Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : FAHRUNNISA NIM : 107051002164
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA
TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
____Fahrunnisa____ NIM : 107051002164
Di Bawah Bimbingan
______Rubiyanah, MA____
NIP: 19730822 199803 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memeperoleh gelar strata 1 (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2011
i
Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul Musthofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah
Hadrah merupakan kesenian musik Islam yang ditampilkan dengan iring-iringan rebana (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Adapun majelis taklim Nurul Musthofa merealisasikan kesenian Islam dalam kegiatan dakwahnya. Selain ceramah agama, Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf selaku pimpinan majelis taklim Nurul Musthofa juga menghadirkan Hadrah secara rutin dalam pengajian yang di selenggarakannya. Dengan harapan bahwa lewat tiap lirik syair dan shalawat yang dibawakan oleh Hadrah, jamaah dapat diajak untuk memahami pesan agama yang terkandung di dalamnya dan membangun rasa cinta terhadap kesenian Islam.
Dari latarbelakang tersebut maka timbul keinginan dari peneliti untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah? dan Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab dari pertanyaan diatas, yaitu untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Maka peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Alex Sobur yang secara sederhana menerangkan bahwa “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian yang menggunakan analisisnya secara umum dengan menggunakan statistik. Peneliti mengambil populasi dari jamaah majelis taklim banat (perempuan) Nurul Musthofa yang berjumlah 200 orang kemudian menarik sampel sebanyak 30% yaitu 60 orang. Pengumpulan data yang digunakan meliputi angket, observasi, dokumentasi dan wawancara (interview). Desain yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu menganalisis dan meninterpretasikan data, gambaran, fakta, dan peristiwa yang di dapat apa adanya dari objek penelitian. Dan untuk analisis data penelitian ini menggunakan skala likert dan diagram lingkaran.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT. Dengan kuasa dan rahmatNya memberikan ilmu dan ilham
kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga
senantiasa tercurahkan kepada Rasul pilihan Allah yaitu Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat, pengikut beliau dan seluruh umat manusia yang
setia kepadanya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang telah peneliti temui.
Namun karena kasih sayang dari Allah SWT , kemuliaan Nabi-Nya, keiklasan hati
dan kerja keras penulis, serta doa, motivasi maupun bantuan dari berbagai pihak,
maka kesulitan dan hambatan yang peneliti temui dapat dilalui dengan baik.
Demikian pula peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan
baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka
melalui tulisan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada :
1. Ayahanda H. Nirwazih dan Ibunda Hj. Salmah tercinta beserta keluarga, yang
telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan materil yang
berlimpah. Sehingga peneliti senantiasa termotivasi dan tidak kenal menyerah
dalam mencapai cita-cita.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA,
iii
kesabaran bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi kritik
dan saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI), dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA, Sekretaris Jurusan KPI.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas
ilmu pengetahuan yang telah diberikan, semoga penulis senantiasa dapat
memanfaatkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, para Ulama dan Habaib di Majlis Taklim Nurul Musthofa serta Ustadzah Hj. Syarifah Fatma al-Athos, Ustadzah Hj.
Syarifah Husna bin al-Haddad selaku penasehat Majlis Taklim Nurul
Musthofa perempuan.
7. Ustadzah Zulia Fazriah, selaku Da’iah (penceramah) dan Pimpinan Tim Hadrah Segaf Majlis Taklim perempuan Nurul Musthofa, Para pengurus
Majlis Taklim perempuan Nurul Musthofa khususnya Ustazah Zulfa, dan Tim
Hadrah Seggaf khususnya Lita, yang dengan sukarela meluangkan waktunya
untuk memberikan pengetahuan baru, informasi dan data-data dalam
pelaksanaan skripsi ini.
8. Special Thanks for Lena Ulfiana, Nadya Nurfitria, Anggi Ria, Rahmi Ardhila,
iv
Reezael al Fataa, Abdul Latif yang telah membantu peneliti dari support dan
lainnya.
9. Teman seperjuangan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam periode 2007
khususnya kelas D, kenangan manis selalu di hati dan semoga silaturrahmi
selalu terjaga antara kita.
