• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyisipan Pesan Kedalam File Wav Menggunakan Algoritma Echo Dan Data Hiding (EDH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penyisipan Pesan Kedalam File Wav Menggunakan Algoritma Echo Dan Data Hiding (EDH)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENYISIPAN PESAN KEDALAM FILE WAV MENGGUNAKAN

ALGORITMA ECHO DAN DATA HIDING (EDH)

SKRIPSI

KARINA WIBAWANTI NASUTION

081402071

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENYISIPAN PESAN KEDALAM FILE WAV MENGGUNAKAN

ALGORITMA ECHO DAN DATA HIDING (EDH)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh

ijazah Sarjana Teknologi Informasi

KARINA WIBAWANTI NASUTION

081402071

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENYISIPAN PESAN KEDALAM FILE WAV

MENGGUNAKAN ALGORITMA ECHO DAN

DATA HIDING (EDH)

Kategori : SKRIPSI

Nama : KARINA WIBAWANTI NASUTION

Nomor Induk Mahasiswa : 081402071

Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI

Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI (FASILKOMTI) UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Agustus 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

M. Anggia Muchtar, ST.,MM.IT Romi Fadillah Rahmat,B.Comp.SC.,M.Sc NIP 19800110 2008011 010 NIP 19671110 199602 1 001

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENYISIPAN PESAN KEDALAM FILE WAV MENGGUNAKAN ALGORITMA ECHO DAN DATA HIDING (EDH)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2014

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi, Program Studi S1 Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik materil dan spiritual, Ayahanda Wahidin Nasution dan Ibunda Triszanti Wulandari yang selalu sabar dalam mendidik dan membesarkan penulis.

2. Bapak Romi Fadillah Rahmat,B.Comp.SC.,M.Sc selaku pembimbing satu dan Bapak M. Anggia Muchtar, ST., MM.IT selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memotivasi dan memberikan kritik dan saran kepada penulis.

3. Bapak M. Anggia Muchtar,ST., M.MM.IT, selaku ketua jurusan program studi Teknologi Informasi dan M. Fadly Syahputra, B.Sc., M.Sc sebagai sekretaris jurusan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

(6)

7. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat terbaik saya yang terus mendukung tanpa henti, Kharisma Rinaldi Siregar, Dwiporanda E, Teza Amaluddin, Rizky Yanda, Inis Caisarian Siregar, Andre Wandi, Zulfikri Putra, Sanra Cheney, Ridho Fakhrozi Harigo Chany, dan Azharul Wanda Siregar serta teman-teman mahasiswa Teknologi Informasi lainnya yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu.

(7)

ABSTRAK

Pada penelitian ini dilakukan penyisipan pesan ke dalam file wav dengan teknik steganografi. Pemilik pesan melakukan penyisipan (embedding) pesan yang hendak dikirim secara rahasia ke dalam audio sebagai tempat menyimpannya yang disebut

cover audio dengan menggunakan kunci tertentu, sehingga dihasilkan audio dengan pesan yang tersembunyi di dalamnya yang disebut stego audio. Untuk melihat pesan, dilakukan proses pengeluaran (extracting) pada stego audio hasil penyisipan untuk

memisahkan pesan dan audio dengan menggunakan kunci yang sama seperti pada proses embedding. Algoritma yang digunakan adalah Echo Data Hiding (EDH) yang bekerja dengan cara menyembunyikan data tersebut ke dalam suatu file audio dalam representasi echo (gema). Parameter yang divariasikan dalam metode ini adalah amplitudo, delay rate, dan offset. Pada sinyal audio, gema muncul beberapa saat setelah bunyi asli keluar. Pada metode ini delay waktu antara bunyi asli dengan gema diperkecil, sehinga suara gema akan lebih sulit dipersepsikan oleh telinga manusia.

(8)

INSERTING A MASSAGE TO WAV FILE USING ECHO DATA HIDING (EDH) ALGORITHM

ABSTRACT

In this research, the insertion of messages into wav files is done by Steganography techniques. The owner of the messages do the insertion (embedding) messages that will be sent confidentially into audio as a place to save called cover audio using a specific key, that produce audio with hidden messages inside it called stego audio. To see the message , expenditure process is done at the result of the insertion stego audio

to separate the message and audio using the exactly the same key as the embedding

process. the algorithm that used in this research is Echo Data Hiding (EDH) that works by hiding the data into an audio file in the representation of echo. The parameters in this method are amplitude, delay rate and offset. In signal audio, echo appear the moment after the original sound came out. In this method, the delay time between the original sound and echo is reduced so the sound of the echo will be more difficult to heard by human ear.

(9)

DAFTARISI

1.7 Sistematika Penulisan 4

Bab 2 Landasan Teori 5

2.1. File Audio Digital 5

2.1.1. Struktur Data pada File Audio 7

2.1.2. Pembacaan File Audio 8

2.2. Steganopgraphy pada Media Digital 9

2.3. Embedding Data 13

Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 24

(10)

3.2. Perancangan Antarmuka (interface) 35

Bab 4 Implementasi dan Pengujian 42

4.1. Implementasi 42

4.1.1. Tampilan Menu Utama 42

4.1.2. Tampilan Steganografi 44

4.1.3. Tampilan Pengujian Audio 45

4.1.4. Tampilan Perekaman Audio 46

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rancangan Pengujian Data 39

Tabel 3.2 Tampilan Pengujian Data 47

Tabel 4.1 Tampilan Hasil Pengujian 49

(12)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Contoh Steganografi pada Segmen di Jaringan Komputer 11

Gambar 2.3 Skema Prosedur Steganography 12

Gambar 4.12 Tampilan Pengujian Audio 46

Gambar 4.13 Tampilan Perekaman Audio 46

Gambar 4.13 Tampilan Pengujian MSE 48

(13)

ABSTRAK

Pada penelitian ini dilakukan penyisipan pesan ke dalam file wav dengan teknik steganografi. Pemilik pesan melakukan penyisipan (embedding) pesan yang hendak dikirim secara rahasia ke dalam audio sebagai tempat menyimpannya yang disebut

cover audio dengan menggunakan kunci tertentu, sehingga dihasilkan audio dengan pesan yang tersembunyi di dalamnya yang disebut stego audio. Untuk melihat pesan, dilakukan proses pengeluaran (extracting) pada stego audio hasil penyisipan untuk

memisahkan pesan dan audio dengan menggunakan kunci yang sama seperti pada proses embedding. Algoritma yang digunakan adalah Echo Data Hiding (EDH) yang bekerja dengan cara menyembunyikan data tersebut ke dalam suatu file audio dalam representasi echo (gema). Parameter yang divariasikan dalam metode ini adalah amplitudo, delay rate, dan offset. Pada sinyal audio, gema muncul beberapa saat setelah bunyi asli keluar. Pada metode ini delay waktu antara bunyi asli dengan gema diperkecil, sehinga suara gema akan lebih sulit dipersepsikan oleh telinga manusia.

