• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penampilan reproduksi induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan pemberian pakan buatan yang ditambahkan asam lemak n-6 dan n-3 dan dengan implantasi estradiol-17β dan tiroksin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penampilan reproduksi induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan pemberian pakan buatan yang ditambahkan asam lemak n-6 dan n-3 dan dengan implantasi estradiol-17β dan tiroksin"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG

(Hemibagrus nemurus Blkr) DENGAN PEMBERIAN

PAKAN BUATAN YANG DITAMBAHKAN ASAM

LEMAK N-6 DAN N-3 DAN DENGAN IMPLANTASI

ESTRADIOL-17

β

DAN TIROKSIN

ADHARTHO UTIAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi dimanapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2006

(3)

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG

(Hemibagrus nemurus Blkr) DENGAN PEMBERIAN

PAKAN BUATAN YANG DITAMBAHKAN ASAM

LEMAK N-6 DAN N-3 DAN DENGAN IMPLANTASI

ESTRADIOL-17

β

DAN TIROKSIN

ADHARTHO UTIAH

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Departemen Budidaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Disertasi : Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan Yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin

Nama : Adhartho Utiah

Nomor Pokok : C061020051

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Jr., M.Sc. Prof. Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS. Ketua Anggota

Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Perairan

(5)

ABSTRAK

Adhartho Utiah. Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus

nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam

Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin. Komisi Pembimbing: M. Zairin Jr, I. Mokoginta, R. Affandi, K. Sumantadinata.

Penelitian terdiri dari dua tahap. Percobaan tahap I bertujuan untuk menentukan kebutuhan asam lemak n-6 dan n-3. Dalam percobaan ini digunakan empat jenis pakan dengan perbedaan kadar asam lemak n-6 dan n-3 sebagai berikut. Pakan A 0.77% asam lemak n-6, 0.56% asam lemak n-3; pakan B 1.56%,0.78%; pakan C 1.74%, 1.00% dan pakan D 2.03%, 1.82%. Tujuh ekor induk dengan berat rata-rata 290-327g ditebar ke setiap jaring apung. Pakan diberikan dua kali sehari secara at satiation. Sampling dilakukan setiap dua minggu untuk mengevaluasi perkembangan gonad. Kandungan lemak dan komposisi asam lemak di hati, telur dan larva umur 0 dan 24 jam dianalisis. Berdasarkan evaluasi pada lama waktu matang gonad, fekunditas, derajat tetas telur, derajat kelangsung hidup dan persentase larva abnormal yang dihasilkan induk, dapat disimpulkan kadar asam lemak n-6 1.56% dan n-3 0.78% optimal untuk pakan induk.

Percobaan tahap II dilakukan untuk menentukan kombinasi dari hormon E2 dan T4 yang diimplant dan diberi pakan yang terbaik dari percobaan tahap I. Lima dosis kombinasi E2 dan T4 yang digunakan dalam percobaan ini berturut-turut A E2 0 µg/kg dan T4 0 mg/kg; B E2 600 µg/kg dan T4 0 mg/kg bobot induk; perlakuan C E2 400 µg/kg dan T4 10 mg/kg bobot induk; perlakuan D E2 200 µg/kg dan T4 50 mg/kg bobot induk dan perlakuan E E2 0 µg/kg dan T4 100 mg/kg bobot induk. Hormon diberikan ke induk dengan cara diimplant. Tujuh induk ditebar ke setiap jaring apung. Pakan diberikan dua kali sehari secara at satiation. Sampling dilakukan setiap dua minggu untuk mengevaluasi perkembangan gonad dan profil hormon E2. Kandungan lemak dan komposisi asam lemak di hati, telur dan larva umur 0 dan 24 jam dianalisis. Berdasarkan evaluasi pada lama waktu matang, fekunditas, derajat tetas telur, derajat kelangsungan hidup dan persentase larva abnormal yang dihasilkan induk, dapat disimpulkan bahwa kombinasi E2 dan T4 optimum adalah 400 g dan 10 mg per kg bobot badan.

(6)

ABSTRACT

Adhartho Utiah. Reproduction Performance of Green Catfish (Hemibagrus

nemurus Blkr) After n-6 and n-3 Fatty Acids Addition in Artificial Feed and

Estradiol-17β and Thyroxine Implantation. Advisors: M. Zairin Jr, I. Mokoginta, R. Affandi, K. Sumantadinata.

This research consisted of two experimental phases. The aim of the first experiment phase is to determine the optimum dietary of n-6 and n-3 fatty acids level. Four experimental diets with different level of n-6 and n-3 fatty acids namely diet A containing 0.77% n-6 fatty acids and 0.56% n-3 fatty acids; diet B 1.56%, 0.78%; diet C 1.74%, 1.00% and diet D 2.03%,1.82%, respectively, were used in this experiment. Seven broodstocks with mean body weight of 290-327g were placed in each net cage. Fish fed on the experimental diet two times daily, at satiation. Sampling of fish was done in every two weeks in order to evaluate the gonad development. Analysis of lipid level and fatty acids composition was done for the liver, eggs, larva at 0 and 24th hour after hatching. Based on the time of gonad maturation, fecundity, hatching rate, survival rate and percentage of abnormal larva produced by the broodstock, it was concluded that the optimum dietary n-6 fatty acids level is 1.56% and n-3 fatty acids is 0.78%.

The second experiment was conducted to determine the combination of E2 and T4 implant using the best feed from first experiment. Five level of E2 and T4 was used in this experiment, namely A 0 µ g/kg E2 and 0 mg/kg weight T 4; B 600 µ g/kg E2 and 0 mg/kg weight T4; C 400 µg/kg E2 and 10 mg/kg weight T4; D 200 µg/kg E2 and 50 mg/kg weight T4; E 0 µ g/kg E2 and 100 mg/kg weight T4, respectively. These hormone were given to the broodstock by implantation technique. Seventh broodstock were reared in each net cages. Fish fed on the experimental diets two times daily, at satiation. Sampling of fish was done in every two weeks in order to evaluate the gonad development and E2 serum profile. Analysis of lipid level and fatty acids composition were done for the liver, eggs, and larva at 0 and 24th hour after hatching. Based on the time of gonad maturation, fecundity, hatching rate, survival rate and percentage of abnormal larva produced by the broodstock, it was concluded that the optimum combination E2 and T4 was 400 g and 10 mg per kg of body weight.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gorontalo pada tanggal 21 Maret 1967 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Prof. Drs. Hi. Madun Haruna Utiah dan Ibu Dra. Syamsiah Dalie (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Manado pada tahun 1981, sedangkan pendidikan menengah tingkat pertama dan menengah tingkat atas jurusan biologi diselesaikan masing-masing pada tahun 1984 dan 1987.

Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 1991. Pendidikan Magister ditempuh pada Program Studi Ilmu Perairan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000. Sejak tahun 1993 penulis telah bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Perikan Universitas Sam Ratulangi Manado. Pada tahun 1995 penulis menikah dengan Monalisa Manoppo, SE dan dikaruniai satu orang anak Damitha Utiah.

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang maha pengasih karena hanya dengan berkat kemurahanNya penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Peningkatan produksi perikanan dan peningkatan kualitas dan kuantitas benih ikan merupakan issue yang mendasari penelitian ini, dengan judul ”Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. M. Zairin Jr., M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ing Mokoginta, MS, Bapak Dr. Ridwan Affandi, DEA dan Bapak Prof. Dr. Komar Sumantadinata, M.Sc, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan nasihat, petunjuk dan bimbingan sangat berharga selama proses penelitian sampai dengan penyelesaian studi. Terima kasih kepada Prof. Dr. Hi. Enang Haris, MS. Ketua Program Studi Ilmu Perairan dan DR. Chairul Muluk mantan Ketua Program Studi Ilmu perairan yang terus memberikan motivasi dan nasehat agar penulis cepat selesai.

Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada DR. Agus Oman Sudrajat, M.Sc. sebagai penguji luar komisi dalam ujian tertutup, DR. Atmadja hardjamulia, MS. APU dan DR. Dedi Jusadi, M.Sc. sebagai penguji luar komisi dalam ujian terbuka, yang banyak memberikan masukan konstruktif penyempurnaan disertasi ini.

Terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada pimpinan Universitas Sam Ratulangi, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Manado yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan pendidikan. Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Pimpinan Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Pascasarjana, yang telah menerima penulis untuk belajar dan menyelesaikan studi di Lembaga ini.

