• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja DPRD Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja DPRD Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Kinerja DPRD Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014

Disusun Oleh:

AMRIN 070906046

Dosen Pembimbing : Dra. Evi Novida Ginting, M.SP

Dosen Pembaca : Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

AMRIN (070906046)

KINERJA DPRD KABUPATEN GAYO LUES PERIODE 2009-2014

( Rincian isi Skripsi, 100 halaman, 19 tabel, 25 buku, 3 jurnal, 2 koran dan 6 situs

internet serta 6 wawancara. ( Kisaran buku dari tahun 1985-2009)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja DPRK Kabupaten Gayo Lues

periode 2004-2009 dengan indikator akuntabilitas, responsivitas dan efektivitas

melalui Qanun yang dihasilkan lembaga itu serta bagaimana pengelolaan aspirasi

masyarakat. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

lembaga DPRK Gayo Lues. Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka

terhadap Qanun yang dihasilkan DPRK,dokumentasi lainnya yang terkait dan

wawancara mendalam dengan nara sumber yaitu ketua DPRK, ketua praksi dan

masyarakat setempat yang dipilih secara acak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang perwakilan

politik, teori mandat dan teori kinerja ada juga teori lain namun teori kinerja dengan

indikator akuntabilitas, responsifitas, dan efektifitas menjadi panduan penulis dalam

menilai kinerja lembaga DPRK Gayo Lues periode 2004-2009. Kesimpulan

penelitian ini adalah kinerja lembaga DPRK Gayo Lues masih belum begitu

memuaskan, baik itu dari segi akuntabilitas, efektivitas dan responsivitas. Kurangnya

kinerja lembaga DPRK disebabkan oleh 2 faktor. Faktor yang pertama adalah

eksistensi lembaga DPRK yang belum mandiri walaupun sarana dan prasarana

(3)

masyarakatterutama masalah politik, sehingga peran masyarakat

dalammenyampaikan aspirasi masih minim. Rekomendasi yang dapat disampaikan

antara lain: (1) perlu dilakukan pendidikan politik yang mendalam tentang bagaimana

membuat Qanun dan menghimpun aspirasi menjadi Qanun sehingga aspirasi

masyarakat bisa terpenuhi dan lembaga DPRK bisa lebih mandiri. (2) perlunya

pendidikan politik pada masyarakat sehingga peran masyarakat dalam pembuatan

kebijakan bisa lebih banyak dengan begitu aspirasi masyarakat bisa terpenuhi dengan

baik dan kinerja lembaga DPRK bisa lebih baik lagi.

Key Words

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

Amrin (070906046)

Gayo Lues Parliament DISTRICT PERFORMANCE PERIOD 2009-2014

( Details of the contents of thesis , 101 pages , 19 tables , 25 books , 3 journals , 2 and

6 newspaper internet websites as well as 6 interviews . ( Books range from year 1985

to 2009 )

ABSTRACT

This study aims to look at the performance of the DPRK Gayo Lues Regency

period 2004-2009 with indicators of accountability , responsiveness and effectiveness

Qanun generated through the agency and how the management of people's

aspirations. Then analyze the factors that affect the performance of the DPRK Gayo

Lues . The methodology used was the literature of the Qanun generated DPRK , other

related documentation and in-depth interviews with informants is chairman of the

DPRK , chairman prac oners and the local community who were randomly selected .

The theory used in this study is the theory of political representation , the

mandate theory and performance theory there is also another theory , but the theory of

performance withindicators of accountability , responsiveness , and effectiveness to

guide authors in assessing the performance of the DPRK Gayo Lues 2004-2009 . The

conclusion of this study is the performance of the DPRK Gayo Lues still not very

satisfactory , both in terms of accountability , effectiveness and responsiveness .

(5)

existence of institutions that have not been independently despite DPRK

infrastructure available , then external factors is the low level of public education is

mainly a political problem , so the role of the community in delivering the aspirations

still minimal . Recommendations that may be asked include : ( 1 ) needs to be done

in-depth political education on how to make Qanun and raise aspirations into Qanun

so that people's aspirations can be met and institutes DPRK could be more

independent . ( 2 ) the need for political education in the community so that the

community's role in the policy -making could be so much more with the aspirations

of the people can be fulfilled by both the and the performance of institutions can be

better

.

Key Words

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Halaman Persetujuan

Nama : Amrin

Nim : 070906046

Departement : Ilmu Politik

Judul : Kinerja DPRDKabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014

Menyetujui :

Ketua

Departemen Ilmu Politik,

Dra. T. Irmayani,M.Si

NIP. 196806301994032001

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(Dra. Evi Novida Ginting M.S.P) (Husnul Isa Harahap, M.Si,)

NIP. 196611111994032004 NIP. 198212312010121001

Mengetahui :

Dekan FISIP USU

( Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

(7)
(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta nikmat yang banyak sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah banyak memberi masukan dan bantuan, baik berupa bantuan moril dan materil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Ibu Novida Ginting, M.S.P selaku Dosen Pembimbing dan Bang Husnul Isya Harahap M.S,i selaku dosen pembaca yang banyak memberikan kontribusi terhadap skripsi ini.

2. Kepada Ibuk Dra. Irmayani M.S.i, selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik

3. Kepada kedua orang tua saya Armada dan Ani yang saya sayangi, bantuan berupa moril dan materi sungguh luar biasa.

4. kepada Wak Yus terima kasih atas semua kebaikan yang tidak bisa terbayarkan semoga engkau sukses selalu.

5. Kepada kawan-kawan politik stambuk 2007, semoga kalian cepat lulus yang sidang bagi yang belum sidang.

6. Kepada kawan-kawan kost Mandolin no 38, semoga kalian sukses selalu

7. Kepada seseorang yang tidak bisa saya sebutkan namanya, terimakasih banyak atas bantuannya, semoga kamu sukses selalu.

8. Kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun berkontribusi terhadapan skripsi ini.

Saya menyadari dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak yang perlu diperbaiki maka kritik dan saran saya harapkan guna menyempurnakan skripsi ini.

Hormat Saya

Medan, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... iii

Halaman Persetujuan ... v

Lembar Persembahan ...vi

Kata Pengantar ... vii

6.3.1. Akuntabilitas ... 28

6.3.2. Responsivitas ... 28

6.3.3. Efektivitas ... 29

6.3. Parlemen ... 29

6.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja…... 29

6.4.1. Kelembagaan ... 34

6.4.2. Sumber Daya Manusia ... 35

G. METODOLOGI PENELITIAN 7.1. Jenis Penelitian ... 38

7.2. Lokasi Penelitian ... 38

7.3. Teknik pengambilan sampe... 38

7.4. Sumber Data ... 38

7.5. Teknik Pengumpulan Data ... 39

7.6. Teknik Analisa Data ... 39

7.7 Definisi Konsep ... 40

7.8 Defenisi Operasinal ... 40

H. Sistematika Penulisan ... 42

(10)

B. Diskripsi Kondisi, kependudukan,

dan pendidikan ... 48

C. Diskripsi Kondisi kesehatan,

Ekonomidan Sosbud ... 55

D.Diskripsi DPRK Gayo Lues ... 60

BAB III KINERJA DPRDKABUPATEN GAYO LUES

A. Aspek Akuntabilitas ... 71 B. Aspek Responsivitas ... 77 C. Aspek Efektivitas ... 83 D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Kinerja DPRK Gayo Lues ... 88

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 97

Daftar Pustaka ... 99

Daftar lampiran

Foto kopi surat penelitian Daftar pertanyaan

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues di setiap

Kecamatan ... 49

Tabel 2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gayo Lues ... 50

Tabel 3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Gayo Lues ... 53

Tabel4 Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas,Puskesmas Pembantu danPuskesmas Keliling dirincimenurut Kecamatan dalam Kabupaten Gayo Lues Tahun 2007 ... 55

Tabel 5 Banyaknya Tenaga KesehatanKabupaten Gayo Lues, Tahun 2007 ... 56

Tabel 6 Komposisi DPRK Gayo LuesPeriode 2009-2014 Berdasarkan Partai Politik ... 62

Tabel 7 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2009 ... 72

Tabel8 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2010 ... 73

Tabel 9 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2011 ... 74

Tabel 10 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2012 ... 75

Tabel 11 Jumlah Permasalahan yang disampaikan Delegasi Masyarakat Kepada DPRK Dirinci Menurut Jenis Permasalahan Tahun 2009-2012 ... 78

Tabel 12 Tingkat Pendidikan menurut Kecamatan... 81

Table 13 Rekap Qanun Kabupaten Gayo Lues yang Telah Diperoses Sesuai dengan ketentuan ...83

Tabel 14 Daftar Gaji Anggota Dewan ... 86

Tabel 15 Biaya Perjalanan Dinas Anggota DPRK Dalam Dan Luar Daerah ... 87

Tabel 16 Sarana dan Prasarana Yang Diperuntunkan Bagi Anggota DPR Periode 2004-2009 ... 88

