LAMPIRAN 3
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
LAMPIRAN 4
Modal Produksi Tempe
Nama
Responden
Januari
(Rp)
Februari
(Rp)
Maret
(Rp)
April
(Rp)
Abeng 14474000 13903000 12601000 12660000
Suyanto 13650000 12740000 14105000 13650000
Anita 15782000 12162000 16950000 17622000
Yetno 19068000 17928000 19320000 19432000
Parno 10650000 9940000 11050000 12090000
Sugeng 16430000 15008000 15990000 15457000
Windra 15400000 16604000 17985000 16860000
Tulus 17120000 16105000 14989000 16000000
Kartika 10155000 10472000 12915000 13592000
Saniyem 11043000 11905000 12084000 12693000
Ponijan 20850000 18278000 21090000 19068000
Saring 11610000 10297000 11715000 10766000
Cipto 19350000 17690000 18910000 19995000
Idris 19426000 17572000 21150000 22120000
Bahan Baku Produksi Tempe
Nama Responden
Januari (Kg)
Februari (Kg)
Maret (Kg)
April (Kg)
Abeng 1707 1639 1492 1509
Suyanto 1500 1400 1550 1500
Anita 1826 1398 1950 2030
Yetno 2260 1962 2145 2196
Parno 1200 1120 1240 1395
Sugeng 1860 1680 1800 1740
Windra 1680 1820 1950 1860
Tulus 1970 1850 1700 1850
Kartika 1235 1390 1685 1752
Saniyem 1299 1110 1417 1460
Ponijan 2400 2080 2560 2184
Saring 1470 1330 1500 1385
Cipto 2625 2030 2170 2825
Idris 2269 2110 2750 2898
Tenaga Kerja Produksi Tempe
Nama Responden Januari Februari Maret April
Abeng 3 3 3 3
Suyanto 2 2 2 2
Anita 2 2 2 2
Yetno 3 3 3 3
Parno 2 2 2 2
Sugeng 3 3 3 3
Windra 2 2 2 2
Tulus 2 2 2 2
Kartika 0 0 0 0
Saniyem 1 1 1 1
Ponijan 3 3 3 3
Saring 0 0 0 0
Cipto 2 2 2 2
Idris 4 4 4 4
Jumlah Produksi Tempe
Nama Responden
Januari (Kg)
Februari (Kg)
Maret (Kg)
April (Kg)
Abeng 2902 2786 2536 2567
Suyanto 2550 2380 2635 2550
Anita 2739 2237 3120 3248
Yetno 2260 1982 2145 2196
Parno 1800 1680 1860 2093
Sugeng 2790 2520 2700 2610
Windra 2520 2730 2925 2790
Tulus 3152 2775 2565 2960
Kartika 1855 2087 2528 2628
Saniyem 1949 1665 2126 2190
Ponijan 3840 3328 3840 3495
Saring 2352 2128 2400 2216
Cipto 4200 3248 3472 4520
Idris 3857 3587 4505 4928
LAMPIRAN 5
Hasil Analisis Data
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Modal 60 9940000,00 22120000,00 15265066,67 3312529,812
Bahan Baku 60 1110 2898 1794,90 426,061
Tenaga Kerja 60 0 4 2,00 1,105
Produksi 60 1665 4928 2757,07 722,641
Valid N (listwise) 60
Hasil Uji Durbin Watson Model Summary b
Mode 1
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of Estimate
Durbin-Watson
1 ,901a ,813 ,803 321,030 1,810
a. Predicators: (Constant), modal, bahan baku, tenaga kerja.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize d Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 400,080 215,881 1,853 ,069
Modal -0,000149 ,000 -,681 -2,987 ,004
Bahan_Baku 2,491 ,347 1,469 7,171 ,000
Tenaga_Kerja 76,324 54,051 ,117 1,412 ,163
Koefisien Determinasi (R-Square)
Uji F ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 25039067,334 3 8346355,778 80,985 ,000b Residual 5771362,399 56 103060,043
Total 30810429,733 59
a. Dependent Variable: Produksi
b. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Bahan_Baku, Modal
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,901a ,813 ,803 321,030
a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Bahan_Baku, Modal
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Amirullah dan Imam Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Assuari, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LPFEUI.
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Produksi dan Operasi. Bandung: Alfabeta.
Jatmiko, RD. 2003. Manajemen Stratejik. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Jayaatmaja, Alan. 2010. Akuntansi Biaya. Bandung: Universitas Widyatama.
Juliandi, Azwar. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif:Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Medan: M2000.
Kardiman. 2003. Ekonomi. Jakarta: Yudhistira.
Kholim, Masiyah dan Yuningsih, 2009. Akuntansi Biaya. Malang: UMM Press.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030. Yogjakarta: CV Andi Offset.
Manullang, dkk. 2008. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Minto Purwo. 2000. Ekonomi. Jakarta: Yudhistira.
Putong, Iskandar. 2005. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rangkuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced Scorecard: Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif plus Cara Mengelola kinerja dan Risiko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Reksoprayitno, Soediyono. Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Rosyidi, Suherman. 2014. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Rajawali Press.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Rajawali Press Jakarta.
Solihin, Ismail. 2012.Manajemen Strategik. Jakarta : Erlangga.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang No.5 tahun 1984 Tentang Perindustrian.
Sumber Skripsi :
Mintaroem, Karjadi. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri Kecil Di Wilayah Segitiga Industri Di Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo Dan Gresik). Universitas Airlangga.
Mujiningsih, Indah Mega. 2013. Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil tempe di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Universitas Negeri Semarang.
Mutiara, Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan Bakar, Tenaga Kerja Terhadap Produksi Tempe di Kota Semarang (Studi Kasus Di Kelurahan Krobokan).Universitas Diponegoro.
