Kinerja DPRD Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014
Disusun Oleh:
AMRIN 070906046
Dosen Pembimbing : Dra. Evi Novida Ginting, M.SP
Dosen Pembaca : Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
AMRIN (070906046)
KINERJA DPRD KABUPATEN GAYO LUES PERIODE 2009-2014
( Rincian isi Skripsi, 100 halaman, 19 tabel, 25 buku, 3 jurnal, 2 koran dan 6 situs
internet serta 6 wawancara. ( Kisaran buku dari tahun 1985-2009)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja DPRK Kabupaten Gayo Lues
periode 2004-2009 dengan indikator akuntabilitas, responsivitas dan efektivitas
melalui Qanun yang dihasilkan lembaga itu serta bagaimana pengelolaan aspirasi
masyarakat. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
lembaga DPRK Gayo Lues. Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka
terhadap Qanun yang dihasilkan DPRK,dokumentasi lainnya yang terkait dan
wawancara mendalam dengan nara sumber yaitu ketua DPRK, ketua praksi dan
masyarakat setempat yang dipilih secara acak.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang perwakilan
politik, teori mandat dan teori kinerja ada juga teori lain namun teori kinerja dengan
indikator akuntabilitas, responsifitas, dan efektifitas menjadi panduan penulis dalam
menilai kinerja lembaga DPRK Gayo Lues periode 2004-2009. Kesimpulan
penelitian ini adalah kinerja lembaga DPRK Gayo Lues masih belum begitu
memuaskan, baik itu dari segi akuntabilitas, efektivitas dan responsivitas. Kurangnya
kinerja lembaga DPRK disebabkan oleh 2 faktor. Faktor yang pertama adalah
eksistensi lembaga DPRK yang belum mandiri walaupun sarana dan prasarana
masyarakatterutama masalah politik, sehingga peran masyarakat
dalammenyampaikan aspirasi masih minim. Rekomendasi yang dapat disampaikan
antara lain: (1) perlu dilakukan pendidikan politik yang mendalam tentang bagaimana
membuat Qanun dan menghimpun aspirasi menjadi Qanun sehingga aspirasi
masyarakat bisa terpenuhi dan lembaga DPRK bisa lebih mandiri. (2) perlunya
pendidikan politik pada masyarakat sehingga peran masyarakat dalam pembuatan
kebijakan bisa lebih banyak dengan begitu aspirasi masyarakat bisa terpenuhi dengan
baik dan kinerja lembaga DPRK bisa lebih baik lagi.
Key Words
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE
Amrin (070906046)
Gayo Lues Parliament DISTRICT PERFORMANCE PERIOD 2009-2014
( Details of the contents of thesis , 101 pages , 19 tables , 25 books , 3 journals , 2 and
6 newspaper internet websites as well as 6 interviews . ( Books range from year 1985
to 2009 )
ABSTRACT
This study aims to look at the performance of the DPRK Gayo Lues Regency
period 2004-2009 with indicators of accountability , responsiveness and effectiveness
Qanun generated through the agency and how the management of people's
aspirations. Then analyze the factors that affect the performance of the DPRK Gayo
Lues . The methodology used was the literature of the Qanun generated DPRK , other
related documentation and in-depth interviews with informants is chairman of the
DPRK , chairman prac oners and the local community who were randomly selected .
The theory used in this study is the theory of political representation , the
mandate theory and performance theory there is also another theory , but the theory of
performance withindicators of accountability , responsiveness , and effectiveness to
guide authors in assessing the performance of the DPRK Gayo Lues 2004-2009 . The
conclusion of this study is the performance of the DPRK Gayo Lues still not very
satisfactory , both in terms of accountability , effectiveness and responsiveness .
existence of institutions that have not been independently despite DPRK
infrastructure available , then external factors is the low level of public education is
mainly a political problem , so the role of the community in delivering the aspirations
still minimal . Recommendations that may be asked include : ( 1 ) needs to be done
in-depth political education on how to make Qanun and raise aspirations into Qanun
so that people's aspirations can be met and institutes DPRK could be more
independent . ( 2 ) the need for political education in the community so that the
community's role in the policy -making could be so much more with the aspirations
of the people can be fulfilled by both the and the performance of institutions can be
better
.
Key Words
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh
Halaman Persetujuan
Nama : Amrin
Nim : 070906046
Departement : Ilmu Politik
Judul : Kinerja DPRDKabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014
Menyetujui :
Ketua
Departemen Ilmu Politik,
Dra. T. Irmayani,M.Si
NIP. 196806301994032001
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
(Dra. Evi Novida Ginting M.S.P) (Husnul Isa Harahap, M.Si,)
NIP. 196611111994032004 NIP. 198212312010121001
Mengetahui :
Dekan FISIP USU
( Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta nikmat yang banyak sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah banyak memberi masukan dan bantuan, baik berupa bantuan moril dan materil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Ibu Novida Ginting, M.S.P selaku Dosen Pembimbing dan Bang Husnul Isya Harahap M.S,i selaku dosen pembaca yang banyak memberikan kontribusi terhadap skripsi ini.
2. Kepada Ibuk Dra. Irmayani M.S.i, selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik
3. Kepada kedua orang tua saya Armada dan Ani yang saya sayangi, bantuan berupa moril dan materi sungguh luar biasa.
4. kepada Wak Yus terima kasih atas semua kebaikan yang tidak bisa terbayarkan semoga engkau sukses selalu.
5. Kepada kawan-kawan politik stambuk 2007, semoga kalian cepat lulus yang sidang bagi yang belum sidang.
6. Kepada kawan-kawan kost Mandolin no 38, semoga kalian sukses selalu
7. Kepada seseorang yang tidak bisa saya sebutkan namanya, terimakasih banyak atas bantuannya, semoga kamu sukses selalu.
8. Kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun berkontribusi terhadapan skripsi ini.
Saya menyadari dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak yang perlu diperbaiki maka kritik dan saran saya harapkan guna menyempurnakan skripsi ini.
Hormat Saya
Medan, September 2013
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... iii
Halaman Persetujuan ... v
Lembar Persembahan ...vi
Kata Pengantar ... vii
6.3.1. Akuntabilitas ... 28
6.3.2. Responsivitas ... 28
6.3.3. Efektivitas ... 29
6.3. Parlemen ... 29
6.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja…... 29
6.4.1. Kelembagaan ... 34
6.4.2. Sumber Daya Manusia ... 35
G. METODOLOGI PENELITIAN 7.1. Jenis Penelitian ... 38
7.2. Lokasi Penelitian ... 38
7.3. Teknik pengambilan sampe... 38
7.4. Sumber Data ... 38
7.5. Teknik Pengumpulan Data ... 39
7.6. Teknik Analisa Data ... 39
7.7 Definisi Konsep ... 40
7.8 Defenisi Operasinal ... 40
H. Sistematika Penulisan ... 42
B. Diskripsi Kondisi, kependudukan,
dan pendidikan ... 48
C. Diskripsi Kondisi kesehatan,
Ekonomidan Sosbud ... 55
D.Diskripsi DPRK Gayo Lues ... 60
BAB III KINERJA DPRDKABUPATEN GAYO LUES
A. Aspek Akuntabilitas ... 71 B. Aspek Responsivitas ... 77 C. Aspek Efektivitas ... 83 D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja DPRK Gayo Lues ... 88
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 97
Daftar Pustaka ... 99
Daftar lampiran
Foto kopi surat penelitian Daftar pertanyaan
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues di setiap
Kecamatan ... 49
Tabel 2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gayo Lues ... 50
Tabel 3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Gayo Lues ... 53
Tabel4 Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas,Puskesmas Pembantu danPuskesmas Keliling dirincimenurut Kecamatan dalam Kabupaten Gayo Lues Tahun 2007 ... 55
Tabel 5 Banyaknya Tenaga KesehatanKabupaten Gayo Lues, Tahun 2007 ... 56
Tabel 6 Komposisi DPRK Gayo LuesPeriode 2009-2014 Berdasarkan Partai Politik ... 62
Tabel 7 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2009 ... 72
Tabel8 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2010 ... 73
Tabel 9 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2011 ... 74
Tabel 10 Qanun Yang Telah Ditetapkan Tahun 2012 ... 75
Tabel 11 Jumlah Permasalahan yang disampaikan Delegasi Masyarakat Kepada DPRK Dirinci Menurut Jenis Permasalahan Tahun 2009-2012 ... 78
Tabel 12 Tingkat Pendidikan menurut Kecamatan... 81
Table 13 Rekap Qanun Kabupaten Gayo Lues yang Telah Diperoses Sesuai dengan ketentuan ...83
Tabel 14 Daftar Gaji Anggota Dewan ... 86
Tabel 15 Biaya Perjalanan Dinas Anggota DPRK Dalam Dan Luar Daerah ... 87