(14)

INSERTING A MASSAGE TO WAV FILE USING ECHO DATA HIDING (EDH) ALGORITHM

ABSTRACT

In this research, the insertion of messages into wav files is done by Steganography techniques. The owner of the messages do the insertion (embedding) messages that will be sent confidentially into audio as a place to save called cover audio using a specific key, that produce audio with hidden messages inside it called stego audio. To see the message , expenditure process is done at the result of the insertion stego audio

to separate the message and audio using the exactly the same key as the embedding

process. the algorithm that used in this research is Echo Data Hiding (EDH) that works by hiding the data into an audio file in the representation of echo. The parameters in this method are amplitude, delay rate and offset. In signal audio, echo appear the moment after the original sound came out. In this method, the delay time between the original sound and echo is reduced so the sound of the echo will be more difficult to heard by human ear.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Steganografi adalah ilmu dan seni menyembunyikan data rahasia sedemikian sehingga keberadaan data rahasia tidak terdeteksi oleh indera manusia. Steganografi digital menggunakan media digital sebagai wadah penampung, misalnya citra, suara, teks, dan video sedangkan data rahasia yang disembunyikan juga dapat berupa citra, suara, teks, atau video.

Cara paling umum untuk menyembunyikan data adalah dengan memanfaatkan

Least Significant Bit (LSB) yaitu bit data rahasia disisipkan pada bit terakhir pada byte

file penampung. Walaupun banyak kekurangan pada metode ini, tetapi kemudahan implementasinya membuat metode ini tetap digunakan sampai sekarang. Metode ini membutuhkan syarat, yaitu jika dilakukan kompresi terhadap file hasil penyisipan, harus digunakan teknik lossless compression, karena teknik ini tidak menghilangkan bit-bit data yang disisipi. Jika digunakan teknik lossy compression, pesan rahasia yang disembunyikan dapat hilang karena adanya bit-bit yang dihilangkan. Kekurangan dari metode LSB ini adalah pesan penyisip dapat dengan mudah ditebak keberadaanya dengan metode Enhanced LSB karena letak penyisip sudah pasti berada pada bit-bit terakhir dari file penampung.

(16)

Untuk melihat pesan, dilakukan proses pengeluaran (extracting) pada stego audio hasil penyisipan untuk memisahkan pesan dan audio dengan menggunakan kunci yang sama seperti pada proses embedding.

Penyisipan pesan pada algoritma Echo Data Hiding (EDH) dilakukan dengan menyembunyikan data tersebut ke dalam suatu file audio dalam representasi echo

(gema). Echo dibuat dalam parameter yang berbeda-beda. Parameter yang divariasikan dalam metode ini adalah amplitudo, delay rate, dan offset. Pada sinyal

audio, gema muncul beberapa saat setelah bunyi asli keluar. Jika delay waktu antara bunyi asli dengan gema diperkecil, maka suara gema akan lebih sulit dipersepsikan oleh telinga manusia. Selain itu, gema juga dapat dibuat menjadi inaudible (tak terdengar) dengan memanfaatkan variasi dari parameter-parameter echo tadi. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan dalam proses penyisipan pesan dengan cara echo data

hiding.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis memberi judul penelitian ini dengan PENYISIPAN PESAN KE DALAM FILE WAV MENGGUNAKAN ALGORITMA ECHO DATA HIDING (EDH).

.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana:

1. Melakukan penyisipan pesan berupa teks ke dalam file audio (cover audio) dengan menghasilkan stego audio.

2. Melakukan ekstraksi penyisip dari stego audio.

1.3Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Cover audio menggunakan format .WAV.

2. File embed menggunakan format .TXT.

(17)

3

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hasil penyisipan pesan ke dalam file audio dengan algoritma Echo Data Hiding.

2. Membangun sebuah perangkat lunak penyisipan pesan teks dengan algoritma

Echo Data Hiding.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan sebuah perangkat lunak penyisipan pesan ke dalam audio.

2. Sebagai bahan referensi pengembangan algoritma penyisipan pesan ke dalam file WAV.

1.6Metode Penelitian

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam merancang dan mengembangkan perangkat lunak ini adalah sebagai berikut :

a. Studi Literatur

Mempelajari tentang audio digital, teknik penyisipan data, algoritma Echo Data Hiding (EDH) serta bahasa pemrograman.

b. Analisa dan Perancangan

Pada tahap ini dilakukan analisa proses kerja penyisipan file audio menggunakan algoritma metode EDH. Selanjutnya dilakukan perancangan sistem yang meliputi perancangan proses kerja sistem, perancangan interface, serta algoritma pemrograman.

c. Implementasi

Tahap ini digunakan mengimplementasikan hasil analisa dan perancangan sistem ke dalam bahasa pemograman agar bisa digunakan untuk steganografi audio. d. Pengujian

Tahap ini digunakan untuk menguji coba sistem yang dibuat untuk mengetahui sudah berjalan sesuai dengan tujuan penelitian atau tidak, serta kelebihan dan kelemahannya.

(18)

Tahap ini dilakukan dokumentasi hasil analisa dan perancangan yang digunakan untuk menuangkan hasil penelitian tersebut ke dalam laporan akhir dalam dalam bentuk skripsi.

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah: Bab 1 : PENDAHULUAN

Membahas tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian serta Sistematika Penulisan.

Bab 2 : LANDASAN TEORI

Berisi tentang steganografi, file audio WAV, algoritma Echo Data Hiding, bahasa pemrograman serta Flow Chart.

Bab 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN

Membahas tentang pembacaan data file WAV, penyisipan file WAV, perhitungan Means Squared Error, model analisis perangkat lunak, flow chart sistem serta perancangan user interface.

Bab 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Membahas implementasi dari hasil perancangan dan hasil pengujian sistem. Bab 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1File Audio Digital

Digital audio / digitized sound (Audio digital) merupakan jenis file audio yang berasal dari hasil perekaman atau hasil sintesis dari komputer. Audio digital memiliki tiga karakteristik yang terutama yaitu:

a. Sample(s), merupakan representasi aktual suara yang disimpan dalam ribuan angka individual.

b. Resolution / bit depth, merupakan ukuran sample dalam bit (misalkan. 8-bit, 16-bit).

c. Sampling rate, merupakan kecepatan permrosesan bit oleh komputer (misalkan. 44.1 KHz untuk Compact Disc).

Proses encoding pada media audio melibatkan konversi sinyal analog ke dalam rangkaian bit. Sinyal analog (suara dan musik) direpresentasikan dalam gelombang sinus dalam frekwensi yang beragam. Sistem pendengaran manusia hanya dapat menangkap frekwensi dalam rentang 20 – 20.000 Hz. Karena gelombang suara bersifat analog (sinyalnya bersifat kontinyu), maka gelombang tersebut perlu dikonversikan terlebih dahulu ke dalam beberapa set sample agar dapat direpresentasikan dengan rangkaian biner (1 dan 0).

Konversi dari analog ke digital dicapai dengan mengambil sample dari suatu sinyal analog dan merubah sample tersebut ke dalam tingkatan voltase. Level voltase tersebut akan dikonversikan ke dalam numerik menggunakan skema yang disebut

(20)

Gambar 2.14 Pulse Code Modulation

Pulse Code Modulation (PCM) hanya dapat menyediakan perkiraan dari sinyal analog yang asli. Misalnya sinyal analog diukur pada level 4.86, akan dikonversikan ke 5 pada PCM. Hal ini disebut quantization error. Aplikasi-aplikasi audio mendefinisikan level-level yang berbeda pada PCM.

