• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kampanye Sosial Gangguan Makan Berlebih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Kampanye Sosial Gangguan Makan Berlebih"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan tempat perusahaan tempat penelitian,

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty Nonekslusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 19 Agustus 2016 Penulis,

Menyetujui :

Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM. 51912305

Mengetahui, Pembimbing

(2)
(3)

i LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL GANGGUAN MAKAN BERLEBIH

Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM. 51912305

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal: ( / / )

Menyetujui, Pembimbing

Gema Arifprahara, M.DS. NIP 4127 32 06 032

Dekan Fakultas Desain

Prof. Dr. Primadi Tabrani NIP. 4127 32 06 036

Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual

(4)
(5)

ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM : 51912305

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung, 15 Agustus 2016

(6)
(7)

BIODATA

Data Personal

Nama Lengkap : Alfi Awaludin Juliana Wijaya Tempat, Tanggal

Lahir

: Cimahi, 02 Juli 1994

Alamat : Jln. Babakan Cianjur Rt01/ Rw07 No.100 Kel. Campaka Kec. Andir

Bandung 40184 No Telepon/Hp : 087821392040 E-mail : sialfi02@gmail.com NIM/Kelas : 51912305/DKV 7 2012 Jenis Kelamin : Laki-Laki

: Jln. Babakan Cianjur Rt01/ Rw07 No.100 Kel. Campaka Kec. Andir

(8)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL GANGGUAN MAKAN BERLEBIH

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM. 51912305

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(9)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Perancangan Kampanye Sosial Gangguan Makan Berlebih”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir program studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia.

Berbagai macam hambatan dan kesulitan banyak ditemui selama pengerjaan laporan ini. Namun atas bantuan, dorongan berbagai pihak, laporan ini dapat berhasil diselesaikan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan laporan ini, baik dari penyampaian materi maupun teknis penyajiannya, mengingat kekurangan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan semua pihak yang menunjang dalam pelaksanaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pihak yang membutuhkan.

Bandung, 15 Agustus 2016

Penulis,

(10)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan... 3

BAB II. GANGGUAN MAKAN ... 4

II.1 Definisi Gangguan Makan ... 4

II.2 Etiologi Gangguan Makan ... 4

II.3 Faktor Resiko Gangguan Makan ... 5

II.4 Jenis - Jenis Gangguan Makan ... 6

II. 5 Gagguan Makan Berlebih ... 7

II.5.1 Definisi Gangguan Makan Berlebih ... 7

II.5.2 Demografis Gangguan Makan Berlebih ... 8

II.5.3 Gejala Gangguan Makan Berlebih ... 8

(11)

vii

II.5.5 Dampak Gangguan Makan Berlebih Pada Kesehatan ... 10

II.5.6 Pencegahan dan Penanganan Gangguan Makan Berlebih ... 10

II.7 Kampanye ... 11

II.8 Kondisi Khalayak Saat Ini ... 16

II.9 Solusi ... 16

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 17

III.1 Strategi Perancangan ... 17

III.1.8 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ... 25

III.2 Konsep Visual ... 26

III.2.1 Format Desain ... 26

III.2.2 Tata Letak... 26

III.2.3 Huruf ... 27

(12)

viii

III.2.5 Warna ... 29

BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 30

IV.1 Tahapan Produksi... 30

IV.2 Teknis Produksi ... 30

IV.2.1 Media Utama ... 30

IV.2.2 Media Pendukung ... 35

IV.1.3 Gimmick ... 38

(13)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Gangguan Makan ... 4

Gambar II.2 Anoreksia Nervosa ... 6

Gambar II.3 Binge Eating Disorder ... 7

Gambar III.1 Ilustrasi Masalah Pada Ukuran Pakaian ... 21

Gambar III.2 Ilustrasi Masalah Pada Pergerakan ... 21

Gambar III.3 Ilustrasi Kursi Yang Rusak ... 22

Gambar III.4 Ilustrasi Timbangan Yang Rusak ... 22

Gambar III.5 Ilustrasi Masalah Pada Angkutan Umum ... 23

Gambar III.6 Tata Letak ... 27

Gambar III.7 Impact ... 27

Gambar III.8 Arial ... 28

Gambar III.9 Referensi Karakter Flat Design ... 28

Gambar III.10 Warna Pastel ... 29

Gambar IV.1 Poster Praproduksi ... 31

Gambar IV.2 Poster Pascaproduksi ... 31

Gambar IV.3 Web Banner... ... 32

Gambar IV.4 Aplikasi Web Banner ... 32

Gambar IV.5 Leaflet Praproduksi ... 33

Gambar IV.6 Leaflet Pascaproduksi ... 33

Gambar IV.7 X-Banner Praproduksi ... 34

Gambar IV.8 X-Banner Pascaproduksi ... 34

Gambar IV.9 T-Shirt Praproduksi ... 35

Gambar IV.10 T-Shirt Pascaproduksi ... 35

Gambar IV.11 Sticker Praproduksi ... 36

Gambar IV.12 Sticker Pascaproduksi ... 36

Gambar IV.13 Laman Facebook ... 37

Gambar IV.14 Laman Instagram ... 37

Gambar IV.15 Buku Catatan Praproduksi ... 38

Gambar IV.16 Buku Catatan Pascaproduksi ... 38

(14)

x

Gambar IV.18 Kalender Pascaproduksi ... 39

Gambar IV.19 Jam Dinding Praproduksi ... 40

Gambar IV.20 Jam Dinding Pascaproduksi ... 40

Gambar IV.21 Pulpen Praproduksi ... 41

Gambar IV.22 Pulpen Pascaproduksi ... 41

Gambar IV.23 Gantungan Kunci Praproduksi ... 42

Gambar IV.24 Gantungan Kunci Pascaproduksi ... 42

Gambar IV.25 Tumbler Praproduksi ... 43

(15)

44 DAFTAR PUSTAKA

Alex. 2015 (24 November). Binge Eating Disorder: Imaginary Maladies of a Lazy Nation. Diambil dari: http://tastelessgentlemen.com [13 April 2016] Bayour, Tim. 2002 (19 Februari). Eating Disorders’ Psychotherapeutic

Treatment. Diambil dari: http://www.roots.gr [13 April 2016]

Belajar Desain @Corel Monster. 2013. Warna pastel. Diambil dari: http://pic.twitter.com/dgFLxpqHFb [11 Agustus 2016]

