• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Berbagai Umur Sumber Bahan Tanam Bud Set Tebu (Saccharum officinarum L.) Dengan Konsentrasi NAA yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Berbagai Umur Sumber Bahan Tanam Bud Set Tebu (Saccharum officinarum L.) Dengan Konsentrasi NAA yang Berbeda"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NO Pelaksanaan Penelitian Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Persiapan Media Tanam X 2. Persiapan Bibit Bud Set X 3. Perlakuan Bibit Bud Set X

4. Penanaman Bibit X

5. Pemeliharaan Bibit Bud Set

6. Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan 7. Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lapangan

8. Pemupukan X X

9. Pengamatan Parameter 10. Laju

17. Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)

X X X X

18. Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari)

X X X X

18. Bobot kering akar (g) X

(3)

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Tebu BZ 134 Silsilah : F 141 x CP 34 – 79

Bentuk bud chips : tegak

Tinggi batang bud chips : 3,96 m Jumlah batang : ± 48. 986 batang / ha Berat per meter : ± 0,64 kg

Warna daun : hijau – kuning Pembungaan : 78,2 % Berat tebu : 761 kuintal / ha Rendemen : 11,90

(4)

Lampiran 4. Data persentase tumbuh 7 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(5)

Lampiran 6. Data persentase tumbuh 14 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(6)

Lampiran 8. Data persentase tumbuh 56 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(7)

Lampiran 10. Data laju perkecambahan 6-14 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran11. Sidik ragam laju perkecambahan 6-14 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(8)

Lampiran 12. Data panjang tanaman 2 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(9)

Lampiran 14. Data panjang tanaman 3 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(10)

Lampiran 16. Data panjang tanaman 4 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(11)

Lampiran 18. Data panjang tanaman 5 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(12)

Lampiran 20. Data panjang tanaman 6 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(13)

Lampiran 22. Data panjang tanaman 7 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(14)

Lampiran 24. Data panjang tanaman 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(15)

Lampiran 26. Data jumlah daun 2 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(16)

Lampiran 28. Data jumlah daun 3 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(17)

Lampiran 30. Data jumlah daun 4 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(18)

Lampiran 32. Data jumlah daun 5 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(19)

Lampiran 34. Data jumlah daun 6 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(20)

Lampiran 36. Data jumlah daun 7 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(21)

Lampiran 38. Data jumlah daun 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(22)

Lampiran 40. Data diameter batang 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 41. Sidik ragam diameter batang 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(23)

Lampiran 42. Data volume akar 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(24)

Lampiran 44. Data panjang akar 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(25)

Lampiran 46. Data laju pertumbuhan tanaman 2-4 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 47. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 2-4 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(26)

Lampiran 48. Data laju pertumbuhan tanaman 4-6 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 49. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 4-6 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(27)

Lampiran 50. Data laju pertumbuhan tanaman 6-8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 51. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 6-8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(28)

Lampiran 52. Data laju pertumbuhan relatif tanaman 2-4 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 53. Sidik ragam laju pertumbuhan relatif tanaman 2-4 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(29)

Lampiran 54. Data laju pertumbuhan relatif tanaman 4-6 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 55. Sidik ragam laju pertumbuhan relatif tanaman 4-6 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(30)

Lampiran 56. Data laju pertumbuhan relatif tanaman 6-8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 57.Sidik ragam laju pertumbuhan relatif tanaman 6-8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(31)

Lampiran 58. Data bobot basah akar 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 59. Sidik ragam bobot basah akar 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(32)

Lampiran 60. Data bobot kering akar 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 61. Sidik ragam bobot kering akar 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(33)

Lampiran 62. Data bobot basah tajuk 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 63. Sidik ragam bobot basah tajuk 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(34)

Lampiran 64. Data bobot kering tajuk 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 65. Sidik ragam bobot kering tajuk 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

(35)

Lampiran 66. Foto Penelitian

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Aldhita, R. D. 2015. Diakes dari http:// repository.usu.ac. id pada tanggal 11 Maret 2016.

Badan Pusat Statistik. 2 2016.

Catala, C, J.K.C. Rose, dan A.B. Bennet. 2000. Auxin Regulated Genes Encoding Cell Wall Modifiying Proteinss are Expresed During Early Tomato Fruit Growth. J.Plant Physiology, (122) :527-534

Duong, B. 2007. Center for Research and Development and Sugar Mia Buong and

R&D Centre Reference Books

Diakses pada tanggal 17 Februari 2016.

Fu, J dan S. Wang. 2011. Insights into Auxin Signaling in Plant-Pathogen Interactions. Agustus 2016.

Ganga, S.2005.The Sugarcane : An Agriculture Aspect. Chapter 2. Diakses pada tanggal 16 Februari 2016.

Giannakoula, A.E, I.F.Ilias, J.J.D. Maksimovic, V.M.Maksimovic, B.D.Zivanovic. 2012. The Effects of Plant Growth Regulators on Growth, Yield, and Phenolic Profile of Lentil Plants. J. Food Composition and Analysis. 2016.

Harms, C.L. and E.S. Oplinger. 2012. Plant Growth Regulators: Their Use in Crop Production. North Central Region Extension Publication 303.

Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Media). Kanisius. Yogyakarta.

(37)

Marzuki, I. Suliansyah, dan R. Mayerni. 2008. Pengaruh NAA terhadap Pertumbuhan Bibit Nenas (Ananas comosus L. Merr) pada Tahap Aklimatisasi. Jurnal Jerami. 1(3): 111 - 120.

Mudawatula, Y. 2014. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman IAA (Indole

Acetic Acid) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas BL (Bululawang).Skripsi. UIN Maulana Malik

Ibrahim. Malang

Munir, M. E. 1983. “Si Manis” Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Tebu. Samudera, Jakarta.

Nisa, C dan Rodinah. 2005. Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang (Musa paradisiaca L.) dengan Pemberian Campuran NAA dan Kinetin. Bioscientiae. 2 (2): 23-36.

Rahardiyanti, R. 2005. Kajian Pertumbuhan Stek Batang Sangitan (Sambucus javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan.Skripsi. IPB.Bogor.

Rahman, M.Z., Nasiruddin, K.M., Amin, M.A., Islam, M.N. 2004. In vitro Response and Shoot Multiplication of Banana with BAP and NAA. Asian J. Plant Sciences. 3 (4): 406-409.

Salisbury, F.B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Sholikhah, U dan Imam S. 2015. Kelompok Petani Tebu Rakyat di Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember. J. Inovasi dan Kewirausahaan.. 4 (1) 47-54. Sitepu, H. G. 2007. Mikropropagasi Tunas Stroberi (Fragaria Sp.) Dengan

Pemberian NAA Dan BAP Pada Media Ms, 2007. Fakultas Pertanian USU. Medan.

Sobardini, D., E. Suminar dan Murgayanti. 2006. Perbanyakan Cepat Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Secara Kultur Jaringan. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Steenis, V.C.G.G.J., G.den Hoed dan Dr P.J Eyma. 2005. Flora.PT Pradnya Paramita. Jakarta.