Sinyal analog perlu di-sample dengan rate dua kali lebih dari frekuensi tertinggi pada sinyal, agar hasil yang asli dapat direproduksi dari sample. Sebagai contoh pada jaringan telepon, suara manusia dengan rentang frekuensi 0-4000Hz (walaupun pada kenyataannya hanya 400 – 3400 Hz yang membawa suara), di-sample

dengan rate 8000 Hz. Aplikasi audio musik menangani spektrum penuh dari pendengaran manusia, aplikasi ini umumnya menggunakan sampling rate 44.1 kHz, dimana pada 1 detik musik digital terdapat 44100 sample (Kessler, 2004). Sedangkan besar dari ukuran file musik yang tidak dikompresi dapat dikalkulasikan dengan rumus :

Jumlah bit per detik = S * R* C S = Sampling rate

(21)

7

Sebagai contoh, pada 1 menit file audio, dengan sampling rate 44.1 kHz dan menggunakan 2 channel, maka ukuran file yang tidak terkompres mencapai 10.09 MB. File audio yang populer sekarang ini seperti MP3, Ogg Vorbis, dan sebagainya, menggunakan skema kompresi untuk mengurangi ukuran dari file. Untuk lebih memahami media audio, terutama MP3 yang akan digunakan sebagai medium /

Carrier, diperlukan pemahaman terlebih dahulu terhadap skema kompresi file audio yang ada.

2.1.1 Struktur Data pada File Audio

Format file wave merupakan salah satu format yang digunakan untuk menyimpan suara pada rentang frekuensi 20 Hz sampai 20 kHz. Gelombang suara mempunyai data yang kontinyu sehingga gelombang tersebut bila digambarkan akan berupa kurva yang tidak putus-putus, akan tetapi komputer hanya dapat menyimpan data dalam bentuk digital. Struktur data pada file audio berbeda-beda tergantung format audio-nya. Struktur file Wav dapat dilihat seperti pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Struktur File WAV

(22)

dimana data sinyal analog tersebut diambil sampelnya pada setiap selang periode tertentu kemudian dijadikan nilai pada sistem digital. Selang waktu yang digunakan untuk mengambil sampel pada sinyal analog tersebut menentukan kualitas suara yang dihasilkan. Semakin banyak sampel sinyal analog yang diambil dalam selang waktu tertentu maka semakin baik pula kualitas suara yang dihasilkan (hasil suara akan mendekati dengan suara aslinya). Data mentah hasil PCM ini kemudian disimpan dalam format file .WAV. Sebagai contoh file wav memiliki sample audio seperti pada Gambar

Gambar 2.15 Contoh Struktur file WAVE dalam bentuk hexa

Pada struktur file Wav di atas terdiri dari:

a. Chunk Descriptor yang terdiri dari data: 52 49 46 46 28 08 00 00 57 41 56 45. b. Fmt subChunk yang terdiri data subChunk1size, audioFormat, numChannel,

sampleRate, byteRate dan BlockAlign yaitu:

44 15 2f 3d 1e 2a 00 4d 01 7c 01 12 45 68 00 01 # 85 01 00 04 00 10 00 c. Data subChunk yang terdiri dari data subChunk2size serta sample-sa mple

yaitu: 54 2e 7a 4d 10 9d#1 12 12 44 00#2 24 17 1e f3#3 3c 13 3c 14 #4 16 f9 18 f9 34 e7 23 a6 3c f2 24 f2 24 f2 11 ce 1a 0d

2.1.2 Pembacaan File Audio

(23)

9

Gambar 2.16 Frekuensi File Audio (Redmond. 1993)

Pada file suara yang terkuantisasi dilakukan encoding yang menghasilkan nilai integer

yang merupakan nilai frekuensi dari sampel audio. Sampel audio yang di-encoding

dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Encoding Sampel Audio (Redmond. 1993)

2.2Steganography pada Media Digital

Steganography adalah merupakan salah satu cara untuk menyembunyikan suatu pesan / data rahasia di dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa, kecuali bagi orang yang mengerti kuncinya. Dalam bidang keamanan komputer, steganografi digunakan untuk menyembunyikan data rahasia saat enkripsi tidak dapat

(24)

dilakukan atau bersamaan dengan enkripsi. Jadi, walaupun enkripsi berhasil dipecahkan (decipher) pesan / data rahasia tetap tidak terlihat.

Saat ini steganography dalam dunia digital berkembang ke dalam 2 arah yang berbeda, satu arah bertujuan untuk melindungi pesan rahasia dari deteksi (protection against detection), yang merupakan tujuan utama dari steganography. Arah yang lain, walaupun mengandung tujuan utama dari steganography (menghindari deteksi), namun bertujuan untuk melindungi pesan rahasia pada media agar tidak dapat dihilangkan (protection against removal) (Vico, Jes´us d´iaz. 2010).

Hirarki Steganography pada Media Digital dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Hirarki Steganography pada Media Digital (Vico, Jes´us d´iaz. 2010)

(25)

11

Steganography digital yang berfokus untuk menghindari deteksi terbagi menjadi 2 tipe menurut cara menyisipkan informasi dan media yang digunakan. Metode pertama adalah dengan menyembunyikan informasi pada data volatil, metode ini banyak digunakan pada sistem jaringan dengan memanipulasi proses enkapsulasi pada sistem layer pada protokol TCP/IP maupun yang lain, contoh: misalkan dengan memanfaatkan format segment pada TCP layer sperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Contoh Steganografi pada Segmen di Jaringan Komputer

Pada header TCP terdapat 6 bit (hijau) yang tidak dimanfaatkan oleh TCP, bit-bit ini dapat digunakan untuk menyimpan informasi. Metode lain adalah menyimpan informasi pada user data, dalam menggunakan metode ini file Carrier/ medium harus diperhatikan (dalam hal ini data user). Metode ini terbagi dua berdasarkan file

Carrier-nya yaitu fragile dan robust. Fragile berarti informasi yang disembunyikan dalam Carrier mudah rusak/hilang bila Carrier dirubah sekecil apapun, seperti dikompres dengan metode lossy, sedangkan robust berarti informasi yang disimpan dalam Carrier tidak akan hilang dengan mudah bila Carrier dirubah (Vico, Jes´us d´iaz. 2010).

(26)

Gambar 2.3 Skema Prosedur Steganography (Redmond. 1993)

Pada steganography yang menggunakan media digital terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan, berikut contoh teknik-teknik tersebut dalam urutan yang menggambarkan kualitas teknik steganography tersebut dalam ketahanannya terhadap deteksi dari terburuk hingga terbaik (Redmond. 1993).

1. Menempatkan data di akhir file carrier (contoh: Camouflage, JpegX, SecurEngine untuk JPG, Safe&Quick Hide Files 2002, Steganography 1.50).

2. Menempatkan data pada field comment, atau bagian dari file yang tidak tepakai (contoh: Invisible Secrets 2002 untuk JPG dan PNG, Steganozorus untuk JPG).

3. Menempatkan data pada byte stream file carrier dengan secara linier, sekuensial dan tetap (contoh: InPlainView, InThePicture, Invisible Secrets 2002 untuk BMP, ImageHide, JSteg).

4. Menempatkan data pada byte stream file carrier, secara acak menggunakan bilangan pseudo-random yang dihasilkan dari PassPhrase

(contoh:CryptArkan, BMPSecrets, Steganos untuk BMP, TheThirdEye, JPHide).

