• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode bimbingan dan penyuluhan dalam menangani siswa/bermasalah di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode bimbingan dan penyuluhan dalam menangani siswa/bermasalah di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DALAM

MENANGANI SISWA/I BERMASALAH DI SEKOLAH MENENGAH

ATAS ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Disusun Oleh :

HUSNI MUBAROK NIM: 103052028661

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DALAM

MENANGANI SISWA/I BERMASALAH DI SEKOLAH MENENGAH

ATAS ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

HUSNI MUBAROK NIM: 103052028661

Pembimbing,

Prof. DR. Ismah Salman, M. Hum

NIP. 150 096 770

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Husni Mubarok

NIM : 103052028661

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (DEP

KUM dan HAM RI)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul: METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN M.A ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR DALAM MENANGANI SISWA BERMASALAH adalah benar karya asli saya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya sepenuhnya menjadi

tanggung jawab saya yang dapat berakibat gelar kesarjanaan saya dibatalkan.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 30 Mei

2009

Husni

Mubarok

(4)

Abstrak

Judul : Metode Bimbingan dan Penyuluhan DAlam Menangani Siswa/i BermasAlah di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor

Penyusun : Husni Mubarok

Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam NIM : 103052028661

Sekolah merupakan miniatur masyarakat yang menampung bermacam-macam siswa/i dengan latar belakang kepribadian berbeda, heterogen. DAlam keheterogenannya di antara mereka ada yang pintar, ada yang bodoh, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang patuh, ada yang membangkang, dan sebagainya. Selain perbedaan latar belakang individu di atas, maka ada pula di antara mereka yang dikategorikan sebagai siswa/i bermasAlah. KenakAlan remaja (Juvenile Delinquence) adAlah merujuk kepada perbuatan dan aktivitas remaja yang berlawanan dengan norma-norma masyarakat, undang-undang negara dan agama, dAlam konteks ini peraturan sekolah seperti bolos sekolah, membuat gaduh, tawuran, dan seumpamanya. Berdasarkan konteks permasAlah di atas, maka penulis akan meneliti sAlah satu sekolah yang berlatar belakang Islam di Bogor, Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah. DAlam skripsi ini penulis akan coba menelaah masAlah apa yang sering terjadi pada siswa/i bermasAlah di SMAIT Al-Madinah, Bogor, dan apa faktornya? Metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan oleh sekolah SMAIT Al-Madinah, Bogor dAlam menangani siswa/i bermasAlah? Apa faktor penghambat dan pendukung metode bimbingan dan penyuluhan di SMAIT Al-Madinah, Bogor?

Setelah penulis melakukan penelitian di lapangan persoAlan di sekolah SMAIT Al-Madinah, Bogor semua permasAlah yang penulis rumuskan terjawab. MasAlah yang sering terjadi di SMAIT Al-Madinah, Bogor adAlah puberitas seperti: pacaran, ketakutan, ragu-ragu, manja, dan emosionAl. PersoAlan ini tentunya tidak datang begitu saja ada faktor yang melatarbelakangi. Menurut ilmu psikologi, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa/i berasAlah, yaitu: faktor keluarga, faktor peribadi yang kotor, faktor sekolah, dan faktor persekitaran. Untuk siswa/i di SMAIT Al-Madinah, Bogor faktor dominan yang mempengaruhi kenakAlan siswa/i adAlah rumah. SMAIT Al-Madinah, Bogor menggunakan metode bimbingan dan penyuluhan psikoanAlisa dan transpersonAl dAlam menangani siswa/i bermasAlah. Selain metode tersebut, agama juga menjadi sAlah satu metode yang diterapkan oleh SMAIT Al-Madinah, Bogor meski sarana dan prasarana menjadi faktor penghambat dan pendukung dAlam penerapan metode tersebut.

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, sudah selayaknya penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dialah yang memberi petunjuk kepada

orang-orang yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan orang-orang yang mengingkari

kebenaran. Alhamdulillah, dengan restu dan ijin-Nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Untaian shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita,

suri tauladan umat yang sejati, pemimpin yang abadi, pemimpin dunia dan akhirat,

Nabi Muhammad SAW.

Berkenaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah berjasa kepada penulis, baik secara materi

maupun non-materi, yaitu:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat, beserta

para pembantu rektor. Walaupun tidak mengenal satu sama lain, tidak

mengurangi rasa hormat dan terima kasih.

2. Bapak Dr. Murodi, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Arif Subhan, MA selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA,

selaku Pudek II, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, selaku Pudek III.

4. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

sekaligus penguji II skripsi ini, yang telah mengarahkan saya dalam perbaikan

skripsi ini.

5. Ibu Dra. Nasihah, M.A, Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

(6)

6. Untuk semua dosen yang telah mengajari dan membimbingku selama belajar di

kampus tercinta ini, terutama Ibu Prof. DR. Isma Salman, M. Hum yang telah

sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Untuk orang tua tercinta, ayahanda H. Muchamad Amin dan Ibu Umi Sumiati

terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanannya selama ini, dengan

dukunganmu akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Abang Darojatul

Aliyah dan Adik tersayang Siti Marwati yang selalu memberi dukungan dan

dorongan penulis untuk selalu menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua staf dan guru Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu al-Madinah, Bogor,

terutama Bapak Heru Dayatullah, S. Fil. I selaku guru BP yang telah banyak

membantu berikan data yang dibutuhkan penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat BPI, terutama Taher, Hasyim, Dinay, Samsul, Ubay, Pijaro, Eca,

Lisa, Fina, Abel, Maul, Jaya dan semua teman-teman civitas akademica UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu persatu, “thanks for

all”. Ketua Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A NARKOTIKA (KALAPAS)

Jakarta, Bapak Drs. Ibnu Choldun, Bc, IP, SH, M. Si.

10. Kepala Keamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka-KPLP), Bapak Heru Yuswanto,

Amd. IP, S. Sos, M.Si.

11. Rekan-rekan WASRIK, RUPORT, RUPAM, II dan IV LAPAS NARKOTIKA

Jakarta.Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga semua pihak yang telah

memberi perhatian dan membantu kelancaran studi penulis, mendapatkan balasan

yang setimpal dari Allah SWT, Amin.

Jakarta, 30 Mei 2009

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II LANDASAN TEORI... 13

A. Bimbingan dan Penyuluhan ... 13

1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan... 14

2. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan ... 18

3. Unsur-unsur Bimbingan dan Penyuluhan ... 21

4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan ... 23

B. Siswa Bermasalah ... 26

1. Pengertian Siswa Bermasalah ... 26

2. Faktor-faktor Penyebab Siswa Bermasalah ... 29

3. Usaha-usaha dalam Mengatasi Siswa Bermasalah... 32

(8)

A. Sejarah Berdiri SMA Al-Madinah ... 35

B. Profil Sekolah ... 36

C. Struktur Organisasi... 36

D. Visi dan Misi ... 38

E. Fasilitas ... 38

F. Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah/Pengembangan Diri ... 39

G. Struktur dan Muatan Kurikulum ... 40

BAB IV METODE BIMBINGAN DAN PENYULUHAN M.A ISLAM TERPADU AL-MADINAH, BOGOR DALAM MENANGANI SISWA BERMASALAH ... 50

A. Temuan ... 50

1. Masalah Kenakalan Siswa/i di SMAIT al-Madinah, Bogor... 50

2. Faktor Kenakalan Siswa/i M.A Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor ... 58

3. Metode Bimbingan dan Penyuluhan SMAIT al-Madinah, Bogor Terhadap Siswa/i Bermasalah ... 62

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Bimbingan dan Penyuluhan SMAIT al-Madinah, Bogor... 68

B. Analisa Temuan ... 70

BAB V PENUTUP... 77

A. Kesimpulan ... 77

(9)

DAFTAR PUSTAKA... 80

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Struktur Organisasi ... 36

2. Tabel Sturktur dan Muatan Kurikulum... 39

3. Struktur Kurikulum... 41

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja (baca: siswa/i)1 adalah suatu periode dalam kehidupan

manusia yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Suatu masa di saat seseorang harus banyak belajar mengenai berbagai segi

kehidupan. Pengalaman dan penghayatan seseorang mengenai dirinya sendiri,

lingkungan fisik-sosial-budaya di sekitarnya, selama masa remaja ternyata

merupakan elemen kepribadian yang cukup mendasar dan sangat menentukan

perilakunya kelak bila ia telah dewasa.