(38)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Riset dan Pengembangan PTPN II Tanjung Jati, Kecamatan Binjai Barat, Binjai dengan ketinggian tempat ± 40 – 50 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret 2016 sampai dengan Juni 2016. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bud set tebu varietas BZ 134, top soil, pasir sebagai campuran media tanam, NAA sebagai perangsang pertumbuhan, polybag sebagai wadah tanam, air untuk perlakuan melarutkan NAA.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengaduk media tanam, meja potong, parang, penggaris untuk mengukur tinggi tunas, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, ember untuk wadah perendaman bud set, oven untuk

mengeringkan tanaman, timbangan analitik untuk menimbang tanaman serta alat

tulis.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Umur Sumber Bahan Tanam Bud Set , yaitu : U1 : 6 Bulan

U2 : 7 Bulan

(39)

A2 = 200 ppm

A3 = 300 ppm

Maka diperoleh 12 kombinasi, yaitu :

U1A0 U2A0 U3A0

U1A1 U2A1 U3A1

U1A2 U2A2 U3A2

U1A3 U2A3 U3A3

Jumlah ulangan (blok) : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman per plot : 50 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1800 tanaman Jumlah sampel per plot : 5 tanaman Jumlah sampel dekstruktif : 144 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 324 tanaman Jarak antar plot : 50 cm Jarak antar blok : 120 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk= µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk

(40)

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan Umur sumber bahan tanam (U) pada jenis ke-j

βk : Efek Konsentrasi NAA (A) pada jenis ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara Umur sumber bahan tanam (U) taraf ke-j dan

Konsentrasi NAA (A) jenis ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, Umur sumber bahan tanam (U) ke-j dan

Konsentrasi NAA (A) taraf ke-k

(41)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan terdiri dari tanah top soil dan pasir dengan perbandingan 3:1, kemudian media dibersihkan dan dipisahkan dari kotoran lain seperti akar gulma, kayu, dedaunan, batu dan sampah lainya. Lalu top soil diayak hingga halus dengan ayakan. Selanjutnya media tanam disterilisasi dengan menggunakan funngsida Dithane dan ditutup selama 1 minggu. Media kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang berdiameter 8 cm dengan tinggi 15 cm.

Persiapan Bud set

Bibit tebu yang digunakan adalah varietas BZ 134 bakal bud set yang berumur 6,7, dan 8 bulan. Bibit ditebang, diklentek dan diangkut serta dipisahkan per perlakuan dengan menggunakan tali. Bibit dipotong per ruas batang dengan satu mata tunas diantara batang. Bibit yang digunakan berasal dari 4 ruas teratas dari batang. Setelah dipotong dilakukan penyortiran bibit.

Perlakuan Bud set

Bud set varietas BZ 134 disterilisasikan dengan perlakuan perendaman

dengan fungisida Nordox denga konsentrasi 2 gram/10 liter air selama 10 menit lalu direndam pada wadah perendaman NAA (Napthalene Acetic Acid) sesuai perlakuan selama 20 menit.

(42)

Pemeliharaan Bud set Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari kecuali bila turun hujan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada tempat yang ditumbuhi gulma secara manual atau mencabut dengan tangan apabila terdapat gulma yang tumbuh disekitar bud

set dalam bedengan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu 21 HST ke polybag dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 12,5 g yang dilarutkan dalam 2 liter air untuk satu plot sehingga dosis untuk 1 polybag adalah 0,25 g/40 ml air dan 51 HST dengan menggunakan pupuk dengan dosis yang sama dengan yang diberikan sebelumnya.

Peubah Amatan

Laju perkecambahan (kecambah/hari)

Pengamatan laju perkecambahan dilakukan dengan mengamati jumlah bibit yang tumbuh per hari dan menghitung laju pertumbuhannya pada 3 – 14 HST dengan rumus :

(H1xN1)+(H2xN2)+(H3xN3)+...+(HxxNx)

Laju Perkecambahan =

(43)

Pengamatan persentase bibit yang tumbuh diamati pada 7 HST dan 14 HST. Bibit yang tumbuh dihitung dalam setiap bedengan dengan rumus :

Jumlah benih yang tumbuh

Persentase perkecambahan = x 100%

Jumlah benih yang ditanam Panjang Tanaman (cm)

Pengamatan panjang tanaman dilakukan dengan mengukur panjang dimulai dari pangkal bibit yang telah diberi tanda pada pangkal batang sampai ujung daun. Pengamatan dilakukan seminggu sekali mulai dari 2 MST - 8MST. Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang sudah terbuka sempurna yang memiliki kriteria berwarna hijau tua dan tidak kuncup atau melekat pada batang utama. Pengamatan dilakukan seminggu sekali mulai 2 MST – 8 MST

Diameter batang (mm)

Pengamatan diameter batang dilakukan pada 8 MST. Pengukuran dilakukan pada ketinggian 1 cm dari pangkal batang bibit dengan menggunakan jangka sorong dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus kemudian dirata – ratakan.

Volume akar (ml)

(44)

Volume1 = volume sebelum akar dimasukkan ke dalam air

Pengamatan volume akar dilakukan setelah pemanenan. Panjang akar (cm)

Pengukuran panjang akar dilakukan pada umur 8 MST dimulai dari pangkal akar sampai ujung akar.

Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)

Pengamatan laju pertumbuhan tanaman diukur setiap 2 minggu sekali mulai 2 MST hingga 8 MST dengan rumus :

Keterangan :

W2 = Bobot kering tanaman pada t2

W1 = Bobot kering tanaman pada t1

t2 = Waktu pengamatan kedua

t1 = Waktu pengamatan pertama

Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari)

Laju pertumbuhan relatif diukur setiap 2 minggu sekali mulai 2 MST hingga 8 MST dengan rumus :

Keterangan :

ln W2 = Bobot kering tanaman pada t2

ln W = Bobot kering tanaman pada t W2 – W1

(g/hari) t2 – t1

ln W2 – ln W1

(45)

Bobot basah akar (g)

Bobot basah akar diamati pada saat umur tanaman 8 MST. Sampel akar tanaman ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot kering akar (g)

Bobot kering akar tanaman diamati pada saat umur tanaman 8 MST, setelah sampel tanaman masing-masing perlakuan diovenkan selama 48 jam dengan suhu ± 70oC. Berat kering akar ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Bobot basah tajuk (g)

Bobot basah tajuk diamati pada saat umur tanaman 8 MST. Sampel tajuk tanaman ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot kering tajuk (g)

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase tumbuh 7 HST, 14 HST dan 56 HST, panjang tanaman 2-8 MST, jumlah daun 2,3 dan 5 MST, laju pertumbuhan tanaman 2-4 MST, 4-6 MST dan 6-8 MST, laju pertumbuhan relatif 4-6 MST dan 6-8 MST, bobot kering akar dan bobot basah tajuk. Perlakuan pemberian NAA berpengaruh nyata pada parameter persentase tumbuh 7 HST, panjang tanaman 6,7 dan 8 MST, jumlah daun 3, 7 dan 8 MST, laju pertumbuhan tanaman 4-6 MST dan 6-8 MST, laju pertumbuhan relatif 2-4 MST dan 4-6 MST, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk, serta interaksi keduanya berpengaruh nyata pada parameter panjang tanaman 2-7 MST, jumlah daun 3 dan 5 MST, laju pertumbuhan tanaman 2-4, 4-6, dan 6-8 MST, laju pertumbuhan relatif 2-4 MST, 4-6 MST, dan 6-8 MST, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk.