(27)

13

2.3Embedding Data

Data embedded yang tersembunyi dalam suatu media audio digital membutuhkan dua file. Pertama adalah media audio digital asli yang belum dimodifikasi yang akan menangani informasi tersembunyi, yang disebut cover audio. File kedua adalah informasi pesan yang disembunyikan. Suatu pesan dapat berupa plaintext, chipertext, gambar lain, atau apapun yang dapat ditempelkan ke dalam bit-stream. Ketika dikombinasikan, cover audio dan pesan yang ditempelkan membuat stego-audio. Suatu stego-key (suatu password khusus) juga dapat digunakan secara tersembunyi, pada saat decode selanjutnya dari pesan (Munir, R. 2004).

2.3.1 Steganografi pada Media Audio

Steganografi dapat diimplementasi pada media audio digital. Namun saat ini, teknik penyembunyian pesan di dalam media audio dirasa masih kurang efektif dibandingkan dengan penyembunyian pesan dalam media teks maupun citra. Hal ini disebabkan pendengaran manusia jauh lebih sensitif dibandingkan penglihatannya. Jika mata manusia bisa dikelabui oleh perubahan warna yang kecil, telinga manusia belum tentu dapat tertipu oleh perubahan suara walaupun sedikit. Karena alasan inilah penyisipan pesan melalui media audio cukup jarang dipilih. Padahal, audio merupakan media file yang memiliki banyak kelebihan, misalnya dapat menyimpan banyak byte tanpa membuat ukuran bertambah terlalu besar, serta dapat di-generate dengan cepat dan mudah sehingga tidak perlu menyimpan file asli di disk penyimpanan.

Ketika berurusan dengan transmisi sinyal audio, ada dua hal utama yang harus diperhatikan, yaitu bentuk representasi audio digital dan media transmisi yang digunakan. Secara umum, file audio digital memiliki dua karakteristik utama, yaitu

sample quantization method (metode quantisasi) dan temporal sampling rate. Metode quantisasi menyatakan representasi sampel audio berdasarkan kualitas digitalnya, misalnya format WAV (Windows Audio Visual) dan format AIFF. Temporal

sampling rate yaitu kecepatan yang dapat dihitung untuk melakukan sampling

(pengambilan sampel) audio secara periodik. Temporal sampling rate untuk audio

(28)

Media transmisi sinyal audio adalah lingkungan yang dilalui sinyal audio

untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, misalnya dari encoder to decoder. Ada empat media transmisi yang umum digunakan, yaitu sebagai berikut :

1. Digital end-to-end environment: yaitu perpindahan sinyal audio secara langsung dari mesin ke mesin. Sinyal hasil perpindahan akan sama antara sumber dengan tujuan.

2. Increased/decreased resampling environment: yaitu perpindahan sinyal digital disertai perubahan sampling rate, namun tetap dalam representasi digital. 3. Analog transmission and resampling: yaitu perpindahn sinyal digital dengan

sebelumnya diubah ke dalam representasi analog dan dilakukan resampling. 4. Over the air environment: yaitu perpindahan sinyal audio melalui udara,

dengan cara memainkan sinyal audio tadi dan ditangkap oleh mikrofon.

2.3.2 Metode Penyisipan File Audio

Ada tiga metode yang sering digunakan untuk melakukan penyisipan data dalam media audio, yaitu low bit encoding, spread spectrum, serta echo data hiding. (Vico, Jes´us d´iaz. 2010).

1. Low-bit Encoding

Pada dasarnya, metode steganografi low bit encoding pada audio sama saja dengan metode steganografi least significant bit (LSB) pada image (citra). Pada metode ini, sebagian bit pada file audio diubah menjadi nilai lain dalam representasi biner. Perubahan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan algoritma, misalnya mengubah nilai biner 0 menjadi 1 atau sebaliknya, melakukan operasi XOR antara nilai biner pada file dengan nilai biner pada kunci. Karena dalam representasi biner, maka perubahan yang mungkin terjadi adalah nilai biner 1 menjadi 0, atau nilai biner 0 menjadi 1. Tidak semua bit dikenai operasi, melainkan hanya bit-bit yang dirasa kurang penting keberadaannya dalam file, yaitu bit-bit terakhir dalam suatu range tertentu. Ketika ketika bit tersebut diubah, nilai perubahannya hanya berkisar 1 bit dan tidak memberikan perubahan yang berarti terhadap keseluruhan data.

(29)

15

ukuran channel dapat mencapai 44000 byte, maka kapasitas maksimal yang dapat ditampung oleh satu channel adalah 44 kbps per kilohertz. Implementasi low-bit encoding dilakukan dengan cara yang relatif sama dengan yang dilakukan pada pengerjaan kriptografi. Pertama-tama, file pesan, kunci, dan file audio yang akan disisipkan pesan diubah ke dalam representasi bit array. Setelah itu, setiap bit di file pesan dioperasikan dengan bit di file audio dengan memanfaatkan kunci.

Sebenarnya penggunaan kunci dimaksudkan untuk memudahkan penyisipan serta ekstraksi pesan serta untuk memudahkan komunikasi antar pemberi dan penerima pesan. Bagian header dari file audio tidak ikut dimodifikasi, sehingga file

audio masih tetap dapat dikenali dan dapat dimainkan kembali. Pada studi kali ini, saya membuat program console sederhana yang melakukan enkripsi file pesan ke dalam suatu file audio. Hasil penyisipan pesan menyebabkan perubahan pada atribut file audio. File audio yang telah disisipi pesan ternyata memiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran file audio sebelum disisipi pesan. Hal ini sebenarnya tidak sesuai harapan, karena secara teori, seharusnya ukuran file sebelum dan sesudah disisipi pesan tetap sama karena isi pesan dapat dikatakan hanya menggantikan posisi bit-bit yang ada pada file audio.

Namun demikian, berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, berubahnya ukuran file audio mungkin disebabkan karena banyak bit bernilai 0 yang tergantikan oleh bit bernilai 1, sehingga perubahan yang terjadi cukup memengaruhi ukuran file, yaitu menambah ukuran file sehingga menjadi lebih besar dari sebelumnya. File pesan yang disisipi ke dalam file audio merupakan file teks yang berukuran 128 byte.

2.3.3 Spread Spectrum

(30)

Implementasi dari program penyisipan pesan yang memanfaatkan spread spectrum ini tidak diimplementasikan karena keterbatasan waktu. Namun demikian, studi terhadap hasil penelitian yang pernah dilakukan sudah dikerjakan. Berdasarkan hasil penelitian dan studi literatur, penyisipan data dengan cara spread spectrum mengubah data menjadi noise yang kemudian disisipkan ke frekuensi-frekuensi sinyal lain yang berbeda-beda. Jadi, data yang telah berbentuk noise tadi disebar ke frekuensi frekuensi yang berbeda. Karena berbentuk noise yang terpisah-pisah, artinya untuk setiap frekuensi sinyal hanya memiliki sebagian pesan rahasia, maka keberadaan pesan rahasia di dalam frekuensi suatu sinyal sulit disadari maupun dideteksi.

2.3.4 Echo Data Hiding(EDH)

Pada metode echo data hiding, penyembunyian data dilakukan dengan menyembunyikan data tersebut ke dalam suatu file audio dalam representasi echo

(gema). Echo dibuat dalam parameter yang berbeda-beda. Parameter yang divariasikan dalam metode ini adalah amplitudo, decay rate, dan offset. Pada sinyal

(31)

17

Pengaturan parameter gema sehingga gema menjadi tak terdengar dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Mengatur offset atau delay dengan nilai yang relatif pendek sehingga gema yang terdengar tak dapat dipersepsi oleh telinga.