Tabel 16 Sarana dan Prasarana Yang Diperuntunkan Bagi Anggota DPR Periode 2004-2009 ... 88
Table 17 Berikut adalah Tabel tingkat pendidikan DPRK Gayo Lues Periode 2009-2014 ... 89
Tabel 18 Persentase Tingkat Pendidikan Dewan ... 91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
AMRIN (070906046)
KINERJA DPRD KABUPATEN GAYO LUES PERIODE 2009-2014
( Rincian isi Skripsi, 100 halaman, 19 tabel, 25 buku, 3 jurnal, 2 koran dan 6 situs
internet serta 6 wawancara. ( Kisaran buku dari tahun 1985-2009)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja DPRK Kabupaten Gayo Lues
periode 2004-2009 dengan indikator akuntabilitas, responsivitas dan efektivitas
melalui Qanun yang dihasilkan lembaga itu serta bagaimana pengelolaan aspirasi
masyarakat. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
lembaga DPRK Gayo Lues. Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka
terhadap Qanun yang dihasilkan DPRK,dokumentasi lainnya yang terkait dan
wawancara mendalam dengan nara sumber yaitu ketua DPRK, ketua praksi dan
masyarakat setempat yang dipilih secara acak.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang perwakilan
politik, teori mandat dan teori kinerja ada juga teori lain namun teori kinerja dengan
indikator akuntabilitas, responsifitas, dan efektifitas menjadi panduan penulis dalam
menilai kinerja lembaga DPRK Gayo Lues periode 2004-2009. Kesimpulan
penelitian ini adalah kinerja lembaga DPRK Gayo Lues masih belum begitu
memuaskan, baik itu dari segi akuntabilitas, efektivitas dan responsivitas. Kurangnya
kinerja lembaga DPRK disebabkan oleh 2 faktor. Faktor yang pertama adalah
eksistensi lembaga DPRK yang belum mandiri walaupun sarana dan prasarana
masyarakatterutama masalah politik, sehingga peran masyarakat
dalammenyampaikan aspirasi masih minim. Rekomendasi yang dapat disampaikan
antara lain: (1) perlu dilakukan pendidikan politik yang mendalam tentang bagaimana
membuat Qanun dan menghimpun aspirasi menjadi Qanun sehingga aspirasi
masyarakat bisa terpenuhi dan lembaga DPRK bisa lebih mandiri. (2) perlunya
pendidikan politik pada masyarakat sehingga peran masyarakat dalam pembuatan
kebijakan bisa lebih banyak dengan begitu aspirasi masyarakat bisa terpenuhi dengan
baik dan kinerja lembaga DPRK bisa lebih baik lagi.
Key Words
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE
Amrin (070906046)
Gayo Lues Parliament DISTRICT PERFORMANCE PERIOD 2009-2014
( Details of the contents of thesis , 101 pages , 19 tables , 25 books , 3 journals , 2 and
6 newspaper internet websites as well as 6 interviews . ( Books range from year 1985
to 2009 )
ABSTRACT
This study aims to look at the performance of the DPRK Gayo Lues Regency
period 2004-2009 with indicators of accountability , responsiveness and effectiveness
Qanun generated through the agency and how the management of people's
aspirations. Then analyze the factors that affect the performance of the DPRK Gayo
Lues . The methodology used was the literature of the Qanun generated DPRK , other
related documentation and in-depth interviews with informants is chairman of the
DPRK , chairman prac oners and the local community who were randomly selected .
The theory used in this study is the theory of political representation , the
mandate theory and performance theory there is also another theory , but the theory of
performance withindicators of accountability , responsiveness , and effectiveness to
guide authors in assessing the performance of the DPRK Gayo Lues 2004-2009 . The
conclusion of this study is the performance of the DPRK Gayo Lues still not very
satisfactory , both in terms of accountability , effectiveness and responsiveness .
existence of institutions that have not been independently despite DPRK
infrastructure available , then external factors is the low level of public education is
mainly a political problem , so the role of the community in delivering the aspirations
still minimal . Recommendations that may be asked include : ( 1 ) needs to be done
in-depth political education on how to make Qanun and raise aspirations into Qanun
so that people's aspirations can be met and institutes DPRK could be more
independent . ( 2 ) the need for political education in the community so that the
community's role in the policy -making could be so much more with the aspirations
of the people can be fulfilled by both the and the performance of institutions can be
better
.
Key Words
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua negara di dunia ini sekarang menganut sistem demokrasi,
demokrasi dianggap sistem yang mewakili kepentingan warga negaranya. Walaupun
hampir disetiap negara menganut sistem demokrasi namun pada pelaksanaannya
terdapat berbagai perbedaan, jadi demokrasi bukan merupakan suatu hal yang baku
ataupun absolut namun lebih mengarah kepada konsep yang dinamis. Pada zaman
Orde Baru demokrasi di Indonesia dinamakan Demokrasi Terpimpin dan sekarang
menjadi Demokrasi Pancasila. Beberapa ahli membagi demokrasi itu kepada
demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung, untuk demokrasi langsung
sekarang ini hampir mustahil dilakukan karena keadaan sosial Indonesia yang begitu
beragam sehingga dilakukanlah demokrasi secara tidak langsung. Demokrasi secara
tidak langsung dilakukan dengan bentuk perwakilan masyarakat di lembaga
perwakilan rakyat yang dikenal dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
Secara umum, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai fungsi
perundang-undangan, fungsi keuangan dan pengawasan, semua fungsi tersebut diatur dalam
Undang-Undang No. 32 tahun 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 mengatur
kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsi perundang-undangan. DPRD juga
mempunyai hak dalam anggaran yang tercermin dalam merumuskan kebijakan daerah
dalam menyusun Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Derah (APBD).
Fungsi perwakilan (representasi) pada hakekatnya merupakan hubungan
antara lembaga legislatif, khususnya anggota DPRD dengan anggota masyarakat yang
mereka wakili, baik secara individu, berdasarkan kelompok maupun secara
keseluruhan. Pandangan yang melihat bahwa hubungan tersebut merupakan salah
satu masalah politik di dalam kehidupan sistem politik pada umumnya dan didalam
proses kehidupan badan legislatif pada khususnya, bertolak dari teori demokrasi yang
mengajarkan bahwa anggota masyarakat mengambil bagian atau berpartisipasi di
pemerintah melakukan kegiatan sesuai dengan kehendak masyarakat.Oleh karena itu
banyaknya rakyat dalam suatu sistem politik, maka demokrasi menentukan bahwa
sebagian dari partisipasi anggota masyarakat dilakukan melalui wakil mereka di
dalam badan legislatif. Dalam konteks ini, para wakil rakyatlah yang bertindak atas
nama pihak yang mewakili dan merumuskan serta memutuskan kebijakan tentang
berbagai aspek kehidupan, sehingga kita mengenal adanya pemilihan umum guna
melembagakan partisipasi masyarakat dalam menentukan anggota badan legislatif.
Oleh karena itu, idealnya anggota DPRD harus bertindak dan berprilaku sebagai
representasi masyarakat untuk tindak tanduk dalam seluruh kegiatannya.
Memuaskan kehendakmasyarakat atau kemauan publik adalah esensi dari
fungsi anggota serta lembaga legislatif itu sendiri sebagai wakil rakyat. Akantetapi
perlu di ingat bahwa badan legislatif merupakan salah satu unit dari sistempolitik, di
samping anggota masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompokkepentingan, oleh
karena itu anggota DPRD perlu mempertimbangkan berbagai kehendak atau opini
yang ada, baik yang datang dari perorangan maupun dari berbagai kesatuan individu
seperti kekuatan sosial, politik,kelompokkepentingan, eksekutif dan sebagainya.
Dengan demikian, para wakil rakyat dituntut untuk menyelaraskan berbagai kehendak
atau opini tersebut dalam proses perumusan dan penetapan kebijakan, dengan
mengutamakan kehendak atau opini publik yang diwakili tanpa mengorbankan sistem
politik secara menyeluruh.Atas dasar pemikiran tersebut, keberhasilan para wakil
rakyat (DPRD)untuk menegakkan keserasian antara kepentingan anggota masyarakat
yangdiwakilinya dengan kepentingan berbagai kelompok dan
lembagaharusmemperhatikan empat faktor, yakni1
1) Integritas dan kemampuan atau keterampilan anggota badan legislatif. :
2) Pola hubungan anggota badan tersebut dengan anggota masyarakat yang
mereka wakili yang tercermin di dalam sistem perwakilan yang berlaku.
3) Struktur organisasi badan legislatif yang merupakan kerangka formal bagi
kegiatan anggota dalam bertindak sebagai wakil rakyat.