Table 17 Berikut adalah Tabel tingkat pendidikan DPRK Gayo Lues Periode 2009-2014 ... 89

Tabel 18 Persentase Tingkat Pendidikan Dewan ... 91

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

AMRIN (070906046)

KINERJA DPRD KABUPATEN GAYO LUES PERIODE 2009-2014

( Rincian isi Skripsi, 100 halaman, 19 tabel, 25 buku, 3 jurnal, 2 koran dan 6 situs

internet serta 6 wawancara. ( Kisaran buku dari tahun 1985-2009)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja DPRK Kabupaten Gayo Lues

periode 2004-2009 dengan indikator akuntabilitas, responsivitas dan efektivitas

melalui Qanun yang dihasilkan lembaga itu serta bagaimana pengelolaan aspirasi

masyarakat. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

lembaga DPRK Gayo Lues. Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka

terhadap Qanun yang dihasilkan DPRK,dokumentasi lainnya yang terkait dan

wawancara mendalam dengan nara sumber yaitu ketua DPRK, ketua praksi dan

masyarakat setempat yang dipilih secara acak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang perwakilan

politik, teori mandat dan teori kinerja ada juga teori lain namun teori kinerja dengan

indikator akuntabilitas, responsifitas, dan efektifitas menjadi panduan penulis dalam

menilai kinerja lembaga DPRK Gayo Lues periode 2004-2009. Kesimpulan

penelitian ini adalah kinerja lembaga DPRK Gayo Lues masih belum begitu

memuaskan, baik itu dari segi akuntabilitas, efektivitas dan responsivitas. Kurangnya

kinerja lembaga DPRK disebabkan oleh 2 faktor. Faktor yang pertama adalah

eksistensi lembaga DPRK yang belum mandiri walaupun sarana dan prasarana

(13)

masyarakatterutama masalah politik, sehingga peran masyarakat

dalammenyampaikan aspirasi masih minim. Rekomendasi yang dapat disampaikan

antara lain: (1) perlu dilakukan pendidikan politik yang mendalam tentang bagaimana

membuat Qanun dan menghimpun aspirasi menjadi Qanun sehingga aspirasi

masyarakat bisa terpenuhi dan lembaga DPRK bisa lebih mandiri. (2) perlunya

pendidikan politik pada masyarakat sehingga peran masyarakat dalam pembuatan

kebijakan bisa lebih banyak dengan begitu aspirasi masyarakat bisa terpenuhi dengan

baik dan kinerja lembaga DPRK bisa lebih baik lagi.

Key Words

(14)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

Amrin (070906046)

Gayo Lues Parliament DISTRICT PERFORMANCE PERIOD 2009-2014

( Details of the contents of thesis , 101 pages , 19 tables , 25 books , 3 journals , 2 and

6 newspaper internet websites as well as 6 interviews . ( Books range from year 1985

to 2009 )

ABSTRACT

This study aims to look at the performance of the DPRK Gayo Lues Regency

period 2004-2009 with indicators of accountability , responsiveness and effectiveness

Qanun generated through the agency and how the management of people's

aspirations. Then analyze the factors that affect the performance of the DPRK Gayo

Lues . The methodology used was the literature of the Qanun generated DPRK , other

related documentation and in-depth interviews with informants is chairman of the

DPRK , chairman prac oners and the local community who were randomly selected .

The theory used in this study is the theory of political representation , the

mandate theory and performance theory there is also another theory , but the theory of

performance withindicators of accountability , responsiveness , and effectiveness to

guide authors in assessing the performance of the DPRK Gayo Lues 2004-2009 . The

conclusion of this study is the performance of the DPRK Gayo Lues still not very

satisfactory , both in terms of accountability , effectiveness and responsiveness .

(15)

existence of institutions that have not been independently despite DPRK

infrastructure available , then external factors is the low level of public education is

mainly a political problem , so the role of the community in delivering the aspirations

still minimal . Recommendations that may be asked include : ( 1 ) needs to be done

in-depth political education on how to make Qanun and raise aspirations into Qanun

so that people's aspirations can be met and institutes DPRK could be more

independent . ( 2 ) the need for political education in the community so that the

community's role in the policy -making could be so much more with the aspirations

of the people can be fulfilled by both the and the performance of institutions can be

better

.

Key Words

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir semua negara di dunia ini sekarang menganut sistem demokrasi,

demokrasi dianggap sistem yang mewakili kepentingan warga negaranya. Walaupun

hampir disetiap negara menganut sistem demokrasi namun pada pelaksanaannya

terdapat berbagai perbedaan, jadi demokrasi bukan merupakan suatu hal yang baku

ataupun absolut namun lebih mengarah kepada konsep yang dinamis. Pada zaman

Orde Baru demokrasi di Indonesia dinamakan Demokrasi Terpimpin dan sekarang

menjadi Demokrasi Pancasila. Beberapa ahli membagi demokrasi itu kepada

demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung, untuk demokrasi langsung

sekarang ini hampir mustahil dilakukan karena keadaan sosial Indonesia yang begitu

beragam sehingga dilakukanlah demokrasi secara tidak langsung. Demokrasi secara

tidak langsung dilakukan dengan bentuk perwakilan masyarakat di lembaga

perwakilan rakyat yang dikenal dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Secara umum, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai fungsi

perundang-undangan, fungsi keuangan dan pengawasan, semua fungsi tersebut diatur dalam

Undang-Undang No. 32 tahun 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 mengatur

kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsi perundang-undangan. DPRD juga

mempunyai hak dalam anggaran yang tercermin dalam merumuskan kebijakan daerah

dalam menyusun Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Derah (APBD).

Fungsi perwakilan (representasi) pada hakekatnya merupakan hubungan

antara lembaga legislatif, khususnya anggota DPRD dengan anggota masyarakat yang

mereka wakili, baik secara individu, berdasarkan kelompok maupun secara

keseluruhan. Pandangan yang melihat bahwa hubungan tersebut merupakan salah

satu masalah politik di dalam kehidupan sistem politik pada umumnya dan didalam

proses kehidupan badan legislatif pada khususnya, bertolak dari teori demokrasi yang

mengajarkan bahwa anggota masyarakat mengambil bagian atau berpartisipasi di

(17)

pemerintah melakukan kegiatan sesuai dengan kehendak masyarakat.Oleh karena itu

banyaknya rakyat dalam suatu sistem politik, maka demokrasi menentukan bahwa

sebagian dari partisipasi anggota masyarakat dilakukan melalui wakil mereka di

dalam badan legislatif. Dalam konteks ini, para wakil rakyatlah yang bertindak atas

nama pihak yang mewakili dan merumuskan serta memutuskan kebijakan tentang

berbagai aspek kehidupan, sehingga kita mengenal adanya pemilihan umum guna

melembagakan partisipasi masyarakat dalam menentukan anggota badan legislatif.

Oleh karena itu, idealnya anggota DPRD harus bertindak dan berprilaku sebagai

representasi masyarakat untuk tindak tanduk dalam seluruh kegiatannya.

Memuaskan kehendakmasyarakat atau kemauan publik adalah esensi dari

fungsi anggota serta lembaga legislatif itu sendiri sebagai wakil rakyat. Akantetapi

perlu di ingat bahwa badan legislatif merupakan salah satu unit dari sistempolitik, di

samping anggota masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompokkepentingan, oleh

karena itu anggota DPRD perlu mempertimbangkan berbagai kehendak atau opini

yang ada, baik yang datang dari perorangan maupun dari berbagai kesatuan individu

seperti kekuatan sosial, politik,kelompokkepentingan, eksekutif dan sebagainya.

Dengan demikian, para wakil rakyat dituntut untuk menyelaraskan berbagai kehendak

atau opini tersebut dalam proses perumusan dan penetapan kebijakan, dengan

mengutamakan kehendak atau opini publik yang diwakili tanpa mengorbankan sistem

politik secara menyeluruh.Atas dasar pemikiran tersebut, keberhasilan para wakil

rakyat (DPRD)untuk menegakkan keserasian antara kepentingan anggota masyarakat

yangdiwakilinya dengan kepentingan berbagai kelompok dan

lembagaharusmemperhatikan empat faktor, yakni1

1) Integritas dan kemampuan atau keterampilan anggota badan legislatif. :

2) Pola hubungan anggota badan tersebut dengan anggota masyarakat yang

mereka wakili yang tercermin di dalam sistem perwakilan yang berlaku.

3) Struktur organisasi badan legislatif yang merupakan kerangka formal bagi

kegiatan anggota dalam bertindak sebagai wakil rakyat.

1

(18)

4) Hubungan yang tercermin dalam pengaruh timbal balik antara badan legislatif

dengan ekskutif dan lembaga-lembaga lainnya sebagai unit-unit pemerintahan

di tingkat daerah, serta hubungan badan tersebut dengan lembaga-lembaga

yang sama di tingkat yang lebih tinggi hirarkinya.

