyuluhan itu sendiri, guna mempermudah kita memahaminya.
Di setiap ranah kehidupan sehari-hari, baik disadari maupun tidak disadari,
sebenarnya seringkali ditemukan pola bimbingan dan penyuluhan. Di sekolah atau
tempat penyelenggaraan pendidikan seorang guru memberi nasehat kepada muridnya,
di rumah orang tua memberi masukan kepada anaknya, di jalan orang tua menegur
anak-anak yang nakal, dan semacamnya. Dari hal ini kemudian timbul pertanyaan,
sebenarnya bimbingan dan penyuluhan seperti apakah yang dimaksud dalam ilmu
psikologi?
Secara historis, bentuk nyata dari gerakan bimbingan dan penyuluhan yang
formal berawal dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat, yang dimulai
perkembangannya sejak Frank Parson mendirikan sebuah badan bimbingan yang
disebut Vocational Bureu di Boston pada tahun 1908 yang lambat laun badan ini berubah namanya menjadi Vocational Guidance Bureu. Usaha Frank inilah yang sebenarnya menjadi cikal bakal pengembangan gerakan bimbingan dan penyuluhan di
dunia.
Yang menjadi objek dari bimbingan dan penyuluhan ini adalah manusia, yaitu
mereka yang memiliki permasalahan psikis. Para klien biasanya menjelaskan
permasalahannya untuk kemudian diberikan solusi oleh penyuluhan dengan metode
1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan
Banyak para ahli dalam disiplin ilmu kejiwaan memberikan definisi tentang
bimbingan dan penyuluhan sesuai dengan paradigma dan konsentrasi disiplin ilmu
yang mereka selami. Sehingga pembahasan tentang bimbingan dan penyuluhan lebih
berwarna. Walaupun mereka berbeda pandangan dan hal ini menyebabkan adanyanya
sedikit perbedaan, namun semuanya memiliki maksud dan tujuan yang sama.
Bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu metode atau pendekatan
yang digunakan oleh para ahli kejiwaan dalam membantu klien yang sedang
menghadapi problem hidup kejiwaan. Dalam ranah pendidikan hal ini bisa juga
diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu para siswa/i
dalam mencapai prestasi dan kemuliaan tingkah laku.
Secara etimologi kata bimbingan dan penyuluhan berasal dari bahasa Inggris,
guidance dan concelling, yang berarti pimpinan, bimbingan, pedoman, dan petunjuk.11 Sedangkan concelling adalah pemberian nasehat, perembukan, dan penyuluhan.12 Sedangkan secara terminologi hal ini dijelaskan oleh para tokoh,
diantaranya:
a.) H. M. Arifin dalam bukunya “Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama” menerangkan bahwa kata guidance adalah kata dalam bentuk kata benda (noun) yang berasal dari kata kerja (verb) yaitu to guide
yang mempunyai arti membimbing, menunjukkan, dan membawa orang lain
ke jalan yang benar. Jadi kata guidance berarti pemberian bantuan kepada orang lain atau bagi orang-orang yang membutuhkan bimbingan tersebut.
Sifatnya tidak ada paksaan dalam proses bimbingan, sehingga memberikan
11
John M. Echole dan Hasan Sadily, “Kamus Inggris Indonesia,” (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), Cet. Ke-1, h. 283.
12
kebebasan pada diri orang yang mempunyai masalah tersebut. Jika hal ini
tersempal unsur paksaan, maka hasil yang didapat pasti akan kurang
masksimal. Sedangkan kata concelling adalah kata kerja dari to councell yang memiliki arti memberikan nasehat atau memberikan anjuran pada orang lain
secara berhadapan langsung.13 Sedangkan secara maknawi bimbingan adalah
mengajak orang lain ke arah jalan yang lebih baik atau yang benar bermanfaat
di zaman sekarang maupun zaman yang akan datang.
b.) Abu Ahmad memberikan pengertian bahwa bimbingan adalah suatu proses
membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
masyarakat.14
c.) Bimo Walgito mengemukakan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan orang dalam
menghindari kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, agar orang tersebut dapat
sejahtera dalam hidupnya baik lahir maupun batin.15
d.) Jumhur dan Moh. Surya berbendapat bahwa proses bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga, serta
masyarakat.16
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat ditarik benang merah atau
kesimpulan bahwa bimbingan adalah salah satu metode yang secara terus menerus
13
H. M. Arifin, “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,” (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), Cet. Ke-4, h. 18.
14
Abu Ahmad, “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,” (Semarang: Toha Putra, 1997), Cet. Ke-1, h. 4.
15
Bimo Walingto, “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,” (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet. Ke-3, h. 5.
16
dan secara langsung (tatap muka) digunakan untuk membantu seseorang atau
kelompok dalam menghadapi persoalan hidup dan membantu seseorang atau
kelompok dalam memahami makna hidupnya guna mencapai kebahagiaan.