Laju Perkecambahan

Data pengamatan laju perkecambahan bibit bud set tebu umur 6-14 HST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran10 sampai dengan 11 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu berpengaruh tidak nyata terhadap laju perkecambahan bibit bud set tebu dan pemberian NAA berpengaruh tidak nyata terhadap laju perkecambahan bibit bud

(47)

Umur sumber bahan tanam

(bulan)

Pemberian NAA (ppm)

Rataan A0 (0) A1 (100) A2 (200) A3 (300)

……….…kecambah/hari………

U1 (6) 6,78 5,82 6,76 6,49 6,46

U2 (7) 6,23 6,33 6,25 6,81 6,41

U3 (8) 5,28 5,90 6,47 6,15 5,95

Rataan 6,10 6,02 6,49 6,48

Tabel 2 menunjukan bahwa laju perkecambahan yang terbesar cenderung diperoleh pada pemberian NAA 200 ppm yaitu 6,49 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Persentase Tumbuh

Data pengamatan persentase tumbuh bud set tebu umur 7, 14, dan 56 HST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 4 sampai dengan 9 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bud set tebu berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh bud set tebudan pemberian NAA berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh bud set tebu pada umur 7 HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase tumbuh bud set tebu umur 14 dan 56 HST serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata.

Persentase tumbuh bud set tebu umur 7, 14, dan 56 HST pada berbagai umur sumber bahan tanam dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 1.

(48)

Sedangkan pada umur 14 dan 56 HST, persentase tumbuh bud set tebu tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan pemberian NAA 300 ppm (A3) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 1.Persentase tumbuh bibit bud set tebu 7-56 HST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Pengamatan hari pengamatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5%.

Hubungan umur sumber bahan tanam dengan persentase tumbuh bud set tebu pada umur 7 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

(49)

Gambar 1. Hubungan umur sumber bahan tanam dengan persentase tumbuh bud set tebu 7 HST

Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan linier negatif antara umur sumber bahan tanam dan persentase tumbuh bud set tebu 7 HST. Hal ini menunjukkan semakin tinggi umur sumber bahan tanaman maka akan semakin rendah persentase tumbuh bud set tebu.

Hubungan pemberian NAA dengan persentase tumbuh bud set tebu pada umur 7 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan pemberian NAA dan persentase tumbuh bud set tebu 7 HST

Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara pemberian NAA dan persentase tumbuh bud set tebu 7 HST. Hal ini menunjukkan pemberian NAA memberikan pengaruh yang berbeda pada persentase tumbuh

(50)

menunjukkan semakin tinggi umur sumber bahan tanaman maka akan semakin rendah persentase tumbuh bud set tebu.

Gambar 3. Hubungan umur sumber bahan tanam dengan persentase tumbuh bud set tebu 14 HST

Hubungan antara umur sumber bahan tanam dengan persentase tumbuh

bud set tebu pada umur 56 HST dapat dilihat pada Gambar 4.

ŷ = -0,1033x + 1,4789

Umur Bahan Tanam (bulan)

(51)

Gambar 4 menunjukkan terdapat hubungan linier negatif antara umur sumber bahan tanam dan persentase tumbuh bud set tebu 56 HST. Hal ini menunjukkan semakin tinggi umur sumber bahan tanaman maka akan semakin rendah persentase tumbuh bud set tebu.

Panjang tanaman

Data pengamatan panjang tanaman bibit bud set tebu umur 2-8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 12 sampai dengan 25 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman bibit bud set tebu dan pemberian NAA juga berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman bibit bud set tebu pada umur 6-8 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman pada umur 2-5 MST sedangkan interaksi keduanya berpengaruh nyata pada umur 2-7 MST dan berpengaruh tidak nyata pada umur 8 MST.

(52)

Tabel 3. Panjang tanaman bibit bud set tebu 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

(53)

Gambar 5. Perkembangan panjang tanaman bibit bud set tebu umur 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanam

Perkembangan panjang tanaman bibit bud set tebu umur 2- 8 MST pada berbagai pemberian NAA dapat dilihat pada Gambar 6.

(54)

Gambar 7. Hubungan umur sumber bahan tanam dengan panjang bibit bud

set tebu pada 8 MST

Gambar 7 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik antara umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu dengan panjang tanaman pada umur 8 MST dimana panjang tanaman terpanjang diperoleh pada penggunaan umur sumber bahan tanam 6,74 bulan.

Hubungan pemberian NAA dengan panjang bibit bud set tebu pada 8 MST dapat dilihat pada Gambar 8.

ŷ = -11,954x2 + 161,3x - 421,7

Umur Bahan Tanam (bulan)

(55)

Gambar 8 menunjukkan terdapat hubungan kubik antara pemberian NAA dengan panjang tanaman bibit bud set tebu. Dimana pemberian NAA hingga 100 ppm dapat meningkatkan panjang tanaman, bila ditambah menjadi 200 ppm dapat menurunkan panjang tanaman dan dapat meningkatkan kembali pada pemberian NAA 300 ppm.

Jumlah Daun

Data pengamatan jumlah daun bibit bud set tebu umur 2-8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 26 sampai dengan 36 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit bud set tebu pada umur 2, 3 dan 5 MST sedangkan pemberian NAA berpengaruh nyata pada umur 3, 7 dan 8 MST serta interaksi keduanya berpengaruh nyata pada umur 3 dan 5 terhadap jumlah daun bibit bud set tebu.

Jumlah daun bibit bud set tebu 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan jumlah daun terbanyak diperoleh pada umur 2 MST adalah pada umur sumber bahan tanam 6 bulan sedangkan pada umur 3 dan 5 MST jumlah daun terbanyak diperoleh pada perlakuan umur sumber bahan tanam 6 bulan dengan pemberian 200 ppm (U1A2).

(56)

Pemberian NAA umur 7 dan 8 MST pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi adalah pada perlakuan 100 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

(57)

Gambar 9. Perkembangan jumlah daun bibit bud set tebu umur 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu Perkembangan jumlah daun bibit bud set tebu umur 2-8 MST pada pemberian NAA dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pertumbuhan jumlah daun bibit bud set tebu umur 2-8 MST

0

Minggu Setelah Tanam (MST)

U1 (6 bulan)

Minggu Setelah Tanam (MST)

(58)

Gambar 11. Hubungan pemberian NAA dan jumlah daun bibit bud set tebu pada 8 MST

Gambar menunjukkan hubungan kuadratik antara pemberian NAA dengan jumlah daun bibit bud set tebu pada 8 MST dimana jumlah daun terbanyak terdapat pada pemberian NAA 170 ppm.

Diameter Batang

Data pengamatan diameter batang bibit bud set tebu 8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 40 dan 41 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu dan pemberian NAA serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang bibit bud set tebu.

Tabel 5 menunjukkan bahwa diameter bibit bud set diperoleh pada penggunaan umur sumber bahan tanam 7 bulan dan pemberian NAA 100 ppm

ŷ = -2E-05x2 + 0,0068x + 8,7956

(59)

Tabel 5. Diameter batang bibit bud set tebu 8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Umur Sumber

Data pengamatan volume akar bibit bud set tebu pada 8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 42 dan 43 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu dan pemberian NAA serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar bibit bud set tebu pada 8 MST.