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat digambarkan kemungkinan orientasi

anggota DPRD dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga legislatif di daerah.

Tipe orientasi anggota DPRD adalah sebagai berikut2

1) Orientasi kepada nilai dan kepentingan anggota itu sendiri (wali/trustee). :

2) Orientasi kepada anggota masyarakat yang diwakilinya (delegasi/utusan)

3) Orientasi gabungan tipe wali dan utusan (politico).

4) Orientasi kepada organisasi politik yang menggerakan dukungan terhadapnya

(partisan).

5) Orientasi kepada pemerintah (eksekutif).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dari sekian banyak serta

tingginya kompleksitas persoalan-persoalan yang dihadapi para wakil rakyat, maka

idealnya fungsi representasi DPRD akan terpenuhi apabila anggota DPRD memenuhi

persyaratan politik, pendidikan, moral, integritas, pengalaman, sehat jasmani dan

rohani serta kemampuan artikulasi yang memadai, sehingga jika tujuan DPRD untuk

kepentingan rakyat maka fungsi-fungsi dan hak DPR akan mengarah kepada rakyat,

karena DPR merupakan wakil rakyat yang ditujukan untuk mendengarkan rakyat,

sehingga dengan mengaktualisasikan kepentingan rakyat maka akan terjadi hubungan

yang baik. Kinerja DPR yang baik tentu akan membuat persepsi masyarakat baik

juga.Namun dalam DPR yang terjadi sekarang ini persepsi masyarakat cenderung

negatif terhadap lembaga DPR, pada (Media Indonesia) survei yang dilakukan oleh

lembaga peneliti Charta politik mengungkapkan persepsi masyarakat terhadap kinerja

anggota DPR 2009-2014 lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Charta politik

melakukan survei melalui telepon kepada 378 responden yang berusia 17 tahun ke

atas dengan metode acak sistematis, sementara itu tingkat kepercayaan 95% dan

kemungkinan kesalahan 5%, ia mengatakan, penilaian buruk masyarakat dipengaruhi

2

(19)

oleh banyaknya pemberitaan yang negatif terhadap lembaga DPRD, Ia juga

mengatakan aktor-aktor di DPR lebih cenderung berperan sebagai dirinya sendiri

dibandingkan pembawa institusi tentu saja ini jauh dari yang diharapkan masyarakat.

Menurut direktur Advokasi Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSNK)

Kompas.com. “Persepsi negatip” masyarakat terhadap kinerja DPR bukan tanpa

alasan, kinerja tiga fungsi yang masih payah, tingkat kedisiplinan yang rendah,

penyalahgunaan kuasa dalam fungsi anggaran adalah sebagai penyebabnya selain itu

jajak pendapat Kompas pada 4-6 Agustus 2010 tentang citra DPR di mata publik

dengan 789 responden, menyatakan bahwa citra DPR 78,2 % menyatakan citra DPR

buruk, 14,6 % mengatakan bahwa citra DPR baik dan selebihnya yakni 7,2 %

menjawab tidak tahu. Dari hasil ini dapat dikatakan masyarakat dominan akan

persepsi negatif terhadap DPR yaitu sebanyak 78,2 %, ini bisa dianalogikan

bahwasanya masyarakat kecewa akan kinerja DPR selama ini.Jajak pendapat Kompas

pada 30 Maret 1 april 2011 dengan 842 responden, tentang kepedulian DPR terhadap

kritik menurut publik 72,3 % menjawab DPR tidak peduli dan 22,9 % peduli dan

selebihnya tidak tahu. Dapat dipahami bahwasanya DPR sebagai wakil rakyat

seharusnya mau mendengarkan kritik dan saran dari masyarakat namun persepsi

masyarakat merasa DPR tidak peduli dengan kritikan.

Daripemaparan data di atas dapat dikatakan bahwa DPR yang seharusnya

berfungsi sebagai wakil rakyat dan bekerja untuk kepentingan-kepentingan rakyat

berubah kepada kepentingan pribadi, sehingga yang terjadi adalah masyarakat kurang

puas terhadap kinerja DPR. Dengan segala hal yang terjadi di DPR masyarakat

memiliki persepsi yang cenderung negatif terhadap kinerja DPR.DPRD yang

merupakan wakil rakyat di daerah mempunyai fungsi yang sama dengan DPR RI

namun cakupannya tergantung dimana letak kedudukan daerah masing-masing. Di

daerah yang luas di Indonesia mempunyai karakteristik adat budaya dan nilai-nilai

yang berbeda di masyarakat. Kompleksitas masyarakat itu sendiri mempunyai

perbedaan kepentingan-kepentingan yang berbeda. Seiring dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Otonomi Daerah sehingga daerah bisa leluasa mengurus daerahnya

(20)

Kabupaten Gayo Lues merupakan kabupatenbaru. Menariknya di sini adalah

komposisi anggota DPRD hampir semua berasal dari suku Gayo dan daerah ini

didominasi oleh masyarakat yang bersuku Gayo walaupun ada beberapa suku kecil

lainnya, misalnya suku padang, batak, jawa, dan lainnya namun tidak begitu banyak

menjadi anggota DPRK.Jika kita lihat lebih dalam lagi rata-rata anggota dewan diisi

oleh orang-orang yang sudah menikah dan berumur di atas 30 tahun,ini diartikan

bahwasanya wakil yang masih muda sangat sedikit hal ini juga diartikan bahwa

masyarakat kurang percaya kepada pemuda sebagai wakil untuk duduk lembaga

DPRK di Kabupaten Gayo Lues. Hal lainnya yang menarik adalah dari 20 anggota

dewan hanya satu perempuan selebihnya adalah laki-laki ini juga diartikan

perempuan kurang berperan dalam sistem perwakilan di Lembaga DPRD Kabupaten

Gayo Lues. Selanjutnya pada periode ini agak sedikit berbeda dari periode

sebelumnya, hadirnya partai lokal Aceh menambah kursi di Dewan yakni sebanyak 2

kursi, ini diartikan bahwa ada harapan dari masyarakat Kabupaten Gayo Lues dalam

memenuhi kepentingan masyarakat melalui partai lokal Aceh. Sehubungan dengan

hal di atas ditambah dengan belum adanya penelitian mengenai kinerja dewan di

Kabupaten Gayo Lues maka dibuatlah penelitian yang berjudul KinerjaDPRD

Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014.

B. Perumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas maka peneliti menghimpun perumusan

masalah yang akan dijawab peneliti dalam penelitian ini, yaituBagaimana kinerja

DPRD Kabupaten Gayo Lues periode 2009-2014 serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam sebuah penelitian diperlukan dengan tujuan

memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian. Selain itu pembatasan

penelitian akan menghasilkan uraian yang sistematis dan hasil penelitian yang tidak

(21)

masalah pada penelitian ini ialah penelitian difokuskan pada ruang lingkupkinerja

DPRD Kabupaten Gayo Lues periode 2009-2014 yang dilihat dari aspek

akuntabilitas, responsibilitas dan efektifitas serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian adalah sarana fundamental untuk memenuhi pemecahan masalah

secara ilmiah, untuk itu penelitian ini mempunyai tujuan Untuk mengetahui

bagaimanakah kinerja DPRD Kabupaten Gayo Lues pada periode 2009-2014.

E. Manfaat Penelitian

Adapaun yang menjadi manfaat penelitian ini ada dua hal yaitu:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi semua kalangan

dalam membuat penelitian mengenai pembangunan khususnya kinerja DPRD

Kabupaten di Kabupaten Gayo Lues.

2. Bagi penulis penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan

kemampuan berpikir dan kemampuan karya ilmiah di bidang Pemerintahan

dan politik lokal.

F. Kerangka Teori 6.1.Demokrasi

Berbicara mengenai demokrasi tidak bisa dilepaskan dari konteks historis,

karena konsep demokrasi sendiri memang berasal dari barat yang kemudian

berkembang menjadi beberapa fase, yaitu:Pertama,Fase Klasik. Pada fase ini ditandai

dengan munculnya pemikiran-pemikiran filosofis dan praksis politik

danketatanegaraan sekitar abad ke-5 SM yang menjadi kebutuhan dari negara -negara

kota (city states) di Yunani, khususnya Athena. Munculnya pemikiran yang

mengedepankan demokrasi(democratia, dari demos dan kratos) disebabkan gagalnya

sistem politik yang dikusai paraTyrants atau autocrats untuk memberikan jaminan

keberlangsungan terhadap Polis dan perlindungan terhadap warganya. Filsuf-filsuf

(22)

Aristoteles (384-322 SM) merupakan beberapa tokoh terkemukayang mengajukan

pemikiran-pemikiran mengenai bagaimana sebuah Polis seharusnya dikelolasebagai

ganti dari model kekuasaan para autocrats dan tyrants.