Sedankan penyuluhan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.) Dewa Ketut Sukardi mengatakan bahwa penyuluhan adalah hubungan timbal
balik di mana seorang penyuluhan membantu seorang klien untuk mencapai
atau mewujudkan pemahaman dirinya sendiri dalam kaitannya dengan
masalah yang dihadapinya.17
b.) W.S. Winkel, S. J. M.Sc menyatakan bahwa di dalam penyuluhan atau
penyuluhan dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek proses dan aspek
bentuk khusus dari pelayanan bimbingan.18 Aspek proses yang dialami oleh
klien selama kegiatan penyuluhan (concelling) itu berlangsung dalam waktu yang relatif cukup lama. Sementara aspek khusus jenis pelayanan
dititikberatkan pada pertemuan (tatap muka) antara seorang penyuluhan dan
klien itu sendiri yang bentuknya berupa wawancara penyuluhan.
Dari definisi penyuluhan di atas titik temu yang dapat ditarik adalah
penyuluhan merupakan sebuah bentuk usaha untuk memberikan bantuan kepada klien
yang sedang bermasalah lewat wawancara penyuluhan (tatap muka) dan dilakukan
secara berkesinambungan selama masalah yang dihadapi klien belum tuntas.
Banyaknya definisi tentang bimbingan dan penyuluhan terkadang memang
membuat kita bingung, tetapi pada intinya semua mempunyai arti yang sama, yaitu
proses pemberian bantuan terhadap seseorang atau kelompok dengan keseluruhan
proses bimbingan.
17
Dewa Ketut Sukardi, “Bimbingan dan Konseling,” (Jakarta: PT. Bima Aksara, 1998), Cet. Ke-5, h 168.
18
Dalam Islam, dasar-dasar mengenai bimbingan dan penyuluhan sudah tersurat
pada al-Quran dan hadis. Hal ini dapat dilihat pada beberapa ayat yang mendorong
kita untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan dengan tujuan sebagai
salah satu usaha untuk mencapai kesehatan jiwa.
Firman Allah dalam al-Quran surat Yunus ayat 57 yang berbunyi:
!"#
$ % & ' ( )*+ *
,( - . /
Artinya:
”Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Dari keterangan di atas, dapat diambil intisari yang sangat perlu diperhatikan
bahwa sesungguhnya apabila seseorang mengalami kesulitan atau memiliki masalah
dalam hidupnya, hendaklah diberi bantuan dengan cara masing-masing. Apakah
dengan membimbingnya atau mungkin dengan cara lain yang sifatnya mulia, baik
dipandangan manusia, terutama dipandangan Allah SWT. Karena sebagai makhluk
sosial manusia harus saling tolong menolong dalam setiap masalah yang pasti ada
jalan keluarnya.
Apabila kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau penyuluhan ini
direalisasikan dalam lingkungan sekolah, maka dapat diartikan sebagai proses
pemberian bantuan kepada siswa/i yang bermasalah, baik individu maupun kelompok,
dan yang paling penting adalah dapat memperhatikan tujuannya, yaitu agar siswa
dapat memahami dirinya sendiri, sehingga mampu mengarahkan dirinya dan
bertingkah laku dengan wajar sesuai dengan tuntunan sekolah, keluarga, masyarakat
2. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan
Kalau dilihat secara garis besar tujuan dari bimbingan itu ada dua, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dapat diuraikan sebagai berikut:
1.) Memberikan motivasi pada seorang klien dalam menjalani kehidupan, agar
tidak mudah putus asa, dan selalu berpikir pisitif dalam segala hal.
2.) Memberikan pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki
klien, termasuk di dalamnya tentang bakat, minat, kecakapan, maupun
kelemahannya.
3.) Penyesuaian diri dalam menjalani sebuah kehidupan di alam yang fana ini.
4.) Dalam ranah pendidikan membantu siswa/i untuk mengembangkan
pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, hasil belajar, serta prestasi yang
dimilikinya.
Sementara tujuan bimbingan secara khusus adalah seperti yang dikatakan oleh
M. Arifin bahwa:
”Kemampuan setiap individu dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dari segala gangguan yang sifatnya baik fisik maupun mental spiritual yang sesuai dengan talenta yang ada pada dirinya dan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya, serta yang dipelajarinya sejak kecil”.19
Banyak sekali tujuan dari bimbingan yang bermuara pada berbuat baik untuk
mencari keridoan-Nya. Secara agama itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia
(yang dicintai Allah dan Rasul-Nya) yang berpegang teguh pada sesuatu yang pasti
tidak akan sesat kalau kita mengikutinya yaitu, al-Quran dan as-Sunah.
19
Yang paling bersifat fundamental dari sebuah tujuan bimbingan dan
penyuluhan adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien, sementara seorang
penyuluh memfokuskan perhatiannya kepada klien dengan mencurahkan segala daya
dan upaya demi perubahan pada diri klien, yaitu perubahan kepada yang lebih baik
dan teratasinya segala permasalahan yang ada pada seorang klien.
