• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kampanye Batik Barusek Sebagai Identitas Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Kampanye Batik Barusek Sebagai Identitas Bengkulu"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Riwayat Hidup

Data pribadi

Nama : Septyan Dinata

Jenis kelamin : Laki – Laki

Tempat dan tanggal lahir : Curup, 7 September 1987

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Lajang

Tinggi, berat badan : 168 cm, 50 kg

Agama : Islam

Alamat lengkap : Jl. Sapta marga no. 21, Curup 39112

Telepon, HP : 085722267039

Email : Styndnt@yahoo.co.id

Kesehatan : Baik

Pendidikan

1993 – 1999 : SDN 41, Rejang lebong

1999 – 2002 : SMP Negeri 1, Rejang lebong

2002 – 2005 : SMA Negeri 4, Rejang lebong

2005 – 2010 : Program Sarjana (S-1) DKV UNIKOM

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Batik merupakan warisan leluhur dari generasi ke generasi bangsa Indonesia. Istilah batik sendiri berasal dari bahasa jawa “amba”, yang

artinya menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak menggunakan canting atau cap dan pencelupan

kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak “malam”

(wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.

Batik sebagai sebuah karya seni, tak sekedar senilai kain – kain lainya yang mempunyai keragaman motif, hiasan dengan pewarnaan dan teknik yang khas. Lebih jauh dari pada itu, ragam hias dan juga pewarnaan yang di tuangkan pada batik merupakan refleksi estetis dan berkesenian masyarakat pendukungnya. Batik sebagai salah satu seni tradisional Indonesia menyimpan konsep artistik yang tidak dibuat semata - mata untuk keindahan. Batik juga fungsional sebagai pilihan busana sehari - hari, untuk keperluan upacara, adat, tradisi, kepercayaan, agama, bahkan status sosial. Batik bukan satu indah, tetapi juga bermakna. Indahnya bukan hanya sebagai pemuas mata, melainkan melebur dengan nilai – nilai moral, adat, tabu, agama, dan lain sebagainya. (Hamidin, 2010)

(3)

pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan bahwa batik Indonesia sebagai mahakarya warisan budaya Indonesia.

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai jenis batik yang memiliki motif, corak dan arti yang berbeda. Di propinsi Bengkulu terdapat salah satu batik peninggalan bangsa Indonesia, yaitu batik Basurek. Batik Basurek sendiri mempunyai ciri khas berupa motif huruf Arab gandul yang dipadukan dengan motif bunga Raflesia Arnoldi. Motif pada batik Basurek sendiri dulunya adalah sakral yang sering di gunakan pada upacara adat Bengkulu, seperti nikahan, sunatan, dan upacara adat lainnya. Dulunya batik ini bukan merupakan batik, melainkan hanya kain yang terbuat dari serat kayu dan akar yang bernama Lantung, tetapi seiring berkembangnya teknologi dan pola pikir masyarakat Bengkulu akhirnya di buatlah menjadi batik, yang lebih sederhana dan proses pembuatannya tidak begitu sukar.

(4)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka teridentifikasi beberapa masalah yang muncul, yakni:

1. Berdasarkan hasil survey lapangan dan hasil wawancara, batik Basurek kurang di minati masyarakat Bengkulu, yang lebih cenderung menyukai pakaian berdesain modern.

2. Batik Basurek telah mengalami perubahan arti, yang dulunya sebagai batik yang memiliki arti filosofis menjadi batik biasa yang di modifikasi sedemikian rupa.

3. Bahan – bahan pembuatan batik Basurek berupa kain masih di datangkan dari pulau Jawa.

4. Masih kurangnya kesadaran masyarakat Bengkulu untuk mengenakan pakaian modern dengan motif batik Basurek.

5. Batik Basurek masih kalah pamor dibandingkan dengan batik dari pulau Jawa.

1.3. Fokus Masalah

Berdasarkan kumpulan masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka fokus masalahnya yakni pada cara untuk meningkatkan kembali loyalitas dan kebanggaan masyarakat Bengkulu terhadap batik Basurek.

1.4. Tujuan Perancangan

Perancangan kampanye ini bertujuan dengan maksud untuk:

- Meningkatkan loyalitas dan kebanggaan masyarakat Bengkulu terhadap batik Basurek.

- Agar batik Basurek nantinya menjadi salah satu identitas kota Bengkulu.

(5)

1.5. Kata Kunci 1. Batik

Batik merupakan warisan leluhur dari generasi ke generasi bangsa Indonesia. Istilah batik sendiri berasal dari bahasa Jawa “amba”, yang artinya menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri merujuk pada teknik pembuatan corak menggunakan canting atau cap dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna

corak “malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. (Kodiya, 2008)

2. Batik Basurek (Kain Basurek)

Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, kain Basurek merupakan batik tradisional daerah Bengkulu yang artinya kain yang mempunyai surat atau tulisan (huruf Arab gundul).

Surat atau tulisan yang di maksud terdiri atas berbagai macam ragam hiasan (ornament), baik yang berupa tulisan huruf arab (kaligrafi) maupun bermacam ragam hiasan. Selain itu dapat juga berupa berbagai bentuk motif lainnya, seperti tumbuh – tumbuhan (flora) dan binatang (fauna), anyam – anyaman, serta ukir – ukiran.

3. Kampanye

(6)

BAB II

BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu

Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, kain Basurek merupakan batik tradisional daerah Bengkulu yang artinya kain yang mempunyai surat atau tulisan.

Surat atau tulisan yang di maksud terdiri atas berbagai macam ragam hiasan (ornament), baik yang berupa tulisan huruf Arab (kaligrafi) maupun bermacam ragam hiasan. Selain itu dapat juga berupa berbagai bentuk motif lainnya, seperti tumbuh – tumbuhan (flora) dan binatang (fauna), anyam – anyaman, serta ukir – ukiran.

Motif dasar kain besurek merupakan motif peninggalan para nenek moyang yang sampai saat ini belum diketahui asalnya, ada yang mengatakan bahwa motif kain Basurek ini dulunya sangat sakral di karenakan huruf arabnya yang bisa terbaca dan menandakan hubungan manusia dengan Tuhan. Berdasarkan sejarah perkembangannya hingga saat ini, motif dasar tersebut sudah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut mengikuti arus perubahan generasi yang sekaligus membawa perubahan budaya baru. Akhirnya lahirlah jenis-jenis motif yang lebih bervariatif seperti saat ini.

