• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Epidemiologi Penyakit Jembrana pada Sapi Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Epidemiologi Penyakit Jembrana pada Sapi Bali"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JEMBRANA

PADA SAPI BALI

TAUFIQ HASSAN

DEPARTEMEN FISIKA

(2)

ABSTRACT

TAUFIQ HASSAN. Epidemic Model for Jembrana Disease on Bali

Cattle. Under direction of AGUS KARTONO and ARDIAN ARIF.

A lot of epidemic of jembrana disease on bali catlle had occured in several

provinces in Indonesia. The epidemic of jembrana disease on bali cattle was

interesting to research it because this epidemic was complicated. Mathematics model

prefabricated to explained it, so this model could explain that epidemiology. Testing

for this model used population cattle data in Lampung at 2002 until 2004 and

population cattle data in East Kalimantan at 2004 until 2007 that infected jembrana

disease. Mathematics model output were numeral values and graph. That output

explained that population of bali cattle would decrease at second years after

jembrana disease infected it and it would increase at next years.

(3)

ABSTRAK

TAUFIQ HASSAN. Model Epidemiologi Penyakit Jembrana pada Sapi

Bali. Dibimbing oleh AGUS KARTONO dan ARDIAN ARIF.

Fenomena epidemiologi wabah penyakit jembrana pada sapi bali telah

banyak terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Fenomena epidemiologi wabah

jembrana pada sapi bali masih menarik untuk diteliti, karena epidemiologi wabah

penyakit ini masih sulit ditentukan. Pembuatan model matematika dilakukan

bertujuan untuk menggambarkan fenomena epidemiologi wabah penyakit jembrana

pada sapi bali, sehingga model ini diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana

epidemiologi wabah itu terjadi. Pengujian model komputasi ini menggunakan data

populasi sapi bali di Lampung tahun 2002 – 2004 dan Kalimantan Timur tahun 2004

– 2007 yang terjangkit penyakit jembrana. Hasil dari model matematika ini berupa

nilai angka dan grafik yang menggambarkan bahwa pada tahun kedua setelah

terinfeksi jembrana, populasi sapi bali menurun. Kemudian pada tahun-tahun

berikutnya mengalami peningkatan populasi kembali.

(4)

MODEL EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JEMBRANA

PADA SAPI BALI

TAUFIQ HASSAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Model Epidemiologi Penyakit Jembrana pada Sapi Bali

Nama

: Taufiq Hassan

Nrp

: G74050710

Menyetujui,

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Agus Kartono)

(Ardian Arif, M.Si.)

NIP : 19700421 199903 1 002

NIP : 19720311 200601 1 011

Mengetahui :

Kepala Departemen,

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 9 April 1987. Penulis merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Suhadi dan Harmini. Tahun 1993

penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kleco 1 Surakarta dan lulus 1999. Pada

tahun 1999 penulis masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1

Surakarta dan lulus tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke

Sekolah Menegah Atas (SMA) Al-Islam 1 Surakarta dan lulus tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan tingkat

tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa

IPB (USMI). Kemudian penulis diterima pada Departemen Fisika, Fakultas

(7)

KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanya milik Alloh

Subhanahu wa ta’aala

, kami

memuji-Nya, kami memohon pertolongan kepada-Nya dan kami memohon ampun

kepada-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

Shallallohu ‘alaihi wa salam

. Atas rahmat dan karunia Alloh

Ta’aala

, penulis

dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “

Model Epidemiologi Penyakit

Jembrana pada Sapi Bali

”.

Penulis ucapkan

jazakumullohu khairan

(semoga Alloh

azza wa jalla

membalas kebaikan kalian) kepada :

1.

Harmini dan Suhadi, kedua orang tua penulis, yang telah mendidik

dengan kasih sayang, kesabaran, dan doa, sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan hingga saat ini.

2.

Dr. Agus Kartono dan Ardian Arif M.Si selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan dukungan moral dan bimbingan

3.

Angga, Dimas, Huri, Ari, Yusup dan penghuni wisma Attauhid yang

lain yang tak bosan mengingatkan dan. membantu

4.

Rekan-rekan lainnya yang telah banyak membantu.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak

lain yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2009

(8)

DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR TABEL

... iii

DAFTAR GAMBAR

... iv

DAFTAR LAMPIRAN

... v

PENDAHULUAN

...1

Latar Belakang ... ....1

Tujuan ... 1

Hipotesis ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

... 1

Sapi Bali ... 1

Jembrana ... 1

Epidemiologi ... 2

Fenomena Wabah Jembrana ... 3

ALAT DAN METODE

... 3

Waktu dan Tempat ... 3

Peralatan ... 3

Metode Penelitian... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

... 3

Model Epidemiologi ... 3

Pembuatan Program ... 4

Pengujian Program ... 4

Model Epidemiologi untuk Prediksi ... 5

KESIMPULAN DAN SARAN

... 6

Kesimpulan ... 6

Saran ... 6

DAFTAR PUSTAKA

... 6

(9)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Populasi sapi bali

suspect

di Lampung

...3

Tabel 2. Populasi sapi bali

suspect

di Kalimantan Timur

...3

Tabel 3. Perbandingan populasi sapi bali

suspect

di Lampung secara

eksperimen dan komputasi

...4

Tabel 4. Perbandingan populasi sapi bali

suspect

di Kalimantan Timur

(10)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Sapi bali

...1

Gambar 2. Model SIS

...2

Gambar 3. Model SIR tak dinamik

...2

Gambar 4. Model SIR dinamik

...2

Gambar 5. Model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali

...3

Gambar 6. Perbandingan data di Lampung

...4

Gambar 7. Perbandingan data di Kalimantan Timur

...4

Gambar 8. Prediksi populasi sapi bali

suspect

di Lampung tahun 2002 –

2006

...5

Gambar 9. Prediksi populasi sapi bali

suspect

di Kalimantan Timur tahun

2004 – 2009

...5

Gambar 10. Populasi sapi bali

suspect

di Lampung tanpa pengobatan

...6

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1.

Diagram Alir Penelitian...8

Lampiran 2.

Metode

Runge Kutta

Orde 4...9

Lampiran 3.

Syntax

program model epidemiologi pada Matlab 6.5.1 ...10

Lampiran 4.

Perintah untuk menjalankan program model epidemiologi...11

Lampiran 5. Syntax

program epidemiologi tanpa pengobatan...12

Lampiran 6.

Keluaran program model epidemiologi pada Matlab 6.5.1...13

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemodelan epidemiologi adalah salah satu cabang ilmu komputasi yang memodelkan secara komputasi penyebaran suatu wabah penyakit dalam suatu populasi.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.[1] Salah satu epidemiologi yang menarik di Indonesia adalah epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali. Sapi bali adalah sapi yang mempunyai kualitas daging yang bagus, tetapi rentan terhadap penyakit, terutama penyakit jembrana. Sapi ini adalah sapi asli Bali, hasil domestifikasi terus menerus dari banteng liar, dengan ciri-ciri kakinya berwarna putih dan biasanya tubuhnya berwarna dominan coklat pada betina dewasa dan hitam pada jantan dewasa. Sapi ini telah tersebar ke sebagian besar wilayah Indonesia. Berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, penulis membuat sebuah model fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah model matematika dari fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali. Kemudian dari model tersebut akan digunakan untuk memprediksi populasi sapi bali, dari awal sapi terserang wabah penyakti jembrana, sampai 5 tahun ke depan dan membandingkannya dengan prediksi populasi sapi bali tersebut dengan asumsi tanpa dilakukan pengobatan.