10.Teman-teman LSO VOC, terimakasih untuk segala kenangan dan pengalaman
manis kebersamaan kita.
Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bantuan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya
satu-persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 16 September 2011
v
KATAPENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI ... 15
A. Minat ... 15
1. Pengertian Minat ... 15
2. Macam- Macam Minat ... 18
3. Faktor-Faktor Terbentuknya Minat ... 22
B. Kesenian Islam ... 24
1. Pengertian Kesenian Islam ... 24
2. Sejarah Kesenian Islam ... 25
C. Musik Hadrah ... 27
vi
2. Sejarah Musik Hadrah ... 27
3. Alat Musik Hadrah ... 29
D. Majelis Taklim ... 30
1. Pengertian Majelis Taklim ... 30
2. Fungsi Majelis Taklim ... 31
3. Karakteristik Majelis Taklim ... 32
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA & TIM HADRAH SEGGAF ... 33
A. Profil Majlis Taklim Nurul Musthofa ... 33
B. Profil Majelis Taklim Nurul Musthofa Perempuan ... 38
C. Profil Tim Hadrah Seggaf ... 42
BAB IV MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH ... 46
A. Data ... 46
B. Analisis Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul Musthofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah ... 49
BAB V PENUTUP ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
vii
TABEL 2 ... 48
TABEL 3 ... 49
TABEL 4 ... 50
TABEL 5 ... 51
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk “homo pluralis” yang memiliki cipta, rasa,
karsa dan karya. Sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya dari makhluk
lain. Melalui budi dayanya yang ditopang kemampuan dalam berfikir, manusia
menentukan pilihan terhadap tata nilai yang dikenal sebagai kebudayaan. 1
Salah satu diantara unsur penting dalam sistem kebudayaan adalah
kesenian. Melalui kesenian manusia mampu memperoleh saluran untuk
mengekspresikan pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batinnya.
Di antara jenis kesenian yang diciptakan manusia adalah musik. Musik
merupakan produk budaya yang tertinggi atau merupakan seni yang terindah.2
Pada masa kini musik telah menjadi seni yang sangat penting dan terus
berkembang. Bahkan hampir tempat di sepanjang hari musik dapat dinikmati,
baik melalui media elektronik seperti radio, televisi, tape recorder, flash disk
(USB), kaset, kepingan VCD/ DVD, maupun melalui pertunjukan musik
langsung.
Musik yang disampaikan melalui irama, memiliki daya komunikasi yang
tinggi dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mengandung
1Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya
TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 1.
2
masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh
Herbert Spencer yang dikutip oleh Dloyana bahwa musik siap melayani, terutama
kebutuhan yang sifatnya non fisik. 3
Berangkat dari kebutuhan-kebutuhan itu, musik diberi makna yang
beragam sesuai dengan konteksnya. Konteks disini maksudnya adalah musik
dapat memiliki banyak arti, tergantung siapa yang melihat atau menikmatinya,
bilamana, dan dimana. Antara lain musik dibutuhkan manusia sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, peragaan, seperti yang diungkapkan oleh Stravinsky yang
dikutip oleh Dloyana yaitu bahwa musik merupakan suatu bahasa atau alat
komunikasi dari perasaan-perasaan.4
Kita telah mengetahui bagaimana hebatnya perkembangan kebudayaan
saat ini, terlebih dalam bidang musik. Masyarakat telah menganggap musik
sebagai sebuah sarana yang dapat menyampaikan pesan secara universal. Setiap
orang bebas mengkreasikan tiap idenya lewat musik. Dan dalam praktek
kehidupan sehari-hari, musik telah menjadi bagian integral yang terus
berkembang di tengah masyarakat serta memiliki peran serta dalam aktivitas
masyarakat, seperti dalam bidang pekerjaan, pelatihan, perfilman, kesehatan
bahkan digunakan dalam bidang syiar agama.5
3
Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 2.
4
Amir Pasaribu, Riwayat Musik dan Musisi (Jakarta: PT. Gunung, 1986), h. 11.