Menginjak masa remaja terlihat terjadi perubahan-perubahan pada tubuh

seorang anak. Perubahan bentuk ini dibarengi dengan perubahan struktur dan

kemudian perubahan fungsi. Masa remaja merupakan fase di mana seseorang

memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba, dan

diakui eksistensinya di masyarakat. Sehingga mereka sering kali melakukan

eksperimen dengan apa yang mereka rasa itu penting bagi dirinya walaupun hal

tersebut terkadang bertentangan dengan norma umum yang berlaku.

Perubahan dan perkembangan itu sering menimbulkan kegoncangan dalam

dirinya. Dalam pergaulan sehari-hari ia tidak lagi diterima dalam dunia anak-anak.

Di pihak lain ia juga belum diakui sebagai anggota masyarakat dewasa. Di

saat-saat demikian diperlukan bimbingan dan arahan yang bijaksana dari para orang

1

(12)

tua dan guru, agar para remaja tidak canggung, tidak merasa ketakutan dan cemas

untuk menjalani pengalaman baru dalam kehidupannya yang penuh dengan

hal-hal yang masih asing baginya. Terutama kehidupan yang sifatnya merusak. Sebab

remaja merupakan harapan masyarakat, agama dan negara di masa depan sebagai

generasi penerus perjuangan.

Di antara persoalan remaja yang sering kali muncul pada usia-usia tertentu

adalah masalah yang datang dari berbagai faktor, baik dari keluarga (tertekan

karena banyak aturan yang mengusik kebebasannya), lingkungan (berteman

dengan teman yang kurang baik), maupun dari sekolah tempat mereka dididik

(melanggar norma yang ditetapkan sekolah karena ingin tampil beda), sehingga

hal ini membuat perkembangan diri mereka terganggu.

Para orang tua atau guru tentu akan merasa direpotkan dengan sikap sang

anak yang selalu membuat ulah. Seorang siswa/i yang selalu membuat masalah

dalam lingkungan sekolah misalnya, di mana tindakannya tersebut dapat

berdampak buruk pada nama baik keluarga dan almamater sekolahnya sendiri. Hal

ini bisaanya disebabkan seorang siswa/i atau anak didik yang selalu mewarnai

kehidupannya dengan gaya hedonisme, mencari kesenangan sendiri, tindakan

yang tidak dipikirkan dengan baik akibatnya, serta perhatian orang-orang

disekitarnya. Terkadang persoalan ini juga disebabkan karena kurangnya kontrol

dan bimbingan orang tua atau guru kepada sang anak.

Masalah yang dibuat oleh seorang siswa/i bisaanya direfleksikan lewat

tingkah laku dan sikap yang kurang sopan, kasar, menentang, tidak suka melihat

orang senang, serta membantah perintah tertentu, dan cenderung berbuat sesuatu

sesuai kehendak hatinya. Seorang siswa/i yang bermasalah sangat berhubungan

(13)

seorang siswa/i tetap merasa gelisah sekalipun segenap keinginannya telah

terpenuhi atau terus berusaha menyampaikan keinginan yang lain. Masalah

seorang siswa/i kadang terjadi secara wajar dan kadang terjadi secara tidak wajar.

Siswa/i yang ada di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu2 Al-Madinah,

Bogor merupakan sekumpulan remaja heterogen yang memiliki kehidupan sangat

dinamis dan penuh dengan gejolak berikut permasalahan yang dihadapinya

masing-masing. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa

remaja, di mana masa remaja merupakan masa ingin tahu seseorang sangat besar

dan labil.3 Pada masa inilah seorang remaja banyak mengalami berbagai

persoalan, baik problem fisik, psikis, maupun sosial. Bisaanya masa

perkembangan ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan,

bukan saja bagi remaja sendiri, melainkan juga bagi orang tua, guru, dan

masyarakat.4

Ketika siswa/i tersebut mengalami masa perkembangan dan pertumbuhan

yang dalam prosesnya mengalami interaksi, saling mempengaruhi antara

kemampuan dasar berupa pembawaan dengan kemampuan yang diperoleh, yaitu

kemampuan hasil berlajar atau pengaruh lingkungan. H.M. Arifin menegaskan

bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup

manusia adalah kemampuan dasar dan ajar.5

Masa remaja memang merupakan masa yang sangat indah. Karena masa

ini merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak

menuju kedewasaan, yang dituntut segala sesuatu dapat dijalankannya dengan

2

Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Selanjutnya akan disingkat SMAIT. 3

Masa remaja ini biasanya sering juga disebut oleh masyarakat sebagai masa puber. 4

Muhibbib, Syah, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-6, h. 51-52.

5

(14)

cara arif dan bijaksana.6 Untuk melakukan hal tersebut tentunya sebagai pijakan

awal mereka adalah bercermin pada lingkungan, terutama lingkungan

keluarganya. Karena rumah merupakan al-madrasatu al-ula, dan orang tua merupakan guru pertama yang diharapkan dapat membimbing mereka.

Di zaman sekarang ini seringkali kita temukan kalau pendidikan seorang

anak diserahkan kepada seorang pembantu. Inilah kemudian yang menjadi salah

satu penyebab mengapa seorang anak memiliki karakteristik berbeda dengan

orang tuanya. Dan ini juga merupakan pola pendidikan yang kurang diperhatikan

orang tua kepada anaknya. Karena itu jangan heran jika dalam perkembangannya

seorang anak tumbuh tidak sesuai dengan harapan.

Institusi-institusi pendidikan (baik yang formal maupun non formal)

hendaknya dapat menghubungkan antara pendidikan dan pengajaran yang

membina mental para siswa/i agar mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang

sehat7 dan tidak mudah goyah oleh usaha-usaha pengaruh yang kurang baik dari

luar dirinya.

Untuk itu, dalam hal ini, para penyuluh dan pembimbing harus mempunyai

metode yang efektif dan menjadi teladan yang baik bagi mereka. Sebab, tanpa

adanya keteladanan mereka semua tidak akan mungkin dapat meniru dan

membedakan mana sesuatu yang baik dan mana sesuatu yang buruk dalam

lingkungan sekolahnya.

Pentingnya bimbingan dan penyuluhan bagi siswa/i adalah agar dapat

menekan pengaruh kelakuan-kelakuan yang tidak baik baginya, serta menolong

meluruskan siswa/i yang memiliki gejala-gejala moral yang kurang berkenan di

hati masyarakat, orang tua, dan lingkungannya. Pada dasarnya unsur yang

6

Zakiah Derajat, “Ilmu Jiwa dan Agama,” (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), h. 69. 7

(15)

terpenting dalam menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai

agama, moral, dan sosial yang diperolehnya. Jika dari masa kecil mereka sudah

dapat pemahaman tentang nilai-nilai tersebut, maka kepribadian mereka akan

memancarkan atau menunjukkan tingkah-laku yang baik. Pada usia perkembangan

dan pertumbuhan, agama misalnya, akan menjadi pakem mereka dalam

melakukan suatu tindakan jika diajarkan secara intensif mulai sejak dini.

Ahli jiwa membuktikan bahwa salah satu akibat terjadinya gangguan jiwa

adalah ketidakberhasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya, hal ini akan

menyebabkan timbulnya perasaan gelisah dan terganggunya kestabilan emosi

seseorang.8 Karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memberikan

bimbingan yang intensif (rohani dan jasmani) agar aspek jiwa siswa/i kokoh dan

istiqomah.