(9)

melaksanakan penelitian di Instalasi Riset Cijeruk, terima kasih juga kepada Drs. Jojo Subardja, M.Si. sebagai kepala INRIS Cijeruk dan Ibu Ani Widiyati mantan kepala INRIS Cijeruk beserta staf karyawan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Banyak pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama proses perkuliahan, penelitian sampai penulisan disertasi; oleh karena itu ucapan terima kasih disampaikan kepada: staf administrasi dan perpustakaan Departemen Budidaya Perairan: Ibu Yuli, Ibu Hani dan Ibu Desi; teknisi laboratorium: Ibu Lina, Bapak Wasjan, Bapak Ranta, Bapak Jajang dan Bapak Kosasi (Biokimia Terpadu); Teman-teman di prog studi Ilmu Perairan: Suradi, Gunarto Latama, Hengky Sinyal dan Surya Darwisito; Rekan-rekan di Bogor: Anderson Kumenaung, Ridwan Lasabuda, Agung Windarto, Alfret Luasunaung, Adnan Wantasen, Edwin Ngangi, Donata Pandin, Tommy Lolowang, Hasnawaty, Joice Rimper.

Terima kasih kepada Ayahanda Prof. Drs Hi. M.H. Utiah dan Ibunda Dra Syamsiah Dalie (Alm), Ibu mertua Hj. Rohani Kombo, adik-adik, kakak-kakak dan adik-adik ipar, atas bantuan doa dan dana dalam penyelesaian studi penulis.

Secara khusus disampaikan terima kasih kepada istri tercinta Monalisa Manoppo SE atas pengertian, pengorbanan dan kesabaran selama penulis menyelesaikan studi. Terima kasih kepada anakda Damitha Anisa Utiah, yang penuh pengertian, kesabaran dan rela ditinggal lama tanpa didampingi secara fisik oleh penulis sebagai seorang ayah.

Penulis menyadari, bahwa apa yang penulis lakukan masih belum memadai karena keterbatasan waktu dan dana. Oleh karena itu kritik dan saran penyempurnaan selanjutnya penulis sangat hargai. Diharapkan apa yang penulis lakukan dapat bermanfaat dalam memacu perkembangan teknologi pembenihan ikan pada umumnya dan khususnya ikan baung .

(10)

DAFTAR ISI

Halaman PRAKATA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN v x xi xii I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... ... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan dan Manfaat...

1 3 4 II KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka... 2.1.1 Kematangan Gonad pada Ikan... 2.1.2 Kualitas Telur Ikan... 2.1.3 Peranan Asam Lemak Tak Jenuh (n-6 dan n-3) pada Kualitas Telur... 2.1.4 Peranan Hormon E2 dalam Reproduksi... 2.1.5 Peranan Hormon T4 dalam Reproduksi... 2.1.6 Faktor Lain yang Mempengaruhi Kualitas Telur... 2.2 Kerangka Teoritis….………... 2.3 Hipotesis...

5 5 8 11 14 15 16 17 18 III METODE PENELITIAN

3.1 Percobaan Tahap Pertama... 3.1.1 Rancangan Perlakuan... 3.1.2 Pakan Uji ... 3.1.3 Ikan Uji... 3.1.4 Pemeliharaan Induk dan Penetasan Telur ... 3.1.5 Analisis Data... 3.2 Percobaan Tahap Kedua………...……….. 3.2.1 Rancangan Perlakuan... 3.2.2 Pakan Uji... 3.2.3 Ikan Uji... 3.2.4 Implantasi Hormon ... 3.2.5 Pemeliharaan Induk dan Penetasan Telur... 3.2.6 Analisis Data...

19 19 20 21 21 23 25 25 25 25 26 26 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Percobaan Tahap I... 4.1.1 Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 Hati, Telur dan Larva... 4.1.2 Fosfolipid dan Lipid Netral...

(11)

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG

(Hemibagrus nemurus Blkr) DENGAN PEMBERIAN

PAKAN BUATAN YANG DITAMBAHKAN ASAM

LEMAK N-6 DAN N-3 DAN DENGAN IMPLANTASI

ESTRADIOL-17

β

DAN TIROKSIN

ADHARTHO UTIAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi dimanapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2006

(13)

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG

(Hemibagrus nemurus Blkr) DENGAN PEMBERIAN

PAKAN BUATAN YANG DITAMBAHKAN ASAM

LEMAK N-6 DAN N-3 DAN DENGAN IMPLANTASI

ESTRADIOL-17

β

DAN TIROKSIN

ADHARTHO UTIAH

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Departemen Budidaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Disertasi : Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan Yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin

Nama : Adhartho Utiah

Nomor Pokok : C061020051

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Jr., M.Sc. Prof. Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS. Ketua Anggota

Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Perairan

(15)

ABSTRAK

Adhartho Utiah. Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus

nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam

Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin. Komisi Pembimbing: M. Zairin Jr, I. Mokoginta, R. Affandi, K. Sumantadinata.

Penelitian terdiri dari dua tahap. Percobaan tahap I bertujuan untuk menentukan kebutuhan asam lemak n-6 dan n-3. Dalam percobaan ini digunakan empat jenis pakan dengan perbedaan kadar asam lemak n-6 dan n-3 sebagai berikut. Pakan A 0.77% asam lemak n-6, 0.56% asam lemak n-3; pakan B 1.56%,0.78%; pakan C 1.74%, 1.00% dan pakan D 2.03%, 1.82%. Tujuh ekor induk dengan berat rata-rata 290-327g ditebar ke setiap jaring apung. Pakan diberikan dua kali sehari secara at satiation. Sampling dilakukan setiap dua minggu untuk mengevaluasi perkembangan gonad. Kandungan lemak dan komposisi asam lemak di hati, telur dan larva umur 0 dan 24 jam dianalisis. Berdasarkan evaluasi pada lama waktu matang gonad, fekunditas, derajat tetas telur, derajat kelangsung hidup dan persentase larva abnormal yang dihasilkan induk, dapat disimpulkan kadar asam lemak n-6 1.56% dan n-3 0.78% optimal untuk pakan induk.

Percobaan tahap II dilakukan untuk menentukan kombinasi dari hormon E2 dan T4 yang diimplant dan diberi pakan yang terbaik dari percobaan tahap I. Lima dosis kombinasi E2 dan T4 yang digunakan dalam percobaan ini berturut-turut A E2 0 µg/kg dan T4 0 mg/kg; B E2 600 µg/kg dan T4 0 mg/kg bobot induk; perlakuan C E2 400 µg/kg dan T4 10 mg/kg bobot induk; perlakuan D E2 200 µg/kg dan T4 50 mg/kg bobot induk dan perlakuan E E2 0 µg/kg dan T4 100 mg/kg bobot induk. Hormon diberikan ke induk dengan cara diimplant. Tujuh induk ditebar ke setiap jaring apung. Pakan diberikan dua kali sehari secara at satiation. Sampling dilakukan setiap dua minggu untuk mengevaluasi perkembangan gonad dan profil hormon E2. Kandungan lemak dan komposisi asam lemak di hati, telur dan larva umur 0 dan 24 jam dianalisis. Berdasarkan evaluasi pada lama waktu matang, fekunditas, derajat tetas telur, derajat kelangsungan hidup dan persentase larva abnormal yang dihasilkan induk, dapat disimpulkan bahwa kombinasi E2 dan T4 optimum adalah 400 g dan 10 mg per kg bobot badan.

(16)

ABSTRACT

Adhartho Utiah. Reproduction Performance of Green Catfish (Hemibagrus

nemurus Blkr) After n-6 and n-3 Fatty Acids Addition in Artificial Feed and

Estradiol-17β and Thyroxine Implantation. Advisors: M. Zairin Jr, I. Mokoginta, R. Affandi, K. Sumantadinata.

This research consisted of two experimental phases. The aim of the first experiment phase is to determine the optimum dietary of n-6 and n-3 fatty acids level. Four experimental diets with different level of n-6 and n-3 fatty acids namely diet A containing 0.77% n-6 fatty acids and 0.56% n-3 fatty acids; diet B 1.56%, 0.78%; diet C 1.74%, 1.00% and diet D 2.03%,1.82%, respectively, were used in this experiment. Seven broodstocks with mean body weight of 290-327g were placed in each net cage. Fish fed on the experimental diet two times daily, at satiation. Sampling of fish was done in every two weeks in order to evaluate the gonad development. Analysis of lipid level and fatty acids composition was done for the liver, eggs, larva at 0 and 24th hour after hatching. Based on the time of gonad maturation, fecundity, hatching rate, survival rate and percentage of abnormal larva produced by the broodstock, it was concluded that the optimum dietary n-6 fatty acids level is 1.56% and n-3 fatty acids is 0.78%.