Hipotesis

Bahwa penanganan pengobatan terhadap penyebaran wabah penyakit jembrana pada sapi bali tidak mengakibatkan musnahnya populasi sapi bali di suatu wilayah.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Bali

Populasi sapi bali yang merupakan spesies sapi asli Indonesia, berasal dari hasil domestikasi terus menerus banteng liar Bos

sondaicus dengan sapi lokal. Berdasarkan data

dari peternakan Universitas Islam Negeri Riau bahwa populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor.[2]. Kekhawatiran akan terus menurunnya populasi sapi bali dipicu oleh kenyataan bahwa selama krisis ekonomi, tingkat permintaan sapi lokal meningkat seiring mahalnya harga daging sapi impor. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa jumlah sapi bali hidup dikirim ke beberapa kota besar di pulau Jawa menjadi sering terlihat belakangan ini. [2]

Sejak lama sapi bali sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, dan mendominasi spesies sapi di Indonesia Timur. Peternak menyukai sapi bali mengingat beberapa keunggulan karakteristiknya antara lain : mempunyai feritilitas tinggi, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, cepat beradaptasi apabila dihadapkan dengan lingkungan baru, cepat berkembang biak, bereaksi positif terhadap perlakuan pemberian pakan, kandungan lemak rendah, keempukan daging tidak kalah dengan daging impor. Fertilitas sapi bali berkisar 83 - 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi dari Eropa yang hanya 60 %. Karakteristik reproduktif antara lain : periode kehamilan 280 - 294 hari, dengan rata-rata persentase kebuntingan 86,56 %, tingkat kematian kelahiran anak sapi hanya 3,65 %, persentase kelahiran 83,4 %, dan interval penyapihan antara 15,48 - 16,28 bulan. [2]

Jembrana

Penyakit jembrana pertama kali ditemukan di desa Sangkar Agung, Kabupaten Jembrana, Bali pada tahun 1964 [3]. Penyakit jembrana

(Jembrana disease/JD) merupakan penyakit

menular akut pada sapi bali yang disebabkan oleh lentivirus dari familia Retroviridae [4]. Dahulu penyakit jembrana dinyatakan sebagai penyakit yang bersifat

non-contagious dalam arti tidak terjadi penularan secara kontak langsung antara hewan sakit dengan hewan sehat. Kini seiring dengan menyebarluasnya populasi sapi bali di Indonesia maka penyakit jembrana telah menyebar pula hampir ke seluruh Indonesia.

(13)

diikuti diare berdarah, kebengkakan kelenjar

limfe prescapularis, prefemoralis, parotis dan bercak-bercak darah pada kulit [1]. Pada kejadian yang bersifat akut, khusus bila terjadi wabah pertama, kematian dapat terjadi tiba-tiba. Kematian biasanya terjadi dalam waktu relatif singkat pada sejumlah hewan dengan kondisi tubuh yang masih bagus.

Epidemiologi

Pada awalnya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada suatu makhluk hidup di dalam konteks lingkungannya, mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.[5]

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen [5] yakni :

a. Mencakup semua penyakit. Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi, kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi. Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit di suatu populasi atau kelompok. c. Pendekatan ekologi. Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada lingkungan fisik, biologis, maupun sosial dalam suatu populasi.

Pada epidemiologi biasanya timbul 3 pertanyaan, yakni :

1. Siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu ?

2. Di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.?

3. Kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.?

penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni subjek yang berpenyakit, tempat dan waktu.

Model dasar epidemiologi sendiri terdiri dari 3 model, yakni model SIS, model SIR tak dinamik dan model SIR yang dinamik. [6]. 1. Model SIS (Suscept-Infect-Suscept)

Gambar 2. Model SIS

Suatu model penyebaran penyakit yang tidak memperhitungkan adanya kekebalan hewan pada suatu penyakit tapi masih ada pengaruh dari kelahiran dan kematian. Rumusnya sebagai berikut :

( )

(

NSt

)

'=µN−λSNINI−µNS...1

( )

(

NI t

)

'=λSNI−γNI−µNI...2

( ) NS NI( ) NI NS( )t NI( )t N

NS0 = 0>0, 0 = 0>0, + =

2. Model SIR (Suscept-Infect-Remove) tak dinamik

Gambar 3. Model SIR tak dinamik Suatu model penyebaran penyakit dimana kekebalan diperhitungkan, tetapi jumlah kelahiran dan kematian tidak diperhitungkan. Rumusnya sebagai berikut :

( )

(

NSt

)

'=−λSNI...1

( )

(

NIt

)

'=λSNI−γNI...2

( )

(

NRt

)

'=γNI...3

( )0 =NS0>0,NI( )0 =NI0>0,NR( )0 =NR0≥0

NS

( )

t NI

( )

t NR

( )

t N

NS + + =

3. Model SIR (Suscept-Infect-Remove) dinamik

Gambar 4. Model SIR dinamik Gabungan dari model SIS dan SIR yaitu baik pengaruh kekebalan, kelahiran dan kematian, semuanya diperhitungkan. Rumusnya sebagai berikut :

( )

(

NSt

)

'=µN−λSNI−µNS...1

( )

(

NIt

)

'=λSNI−γNI−µNI...2

( )

(14)

NI = jumlah hewan yang terinfeksi

NR = jumlah hewan yang diobati

λ = konstanta hewan yang terinfeksi

γ = konstanta hewan yang pulih kembali = konstanta kelahiran atau kematian

Fenomena Wabah Jembrana

Wabah penyakit jembrana sudah mulai menyebar ke seluruh Indonesia sejak menyebarnya populasi sapi bali di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya daerah Lampung dan Kalimantan Timur.

Di wilayah Lampung, wabah penyakit jembarana yang menjangkiti sapi bali terjadi pada tahun 2002 [7]. Kejadian itu diamati dengan dilakukan pengobatan terhadap sapi bali yang terserang jembrana, pada tahun 2002 sampai 2004 dengan data sebagai berikut :

Tabel 1. Populasi sapi bali suspect di Lampung

Tahun Populasi 2002 1.620 2003 1.469 2004 1.580

Sedangkan di wilayah Kalimantan Timur , wabah jembrana mulai berjangkit pada tahun 2004 [8]. Data statistik populasi sapi bali yang diperoleh dari tahun 2004 sampai 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi sapi bali suspect di Kalimantan Timur[9]

Tahun Populasi 2004 7.471 2005 6.261 2006 6.755 2007 6.984

Kedua data tersebut akan dijadikan pengujian bagi model epidemiologi jembrana pada sapi bali yang akan dibuat pada penelitian ini.

ALAT DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Juli sampai bulan Desember 2009.

Peralatan

Metode Penelitian 1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengenal mengenai sapi bali dan penyakit jembrana secara umum, kemudian memahami fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali untuk ditinjau dalam model komputasi.

2. Pembuatan Program

Pembuatan program dilakukan setelah didapat model epidemiologi yang sesuai. Pembuatan program menggunakan software

Matlab 6.5.1. Keluaran program tersebut berupa nilai angka dan grafik yang menggambarkan hubungan jumlah populasi terhadap waktu dalam kasus epidemiologi wabah jembrana pada sapi bali.

3. Analisis output

Melakukan uji dan analisis terhadap keluaran program tersebut menggunakan data sekunder yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian model yang dibuat dengan fenomena kenyataan yang ada. Kemudian model yang telah sesuai tersebut digunakan untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana selama 5 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Epidemiologi

Tiga model dasar, yaitu SIS, SIR tak dinamik dan SIR dinamik, dikembangkan menjadi sebuah model epidemiologi untuk kasus wabah penyakit jembrana pada sapi bali. Model yang dikembangkan menjadi :

Gambar 5. Model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

( )

t bS sV iI sS sS

S' =

µ

. +

γ

. +

λ

. −

µ

. −

λ

. ...1

( )

t sS vV iI iI iI

I' =

λ

. +

γ

. −

λ

. −

µ

. −

γ

. ...2

( )

t iI vV sV vV

V' =

γ

. −

γ

. −

γ

. −

µ

. ... 3 Keterangan:

S = jumlah sapi bali suspect I = jumlah sapi yang terinfeksi

V = jumlah sapi sakit yang diobati

S I V

γs.V b.S

λs.S γi.I

λi.I γv.V

s.S

(15)

λs = konstanta terinfeksi jembrana

λi = konstanta kesembuhan sapi yang sakit

i = konstanta kematian sapi yang sakit

γi = konstanta sapi yang diobati

γv = konstanta terinfeksi sapi yang telah diobati

v = konstanta kematian sapi yang diobati

γs = konstanta kesembuhan sapi yang diobati Pada model ini diasumsikan bahwa jumlah sapi yang sakit dan yang diobati tidak mengalami kelahiran. Model ini hanya akan menggambarkan perbandingan jumlah sapi bali

suspect(S) terhadap waktu(t).