Remaja seringkali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas

perkembangannya sebagai seorang remaja. Jarang kita temukan remaja yang

berkembang mulus tanpa kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut timbul antara lain

karena remaja sendiri tidak memahami betul berbagai perubahan yang terjadi

dalam dirinya, baik perubahan yang menyangkut segi kebutuhan maupun segi

sosial kejiwaan. Bagi kebanyakan remaja, pencarian jati diri merupakan kegiatan

yang panjang dan serius, sekalipun tidak semua remaja akhirnya dapat

menemukan suatu cita diri yang benar, tepat, dan sehat.

Melihat fenomena yang terjadi di atas, maka diperlukan metode bimbingan

dan penyuluhan yang tepat terhadap siswa/i yang mempunyai masalah. Kalau kita

menganalogikan sosok individu sebagai kertas putih yang kosong (seperti yang

dikatakan oleh John Lock tentang teori Tabula Rasa-nya), maka individu maupun

8

(16)

kelompok yang ingin mencoretnya haruslah mereka yang memiliki kepribadian

yang lurus dan baik. Dalam urusan bimbingan dan pengarahan memang yang

memiliki peran utama adalah orang tua, tetapi dalam konteks pendidikan, maka

sekolah pun memiliki peranan penting yang sama.

Setiap sekolah memang menerapkan metode bimbingan yang

berbeda-beda. Hanya saja, jangan sampai unsur agama mereka lupa terapkan agar

pertumbuhan mental dan spiritual seorang siswa/i bisa lebih baik lagi. Oleh karena

itu, sangatlah penting menerapkan nilai-nilai agama dalam bimbingan dan

penyuluhan di dunia pendidikan, agar pada siswa/i dapat tumbuh dengan sehat dan

seimbang.

Maka atas dasar itulah penulis tertarik untuk membahas persoalan ini

secara mendalam di SMAIT Al-Madinah dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Metode Bimbingan dan Penyuluhan Dalam Menangani Siswa/i Bermasalah

Di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penulisan skripsi ini dapat memperjelas permasalahan-permasalahan

yang dibahas, maka perlu adanya pembatasan dan perumusan masalah untuk lebih

mengarah pada titik poin yang diharapkan. Untuk itu, penulis hanya membatasi

masalah pada metode bimbingan dan penyuluhan yang digunakan dalam

menangani siswa/i bermasalah di SMAIT Al-Madinah, Bogor.

Berdasarkan batasan dan perumusan di atas, maka penulis dapat

merumuskan permasalahan-permasalahan di atas sebagai berikut:

1. Masalah apa yang sering terjadi pada siswa/i bermasalah di SMAIT

(17)

2. Metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan oleh sekolah SMAIT

Al-Madinah, Bogor, dalam menangani siswa/i bermasalah?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung metode bimbingan dan penyuluhan di

SMAIT al-Madinah, Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan di SMAIT Al-Madinah, Bogor, terhadap siswa/i

bermasalah, selanjutnya akan digambarkan secara spesifik sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan

SMAIT Al-Madinah, Bogor, dalam menangani siswa/i bermasalah di

sekolah tersebut.

b. Untuk mengetahui pendekatan apa saja yang digunakan dalam menangani

anak bermasalah.

2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitan ini bisa memberikan manfaat yang besar

kepada penulis khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. Harapan penulis

tersebut secara terperinci adalah:

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan penambah wawasan

bagi penulis dalam disiplin ilmunya, dan bagi lembaga-lembaga yang

terkait.

b. Semua ini diharapkan bisa memberikan kontribusi yang positif bagi

pihak sekolah SMAIT Al-Madinah, Bogor, dalam aktivitasnya

(18)

D. Metodologi

Metodologi penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam

sebuah penelitian. Karena sukses tidaknya penelitian tersebut tergantung pada

metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu

penelitian yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah dalam

skripsi ini. Sedangkan teknik penulisan deskriptif analisis, yaitu memberikan

gambaran terhadap subjek dan objek penelitian secara apa adanya. Bentuk

penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), di mana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang

dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.

1. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.9 Sumber data

adalah mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama adalah Pak Heru (Guru BP),

para staf dan karyawan SMAIT Al-Madinah, Bogor.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah SMAIT Al-Madinah, Bogor.

2. Dasar Penetapan Lokasi

Lokasi penelitian ini bertempat di SMAIT Al-Madinah, Bogor. Karena

jarak lokasi mudah ditempuh dari rumah penulis.

9

(19)

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dimulai awal bulan April hingga Juli 2008, dari

mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan

secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).

4. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data 1.) Teknik Pengumpulan Data

Interview

Merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang

beberapa jenis data.10 Dalam penelitian ini penulis langsung

mewawancarai Pak Heru (Guru BP) SMAIT Al-Madinah, Bogor.

• Dokumentasi

Data diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan

formal, literatur, majalah, koran, dan catatan lain yang ada kaitannya

dengan penelitian ini.

• Observasi

Yaitu penulis langsung mendatangi SMAIT Al-Madinah,

Bogor, guna memperoleh data yang valid tentang hal-hal yang menjadi

objek penelitian.

2.) Teknik Analisa Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dan

diinterpretasikan. Adapun metode yang penulis gunakan dalam

menganalisa data adalah depskriptif analitik, maksudnya adalah cara

melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran

10

(20)

mengenai data yang terkumpul secara apa adanya untuk kemudian

disimpulkan.

Penulisan skripsi ini mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan” skripsi, tesis, dan disertasi edisi terbaru terbitan UIN Press tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan pada metode yang

digunakan oleh Sekolah Menegah Atas Islam Terpadu Al- Madinah, Bogor. Studi

lapangan (field research) skripsi ini didukung oleh berbagai buku referensi yang relevan dengan judulnya, misalnya: Zakiah Derajat, “Ilmu Jiwa dan Agama” , Dalyono, “Psikologi Pendidikan”, Bambang, “Kenakalan Remaja”, dan lainnya. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menyelesaikan kualiah strata satu (S1) dan

mengetahui metode bimbingan dan penyuluhan apa yang digunakan oleh Sekolah

Menegah Atas Islam Terpadu Al-Madinah (SMAIT), Bogor. Selain itu, judul

skripsi ini penulis angkat karena belum ada mahasiswa jurusan Bimbingan

Penyuluhan Islam (BPI) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang mengangkat judul

seperti ini.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara global tentang penulisan ini, maka sistematika

penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

(21)

BAB II : Berisi landasan teori yang terdiri dari; Pertama, teori bimbingan dan

penyuluhan (Pengertian, Tujuan, Unsur-Unsur, serta Prinsip

Bimbingan dan Konseling). Kedua, Siswa Bermasalah (Pengertian,

Faktor Penyebab, dan Usaha Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah).

BAB III : Gambaran umum SMAIT Al- Madinah, Bogor, yang berisi Sejarah

Berdiri SMA Al-Madinah, Profil Sekolah, Struktur OrganisasiVisi

dan Misi, Fasilitas, Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah/Pengembangan

Diri, Struktur dan Muatan Kurikulum.

BAB IV : Temuan (Masalah Kenakalan Siswa/i di SMAIT Al-Madinah, Bogor,

Faktor Kenakalan Siswa/i SMAIT Al-Madinah, Bogor, Metode

Bimbingan dan Penyuluhan SMAIT Al- Madinah Bogor, Faktor

Pendukung dan Penghambat, dan Analisa Temuan.

(22)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bimbingan dan Penyuluhan

Sebelum membahas secara mendalam apa yang dimaksud dengan bimbingan

dan penyuluhan tentunya harus diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan

bimbingan dan penyuluhan itu sendiri, guna mempermudah kita memahaminya.

Di setiap ranah kehidupan sehari-hari, baik disadari maupun tidak disadari,

sebenarnya seringkali ditemukan pola bimbingan dan penyuluhan. Di sekolah atau

tempat penyelenggaraan pendidikan seorang guru memberi nasehat kepada muridnya,

di rumah orang tua memberi masukan kepada anaknya, di jalan orang tua menegur

anak-anak yang nakal, dan semacamnya. Dari hal ini kemudian timbul pertanyaan,

sebenarnya bimbingan dan penyuluhan seperti apakah yang dimaksud dalam ilmu

psikologi?