1
4) Hubungan yang tercermin dalam pengaruh timbal balik antara badan legislatif
dengan ekskutif dan lembaga-lembaga lainnya sebagai unit-unit pemerintahan
di tingkat daerah, serta hubungan badan tersebut dengan lembaga-lembaga
yang sama di tingkat yang lebih tinggi hirarkinya.
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat digambarkan kemungkinan orientasi
anggota DPRD dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga legislatif di daerah.
Tipe orientasi anggota DPRD adalah sebagai berikut2
1) Orientasi kepada nilai dan kepentingan anggota itu sendiri (wali/trustee). :
2) Orientasi kepada anggota masyarakat yang diwakilinya (delegasi/utusan)
3) Orientasi gabungan tipe wali dan utusan (politico).
4) Orientasi kepada organisasi politik yang menggerakan dukungan terhadapnya
(partisan).
5) Orientasi kepada pemerintah (eksekutif).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dari sekian banyak serta
tingginya kompleksitas persoalan-persoalan yang dihadapi para wakil rakyat, maka
idealnya fungsi representasi DPRD akan terpenuhi apabila anggota DPRD memenuhi
persyaratan politik, pendidikan, moral, integritas, pengalaman, sehat jasmani dan
rohani serta kemampuan artikulasi yang memadai, sehingga jika tujuan DPRD untuk
kepentingan rakyat maka fungsi-fungsi dan hak DPR akan mengarah kepada rakyat,
karena DPR merupakan wakil rakyat yang ditujukan untuk mendengarkan rakyat,
sehingga dengan mengaktualisasikan kepentingan rakyat maka akan terjadi hubungan
yang baik. Kinerja DPR yang baik tentu akan membuat persepsi masyarakat baik
juga.Namun dalam DPR yang terjadi sekarang ini persepsi masyarakat cenderung
negatif terhadap lembaga DPR, pada (Media Indonesia) survei yang dilakukan oleh
lembaga peneliti Charta politik mengungkapkan persepsi masyarakat terhadap kinerja
anggota DPR 2009-2014 lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Charta politik
melakukan survei melalui telepon kepada 378 responden yang berusia 17 tahun ke
atas dengan metode acak sistematis, sementara itu tingkat kepercayaan 95% dan
kemungkinan kesalahan 5%, ia mengatakan, penilaian buruk masyarakat dipengaruhi
2
oleh banyaknya pemberitaan yang negatif terhadap lembaga DPRD, Ia juga
mengatakan aktor-aktor di DPR lebih cenderung berperan sebagai dirinya sendiri
dibandingkan pembawa institusi tentu saja ini jauh dari yang diharapkan masyarakat.
Menurut direktur Advokasi Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSNK)
Kompas.com. “Persepsi negatip” masyarakat terhadap kinerja DPR bukan tanpa
alasan, kinerja tiga fungsi yang masih payah, tingkat kedisiplinan yang rendah,
penyalahgunaan kuasa dalam fungsi anggaran adalah sebagai penyebabnya selain itu
jajak pendapat Kompas pada 4-6 Agustus 2010 tentang citra DPR di mata publik
dengan 789 responden, menyatakan bahwa citra DPR 78,2 % menyatakan citra DPR
buruk, 14,6 % mengatakan bahwa citra DPR baik dan selebihnya yakni 7,2 %
menjawab tidak tahu. Dari hasil ini dapat dikatakan masyarakat dominan akan
persepsi negatif terhadap DPR yaitu sebanyak 78,2 %, ini bisa dianalogikan
bahwasanya masyarakat kecewa akan kinerja DPR selama ini.Jajak pendapat Kompas
pada 30 Maret 1 april 2011 dengan 842 responden, tentang kepedulian DPR terhadap
kritik menurut publik 72,3 % menjawab DPR tidak peduli dan 22,9 % peduli dan
selebihnya tidak tahu. Dapat dipahami bahwasanya DPR sebagai wakil rakyat
seharusnya mau mendengarkan kritik dan saran dari masyarakat namun persepsi
masyarakat merasa DPR tidak peduli dengan kritikan.
Daripemaparan data di atas dapat dikatakan bahwa DPR yang seharusnya
berfungsi sebagai wakil rakyat dan bekerja untuk kepentingan-kepentingan rakyat
berubah kepada kepentingan pribadi, sehingga yang terjadi adalah masyarakat kurang
puas terhadap kinerja DPR. Dengan segala hal yang terjadi di DPR masyarakat
memiliki persepsi yang cenderung negatif terhadap kinerja DPR.DPRD yang
merupakan wakil rakyat di daerah mempunyai fungsi yang sama dengan DPR RI
namun cakupannya tergantung dimana letak kedudukan daerah masing-masing. Di
daerah yang luas di Indonesia mempunyai karakteristik adat budaya dan nilai-nilai
yang berbeda di masyarakat. Kompleksitas masyarakat itu sendiri mempunyai
perbedaan kepentingan-kepentingan yang berbeda. Seiring dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Otonomi Daerah sehingga daerah bisa leluasa mengurus daerahnya
Kabupaten Gayo Lues merupakan kabupatenbaru. Menariknya di sini adalah
komposisi anggota DPRD hampir semua berasal dari suku Gayo dan daerah ini
didominasi oleh masyarakat yang bersuku Gayo walaupun ada beberapa suku kecil
lainnya, misalnya suku padang, batak, jawa, dan lainnya namun tidak begitu banyak
menjadi anggota DPRK.Jika kita lihat lebih dalam lagi rata-rata anggota dewan diisi
oleh orang-orang yang sudah menikah dan berumur di atas 30 tahun,ini diartikan
bahwasanya wakil yang masih muda sangat sedikit hal ini juga diartikan bahwa
masyarakat kurang percaya kepada pemuda sebagai wakil untuk duduk lembaga
DPRK di Kabupaten Gayo Lues. Hal lainnya yang menarik adalah dari 20 anggota
dewan hanya satu perempuan selebihnya adalah laki-laki ini juga diartikan
perempuan kurang berperan dalam sistem perwakilan di Lembaga DPRD Kabupaten
Gayo Lues. Selanjutnya pada periode ini agak sedikit berbeda dari periode
sebelumnya, hadirnya partai lokal Aceh menambah kursi di Dewan yakni sebanyak 2
kursi, ini diartikan bahwa ada harapan dari masyarakat Kabupaten Gayo Lues dalam
memenuhi kepentingan masyarakat melalui partai lokal Aceh. Sehubungan dengan
hal di atas ditambah dengan belum adanya penelitian mengenai kinerja dewan di
Kabupaten Gayo Lues maka dibuatlah penelitian yang berjudul KinerjaDPRD
Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014.
B. Perumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka peneliti menghimpun perumusan
masalah yang akan dijawab peneliti dalam penelitian ini, yaituBagaimana kinerja
DPRD Kabupaten Gayo Lues periode 2009-2014 serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam sebuah penelitian diperlukan dengan tujuan
memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian. Selain itu pembatasan
penelitian akan menghasilkan uraian yang sistematis dan hasil penelitian yang tidak
masalah pada penelitian ini ialah penelitian difokuskan pada ruang lingkupkinerja
DPRD Kabupaten Gayo Lues periode 2009-2014 yang dilihat dari aspek
akuntabilitas, responsibilitas dan efektifitas serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian adalah sarana fundamental untuk memenuhi pemecahan masalah
secara ilmiah, untuk itu penelitian ini mempunyai tujuan Untuk mengetahui
bagaimanakah kinerja DPRD Kabupaten Gayo Lues pada periode 2009-2014.
E. Manfaat Penelitian
Adapaun yang menjadi manfaat penelitian ini ada dua hal yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi semua kalangan
dalam membuat penelitian mengenai pembangunan khususnya kinerja DPRD
Kabupaten di Kabupaten Gayo Lues.
2. Bagi penulis penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan
kemampuan berpikir dan kemampuan karya ilmiah di bidang Pemerintahan
dan politik lokal.
F. Kerangka Teori 6.1.Demokrasi
Berbicara mengenai demokrasi tidak bisa dilepaskan dari konteks historis,
karena konsep demokrasi sendiri memang berasal dari barat yang kemudian
berkembang menjadi beberapa fase, yaitu:Pertama,Fase Klasik. Pada fase ini ditandai
dengan munculnya pemikiran-pemikiran filosofis dan praksis politik
danketatanegaraan sekitar abad ke-5 SM yang menjadi kebutuhan dari negara -negara
kota (city states) di Yunani, khususnya Athena. Munculnya pemikiran yang
mengedepankan demokrasi(democratia, dari demos dan kratos) disebabkan gagalnya
sistem politik yang dikusai paraTyrants atau autocrats untuk memberikan jaminan
keberlangsungan terhadap Polis dan perlindungan terhadap warganya. Filsuf-filsuf
Aristoteles (384-322 SM) merupakan beberapa tokoh terkemukayang mengajukan
pemikiran-pemikiran mengenai bagaimana sebuah Polis seharusnya dikelolasebagai
ganti dari model kekuasaan para autocrats dan tyrants.