Terlihat pada Gambar 5 bahwa epidemiologi penyakit jembrana ditentukan oleh jumlah sapi bali suspect tiap waktunya. Sapi bali tersebut jumlah populasinya ditentukan oleh angka kelahiran, angka kematian, sapi hasil pengobatan, angka infeksi dan kesembuhan sapi terhadap penyakit jembrana. Variabel sapi bali ini akan menentukan pembahasan model epidemiologi penyakit jembrana pada penelitian ini. Variabel sapi yang terinfeksi dan sapi yang divaksin tidak dibahas pada penelitian ini, karena tidak ada eksperimen yang mencantumkan data jumlah sapi bali yang terinfeksi jembrana dan yang divaksin.

Pembuatan Program

Program dapat dibuat setelah mendapatkan model epidemiologi yang sesuai dengan fenomena wabah jembrana pada sapi bali ini. Pembuatan program menggunakan software

Matlab 6.5.1 dengan metode runge kutte orde 4. Penyelesaian program ini ditentukan oleh konstanta-konstanta pada persamaan epidemiologi yang telah dibuat. Dengan nilai konstanta-konstanta sebagai berikut :

b = 0,52 s = 0,215

λs = 0,48 λi = 0,1

i = 0,51 γi = 0,9

γv = 0,2 v = 0,03

γs = 0,98

Konstanta-konstanta tersebut diperoleh dengan memprediksi dari data sekunder populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana pada kejadian di Lampung dan Kalimantan Timur. Program dijalankan menggunakan data sekunder populasi sapi bali di Lampung pada tahun 2002 dan Kalimantan Timur tahun 2004. Keluaran program tersebut berupa perbandingan antara populasi sapi dengan waktu tiap tahun.

2002 1.620 1.620

2003 1.469 1.438

2004 1.580 1.442

Tabel 4. Perbandingan populasi sapi bali

suspect di Kalimantan Timur data sekunder

dan komputasi

Tahun Data sekunder Komputasi

2004 7.471 7.471

2005 6.261 6.633

2006 6.755 6.650

2007 6.984 7.082

Kedua data populasi sapi di atas menjelaskan bahwa model ini menggambarkan suatu populasi sapi bali suspect yang terserang wabah penyakit jembrana akan mengalami penurunan populasi pada tahun kedua. Kemudian pada tahun berikutnya mengalami peningkatan kembali. Diasumsikan bahwa populasi sapi bali ini telah dilakukan pengobatan secara rutin tiap tahun setelah tahun pertama terserang penyakit jembrana.

Pengujian Program

Model epidemiologi ini diuji dengan membandingkan data hasil komputasi dengan data sekunder. Grafik perbandingan dari data populasi sapi bali di Lampung adalah :

PERBANDING AN DATA DI LAMPUNG

1.400 1.450 1.500 1.550 1.600 1.650

2002 2002 2003 2003 2004 2004 2005

tahun p o p u la si s a p i b a li Data Sekunder Data Komputasi

Gambar 6. Perbandingan data di Lampung

PERB ANDINGAN DATA DI KALIMANTAN TIMUR

6.200 6.400 6.600 6.800 7.000 7.200 7.400 7.600

2003 2004 2005 2006 2007 2008

(16)

Pada Gambar 6, terlihat bahwa perbandingan data sekunder dengan data komputasi hampir sesuai. Pada data eksperimen, populasi sapi bali suspect yang terserang wabah jembrana mengalami penurunan drastis pada tahun kedua, kemudian pada tahun berikutnya mengalami peningkatan populasi secara signifikan. Sedangkan pada data komputasi, populasi sapi bali sehat tersebut juga mengalami penurunan drastis pada tahun kedua, namun pada tahun berikutnya peningkatan populasinya tidak terlalu tinggi.

Pada Gambar 7, untuk fenomena di Kalimantan Timur, populasi sapi bali suspect

pada data sekunder mengalami penurunan drastis pada tahun kedua, kemudian naik terus menerus pada dua tahun berikutnya. Berdasarkan data komputasi, populasi sapi bali sehat juga mengalami penurunan pada tahun kedua dan pada dua tahun berikutnya mengalami peningkatan populasi.

Dari Gambar 6 maupun Gambar 7, menunjukkan bahwa data hasil pemodelan dapat memberikan gambaran terhadap keadaan sebenarnya. Dengan demikian model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali yang dibuat ini dapat menggambarkan fenomena yang ada.

Prediksi Model Epidemiologi

Model epidemiologi yang dibuat ternyata telah sesuai untuk menggambarkan fenomena kasus jembrana pada sapi bali di Lampung tahun 2002-2004 dan di Kalimantan Timur tahun 2004-2007. Oleh karena itu, model ini mencoba untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang terserang wabah jembrana di Lampung tahun 2002-2006 dan di Kalimantan Timur tahun 2004-2009, dengan data tahun pertama disamakan dengan data sekunder.

Kemudian model ini dirubah sedikit dengan mengasumsikan tidak dilakukan pengobatan terhadap sapi bali yang terinfeksi jembrana, digunakan untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang sehat di Lampung dan Kalimantan Timur selama 5 tahun tersebut. Model yang telah dirubah sedikit tersebut kemudian dijalankan programnya. Keluaran program yang telah sedikit dirubah tersebut dibandingkan dengan model sebelumnya.

Keluaran program untuk prediksi populasi sapi bali sehat yang terserang wabah jembrana kemudian diobati adalah sebagai berikut :

PREDIKSI PO PULASI SAPI BALI DI LAMPUNG

1.400 1.500 1.600 1.700

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

tahun p o p u la si s a p i b a li

Gambar 8. Prediksi populasi sapi bali

suspect di Lampung tahun 2002 – 2006

PREDIKSI PO PULASI SAPI BALI DI KALIMANTAN TIMUR

6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 8.500

2002 2004 2006 2008 2010

tahun p o p u la si s a p i b a li

Gambar 9. Prediksi populasi sapi bali

suspect di Kalimantan Timur tahun 2004 –

2009

Populasi sapi bali suspect di Lampung yang terserang wabah jembrana pada tahun 2002, setelah dilakukan pengobatan secara rutin, populasi sapi suspect mengalami penurunan pada tahun 2003. Kemudian tahun 2004 mulai naik sedikit, namun pada tahun-tahun berikutnya mengalami peningkatan terus-menerus, hingga pada tahun 2006 populasinya mencapai kurang lebih 1600 ekor sapi bali.

Populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana di wilayah Kalimantan Timur, populasi sapi suspect mengalami penurunan pada tahun 2005 mencapai angka hampir 6500 ekor. Pada tahun 2006 mulai naik sedikit, kemudian pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2009 populasinya mencapai 8400 ekor.

(17)

Prediksi populasi sapi bali di Lampung tanpa pengobatan 800 1.050 1.300 1.550 1.800

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

tahun p o p u la si s a p i b a li

Gambar 10. Populasi sapi bali suspect di Lampung tanpa pengobatan

Prediksi populasi sapi bali di Kalimantan Timur tanpa pengobatan

3.500 4.500 5.500 6.500 7.500 8.500

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

tahun p o p u la si s a p i b a li

Gambar 11. Populasi sapi bali suspect di Kalimantan Timur tanpa pengobatan

Terlihat pada Gambar 10 dan Gambar 11, ternyata populasi sapi bali suspect mengalami penurunan terus dari tahun awal sapi terserang jembrana hingga 5 tahun ke depannya. Berdasarkan prediksi tersebut, maka bisa dikatakan bahwa faktor pengobatan pada sapi bali yang terserang penyakit jembrana merupakan faktor yang menentukan keberlangsungan populasi sapi balinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali ini dapat menggambarkan fenomena nyata wabah penyakit jembrana yang menyerang sapi bali. Meskipun secara nilai angka tidak persis sama, tetapi bentuk grafik secara umum sudah sesuai. Model ini juga bisa untuk memprediksi beberapa tahun ke depan suatu populasi sapi bali dengan asumsi bahwa sapi diobati secara rutin dari awal terdeteksi penyakit jembrana.