Secara historis, bentuk nyata dari gerakan bimbingan dan penyuluhan yang

formal berawal dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat, yang dimulai

perkembangannya sejak Frank Parson mendirikan sebuah badan bimbingan yang

disebut Vocational Bureu di Boston pada tahun 1908 yang lambat laun badan ini berubah namanya menjadi Vocational Guidance Bureu. Usaha Frank inilah yang sebenarnya menjadi cikal bakal pengembangan gerakan bimbingan dan penyuluhan di

dunia.

Yang menjadi objek dari bimbingan dan penyuluhan ini adalah manusia, yaitu

mereka yang memiliki permasalahan psikis. Para klien biasanya menjelaskan

permasalahannya untuk kemudian diberikan solusi oleh penyuluhan dengan metode

(23)

1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan

Banyak para ahli dalam disiplin ilmu kejiwaan memberikan definisi tentang

bimbingan dan penyuluhan sesuai dengan paradigma dan konsentrasi disiplin ilmu

yang mereka selami. Sehingga pembahasan tentang bimbingan dan penyuluhan lebih

berwarna. Walaupun mereka berbeda pandangan dan hal ini menyebabkan adanyanya

sedikit perbedaan, namun semuanya memiliki maksud dan tujuan yang sama.

Bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu metode atau pendekatan

yang digunakan oleh para ahli kejiwaan dalam membantu klien yang sedang

menghadapi problem hidup kejiwaan. Dalam ranah pendidikan hal ini bisa juga

diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu para siswa/i

dalam mencapai prestasi dan kemuliaan tingkah laku.

Secara etimologi kata bimbingan dan penyuluhan berasal dari bahasa Inggris,

guidance dan concelling, yang berarti pimpinan, bimbingan, pedoman, dan petunjuk.11 Sedangkan concelling adalah pemberian nasehat, perembukan, dan penyuluhan.12 Sedangkan secara terminologi hal ini dijelaskan oleh para tokoh,

diantaranya:

a.) H. M. Arifin dalam bukunya “Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama” menerangkan bahwa kata guidance adalah kata dalam bentuk kata benda (noun) yang berasal dari kata kerja (verb) yaitu to guide

yang mempunyai arti membimbing, menunjukkan, dan membawa orang lain

ke jalan yang benar. Jadi kata guidance berarti pemberian bantuan kepada orang lain atau bagi orang-orang yang membutuhkan bimbingan tersebut.

Sifatnya tidak ada paksaan dalam proses bimbingan, sehingga memberikan

11

John M. Echole dan Hasan Sadily, “Kamus Inggris Indonesia,” (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), Cet. Ke-1, h. 283.

12

(24)

kebebasan pada diri orang yang mempunyai masalah tersebut. Jika hal ini

tersempal unsur paksaan, maka hasil yang didapat pasti akan kurang

masksimal. Sedangkan kata concelling adalah kata kerja dari to councell yang memiliki arti memberikan nasehat atau memberikan anjuran pada orang lain

secara berhadapan langsung.13 Sedangkan secara maknawi bimbingan adalah

mengajak orang lain ke arah jalan yang lebih baik atau yang benar bermanfaat

di zaman sekarang maupun zaman yang akan datang.

b.) Abu Ahmad memberikan pengertian bahwa bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

masyarakat.14

c.) Bimo Walgito mengemukakan bahwa bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan orang dalam

menghindari kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, agar orang tersebut dapat

sejahtera dalam hidupnya baik lahir maupun batin.15

d.) Jumhur dan Moh. Surya berbendapat bahwa proses bantuan terhadap individu

untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk

melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga, serta

masyarakat.16

Dari definisi-definisi di atas, maka dapat ditarik benang merah atau

kesimpulan bahwa bimbingan adalah salah satu metode yang secara terus menerus

13

H. M. Arifin, “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,” (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), Cet. Ke-4, h. 18.

14

Abu Ahmad, “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,” (Semarang: Toha Putra, 1997), Cet. Ke-1, h. 4.

15

Bimo Walingto, “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,” (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet. Ke-3, h. 5.

16

(25)

dan secara langsung (tatap muka) digunakan untuk membantu seseorang atau

kelompok dalam menghadapi persoalan hidup dan membantu seseorang atau

kelompok dalam memahami makna hidupnya guna mencapai kebahagiaan.

Sedankan penyuluhan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

a.) Dewa Ketut Sukardi mengatakan bahwa penyuluhan adalah hubungan timbal

balik di mana seorang penyuluhan membantu seorang klien untuk mencapai

atau mewujudkan pemahaman dirinya sendiri dalam kaitannya dengan

masalah yang dihadapinya.17

b.) W.S. Winkel, S. J. M.Sc menyatakan bahwa di dalam penyuluhan atau

penyuluhan dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek proses dan aspek

bentuk khusus dari pelayanan bimbingan.18 Aspek proses yang dialami oleh

klien selama kegiatan penyuluhan (concelling) itu berlangsung dalam waktu yang relatif cukup lama. Sementara aspek khusus jenis pelayanan

dititikberatkan pada pertemuan (tatap muka) antara seorang penyuluhan dan

klien itu sendiri yang bentuknya berupa wawancara penyuluhan.

Dari definisi penyuluhan di atas titik temu yang dapat ditarik adalah

penyuluhan merupakan sebuah bentuk usaha untuk memberikan bantuan kepada klien

yang sedang bermasalah lewat wawancara penyuluhan (tatap muka) dan dilakukan

secara berkesinambungan selama masalah yang dihadapi klien belum tuntas.

Banyaknya definisi tentang bimbingan dan penyuluhan terkadang memang

membuat kita bingung, tetapi pada intinya semua mempunyai arti yang sama, yaitu

proses pemberian bantuan terhadap seseorang atau kelompok dengan keseluruhan

proses bimbingan.

17

Dewa Ketut Sukardi, “Bimbingan dan Konseling,” (Jakarta: PT. Bima Aksara, 1998), Cet. Ke-5, h 168.

18

(26)

Dalam Islam, dasar-dasar mengenai bimbingan dan penyuluhan sudah tersurat

pada al-Quran dan hadis. Hal ini dapat dilihat pada beberapa ayat yang mendorong

kita untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan dengan tujuan sebagai

salah satu usaha untuk mencapai kesehatan jiwa.

Firman Allah dalam al-Quran surat Yunus ayat 57 yang berbunyi:

!"#

$ % & ' ( )*+ *

,( - . /

Artinya:

”Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Dari keterangan di atas, dapat diambil intisari yang sangat perlu diperhatikan

bahwa sesungguhnya apabila seseorang mengalami kesulitan atau memiliki masalah

dalam hidupnya, hendaklah diberi bantuan dengan cara masing-masing. Apakah

dengan membimbingnya atau mungkin dengan cara lain yang sifatnya mulia, baik

dipandangan manusia, terutama dipandangan Allah SWT. Karena sebagai makhluk

sosial manusia harus saling tolong menolong dalam setiap masalah yang pasti ada

jalan keluarnya.

Apabila kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau penyuluhan ini

direalisasikan dalam lingkungan sekolah, maka dapat diartikan sebagai proses

pemberian bantuan kepada siswa/i yang bermasalah, baik individu maupun kelompok,

dan yang paling penting adalah dapat memperhatikan tujuannya, yaitu agar siswa

dapat memahami dirinya sendiri, sehingga mampu mengarahkan dirinya dan

bertingkah laku dengan wajar sesuai dengan tuntunan sekolah, keluarga, masyarakat

(27)

2. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan

Kalau dilihat secara garis besar tujuan dari bimbingan itu ada dua, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dapat diuraikan sebagai berikut:

1.) Memberikan motivasi pada seorang klien dalam menjalani kehidupan, agar

tidak mudah putus asa, dan selalu berpikir pisitif dalam segala hal.

2.) Memberikan pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki

klien, termasuk di dalamnya tentang bakat, minat, kecakapan, maupun

kelemahannya.