Volume akar bibit bibit bud set tebu 8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume akar bibit bud set tebu 8 MST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian NAA

Umur Sumber

(60)

Tabel 6 juga menujukkan volume akar tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian NAA 200 ppm yaitu 19,42 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Panjang Akar

Data pengamatan panjang akar bibit bud set tebu pada 8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 44 dan 45 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu dan pemberian NAA serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar bibit bud set tebu pada 8 MST.

Panjang akar bibit bud set tebu 8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa panjang akar tertinggi cenderng diperoleh pada penggunaan umur sumber bahan tanam 7 bulan yang tidak berbeda nyata dengan umur sumber bahan tanam 6 dan 8 bulan.

Tabel 7 juga menunjukkan bahwa panjang akar tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian NAA 0 ppm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 7.Panjang akar bibit bud set tebu 8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Umur Sumber Bahan Tanam

(bulan)

Pemberian NAA (ppm)

Rataan A0 (0) A1 (100) A2 (200) A3 (300)

………….…………cm………..

(61)

Laju Pertumbuhan Tanaman

Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman 2-4,4-6 dan 6-8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 46 sampai dengan 51 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman pada 2-4 MST, 4-6 MST dan 6-8 MST dan pemberian NAA berpengaruh nyata pada 4-6 MST dan 6-8 MST serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata pada 2-4, 4-6 MST dan 6-8 MST.

Laju pertumbuhan tanaman bibit bud set tebu 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada 2-4 MST laju pertumbuhan tanaman tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 6 bulan adalah pemberian NAA 300 ppm, pada umur sumber bahan tanam 7 bulan adalah pada pemberian NAA 100 ppm, dan pada umur sumber bahan tanam 8 bulan laju pertumbuhan tertinggi diperoleh pada pemberian NAA 100 ppm

(62)

Tabel 8. Laju pertumbuhan tanaman bibit bud set tebu 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Penga

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada minggu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5%. Pada 6-8 MST penggunaan umur sumber bahan tanam 6 bulan laju pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian NAA 100 ppm yang berbeda tidak nyata dengan pemberian NAA 200 ppm dan 0 ppm tetapi berbeda nyata dengan 300 ppm. Penggunaan umur sumber bahan tanam 7 bulan laju pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian NAA 300 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, dan pada penggunaan umur sumber bahan tanam 8 bulan laju pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian NAA 100 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

(63)

Gambar 12. Laju pertumbuhan bibit bud set tebu 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanam

Laju pertumbuhan bibit bud set tebu 2-4, 4-6 dan 6-8 MST pada pemberian NAA dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Laju pertumbuhan bibit bud set tebu 2-4, 4-6 dan 6-8 MST pada berbagai pemberian NAA

0

Minggu Setelah Tanam (MST)

(64)

Gambar 14. Hubungan laju pertumbuhan bibit bud set tebu 6-8 MST dengan berbagai umur sumber bahan tanam pada pemberian NAA

Hubungan laju pertumbuhan bibit bud set tebu 6-8 MST dengan pemberian NAA pada berbagai umur sumber bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15.Hubungan laju pertumbuhan bibit bud set tebu 6-8 MST dengan

(65)

Laju Pertumbuhan Relatif

Data pengamatan laju pertumbuhan relatif 2-4,4-6 dan 6-8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 52 sampai dengan 57 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif pada 4-6 MST dan 6-8 MST dan pemberian NAA berpengaruh nyata pada 2-4, dan 4-6 MST serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata pada 2-4, 4-6 MST dan 6-8 MST.

Laju pertumbuhan relatif tanaman bibit bud set tebu 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Laju pertumbuhan relatif tanaman 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

(66)

dengan pemberian NAA 300 ppm dan penggunaan bahan tanam umur 8 bulan dengan tanpa pemberian NAA.

Pada 4-6 MST laju pertumbuhan relatif tertinggi dipeoroleh pada penggunaan umur sumber bahan tanam 6 bulan adalah pada pemberian pemberian NAA 300 ppm yang berbeda tidak nyata dengan 0 ppm dan berbeda nyata dengan 100 ppm dan 200 ppm, laju pertumbuhan relatif tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 7 bulan adalah pada pemberian pemberian NAA 0 ppm yang berbeda tidak nyata dengan 100 ppm, 200 ppm, dan berbeda nyata dengan 300 ppm, laju pertumbuhan relatif tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 8 bulan adalah pada pemberian pemberian NAA 0 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Pada 6-8 MST laju pertumbuhan relatif tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 6 bulan adalah pada pemberian NAA 0 ppm yang berbeda tidak nyata dengan 200 ppm dan 100 ppm dan berbeda nyata dengan 300 ppm , laju pertumbuhan relatif tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 7 bulan adalah pada pemberian NAA 300 ppm yang berbeda tidak nyata dengan 200 ppm dan 100 ppm, dan berbeda nyata dengan 0 ppm, laju pertumbuhan relatif tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 8 bulan adalah pada pemberian NAA 0 ppm yang berbeda tidak nyata dengan 200 ppm dan 300 ppm dan berbeda nyata dengan 100 ppm.

(67)

Gambar 16. Laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu 2-4, 4-6 dan 6-8 MST pada umur sumber bahan tanam

Laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu 2-4, 4-6 dan 6-8 MST pada pemberian NAA dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu 2-4, 4-6 dan 6-8 MST pada pemberian NAA

Hubungan laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu 6-8 MST dengan berbagai umur sumber bahan tanam bibit bud set tebupada pemberian NAA dapat

0,0000

Minggu Setelah Tanam (MST)

(68)

Gambar 18. Hubungan laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu 6-8 MST dengan berbagai umur sumber bahan tanam bibit bud

set tebu pada pemberian NAA

Hubungan laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu6-8 MST dengan pemberian NAA pada berbagai umur sumber bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19.Hubungan laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu 6-8 MST

ŶA0 = 0,0007x + 0,0288

Pemberian NAA (ppm)

(69)

Bobot Basah Akar

Data pengamatan bobot basah akar 8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 58 dan 59 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu, pemberian NAA serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar bibit bud set tebupada 8 MST.

Bobot basah akar pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot basah akar bibit bud set tebu pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Umur Sumber Bahan Tanam

(bulan)

Pemberian NAA (ppm)

Rataan A0 (0) A1 (100) A2 (200) A3 (300)

………..…g………..………

U1 (6) 18,05 15,19 15,90 10,85 15,00

U2 (7) 11,19 14,28 15,74 13,51 13,68

U3 (8) 13,10 13,44 10,73 13,00 12,57

Rataan 14,11 14,30 14,12 12,45

Tabel 10 menunjukkan bahwa bobot basah akar bibit bud set tebu terbanyak cenderung diperoleh pada penggunaan umur sumber bahan tanam 6 bulan yaitu 15 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 10 juga menunjukkan bobot basah akar bibit bud set tebu terbanyak cenderung diperoleh pada pemberian NAA adalah 00 ppm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

(70)

keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar bibit bud set tebu pada 8 MST.