• Model epidemiologi dapat dikembangkan lebih jelas, apabila informasi-informasi dalam penanganan penyakit jembrana ini dijelaskan secara jelas di hasil eksperimen.

• Model epidemiologi dapat dikembangkan secara umum untuk memodelkan fenomena-fenomena yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Metharoma, P., Takyar, S., Xiaa, H.Q., Ellemb, K.A.O., Wilcox, G.E., Wei, M.Q. 2001. Development of disabled, replication-defective gene transfer vectors from the Jembrana disease virus, a new infectious agent of cattle. Vet. Microbiol. 80: 9 – 22

[2] Peternakan UIN Riau. 2007. Populasi Sapi Bali dan Pemenuhan Kebutuhan

Daging.(http://mahlufiokey.blogspot.co

m/2007/12/sapi-bali.htm) [3] Wilcox, G.E., Chadwick, B.J.,

Kertayadnya, G. 1995. Recent advances in the understanding of Jembrana disease. Vet. Microbiol. 46: 249 – 255 [4] Wareinga, S., Hartaningsih, N.,Wilcox,

G.E., Penhalea, W.J. 1999. Evidence for immunosuppression associated with Jembrana disease virus infection of cattle. Vet. Microbiol. 68: 179 – 185 [5] Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta

[6] Hethcote, H.W. 1989. Three Basic Epidemiological Models.

Biomathematic. 18 : 119-141

[7] MasaTenaya, I.W., Hartaningsih, N. 2004.

Kajian Hasil Vaksinasi Penyakit

Jembrana di Lampung Tengah. Buletin

Veteriner XVI No 65:46-50

[8] Hartaningsih, N., Ananda, C.K., Hendarti, E., Kalianda, J., Hadi, S. 2007.

Investigasi Wabah Penyakit pada Sapi Bali di Kecamatan Long Ikis Kabupaten

Pasir Kalimantan Timur. Laporan

tahunan BPPH. 2007 :123 – 127

[9] Data Base Peternakan. 2007. Populasi Ternak Provinsi Kalimantan Timur.

(18)
(19)

Lampiran 1.

Diagram alir penelitian

Penelusuran

Literatur

Penguasaan

software

matlab 6.5.1 metode

runge

kutte

orde 4

Pengembangan model

epidemiologi untuk

wabah jembrana

Pengujian program

dengan data

eksperimen

Pembuatan program

dari model yang telah

didapat

Penyusunan Laporan

(20)

Lampiran 2.

Metode

Runge Kuta

orde 4

Dalam komputasi, metode

runge kutta

sangat populer digunakan untuk

memecahkan persamaan diferensial. Dalam prakteknya, metode

runge kutta

orde 3

dan orde 4 merupakan paling banyak digunakan karena memiliki tingkat ketelitian

yang tinggi dibanding orde di bawahnya. Metode

runge kutta

pada penelitian ini

adalah

runge kutta

orde 4.

Misalkan :

y = f(t,y)

Dengan t dalam interval a sampai b dan

y(a)

adalah inisial kondisi. Dengan N

merupakan jumlah sub divisi dalam interval [a,b], maka dalam komputasi untuk

metode

runge kutta

orde 4 secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :

h = (b-a)/N

t(1) = a

w(1) = y(a)

maka dengan i = 1

k1 = h*f(t(i),w(i))

k2 = h*f(t(i)+h/2,w(i)+k1/2)

k3 = h*f(t(i)+h/2,w(i)+k2/2)

k4 = h*f(t(i)+h,w(i)+k3)

w(i+1) = w(i)+(k1+2k2+2k3+k4)/6

t(i+1) = a+i*h

(21)

Lampiran 3. Syntax

program model epidemiologi pada Matlab 6.5.1

% Model Epidemiologi Penyakit Jembrana pada Sapi Bali

function

xprime = cobajembrana(t,x);

% Tentukan konstanta-konstanta yang diperlukan

lamdas=0.48;

% konstanta terinfeksi sapi yang sehat

lamdar=0.2;

% konstanta terifeksi kembali sapi yang diobati

lamdai=0.1;

% konstanta kesembuhan sapi yang sakit

gammai=0.9;

% konstanta sapi yang diobati

gammar=0.98;

% konstanta kesembuhan sapi yang diobati

miub=0.52;

% konstanta kelahiran

miuds=0.215;

% konstanta kematian sapi sehat

miudi=0.51;

% konstanta kematian sapi yang sakit

miudr=0.03;

% konstanta kematian sapi yang diobati

% Jabarkan persamaannya ke dalam bahasa pemrograman untuk Matlab

xprime=[miub*x(1)-miuds*x(1)-lamdas*x(1)+gammar*x(3)+lamdai*x(2);

lamdas*x(1)+lamdar*x(3)-miudi*x(2)-gammai*x(2)-lamdai*x(2);

gammai*x(2)-lamdar*x(3)-gammar*x(3)];

(22)

Lampiran 4.

Perintah untuk menjalankan program model epidemiologi

% Populasi sapi bali di Lampung tahun 2002 - 2004

>> x0 = [1620 0 0];

>> tspan = [1:3];

>> [t,x] = ode45(@cobajembrana,tspan,x0)

% Populasi sapi bali di Kalimnatan tahun 2004 - 2007

>> x0 = [7471 0 0];

>> tspan = [1:4];

>> [t,x] = ode45(@cobajembrana,tspan,x0)

% Prediksi populasi sapi bali di Lampung

>> x0 = [1620 0 0];

>> tspan = [1:5];

>> [t,x] = ode45(@cobajembrana,tspan,x0)

% Prediksi populasi sapi bali di Kalimantan Timur

>> x0 = [7471 0 0];

>> tspan = [1:6];

(23)

Lampiran 5. Syntax

program epidemiologi tanpa pengobatan

% Model Epidemiologi Penyakit Jembrana pada Sapi Bali tanpa pengobatan

function

xprime = cobajembrana(t,x);

% Tentukan konstanta-konstanta yang diperlukan

lamdas=0.48;

% konstanta terinfeksi sapi yang sehat

lamdai=0.1;

% konstanta kesembuhan sapi yang sakit

miub=0.52;

% konstanta kelahiran

miuds=0.215;

% konstanta kematian sapi sehat

miudi=0.51;

% konstanta kematian sapi yang sakit

% Jabarkan persamaannya ke dalam bahasa pemrograman untuk Matlab

xprime=[miub*x(1)-miuds*x(1)-lamdas*x(1)+lamdai*x(2);

lamdas*x(1)-miudi*x(2)-gammai*x(2)-lamdai*x(2);];

% Kemudian jalankan program ini pada workspace di Matlab

% Perintah menjalankannya :

% Prediksi populasi sapi bali di Lampung tanpa pengobatan

>> x0 = [1620 0];

>> tspan = [1:5];

>> [t,x] = ode45(@cobajembrana,tspan,x0)

% Prediksi populasi sapi bali di Kalimantan Timur tanpa pengobatan

>> x0 = [7471 0];

>> tspan = [1:5];

(24)

Lampiran 6.