2. Mengatur delay paling tinggi sebesar 1 ms.

3. Mengatur nilai inisialisasi amplitudo dan delay rate dengan nilai di bawah

threshold dari pendengaran manusia, sehingga manusia tidak dapat mendengar gema yang dihasilkan.

Dalam proses encode penyisipan pesan dalam audio dengan cara echo data hiding, sinyal audio yang akan disisipi pesan harus dibagi-bagi menjadi beberapa blok/window. Setelah itu, dua waktu delay digunakan untuk melakukan proses encode

data pesan. Misalnya, nilai delay = offset digunakan untuk meng-encode biner 0, dan nilai delay = offset + delta digunakan untuk meng-encode biner 1. Selain itu, beberapa fungsi serta teknik filter digunakan untuk melakukan proses encode. Persamaan FIR Filter merupakan filter yang umum digunakan untuk melakukan encode pesan ke dalam file audio. Dengan persamaan ini, diperoleh nilai delay dari sinyal audio.

Ada dua pulsa yang digunakan di persamaan ini. Satu pulsa untuk menyalin sinyal asli, sedangkan pulsa lainnya digunakan untuk menciptakan echo yang tidak mudah dideteksi. Proses Mixer Sinyal untuk encode data dalam bentuk biner dapat dilihat seperti pada Gambar 2.5

(32)

Data disembunyikan dengan memvariasikan tiga parameter dalam echo yaitu besar amplitudo awal, tingkat penurunan atenuasi (peredaman), dan offset. Ketiga parameter tersebut diatur sedemikian rupa di bawah pendengaran manusia sehingga tidak mudah untuk dideteksi. Sebagai tambahan, offset divariasikan untuk merepresentasikan bina ry pesan yang disembunyikan. Nilai offset pertama merepresentasikan nilai binary 1 dan nilai offset kedua merepresentasikan binary 0.

Echo Data Hiding menempatkan informasi sisipan pada sinyal asli (cover audio) dengan menggunakan sebuah “echo.” Pada hal telinga manusia tidak dapat mendengar sinyal asli dan echo secara bersamaan, melainkan hanya berupa sinyal distorsi tunggal. Hal ini sulit ditentukan secara tepat, ini tergantung pada kualitas rekaman sinyal asli, tipe suara yang di-echo dan pendengar. Fungsi sistem yang digunakan pada domain waktu adalah discrete time exponential yang cara membedakannya hanya pada delay antar impuls.

Gambar 2.6 Parameter dalam Echo (Sugiono, etal. 2008)

Untuk membentuk echo hanya menggunakan dua buah impuls yang disebut kernel. Kernel “satu” dibuat dengan delay δ1 detik sedangkan kernel “nol” dibuat

(33)

19

Jika hanya 1 echo yang dihasilkan dari sinyal asli maka hanya 1 bit informasi yang dapat di encoding. Karena itu, sinyal awal dibagi-bagi ke dalam beberapa blok sebelum proses encoding dimulai. Ketika proses encoding telah selesai, blok-blok tersebut digabungkan kembali membentuk sinyal baru.

Proses pembentukan echo dengan melakukan konvolusi antara signal audio

asli dengan kernel dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Kernel dan Proses Pembentukan Echo (Sugiono, etal. 2008)

Awalnya, sinyal dibagi ke dalam blok-blok dan setiap blok diisi dengan 1 atau 0 berdasarkan pesan yang disimpan. Sebagai contoh, pesan yang akan disisipkan ke dalam file audio ialah “HEY” dengan nilai biner 01001000 01000101 01011001 dan selanjutnya dibentuk menjadi blok sinyal seperti pada Gambar 2.9.

0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1

Gambar 2.9 Nilai Biner Sinyal

(34)

Blok-blok tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan sinyal baru menjadi seperti pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Dua Buah Sinyal Gabungan (Sugiono, etal. 2008)

Sinyal echo “1” kemudian dikali dengan sinyal mixer “1” dan sinyal echo “0”

dikali dengan sinyal mixer “0”. Kemudian kedua hasil tersebut dijumlahkan untuk

mendapatkan sinyal akhir. Dengan adanya offset dari echo dan sinyal asli maka echo

akan tercampur dengan sinyal aslinya. Kelebihan dari metode ini dibandingkan dengan metode lain ialah sistem pendengaran manusia tidak dapat memisahkan antara

echo dan sinyal asli.

(35)

21

Pada sinyal audio, gema muncul beberapa saat setelah bunyi asli keluar. Jika

delay waktu antara bunyi asli dengan gema diperkecil, maka suara gema akan lebih sulit dipersepsikan oleh telinga manusia. Selain itu, gema juga dapat dibuat menjadi

inaudible (tak terdengar) dengan memanfaatkan variasi dari parameter-parameter echo

tadi. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan dalam proses penyisipan pesan dengan cara echo data hiding. Pengaturan parameter gema sehingga gema menjadi tak terdengar dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Mengatur offset atau delay dengan nilai yang relatif pendek sehingga gema yang terdengar tak dapat dipersepsi oleh telinga.

2. Mengatur delay paling tinggi sebesar 1 ms.

3. Mengatur nilai inisialisasi amplitudo dan delay rate dengan nilai di bawah

threshold dari pendengaran manusia, sehingga manusia tidak dapat mendengar gema yang dihasilkan.

Gambar 2.13 Ekstraksi Pesan pada Echo Data Hiding (Sugiono, etal. 2008)

Dalam proses encode penyisipan pesan dalam audio dengan cara echo data

(36)

blok/window. Setelah itu, dua waktu delay digunakan untuk melakukan proses encode

pesan. Misalnya, nilai delay = offset digunakan untuk meng-encode biner 0, dan nilai delay = offset + delta digunakan untuk meng-encode biner 1. Selain itu, beberapa fungsi serta teknik filter digunakan untuk melakukan proses encode. Persamaan Finite

Impulse Response Filter (FIR Filter) merupakan filter yang umum digunakan untuk melakukan encode pesan ke dalam file audio. Dengan persamaan ini, diperoleh nilai

delay dari sinyal audio. Ada dua pulsa yang digunakan di persamaan ini. Satu pulsa untuk menyalin sinyal asli, sedangkan pulsa lainnya digunakan untuk menciptakan

echo yang tidak mudah dideteksi.

Data multimedia, seperti audio dan video adalah media pembawa yang sempurna. Setelah digitalisasi, multimedia berisi kuantisasi yang menyediakan ruang untuk melekatkan data. Penggunaan fungsi ekstrak, penerima harus mampu mereproduksi pesan yang menempel pada steganogram itu. Suatu steganogram harus mempunyai karakteristik statistik yang sama dengan media pembawa, sedemikian hingga penggunaan algoritma steganografi tidak dapat dideteksi. Konsekuensinya, pesan hanya dapat dibaca dari steganogram dan media pembawanya. Suatu pesan yang dibaca dari steganogram tidak harus secara statistik berbeda dengan pesan utama yang dibaca dari media pembawa, dengan cara lain, sistem steganografi akan bersifat tidak kuat.