Mengenai tujuan bimbingan dan penyuluhan menurut George and Christiani
(1981) yang dikutip oleh Singgih D. Gunarsa sebagai berikut:
a. Menyediakan fasilitas untuk perubahan prilaku
Hampir semua ahli sepakat bahwa bimbingan bertujuan mengadakan
perubahan pada diri klien, agar klien dalam kehidupannya lebih produktif,
kreatif, inovatif, dan menikmati kehidupan dengan damai, serta
menghilangkan keputusasaan.
b. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
Kenyataan sebuah kehidupan manusia membuktikan bahwa hampir semua
orang mengalami kesulitan. Untuk itu, diperlukan sebuah keterampilan yang
profesional dan juga kemauan, kesanggupan untuk menghadapi masalah
tersebut. Dalam hal ini, tergantung dari kemampuan dan kecerdasan dasar
yang dimiliki, apakah bisa menghadapi ataukah tidak.
c. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil sebuah keputusan.
Keputusan akhir dari masalah klien merupakan sebuah keputusan yang
ditentukan oleh seorang klien dengan bantuan seorang penyuluhan, membuat
sebuah keputusan seringkali harus dapat mempertimbangkan berbagai faktor
yang berpengaruh dan memperhatikan cara-cara dalam melakukan penilaian.
Namun seringkali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh
d. Meningkatkan hubungan antara perorangan
Meniru seorang filosof Yunani yang bernama Aristoteles menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk zoompoliticon, yaitu makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri melainkan pasti membutuhkan orang lain yang pada hakikatnya
seorang diharapkan dapat membina hubungan dengan orang lain, dan dapat
membina dengan harmonis terhadap lingkungannya. Mulai dari sekolah
terhadap teman yang sebaya dengannya, dan rekan seprofesi. Dalam hal ini
adalah keluarganya sendiri.
e. Mengembangkan fasilitas terhadap kemajuan klien.
Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai talenta pada dirinya
masing-masing, hanya saja terkadang orang tersebut tidak mau mengembangkan
kemampuannya yang ada pada dirinya, atau terkadang kemampuan tersebut
bisa berfungsi tapi kurang maksimal. Disinilah tugas seorang penyuluhan
untuk membantu memfungsikan kemabali kemampuan klien, agar dapat
berfungsi secara maksimal. Karena memang perbuatan inilah yang sangat
mulia, yaitu menyelamatkan manusia dari sifat keputusasaan yang itu semua
tidak ada gunanya. Sebab sudah jelas bahwa Allah SWT sangat benci pada
orang-orang yang putus asa.
Dalam hal ini sangatlah penting bagi seorang penyuluhan untuk dapat
membantu seorang klien kepada jalan yang lebih baik lagi, agar klien dapat menatap
hari esok yang lebih baik. Hidup dengan ketenangan jasmani dan rohani, aman,
damai, dan saling menghargai.
Bimbingan dan penyuluhan atau penyuluhan adalah proses komunikasi yang
dilakukan oleh seorang klien (komunikator) dengan penyuluhan (komunikan) untuk
menyelesaikan suatu masalah guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Yang sangat
berpengaruhi dalam proses penyuluhan adalah adanya seorang penyuluhan, klien,
serta materi yang di dalamnya terdapat pesan-pesan.
Dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan yang perlu diingat oleh seorang
penyuluhan adalah ia harus memposisikan dirinya sama dengan klien (balance), agar seorang klien tidak canggung dan merasa dirinya ada yang peduli serta
memperhatikannya. Atau dengan kata lain seolah-olah seorang penyuluhan adalah
satu-satunya orang yang bisa membantu persoalan yang sedang dihadapinya. Karena
seorang penyuluhan merupakan tumpuan yang diharapkan dapat membantu
menyelesaikan masalahnya.
Saat penyuluhan berlangsung penting sekali bagi seorang penyuluhan untuk
menarik perhatian klien agar ia mau memberikan rasa kepercayaannya20. Jika
kepercayaan seorang klien sudah didapatkan oleh seorang penyuluhan, maka akan
terjadi proses penyuluhan yang komunikatif (feedback) dan daya tarik21 yang dapat memberikan kepercayaan mendalam dari seorang klien.22
Dalam bimbingan dan penyuluhan terdapat beberapa unsur yang harus
diperhatikan oleh para praktisi (penyuluhan), yang mana unsur-unsur itu harus
dipenuhi secara keseluruhan. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1.) Penyuluhan (penyuluh)
20
Kepercayaan yang dimaksud di sini yaitu adanya titik kesamaan dalam hal mental. 21
Yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah adanya titik poin kesamaan dalam hal apa saja sehingga tidak sulit dalam beradaptasi dengan seorang klien, baik dalam bakat, minat, karakteristik, serta apa saja yang dianggap positif.
22
Seorang penyuluhan harus bersikap profesional dan handal agar
seorang klien dapat menaruh harapan dalam penyelesaian masalahnya. Selain
itu, seorang penyuluhan juga harus mengetahui bagaimana karakteristik
seorang klien, agar seorang klien bisa merasa nyaman dan mengutarakan
permasalahannya tanpa ada rasa segan.