2.2. Jenis Motif Kain Batik Basurek

(7)

di karenakan batik Basurek lebih memiliki fungsi filosofis sebagai hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, motif dasar yang berupa kaligrafi, pohon hayat, dan lain – lain tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

2.2.1. Motif Dasar

1. Motif Kaligrafi

Motif ini merupakan cirri khas kain basurek, artinya motif ini selalu di ikutkan dalam semua motif kain basurek, karena motif ini merupakan ciri khas motif.

Dahulu hanya dipakai pada rangkaian upacara pernikahan oleh raja penghulu dan apit pengantin dengan warna biru.

Gambar 2.1 Motif Kaligrafi

2. Motif Pohon Hayat

(8)

Pada mulanya di gunakan pada upacara pernikahan, sebagai hiasan bilik pengantin, dengan warna biru.

Gambar 2.2 Motif Pohon Hayat

3. Motif Bunga Melati dan Kaligrafi

Motif bunga melati menggambarkan keadaan tumbuh – tumbuhan dan tulisan arab. Sering di gunakan untuk upacara adat cukuran bayi, dengan warna merah kecoklatan, sebagi sampiran atau hiasan.

(9)

4. Motif Relung Paku Perpaduan Burung

Menggambarkan keadaan tumbuh – tumbuhan dan keadaan binatang. Sering di gunakan untuk upacara adat cukuran bayi, dengan warna cokelat dan krem.

Gambar 2.4 Motif Relung Paku Perpaduan Burung

5. Motif Bunga Cengkih dan Bunga Cempaka

(10)

Gambar 2.5 Motif Bunga Cengkih dan Bunga Cempaka

6. Motif Burung Kuau dan Kaligrafi

Motif burung kuau dan kaligrafi menggambarkan keadaan binatang dan tulisan Arab. Jenis motif ini pada waktu dahulu digunakan pada upacara pernikahan, yaitu pada acara ziarah kubur, dengan warna biru.

Gambar 2.6 Motif Burung Kuau dan Kaligrafi

7. Motif Rembulan dan Kaligrafi

(11)

.

Gambar 2.7 Motif Rembulan dan Kaligrafi

2.2.2. Motif Kreasi

Motif merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas kain besurek. Kain besurek yang mempunyai motif indah akan menambah daya tarik tersendiri. Untuk mendapatkan jenis-jenis kain besurek yang berkualitas perlu pengembangan jenis-jenis motif yang telah ada, yaitu motif dasar kain Basurek. Motif

dasar merupakan pedoman pengembangan untuk

mendapatkan jenis - jenis motif baru. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam mengembangakan motif dasar tersebut dinamakan pengembangan motif. Adapun motif yang dihasilkan disebut motif kreasi (pengembangan).

(12)

Pengembangan motif kain Basurek dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut:

a. Perpaduan Motif Dasar

Motif dasar kain Basurek yang jumlahnya ada tujuh jenis tersebut dapat saling di kombinasikan. misalnya, perpaduan motif pohon hayat dengan motif kaligrafi dan lain – lain. Dalam memadukan motif dasar ini, penempatan motif – motif yang ada perlu diatur sebaik – baiknya agar lebih indah dan menarik.

b. Memberi Ragam Hias pada Motif Dasar

Motif dasar kain Basurek dapat dikembangkan dengan cara memberi ragam hias (ornamen) pada motif dasar tersebut. Misalnya, tanda bintik – bintik, garis – garis halus dan lain – lain sehingga lukisan atau gambar motif yang didapat memberikan daya tarik (keindahan). Perkembangan dengan cara ini tidak jauh berbeda dengan cara kombinasi atau perpaduan motif dasar. Penempatan motif dan hiasan – hiasan tambahan lainnya dilakukan sedemikian rupa agar tampak lebih serasi, indah, dan menarik.

c. Memadukan Motif Dasar dengan Ornament / Ragam Hias yang Ada

(13)

Gambar 2.8 Contoh Motif Kreasi Satu

(14)

2.3. Analisa SWOT

Analisis SWOT telah lama dikenal di kalangan para ahli manajemen strategik yang banyak dimanfaatkan untuk menganalisis perkembangan usaha. Sedemikian pentingnya hingga hampir tidak ada studi kelayakan usaha yang dapat diterima dengan baik sebelum menyertakan analasis SWOT. Salah satu kelemahan mendasar dari analisis SWOT yang digunakan selama ini adalah ketergantungannya pada usaha yang sejenis yang digunakan sebagai pembanding dan menggunakan skala industri yang berasal dari sumber resmi. Manakal keperluan mendesak sementara data pesaing belum terkumpul dan terpetakan maka analisis SWOT tidak bisa diadakan.

Dalam artikel ini, dicoba suatu kemungkinan bagaimana memanfaatkan analisis SWOT tanpa pembanding atau skala industri dengan tetap tidak menghilangkan substansi kegunaannya akan tetapi menambah sehingga akan melengkapi penggunaan dan memperbesar manfaatnya.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Berbagai situasi yang dihadapi oleh perusahaan baik internal maupun eksternal harus dapat dijadikan masukan bagi perusahaan guna menentukan rencana dalam mentusun sistem pamasaran yang relatif berdaya guna dan tepat guna. Model yang hingga kini banyak digunakan untuk menganalisis situasi bagi perencanaan strategis perusahaan adalah analisis SWOT.

(15)

situasi ternyata tidak memiliki data tentang pesaing dan pesaingnya belum terpetakan baik dalam skala industri (kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang yang sama) maupun dari hasil inteligen perusahaan, sedangkan perusahaan mendesak sekali untuk mempersiapkan rencana usaha strategis terutama dari segi pemasaran dan manajemen organisasi, maka dengan menggunakan analisis SWOT yang dimodifikasi sedemikian hingga menjadikan ia dapat digunakan oleh perusahaan tanpa harus mengetahui skala industri atau data inteligen mengenai pesaingnya. Untuk hal ini terdapat beberapa penyesuaian dalam pembentukan model analisis yaitu:

1. Pembobotan tetap menggunakan skala 1 (sangat penting) hingga 0 (tidak penting), akan tetapi penentuan nilai skala untuk masing – masing situasi total berjumlah 1 dengan cara:

a. Urutkan faktor situasi berdasarkan skala prioritas (SP) (tertinggi nilainya 16 dari 4x4, urutan 2 nilainya 3x4=12 dan terendah nilainya 4 dari 1x4) lalu dikalikan dengan konstanta (K) nilai tertinggi yaitu 4.

b. Masing – masing nilai situasi tersebut dibagi dengan total nilai SPxK.