Pradana, Ardyarta David. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe Di Kabupaten Blora. Universitas Negeri Semarang.
Safitra, Nasrun. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Tahu dan Tempe di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar.
Sumber Internet:
http:// www.bps Indonesia.go.id diakses tanggal 15 Maret 2016 Pukul 10.00 WIB
http:// www.bps Kabupaten Langkat.go.id diakses tanggal 15 Maret 2016 Pukul 10.00 WIB
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif dengan pendekatan kuantitatif Penelitian assosiatif adalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga
bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/
resiprocal/ timbal balik. Pada penelitian ini peneliti menggunakan hubungan
kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel
independen yaitu variabel yang mempengaruhi dan dependen yaitu variabel
dipengaruhi (Sugiyono, 2012:36).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industri tempe yang berlokasi di Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut (Sugiyono, 2012:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh industri tempe
di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang berjumlah 15 industri tempe.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012:81). Pada penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang. Istilah
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh industri tempe di Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat sebanyak 15 responden pengerajin tempe.
3.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah
kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya (Sofiyan, 2013:38). Hipotesis
adalah dugaan atau jawaban sementara dari pertanyaan yang ada pada perumusan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1) Hipotesis yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh modal
terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah
sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal terhadap
produksi tempe.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal terhadap produksi
tempe.
2) Hipotesis yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh bahan baku
terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah
sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bahan baku terhadap
produksi tempe.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara bahan baku terhadap
produksi tempe.
3) Hipotesis yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja
terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah
sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja terhadap
produksi tempe.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja terhadap
4) Hipotesis yang diajukkan adalah untuk mengetahui pengaruh modal, bahan
baku dan tenaga kerja terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat.
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal, bahan baku
dan tenaga kerja terhadap produksi tempe.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal, bahan baku dan
tenaga kerja terhadap produksi tempe.
3.5 Definisi Konsep
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan variabel yang akan memberikan
gambaran bagaimana caranya untuk mengukur variabel bebas dan variabel terikat.
Dibawah ini adalah variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Variabel bebas yang mempengaruhi produksi tempe adalah sebagai
berikut:
a. Modal (X1)
Menurut Schwiedland dalam Riyanto (2001:18) modal dalam artian
yang lebih luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk
uang (geldcapital), maupun dalam bentuk barang (sachcapital),
barang-barang dagang dan lain sebagainya.
b. Bahan Baku (X2)
Bahan baku merupakan semua sumber alam, termasuk tanah, kayu,
mineral dan minyak. Sumber alam tersebut juga sebagai faktor
diolah dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat (Amirullah dkk, 2005:7).
c. Tenaga Kerja (X3)
Menurut Kardiman (2003: 73) Faktor produksi tenaga kerja adalah
segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang
ditujukan untuk kegiatan produksi. Pemanfaatan tenaga kerja dalam
proses produksi haruslah dilakukan secara manusiawi, artinya
perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga kerja dalam proses
produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada
batasnya, baik tenaga maupun keahliannya. Selain itu juga perusahaan
harus mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam
menetapkan besaran gaji tenaga kerja.
2. Variabel terikat yaitu Produksi Tempe (Y).
Menurut Minto Purwo (2000:43) produksi adalah usaha atau kegiatan
manusia untuk menciptakan atau menimbulkan kegunaan suatu benda agar
menjadi lebih berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dari definisi
ini jelas bahwa untuk memenuhi kebutuhan haruslah lebih dahulu
melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk
menghasilkan, menciptakan, dan mengolah barang atau jasa, atau
meningkatkan atau menciptakan kegunaan suatu benda agar memiliki nilai
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk memperjelas variabel-variabel
yang diteliti yaitu berupa pengukuran (measurement) atau perjanjian (test) suatu
variabel. Adapun variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dengan
kata lain variabel bebas adalah sesuatu yang menjadi sebab terjadinya
perubahan nilai pada variabel terikat (Juliandi, 2013:26). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Modal (X1), Bahan Baku (X2) dan Tenaga Kerja
(X3).
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, terikat dan tergantung oleh
variabel lain yakni variabel bebas. Variabel terikat ini umumnya menjadi
perhatian utama oleh peneliti (Juliandi, 2013:26).Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu produksi tempe (Y).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Variabel Indikator
Skala
Pengukuran
Modal (X1) Modal adalah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan industri
tempe untuk membiayai
operasional produksi.
Bahan Baku
(X2)
Bahan baku adalah bahan
mentah yang menjadi dasar
pembuatan suatu produk yang
dapat diolah melalui proses
tertentu untuk dijadikan wujud
lain.
tenaga kerja yang digunakan
untuk melakukan proses
produksi yang dihitung perhari
kerja.
Jumlah tenaga
kerja
Rasio
Produksi (Y) Produksi adalah kegiatan yang
menciptakan, mengolah,
menghasilkan barang dan jasa
atau usaha untuk menghasilkan
suatu benda agar menjadi lebih
berguna bagi kebutuhan
manusia.
Jumlah
Produksi
Rasio
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer
dan sekunder, dalam suatu penelitian pengumpulan data merupakan langkah yang
masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan
(Syofian,2013:17). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam data,
yaitu:
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan:
1. Kuisioner (Questionairre), adalah pertanyaan/pernyataan yang
disusun peneliti untuk mengetahui pendapat/ persepsi responden
penelitian tentang suatu variabel yang diteliti ( Juliandi, 2013:71).
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner
terbuka yaitu pilihan jawaban tidak di sediakan oleh peneliti,
responden bebas menuliskan jawaban menurut persepsi/ pendapat
mereka.