3.) Penyesuaian diri dalam menjalani sebuah kehidupan di alam yang fana ini.

4.) Dalam ranah pendidikan membantu siswa/i untuk mengembangkan

pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, hasil belajar, serta prestasi yang

dimilikinya.

Sementara tujuan bimbingan secara khusus adalah seperti yang dikatakan oleh

M. Arifin bahwa:

”Kemampuan setiap individu dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dari segala gangguan yang sifatnya baik fisik maupun mental spiritual yang sesuai dengan talenta yang ada pada dirinya dan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya, serta yang dipelajarinya sejak kecil”.19

Banyak sekali tujuan dari bimbingan yang bermuara pada berbuat baik untuk

mencari keridoan-Nya. Secara agama itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia

(yang dicintai Allah dan Rasul-Nya) yang berpegang teguh pada sesuatu yang pasti

tidak akan sesat kalau kita mengikutinya yaitu, al-Quran dan as-Sunah.

19

(28)

Yang paling bersifat fundamental dari sebuah tujuan bimbingan dan

penyuluhan adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien, sementara seorang

penyuluh memfokuskan perhatiannya kepada klien dengan mencurahkan segala daya

dan upaya demi perubahan pada diri klien, yaitu perubahan kepada yang lebih baik

dan teratasinya segala permasalahan yang ada pada seorang klien.

Mengenai tujuan bimbingan dan penyuluhan menurut George and Christiani

(1981) yang dikutip oleh Singgih D. Gunarsa sebagai berikut:

a. Menyediakan fasilitas untuk perubahan prilaku

Hampir semua ahli sepakat bahwa bimbingan bertujuan mengadakan

perubahan pada diri klien, agar klien dalam kehidupannya lebih produktif,

kreatif, inovatif, dan menikmati kehidupan dengan damai, serta

menghilangkan keputusasaan.

b. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu

Kenyataan sebuah kehidupan manusia membuktikan bahwa hampir semua

orang mengalami kesulitan. Untuk itu, diperlukan sebuah keterampilan yang

profesional dan juga kemauan, kesanggupan untuk menghadapi masalah

tersebut. Dalam hal ini, tergantung dari kemampuan dan kecerdasan dasar

yang dimiliki, apakah bisa menghadapi ataukah tidak.

c. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil sebuah keputusan.

Keputusan akhir dari masalah klien merupakan sebuah keputusan yang

ditentukan oleh seorang klien dengan bantuan seorang penyuluhan, membuat

sebuah keputusan seringkali harus dapat mempertimbangkan berbagai faktor

yang berpengaruh dan memperhatikan cara-cara dalam melakukan penilaian.

Namun seringkali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh

(29)

d. Meningkatkan hubungan antara perorangan

Meniru seorang filosof Yunani yang bernama Aristoteles menyatakan bahwa

manusia adalah makhluk zoompoliticon, yaitu makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri melainkan pasti membutuhkan orang lain yang pada hakikatnya

seorang diharapkan dapat membina hubungan dengan orang lain, dan dapat

membina dengan harmonis terhadap lingkungannya. Mulai dari sekolah

terhadap teman yang sebaya dengannya, dan rekan seprofesi. Dalam hal ini

adalah keluarganya sendiri.

e. Mengembangkan fasilitas terhadap kemajuan klien.

Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai talenta pada dirinya

masing-masing, hanya saja terkadang orang tersebut tidak mau mengembangkan

kemampuannya yang ada pada dirinya, atau terkadang kemampuan tersebut

bisa berfungsi tapi kurang maksimal. Disinilah tugas seorang penyuluhan

untuk membantu memfungsikan kemabali kemampuan klien, agar dapat

berfungsi secara maksimal. Karena memang perbuatan inilah yang sangat

mulia, yaitu menyelamatkan manusia dari sifat keputusasaan yang itu semua

tidak ada gunanya. Sebab sudah jelas bahwa Allah SWT sangat benci pada

orang-orang yang putus asa.

Dalam hal ini sangatlah penting bagi seorang penyuluhan untuk dapat

membantu seorang klien kepada jalan yang lebih baik lagi, agar klien dapat menatap

hari esok yang lebih baik. Hidup dengan ketenangan jasmani dan rohani, aman,

damai, dan saling menghargai.

(30)

Bimbingan dan penyuluhan atau penyuluhan adalah proses komunikasi yang

dilakukan oleh seorang klien (komunikator) dengan penyuluhan (komunikan) untuk

menyelesaikan suatu masalah guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Yang sangat

berpengaruhi dalam proses penyuluhan adalah adanya seorang penyuluhan, klien,

serta materi yang di dalamnya terdapat pesan-pesan.

Dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan yang perlu diingat oleh seorang

penyuluhan adalah ia harus memposisikan dirinya sama dengan klien (balance), agar seorang klien tidak canggung dan merasa dirinya ada yang peduli serta

memperhatikannya. Atau dengan kata lain seolah-olah seorang penyuluhan adalah

satu-satunya orang yang bisa membantu persoalan yang sedang dihadapinya. Karena

seorang penyuluhan merupakan tumpuan yang diharapkan dapat membantu

menyelesaikan masalahnya.

Saat penyuluhan berlangsung penting sekali bagi seorang penyuluhan untuk

menarik perhatian klien agar ia mau memberikan rasa kepercayaannya20. Jika

kepercayaan seorang klien sudah didapatkan oleh seorang penyuluhan, maka akan

terjadi proses penyuluhan yang komunikatif (feedback) dan daya tarik21 yang dapat memberikan kepercayaan mendalam dari seorang klien.22

Dalam bimbingan dan penyuluhan terdapat beberapa unsur yang harus

diperhatikan oleh para praktisi (penyuluhan), yang mana unsur-unsur itu harus

dipenuhi secara keseluruhan. Unsur-unsur tersebut yaitu:

1.) Penyuluhan (penyuluh)

20

Kepercayaan yang dimaksud di sini yaitu adanya titik kesamaan dalam hal mental. 21

Yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah adanya titik poin kesamaan dalam hal apa saja sehingga tidak sulit dalam beradaptasi dengan seorang klien, baik dalam bakat, minat, karakteristik, serta apa saja yang dianggap positif.

22

(31)

Seorang penyuluhan harus bersikap profesional dan handal agar

seorang klien dapat menaruh harapan dalam penyelesaian masalahnya. Selain

itu, seorang penyuluhan juga harus mengetahui bagaimana karakteristik

seorang klien, agar seorang klien bisa merasa nyaman dan mengutarakan

permasalahannya tanpa ada rasa segan.

2.) Klien (tersuluh)

Klien dalam hal ini harus dapat menceritakan secara kronologis

masalah yang dihadapinya agar seorang penyuluhan dapat meneliti dan

mencari jalan keluar yang ideal terhadap permasalahan tersebut.

3.) Pesan (message)

Dalam konteks bimbingan dan penyuluhan Islam, pesan agama

merupakan hal yang sangat penting untuk disampaikan. Hal ini disebabkan

karena agama merupakan hal (kebutuhan) yang sangat fundamen dalam

kehidupan seluruh umat manusia (al-Bawarah ayat 185).

4.Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan

Dalam bimbingan dan penyuluhan terdapat beberapa prinsip yang penting

untuk diperhatikan oleh seorang penyuluhan, agar praktik bimbingan dan penyuluhan

yang dilakukan berjalan dengan baik dan benar. Dalam konteks pendidikan

prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu

prinsip-prinsip umum dan khusus sebagai berikut.

(32)

1.) Dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak lepas dari dasar

pendidikan keluarga pada umumnya dan pendidikan sekolah itu

sendiri pada khususnya.23

2.) Tidak terlepas dari fungsi pendidikan yang tertulis dalam Kitab

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional

Bab 11 Pasal 3 yang berbunyi:

”Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan talenta peserta didik agar menjadi manusia didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, pandai, mandiri,dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab”.24

3.) Bimbingan dan penyuluhan diperuntukkan bagi semua individu,

baik anak-anak maupun orang dewasa.