Felisitas, Johan (2012). "Desain dan Warna". Surabaya : Visimedia Ginanjar, Adriana. (2005). “Psikologi Abnormal”. Jakarta: Erlangga

Görüntülendi, Kez. 2015 (29 Mei). DÜNYA BU KADINI KONUŞUYOR. Diambil dari: http://www.5n1khaber.com [13 April 2016]

Hartiansyah, Vidya. (2008). “At a Glance Psikiatri: Edisi Ke-4”. Jakarta:

Kuncoro, Bayu. (2012). “Membuat Ilustrasi Dari Novel Sendiri”. Kudus: Cahaya Surya

Maulana, Mirza. (2008). “Diet Sehat: Cara Sehat Membentuk Tubuh Langsing & Sehat”. Jogjakarta: Katahati

Mursyid, Abdul. (2002). "Merancang Kampanye Untuk Produk". Surabaya : Kinerja

Oriza, Dian. (2003). “Psikologi Abnormal Edisi 5 Jilid 2”. Jakarta: Erlangga Permatasari, Bunga. (2012). “Hubungan Antara Penerimaan Terhadap Kondisi

Fisik dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa”. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

(16)

45 Saraswati, Ina. (2005). “Diet dan Remaja”. Semarang: Sinar Mulia

(17)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Indiasari (2014, h.3), baik jumlah maupun sifat bahan makanan yang tersedia bagi penduduk diberbagai belahan dunia telah banyak berubah selama beberapa dekade terakhir. Perubahan ini meliputi semakin banyaknya pilihan dan jenis makanan sehinggga menimbulkan keinginan masyarakat untuk mencoba memakannya. Makanan- makanan ini pun senantiasa dijual sepanjang hari yang artinya bisa dibeli kapan saja. Dengan teknologi yang ada, metode pengawetan makanan pun semakin canggih sehingga makanan dapat selalu tersedia bahkan tidak sedikit produk makanan yang hanya memerlukan sedikit proses pemasakan sehingga dapat segera dimakan.

Faktanya semakin banyak makanan yang diproduksi namun memiliki kualitas yang buruk. Peningkatan konsumsi makanan olahan yang mudah dikonsumsi seperti makanan siap saji atau makanan cepat saji menjadikan masyarakat menjadi overkonsumsi. Ukuran porsi yang lebih besar menjadi hal biasa sehingga tanpa disadari juga akan meningkatkan asupan makanan. Kondisi ini juga mengakibatkan masyarakat menjadi lebih menyukai konsumsi kudapan, makanan cepat atau siap saji, dan minuman ringan ketimbang makan sampai kenyang dengan selang waktu yang panjang. Makanan - makanan itupun mengandung banyak lemak dan karbohidat yang lambat diserap oleh tubuh sehingga mekanisme pengendalian nafsu makan menjadi kurang efektif (Permatasari, 2002, h.36).

(18)

2 keseimbangan energi yang ada ditubuhnya. Energi yang masuk lebih besar dari pada energi yang keluar.

Kondisi diatas lama kelamaan mendorong seseorang memiliki gangguan makan berlebih yang diiringi oleh resiko penyakit yang terkait dengan berat badan berlebih (obesitas). Tidak sedikit masyarakat yang berakhir dengan kondisi dimana makanan adalah satu-satunya pengalihan yang ideal bagi dirinya. Bahkan, obesitas dapat menjadi hal yang sangat fatal. Obesitas berpengaruh langsung terhadap 12% kasus kematian didunia dan memperpendek usia harapan hidup rata-rata sebanyak 9 tahun (Ginanjar, 2005).

Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, hal tersebut akan terus menerus terjadi di luar keinginan. Seperti gangguan psikologis lainnya, gangguan makan tersebut sering disertai dengan berbagai bentuk psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalah gunaan zat (Ginanjar, 2005).

Sebagian besar dari penderita gangguan makan akan menyembunyikan keadaannya dan beranggapan bahwa hal yang dilakukannya adalah benar. Biasanya, pengidap gangguan makan ini kurang menghargai diri sendiri. Faktanya, kondisi mereka ini bisa menuntun mereka pada pemberhentian kerja organ-organ tubuh bahkan kematian (Oriza, 2003).

I.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa identifikasi masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini. Antara lain sebagai berikut :

 Maraknya makanan cepat atau siap saji yang jelas tidak sehat di

lingkungan masyarakat yang dapat mengakibatkan masyarakat overkonsumsi terhadap makanan tersebut.

 Ketidakmampuan masyarakat untuk menyeimbangkan energi masuk dan

(19)

3  Persepsi masyarakat yang salah terhadap gangguan makan berlebih yang

dideritanya.

I.3 Rumusan Masalah

Untuk lebih mudah mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ditetapkanlah satu rumusan masalah yaitu :

Bagaimana caranya agar informasi kepada masyarakat seputar gangguan makan berlebih dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat?

I.4 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan pada tujuan penelitian maka akan lebih baik bila tertera batasan masalah yang akan dibahas didalam penelitian ini. Adapun yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

 Perancangan difokuskan dengan target remaja akhir sampai dewasa awal

karena pada masa tersebut kecenderungan memiliki gangguan makan berlebih cukup besar.

 Target sasaran dilakukan di Bandung dimana makanan di daerah ini cukup bervariasi dan tidak sedikit yang memiliki kualitas buruk.

 Perancangan objek dibatasi pada persuasi untuk mengajak khalayak

mengerti dan mencegah gangguan makan.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Adapun tujuan dari penelitian ini berkaitan dengan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas yaitu :

1. Mencegah terjadinya gangguan makan berlebih di masyarakat.

2. Memberi gambaran dampak yang terjadi jika seseorang mengalami gangguan makan belebih.

3. Mengurangi tingkat obesitas pada masyarakat.

(20)

4 BAB II. GANGGUAN MAKAN

II.1 Definisi Gangguan Makan

Menururt Poerwandari (2000), gangguan makan adalah kondisi yang termasuk kedalam psikologi abnormal dimana penderitanya memiliki citra diri yang tidak rasional yang bisa membahayakan pengidapnya bahkan lebih parahnya lagi menjerumuskan mereka pada kematian.