2.4MSE

Pengukuran fidelity steganografi dapat dihitung dengan menghitung nilai MSE (Mean Squared Error) dan PSNR (Peak Signal to Noise Ratio). PSNR adalah perbandingan antara nilai maksimum dari sinyal yang diukur dengan besarnya noise yang berpengaruh pada sinyal tersebut. PSNR biasanya diukur dalam satuan desibel. PSNR digunakan untuk mengetahui kualitas (validasi) citra hasil kompresi. Untuk menentukan PSNR, terlebih dahulu harus ditentukan nilai rata-rata kuadrat dari error (MSE - Mean Square Error) (Krisnawati. 2008).

(37)

23

adalah ukuran panjang dan lebar. Pada persamaan (2.2), m adalah nilai maksimum yang mungkin dimiliki oleh sebuah pixel. Sebagai contoh, untuk data citra 8 bit, nilai maksimumnya adalah 255 (Krisnawati. 2008).

MSE =

∑ ∑ ... (2,1) PSNR = 10 log

... (2,2) Nilai MSE menunjukkan perbandingan piksel yang rusak dengan piksel aslinya. Semakin besar nilai MSE, maka semakin besar kerusakan citra hasil pengolahan dan sebaliknya, semakin kecil nilai MSE maka nilai piksel hasil pengolahan makin

(38)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1Analisis

Perangkat lunak penyisipan pesan teks dengan algoritma Echo Data Hiding adalah melakukan penyisipan data rahasia yang berformat teks serta mengekstraksi data rahasia ke dan dari dalam file audio yang berformat WAV (cover audio).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk penyisipan adalah sebagai berikut: 1. Input cover audio file audio WAV

2. Read file WAV  header

3. Read sample audio.

4. Konversi sample audio biner. 5. Konversi pesan teks  biner. 6. Create echo.

7. Sisip biner pesan teks  echo. 8. Save file  stego audio.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengekstraksi pesan adalah sebagai berikut:

1. Input stego audio File.

2. Read Fileheader.

3. Read header sample audio.

(39)

25

3.1.1 Pembacaan Sample Audio

Sebelum file audio disisipi, terlebih dahulu dilakukan pembacaan file audio untuk mendapatkan data berupa header dalam ukuran byte (8 bit) bentuk pasangan bilangan heksadesimal. File audio berformat WAV adalah file audio asli yang belum terkompresi. File ini terdiri dari header-header yang berisi informasi tentang file

audio. Sebagai contoh data header yang diperoleh dari file audio format WAV seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Data File Audio Wav Dalam Hexa

Dari file audio dengan format WAV di atas:

a. Empat byte pertama berisi 52 49 46 46 (hexa) yang jika di konvensi informasi, 10 = 16, 00=0, 00=0, 00=0 semuanya bernilai 16.

f. Empat byte berikutnya adalah 01 00 02 00 yang bernilai 1 dan 2 channel

(40)

g. Empat byte berikutnya adalah 22 56 00 00 yang menyatakan sample rate

dengan nilai 22=”, 56=V, 00=0, 00=0.

h. Empat byte berikutnya adalah 88 58 01 00 yang menyatakan byte rate dengan nilai 88=X”, 58=:, 01=1, 00=0.

i. Dua byte berikutnya adalah BlockAlign yang bernilai 04 00 yang menyatakan ukuran data untuk satu sample penuh dalam byte. Yang dimaksud dengan satu

sample penuh adalah satu sample yang mewakili nilai dari sample pada semua

channel pada suatu waktu.

j. Dua byte berikutnya adalah nilai bit per sampel (BitsPerSample) yang bernilai 10 00 adalah 16 dan 00 = 16 bit per sampel untuk sampel right channel

maupun untuk sampel left channel.

k. Empat byte berikutnya adalah 64 61 74 61 yang menyatakan ID dengan nilai 64=d, 61=a, 74=t, 61=a dengan arti “data” yang menyatakan data sampel digital audio.

l. Enam belas (16) byte berikutnya adalah sampel audio right channel sampel 1 sampai sampel ke 4 dengan nilai 00 00 01 20 10 1e 12a 14 1f 4c 11 7c 12 17 a9 12 1f 22.

m. Enam belas (16) byte berikutnya adalah sampel audio left channel sampel 5 sampai sampel ke 8 dengan nilai 32 11 d2 2c 2b 00 00 10 3e 1a 0d 00 7f 11 00 22.

n. Lanjutkan sampai semua data sampel audio diperoleh.

3.1.2 Penyisipan File Audio

Sebelum penyisipan label identitas pada file WAV dengan algoritma Echo Data Hiding pada cover audio dilakukan pembuatan echo audio. Jadi echo pada stego audio adalah representasi dari pesan penyisip. Echo dibuat dalam parameter amplitudo, delay rate serta offset.

(41)

27

00 00 00 00 : 00000000 00000000 00000000 00000000 24 17 1e 3c : 00011000 00010001 00011110 00111100

13 3c 14 16 : 00010011 00111100 00001110 00010000

f9 18 f9 : 11111001 00011000 11111001

Selanjutnya pesan “KARINA” dalam biner adalah: K : 01001011

Gambar 3.2 Sinyal awal yang dipecah menjadi beberapa bagian kecil

(42)

Gambar 3.3 Pembuatan sinyal echo 1 dan sinyal echo 0 (Piarsa, 2010)

Untuk menggabungkan dua dua sinyal tersebut, maka dibuat dua sinyal mixer. Sinyal

mixer terdiri dari nol dan satu tergantung dari bit yang ingin disembunyikan pada bagian dari sinyal asli.

Gambar 3.4 Sinyal Mixer (Piarsa, 2010)

Sinyal mixer 0 kemudian dikalikan dengan sinyal echo 0 sedangkan sinyal

(43)

29

masing bagian yang dikodekan dengan bit yang berbeda, dan mencegah perubahan yang mencolok pada hasil gabungan sinyal.

3.1.3 Perhitungan MSE

MSE didalam statistik merupakan kuadrat rata-rata dari error. MSE adalah perbedaan antara sinyal asli dengan sinyal estimasi. Sinyal estimasi merupakan sinyal output dari sistem. Semakin kecil nilai MSE maka sinyal asli dengan sinyal estimasi mempunyai kesamaan. MSE digunakan untuk mengukur rata-rata kesalahan yang berasal dari kuantitas yang akan diestimasi.

MSE = ∑ )2

Dimana MSE = Mean Square Error

(44)

3.1.4 Flow Chart Penyisipan Pesan

(45)

31

3.1.5 Flow Chart Ekstraksi

Input stego audio dilakukan dengan pemilihan file audio yang telah disisipi dengan pesan. Setelah itu dilakukan pembuatan echo dan pembacaan sample audio pada kernel 0 dan 1. Selanjutnya konversikan 8 bit ke dalam ASCII sebagai pemyisip.

Gambar 3.6 Flow Chart Ekstraksi Start

Input File Stego Audio

Baca Data Sampel

Baca Kernel 1 dari Data Sampel

Konversikan 8 Biner  ASCII

Gabung kode ASCII  Pesan

Representasi Pesan

(46)

3.1.6 Diagram Konteks Sistem

Pada diagram konteks di bawah ini terlihat ada satu entiti luar (external entity) yang terdapat pada perangkat lunak yang dibangun yaitu User. User adalah sebagai pengguna sistem yaitu pemberi masukan berupa data file audio dan pesan teks. Setelah proses penyisipan, User memperoleh stego audio. Diagram Konteks dapat dilihat seperti pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Diagram Konteks Echo Data Hiding

Pada Gambar 3.5 terlihat hanya ada satu entitas dengan satu sistem. Entitas tersebut ada User (pengguna sistem) yang pada proses penyisipan memberikan ke sistem berupa file audio Wav sebagai Cover audio dan pesan sebagai embed dan

menghasilkan stego audio yang diterima User. Pada proses Ekstrasi User memberikan file stego audio ke sistem dan menerima pesan sebagai embed.