4.) Bimbingan dan penyuluhan dapat dilaksanakan dengan cara:

a.) Prefentif; bertujuan untuk mencegah jangan sampai timbul

kesulitan-kesulitan yang menimpa klien.

b.) Kuratif; mencari sebab-sebab kesulitan pada klien,

kemudian memecahkannya.

c.) Preservatif; memelihara atau mempertahakan keadaan yang

sudah baik, agar jangan sampai berubah menjadi keadaan

yang kurang baik.

5.) Bimbingan dan penyuluhan bersifat kontinuitas (terus-menerus).

23

Dasar pendidikan di Indonesia tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 11 pasal 2 yang berbunyi: “Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”.

24

(33)

6.) Bimbingan dan penyuluhan harus memperlihatkan

perbedaan-perbedaan yang terdapat pada individu.

7.) Tiap-tiap aspek individu adalah hal yang sangat penting dalam

menentukan sikap dan tingkah laku.

8.) Klien yang dihadapi merupakan makhluk hidup yang bersifat

dinamis.

b. Prinsip-prinsip khusus dalam bimbingan dan penyuluhan

a.) Prinsip individu yang dibimbing, yaitu:25

1.) Service yang diberikan kepada semua siswa

2.) Service bimbingan harus diberikan secara terus-menerus 3.) Program berpusat pada siswa

4.) Harus ada bimbingan prioritas pada siswa

5.) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan pada klien

yang diberikan bimbingan.

b.) Prinsip yang berhubungan dengan penyuluhan

1.) Penyuluh didasarkan pada disiplin ilmu yang ia punya.

2.) Penyuluh dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan

dan tugasnya.

3.) Penyuluh harus menjaga dan menghormati kerahasiaan seorang

klien.

4.) Penyuluh hendaknya mempergunakan brebagai jenis data dan

teknis dalam melakukan tugasnya.

c. Prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi

bimbingan dan penyuluhan.26

25

(34)

1.) Harus ada kartu anggota bagi setiap siswa yang ikut bimbingan

2.) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah

yang bersangkutan.

3.) Pembagian tugas harus diatur sesuai dengan waktu yang telah

disediakan secara efektif dan efisien.

4.) Bimbingan harus dilakukan baik secara individu maupun kelompok

sesuai dengan yang diinginkan oleh klien dan telah ditetapkan oleh

petugas-petugas yang lain.

B. Siswa Bermasalah

1. Pengertian Siswa Bermasalah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan siswa adalah

anak sekolah atau pelajar (terutama pada sekolah menengah atas).27 Maka dapat kita

asumsikan bersama bahwa siswa/i adalah anak peserta didik di lingkungan pendidikan

formal.

Hadari Nawawi menyatakan bahwa siswa adalah anak yang sedang tumbuh

dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan formal, khususnya sekolah.28 Sementara anak didik adalah anak yang

belum dewasa, yang memerlukan usaha yang lain untuk menjadi dewasa, guna

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, umat manusia, warga negara, atau

sebagai individu.29

26

Slamet, “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi,” (Jakarta: Bima Aksara, 1988), Cet. Ke-1, h. 16.

27

Purwadinata, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Cet. Ke-13, h. 9.

28

Hadari Nawawi, “Organisasi dan Pengelolaan Sekolah,” (Jakarta: Gunung Agung, 1981), h. 128.

29

(35)

Masa remaja merupakan masa perkembangan atau disebut juga sebagai masa

puber. Di masa ini biasanya seseorang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan

cenderung egois, artinya ingin hidup bebas dan merasa dirinyalah yang paling benar

dan bertindak tanpa pukur panjang. Ia akan cenderung melakukan hal-hal yang ia suka

meskipun terkadang hal itu berbenturan dengan norma atau nilai yang berlaku di

masyarakat, agaman,dan negara, seperti: tauran, pacaran, mabuk dan sebagainya.

Di dalam dirinya, biasanya selalu tersirat keinginan berbuat heroik, romantis,

dan berkuasa. Jika hasrat dan perasaan ini tidak terkontror dengan baik, maka akan

berdampak pada prestasi yang menurun dan tingkah-laku yang devian. Apabila hal ini

tidak diantisipasi oleh sekolah, seorang siswa akan menjadi sangat berbahaya bagi

siswa lain dan sekolah. Bahanyanya bukan hanya berdampak pada sekolah, melainkan

keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Dan dasar dari semua ini menurut

Prof. DR. Zakiah Darajat adalah ketidakpuasan.30

Masalah di atas terlihat bahwa pada diri seorang siswa timbul perasaan yang

tidak enak, yang mengakibatkan timbulnya perasaan gelisah pada dirinya. Dengan

perasaan gelisah ini kadang-kadang siswa senang melakukan tindakan yang sifatnya

mengganggu ketentraman orang lain. Karena menurutnya dengan cara membuat onar

egonya akan merasa puas.

Siswa bermasalah mempunyai pengertian pelajar yang perbuatan melanggar

yang dilakukan oleh siswa, yang sifatnya melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan

30

(36)

menyalahi norma agama.31 Dari hal ini kemudian Colemon CS mengadakan

pengelompokan siswa bermasalah menjadi empat bagian, yaitu:32

1.) Kerusakan pada otak yang lemah pikir (Brain demage and mentally retarded delenguest).

2.) Neorotic and psyhotik delengents 3.) Psyhopatic delenguents

4.) Drug dependen delenguents

Kelompok yang pertama terdapat ciri-ciri aktif yang berlebihan, inpulsif,

emosi sangat labil, dan tidak mampu menahan diri. Kelompok kedua, perilaku yang

impulsif (tidak mampu mengerem dirinya). Hal ini mungkin disebabkan terlalu

banyak larang yang membelenggu dirinya sehingga seseorang tidak bisa menahan

dorongan rasa untuk berbuat masalah.

Dalam kelompok ketiga menunjukkan prilaku yang jelas sifatnya anti sosial,

inpulsif (tanpa pikir panjang) menyimpan rasa kebencian kepada masyarakat,

menonjolkan rasa penyesalan, suka mencuri uang walau pada dasarnya tidak

memerlukan, hubungan keakraban terganggu, kata hatinya tidak atau kurang

berfungsi. Sementara kelompok keempat adalah menunjukkan ketergantungan

terhadap narkotika, sering bertalian dengan kejahatan, dan merampok karena mereka

membutuhkan uang untuk memberli barang haram tersebut.

Tindakan siswa bermasalah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak biasa,

dalam berbicara dan berbuat. Siswa bermasalah sering melakukan pelanggaran seperti

31

Sudarsono, “Kenakalan Siswa,” (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 11. 32

(37)

yang dilakukan oleh remaja bermasalah, misalnya, berbohong, menyontek, bolos

sekolah, dan lain sebagainya. Hanya saja pelanggaran yang dilakukan siswa

bermasalah sifatnya lebih serius dan luas dari siswa yang tidak bermasalah.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa bermasalah yang

dimaksud di sini adalah peserta didik yang mempunyai masalah dan yang sering

melakukan pelanggaran-pelanggaran di dalam masa pertumbuhan, perkembangan, dan

perbuatan yang dilakukan siswa bertentangan dengan norma-norma, baik norma

agama, susila, serta norma yang berlaku di masyarakat yang dapat merugikan diri

sendiri dan orang lain.

2. Faktor-faktor Penyebab Siswa Bermasalah

Pada dasarnya siswa bermasalah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal adalah faktor yang bersifat intern yang berasal dari dalam diri sendiri, baik dari dampak pertumbuhan dan perkembangan, maupun dari

jenis penyakit mental atau kejiwaan yang ada pada diri siswa tersebut.