Bobot kering akar bibit bud set tebu pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Bobot kering akar bibit bud set tebu pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Umur Sumber Bahan Tanam

(bulan)

Pemberian NAA (ppm)

Rataan A0 (0) A1 (100) A2 (200) A3 (300)

………g…………

U1 (6) 4,98 3,34 3,36 2,72 3,60 a

U2 (7) 2,62 2,61 3,69 2,36 2,82 bc

U3 (8) 2,72 2,43 2,16 3,16 2,62 c

Rataan 3,44 2,79 3,07 2,75

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5%.

Tabel 11 menunjukkan bahwa bobot kering akar bibit bud set tebu terbanyak diperoleh pada penggunaan umur sumber bahan tanam 6 bulan yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 11 juga menunjukkan bobot kering akar terbanyak bibit bud set tebu cenderung diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian NAA yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

(71)

Gambar 20.Hubungan umur sumber bahan tanam dengan bobot kering akar bibit bud set tebu pada 8 MST

Gambar 19 menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier negatif antara umur sumber bahan tanam dengan bobot kering akar bibit bud set tebu pada 8 MST. Hal ini menunjukkan semakin lama umur sumber bahan tanam maka akan semakin rendah bobot kering akar bibit bud set.

Bobot Basah Tajuk

Data pengamatan bobot basah tajuk 8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 62 dan 63 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu, pemberian NAA serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk bibit bud set tebu pada 8 MST.

Bobot basah tajuk pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA dapat dilihat pada Tabel 12.

(72)

yang berbeda tidak nyata dengan 100 ppm dan 200 ppm dan berbeda nyata dengan 0 ppm, bobot basah tajuk tertinggi pada penggunaan bahan tanam umur 8 bulan adalah pada pemberian NAA 100 ppm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 12. Bobot basah tajuk bibit bud set tebu pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Umur Sumber berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5%.

(73)

Gambar 21. Hubungan bobot basah tajuk bibit bud set tebu 8 MST dengan berbagai umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu pada pemberian NAA

Hubungan bobot basah tajuk bibit bud set tebu 8 MST dengan pemberian NAA pada berbagai umur sumber bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Hubungan bobot basah tajuk bibit bud set tebu 8 MST dengan pemberian NAA pada berbagai umur sumber bahan tanam

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan bobot basah tajuk 8 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 64 dan 65 menunjukkan bahwa perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set, berpengaruh tidak nyata terrhadap bobot kering tajuk bibit bud set, pemberian NAA serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata

ŶU1 = -0,0008x2+ 0,194x + 46,758

Pemberian NAA (ppm)

(74)

Tabel 13. Bobot kering tajuk bibit bud set tebu pada berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA

Umur Sumber Bahan Tanam

(bulan)

Pemberian NAA (ppm)

Rataan A0 (0) A1 (100) A2 (200) A3 (300)

…………g…………

U1 (6) 15,81 cd 22,22 a 16,65 bcd 12,22 e 16,73 U2 (7) 13,68 de 18,46 bc 16,98 bcd 19,49 ab 17,15 U3 (8) 14,36 de 18,05 bc 13,57 de 15,39 cd 15,34

Rataan 14,62 19,58 15,73 15,70

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5%.

Tabel 13 menunjukkan bahwa bobot kering tajuk tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 6 bulan adalah pada pemberian NAA 100 ppm (A1) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, bobot kering tajuk tertinggi pada penggunaan umur sumber bahan tanam 7 bulan diperoleh pada pemberian NAA 300 ppm yang berbeda tidak nyata dengan pemberian NAA 100 ppm, 200 ppm tetapi berbeda nyata dengan tanpa pemberian NAA, bobot kering tajuk tertinggi pada pengunaan umur sumber bahan tanam 8 bulan adalah pada pemberian NAA 100 ppm yang berbeda tidak nyata dengan pemberian NAA 300 ppm tetapi berbeda nyata dengan 0 ppm dan 200 ppm.

(75)

Gambar 23. Hubungan bobot kering tajuk bibit bud set tebu 8 MST dengan berbagai umur sumber bahan tanam bibit bud set tebupada pemberian NAA

Hubungan bobot basah tajuk bibit bud set tebu 8 MST dengan pemberian NAA pada berbagai umur sumber bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 24.

(76)

Pembahasan

Pengaruh berbagai umur sumber bahan tanam terhadap pertumbuhan bibit

bud set tebu (Saccharum officinarum L.)

Perlakuan umur sumber bahan tanam bibit bud set tebu berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh bibit bud set tebu pada 7,14 dan 56 HST dimana persentase tumbuh tertinggi diperoleh pada perlakuan umur sumber bahan tanam 6 bulan dan diikuti umur 7 bulan serta persentase tumbuh terendah diperoleh pada perlakuan umur sumber bahan tanam 8 bulan. Hal ini dikarenakan bahan tanam umur 6 bulan masih bersifat meristematis dimana pada keadaan meristematis sel dalam bahan tanam masih aktif membelah yang menyebabkan bibit bud set lebih cepat bertunas dibandingkan dengan bahan tanam umur 7 dan 8 bulan. Hal ini didukung oleh Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pada tumbuhan terdiri atas sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel meristem. Produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan. Ujung tajuk dan ujung akar banyak terdapat meristem. Struktur tumbuh bagian tumbuhan ada yang bersifat tertentu dan tidak tentu.

(77)

bahwa pembelahan sel terjadi pada regenerasi sel-sel baru. Sel-sel baru ini memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar, karena dindingnya tersusun atas selulosa dan protoplasmanya kebanyakan terdiri atas gula. Pada saat erjadi pemanjangan sel yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup rangsangan hormon tertentu yang merangsang perentangan sel, dan ketersediaan karbohidrat.

(78)

Perlakuan umur sumber bahan tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dimana bobot kering akar tertinggi diperoleh pada perlakuan umur sumber bahan tanam umur sumber bahan tanam 6 bulan dan terendah diperoleh pada perlakuan umur sumber bahan tanam 8 bulan. Hal ini dikarenakan perpanjangan akar dihasilkan dari belakang meristem ujung bahan tanam umur 6 bulan yang lebih cepat bertunas karena memiliki kemampuan membelah yang lebih besar sehingga memperoleh bobot kering akar yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pada tumbuhan terdiri atas sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel meristem. Produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan ujung tajuk dan ujung akar banyak terdapat meristem.

(79)

kebanyakan terdiri atas gula. Pada saat terjadi pemanjangan sel yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup merangsangan hormon tertentu yang merangsaing perentangan sel, dan ketersediaan karbohidrat.

Pengaruh pemberian NAA terhadap pertumbuhan bibit bud set tebu (Saccharum officinarum L.)

Perlakuan pemberian NAA berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh bibit bud set tebu pada 7 HST dimana persentase tumbuh tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian NAA. Hal ini dikarenakan pada 7 HST bahan tanam bibit bud set yang digunakan masih memilki hormon yang terkandung didalam bahan tanam yang mampu membantu pertunasan di awal pembibitan, sedangkan pada umur 14 dan 56 HST hormon NAA yang diberikan mulai merangsang pertunasan. Pada dasarnya bahan tanam memiliki zat pengatur tumbuh dalam jumlah sedikit yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Hal ini didukung oleh Giannakoula et al (2012) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh diproduksi baik secara alami oleh tanaman atau sintesis oleh ahli kimia adalah molekul organik kecil yang bertindak didalam sel-sel tanaman dan mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(80)

yang menyatakan bahwa NAA mempunyai sifat-sifat yang tidak baik, karena mempunyai kisaran kepekatannya yang sempit. Batas kepekatan yang meracun dari zat ini sangat mendekati kepekatan optimum untuk perakaran.