Dari buah pikiran merekalah prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi, yaitu

persamaan (egalitarianism) dan kebebasan (liberty) individu diperkenalkan dan

dianggap sebagai dasar sistem politik yang lebih baik ketimbangyang sudah ada

waktu itu.Tentu saja para filsuf Yunani tersebut memiliki pandangan berbedaterhadap

kekuatan dan kelemahan sistem demokrasi itu sendiri.Plato misalnya, dapat dikatakan

sebagai pengkritik sistem demokrasi yang paling keras karena dianggap dapat

mendegenerasi dan mendegradasi kualitas sebuah Polis dan warganya. Kendati Plato

mendukung gagasan kebebasan individu tetapi ia lebih mendukung sebuah sistem

politik dimana kekuasaan mengaturPolisdiserahkan kepada kelompok elite yang

memiliki kualitas moral, pengetahuan, dan kekuatanfisik yang terbaik atau yang

dikenal dengan nama “the philosopher Kings”. Sebaliknya, Aristoteles memandang

justru sistem demokrasi yang akan memberikan kemungkinan Polis berkembang dan

bertahan karena para warganya yang bebas dan egaliter dapat terlibat langsung dalam

pembuatan keputusan publik, dan secara bergiliran mereka memegang kekuasaan

yang harus dipertanggungjawabkan kepada warga.

Demokrasi klasik di Athena, baik dari dimensi pemikiran dan praksis,

jelasbukan sebuah demokrasi yang memenuhi kriteria sebagai demokrasi substantif,

karenapengertian warga (citizens)yang “egaliter” danbebas pada kenyataannya

sangatterbatas. Mereka ini adalah kaum pria yang berusia di atas 20 tahun, bukan

budak, danbukan kaum pendatang (imigran).Demikian pula demokrasi langsung di

Athenadimungkinkan karena wilayah dan penduduk yang kecil (60000-80000 orang).

Warga yang benar-benar memiliki hak dan berpartisipasi dalam Polis kurang dari

sepertiganya dan selebihnya adalah para budak, kaum perempuan dan anak-anak,

serta pendatang atau orang asing.

Kedua, Pada fase Pencerahan (Abad 15 sampai awal 18M).Yang mengemuka

padafase ini adalah gagasan alteratif terhadap sistem Monarki Absolut yang

(23)

antara lain adalah NiccoloMachiavelli(1469-1527),ThomasHobbes (1588-1679),John

Locke(1632-1704), danMontesquieu(1689-1755). Era ini ditandai dengan munculnya

pemikiran Republikanisme(Machiavelli) dan liberalisme awal (Locke) serta konsep

negara yang berdaulat dan terpisahdari kekuasan eklesiastikal (Hobbes). Lebih jauh,

gagasan awal tentang sistem pemisahankekuasaan Montesquieu) diperkenan sebagai

alternatife dari model absoluitas.

Pemikiran awal dalam sistem demokrasi modern ini merupakan buah dari

Pencerahan dan Revolusi Industri yang mendobrak dominasi Gereja sebagai pemberi

legitimasi sistem Monarki Absolut dan mengantarkanpada dua revolusi besar yang

membuka jalan bagi terbentuknya sistem demokrasi modern, yaitu Revolusi Amerika

(1776) dan Revolusi Perancis (1789). Revolusi Amerika melahirkan sebuah sistem

demokrasi liberal dan federalisme (James Madison) sebagai bentuk negara,

sedangkan Revolusi Perancis mengakhiri Monarki Absolut dan meletakkan dasar

bagi perlindungan terhadap hak-hak asasi secara universal.

Ketiga, Fase Modern (awal abad 18-akhir abad 20). Pada fase modern ini

dapat disaksikandengan bermunculannya berbagai pemikiran tentang demokrasi

berkaitandengan teori-teori tentang negara, masalah kelas, konflik kelas,

nasionalisme,ideologi, hubungan antara negara dan masyarakat dan sebagainya.

Disamping itu, terjadi perkembangan dalam sistem politik dan bermunculannya

negara-negara baru sebagai akibat Perang Dunia I dan II serta pertikaianideologi

khusunya antara kapitalisme dan komunisme.

Pemikir-pemikir demokrasi modern yang paling berpengaruh termasuk JJ

Rousseau (1712-1778), John S Mill (1806-1873), Alexis de Tocqueville

(1805-1859),Karl Marx (1818-1883), Friedrich Engels (1820-1895), Max Weber

(1864-1920), dan J.Schumpeter (1883-1946). Rousseau membuat konsepsi tentang kontrak

sosial antararakyat dan penguasa dengan mana legitimasi pihakyang kedua akan

diberikan, dan dapat dicabut sewaktu-waktu apabila ia dianggap melakukan

penyelewengan. Gagasan dan praktik pembangkangan sipil(civildisobedience)sebagai

suatu perlawanan yang sah kepada penguasa sangat dipengaruhi oleh pemikiran

(24)

landasan utama demokrasi liberal dan sistem demokrasi perwakilan modern

(Parliamentarysystem)di mana Millmenekankan pentingnya menjaga hak-hak

individu dariintervensinegara/pemerintah.Gagasan pemerintahan yang kecil dan

terbatasmerupakan inti pemikiran Mill yang kemudian berkembang di Amerika dan

Eropa Barat.De Toqcueville juga memberikan kritik terhadap kecenderungan negara

untuk intervensi dalam kehidupan sosial dan individu sehingga diperlukan kekuatan

kontra yaitumasyarakat sipil yang mandiri.

Marx dan Engels merupakan pelopor pemikir radikal dan gerakan

sosialis-komunis yang menghendaki hilangnya negara dan munculnyademokrasi

langsung.Negara dianggap sebagaipanitia eksekutif kaum burjuis dan alat yang dibuat

untuk melakukan kontrol terhadap kaum proletar. Sejauh negara masih merupakan

alat kelas burjuis, maka keberadaannya harusdihapuskan(witheringawayofthestate)

dan digantikan dengan suatu model pemerintahan langsung di bawah sebuah diktator

proletariat. Dengan mendasari analisa mereka mengikuti teori perjuangan kelas dan

materialisme dialektis, Marx dan Engels menganggap sistem demokrasi perwakilan

yang diajukan oleh kaum liberal adalah alat mempertahankan kekuasaan kelas burjuis

dan karenanya bukan sebagai wahana politik yang murni (genuine)serta mampu

mengartikulasikan kepentingan kaum proletar.

Max Weber dan Schumpeter adalah dua pemikir yang menolak gagasan

demokrasi langsungdan lebih menonjolkansistem demokrasi perwakilan. Mereka

berdua mengemukakan demokrasi sebagai sebuah sistem kompetisi kelompok elite

dalam masyarakat, sesuai dengan proses perubahan masyarakat modern yang semakin

terpilah-pilah menurut fungsi dan peran. Dengan makin berkembangnya birokrasi,

ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sistem pembagian kerja modern, maka tidak

mungkin lagi membuat suatu sistem pemerintahan yang betul-betul mampu secara

langsung mengakomodasi kepentingan rakyat. Demokrasi yang efektif adalah melalui

perwakilan dan dijalankan oleh mereka yang memiliki kemampuan,oleh karena itu

pada hakekatnya demokrasi modern adalah kompetisi kaum elit.

Perkembangan pemikiran demokrasi dan prakteknya pada era kontemporer

(25)

dan pertarungan ideologis yang melahirkan Blok Barat dan Blok Timur, kapitalisme

dan sosialisme/komunisme. Demokrasi menjadi jargon bagi kedua belah pihak dan

hampir semua negara dan masyarakat pada abad ke-20, kendatipun variannya sangat

besar dan bahkan bertentangan satu dengan yang lain.

Demokrasi kemudian menjadi alat legitimasi para penguasa, baik totaliter

maupun otoriter di seluruh dunia.Di negara-negara Barat seperti Amerika dan Eropa,

pemahaman demokrasi semakin mengarah kepada aspek prosedural, khususnya tata

kelola pemerintahan (governance). Pemikir seperti Robert Dahl umpamanya

menyebutkan bahwa teori demokrasi bertujuan memahami bagaimana warganegara

melakukan kontrol terhadap para pemimpinnya. Dengan demikian fokus pemikiran

dan teori demokrasi semakin tertuju pada masalah proses-proses pemilihan umum

atau kompetisi partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan pribadi-pribadi

tertentu yang memiliki pengaruh kekuasaan.

Dengan hancurnya Blok Timur (komunis/sosialis) pada penghujung abad

ke-20, demokrasi seolah-olah tidak lagi memiliki pesaing dan diterima secara

global.Fukuyama bahkan menyebut era paska perang dingin sebagai Ujung Sejarah

(The End ofHistory) di mana demokrasi (liberal), menurutnya, menjadi pemenang

terakhir. Pada kenyataannya, sistem demokrasi di dunia masih mengalami persoalan

yang cukup pelik karena komponen-komponen substantif dan prosedural terus

mengalami penyesuaian dan tantangan.Kendati ideologi besar seperti sosialisme telah

pudar, namun munculnya ideologi alternatif seperti fundamentalisme agama, etnis,

ras, dsb telah tampil sebagai pemain dan penantang baru terhadap demokrasi,

khususnya demokrasi liberal.