Gambar II.1 Gangguan Makan

Sumber : http://www.roots.gr/images/eating_disorders.jpg (Diakses pada 13/04/2016)

Gangguan makan juga ditandai dengan perilaku ekstrim penderitanya untuk mencapai tujuan yang mereka anggap benar meski faktanya bisa membawa mereka pada kondisi kritis. Keyakinan itu bisa menjadi salah satu penyebab gangguan makan mereka yang sulit untuk diatasi bila hanya melarang penderitanya (Poerwandari, 2000).

II.2 Etiologi Gangguan Makan

Menurut Permatasari (2012) meskipun etiologi (penyebab) terjadinya gangguan makan ini masih bersifat kompleks yang artinya belum ada alasan yang pasti, tapi gangguan makan ini bisa timbul dari kombinasi faktor psikologis, lingkungan maupun biologis.

(21)

5 Akibatnya, banyak anak dengan kondisi ini tumbuh dengan gizi yang kurang bahkan menandakan gejala pada gangguan makan.

Pemicu lain dari gangguan makan yang biasa terjadi dikalangan remaja ini adalah karena kelabilan yang membuat mereka mudah merasa stress, depresi dan kekhawatiran berlebih terhadap sesuatu. Hal tersebut bisa menjadi pemicu utama perilaku menyimpang seperti gangguan makan.

Faktor lingkunganpun tidak jauh beda menjadi faktor utama penyebab terjadinya gangguan makan. Contoh paling sederhana adalah kebiasaan orang khususnya remaja yang cenderung meniru gaya hidup orang barat yang perlahan merubah persepsi mereka bahwa penilaian diri diukur dengan bagaimana tampilan tubuh.

II.3 Faktor Resiko Gangguan Makan

Gejala gangguan makan yang mudah dikenali pada 10% kaum remaja khususnya perempuan ini bisa dilihat dari faktor kebahagian mereka selain dari faktor kesehatan. Penderita gangguan makan bisa dengan mudah tertolong bila gejala ini diketahui sedini mungkin karena gangguan makan pada umumnya ditandai dengan diet yang normal Selain itu, remaja perempuan adalah kelompok yang paling beresiko tinggi yang menjalankan diet dan berakhir pada gangguan makan dibanding kelompok yang lain (Maulana, 2008).

Gejala lain yang merupakan faktor dari timbulnya gangguan makan ini adalah ejekan yang berhubungan dengan berat badan yang tidak lazim dikalangan remaja. Beberapa ejekan dikalangan remaja ini memungkinkan menjadi sebab kalangan remaja menjadi rawan mengidap gangguan makan. Fakta berdasarkan Sistem Pengawasan Risiko Perilaku Remaja 2003 pelaporan kasus bully yang terjadi dikalangan remaja ini mayoritas tentang frekuensi ejekan mengenai berat badan mereka (Maulana, 2008).

(22)

6 II.4 Jenis - Jenis Gangguan Makan

Menurut Robertson seperti yang dikutip oleh Hartiansyah (2008), gangguan makan bisa digolongkan menjadi 3 jenis yaitu :

Anoreksia Nervosa (AN), gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang.

Gambar II.2 Anoreksia Nervosa

Sumber : http://www.5n1khaber.com/wp-content/uploads/2015/10/rachael-farrokh-4.jpg

(Diakses pada 13/04/2016)

Bulimia Nervosa (BN), gangguan makan dimana makan secara berlebihan kemudian mencoba mengeluarkan kembali apa yang telah mereka makan. Biasanya usaha mengeluarkan kembali makanan yang dimakan ini adalah memuntahkannya. Hal tersebut dianggap sebagai bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri dan menghilangkan rasa bersalah karena makan.  Binge Eating Disorder (BED), gangguan makan dengan gejala cara makan

(23)

7 II. 5 Gagguan Makan Berlebih

II.5.1 Definisi Gangguan Makan Berlebih

Gambar II.3 Binge Eating Disorder

Sumber : http://tastelessgentlemen.com/wp-content/uploads/2015/11/how-to-stop-binge-eating.jpg

(Diakses pada 13/04/2016)

Gangguan makan berlebih (Binge Eating Disorder/BED) adalah gangguan makan dimana penderitanya akan makan makanan dalam jumlah besar dengan frekuensi waktu yang sering. Dalam beberapa kesempatan, hampir setiap orang bisa makan dalam jumlah besar, namun bagi penderita gangguan makan berlebih hal itu menjadi suatu kejadian yang sudah biasa. Berbeda dengan kebanyakan orang, penderita gangguan makan berlebih melakukan kebiasaan makannya secara tersembunyi. Mereka sering merasa malu dan memiliki perasaan bersalah dengan keadaan yang dideritanya hingga seringkali bersumpah untuk berhenti. Namun, penderita gangguan makan berlebih seringkali berfikir tidak ada keharusan untuk berubah dan lagi-lagi tidak bisa membendung hasratnya untuk makan berlebihan (Saraswati, 2005).

(24)

8 ditubuhnya. Akibatnya, seseorang dengan gangguan makan berlebih selalu merasa dirinya sangat buruk dari segi penampilan namun sukar untuk berubah.

II.5.2 Demografis Gangguan Makan Berlebih

Seperti demografis gangguan makan lainnya, penderita gangguan makan sering dijumpai pada kaum wanita. Namun tidak dipungkiri bahwa pria pun beresiko terhadap gangguan makan berlebih. Biasanya gangguan makan berlebih akan mudah berkembang pada usia sekitar remaja akhir dan dewasa awal. Pada usia tersbut, titik stress pada sebagian orang berada dipuncaknya ketika berbagai macam pola hidup dan diet yang mereka jalani tidak mengalami kemajuan. Akhirnya, mereka memilih makanan sebagai pengalihan yang baik bagi mereka (Bintari, 2003).

II.5.3 Gejala Gangguan Makan Berlebih

Secara fisik, gejala gangguan makan berlebih tidak begitu jelas terlihat. Beberapa orang dengan gangguan makan berlebih mungkin memiliki kelebihan berat badan (obesitas), namun beberapa orang dengan gangguan makan berlebih di awal juga memiliki berat badan yang normal (Irianto, 2007).

Secara emosional pun gejala gangguan makan berlebih akan sulit ditemukan. Orang dengan gangguan makan ini biasanya melakukan hal - hal yang berkaitan dengan gejalanya secara rahasia. Namun, ada gejala umum untuk mengenal gangguan makan berlebih antara lain :

 Orang dengan gangguan makan berlebih biasanya sering makan sendirian.