3.1.7 Data Flow Diagram Level 1 Penyisipan

Data Flow Diagram Level 1 Penyisipan adalah suatu diagram menggambarkan proses penyisipan pesan ke dalam file audio WAV sampai menghasilkan stego audio

(47)

33

Gambar 3.5 DFD Level 1 Penyisipan

Gambar 3.5 diatas terdiri proses-proses antara lain: 1. Baca Sample audio.

User memberikan file audio sebagai file WAV sebagai cover audio dan dilakukan pembacaan sampel audio.

2. Konversi sampel audio ke biner.

Sistem melakukan konversi sampel audio ke biner untuk pembuatan echo. 3. Konversi pesan ke biner.

Sistem melakukan konversi pesan ke biner.

(48)

4. Pembentukan kernel 0 dan 1 dari sampel audio. 5. Pembuatan echo tempat penyisipan pesan biner. 6. Penggabungan sampel-sampel audio dengan kerner. 7. Simpan file stego audio.

3.1.8 Data Flow Diagram Level 1 Ekstraksi

Data Flow Diagram Level 1 Ekstraksi adalah suatu diagram menggambarkan proses mengeluarkan pesan dari dalam file stego audio. DFD Level 1 Ekstraksi dapat dilihat seperti pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 DFD Level 1 Ekstraksi

(49)

35

Gambar Pembukaan

Pada gambar 3.7 diatas, user memberikan file stego audio untuk diekstrasikan dengan membaca kernel echo pada sampel audio. Selanjutnya konversikan bit-bit menjadi ASCII sebagai penyisip.

3.2Perancangan Antarmuka (interface)

Perancangan antar muka adalah rancangan tampilan yang menghubungkan pengguna (user) dengan komputer dengan bantuan program. Salah satu syarat pembuatan antar muka adalah berorientasi pada mudah digunakan (user friendly) serta informatif.

3.2.1 Rancangan Menu Utama

Rancangan Menu Utama merupakan tampilan yang pertama kali muncul saat program dijalankan. Pada rancangan ini terdapat menu File, menu Pengujian menu Info serta Quit. Menu File yang berisi program Steganografi berfungsi untuk menjalankan program penyisipan dan ekstraksi file audio, menu Pengujian berisi program pengujian Data, pengujian Audio serta pengujian MSE, menu Info adalah berfungsi untuk menampilkan informasi mengenai program aplikasi dan Quit berfungsi untuk keluar. Rancangan Menu Utama terlihat seperti pada Gambar 3.7.

(50)

Keterangan:

1. Menu Bar : berfungsi untuk menu program Stenografi.

2. Menu : berfungsi untuk pemanggilan program Steganografi Audio 3. Menu Bar : berfungsi untuk menu pemanggilan program pengujian Data,

pengujian Audio serta pengujian MSE

4. Menu : berfungsi untuk menampilkan informasi hasil proses penyisipan dan ekstraksi.

5. Menu : berfungsi untuk menjalankan program pengujian audio. 6. Menu : berfungsi untuk menjalankan program MSE.

7. Menu : berfungsi untuk menampilkan informasi program. 8. Menu Bar : berfungsi untuk menutup halaman utama.

9. Label : berfungsi untuk menampilkan judul skripsi

10.Picture Box : berfungsi untuk menampilkan gambar latar belakang.

3.2.2 Rancangan Steganografi

(51)

37

Gambar 3.8 Rancangan Steganografi

Keterangan:

1. Label : berfungsi untuk menampilkan nama file WAV sebelum penyisipan. 2. Botton : berfungsi untuk tombol pemanggilan file WAV.

3. Label : berfungsi untuk menampilkan ukuran file audio. 4. TextBox : berfungsi untuk tempat pemasukkan pesan penyisip. 5. Label : berfungsi untuk menampilkan panjang karakter pesan. 6. ListView : berfungsi untuk menampilkan biner pesan penyisip. 7. List : berfungsi untuk menampilkan sampel audio

8. Botton : berfungsi untuk tombol proses penyisip. 9. Botton : berfungsi untuk tombol proses ekstraksi. 10. Botton : berfungsi untuk menyimpan hasil proses. 11. Botton : berfungsi untuk membatalkan proses.

12. Botton : berfungsi untuk menutup halaman steganografi.

3.2.3 Rancangan Pengujian Audio

Rancangan pengujian audio berfungsi untuk membuka file stego audio. Rancangan pengujian audio dapat dilihat seperti pada Gambar 3.9.

(52)

Gambar 3.9 Rancangan Pengujian Audio

Keterangan:

1. Label : berfungsi untuk menampilkan nama file stego audio.

2. Slider : berfungsi untuk menampilkan progress pembacaan file audio. 3. Slider : berfungsi untuk menampilkan posisi pembacaan file audio 4. Button : berfungsi sebagai tombol untuk membuka membaca file audio. 5. Button : berfungsi sebagai tombol untuk membaca file audio.

6. Button : berfungsi sebagai tombol untuk merekam file audio. 7. Button : berfungsi sebagai tombol untuk menghentikan sementara. 8. Button : berfungsi sebagai tombol untuk menghentikan proses.

9. Button : berfungsi sebagai tombol untuk menutup halaman Pengujian Audio.

3.2.4 Rancangan Perekaman Audio

(53)

39

Gambar 3.10 Rancangan Perekaman Audio

Keterangan:

1. Label : berfungsi untuk menampilkan nama file.

2. Button : berfungsi sebagai tombol untuk memulai perekaman audio.

3. Button : berfungsi sebagai tombol untuk menghentikan sementara perekaman. 4. Button : berfungsi sebagai tombol untuk menghentikan audio.

5. Button : berfungsi untuk menampilkan peak suara pada proses perekaman. 6. Button : berfungsi untuk menampilkan error pada proses perekaman

3.2.5 Rancangan Pengujian Data

Rancangan pengujian data berfungsi menampilkan informasi hasil steganografi WAV berupa nama file cover/stego audio, ukuran file, pesan penyisip, panjang pesan dan lama proses. Rancangan pengujian data dapat dilihat seperti pada Gambar 3.12 berikut ini.

HASIL PENGUJIAN Tanggal: dd/mm/yyyy

No Cover/Stego Audio Ukuran (Kb) Pesan Panjang Pesan

(karakter)

Lama (Detik) Penyisipan

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

File Audio xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Start

(54)

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

Ekstraksi

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

xx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx

Gambar 3.12 Rancangan Pengujian Data

3.2.6 Rancangan Pengujian MSE

(55)

41

3.2.7 Rancangan Info

Rancangan Info berfungsi menampilkan informasi tentang profil penulis. Profil penulis meliputi biodata penulis serta data-data akademik. Rancangan Info dapat dilihat seperti pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Rancangan Info

Judul Skripsi

(56)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1Implementasi

Implementasi perangkat lunak adalah tampilan hasil rancangan dari penulisan kode program dimulai dari program Menu Utama, File, Pengujian dan Info.