Kondisi saat ini di mana globalisasi telah berlangsung, maka demokrasi pun

mengalami pengembangan baik pada tataran pemikiran maupun prakasis.Munculnya

berbagai pemikiran dan gerakan advokasi juga menjadi tantangan bagi sistem politik

demokrasi liberal, seperti gerakan feminisme, kaum gay, pembela lingkungan, dan

sebagainya.Termasuk juga gerakan anti kapitalisme global yang bukan hanya

berideologi kiri, tetapi juga dari kubu liberal sendiri, semakin menuntut terjadinya

(26)

disini adalah upaya mencari jalan ke tiga (the Third Way)yangmenggabungkan

liberalisme dan sosialisme di Eropa dan Amerika Serikat.

Indonesia sedang dalam proses transformasi dari sistem otoriter menuju

demokrasi sebagaimana dicita-citakan para pendirinya dalam konstitusi. Tidak

terelakkan lagi, diperlukan kemampuan dari para pekerja demokrasi untuk mencari

varian demokrasi yang kompatibel dengan konteks yang dihadapi. Pemahaman

tentang perkembangan pemikiran dan praksis demokrasi dari berbagai era dan

wilayah dunia akan sangat membantu dalam usaha tersebut.

Demokrasi bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Eropa dan

Amerika, mereka sudah lama mengenalnya. Nenek moyang mereka sudah dengan

sadar mengaplikasikan konsep baru dalam pemerintahan.Setidaknya dapat dijumpai

di masyakarat Athena, kota kecil di Yunani.Peristiwa tersebut terjadi di masa

kepemimpinan Pericles. Namun, patut disayangkan kesempatanhanya diberikan

kepada kaum Adam (laki-laki) an sich. Kaum wanita, budak dan orang-orang asing

dikecualikan. Demokrasi yang berjalan di Athena ini berjalan sampai 200 tahun.3

Perkembangan demokrasi sejalan dengan perkembangan umat manusia dan

telah melahirkan berbagai macam tokoh dan pemikir yang handal. Pemikiran dan

aplikasi teoritis dalam kancah pemerintahan sudah lama terbukti dan teruji secara

baik dan mengesankan .

Dari sejarah panjang inilah kemudian demokrasi berkembang dan sekarang menjadi

suatu yang universal dan diadopsi oleh berbagai negara di dunia ini termasuk

Indonesia.

4

3

The World of Encyclopaedia,1983: hal. 106-107. 4

Bahtiar dan Effendi. 1996. Islam dan Demokrasi: Mencari Sebuah Sintesa yangMemungkinkan dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, (Ed),.Agama dan Dialog antar Peradaban.Paramadina. JakartaCet. I. hal.86.

Walaupun demikian, dalam kapasitas tertentu simbol

tersebut perlu dipertanyakan eksistensi dan aplikasinya dalam kehidupan masyarakat

(27)

Pengalaman-pengalaman yang beranekaragam dan tidak berdimensi satu

membuat makna, ciri dan tinjauan-tinjauan yang berhubungan dengan demokrasi

menjadi suatu yang beragam. Kenyataan ini juga didukung oleh fenomena sosial dari

ilmu politik yang memayungi kajian demokrasi dan yang berhubungan dengannya.

Oleh karena itu, setiap negara dan kawasan memilki banyak ragam dalam merespon

demokrasi dalam kancah perpolitikan mereka.Ada Negara yang sudah mampu dan

mapan dalam menerapkannya dan ada juga yang masih belajar dengan tertatih-tatih

tanpa membuahkan hasil yang memadai dan memberikan perubahan yang cukup

berarti.

Pemahaman tentang demokrasi dapat dilakukan secara utuh jika dapat

dilakukan kajian yang mendalam tentang substansi dari demokrasi dan hal-hal lain

yang mendukungnya.Pengalaman dan aplikasi berbagai negara dapat dijadikan

sebagai variant model yang muncul mengiringi paket demokrasi, yang dapat disebut

sebagai upaya kreatif masing-masing negara dalam merespon isu demokrasi.Upaya

kreatif tersebut tidak dianggap sebagai sebuah reduksi dalam memahami dan

mencerna isu penting tersebut. Namun, aplikasi demokrasi akan dapat bermakna bagi

negara-negara lain jika disesuaikan dengan kondisi sosial-politik dan sosial-budaya

masyarakat setempat. Tentu, ada beberapa hal yang sesuai dengan kondisi tertentu

dari negara dan tidak cocok bagi negara lain.

Demokrasi tersusun dari dua kata demos berarti peopledan kratos berarti rule

or authority(bahasa Greek, Yunani);yang berarti pemerintahan oleh rakyat (rule or

authority by the people) di mana kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan dijalankan

secara langsung maupun melalui perwakilan di bawah sistem pemilihan yang bebas.

MenurutAbraham Lincoln demokrasi didefenisikan sebagai goverment of the people,

by the people, for the people atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat.5

Dari pengertian sederhanatersebut jelas bahwa demokrasi menginginkan

pemerintahan diselenggarakan secara terbuka dan rakyat diberi kesempatan dalam

memerintah dan mengambil andil dalam kebijakan publik.Demokrasi dan

5

(28)

kebebasansering digunakan secara timbalbalik namun keduanya tidak sama atau

berbeda.Demokrasi merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan

dan juga seperangkat praktek dan prosedur tertentu melalui sejarah panjangnya yang

berliku-liku.Oleh karena itu, demokrasi sering diartikan sebagai sebuah pelembagaan

kebebasan.

Banyak pemikir yang berusaha memberikan pemaparan mengenai ciri-ciri

dari demokrasi. Sebuah rezim dianggap demokratis jika memilki tiga ciri, (1)

menyelenggarakan pemilihan yang terbuka dan bebas, (2) mengembangkan pola

politik yang kompetitifdan (3) memberi perlindungan kebebasan masyarakat.6

Sedangkan, W. Ross Yates mengungkapkan enam ciri. Ciri demokrasi adalah

toleransi terhadap yang lain, perasaan fairplay, optimis terhadap hakekat manusia,

persamaan kesempatan, orang yang terdidik, jaminan hidup,kebebasan dan milik.7

Berbagai pandangan baru yang bersinggungan dengan teori-teori Marxis yang

berupaya memberikan porsi lebih terhadap kebebasan manusia jugabermunculan. Hal

ini misalnya ditunjukkan oleh new left dan new right. Mereka iniberpandangan bahwa

demokrasi harus memiliki ciri-ciri penciptaan suasana yang terbaik agar setiap orang

dapat berkembang sesuai bakat dan keahliannya masing-masing.Di samping

itu,manusia juga diberi hak-hak perlindungan dan penggunaan sewenang-wenang

otoritas politikdan kekuasaan. Demikian juga, sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai, mereka memberikan catatan tambahan tentang ciri demokrasi yaitu harus

mampu memberikan keterlibatan yangsama di antara warga negara dalam bidang

politik dan ekonomi yang dapat mensejahterakanmereka.8

Berbagai dimensi dan cara pandang terhadap demokrasi di atas juga

berimplikasi terhadap banyak ragamnya demokrasi yang ada. Demokrasi perwakilan

adalah salah satu bentuk demokrasi yang populer dan sering diterapkan demokrasi

negara-negara maju.Walaupun demikian, demokrasi perwakilan bukan satu-satunya

bentuk demokrasi. Dalam istilah demokrasi setidaknya mengenal banyak ragam

6Ibid hal. 89. 7

M. RusliKarim.1988.Peluang dan Hambatan: Demokratisasi dalam Analisis:CSIS. Tahun XXVII, No. 1 Januari-Maret 1988. hal.6.

8

(29)

demokrasi antara lain demokrasi protektif, pembangunan, keseimbangan dan

partisiparis. Demokrasi sisi lain, Sklarmenunjuk lima bentuk demokrasi, yaitu

demokrasi liberal, terpimpin, sosial, partsisipasi, dan consociational.9

Dari uraian demokrasi atas dapat dikatakan bahwa demokrasi dapat berjalan

dengan baik jika prasyarat tertentu dipenuhi. Demokrasi kalangan para pakar telah

terjadi immak bahwa demokrasi hanya kondusif demokrasi negara maju dan

demokrasi lingkungan negara kapitalis saja.10

Sepanjang sejarah yang tercatat, sistem perwakilan rakyat telah dikenal dan

berkembang sejak masa Yunani Sebelum Masehi dan terus berkembang hingga Sedangkan demokrasi negara yang

berkembang atau terbelakang cenderung pelaksanaan demokrasi tidak berjalan baik

dan bahkan tidak berjalan sama sekali. Salah satu faktornya adalah kebutuhan

biologis masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi.Oleh karena itu, mereka tidak

banyak memikirkan hal-hal lain yang mendasar dan luas bagi kelangsungan

kehidupan mereka dalam kancah perpolitikan.

