SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2011-2013
OLEH
GABRIEL ABDILLAH
110503308
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S1 AKUNTASI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : GABRIEL ABDILLAH
NIM : 110503308
PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011-2013
Tanggal ... Ketua Departemen Akuntansi
( Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak )
Tanggal ... Dekan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S1 AKUNTANSI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : GABRIEL ABDILLAH
NIM : 110503308
PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011-2013
Medan, 2015
Menyetujui Pembimbing,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM S1 AKUNTANSI
MEDAN
Telah diuji pada Tanggal
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011-2013 adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 2015 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2011-2013
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan rata-rata audit delay tahun 2011 s/d 2013.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yaitu ukuran perusahaan, ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik), jenis pendapat auditor, laba/rugi usaha perusahaan, jenis industri dan profitabilitas.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dari 129 perusahaan manufaktur diperoleh 18 perusahaan sampel.Data yang digunakan adalah data sekunder.
Penelitian ini menganalisis hubungan antara Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP),Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas terhadap audit delay. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, dan Jenis Industri tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Secara simultan baik variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay padaperusahaan manufaktur tahun 2011-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING DURATION COMPLETION OF AUDIT (AUDIT DELAY) CONTAINED IN MANUFACTURING
COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) YEAR 2011-2013
The purpose of this study was to determine the influence of factors that affect audit delay and the average audit delay of 2011 s / d 2013.Faktor-factors that influence audit delay is the size of the company, the size of the KAP (Public Accounting Office), the type of auditor's opinion, profit / operating loss of the company, type of industry and profitabilitas.Penelitian this is a type of causal research with the study population is a manufacturing company in Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2013.Pemilihan samples was done by using purposive sampling technique. Of the 129 manufacturing companies acquired 18 companies sampel.Data used is secondary data.
This study analyzed the relationship between the size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability of the audit delay. Statistical methods used in this research is descriptive statistical analysis and logistic regression analysis.
The results showed that in partial profitability significantly influence audit delay, while the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business and Industry Type no significant effect on audit delay. Simultaneously both the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability significant effect on audit delay padaperusahaan manufacturing 2011-2013 listed in the Indonesia Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA
PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2011-2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran,
motivasi dandoa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, padakesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Syafruddin Ginting Sugihen,MAFIS,Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-I
Akuntansi dan Dra. Mutia Ismail, MM selaku sekretaris Program Studi
S-I Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
4. Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing Penulis,
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing dan
5. Bapak Drs.Hasan Sakti Siregar, Msi, Ak selaku dosen pembaca/penilai yang
telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini,
6. Teristimewa untuk kedua Orang Tua tercinta Ayahanda Drs. Muhammad Ali
Yahya, SE dan Ibunda Drg. Siti Jamilah Azizi Surbakti, dan Kakak penulis
Rizki Ramadhani, SH yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat
kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga skripsi ini terselesaikan.
Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari dikarenakan adanya
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan hal – hal
yang kurang berkenan di hati pembaca. Kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi sempurnanya skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada
khususnya.
Medan, 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
3.6.3.1Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of fit) ... 52
3.6.3.2 Penilaian keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 52
3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 54
3.6.4.1 Uji Regresi Parsial (Uji Statistik t)... 54
3.6.4.2 Uji Hipotesis Analisis Simultan (Uji F) ... 55
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 56
4.2 Uji Asumsi Tidak Terjadi Multikolinearitas ... 59
4.3 Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test) ... 60
4.4 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 62
4.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)... ... 64
4.6. Uji Signifikansi Model secara Simultan ... 64
4.7. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Logistik secara Individu (Uji Wald) ... 65
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 68
5.3 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 33
3.1 Daftar Sampel 44
4.1 Statistik Deskriptif 56
4.2 Statistik Deskriptif Audit Delay 57
4.3 Statistik Deskriptif Ukuran KAP 57
4.4 Statistik Deskriptif Opini Auditor 58
4.5 Statistik Deskriptif Laba Rugi 58
4.6 Statistik Deskriptif Jenis Industri 59
4.7 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi 60
4.8 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal) 61
4.9 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir) 61
4.10 Hosmer and Lemeshow Test 62
4.11 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel 63
4.12 Nagelkerke R Square 64
4.13 Uji Signifikansi Model secara Simultan 65
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan 73
2 Pengumpulan Data Penelitian 77
3 Daftar Sampel Perusahaan 79
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2011-2013
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan rata-rata audit delay tahun 2011 s/d 2013.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yaitu ukuran perusahaan, ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik), jenis pendapat auditor, laba/rugi usaha perusahaan, jenis industri dan profitabilitas.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dari 129 perusahaan manufaktur diperoleh 18 perusahaan sampel.Data yang digunakan adalah data sekunder.