Makanan yang dikonsumsinya pun terjumlah banyak. Mereka akan memakan makanannya dengan cepat. Mereka pun akan terus makan walau dalam keadaan kenyang atau tidak lapar.

 Kebiasaan makan berlebih membuat penderitanya merasa bahwa

(25)

9 berpikir tidak ada keharusan untuk berubah meski sering merasa tersisihkan.

 Sering melakukan diet tanpa kehilangan berat badan. Adapun penderita

gangguan makan berlebih yang bisa menghilangkan berat badan mereka namun kembali bertambah. Hal tersebut karena mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan buruknya.

 Sulit untuk membicarakan masalah yang dideritanya kepada orang lain.

Mereka akan berakhir dengan memendam permasalahannya sendiri dan stress akibatnya.

II.5.4 Etiologi Gangguan Makan Berlebih

Saat ini belum ada penyebab (etiologi) yang pasti mengapa gangguan makan berlebih ini terjadi (Mirza, 2008). Namun, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengembangkan gejala gangguan makan berlebih antara lain :

Faktor biologis

Beberapa kasus yang terjadi menyebutkan bahwa seseorang dengan gangguan makan berlebih memiliki orangtua yang mengidap gangguan makan berlebih juga. Penderita gangguan makan berlebih ini mungkin mewarisi gen yang kuat sehingga cara pikir terhadap gaya hidupnya berubah sehingga mereka lebih beresiko untuk menderita gangguan makan berlebih.

Faktor psikologis

(26)

10  Diet

Beberapa orang menjalani diet sejak kecil. Tapi, masyarkat tidak mengetahui bahwa diet justru bisa menjadi faktor beresiko untuk mengembangkan gejala makan berlebih. Beberapa orang berdiet dengan makanan sebagai imbalannya. Diet juga bisa mendorong makan berlebih jika seseorang ada dalam tingkat depresi yang tinggi.

II.5.5 Dampak Gangguan Makan Berlebih Pada Kesehatan

Sejumlah besar penderita gangguan makan berlebih berakhir meninggal dunia, baik dari konsekuensi fisik langsung dari berat badan atau melalui bunuh diri. Beberapa penderitanya akan memiliki masalah psikologis yang besar. Beberapa penderitanya juga melakukan diet yang tidak sehat. Diet dimana mereka berhasil menurunkan berat badan namun tidak kuasa menahan rasa ingin makan berlebih.

Karena makanan yang mereka pilih pun makanan yang kaya akan lemak dan rendah protein mengakibatkan penderitanya memiliki beberapa penyakit yang serius seperti obesitas, diabetes, beberapa jenis kanker, penyakit jantung dan masalah menstruasi bagi wanita. Psikologisnya juga akan terganggu. Orang dengan gangguan makan berlebih akan mudah terkena depresi, gangguan tidur bahkan keinginan untuk bunuh diri (Ginanjar, 2005).

II.5.6 Pencegahan dan Penanganan Gangguan Makan Berlebih

Pencegahan seseorang dengan gejala makan berlebih seharusnya lebih mudah, dan lebih efektif ketimbang mengatasi gangguan makan berlebih yang sudah terjadi. Akan tetapi, seseorang dengan gejala awal gangguan makan berlebih mungkin tidak memikirkan atau tidak termotivasi untuk melakukan perubahan pada kebiasaannya. Maka pencegahan yang tepat pada masalah gangguan makan berlebih adalah dengan melakukan pendekatan personal.

(27)

11 menolong penderita dengan memberikan obat dan vitamin untuk mengendalikan nafsu makan mereka (Maulana, 2008).

II.7 Kampanye

II.7.1 Definisi Kampanye

Menurut Leslie seperti yang dikutip Mursyid (2002), kampanye adalah sebuah kegiatan atau tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan masal. Kampanye bisa dilakukan oleh individu (perorangan) atau kelompok yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses atau penghambatan suatu pencapaian. Pesan pada kampanye bersifat terbuka dengan tujuan membentuk kebaikan untuk publik. Kegiatan kampanye dilandasi oleh prisnip persuasif, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata.

II.7.2 Jenis-Jenis Kampanye

Ada beberapa kampanye yang bisa dibedakan menjadi dua yaitu kampanye berdasarkan sumber dan kampanye berdasarkan sifat (Mursyid, 2002)

1. Kampanye berdasarkan sumber

Kampanye yang berorientasi pada produk

Kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya. Contoh: Kampanye BNI Go Public, Kampanye MIFI Smartfren.

Kampanye yg berorientasi pada kandidat

Kampanye yg berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Contoh : Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan Dana bagi partai politik.

Kampanye sosial

(28)

12 yakni kampanye yg ditujukan utk menangani masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait. Contoh: Kampanye AIDS, Kampanye Menyusui dengan ASI, Keluarga Berencana dan Donor Darah.

2. Kampanye berdasarkan sifat Kampanye Negatif

Menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.

Kampanye hitam (Black campaign)

Bersumber pada rumor, gossip, bahkan menjurus ke implementasi sejumlah teknik propaganda. Jenis ini biasanya sulit untuk diverifikasi apalagi diperdebatkan.

II.7.3 Tahapan-Tahapan Kampanye 1. Tahap Conditioning

Tahap conditioning merupakan tahap awal kampanye dimana pelaksana kampanye mengkondisikan target ke dalam suasana yang memungkinkan mereka menerima pesan yang akan disampaikan. Tahap conditioning dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan menyamakan persepsi target.

2. Tahap Informing

Setelah target terkondisi, tahapan selanjutnya adalah tahap informing. Pada tahap informing, target diberi informasi agar paham dan yakin mengenai program yang dikampanyekan.

3. Tahap Reminding

(29)

13 II.6 Analisa Survey

Sebagian besar langkah-langkah dalam proses penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mekanisme pengumpulan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara yaitu wawancara dan dokumentasi. Hasil kedua instrumen pencarian data tersebut akan dikaji untuk mendapatkan analisa yang berhubungan dengan gangguan makan berlebih sesuai rumusan masalah.

1. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan kepada psikolog, Ibu Suci Wisayanti, seputar gangguan makan dilaksanakan di Biro Pelayanan dan Inovasi Psikologi (BPIP) Fakultas Psikologi UNPAD yang terletak di jalan H. Djuanda No. 438 B.

