• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pemasaran rumah makan Wong Solo : studi kasus rumah makan Wong Solo Cabang Pondok Gede Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pemasaran rumah makan Wong Solo : studi kasus rumah makan Wong Solo Cabang Pondok Gede Jakarta Timur"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN

RUMAH MAKAN WONG SOLO

(Studi Kasus Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede Jakarta Timur)

Anwar Manan Latif

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

STRATEGI PEMASARAN RUMAH MAKAN WONG SOLO

(Studi Kasus: Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede)

Anwar Manan Latif 100092020254

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Rumah Makan Wong Solo (Studi Kasus Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede)”, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

Tim Penguji,

Penguji I Penguji II

DR. Ir. Nunuk Adiarni, MM Ir. Siti Rochaeni, M.Si

Tim Pembimbing,

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Rahmi Purnomowati, M.Si Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP

Mengetahui,

Dekan, Ketua Program Studi

Fakultas Sains Dan Teknologi Agribisnis

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAM BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 24 September 2008

Anwar Manan Latif 100092020254

(5)
(6)

RINGKASAN

ANWAR MANAN LATIF, Strategi Pemasaran Rumah Makan Wong Solo Studi Kasus: Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede. (Dibawah bimbingan

RAHMI PURNOMOWATI dan AHMAD TJACHJA NUGRAHA).

Banyaknya jumlah rumah makan dan restoran yang berkembang saat ini, merupakan fenomena yang terlihat jelas, mulai dari rumah makan yang berskala kecil hingga yang berskala internasional. Menurut data yang terdapat di Departemen Pariwisata pada tahun 2006 tercatat terdapat sebanyak 31.903 industri rumah makan, yang terdiri dari empat segmen pasar yang berbeda, yaitu rumah makan tradisional, restoran, catering dan bar. Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia merupakan daerah yang paling berkembang dalam industri rumah makan, hal ini didukung dari banyaknya penduduk daerah yang datang ke ibu kota dan sudah barang tentu menjadi sasaran bagi pengembangan usaha rumah makan, semakin banyak segmentasi yang terbentuk dari rasa kedaerahan, maka semakin banyak pula rumah makan yang berdiri berdasarkan masing – masing daerah. Segmentasi pasar merupakan bagian dari target pasar bagi setiap perusahaan, sedangkan pasar merupakan bagian dari perorangan maupun organisasi yang membutuhkan suatu produk dan mempunyai kemampuan serta keinginan untuk membelinya. Dalam hal ini rumah makan mempunyai segmen pasar yang pertama, karena konsumen langsung membeli dan merasakan kepuasan terhadap produk yang mereka dapatkan. Akan tetapi pada lain pihak rumah makan menjadi konsumen institusional, dikarenakan rumah makan membeli bahan baku dari para petani dan kemudian mengolah kembali untuk kemudian dipasarkan. Jelasnya segmentasi pasar yang ada, membuat semua pengusaha rumah makan dan restoran berlomba-lomba mengatur strategi yang bisa mereka gunakan untuk meraih perhatian para konsumen, yang kemudian berdampak pada sistem manajerial yang berlaku dirumah makan tersebut, hal ini tentu saja dilakukan untuk memperoleh profit yang maksimal dan peningkatan profit secara keseluruhan pada setiap tahunnya.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede tepatnya terletak di jalan raya Pondok Gede No. 5. Lokasi ini persis Bersisian dengan terminal bus kota dan luar kota Pinang Ranti juga berdekatan dengan Asrama Haji Pondok Gede. Wong Solo cabang Pondok Gede didirikan dengan memakai konsep franchise yaitu mempersiapkan para investor untuk menanamkan modalnya. Masing-masing cabang Wong Solo mempunyai tipe yang berbeda. Perbedaan antara masing-masing cabang disesuaikan bentuk dan ornamen bangunan serta aksesorisnya. Rumah makan Wong Solo cabang Pondok Gede merupakan rumah makan tipe B.

(7)

dalam penerapan manajemen terjadi disebabkan pihak Top level manajemen Rumah Makan Wong Solo membebaskan para managernya di masing-masing cabang, untuk memberikan peluang agar mampu bersaing sesuai dengan kondisi dari masing-masing cabang.

Tujuan Penelitian ada tiga, yaitu: (1)Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang dihadapi Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede. (2) Menganalisa bauran pemasaran yang dijalankan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede. (3) Merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai kondisi internal dan eksternal yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

Metode pengelolaaan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan analisis lingkungan pemasaran, matrik IFE dan EFE, matrik IE, analisis SWOT untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

Total nilai matrik pada kekuatan memiliki skor 1,650, sedangkan pada kelemahan menunjukkan skor 0,701 artinya rumah makan Wong Solo cabang Pondok Gede mampu menutupi kelemahan yang ada. Matrik IFE menunjukkan bahw faktor internal yang memiliki kekuatan terbesar adalah menu yang disajikan yang memiliki cita rasa yang khas, sedangkan empat kekuatan lainnya ialah : pengawasan mutu ayam bakar Rumah Makan Wong Solo dilakukan secara ketat, sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Rumah Makan Wong Solo berkualitas, produk yang dimiliki Rumah Makan Wong Solo dalam hal ini produknya menu makanan, telah memiliki 47 menu, sistem penjualan yang dilakukan oleh Rumah Makan Wong Solo adalah dengan mendirikan cabang atau perwakilan sebanyak-banyaknya sehingga seluruh kekuatan berjumlah 1,650.

Dari tabel matrik EFE, dapat disimpulkan bahwa Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede sudah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk menutupi faktor-faktor yang menjadi ancaman. Hal ini dapat terlihat dengan lebih besarnya skor peluang yaitu 1,627 dibandingkan faktor ancaman yang hanya 0,729. akan tetapi beberapa peluang besar yang bisa dimanfaatkan, belum menjadi prioritas bagi rumah makan ini, dikarenakan Rumah Makan Wong Solo belum bisa memanfaatkan pertumbuhan perumahan disekitar lokasi rumah makan tersebut, hal ini dapat terlihat bahwa faktor pertumbuhan perumahan hanya bernilai 0,266.

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim,

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kepada

junjungan Rasulullah SAW yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman ilmu pengetahuan.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “STRATEGI PEMASARAN RUMAH MAKAN WONG SOLO (Studi Kasus Rumah Makan Wong Solo Pondok Gede Jakarta Timur)”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. (Alm) KH. Khaidir Anwar ayahanda tercinta, walaupun beliau telah tiada

bimbingan serta didikan nya akan selalu mewarnai jalan hidupku, Mama dan istri

tercinta, atas motivasi pengertian serta do’a dan kasih sayangnya, serta

kakak-kakak ku Aini Aswita, Umi Hati, Lukman Hakim dan Aulia Astuti, Umak dan

Ayah Mertuaku serta adik-adikku tersayang Rani, Oin, Yasir dan Dede atas do’a,

dan dukungannya, baik moril maupun materiil.

2. KH Asef Bahruzzein dan Ust H. Wawan Arwani Lc, selaku penasihat spiritual

yang sudah mengarahkan hidupku kepada jalan yang lebih baik.