Penelitian ini menganalisis hubungan antara Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP),Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas terhadap audit delay. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, dan Jenis Industri tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Secara simultan baik variabel Ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Usaha, Jenis Industri, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay padaperusahaan manufaktur tahun 2011-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING DURATION COMPLETION OF AUDIT (AUDIT DELAY) CONTAINED IN MANUFACTURING
COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) YEAR 2011-2013
The purpose of this study was to determine the influence of factors that affect audit delay and the average audit delay of 2011 s / d 2013.Faktor-factors that influence audit delay is the size of the company, the size of the KAP (Public Accounting Office), the type of auditor's opinion, profit / operating loss of the company, type of industry and profitabilitas.Penelitian this is a type of causal research with the study population is a manufacturing company in Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2013.Pemilihan samples was done by using purposive sampling technique. Of the 129 manufacturing companies acquired 18 companies sampel.Data used is secondary data.
This study analyzed the relationship between the size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability of the audit delay. Statistical methods used in this research is descriptive statistical analysis and logistic regression analysis.
The results showed that in partial profitability significantly influence audit delay, while the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business and Industry Type no significant effect on audit delay. Simultaneously both the variable size of the company, size of the Public Accounting Firm (KAP), type Auditor Opinion, Profit or Loss of Business, Industrial type, and Profitability significant effect on audit delay padaperusahaan manufacturing 2011-2013 listed in the Indonesia Stock Exchange.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan Keuangan merupakan potret implementasi pertanggung jawaban
perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas laporan
keuangan tersebut (Tiono dan Jogi C, 2013). Perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) wajib melaporkan laporan auditnya ke Bursa Efek Indonesia
secara tepat waktu agar informasi yang diperoleh oleh pihak yang membutuhkan
semakin relevan.
Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan
akan transparansi kondisi keuangan suatu perusahaan. Hal ini berakibat pada
penyampaian laporan keuangan. Laporan keuangan yang biasanya disampaikan
ada tiga bentuk, yaitu laporan tahunan, laporan tengah tahunan, dan laporan
triwulan yang disebut juga laporan keuangan intern. Laporan keuangan tahunan
diterbitkan selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal berakhirnya tahun buku.
Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan paling lambat 60 hari atau 90 hari
kemudian tanpa disertai laporan akuntan atau 120 hari tetapi telah disertai dengan
laporan akuntan. Sedangkan laporan triwulan diterbitkan paling lambat 60 hari
setelah triwulanan buku perusahaan berakhir tanpa disertai laporan akuntan,
sehingga laporan ini biasanya bersifat sukarela. Laporan keuangan yang
diaudit oleh akuntan publik yang telah terdaftar pada Badan Pengawas Pasar
Modal.
Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung
jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memicu auditor untuk
dapat bekerja secara lebih profesional. Salah satu bentuk profesionalitas auditor
adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu
perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangannya kepada masyarakat
maupun kepada Bapepam sendiri, tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam
menyelesaikan laporan auditnya. Ketepatan waktu ini berkaitan dengan manfaat
yang terkandung dalam laporan keuangan. Suatu manfaat akan sangat membantu
apabila dapat diterima tepat pada waktunya. Jika terjadi penundaan waktu yang
tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan
akan kehilangan relevansinya.
Dalam penyelesaian pekerjaan lapangannya, auditor membutuhkan waktu
untuk melakukan pencatatan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian internal dan pengumpulan bukti-bukti
kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan
dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapatan atas laporan
keuangan. Auditor akan dihadapkan dalam dilema antara menyelesaikan laporan
auditnya tepat waktu dan melaksanakan audit sesuai dengan standar yang berlaku
demi kualitas laporan audit. Lamanya waktu penyelesaian audit akan berpengaruh
pada ketepatan waktu informasi tersebut disampaikan. Ketepatan waktu pelaporan
Ketepatan waktu pelaporan keuangan bisa berpengaruh pada nilai informasi dalam
laporan keuangan tersebut. Keterlambatan pelaporan akan menimbulkan reaksi
negatif dari pelaku pasar modal karena laporan keuangan auditan memuat
informasi tentang laba yang dihasilkan perusahaan yang digunakan sebagai pelaku
pasar modal untuk memprediksi nilai perusahaan, dalam hal ini adalah harga
sahamnya. Pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns
dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian
audit yang diselesaikan oleh auditor. Perbedaan waktu ini, dalam audit, sering
disebut sebagai audit delay. Semakin panjang audit delay, maka semakin lama
auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya.
Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu
perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya isu
maupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai perusahaan
tersebut. Semakin panjang waktu untuk publikasi laporan keuangan tahunan sejak
akhir tahun buku suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan informasi
tersebut bocor kepada investor tertentu atau bahkan menimbulkan terjadinya
masalah bagi perusahaan tersebut di bursa saham.
Pihak regulator mencegah terjadinya masalah ini dengan cara menentukan
suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang
harus dipenuhi oleh suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk menjaga relevansi
dan reliabilitas informasi yang dibutuhkan para pelaku bisnis sehingga
menggairahkan aktivitas bisnis investasi suatu negara. Berdasarkan Kerangka
Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang
merupakan ciri khas informasi laporan keuangan yang berguna bagi para
pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal,
dan dapat diperbandingkan. Hal ini sesuai dengan PSAK No.1 2007 tentang
Kerangka Dasar dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 43, yaitu kendala
relevansi dan keandalan laporan keuangan adalah ketepatan waktu pelaporan
keuangan. ”Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan,
maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen
mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relevansi antara pelaporan tepat waktu
dan ketentuan informasi handal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering
kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya
diketahui” (Widosari,2012).
Peraturan Kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyajian laporan
keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Bapepam No.80/PM/1996 tentang
kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala, yang kemudian pada tahun
2003 dikeluarkan peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor X.K.2,
Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor
KEP-36/PMK/2003 yang berlaku 30 September 2003 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa semua
perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan
auditan secara berkala kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan
Pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen yang bertujuan
untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan memerlukan waktu yang
cukup panjang. Menurut Petronila (2007) dalam Lianto dan Kusuma (2010) hal
ini disebabkan karena terbatasnya jumlah karyawan yang akan melakukan audit,
banyaknya transaksi yang akan diaudit, kerumitan transaksi dan pengendalian
internal yang kurang baik.
Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak terhadap lamanya
penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas
auditnya. Waktu untuk menyelesaikan pengauditan laporan keuangan oleh auditor
di ukur berdasarkan lamanya hari sejak tanggal tahun tutup buku per 31 Desember
sampai pada tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Perbedaan
waktu ini di sebut audit report lag (Aryati dan Theresia,2005).
Pada tahun 2013 banyak perusahaan yang terlambat menyerahkan laporan
keuangan kepada Bapepam. Dikutip dari ipotnews, Otoritas Bursa Efek Indonesia
(BEI) menginformasikan terdapat 52 emiten yang hingga 1 April 2013 belum
menyampaikan laporan keuangan auditan yang berakhir 31 Desember 2012. Dari
daftar nama ke 52 emiten tersebut, terdapat 7 emiten grup bakrie yang terlambat
menyerahkan laporan keuangan tahun 2012 kepada Bapepam.
Dikutip dari ipotnews, Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia
melalui keputusan Nomor:Kep.307/BEJ/07/2004 juga menyatakan hal yang sama
dan mengenakan sanksi berupa teguran dan denda secara berkala bagi perusahaan
yang terlambat mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada jangka waktu
30 hari dengan denda Rp25.000.000,00 peringatan tertulis kedua dengan denda
Rp50.000.000,00 untuk keterlambatan sampai dengan 60 hari, peringatan tertulis
ketiga dengan denda Rp150.000.000,00 untuk keterlambatan sampai dengan 90
hari, serta sanksi suspense efek emiten untuk keterlambatan lebih dari 90 hari.
Lamanya waktu penyelesaian proses audit (audit delay) akan
mempengaruhi ketepatan waktu dalam publikasi informasi laporan keuangan akan
berdampak pada ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang
dipublikasikan. Bagi publik, ketepatan waktu atas laporan keuangan
mengindikasikan adanya sinyal dari perusahaan untuk menunjukkan kualitas
kinerja perusahaan dan kredibilitas kualitas informasi akuntansi yang tinggi atas
apa yang dilaporkannya.
Penyajian Laporan keuangan secara tepat waktu merupakan aspek yang
strategis untuk memperoleh keunggulan kompetitif dalam menunjang
keberhasilan perusahaan, terutama agar image perusahaan di mata publik menjadi
lebih baik, yang kemudian diharapkan timbulnya kepercayaan publik terhadap
kualitas informasi yang disajikan oleh pihak perusahaan.