2. Peringkat tetap menggunakan skala 1 (rendah) – 4 (tinggi) untuk kekuatan dan peluang, sedangkan skala 4 (rendah) – 1 (tinggi) untuk kelemahan dan ancaman, namun karena tidak ada pembanding, maka nilai skala ditentukan berdasarkan prioritas dari masing – masing situasi (misalnya skala 4 peluang yang paling utama).

(16)

Berdasarkan nilai peringkat dan pembobotan yang kemudian dikalikan akan diperoleh hasil kombinasi antara beberapa situasi sebagai berikut:

1. (Kekuatan, Kesempatan, atau S,O) artinya perusahaan menentukan strategi berdasarkan kombinasi kekuatan dan kesempatan yang bisa memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan peluang sebaik – baiknya.

2. (Kelemahan, Kesempatan, atau W,O) artinya perusahaan harus membuat strategi bagaimana meminimalkan kelemahan yang selalu muncul dalam perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang menguntungkan.

3. (Kekuatan, Ancaman, atau S,T) artinya perusahaan bisa memanfaatkan kekuatan baik dalam hal manajemen, sistem pemasaran maupun kemampuan finansial untuk mengatasi ancaman.

4. (Kelemahan, Ancaman, atau W,T) artinya perusahaan harus meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Pada kampanye teori analisa SWOT ini bisa di gunakan untuk menentukan solusi pemecahan masalah. Data yang di gunakan adalah data hasil survey dan wawancara lapangan, sehingga di dapatkan solusi yang terbaik.

a. Internal Strength

- Memiliki motif yang khas dari motif batik Jawa, yaitu motif huruf Arab gundul yang di padukan dengan bunga Raflesia Arnoldi - Merupakan batik dari kawasan pulau Sumatra, yang mana

(17)

- Selalu membawa motif Kaligrafi huruf Arab gundul dan bunga Raflesia di setiap batik Basurek

- Sudah dikenal oleh masyarakat Bengkulu

Weakness

- Kalah pamor dari batik yang berasal dari Jawa - Tidak mampu memproduksi dalam skala besar - Sejarah tentang batik Basurek yang kurang

- Bahan baku yang masih di datangkan dari pulau Jawa, di karenakan harga bahan baku pulau Jawa lebih terjangkau

b. Eksternal

Opportunities

- Batik Basurek masih dalam cakupan wilayah Bengkulu

- Memiliki ciri khas motif yang unik dari kebanyakan batik Indonesia, yaitu motif huruf Arab gandul yang di padukan dengan bunga Raflesia

- Mempunyai nilai sejarah yang tinggi sebagai benda seni tradisional Bengkulu

- Karakteristik masyarakat Bengkulu yang sulit menerima budaya luar Bengkulu

Threats

- Kurang adanya loyalitas dan kebanggaan masyarakat Bengkulu terhadap batik Basurek

- Batik luar lebih laku terjual di bandingkan batik Basurek sendiri - Pesatnya penjualan batik yang berasal dari pulau Jawa

(18)

Analisa SWOT

(19)

Analisa Weakness ( Internal )

Sumber : Hasil pengukuran data berdasarkan Hipotesis

Analisa Opportunities ( Eksternal )

(20)

yang di padukan

Sumber : Hasil pengukuran data berdasarkan Hipotesis

Analisa Threats ( Eksternal )

(21)

Total

40 1 Sumber : Hasil pengukuran data berdasarkan Hipotesis

Tabel IFAS dan EFAS

(22)
(23)

Matriks SWOT

Kesimpulan analisa:

(24)

- Batik Basurek merupakan batik yang memiliki ciri khas yang berbeda dari pada batik lainnya, yaitu memiliki motif huruf Arab gundul yang di padukan dengan bunga Raflesia. Hal ini bisa menjadi kekuatan dalam membangun sebuah tindakan, apalagi masih dalam kawasan daerah Bengkulu saja. (Strategi SO) - Batik Basurek sendiri masih kalah pamor dari batik yang

berasal dari daerah Jawa, sehingga di perlukan upaya untuk meningkatkan pamor batik Basurek di kawasan Bengkulu khususnya (Strategi WO)

- Kurangnya Loyalitas dan kebanggaan masyarakat Bengkulu terhadap batik Basurek merupakan ancaman terbesar yang di hadapi batik ini, sehingga perlunya di adakan sebuah tindakan untuk menumbuhkan kembali rasa cinta dan bangga akan batik Basurek yang merupakan batik dari kawasan Bengkulu sendiri. Apalagi batik ini sendiri memiliki ciri khas yang sangat unik dan tidak di miliki oleh kebanyakan batik lainnya. (Strategi ST) - Kurangnya loyalitas serta kebanggan dan kalah pamor dari

batik Jawa merupakan kendala besar yang di hadapi batik Basurek, di saat bersamaan juga penjualan pesat batik jawa menjadi ancaman tersendiri bagi batik Basurek. (Strategi WT) - Berdasarkan hasil keseluruhan maka di ambil kesimpulan, yaitu

diperlukannya suatu tindakan untuk meningkatkan kembali rasa bangga dan loyalitas masyarakat Bengkulu terhadap batik Basurek, dengan meminimalkan ancaman yang datang serta memanfaatkan peluang yang ada sebagai kekuatan tersendiri. Di lihat dari realita dan hasil data tindakan yang dirasa tepat adalah kampanye.

2.4. Khalayak Sasaran

(25)

Basurek sebagai benda yang mempunyai nilai seni yang tinggi, dengan di lihat dari beberapa segi:

a. Demografis

- Masyarakat, mulai dari anak muda sampai orang dewasa - Target Primer: Mahasiswa dan Orang Dewasa (17 tahun – 45 tahun). Di pilih karena pada saat umur segitu masyarakat sangat banyak melakukan tindakan sosial, sehingga proses diharapkan kampanye berjalan lancar.

- Target Sekunder: Anak – anak dan orang tua (10 – 17 tahun dan +45 tahun). Di pilih sebagai target sekunder di karenakan pada umur segitu tingkah dan pola hidup sulit di pengaruhi. Khusus buat anak umur 10 – 17 tahun, kehidupan mereka lebih bersifat individu dan kelompok serta belum terlalu mengerti akan kehidupan bersosial, sehingga sering mengabaikan tentang kampanye itu sendiri.

- Status Ekonomi Sosial: Menengah ke atas

Menengah ke atas dipilih karena harga batik yang tidak murah, dan jarang terjangkau oleh tingkat bawah.

b. Geografis

Berdasarkan lokasi yang akan di buat tempat kampanye adalah Bengkulu, terutama di perkotaan.

c. Psikografis

(26)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi dalam perancangan kampanye batik Basurek Bengkulu, dibuat agar pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat dapat dimengerti dan diterima dengan baik, yakni tentang informasi mengenai batik Basurek itu sendiri.