Perlakuan pemberian NAA berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman dimana laju pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian NAA 100 ppm dan yang terendah pada tanpa pemberian NAA. Hal ini diduga karena auksin yang terkandung didalam NAA dapat merangsang perakaran dan memiliki kisaran konsentrasi yang sempit sehingga dapat berubah menjadi toksin jika konsentrasinya didalam bibit bud set terlalu tinggi. Hal ini didukung oleh Hendaryono dan Wijayani (1994) yang menyatakan bahwa NAA mempunyai sifat-sifat yang tidak baik, karena mempunyai kisaran kepekatannya yang sempit. Batas kepekatan yang meracun dari zat ini sangat mendekati kepekatan optimum untuk perakaran.

(81)

mendegradasi protein atau konstituen polisakarida yang ada pada dinding sel sehingga pemanjangan dan pembesaran sel terjadi.

Pengaruh interaksi berbagai umur sumber bahan tanam dan pemberian NAA terhadap pertumbuhan bibit bud set tebu (Saccharum officinarum L.)

Interaksi berbagai umur sumber bahan tanam dan pemberian NAA berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bibit bud set tebu dimana laju pertumbuhan tertinggi pada 2-4 MST adalah bahan tanam umur 6 bulan dengan 300 ppm (U1A3) pada 4-6 MST bahan tanam umur 8 bulan dengan 200 ppm

(U3A2) dan 6-8 MST bahan tanam umur 7 bulan dengan 300 ppm (U2A3). Hal ini

(82)

Interaksi berbagai umur sumber bahan tanam dan pemberian NAA berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif bibit bud set tebu dimana laju pertumbuhan relatif pertumbuhan tertinggi pada 2-4 MST adalah bahan tanam umur 6 bulan dengan 300 ppm (U1A3) pada 4-6 MST bahan tanam umur 8 bulan

dengan tanpa pemberian NAA (U3A0) dan 6-8 MST bahan tanam umur 7 bulan

dengan 300 ppm (U2A3). Hal ini diduga dapat terjadi karena pada 2-4 MST bahan

(83)

pemberian NAA 100 ppm (U1A1). Hal ini dapat terjadi karena umur sumber bahan

(84)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Persentase bertunas dan bobot kering akar tertinggi diperoleh pada penggunaan bahan tanam umur 6 bulan sedangkan panjang tanaman, laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif dan bobot basah tajuk tertinggi diperoleh pada penggunaan bahan tanam umur 7 bulan.

2. Panjang tanaman, jumlah daun, laju pertumbuhan tanaman dan laju pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada pemberian NAA 100 ppm. 3. Laju pertumbuhan tanaman dan laju pertumbuhan relatif 6-8 MST

tertinggi diperoleh pada umur sumber bahan tanam 7 bulan dengan pemberian 300 ppm serta bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada umur sumber bahan tanam 6 bulan dengan pemberian NAA 100 ppm.

Saran

(85)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Sub divisi : Angiospermae; Kelas : Monocotyledonae; Ordo : Graminales; Familia : Graminaceae; Genus :

Saccharum; Spesies : Saccharum officinarum L. (Steenis, 2005).

Akar tanaman tebu adalah serabut, hal ini sebagai salah satu tanda bahwa tanaman ini termasuk kelas Monocotyledone. Akar tebu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek disebut pula akar bibit yang masa hidupnya tidak lama. Akar ini tumbuh pada cincin akar dari stek batang. Sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit. Pertumbuhan akar ada yang tegak lurus kebawah, ada yang mendatar dekat permukaan tanah (Steenis, 2005).

Tebu termasuk tanaman perdu, digolongkan kedalam bangsa Graminaceae. Batang tebu berdiri lurus, terdiri atas ruas – ruas yang dibatasi dengan buku – buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Besar batang tebu antara 3 sampai 4 cm diukur dari garis tengah. Tinggi batang tebu 2 sampai 5 meter dan tidak bercabang. Mata tunas bawah yang ada di dalam tanah tumbuh keluar membentuk rumpun (Munir, 1983).

(86)

sendi segitiga dan pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi antara helaian daun dan pelepah daun. Ukuran lebar daun sempit kurang 4 cm, sedang antara 4-6 cm dan lebar 6 cm (Steenis, 2005).

Tebu memiliki bunga malai yang berbentuk piramida, panjangnya antara 70-90 cm. Bunganya terdiri dari tenda bunga yaitu 3 helai daun tajuk bunga. Bunga tebu mempunyai 1 bakal buah dan 3 benang sari, kepala putiknya berbentuk bulu (Steenis, 2005).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sampai batas garis isoterm 20ºC yaitu antara 19ºLU – 35ºLS. Akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan. Drainase yang baik dengan kedalaman sekitar 1 meter memberikan peluang akar tanaman menyerap air dan unsur hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan tanaman pada musim kemarau tidak terganggu (Indrawanto et al, 2010).

(87)

cuaca berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya fotosintesa (Indrawanto et al, 2010).

Tanah

Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian antara 0 – 1400 m diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai adalah kurang dari 500 m diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1200 m diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman relatif lambat. Kondisi lahan terbaik untuk tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2% apabila tanahnya ringan dan sampai 5 % apabila tanahnya lebih berat (Indrawanto et al, 2010).

Tekstur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan menahan air cukup dan porositas 30%. Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna.Tanaman tebu menghendaki solum tanah minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm (Indrawanto et al, 2010).

(88)

Bud set

Batang tebu diperbanyak dengan cara stek yang terdiri dari satu mata tunas atau lebih. Tangkai tebu terdiri dari segmen disebut sendi, setiap yang terdiri dari sebuah bersama adalah node dan inter node. Node adalah tempat di mana daun menempel pada tangkai dan di mana tunas serta akar primordia hadir. Internode adalah organ penyimpanan gula dari tanaman dan memiliki variasi pada panjang, lebar dan luasnya dengan variasi yang berbeda dan kondisi pertumbuhan (Ganga, 2005).

Bibit tebu adalah bibit yang berasal dari batang tebu (stek, bagal, bud set,

budchips). Stek atau bagian dari batang tebu disebut “setts” atau bagian

perbanyakan dari tebu. Setiap set terdiri dari satu atau lebih mata tunas. Mata tunas terletak di pangkal dari node yang merupakan tunas embryonik yang berisi batang dan daun kecil. Bud set merupakan perbanyakan bibit tebu yang menggunakan satu mata tunas yang dibibitkan selama 2 bulan (Duong, 2007). Umur Sumber Bahan Tanam

Bibit tebu yang dihasilkan berasal dari kebun bibit. Tanaman yang digunakan untuk bibit ditebang pada umur 6-8 bulan dimana merupakan kondisi terbaik untuk ditanam (Madawatul, 2014).

(89)

Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh diproduksi baik secara alami oleh tanaman atau sintesis oleh ahli kimia adalah molekul organik kecil yang bertindak didalam sel-sel tanaman dan mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. (Giannakoula et al, 2012). Umumnya hormon tersebut diproduksi pada jaringan meristematik yang aktif kemudian menyebar ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan pembuluh floem atau parenkim (Fu dan Wang, 2011).