2. Observasi (Observation), yaitu kegiatan pengumpulan data dengan
melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek
penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat
gambaran secara jelas tentenag kondisi objek penelitian tersebut.
3.7.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari sumber kedua
1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
buku-buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang memiliki
relevansi dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen. Adapun data
yang dibutuhkan penelitian ini adalah informasi pada periode laporan
produksi pemilik industri tempe bulan Januari s/d April 2016.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data berati menginterprestasikan data-data yang telah
dikumpulkan dari lapangan dan telah diolah sehingga menghasilkan informasi
tertentu (Juliandi, 2013:88). Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model analisis menggunakan alat bantu SPSS versi 21.0
dalam melakukan analisis data dan Matriks SWOT.
3.8.1 Uji Asumsi Klasik
Menurut Juliandi (2013:174) ada beberapa metode uji persyaratan analisis
sebelum dilakukan uji regresi. Berikut uji analisis tersebut:
1. Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data
yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Juliandi, 2013: 174).
Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual normal dan jika asumsi ini dilanggar
kecil metode yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yakni dengan analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik
dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya
adalah:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan diikuti oleh garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heterokedastisitas
Pengujian gejala heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas (Juliandi 2013:176). Ada tidaknya heterokedasitas dapat
dapat dilakukan dengan melihat grafik scaterplott antar nilai prediksi variabel
independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan
untuk menentukan heterokedastisitas, yaitu:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas
atau terjadi homokedasitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorekasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode ke t
dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya ( Juliandi, 2013:178). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi
yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang digunakan
untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW).
Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
a. Nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du),
maka Koefisien autokorelasi = 0, sehingga tidak ada korelasi.
b. Nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka
koefisien autokorelasi > 0, sehingga ada korelasi positif.
c. Nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi < 0,
sehingga ada autokorelasi negative.
d. Nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.8.2 Metode Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini dilakukan untuk
meramalkan bagaimana hubungan dependen bila dua atau lebih variabel
baku (X2), tenaga kerja (X3) sedangkan variabel independennya adalah produksi
(Y). Analisis ini menggunakan teknik analisis SPSS versi 21 dengan metode
regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan :
Y = Produksi Tempe
X1 = Modal
X2 = Bahan Baku
X3 = Tenaga Kerja
a = Konstanta
b1,2,3 = Koefisien Regresi
e = Standar Error
3.8.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah analisis data yang paling penting karena
berperan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis
penelitian. Suatu perhitungan variabel disebut signifikan secara statistik apabila
nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).
Namun sebaliknya, disebut signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam
daerah dimana H0 diterima (Juliandi, 2013:137). Uji hipotesis yang dilakukan
adalah:
1. Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi
Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 = artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Ha = artinya variabel bebas secara berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikansi (α)=0,05
ditentukan sebagai berikut:
a. Bila thitung < ttabel atau probability lebih besar dari tingkat signigfikasi
(sig. > 0,05), artinya bahwa secara parsial variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Bila thitung > ttabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikasi
(sig.<0,05) artinya bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan secara serentak apakah variabel
bebas atau dependent variabel mempunyai pengaruh yang positif atau negatif,
serta signifikan terhadap variabel terikat atau dependent variabel.
Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikan
(α)=0,05 ditentukan sebagai berikut:
a. Bila Fhitung < Ftabel, atau probability lebih besar dari tingkat signifikansi
(sig.>0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi
b. Bila Fhitung > Ftabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikansi
(sig.<0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi
terhadap variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi (R-Square)
Nilai R-Square adalah untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel
terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas (Juliandi, 2013:174).
Jika koefisien determinan (R2) semakin besar (mendekati satu), maka
dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap
variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati nol) maka
dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
kecil.
3.8.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan dan peluang. Namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis
selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan
perusahaan. Dengan demikian, perencanaan strategis harus menganalisis
faktor-faktor strategis perusahaan ( kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini. Matriks yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor
Tabel 3.2
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman.
Sumber: Rangkuti (2011:202).
a) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b) Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
c) Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d) Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian
4.1.1 Luas Wilayah
Kecamatan Binjai sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Langkat
yang berada didaerah Langkat Hulu, letaknya diapit oleh 2 kecamatan serta 2
kabupaten/kota. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Stabat, di sebelah
Selatan dengan Kota Binjai, di sebelah Barat dengan Kecamatan Selesai, serta di
sebelah Timur berbatasan dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang. Letak
astronominya antara 03° 27‟ 00” – 03° 42‟ 20” Lintang Utara 98° 25‟ 20” – 98°
30‟ 20” Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Binjai 42,05 km2 atau 0,78 persen
dari total luas Kabupaten Langkat.
4.1.2 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Binjai mencapai 44.167 jiwa tahun 2014.
Dengan kepadatan penduduk sebanyak 1.050 orang tiap km2 tahun 2014.
Sedangkan, jumlah rumah tangga di Kecamatan Binjai berjumlah 10.870 rumah
tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga 4 jiwa per rumah tangga. Secara
umum jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini dapat terlihat dari sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100
Tabel 4.1
Jumlah penduduk Kecamatan Binjai 2014
Sumber : BPS Kabupaten Langkat.
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Sidomulyo yaitu sebanyak
7.670 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.436 jiwa per km², Desa Tanjung Jati
sebanyak 7.167 jiwa dan Desa Sambirejo sebanyak 7.057 jiwa. Sedangkan,
penduduk paling sedikit berada di Desa Suka Makmur sebanyak 3.748 jiwa.
Kelurahan Kwala Begumit merupakan desa yang paling padat penduduknya
dengan kepadatan 2.226 jiwa per km² dan Desa Tanjung Jati merupakan desa
dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebanyak 534 jiwa per km².
Gambar 4.1
Distribusi Penduduk 2014
INDIKATOR KEPENDUDUKAN KECAMATAN BINJAI 2014
Jumlah Penduduk ( jiwa) 44.167
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1.050
Sex Ratio (L/P) (%) 102,97
Jumlah Rumah Tangga 10.870
Rata-rata ART (jiwa/juta) 4,06
% PENDUDUK MENURUT KEL. UMUR
0 – 14 thn 31,03
15 – 64 thn 64,81
Sumber: BPS Kabupaten Langkat
4.2 Proses Produksi
Tahap proses produksi tempe.
1. Kedelai dipilih dengan penampi untuk memilih biji kedelai yang bagus.
Kemudian dicuci dengan air yang mengalir. Biji kedelai yang sudah bersih
direbus didalam dandang yang besar berisi air. Perebusan dilakukan
sampai setengah matang.
0 2000 4000 6000 8000
Tanjung Jati Sidomulyo Sendang Rejo Sambirejo Kwala Begumit Perdamaian Suka Makmur
Series2
2. Kedelai yang sudah direbus disimpan selama 1 hari.
3. Keesokkan harinya kedelai yang disimpan dicuci kembali kemudian
kacang kedelai dipecah dengan menggunakan mesin dinamo.
4. Kacang kedelai yang sudah pecah dicuci sekali lagi kemudian dikukus
5. Setelah matang kedelai diangkat, kemudian didinginkan. Setelah dingin
kedelai diberi ragi sambil diaduk hingga merata. Ukuran ragi tergantung
dengan berapa banyak kedelai yang digunakan dan kondisi cuaca. Apabila
cuaca panas pemberian ragi hanya sedikit.
6. Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata dengan ragi menggunakan
plastik. Sebelum dibungkus plastik terlebih dahulu dilubangi dengan
tujuan agar udara segar dapat masuk kedalam bahan tempe dan jamur yang
tumbuh berwarna putih.
7. Peram bungkusan kedelai selama sehari. Pemeraman dilakukan di atas
8. Tempe yang diperam telah jadi kemudian siap untuk dijual dipasaran dan
dikonsumsi.
4.3 Profil Responden
Profil responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia,
pendidikan, lama industri, jenis kedelai, dan pemasaran. Adapun hasil deskriptif
mengenai profil responden tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin pengerajin produksi tempe
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data primer diolah, 2016
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 12 80%
2 Perempuan 3 20%
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin pada industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat adalah laki-laki sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 80%
sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang dengan nilai persentase
20%.
4.3.2 Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian, usia pengerajin produksi tempe adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Data primer diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa distribusi frekuensi usia responden
industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang berusia 21 – 25
tahun sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 6,7%, usia responden 31 – 35
tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar (20%), usia responden 36 – 40
tahun sebanyak 6 orang dengan persentase (40%), usia responden 41 – 50 tahun
sebanyak 3 orang dengan persentase (20%), sedangan usia responden 51 – 56
tahun sebanyak 2 orang sebesar (13,3%).
No Usia Frekuensi Persentase
1 21 - 25 Tahun 1 6,7%
2 31 - 35 Tahun 3 20%
3 36 - 40 Tahun 6 40%
4 41 - 50 Tahun 3 20%
5 51 - 56 Tahun 2 13,3%
4.3.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan pengerajin produksi
tempe adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Data primer diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan
pendidikan pada industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang
berpendidikan tamat SD sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar (26,7%),
pendidikan tamat SMP sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar (46,7%),
pendidikan tamat SMA sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar (26,7%).
4.3.4 Responden Berdasarkan Usia Industri Tempe
Berdasarkan hasil penelitian, usia industri tempe di Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Usia Produksi Industri tempe
No Usia Industri Frekuensi Persentase
1 1 - 4 tahun 2 13,3%
2 5 - 10 tahun 5 33,3%
3 11 - 15 tahun 3 20%
4 16 - 20 tahun 3 20%
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Tamat SD 4 26,7%
2 Tamat SMP 7 46,7%
3 Tamat SMA 4 26,7%
5 21 - 25 tahun 2 13,3%
Total 15 100%
Sumber: data primer diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan
usia produksi industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang
berusia antara 1–4 tahun sebanyak 2 orang (13,3%) industri tempe. Industri tempe
yang berproduksi selama 5–10 tahun sebanyak 5 orang (33,3%). Industri tempe
yang berproduksi selama 11-15 tahun sebanyak 3 orang (20%). Industri tempe
yang berproduksi selama 16-20 tahun sebanyak 3 orang (20%). Industri tempe
yang berproduksi selama 21-25 tahun sebanyak 2 orang (13,3%).
4.3.5 Responden Berdasarkan Jenis Kedelai
Berdasarkan hasil penelitian, jenis kedelai yang digunakkan pengerajin
produksi tempe adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Jenis Kedelai Produksi Tempe
Sumber: Data primer diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan
jenis kedelai yang digunakan oleh industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat jenis kedelai lokal sebanyak 4 orang (26,7%). Jenis kedelai impor
sebanyak 11 orang (73,3%).
No Jenis kedelai Frekuensi Persentase
1 Lokal 4 26,7%
2 Impor 11 73,3 %
4.3.6 Responden Berdasarkan Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian, pengerajin produksi tempe adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Pemasaran Produksi Tempe
No Pemasaran Frekuensi Persentase
1 Dititipkan melalui
warung 9 60%
2 Melalui pasar 6 40%
Total 15 100%
Sumber: Data primer diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa distribusi frekuensi pemasaran
pada industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang pemasarannya
dititipkan ke warung sebanyak 9 responden (60%). Pemasaran melalui pasar
sebanyak 6 responden (40%).
4.4 Modal Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Modal adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan industri tempe untuk
membiayai operasional produksi tempe. Modal pada industri tempe di Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat dalam penelitian ini terdiri dari pembelian bahan baku,
ragi, plastik, daun pisang, bahan bakar dan pembayaran tenaga kerja. Modal yang
digunakan untuk produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak
sama tiap bulannya. Hal ini disebabkan untuk pembelian bahan baku (kedelai)
harganya selalu berfluktuasi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak sama
sehingga upah tenaga kerja berbeda. Jumlah modal produksi tempe tiap bulannya
Tabel 4.8
Jumlah Modal Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016
Sumber: Data Primer diolah, 2016.
4.5 Bahan Baku Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Bahan baku adalah bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu
produk yang dapat diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan wujud lain.
Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi tempe di Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat adalah kedelai. Proses produksi akan berhenti jika bahan baku
yang biasa digunakan tidak tersedia, sehingga berdampak pada hasil penjualan
yang akan diterima dalam industri tempe. Jumlah bahan baku yang digunakan
Abeng 14474000 13903000 12601000 12660000
Suyanto 13650000 12740000 14105000 13650000
Anita 15782000 12162000 16950000 17622000
Yetno 19068000 17928000 19320000 19432000
Parno 10650000 9940000 11050000 12090000
Sugeng 16430000 15008000 15990000 15457000
Windra 15400000 16604000 17985000 16860000
Tulus 17120000 16105000 14989000 16000000
Kartika 10155000 10472000 12915000 13592000
Saniyem 11043000 11905000 12084000 12693000
Ponijan 20850000 18278000 21090000 19068000
Saring 11610000 10297000 11715000 10766000
Cipto 19350000 17690000 18910000 19995000
Idris 19426000 17572000 21150000 22120000
untuk produksi tempe tiap kilogramnya tidak sama tiap bulan. Hal ini disebabkan
karena permintaan konsumen dan harga kacang kedelai mengalami kenaikkan dan
penurunan. Meningkatnya produksi tempe dikarenakan banyaknya pesanan untuk
acara-acara khusus seperti adanya acara pesta sedangkan harga kedelai mengalami
kenaikkan karena banyak para pengerajin tempe menggunakan kedelai impor
sehingga harganya selalu berfluktuasi. Jumlah bahan baku (kedelai) tiap bulannya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9
Jumlah Bahan Baku (Kedelai) Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016
4.6 Tenaga Kerja Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan
proses produksi yang dihitung perhari kerja. Berdasarkan hasil penelitian jumlah
tenaga kerja untuk produksi tempe selalu tetap tiap bulannya. Tenaga kerja yang
digunakan paling banyak 4 orang, bahkan ada industri yang tidak menggunakan
tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena jika menggunakan tenaga kerja biaya
yang dikelurkan juga semakin besar, oleh karena itu tenaga kerja yang digunakan
dari keluarga sendiri atau pemilik industri yang melakukan kegiatan untuk
produksinya.
Tabel 4.10
Jumlah Tenaga Kerja Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016
Nama Responden Januari Februari Maret April
Abeng 3 3 3 3
Suyanto 2 2 2 2
Anita 2 2 2 2
Yetno 3 3 3 3
Parno 2 2 2 2
Sugeng 3 3 3 3
Windra 2 2 2 2
Tulus 2 2 2 2
Kartika 0 0 0 0
Saniyem 1 1 1 1
Ponijan 3 3 3 3
Cipto 2 2 2 2
Idris 4 4 4 4
Hasan 1 1 1 1
Sumber: Data Primer diolah, 2016.
4.7 Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Produksi adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah, menghasilkan
barang dan jasa atau usaha untuk menghasilkan suatu benda agar menjadi lebih
berguna bagi kebutuhan manusia. Berdasarkan hasil penelitian jumlah produksi
tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tiap bulannya dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 4.11
Jumlah Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016
Sumber: Data Primer diolah, 2016.
4.8 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran ataupun
deskriptif data sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel di
dalam penelitian. Gambaran variabel-variabel ini dapat dilihat dari jumlah sampel,
nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.
Tabel 4.12 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Modal 60 9940000,00 22120000,00 15265066,67 3312529,812
Bahan Baku 60 1110 2898 1794,90 426,061
Tenaga Kerja 60 0 4 2,00 1,105
Produksi 60 1665 4928 2757,07 722,641
Valid N (listwise)
60
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah modal, bahan baku,
tenaga kerja dan produksi tempe. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa:
1. Variabel Modal (X1) memiliki nilai minimum sebesar 9940000,00, nilai
maksimum sebesar 22120000,00, nilai rata-rata sebesar 15265066,67, dan
standar deviasi sebesar 3312529,812 dengan jumlah sampel sebanyak 60.
Cipto 4200 3248 3472 4520
Idris 3857 3587 4505 4928
2. Variabel Bahan Baku (X2) memiliki nilai minimum sebesar 1110, nilai
maksimum sebesar 28,98, nilai rata-rata sebesar 1794,90, dan standar deviasi
sebesar 426,061dengan jumlah sampel sebanyak 60.
3. Variabel Tenaga Kerja (X3) memiliki nilai minimum sebesar 0, nilai
maksimum sebesar 4, nilai rata-rata sebesar 2,00, dan standar deviasi sebesar
1,105 dengan jumlah sampel sebanyak 60.
4. Variabel Produksi (Y) memiliki nilai minimum sebesar 1665, nilai
maksimum sebesar 4928, nilai rata-rata sebesar 2757,07, dan standar deviasi
sebesar 722,641 dengan jumlah sampel sebanyak 60.
4.9 Uji Asumsi Klasik 4.9.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas pada
penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik.
a. Analisis Grafik
Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dan grafik
normal propability plot. Pada grafik histogram data dikatakan berdistribusi
normal apabila data tersebut mengikuti atau mendekati distribusi dengan
berbentuk lonceng. Grafik normal propability plot berdistribusi normal apabila
Gambar 4.2 Grafik Histogram
Pada gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa grafik histogram data
penelitian ini berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari bentuk grafik yang
berbentuk lonceng yang tidak melenceng dari kiri ataupun ke kanan pada
persamaan regresi di atas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model
regresi telah memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai pada
Gambar 4.3 Grafik Normal P-Plot
Pada gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa adanya titik-titik yang
mengikuti garis normal yang memanjang dan tersebar mengikuti garis normal.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi dengan normal dan
model regresi dapat digunakan pada penelitian ini.
4.9.2 Uji Heterokedastisitas
Pengujian gejala heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
(Juliandi 2013:176). Ada tidaknya heterokedasitas dapat dilakukan dengan
melihat grafik Scaterplott antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai
residualnya.
Gambar 4.4
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatter Plot
Berdasarkan gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa data-data pada penelitian
ini menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar
diatas maupun dibawah titik nol yang dapat dilihat dari grafik Scatter Plot. Oleh
karena itu, maka model regresi disimpulkan tidak mengalami masalah
4.9.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode ke t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi.
Uji autokorelasi dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW).
Hasil Uji Durbin – Watson
a. Predicators: (Constant), modal, bahan baku, tenaga kerja.
b. Dependent Variabel: Produksi
Hasil uji Durbin-Watson pada penelitian ini adalah 1,810. Data tidak
mengalami autokorelasi apabilla du<d<4-du. Nilai du dapat dilihat pada tabel
Durbin watson yang berada pada lampiran 1. Nilai du dilihat dari simbol „k‟ yang
menunjukkan banyaknya variabel independen pada penelitian dan simbol „n‟
menunjukkan jumlah observasi pada penelitian. Penelitian ini menggunakan 3
variabel independen dan jumlah observasi 60, sehingga pada tabel du dimana
„k‟=3 dan „n‟= 60 di dapat bahwa du adalah 1,6889 dan nilai 4-du (4 – 1,6889 =
2,3111). Hasil dari pengujian ini adalah 1,6889<1,810<2,3111 (du<dw<4-du)
sehingga di simpulkan tidak terjadi autokorelasi.
Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini dilakukan untuk
meramalkan bagaimana hubungan dependen bila dua atau lebih variabel
dimanipulasi. Variabel dependen pada penelitian ini adalah produksi tempe
sedangkan variabel independennya adalah modal, bahan baku dan tenaga kerja.
Hasil uji regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai konsatanta yaitu (α) 400,080, koefisien
modal (β1) -0,000149, koefisien bahan baku (β2) 2,491, dan koefisien tenaga kerja
(β3) 76,324. Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diatas maka
persamaannya diperoleh sebagai berikut:
Y = 400,080 -0,000149Modal +2,491Bahan Baku+76,324Tenaga Kerja+e
Keterangan:
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
(Penyimpangan yang mungkin terjadi, yaitu sebesar 0,005).
Interprestai regresi diatas sebagai berikut:
a. Koefisien Modal (β1) -0,000149
Nilai koefisien regresi modal sebesar -0,000149 menunjukkan bahwa
penambahan modal sebesar 1% pada modal menyebabkan menurunnya
produksi tempe sebesar 0,000149.
b. Koefisien Bahan Baku (β2) 2,491
Nilai koefisien bahan baku sebesar 2,491 menunjukkan bahwa penambahan
bahan baku 1kg akan menaikkan produksi sebesar 2,491.
c. Koefisien Tenaga Kerja (β3) 76,324
Nilai koefisien tenaga kerja sebesar 76,324 menujukkan bahwa penambahan
tenaga kerja dan produksi akan meningkat sebesar 76,324.
4.11 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah analisis data yang paling penting karena
berperan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis
penelitian. Suatu perhitungan variabel disebut signifikan secara statistik apabila
nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).
Namun sebaliknya, disebut signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam
daerah dimana H0 diterima (Juliandi, 2013:137). Uji hipotesis yang dilakukan
adalah:
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel
dependen secara nyata.
Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 = artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Ha = artinya variabel bebas secara berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikansi (α)=0,05
ditentukan sebagai berikut:
a. Bila thitung < ttabel atau probability lebih besar dari tingkat signigfikansi
(sig. > 0,05), artinya bahwa secara parsial variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Bila thitung > ttabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikansi
(sig.<0,05) artinya bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tenaga Kerja
76,324 54,051 ,117 1,412 ,163
a. Dependent Variabel: Produksi Tempe
Pada tabel diatas menggambarkan bagaimana pengaruh dan hubungan
antar modal, bahan baku, tenaga kerja terhadap produksi tempe secara parsial.
Nilai ttabel penelitian ini adalah 2,00030. Nilai ttabel dengan signifikansi 0,05 dapat
dilihat pada lampiran 2.Berikut ini penjelasan pengaruh setiap variabel
independen secara parsial sebagai berikut:
a. Modal (X1)
Modal memiliki thitung yaitu -2,987 dengan nilai t bernilai negatif yang
menunjukkan bahwa modal memiliki pengaruh yang negatif terhadap
produksi tempe. Nilai thitung > ttabel (-2,987 > 2,00030). Nilai signifikansi
modal adalah 0,004 < 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
variabel modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi
tempe.
b. Bahan Baku (X2)
Bahan baku memiliki thitung yaitu 7,171 dengan nilai t bernilai positif yang
menujukkan bahwa bahan baku memiliki pengaruh positif terhadap
produksi tempe. Nilai thitung > ttabel (7,171 > 2,00030). Nilai signifikansi
0,000 < 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bahan
baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi .
c. Tenaga Kerja (X3)
Tenaga kerja memiliki thitung yaitu 1,412 dengan nilai t bernilai positif
yang menunjukkan bahwa tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif
siginifikansi 0,163>0,05, artinya berpengaruh positf dan tidak signifikan
terhadap produksi tempe.
4.11.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan secara serentak apakah variabel
independent atau dependent variabel mempunyai pengaruh yang positif atau
negatif, serta signifikan terhadap variabel terikat atau dependent variabel.
Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikan
(α)=0,05 ditentukan sebagai berikut:
c. Bila Fhitung < Ftabel, atau probability lebih besar dari tingkat signifikansi
(sig.>0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi
terhadap variabel dependen.
d. Bila Fhitung > Ftabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikansi
(sig.<0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi
terhadap variabel dependen.
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Fhitung bernilai 80,985
sedangkan nilai Ftabel adalah 2,76. Hasil Ftabel tersebut ditentukan dengan langkah Tabel 4.16
Hasil Uji F ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 25039067,334 3 8346355,778 80,985 ,000b Residual 5771362,399 56 103060,043
Total 30810429,733 59
a. Dependent Variable: Produksi
yaitu pada tabel terdapat df untuk pembilang (N1) yang dilihat dari jumlah
variabel independen pada penelitian ini yaitu N1 adalah tiga. Nilai df untuk
penyebut (N2) merupakan observasi dikurangi jumlah variabel dependen dan
independen sehingga N2 adalah 56 (60-4). Nilai Ftabel dapat dilihat pada lampiran
3. Nilai Fhitung > Ftabel (80,985>2,76). Nilai signifikansi variabel dependen adalah
0,000<0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel independen pada
penelitian ini secara simultan berpengaruh positif dan signifikansi terhadap
produksi tempe.
4.11.3 Koefisien Determinasi (R-Square)
Nilai R2 adalah untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat
dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas (Juliandi, 2013:174). Jika koefisien
determinan (R2) semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2
semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat kecil.
Tabel 4.17
Koefisien Determinasi (R-Square)
Pada tabel 4.11 didapati bahwa pada persamaan 1 nilai R2 adalah 0,813
yang artinya 81,3 % produksi tempe mampu dijelaskan oleh variabel independen Mode
a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Bahan_Baku, Modal
yaitu modal, bahan baku, dan tenaga kerja, sedangkan 18,7 % dijelaskan oleh
variable-variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini atau di luar penelitian
ini.
4.12 Pembahasan Hasil Penelitian
4.12.1 Pengaruh Modal Terhadap Produksi
Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa modal memiliki nilai thitung >
ttabel (-2,987>2,00030) dengan signifikan 0,004<0,05. Hasil pengujian tersebut
menunjukkan bahwa modal berpengaruh negative dan signifikan terhadap
produksi tempe. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa nilai modal yang
dimiliki pengerajin tempe masih kurang sehingga perlu ditingkatkan tetapi jika
ditingkatkan akan menurunkan produksi tempe, yang perlu ditingkatkan adalah
penggunaannya karena jika ditingkatkan sebesar apapun tetapi tidak dimanfaatkan
justru akan menurunkan produksi.
Penurunan produksi dikarenakan pengerajin tempe menggunakan
teknologi yang terbatas. Selain itu harga kedelai yang di pasaran juga berfluktasi
dan produk yang dihasilkan tidak sedikit yang gagal karena faktor alam dan
kinerja yang kurang baik. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang
dilakukan Muhammad Nasrun Safitra (2013) yang menyatakan modal
4.12.2 Pengaruh Bahan Baku Terhadap Produksi
Bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tempe
secara parsial, hal ini sesuai dengan hipotesis maka Ha di terima. Hasil yang
didapat dari penelitian ini adalah nilai thitung > ttabel (7,171 > 2,00030) dengan nilai
signifikansi 0,000<0,05. Adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
bahan baku pada produksi tempe menandakan bahwa dalam produksi tempe
sangat tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku merupakan bahan
dasar atau bahan utama yang digunakan untuk memproduksi tempe. Apabila
bahan baku tidak tersedia maka akan berdampak pada produksi tempe yang
dihasilkan oleh para perajin tempe.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Nasrun Safitra (2013) yang menyatakan variabel bahan baku
berpengaruh signifikan terhadap produksi industri tahu dan tempe. Ayu Mutiara
(2010) menyatakan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap produksi tempe
serta Karjadi Mintaroem (2003) menyatakan bahwa ketersediaan bahan baku
berrpengaruh positif terhadap jumlah produksi.
4.12.3 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi
Berdasarkan hasil pengolahan data didapat bahwa tenaga kerja
berpengaruh positif memiliki thitung < ttabel (1,412 < 2,987) dengan siginifikansi
0,163 lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa tenaga
kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi tempe, maka
Langkat masih bertaraf home industri. Pemilik industri turut dalam bekerja
sehingga tenaga kerja yang digunakan tidak banyak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Nasrun Safitra (2013) yang menyatakan pengaruh tenaga kerja
terhadap produksi industri tahu dan tempe di Kota Makassar yaitu tidak
signifikan. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Ayu Mutiara (2010)
yang menyatakan variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi
Opportunities (O)
produksi dan menjaga kualitas produk yang dihasilkan dengan dengan industri tempe lain yang lebih besar terjangkau agar tetap mampu bersaing dengan industri lain (S4,5 dan T2).
Pemilik industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ini
menggunakan Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang - Ancaman (Strengths –
Weaknesses – Opportunities – Threats) yang dapat digunakan sebagai alat yang
membantu untuk meningkatkan produksi dan membantu mengembangkan empat
strategi.
1. Strategi SO yang memanfaatkan seluruh kekuatan internal dan merebut
peluang yang ada, alternatif strategi lain yaitu:
Meningkatkan produksi dan menjaga kualitas produk yang dihasilkan
dengan menggunakan bahan baku yang bagus.
Menawarkan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau
sesuai dengan permintaan pasar.
Mempertahankan tradisi dan budaya sebagai makanan pokok.
2. Strategi WO yaitu strategi untuk memperkecil kelemahan dan memanfaatkan
peluang yang ada.
Memberikan pelatihan kepada pemilik industri dan tenaga kerja secara
berkelanjutan agar produksi dapat berkembang.
Perhatian pemerintah maupun lembaga lain dalam hal ini pemberian
bantuan modal dan alat produksi (teknologi tepat guna) agar produktivitas
meningkat.
Mengembangkan wadah kerjasama dengan industri tempe lain yang lebih
3. Strategi ST yaitu menggunakan segala kekuatan untuk mengatasai ancaman.
Mempertahankan kualitas produk dan harga jual yang terjangkau agar
tetap mampu bersaing dengan industri lain.
Mencari supplier lebih dari satu dan ciptakan kompetisi antar supplier.
4. Strategi WT yaitu strategi untuk bertahan dari ancaman dengan kelemahan
yang dimiliki perusahaan
Mengadakan kerjasama dengan pengerajin tempe diluar wilayah agar
pemasaran menjadi lebih luas.
Membuat pembukuan dengan rapi pada setiap transaksi penjualan,
pengeluaran, dan pemasukkan agar mudah mengevaluasi perkembangan
industri.
Suatu industri dapat menjalankan kegiatan produksi perlu mengetahui
strategi yang tepat agar industri tersebut mendapatkan keuntungan dan mampu
berkembang dengan baik. Oleh karena itu, perlu diadakan sebuah analisis untuk
merumuskan strategi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan dan peluang. Namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis
selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan
Berdasarkan hasil analisis SWOT diketahui bahwa produksi tempe di
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat mempunyai kemampuan untuk
berkembang jika mempunyai manajemen yang baik meskipun produksi tempe
tergolong dalam industri rumah tangga. Hal ini terlihat dari kekuatan tersediannya
bahan baku (kedelai), pengalaman pengerajin, tradisi masyarakat dan produk yang
berkualitas. Peluang yang dimiliki oleh industri tempe tempe di Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat antara lain, tingkat permintaan produk tinggi, perhatian
pemerintah, pertumbuhan penduduk dan tempe merupakan makanan pokok.
Produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat memiliki
kelemahan dalam hal modal yang terbatas, teknologi yang digunakan masih
sederhana, rendahnya kualitas SDM baik untuk pelaku usaha maupun tenaga
kerja, belum punya daerah pemasaran yang luas dan terbatasnya informasi tentang
pasar dan tidak adanya pembukuan. Belum lagi tingginya harga bahan baku
(kedelai) yang tidak stabil, tingginya tingkat persaingan antar pengerajin tempe di
wilayah lain yang merupakan ancaman serius serta iklim dan cuaca yang tidak
stabil.
Adapun strategi pengembangan yang diterapkan berdasarkan analisis
SWOT adalah strategi WO (Weaknesses-Opportunities). Analisis SWOT dibuat
berdasarkan hasil uji statistik yang dibuat peneliti. Strategi pengembangan yang
diterapkan pada produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah:
1. Memberikan pelatihan kepada pemilik industri dan tenaga kerja secara
2. Perhatian pemerintah maupun lembaga lain dalam hal ini pemberian bantuan
modal dan alat produksi (teknologi tepat guna) agar produktivitas meningkat.
3. Mengembangkan wadah kerjasama dengan industri tempe lain yang lebih besar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini
maka kesimpulan yang diperoleh yaitu:
1. Modal berpengaruh negative dan signifikan terhadap produksi tempe. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin besar modal akan menurunkan produksi
karena para pengerajin tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
masih menggunakan teknologi yang sederhana sehingga menimbulkan
banyak biaya. Selain itu harga kedelai yang di pasaran juga berfluktasi dan
produk yang dihasilkan tidak sedikit yang gagal karena faktor alam dan
kinerja yang kurang baik.
2. Bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tempe.
Produksi tempe menandakan bahwa dalam produksi tempe sangat
tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku merupakan bahan
dasar atau bahan utama yang digunakan untuk memproduksi tempe.
Apabila bahan baku tidak tersedia maka akan berdampak pada produksi
tempe yang dihasilkan oleh para perajin tempe.
3. Tenaga kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi
tempe. Hal ini dikarena industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat masih bertaraf home industri. Pemilik industri turut dalam bekerja
4. Modal, bahan baku dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produksi tempe secara simultan.
5. Dalam analisis statistik diketahui bahwa semakin besar modal yang
digunakan maka produksi semakin menurun. Hal ini meruupakan
kelemahan dari industri tempe yang berada di wilayah Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat. Oleh karena itu strategi pengembangan usaha yang
tepat untuk diterapkan pada produksi tempe di wilayah Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat berdasarkan analisis SWOT adalah strategi WO.
Strategi WO yaitu strategi untuk memperkecil kelemahan dan
memanfaatkan peluang yang ada.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu modal, bahan
baku, dan tenaga kerja. Sementara itu masih banyak variabel-variabel
lainnya yang mempengaruhi produksi tempe.
2. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan selama empat bulan yaitu
Januari 2016 sampai dengan April 2016 sehingga hasil yang diberikan