Pada media kampanye ini menggunakan metode 5W+1H sebagai strategi komunikasi untuk menentukan bagaimana pesan dapat tersampaikan. Sehingga dapat disimpulkan tujuan komunikasi, pesan utama, serta materi pesan.

5W+1H

What

Sebuah media informasi untuk menumbuhkan kembali rasa bangga dan loyalitas terhadap batik Basurek.

Why

Kecintaan atau rasa bangga terhadap batik Basurek berkurang. When

Pada masa kampanye, selama 6 bulan (Juni – Desember) Where

Khususnya wilayah kota Bengkulu Who

Seluruh masyarakat berusia 17 - 45 tahun. How

(27)

3.1.1. Tujuan Komunikasi

Tujuan dari kampanye batik Basurek Bengkulu adalah:

 Mengajak masyarakat secara persuasif (bujukan) agar mau memakai pakaian yang terbuat dari motif batik Basurek  Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

batik Basurek sebagai benda tradisional Bengkulu  Melestarikan batik Basurek Bengkulu

3.1.2. Pesan utama/tema dasar Komunikasi

Pesan utama dalam kampanye ini berfungsi untuk menyampaikan informasi dan membujuk masyarakat mengenai batik Basurek Bengkulu, sehingga masyarakat dapat memandang batik Basurek Bengkulu sebagai benda yang memiliki arti seni yang tinggi, serta bangga terhadap batik ini. Masyarakat Bengkulu sendiri merupakan masyarakat yang masih menjunjung tinggi asas kekeluargaan, sehingga di harapkan memudahkan dalam proses penyampaian kampanye ke masyarakat. Selain itu asas kekeluargaan inilah yang menjadi dasar kampanye ini.

3.1.3. Materi Pesan

Dalam penyampaiannya, perancangan ini memerlukan materi yang akan disampaikan sebagai pesan dalam kegiatan kampanye.

Adapun materi yang akan di sampaikan adalah:  Informasi – informasi penting tentang batik

 Informasi tentang arti penting batik Basurek sebagai benda seni yang memiliki nilai yang tinggi

(28)

3.1.4. Pendekatan Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia yang baku,

sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat, serta tidak

menggunakan bahasa ilmiah dan bahasa asing, maka bahasa

daerah Bengkulu di pilih. Hal tersebut bertujuan agar pesan

yang ingin disampaikan dari kampanye ini lebih mudah

dimengerti oleh target audien.

3.2. Strategi Kreatif

Kampanye ini menggunakan strategi informasi yang bersifat persuasif dengan menggunakan informasi – informasi tentang pembuatan batik Basurek Bengkulu serta proses pembuatan yang tidak mudah, diharapkan masyarakat Bengkulu lebih memahami tentang batik ini, serta menghargai sebagai benda seni yang bernilai tinggi.

3.2.1. Pendekatan Kreatif

Untuk menarik perhatian dan minat masyarakat terhadap batik Basurek Bengkulu maka akan di buat sebuah headline dan tageline kampanye berupa bahasa asli Bengkulu. Selain itu juga dengan menampilkan visualisasi mantan ibu negara Fatmawati mengenakan batik Basurek. Hal ini dilakukan agar saat kampanye berjalan informasi yang diterima masyarakat lebih melekat dan dipahami.

(29)

3.2.2. Rasionalisasi Visual

Pendekatan visual adalah cara bagaimana menyampaikan pesan kampanye kepada target sasaran akan menggunakan bahasa visual. Dan pada kampanye ini adalah menggunakan gaya ilustrasi bernuansa motif batik Basurek sesuai dengan tema kampanye ini sendiri.

 Ilustrasi; ilustrasi yang digunakan adalah tentang proses pembuatan dan bahan – bahan batik Basurek

 Warna; warna yang di gunakan cenderung ke warna kusam dan tua, di maksudkan agar pada visual ilustrasi yang akan di buat mengartikan sebuah proses serta kerja keras dalam pembuatan batik Basurek sendiri.

 Tipografi; huruf yang akan di gunakan dalam visual ini adalah huruf yang memiliki kemiripan dengan huruf arab gandul yang ada pada batik Basurek.

 Layout; menggunakan layout yang bernuansa kuat dan simple, sehingga informasi yang di terima masyarakat dapat dipahami dengan baik.

3.3. Strategi Media

(30)

3.3.1. Pilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan dalam perancangan kampanye agar sesuai dengan kepentingan sasaran target utama kampanye, yang dirancang secara persuasif dan informasi agar pesan yang disampaikan dapat disampaikan dengan mudah dan tepat, maka pemilihan media disesuaikan dengan kebutuhan yang akan digunakan dalam kampanye. Strategi media dibagi menjadi dua. Media utama dan media pendukung. Sedangkan dalam kategori dibagi menjadi tiga, yaitu media Advertising, Direct Selling dan Merchandise.

Berikut rincian media yang akan di gunakan : a. Media Utama

- Poster

Poster adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

(31)

b. Media Pendukung

- Majalah (Advertising)

Adalah jenis media yang dipasang di halaman majalah dengan ukuran minimal satu halaman pada majalah tersebut. Majalah yang di gunakan adalah majalah yang sering di baca oleh masyarakat umum, seperti majalah fashion tentang batik.

- Baligho (Advertising)

Baligo merupakan media yang cukup besar dan memuat informasi lebih banyak maka efektitiasnya akan besar, terlebih lagi ketika media ini diletakan di tempat yang dekat dengan tempat target audien beraktifitas.

- X-Banner (Direct Selling)

Konsep yang digunakan hampir sama dengan poster, hanya yang membedakan adalah teknis ukuran dan penempatan. Penempatan X-Banner adalah pada tempat – tempat keramaian, seperti mall, tempat wisata dan lain – lain.

- Billboard (Advertising)

Billboard adalah jenis reklame media luar ruang (outdoor) dengan ukuran yang besar yang terpasang di jalan-jalan raya. Penempatan billboard adalah pada sekitar tempat keramaian, seperti kampus, tempat belanja dan lainnya.

- Iklan Koran (Advertising)

(32)

- Spanduk (Advertising)

Spanduk sebagai media yang dapat dipasang di jalan-jalan yang dapat memberi informasi kepada khalayak sasaran ketika ada di jalan. Spanduk di aplikasikan pada jalan – jalan sekitar keramaian.