Auksin mengontrol pertumbuhan tanaman melalui pembesaran sel, walaupun terdapat unsur pembelahan sel dari auksin yang terinduksi. Auksin dapat bertindak sebagai perangsang pertumbuhan dan penghambat pertumbuhan serta penyebab dari perbedaan tanggapan dari bagian tanaman seperti (akar, tunas, pucuk). Auksin juga merangsang diferensiasi sel, formasi dari akar dan stek, dan formasi jaringan xylem dan floem (Hams dan Oplinger, 2012).

(90)

dapat meningkatkan sintesa protein, sehingga dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan (Nisa dan Rodinah, 2005).

NAA mempunyai kisaran kepekatan yang sempit (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Pemberian NAA yang lebih dari batas

kepekatan optimum dapat menyebabkan NAA bersifat racun sehingga dalam penggunaannya dibutuhkan konsentrasi yang sesuai dan tidak melebihi batas kepekatan optimum.

NAA merupakan jenis auksin sintetik yang tidak mengalami oksidasi enzimatik seperti halnya IAA. Struktur kimia dari hormon NAA adalah

Struktur kimia Hormon Naftalene Asam Asetat

Penelitian Rahman et al (2004) dengan pemberian NAA (0; 0,5; 1; 1,5;

dan 2 mg/l) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar pisang (Musa sapientum), persentase pertumbuhannya pada perlakuan NAA 1,5 mg/l

(91)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Hal tersebut terbukti pada tahun 2014 produksi gula hanya mencapai 2.575.39 ton dengan luas wilayah 470.940 Ha. Penyebab rendahnya produksi gula dalam negeri adalah berkurangnya luasan areal tebu, teknik penyiapan bibit masih terlambat serta kualitas bibit yang rendah (BPS, 2016).

Secara vegetatif tanaman tebu diperbanyak dengan cara stek batang atau dikenal sebagai bibit bagal. Kebutuhan bahan tanam berupa stek batang dengan 2-3 mata tunas sekitar 6-8 ton bibit tebu per ha (Aldhita, 2015). Metode konvensional tersebut memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu pembibitan yang dibutuhkan lebih lama, serta membutuhkan lahan pembibitan yang luas dan bibit yang dihasilkan relatif tidak seragam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pembibitan tebu dengan metode bud set planting dapat digunakan dalam pembibitan tebu (Sholikhah dan Imam, 2015).

(92)

Metode pemotongan bagal untuk bud set dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan gergaji maupun dengan cara mekanis yaitu dengan mesin pemotong (Sholikhah dan Imam, 2015).

Jain et al (2010) melaporkan bahwa penggunaan bud chips sebagai bibit langsung di lapangan menyebabkan rendahnya pertumbuhan bibit di lapangan karena terbatasnya cadangan makanan dalam bibit. Penggunaan bibit tebu yang berasal dari mata ruas tunggal (bud set) untuk meningkatkan cadangan makan bibit.

Salah satu perkebunan penghasil tebu yang juga produsen gula bagi Indonesia adalah PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) yang menggunakan metode bud set pada pembibitannya untuk meningkatkan produksi tebu.

Biasanya bahan tanaman untuk bud set yang digunakan adalah bahan tanam berumur 6 bulan dengan pertimbangan pada umur tersebut jumlah mata tunas dianggap memadai dan daya tumbuhnya optimal karena masih muda atau meristematis sehingga masih aktif dalam pembentukan tunas. Tetapi kendala teknis di lapangan seperti lahan di lapangan belum siap, kendala transportasi dan kurangnya tenaga kerja untuk menanam bud set sehingga dipertimbangkan untuk menggunakan bibit berumur 6,7 dan 8 bulan.

(93)

suatu tanaman. ZPT IBA dan NAA termasuk golongan auksin. NAA merupakan auksin sintetis yang banyak digunakan untuk merangsang perakaran. Penggunaan zat pengatur tumbuh ini menyebabkan pembentukan akar lebih cepat dan panjang, membentuk suatu sistem perakaran yang kuat, kompak, dan menyerabut (Rahardiyanti, 2005).

NAA adalah jenis auksin yang digunakan untuk menstimulasi produksi akar adventif dari stek. NAA memiliki sifat yang lebih stabil karena tidak mudah terurai oleh enzim yang dikeluarkan tanaman atau pemanasan dalam proses sterilisasi medium (Sobardini et al, 2006). Selain itu NAA memiliki mobilitas yang rendah di dalam tanaman dan bekerja dalam kisaran konsentrasi yang sempit (Kusumo, 1984).

Pemberian NAA dengan tingkat konsentrasi 100 ppm dan lama perendaman 30 menit menghasilkan panjang akar yang lebih panjang, pada tingkat konsentrasi 200 ppm dengan lama perendaman 20 menit menghasilkan bobot kering akar bibit nenas yang lebih besar. Konsentrasi NAA 100 ppm dapat meningatkan presentase hidup bibit, panjang daun, dan tinggi bibit nenas sedangkan jumlah akar terbanyak pada konsentrasi NAA 200 ppm (Marzuki et al, 2008).

(94)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respons pertumbuhan berbagai tingkat umur bahan tanam bud set tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap pemberian berbagai konsentrasi NAA.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan nyata pertumbuhan berbagai umur sumber bahan tanam tebu dengan pemberian konsentrasi NAA dan interaksi antaranya keduanya.

Kegunaan Penelitian

(95)

ABSTRAK

MONICA YUNITA: Pertumbuhan Berbagai Umur Sumber Bahan Tanam Bud Set Tebu (Saccharum Officinarum L.) dengan Konsentrasi NAA yang Berbeda, dibimbing oleh MEIRIANI dan ASIL BARUS.

Guna menghemat penggunaan bibit bagal tebu maka digunakan bahan tanam bud set dengan umur yang sesuai dan pemberian NAA sebagai perangsang pertunasan serta perakaran pada pembibitan tebu. Penelitian ini dilaksanakan di lahan PTPN II Kebun Tanjung Jati, Kecamatan Binjai Barat, Binjai pada bulan April hingga dengan Juni 2016, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua factor yaitu umur sumber bahan tanam (6,7 dan 8 bulan) dan pemberian NAA (0,100,200 dan 300 ppm). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, laju perkecambahan, panjang tanaman, jumlah daun, diameter batang, volume akar, panjang akar, laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk.

Persentase bertunas dan bobot kering akar tertinggi diperoleh pada penggunaan bahan tanam umur 6 bulan sedangkan panjang tanaman, laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif dan bobot basah tajuk tertinggi diperoleh pada penggunaan bahan tanam umur 7 bulan. Panjang tanaman, jumlah daun, laju pertumbuhan tanaman dan laju pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada pemberian NAA 100 ppm. Interaksi tertinggi laju pertumbuhan tanaman dan laju pertumbuhan relatif 6-8 MST diperoleh pada umur bahan tanam 7 bulan dengan pemberian 300 ppm serta bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada umur bahan tanam 6 bulan dengan pemberian NAA 100 ppm.

(96)

ABSTRACT

MONICA YUNITA: Growth of Various Plant Age Source Material Bud Set

Sugarcane with Different NAA Consentration, supervised by MEIRIANI and

ASIL BARUS.