The second experiment was conducted to determine the combination of E2 and T4 implant using the best feed from first experiment. Five level of E2 and T4 was used in this experiment, namely A 0 µ g/kg E2 and 0 mg/kg weight T 4; B 600 µ g/kg E2 and 0 mg/kg weight T4; C 400 µg/kg E2 and 10 mg/kg weight T4; D 200 µg/kg E2 and 50 mg/kg weight T4; E 0 µ g/kg E2 and 100 mg/kg weight T4, respectively. These hormone were given to the broodstock by implantation technique. Seventh broodstock were reared in each net cages. Fish fed on the experimental diets two times daily, at satiation. Sampling of fish was done in every two weeks in order to evaluate the gonad development and E2 serum profile. Analysis of lipid level and fatty acids composition were done for the liver, eggs, and larva at 0 and 24th hour after hatching. Based on the time of gonad maturation, fecundity, hatching rate, survival rate and percentage of abnormal larva produced by the broodstock, it was concluded that the optimum combination E2 and T4 was 400 g and 10 mg per kg of body weight.

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gorontalo pada tanggal 21 Maret 1967 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Prof. Drs. Hi. Madun Haruna Utiah dan Ibu Dra. Syamsiah Dalie (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Manado pada tahun 1981, sedangkan pendidikan menengah tingkat pertama dan menengah tingkat atas jurusan biologi diselesaikan masing-masing pada tahun 1984 dan 1987.

Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 1991. Pendidikan Magister ditempuh pada Program Studi Ilmu Perairan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000. Sejak tahun 1993 penulis telah bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Perikan Universitas Sam Ratulangi Manado. Pada tahun 1995 penulis menikah dengan Monalisa Manoppo, SE dan dikaruniai satu orang anak Damitha Utiah.

(18)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang maha pengasih karena hanya dengan berkat kemurahanNya penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Peningkatan produksi perikanan dan peningkatan kualitas dan kuantitas benih ikan merupakan issue yang mendasari penelitian ini, dengan judul ”Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17β dan Tiroksin.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. M. Zairin Jr., M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ing Mokoginta, MS, Bapak Dr. Ridwan Affandi, DEA dan Bapak Prof. Dr. Komar Sumantadinata, M.Sc, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan nasihat, petunjuk dan bimbingan sangat berharga selama proses penelitian sampai dengan penyelesaian studi. Terima kasih kepada Prof. Dr. Hi. Enang Haris, MS. Ketua Program Studi Ilmu Perairan dan DR. Chairul Muluk mantan Ketua Program Studi Ilmu perairan yang terus memberikan motivasi dan nasehat agar penulis cepat selesai.

Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada DR. Agus Oman Sudrajat, M.Sc. sebagai penguji luar komisi dalam ujian tertutup, DR. Atmadja hardjamulia, MS. APU dan DR. Dedi Jusadi, M.Sc. sebagai penguji luar komisi dalam ujian terbuka, yang banyak memberikan masukan konstruktif penyempurnaan disertasi ini.

Terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada pimpinan Universitas Sam Ratulangi, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Manado yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan pendidikan. Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Pimpinan Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Pascasarjana, yang telah menerima penulis untuk belajar dan menyelesaikan studi di Lembaga ini.

(19)

melaksanakan penelitian di Instalasi Riset Cijeruk, terima kasih juga kepada Drs. Jojo Subardja, M.Si. sebagai kepala INRIS Cijeruk dan Ibu Ani Widiyati mantan kepala INRIS Cijeruk beserta staf karyawan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Banyak pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama proses perkuliahan, penelitian sampai penulisan disertasi; oleh karena itu ucapan terima kasih disampaikan kepada: staf administrasi dan perpustakaan Departemen Budidaya Perairan: Ibu Yuli, Ibu Hani dan Ibu Desi; teknisi laboratorium: Ibu Lina, Bapak Wasjan, Bapak Ranta, Bapak Jajang dan Bapak Kosasi (Biokimia Terpadu); Teman-teman di prog studi Ilmu Perairan: Suradi, Gunarto Latama, Hengky Sinyal dan Surya Darwisito; Rekan-rekan di Bogor: Anderson Kumenaung, Ridwan Lasabuda, Agung Windarto, Alfret Luasunaung, Adnan Wantasen, Edwin Ngangi, Donata Pandin, Tommy Lolowang, Hasnawaty, Joice Rimper.

Terima kasih kepada Ayahanda Prof. Drs Hi. M.H. Utiah dan Ibunda Dra Syamsiah Dalie (Alm), Ibu mertua Hj. Rohani Kombo, adik-adik, kakak-kakak dan adik-adik ipar, atas bantuan doa dan dana dalam penyelesaian studi penulis.

Secara khusus disampaikan terima kasih kepada istri tercinta Monalisa Manoppo SE atas pengertian, pengorbanan dan kesabaran selama penulis menyelesaikan studi. Terima kasih kepada anakda Damitha Anisa Utiah, yang penuh pengertian, kesabaran dan rela ditinggal lama tanpa didampingi secara fisik oleh penulis sebagai seorang ayah.

Penulis menyadari, bahwa apa yang penulis lakukan masih belum memadai karena keterbatasan waktu dan dana. Oleh karena itu kritik dan saran penyempurnaan selanjutnya penulis sangat hargai. Diharapkan apa yang penulis lakukan dapat bermanfaat dalam memacu perkembangan teknologi pembenihan ikan pada umumnya dan khususnya ikan baung .

(20)

DAFTAR ISI

Halaman PRAKATA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN v x xi xii I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... ... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan dan Manfaat...

1 3 4 II KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka... 2.1.1 Kematangan Gonad pada Ikan... 2.1.2 Kualitas Telur Ikan... 2.1.3 Peranan Asam Lemak Tak Jenuh (n-6 dan n-3) pada Kualitas Telur... 2.1.4 Peranan Hormon E2 dalam Reproduksi... 2.1.5 Peranan Hormon T4 dalam Reproduksi... 2.1.6 Faktor Lain yang Mempengaruhi Kualitas Telur... 2.2 Kerangka Teoritis….………... 2.3 Hipotesis...

5 5 8 11 14 15 16 17 18 III METODE PENELITIAN

3.1 Percobaan Tahap Pertama... 3.1.1 Rancangan Perlakuan... 3.1.2 Pakan Uji ... 3.1.3 Ikan Uji... 3.1.4 Pemeliharaan Induk dan Penetasan Telur ... 3.1.5 Analisis Data... 3.2 Percobaan Tahap Kedua………...……….. 3.2.1 Rancangan Perlakuan... 3.2.2 Pakan Uji... 3.2.3 Ikan Uji... 3.2.4 Implantasi Hormon ... 3.2.5 Pemeliharaan Induk dan Penetasan Telur... 3.2.6 Analisis Data...

19 19 20 21 21 23 25 25 25 25 26 26 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Percobaan Tahap I... 4.1.1 Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 Hati, Telur dan Larva... 4.1.2 Fosfolipid dan Lipid Netral...

(21)

4.1.3 Bobot Tubuh, Diameter Telur, Gonadosomatik Indeks dan Hepatosomatik Indeks... 4.1.4 Lama Waktu Matang, Fekunditas, Derajat Tetas Telur,

Derajat Kelangsungan Hidup dan Persentase Larva Abnormal 4.1.5 Pembahasan... 4.2 Percobaan Tahap II... 4.2.1 Kadar Estradiol-17β dalam Plasma Darah... 4.2.2 Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 Hati, Telur dan Larva... 4.2.3 Fosfolipid dan Lipid Netral... 4.2.4 Bobot Tubuh, Diameter Telur, Gonadosomatik Indeks dan Hepatosomatik Indeks... 4.2.5 Lama Waktu Matang, Fekunditas, Derajat Tetas Telur, Total Larva, Derajat Kelangsungan Hidup dan Persentase Larva Abnormal... 4.2.6 Pembahasan...

32 34 36 40 40 42 43 43

47 50 V KESIMPULAN DAN SARAN

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Kriteria perkembangan gonad ikan jambal siam betina secara morfologis

dan histologis pada berbagai tingkat kematangan (Siregar, 1999)... 7 2 Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan air tawar dewasa

(Sargent et al., 2002)... 14 3 Daya hidup telur setelah ovulasi pada berbagai spesies (Kjorsvik et al.,

1990)... 17 4 Komposisi pakan setiap perlakuan... 20 5 Komposisi proksimat dan asam lemak n-6 dan n-3 pakan percobaan (%

bobot kering)... 21 6 Total kadar asam lemak (% area) hati, telur dan larva ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap I……... 31 7 Kadar FL dan NL (%) telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap I... 32 8 Bobot tubuh, diameter telur, GSI dan HSI dari induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap I... 33 9 Lama waktu matang, fekunditas, derajat tetas telur, kelangsungan hidup

larva, dan persentase larva abnormal dari induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 35 10 Total kadar asam lemak (% area) hati, telur, dan larva ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 44 11 Kadar FL dan NL (%) telur induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr)

pada percobaan tahap II... 45 12 Bobot tubuh, diameter telur, GSI dan HSI dari induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 45 13 Lama waktu matang, fekunditas, derajat tetas telur, total larva, derajat

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Rata-rata diameter telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap I... 33 2 Struktur jaringan gonad induk-induk ikan baung (Hemibagrus nemurus

Blkr) pada percobaan tahap I, gonad yang diambil pada awal percobaan (A), gonad yang diambil pada akhir percobaan (B), granula kuning telur (g), nukleolus (n) dan sel teka (t). Pembesaran 40X. Pewarnaan HE...