Dari buah pikiran merekalah prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi, yaitu
persamaan (egalitarianism) dan kebebasan (liberty) individu diperkenalkan dan
dianggap sebagai dasar sistem politik yang lebih baik ketimbangyang sudah ada
waktu itu.Tentu saja para filsuf Yunani tersebut memiliki pandangan berbedaterhadap
kekuatan dan kelemahan sistem demokrasi itu sendiri.Plato misalnya, dapat dikatakan
sebagai pengkritik sistem demokrasi yang paling keras karena dianggap dapat
mendegenerasi dan mendegradasi kualitas sebuah Polis dan warganya. Kendati Plato
mendukung gagasan kebebasan individu tetapi ia lebih mendukung sebuah sistem
politik dimana kekuasaan mengaturPolisdiserahkan kepada kelompok elite yang
memiliki kualitas moral, pengetahuan, dan kekuatanfisik yang terbaik atau yang
dikenal dengan nama “the philosopher Kings”. Sebaliknya, Aristoteles memandang
justru sistem demokrasi yang akan memberikan kemungkinan Polis berkembang dan
bertahan karena para warganya yang bebas dan egaliter dapat terlibat langsung dalam
pembuatan keputusan publik, dan secara bergiliran mereka memegang kekuasaan
yang harus dipertanggungjawabkan kepada warga.
Demokrasi klasik di Athena, baik dari dimensi pemikiran dan praksis,
jelasbukan sebuah demokrasi yang memenuhi kriteria sebagai demokrasi substantif,
karenapengertian warga (citizens)yang “egaliter” danbebas pada kenyataannya
sangatterbatas. Mereka ini adalah kaum pria yang berusia di atas 20 tahun, bukan
budak, danbukan kaum pendatang (imigran).Demikian pula demokrasi langsung di
Athenadimungkinkan karena wilayah dan penduduk yang kecil (60000-80000 orang).
Warga yang benar-benar memiliki hak dan berpartisipasi dalam Polis kurang dari
sepertiganya dan selebihnya adalah para budak, kaum perempuan dan anak-anak,
serta pendatang atau orang asing.
Kedua, Pada fase Pencerahan (Abad 15 sampai awal 18M).Yang mengemuka
padafase ini adalah gagasan alteratif terhadap sistem Monarki Absolut yang
antara lain adalah NiccoloMachiavelli(1469-1527),ThomasHobbes (1588-1679),John
Locke(1632-1704), danMontesquieu(1689-1755). Era ini ditandai dengan munculnya
pemikiran Republikanisme(Machiavelli) dan liberalisme awal (Locke) serta konsep
negara yang berdaulat dan terpisahdari kekuasan eklesiastikal (Hobbes). Lebih jauh,
gagasan awal tentang sistem pemisahankekuasaan Montesquieu) diperkenan sebagai
alternatife dari model absoluitas.
Pemikiran awal dalam sistem demokrasi modern ini merupakan buah dari
Pencerahan dan Revolusi Industri yang mendobrak dominasi Gereja sebagai pemberi
legitimasi sistem Monarki Absolut dan mengantarkanpada dua revolusi besar yang
membuka jalan bagi terbentuknya sistem demokrasi modern, yaitu Revolusi Amerika
(1776) dan Revolusi Perancis (1789). Revolusi Amerika melahirkan sebuah sistem
demokrasi liberal dan federalisme (James Madison) sebagai bentuk negara,
sedangkan Revolusi Perancis mengakhiri Monarki Absolut dan meletakkan dasar
bagi perlindungan terhadap hak-hak asasi secara universal.
Ketiga, Fase Modern (awal abad 18-akhir abad 20). Pada fase modern ini
dapat disaksikandengan bermunculannya berbagai pemikiran tentang demokrasi
berkaitandengan teori-teori tentang negara, masalah kelas, konflik kelas,
nasionalisme,ideologi, hubungan antara negara dan masyarakat dan sebagainya.
Disamping itu, terjadi perkembangan dalam sistem politik dan bermunculannya
negara-negara baru sebagai akibat Perang Dunia I dan II serta pertikaianideologi
khusunya antara kapitalisme dan komunisme.
Pemikir-pemikir demokrasi modern yang paling berpengaruh termasuk JJ
Rousseau (1712-1778), John S Mill (1806-1873), Alexis de Tocqueville
(1805-1859),Karl Marx (1818-1883), Friedrich Engels (1820-1895), Max Weber
(1864-1920), dan J.Schumpeter (1883-1946). Rousseau membuat konsepsi tentang kontrak
sosial antararakyat dan penguasa dengan mana legitimasi pihakyang kedua akan
diberikan, dan dapat dicabut sewaktu-waktu apabila ia dianggap melakukan
penyelewengan. Gagasan dan praktik pembangkangan sipil(civildisobedience)sebagai
suatu perlawanan yang sah kepada penguasa sangat dipengaruhi oleh pemikiran
landasan utama demokrasi liberal dan sistem demokrasi perwakilan modern
(Parliamentarysystem)di mana Millmenekankan pentingnya menjaga hak-hak
individu dariintervensinegara/pemerintah.Gagasan pemerintahan yang kecil dan
terbatasmerupakan inti pemikiran Mill yang kemudian berkembang di Amerika dan
Eropa Barat.De Toqcueville juga memberikan kritik terhadap kecenderungan negara
untuk intervensi dalam kehidupan sosial dan individu sehingga diperlukan kekuatan
kontra yaitumasyarakat sipil yang mandiri.
Marx dan Engels merupakan pelopor pemikir radikal dan gerakan
sosialis-komunis yang menghendaki hilangnya negara dan munculnyademokrasi
langsung.Negara dianggap sebagaipanitia eksekutif kaum burjuis dan alat yang dibuat
untuk melakukan kontrol terhadap kaum proletar. Sejauh negara masih merupakan
alat kelas burjuis, maka keberadaannya harusdihapuskan(witheringawayofthestate)
dan digantikan dengan suatu model pemerintahan langsung di bawah sebuah diktator
proletariat. Dengan mendasari analisa mereka mengikuti teori perjuangan kelas dan
materialisme dialektis, Marx dan Engels menganggap sistem demokrasi perwakilan
yang diajukan oleh kaum liberal adalah alat mempertahankan kekuasaan kelas burjuis
dan karenanya bukan sebagai wahana politik yang murni (genuine)serta mampu
mengartikulasikan kepentingan kaum proletar.
Max Weber dan Schumpeter adalah dua pemikir yang menolak gagasan
demokrasi langsungdan lebih menonjolkansistem demokrasi perwakilan. Mereka
berdua mengemukakan demokrasi sebagai sebuah sistem kompetisi kelompok elite
dalam masyarakat, sesuai dengan proses perubahan masyarakat modern yang semakin
terpilah-pilah menurut fungsi dan peran. Dengan makin berkembangnya birokrasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sistem pembagian kerja modern, maka tidak
mungkin lagi membuat suatu sistem pemerintahan yang betul-betul mampu secara
langsung mengakomodasi kepentingan rakyat. Demokrasi yang efektif adalah melalui
perwakilan dan dijalankan oleh mereka yang memiliki kemampuan,oleh karena itu
pada hakekatnya demokrasi modern adalah kompetisi kaum elit.
Perkembangan pemikiran demokrasi dan prakteknya pada era kontemporer
dan pertarungan ideologis yang melahirkan Blok Barat dan Blok Timur, kapitalisme
dan sosialisme/komunisme. Demokrasi menjadi jargon bagi kedua belah pihak dan
hampir semua negara dan masyarakat pada abad ke-20, kendatipun variannya sangat
besar dan bahkan bertentangan satu dengan yang lain.
Demokrasi kemudian menjadi alat legitimasi para penguasa, baik totaliter
maupun otoriter di seluruh dunia.Di negara-negara Barat seperti Amerika dan Eropa,
pemahaman demokrasi semakin mengarah kepada aspek prosedural, khususnya tata
kelola pemerintahan (governance). Pemikir seperti Robert Dahl umpamanya
menyebutkan bahwa teori demokrasi bertujuan memahami bagaimana warganegara
melakukan kontrol terhadap para pemimpinnya. Dengan demikian fokus pemikiran
dan teori demokrasi semakin tertuju pada masalah proses-proses pemilihan umum
atau kompetisi partai-partai politik, kelompok kepentingan, dan pribadi-pribadi
tertentu yang memiliki pengaruh kekuasaan.