3. Ibu Rahmi Purnomowati, M.Si, selaku pembimbing I yang dengan perhatian,

ketulusan dan kesabaran memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

(10)

pengertian, ketulusan dan kesabaran hati memberikan bimbingannya.

5. Ibu DR. Ir. Nunuk Adriani, MM, selaku penguji I yang dengan kesabaran dan

ketulusan hati yang telah banyak memberikan masukan dan arahan untuk

perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si, selaku penguji II yang dengan kesabaran dan

ketulusan hati telah memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Ir. Sopyansyah Jaya Putra, M.Si., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selalu sabar menanti perjuanganku yang panjang.

9. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

10.Salim dan Hafis yang sudah banyak memberikan motivasi dan masukan dalam

penyelesaian skripsi ini.

11.Teman-teman jurusan Agribisnis, terimakasih atas motivasi dan masukan yang

telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

12.Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Seluruh pihak yang tidak dapat

disebutkan namanya satu-persatu, tanpa mengurangi rasa hormat yang telah

memberikan dorongan dan masukan atas penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak lepas dari kekurangan dan

ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca guna perbaikan. Akhirnya penulis berharap karya

tulis berupa skripsi ini dapat bermanfaat. Amin ya robbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2009

(11)
(12)

2.8. Penelitian Terdahulu ...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...31

3.2. Jenis dan Sumber Data ...31

3.3. Pengambilan Data ...32

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ...33

3.4.1. Analisis Lingkungan Internal...…………..…..…...33

3.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal.. ...34

3.4.3. Analisis Strategi dengan EFE dan IFE...34

3.4.4. Analisis SWOT yang dihadapi perusahaan...39

(13)

5.4.2 Ancaman ...59 5.5. Analisis Matrik SWOT...61

5.6. Strategi Bauran Pemasaran...64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan...67

6.2. Saran...68

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1 Jumlah Restoran, Rumah Makan Tradisional, Cataring dan Bar... 2

2 Faktor-faktor Strategi Eksternal...15

3 Faktor-faktor Strategi Internal ...15

4 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ...17

5 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan...17

6 Faktor-faktor Strategi Eksternal...34

7 Faktor-faktor Strategi Internal ...35

8 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ...36

9 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan...37

10 Matrik IFE Rumah Makan Wong Solo ...52

11 Matrik EFE Rumah Makan Wong Solo ...59

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

1 Model Lima Kekuatan Potler...11

2 Strategi Empat Kuadran...20

3 Matrik SWOT ...22

4 Variabel-Variabel 4 P dari Bauran Pemasaran ...23

5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penetapan Harga...26

6 Kerangka Pemikiran Konseptual...40

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1 Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo

2 Daftar Karyawan dan Tingkat Pendidikan di Masing – masing Jabatan

3 Menu Rumah Makan Wong Solo

4 Daftar Harga Makanan di Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

5 Daftar Harga Minuman di Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

6 Outlet Ayam Bakar wong Solo di Beberapa Kota Besar di Indonesia

7 Hasil Wawancara Dengan Pihak Manajemen RM Wong Solo

8 Hasil Kalkulasi Bobot Pada Faktor Internal

9 Hasil Kalkulasi Pemberian Bobot Pada faktor Eksternal

10 Kalkulasi Perhitungan Rata – rata Bobot dari Faktor Internal dan Eksternal

11 Perhitungan Rata – rata Rating dari Faktor Internal dan Eksternal

12 Skor Internal dan Skor Eksternal Rumah Makan Wong Solo

13 Kuesioner Analisis Internal Perusahaan

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Industri pengolahan bahan pangan siap saji (rumah makan dan restoran)

merupakan salah satu industri yang menjanjikan pada saat ini di Indonesia. Di tengah

badai krisis moneter yang berkepanjangan, rumah makan mempunyai kekuatan

tersendiri dalam mengatasinya, selain itu rumah makan menyediakan kebutuhan

pokok yang dikonsumsi masyarakat luas.

Indonesia mempunyai iklim yang sangat cocok untuk mengembangkan usaha

pertanian, hal ini tentu dapat mendukung perkembangan usaha rumah makan yang

bahan bakunya berasal pertanian, akan tetapi iklim yang baik dan lahan yang cukup

untuk pertanian belum benar-benar dimanfaatkan dengan maksimal, hal ini terbukti

dengan beberapa kali adanya kenaikan harga beras yang diakibatkan dari kurangnya

pasokan dalam negeri sehingga harus mengimpor beras dari Thailand (Wahyuddin,

2007; hal 3).

Banyaknya jumlah rumah makan dan restoran yang berkembang saat ini,

merupakan fenomena yang terlihat jelas, mulai dari rumah makan yang berskala kecil

hingga yang berskala internasional. Menurut data yang terdapat di Departemen

Pariwisata pada tahun 2006 tercatat terdapat sebanyak 31.903 industri rumah makan,

yang terdiri dari empat segmen pasar yang berbeda, yaitu rumah makan tradisional,

(18)

Segmentasi pasar yang ada menunjukkan jenis konsumen mana yang menjadi

target dari pemasaran rumah makan dan restoran. Secara terinci terlihat dalam tabel

1.1 mengenai segmentasi rumah makan yang beredar di pulau-pulau besar

diIndonesia yang terdaftar di Departemen Pariwisata

Tabel 1. Jumlah Restoran, Rumah Makan Tradisonal, Catering dan Bar Di Indonesia Tahun 2006

Nama Pulau Restoran Rumah Makan Tradisional

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah industri rumah

makan yang ada di Indonesia cukup tinggi yaitu 31.903. Angka ini menunjukkan

bahwa industri rumah makan tetap berkembang. Data tersebut merupakan data usaha

yang terkena wajib pajak yang ada di Departemen Pariwisata, sehingga dapat

disimpulkan juga bahwa masih banyak lagi usaha rumah makan yang belum termasuk

dalam data tersebut dan tetap berkembang serta bertahan di Indonesia.

Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia merupakan daerah yang paling

berkembang dalam industri rumah makan. Hal ini didukung dari banyaknya

(19)

pengembangan usaha rumah makan, dengan segmentasi yang terbentuk berdasarkan

ciri kedaerahan.

Segmentasi pasar merupakan pembagian pasar berdasarkan beberapa katagori

perusahaan agar memudahkan perusahaan mencapai pasar sasarannya. Pasar

merupakan bagian dari perorangan maupun organisasi yang membutuhkan suatu

produk dan mempunyai kemampuan serta keinginan untuk membeli produk

dimaksud. Bagi setiap jenis usaha, pasar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Konsumen akhir yaitu konsumen perorangan atau kelompok yang memakai

produk secara langsung sesuai dengan kebutuhan maupun kepuasan mereka.

2. Pembeli institusional atau Institusional Buyers dan Industrial Market yaitu:

Pembeli dari pihak institusi, organisasi dan industri yang memakai produk tidak

secara langsung atau dengan kata lain pembelian produk untuk diolah kembali

(bahan baku), dipergunakan sebagai alat produksi untuk memungkinkan

kemudahan proses produksi dan diolah lebih lanjut, yang kemudian dijual

kembali untuk mendapat keuntungan (Sutojo, 2002; hal 32).