2.) Klien (tersuluh)
Klien dalam hal ini harus dapat menceritakan secara kronologis
masalah yang dihadapinya agar seorang penyuluhan dapat meneliti dan
mencari jalan keluar yang ideal terhadap permasalahan tersebut.
3.) Pesan (message)
Dalam konteks bimbingan dan penyuluhan Islam, pesan agama
merupakan hal yang sangat penting untuk disampaikan. Hal ini disebabkan
karena agama merupakan hal (kebutuhan) yang sangat fundamen dalam
kehidupan seluruh umat manusia (al-Bawarah ayat 185).
4.Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan
Dalam bimbingan dan penyuluhan terdapat beberapa prinsip yang penting
untuk diperhatikan oleh seorang penyuluhan, agar praktik bimbingan dan penyuluhan
yang dilakukan berjalan dengan baik dan benar. Dalam konteks pendidikan
prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu
prinsip-prinsip umum dan khusus sebagai berikut.
1.) Dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak lepas dari dasar
pendidikan keluarga pada umumnya dan pendidikan sekolah itu
sendiri pada khususnya.23
2.) Tidak terlepas dari fungsi pendidikan yang tertulis dalam Kitab
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
Bab 11 Pasal 3 yang berbunyi:
”Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan talenta peserta didik agar menjadi manusia didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, pandai, mandiri,dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab”.24
3.) Bimbingan dan penyuluhan diperuntukkan bagi semua individu,
baik anak-anak maupun orang dewasa.
4.) Bimbingan dan penyuluhan dapat dilaksanakan dengan cara:
a.) Prefentif; bertujuan untuk mencegah jangan sampai timbul
kesulitan-kesulitan yang menimpa klien.
b.) Kuratif; mencari sebab-sebab kesulitan pada klien,
kemudian memecahkannya.
c.) Preservatif; memelihara atau mempertahakan keadaan yang
sudah baik, agar jangan sampai berubah menjadi keadaan
yang kurang baik.
5.) Bimbingan dan penyuluhan bersifat kontinuitas (terus-menerus).
23
Dasar pendidikan di Indonesia tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 11 pasal 2 yang berbunyi: “Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”.
24
6.) Bimbingan dan penyuluhan harus memperlihatkan
perbedaan-perbedaan yang terdapat pada individu.
7.) Tiap-tiap aspek individu adalah hal yang sangat penting dalam
menentukan sikap dan tingkah laku.
8.) Klien yang dihadapi merupakan makhluk hidup yang bersifat
dinamis.
b. Prinsip-prinsip khusus dalam bimbingan dan penyuluhan
a.) Prinsip individu yang dibimbing, yaitu:25
1.) Service yang diberikan kepada semua siswa
2.) Service bimbingan harus diberikan secara terus-menerus 3.) Program berpusat pada siswa
4.) Harus ada bimbingan prioritas pada siswa
5.) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan pada klien
yang diberikan bimbingan.
b.) Prinsip yang berhubungan dengan penyuluhan
1.) Penyuluh didasarkan pada disiplin ilmu yang ia punya.
2.) Penyuluh dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan
dan tugasnya.
3.) Penyuluh harus menjaga dan menghormati kerahasiaan seorang
klien.
4.) Penyuluh hendaknya mempergunakan brebagai jenis data dan
teknis dalam melakukan tugasnya.
c. Prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi
bimbingan dan penyuluhan.26
25
1.) Harus ada kartu anggota bagi setiap siswa yang ikut bimbingan
2.) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah
yang bersangkutan.
3.) Pembagian tugas harus diatur sesuai dengan waktu yang telah
disediakan secara efektif dan efisien.
4.) Bimbingan harus dilakukan baik secara individu maupun kelompok
sesuai dengan yang diinginkan oleh klien dan telah ditetapkan oleh
petugas-petugas yang lain.
B. Siswa Bermasalah
1. Pengertian Siswa Bermasalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan siswa adalah
anak sekolah atau pelajar (terutama pada sekolah menengah atas).27 Maka dapat kita
asumsikan bersama bahwa siswa/i adalah anak peserta didik di lingkungan pendidikan
formal.
Hadari Nawawi menyatakan bahwa siswa adalah anak yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan formal, khususnya sekolah.28 Sementara anak didik adalah anak yang
belum dewasa, yang memerlukan usaha yang lain untuk menjadi dewasa, guna
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, umat manusia, warga negara, atau
sebagai individu.29
26
Slamet, “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi,” (Jakarta: Bima Aksara, 1988), Cet. Ke-1, h. 16.
27
Purwadinata, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Cet. Ke-13, h. 9.
28
Hadari Nawawi, “Organisasi dan Pengelolaan Sekolah,” (Jakarta: Gunung Agung, 1981), h. 128.