Keluaran program model epidemiologi pada Matlab 6.5.1

% Populasi sapi bali di Lampung tahun 2002 - 2004

t =

1

2

3

x =

1.0e+003 *

1.6200 0 0

1.4384 0.3771 0.1437

1.4421 0.4613 0.2738

% Populasi sapi bali di Kalimnatan tahun 2004 - 2007

t =

1

2

3

4

x =

1.0e+003 *

7.4710 0 0

6.6334 1.7389 0.6629

6.6507 2.1274 1.2627

(25)

% Prediksi populasi sapi bali di Lampung

t =

1

2

3

4

5

x =

1.0e+003 *

1.6200 0 0

1.4384 0.3771 0.1437

1.4421 0.4613 0.2738

1.5358 0.5054 0.3420

1.6663 0.5498 0.3859

% Prediksi populasi sapi bali di Kalimantan Timur

t =

1

2

3

4

5

6

x =

(26)

6.6507 2.1274 1.2628

7.0827 2.3307 1.5773

7.6846 2.5355 1.7797

8.3765 2.7633 1.9572

% Prediksi populasi sapi bali di Lampung tanpa pengobatan

t =

1

2

3

4

5

x =

1.0e+003 *

1.6200 0 0

1.3822 0.3713 0.1428

1.1975 0.4183 0.2603

1.0427 0.3942 0.2947

0.9097 0.3546 0.2866

% Prediksi populasi sapi bali di Kalimantan Timur tanpa pengobatan

t =

1

2

3

4

(27)

x =

1.0e+003 *

7.4710 0 0

6.3741 1.7122 0.6583

5.5227 1.9290 1.2005

4.8089 1.8182 1.3590

(28)

Lampiran 7.

Gambar sapi bali dan penyakit jembrana

Sapi bali anakan (kiri) dan peternakan sapi bali (kanan)

(29)

ABSTRACT

TAUFIQ HASSAN. Epidemic Model for Jembrana Disease on Bali

Cattle. Under direction of AGUS KARTONO and ARDIAN ARIF.

A lot of epidemic of jembrana disease on bali catlle had occured in several

provinces in Indonesia. The epidemic of jembrana disease on bali cattle was

interesting to research it because this epidemic was complicated. Mathematics model

prefabricated to explained it, so this model could explain that epidemiology. Testing

for this model used population cattle data in Lampung at 2002 until 2004 and

population cattle data in East Kalimantan at 2004 until 2007 that infected jembrana

disease. Mathematics model output were numeral values and graph. That output

explained that population of bali cattle would decrease at second years after

jembrana disease infected it and it would increase at next years.

(30)

ABSTRAK

TAUFIQ HASSAN. Model Epidemiologi Penyakit Jembrana pada Sapi

Bali. Dibimbing oleh AGUS KARTONO dan ARDIAN ARIF.

Fenomena epidemiologi wabah penyakit jembrana pada sapi bali telah

banyak terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Fenomena epidemiologi wabah

jembrana pada sapi bali masih menarik untuk diteliti, karena epidemiologi wabah

penyakit ini masih sulit ditentukan. Pembuatan model matematika dilakukan

bertujuan untuk menggambarkan fenomena epidemiologi wabah penyakit jembrana

pada sapi bali, sehingga model ini diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana

epidemiologi wabah itu terjadi. Pengujian model komputasi ini menggunakan data

populasi sapi bali di Lampung tahun 2002 – 2004 dan Kalimantan Timur tahun 2004

– 2007 yang terjangkit penyakit jembrana. Hasil dari model matematika ini berupa

nilai angka dan grafik yang menggambarkan bahwa pada tahun kedua setelah

terinfeksi jembrana, populasi sapi bali menurun. Kemudian pada tahun-tahun

berikutnya mengalami peningkatan populasi kembali.

(31)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemodelan epidemiologi adalah salah satu cabang ilmu komputasi yang memodelkan secara komputasi penyebaran suatu wabah penyakit dalam suatu populasi.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.[1] Salah satu epidemiologi yang menarik di Indonesia adalah epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali. Sapi bali adalah sapi yang mempunyai kualitas daging yang bagus, tetapi rentan terhadap penyakit, terutama penyakit jembrana. Sapi ini adalah sapi asli Bali, hasil domestifikasi terus menerus dari banteng liar, dengan ciri-ciri kakinya berwarna putih dan biasanya tubuhnya berwarna dominan coklat pada betina dewasa dan hitam pada jantan dewasa. Sapi ini telah tersebar ke sebagian besar wilayah Indonesia. Berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, penulis membuat sebuah model fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah model matematika dari fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali. Kemudian dari model tersebut akan digunakan untuk memprediksi populasi sapi bali, dari awal sapi terserang wabah penyakti jembrana, sampai 5 tahun ke depan dan membandingkannya dengan prediksi populasi sapi bali tersebut dengan asumsi tanpa dilakukan pengobatan.

Hipotesis

Bahwa penanganan pengobatan terhadap penyebaran wabah penyakit jembrana pada sapi bali tidak mengakibatkan musnahnya populasi sapi bali di suatu wilayah.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Bali

Populasi sapi bali yang merupakan spesies sapi asli Indonesia, berasal dari hasil domestikasi terus menerus banteng liar Bos

sondaicus dengan sapi lokal. Berdasarkan data

dari peternakan Universitas Islam Negeri Riau bahwa populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor.[2]. Kekhawatiran akan terus menurunnya populasi sapi bali dipicu oleh kenyataan bahwa selama krisis ekonomi, tingkat permintaan sapi lokal meningkat seiring mahalnya harga daging sapi impor. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa jumlah sapi bali hidup dikirim ke beberapa kota besar di pulau Jawa menjadi sering terlihat belakangan ini. [2]

Sejak lama sapi bali sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, dan mendominasi spesies sapi di Indonesia Timur. Peternak menyukai sapi bali mengingat beberapa keunggulan karakteristiknya antara lain : mempunyai feritilitas tinggi, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, cepat beradaptasi apabila dihadapkan dengan lingkungan baru, cepat berkembang biak, bereaksi positif terhadap perlakuan pemberian pakan, kandungan lemak rendah, keempukan daging tidak kalah dengan daging impor. Fertilitas sapi bali berkisar 83 - 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi dari Eropa yang hanya 60 %. Karakteristik reproduktif antara lain : periode kehamilan 280 - 294 hari, dengan rata-rata persentase kebuntingan 86,56 %, tingkat kematian kelahiran anak sapi hanya 3,65 %, persentase kelahiran 83,4 %, dan interval penyapihan antara 15,48 - 16,28 bulan. [2]

Jembrana

Penyakit jembrana pertama kali ditemukan di desa Sangkar Agung, Kabupaten Jembrana, Bali pada tahun 1964 [3]. Penyakit jembrana

(Jembrana disease/JD) merupakan penyakit

menular akut pada sapi bali yang disebabkan oleh lentivirus dari familia Retroviridae [4]. Dahulu penyakit jembrana dinyatakan sebagai penyakit yang bersifat

non-contagious dalam arti tidak terjadi penularan secara kontak langsung antara hewan sakit dengan hewan sehat. Kini seiring dengan menyebarluasnya populasi sapi bali di Indonesia maka penyakit jembrana telah menyebar pula hampir ke seluruh Indonesia.

[image:31.595.102.268.584.775.2]
(32)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemodelan epidemiologi adalah salah satu cabang ilmu komputasi yang memodelkan secara komputasi penyebaran suatu wabah penyakit dalam suatu populasi.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.[1] Salah satu epidemiologi yang menarik di Indonesia adalah epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali. Sapi bali adalah sapi yang mempunyai kualitas daging yang bagus, tetapi rentan terhadap penyakit, terutama penyakit jembrana. Sapi ini adalah sapi asli Bali, hasil domestifikasi terus menerus dari banteng liar, dengan ciri-ciri kakinya berwarna putih dan biasanya tubuhnya berwarna dominan coklat pada betina dewasa dan hitam pada jantan dewasa. Sapi ini telah tersebar ke sebagian besar wilayah Indonesia. Berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, penulis membuat sebuah model fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah model matematika dari fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali. Kemudian dari model tersebut akan digunakan untuk memprediksi populasi sapi bali, dari awal sapi terserang wabah penyakti jembrana, sampai 5 tahun ke depan dan membandingkannya dengan prediksi populasi sapi bali tersebut dengan asumsi tanpa dilakukan pengobatan.