Pembahasan dalam waawncara ini adalah gambaran gangguan makan secara umum dan bagaimana pandangan masyarakat Indonesia mengenai gangguan makan itu sendiri. Informasi yang lebih intensif harus diberikan kepada beberapa masyarakat saat ini seputar gangguan makan. Karena media yang beredar bisa membawa pengaruh negatif yang bisa merubah persepsi mereka dan merubah gaya hidup mereka.

Sebagian besar masyarakat, khususnya di kota Bandung akan sulit menahan gairah untuk makan. Karena Bandung merupakan salah satu kota kuliner terbesar di Indonesia. Banyak orang yang berinovasi untuk memproduksi makanan. Berbagai macam jenis makanan ditawarkan kepada masyarakat. Sebagai masyarakat awam, tawaran makan seperti promo atau event tidak bisa mereka tolak. Mereka tidak tahu bahwa sebagian besar makanan olahan itu akan membuat mereka ketagihan.

(30)

14 Contohnya tepung kanji. Tepung kanji di bandung bisa dibuat kedalam beberapa jenis makanan seperti cireng, cimol, seblak dll.

2. Dokumentasi

Di beberapa buku yang membahas seputar gangguan makan, penderita ganggguan makan ini cenderung menyembunyikan kondisi dirinya. Mereka tidak ingin ada orang lain yang menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah suatu kesalahan yang besar. Mereka tidak mengerti bahaya apa saja yang akan menunggunya bila terus mempertahankan kondisi mereka.

Kebanyakan individu, khususnya remaja wanita lebih berfikir secara stereotype. Beberapa dari mereka terpengaruh dari apa yang mereka lihat dan dengar di lingkungan mereka. Persepsi tentang gaya hidup yang salah akhirnya menjadi pilihan. Informasi yang benar perlu diberikan agar masyarakat tidak salah persepsi dan lebih bijak mengambil keputusan.

Kesimpulan yang didapat dari beberapa metode pencarian data diatas adalah masyarkat tidak mendapatkan informasi seputar gangguan makan dan dampaknya. Mereka tidak mengetahui gejala awal dari gangguan makan sehingga beberapa orang bisa saja mengalami gangguan makan yang sudah kompleks untuk diobati.

II.7 Analisa 5W+1H

Dibawah ini merupakan metode 5W+1H dengan beberapa jawaban yang sudah dibahas didalam landasan teori.

What

Gangguan makan berlebih adalah gangguan makan dimana penderitanya akan makan makanan dalam jumlah besar dengan frekuensi waktu yang sering.

Who

(31)

15  When

Karena penderita gangguan makan biasanya cenderung menutupi kondisi dirinya maka akan sulit mengidentifikasi hal tersebut. Namun, jika seseorang tahu informasi yang baik, gangguan makan bisa diidentifikasi sedini mungkin jika seseorang menunjukan gejala awal dari gangguan makan tersebut.

Where

Kota Bandung sebagai kota kuliner menjadi kota yang beresiko mengembangkan gangguan makan berlebih.

Why

Gangguan makan berlebih adalah tindakan yang identik dengan pengurangan asupan nutrisi bagi tubuh atau sebaliknya. Tubuh membutuhkan nutrisi yang seimbang. Jadi, seseorang dengan gangguan makan memiliki pola hidup yang bisa membahayakan tubuhnya sendiri. Dengan kondisi tersebut penderita akan terkena dampak yang akan menyiksa dirinya sendiri bahkan menuju kematian. Oleh karena itu jika gangguan makan ini teridentifikasi maka pengobatan perlu dilakukan sedini mungkin agar tidak menjadi suatu masalah yang kompleks.

How

(32)

16 II.8 Kondisi Khalayak Saat Ini

Demografis

Sebagian besar orang yang beresiko mengembangkan gangguan makan berlebih adalah wanita. Mereka dengan usia sekitar remaja akhir akan berpotensi mengalami gangguan makan berlebih dimana tekanan seperti diet yang gagal akan mempengaruhi persepsinya untuk menemukan suatu pengalihan baru. Tak sedikit diantaranya memilih makanan sebagai bentuk pengalihan.

Psikografis

Masyarakat kebanyakan bergaya hidup dengan kondisi stereotype yang artinya mereka akan hidup dengan mengikuti tren masa itu. Persepsi barupun muncul dimana kuliner menjadi hobi baru mereka. Sebagian besar justru memilih kuliner sebagai bentuk solusi dari rasa bosan, marah atau cemas. Hal itu mengakibatkan, resiko gangguan makan berlebih bisa berkembang pada dirinya.

Geografis

Wilayah seputar Kota Bandung menjadi sasaran yang tepat dimana industri makanan sangat beragam di daerah ini. Hal itu mengakibatkan masyarakat sulit menahan pola makan mereka. Geografis yang dingin juga membuat masyarakat rentan berkeinginan untuk makan.

II.9 Solusi

(33)

17 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Dalam hal persuasi, kampanye sosial adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Kampanye sosial ini juga bertujuan untuk menyampaikan pesan untuk dipahami dengan mudah kepada khalayak. Pesan dalam kampanye sosial ini juga bertujuan sebagai wadah komunikasi ideal. Komunikasi dimana pesan pada komunikan dapat diterima dengan mudah agar informasi tersampaikan. Komunikasi ini juga bertujuan agar khalayak dapat mengubah cara pandang mereka setelah menerima pesan. Untuk itu, komunikasi dalam kampanye sosial ini akan bersifat persuasif agar khalayak bisa dengan mudah menyerap isi pesan yang disampaikan.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dalam perancangan kampanye sosial ini adalah memberi gambaran yang bersifat persuasi seputar gangguan makan berlebih. Kampanye ini diharapkan bisa merubah persepsi khalayak agar bisa menyesuaikan diri terhadap makanan agar tidak menkonsumsinya secara berlebih.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Adapun pendekatan komunikasi pada kampanye sosial ini yang terbagi kedalam pendekatan visual dan verbal.