29
Masa remaja merupakan masa perkembangan atau disebut juga sebagai masa
puber. Di masa ini biasanya seseorang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan
cenderung egois, artinya ingin hidup bebas dan merasa dirinyalah yang paling benar
dan bertindak tanpa pukur panjang. Ia akan cenderung melakukan hal-hal yang ia suka
meskipun terkadang hal itu berbenturan dengan norma atau nilai yang berlaku di
masyarakat, agaman,dan negara, seperti: tauran, pacaran, mabuk dan sebagainya.
Di dalam dirinya, biasanya selalu tersirat keinginan berbuat heroik, romantis,
dan berkuasa. Jika hasrat dan perasaan ini tidak terkontror dengan baik, maka akan
berdampak pada prestasi yang menurun dan tingkah-laku yang devian. Apabila hal ini
tidak diantisipasi oleh sekolah, seorang siswa akan menjadi sangat berbahaya bagi
siswa lain dan sekolah. Bahanyanya bukan hanya berdampak pada sekolah, melainkan
keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Dan dasar dari semua ini menurut
Prof. DR. Zakiah Darajat adalah ketidakpuasan.30
Masalah di atas terlihat bahwa pada diri seorang siswa timbul perasaan yang
tidak enak, yang mengakibatkan timbulnya perasaan gelisah pada dirinya. Dengan
perasaan gelisah ini kadang-kadang siswa senang melakukan tindakan yang sifatnya
mengganggu ketentraman orang lain. Karena menurutnya dengan cara membuat onar
egonya akan merasa puas.
Siswa bermasalah mempunyai pengertian pelajar yang perbuatan melanggar
yang dilakukan oleh siswa, yang sifatnya melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan
30
menyalahi norma agama.31 Dari hal ini kemudian Colemon CS mengadakan
pengelompokan siswa bermasalah menjadi empat bagian, yaitu:32
1.) Kerusakan pada otak yang lemah pikir (Brain demage and mentally retarded delenguest).
2.) Neorotic and psyhotik delengents 3.) Psyhopatic delenguents
4.) Drug dependen delenguents
Kelompok yang pertama terdapat ciri-ciri aktif yang berlebihan, inpulsif,
emosi sangat labil, dan tidak mampu menahan diri. Kelompok kedua, perilaku yang
impulsif (tidak mampu mengerem dirinya). Hal ini mungkin disebabkan terlalu
banyak larang yang membelenggu dirinya sehingga seseorang tidak bisa menahan
dorongan rasa untuk berbuat masalah.
Dalam kelompok ketiga menunjukkan prilaku yang jelas sifatnya anti sosial,
inpulsif (tanpa pikir panjang) menyimpan rasa kebencian kepada masyarakat,
menonjolkan rasa penyesalan, suka mencuri uang walau pada dasarnya tidak
memerlukan, hubungan keakraban terganggu, kata hatinya tidak atau kurang
berfungsi. Sementara kelompok keempat adalah menunjukkan ketergantungan
terhadap narkotika, sering bertalian dengan kejahatan, dan merampok karena mereka
membutuhkan uang untuk memberli barang haram tersebut.
Tindakan siswa bermasalah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak biasa,
dalam berbicara dan berbuat. Siswa bermasalah sering melakukan pelanggaran seperti
31
Sudarsono, “Kenakalan Siswa,” (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 11. 32
yang dilakukan oleh remaja bermasalah, misalnya, berbohong, menyontek, bolos
sekolah, dan lain sebagainya. Hanya saja pelanggaran yang dilakukan siswa
bermasalah sifatnya lebih serius dan luas dari siswa yang tidak bermasalah.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa bermasalah yang
dimaksud di sini adalah peserta didik yang mempunyai masalah dan yang sering
melakukan pelanggaran-pelanggaran di dalam masa pertumbuhan, perkembangan, dan
perbuatan yang dilakukan siswa bertentangan dengan norma-norma, baik norma
agama, susila, serta norma yang berlaku di masyarakat yang dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain.
2. Faktor-faktor Penyebab Siswa Bermasalah
Pada dasarnya siswa bermasalah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal adalah faktor yang bersifat intern yang berasal dari dalam diri sendiri, baik dari dampak pertumbuhan dan perkembangan, maupun dari
jenis penyakit mental atau kejiwaan yang ada pada diri siswa tersebut.
Pendapat M. Arifin tentang siswa bermasalah yang berasal dari intern adalah cacat jasmani atau rohani akibat dari keturunan, pembawaan negatif yang
sulit dikendalikan serta mengarahkan pada perbuatan nakal atau masalah,
pemenuhan kebutuhan yang kurang terpenuhi, kontrol terhadap diri sendiri,
serta menilai sesuatu selalu dengan negatif, perasaan rendah diri dan
perasaan yang selalu tertekan.33
b. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri yang
bersangkutan, diantaranya:
33
1.) Faktor Keluarga
Keluarga adalah organisasi terkecil di dalam masyarakat, tetapi
mempunyai kedudukan yang primer dan fundamental.34 Sebab itu, keluarga
mempunyai peranan vital dalam mempengaruhi perilaku anak terutama
dalam tahap awal.