Substansi demokrasi yang berkembang dalam berbagai teori dan telaahan

pemikir dapat disimpulkan dalam tiga agenda dasar yaitu:hak politik yang berkaitan

erat dengan hubungan Negara dengan masyarakat, hak sipil (demokrasi sosial dan

demokrasi ekonomi) yang berhubungan dengan hubungan elit dengan massa, dan hak

aktualisasi diri (demokrasi budaya dan demokrasi agama) yang berhubungan dengan

warga negara dengan negara dan warga negara dengan sesamanya.

Dari uraian tentang demokrasi di atas, jelas bahwa demokrasi memilki

pilar-pilar utama.Di antara pilar-pilar-pilar-pilar demokrasi adalah kedaulatan rakyat, pemilihan yang

bebas dan jujur, kekuasaan mayoritas dan hak-hak minoritas.Oleh karena itu,

demokrasi sering diidentikkan dengan seperangkat prosedur tertentu dalam

menjadikan bentuk pemerintahan yang berada dalam kekuasaan rakyat.

6.2. Sistem Perwakilan

9

Ibid hal. 7. 10

(30)

sekarang ini. Pada masa Yunani, organisasi negara kota Yunani SM pada umumnya

terdiri dari seorang raja atau penguasa sebagai kepala pemerintah, sebuah dewan

penasihat penguasa, dan sebuah permusyawaratan rakyat. Di negara kota Sparta

dewan penasihat itu dinamakan Gerousia dan badan permusyawaratan rakyat/polis

disebut Apella yang di Athena disebut Ekklesia. Secara formal setiap warga negara

kota Athena adalah anggota Ekklesia (artinya mereka yang dipanggil) atau

lengkapnya Ekklesia tou dimou (permusyawaratan polis). Setiap anggota Ekklesia

berhak untuk didengar, serta ikut dalam pemungutan suara. Masalah yang dibicarakan

mancakup semua masalah yang terkait dengan kehidupan rakyat, misalnya

pengalokasian dana untuk bangunan umum, tempat-tempat ibadat,

patung-patung,jalan jalan, kapal-kapal, masalah perang dan damai, perjanjian dengan negara

lain, pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum, dan juga masalah pemilihan para

pejabat, pengawasan dan penghukuman mereka, dan lain-lain.11

Kerajaan Romawi mengambil alih organisasi kenegaraan dari Yunani itu.

Pendiri negara kota Roma, Romulus, memilih seratus orang dari para kepala keluarga

dari pengikutnya yang dinamakan Patres dan keturunannya disebut Patriciers (kaum

ningrat), untuk menjadi dewan penasihat yang dinamakan Senes yang kemudian

dinamakan Senat. Disamping Senes, masih ada dewan penasihat lain yang dinamakan

Comitia, yang terdiri dari tiga jenis yaitu comitia, concilia, dan contiones.Dari ketiga

Jenis Comitia ini Comitia-lah yang terpenting, karena putusan-putusan Comitia juga

mempunyai kekuatan sebagai undang-undang dan dinamakan lex.Comitia dalam

sejarah Romawi kemudian berturut-turut dinamakan Comitia Curiata, Comitia

Centuriata, dan Comitia Tributa.12

Sebelum tahun 500 SM, Senat bersama Comitia Curiata, memilih raja,

mempertimbangkan hal-hal yang akan diajukan kepada raja, serta melakukan

tugas-tugas keagamaan dan yudisial tertentu. Kemudian timbul badan-badan lain yaitu

11

Tambunan. A.S.S.Hukum Tata Negara Perbandingan.Jakarta :Puporis Publishers. 2001. hal.36.

12

(31)

Concilium Plebis (perwakilan golongan rakyat biasa) dan Comitia Centuriata

(perwakilan “komandan satuan-sertaus orang”) yang ikut serta dalam pembentukan

undang-undang.Sampai sebelum tahun 287 SM, semua putusan kedua badan tadi

memerlukan pengesahan Senat, sedangkan setelah itu, semua putusan plebs

sepenuhnya mempunyai kekuatan undang-undang.13

Pada awal kerajaan-kerajaan Anglo Saxon yang paling terkenal adalah Raja

Kent dan Wessex raja hanya mengumumkan undang-undangnya dengan persetujuan

Witans( permusyawaratan orang-orang besar, orang awam, kaum rohaniawan dan

golongan-golongan). Dari lembaga Witans inilah kemudian berkembang

dewan/badan penasihat bagi raja yang dikenal dengan curiae regis, concilia dan

kemudian magna concilia. Para anggota dewan ini dilibatkan dalam masalah-masalah

negara dengan maksud agar mereka terlibat juga dalam pelaksanaan putusan-putusan

raja.14

Di Inggris pada awalnya badan ini dinamai magnum concilum, yang

merupakan lembaga feodal yang terdiri dari kaum ningrat dan rohaniawan, yaitu

suatu lembaga yang memberikan legitimasi bagi raja untuk memungut pajak kalau

kas raja kosong. Karena hal ini terlalu sering dilakukan oleh raja maka pada 15 Juni

1215, para bangsawan dan rohaniawan memaksa raja untuk menandatangani Magna

Charta, yaitu suatu piagam yang mengandung prinsip bahwa Raja terikat kepada

hukum dan rakyat mempunyai hak untuk menciptakan mekanisme agar raja

mematuhinya, kalau perlu melalui pemberontakan.15

13

Ibid hal. 38.

14

Ibid hal. 38.

15

Ibid hal. 38.

Pada tahun 1254, keanggotaan

magnum concilium mulai diperluas dengan ditambah wakil-wakil rakyat biasa (the

commoners) dari distrik-distrik (countes) dan kota-kota. Badan inilah yang kemudian

(32)

tetapi setelah mereka mengeluarkan keluhan dan uneg-unegnya, dan inilah yang

menjadi fungsi pertama dari parlemen.16

Karena terjadi perebutan kekuasaan antara raja dan parlemen yang selalu

muncul selama lebih kurang 4 abad di Inggris hingga terjadi perang saudara selama

1640-1648 menyebabkan dihapuskannya jabatan raja.Tampuk kekuasaan dipegang

oleh parlemen yang kemudian menimbulkan sistem diktator. Walaupun kemudian

tampuk kekuasaan dipegang kembali oleh raja namun parlemen telahberhasil

mengeluarkan beberapa keputusan penting yang membatasi kekuasaanraja antara

lainHabeas Corpus Act (1679) yang mencegahpenangkapan atau penahanan

seseorang secara sewenang-weanng oleh penguasa. Kemudian pada tahun 1689

keluar Bill of Rights yang menutup kemungkinan peniadaan ataupengurangan

kekuasaan parlemen oleh raja.Raja tidak mungkin lagi menarikpajak dari rakyat tanpa

persetujuan parlemen dan raja tidak diperkenankan lagimenerbitkan

peraturan-peraturan kecuali dalam rangka pelaksanaan undang-undang buatan parlemen.Pada

tingkat ini terjadilah perbedaan antara kekuasaan membentuk undang-undang dan

kekuasaan pemerintahan.17

Sejak abad ke-14 para anggota parlemen Inggris secara lambat laun

memisahkan diri ke dalam dua kelompok yaitu kaum rohaniawan dan ningrat (the

lords spiritual an temporal) di satu pihak dan sisanya yaitu para wakil dari kota dan

pedesaan di lain pihak. Mengingat perbedaan sosial antara dua kelompok itu

dianggap alamiah, terbagilah parlemen Inggris dalam dua kamar yaitu kamar pertama

:The House of Lords dan kamar kedua : The House of Commons.Kamar pertama

ditempati oleh para anggota yang diangkat seumur hidup yaitu para kepala gereja dan

kaum ningrat bahkan anggota dari kaum ningrat bisa diwariskan kepada

keturunannya sepanjang masih memiliki keturunan laki-laki, sedangkan kamar yang

kedua diisi oleh para anggota yang memperoleh kedudukannya melalui pemilihan

umum. Pemisahan dua kamar ini pada perkembangan selanjutnya berhubungan erat

16Ibid hal. 38. 17

(33)

dengan tata cara pengambilan putusan. Kamar yang pertama :The House of Lords

menjaga terhadap kecerobohan atau keradikalan kamar yang kedua.18

Konsep perwakilan rakyat ini terus berkembang dan memiliki beberapa corak

yang berbeda sesuai dengan sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara.Pada Perkembangan yang sama juga terjadi di Eropa daratan, walaupun sedikit

berbeda dengan di Inggris karena perkembangan lembaga perwakilan itu sering

terputus oleh perang dan revolusi yang terus menerus. Akan tetapi dalam lembaga

perwakilan itu selalu terwakili kelompok ningrat dan rohaniawan di satu pihak dan

golongan rakyat biasa di pihak lain.