4.1.1 Tampilan Menu Utama

Tampilan Menu Utama merupakan tampilan yang muncul setelah menjalankan program Utama. Tampilan ini berisi judul skripsi, gambar latar serta tampilan menu. Tampilan Menu terdiri dari File, Pengujian, Info dan Quit. Pada menu File terdapat program Steganografi untuk penyisipan serta Ekstraksi file WAV, Quit untuk menutup halaman menu utama. Tampilan Menu Utama dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(57)

43

Keterangan:

Pada Menu Utama pada Gambar 4.1 pada menu file dan menu Pengujian. Menu File terdapat program Steganografi dan WAV Player. Menu File dapat dilihat seperti pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Tampilan Menu File

(58)

Gambar 4.3 Tampilan Menu Pengujian

Menu Info berfungsi sebagai informasi tentang tata cara pengoperasian sistem steganografi dan informasi penelitian atau skripsi. Menu Quit berfungsi untuk menutup halaman menu utama dan kembali ke sistem operasi Windows.

4.1.2 Tampilan Steganografi

(59)

45

Gambar 4.3 Tampilan Steganografi

Keterangan:

1. File Audio yang akan disisipi adalah Piano.wav 2. Ukuran File Audio (size): 193.043 Kb

3. Pesan Teks: KARINA 4. Panjang Pesan: 6 karakter

4.1.3 Tampilan Pengujian Audio

Tampilan Pengujian Audio berfungsi untuk membuka file stego audio yaitu file audio yang telah disisipi pesan. Tampilan Pengujian Audio dapat dilihat pada Gambar 4.12.

(60)

4.1.4 Tampilan Perekaman Audio

Tampilan Perekaman Audio berfungsi untuk melakukan perekaman audio yaitu file audio yang akan disisipi pesan. Tampilan Perekaman Audio dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Tampilan Perekaman Audio

4.1.5 Rancangan Pengujian Data

(61)

47

Gambar 3.12 Tampilan Pengujian Data

4.1.6 Tampilan Pengujian MSE

(62)

Gambar 4.13 Tampilan Pengujian MSE

4.1.7 Tampilan Info

Tampilan Info berfungsi untuk menampilkan keterangan tentang penulis skripsi steganografi audio WAV menggunakan algoritma Echo Data Hiding (EDH). Tampilan Info dapat dilihat pada Gambar 4.18.

(63)

49

4.2Hasil Pengujian

Pengujian sistem berfungsi untuk mengetahui kinerja dari program dalam melakukan penyisipan dan ekstraksi file audio dengan algoritma EDH.

4.2.1 Pengujian Penyisipan

Pengujian penyisipan adalah melakukan penyisipan file audio dengan panjang pesan yang bervariasi. Tampilan Pengujian Penyisipan file audio dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Tampilan Hasil Pengujian

4.2.2 Pengujian Ekstraksi

Pengujian ekstraksi adalah melakukan pengeluaran file penyisip dari dalam file stego

audio. Tampilan Pengujian Ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 4.20.

(64)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah merancang dan mengaplikasikan Perangkat lunak perangkat lunak penyisipan pesan teks dengan algoritma Echo Data Hiding maka diperoleh hasil pengujian sistem adalah sebagai berikut:

1. Sistem dapat melakukan penyisipan pesan teks ke dalam file audio. 2. Waktu rata-rata penyisipan : 1.9 detik.

3. Waktu rata-rata ekstraksi : 0.94 detik.

5.2 Saran

Adapun saran-saran untuk pengembangan penelitian ini agar mencoba parameter

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Yogie., Pratama, Andhika., Nurlifa, Alfian. 2010. Studi Pustaka untuk Steganografi dengan Beberapa Metode. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022. Yogyakarta, 19 Juni 2010. ANDI: Yogyakarta.

Binanto. 2010. Multimedia Digital Dasar Teori + Pengembangan. Penerbit ANDI: Yogyakarta.

Hatfull, Fred. 2011. Watermarking Audio Data A Survey and Comparison of Techniques for Audio Steganography. Case Western Reserve University.4/25/2011.

Haryanto, 2010. Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding. Makalah Institut Teknologi Bandung.

Kiah, M. L. 2011. A review of audio based steganography and digital watermarking. International Journal of the Physical Sciences Vol. 6(16), pp. 3837-3850, 18 August, 2011. http://www.academicjournals.org/IJPS.

Krisnawati. 2008. Metode Least Significant Bit (LSB) Dan End Of File (EOF ) untuk Menyisipkan Teks Ke dalam Citra Grayscale. Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008.

Meghanathan, Natarajan., Nayak, Lopamudra. 2010. Steganalysis Algorithms For Detecting The Hidden Information In Image, Audio And Video Cover Media. International Journal Of Network Security & Its Application (IJNSA), Vol.2, No.1, January 2010, Jackson State University, 1400 Lynch St, Jackson, MS, USA.

http://www.jsums.edu/cms/nmeghanathan/html/..%5CjournalPapers%5CIJNSA-Steg-Lopa-Paper.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2012.

Munir, R. 2004. Steganografi dan Watermarking. Bahan Kuliah ke-7 IF5054. Kriptografi. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004.

Pakka, Klaveryus Irvan.2010.Perbandingan Metode Phase Coding dan Echo Data Hiding dengan keamanan Data Menggunakan Algoritma Rijndael pada Steganografi Berkas Audio.

(66)

Redmond. 1993. Multimedia Programming Interface And Data Specifications. Microsoft Corporation.

Sugiono, etal. 2008. Watermarking Pada File Audio PCM WAVE Dengan Metode Echo Data Hiding. Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008.

Vico, Jes´us d´iaz. 2010. Steganography And Steganlaysis: Data Hiding In Vorbis Audio Streams september, 2010. Master thesis Master in information technologies Facultad de inform´atica Universidad polit´ecnica de madrid. Piarsa, I. N. & Dharmadi, I. M. A., 2010. Implementasi watermarkingpada suara

Gambar

Gambar 2.4 Proses Echo Data Hiding pada Penyisipan Data (Sugiono, etal. 2008).
Gambar 2.5 Proses Mixer Signal untuk Encoding Data. (Sugiono, etal. 2008)
Gambar 2.7 Kernel pada Echo (Sugiono, etal. 2008)
Gambar 2.8 Kernel dan Proses Pembentukan Echo (Sugiono, etal. 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dari kemunculan brand Datsun ini, yang seperti sudah diketahui telah lama mati. dan tidak muncul

antara kematangan emosi dan kepercayaan diri siswa kelas XI di SMK.. Islam Sudirman

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan hasil

[r]

Perkembangan Teknologi internet berperan penting dalam dunia informasi, berbagai kegiatan yang bersifat online, serta berbagai aktivitas lain yang membutuhkan kemampuan website.

Keterangan : Form di isi oleh mahasiswa dengan lengkap dan diserahkan ke Bapendik untuk mendapatkan surat Pengantar Kerja Praktik/Tugas Akhir.. Purbalingga,*

Pada akhirnya program sistem informasi koperasi simpan pinjam ini akan diaplikasikan pada Koperasi Pegawai Negeri kecamatan Babelan Bekasi untuk mempermudah kegiatan transaksi,

Mengajukan permohonan untuk dapat melakukan seminar hasil TUGAS