Menurut Agus Sujanto bahwa keluarga yang baik adalah kelurga yang
berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang
kurang baik adalah keluarga yang memberikan pengaruh negatif bagi
perkembangan anak. Karena itu, keluarga merupakan wilayah awal yang
menentukan perilaku anak, apakah anak akan menjadi baik atau
sebaliknya.35
Hal yang demikian sangat relevan dengan hadis Nabi yang artinya
”setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, dan majusi”.
2.) Faktor Sekolah
Dalam rangka pembinaan anak atau siswa ke arah yang lebih baik,
kadang-kandang sekolah dapat menjadi sebab timbulnya siswa bermasalah.
Hal ini terjadi karena sekolah sering tidak peduli terhadap siswa tersebut.
a.) Latar belakang remaja yang berbeda, tetapi dengan sistem
persekolahan yang memiliki pengaturan yang sama, mereka
dituntut untuk dapat berbaur dengan yang lainnya.
b.) Menurut Prof. DR. Zakiah Darajat pengaruh negatif yang
menangani langsung proses pendidikan antara lain kesulitan
ekonomi yang dialami pendidik dapat mengurangi perhatian
34
Bambang Mulyono, “Kenakalan Remaja,” (Yogyakarta: Andi Offset, 1986), Cet. Ke-1. h. 40.
35
terhadap anak didiknya, misal: pendidik sering tidak masuk yang
mengakibatkan siswa terlantar, bahkan sering adanya perlakuan
guru yang kurang adil, hukuman yang kurang menunjang
tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang tidak
putus-putusnya, serta disiplin yang terlalu ketat, disharmonis antara
guru dan siswa, serta kurangnya belajar di rumah.
c.) Hal tersebut juga sering terjadi karena adanya impotensi dalam
pendidikan yang disebabkan oleh komunikasi anti dialog,
penggunaan metode pengajaran yang dapat mematikan kreativitas
siswa.
3.) Faktor Masyarakat
Dadang Hawari Mengatakan bahwa masyarakat juga bisa menjadi
faktor utama juga. Keadaan masyarakat yang bermasalah dan lingkungan
yang kurang baik merupakan faktor penyebab siswa berbuat menyimpang.
Faktor ini dikelompokan Dadang Hawari menjadi dua kelompok, yaitu:36
1.) Faktor kerawanan masyarakat (lingkungan) antara lain, tempat
tinggal, hiburan yang buka terlalu malam, peredaran obat-obatan
terlarang, pengangguran yang semakin meningkat dan anak-anak
yang putus sekolah.
2.) Daerah rawan (gangguan kamtibnas) antara lain: penyalahgunaan
alkohol, narkotika dan zat adaktif lainnya, tawuran, kebut-kebutan,
pencurian dan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan,
pengrusakan, dan lainnya.
36
Sedangkan menurut Sudarsono pengaruh yang dominan dari
masyarakat sebagai pendukung siswa bermasalah adalah perubahan sosial
yang ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang sering menimbulkan
ketegangan seperti persaingan ekonomi, pengangguran, media massa, dan
fasilitas rekreasi.37
3. Usaha-Usaha Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah
Penanganan terhadap siswa bermasalah hendaknya dilakukan oleh tiga kutub
dan bermuara pada satu kutub, yaitu kondisi yang sehat dan kondusif yang
memungkinkan siswa atau anak dapat berkembang baik secara fisik maupun mental.
Adapun cara menanggulanginya sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang
kriminolog, Soejono Dirjo Siswono, SH yang dikutip oleh Sudarsono dalam bukunya
yang berjudul ”Kenakalan Remaja” mengemukakan bahwa asas umum dalam penanggulangan kejahatan yang banyak dipakai oelh negara-negara maju yaitu:
1.) Cara moralitas, dilaksanakan dengan cara penyebaran agama dan moral.
2.) Cara abolisionistis, berusaha memberantas, menanggulangi kejahatan
dengan sebab musababnya, misalkan bahwa faktor ekonomi atau
kemiskinan merupakan penyebab kejahatan, maka usaha untuk mencapai
tujuan dalam mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi
merupakan cara abolisionistis.
Banyak cara dalam mengatasi siswa bermasalah baik secara preventif, kuratif,
dan rehabilitas. Pendekatan preventif terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.) Usaha Dari Rumah Tangga
37
Menciptakan rumah tangga yang harmonis memang sulit apalagi
menciptakan keluarga yang agamis, maka dari situlah langkah awal
bahwa sesuatu pasti berangkat dari nilai-nilai rumah itu sendiri.
b.) Usaha Sekolah
Sarana dan prasarana sekolah harus memadai, kuantiítas dan koalitas
guru yang memadai, mengembalikan wibawa seorang guru dan yang
terpenting yaitu kesejahteraan guru pun harus diperhatikan. Dan
penting juga memberikan pendidikan mental siswa agar siswa dapat
berkembang mentalnya secara sehat.
c.) Lingkungan Masyarakat
Mengenai lingkungan masyarakat ini dapat tidaknya membantu suatu
kelompok yang baik atau tidak sangat tergantung oleh usaha orang
dewasa memberikan perhatian dengan membina para remajanya.