34 3 Gambaran morfologis larva: normal (a), larva abnormal pada bagian

punggung (b) dan larva abnormal pada bagian perut (c) dari induk-induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap I ...

35 4 Kadar E2 plasma darah induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr)

pada percobaan tahap II... 41 5 Hubungan dosis E2 yang diimplantasi dengan kadar E2 plasma darah

induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 42 6

7

8

Rata-rata diameter telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... Struktur jaringan gonad induk-induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II: awal (a) dan akhir percobaan (b,c,d,e,dan f). Gonad induk matang dari kelima perlakuan secara berurut dari perlakuan A sampai E (b,c,d,e,f). Pembesaran 40X. Pewarnaan HE... Pembelahan sel telur-telur dari perlakuan A (a,b,c) dan telur-telur dari perlakuan E (d,e,f). Telur 1 jam setelah pembuahan (a dan d), telur 5 jam setelah pembuahan awal fase gastrulasi (b dan e), telur 10 jam setelah pembuahan awal organogenesis (c dan f)...

46

47

50

9 Gambaran morfologis larva: normal (a) abnormal (b, c dan d), dari induk ikan

baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 50 10 Warna telur dan cairan ovari: telur berwarna coklat kehitaman serta

cairan ovari agak cair dari induk perlakuan B (a), telur dan cairan ovari pada induk perlakuan A (b) pada percobaan tahap II...

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Komposisi asam lemak pakan percobaan (% area)... 63 2 Prosedur penyiapan preparat histologis gonad…….……… 64 3 Cara pembuatan pelet hormon E2 dan T4 ...………... 67 4 Prosedur radioimmunoassay………... 68 5 Analisis lipida polar (Takeuchi , 1988)………... 69 6 Komposisi asam lemak hati induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) (% area) pada percobaan tahap I...……….

70 7 Komposisi asam lemak telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) (% area)

pada percobaan tahap I……… 71

8 Komposisi asam lemak larva ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) (% area) pada percobaan tahap I...

72 9 Komposisi asam lemak hati induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) (% area) pada percobaan tahap II...…………... 73 10 Komposisi asam lemak telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) (% area)

pada percobaan tahap II…...………... 74 11 Komposisi asam lemak larva ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) (% area)

pada percobaan tahap II...………... 75 12 Hasil pengukuran bobot tubuh, diameter telur matang, GSI dan HSI induk

ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap I... 76 13 Analisis ragam diameter telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap I………... 77 14

15

Sebaran diameter telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap I…... Rataan diameter telur (mm) ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap I...

78

82 16 Data lama waktu matang gonad, fekunditas telur, derajat penetasan telur,

derajat kelangsungan hidup larva umur 2 hari dan persentase larva abnormal... 83 17 Analisis ragam lama waktu matang gonad induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap I... 84 18 Analisis ragam fekunditas telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

(25)

19 Analisis ragam derajat kelangsungan hidup larva dari induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap I... 85 20 Analisis ragam persentase larva abnormal ikan baung (Hemibagrus nemurus

Blkr) pada percobaan tahap I... 85 21 Analisis ragam derajat tetas telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr)

pada percobaan tahap I... 86 22 Rataan kadar E2 (ng/ml) plasma darah induk ikan baung (Hemibagrus nemurus

Blkr) pada percobaan tahap II... 87 23 Analisis ragam kadar E2 plasma darah induk ikan baung (Hemibagrus

nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 88 24 Analisis ragam kadar E2 plasma darah induk ikan baung (Hemibagrus nemurus

Blkr) berdasarkan waktu pengamatan pada percobaan tahap II... 89 25 Analisis regresi kadar dosis E2 dengan kadar E2 plasma dara pada pengamatan

ke 14 dari percobaan tahap II... 90 26 Hasil pengukuran bobot tubuh, diameter telur, GSI dan HSI induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 91 27 Analisis ragam diameter telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap II ... 91 28 Analisis ragam diameter telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr)

berdasarkan waktu pengamatan pada percobaan tahap II... 92 29 Rataan diameter telur (mm) ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap II... 93 30 Sebaran diameter telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan

tahap II………... 94 31 Data lama waktu matang gonad, fekunditas, derajat tetas telur, total larva,

derajat kelangsungan hidup larva umur 2 hari dan persentase larva abnormal

ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II... 99 32 Analisis ragam lama waktu matang gonad induk ikan baung

(Hemibagrus nemurus Blkr) pada percobaan tahap II...…... 100 33 Analisis ragam fekunditas telur induk ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr)

pada percobaan tahap II………... 100 34 Analisis ragam derajat tetas telur ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap II...………... 101 35 Analisis ragam total larva ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) pada

percobaan tahap II... 102 36 Analisis ragam derajat kelangsungan hidup larva ikan baung (Hemibagrus

(26)

37 Analisis ragam persentase larva abnormal ikan baung (Hemibagrus nemurus

(27)

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) adalah ikan air tawar yang terdapat di sungai-sungai di Indonesia. Usaha budidaya ikan baung, khususnya budidaya dalam keramba telah berkembang dengan pesat. Tetapi pesatnya perkembangan budidaya ikan ini belum diimbangi dengan tingkat produksi yang tinggi karena tidak didukung oleh produksi benih dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Hal ini disebabkan antara lain sulitnya mendapatkan induk matang gonad. Selain itu beberapa peneliti menunjukkan bahwa daya tetas telur ikan baung masih rendah yaitu sebesar 34.5% (Muflikhah, 1993), 63,63% (Hardiantho et al., 2002), dan 39% (Sukendi, 2005).

Kualitas telur yang berubah-ubah adalah salah satu faktor pembatas produksi massal benih ikan. Kualitas telur dipengaruhi faktor internal yang meliputi umur dan ukuran induk, dan genetik; serta faktor eksternal seperti pakan, suhu, kepadatan dan polusi. Masih banyak sisi budidaya yang perlu diketahui untuk memperbaiki kualitas telur dan meningkatkan produksi benih ikan baung, diantaranya kebutuhan nutrisi induk ikan baung yang belum diketahui. Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas pakan (protein dan lemak) yang diberikan kepada induk merupakan faktor penting yang mempunyai hubungan erat dengan kematangan gonad, jumlah telur yang diproduksi dan kualitas telur (Watanabe, 1988). Saat telur menetas, sumber energi untuk perkembangan larva ikan sangat bergantung kapada bahan bawaan telur yang telah disiapkan oleh induk.

(28)

Peran pakan dalam perkembangan gonad penting untuk fungsi endokrin yang normal. Tingkatan pakan tampaknya mempengaruhi sintesis maupun pelepasan hormon dari kelenjar-kelenjar endokrin. Kelambatan perkembangan gonad karena kekurangan pakan dapat menyebabkan rendahnya kadar gonadotropin hipofisis, kurangnya respon ovari terhadap stimulus hormon atau mungkin kegagalan ovari untuk menghasilkan jumlah estrogen yang cukup (Toelihere, 1981). Selain ketersediaan materi baik kualitas maupun kuantitas untuk mendukung proses reproduksi, diperlukan juga kerja hormon untuk meningkatkan proses sintesis vitelogenin dan penyerapannya oleh sel telur. Manipulasi hormonal yang sering dilakukan berupa suntikan dan implantasi hormon, tidak lain adalah upaya “potong kompas” mengganti sinyal lingkungan sebagai sinyal untuk pematangan gonad (Zairin, 2003). Setelah matang gonad, ikan baung masih memerlukan manipulasi hormonal karena ikan ini tidak dapat memijah secara spontan dalam wadah budidaya. Estradiol-17β (E2) merupakan perangsang biosintesis vitelogenin di hati. Vitelogenin yang disintesis di hati dengan bantuan hormon E2 disekresikan ke dalam aliran darah dan dibawa menuju ke gonad. Vitelogenin di dalam aliran darah secara selektif akan diserap oleh lapisan folikel oosit. Penyerapan vitelogenin oleh oosit dibantu oleh hormon gonadotropin dan tiroksin (T4). T4 merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang dikenal dengan struktur kimia L-3,5,3’,5’-tetraiodothyronine (T4). Selain membantu dalam proses penyerapan vitelogenin oleh oosit, keberadaan hormon (T4) dalam telur juga sangat membantu dalam menstimulasi perkembangan embrio (Ayson dan Lam, 1993).