Hipotesis

Bahwa penanganan pengobatan terhadap penyebaran wabah penyakit jembrana pada sapi bali tidak mengakibatkan musnahnya populasi sapi bali di suatu wilayah.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Bali

Populasi sapi bali yang merupakan spesies sapi asli Indonesia, berasal dari hasil domestikasi terus menerus banteng liar Bos

sondaicus dengan sapi lokal. Berdasarkan data

dari peternakan Universitas Islam Negeri Riau bahwa populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor.[2]. Kekhawatiran akan terus menurunnya populasi sapi bali dipicu oleh kenyataan bahwa selama krisis ekonomi, tingkat permintaan sapi lokal meningkat seiring mahalnya harga daging sapi impor. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa jumlah sapi bali hidup dikirim ke beberapa kota besar di pulau Jawa menjadi sering terlihat belakangan ini. [2]

Sejak lama sapi bali sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, dan mendominasi spesies sapi di Indonesia Timur. Peternak menyukai sapi bali mengingat beberapa keunggulan karakteristiknya antara lain : mempunyai feritilitas tinggi, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, cepat beradaptasi apabila dihadapkan dengan lingkungan baru, cepat berkembang biak, bereaksi positif terhadap perlakuan pemberian pakan, kandungan lemak rendah, keempukan daging tidak kalah dengan daging impor. Fertilitas sapi bali berkisar 83 - 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi dari Eropa yang hanya 60 %. Karakteristik reproduktif antara lain : periode kehamilan 280 - 294 hari, dengan rata-rata persentase kebuntingan 86,56 %, tingkat kematian kelahiran anak sapi hanya 3,65 %, persentase kelahiran 83,4 %, dan interval penyapihan antara 15,48 - 16,28 bulan. [2]

Jembrana

Penyakit jembrana pertama kali ditemukan di desa Sangkar Agung, Kabupaten Jembrana, Bali pada tahun 1964 [3]. Penyakit jembrana

(Jembrana disease/JD) merupakan penyakit

menular akut pada sapi bali yang disebabkan oleh lentivirus dari familia Retroviridae [4]. Dahulu penyakit jembrana dinyatakan sebagai penyakit yang bersifat

non-contagious dalam arti tidak terjadi penularan secara kontak langsung antara hewan sakit dengan hewan sehat. Kini seiring dengan menyebarluasnya populasi sapi bali di Indonesia maka penyakit jembrana telah menyebar pula hampir ke seluruh Indonesia.

[image:32.595.102.268.584.775.2]
(33)

diikuti diare berdarah, kebengkakan kelenjar

limfe prescapularis, prefemoralis, parotis dan bercak-bercak darah pada kulit [1]. Pada kejadian yang bersifat akut, khusus bila terjadi wabah pertama, kematian dapat terjadi tiba-tiba. Kematian biasanya terjadi dalam waktu relatif singkat pada sejumlah hewan dengan kondisi tubuh yang masih bagus.

Epidemiologi

Pada awalnya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada suatu makhluk hidup di dalam konteks lingkungannya, mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.[5]

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen [5] yakni :

a. Mencakup semua penyakit. Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi, kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi. Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit di suatu populasi atau kelompok. c. Pendekatan ekologi. Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada lingkungan fisik, biologis, maupun sosial dalam suatu populasi.

Pada epidemiologi biasanya timbul 3 pertanyaan, yakni :

1. Siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu ?

2. Di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.?

3. Kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.?

penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni subjek yang berpenyakit, tempat dan waktu.

[image:33.595.320.494.161.247.2]

Model dasar epidemiologi sendiri terdiri dari 3 model, yakni model SIS, model SIR tak dinamik dan model SIR yang dinamik. [6]. 1. Model SIS (Suscept-Infect-Suscept)

Gambar 2. Model SIS

Suatu model penyebaran penyakit yang tidak memperhitungkan adanya kekebalan hewan pada suatu penyakit tapi masih ada pengaruh dari kelahiran dan kematian. Rumusnya sebagai berikut :

( )

(

NSt

)

'=µN−λSNINI−µNS...1

( )

(

NI t

)

'=λSNI−γNI−µNI...2

( ) NS NI( ) NI NS( )t NI( )t N

NS0 = 0>0, 0 = 0>0, + =

[image:33.595.320.509.306.419.2]

2. Model SIR (Suscept-Infect-Remove) tak dinamik

Gambar 3. Model SIR tak dinamik Suatu model penyebaran penyakit dimana kekebalan diperhitungkan, tetapi jumlah kelahiran dan kematian tidak diperhitungkan. Rumusnya sebagai berikut :

( )

(

NSt

)

'=−λSNI...1

( )

(

NIt

)

'=λSNI−γNI...2

( )

(

NRt

)

'=γNI...3

( )0 =NS0>0,NI( )0 =NI0>0,NR( )0 =NR0≥0

NS

( )

t NI

( )

t NR

( )

t N

NS + + =

3. Model SIR (Suscept-Infect-Remove) dinamik

Gambar 4. Model SIR dinamik Gabungan dari model SIS dan SIR yaitu baik pengaruh kekebalan, kelahiran dan kematian, semuanya diperhitungkan. Rumusnya sebagai berikut :

( )

(

NSt

)

'=µN−λSNI−µNS...1

( )

(

NIt

)

'=λSNI−γNI−µNI...2

( )

(34)

NI = jumlah hewan yang terinfeksi

NR = jumlah hewan yang diobati

λ = konstanta hewan yang terinfeksi

γ = konstanta hewan yang pulih kembali = konstanta kelahiran atau kematian

Fenomena Wabah Jembrana

Wabah penyakit jembrana sudah mulai menyebar ke seluruh Indonesia sejak menyebarnya populasi sapi bali di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya daerah Lampung dan Kalimantan Timur.

Di wilayah Lampung, wabah penyakit jembarana yang menjangkiti sapi bali terjadi pada tahun 2002 [7]. Kejadian itu diamati dengan dilakukan pengobatan terhadap sapi bali yang terserang jembrana, pada tahun 2002 sampai 2004 dengan data sebagai berikut :

Tabel 1. Populasi sapi bali suspect di Lampung

Tahun Populasi 2002 1.620 2003 1.469 2004 1.580

Sedangkan di wilayah Kalimantan Timur , wabah jembrana mulai berjangkit pada tahun 2004 [8]. Data statistik populasi sapi bali yang diperoleh dari tahun 2004 sampai 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi sapi bali suspect di Kalimantan Timur[9]

Tahun Populasi 2004 7.471 2005 6.261 2006 6.755 2007 6.984

Kedua data tersebut akan dijadikan pengujian bagi model epidemiologi jembrana pada sapi bali yang akan dibuat pada penelitian ini.

ALAT DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Juli sampai bulan Desember 2009.

Peralatan

Metode Penelitian 1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengenal mengenai sapi bali dan penyakit jembrana secara umum, kemudian memahami fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali untuk ditinjau dalam model komputasi.

2. Pembuatan Program

Pembuatan program dilakukan setelah didapat model epidemiologi yang sesuai. Pembuatan program menggunakan software

Matlab 6.5.1. Keluaran program tersebut berupa nilai angka dan grafik yang menggambarkan hubungan jumlah populasi terhadap waktu dalam kasus epidemiologi wabah jembrana pada sapi bali.