- Umbul – umbul (Advertising)

Umbul – umbul adalah jenis reklame luar ruangan (outdoor) yang mirip bendera dengan ukuran memanjang keatas yang terpasang dijalan raya dengan menggunakan bambu atau pada saat event. Umbul – umbul diletakan pada tempat jalan utama di perkotaan dan tempat wisata.

- Mobil AD (Advertising)

Mobil AD adalah jenis media yang ditempel pada bodi kendaraan roda empat seperti angkot, bus kota dan juga mobil milik perusahaan itu sendiri dengan ukuran menutupi seluruh badan kendaraan atau hanya sebagian saja. Mobil AD di aplikasikan pada bus pariwisata kota Bengkulu dan pada angkot.

- Hanging Banner (Advertising)

Konsep yang digunakan hampir sama dengan x-banner, hanya yang membedakan adalah penempatan. Penempatan hanging banner adalah pada tiang – tiang traffic light dan tiang listrik.

- Lift (Advertising)

Lift adalah sebuah alat yang di gunakan sebagai transportasi dari satu lantai ke lantai lainnya. Pemasangan gambar pada lift di maksudkan agar informasi lebih cepat ditangkap oleh masyarakat, yang mana sering menggunakan lift di mall.

- Neon Box (Advertising)

(33)

ruangan dengan ukuran yang beragam dengan menggunakan panel yang terbuat dari besi sebagai penyangga dan menggunakan fiber serta lampu neon sebagai pelengkap. Neon Box di aplikasikan di jalan – jalan utama kota Bengkulu.

- Flag Chain (Direct Selling)

Flag Chain adalah jenis media dengan ukuran sedang yang dipasang didalam ruangan dengan cara disusun dan digantungkan pada seutas tali. Di aplikasikan pada tempat – tempat belanja dan tempat pariwisata.

- Flyers (Direct Selling)

Flyers adalah media selebaran berupa kertas yang berisi sebuah informasi. Flyers disebar pada tempat keramaian.

- Media Gimmick (Merchandise)

Media Gimmick merupakan media yang dapat dibawa dan digunakan, media ini juga dapat memperkuat informasi yang disampaikan. Gimmick disini merupakan pengaplikasian dari lay-out visual yang berisikan pesan informasi. Media Gimmick di aplikasikan melalui media– media piring hias, pin, nug, hand book dan T – shirt.

3.3.2. Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

(34)

3.3.3. Jadwal Pertimbangan Media

Dalam penyebaran media diperlukannya sebuah jadwal yang tepat sehingga pesan informasi yang di berikan kepada masyarakat di terima dengan baik.

Kampanye batik Basurek bengkulu sendiri di adakan selama 6 bulan (satu semester) pada bulan Juni – Desember dan puncaknya pada tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, yang di jadwalkan sebagai berikut:

No. Media Juni - Desember (6 – 12)

(35)

3.4.1. Pertimbangan Dasar Distribusi

Pertimbangan dasar distribusi sangat diperlukan untuk menyusun startegi dalam pendistribusian media kampanye. Untuk itu perlu adanya kerjasama dengan Pemerintah Daerah Bengkulu. Pihak yang bekerjasama dalam perancangan kampanye Mensosialisasi batik Basurek Bengkulu ini yaitu Dinas Pariwisata Bengkulu selaku pihak pelaksana, karena Dinas Pariwisata sangat cocok dengan perancangan kampanye ini, dimana target sasaran kampanye ini adalah masyarakat kota Bengkulu sendiri.

3.5. Konsep Visual

Dalam perancangan konsep visual didalamnya terdapat beberapa point seperti format desain, layout, tipografi, ilustrasi dan warna yang saling berkaitan agar dapat mendukung perancangan kampanye sesuai dengan tujuan komunikasi yang ingin dicapai.

3.5.1. Format Desain

Format desain yang digunakan dalam media informasi ini mengacu pada teori Frank Jefkins yang berjudul The Law Of Proportion mengatakan dimana format desain yang digunakan mempunyai ukuran yang lebih panjang pada satu sisinya baik horizontal maupun vertical, maka bentuk seperti ini akan nampak menarik daripada sebuah bujur sangkar yang kedua sisinya sama.

3.5.2. Lay Out

(36)

penempatan unsur – unsur grafis yang disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan kesan yang menarik dan informatif.

Untuk mendapatkan kesan tersebut, maka dibuat variasi – variasi yang berupa perbedaan ketebalan dan ukuran huruf yang dipergunakan untuk memberikan penekanan – penekanan kata yang dianggap penting.

Tata letak Layout pada setiap media terfokus ditengah agar target audience dengan mudah menerima pesan yang disampaikan karena hanya terfokus ditengah.

3.5.3. Tipografi

Jenis Huruf yang digunakan dalam kampanye ini adalah huruf yang memiliki sifat familiar dan juga memiliki kemiripan dengan huruf arab gundul yang di pakai sebagai motif batik Basurek. Huruf yang cocok dengan kreteria di atas adalah huruf Basurek yang dibuat khusus yang akan di gunakan pada kata Basurek, dan sebagai lanjutan kata di gunakan huruf Arabolical.

Kata Basurek menggunakan huruf Basurek dengan warna biru, yang dimaksudkan untuk lebih menegaskan tentang batik Basurek kepada masyarakat selain itu warna biru yang di pakai karena warna ini memiliki sifat teratur dan kepercayaan.

(37)

mempunyai pendekatan dengan huruf arab yang merupakan motif khas batik Basurek. Dengan menggunakan warna hitam yang memiliki sifat tegas dan kuat sehingga diharapkan arti punyo kito lebih di tanggapi oleh masyarakat.

Untuk body text dan tagline menggunakan huruf Lithos Pro, yang memiliki ketegasan dan tingkat keterbacaan yang tinggi.

BASUREK

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890,./;’?><:”

3.5.4. Ilustrasi

(38)

Fatmawati dan sebuah keluarga yang mengenakan batik Basurek, sehingga menambah daya tarik tentang kampanye batik Basurek ini yang diharapkan nantinya dapat membujuk masyarakat melakukan sebuah tindakan memakai batik Basurek.

Berikut adalah beberapa image visual yang dipilih dalam perancangan media kampanye antara lain :

o Digital Illustration ( ilustrasi digital )

Adalah sebuah penggambaran media visual melalui perangakat komputer yang berbentuk ilustrasi kartun atau 2D. Tipe ilustrasi yang di gunakan adalah semi realis yang di ambil dari sebuah konsep foto dan sketsa visual.