Rumah Makan Wong Solo mengarah pada konsumen langsung yang dapat

merasakan kepuasan atas produk yang mereka dapatkan. Akan tetapi pada lain pihak

rumah makan menjadi konsumen institusional, dikarenakan rumah makan membeli

bahan baku dari para petani dan kemudian mengolah kembali untuk kemudian

dipasarkan.

Penetapan segmentasi pasar membantu pengusaha rumah makan dan restoran

(20)

Dengan strategi pemasaran yang disesuikan dengan segmen pasar yang dituju,

diharapkan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.

Manajemen rumah makan sangat berbeda satu sama lain, dimana hal ini

terkait dengan cara penyajian dan pelayanan yang memiliki ciri khas untuk menarik

minat konsumen. Walaupun disertai strategi dan program pendukung tetapi tidak

akan bermanfaat jika perusahaan gagal untuk melaksanakannya dengan cermat.

Strategi hanya salah satu dari tujuh unsur yang perlu dilakukan oleh perusahaan

secara tepat. Tujuh unsur itu ialah strategi, struktur dan sistem, gaya (style), staff,

ketrampilan (skill) dan nilai bersama (Shared Valu). Tiga unsur pertama ini yang

dianggap sebagai perangkat keras (Hardware) dan keberhasilan empat unsur

selanjutnya sebagai perangkat lunaknya (Software). Rumah makan dan restoran dapat

menjadi sebuah perusahaan yang mampu bertahan jika didukung dengan ketepatan

strategi dan cara pengelolaan yang efektif dan efesien (Kinsey, 1999, hal 17).

Rumah Makan Wong Solo sudah berdiri selama 12 tahun ini memiliki lebih

dari 30 anak cabang di seluruh Indonesia (Solo, 2008; hal 3) 23 Januari 2008.

Didalam pelayanannya, Rumah Makan Wong Solo menerapkan total service yaitu

melayani konsumen bagai seorang “Raja”. Semua pelayanan mulai dari pemesanan

hingga kepada pembayaran dilakukan oleh karyawan. Rumah Makan Wong Solo

cabang Pondok Gede menetapkan segmen pasar golongan menengah.

Dengan semakin berkembangnya usaha rumah makan, maka perusahan bisa

menganalisa kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang agar bisa

(21)

memanfaatkan peluang dalam penetrasi pasar serta mampu menghadapi persaingan

yang semakin ketat.

1.2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang di

bahas dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Rumah Makan Wong

Solo?

b. Bagaimana bauran pemasaran yang dijalankan oleh pihak manajemen Rumah

Makan Wong Solo cabang Pondok Gede ?

c. Strategi pemasaran seperti apakah yang harus diterapkan oleh Rumah Makan

Wong Solo cabang Pondok Gede?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan

kelemahan, faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang dihadapi

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede

b. Menganalisa bauran pemasaran yang dijalankan Rumah Makan Wong Solo

(22)

c. Merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai kondisi internal dan

eksternal yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi pemasaran yang

tepat bagi pihak manajerial Rumah Makan Wong Solo terutama dalam

menghadapi persaingan.

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan seperti; pihak

manajemen Rumah Makan Wong Solo maupun institusional pemerintah dan

sebagai pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam upaya menerapkan strategi bersaing yang tepat, suatu usaha

(23)

mengharuskan suatu usaha mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya perusahaan

sehingga mampu melakukan penyesuaian dengan pasar yang dilayani.

Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Oleh

karena itu perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal

dalam lingkungan pemasaran perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkannya, dan untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan

dalam hal memasarkan produknya ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 24 ).

2.1. Lingkungan Internal

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu

perusahaan harus dapat menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat

membuat hal yang unik dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan

yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat

melakukan analisis lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan

terdiri dari aspek organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan

operasi, aspek sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Lingkungan internal meliputi faktor intern perusahaan yang menentukan

kekuatan dan kelemahan, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan

cara yang paling efektif dan dapat menghadapi ancaman yang terdapat dalam

(24)

Perusahaan tidak dapat memilih sekian banyak peluang yang ada pada suatu

waktu yang mungkin membuahkan sukses besar, kecuali perusahaan itu menyadari

sepenuhnya keunggulan strategi mereka. Perusahaan tidak akan mampu menghadapi

ancaman lingkungan dengan efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisis

kelemahan perusahaan. Secara singkat analisis ini harus dapat dikombinasikan

dengan analisis eksternal sehingga keputusan tentang cara menggunakan atau

menambah kekuatan dan memperkecil kelemahan dapat diambil.

2.2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal meliputi faktor-faktor di luar perusahaan yang dapat

menimbulkan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Analisis lingkungan eksternal

memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengantisipasi peluang dan

membuat rencana untuk melakukan tanggapan terhadap peluang ini. Hal ini dapat

juga membantu perusahaan untuk mengembangkan sistem peringatan dini agar dapat

menghindari ancaman yang mempengaruhi keuntungan perusahaan. Lingkungan

eksternal pemasaran perusahaan dapat dibedakan menjadi lingkungan mikro dan

makro ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 27 ).

2.2.1. Lingkungan Mikro

Pelaku dimaksud adalah lingkungan mikro yang terdiri dari pelaku-pelaku

(25)

untuk melayani pasar, pemasok, perantara pemasaran (saluran distribusi), pelanggan,

pesaing dan produk subtitusi (Kotler, 1999; hal 33).

Pemasok adalah perusahaan bisnis dan individu - individu yang menyediakan

sumberdaya yang diperlukan oleh perusahaan pengolah untuk memproduksi barang

dan jasa. Sumberdaya yang disediakan pemasok ini dapat berupa bahan baku, energi,

modal, tenaga kerja, jasa dan sebagainya. Perusahaan harus mengikuti perkembangan

harga dan ketersediaan faktor produksi agar mampu bertahan dan memanfaatkan

peluang.

Perantara pemasaran adalah perusahaan yang membantu perusahaan lain

dalam promosi, penjualan dan pendistribusian barang-barangnya ke pembeli akhir.

Perantara pemasaran ini meliputi perantara (middlemen), perusahaan pendistribusian

fisik, agen jasa, organisasi pemasaran dan keuangan. Perantara yang terdiri dari agen

dan pedagang membantu perusahaan menemukan pelanggan atau mendekatkan

penjualan pada perusahaan. Perusahaan distribusi fisik meliputi perusahaan

pergudangan dan transportasi membantu perusahaan dalam menyimpan dan

memindahkan barang-barang dari tempat asal ke tempat tujuan. Agen jasa pemasaran,

termasuk didalamnya perusahaan penelitian pasar, agen periklanan, perusahaan media

dan perusahan konsultasi pemasaran membantu perusahaan untuk mengarahkan dan

mempromosikan produk-produknya ke dalam pasar yang tepat. Perantara keuangan

meliputi bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi dan perusahaan lain yang

membantu membiayai dan atau menjamin resiko yang timbul akibat pembelian dan

(26)

Pendatang Baru

Pembeli Pemasok

Persaingan Industri

Persaingan diantara Perusahaan yang ada

Pelanggan adalah individu dan keluarga yang membeli barang dan jasa untuk

dikonsumsi. Pelanggan ini sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, pendidikan, pola

mobilitas dan selera. Perusahaan harus menyadari bahwa sangat penting untuk

membedakan kelompok pelanggan atau segmen pasar dan mengembangkan produk

dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Setiap pelanggan mempunyai

karakteristik tertentu yang memerlukan perhatian yang cermat oleh perusahaan.