Berbeda dengan di Inggris, di Amerika sebagai negara baru membentuk

sistem pemerintahan khususnya lembaga perwakilan berdasarkan teori-teori yang

berkembang pada saat itu berdasarkan pengalaman negara-negara Eropa dan Inggris

yang cukup lama.Parlemen di Amerika Serikat terbagi dalam dua kamar yaitu terdiri

dari Senat, kamar pertama, dan House of Representatif (HoR), kamar kedua.Senat

diisi oleh perwakilan negara-negara bagian yang dipilih satu kali dalam 4 tahun,

sedangkan Houseof Representative dipilih setiap 2 tahun sekali yang mewakili

daerah-daerah pemilihan secara proporsional di seluruh negara Amerika Serikat.

Kedua kamar parlemen di Amerika ini sama-sama memiliki hak membahas dan

menyetujui setiap undang-undang, walaupun dalam beberapa hal parlemen memiliki

posisi yang lebih berwibawa daripada HoR antara lain karena memiliki kewenangan

selaku pengadilan dalam hal untuk memberhentikan Predisen atau hakim federal.

Setiap undang-undang diajukan dan di bahas oleh masing-masing kamar dan disetujui

oleh kamar lainnya serta oleh Presiden dan Presiden memiliki hak veto dalam hal ia

tidak setuju atas suatu rancangan undang-undang. Dalam hal yang demikian

rancangan undang-undang itu diputuskan secara final oleh sidang Congress

(gabungan Senat dan HoR), yang apabila disetujui oleh 2/3 anggota Congress

rancangan undang-undang itu menjadi undang-undang dan veto Presiden gugur.

18

(34)

garis besarnya paling tidak ada dua konsep yang menonjol dalam pemikiran Barat

mengenai sistem perwakilan, yaitu: pertama; konsep yang terkait dengan hubungan

antara lembaga perwakilan dengan pemerintah.Sehubungan dengan hal tersebut ada

dua konsep yang berkembang yaitu, pertama; lembaga perwakilan dimaksudkan

untuk mengekang dan mencegah tindakan sewenang-wenang raja terhadap

rakyat.Jadi lembaga perwakilan rakyat sebagai sarana untuk membatasi kekuasaan

raja terhadap rakyat, kedua;lembaga perwakilan rakyat dimasudkan untuk

menggantikan sistem demokrasi langsung, sehingga melalui lembaga perwakilannya

masyarakat dapat berpartisipasi dalam penentuan masalah-masalah

kenegaraan.Konsep kedua;terkait dengan hubungan lembaga perwakilan dengan

rakyatnya, yang dalam hal ini berkembang dua konsep, yaitu pertama; wakil yang

duduk dalam lembaga perwakilan tidak tergantung pada kehendak atau instruksi dari

mereka yang memilihnya artinya para wakil itu bebas untuk bertindak dan mebuat

kebijaksanaan nasional berdasarkan keyakinannya sendiri.Menurut konsep ini, para

wakil terpilih bukanlah untukmembela/mengurus kepentingan para pemilihnya saja

tetapi untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan.Inggris dan Perancis, juga Jerman

menganut konsep ini.Ketiga; didasarkan pada teori kedaulatan rakyat yang

mengajarkan bahwa para wakil dalam lembaga perwakilan hanya merupakan

perantara saja (the people’s agents).Karenya para wakil itu harus mengikuti instruksi

para pemilihnya atau rakyat.Amerika Serikat termasuk penganut konsep yang kedua

ini.19

Duduknya seseorang dibidang lembaga perwakilan baik itu karena

penunjukan maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan timbulnya hubungan

si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori

yaitu: si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat

sehingga disebut mandataris. Teori mandat dibagi kedalam tiga jenis yakni :20

19

Ibid hal 45-46

(35)

1) Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga

perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil

tidak bisa bertindak di luar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang

tidak terdapat dalam instruksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari

yang diwakilinya.

2) Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang

terpercaya dan terpilih serta memilki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya,

sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang mewakilinya atau atas

nama rakyat.

3) Mandat Representatif : si wakil dianggap bergabung dalam suatu lembaga

perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan

pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah yang

bertangungjawab pada rakyat.

Dalam perkembangan modern sekarang ini lembaga perwakilan rakyat telah

berkembang sedemikian rupa, sehingga memiliki fungsi yang cukup luas dan

beragam dan tidak lagi terpaku pada fungsi legislagi seperti konsep Montesqieu.

Menurut Robert A. Packenham, seperti dikutip Tambunan;21

21

Ibid hal 47-48

fungsi-fungsi

lembagaperwakilan rakyat yang ditelitinya di Afrika, Asia dan Amerika Selatan,

adalah :

1. Legitimation,

2. Safety valve

3. Recruitment, socialization, training

4.Law making

5. Interest articulation

(36)

7. Administrative oversight & patronage

8. Arrange-running function

9. Dacision making

10. Mobilization

11. Promote national integration and development of a national identity

12. Representation& consensus building

13. Election

14. Channeling inter-group conflict

15. Teaching

16. Communication function.

Perubahan UUD 1945 membawa perubahan yang cukup mendasar mengenai

sistem perwakilan dalam ketatanegaraan Indonesia.Paling tidak ada tigak aspek

mendasar mengenai lembaga perwakilan rakyat setelah perubahan UUD 1945, yaitu;

mengenai struktur kelembagaan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, fungsi dan

kewenangannya serta pengisian anggota lembaga perwakilan.

Ada tiga lembaga perwakilan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yaitu

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan

Daerah. MPR memiliki fungsi yang sama sekali berbeda dengan DPR dan DPD,

sedangkan DPR dan DPD sendiri memiliki fungsi yang hampir sama, hanya saja

DPD memiliki fungsi dan peran yang sangat terbatas. Jika dilihat dari jumlah

lembaga perwakilan rakyat maka sistem perwakilan yang dianut bukanlah sistem

bikameral karena ada tiga lembaga perwakilan rakyat. Sedangkan jika melihat hanya

DPR dan DPD maka kedua lembaga perwakilan ini merupakan bentuk sistem

bikameral akan tetapi bukan sistem bikameral yang murni (strong bicameral).

Keanggotaan DPR adalah representasi rakyat di seluruh Indonesia secara

(37)

representasi dari daerah (daerah provinsi) dari seluruh Indonesia (regional

representation) memiliki posisi yang sama sebagaimana tercermin dalam jumlah

anggota DPD yang sama banyaknya dari setiap provinsi.

Memperhatikan tugas dan kewenangan MPR dalam UUD 1945, sebagai

lembaga perwakilan, MPR hanya memiliki tiga fungsi yang pokok yaitu; fungsi

legislasi yaitu melakukan perubahan dan atau menetapkan undang-undang dasar,

fungsi administratif, yaitu melantik Presiden dan Wakil Presiden

sertamemilih/mengangkat Presiden atau Wakil Presiden dalam hal-hal tertentu, serta

fungsi judikatif yaitu memutuskan untuk memberhentikan atau tidak memberhentikan

presiden atau wakil Presiden dalam masa jabatannya yang diusulkan oleh DPR.

Dengan demikian dibanding dengan sebelum perubahan UUD 1945, kewenangan dari

MPR menjadi sangat terbatas dan limitatif. Walaupun demikian kewenangan MPR

merubah dan menetapkan undang-undang dasar serta memberhentikan serta

mengangkat dan memilih presiden atau wakil presiden dalam hal-hal tertentu

menunjukkan adanya kewenangan besar yang dimiliki MPR.Hal ini adalah wajar

karena MPR adalah gabungan dari seluruh anggota DPR dan DPD.

Sebagaimana diatur dalam pasal 20 ayat (1) UUD 1945 DPR memiliki

kekuasaan membentuk undang-undang menunjukkan adanya semangat untuk

memperkuat posisi DPR sebagai lembaga legislatif. Namun dalam kenyataannya

kewenangan DPR dalam pembentukan undang-undang sama kuatnya dengan

kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah (Presiden) yaitu masing-masing memiliki

lima puluh persen hak suara, karena setiap undang-undang harus memperoleh

persetujuan bersama antara pemerintah dan DPR.

Disamping itu DPR memiliki fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.Fungsi

anggaran terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh DPR untuk menyetujui atau

tidak menyetujui anggaran yang diajukan oleh pemerintah.Disinilah keterlibatan DPR

dalam administrasi pemerintahan, yaitu mengontrol agenda kerja dan program

(38)

negara.Dalam melakukan fungsi pengawasan DPR diberikan hak interpelasi, hak

angket dan hak menyatakan pendapat, serta hak yang dimiliki oleh setiap anggota

DPR secara perorangan yaitu hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan

perndapat serta hak imunitas.