In order to save the use of mule cane seed, it is necessary to use the appropriate bud set plant material and by giving NAA as a stimulate of shoots and rooting. Research conducted in the land area of PTPN II Tanjung Jati, District of

Binjai Barat, Binjai on April until June 2016, using randomized factorial design

with two factors, plant age source material (6,7, 8 month) and NAA

concentration (0,100,200 and 300 ppm). the parameters measured were the

percentage germinate, germination rate, length of plant, leaf number, stem diameter, root volume, length of root, growth rate, relative growth rate, root wet weight, root dry weight, crown wet weight, crown dry weight.

The treatment resulted by using 6 month plant age material sprouting the highest percentage of germination and root dry weight. By using 7 month plant age material sprouting the highest of plant growth rate, relative plant growth rate, crown wet weight. NAA concentration of 100 ppm resulted the highest length of plant, leaf number, plant growth rate and relative plant growth rate. Interaction treatment of variety plant age material and concentration of NAA significant on plant growth rate and relative growth rate 6-8 MST at 7 month plant age material and supply 300 ppm of NAA and 6 month plant age material with 100 ppm NAA resulted significant crown wet weight and crown dry weight.

(97)

PERTUMBUHAN BERBAGAI UMUR SUMBER BAHAN TANAM BUD SET TEBU (Saccharum officinarum L.) DENGAN KONSENTRASI NAA YANG BERBEDA

SKRIPSI

OLEH :

MONICA YUNITA 120301138

(98)

PERTUMBUHAN BERBAGAI UMUR SUMBER BAHAN TANAM BUD SET TEBU (Saccharum officinarum L.) DENGAN KONSENTRASI NAA YANG BERBEDA

SKRIPSI

OLEH :

MONICA YUNITA 120301138

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

(99)

Judul Penelitian : Pertumbuhan berbagai umur sumber bahan tanam bud set tebu (Saccharum officinarum L.) dengan konsentrasi NAA yang berbeda

Nama : Monica Yunita

NIM : 120301138

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Meiriani, MP) (

Ketua Anggota

Ir. Asil Barus, MS)

(100)

ABSTRAK

MONICA YUNITA: Pertumbuhan Berbagai Umur Sumber Bahan Tanam Bud Set Tebu (Saccharum Officinarum L.) dengan Konsentrasi NAA yang Berbeda, dibimbing oleh MEIRIANI dan ASIL BARUS.

Guna menghemat penggunaan bibit bagal tebu maka digunakan bahan tanam bud set dengan umur yang sesuai dan pemberian NAA sebagai perangsang pertunasan serta perakaran pada pembibitan tebu. Penelitian ini dilaksanakan di lahan PTPN II Kebun Tanjung Jati, Kecamatan Binjai Barat, Binjai pada bulan April hingga dengan Juni 2016, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua factor yaitu umur sumber bahan tanam (6,7 dan 8 bulan) dan pemberian NAA (0,100,200 dan 300 ppm). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, laju perkecambahan, panjang tanaman, jumlah daun, diameter batang, volume akar, panjang akar, laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk.

Persentase bertunas dan bobot kering akar tertinggi diperoleh pada penggunaan bahan tanam umur 6 bulan sedangkan panjang tanaman, laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif dan bobot basah tajuk tertinggi diperoleh pada penggunaan bahan tanam umur 7 bulan. Panjang tanaman, jumlah daun, laju pertumbuhan tanaman dan laju pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada pemberian NAA 100 ppm. Interaksi tertinggi laju pertumbuhan tanaman dan laju pertumbuhan relatif 6-8 MST diperoleh pada umur bahan tanam 7 bulan dengan pemberian 300 ppm serta bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada umur bahan tanam 6 bulan dengan pemberian NAA 100 ppm.

(101)

ABSTRACT

MONICA YUNITA: Growth of Various Plant Age Source Material Bud Set

Sugarcane with Different NAA Consentration, supervised by MEIRIANI and

ASIL BARUS.

In order to save the use of mule cane seed, it is necessary to use the appropriate bud set plant material and by giving NAA as a stimulate of shoots and rooting. Research conducted in the land area of PTPN II Tanjung Jati, District of

Binjai Barat, Binjai on April until June 2016, using randomized factorial design

with two factors, plant age source material (6,7, 8 month) and NAA

concentration (0,100,200 and 300 ppm). the parameters measured were the

percentage germinate, germination rate, length of plant, leaf number, stem diameter, root volume, length of root, growth rate, relative growth rate, root wet weight, root dry weight, crown wet weight, crown dry weight.

The treatment resulted by using 6 month plant age material sprouting the highest percentage of germination and root dry weight. By using 7 month plant age material sprouting the highest of plant growth rate, relative plant growth rate, crown wet weight. NAA concentration of 100 ppm resulted the highest length of plant, leaf number, plant growth rate and relative plant growth rate. Interaction treatment of variety plant age material and concentration of NAA significant on plant growth rate and relative growth rate 6-8 MST at 7 month plant age material and supply 300 ppm of NAA and 6 month plant age material with 100 ppm NAA resulted significant crown wet weight and crown dry weight.

(102)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Juli 1995 dari ayah Krisna Kumar dan ibu Kalawathi. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Santo Thomas 3 Medan, dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selam perkuliahan, penulis aktif sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), sebagai asisten laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan dan Budidaya Tanaman Hortikultura.

(103)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Pertumbuhan Berbagai Umur Sumber Bahan Tanam Bud Set Tebu (Saccharum officinarum L.) Dengan Konsentrasi NAA yang Berbeda”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada Ir. Meiriani, MP., dan Ir. Asil Barus, MS. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini.

Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman- temana angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan membantu penyelesaian penelitian saya.

Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2016

(104)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penulisan ……… 4

TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ……… 11

Bahan dan Alat ……… 11

Metode Percobaan ……… 11

Gambar

Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik negatif antara
Gambar 4. Hubungan  umur sumber bahan tanam dengan persentase  tumbuh bud set tebu 56 HST
Tabel 3. Panjang tanaman bibit bud set Penga tebu 2-8 MST  pada  berbagai umur sumber bahan tanaman dan pemberian NAA  Umur
Gambar 5. Perkembangan panjang tanaman bibit bud set tebu umur 2-8 MST pada berbagai umur sumber bahan tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Pontianak pemahaman potensi diri fisik peserta didik mencapai persentase

Untuk melakukan klaim produk langkah yang harus dilakukan oleh user untuk pertama kalinya adalah memilih data dengan mengklik checkbox yang terdapat di sebelah kiri data,

Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti batubara, minyak bumi, maupun biomassa ke dalam bentuk karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H 2 )

Untuk nasabah yang mengikuti program Yuk Nabung Saham ini, maka secara rutin nasabah diwajibkan membeli salah satu saham pilihan yang ada dalam di dalam program

Pada proses produksi Aqua botol plastik 600 ml menggunakan mesin stretch blow moulding dengan sistem pneumatik, Pembuatan produk dengan menggunakan mesin ini memiliki

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS NARASI BERDASARKAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS IMAJINATIF..

sebagai negara baru yang menerapkan Islamisasi di berbagai sektor. Sejak 2005, Malaysia dianggap sebagai yang terbaik dan konsisten dalam menggali dan mengembangkan

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat menempuh gelar Sarjana Hukum