Pesaing adalah perusahaan lain yang menawarkan produk yang sama dengan

produk perusahaan atau produk subtitusinya (produk yang dapat menjalankan fungsi

yang sama dengan produk perusahaan), pesaing ini harus diidentifikasikan, dimonitor

perkembangannya dan disiasati untuk memperoleh loyalitas pelanggan.

Dari beberapa variabel penentu lingkungan mikro perusahaan yang disebutkan

diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan mikro menjadi dasar penentu

bertahannya sebuah perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam pemasaran dan

berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menerapkan strateginya.

Pada gambar di bawah ini disajikan model lima kekuatan Porter yang

menggambarkan kekuatan perusahaan dalam menerapkan strategi perusahaan dalam

menghadapi pesaing-pesaing. Hal-hal yang menjadi persaingan juga meliputi

(27)

Gambar 1. Model Lima Kekuatan Porter

Sumber : Rangkuti (2000, hal 15)

2.2.2.Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial yang lebih besar yang

mempengaruhi seluruh pelaku dilingkungan mikro perusahaan secara rinci

lingkungan makro terdiri dari faktor demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik,

budaya, seperti sebagai berikut :

a. Faktor demografi, yang berkaitan dengan masalah-masalah kependudukan seperti

jumlah penduduk, distribusi penduduk secara geografis, distribusi umur,

kecenderungan pergerakan penduduk dan sebagainya, merupakan lingkungan

pertama yang menjadi perhatian perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran.

b. Faktor ekonomi, terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli

konsumen dan pola pengeluarannya. Daya beli konsumen tergantung pada tingkat

(28)

kecenderungan dalam pendapatan dan pola pengeluaran konsumen yang

berubah-ubah.

c. Faktor alam, berkaitan erat dengan produksi perusahaan, perusahaan perlu

mengantisipasi ancaman maupun peluang yang mungkin timbul dari

kecendrungan lingkungan alam yang saat ini terjadi, seperti ketersediaan bahan

baku dan energi yang menipis, polusi yang semakin meningkat dan lain

sebagainya.

d. Faktor teknologi, memiliki kecenderungan untuk senantiasa berubah seiring

dengan penemuan-penemuan baru memberikan dampak revolusi terhadap

produk-produk dan proses produk-produksinya. Perkembangan teknologi juga memberi dampak

terhadap pola konsumsi pasar yang berimplikasi, terhadap sistem pemasaran

perusahaan. Para pemasar harus memahami lingkungan teknologi dan bagaimana

teknologi tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia sehingga perusahaan

dapat menambahkan penyusaian - penyesuaian yang perlu bagi produk maupun

teknologi produksinya.

e. Faktor politik, mempengaruhi keputusan dalam pemasaran perusahaan.

Lingkungan ini terdiri dari undang-undang, kebijakan pemerintah dan golongan

yang berpengaruh atau kelompok pembela kepentingan publik. Terciptanya

berbagai hukum yang mengatur bisnis perlindungan konsumen dan sebagainya,

ruang gerak perusahaan menjadi terbatas.

f. Faktor budaya, dimana seseorang tumbuh dan berkembang menjadi dewasa

(29)

pertumbuhannya mereka menyerap suatu pandangan umum yang menentukan

hubungan diantara meraka sendiri dan dengan orang lain serta dengan alam.

Pemasar perlu memperhatikan sistem sosial budaya dimana perusahaan akan

memasarkan produknya dan senantiasa memonitor perkembangan atau

kecenderungan yang terjadi yang akan berimplikasi dengan perubahan dengan

pola konsumsi pasar sasaran. (Kotler, 1999; hal 42).

Hasil dari perumusan faktor internal dan eksternal perusahan yang ada maka

keduanya dirangkum kedalam matrik yaitu Internal Factor Evaluation (IFE) dan

External Factor Evaluation (EFE) untuk mendapatkan hasil perhitungan secara

kuantitatif agar dapat merumuskan strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan.

2.3. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matrik External Factor Evaluation (EFE)

Matrik IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha, dan matrik ini juga memberikan

dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan diantara bidang – bidang ini

(Rangkuti, 2000; hal 35).

Informasi yang didapat dari penelitian terhadap faktor-faktor eksternal

dirangkum kedalam matriks External Factor Evaluation (EFE). Kedua matrik

tersebut IFE dan EFE menggunakan metode paired comparison (Rangkuti, 2000; hal

35).

(30)

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Perusahaan harus

menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat membuat hal yang unik

dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat melakukan analisis

lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan terdiri dari aspek

organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek

sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Perusahaan tidak akan mampu menghadapi ancaman lingkungan dengan

efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisa kelemahan perusahaan, dengan

demikian analisis ini harus dikombinasikan dengan analisis eksternal sehingga

keputusan tentang cara menggunakan atau menambah kekuatan dan memperkecil

kelemahan dapat diambil. Dalam pengambilan data internal maka dilakukan

observasi dan pembuatan koesioner tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan.

2.5. Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam pengambilan keputusan strategi, maka dilakukan observasi dengan

membuat koesioner tentang peluang dan ancaman perusahaan yang ditujukan

kepada pihak manajemen. Data dan info yang dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis.

(31)

Tabel 2. Faktor-faktor Strategi Internal

Faktor – faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot × Rating

Kekuatan

Kelemahan

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 34.

Tabel 3. Faktor-faktor Strategi Eksternal

Faktor – faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot × Rating

Peluang

Ancaman

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 35.

Tahap-tahap dalam menentukan faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE

(Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) adalah sebagai

berikut :

1. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan

internal) serta peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) dalam kolom 1.

Penentuan faktor –faktor tersebut dilakukan dengan diskusi antara pihak

perusahaan dengan penulis.

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari

(32)

Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

posisi strategis perusahaan. Jumlah dari pembobotan ini tidak boleh melebihi

skor total 1,00. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan

identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak

manajemen perusahaan dengan menggunakan metode “Paired Comparison

(Kinear, 1991; hal 27).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap

faktor penentu internal dan eksternal.

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2 dan 3. Skala

yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 dibawah

ini :

Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D ……. Total

A Xi

(33)

……

Total n

Xi i = 1 Sumber : Rangkuti, 2000, hal 45

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D ……. Total Sumber Rangkuti, 2000, hal 46.

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel

terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai

berikut yang bersumber dari Kinear, 1991, hal 29 :

(34)

3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan bobot (Poor) berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan pada saat dilakukan

penelitian.

a. Matriks IFE

untuk faktor yang menjadi kekuatan, skala nilai yang digunakan yaitu: 1 =

sangat lemah, 2 = lemah, 3 = baik, 4 = sangat baik. Sedangkan untuk faktor

yang menjadi kelemahan pemberian nilai rating dilakukan kebalikannya.

b. Matriks EFE

Untuk faktor yang menjadi peluang, skala nilai yang digunakan yaitu : 1 =

rendah (kurang respon), 2 = sedang (respon sama dengan rata-rata), 3 = tinggi

(respon diatas rata-rata), dan 4 = sangat tinggi (respon superior). Sedangkan

untuk faktor yang menjadi ancaman pemberian nilai rating dilakukan

sebaliknya.

3. Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding)

sampai dengan 1 (poor).

4. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini menunjukkan

bagaimana peusahaan tertentu reaksi terhadap faktor-faktor strategis internal

(35)

a. Matriks IFE

Nilai 2.5 menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada

tingkat rata-rata nilai 1 menunjukkan situasi internal perusahaan sangat buruk.

Sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat

baik.

b. Matriks EFE

Nilai 2.5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal

secara rata-rata. Nilai 1 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan

peluang dan mengihindarin ancaman yang ada. Sedangka nilai 4 menunjukkan

perusahaan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan baik.

2.6. Analasis dan Matrik SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi sistematis atas kekuatan (Strengths)

dan kelemahan (Weaknesses) internal perusahaan serta peluang (Opportunities) dan

ancaman (Threats) lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan.

Wheelen dan Hunger (2001, hal 42) menyebutkan empat kemungkinan

alternatif strategi yang dapat digunakan perusahaan setelah mengidentifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut. Pertama, strategi dengan

menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghambil keuntungan dari peluang yang

ada. Kedua, strategi dengan mengambil keuntungan dari peluang yang ada dengan

(36)

kekuatan perusahaan untuk menghindari dan menghadapi ancaman. Keempat,

strategi dengan meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Strategi empat kuadran berguna untuk membandingkan antara faktor eksternal

peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan

(strengths) dan kelemahan (weaknesses), seperti terlihat dalam Gambar 2.

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi turn-around progresif

4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi Defensif agresif

Gambar 2. Strategi Empat Kuadran

Sumber : Rangkuti (2000,hal 28)

Gambar diatas menunjukkan tentang pembagian empat kuadran alternatif

strategi pemasaran, yaitu :

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahan tersebut

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi ini disebut juga strategi progresif

(Growth oriented strategy)

BERBAGI PELUANG

KELEMAHAN EKSTERNAL KELEMAHAN

INTENAL

(37)

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai mancam ancaman, perusahaan dapat

bertahan dengan kekuatan internal, strategi yang harus digunakan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfatkan peluang jagka

panjang dengan strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Perusahaan mendapatkan peluang pasar yang sangat besar, tetapi

dilain pihak perusahaan menghadapi beberapa kelemahan

internal,maka strategi yang dilakukan adalah meminimalisasi

kelemahan internaluntuk mendapatkan peluang, strategi ini disebut

strategi perubahan atau turn-around.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, yang bisa

dilakukan hanyalah menggunakan strategi bertahan, menghadapi

berbagai macam ancaman dan kelemahan internal.

Matrik SWOT berguna untuk melakukan matching antara kekuatan dan

peluang (strategi Strenghts-Opportunities) atau di sebut strategi Progresif, kekuatan

dengan ancaman (strategi Strengths-Threats) atau disebut Diversifikasi Strategi,

kelemahan dengan kesempatan (strategi Weakneses-opportunities) atau Ubah Strategi

serta kelemahan dengan ancaman (strategi Weaknesses-Threats) atau disebut dengan

(38)

Faktor Internal

Bauran pemasaran terdiri dari empat P (product, price, place, and promotion)

adalah perangkat dari alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan

oleh perusahaan untuk menghasilkan respon ynag diinginkan dalam pasar sasaran

(Kotler & Armstrong, 1997; hal 35). Untuk masing-masing P dalam marketing mix

ini masih terdapat variabel-variabel di dalamnya. Berbagai variabel pemasaran dalam

(39)

Gambar 4. Variabel-Variabel 4 P dari Bauran Pemasaran

Sumber : Kotler dan Armstrong (1997, hal 35)

2.7.1. Produk

Menurut kotler (1999, hal 36), produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan pada pasar dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Strategi produk menuntut koordinasi berbagai keputusan mengenai bauran produk,

lini produk, merek, kemasan dan label. Produk yang diharapkan adalah himpunan

karakter yang secara normal diinginkan oleh pemakai. Produk tambahan adalah

tambahan pelayanan atau manfaat yang ditambahkan penjual untuk membedakannya

dari pesaing. Potensi produk adalah kumpulan dari ciri-ciri dan pelayanan baru yang

dapat ditambahkan dari produk. Setiap produk dapat diklasifikasikan berdasarkan

(40)

Barang konsumsi biasanya diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan pembelian

konsumen, yakni barang-barang kebutuhan sehari-hari, barang belanjaan, barang

khusus dan barang yang tidak dicari, sedangkan barang industri umumnya

dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka memasuki proses produksi, yakni

bahan dan suku cadang, barang modal, perbekalan dan pelayanan.

Pada dasarnya, produk yang dibeli konsumen dapat dibedakan menjadi tiga

tingkatan, yaitu:

1. Produk inti, merupakan inti/dasar yang sesungguhnya dari produk yang diperoleh

atau didapat oleh konsumen dari produk tersebut.

2. Produk aktual, yang merupakan mutu, desain, sifat, merek dan kemasan yang

menyertai produk tersebut.

3. Produk tambahan, yaitu tambahan produk aktual dengan berbagai jasa yang

menyertainya seperti : garansi, pemasangan (instalasi), pelayanan purna jual,

pemeliharaan dan pengiriman.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah : (1) mutu, (2)

penampilan, (3) pilihan, (4) gaya, (5) merk, (6) pengemasan, (7) jenis produk dan (8)

macam produk.

Kegiatan memperkenalkan dan mempopulerkan merek merupakan bagian

yang penting dari suatu produk dan menetapkannya dapat menambah nilai suatu

produk. Menurut Kotler & Armstrong (1997) merek adalah nama, istilah, tanda,

simbol, rancangan atau kombinasi dari semua ini hal yang dimaksudkan untuk

(41)

dari produk pesaing, sedangkan pengemasan adalah kegiatan merancang dan

memproduksi kemasan atau membungkus suatu pruduk sebagai bagian dari strategi

produk, kemasan yang di desain secara tepat dan baik akan menciptakan nilai khusus

bagi konsumen juga merupakan sarana promosi.

Bauran produk merupakan kumpulan seluruh lini produk yang ditawarkan

oleh perusahaan pada konsumen (Kotler & Armstrong, 1997; hal 37 ), sedangkan lini

produk merupakan kelompok produk yang berhubungan erat karena fungsinya

serupa, dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan lewat jenis toko yang

sama atau masuk dalam kisaran harga yang sudah ada.

2.7.2. Harga

Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Kotler, 1999; hal 41). Strategi bauran

harga yang dilakukan oleh suatu perusahaan meliputi strategi penetapan harga,

tingkat harga, keseragaman harga, potongan harga, serta syarat-syarat pembayaran.