Pendekatan Visual

Agar pesan tersampaikan secara efektif makan pendekatan visual adalah menampilkan dampak yang ditimbulkan ketika seseorang menderita gangguan makan berlebih. Beberapa visual yang dihadirkan berkaitan pula dengan masalah umum yang dialami oleh orang gemuk pada umumnya.  Pendekatan Verbal

(34)

18 III.1.3 Materi Pesan

Pesan yang akan disampaikan melalui kampanye sosial ini adalah bagaimana sulitnya jika seseorang menderita gangguan makan berlebih. Dampak yang terjadi ketika mereka makan berlebih pada umumnya adalah obesitas atau kegemukan. Dengan pesan pada kampanye sosial ini diharapkan masyarakat merubah persepsi mereka dengan kebiasaan makan berlebih. Adapun tagline untuk kampanye ini yaitu “Ayo Berubah Sebelum Susah”. Tagline tersebut bermaksud untuk mengajak khalayak untuk berubah sedini mungkin sebelum semuanya semakin buruk. Dalam hal gangguan makan berlebih ini berarti kampanye ini mengajak khalayak agar hidup sehat sebelum mengalami dampak yang buruk.

III.1.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan pada kampanye sosial tentang gangguan makan berlebih ini adalah gaya bahasa persuasif. Gaya bahasa yang bisa mengajak khalayak untuk merubah persepsinya ketika mendapat pesan dari kampanye sosial ini.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

1. Consumer Insight

Hope

Masyarakat sering berharap memiliki tubuh ideal. Mereka mengutamakan segi penampilan agar terlihat memukau di tempat umum. Namun kebiasaan yang mereka lakukan bertolak belakang dengan keinginannya tersebut. Beberapa orang justru tidak segan dengan menkonsumsi makanan dalam jumlah besar sebagai suatu bentuk pengalihan. Mereka akan makan ketika sedang marah, bosan atau tertekan.

Purchase Behaviour

Dengan melakukan kebiasaan makan berlebih biasanya sebagian masyarakat akan berfikir masalah yang sedang dihadapinya hilang.

Stereotip

(35)

19

Habit

Beberapa orang akan mulai mengemil pada saat dia sedang bosan atau stress. Makanan juga akan menjadi ”teman” yang pas untuk menemani melakukan aktivitas seperti menonton tv dan bermain game.

Mitos

Makan berlebih mengakibatkan kantuk. Sehingga beberapa orang akan tidur setelah makan yang banyak.

Hidden Truth

Ternyata makanan yang sering dikonsumsi berlebih adalah makanan yang bersifat cepat saji atau cepat saji karena makanan itu kaya akan lemak dan karbohidrat namun rendah protein sehingga sulit diserap oleh tubuh.

2. Consumer Journey

Consumer journey adalah aktivitas dimana target audience memulai hari sampai ia tertidur kembali. Adapun rangkaian aktivitas yang dilakukan rata-rata orang yang bergejala dengan gangguan makan berlebih yaitu :

Pagi (05:00 - 11:00)

Beberapa orang mengawali pagi mereka dengan mengecek ponsel pintar mereka untuk membuka sosial medianya. Disana banyak iklan yang menyajikan makanan yang membuat mereka tertarik. Biasanya pada pagi hari mereka akan melewatkan sarapan. Mereka lebih mengerjakan pekerjaan yang sudah lewat masa tenggang. Contoh secara umum jika orang itu mahasiswa, maka dia akan mengerjakan tugasnya dipagi hari sebelum pergi berkuliah. Akhirnya waktu pagi mereka akan terasa terburu-buru.

Siang (12:00 - 14:30)

(36)

20  Sore (15:00 - 18:00)

Sepulang kerja atau kuliah mereka akan bermalas - malasan dirumah. Sebagian ada yang hanya menonton tv. Sebagian juga ada yang hanya berada didunia maya. Tak lupa berbagai kudapan menemani aktivitas mereka.

Malam (19:00 - 21:00)

Saat malam hari, sebagian mereka akan memulai makan malam atau hanya menghabiskan kudapan. Namun kebanyakan diantaranya makan disaat waktu yang larut. Sehingga mereka akan langsung tidur setelah menghabiskan makanannya.

III.1.6 Strategi Kreatif

Strategi kreatif sangat penting untuk upaya penyampaian pesan pada khalayak dapat diterima dengan mudah. Strategi kreatif ini dilakukan dengan memadukan beberapa elemen seperti bahasa dan visual. Seperti yang telah dibahas diatas, kampanye sosial mengenai gangguan makan berlebih adalah dengan merancang beberapa media yang bertujuan untuk mengajak khalayak agar berhenti melakukan kebiasaan yang berkaitan dengan makan berlebih. Konten pesan didalam media itu yaitu menampilkan visual bagaimana dampak yang akan terjadi jika seseorang mengalami gangguan makan berlebih dan berakhir pada kegemukan (obesitas) seperti :

Masalah Pada Ukuran Pakaian.

(37)

21 Gambar III.1 Ilustrasi Masalah Pada Ukuran Pakaian

Sumber: Data Pribadi

Masalah Pada Pergerakan.

Masalah selanjutnya adalah masalah pada pergerakan. Kegemukan membuat seseorang menderita untuk melakukan segala aktivitas yang berkaitan dengan pergerakan tubuhnya. Untuk masalah ini, dibuatlah ilustrasi yang menggambarkan seorang pemuda yang kesulitan mengambil dompetnya yang jatuh.

(38)

22  Masalah Pada Berat Badan.

Masalah selanjutnya adalah masalah pada berat badan. Maksudnya jika seseorang memiliki berat badan yang berlebih, mereka bisa saja merusak fasilitas yang mereka gunakan. Ilustrasi yang dirancang untuk masalah ini adalah seorang pemuda yang merusak kursi yang didudukinya bahkan timbangan mereka sendiri.

Gambar III.3 Ilustrasi Kursi Yang Rusak Sumber: Data Pribadi

(39)

23  Masalah Pada Angkutan Umum.

Masalah terakhir untuk merancang kampanye gangguan makan berlebih ini adalah masalah pada angkutan umum. Ukuran badan yang besar bisa membuat seseorang dibenci, khususnya pada angkutan umum. Ilustrasi yang dibuat menggambarkan seorang pemuda yang hampir menduduki penumpang lainnya karena badannya yang besar mengakibatkan ruang dalam transportasi itu sesak.