Suatu keterlambatan publikasi laporan keuangan dapat menjadi indikasi
bahwasanya terdapat masalah dalam laporan keuangan perusahaan tersebut,
sehingga memerlukan waktu lebih lama dalam menyelesaikan laporan keuangan
tersebut. Keterlambatan Informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku
pasar modal dan secara tidak langsung diartikan oleh investor sebagai sinyal yang
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yang telah diteliti
oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian Ahmed dan Hossain (2010) yang
meneliti hubungan antara audit report lag dengan variabel independen Jenis Opini
Auditor, Perubahan Auditor, Jenis Laporan Audit, Perusahaan Keuangan, Risiko
Bisnis, Item / Pos tambahan, dan Ukuran Perusahaan. Indriyani dan Supriyati
(2012) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur di Indonesia dan
Malaysia periode 2009-2010 dengan meneliti hubungan antara audit report lag
dengan variabel independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Laba/rugi
Perusahaan, dan Debt to Equity Ratio. Estrini dan Laksito (2013) melakukan
penelitian terhadap audit report lag atau audit delay dengan variabel independen
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Gender Auditor, dan Reputasi KAP.
Dengan adanya penelitian terdahulu yang telah dikaji terdapat beberapa
fenomena, seperti Lianto dan Kusuma (2010), dan Saputri (2011) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Namun para
peneliti seperti Astuti (2007) menemukan bahwa adanya hubungan yang positif
antara ukuran perusahaan terhadap audit delay. Ukuran perusahaan mencerminkan
besarnya lingkup atau luas perusahaan dalam menjalankan operasinya. Semakin
besar perusahaan, maka semakin banyak transaksi dalam perusahaan tersebut.
Perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal
yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya Di
samping itu, perusahaan besar juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk
lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran
perusahaan yang lebih kecil.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik
terhadap audit delay antara lain Ahmad dan Kamarudin (2003) dan Utami (2006)
menunjukkan adanya pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap audit
delay, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Alim, dan Subekti
(2005) serta Deart dan Rustiana (2007) menunjukkan ukuran Kantor Akuntan
Publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan yang menerima unqualified opinion dianggap sebagai good
news (kabar baik) sehingga penyampaian laporan keuangannya lebih cepat.
Sebaliknya yang menerima selain unqualified opinion dianggap sebagai bad news
(berita buruk), maka perusahaan akan menyampaikan laporan keuangannya ke
publik lebih lama karena banyak yang perlu diteliti supaya laporan keuangannya
tidak salah saji. Hal ini sesuai dengan penelitian Astuti (2007), Lee and Jahng
(2008) yang menyatakan opini akuntan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Laba menunjukkan good news sehingga perusahaan ingin lebih cepat
mengumumkan good news tersebut dan sebaliknya jika perusahaan mengalami
kerugian maka pihak manajemen ingin menunda bad news tersebut. Perusahaan
yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu
auditnya lebih lama dibandingkan biasanya karena hal ini merupakan bad news.
Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan
berusaha laporan keuangan auditan di publikasikan secepatnya sehingga good
lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) yang
menyatakan laba atau rugi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, namun
menurut Kartika (2009) menyimpulkan bahwa laba/rugi perusahaan mempunyai
pengaruh yang negatif.
Ashton et al. (1987) membagi jenis industri menjadi 2 golongan besar,
yaitu industri sektor keuangan dan industri sektor non keuangan. Industri sektor
keuangan adalah industri yang memberikan jasa keuangan dan terkait dengan
uang dan investasi. Industri sektor keuangan juga digunakan untuk merujuk pada
organisasi yang menangani pengelolaan dana. Contoh industri-industri tersebut
adalah bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, perusahaan asuransi dan
industri sektor keuangan lainnya. Jenis industri non keuangan adalah semua jenis
industri yang tidak termasuk dalam industri sektor keuangan. Perbedaan mendasar
antara kedua jenis industri tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa bagian,
yaitu dari segi jenis aset dan system informasi akuntansi. Menurut Iskandar,
Trisnawati (2010) dan Utami (2006) industri keuangan cenderung memiliki aset
berupa aset moneter yang lebih mudah diukur. Sebaliknya, kebanyakan aset dari
industri non keuangan berupa aset fisik. Pada umumnya industri non keuangan
membutuhkan banyak aset berupa fisik seperti mesin dan peralatan untuk
melangsungkan proses bisnisnya. Industri keuangan memiliki sistem informasi
akuntansi yang lebih tersentralisasi dan terotomatisasi dibandingkan dengan
industri non keuangan. Namun menurut penelitian Lianto dan Kesuma (2010)
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan
waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus
menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika
perusahaan mengalami profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan
semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih
rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010) yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay, namun
berbeda dengan penelitian Tiono dan JogiC (2013) yang menyatakan bahwa tinggi
rendahnya tingkat profitabilitas tidak mempengaruhi audit delay.
Ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, jenis opini audit, laba
atau rugi usaha, dan jenis industri adalah variabel independen yang diteliti karena
penulis ingin mengetahui apakah sebuah perusahaan dengan jumlah aset yang
besar akan memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika
dibandingkan dengan perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Penulis juga ingin
mengetahui apakah perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik
yang termasuk dalam the big four akan memiliki audit delay yang lebih lama atau
lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa kantor
akuntan publik yang non the big four dan pemberian opini unqualified oleh
auditor, memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan
dengan pemberian opini audit selain unqualified. Seperti halnya pada tahun 2010,
Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki aktiva Rp. 47,275 T, diaudit oleh KAP
big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified opinion with explanatory
memiliki aktiva Rp. 583,252 M diaudit oleh KAP big four dan jenis opini
auditnya adalah unqualified opinion with explanatory paragraph memiliki audit
delay 75 hari. Dan Tempo Scan Pasifik Tbk memiliki aktiva Rp. 3,589 T diaudit
oleh KAP non the big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified memiliki
audit delay 82 hari . Dari ketiga sampel tersebut tidak dapat diambil kesimpulan
apakah ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, dan jenis opini audit
berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian terdahulu,
perbedaannya terletak pada objek penelitian dan penambahan variabel
independen. Berdasarkan fenomena dan ketidak konsistenan hasil penelitian
terdahulu, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti kembali analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Objek yang dipilih dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2013. Alasan pemilihan perusahaan publik yang masuk kategori perusahaan
manufaktur ini didasarkan pada pertimbangan aktivitas produksinya yang relatif
besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain di Bursa Efek
Indonesia, sehingga mendominasi bursa dan mempunyai kontribusi besar terhadap
perkembangan bursa.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Apakah pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP),
Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Perusahaan, Jenis Industri, dan
Profitabilitas berpengaruh terhadap Audit Delay?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Menganilisis
pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini
Auditor, Laba atau Rugi Perusahaan, Jenis Industri, dan Profitabilitas terhadap
Audit Delay baik secara simultan maupun parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan peneliti mengenai Faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia.
b. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dalam
memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai audit delay dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Bagi Auditor
Membantu dalam meningkatkan efisiensi dana efektifitas proses audit, dengan
mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan audit delay.
d. Bagi Perusahaan Manufaktur
Memicu manajer untuk lebih meningkatkan ketepatan waktu dalam
menyajikan laporan keuangan karena perusahaan publik cenderung lebih ketat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian
laporan keuangan perusahaan publik indonesia telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam
Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.2, Lampiran keputusan ketua Bapepam-LK
Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan
berkala. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya
kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menyampaikan laporan keuangan
tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Peraturan tersebut
sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).
Menurut Hendrich (2012), terdapat dua perspektif dasar mengenai
kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental
mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan
tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan
dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap
sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Teori
kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan
mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Seorang individu cenderung
mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma
internal mereka.
2.1.2 Laporan Keuangan
Menurut kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragraf 7, Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (seperti laporan arus kas), catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI,2007)
Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 1 terdiri dari komponen neraca, laporan laba/rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang
diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap
disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan
tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No. 1, par.10). Laporan
keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan manajemen kepada
pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai tergantung pada kualitas
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2007). Terdapat
empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan
yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Informasi
yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini, atau masa depan.
3. Andal
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai
tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.1.3 Audit dan Standar Auditing
Terdapat banyak pengertian tentang auditing, diantaranya menurut Arrens
et al. (2008:4) auditing adalah: “pengumpulan dan evaluasi bukti tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi
dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen”.
Menurut Arens (dalam kartika, 2009) tujuan audit secara umum atas
laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran
dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang
sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan
keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang
disajikan dalam laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajemen yang
terkandung dalam komponen laporan keuangan yang dapat bersifat implisit atau
eksplisit (Arens, 1995:114).
Menurut Rahayu dan Suharyati (2009:6) terdapat beberapa kata kunci
penting dalam auditing, yaitu:
1. Proses sistematis.
Audit merupakan serangkaian tahap dan prosedur yang memerlukan suatu
perencanaan yang baik, terstruktur, dan terorganisasi untuk mendapatkan
2. Pengumpulan dan Penilaian Bukti.
Pengumpulan dan Penilaian bukti dalam audit merupakan aktivitas utama
auditor dalam melaksanakan audit. Pengumpulan dan penilaian bukti secara
objektif dimaksudkan sebagai kegiatan memeriksa dasar asersi
(bukti/evidence) dan menilai hasilnya secara tidak memihak.