Dengan hancurnya Blok Timur (komunis/sosialis) pada penghujung abad
ke-20, demokrasi seolah-olah tidak lagi memiliki pesaing dan diterima secara
global.Fukuyama bahkan menyebut era paska perang dingin sebagai Ujung Sejarah
(The End ofHistory) di mana demokrasi (liberal), menurutnya, menjadi pemenang
terakhir. Pada kenyataannya, sistem demokrasi di dunia masih mengalami persoalan
yang cukup pelik karena komponen-komponen substantif dan prosedural terus
mengalami penyesuaian dan tantangan.Kendati ideologi besar seperti sosialisme telah
pudar, namun munculnya ideologi alternatif seperti fundamentalisme agama, etnis,
ras, dsb telah tampil sebagai pemain dan penantang baru terhadap demokrasi,
khususnya demokrasi liberal.
Kondisi saat ini di mana globalisasi telah berlangsung, maka demokrasi pun
mengalami pengembangan baik pada tataran pemikiran maupun prakasis.Munculnya
berbagai pemikiran dan gerakan advokasi juga menjadi tantangan bagi sistem politik
demokrasi liberal, seperti gerakan feminisme, kaum gay, pembela lingkungan, dan
sebagainya.Termasuk juga gerakan anti kapitalisme global yang bukan hanya
berideologi kiri, tetapi juga dari kubu liberal sendiri, semakin menuntut terjadinya
disini adalah upaya mencari jalan ke tiga (the Third Way)yangmenggabungkan
liberalisme dan sosialisme di Eropa dan Amerika Serikat.
Indonesia sedang dalam proses transformasi dari sistem otoriter menuju
demokrasi sebagaimana dicita-citakan para pendirinya dalam konstitusi. Tidak
terelakkan lagi, diperlukan kemampuan dari para pekerja demokrasi untuk mencari
varian demokrasi yang kompatibel dengan konteks yang dihadapi. Pemahaman
tentang perkembangan pemikiran dan praksis demokrasi dari berbagai era dan
wilayah dunia akan sangat membantu dalam usaha tersebut.
Demokrasi bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Eropa dan
Amerika, mereka sudah lama mengenalnya. Nenek moyang mereka sudah dengan
sadar mengaplikasikan konsep baru dalam pemerintahan.Setidaknya dapat dijumpai
di masyakarat Athena, kota kecil di Yunani.Peristiwa tersebut terjadi di masa
kepemimpinan Pericles. Namun, patut disayangkan kesempatanhanya diberikan
kepada kaum Adam (laki-laki) an sich. Kaum wanita, budak dan orang-orang asing
dikecualikan. Demokrasi yang berjalan di Athena ini berjalan sampai 200 tahun.3
Perkembangan demokrasi sejalan dengan perkembangan umat manusia dan
telah melahirkan berbagai macam tokoh dan pemikir yang handal. Pemikiran dan
aplikasi teoritis dalam kancah pemerintahan sudah lama terbukti dan teruji secara
baik dan mengesankan .
Dari sejarah panjang inilah kemudian demokrasi berkembang dan sekarang menjadi
suatu yang universal dan diadopsi oleh berbagai negara di dunia ini termasuk
Indonesia.
4
3
The World of Encyclopaedia,1983: hal. 106-107. 4
Bahtiar dan Effendi. 1996. Islam dan Demokrasi: Mencari Sebuah Sintesa yangMemungkinkan dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, (Ed),.Agama dan Dialog antar Peradaban.Paramadina. JakartaCet. I. hal.86.
Walaupun demikian, dalam kapasitas tertentu simbol
tersebut perlu dipertanyakan eksistensi dan aplikasinya dalam kehidupan masyarakat
Pengalaman-pengalaman yang beranekaragam dan tidak berdimensi satu
membuat makna, ciri dan tinjauan-tinjauan yang berhubungan dengan demokrasi
menjadi suatu yang beragam. Kenyataan ini juga didukung oleh fenomena sosial dari
ilmu politik yang memayungi kajian demokrasi dan yang berhubungan dengannya.
Oleh karena itu, setiap negara dan kawasan memilki banyak ragam dalam merespon
demokrasi dalam kancah perpolitikan mereka.Ada Negara yang sudah mampu dan
mapan dalam menerapkannya dan ada juga yang masih belajar dengan tertatih-tatih
tanpa membuahkan hasil yang memadai dan memberikan perubahan yang cukup
berarti.
Pemahaman tentang demokrasi dapat dilakukan secara utuh jika dapat
dilakukan kajian yang mendalam tentang substansi dari demokrasi dan hal-hal lain
yang mendukungnya.Pengalaman dan aplikasi berbagai negara dapat dijadikan
sebagai variant model yang muncul mengiringi paket demokrasi, yang dapat disebut
sebagai upaya kreatif masing-masing negara dalam merespon isu demokrasi.Upaya
kreatif tersebut tidak dianggap sebagai sebuah reduksi dalam memahami dan
mencerna isu penting tersebut. Namun, aplikasi demokrasi akan dapat bermakna bagi
negara-negara lain jika disesuaikan dengan kondisi sosial-politik dan sosial-budaya
masyarakat setempat. Tentu, ada beberapa hal yang sesuai dengan kondisi tertentu
dari negara dan tidak cocok bagi negara lain.
Demokrasi tersusun dari dua kata demos berarti peopledan kratos berarti rule
or authority(bahasa Greek, Yunani);yang berarti pemerintahan oleh rakyat (rule or
authority by the people) di mana kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan dijalankan
secara langsung maupun melalui perwakilan di bawah sistem pemilihan yang bebas.
MenurutAbraham Lincoln demokrasi didefenisikan sebagai goverment of the people,
by the people, for the people atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.5
Dari pengertian sederhanatersebut jelas bahwa demokrasi menginginkan
pemerintahan diselenggarakan secara terbuka dan rakyat diberi kesempatan dalam
memerintah dan mengambil andil dalam kebijakan publik.Demokrasi dan
5
kebebasansering digunakan secara timbalbalik namun keduanya tidak sama atau
berbeda.Demokrasi merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan
dan juga seperangkat praktek dan prosedur tertentu melalui sejarah panjangnya yang
berliku-liku.Oleh karena itu, demokrasi sering diartikan sebagai sebuah pelembagaan
kebebasan.
Banyak pemikir yang berusaha memberikan pemaparan mengenai ciri-ciri
dari demokrasi. Sebuah rezim dianggap demokratis jika memilki tiga ciri, (1)
menyelenggarakan pemilihan yang terbuka dan bebas, (2) mengembangkan pola
politik yang kompetitifdan (3) memberi perlindungan kebebasan masyarakat.6
Sedangkan, W. Ross Yates mengungkapkan enam ciri. Ciri demokrasi adalah
toleransi terhadap yang lain, perasaan fairplay, optimis terhadap hakekat manusia,
persamaan kesempatan, orang yang terdidik, jaminan hidup,kebebasan dan milik.7
Berbagai pandangan baru yang bersinggungan dengan teori-teori Marxis yang
berupaya memberikan porsi lebih terhadap kebebasan manusia jugabermunculan. Hal
ini misalnya ditunjukkan oleh new left dan new right. Mereka iniberpandangan bahwa
demokrasi harus memiliki ciri-ciri penciptaan suasana yang terbaik agar setiap orang
dapat berkembang sesuai bakat dan keahliannya masing-masing.Di samping
itu,manusia juga diberi hak-hak perlindungan dan penggunaan sewenang-wenang
otoritas politikdan kekuasaan. Demikian juga, sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, mereka memberikan catatan tambahan tentang ciri demokrasi yaitu harus
mampu memberikan keterlibatan yangsama di antara warga negara dalam bidang
politik dan ekonomi yang dapat mensejahterakanmereka.8
Berbagai dimensi dan cara pandang terhadap demokrasi di atas juga
berimplikasi terhadap banyak ragamnya demokrasi yang ada. Demokrasi perwakilan
adalah salah satu bentuk demokrasi yang populer dan sering diterapkan demokrasi
negara-negara maju.Walaupun demikian, demokrasi perwakilan bukan satu-satunya
bentuk demokrasi. Dalam istilah demokrasi setidaknya mengenal banyak ragam
6Ibid hal. 89. 7
M. RusliKarim.1988.Peluang dan Hambatan: Demokratisasi dalam Analisis:CSIS. Tahun XXVII, No. 1 Januari-Maret 1988. hal.6.