3. Analisis output

Melakukan uji dan analisis terhadap keluaran program tersebut menggunakan data sekunder yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian model yang dibuat dengan fenomena kenyataan yang ada. Kemudian model yang telah sesuai tersebut digunakan untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana selama 5 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Epidemiologi

[image:34.595.313.506.518.647.2]

Tiga model dasar, yaitu SIS, SIR tak dinamik dan SIR dinamik, dikembangkan menjadi sebuah model epidemiologi untuk kasus wabah penyakit jembrana pada sapi bali. Model yang dikembangkan menjadi :

Gambar 5. Model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

( )

t bS sV iI sS sS

S' =

µ

. +

γ

. +

λ

. −

µ

. −

λ

. ...1

( )

t sS vV iI iI iI

I' =

λ

. +

γ

. −

λ

. −

µ

. −

γ

. ...2

( )

t iI vV sV vV

V' =

γ

. −

γ

. −

γ

. −

µ

. ... 3 Keterangan:

S = jumlah sapi bali suspect I = jumlah sapi yang terinfeksi

V = jumlah sapi sakit yang diobati

S I V

γs.V b.S

λs.S γi.I

λi.I γv.V

s.S

(35)

NI = jumlah hewan yang terinfeksi

NR = jumlah hewan yang diobati

λ = konstanta hewan yang terinfeksi

γ = konstanta hewan yang pulih kembali = konstanta kelahiran atau kematian

Fenomena Wabah Jembrana

Wabah penyakit jembrana sudah mulai menyebar ke seluruh Indonesia sejak menyebarnya populasi sapi bali di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya daerah Lampung dan Kalimantan Timur.

Di wilayah Lampung, wabah penyakit jembarana yang menjangkiti sapi bali terjadi pada tahun 2002 [7]. Kejadian itu diamati dengan dilakukan pengobatan terhadap sapi bali yang terserang jembrana, pada tahun 2002 sampai 2004 dengan data sebagai berikut :

Tabel 1. Populasi sapi bali suspect di Lampung

Tahun Populasi 2002 1.620 2003 1.469 2004 1.580

Sedangkan di wilayah Kalimantan Timur , wabah jembrana mulai berjangkit pada tahun 2004 [8]. Data statistik populasi sapi bali yang diperoleh dari tahun 2004 sampai 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi sapi bali suspect di Kalimantan Timur[9]

Tahun Populasi 2004 7.471 2005 6.261 2006 6.755 2007 6.984

Kedua data tersebut akan dijadikan pengujian bagi model epidemiologi jembrana pada sapi bali yang akan dibuat pada penelitian ini.

ALAT DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Juli sampai bulan Desember 2009.

Metode Penelitian 1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengenal mengenai sapi bali dan penyakit jembrana secara umum, kemudian memahami fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali untuk ditinjau dalam model komputasi.

2. Pembuatan Program

Pembuatan program dilakukan setelah didapat model epidemiologi yang sesuai. Pembuatan program menggunakan software

Matlab 6.5.1. Keluaran program tersebut berupa nilai angka dan grafik yang menggambarkan hubungan jumlah populasi terhadap waktu dalam kasus epidemiologi wabah jembrana pada sapi bali.

3. Analisis output

Melakukan uji dan analisis terhadap keluaran program tersebut menggunakan data sekunder yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian model yang dibuat dengan fenomena kenyataan yang ada. Kemudian model yang telah sesuai tersebut digunakan untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana selama 5 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Epidemiologi

[image:35.595.313.506.518.647.2]

Tiga model dasar, yaitu SIS, SIR tak dinamik dan SIR dinamik, dikembangkan menjadi sebuah model epidemiologi untuk kasus wabah penyakit jembrana pada sapi bali. Model yang dikembangkan menjadi :

Gambar 5. Model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

( )

t bS sV iI sS sS

S' =

µ

. +

γ

. +

λ

. −

µ

. −

λ

. ...1

( )

t sS vV iI iI iI

I' =

λ

. +

γ

. −

λ

. −

µ

. −

γ

. ...2

( )

t iI vV sV vV

V' =

γ

. −

γ

. −

γ

. −

µ

. ... 3 Keterangan:

S = jumlah sapi bali suspect

S I V

γs.V b.S

λs.S γi.I

λi.I γv.V

s.S

(36)

NI = jumlah hewan yang terinfeksi

NR = jumlah hewan yang diobati

λ = konstanta hewan yang terinfeksi

γ = konstanta hewan yang pulih kembali = konstanta kelahiran atau kematian

Fenomena Wabah Jembrana

Wabah penyakit jembrana sudah mulai menyebar ke seluruh Indonesia sejak menyebarnya populasi sapi bali di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya daerah Lampung dan Kalimantan Timur.

Di wilayah Lampung, wabah penyakit jembarana yang menjangkiti sapi bali terjadi pada tahun 2002 [7]. Kejadian itu diamati dengan dilakukan pengobatan terhadap sapi bali yang terserang jembrana, pada tahun 2002 sampai 2004 dengan data sebagai berikut :

Tabel 1. Populasi sapi bali suspect di Lampung

Tahun Populasi 2002 1.620 2003 1.469 2004 1.580

Sedangkan di wilayah Kalimantan Timur , wabah jembrana mulai berjangkit pada tahun 2004 [8]. Data statistik populasi sapi bali yang diperoleh dari tahun 2004 sampai 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi sapi bali suspect di Kalimantan Timur[9]

Tahun Populasi 2004 7.471 2005 6.261 2006 6.755 2007 6.984

Kedua data tersebut akan dijadikan pengujian bagi model epidemiologi jembrana pada sapi bali yang akan dibuat pada penelitian ini.

ALAT DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Juli sampai bulan Desember 2009.

Peralatan

Metode Penelitian 1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengenal mengenai sapi bali dan penyakit jembrana secara umum, kemudian memahami fenomena penyebaran penyakit jembrana pada sapi bali untuk ditinjau dalam model komputasi.

2. Pembuatan Program

Pembuatan program dilakukan setelah didapat model epidemiologi yang sesuai. Pembuatan program menggunakan software

Matlab 6.5.1. Keluaran program tersebut berupa nilai angka dan grafik yang menggambarkan hubungan jumlah populasi terhadap waktu dalam kasus epidemiologi wabah jembrana pada sapi bali.

3. Analisis output

Melakukan uji dan analisis terhadap keluaran program tersebut menggunakan data sekunder yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian model yang dibuat dengan fenomena kenyataan yang ada. Kemudian model yang telah sesuai tersebut digunakan untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana selama 5 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Epidemiologi

[image:36.595.313.506.518.647.2]

Tiga model dasar, yaitu SIS, SIR tak dinamik dan SIR dinamik, dikembangkan menjadi sebuah model epidemiologi untuk kasus wabah penyakit jembrana pada sapi bali. Model yang dikembangkan menjadi :

Gambar 5. Model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali

Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

( )

t bS sV iI sS sS

S' =

µ

. +

γ

. +

λ

. −

µ

. −

λ

. ...1

( )

t sS vV iI iI iI

I' =

λ

. +

γ

. −

λ

. −

µ

. −

γ

. ...2

( )

t iI vV sV vV

V' =

γ

. −

γ

. −

γ

. −

µ

. ... 3 Keterangan:

S = jumlah sapi bali suspect I = jumlah sapi yang terinfeksi

V = jumlah sapi sakit yang diobati

S I V

γs.V b.S

λs.S γi.I

λi.I γv.V

s.S

(37)

λs = konstanta terinfeksi jembrana

λi = konstanta kesembuhan sapi yang sakit

i = konstanta kematian sapi yang sakit

γi = konstanta sapi yang diobati

γv = konstanta terinfeksi sapi yang telah diobati

v = konstanta kematian sapi yang diobati

γs = konstanta kesembuhan sapi yang diobati Pada model ini diasumsikan bahwa jumlah sapi yang sakit dan yang diobati tidak mengalami kelahiran. Model ini hanya akan menggambarkan perbandingan jumlah sapi bali

suspect(S) terhadap waktu(t).

Terlihat pada Gambar 5 bahwa epidemiologi penyakit jembrana ditentukan oleh jumlah sapi bali suspect tiap waktunya. Sapi bali tersebut jumlah populasinya ditentukan oleh angka kelahiran, angka kematian, sapi hasil pengobatan, angka infeksi dan kesembuhan sapi terhadap penyakit jembrana. Variabel sapi bali ini akan menentukan pembahasan model epidemiologi penyakit jembrana pada penelitian ini. Variabel sapi yang terinfeksi dan sapi yang divaksin tidak dibahas pada penelitian ini, karena tidak ada eksperimen yang mencantumkan data jumlah sapi bali yang terinfeksi jembrana dan yang divaksin.