Dewan Perwakilan Rakyat juga memiliki fungsi-funsi lainnya yang tersebar dalam UUD 1945 yaitu :

- Mengusulkan pemberhentian Presiden sebagai tindak lanjut hasil pengawasan;

(pasal 7A)

- Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden dalam hal MPR tidak dapat

melaksanakan sidang untuk itu; (pasal 9)

- Memberikan pertimbangan atas pengengkatan duta dan dalam hal menerima duta

negara lain (pasal 13)

- Memberikan pertimbangan kepada Presiden atas pemberian Amnesti dan Abolisi;

(Pasala 14 ayat 2)

- Memberikan persetujuan atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan

perjanjian dengan negara lain; (pasal 11)

- Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan; Pasal 23F)

- Memberikan persetujuan atas pengangkatan anggota Komisi Yudisial; (pasal 24B

ayat 3).

- Memberikan persetujuan atas pengangkatan Hakim Agung (Pasal 24A ayat 3);

(39)

Dari berbagai fungsi DPR tersebut di atas tercermin adanya

fungsi-administratif dari DPR sebagai lembaga perwakilan disamping fungsi

legislasi.Mekanisme pengisian anggota DPR dipilih seluruhnya melalui pemilihan

umum melalui partai politik yaitu berdasarkan sistem perwakilan perorangan (peple

representative).Karena itu jumlah anggota DPR adalah proporsional sesuai dengan

jumlah penduduknya, kecuali dalam hal-hal tertentu karena kondisi daerah yang

sangat jarang penduduknya.Secara konseptual keterwakilan anggota DPR dalam

lembaga menitikberatkan untuk menyuarakan kepentingan nasional dengan tidak

mengabaikan daerah yang diwakilinya (konstituen).

Disamping DPR terdapat DPD sebagai lembaga perwakilan yang

dimaksudkan untuk memberikan tempat bagi daerah-daerah menempatkan wakilnya

dalam lembaga perwakilan tingkat nasional untuk mengakomodir dan

memperjuangkan kepentingan-kepentingan daerahnya sehingga memperkuat kesatuan

nasional (national integration dan national identity).Dengan demikian sistem

perwakilan DPD adalah bersifat regional representative.DPD memiliki kewenangan

terbatas dibanding dengan DPR.Keterwakilan anggota DPD, adalah berasal dari

calon-calon perorangan dari setiap daerah provinsi yang dipilih secara langsung oleh

rakyat di daerah tersebut.Hal ini dimaksudkan agar para anggota DPD fokus untuk

menyuarakan kepentingan-kepentingan daerahnya, yaitu seluruh aspek yang terkait

dengan daerah yang diwakilinya.Secara konseptual keterwakilan dari anggota DPD

adalah merupakan agen dan penyambung lidah konstituennsya yang ada di daerah

dalam tingkat nasional.

UUD 1945, memberikan kewenangan yang terbatas kepada DPD dalam

bidang legislasi, anggaran serta pengawasan. Dalam bidang legislasi DPD hanya

berwenang untuk mengajukan dan ikut membahas Rancangan Undang-undang

(RUU) yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya

alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan

(40)

limitatif kewenangan DPD untuk mengajukan dan membahas RUU-RUU tersebut,

namun kewenangan itu tidak terbatas pada lima macam RUU itu saja, tetapi lebih

luas dari itu yaitu segala RUU yang ada kaitannya dengan kelima jenis substansi

RUU yang telah disebutkan itu. Disamping itu, DPD juga berwenang memberikan

pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak,

pendidikan dan agama (pasal 22D ayat 2).Keterlibatan DPD untuk memberikan

pertimbangan dalam pembahasan RUU tersebut dimaksudkan untuk memberikan

kesempatan kepada DPD memberikan pandangan-pandangan dan pendapatnya atas

RUU-RUU tersebut karena pasti berkaitan dengan kepentingan

daerah-daerah.Kewenangan bidang pengawasan yang diberikan kepada DPD hanya terbatas

pada pengawasan atas undang-undang yang terkait dengan jenis undang-undang yang

ikut dibahas dan atau diberikan pertimbangan oleh DPD dalam pembahasannya.Hal

ini dimaksudkan sebagai kesinamabungan kewenangan DPD untuk mengawasi

pelaksanaan berbagai RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah.Selain itu

DPD juga diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan atas pengangkatan

anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Latar belakang pemberian kewenangan

ini disebabkan karena BPK itu mengawasi penggunaan uang dari UU APBN yang

ikut diberikan pertimbangan oleh DPD dalam pembahasannya.

Dengan pertimbangan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan

dimana para anggota DPD tidak seperti senator yang mewakili negara bagian dalam

sistem negara federal akan tetapi mewakili bagian-bagian daerah Indonesia maka

adalah tidak tepat menempatkan DPD dalam posisi yang sangat kuat seperti itu, toh

DPR juga mewakili daerah-daerah pemilihan dari seluruh Indonesia. Pada sisi lain

dari kajian studi banding sistem perwakilan di berbagai negara ternyata bahwa sistem

perwakilan seperti ini adalah lazim dipergunakan bahkan sebagian besar sistem

perwakilan itu menggunakan sistem dua kamar yang memiliki kewenangan yang

tidak sama. Menempatkan wakil-wakil daerah dalam suatu lembaga perwakilan yang

(41)

pada tingkat nasional dianggap cukup untuk kepentingan daerah dan kepentingan

merperkuat kesatuan nasional kita (national integrity).

Dari uraian di atas nampak jelas bahwa sistem perawikan yang kita anut

bukanlah sistem bikameral akan tetapi masih sitem unikameral karena terdiri dari tiga

kamar yaitu, DPR, DPD dan MPR, dimana anggota MPR adalah terdiri dari dari

anggota DPR dan anggota DPD. Sedangkan dari sisi legislasi lebih tepat sistem

perwakilan kita adalah sistembikameral.

Memperhatikan sistem perwakilan rakyat yang dianut setelah perubahan UUD

1945, telah mengandung semangat demokrasi yang cukup kuat.Hal ini terbukti

dengan adanya penegasan mekanisme rekrutmen anggota lembaga perwakilan yang

seluruhnya dipilih melalui mekanisme yang sangat demokratis yaitu seluruhnya

dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum.Demikian juga tercermin dalam upaya

memperkuat posisi lembaga perwakilan (DPR dan DPD) dengan menegaskan

fungsi-fungsi lembaga perwakilan dalam bidang legislasi dan anggaran yang lebih tegas.

Disampiung itu pemberian hak-hak DPR dan DPD yang dijamin UUD untuk

mengawasi Presiden/pemerintah serta keterlibatan lembaga perwakilan dalam

penentuan kejabakan administrasi pemerintahan tertentu, menunjukkan bahwa fungsi

lembaga perwakilan telah menembus masalah-masalah administratif bahkan pada

beberapa fungsi yudikatif yaitu menuntut pemberhentian Presiden setelah melalui penyeldikan oleh DPR serta penentuan hakim agung dan hakim konstitusi. Tetapi

pada sisi lain, kewenangan MPR sebagai lembaga perwakilan rakyat dikurangi yaitu

hanya pada fungsi legislasi pada tataran perubahan dan penetapan undang-undang

dasar dan fungsi administratif dalam pelantikan Presiden serta pemilihan Presiden

atau wakil presiden dalam hal-hal tertentu.

Pada sisi lain dengan jaminan hak-hak asasi manusia yang diatur dalam

undang-undang dasar memberikan hak-hak politik yang lebih nyata dan transparan

kepada rakyat dalam melakukan akes terhadap pemerintahan baik secara langsung

Gambar

Tabel. 1
Tabel. 2
Tabel. 3
Tabel. 4  Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, terutama saat sore hari, saat demam suhunya 38,8, mual(+),muntah(+),nyeri perut, batuk, lemas, tidak mau makan, hanya

Mengutip intisari dari Erwandi Tarmizi, Harta Haram, 127.. cacat barang, karena pembeli mengira bahwa sesuatu yang didiamkan oleh penjual menunjukan bahwa kondisi barang

fiegitu pula oaya tidak dapat terlepaa dari kowaj ib- an dan peifayaratan yang telah ditentukan dalan kurikulum itu dan untuk itu saya memilihjudul « llASALAH OAITTI RUGI BAGI

Berdasarkan validasi terhadap kesesuaian kompetensi dasar, indikator, kebenaran konsep dan bahasa yang digunakan pada RPP untuk strategi belajar membuat peta konsep

Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini peneliti dapat lebih mengerti/memahami teoritis dari hasil penelitian tentang pengaruh kompensasi, motivasi berprestasi dan

Raskauttavimpina tekoina edellä mainitun tapauksen lisäksi oli Liperin käräjäkunnan kihlakunnanoikeudessa vuonna 1939 käsitelty tapaus, jossa kolme alle 12-vuotiasta

Meskipun secara umum terdapat peningkatan sistem mutu, namun masih ada beberapa hal yang memerlukan peningkatan, misalnya peningkatan ruang lingkup, promosi untuk

Lateks dapat digunakan untuk membuat spesimen sarung tangan dengan menambahkan bahan lain yakni silika ampas tebu dan bahan kimia. Penambahan bahan-bahan ini menggunakan