8
demokrasi antara lain demokrasi protektif, pembangunan, keseimbangan dan
partisiparis. Demokrasi sisi lain, Sklarmenunjuk lima bentuk demokrasi, yaitu
demokrasi liberal, terpimpin, sosial, partsisipasi, dan consociational.9
Dari uraian demokrasi atas dapat dikatakan bahwa demokrasi dapat berjalan
dengan baik jika prasyarat tertentu dipenuhi. Demokrasi kalangan para pakar telah
terjadi immak bahwa demokrasi hanya kondusif demokrasi negara maju dan
demokrasi lingkungan negara kapitalis saja.10
Sepanjang sejarah yang tercatat, sistem perwakilan rakyat telah dikenal dan
berkembang sejak masa Yunani Sebelum Masehi dan terus berkembang hingga Sedangkan demokrasi negara yang
berkembang atau terbelakang cenderung pelaksanaan demokrasi tidak berjalan baik
dan bahkan tidak berjalan sama sekali. Salah satu faktornya adalah kebutuhan
biologis masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi.Oleh karena itu, mereka tidak
banyak memikirkan hal-hal lain yang mendasar dan luas bagi kelangsungan
kehidupan mereka dalam kancah perpolitikan.
Substansi demokrasi yang berkembang dalam berbagai teori dan telaahan
pemikir dapat disimpulkan dalam tiga agenda dasar yaitu:hak politik yang berkaitan
erat dengan hubungan Negara dengan masyarakat, hak sipil (demokrasi sosial dan
demokrasi ekonomi) yang berhubungan dengan hubungan elit dengan massa, dan hak
aktualisasi diri (demokrasi budaya dan demokrasi agama) yang berhubungan dengan
warga negara dengan negara dan warga negara dengan sesamanya.
Dari uraian tentang demokrasi di atas, jelas bahwa demokrasi memilki
pilar-pilar utama.Di antara pilar-pilar-pilar-pilar demokrasi adalah kedaulatan rakyat, pemilihan yang
bebas dan jujur, kekuasaan mayoritas dan hak-hak minoritas.Oleh karena itu,
demokrasi sering diidentikkan dengan seperangkat prosedur tertentu dalam
menjadikan bentuk pemerintahan yang berada dalam kekuasaan rakyat.
6.2. Sistem Perwakilan
9
Ibid hal. 7. 10
sekarang ini. Pada masa Yunani, organisasi negara kota Yunani SM pada umumnya
terdiri dari seorang raja atau penguasa sebagai kepala pemerintah, sebuah dewan
penasihat penguasa, dan sebuah permusyawaratan rakyat. Di negara kota Sparta
dewan penasihat itu dinamakan Gerousia dan badan permusyawaratan rakyat/polis
disebut Apella yang di Athena disebut Ekklesia. Secara formal setiap warga negara
kota Athena adalah anggota Ekklesia (artinya mereka yang dipanggil) atau
lengkapnya Ekklesia tou dimou (permusyawaratan polis). Setiap anggota Ekklesia
berhak untuk didengar, serta ikut dalam pemungutan suara. Masalah yang dibicarakan
mancakup semua masalah yang terkait dengan kehidupan rakyat, misalnya
pengalokasian dana untuk bangunan umum, tempat-tempat ibadat,
patung-patung,jalan jalan, kapal-kapal, masalah perang dan damai, perjanjian dengan negara
lain, pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum, dan juga masalah pemilihan para
pejabat, pengawasan dan penghukuman mereka, dan lain-lain.11
Kerajaan Romawi mengambil alih organisasi kenegaraan dari Yunani itu.
Pendiri negara kota Roma, Romulus, memilih seratus orang dari para kepala keluarga
dari pengikutnya yang dinamakan Patres dan keturunannya disebut Patriciers (kaum
ningrat), untuk menjadi dewan penasihat yang dinamakan Senes yang kemudian
dinamakan Senat. Disamping Senes, masih ada dewan penasihat lain yang dinamakan
Comitia, yang terdiri dari tiga jenis yaitu comitia, concilia, dan contiones.Dari ketiga
Jenis Comitia ini Comitia-lah yang terpenting, karena putusan-putusan Comitia juga
mempunyai kekuatan sebagai undang-undang dan dinamakan lex.Comitia dalam
sejarah Romawi kemudian berturut-turut dinamakan Comitia Curiata, Comitia
Centuriata, dan Comitia Tributa.12
Sebelum tahun 500 SM, Senat bersama Comitia Curiata, memilih raja,
mempertimbangkan hal-hal yang akan diajukan kepada raja, serta melakukan
tugas-tugas keagamaan dan yudisial tertentu. Kemudian timbul badan-badan lain yaitu
11
Tambunan. A.S.S.Hukum Tata Negara Perbandingan.Jakarta :Puporis Publishers. 2001. hal.36.
12
Concilium Plebis (perwakilan golongan rakyat biasa) dan Comitia Centuriata
(perwakilan “komandan satuan-sertaus orang”) yang ikut serta dalam pembentukan
undang-undang.Sampai sebelum tahun 287 SM, semua putusan kedua badan tadi
memerlukan pengesahan Senat, sedangkan setelah itu, semua putusan plebs
sepenuhnya mempunyai kekuatan undang-undang.13
Pada awal kerajaan-kerajaan Anglo Saxon yang paling terkenal adalah Raja
Kent dan Wessex raja hanya mengumumkan undang-undangnya dengan persetujuan
Witans( permusyawaratan orang-orang besar, orang awam, kaum rohaniawan dan
golongan-golongan). Dari lembaga Witans inilah kemudian berkembang
dewan/badan penasihat bagi raja yang dikenal dengan curiae regis, concilia dan
kemudian magna concilia. Para anggota dewan ini dilibatkan dalam masalah-masalah
negara dengan maksud agar mereka terlibat juga dalam pelaksanaan putusan-putusan
raja.14
Di Inggris pada awalnya badan ini dinamai magnum concilum, yang
merupakan lembaga feodal yang terdiri dari kaum ningrat dan rohaniawan, yaitu
suatu lembaga yang memberikan legitimasi bagi raja untuk memungut pajak kalau
kas raja kosong. Karena hal ini terlalu sering dilakukan oleh raja maka pada 15 Juni
1215, para bangsawan dan rohaniawan memaksa raja untuk menandatangani Magna
Charta, yaitu suatu piagam yang mengandung prinsip bahwa Raja terikat kepada
hukum dan rakyat mempunyai hak untuk menciptakan mekanisme agar raja
mematuhinya, kalau perlu melalui pemberontakan.15
13
Ibid hal. 38.
14
Ibid hal. 38.
15
Ibid hal. 38.
Pada tahun 1254, keanggotaan
magnum concilium mulai diperluas dengan ditambah wakil-wakil rakyat biasa (the
commoners) dari distrik-distrik (countes) dan kota-kota. Badan inilah yang kemudian
tetapi setelah mereka mengeluarkan keluhan dan uneg-unegnya, dan inilah yang
menjadi fungsi pertama dari parlemen.16
Karena terjadi perebutan kekuasaan antara raja dan parlemen yang selalu
muncul selama lebih kurang 4 abad di Inggris hingga terjadi perang saudara selama
1640-1648 menyebabkan dihapuskannya jabatan raja.Tampuk kekuasaan dipegang
oleh parlemen yang kemudian menimbulkan sistem diktator. Walaupun kemudian
tampuk kekuasaan dipegang kembali oleh raja namun parlemen telahberhasil
mengeluarkan beberapa keputusan penting yang membatasi kekuasaanraja antara
lainHabeas Corpus Act (1679) yang mencegahpenangkapan atau penahanan
seseorang secara sewenang-weanng oleh penguasa. Kemudian pada tahun 1689
keluar Bill of Rights yang menutup kemungkinan peniadaan ataupengurangan
kekuasaan parlemen oleh raja.Raja tidak mungkin lagi menarikpajak dari rakyat tanpa
persetujuan parlemen dan raja tidak diperkenankan lagimenerbitkan
peraturan-peraturan kecuali dalam rangka pelaksanaan undang-undang buatan parlemen.Pada
tingkat ini terjadilah perbedaan antara kekuasaan membentuk undang-undang dan
kekuasaan pemerintahan.17
Sejak abad ke-14 para anggota parlemen Inggris secara lambat laun
memisahkan diri ke dalam dua kelompok yaitu kaum rohaniawan dan ningrat (the
lords spiritual an temporal) di satu pihak dan sisanya yaitu para wakil dari kota dan
pedesaan di lain pihak. Mengingat perbedaan sosial antara dua kelompok itu
dianggap alamiah, terbagilah parlemen Inggris dalam dua kamar yaitu kamar pertama
:The House of Lords dan kamar kedua : The House of Commons.Kamar pertama
ditempati oleh para anggota yang diangkat seumur hidup yaitu para kepala gereja dan
kaum ningrat bahkan anggota dari kaum ningrat bisa diwariskan kepada
keturunannya sepanjang masih memiliki keturunan laki-laki, sedangkan kamar yang
kedua diisi oleh para anggota yang memperoleh kedudukannya melalui pemilihan
umum. Pemisahan dua kamar ini pada perkembangan selanjutnya berhubungan erat
16Ibid hal. 38. 17
dengan tata cara pengambilan putusan. Kamar yang pertama :The House of Lords
menjaga terhadap kecerobohan atau keradikalan kamar yang kedua.18
Konsep perwakilan rakyat ini terus berkembang dan memiliki beberapa corak
yang berbeda sesuai dengan sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara.Pada Perkembangan yang sama juga terjadi di Eropa daratan, walaupun sedikit
berbeda dengan di Inggris karena perkembangan lembaga perwakilan itu sering
terputus oleh perang dan revolusi yang terus menerus. Akan tetapi dalam lembaga
perwakilan itu selalu terwakili kelompok ningrat dan rohaniawan di satu pihak dan
golongan rakyat biasa di pihak lain.
Berbeda dengan di Inggris, di Amerika sebagai negara baru membentuk
sistem pemerintahan khususnya lembaga perwakilan berdasarkan teori-teori yang
berkembang pada saat itu berdasarkan pengalaman negara-negara Eropa dan Inggris
yang cukup lama.Parlemen di Amerika Serikat terbagi dalam dua kamar yaitu terdiri
dari Senat, kamar pertama, dan House of Representatif (HoR), kamar kedua.Senat
diisi oleh perwakilan negara-negara bagian yang dipilih satu kali dalam 4 tahun,
sedangkan Houseof Representative dipilih setiap 2 tahun sekali yang mewakili
daerah-daerah pemilihan secara proporsional di seluruh negara Amerika Serikat.
Kedua kamar parlemen di Amerika ini sama-sama memiliki hak membahas dan
menyetujui setiap undang-undang, walaupun dalam beberapa hal parlemen memiliki
posisi yang lebih berwibawa daripada HoR antara lain karena memiliki kewenangan
selaku pengadilan dalam hal untuk memberhentikan Predisen atau hakim federal.
Setiap undang-undang diajukan dan di bahas oleh masing-masing kamar dan disetujui
oleh kamar lainnya serta oleh Presiden dan Presiden memiliki hak veto dalam hal ia
tidak setuju atas suatu rancangan undang-undang. Dalam hal yang demikian
rancangan undang-undang itu diputuskan secara final oleh sidang Congress
(gabungan Senat dan HoR), yang apabila disetujui oleh 2/3 anggota Congress
rancangan undang-undang itu menjadi undang-undang dan veto Presiden gugur.
18
garis besarnya paling tidak ada dua konsep yang menonjol dalam pemikiran Barat
mengenai sistem perwakilan, yaitu: pertama; konsep yang terkait dengan hubungan
antara lembaga perwakilan dengan pemerintah.Sehubungan dengan hal tersebut ada
dua konsep yang berkembang yaitu, pertama; lembaga perwakilan dimaksudkan
untuk mengekang dan mencegah tindakan sewenang-wenang raja terhadap
rakyat.Jadi lembaga perwakilan rakyat sebagai sarana untuk membatasi kekuasaan
raja terhadap rakyat, kedua;lembaga perwakilan rakyat dimasudkan untuk
menggantikan sistem demokrasi langsung, sehingga melalui lembaga perwakilannya
masyarakat dapat berpartisipasi dalam penentuan masalah-masalah
kenegaraan.Konsep kedua;terkait dengan hubungan lembaga perwakilan dengan
rakyatnya, yang dalam hal ini berkembang dua konsep, yaitu pertama; wakil yang
duduk dalam lembaga perwakilan tidak tergantung pada kehendak atau instruksi dari
mereka yang memilihnya artinya para wakil itu bebas untuk bertindak dan mebuat
kebijaksanaan nasional berdasarkan keyakinannya sendiri.Menurut konsep ini, para
wakil terpilih bukanlah untukmembela/mengurus kepentingan para pemilihnya saja
tetapi untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan.Inggris dan Perancis, juga Jerman
menganut konsep ini.Ketiga; didasarkan pada teori kedaulatan rakyat yang
mengajarkan bahwa para wakil dalam lembaga perwakilan hanya merupakan
perantara saja (the people’s agents).Karenya para wakil itu harus mengikuti instruksi
para pemilihnya atau rakyat.Amerika Serikat termasuk penganut konsep yang kedua
ini.19
Duduknya seseorang dibidang lembaga perwakilan baik itu karena
penunjukan maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan timbulnya hubungan
si wakil dengan yang diwakilinya. Pertama dibahas hubungan tersebut dengan teori
yaitu: si wakil dianggap duduk di Lembaga Perwakilan karena mandat dari rakyat
sehingga disebut mandataris. Teori mandat dibagi kedalam tiga jenis yakni :20
19
Ibid hal 45-46
1) Mandat Imperatif : menurut ajaran ini si wakil bertindak di lembaga
perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil
tidak bisa bertindak di luar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal yang baru yang
tidak terdapat dalam instruksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi dari
yang diwakilinya.
2) Mandat Bebas : menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang
terpercaya dan terpilih serta memilki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya,
sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang mewakilinya atau atas
nama rakyat.
3) Mandat Representatif : si wakil dianggap bergabung dalam suatu lembaga
perwakilan, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan
pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah yang
bertangungjawab pada rakyat.
Dalam perkembangan modern sekarang ini lembaga perwakilan rakyat telah
berkembang sedemikian rupa, sehingga memiliki fungsi yang cukup luas dan
beragam dan tidak lagi terpaku pada fungsi legislagi seperti konsep Montesqieu.
Menurut Robert A. Packenham, seperti dikutip Tambunan;21
21
Ibid hal 47-48
fungsi-fungsi
lembagaperwakilan rakyat yang ditelitinya di Afrika, Asia dan Amerika Selatan,
adalah :
1. Legitimation,
2. Safety valve
3. Recruitment, socialization, training
4.Law making
5. Interest articulation
7. Administrative oversight & patronage
8. Arrange-running function
9. Dacision making
10. Mobilization
11. Promote national integration and development of a national identity
12. Representation& consensus building
13. Election
14. Channeling inter-group conflict
15. Teaching
16. Communication function.
Perubahan UUD 1945 membawa perubahan yang cukup mendasar mengenai
sistem perwakilan dalam ketatanegaraan Indonesia.Paling tidak ada tigak aspek
mendasar mengenai lembaga perwakilan rakyat setelah perubahan UUD 1945, yaitu;
mengenai struktur kelembagaan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, fungsi dan
kewenangannya serta pengisian anggota lembaga perwakilan.
Ada tiga lembaga perwakilan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yaitu
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Daerah. MPR memiliki fungsi yang sama sekali berbeda dengan DPR dan DPD,
sedangkan DPR dan DPD sendiri memiliki fungsi yang hampir sama, hanya saja
DPD memiliki fungsi dan peran yang sangat terbatas. Jika dilihat dari jumlah
lembaga perwakilan rakyat maka sistem perwakilan yang dianut bukanlah sistem
bikameral karena ada tiga lembaga perwakilan rakyat. Sedangkan jika melihat hanya
DPR dan DPD maka kedua lembaga perwakilan ini merupakan bentuk sistem
bikameral akan tetapi bukan sistem bikameral yang murni (strong bicameral).
Keanggotaan DPR adalah representasi rakyat di seluruh Indonesia secara
representasi dari daerah (daerah provinsi) dari seluruh Indonesia (regional
representation) memiliki posisi yang sama sebagaimana tercermin dalam jumlah
anggota DPD yang sama banyaknya dari setiap provinsi.
Memperhatikan tugas dan kewenangan MPR dalam UUD 1945, sebagai
lembaga perwakilan, MPR hanya memiliki tiga fungsi yang pokok yaitu; fungsi
legislasi yaitu melakukan perubahan dan atau menetapkan undang-undang dasar,
fungsi administratif, yaitu melantik Presiden dan Wakil Presiden
sertamemilih/mengangkat Presiden atau Wakil Presiden dalam hal-hal tertentu, serta
fungsi judikatif yaitu memutuskan untuk memberhentikan atau tidak memberhentikan
presiden atau wakil Presiden dalam masa jabatannya yang diusulkan oleh DPR.
Dengan demikian dibanding dengan sebelum perubahan UUD 1945, kewenangan dari
MPR menjadi sangat terbatas dan limitatif. Walaupun demikian kewenangan MPR
merubah dan menetapkan undang-undang dasar serta memberhentikan serta
mengangkat dan memilih presiden atau wakil presiden dalam hal-hal tertentu
menunjukkan adanya kewenangan besar yang dimiliki MPR.Hal ini adalah wajar
karena MPR adalah gabungan dari seluruh anggota DPR dan DPD.