Gambar III.5 Ilustrasi Masalah Pada Angkutan Umum Sumber: Data Pribadi

III.1.7 Strategi Media

Setelah menentukan strategi kreatif untuk menyelesaikan masalah tentang gangguan makan berlebih ini, maka langkah selanjutnya adalah menentukan media apa saja yang akan dipakai untuk menyampaikan pesan mengenai kampanye sosial ini. Untuk memudahkan menyampaian pesan maka strategi media ini dibagi kedalam 3 jenis media yaitu :

1. Media Utama  Poster

(40)

24 bidang vertikal seperti mading pada koridor kampus. Jumlah pemasangan media ini yaitu satu buah namun dipasang diberbagai tempat.

Web Banner (Terhubung dengan fan page)

Media web banner (web ad/iklan laman) diletakkan dibeberapa laman yang bisa membuat khalayak mengalami gangguan makan berlebih. Salah satu contoh laman tersebut adalah laman resep-resep masakan. Web banner ini dipasang mengikuti kapasitas yang diberikan pemilik laman untuk space iklan pada lamannya. Ketika pengguna tertarik dan meng-clickm web banner tersebut langsung terhubung pada facebook fan page yang memuat informasi lebih lengkap seputar gangguan makan berlebih. 2. Media Pendukung

Leaflet

Leaflet diproduksi dengan jumlah yang banyak. Media ini akan diedarkan pada acara-acara yang banyak dikunjungi orang banyak dengan penjual makanan yang beragam seperti car free day, car free night dan culinary night.

X-Banner

X-Banner sebagai salah satu media yang bersifat attention ini diletakan juga pada acara-acara diatas untuk menarik perhatian khalayak.

Fan Page (Facebook dan Instagram)

Fan page adalah salah satu media pendukung yang bersifat online. Media ini berfungsi menunjang media utama sebagai sarana khalayak mendapat informasi yang lebih lanjut.

T-Shirt

T-shirt adalah media kampanye yang efektif. Karena media ini sifatnya dipakai, otomatis orang yang memakainya bisa menjadi “kampanye berjalan”. T-shirt dibagikan bersamaan dengan penyebaran leaflet.

Sticker

(41)

25 angkutan kota dimana penumpang bisa melihat dengan jelas sticker tersebut.

3. Media Pengingat

Media pengingat ini dibagikan pada waktu penyebaran yang telah ditentukan guna mengingatkan khalayak dengan kampanye yang telah dilakukan.

Sketch Book  Kalender  Jam Dinding  Pulpen

 Gantungan Kunci  Tumbler

III.1.8 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Strategi distribusi yang akan dilakukan dalam menyampaikan pesan dalam kampanye sosial gangguan makan berlebih ini adalah kerjasama dengan intansi swasta dan pemerintah. Poster ini akan di pasang di majalah dinding atau papan pengumuman berbagai intansi agar bersifat strategis dan mudah untuk dijangkau. Sedangkan media pendukung akan diedarkan melalui event khusus dimana khalayak akan banyak berkunjung. Adapun contoh event itu seperti car free day dan carfreenight. Berikut jadwal yang ditetapkan untuk penyebaran media ini.

(42)

26 III.2 Konsep Visual

Konsep visual kampanye sosial gangguan makan berlebih ini diambil dari potret atau ilustrasi resiko fatal yang akan terkadi jika seseorang terus mengembangkan gejala makan berlebih kedalam poster. Poster itu juga dilengkapi dengaan beberapa quote yang bersifat persuasif agar khalayak bisa mengerti dan merubah persepsinya tentang kebiasaan makan berlebih. Selain itu, poster itu juga akan disertai dengan ajakan untuk segera menemui psikolog dan psikiater jika memiliki gejala gangguan makan berlebih.

III.2.1 Format Desain

Format desain kampanye sosial gangguan makan berlebih ini akan dibuat pada ukuran dan orientasi yang disesuaikan. Artinya orientasi media kampanye sosial ini bisa berupa potrait atau landscape sesuai media yang digunakan. Selain itu, ukuran kertas dan bahan apa yang akan digunakan untuk memproduksi media disesuaikan. Sebagai contoh untuk media poster, poster akan diproduksi pada kertas A3 (29,7 cm x 42 cm) dengan orientasi potrait pada kertas artpaper tebal yang dilaminasi dof.

III.2.2 Tata Letak

Tata letak atau layout adalah elemen desain yang tersusun untuk menghubungkan beberapa aspek kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan yang berseni. Dalam kata lain tata letak juga sering disebut manajemen bentuk dan bidang. Fungsi dari tata letak itu sendiri adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan (Satria, 2016).

(43)

27 Gambar III.6 Tata Letak

Sumber: Data Pribadi

III.2.3 Huruf

Tipografi adalah ilmu memilih dan menata huruf baik jenis, ukuran atau warna kedalam ruang yang tersedia agar menciptakan sebuah kesan, sehingga dapat membuat pembaca mendapatkan kenyamanan membaca suatu konten semaksimal mungkin (Sinai, 2011).

Untuk mendukung komponen visual pada kampanye sosial ini, maka elemen tipografi sangat penting agar pesan atau maksud dari konten visual itu tersampaikan. Karena kampanye sosial ini bertujuan menarik masyarakat dari berbagai kalangan maka tipografi/font yang akan digunakan adalah font yang tegas dan mudah dibaca oleh masyarakat secara umum. Adapun font yang digunakan dalam kampanye sosial ini yaitu Arial dan Impact.

Beberapa font yang berjenis decorative juga dipakai dalam perancangan media kampanye sosial ini. Hal ini bertujuan agar desain pada setiap media bisa lebih menarik lagi.

(44)

28 Gambar III.8 Arial

Sumber: Data Pribadi

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi adalah visualisasi dari suatu tulisan atau narasi. Tujuan ilustrasi adalah memperindah, memperkaya, membuat jelas dari tulisan tersebut. Ilustrasi yang baik dapat membuat pembaca lebih mudah mencerna maksud pesan yang disampaikan kepadanya (Kuncoro, 2012).

Pada kampanye sosial mengenai gangguan makan berlebih ini, ilustrasi yang di tampilkan adalah ilustrasi yang memperlihatkan dampak dari gangguan makan berlebih khususnya obesitas. Dalam hal ini, obesitas atau kegemukan menjadi ilustrasi yang tepat karena adanya beberapa masalah yang sering terjadi pada orang gemuk pada umumnya. Adapun gaya visual yang digunakan yaitu flat design vector yang diolah melalui software Adobe Illustrator.