Diantaranya biasanya yang sangat berperan penting disini adalah tokoh
remaja dan para penyuluh agama atau para ustadz.
Mengarahkan dan memberikan contoh yang baik kepada para remaja
akan menghasilkan suatu generasi penerus harapan bangsa, orang
tuanya, dan masyarakat luas.
Menurut Dadang Hawari dibutuhkan langkah-langkah kongkrit oleh
masyarakat, yaitu mampu menciptakan kondisi lingkungan hidup yang
sehat, bebas dari rasa takut, aman dan tentram, bebas dari rasa segala
bentuk kerawanan sebagaimana yang tertera pada pengaruh lingkungan
masyarakat terhadap timbulnya permasalahan.38
38
BAB III
Gambaran Umum Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor
A. Sejarah berdirinya SMA Islam Terpadu Al-Madinah Bogor
Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor, adalah suatu
sekolah pendidikan lanjutan tingkat atas yang memiliki ciri khas, yaitu menciptakan
generasi yang cerdas, berpola pikir maju, berlandaskan etika dan moral Islam, percaya
diri, mandiri yang bertakwa terhadap Allah SWT.
SMA Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor, berdiri sejak tahun 2004 hingga
sekarang, dengan status terakreditasi A, dengan izin operasional No. 42.1/3304
disdik/2005. Berdiri di atas bangunan kokoh, memiliki empat ruang kelas, dan
dibimbing oleh 22 orang tenaga pendidik yang profesional dan memiliki riwayat
pendidikan dan pekerjaan yang berkualifikasi baik.39
Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor, didirikan dalam rangka
membantu pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan serta turut
membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan bagi para pendidik profesional.
Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor,
dimulai dari hari Senin hingga Jumat, dan pada hari Sabtu diisi dengan kegiatan
ekstrakulikuler yang tujuannya membekali para siswa/i suatu keterampilan yang
berguna untuk kemudian diterapkan pada diri mereka sendiri dan disalurkan kepada
masyarakat luas.
B. Profil Sekolah
39
Nama Sekolah : SMA Islam Terpadu Al-Madinah
Kepala Sekolah : Drs. Waris Hadi
Propinsi : Jawa Barat
Otonomi Daerah : Kabupaten Bogor
Kecamatan : Cibinong
Desa/Kelurahan : Sukahati
Jalan dan Nomor : Jl. Sukahati No. 36
Kode Pos : 16913
Telepon : (021) 7087 7931
Daerah : Perkotaan
Status Sekolah : Swasta (Terakreditasi A)
Surat Keputusan/SK : 42.1/3024 Disdik/2005
Tahun Berdiri : 2004
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
Jarak ke Pusat Kecamatan : 4,2 Km
Jarak ke Pusat Otoda : 4,2 Km
Terletak Pada Lintasan : Kabupaten
C. Struktur Organisasi
Setiap lembaga maupun instansi-instansi, baik swasta maupun negeri, pasti
memiliki struktur lembaga yang jelas. Struktur ini dibuat agar dalam memobilisasi
lembaga atau instansi tersebut tidak terjadi benturan atau peran ganda. Karena tugas
mereka semua sudah diatur di dalam struktur yang telah dibuat. Demikian juga
dengan SMA IT Al-Madinah, Bogor, mereka membuat struktur sebagai berikut:
Keterangan:
: Garis Komando
--- : Garis Koordinasi D. Visi dan Misi
Visi dan Misi Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah adalah sebagai berukut:
Guru Bidang Studi Kabid Pendidikan
Nafriyan Askar, S.Pd.I
Kepala Sekolah
Rochmat Wahyudi,
Wakasek Kurikulum
Ahmad Wahyudi, S.Pd.I
Wakasek Kesiswaan
Heru Dayatullah, S.Fil.I
Guru BK
Heru Dayatullah, S.Fil.I
a. Membentuk cendekiawan Muslim yang mempunyai keseimbangan
antara ilmu pengerahuan dan teknologi (IPTEK) serta iman dan taqwa
(IMTAQ).
b. Mencetak murid yang cerdas, kreatif, terampil, dan berakhlaq mulia
ditunjang dengan jasmani dan rohani yang sehat, berpikir maju serta
memiliki kepribadian yang kuat.