(29)

sukar ditiru, maka pada penelitian ini digunakan kombinasi antara pakan dan hormon dengan memberikan lingkungan reproduksi yang optimal.

Dari uraian di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peranan perbandingan asam lemak tak jenuh n-6 dan n-3 dalam pakan dan dosis kombinasi hormon E2 dan T4 yang optimal untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas telur dan larva ikan baung.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang dihadapi dalam budidaya ikan baung adalah kurangnya pengetahuan mengenai kebutuhan nutrisi induk, khususnya kebutuhan asam lemak esensial untuk menghasilkan telur dan larva dengan kualitas maupun kuantitas yang tinggi. Rendahnya kualitas telur diduga karena rendahnya kadar fosfolipid dalam telur sehingga kualitas telur juga menjadi rendah akibatnya nutrien yang terserap oleh telur tidak dapat mendukung perkembangan larva.

Selain itu, pemberian pakan yang tidak optimal dapat menyebabkan kurangnya energi untuk mendukung proses reproduksi, terutama dalam mensintesis hormon E2 yang terlibat dalam proses vitelogenesis. Hormon E2 adalah hormon steroid yang disintesis pada lapisan granulosa folikel. Hormon ini disekresikan kedalam darah dan merupakan perangsang dalam biosintesis vitelogenin di hati.

Di dalam tubuh ikan, lipid terutama di hati terdapat dalam bentuk lipoprotein plasma kompleks, very low density lipoprotein (VLDL) dan low density lipoprotein (LDL) serta dengan kombinasi lipoprotein lipase dan lesitin membentuk high density lipoprotein (HDL). Kurangnya lipid yang diangkut ke hati dari pheripheral diduga akibat dari kurangnya lipid dalam pakan, juga lipid tersebut digunakan sebagai sumber energi untuk proses metabolisme. Akibatnya lipid yang disintesis membentuk vitelogenin sangat rendah sehingga mengakibatkan kadar fosfolipid telur rendah. Dipihak lain asam lemak essensial tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh sehingga perlu ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah yang optimal.

(30)

maka kuantitas dan kualitas telur menjadi rendah sehingga produksi larva juga menjadi rendah pula. Untuk mengatasinya perlu manajemen pemberian pakan, terutama jenis dan jumlah yang optimal serta perlakuan hormon yang dapat mendukung proses reproduksi. Dengan cara ini diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, kerja hormon optimal sehingga diharapkan kualitas vitelogenin dapat meningkat dan akhirnya kualitas telur meningkat pula, dengan demikian dapat dihasilkan benih dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengkaji penampilan reproduksi induk ikan baung dengan pemberian pakan buatan yang ditambahkan asam lemak n-6 dan asam lemak n-3. Serta keterkaitannya dengan komposisi asam lemak pada hati, telur dan larva.

2. Mengkaji penampilan reproduksi induk ikan baung dengan pemberian hormon E2 dan T4 serta kombinasinya yang diimplantasi pada induk yang diberi pakan optimal.

(31)

II.

KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kematangan Gonad Pada Ikan

Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie (2002), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 – 25 persen dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 5 – 10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al. (1979)bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telurnya.

Kematangan gonad ikan baung dimulai apabila telah mencapai panjang 215 mm dengan bobot 90g (Tang et al., 1999). Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal (Lagler et al., 1977). Lebih lanjut dikatakan bahwa kematangan gonad pada ikan tertentu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain dipengaruhi oleh suhu dan adanya lawan jenis, faktor dalam antara lain perbedaan spesies, umur serta sifat-sifat fisiologi lainnya.

(32)

kompak, terdapat di dalam rongga perut, berisi oogonium, oosit dengan sel-sel folikel yang mengitarinya, jaringan penunjang atau stroma, jaringan pembuluh darah dan saraf (Nagahama, 1983). Berdasarkan klasifikasi Wallace dan Selman (1981) pola perkembangan oosit ikan teleostei dapat dibagi atas tiga tipe, pertama disebut tipe sinkronisme total, yaitu semua oosit dalam ovarium dibentuk dalam waktu yang relatif sama. Tipe ini ditemukan pada ikan-ikan yang mengalami migrasi (“katadromous” dan “anadromous”). Tipe kedua, tipe sinkronisme kelompok. Pada tipe ini paling sedikit terdapat dua populasi oosit pada suatu saat. Ketiga adalah asinkronisme, yaitu oosit terdiri dari semua tingkat perkembangan. Tipe ini ditemukan pada ikan yang memijah sepanjang tahun, misalnya pada beberapa jenis ikan tropis.

Setiap oosit selama permulaan perkembangannya dikelilingi oleh selapis folikel. Dengan tumbuhnya oosit, sel-sel folikel membelah diri dan membentuk suatu lapisan folikular yang kontinyu (lapisan granulosa). Secara bersamaan dikelilingi bagian jaringan pengikat yang juga menjadi terorganisir membentuk suatu lapisan luar yang berbeda dari penutup folikular yang disebut lapisan teka. Dengan demikian oosit dikelilingi oleh dua lapisan utama, dibagian luar lapisan teka dan dibagian dalam adalah lapisan granulosa yang masing-masing dipisahkan oleh membran. Sel teka mengandung fibroblas, jaringan kolagen dan kapiler darah pada beberapa jenis ikan. Sel teka dan granulosa berperan sebagai penghasil steroid. Sel folikular pada pinggiran memainkan peranan penting dalam inkoporasi material lipoprotein yang berasal dari hati ke dalam oosit. Pematangan oosit dicirikan oleh pergerakan awal dari vesikula germinalis (germinal vesicle) dan diakhiri dengan tahap pembelahan meiosis pertama (Takashima dan Hibiya, 1995).

(33)

dilakukan karena dapat dilakukan di lapangan. Pembagian tingkat kematangan gonad berbeda setiap peneliti dan bergantung pada jenis ikan yang diteliti. Siregar (1999) membagi tingkat perkembangan gonad ikan jambal siam kedalam empat kelompok berdasarkan morfologi dan histologi (Tabel 1).

Ukuran sel telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yang dipijahkan ukuran telurnya makin kecil, misalnya pada ikan cod yang diameternya 1-1,7mm produksi telurnya 10 juta butir. Salmon atlantik diameter telur 5-6 mm produksi telurnya 2000-3000 (Blaxter, 1969). Sementara itu, untuk ikan baung dengan berat 2,7 kg produksi telurnya mencapai 1.365 sampai 160.235 butir (Tang et al., 1999).

Tabel 1. Kriteria perkembangan gonad ikan jambal siam (Pangasius hypophthalmus) betina secara morfologis dan histologis pada berbagai tingkat kematangan (Siregar, 1999)

TKG Morfologi Histologi

I

II

III

IV

Ovari kecil dan halus seperti benang, warna ovari merah muda, memanjang di rongga perut.

Ukuran ovari bertambah besar, warna coklat muda, butiran telur belum terlihat dengan mata telanjang.

Ukuran ovari relatif lebih besar dan mengisi hampir 1/3 rongga perut, butiran-butiran telur terlihat jelas dan berwarna kuning muda.

Gonad mengisi penuh rongga perut, semakin pejal dan warna butiran telur kuning tua. Butiran telur besarnya hampir sama dan mudah dipisahkan, kantung tubulus seminifer agak lunak.

Didominasi oleh oogonia berukuran 7.5-12.5µm, inti sel besar.

Oogonia menjadi oosit ukuran 200-250µm,

membentuk kantung kuning telur, sitoplasma berwarna ungu.

Lumen berisi telur. ukuran oosit 750-1125µm. Inti mulai tampak.

Inti terlihat jelas dan sebaran kuning telur mendominasi oosit. Ukuran oosit 1300-1500µm.

(34)

2.1.2 Kualitas Telur Ikan

Telur merupakan hasil akhir dari proses gametogenesis, setelah oosit mengalami fase pertumbuhan yang panjang yang sangat bergantung pada gonadotropin. Perkembangan diameter telur pada oosit teleostei umumnya karena akumulasi kuning telur selama proses vitelogenesis. Akibat proses ini, telur yang tadinya kecil menjadi besar.