Dalam menetapkan harga perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan

(42)

Gambar 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Penetapan Harga Sumber :Kotler & Armstrong (1997, hal 41)

Penetapan harga seharusnya dilakukan setelah perusahaan memonitor harga

yang ditetapkan pesaing agar harga yang ditentukan kompetitif, tidak terlalu tinggi

atau sebaliknya. Menurut Ismail (2002; hal 56), ada beberapa strategi untuk

menetapkan harga yang tepat, yaitu :

1. Strategi harga cost-plus, yaitu harga dihitung dari biaya ditambah margin

keuntungan yang diinginkan (presentase dari biaya).

2. Strategi harga mark-up, dimana harga dihitung sebagai suatu presentase dari

harga jual.

3. Strategi harga break-even (impas), harga dihitung dengan menentukan tingkat

penjualan untuk menutup seluruh biaya tetap dan variabel.

4. Strategi harga going-rate berarti harga ditetapkan sama dengan harga produk

(43)

2.7.3. Distribusi

Kotler (1999; hal 43) mengatakan bahwa saluran distribusi merupakan

serangkaian organisasi yang saling tergantungan dan terlibat dalam proses untuk

menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi oleh

konsumen. Perusahan banyak menghadapi saluran distribusi alternatif untuk

menjangkau pasar sasaran. Perusahan sebagai produsen dapat menjual langsung atau

menggunakan satu atau lebih tingkat saluran perantara. Dalam distrubusi langsung

produk yang dihasilkan diterima secara langsung oleh konsumen dari produsen.

Sedangkan pada saluran distribusi tidak langsung penyaluran barang melalui agen

penjualan.

Setiap saluran distribusi yang dipilih menciptakan berbagai tingkat penjualan

dan memiliki fungsinya sendiri juga membawa konsekuensi biaya tertentu, pastinya

hal ini dapat membantu menyelesaikan berbagai transaksi. Beberapa fungsi saluran

distribusi yang dapat membantu menyelesaikan transaksi antara lain :

1. Informasi : mengumpulkan dan mendistribusikan riset pemasaran serta informasi

faktor dan kekuatan dalam lingkungan pemasaran yan dibutuhkan untuk

merencanakan dan membantu pertukaran.

2. Promosi : mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi secara persuasive

mengenai suatu penawaran.

3. Kontak : menemukan dan berkomunikasi dengan calon pembeli

4. Penyesuaian : membentuk dan menyesuaikan tawran dengan kebutuhan pembeli,

(44)

5. Negosiasi : mencapai persetujuan mengenai harga dan persyaratan lain dari

tawaran sehingga kepemilikan dapat dipindahkan

2.7.4. Promosi

Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan produk

yang baik, menetapkan harga yang bersaing, dan memungkinkannya dijangkau

pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus mampu mengkomunikasikan diri dengan

pelanggan yang ada maupun potensial. Oleh karena itu maka dilakukanlah kegiatan

promosi.

Menurut Kotler (1999; hal 46), bauran promosi terdiri dari lima cara

komunikasi utama, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan

publisitas, penjualan secara pribadi, pemasaran langsung. Iklan meliputi setiap bentuk

dari penyajian non personal, promosi ide-ide, dan promosi barang atau jasa oleh

sponsor tertentu yang mendapat imbalan dari perusahaan. Promosi penjualan berupa

insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian maupun penjualan suatu produk

atau jasa. Hubungan masyarakat merupakan variasi program yang dirancang untuk

memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan maupun

produk sample, contohnya ; diskon, bonus, rabat dan pengembalian pembayaran,

sweeptake, premium dan kupon.

Penjualan personal adalah berupa penyajian lisan dalam pembicaraan dengan

salah satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk melakukan penjualan,

(45)

dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan

atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Selain bauran pemasaran, pihak manajemen perlu mengetahui betul tentang

segmentasi pasar mereka, hal ini berguna agar penetrasi pasar lebih tepat pada

sasaran.

2.8. Penelitian Terdahulu

Saputra (2005; hal 93) dalam penelitiannya yang berjudul: Analisa Strategi

Pemasaran Rumah Makan Mang Kabayan (studi kasus Rumah Makan Mang

Kabayan Cabang Bintaro), menggunakan analisis IFE, EFE, IE dan analisis SWOT.

Untuk menghasilkan alternatif strategi dan bauran pemasaran.

Berdasarkan pelaksanaan analisis IFE diperoleh skor 2,110 yang berarti

perusahaan memiliki kekuatan internal yang cukup dan mampu mengatasi kelemahan

yang dimilikinya, sedangkan analisis EFE diperoleh nilai skor 2,9 berarti perusahaan

mampu memiliki peluang untuk terus berkembang dan mampu menghadapi ancaman

dari luar. Strategi selanjutnya adalah perusahaan dapat melakukan pengembangan

produk yaitu dengan cara menjalin kerjasama untuk menangkap peluang pasar baru

untuk perluasan atau pengembangan pasar dengan mengembangkan dan melakukan

diferensiasi produk.

Berdasarkan analisis SWOT alternatif strategi yang bisa digunakan adalah :

A. Strategi S – O: Melakukan penetrasi pasar pada pasar lama serta perluasan pasar

(46)

B. Strategi S – T : Memberikan jaminan kontiunitas suplai bahan baku untuk

menjaga keberlangsungan .

C. Strategi W – O : Strategi aliansi dengan pihak lain, memanfaatkan perkembangan

teknologi produksi untuk meningkatkan ketahanan produk dan teknologi

informasi untuk mempercepat proses penjualan.

D. Strategi W – T : Meningkatkan pelayanan pada pembeli, menjalin kerjasama

dengan pihak perusahaan untuk menangkap peluang baru.

Setelah melakukan analisis bauran pemasaran, maka hasil analisis yang diperoleh

adalah:

1. Bauran Produk: Menjaga kualitas produk dan melakukan uji rasa setiap satu bulan.

2. Bauran Harga: Penetapan harga berdasarkan profit 50 % dari cost produksi.

3. Bauran Promosi: Promosi dengan selebaran brosur dan week event

4. Bauran Distribusi: Melakukan sentralisasi stok bahan produksi di pusat untuk

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di Rumah Makan Wong Solo cabang

Pondok Gede, Jl Raya Podok Gede No. 5 Kelurahan Pinang Ranti, Jakarta Timur.

Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan karena rumah makan ini

merupakan salah satu rumah makan yang memiliki ciri khas, dengan bangunan dan

masakan yang berasal dari daerah Jawa Tengah.

Lokasi tersebut memiliki beberapa pesaing rumah makan sejenis yang

berdekatan, antara lain Rumah Makan Sederhana, Rumah Makan Bakmi Japos,

Rumah Makan Siang Malam, yang dapat menjadi tolak ukur bagi manajemen dalam

mendapatkan perhatian konsumen yang dituju. Penelitian ini dilaksanakan pada awal

bulan Agustus hingga september 2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.

Data primer ini diperoleh dari pihak manajemen di Rumah Makan Wong Solo.

Sedangkan data skunder diperoleh dari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan

(48)

3.3. Pengambilan Data

Pada penelitian ini pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive)

dan responden yang dipilih adalah manajer rumah makan, kepala bagian produksi,

kepala bagian personalia dan bendahara dilakukan pengamatan langsung (observasi)

di lapangan guna menambah informasi tambahan yang dapat mendukung data yang

diperoleh.