Pembuatan Program

Program dapat dibuat setelah mendapatkan model epidemiologi yang sesuai dengan fenomena wabah jembrana pada sapi bali ini. Pembuatan program menggunakan software

Matlab 6.5.1 dengan metode runge kutte orde 4. Penyelesaian program ini ditentukan oleh konstanta-konstanta pada persamaan epidemiologi yang telah dibuat. Dengan nilai konstanta-konstanta sebagai berikut :

b = 0,52 s = 0,215

λs = 0,48 λi = 0,1

i = 0,51 γi = 0,9

γv = 0,2 v = 0,03

γs = 0,98

Konstanta-konstanta tersebut diperoleh dengan memprediksi dari data sekunder populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana pada kejadian di Lampung dan Kalimantan Timur. Program dijalankan menggunakan data sekunder populasi sapi bali di Lampung pada tahun 2002 dan Kalimantan Timur tahun 2004. Keluaran program tersebut berupa perbandingan antara populasi sapi dengan waktu tiap tahun.

2002 1.620 1.620

2003 1.469 1.438

2004 1.580 1.442

[image:37.595.317.516.77.786.2]

Tabel 4. Perbandingan populasi sapi bali

suspect di Kalimantan Timur data sekunder

dan komputasi

Tahun Data sekunder Komputasi

2004 7.471 7.471

2005 6.261 6.633

2006 6.755 6.650

2007 6.984 7.082

Kedua data populasi sapi di atas menjelaskan bahwa model ini menggambarkan suatu populasi sapi bali suspect yang terserang wabah penyakit jembrana akan mengalami penurunan populasi pada tahun kedua. Kemudian pada tahun berikutnya mengalami peningkatan kembali. Diasumsikan bahwa populasi sapi bali ini telah dilakukan pengobatan secara rutin tiap tahun setelah tahun pertama terserang penyakit jembrana.

Pengujian Program

Model epidemiologi ini diuji dengan membandingkan data hasil komputasi dengan data sekunder. Grafik perbandingan dari data populasi sapi bali di Lampung adalah :

PERBANDING AN DATA DI LAMPUNG

1.400 1.450 1.500 1.550 1.600 1.650

2002 2002 2003 2003 2004 2004 2005

[image:37.595.321.519.433.741.2]

tahun p o p u la si s a p i b a li Data Sekunder Data Komputasi

Gambar 6. Perbandingan data di Lampung

PERB ANDINGAN DATA DI KALIMANTAN TIMUR

6.200 6.400 6.600 6.800 7.000 7.200 7.400 7.600

2003 2004 2005 2006 2007 2008

(38)

Pada Gambar 6, terlihat bahwa perbandingan data sekunder dengan data komputasi hampir sesuai. Pada data eksperimen, populasi sapi bali suspect yang terserang wabah jembrana mengalami penurunan drastis pada tahun kedua, kemudian pada tahun berikutnya mengalami peningkatan populasi secara signifikan. Sedangkan pada data komputasi, populasi sapi bali sehat tersebut juga mengalami penurunan drastis pada tahun kedua, namun pada tahun berikutnya peningkatan populasinya tidak terlalu tinggi.

Pada Gambar 7, untuk fenomena di Kalimantan Timur, populasi sapi bali suspect

pada data sekunder mengalami penurunan drastis pada tahun kedua, kemudian naik terus menerus pada dua tahun berikutnya. Berdasarkan data komputasi, populasi sapi bali sehat juga mengalami penurunan pada tahun kedua dan pada dua tahun berikutnya mengalami peningkatan populasi.

Dari Gambar 6 maupun Gambar 7, menunjukkan bahwa data hasil pemodelan dapat memberikan gambaran terhadap keadaan sebenarnya. Dengan demikian model epidemiologi penyakit jembrana pada sapi bali yang dibuat ini dapat menggambarkan fenomena yang ada.

Prediksi Model Epidemiologi

Model epidemiologi yang dibuat ternyata telah sesuai untuk menggambarkan fenomena kasus jembrana pada sapi bali di Lampung tahun 2002-2004 dan di Kalimantan Timur tahun 2004-2007. Oleh karena itu, model ini mencoba untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang terserang wabah jembrana di Lampung tahun 2002-2006 dan di Kalimantan Timur tahun 2004-2009, dengan data tahun pertama disamakan dengan data sekunder.

Kemudian model ini dirubah sedikit dengan mengasumsikan tidak dilakukan pengobatan terhadap sapi bali yang terinfeksi jembrana, digunakan untuk memprediksi jumlah populasi sapi bali yang sehat di Lampung dan Kalimantan Timur selama 5 tahun tersebut. Model yang telah dirubah sedikit tersebut kemudian dijalankan programnya. Keluaran program yang telah sedikit dirubah tersebut dibandingkan dengan model sebelumnya.

Keluaran program untuk prediksi populasi sapi bali sehat yang terserang wabah jembrana kemudian diobati adalah sebagai berikut :

PREDIKSI PO PULASI SAPI BALI DI LAMPUNG

1.400 1.500 1.600 1.700

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

tahun p o p u la si s a p i b a li

Gambar 8. Prediksi populasi sapi bali

suspect di Lampung tahun 2002 – 2006

PREDIKSI PO PULASI SAPI BALI DI KALIMANTAN TIMUR

6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 8.500

2002 2004 2006 2008 2010

[image:38.595.319.509.87.235.2]

tahun p o p u la si s a p i b a li

Gambar 9. Prediksi populasi sapi bali

suspect di Kalimantan Timur tahun 2004 –

2009

Populasi sapi bali suspect di Lampung yang terserang wabah jembrana pada tahun 2002, setelah dilakukan pengobatan secara rutin, populasi sapi suspect mengalami penurunan pada tahun 2003. Kemudian tahun 2004 mulai naik sedikit, namun pada tahun-tahun berikutnya mengalami peningkatan terus-menerus, hingga pada tahun 2006 populasinya mencapai kurang lebih 1600 ekor sapi bali.

Populasi sapi bali yang terjangkit wabah jembrana di wilayah Kalimantan Timur, populasi sapi suspect mengalami penurunan pada tahun 2005 mencapai angka hampir 6500 ekor. Pada tahun 2006 mulai naik sedikit, kemudian pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2009 populasinya mencapai 8400 ekor.

[image:38.595.321.513.277.430.

Gambar

Gambar 1. Sapi bali...............................................................................................1
Gambar 1. Sapi bali
Gambar 5. Model epidemiologi penyakit
Gambar 6. Perbandingan data di Lampung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan perbandingan penggunaan konsentrasi hormon tumbuh yang sudah sesuai, sehingga perlakuan hormon BAP dan giberelin yang diperlakukan bisa mempengaruhi

Putusan tersebut menyatakan Frasa “pihak ketiga yang berkepentingan“ dalam Pasal 80 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah bertentangan dengan

sector publik, namun juga pada sektor swasta seperti perbankan. Perbuatan secara melawan hukum yang dilakukan oleh pegawai, direksi, komisaris, pemegang saham, dan/atau

Apabila diakumulasikan sanksi pidana dari pasal yang dilanggar, jumlahnya akan melebihi sepuluh (10) tahun, hukuman terberat dari pasal yang dilanggar subyek hukum dalam Mv

Dengan membuat tempat sampah dalam ruangan yang memiliki unsur pemilahan sampah dan sistem pressing yang baru serta menerapkan mobilisasi yang teratur

Biomekanika merupakan ilmu yang memfokuskan pada teknik gerak, sehingga sangat logis bila para guru pendidikan jasmani harus menggunakan prinsip-prinsip biomekanika

Hal ini dilakukan karena apabila EMD dilakukan pada level yang lebih tinggi maka sinyal EKG yang dihasilkan menjadi datar, sehingga tidak terlihat perbedaan

Di balik gedung-gedung megah Jakarta tak jauh dari bisingnya jalan Iskandar muda (arteri Pondok Indah) Jakarta, kehidupan warga yang masih begitu dekat dengan