Ada tiga macam bahan kuning telur yang berbeda 1) butir minyak (oil droplet), 2) gelembung kuning telur (yolk vesicle), 3) bola kecil kuning telur (yolk globule). Dalam vitelogenesis yang sedang berlangsung, sitoplasma telur yang matang ruangannya diisi oleh bola-bola kecil kuning telur saling bersatu dengan yang lainnya membentuk menjadi masa kuning telur.

Definisi kualitas telur yang umum digunakan adalah kemampuan telur untuk menghasilkan benih yang baik. Potensi telur untuk menghasilkan benih yang baik ditentukan oleh beberapa faktor, yakni faktor fisik, genetik dan kimia selama terjadi proses perkembangan telur. Jika satu dari faktor esensial ini tidak ada maka telur tidak berkembang dalam beberapa stadia. Beberapa indikator kualitas telur adalah sebagai berikut.

Pembuahan

Pembuahan atau fertilisasi merupakan asosiasi gamet, dimana asosiasi ini merupakan mata rantai awal dan sangat penting pada proses fertilisasi. Rasio pembuahan sering digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi kualitas telur.

(35)

Morfologi

Telur yang belum dibuahi bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau khorion. Di bawah khorion terdapat selaput yang kedua dinamakan selaput vitelin. Selaput yang mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak terdapat ruang diantaranya. Lapisan vitelin pada ikan mas mempunyai ukuran ketebalan 10.0-10.2 µm dan mempunyai struktur yang komplek dan terdiri dari 4 lapisan yang penamaannya berbeda berdasarkan penemu (Linhart et al., 1995). Lapisan bagian luar terdiri 2 bagian berdasarkan perbedaan sitokimia. Selanjutnya dikatakan bahwa kedua lapisan ini kaya akan protein.

Selama oogenesis kuning telur mengakumulasi sejumlah besar yolk granules dan lipid yang terisi pada bagian tengah. Diameter granula berkisar antara 6-24µm (Linhart et al., 1995). Jumlah dan distribusi dari lemak (butir lemak) sangat bervariasi dengan diameter 1-1.5µm (Linhart et al., 1995). Distribusi dari butir-butir lemak ini juga menjadi parameter kualitas telur.

Selama oogenesis, salah satu yang paling mencolok adalah pembentukan sebuah zona tebal yang sangat berdiferensiasi yang terdiri dari membran telur, membran vitelin, zona radiata, zona pelusida dan terletak diantara lapisan-lapisan granulosa dan oosit. Bergantung pada spesies dan tahap pertumbuhan oosit, membran telur bervariasi dalam hal ketebalan. Tebalnya 7-8µm pada oosit ikan mas koki dan sekitar 30 µm pada rainbow trout (Kjorsvik et al., 1990) .

Perubahan morfologi yang dialami membran mencerminkan adaptasi terhadap berbagai kondisi ekologi. Membran telur ini banyak mengandung protein dan karbohidrat. Belum dapat dipisahkan apakah asal membran ini dari oosit atau dari sel folikel atau dari kedua-duanya. Pada oosit kuda laut, Hippocampus erectus dan ikan pipa Syngnathus fuscus, membran dibentuk oleh oosit, sehingga diklasifikasikan sebagai selubung primer (Nagahama, 1983).

(36)

kelangsungan hidup. Pada pembelahan awal (blastomer) embrio tidak berdifferensiasi, dan ini menjadi dasar untuk perkembangan embrio selanjutnya. Kerusakan pada sel ini akan mempengaruhi perkembangan akhir dari embrio, dan akhirnya akan terjadi kerusakan pada salah satu sel dalam perkembangannya. Pengamatan juga termasuk melihat simetri pembelahan awal serta banyaknya embrio dan larva yang cacat.

Ukuran telur

Ukuran telur dapat dinyatakan dalam banyak cara. Diameter tunggal yang biasa digunakan, tetapi diameter terpanjang juga kadang-kadang digunakan. Selain itu panjang telur dan lebar telur juga digunakan. Ukuran-ukuran telur yang lain mencakup volume telur, bobot basah dan bobot kering. Dari segi energetika istilah terbaik untuk ukuran telur adalah kandungan energi per telur atau joule per telur. Kalori telur menunjukkan jumlah energi yang tersedia bagi embrio untuk berkembangan.

Ukuran telur berkorelasi dengan ukuran larva. Larva yang besar lebih tahan tanpa pakan dibandingkan dengan larva berukuran kecil yang dipijahkan dari telur kecil. Hubungan positif antara ukuran larva dan ukuran telur telah dilaporkan untuk Salmo salar, Onchorhynchus mykiss, Onchorhynchus keta, dan Clupea harengus (Kamler, 1992). Keuntungan ukuran awal yang dimiliki larva yang menetas dari telur besar dapat kurang berarti selama perkembangan selanjutnya, atau bahkan hilang. Pada Salmo salar keuntungan ini hilang setelah 5 minggu pertama pertumbuhan; pada Oncorhynchus mykiss keuntungan ini hilang setelah 16 minggu (Kamler, 1992).

Kemampuan larva yang kecil untuk bertumbuh sehingga mempunyai kecepatan yang sama dengan larva yang lebih besar sangat penting untuk tujuan komersial. Potensi yang sangat penting adalah menemukan kelangsungan hidup telur dan larva tidak dipengaruhi oleh ukuran telur (Kjorsvik et al., 1990).

Kandungan kimia

(37)

organisme yang tidak dapat mensintesis nutrien tersebut. Komponen ini harus ada dalam jumlah tertentu untuk kebutuhan fisiologi. Oleh karena itu parameter biokimia kualitas telur dapat digunakan. Hasil evaluasi biokimia kualitas telur sebelum fertilisasi mungkin dapat digunakan.

Material yang diperlukan selama perkembangan secara umum dapat dibagi menjadi 1) diperlukan secara langsung untuk sintesis jaringan embrionik, dan 2) digunakan untuk energi metabolisme (Tang dan Affandi, 2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah total dan relatif berbagai nutrien yang diperlukan jelas bervariasi bergantung kepada faktor seperti waktu pengeraman, ukuran ikan pada waktu menetas dan lamanya anak-anak ikan memerlukan persediaan bahan endogen sebelum menemukan semua keperluan dari sumber lain.

Kadar protein, lipid dan karbohidrat berkorelasi positif terhadap kelangsungan hidup larva. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisinya menentukan besar kecilnya ukuran telur (Kamler, 1992). Hasil penelitian dari pemijahkan induk belanak garis (striped mullet) dalam beberapa fasilitas yang berbeda (air laut dan air payau atau ditempatkan di dalam gedung serta di kolam air payau), menunjukkan kadar asam oleat, eikosanoat dan arakidonat yang berbeda kadarnya pada telur induk matang (Tamaru et al., 1991). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pematangan induk akan mempengaruhi kandungan kimia telur.

2.1.3 Peranan Asam Lemak Tak Jenuh (n-6 dan n-3) Pada Kualitas Telur

Lemak pakan merupakan sumber energi dan sumber asam lemak esensial bagi ikan. Sumber dari lemak akan menentukan susunan asam lemak esensialnya. Pada tubuh ikan, asam lemak tersebut merupakan salah satu senyawa fosfolipid membran sel. Watanabe (1988) melaporkan bahwa lemak, selain sebagai sumber energi juga digunakan untuk struktur sel, dan mempertahankan integritas pada biomembran.

(38)

meningkatkan derajat kelangsungan hidup larva (Izquierdo et al., 2001). Lebih lanjut dikatakan bahwa pada beberapa spesies, HUFA dalam pakan induk dapat meningkatkan fekunditas, fertilisasi dan kualitas telur.

Fosfolipid disusun oleh gliserol, fosfat, asam lemak esensial dan non esensial terutama asam lemak dari kelompok HUFA (High Unsaturated Fatty Acid) dan PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) berperan penting untuk kegiatan metabolisme, komponen membran, senyawa awal prostaglandin seperti tromboksan, prostasiklin dan leukotrin (BNF, 1992). Lebih lanjut dikatakan kadar lipid telur masak adalah sebasar 2-10% dari berat telur bergantung kepada spesiesnya. Telur yang mengandung lipid tinggi mempunyai banyak gelembung minyak berisi lipid netral (tryacyl gliserol dan wax ester).

Hepher (1990) menyatakan bahwa lipid netral berfungsi sebagai energi metabolisme bagi embrio selama perkembangan; sedangkan fosfolipid berguna untuk penyediaan asam lemak essensial yang diendapkan menjadi membran sel sebagai jaringan. Telur dengan kadar lipid tinggi disertai dengan lipid netral yang tinggi kadarnya merupakan ciri telur yang masa pengeramannya lama sampai beberapa minggu seperti pada salmon.