E. Fasilitas
a. Bangunan ± 5.000 M2 dengan 45 Lokal.
b. Masjid dengan kapasitas 1.200 jama’ah.
c. Lapangan Olah Raga Yang Terdiri Dari; Sepak Bola, Basket, dan lain-lain.
d. Kolam Renang.
e. Area Kebun Siswa, Area Perikanan, dan Area Peternakan.
f. Out Bond
g. Laboratorium Komputer
h. Laboratorium IPA
i. Laboratorium Bahasa
j. Perpustakaan
k. Ruang Kelas dengan fasilitas Music Room
l. Kamtin Sekolah
m. Antar Jemput
n. Keamanan 24 Jam
o. Dan lain-lain
a. Renang
b. Sepak Bola
c. Taekwondo
d. Basket
e. Pramuka
f. PMR (Palang Merah Remaja)
g. BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an)
h. Kaligrafi
i. Menggambar
j. Mewarnai
k. Band
l. Drum Band
m. Bahasa Inggris
n. Sempoa
o. Bimbel (Bimbingan Belajar)
p. KIR (Kegiatan Ilmiah Remaja)
q. Bahasa Arab
r. Bahasa Jepang
G. Sturktur dan Muatan Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan di Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah adalah
kurikulum Iptaq, yaitu kurikulum yang menggabungkan Kurikulum Diknas (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) dengan Kurikulum Pesantren (Iman dan Taqwa). Ciri
a. Beban mata pelajaran eksak lebih banyak dan lebih padat.
b. Beban mata pelajaran agama lebih banyak dan lebih dinamis.
c. Menerapkan tiga bahasa sebagai bahasa percakapan sehari-hari; Bahasa
Indonesia, Inggris, dan Arab:
- Monday and Wednesday, English Day.
- Tuesday and Thursday, Arabic Day.
- Friday and Saturday, Indonesian Day.
d. Menerapkan metode pelajaran praktik utuk menggali kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik melalui kebun siswa.
e. Sebelum kegiatan belajar mengajar, selalu dimulai dengan Shalat Dhuha
bersama-sama dan diakhiri dengan Shalat Ashar berjamaah.
f. Setiap bulan selalu diadakan pengajian bulanan, wajib diikuti oleh seluruh
orangtua siswa, siswa, dewan guru dan staf yayasan.
No Keterangan Diknas Al-Madinah
1 Pendidikan Agama 2 Jam 2 Jam
2 PKN 2 Jam 2 Jam
3 Bahasa Indonesia 4 Jam 4 Jam
4 Bahasa Inggris 4 Jam 4 Jam
5 Matematika 4 Jam 4 Jam
6 IPA 4 Jam 4 Jam
7 IPS 4 Jam 4 Jam
8 Seni Budaya 2 Jam 2 Jam
9 Pendidikan Jasmani 2 Jam 2 Jam
11 Bahasa Sunda 2 Jam 2 Jam
12 Eglish Conversation - 2 Jam
13 Arabic Conversation - 2 Jam
14 Bahasa Arab - 2 Jam
15 Al-Qur’an dan Tahfibz - 2 Jam
16 Teknologi Pertanian - 2 Jam
Total Jam 30 Jam 40 Jam
Tebel Kurikulum. 1
1. Struktur Kurikulum
Mengacu pada Permendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 tentang standar
Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan ketentuan pelaksanaannya diatur daerah Propinsi
Jawa Barat tentang muatan lokal wajib serta dengan mempertimbangkan tuntutan
kecakapan hidup dan kebutuhan masyarakat yang bersifat agamis dan sesuai dengan
kemampuan sekolah, maka SMA Islam Terpadu Al-Madinah memutuskan untuk
menerapkan Kurikulum Terpadu Satuan Pengajaran (KTSP) baru pada kelas X,
sementara kelas XI-IPS, XII-IPS, dan XII-IPA masih tetap menggunakan kurikulum
2004 (KBK). Adapun struktur kurikulum untuk kelas X tersebut adalah sebagai
berukut:
Kelas Mata Pelajaran
X XI-S(* XII-S(* XII-A(*
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
4. Bahasa Inggris 4 4 4 4
5. Matematika 4 4 4 4
6. Fisika 2 - - 4
7. Biologi 2 - - 4
8. Kimia 2 - - 4
9. Ekonomi 2 4 4 -
10. Sosiologi 2 3 3 -
11. Geografi 1 3 3 1
12. Sejarah 1 3 3 1
13. Seni Budaya 2 2 2 2
14. Pendidikan Jasmani 2 2 2 2
15. TIK 2 2 2 2
16. Bahasa Jepang 2 2 2 2
17. Muatan Lokal:
a. Bahasa Sunda
b. Bahasa Arab
c. Al-Qur’an dan Tahfidz
2
1
1
-
1
1
-
1
1
-
1
1
18. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
[image:49.612.102.496.64.570.2]Jumlah 40 39 39 40
Tabel Kurikulum. 2
Keterangan:
(* Untuk kelas XI-S, XII-A, XII-S KTSP belum terlaksana
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (di luar jam)
a. Mata pelajaran
Mata pelajaran Wajib:
1. Kelas X
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Sosiologi,
Geografi, Sejarah, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.
2. Kelas XI-IPS
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.
3. Kelas XII-IPS
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.
4. Kelas XII-IPA
Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Geografi, Sejarah, Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.
5. Muatan Lokal
Muatan Lokal terdiri atas mata pelajaran Bahasa Sunda, Bahasa Arab,
Al-Qur’an dan Tahfidz, serta pengembangan diri.
b. Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan Pengembangan Diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondi