• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tempe Di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tempe Di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

LAMPIRAN 3

Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

(4)

LAMPIRAN 4

Modal Produksi Tempe

Nama

Responden

Januari

(Rp)

Februari

(Rp)

Maret

(Rp)

April

(Rp)

Abeng 14474000 13903000 12601000 12660000

Suyanto 13650000 12740000 14105000 13650000

Anita 15782000 12162000 16950000 17622000

Yetno 19068000 17928000 19320000 19432000

Parno 10650000 9940000 11050000 12090000

Sugeng 16430000 15008000 15990000 15457000

Windra 15400000 16604000 17985000 16860000

Tulus 17120000 16105000 14989000 16000000

Kartika 10155000 10472000 12915000 13592000

Saniyem 11043000 11905000 12084000 12693000

Ponijan 20850000 18278000 21090000 19068000

Saring 11610000 10297000 11715000 10766000

Cipto 19350000 17690000 18910000 19995000

Idris 19426000 17572000 21150000 22120000

(5)

Bahan Baku Produksi Tempe

Nama Responden

Januari (Kg)

Februari (Kg)

Maret (Kg)

April (Kg)

Abeng 1707 1639 1492 1509

Suyanto 1500 1400 1550 1500

Anita 1826 1398 1950 2030

Yetno 2260 1962 2145 2196

Parno 1200 1120 1240 1395

Sugeng 1860 1680 1800 1740

Windra 1680 1820 1950 1860

Tulus 1970 1850 1700 1850

Kartika 1235 1390 1685 1752

Saniyem 1299 1110 1417 1460

Ponijan 2400 2080 2560 2184

Saring 1470 1330 1500 1385

Cipto 2625 2030 2170 2825

Idris 2269 2110 2750 2898

(6)

Tenaga Kerja Produksi Tempe

Nama Responden Januari Februari Maret April

Abeng 3 3 3 3

Suyanto 2 2 2 2

Anita 2 2 2 2

Yetno 3 3 3 3

Parno 2 2 2 2

Sugeng 3 3 3 3

Windra 2 2 2 2

Tulus 2 2 2 2

Kartika 0 0 0 0

Saniyem 1 1 1 1

Ponijan 3 3 3 3

Saring 0 0 0 0

Cipto 2 2 2 2

Idris 4 4 4 4

(7)

Jumlah Produksi Tempe

Nama Responden

Januari (Kg)

Februari (Kg)

Maret (Kg)

April (Kg)

Abeng 2902 2786 2536 2567

Suyanto 2550 2380 2635 2550

Anita 2739 2237 3120 3248

Yetno 2260 1982 2145 2196

Parno 1800 1680 1860 2093

Sugeng 2790 2520 2700 2610

Windra 2520 2730 2925 2790

Tulus 3152 2775 2565 2960

Kartika 1855 2087 2528 2628

Saniyem 1949 1665 2126 2190

Ponijan 3840 3328 3840 3495

Saring 2352 2128 2400 2216

Cipto 4200 3248 3472 4520

Idris 3857 3587 4505 4928

(8)

LAMPIRAN 5

Hasil Analisis Data

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Modal 60 9940000,00 22120000,00 15265066,67 3312529,812

Bahan Baku 60 1110 2898 1794,90 426,061

Tenaga Kerja 60 0 4 2,00 1,105

Produksi 60 1665 4928 2757,07 722,641

Valid N (listwise) 60

Hasil Uji Durbin Watson Model Summary b

Mode 1

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of Estimate

Durbin-Watson

1 ,901a ,813 ,803 321,030 1,810

a. Predicators: (Constant), modal, bahan baku, tenaga kerja.

(9)
(10)

Hasil Uji Heterokedastisitas

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize d Coefficient

s

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 400,080 215,881 1,853 ,069

Modal -0,000149 ,000 -,681 -2,987 ,004

Bahan_Baku 2,491 ,347 1,469 7,171 ,000

Tenaga_Kerja 76,324 54,051 ,117 1,412 ,163

(11)

Koefisien Determinasi (R-Square)

Uji F ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 25039067,334 3 8346355,778 80,985 ,000b Residual 5771362,399 56 103060,043

Total 30810429,733 59

a. Dependent Variable: Produksi

b. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Bahan_Baku, Modal

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,901a ,813 ,803 321,030

a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Bahan_Baku, Modal

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Amirullah dan Imam Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Assuari, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LPFEUI.

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Produksi dan Operasi. Bandung: Alfabeta.

Jatmiko, RD. 2003. Manajemen Stratejik. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Jayaatmaja, Alan. 2010. Akuntansi Biaya. Bandung: Universitas Widyatama.

Juliandi, Azwar. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif:Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Medan: M2000.

Kardiman. 2003. Ekonomi. Jakarta: Yudhistira.

Kholim, Masiyah dan Yuningsih, 2009. Akuntansi Biaya. Malang: UMM Press.

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030. Yogjakarta: CV Andi Offset.

Manullang, dkk. 2008. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Minto Purwo. 2000. Ekonomi. Jakarta: Yudhistira.

Putong, Iskandar. 2005. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rangkuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced Scorecard: Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif plus Cara Mengelola kinerja dan Risiko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Reksoprayitno, Soediyono. Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Rosyidi, Suherman. 2014. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Rajawali Press.

(13)

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Rajawali Press Jakarta.

Solihin, Ismail. 2012.Manajemen Strategik. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang No.5 tahun 1984 Tentang Perindustrian.

Sumber Skripsi :

Mintaroem, Karjadi. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri Kecil Di Wilayah Segitiga Industri Di Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo Dan Gresik). Universitas Airlangga.

Mujiningsih, Indah Mega. 2013. Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil tempe di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Universitas Negeri Semarang.

Mutiara, Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan Bakar, Tenaga Kerja Terhadap Produksi Tempe di Kota Semarang (Studi Kasus Di Kelurahan Krobokan).Universitas Diponegoro.

Pradana, Ardyarta David. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe Di Kabupaten Blora. Universitas Negeri Semarang.

Safitra, Nasrun. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Tahu dan Tempe di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar.

(14)

Sumber Internet:

http:// www.bps Indonesia.go.id diakses tanggal 15 Maret 2016 Pukul 10.00 WIB

http:// www.bps Kabupaten Langkat.go.id diakses tanggal 15 Maret 2016 Pukul 10.00 WIB

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

asosiatif dengan pendekatan kuantitatif Penelitian assosiatif adalah penelitian

yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga

bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/

resiprocal/ timbal balik. Pada penelitian ini peneliti menggunakan hubungan

kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel

independen yaitu variabel yang mempengaruhi dan dependen yaitu variabel

dipengaruhi (Sugiyono, 2012:36).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di industri tempe yang berlokasi di Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut (Sugiyono, 2012:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

(16)

kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda-benda

alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh

subyek atau obyek itu. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh industri tempe

di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang berjumlah 15 industri tempe.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012:81). Pada penelitian ini teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini

sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang. Istilah

sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh industri tempe di Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat sebanyak 15 responden pengerajin tempe.

3.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah

kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya (Sofiyan, 2013:38). Hipotesis

adalah dugaan atau jawaban sementara dari pertanyaan yang ada pada perumusan

(17)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh modal

terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah

sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal terhadap

produksi tempe.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal terhadap produksi

tempe.

2) Hipotesis yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh bahan baku

terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah

sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bahan baku terhadap

produksi tempe.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara bahan baku terhadap

produksi tempe.

3) Hipotesis yang diajukan adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja

terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah

sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja terhadap

produksi tempe.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja terhadap

(18)

4) Hipotesis yang diajukkan adalah untuk mengetahui pengaruh modal, bahan

baku dan tenaga kerja terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat.

H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal, bahan baku

dan tenaga kerja terhadap produksi tempe.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal, bahan baku dan

tenaga kerja terhadap produksi tempe.

3.5 Definisi Konsep

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan variabel yang akan memberikan

gambaran bagaimana caranya untuk mengukur variabel bebas dan variabel terikat.

Dibawah ini adalah variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan pada

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel bebas yang mempengaruhi produksi tempe adalah sebagai

berikut:

a. Modal (X1)

Menurut Schwiedland dalam Riyanto (2001:18) modal dalam artian

yang lebih luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk

uang (geldcapital), maupun dalam bentuk barang (sachcapital),

barang-barang dagang dan lain sebagainya.

b. Bahan Baku (X2)

Bahan baku merupakan semua sumber alam, termasuk tanah, kayu,

mineral dan minyak. Sumber alam tersebut juga sebagai faktor

(19)

diolah dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh

masyarakat (Amirullah dkk, 2005:7).

c. Tenaga Kerja (X3)

Menurut Kardiman (2003: 73) Faktor produksi tenaga kerja adalah

segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang

ditujukan untuk kegiatan produksi. Pemanfaatan tenaga kerja dalam

proses produksi haruslah dilakukan secara manusiawi, artinya

perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga kerja dalam proses

produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada

batasnya, baik tenaga maupun keahliannya. Selain itu juga perusahaan

harus mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam

menetapkan besaran gaji tenaga kerja.

2. Variabel terikat yaitu Produksi Tempe (Y).

Menurut Minto Purwo (2000:43) produksi adalah usaha atau kegiatan

manusia untuk menciptakan atau menimbulkan kegunaan suatu benda agar

menjadi lebih berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dari definisi

ini jelas bahwa untuk memenuhi kebutuhan haruslah lebih dahulu

melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk

menghasilkan, menciptakan, dan mengolah barang atau jasa, atau

meningkatkan atau menciptakan kegunaan suatu benda agar memiliki nilai

(20)

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk memperjelas variabel-variabel

yang diteliti yaitu berupa pengukuran (measurement) atau perjanjian (test) suatu

variabel. Adapun variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dengan

kata lain variabel bebas adalah sesuatu yang menjadi sebab terjadinya

perubahan nilai pada variabel terikat (Juliandi, 2013:26). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah Modal (X1), Bahan Baku (X2) dan Tenaga Kerja

(X3).

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, terikat dan tergantung oleh

variabel lain yakni variabel bebas. Variabel terikat ini umumnya menjadi

perhatian utama oleh peneliti (Juliandi, 2013:26).Variabel terikat dalam

penelitian ini yaitu produksi tempe (Y).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Variabel Indikator

Skala

Pengukuran

Modal (X1) Modal adalah keseluruhan

biaya yang dikeluarkan industri

tempe untuk membiayai

operasional produksi.

(21)

Bahan Baku

(X2)

Bahan baku adalah bahan

mentah yang menjadi dasar

pembuatan suatu produk yang

dapat diolah melalui proses

tertentu untuk dijadikan wujud

lain.

tenaga kerja yang digunakan

untuk melakukan proses

produksi yang dihitung perhari

kerja.

Jumlah tenaga

kerja

Rasio

Produksi (Y) Produksi adalah kegiatan yang

menciptakan, mengolah,

menghasilkan barang dan jasa

atau usaha untuk menghasilkan

suatu benda agar menjadi lebih

berguna bagi kebutuhan

manusia.

Jumlah

Produksi

Rasio

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer

dan sekunder, dalam suatu penelitian pengumpulan data merupakan langkah yang

(22)

masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan

(Syofian,2013:17). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam data,

yaitu:

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan:

1. Kuisioner (Questionairre), adalah pertanyaan/pernyataan yang

disusun peneliti untuk mengetahui pendapat/ persepsi responden

penelitian tentang suatu variabel yang diteliti ( Juliandi, 2013:71).

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner

terbuka yaitu pilihan jawaban tidak di sediakan oleh peneliti,

responden bebas menuliskan jawaban menurut persepsi/ pendapat

mereka.

2. Observasi (Observation), yaitu kegiatan pengumpulan data dengan

melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek

penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat

gambaran secara jelas tentenag kondisi objek penelitian tersebut.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari sumber kedua

(23)

1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang memiliki

relevansi dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen. Adapun data

yang dibutuhkan penelitian ini adalah informasi pada periode laporan

produksi pemilik industri tempe bulan Januari s/d April 2016.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data berati menginterprestasikan data-data yang telah

dikumpulkan dari lapangan dan telah diolah sehingga menghasilkan informasi

tertentu (Juliandi, 2013:88). Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model analisis menggunakan alat bantu SPSS versi 21.0

dalam melakukan analisis data dan Matriks SWOT.

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Menurut Juliandi (2013:174) ada beberapa metode uji persyaratan analisis

sebelum dilakukan uji regresi. Berikut uji analisis tersebut:

1. Uji Normalitas

Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data

yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi variabel pengganggu

atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Juliandi, 2013: 174).

Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F

mengasumsikan bahwa nilai residual normal dan jika asumsi ini dilanggar

(24)

kecil metode yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yakni dengan analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik

dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya

adalah:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan diikuti oleh garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data distribusi normal,

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Heterokedastisitas

Pengujian gejala heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah model

regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas (Juliandi 2013:176). Ada tidaknya heterokedasitas dapat

dapat dilakukan dengan melihat grafik scaterplott antar nilai prediksi variabel

independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan

untuk menentukan heterokedastisitas, yaitu:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

(25)

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas

atau terjadi homokedasitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorekasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode ke t

dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya ( Juliandi, 2013:178). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi

yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang digunakan

untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW).

Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:

a. Nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du),

maka Koefisien autokorelasi = 0, sehingga tidak ada korelasi.

b. Nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka

koefisien autokorelasi > 0, sehingga ada korelasi positif.

c. Nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi < 0,

sehingga ada autokorelasi negative.

d. Nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW

terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.8.2 Metode Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini dilakukan untuk

meramalkan bagaimana hubungan dependen bila dua atau lebih variabel

(26)

baku (X2), tenaga kerja (X3) sedangkan variabel independennya adalah produksi

(Y). Analisis ini menggunakan teknik analisis SPSS versi 21 dengan metode

regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Keterangan :

Y = Produksi Tempe

X1 = Modal

X2 = Bahan Baku

X3 = Tenaga Kerja

a = Konstanta

b1,2,3 = Koefisien Regresi

e = Standar Error

3.8.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah analisis data yang paling penting karena

berperan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis

penelitian. Suatu perhitungan variabel disebut signifikan secara statistik apabila

nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).

Namun sebaliknya, disebut signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam

daerah dimana H0 diterima (Juliandi, 2013:137). Uji hipotesis yang dilakukan

adalah:

1. Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi

(27)

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 = artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

Ha = artinya variabel bebas secara berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikansi (α)=0,05

ditentukan sebagai berikut:

a. Bila thitung < ttabel atau probability lebih besar dari tingkat signigfikasi

(sig. > 0,05), artinya bahwa secara parsial variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Bila thitung > ttabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikasi

(sig.<0,05) artinya bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

2. Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan secara serentak apakah variabel

bebas atau dependent variabel mempunyai pengaruh yang positif atau negatif,

serta signifikan terhadap variabel terikat atau dependent variabel.

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikan

(α)=0,05 ditentukan sebagai berikut:

a. Bila Fhitung < Ftabel, atau probability lebih besar dari tingkat signifikansi

(sig.>0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi

(28)

b. Bila Fhitung > Ftabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikansi

(sig.<0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi

terhadap variabel dependen.

3. Koefisien Determinasi (R-Square)

Nilai R-Square adalah untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel

terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas (Juliandi, 2013:174).

Jika koefisien determinan (R2) semakin besar (mendekati satu), maka

dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap

variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati nol) maka

dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

kecil.

3.8.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan dan peluang. Namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis

selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan

perusahaan. Dengan demikian, perencanaan strategis harus menganalisis

faktor-faktor strategis perusahaan ( kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dalam

kondisi yang ada saat ini. Matriks yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor

(29)

Tabel 3.2

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman.

Sumber: Rangkuti (2011:202).

a) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b) Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

(30)

c) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d) Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha

(31)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian

4.1.1 Luas Wilayah

Kecamatan Binjai sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Langkat

yang berada didaerah Langkat Hulu, letaknya diapit oleh 2 kecamatan serta 2

kabupaten/kota. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Stabat, di sebelah

Selatan dengan Kota Binjai, di sebelah Barat dengan Kecamatan Selesai, serta di

sebelah Timur berbatasan dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang. Letak

astronominya antara 03° 27‟ 00” – 03° 42‟ 20” Lintang Utara 98° 25‟ 20” – 98°

30‟ 20” Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Binjai 42,05 km2 atau 0,78 persen

dari total luas Kabupaten Langkat.

4.1.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Binjai mencapai 44.167 jiwa tahun 2014.

Dengan kepadatan penduduk sebanyak 1.050 orang tiap km2 tahun 2014.

Sedangkan, jumlah rumah tangga di Kecamatan Binjai berjumlah 10.870 rumah

tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga 4 jiwa per rumah tangga. Secara

umum jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk

perempuan. Hal ini dapat terlihat dari sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100

(32)

Tabel 4.1

Jumlah penduduk Kecamatan Binjai 2014

Sumber : BPS Kabupaten Langkat.

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Sidomulyo yaitu sebanyak

7.670 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.436 jiwa per km², Desa Tanjung Jati

sebanyak 7.167 jiwa dan Desa Sambirejo sebanyak 7.057 jiwa. Sedangkan,

penduduk paling sedikit berada di Desa Suka Makmur sebanyak 3.748 jiwa.

Kelurahan Kwala Begumit merupakan desa yang paling padat penduduknya

dengan kepadatan 2.226 jiwa per km² dan Desa Tanjung Jati merupakan desa

dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebanyak 534 jiwa per km².

Gambar 4.1

Distribusi Penduduk 2014

INDIKATOR KEPENDUDUKAN KECAMATAN BINJAI 2014

Jumlah Penduduk ( jiwa) 44.167

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1.050

Sex Ratio (L/P) (%) 102,97

Jumlah Rumah Tangga 10.870

Rata-rata ART (jiwa/juta) 4,06

% PENDUDUK MENURUT KEL. UMUR

0 – 14 thn 31,03

15 – 64 thn 64,81

(33)

Sumber: BPS Kabupaten Langkat

4.2 Proses Produksi

Tahap proses produksi tempe.

1. Kedelai dipilih dengan penampi untuk memilih biji kedelai yang bagus.

Kemudian dicuci dengan air yang mengalir. Biji kedelai yang sudah bersih

direbus didalam dandang yang besar berisi air. Perebusan dilakukan

sampai setengah matang.

0 2000 4000 6000 8000

Tanjung Jati Sidomulyo Sendang Rejo Sambirejo Kwala Begumit Perdamaian Suka Makmur

Series2

(34)

2. Kedelai yang sudah direbus disimpan selama 1 hari.

3. Keesokkan harinya kedelai yang disimpan dicuci kembali kemudian

kacang kedelai dipecah dengan menggunakan mesin dinamo.

4. Kacang kedelai yang sudah pecah dicuci sekali lagi kemudian dikukus

(35)

5. Setelah matang kedelai diangkat, kemudian didinginkan. Setelah dingin

kedelai diberi ragi sambil diaduk hingga merata. Ukuran ragi tergantung

dengan berapa banyak kedelai yang digunakan dan kondisi cuaca. Apabila

cuaca panas pemberian ragi hanya sedikit.

6. Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata dengan ragi menggunakan

plastik. Sebelum dibungkus plastik terlebih dahulu dilubangi dengan

tujuan agar udara segar dapat masuk kedalam bahan tempe dan jamur yang

tumbuh berwarna putih.

7. Peram bungkusan kedelai selama sehari. Pemeraman dilakukan di atas

(36)

8. Tempe yang diperam telah jadi kemudian siap untuk dijual dipasaran dan

dikonsumsi.

4.3 Profil Responden

Profil responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia,

pendidikan, lama industri, jenis kedelai, dan pemasaran. Adapun hasil deskriptif

mengenai profil responden tersebut adalah sebagai berikut:

4.3.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin pengerajin produksi tempe

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data primer diolah, 2016

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 12 80%

2 Perempuan 3 20%

(37)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden

berdasarkan jenis kelamin pada industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten

Langkat adalah laki-laki sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 80%

sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang dengan nilai persentase

20%.

4.3.2 Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian, usia pengerajin produksi tempe adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3

Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Sumber: Data primer diolah, 2016.

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa distribusi frekuensi usia responden

industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang berusia 21 – 25

tahun sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 6,7%, usia responden 31 – 35

tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar (20%), usia responden 36 – 40

tahun sebanyak 6 orang dengan persentase (40%), usia responden 41 – 50 tahun

sebanyak 3 orang dengan persentase (20%), sedangan usia responden 51 – 56

tahun sebanyak 2 orang sebesar (13,3%).

No Usia Frekuensi Persentase

1 21 - 25 Tahun 1 6,7%

2 31 - 35 Tahun 3 20%

3 36 - 40 Tahun 6 40%

4 41 - 50 Tahun 3 20%

5 51 - 56 Tahun 2 13,3%

(38)

4.3.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan pengerajin produksi

tempe adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan

pendidikan pada industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang

berpendidikan tamat SD sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar (26,7%),

pendidikan tamat SMP sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar (46,7%),

pendidikan tamat SMA sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar (26,7%).

4.3.4 Responden Berdasarkan Usia Industri Tempe

Berdasarkan hasil penelitian, usia industri tempe di Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Usia Produksi Industri tempe

No Usia Industri Frekuensi Persentase

1 1 - 4 tahun 2 13,3%

2 5 - 10 tahun 5 33,3%

3 11 - 15 tahun 3 20%

4 16 - 20 tahun 3 20%

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tamat SD 4 26,7%

2 Tamat SMP 7 46,7%

3 Tamat SMA 4 26,7%

(39)

5 21 - 25 tahun 2 13,3%

Total 15 100%

Sumber: data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan

usia produksi industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang

berusia antara 1–4 tahun sebanyak 2 orang (13,3%) industri tempe. Industri tempe

yang berproduksi selama 5–10 tahun sebanyak 5 orang (33,3%). Industri tempe

yang berproduksi selama 11-15 tahun sebanyak 3 orang (20%). Industri tempe

yang berproduksi selama 16-20 tahun sebanyak 3 orang (20%). Industri tempe

yang berproduksi selama 21-25 tahun sebanyak 2 orang (13,3%).

4.3.5 Responden Berdasarkan Jenis Kedelai

Berdasarkan hasil penelitian, jenis kedelai yang digunakkan pengerajin

produksi tempe adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Jenis Kedelai Produksi Tempe

Sumber: Data primer diolah, 2016.

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan

jenis kedelai yang digunakan oleh industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten

Langkat jenis kedelai lokal sebanyak 4 orang (26,7%). Jenis kedelai impor

sebanyak 11 orang (73,3%).

No Jenis kedelai Frekuensi Persentase

1 Lokal 4 26,7%

2 Impor 11 73,3 %

(40)

4.3.6 Responden Berdasarkan Pemasaran

Berdasarkan hasil penelitian, pengerajin produksi tempe adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.7

Pemasaran Produksi Tempe

No Pemasaran Frekuensi Persentase

1 Dititipkan melalui

warung 9 60%

2 Melalui pasar 6 40%

Total 15 100%

Sumber: Data primer diolah, 2016.

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa distribusi frekuensi pemasaran

pada industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang pemasarannya

dititipkan ke warung sebanyak 9 responden (60%). Pemasaran melalui pasar

sebanyak 6 responden (40%).

4.4 Modal Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Modal adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan industri tempe untuk

membiayai operasional produksi tempe. Modal pada industri tempe di Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat dalam penelitian ini terdiri dari pembelian bahan baku,

ragi, plastik, daun pisang, bahan bakar dan pembayaran tenaga kerja. Modal yang

digunakan untuk produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak

sama tiap bulannya. Hal ini disebabkan untuk pembelian bahan baku (kedelai)

harganya selalu berfluktuasi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak sama

sehingga upah tenaga kerja berbeda. Jumlah modal produksi tempe tiap bulannya

(41)

Tabel 4.8

Jumlah Modal Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016

Sumber: Data Primer diolah, 2016.

4.5 Bahan Baku Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Bahan baku adalah bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu

produk yang dapat diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan wujud lain.

Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi tempe di Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat adalah kedelai. Proses produksi akan berhenti jika bahan baku

yang biasa digunakan tidak tersedia, sehingga berdampak pada hasil penjualan

yang akan diterima dalam industri tempe. Jumlah bahan baku yang digunakan

Abeng 14474000 13903000 12601000 12660000

Suyanto 13650000 12740000 14105000 13650000

Anita 15782000 12162000 16950000 17622000

Yetno 19068000 17928000 19320000 19432000

Parno 10650000 9940000 11050000 12090000

Sugeng 16430000 15008000 15990000 15457000

Windra 15400000 16604000 17985000 16860000

Tulus 17120000 16105000 14989000 16000000

Kartika 10155000 10472000 12915000 13592000

Saniyem 11043000 11905000 12084000 12693000

Ponijan 20850000 18278000 21090000 19068000

Saring 11610000 10297000 11715000 10766000

Cipto 19350000 17690000 18910000 19995000

Idris 19426000 17572000 21150000 22120000

(42)

untuk produksi tempe tiap kilogramnya tidak sama tiap bulan. Hal ini disebabkan

karena permintaan konsumen dan harga kacang kedelai mengalami kenaikkan dan

penurunan. Meningkatnya produksi tempe dikarenakan banyaknya pesanan untuk

acara-acara khusus seperti adanya acara pesta sedangkan harga kedelai mengalami

kenaikkan karena banyak para pengerajin tempe menggunakan kedelai impor

sehingga harganya selalu berfluktuasi. Jumlah bahan baku (kedelai) tiap bulannya

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9

Jumlah Bahan Baku (Kedelai) Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016

(43)

4.6 Tenaga Kerja Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan

proses produksi yang dihitung perhari kerja. Berdasarkan hasil penelitian jumlah

tenaga kerja untuk produksi tempe selalu tetap tiap bulannya. Tenaga kerja yang

digunakan paling banyak 4 orang, bahkan ada industri yang tidak menggunakan

tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena jika menggunakan tenaga kerja biaya

yang dikelurkan juga semakin besar, oleh karena itu tenaga kerja yang digunakan

dari keluarga sendiri atau pemilik industri yang melakukan kegiatan untuk

produksinya.

Tabel 4.10

Jumlah Tenaga Kerja Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016

Nama Responden Januari Februari Maret April

Abeng 3 3 3 3

Suyanto 2 2 2 2

Anita 2 2 2 2

Yetno 3 3 3 3

Parno 2 2 2 2

Sugeng 3 3 3 3

Windra 2 2 2 2

Tulus 2 2 2 2

Kartika 0 0 0 0

Saniyem 1 1 1 1

Ponijan 3 3 3 3

(44)

Cipto 2 2 2 2

Idris 4 4 4 4

Hasan 1 1 1 1

Sumber: Data Primer diolah, 2016.

4.7 Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Produksi adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah, menghasilkan

barang dan jasa atau usaha untuk menghasilkan suatu benda agar menjadi lebih

berguna bagi kebutuhan manusia. Berdasarkan hasil penelitian jumlah produksi

tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tiap bulannya dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel 4.11

Jumlah Produksi Tempe Januari 2016 s/d April 2016

(45)

Sumber: Data Primer diolah, 2016.

4.8 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran ataupun

deskriptif data sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel di

dalam penelitian. Gambaran variabel-variabel ini dapat dilihat dari jumlah sampel,

nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Modal 60 9940000,00 22120000,00 15265066,67 3312529,812

Bahan Baku 60 1110 2898 1794,90 426,061

Tenaga Kerja 60 0 4 2,00 1,105

Produksi 60 1665 4928 2757,07 722,641

Valid N (listwise)

60

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah modal, bahan baku,

tenaga kerja dan produksi tempe. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa:

1. Variabel Modal (X1) memiliki nilai minimum sebesar 9940000,00, nilai

maksimum sebesar 22120000,00, nilai rata-rata sebesar 15265066,67, dan

standar deviasi sebesar 3312529,812 dengan jumlah sampel sebanyak 60.

Cipto 4200 3248 3472 4520

Idris 3857 3587 4505 4928

(46)

2. Variabel Bahan Baku (X2) memiliki nilai minimum sebesar 1110, nilai

maksimum sebesar 28,98, nilai rata-rata sebesar 1794,90, dan standar deviasi

sebesar 426,061dengan jumlah sampel sebanyak 60.

3. Variabel Tenaga Kerja (X3) memiliki nilai minimum sebesar 0, nilai

maksimum sebesar 4, nilai rata-rata sebesar 2,00, dan standar deviasi sebesar

1,105 dengan jumlah sampel sebanyak 60.

4. Variabel Produksi (Y) memiliki nilai minimum sebesar 1665, nilai

maksimum sebesar 4928, nilai rata-rata sebesar 2757,07, dan standar deviasi

sebesar 722,641 dengan jumlah sampel sebanyak 60.

4.9 Uji Asumsi Klasik 4.9.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas pada

penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik.

a. Analisis Grafik

Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dan grafik

normal propability plot. Pada grafik histogram data dikatakan berdistribusi

normal apabila data tersebut mengikuti atau mendekati distribusi dengan

berbentuk lonceng. Grafik normal propability plot berdistribusi normal apabila

(47)

Gambar 4.2 Grafik Histogram

Pada gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa grafik histogram data

penelitian ini berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari bentuk grafik yang

berbentuk lonceng yang tidak melenceng dari kiri ataupun ke kanan pada

persamaan regresi di atas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model

regresi telah memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai pada

(48)

Gambar 4.3 Grafik Normal P-Plot

Pada gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa adanya titik-titik yang

mengikuti garis normal yang memanjang dan tersebar mengikuti garis normal.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi dengan normal dan

model regresi dapat digunakan pada penelitian ini.

4.9.2 Uji Heterokedastisitas

Pengujian gejala heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah model

regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

(49)

(Juliandi 2013:176). Ada tidaknya heterokedasitas dapat dilakukan dengan

melihat grafik Scaterplott antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai

residualnya.

Gambar 4.4

Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatter Plot

Berdasarkan gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa data-data pada penelitian

ini menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar

diatas maupun dibawah titik nol yang dapat dilihat dari grafik Scatter Plot. Oleh

karena itu, maka model regresi disimpulkan tidak mengalami masalah

(50)

4.9.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode ke t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi.

Uji autokorelasi dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW).

Hasil Uji Durbin – Watson

a. Predicators: (Constant), modal, bahan baku, tenaga kerja.

b. Dependent Variabel: Produksi

Hasil uji Durbin-Watson pada penelitian ini adalah 1,810. Data tidak

mengalami autokorelasi apabilla du<d<4-du. Nilai du dapat dilihat pada tabel

Durbin watson yang berada pada lampiran 1. Nilai du dilihat dari simbol „k‟ yang

menunjukkan banyaknya variabel independen pada penelitian dan simbol „n‟

menunjukkan jumlah observasi pada penelitian. Penelitian ini menggunakan 3

variabel independen dan jumlah observasi 60, sehingga pada tabel du dimana

„k‟=3 dan „n‟= 60 di dapat bahwa du adalah 1,6889 dan nilai 4-du (4 – 1,6889 =

2,3111). Hasil dari pengujian ini adalah 1,6889<1,810<2,3111 (du<dw<4-du)

sehingga di simpulkan tidak terjadi autokorelasi.

(51)

Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini dilakukan untuk

meramalkan bagaimana hubungan dependen bila dua atau lebih variabel

dimanipulasi. Variabel dependen pada penelitian ini adalah produksi tempe

sedangkan variabel independennya adalah modal, bahan baku dan tenaga kerja.

Hasil uji regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai konsatanta yaitu (α) 400,080, koefisien

modal (β1) -0,000149, koefisien bahan baku (β2) 2,491, dan koefisien tenaga kerja

(β3) 76,324. Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diatas maka

persamaannya diperoleh sebagai berikut:

Y = 400,080 -0,000149Modal +2,491Bahan Baku+76,324Tenaga Kerja+e

Keterangan:

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

(52)

(Penyimpangan yang mungkin terjadi, yaitu sebesar 0,005).

Interprestai regresi diatas sebagai berikut:

a. Koefisien Modal (β1) -0,000149

Nilai koefisien regresi modal sebesar -0,000149 menunjukkan bahwa

penambahan modal sebesar 1% pada modal menyebabkan menurunnya

produksi tempe sebesar 0,000149.

b. Koefisien Bahan Baku (β2) 2,491

Nilai koefisien bahan baku sebesar 2,491 menunjukkan bahwa penambahan

bahan baku 1kg akan menaikkan produksi sebesar 2,491.

c. Koefisien Tenaga Kerja (β3) 76,324

Nilai koefisien tenaga kerja sebesar 76,324 menujukkan bahwa penambahan

tenaga kerja dan produksi akan meningkat sebesar 76,324.

4.11 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah analisis data yang paling penting karena

berperan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis

penelitian. Suatu perhitungan variabel disebut signifikan secara statistik apabila

nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).

Namun sebaliknya, disebut signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam

daerah dimana H0 diterima (Juliandi, 2013:137). Uji hipotesis yang dilakukan

adalah:

(53)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel

dependen secara nyata.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 = artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

Ha = artinya variabel bebas secara berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikansi (α)=0,05

ditentukan sebagai berikut:

a. Bila thitung < ttabel atau probability lebih besar dari tingkat signigfikansi

(sig. > 0,05), artinya bahwa secara parsial variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Bila thitung > ttabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikansi

(sig.<0,05) artinya bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(54)

Tenaga Kerja

76,324 54,051 ,117 1,412 ,163

a. Dependent Variabel: Produksi Tempe

Pada tabel diatas menggambarkan bagaimana pengaruh dan hubungan

antar modal, bahan baku, tenaga kerja terhadap produksi tempe secara parsial.

Nilai ttabel penelitian ini adalah 2,00030. Nilai ttabel dengan signifikansi 0,05 dapat

dilihat pada lampiran 2.Berikut ini penjelasan pengaruh setiap variabel

independen secara parsial sebagai berikut:

a. Modal (X1)

Modal memiliki thitung yaitu -2,987 dengan nilai t bernilai negatif yang

menunjukkan bahwa modal memiliki pengaruh yang negatif terhadap

produksi tempe. Nilai thitung > ttabel (-2,987 > 2,00030). Nilai signifikansi

modal adalah 0,004 < 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

variabel modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi

tempe.

b. Bahan Baku (X2)

Bahan baku memiliki thitung yaitu 7,171 dengan nilai t bernilai positif yang

menujukkan bahwa bahan baku memiliki pengaruh positif terhadap

produksi tempe. Nilai thitung > ttabel (7,171 > 2,00030). Nilai signifikansi

0,000 < 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel bahan

baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi .

c. Tenaga Kerja (X3)

Tenaga kerja memiliki thitung yaitu 1,412 dengan nilai t bernilai positif

yang menunjukkan bahwa tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif

(55)

siginifikansi 0,163>0,05, artinya berpengaruh positf dan tidak signifikan

terhadap produksi tempe.

4.11.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan secara serentak apakah variabel

independent atau dependent variabel mempunyai pengaruh yang positif atau

negatif, serta signifikan terhadap variabel terikat atau dependent variabel.

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikan

(α)=0,05 ditentukan sebagai berikut:

c. Bila Fhitung < Ftabel, atau probability lebih besar dari tingkat signifikansi

(sig.>0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi

terhadap variabel dependen.

d. Bila Fhitung > Ftabel, atau probability lebih kecil dari tingkat signifikansi

(sig.<0,05), artinya secara simultan tidak berpengaruh signifikansi

terhadap variabel dependen.

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Fhitung bernilai 80,985

sedangkan nilai Ftabel adalah 2,76. Hasil Ftabel tersebut ditentukan dengan langkah Tabel 4.16

Hasil Uji F ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 25039067,334 3 8346355,778 80,985 ,000b Residual 5771362,399 56 103060,043

Total 30810429,733 59

a. Dependent Variable: Produksi

(56)

yaitu pada tabel terdapat df untuk pembilang (N1) yang dilihat dari jumlah

variabel independen pada penelitian ini yaitu N1 adalah tiga. Nilai df untuk

penyebut (N2) merupakan observasi dikurangi jumlah variabel dependen dan

independen sehingga N2 adalah 56 (60-4). Nilai Ftabel dapat dilihat pada lampiran

3. Nilai Fhitung > Ftabel (80,985>2,76). Nilai signifikansi variabel dependen adalah

0,000<0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel independen pada

penelitian ini secara simultan berpengaruh positif dan signifikansi terhadap

produksi tempe.

4.11.3 Koefisien Determinasi (R-Square)

Nilai R2 adalah untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat

dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas (Juliandi, 2013:174). Jika koefisien

determinan (R2) semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa

pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2

semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat kecil.

Tabel 4.17

Koefisien Determinasi (R-Square)

Pada tabel 4.11 didapati bahwa pada persamaan 1 nilai R2 adalah 0,813

yang artinya 81,3 % produksi tempe mampu dijelaskan oleh variabel independen Mode

a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Bahan_Baku, Modal

(57)

yaitu modal, bahan baku, dan tenaga kerja, sedangkan 18,7 % dijelaskan oleh

variable-variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini atau di luar penelitian

ini.

4.12 Pembahasan Hasil Penelitian

4.12.1 Pengaruh Modal Terhadap Produksi

Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa modal memiliki nilai thitung >

ttabel (-2,987>2,00030) dengan signifikan 0,004<0,05. Hasil pengujian tersebut

menunjukkan bahwa modal berpengaruh negative dan signifikan terhadap

produksi tempe. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa nilai modal yang

dimiliki pengerajin tempe masih kurang sehingga perlu ditingkatkan tetapi jika

ditingkatkan akan menurunkan produksi tempe, yang perlu ditingkatkan adalah

penggunaannya karena jika ditingkatkan sebesar apapun tetapi tidak dimanfaatkan

justru akan menurunkan produksi.

Penurunan produksi dikarenakan pengerajin tempe menggunakan

teknologi yang terbatas. Selain itu harga kedelai yang di pasaran juga berfluktasi

dan produk yang dihasilkan tidak sedikit yang gagal karena faktor alam dan

kinerja yang kurang baik. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang

dilakukan Muhammad Nasrun Safitra (2013) yang menyatakan modal

(58)

4.12.2 Pengaruh Bahan Baku Terhadap Produksi

Bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tempe

secara parsial, hal ini sesuai dengan hipotesis maka Ha di terima. Hasil yang

didapat dari penelitian ini adalah nilai thitung > ttabel (7,171 > 2,00030) dengan nilai

signifikansi 0,000<0,05. Adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

bahan baku pada produksi tempe menandakan bahwa dalam produksi tempe

sangat tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku merupakan bahan

dasar atau bahan utama yang digunakan untuk memproduksi tempe. Apabila

bahan baku tidak tersedia maka akan berdampak pada produksi tempe yang

dihasilkan oleh para perajin tempe.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad Nasrun Safitra (2013) yang menyatakan variabel bahan baku

berpengaruh signifikan terhadap produksi industri tahu dan tempe. Ayu Mutiara

(2010) menyatakan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap produksi tempe

serta Karjadi Mintaroem (2003) menyatakan bahwa ketersediaan bahan baku

berrpengaruh positif terhadap jumlah produksi.

4.12.3 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi

Berdasarkan hasil pengolahan data didapat bahwa tenaga kerja

berpengaruh positif memiliki thitung < ttabel (1,412 < 2,987) dengan siginifikansi

0,163 lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa tenaga

kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi tempe, maka

(59)

Langkat masih bertaraf home industri. Pemilik industri turut dalam bekerja

sehingga tenaga kerja yang digunakan tidak banyak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad Nasrun Safitra (2013) yang menyatakan pengaruh tenaga kerja

terhadap produksi industri tahu dan tempe di Kota Makassar yaitu tidak

signifikan. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Ayu Mutiara (2010)

yang menyatakan variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi

(60)

Opportunities (O)

produksi dan menjaga kualitas produk yang dihasilkan dengan dengan industri tempe lain yang lebih besar terjangkau agar tetap mampu bersaing dengan industri lain (S4,5 dan T2).

(61)

Pemilik industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ini

menggunakan Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang - Ancaman (Strengths –

Weaknesses – Opportunities – Threats) yang dapat digunakan sebagai alat yang

membantu untuk meningkatkan produksi dan membantu mengembangkan empat

strategi.

1. Strategi SO yang memanfaatkan seluruh kekuatan internal dan merebut

peluang yang ada, alternatif strategi lain yaitu:

 Meningkatkan produksi dan menjaga kualitas produk yang dihasilkan

dengan menggunakan bahan baku yang bagus.

 Menawarkan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau

sesuai dengan permintaan pasar.

 Mempertahankan tradisi dan budaya sebagai makanan pokok.

2. Strategi WO yaitu strategi untuk memperkecil kelemahan dan memanfaatkan

peluang yang ada.

 Memberikan pelatihan kepada pemilik industri dan tenaga kerja secara

berkelanjutan agar produksi dapat berkembang.

 Perhatian pemerintah maupun lembaga lain dalam hal ini pemberian

bantuan modal dan alat produksi (teknologi tepat guna) agar produktivitas

meningkat.

 Mengembangkan wadah kerjasama dengan industri tempe lain yang lebih

(62)

3. Strategi ST yaitu menggunakan segala kekuatan untuk mengatasai ancaman.

 Mempertahankan kualitas produk dan harga jual yang terjangkau agar

tetap mampu bersaing dengan industri lain.

 Mencari supplier lebih dari satu dan ciptakan kompetisi antar supplier.

4. Strategi WT yaitu strategi untuk bertahan dari ancaman dengan kelemahan

yang dimiliki perusahaan

 Mengadakan kerjasama dengan pengerajin tempe diluar wilayah agar

pemasaran menjadi lebih luas.

 Membuat pembukuan dengan rapi pada setiap transaksi penjualan,

pengeluaran, dan pemasukkan agar mudah mengevaluasi perkembangan

industri.

Suatu industri dapat menjalankan kegiatan produksi perlu mengetahui

strategi yang tepat agar industri tersebut mendapatkan keuntungan dan mampu

berkembang dengan baik. Oleh karena itu, perlu diadakan sebuah analisis untuk

merumuskan strategi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

SWOT.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan dan peluang. Namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis

selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan

(63)

Berdasarkan hasil analisis SWOT diketahui bahwa produksi tempe di

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat mempunyai kemampuan untuk

berkembang jika mempunyai manajemen yang baik meskipun produksi tempe

tergolong dalam industri rumah tangga. Hal ini terlihat dari kekuatan tersediannya

bahan baku (kedelai), pengalaman pengerajin, tradisi masyarakat dan produk yang

berkualitas. Peluang yang dimiliki oleh industri tempe tempe di Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat antara lain, tingkat permintaan produk tinggi, perhatian

pemerintah, pertumbuhan penduduk dan tempe merupakan makanan pokok.

Produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat memiliki

kelemahan dalam hal modal yang terbatas, teknologi yang digunakan masih

sederhana, rendahnya kualitas SDM baik untuk pelaku usaha maupun tenaga

kerja, belum punya daerah pemasaran yang luas dan terbatasnya informasi tentang

pasar dan tidak adanya pembukuan. Belum lagi tingginya harga bahan baku

(kedelai) yang tidak stabil, tingginya tingkat persaingan antar pengerajin tempe di

wilayah lain yang merupakan ancaman serius serta iklim dan cuaca yang tidak

stabil.

Adapun strategi pengembangan yang diterapkan berdasarkan analisis

SWOT adalah strategi WO (Weaknesses-Opportunities). Analisis SWOT dibuat

berdasarkan hasil uji statistik yang dibuat peneliti. Strategi pengembangan yang

diterapkan pada produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat adalah:

1. Memberikan pelatihan kepada pemilik industri dan tenaga kerja secara

(64)

2. Perhatian pemerintah maupun lembaga lain dalam hal ini pemberian bantuan

modal dan alat produksi (teknologi tepat guna) agar produktivitas meningkat.

3. Mengembangkan wadah kerjasama dengan industri tempe lain yang lebih besar

(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini

maka kesimpulan yang diperoleh yaitu:

1. Modal berpengaruh negative dan signifikan terhadap produksi tempe. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin besar modal akan menurunkan produksi

karena para pengerajin tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

masih menggunakan teknologi yang sederhana sehingga menimbulkan

banyak biaya. Selain itu harga kedelai yang di pasaran juga berfluktasi dan

produk yang dihasilkan tidak sedikit yang gagal karena faktor alam dan

kinerja yang kurang baik.

2. Bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tempe.

Produksi tempe menandakan bahwa dalam produksi tempe sangat

tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku merupakan bahan

dasar atau bahan utama yang digunakan untuk memproduksi tempe.

Apabila bahan baku tidak tersedia maka akan berdampak pada produksi

tempe yang dihasilkan oleh para perajin tempe.

3. Tenaga kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi

tempe. Hal ini dikarena industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten

Langkat masih bertaraf home industri. Pemilik industri turut dalam bekerja

(66)

4. Modal, bahan baku dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi tempe secara simultan.

5. Dalam analisis statistik diketahui bahwa semakin besar modal yang

digunakan maka produksi semakin menurun. Hal ini meruupakan

kelemahan dari industri tempe yang berada di wilayah Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat. Oleh karena itu strategi pengembangan usaha yang

tepat untuk diterapkan pada produksi tempe di wilayah Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat berdasarkan analisis SWOT adalah strategi WO.

Strategi WO yaitu strategi untuk memperkecil kelemahan dan

memanfaatkan peluang yang ada.

5.2 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu modal, bahan

baku, dan tenaga kerja. Sementara itu masih banyak variabel-variabel

lainnya yang mempengaruhi produksi tempe.

2. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan selama empat bulan yaitu

Januari 2016 sampai dengan April 2016 sehingga hasil yang diberikan

Gambar

Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5%
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Matriks SWOT
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil keputusan bahwa dengan menggunakan hierarchical clustering analysis 79% dari total pelanggan yang

Teknik Penilaian setiap Kompetensi Dasar :  Skor yang diperoleh.

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar.. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011 Lampiran III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI huruf B.. PELELANGAN UMUM

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011 Lampiran III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI huruf B.. PELELANGAN UMUM

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011 Lampiran III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI huruf B.. PELELANGAN UMUM

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011 Lampiran III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI huruf B.. PELELANGAN UMUM

World Heritage Sites atau Situs Warisan Dunia merupakan istilah yang ditujukan kepada tempat khusus seperti taman nasional, hutan, pegunungan, danau, gurun pasir, bangunan,