Sebagaimana diatur dalam pasal 20 ayat (1) UUD 1945 DPR memiliki
kekuasaan membentuk undang-undang menunjukkan adanya semangat untuk
memperkuat posisi DPR sebagai lembaga legislatif. Namun dalam kenyataannya
kewenangan DPR dalam pembentukan undang-undang sama kuatnya dengan
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah (Presiden) yaitu masing-masing memiliki
lima puluh persen hak suara, karena setiap undang-undang harus memperoleh
persetujuan bersama antara pemerintah dan DPR.
Disamping itu DPR memiliki fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.Fungsi
anggaran terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh DPR untuk menyetujui atau
tidak menyetujui anggaran yang diajukan oleh pemerintah.Disinilah keterlibatan DPR
dalam administrasi pemerintahan, yaitu mengontrol agenda kerja dan program
negara.Dalam melakukan fungsi pengawasan DPR diberikan hak interpelasi, hak
angket dan hak menyatakan pendapat, serta hak yang dimiliki oleh setiap anggota
DPR secara perorangan yaitu hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
perndapat serta hak imunitas.
Dewan Perwakilan Rakyat juga memiliki fungsi-funsi lainnya yang tersebar dalam UUD 1945 yaitu :
- Mengusulkan pemberhentian Presiden sebagai tindak lanjut hasil pengawasan;
(pasal 7A)
- Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden dalam hal MPR tidak dapat
melaksanakan sidang untuk itu; (pasal 9)
- Memberikan pertimbangan atas pengengkatan duta dan dalam hal menerima duta
negara lain (pasal 13)
- Memberikan pertimbangan kepada Presiden atas pemberian Amnesti dan Abolisi;
(Pasala 14 ayat 2)
- Memberikan persetujuan atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain; (pasal 11)
- Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan; Pasal 23F)
- Memberikan persetujuan atas pengangkatan anggota Komisi Yudisial; (pasal 24B
ayat 3).
- Memberikan persetujuan atas pengangkatan Hakim Agung (Pasal 24A ayat 3);
Dari berbagai fungsi DPR tersebut di atas tercermin adanya
fungsi-administratif dari DPR sebagai lembaga perwakilan disamping fungsi
legislasi.Mekanisme pengisian anggota DPR dipilih seluruhnya melalui pemilihan
umum melalui partai politik yaitu berdasarkan sistem perwakilan perorangan (peple
representative).Karena itu jumlah anggota DPR adalah proporsional sesuai dengan
jumlah penduduknya, kecuali dalam hal-hal tertentu karena kondisi daerah yang
sangat jarang penduduknya.Secara konseptual keterwakilan anggota DPR dalam
lembaga menitikberatkan untuk menyuarakan kepentingan nasional dengan tidak
mengabaikan daerah yang diwakilinya (konstituen).
Disamping DPR terdapat DPD sebagai lembaga perwakilan yang
dimaksudkan untuk memberikan tempat bagi daerah-daerah menempatkan wakilnya
dalam lembaga perwakilan tingkat nasional untuk mengakomodir dan
memperjuangkan kepentingan-kepentingan daerahnya sehingga memperkuat kesatuan
nasional (national integration dan national identity).Dengan demikian sistem
perwakilan DPD adalah bersifat regional representative.DPD memiliki kewenangan
terbatas dibanding dengan DPR.Keterwakilan anggota DPD, adalah berasal dari
calon-calon perorangan dari setiap daerah provinsi yang dipilih secara langsung oleh
rakyat di daerah tersebut.Hal ini dimaksudkan agar para anggota DPD fokus untuk
menyuarakan kepentingan-kepentingan daerahnya, yaitu seluruh aspek yang terkait
dengan daerah yang diwakilinya.Secara konseptual keterwakilan dari anggota DPD
adalah merupakan agen dan penyambung lidah konstituennsya yang ada di daerah
dalam tingkat nasional.
UUD 1945, memberikan kewenangan yang terbatas kepada DPD dalam
bidang legislasi, anggaran serta pengawasan. Dalam bidang legislasi DPD hanya
berwenang untuk mengajukan dan ikut membahas Rancangan Undang-undang
(RUU) yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
limitatif kewenangan DPD untuk mengajukan dan membahas RUU-RUU tersebut,
namun kewenangan itu tidak terbatas pada lima macam RUU itu saja, tetapi lebih
luas dari itu yaitu segala RUU yang ada kaitannya dengan kelima jenis substansi
RUU yang telah disebutkan itu. Disamping itu, DPD juga berwenang memberikan
pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan dan agama (pasal 22D ayat 2).Keterlibatan DPD untuk memberikan
pertimbangan dalam pembahasan RUU tersebut dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada DPD memberikan pandangan-pandangan dan pendapatnya atas
RUU-RUU tersebut karena pasti berkaitan dengan kepentingan
daerah-daerah.Kewenangan bidang pengawasan yang diberikan kepada DPD hanya terbatas
pada pengawasan atas undang-undang yang terkait dengan jenis undang-undang yang
ikut dibahas dan atau diberikan pertimbangan oleh DPD dalam pembahasannya.Hal
ini dimaksudkan sebagai kesinamabungan kewenangan DPD untuk mengawasi
pelaksanaan berbagai RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah.Selain itu
DPD juga diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan atas pengangkatan
anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Latar belakang pemberian kewenangan
ini disebabkan karena BPK itu mengawasi penggunaan uang dari UU APBN yang
ikut diberikan pertimbangan oleh DPD dalam pembahasannya.
Dengan pertimbangan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan
dimana para anggota DPD tidak seperti senator yang mewakili negara bagian dalam
sistem negara federal akan tetapi mewakili bagian-bagian daerah Indonesia maka
adalah tidak tepat menempatkan DPD dalam posisi yang sangat kuat seperti itu, toh
DPR juga mewakili daerah-daerah pemilihan dari seluruh Indonesia. Pada sisi lain
dari kajian studi banding sistem perwakilan di berbagai negara ternyata bahwa sistem
perwakilan seperti ini adalah lazim dipergunakan bahkan sebagian besar sistem
perwakilan itu menggunakan sistem dua kamar yang memiliki kewenangan yang
tidak sama. Menempatkan wakil-wakil daerah dalam suatu lembaga perwakilan yang
pada tingkat nasional dianggap cukup untuk kepentingan daerah dan kepentingan
merperkuat kesatuan nasional kita (national integrity).
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa sistem perawikan yang kita anut
bukanlah sistem bikameral akan tetapi masih sitem unikameral karena terdiri dari tiga
kamar yaitu, DPR, DPD dan MPR, dimana anggota MPR adalah terdiri dari dari
anggota DPR dan anggota DPD. Sedangkan dari sisi legislasi lebih tepat sistem
perwakilan kita adalah sistembikameral.
Memperhatikan sistem perwakilan rakyat yang dianut setelah perubahan UUD
1945, telah mengandung semangat demokrasi yang cukup kuat.Hal ini terbukti
dengan adanya penegasan mekanisme rekrutmen anggota lembaga perwakilan yang
seluruhnya dipilih melalui mekanisme yang sangat demokratis yaitu seluruhnya
dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum.Demikian juga tercermin dalam upaya
memperkuat posisi lembaga perwakilan (DPR dan DPD) dengan menegaskan
fungsi-fungsi lembaga perwakilan dalam bidang legislasi dan anggaran yang lebih tegas.
Disampiung itu pemberian hak-hak DPR dan DPD yang dijamin UUD untuk
mengawasi Presiden/pemerintah serta keterlibatan lembaga perwakilan dalam
penentuan kejabakan administrasi pemerintahan tertentu, menunjukkan bahwa fungsi
lembaga perwakilan telah menembus masalah-masalah administratif bahkan pada
beberapa fungsi yudikatif yaitu menuntut pemberhentian Presiden setelah melalui penyeldikan oleh DPR serta penentuan hakim agung dan hakim konstitusi. Tetapi
pada sisi lain, kewenangan MPR sebagai lembaga perwakilan rakyat dikurangi yaitu
hanya pada fungsi legislasi pada tataran perubahan dan penetapan undang-undang
dasar dan fungsi administratif dalam pelantikan Presiden serta pemilihan Presiden
atau wakil presiden dalam hal-hal tertentu.
Pada sisi lain dengan jaminan hak-hak asasi manusia yang diatur dalam
undang-undang dasar memberikan hak-hak politik yang lebih nyata dan transparan
kepada rakyat dalam melakukan akes terhadap pemerintahan baik secara langsung