Pendapat M. Arifin tentang siswa bermasalah yang berasal dari intern adalah cacat jasmani atau rohani akibat dari keturunan, pembawaan negatif yang

sulit dikendalikan serta mengarahkan pada perbuatan nakal atau masalah,

pemenuhan kebutuhan yang kurang terpenuhi, kontrol terhadap diri sendiri,

serta menilai sesuatu selalu dengan negatif, perasaan rendah diri dan

perasaan yang selalu tertekan.33

b. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri yang

bersangkutan, diantaranya:

33

(38)

1.) Faktor Keluarga

Keluarga adalah organisasi terkecil di dalam masyarakat, tetapi

mempunyai kedudukan yang primer dan fundamental.34 Sebab itu, keluarga

mempunyai peranan vital dalam mempengaruhi perilaku anak terutama

dalam tahap awal.

Menurut Agus Sujanto bahwa keluarga yang baik adalah kelurga yang

berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang

kurang baik adalah keluarga yang memberikan pengaruh negatif bagi

perkembangan anak. Karena itu, keluarga merupakan wilayah awal yang

menentukan perilaku anak, apakah anak akan menjadi baik atau

sebaliknya.35

Hal yang demikian sangat relevan dengan hadis Nabi yang artinya

”setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, dan majusi”.

2.) Faktor Sekolah

Dalam rangka pembinaan anak atau siswa ke arah yang lebih baik,

kadang-kandang sekolah dapat menjadi sebab timbulnya siswa bermasalah.

Hal ini terjadi karena sekolah sering tidak peduli terhadap siswa tersebut.

a.) Latar belakang remaja yang berbeda, tetapi dengan sistem

persekolahan yang memiliki pengaturan yang sama, mereka

dituntut untuk dapat berbaur dengan yang lainnya.

b.) Menurut Prof. DR. Zakiah Darajat pengaruh negatif yang

menangani langsung proses pendidikan antara lain kesulitan

ekonomi yang dialami pendidik dapat mengurangi perhatian

34

Bambang Mulyono, “Kenakalan Remaja,” (Yogyakarta: Andi Offset, 1986), Cet. Ke-1. h. 40.

35

(39)

terhadap anak didiknya, misal: pendidik sering tidak masuk yang

mengakibatkan siswa terlantar, bahkan sering adanya perlakuan

guru yang kurang adil, hukuman yang kurang menunjang

tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang tidak

putus-putusnya, serta disiplin yang terlalu ketat, disharmonis antara

guru dan siswa, serta kurangnya belajar di rumah.

c.) Hal tersebut juga sering terjadi karena adanya impotensi dalam

pendidikan yang disebabkan oleh komunikasi anti dialog,

penggunaan metode pengajaran yang dapat mematikan kreativitas

siswa.

3.) Faktor Masyarakat

Dadang Hawari Mengatakan bahwa masyarakat juga bisa menjadi

faktor utama juga. Keadaan masyarakat yang bermasalah dan lingkungan

yang kurang baik merupakan faktor penyebab siswa berbuat menyimpang.

Faktor ini dikelompokan Dadang Hawari menjadi dua kelompok, yaitu:36

1.) Faktor kerawanan masyarakat (lingkungan) antara lain, tempat

tinggal, hiburan yang buka terlalu malam, peredaran obat-obatan

terlarang, pengangguran yang semakin meningkat dan anak-anak

yang putus sekolah.

2.) Daerah rawan (gangguan kamtibnas) antara lain: penyalahgunaan

alkohol, narkotika dan zat adaktif lainnya, tawuran, kebut-kebutan,

pencurian dan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan,

pengrusakan, dan lainnya.

36

(40)

Sedangkan menurut Sudarsono pengaruh yang dominan dari

masyarakat sebagai pendukung siswa bermasalah adalah perubahan sosial

yang ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang sering menimbulkan

ketegangan seperti persaingan ekonomi, pengangguran, media massa, dan

fasilitas rekreasi.37

3. Usaha-Usaha Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah

Penanganan terhadap siswa bermasalah hendaknya dilakukan oleh tiga kutub

dan bermuara pada satu kutub, yaitu kondisi yang sehat dan kondusif yang

memungkinkan siswa atau anak dapat berkembang baik secara fisik maupun mental.

Adapun cara menanggulanginya sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang

kriminolog, Soejono Dirjo Siswono, SH yang dikutip oleh Sudarsono dalam bukunya

yang berjudul ”Kenakalan Remaja” mengemukakan bahwa asas umum dalam penanggulangan kejahatan yang banyak dipakai oelh negara-negara maju yaitu:

1.) Cara moralitas, dilaksanakan dengan cara penyebaran agama dan moral.

2.) Cara abolisionistis, berusaha memberantas, menanggulangi kejahatan

dengan sebab musababnya, misalkan bahwa faktor ekonomi atau

kemiskinan merupakan penyebab kejahatan, maka usaha untuk mencapai

tujuan dalam mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi

merupakan cara abolisionistis.

Banyak cara dalam mengatasi siswa bermasalah baik secara preventif, kuratif,

dan rehabilitas. Pendekatan preventif terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a.) Usaha Dari Rumah Tangga

37

(41)

Menciptakan rumah tangga yang harmonis memang sulit apalagi

menciptakan keluarga yang agamis, maka dari situlah langkah awal

bahwa sesuatu pasti berangkat dari nilai-nilai rumah itu sendiri.

b.) Usaha Sekolah

Sarana dan prasarana sekolah harus memadai, kuantiítas dan koalitas

guru yang memadai, mengembalikan wibawa seorang guru dan yang

terpenting yaitu kesejahteraan guru pun harus diperhatikan. Dan

penting juga memberikan pendidikan mental siswa agar siswa dapat

berkembang mentalnya secara sehat.

c.) Lingkungan Masyarakat

Mengenai lingkungan masyarakat ini dapat tidaknya membantu suatu

kelompok yang baik atau tidak sangat tergantung oleh usaha orang

dewasa memberikan perhatian dengan membina para remajanya.

Diantaranya biasanya yang sangat berperan penting disini adalah tokoh

remaja dan para penyuluh agama atau para ustadz.

Mengarahkan dan memberikan contoh yang baik kepada para remaja

akan menghasilkan suatu generasi penerus harapan bangsa, orang

tuanya, dan masyarakat luas.

Menurut Dadang Hawari dibutuhkan langkah-langkah kongkrit oleh

masyarakat, yaitu mampu menciptakan kondisi lingkungan hidup yang

sehat, bebas dari rasa takut, aman dan tentram, bebas dari rasa segala

bentuk kerawanan sebagaimana yang tertera pada pengaruh lingkungan

masyarakat terhadap timbulnya permasalahan.38

38

(42)

BAB III

Gambaran Umum Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor

A. Sejarah berdirinya SMA Islam Terpadu Al-Madinah Bogor

Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor, adalah suatu

sekolah pendidikan lanjutan tingkat atas yang memiliki ciri khas, yaitu menciptakan

generasi yang cerdas, berpola pikir maju, berlandaskan etika dan moral Islam, percaya

diri, mandiri yang bertakwa terhadap Allah SWT.

SMA Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor, berdiri sejak tahun 2004 hingga

sekarang, dengan status terakreditasi A, dengan izin operasional No. 42.1/3304

disdik/2005. Berdiri di atas bangunan kokoh, memiliki empat ruang kelas, dan

dibimbing oleh 22 orang tenaga pendidik yang profesional dan memiliki riwayat

pendidikan dan pekerjaan yang berkualifikasi baik.39

Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor, didirikan dalam rangka

membantu pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan serta turut

membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan bagi para pendidik profesional.

Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor,

dimulai dari hari Senin hingga Jumat, dan pada hari Sabtu diisi dengan kegiatan

ekstrakulikuler yang tujuannya membekali para siswa/i suatu keterampilan yang

berguna untuk kemudian diterapkan pada diri mereka sendiri dan disalurkan kepada

masyarakat luas.