Berikut ilustrasi yang di buat :

Gambar 3.1 Membatik Cap Gambar 1:

(39)

Gambar 3.2 Nenek membatik Gambar 2:

Menggambarkan seorang nenek yang sudah tua yang sedang membatik. Visual ini memperlihatkan ketekunan dalam pembuatan batik yang memakan waktu lama.

Gambar 3.3 Tangan membatik Gambar 3:

Menggambarkan tangan yang sedang membatik secara tulis. Visual ini ingin menunjukan ketelitian dalam membatik.

Gambar 3.4 Peralatan membatik Gambar 4:

(40)

Gambar 3.5 Masyarakat Gambar 5:

Menggambarkan sebuah keluarga yang memakai batik Basurek, dimana baju - baju yang dikenakan telah di modifikasi menjadi pakaian modern. Visualisasi ini diharapkan mampu membujuk masyarakat untuk mengenakan batik Basurek.

Gambar 3.6 Fatmawati Gambar 6:

(41)

o Logo Kampanye

Logo dalam kampanye kain batik Basurek dibuat untuk lebih menarik perhatian para target kampanye serta sebagai salah satu simbol pengenal kepada para target tentang kampanye ini.

Proses pembuatan logo dilakukan dengan pendekatan visual tentang objek menarik yang ada di Bengkulu. Objek itu kemudian di buat sederhana dengan menggunakan motif khas kain batik Basurek yaitu huruf Arab gundul yang di padukan dengan bunga Raflesia. Objek yang di pilih adalah jenis burung yang khas daerah Bengkulu, yaitu burung khas pulau Enggano, burung Terik Enggano.

Motif batik yang digunakan tidak mempunyai arti, karena dengan pendekatan huruf Arab. Sedangkan gambar motif bunga Raflesia pada bagian ekor untuk melambangkan propinsi Bengkulu yang khas dengan bunga ini. Warna yang di pilih pada logo adalah warna hitam, karena warna ini merupakan warna dasar sketsa batik. Selain itu warna ini mempunyai arti agung.

(42)

Gambar 3.7 Logo

o Elemen Visual

Gambar 3.8 Elemen Visual

Dalam kampanye batik Basurek ini terdapat beberapa elemen visual sebagai penunjang dalam visual keseluruhan kampanye. Elemen visual ini sebagian digunakan sebagai identitas kota Bengkulu, yaitu bunga Raflesia Arnoldi dan lembaran kain batik Basurek.

(43)

mana tema pada visual adalah lukisan, sehingga diperlukannya elemen penunjang terhadap tema ini.

3.5.5. Warna

Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda – beda, yang dimaksud karakteristik disini adalah sifat khas yang dimiliki suatu warna tersebut. Sebagai bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss,

bahwa “warna digunakan dalam simbol – simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol –simbol tersebut”.

Warna yang digunakan dalam kampanye batik Basurek adalah:

o Merah; merupakan warna yang memiliki sifat agresif, dan

kekuatan. Warna ini dipilih karena sesuai dengan karakteristik masyarakat Bengkulu yang cenderung memiliki sifat keras dan tegas.

o Abu abu; merupakan warna yang memiliki sifat intelek dan

masa depan serta kesederhanaan. Warna ini dipakai sebagai pemberitahuan kepada masyarakat untuk dapat menjaga batik Basurek seiring dengan berkembangnya zaman.

o Biru; merupakan warna yang memiliki sifat ketenangan,

kepercayaan, keteraturan. Warna ini dipilih karena ingin memperlihatkan bahwa batik Basurek merupakan warisan leluhur yang sangat kental dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang ditandai dengan motif berupa huruf Arab gundul.

o Cokelat; merupakan warna yang memiliki arti daya tahan

(44)

sebagai perwakilan dari kain batik Basurek yang memiliki daya tahan yang awet, seperti batik pada umumnya.

o Hitam; merupakan warna yang memiliki arti kekuatan,

keanggunan dan rasa takut. Warna ini dipilih sebagai pemberitahuan bahwa batik merupakan barang yang kuat serta dulunya memiliki arti sakral.

o Putih; merupakan warna yang memiliki arti rapi, suci,bersih,

(45)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE BATIK BASUREK SEBAGAI

IDENTITAS BENGKULU

DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2009/2010

Oleh :

Septyan Dinata 51905868

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(46)

DAFTAR ISI

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU ... 5

2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu ··· 5

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 25

(47)

3.3. Strategi Media ··· 28

3.3.1. Pilihan Media ··· 29

3.3.2. Pertimbangan Dasar Penyebaran Media ··· 32

3.3.3. Jadwal Pertimbangan Media ··· 33

3.4. Strategi Distribusi ··· 33

3.4.1. Pertimbangan Dasar Distribusi ··· 33

3.5. Konsep Visual ··· 34

3.5.1. Format Desain ··· 34

3.5.2. Lay Out ··· 34

3.5.3. Tifografi ··· 35

3.5.4. Ilustrasi ··· 36

3.5.5. Warna ··· 42

(48)
(49)

Gambar 4.12 Lift ··· 53

Gambar 4.13 Neon Box ··· 54

Gambar 4.14 Flag Chain ··· 55

Gambar 4.15 Flyers ··· 55

Gambar 4.16 Pin ··· 56

Gambar 4.17 T-Shirt ··· 57

Gambar 4.18 Handbook ··· 57

Gambar 4.19 Sticker ··· 58

Gambar 4.20 Mug ··· 59

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Sanaran, I, Emilia, R, & Lamiyah, Z. (1998). Kerajinan Kain Basurek . Bengkulu: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Tim Sanggar Batik Barcode. (2010). Batik. Jakarta: PT Niaga Swadaya.

Hamidin, Aep. (2010). Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta: NARASI.

Ruslan, Rosady. (2005). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT Raja Grafindo.

Oetomo, D.(2009). Apa itu batik. Di akses pada 11 Januari 2010 dari w.w.w. : http:/ /www.rumahbatik.com/content/view/16/31/1/1/

Kodiya, K.(2008). Kain batik dan tekstil bermotif batik. Di akses pada 11 januari 2010 dari w.w.w. : http://netsains.com/2008/08/kain-batik-dan-tekstil-bermotif-batik

Pujiastuti, W.(2009). Batik dimasa kini. Di akses pada 11 Januari 2010 dari w.w.w. : http://www.batikmarkets.com/

Pujiastuti, W.(2009). Bagaimana cara membuat batik. Di akses pada 11 Januari 2010 dari w.w.w. :

(51)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat yang paling besar pada kita yaitu nikmat iman dan islam serta shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Kampanye Batik Basurek Sebagai Identitas Bengkulu” dengan baik.