Gambar III.9 Referensi Karakter Flat Design

Sumber : https://id.pinterest.com/pin/562950022143719080/ (Diakses pada 13/04/2016)

(45)

29 embossing atau gradien. Flat desain memiliki tampilan yang sederhana meskipun sebenarnya rumit. Oleh karena itu, banyak orang yang lebih suka pada flat desain karena tampilannya yang sederhana dan “bersahabat” (Ruspita, 2012).

Studi karakter pada beberapa media diambil dari beberapa gangguan atau masalah yang sering dirasakan oleh orang gemuk pada umumnya. Beberapa masalah pada orang gemuk tersebut dibuat menjadi vector dengan masalah yang sama namun gestur dan suasana yang berbeda.

III.2.5 Warna

Warna adalah cakupan tertentu yang terdapat di dalam cahaya yang sempurna (putih). Dalam dunia disain, Warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah (Felisitas.2012).

Warna yang digunakan dari keseluruhan media pada kampanye ini adalah warna-warna pastel. Warna pastel membuat gambar berkesan soft. Selain itu, warna pastel juga bisa meningkatkan ketertarikan khalayak untuk melihat media kampanye yang dibuat. Berikut contoh palet dari warna pastel :

Gambar III.10 Warna Pastel

(46)

30 BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Teknis Produksi

Sebelum memasuki tahap produksi, perancangan media kampanye sosial ini melewati beberapa tahap praproduksi antara lain:

1. Pembuatan Sketsa

Pembuatan sketsa dilakukan melalui proses asistensi. Sketsa ini menentukan bagaimana gaya visual yang akan digunakan pada beberapa media nantinya.

2. Pengolahan Gambar

Setelah menentukan sketsa mana yang paling baik, maka proses selanjutnya adalah pengelolaan gambar. Pada proses ini, sketsa gambar diolah dengan metode trace dengan menggunakan adobe illustrator. Selain membuat gambar, dalam proses ini juga dibuat beberapa typography untuk melengkapi media.

3. Pengaplikasian

Sketsa gambar yang telah diolah menjadi digital kemudian diaplikasikan pada beberapa media. Pada proses ini penambahan beberapa unsur visual untuk melengkapi media sesuai dengan tata letak.

4. Pencetakan

Setelah semua proses diatas selesai, langkah selanjutnya adalah mencetak media dengan material bahan dan teknis produksi yang telah ditentukan.

IV.2 Teknis Produksi IV.2.1 Media Utama

Poster

(47)

31 Gambar IV.1 Poster Praproduksi

Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.2 Poster Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Poster

(48)

32  Web Banner

Gambar IV.3 Web Banner Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.4 Aplikasi Web Banner Sumber: Data Pribadi

 Media : Web Banner  Format : JPEG

 Ukuran : 851x315 pixel (Disesuaikan)

Web banner dibuat sesederhana mungkin, ilustrasi dengan warna yang mencolok dapat menarik perhatian pembaca. Dalam web banner tersebut disertakan caption

“Click Bila Anda Mengalami Hal Seperti Ini”. Web Banner tersebut terhubung

(49)

33

Leaflet

Gambar IV.5 Leaflet Praproduksi

Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.6 Leaflet Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Brosur

 Material : Art Paper tipis

 Ukuran : A4 double side (21 cm x 29.7 cm)  Teknis Produksi : Cetak Digital

(50)

34  X-Banner

Gambar IV.7 X-Banner Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.8 X-Banner Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : X-Banner  Material : Korea

(51)

35 IV.2.2 Media Pendukung

T-Shirt

Gambar IV.9 T-Shirt Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.10 T-Shirt Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

(52)

36  Sticker

Gambar IV.11 Sticker Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.12 Sticker Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Stiker  Material : Lomo

(53)

37

Fan Page

Gambar IV.13 Laman Facebook Sumber: Data Pribadi

(54)

38 IV.1.3 Gimmick

Sketch Book

Gambar IV.15 Buku Catatan Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.16 Buku Catatan Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Note Book

 Material : Art Paper Tebal (Cover) + Kertas Sketsa (Isi)  Ukuran : A5

(55)

39  Kalender

Gambar IV.17 Kalender Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.18 Kalender Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Kalender

(56)

40  Jam Dinding

Gambar IV.19 Jam Dinding Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.20 Jam Dinding Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Jam Dinding

 Material : Art Paper Tebal (Background)  Ukuran : Ø17 CM

(57)

41  Pulpen

Gambar IV.21 Pulpen Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.22 Pulpen Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Pulpen

 Material : Sticker Lomo (Isi)  Ukuran : 3x6 CM

(58)

42  Gantungan Kunci

Gambar IV.23 Gantungan Kunci Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.24 Gantungan Kunci Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Gantungan Kunci  Material : Kaleng

 Ukuran : 4,5 cm

(59)

43  Tumbler

Gambar IV.25 Tumbler Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.26 Tumbler Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Tumbler

 Material : Art Paper Tipis (Background)  Ukuran : A4 (Kertas)

Gambar

Gambar III.2 Ilustrasi Masalah Pada Pergerakan Sumber: Data Pribadi
Gambar III.3 Ilustrasi Kursi Yang Rusak Sumber: Data Pribadi
Gambar III.5 Ilustrasi Masalah Pada Angkutan Umum Sumber: Data Pribadi
Gambar III.6 Tata Letak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat dua level admin yaitu sebagai admin dan teller untuk transaksi simpan pinjam, Ketika semua text field telah terisi maka bisa untuk klik tombol

Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai ‘yang pertama dari ciptaan‘, sehingga ini sangat memberikan arti yang jauh berbeda dari penggunaan kata ‘yang sulung atau

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan dengan guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Trimurjo, diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media gambar

Bahwa dari 12 orang responden yang pernah mengalami kejadian tidak dilayani oleh petugas polisi menyatakan dengan sengaja memperhatikan kinerja polisi sebanyak 6

keuangan yang dihasilkan dari kegiatan suatu perusahaan dapat berupa neraca, yang memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu yang

34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara Untuk Kebutuhan Dalam Negeri..  Pencegahan eksploitasi berlebihan di bidang pertambangan yang dapat

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Perpustakaan Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Negeri Phone: 0723461332 Fax: 0723461332 Homepage: Email: Belum Diisi.. '' KPAD

online. Opini adalah ide, gagasan, pikiran, pendapat atau pernyataan singkat individu tentang suatu hal yang tengah terjadi, artinya seseorang memberikan