5
3
Hadrah merupakan kesenian musik Islam yang ditampilkan dengan
iring-iringan rebana (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap
akhlak mulia Nabi Muhammad SAW, terkadang disertai pula dengan gerak tari.
Pemain musik Hadrah berupa sebuah tim yang terdiri atas 2 kelompok.
Kelompok penabuh Hadrah dan kelompok yang melantunkan syair barjanji. Pada
umumnya, Hadrah biasa dipakai pada acara perkawinan, mengantar orang
berangkat haji, hari-hari besar Islam dan lain sebagainya. 6
Hadrah masih merupakan jenis musik rebana yang mempunyai
keterkaitan sejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga di
Jawa. Karena perkembangannya yang menarik, kesenian ini seringkali digelar
dalam acara-acara seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj atau hajatan semacam sunatan dan pernikahan.
Alat rebananya sendiri berasal dari daerah Timur Tengah dan dipakai
untuk acara kesenian. Kemudian alat musik ini semakin meluas
perkembangannya hingga ke Indonesia, mengalami penyesuaian dengan
musik-musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat musik-musik yang
dimainkan. Demikian pula musik Gambus, Qasidah dan Hadrah adalah termasuk
jenis kesenian Islam yang sering menggunakan rebana.
6
Abdul Halim, Nahdatul Ulama“Festival Hadrah Al Banjari,” artikel diakses pada Jumat,
Adapun majelis taklim Nurul Musthofa merealisasikan kesenian Islam
dalam kegiatan dakwahnya. Selain ceramah agama yang diberikan para Ulama
dan Habaib, Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf selaku pimpinan majelis taklim Nurul Musthofa juga menghadirkan Hadrah secara rutin dalam pengajian yang di
selenggarakannya. Dengan harapan bahwa lewat tiap lirik syair dan shalawat yang
dibawakan oleh tim Hadrah, jamaah dapat diajak untuk memahami pesan agama
yang terkandung di dalamnya dan membangun rasa cinta terhadap kesenian Islam.
Kita telah mengetahui bahwa terkadang masyarakat segan menghadiri
majelis taklim karena telah mengklaim bahwa kegiatan yang ada di dalamnya
cenderung membosankan. Bahkan telah menjadi kebiasaan masyarakat saat ini
bahwa sebagian besar mereka lebih memilih menghadiri acara hiburan yang di
sertai musik yang dianggap lebih menarik daripada menghadiri majelis taklim.
Namun kehadiran majelis taklim Nurul Musthofa dengan memasukkan
Hadrah Segaf didalamnya seperti telah menolak klaim masyarakat terhadap
kegiatan majelis taklim yang membosankan. Di dalam majelis taklim Nurul
Mustofa, Hadrah bisa menjadi terapi musik yang memberi rileksasi dan
ketenangan jiwa bagi pendengarnya sehingga secara cepat dan tepat metode ini
ternyata mampu menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul
Musthofa.
Permasalahan tersebut menarik untuk diteliti karena, musik adalah bahasa
universal. Lewat musik, siapa saja bisa menyampaikan beragam pesan.
5
sebagai metode dalam menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul
Musthofa.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka peneliti membatasi
masalah penelitian ini pada jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa.
Dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada setiap hari minggu pertama dan
minggu ketiga pengajian.
Secara menyeluruh peneliti akan berusaha menjawab dari rumusan
masalah penelitian. Adapun permasalahan yang hendak dijawab adalah :
a. Bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian
Islam Hadrah?
b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat jamaah majelis taklim Nurul
Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana minat
jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dan
mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
Manfaat Penelitian :
a. Secara akademis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi
khususnya di jurusan komunikasi penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti,
praktisi ilmu komunikasi dan ilmu dakwah khususnya agar lebih kreatif dan
inovatif lagi mengembangkan bidang keilmuan mengenai kesenian Islam di
Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
1) Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya
secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian
kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diminati menjadi penting,
sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran tiap
variabel yang diteliti, kemudian menghasilkan data kuantitatif.7
Sedangkan desain dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analistis, menurut Suharsimi Arikunto metode ini adalah :
“Salah satu metode yang dapat digunakan dalam prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak
7
7
atau sebagaimana adanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa, metode deskriptif analisis merupakan langkah-langkah melakukan representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat didalam
masalah yang diselidiki.”8
2) Subjek dan Objek Penelitian
Peneliti menentukan subjek dari penelitian ini adalah jamaah
perempuan majelis taklim Nurul Musthofa dan objek dari penelitiannya
adalah minat atau kehendak jamaah perempuan terhadap kesenian Islam
Hadrah.