Hubungan positif antara kelangsungan hidup dengan konsentrasi lipid total telur telah ditunjukkan Xu et al. (1993) pada udang cina (Penaeus chinensis). Diyakini bahwa kadar asam lemak telur dapat meningkatkan daya tetas dan daya hidup larva. Dilaporkan bahwa induk ikan yang diberi pakan yang kekurangan asam lemak esensial (EFA) akan menghasilkan telur yang rendah daya tetasnya dan sebagian besar dari larva yang dihasilkan adalah abnormal (Watanabe et al., 1984). Pengaruh ini jelas terlihat pada pemberian pakan tanpa asam lemak esensial pada induk ikan redsea bream yang dilakukan 2-3 bulan sebelum memijah.

(39)

dalam pakan induk karena sangat terkait dengan kualitas telur terutama untuk meningkatkan daya tetasnya. Namun dari hasil penelitian pada Japanese flounder, Furuita et al. (2002) memperoleh proporsi n-3 HUFA tidak boleh lebih dari 32% (diantara 20-25% dari total asam lemak) karena meningkatnya level n-3 HUFA dapat menurunkan level asam amino dalam telur yang menyebabkan menurunnya kualitas telur.

Leray et al. (1985) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh defisiensi asam lemak esensial terhadap proses reproduksi ikan trout selama satu tahun. Ternyata efisiensi fertilisasi sebanding antara telur-telur yang berasal dari induk yang mendapat pakan tanpa asam lemak esensial dan dari induk yang mendapatkan asam lemak esensial. Namun kematian embrio tertinggi dapat terjadi pada hari ke 8 dan ke 22 pada kelompok telur yang induknya tidak mendapatkan asam lemak essensial. Berdasarkan pengamatan morfologi maka ternyata kegagalan pembelahan sel yang normal (sel tidak berkelompok) terjadi pada stadia ke 16 dan ke 32 sel, dan juga terjadi suatu hambatan perkembangan gastrulasi, dan pada akhirnya terjadi berbagai kelainan pada proses organogenesis. Selain gejala abnormal tersebut, vitelus pada kelompok larva yang berasal dari induk yang mendapat makanan tanpa asam lemak esensial lebih cepat habis dibandingkan dengan kelompok larva yang berasal dari induk yang mendapat makanan yang mengandung asam lemak esensial (50 hari vs 60 hari). Dari hasil ini ternyata asam lemak mempunyai peranan yang sangat penting sampai ke perkembangan larva.

Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan air tawar di daerah tropik dapat dipenuhi dari asam lemak linoleat (18:3n-6) atau linolenat (18:3n-3) atau kombinasi keduanya (Hepher, 1990). Selanjutnya dikatakan bahwa ikan ini mempunyai kemampuan untuk mengkonversi asam-asam lemak tadi menjadi asam lemak berantai karbon panjang C20 dan C22 dengan jalan memperpanjang rantai

(40)

2.1.4Peranan Hormon E2 dalam Reproduksi

Saat ini telah banyak yang diketahui tentang keterlibatan hormon dalam proses vitelogenesis. Selain E2 beberapa hormon diduga terlibat dalam pertumbuhan oosit adalah GTH, T4, Triiodotironin, insulin dan hormon pertumbuhan (GH) (Tang dan Affandi, 2000). E2 adalah estrogen utama pada ikan betina. E2 merupakan perangsang dalam biosintesis vitelogenin di hati. Disamping itu E2 yang terdapat dalam darah memberikan rangsangan balik terhadap hipofisis dan hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan oleh E2 terhadap hipofisis ikan adalah rangsangan dalam proses pembentukan gonadotropin. Rangsangan terhadap hipotalamus adalah dalam memacu sintesis GnRH.

Tabel 2. Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan air tawar dewasa (Sargent et al., 2002)

Spesies ikan

Asam lemak

esensial % bobot kering

Rainbouw trout (Onchorhynchus mykiss)

Chum salmon (Onchorhynchus keta)

Coho salmon (Onchorhynchus kisutch)

Cherry salmon (Onchorhynchus masou)

Arctic charr (Salvelinus alpinus)

Ikan mas (Cyprinus carpio)

Ikan koan (Ctenopharyngodon idella)

Tilapia :

Oreochromis zilli

Oreochromis nilotica

Sidat (Anguilla japonica)

Ayu (Plecoglossus altivelis)

Ikan bandeng (Chanos chanos)

Channel catfish (Ictalurus punctatus)

8:3n-3

n-3 HUFA

18:2n-6 dan 18:3n-3

18:2n-6 dan 18:3n-3

18:3n-3 atau n-3 HUFA

18:3n-3

18:2n-6

18:3n-3

18:2n-6 dan 18:3n-3

18:2n-6

18:2n-6

18:2n-6 dan 18:3n-3

18:3n-3 atau 20:5n-3

18:2n-6 dan 18:3n-3

18:3n-3

n-3 HUFA

0.7-1.0

0.4-0.5

1.0 untuk masing-masimg

1.0 untuk masing-masimg

1.0

1.0-2.0

1.0

0.5-1.0

1.0 dan 0.5

1.0

0.5

0.5 untuk masing-masimg

1.0

0.5 untuk masing-masimg

1.0-2.0

0.5-0.75

[image:40.612.112.528.342.698.2]
(41)

GnRH yang dihasilkan bekerja untuk merangsang hipofisis dalam melepaskan gonadotropin. Gonadotropin yang dihasilkan nantinya berperan dalam proses biosintesis E2 pada lapisan granulosa. Siklus hormon terus berjalan di dalam tubuh ikan selama terjadinya proses vitelogenesis (Nagahama, 1983; Yaron, 1995).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi E2 akan meningkatkan konsentrasi vitelogenin darah dan konsentrasi E2 yang tinggi dijumpai pada saat vitelogenesis (Hassin et al., 1991). Penelitian untuk melihat hubungan tersebut telah dilakukan pada ikan trout, Salmo trutta dan rainbouw trout Salmo gairdneri (Hjartarson et al., 1991), striped bass Morone sexatilis (Sullivan et al., 1991), dan Clarias macrocepalus (Tan-Fermin et al., 1997). Sintesis vitelogenin di hati sangat dipengaruhi oleh E2 yang merupakan stimulator dalam biosintesis vitelogenin. Selain itu, dipengaruhi juga oleh androgen seperti testosteron yang ada dalam tubuh ikan dan mungkin karena perubahan dari androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase folikel (Yaron, 1995). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan GtH dapat meningkatkan E2, dan pola kadar E2 seiring dengan perkembangan telur (Yaron, 1995; Tan-Ferming et al., 1997).

2.1.5 Peranan Hormon T4 dalam Reproduksi

Aktivitas setiap sel-sel tubuh memerlukan oksigen sehingga sebagian besar sel-sel itu memerlukan hormon tiroid. Dalam status defisiensi T4 pertumbuhan dan perkembangan kelenjar seks biasanya akan terganggu dan mengalami retardasi. Defisiensi hormon tiroid menyebabkan ovarium dan testis menunjukkan gejala-gejala disfungsi akibat terjadinya degenerasi pada sel-selnya sehingga baik ovarium maupun testes mengalami atropi.

(42)

yakni pengikatan iodium pada asam amino tirosin dan penyatuan dua molekul diiodotironin (DIT) yang merupakan molekul dari asam amino tirosin. Konsentrasi T4 pada Salmo gaidneri enam kali lebih banyak dibandingkan triiodotironin (Donaldson et al., 1979).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hormon T4 juga dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva, misalnya penelitian pada ikan betutu (Banta, 1997). Pada ikan mas yang diteliti oleh Lam dan Sharma (1985), hormon T4 dapat menstimulasi perkembangan embrionik pada ikan mas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi T4 sebesar 0,01 ppm memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan larva ikan mas. Diketahui beberapa jenis hormon cenderung ada pada telur-telur dan larva ikan. Keberadaan hormon T4 pada tahap awal hidup ikan teleostei secara tidak langsung menunjukkan bahwa hormon ini punya peranan dalam perkembangan ikan (Ayson dan Lam, 1993). Larva ikan beronang berumur 7 hari dari induk yang disuntik T4 sebesar 10 dan 100 µg/g bobot tubuh menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan induk kontrol dan induk yang disuntik T4 1 µg/g bobot tubuh. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa penambahan hormon T4 dapat mempengaruhi pertumbuhan pada Salmo gairdneri, Salmo trutta, Salvelinus fontinalis, Onchorhynchus kisutch, Lebistes reticulatus, Carassius auratus dan Mugil auratus (Donaldson et al., 1979).