Laporan pengantar proyek tugas akhir ini disusun melalui suatu proses kerja yang cukup panjang serta mengalami berbagai rintangan, tantangan dan hambatan. Namun penulis akhirnya dapat melalui itu semua, sehingga dapat menyelesaikannya. Ini semua dapat dilakukan berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekuranganya baik dari segi materi serta visual yang ditampilkan, untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada pembaca jika sudi kiranya memberikan kritik serta saran atas Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini.

Bandung, Juli 2010

(52)

Lembar pengesahan

Perancangan Kampanye

PERANCANGAN KAMPANYE BATIK BASUREK SEBAGAI

IDENTITAS BENGKULU

DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2009/2010

Oleh :

Septyan Dinata 51905868

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Disahkan oleh:

Dosen Pembimbing

Didi Subandi, S.Sn.

Koordinator Tugas Akhir

(53)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

Dalam penyampaian informasi diperlukan media sebagai sarana, media media – media dipakai berdasarkan pada fungsi yang sesuai agar informasi yang disampaikan bisa tepat sasaran.

Dalam penyampaian pesan kepada masyarakat media yang digunakan adalah :

a. Poster

Poster dengan ukuran 42 x 59,4 cm dengan 2 desain berbeda. Penempatan gambar masing – masing dari media poster disesuaikan dengan tempat khalayak sasaran berada. Poster pertama di aplikasikan pada lingkungan tempat belajar seperti kampus, dengan visual berupa Fatmawati sehingga lebih memahami tentang batik Basurek dan rasa bangga akan batik Basurek. Sedangkan poster kedua disebarkan pada lokasi dinding perkotaan, dengan gambar kakek sedang membatik diharapkan masyarakat lebih menghargai tentang batik ini. Bahan yang dipakai adalah Vinil, yang tahan air, panas dan tidak mudah disobek.

(54)

Format : Potrait

Ukuran : 42 x 59,4 cm Bahan : Vinil

Teknis produksi : Digital Printing

b. Billboard

Billboard dengan ukuran 600 x 400 cm (Potrait) dengan jumlah yang sedikit dan perlu cetakan yang tahan air dan panas karena media berada diluar ruangan. Maka dipilihlah Frontlite sebagai bahan. Visualisasi yang dipakai adalah Fatmawati yang bertujuan untuk meningkatkan kebanggan terhadap batik Basurek.

Gambar 4.2 Billboard

Format : Potrait

Ukuran : 600 x 400 cm

Bahan : Fronlite

(55)

c. Majalah

Adalah jenis media yang dipasang di halaman majalah dengan ukuran minimal satu halaman pada majalah tersebut. Majalah yang di gunakan adalah majalah yang sering dibaca oleh masyarakat umum, seperti majalah fashion tentang batik. Visualisasi yang digunakan adalah kakek yang sedang membatik dengan maksud untuk mengingatkan masyarakat akan jerih payah membatik sehingga menumbuhkan rasa peduli terhadap batik Basurek.

Gambar 4.3 Majalah

Format : Potrait

Ukuran : 22 x 28 cm

Bahan : Art Paper 150 gram Teknis produksi : Cetak Sparasi

d. Baligho

(56)

Gambar 4.4 Baligho Format : Potrait

Ukuran : 400 x 300 cm

Bahan : Fronlite

Teknis produksi : Digital Printing

e. X - Banner

X - Banner merupakan media yang di pasang pada tempat – tempat wisata, pusat pendidikan seperti kampus dan keramaian di kota Bengkulu, berada di dalam ruangan. Visualisasi yang digunakan adalah keluarga yang menggunakan batik Basurek dengan maksud meningkatkan loyalitas dan kebanggaan terhadap batik Basurek.

(57)

Format : Potrait Ukuran : 60 x 160 cm Bahan : Fronlite

Teknis produksi : Digital Printing

f. Iklan Koran

Iklan koran adalah jenis media yang dipasang dikoran dengan ukuran disesuaikan dengan keinginan, biasanya ukuran pada koran berdasarkan kolom dan baris. Iklan pada koran di aplikasikan pada koran – koran daerah lokal Bengkulu. Visualisasi yang digunakan adalah gambar keluarga, yang dirasa cocok untuk sebuah koran yang sering di baca keluarga dengan maksud meningkatkan loyalitas atas batik Basurek.

Gambar 4.6 Iklan koran Format : Potrait

Ukuran : 15 x 21 cm

(58)

g. Spanduk

Spanduk sebagai media yang dapat dipasang di jalan-jalan yang dapat memberi nformasi kepada khalayak sasaran ketika ada dijalan. Spanduk di aplikasikan pada jalan – jalan sekitar keramaian, terutama pada daerah yang jalannya kecil, dikarenakan ukuran spanduk yang hanya 3 meter x 0,75 meter. Visualisasi yang digunakan adalah tangan yang sedang membatik dengan maksud agar masyarakat lebih tertatik tentang membatik, sehingga meningkatkan rasa cinta terhadap batik tersebut.

Gambar 4.7 Spanduk

Format : Landscape

Ukuran : 300 x 75 cm Bahan : Fronlite

Teknis produksi : Digital Printing

h. Umbul – umbul

(59)

Gambar 4.8 Umbul – umbul

Format : Potrait

Ukuran : 110 x 350 cm

Bahan : Albatros

Teknis produksi : High Res Print ( Digital Print )

i. Bus (Mobile Ad)

Bus yang dipakai adalah bus pariwisata, yang dirasa tepat untuk menarik perhatian masyarakat kota Bengkulu. Menggunakan bahan sticker Vinil yang tahan panas dan air. Visual dibuat terpisah, dikarenakan panjang bus yang mencapai 15 meter. Visualisasi yang digunakan adalah gambar Fatmawati yang mengenakan batik Basurek, diharapkan meningkatkan loyalitas dan kebanggaan masyarakat yang melihat bus ini.

(60)

Gambar 4.9 Bus

Format : Landscape

Ukuran : 1,8 m x 15 m Bahan : Sticker Vinil Teknis produksi : Digital Printing

j. Angkutan Kota

Angkot merupakan media luar ruangan yang sering dijumpai oleh masyarakat dan penyebaran informasinya pun sangat mudah karena hampir semua masyarakat yang dilewati angkot ini dapat melihatnya. Visualisasi yang digunakan adalah gambar Fatmawati yang bertujuan untuk meningkatkan kebanggan terhadap batik Basurek.