Data sekunder didapat dari pustaka atau tulisan-tulisan dari media informasi,

serta pustaka-pustaka, Biro Pusat Statistik dan Departemen yang berkaitan dengan

pembahasan dan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, riset

pustaka dan observasi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas

dan lengkap dari suatu subjek yang diteliti sehingga dapat menentukan alternatif

strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan untuk masa yang akan datang.

Menurut Sugiyono (2002; hal 33) metode atau teknik pengumpulan data

adalah metode wawancara, riset pustaka dan observasi

Untuk analisis lingkungan internal, informasi yang dikumpulkan adalah :

a. Sejarah, perkembangan dan keadaan umum perusahaan yaitu gambaran umum

perusahaan mulai berdiri sampai dengan sekarang

b. Struktur perusahaan yaitu struktur organisasi perusahaan mulai dari manajer

(49)

c. Fasilitas dan kapasitas produksi perusahaan. yaitu beberapa fasilitas yang

diberikan perusahaan kepada konsumen serta alat-alat pendukung produksi.

Untuk analisis eksternal perusahaan, jenis data yang dibutuhkan ialah :

b. Kondisi pertumbuhan rumah makan didaerah sekitar RM Wong Solo Cabang

Pondok Gede Radius 3 km

c. Volume perkembangan fasilitas infrastruktur perumahan di daerah sekitar RM

Wong Solo

Untuk analisis bauran pemasaran data yang dibutuhkan adalah :

a. Hal-hal mengenai komponen produk adalah keaneka ragaman produk yang

ditawarkan, baik dari bentuk rasa hingga pada cara penyajian (daftar menu).

b. Hal-hal mengenai komponen harga adalah daftar harga.

c. Hal-hal mengenai komponen promosi adalah promosi penjualan, iklan, usaha

penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan langsung.

d. Hal-hal mengenai komponen tempat dan distribusi adalah saluran distribusi,

ruang lingkup, persedian dan tingkat strategis dari tempat penelitian.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data. 3.4.1. Analisis Lingkungan Internal.

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Perusahaan harus

menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat membuat hal yang unik

dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan yang dapat

(50)

lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan terdiri dari aspek

organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek

sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Perusahaan tidak akan mampu menghadapi ancaman lingkungan dengan

efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisa kelemahan perusahaan, dengan

demikian analisis ini harus dikombinasikan dengan analisis eksternal sehingga

keputusan tentang cara menggunakan atau menambah kekuatan dan memperkecil

kelemahan dapat diambil. Dalam pengambilan data internal maka dilakukan

observasi dan pembuatan koesioner tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan.

3.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam pengambilan keputusan strategi, maka dilakukan observasi dengan

membuat koesioner tentang peluang dan ancaman perusahaan yang ditujukan

kepada pihak manajemen. Data dan info yang dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis

3.4.3. Analisis strategi dengan EFE dan IFE Tabel 6. Faktor-faktor Strategi Internal

Faktor – faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot × Rating

Kekuatan

Kelemahan

Total 1.00

(51)

Tabel 7. Faktor-faktor Strategi Eksternal

Faktor – faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot × Rating

Peluang

Ancaman

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 35

Tahap-tahap dalam menentukan faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE

(Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) adalah sebagai

berikut :

3. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan

internal) serta peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) dalam kolom 1.

Penentuan faktor –faktor tersebut dilakukan dengan diskusi antara pihak

perusahaan dengan penulis.

4. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari

1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting).

Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

posisi strategis perusahaan. Jumlah dari pembobotan ini tidak boleh melebihi

skor total 1,00. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan

identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak

manajemen perusahaan dengan menggunakan metode “Paired Comparison

(52)

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap

faktor penentu internal dan eksternal.

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2 dan 3. Skala

yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 dibawah

ini :

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D ……. Total

A Xi

B C D ……

Total n

(53)

Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Sumber Rangkuti, 2000, hal 46

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel

terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai

berikut yang bersumber dari Kinear (1991,hal 29) :

I = ___

Xi

___

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan pada saat dilakukan

(54)

a. Matriks IFE

untuk faktor yang menjadi kekuatan, skala nilai yang digunakan yaitu: 1 =

sangat lemah, 2 = lemah, 3 = baik, 4 = sangat baik. Sedangkan untuk faktor

yang menjadi kelemahan pemberian nilai rating dilakukan kebalikannya.

b. Matriks EFE

Untuk faktor yang menjadi peluang, skala nilai yang digunakan yaitu : 1 =

rendah (kurang respon), 2 = sedang (respon sama dengan rata-rata), 3 = tinggi

(respon diatas rata-rata), dan 4 = sangat tinggi (respon superior). Sedangkan

untuk faktor yang menjadi ancaman pemberian nilai rating dilakukan

sebaliknya.

5. Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding)

sampai dengan 1 (poor).

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini menunjukkan

bagaimana peusahaan tertentu reaksi terhadap faktor-faktor strategis internal

dan eksternalnya. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4.

a. Matriks IFE

Nilai 2.5 menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada

(55)

Sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat

baik.

b. Matriks EFE

Nilai 2.5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal

secara rata-rata. Nilai 1 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan

peluang dan mengihindarin ancaman yang ada. Sedangka nilai 4 menunjukkan

perusahaan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan baik.

3.4.4. Analisis SWOT yang dihadapi perusahaan.

Setelah melakukan analisis internal dan eksternal, tahap berikutnya adalah

menyusun alternatif strategi. Untuk menjamin bahan baku, strategi yang dibuat

berpijak pada situasi riil di lingkungan eksternal dan lingkungan internal RM Wong

Solo, digunakan alat bantu matrik SWOT yang berguna melakukan matching antara

kekuatan dan peluang (strategi Strenghts-Oppurtunities), kekuatan dengan ancaman

(strategi Strengths-Threats), kelemahan dengan kesempatan (strategi

Weakneses-opportunities) serta kelemahan dengan ancaman (strategi Weaknesses-Threats).

3.5. Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan hasil dari perumusan analisis lingkungan internal dan eksternal

maka akan dijadikan acuan dalam menggunakan SWOT dan juga penggunaan

analisis bauran pemasaran maka dapat dipilih alternatif strategi yang akan digunakan

(56)

jangka panjang. Bagan kerangka pemikiran konseptual tersebut dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual

BAB IV GAMBARAN

UMUM

Rumah Makan Wong Solo

Analisis Internal Eksternal

Analisis SWOT

STRATEGI PEMASARAN Matrik IFE & EFE

Analisis Bauran Pemasaran

Analisis Lingkungan Ekaternal

1. Lingkungan Makro 2. Lingkungan Mikro

Analisis Lingkungan Internal

2. Aspek Organisasi 3. Aspek Pemasaran

(57)

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4.1. Kondisi Lingkungan Area Penelitian

Jakarta Timur merupakan salah satu bagian dari propinsi DKI Jakarta, dengan

jumlah penduduk kurang lebih 1.959.022 jiwa serta tingkat sosial ekonomi yang

relatif semakin meningkat (Pemda Jaktim, 2007, hal 4), dengan tingkat kesibukan

masyarakat kota Jakarta yang tinggi menjadikan Jakarta Timur salah satu “pangsa

pasar” makanan siap saji, hal ini berarti terbukanya peluang usaha di bidang makanan

siap saji.

Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dengan pertumbuhan kurang

lebih 2,4 persen per tahun, angka ini merupakan potensi pasar atau konsumen cukup

potensial dengan pendapatan perkapita sebesar Rp. 5.057.040,00. (Pemda Jaktim,

2007, hal 4)

Pendapatan perkapita masyarakat Jakarta Timur yang semakin tinggi,

mendorong permintaan atau pertumbuhan menjadi lebih besar baik kuantitas dan

kualitas produk maupun kesinambungan penyediaannya. Melihat hal ini Ayam Bakar

Wong Solo pada tahun 2002 mulai memasuki Ibu kota Jakarta. “Kepung Jakarta” ,

menjadi tekad bulat untuk menguasai pasar ibu kota untuk menyajikan makanan

tradisional Hingga saat ini Rumah Makan Wong Solo sudah tersebar di beberapa

lokasi Jakarta Timur diantaranya Kalimalang, Cibubur, dan Pondok Gede.

(58)

Sejarah pendirian Rumah Makan Wong Solo bermula dari tekad yang kuat

Puspo Wardoyo, dengan modal awal yang dimilikinya berjumlah Rp. 700.000,00

Puspo Wardoyo mulai merintis waralaba Wong Solo hingga menjadi sebesar

sekarang ini dari titik paling bawah. Dari kecil Puspo Wardoyo telah membantu

orangtuanya berdagang makanan, seperti ayam goreng, ayam bakar, goreng asem

ayam, dan menu ayam lainnya di warung dekat kampus UNS Solo.

Kemampuan dalam meramu masakan didapatnya sewaktu bekerja membantu

ayahnya berdagang. Dengan pengalaman yang dimiliki, Puspo Wardoyo merancang

sendiri menu-menunya, sebelum menu di tawarkan, terlebih dahulu dilakukan uji

coba berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang benar-benar cocok.

Dari riset menu saat ini sudah terdapat sekitar 50 menu. Sebagian besar

merupakan modifikasi dari masakan-masakan yang telah diciptakan sebelumnya.

Menu yang dihidangkan bervariasi, dari bahan dasar ayam dan ikan, sayur mayur dan

buah buahan. Nama yang diberikan untuk menu hasil karyanya sangatlah unik. Ada

jus Poligami dan Jus Dimadu. "Jus poligami berisi gabungan buah-buahan berserat

yang dicampur menjadi satu. Sedangkan Jus Dimadu kombinasi buah Markisa

dengan buah Torung yang merupakan buah khas Medan. Rasanya, semanis madu".

Dari sisi penampilan karyawan sedikit demi sedikit ditingkatkan, dengan memakai

seragam, sekarang memakai seragam sehingga penampilan lebih bagus. Semua

usaha-usaha dilakukan adalah untuk membangun citra kepada para pelanggan. Berkat

(59)

Enterprise 50 versi Accenture dari majalah Swa dan HIPMI ini dan Waralaba

Unggulan Tahun 2003 dari Presiden Megawati.

4.3. Sejarah Pendirian Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

Rumah Makan Wong Solo mempunyai 30 cabang atau Outlet di seluruh

Indonesia sebagai data tertera pada lampiran.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede didirikan pada tanggal 28

Januari 2003, dengan memakai konsep franchise yaitu mempersiapkan para investor

untuk menanamkan modalnya. Ada 6 peserta penanam modal di rumah makan ini

antara lain; Kiemas Fauzi, Jaja Priyadi, Harjono, Samsul Bahri dan Sunaryo Sumadji

sebagai pemilik tempat dan lahan berdirinya rumah makan ini, serta PT. Mitra

Amanah Wong Solo yang berkedudukan di Jogjakarta. Selain itu ada sebuah

perusahaan yang membawahi sistem manajemen rumah makan ini yaitu PT. Sarana

Bakar Digdaya.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede memiliki tiga ruangan yang

dapat menjadi pilihan konsumen ketika menyantap hidangan yaitu ruangan AC (Air

Conditioner), Lesehan dan Reguler.

Saat pertama kali mengambil keputusan untuk membuat Rumah Makan

Wong Solo, dikelola dengan nuansa relegius yang Islami. Wong Solo berusaha

menyanggah anggapan masyarakat yang menganggap rumah makan ini cenderung

eksklusif. Akan tetapi Rumah Makan Wong Solo mengembangkan cara beragama

(60)

masyarakat lintas suku, agama, ras dan golongan, sehingga dalam kenyataannya di

rumah makan ini tidak sedikit pengunjung dari kalangan etnis Tionghoa.

Rumah makan ini tetap mengusahakan agar suasana Islami nampak terasa jelas.

Ini bisa dilihat pada kenyataan misalnya:

a. Semua karyawati memakai jilbab.

b. Kuliah agama tujuh menit (Kultum) dilakukan untuk karyawan dan karyawati

sebelum memulai pekerjaannya, dengan menegaskan nilai-nilai yang

terkandung dalam hadits-hadits pendek.

c. Pengajian dengan metode membedah kitab bagi para staf dan pimpinan yang

dilaksanakan seminggu sekali.

d. Manajer harus lancar membaca Al-Qur’an dan mampu menjadi khotib Jum’at.

e. Rumah Makan Wong Solo juga membersihkan hasil usahanya dengan

mengeluarkan zakat 10 persen melalui amil zakat Wong Solo.

Landasan filosofi proses perjalanan usaha Rumah Makan Wong Solo secara

umum adalah Al-Qur’anul Karim, khususnya surat As-Shaf : 10-11 :

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?, (yaitu) : Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede tepatnya terletak di jalan

raya Pondok Gede No. 5. Lokasi ini bersisian dengan terminal bus kota dan luar kota

Gambar

Tabel 1. Jumlah Restoran, Rumah Makan Tradisonal, Catering dan Bar
Gambar 1. Model Lima Kekuatan Porter
Tabel 3. Faktor-faktor Strategi Eksternal
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian peningkatan persentase yang terjadi pada setiap siklusnya baik dari hasil angket maupun observasi menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dalam rangka

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dan dengan pertimbangan bahwa penge tahuan masyarakat tentang DM dan komplikasinya perlu terus didorong agar lebih meningkat,

Keywords: Authenticated Encryption · CAESAR Competition · Forgery · Decryption Attack · Birthday Bound · Nonce Misuse..

1) Menganalisa sistem yang ada dan mempelajari apa yang dikerjakan oleh sistem yang ada. 2) Melakukan verifikasi sistem yaitu dengan melakukan spesifikasi masukan yang digunakan

Mengingat hal ini sangat berbahaya untuk kelanjutannya maka perlu dilakukan pengkajian ulang baik masalah geometri peledakan, evaluasi saat pelaksanaan peledakan di lapangan,

Populasi dari penelitian ini adalah pemilik dan konsumen Rumah Makan Wong Solo cabang Kalimalang Jakarta Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental

“Wong Solo” pun berubah menjadi PT.Sarana Bakar Digdaya (PT.SBD) Dan puncak dari perkembangan rumah makan Wong Solo adalah tahun mulai 1998 dengan membuka Cabang di

Secara umum, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas dan kontribusi penagihan pajak setelah penerbitan