2.1.6 Faktor Lain yang Mempengaruhi Kualitas Telur

Lewat matang (over ripe) pada telur dapat terjadi pada induk. Hal ini sangat penting untuk menentukan waktu pembuahan telur yang tepat setelah ovulasi. Lewat matang dapat menjadi masalah khususnya pada ikan yang pemijahannya harus diurut dan dibuahi secara buatan. Hasil dari beberapa penelitian mengenai fertilitas telur setelah ovulasi dapat dilihat pada Tabel 3.

(43)

pada telur yang lewat matang kadar dari isi telurnya sama seperti gonad-gonad yang belum matang. Craik dan Harvey (1984) menemukan bahwa perubahan utama yang berhubungan dengan lewat matang pada telur rainbouw trout adalah hilangnya sejumlah bahan, meningkatnya kadar air dan menurunnya protein penting.

Tabel 3. Daya hidup telur setelah ovulasi pada berbagai spesies (Kjorsvik et al., 1990).

Spesies Daya hidup

setelah ovulasi Temperatur (°C)

Roccus saxatilis Salmo gairdneri Salmo trutta Salvelinus alpinus Clarias macrocephalus Plecoglossus altivelis Limanda yokohama Scophthalmus maximus Hippoglossus hippoglossus Gadus morhua

Clupea harengus pallasi Clupea harengu

1jam 10 hari 5-7 hari 4-6 hari

< 28 jam

> 76 jam

7 hari 10 jam 24 jam 48 jam 10 jam

> 6 jam

9 jam 2 minggu 48 jam 10-13 jam 10-12 10 15 10 6.5 26-31 12±1 12-14 4 5 8-10 4 0.8

Pertumbuhan gonad, fekunditas dan kemampuan telur diketahui sangat tergantung pada pengaruh lingkungan, seperti suhu, pakan, faktor-faktor stres dan fotoperiodisitas (Carrillo et al., 1989; Aida et al., 1991; Campbell et al., 1991; Pankhurst dan Van Der Kraak, 1997). Selama gametogenesis suhu sangat penting untuk keberhasilan pemijahan dan daya hidup telur. Pepin et al. (1997) menyatakan bahwa suhu mempengaruhi perkembangan telur dan pemijahan dari ikan Atlantik cod (Gadus morhua). Kjorsvik et al. (1990) menyimpulkan bahwa suhu penting untuk kualitas telur yang baik seperti pada ikan mas.

2.2 Kerangka Teoritis

[image:43.612.148.482.206.442.2]
(44)

kelamin yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan pematangan gonad. Ukuran ikan saat pertama kali matang dalam setiap spesies berbeda, bahkan dalam satu speies pun akan berbeda bergantung kepada kondisi ekologis lingkungan hidupnya (Sjafei et al., 1992).

Telah diketahui bahwa asam lemak tak jenuh n-6 dan n-3 dapat meningkatkan kualitas telur. Peningkatan asam lemak tak jenuh n-6 dan n-3 dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan kadar asam lemak dalam vitelogenin sehingga terjadi peningkatan kadar fosfolipid telur akhirnya dapat meningkatkan derajat penetasan dan derajat kelangsungan hidup larva.

Vitelogenesis terjadi karena adanya sinyal lingkungan yang mempengaruhi hipotalamus dalam merangsang hipofisis menghasilkan gonadotropin yang nantinya akan mempengaruhi sintesis testosteron yang akan diubah menjadi E2. E2 merupakan perangsang utama dalam biosintesis vitelogenin di hati. T4 berperan dalam menstimulasi anabolisme (Matty, 1985) dan membantu proses penyerapan vitelogenin oleh oosit. T4 sangat diperlukan dalam proses perkembangan embrio dalam fase perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu T4 diduga dapat meningkatkan daya hidup larva.

2.3 Hipotesis

Apabila pakan dengan penambahan asam lemak n-6 dan n-3 dengan jumlah dan perbandingan yang tepat dapat meningkatkan kualitas vitelogenin maka kualitas fosfolipid telur meningkat sehingga daya tetas telur dan kelangsungan hidup larva meningkat.

(45)

III.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Percobaan tahap pertama mengkaji keterkaitan asam lemak tak jenuh n-6 dan n-3 yang ditambahkan dalam pakan buatan dari sumber alami (minyak ikan dan minyak jagung) dengan kualitas telur dan larva ikan baung. Hasil percobaan tahap pertama ini digunakan sebagai acuan untuk mengkaji berapa banyak penambahan asam lemak n-6 dan n-3 serta perbandingannya dalam pakan buatan sehingga dapat meningkatkan kualitas telur ikan baung. Di samping itu dikaji juga seberapa besar asam lemak tak n-6 dan n-3 yang diserap oleh telur.

Percobaan tahap kedua adalah mengkaji keterkaitan kombinasi hormon E2 dan T4 pada berbagai dosis yang diimplantasi dan menggunakan pakan yang terbaik hasil percobaan tahap pertama dengan kualitas telur dan larva ikan baung. Percobaan tahap kedua ini merupakan percobaan untuk memperoleh dosis yang optimum untuk mempercepat pematangan gonad dan meningkatkan kualitas telur. Fenomena tersebut dapat diindikasikan antara lain pada lama waktu matang, fekunditas, derajat tetas telur dan derajat kelangsungan hidup larva.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) Cijeruk, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dimulai sejak Februari 2005 sampai Februari 2006.

3.1 Percobaan Tahap Pertama

Percobaan tahap pertama merupakan percobaan untuk mengetahui dosis penambahan minyak ikan dan minyak jagung sebagai sumber asam lemak tak jenuh (n-6 dan n-3) pada pakan induk ikan baung dalam meningkatkan kualitas telur.

3.1.1 Rancangan Perlakuan

(46)

Sebagai perlakuan adalah penambahan asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan percobaan (Tabel 4).

3.1.2 Pakan uji

Pakan uji yang digunakan ada empat jenis pakan yang berbeda dalam kadar asam lemak n-6 dan n-3. Pakan dibuat dalam bentuk pelet (Lampiran 3) dengan komposisi pakan berdasarkan komposisi pakan buatan untuk ikan patin dengan kadar protein 37.81 - 38.09% dan rasio energi protein 8,5 - 9,0 kkal DE/g. Asam lemak tak jenuh n-3 ditambahkan dengan pemberian minyak ikan dan n-6 dengan penambahan minyak jagung. Komposisi pakan utama yang digunakan didasarkan pada komposisi pakan dari percobaan Mokoginta et al. (2000) yang digunakan untuk ikan patin.

[image:46.612.109.539.472.633.2]

Selanjutnya pakan tersebut dianalisis proksimat dan kadar asam lemaknya. Komposisi pakan dan proksimat pakan serta asam lemak pakan disajikan pada Tabel 4 dan 5. Pengukuran kadar protein pakan dilakukan dengan menggunakan metode Kjedahl dan pengukuran kadar lemak dilakukan dengan metode Folch et al. (1975) (Takeuchi, 1988). Pengujian kadar asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 pakan dilakukan de

Gambar

Tabel 2. Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan air tawar dewasa (Sargent  et al., 2002)
Tabel 3. Daya hidup telur setelah ovulasi pada berbagai spesies (Kjorsvik et al., 1990)
Tabel  4.   Komposisi pakan setiap perlakuan
Tabel  5. Komposisi proksimat dan asam lemak n-6 dan n-3 pakan percobaan (% bobot kering)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara normatif pengeluaran ritual masyarakat Hindu di Bali mengalir begitu saja sepanjang masa, bahkan semasih dalam kandungan (manusa yadnya) sampai pada kehidupan

Dengan diketahuinya tingkat pengetahuan strategi dan taktik siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola SMP N 1 Borobudur Kabupaten Magelang dalam bermain sepakbola

Untuk paket soal yang baru dibuat diatas, sifatnya masih “kosong” sehingga perlu dilakukan seleksi soal secara manual, dengan cara klik gambar pensil ( ) sehingga muncul

3.2.4 Melalui kegiatan diskusi lompok, siswa dapat menjelaskan perubahan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dalam aspek proses transaksi perdagangan yang

Dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi pengukuran spektrum vibrasi sampel protein menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infrared mode transmisi FT-IR

Solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan kebutuhan ruang parkir saat ini maupun pengembangan pada 5 tahun mendatang adalah dengan membuat ruang parkir komunal dengan

Dewasa ini telinga kita tidak asing lagi mendengar kata genosida atau pembantaian masal, secara umum genosida ini disimpulkan sebagai kejahatan yang paling kejam.Genosida adalah