(61)

Format : Landscape

Ukuran : 170 x 100 cm

Bahan : One Way Vision Sticker Teknis produksi : Digital Printing

k. Hanging Banner

Konsep yang digunakan hampir sama dengan x-banner, hanya yang membedakan penempatan. Penempatan hanging banner adalah pada tiang – tiang traffic light dan tiang listrik. Visualisasi yang digunakan adalah kakek yang sedang membatik dengan maksud untuk mengingatkan masyarakat akan jerih payah membatik sehingga menumbuhkan rasa peduli terhadap batik Basurek.

Gambar 4.11 Hanging Banner Format : Potrait

Ukuran : 60 x 160 cm Bahan : Fronlite

(62)

l. Lift (Body Blok)

Lift adalah sebuah alat yang di gunakan sebagai transportasi dari satu lantai ke lantai lainnya. Pemasangan gambar pada lift dimaksudkan agar informasi lebih cepat di tangkap oleh masyarakat, yang mana sering menggunakan lift di mall. Visualisasi yang digunakan adalah tangan yang sedang membatik dengan maksud agar masyarakat lebih tertatik tentang membatik, sehingga meningkatkan rasa cinta terhadap batik tersebut.

Gambar 4.12 Lift Format : Potrait

Ukuran : 150 x 250 cm ( ukuran pintu lift ) Bahan : Sticker Vinil

Teknis produksi : Digital Printing

m. Neon Box

(63)

membatik cap dengan maksud untuk mengingatkan masyarakat akan jerih payah membatik sehingga menumbuhkan rasa peduli terhadap batik Basurek.

Gambar 4.13 Neon Box

Format : Potrait Ukuran : 80 x 120 cm

Bahan : Fronlite, Besi Penyangga,

Fiber Transparan dan lampu neon Teknis produksi : Digital Printing

n. Flag Chain

(64)

Gambar 4.14 Flag Chain Format : Potrait

Ukuran : 15 x 21 cm

Bahan : Artpaper

Teknis produksi : Cetak Sparasi

o. Flyers

Flyers adalah media selebaran berupa kertas yang berisi sebuah informasi. Flyers disebar pada tempat keramaian, seperti di tempat belanja dan kampus. Visualisasi yang dipakai adalah Fatmawati yang mengenakan batik Basurek bertujuan untuk meningkatkan kebanggan terhadap batik Basurek.

(65)

Format : Potrait

Ukuran : 15 x 21 cm

Bahan : Artpaper

Teknis produksi : Cetak Sparasi

p. Pin

Media pin ini dipilih karena memiliki banyak kegunaan yang tidak terbatas sebagai identitas produk dan bisa dipakai dimana saja. Visualisasi yang digunakan bermacam – macam, yang bertujuan menarik minat masyarakat akan kampanye ini, sehingga meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadapa batik Basurek.

Gambar 4.16 Pin

Format : Bulat

Ukuran : Diamater 4,4 cm

Bahan : Kertas, Plastik dan kaleng Teknis produksi : Digital Printing

q. T- shirt

(66)

Basurek yang proses pembuatannya tidak mudah, sehingga rasa loyal dan bangga tumbuh.

Gambar 4.17 T-Shirt Format : Potrait

Ukuran : M

Bahan : Cotton Combat Teknis produksi : Sablon Digital

r. Handbook

Handbook ini dipakai sebagai media gimmick karena bertujuan untuk menggugah masyarakat agar mengetahui tentang kampanye batik Basurek ini. Visualisasi yang dipakai adalah Fatmawati yang bertujuan untuk meningkatkan kebanggan terhadap batik Basurek.

(67)

Format : Potrait

Ukuran : 10,5 x 14,8 cm Bahan : Art Paper ( cover ) Teknis produksi : Cetak Sparasi

s. Stiker

Stiker ini bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat tentang batik Basurek. Stiker dipilih karena media ini gampang di bagikan dan di aplikasikan di mana saja. Visualisasi yang di gunakan ada 4 macam, yang bertujuan agar masyarakat lebih tau tentang kampanye ini sehingga rasa peduli terhadap batik Basurek muncul.

Gambar 4.19 Stiker

Format : Landscape

Ukuran : 6 x 14 cm Bahan : Glossy Stiker Teknis produksi : Digital Printing

t. Mug

(68)

Gambar 4.20 Mug Format : Potrait

Ukuran : diameter 8 cm x tinggi 10 cm

Bahan : Kaca

Teknis produksi : Digital Printing

u. Piring Hias

Piring hias ini dipakai sebagai media gimmick untuk mengingatkan masyarakat tentang kain batik Basurek, selain untuk hiasan piring ini juga bisa di pakai untuk makan, sehingga informasi tentang kampanye ini bisa dicapai dengan baik. Visualisasi yang dipakai adalah Fatmawati yang bertujuan untuk meningkatkan kebanggan terhadap batik Basurek.

Gambar 4.21 Piring Hias

Format : Bulat

Ukuran : diameter 17,5 cm

Bahan : Kaca

Gambar

Gambar 2.1 Motif Kaligrafi
Gambar 2.3  Motif Bunga Melati dan Kaligrafi
Gambar 2.4  Motif Relung Paku Perpaduan Burung
Gambar 2.5  Motif Bunga Cengkih dan Bunga Cempaka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang tepat untuk kondisi ini adalah membuat kampanye sosial tentang gangguan makan berlebih yang persuasif agar pesan yang penting ini dapat dengan

Pada program kampanye terdapat informasi yang edukatif tentang manfaat tertib antri dilingkungan masyarakat serta diadakannya seminar bertemakan “AKU TERTIB UNTUK

Tujuan dari perancangan kampanye ini yaitu sebagai sarana informasi kepada masyarakat tentang cloth diaper, menjawab permasalahan tentang cara mengatasi ketergantungan popok

Adapun batasan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia yang berperan

Dalam perancangan kampanye mengenali makanan berformalin adalah bersifat persuasif, dimaksudkan untuk mempengaruhi sasaran melalui pendekatan secara mendalam terlebih dahulu

Kampanye bahaya merokok di sekitar anak menggunakan poster infografis ini dirancang sebagai sumber informasi bagi orang tua maupun perokok aktif dengan menyajikan informasi

Perancangan kampanye sosial “Belalang” Belajar Kelola Uang ini telah memiliki dampak positif mulai dari proses awal kampanye hingga akhir kampanye serta dukungan penuh dari

Pembahasan Setelah melewati proses pengumpulan data, selanjutnya perancang mulai masuk ke tahap pembuatan media untuk Perancangan Kampanye Sosial Bahaya Penggunaan Polistirena Busa