3. Asersi (Informasi).
Informasi merupakan subyek audit. Pelaksanaan audit memerlukan informasi
yang dapat diverifikasi dan juga memerlukan kriteria sebagai pedoman untuk
mengevaluasi informasi tersebut (misalnya dalam audit atas laporan keuangan
oleh Kantor Akuntan Publik, kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi
yang berlaku umum).
4. Kriteria yang Ditetapkan.
Merupakan standar yang digunakan untuk menguji asersi atau informasi,
yaitu: peraturan-peraturan atau kebijakan-kebijakan, budgets, standar-standar
kinerja, dan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
5. Kompeten dan Independen.
Kompeten artinya auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan
berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah
bahan bukti yang diperlukan untuk dapat mendukung kesimpulan yang
diambilnya. Independen artinya auditor juga harus mempunyai sikap mental
yang independen yaitu sikap yang tidak memihak kepada kepentingan
6. Pelaporan.
Laporan audit merupakan laporan yang tertulis yang menyatakan tingkat
kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.
Menurut Arens et al (2008:16-18), akuntan publik melakukan tiga jenis
audit yaitu:
1. Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit
operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk
memperbaiki operasi. Mengevaluasi secara objektif apakah efisiensi dan
efektivitas operasi sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan jauh lebih
sulit ketimbang audit ketaatan dan audit laporan keuangan.
2. Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah
pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang
ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya
dilaporkan kepada manajemen bukan kepada pemakai luar, karena manajemen
adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan
terhadap peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Audit ketaatan banyak
dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk
menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah di tetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI:2007) terdiri dari sepuluh standar
yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dan
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika menggunakan
asisten dalam pelaksanaan audit harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
saat dilakukan.
3. Bukti audit dikatakan kompeten jika diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan. Dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
Dalam praktiknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar
akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang
diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai
dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat
sementara di sisi lain adanya tuntutat relevansi informasi mengharuskan auditor
untuk melaksanakan audit sesuai standar.
2.1.4 Audit Delay
Menurut Halim (2000), Audit Delay didefinisikan sebagai lamanya waktu
penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal
diterbitkannya laporan audit. Audit Delay inilah yang dapat mempengaruhi
ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap
tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan.
Dalam Audit Delay semakin panjang waktu yang dibutuhkan di dalam
mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu
perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut
bocor kepada investor tertentu atau bahkan insider trading dan rumor-rumor lain
di bursa saham. Apabila hal ini sering terjadi maka akan mengarahkan pasar tidak
dapat lagi bekerja dengan maksimal. Dengan demikian, regulator harus
menentukan suatu regulasi yang dapat mengatur batas waktu penerbitan laporan
keuangan yang harus dipenuhi pihak emiten. Tujuannya untuk tetap menjaga
realibilitas dan relevansi suatu informasi yang dibutuhkan oleh pihak pelaku
bisnis di pasar modal.
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan
perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan
informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi
keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor.
Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau
penurunan harga saham.
Proses dalam mencapai ketepatwaktuan terutama dalam penyajian laporan
auditor independen menjadi semakin tidak mudah mengingat semakin
meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di Indonesia. Hambatan
ini juga terlihat dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik pada standar yang
ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh
kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup
menunda publikasi laporan audit dan laporan keuangan auditan apabila dirasakan
perlu untuk memperpanjang masa audit (Halim,2000).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya di
Indonesia, menunjukkan bahwa rata-rata audit delay di Indonesia mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Kesimpulan atas beberapa penelitian sebelumnya,
bahwa kenaikan ini disebabkan oleh incremental audit report, masalah pajak yang
sering diperdebatkan, dan penggunaan staf audit yang kurang berpengalaman.
Penelitian lainnya mencoba mencari penyebab audit delay dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Audit delay dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan eksternal perusahaan.
Beberapa penelitian menghubungkan kaitan antara faktor-faktor internal
maupun eksternal tersebut dan audit delay dengan menggunakan logika teori.
Semakin tinggi profitabilitas, maka audit delay akan semakin pendek. Semakin
yang tinggi akan memperpendek audit delay. Menurut Ratnawaty dan Sugiharto
(2005:289-290), hal ini dikarenakan perusahaan dengan jumlah hutang besar
dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan
untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan
kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi
tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka.
Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang
diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan
audit (Ashton, 1987). Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan
tanggal laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.
Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan merupakan hal
penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Menurut PSAK tahun
2007 pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf
43, yaitu jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay
Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu
informasi tersebut untuk di publikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar
terhadap keterlambatan informasi dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian
faktor yang dapat berpengaruh terhadap audit delay berdasarkan penelitian
terdahulu, antara lain:
a. Ukuran perusahaan (Total Aset)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya sebuah perusahaan. Suatu
perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa sudut pandang
seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya (Tiono
dan JogiC, 2013). Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep.11/PM/1997
menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berasarkan asset (kekayaan) adalah
badan hukum yang memiliki total asset tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan
perusahaan besar adalah badan hukum yang total assetnya diatas seratus milyar.
Kartika (2009) berpendapat bahwa perusahaan besar diduga akan
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibaningkan perusahaan kecil. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar
cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay atau audit report lag,
karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan pemerintah dan lain-lain. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan
terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.
Keterbatasan karyawan dan keahlian yang dimiliki oleh perusahaan kecil
dapat menimbulkan keraguan terhadap laporan keuangan yang dihasilkan. Auditor
harus lebih teliti dalam melakukan pengauditan. Hal ini merupakan faktor yang
b. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ukuran Kantor Akuntan Publik di antaranya dapat diukur berdasarkan
jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor Akuntan Publik besar
memiliki jumlah karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efisien
dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk
menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk
menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. DeAngelo (1981)
dalam Riyatno (2007) menyatakan kualitas audit yang dilakukan akuntan publik
dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar (Big four
accounting firm) dipersepsikan akan melakukan audit dengan lebih berkualitas
dibandingkan KAP kecil (non Big four accounting firm). Hal tersebut karena
didasarkan pada alasan bahwa KAP besar memiliki lebih sumber daya dan jumlah
klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja, selain
itu karena reputasi mereka telah dianggap baik oleh masyarakat sehingga
cenderung akan melakukan audit dengan lebih berhati hati. Hal ini diperkuat oleh
Hussainey (2009) yang menyatakan bahwa kantor akuntan besar menyediakan
kualitas laporan keuangan yang lebih tinggi daripada akuntan publik biasa,
sehingga investor secara umum cenderung lebih bereaksi positif apabila laporan
keuangan yang dipublikasikan diaudit oleh KAP besar, sehingga tingkat
keyakinan investor terhadap laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big four
lebih tinggi daripada laporan keuangan yang diaudit KAP lainnya. Hal tersebut
tidak mengherankan mengingat bahwa secara umum KAP Big four memiliki
ukuran KAP yang lebih besar juga didukung oleh dana operasional yang lebih
memadai sehingga dapat melakukan kegiatan audit secara profesional.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang memperoleh izin
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal pemberian jasa
profesional untuk membantu perusahaan dalam penyampaian laporan
keuangannya kepada publik dengan informasi yang akurat dan terpercaya. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menggunakan jasa KAP yang memiliki reputasi atau
kualitas nama KAP yang baik untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan
keuangan. KAP yang memiliki reputasi atau kualitas nama baik biasanya adalah
kantor akuntan publik nasional yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku
secara universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm
(Big 4). Kategori KAP the big four di Indonesia (Tuanakotta, 2007:354-356):
1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan
KAPHaryantoSahari dan rekan.
2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), berafiliasi dengan
KAP Sidharta, Sidharta& Widjaja.
3) KAP Ernest & Young (E&Y), yang berafiliasi dengan KAP
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.
4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), berafiliasi dengan KAP
Osman Bing Satrio &Eny.
Pemilihan KAP yang besar dan kompeten dengan kualitas yang baik akan
dinilai lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan
informasi yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan.Selain
itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar pastinya memiliki auditor-auditor
yang handal dan keterampilan yang lebih dibandingkan dengan Kantor Akuntan
c. Opini Audit
Menurut Arens et al. (2008) opini audit adalah pernyataan standar dari
kesimpulan auditor yang didapatkan berdasarkan kesimpulan dari proses audit.
Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI 2001)
memaparkan “Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan
tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auitor”.
Dalam SA Seksi 508 Paragraf 10 terdapat 5 tipe pendapat auditor, yaitu
(IAI, 2001) :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam sebuah hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Menurut Arens et al. (2008:61), laporan audit standar tanpa pengecualian
diterbitkan bila kondisi berikut terpenuhi:
a. Laporan keuangan lengkap.
b. Ketiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan
c. Ketiga standar pekerja lapangan telah terpenuhi.
d. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
e. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk
menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam
laporan.
2. Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (unqualified opinion
with explanatory paragraph)
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu
paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan
auditnya. Penyebab dari penambahan paragraf penjelasan adalah (Arens et al.,
2008:65):
a. Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
b. Keraguan yang substansial mengenai going concern.
c. Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dirumuskan.
d. Penekanan pada suatu hal atau masalah.
e. Laporan yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan. Menurut Rahayu dan Suhayati (2009:81) penapat ini diberikan
karena:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup dan pembatasan terhadap lingkup
audit.
b. Laporan keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
yang berdampak material.
4. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tiak disajikan secara wajar
(adverse opinion). Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor merasa
yakin bahwa secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat
salah saji yang sangat material atau menyesatkan dan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer opinion)
Disclaimer opinion atau pendapqat tidak memberikan pendapat diberikan oleh
auditor jika auditor tidak dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang
memuat salah saji sangat material telah disajikan secara wajar atau tidak.
Pernyataan pendapat tidak memberikan pendapat dilakukan auditor jika
auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya bahwa keseluruhan laporan
keuangan telah disajikan secara wajar dan timbul karena banyak pembatasan
lingkungan audit atau hubungan yang tidak independen antara auditor dengan
d. Laba Rugi Perusahaan
Laba atau rugi usaha mencerminkan kinerja perusahaan yang akan
menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Halim (2000) menemukan
bahwa audit delay cenderung panjang bagi perusahaan publik yang
mengumumkan kerugian. Carslaw dan Kaplan (1991) menjelaskan dua alasan
yang menjadi penyebab lamanya audit delay yaitu:
a. Perusahaan yang melaporkan kerugian berusaha untuk menunda berita buruk
ini dan kemudian meminta auditor untuk memeriksa kembali laporan
keuangan mereka sehingga akan menunda publikasi laporan keuangan
perusahaan. Namun apabila perusahaan melaporkan laba maka perusahaan
tersebut berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya
sehingga berita baik tersebut dapat segera disampaikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
b. Auditor yang mengaudit perusahaan yang mengalami kerugian akan lebih
berhati-hati dalam proses audit apabila auditor tersebut merasa yakin bahwa
kerugian perusahaan diakibatkan oleh kegagalan keuangan atau kesalahan
manajemen.Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan
yang mengalami kerugian akan memperpanjang audit delay.
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.
Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh
atau rugi yang diderita perusahaan (Baridwan, 2008:29). Menurut Ahmad dan
mengalami audit delay lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang
melaporkan keuntungan.
e. Jenis Industri
Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), Halim (2000), Ahmad dan
Kamarudin (2003), serta Widiyanti dan Subekti (2004) menunjukkan bahwa jenis
industri berpengaruh secara statistik signifikan terhadap audit delay. Ashton
(1987) menyatakan bahwa jenis perusahaan finansial mengalami audit delay yang
lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan dalam jenis industri lain. Hal ini
dikarenakan bahwa perusahaan-perusahaan finansial tidak memiliki saldo
persediaan (inventory) yang cukup signifikan sehingga cenderung membutuhkan
audit yang lebih pendek daripada perusahaan manufaktur. Kebanyakan aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan finansial berbentuk moneter sehingga aktiva
tersebut lebih mudah diukur dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik
seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Audit atas persediaan
yang berbentuk fisik cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama,
serta sering menimbulkan kesalahan yang material.
f. Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat
dalam laporan keuangan. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat
yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset tertentu.
Profitabilitas merupakan good news bagi perusahaan. Perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalam
pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan
kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika perusahaan
mengalami profitabilitas yang tinggi maka audit delay akan semakin pendek
dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan audit delay
yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian
H1
Berdasarkan uraian teori dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat
digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan.
Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay
adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan tersebut dimonitori secara ketat
oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah (Tiono dan JogiC, 2013).
laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar
cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan
audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem
pengendalian internal yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil
sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.
Ukuran kantor akuntan publik diantaranya dapat diukur berdasarkan
jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor akuntan publik besar
memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih
efektif dan efisien, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk
menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk
menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya (Widosari, 2012).
Ukuran kantor akuntan publik di lihat dari apakah KAP tersebut adalah the big
four atau non the big four.
Menurut Arens et al. (2008) Opini audit merupakan pendapat yang
dikemukakan oleh auditor independen dalam laporan audit sebagai media formal
yang digunakan dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan
tentang kesimpulan atas laporan keuangan yang diaudit. Opini audit dilihat dari
apakah perusahaan memperoleh pendapat wajar tanpa syarat dengan pendapat
audit lainnya (pendapat wajar dengan syarat, tidak wajar dan tidak memberikan
pendapat). Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa syarat akan
cenderung lebih ringkas dibanding dengan pendapat lainnya. Pada umumnya