B. Profil Sekolah

39

(43)

Nama Sekolah : SMA Islam Terpadu Al-Madinah

Kepala Sekolah : Drs. Waris Hadi

Propinsi : Jawa Barat

Otonomi Daerah : Kabupaten Bogor

Kecamatan : Cibinong

Desa/Kelurahan : Sukahati

Jalan dan Nomor : Jl. Sukahati No. 36

Kode Pos : 16913

Telepon : (021) 7087 7931

Daerah : Perkotaan

Status Sekolah : Swasta (Terakreditasi A)

Surat Keputusan/SK : 42.1/3024 Disdik/2005

Tahun Berdiri : 2004

Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

Jarak ke Pusat Kecamatan : 4,2 Km

Jarak ke Pusat Otoda : 4,2 Km

Terletak Pada Lintasan : Kabupaten

C. Struktur Organisasi

Setiap lembaga maupun instansi-instansi, baik swasta maupun negeri, pasti

memiliki struktur lembaga yang jelas. Struktur ini dibuat agar dalam memobilisasi

lembaga atau instansi tersebut tidak terjadi benturan atau peran ganda. Karena tugas

mereka semua sudah diatur di dalam struktur yang telah dibuat. Demikian juga

dengan SMA IT Al-Madinah, Bogor, mereka membuat struktur sebagai berikut:

(44)

Keterangan:

: Garis Komando

--- : Garis Koordinasi D. Visi dan Misi

Visi dan Misi Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah adalah sebagai berukut:

Guru Bidang Studi Kabid Pendidikan

Nafriyan Askar, S.Pd.I

Kepala Sekolah

Rochmat Wahyudi,

Wakasek Kurikulum

Ahmad Wahyudi, S.Pd.I

Wakasek Kesiswaan

Heru Dayatullah, S.Fil.I

Guru BK

Heru Dayatullah, S.Fil.I

(45)

a. Membentuk cendekiawan Muslim yang mempunyai keseimbangan

antara ilmu pengerahuan dan teknologi (IPTEK) serta iman dan taqwa

(IMTAQ).

b. Mencetak murid yang cerdas, kreatif, terampil, dan berakhlaq mulia

ditunjang dengan jasmani dan rohani yang sehat, berpikir maju serta

memiliki kepribadian yang kuat.

E. Fasilitas

a. Bangunan ± 5.000 M2 dengan 45 Lokal.

b. Masjid dengan kapasitas 1.200 jama’ah.

c. Lapangan Olah Raga Yang Terdiri Dari; Sepak Bola, Basket, dan lain-lain.

d. Kolam Renang.

e. Area Kebun Siswa, Area Perikanan, dan Area Peternakan.

f. Out Bond

g. Laboratorium Komputer

h. Laboratorium IPA

i. Laboratorium Bahasa

j. Perpustakaan

k. Ruang Kelas dengan fasilitas Music Room

l. Kamtin Sekolah

m. Antar Jemput

n. Keamanan 24 Jam

o. Dan lain-lain

(46)

a. Renang

b. Sepak Bola

c. Taekwondo

d. Basket

e. Pramuka

f. PMR (Palang Merah Remaja)

g. BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an)

h. Kaligrafi

i. Menggambar

j. Mewarnai

k. Band

l. Drum Band

m. Bahasa Inggris

n. Sempoa

o. Bimbel (Bimbingan Belajar)

p. KIR (Kegiatan Ilmiah Remaja)

q. Bahasa Arab

r. Bahasa Jepang

G. Sturktur dan Muatan Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan di Sekolah Islam Terpadu Al-Madinah adalah

kurikulum Iptaq, yaitu kurikulum yang menggabungkan Kurikulum Diknas (Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi) dengan Kurikulum Pesantren (Iman dan Taqwa). Ciri

(47)

a. Beban mata pelajaran eksak lebih banyak dan lebih padat.

b. Beban mata pelajaran agama lebih banyak dan lebih dinamis.

c. Menerapkan tiga bahasa sebagai bahasa percakapan sehari-hari; Bahasa

Indonesia, Inggris, dan Arab:

- Monday and Wednesday, English Day.

- Tuesday and Thursday, Arabic Day.

- Friday and Saturday, Indonesian Day.

d. Menerapkan metode pelajaran praktik utuk menggali kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik melalui kebun siswa.

e. Sebelum kegiatan belajar mengajar, selalu dimulai dengan Shalat Dhuha

bersama-sama dan diakhiri dengan Shalat Ashar berjamaah.

f. Setiap bulan selalu diadakan pengajian bulanan, wajib diikuti oleh seluruh

orangtua siswa, siswa, dewan guru dan staf yayasan.

No Keterangan Diknas Al-Madinah

1 Pendidikan Agama 2 Jam 2 Jam

2 PKN 2 Jam 2 Jam

3 Bahasa Indonesia 4 Jam 4 Jam

4 Bahasa Inggris 4 Jam 4 Jam

5 Matematika 4 Jam 4 Jam

6 IPA 4 Jam 4 Jam

7 IPS 4 Jam 4 Jam

8 Seni Budaya 2 Jam 2 Jam

9 Pendidikan Jasmani 2 Jam 2 Jam

(48)

11 Bahasa Sunda 2 Jam 2 Jam

12 Eglish Conversation - 2 Jam

13 Arabic Conversation - 2 Jam

14 Bahasa Arab - 2 Jam

15 Al-Qur’an dan Tahfibz - 2 Jam

16 Teknologi Pertanian - 2 Jam

Total Jam 30 Jam 40 Jam

Tebel Kurikulum. 1

1. Struktur Kurikulum

Mengacu pada Permendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 tentang standar

Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan ketentuan pelaksanaannya diatur daerah Propinsi

Jawa Barat tentang muatan lokal wajib serta dengan mempertimbangkan tuntutan

kecakapan hidup dan kebutuhan masyarakat yang bersifat agamis dan sesuai dengan

kemampuan sekolah, maka SMA Islam Terpadu Al-Madinah memutuskan untuk

menerapkan Kurikulum Terpadu Satuan Pengajaran (KTSP) baru pada kelas X,

sementara kelas XI-IPS, XII-IPS, dan XII-IPA masih tetap menggunakan kurikulum

2004 (KBK). Adapun struktur kurikulum untuk kelas X tersebut adalah sebagai

berukut:

Kelas Mata Pelajaran

X XI-S(* XII-S(* XII-A(*

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

(49)

4. Bahasa Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Fisika 2 - - 4

7. Biologi 2 - - 4

8. Kimia 2 - - 4

9. Ekonomi 2 4 4 -

10. Sosiologi 2 3 3 -

11. Geografi 1 3 3 1

12. Sejarah 1 3 3 1

13. Seni Budaya 2 2 2 2

14. Pendidikan Jasmani 2 2 2 2

15. TIK 2 2 2 2

16. Bahasa Jepang 2 2 2 2

17. Muatan Lokal:

a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Arab

c. Al-Qur’an dan Tahfidz

2

1

1

-

1

1

-

1

1

-

1

1

18. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

[image:49.612.102.496.64.570.2]

Jumlah 40 39 39 40

Tabel Kurikulum. 2

Keterangan:

(* Untuk kelas XI-S, XII-A, XII-S KTSP belum terlaksana

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (di luar jam)

(50)

a. Mata pelajaran

Mata pelajaran Wajib:

1. Kelas X

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Sosiologi,

Geografi, Sejarah, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.

2. Kelas XI-IPS

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Seni

Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.

3. Kelas XII-IPS

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Seni

Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.

4. Kelas XII-IPA

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Geografi, Sejarah, Seni

Budaya, Pendidikan Jasmani, TIK, dan Bahasa Jepang.

5. Muatan Lokal

Muatan Lokal terdiri atas mata pelajaran Bahasa Sunda, Bahasa Arab,

Al-Qur’an dan Tahfidz, serta pengembangan diri.

b. Kegiatan Pengembangan Diri

(51)

Kegiatan Pengembangan Diri bertujuan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondi

Gambar

Tabel Kurikulum. 2
Tabel Kurikulum. 3

Referensi

Dokumen terkait

Alfian Huda Muttaqin, Upaya Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al- Qur’an Pada Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana penanaman pendidikan karakter melalui pembiasaan shalat berjamaah dan faktor penghambat dan pendukung dalam pembiasaan

Pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling yang khas daripada lembaga formal lainnya dan juga Sekolah Menengah Atas Arjasa Jember merupakan SMA bergengsi yang satu- satunya di Jember