3) Populasi dan Sampel
a. Populasi
Keseluruhan subjek penelitian. populasi yang diambil dalam penelitian ini
adalah jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa yang rutin
mengikuti pengajian berjumlah 200 orang.
b. Sampel dari penelitian ini akan diambil sebanyak 30% atau 60 orang
responden. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik sampling
purposif, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
karena dianggap berdasarkan penelitian mewakili populasi.9
4) Variabel Penelitian
Dalam Penelitian ini terdapat variabel sebagai berikut :
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1993), h. 14.
9
a. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat (variabel dependent). Jadi variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi.
Pada penelitian ini, variabel bebas adalah kesenian Islam Hadrah.
b. Variabel terikat (dependent variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.
Pada penelitian ini, variabel terikat adalah minat jamaah majelis taklim
Nurul Musthofa.
5) Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Definisi Operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel.10
a. Variabel bebas, indikatornya adalah :
a) Kegiatan pengajian atau taklim
b) Penampilan Hadrah di setiap kegiatan majelis
c) Kebutuhan jamaah terhadap relaksasi dan hiburan
d) Pengalaman jamaah sering mendengarkan atau menyaksikan kesenian
Islam.
b. Variable terikat, indikatornya adalah :
10
9
a) Area pengetahuan (respon kognitif) : pengetahuan tentang Hadrah.
b) Area perasaan (respon afektif) : perasaan jamaah dengan kehadiran
Hadrah di dalam majelis taklim.
c) Area tindakan (respon konatif) : perilaku jamaah setelah sering melihat
penampilan Hadrah di dalam majelis.
6) Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai awal bulan April 2011 hingga Agustus 2011
dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang
dilakukan secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).
Dan adapun tempat penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di
sekretariat "Istana Seggaf " Jl. RM. Kahfi I GG. Manggis RT.01/01 No. 9A
Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630, Indonesia.
7) Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data melalui :
a. Observasi
Mengamati langsung kegiatan Hadrah Seggaf dan majelis taklim Nurul
Musthofa.
b. Wawancara
Melakukan interview pada pendiri dan beberapa pengurus majelis taklim
perempuan Nurul Musthofa.
Peneliti mencari data yang berkaitan dengan judul dari dokumen,
buku-buku, internet yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
d. Menyebarkan angket (kuesioner)
Peneliti menberikan beberapa pernyataan dalam bentuk skala likert kepada
60 orang perempuan jamaah majelis taklim Nurul Musthofa yang menjadi
sampel.
8) Analisa Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dan
diinterpretasikan. Ada beberapa tahapan menganalisa setelah data diperoleh :
a. Deskriptif yaitu data-data di peroleh melalui angket kemudian diproses
menjadi beberapa tahapan yaitu :
1) Editing dengan cara memeriksa jawaban-jawaban responden,
kemudian di telaah, di rumuskan dan di kelompokkan untuk
memperoleh data yang akurat.
2) Tabulating yaitu dengan cara memindahkan jawaban-jawaban
responden ke dalam tabel berdasarkan tema-tema kemudian dicari
prosentasenya untuk di analisa.
3) Kesimpulan yaitu peneliti memberikan kesimpulan dari hasil
analisa dan penafsiran data.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data yang digunakan adalah melalui perhitungan frekuensi
11
Mean adalah nilai rata-rata dari total bilangan
Rumus Mean
Untuk mengetahui minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap
kesenian Islam Hadrah dilakukan dengan skala likert mengembangkan prosedur
pengukuran dengan skala.
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan
tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan
skala 1-5. Dari segi statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi
keandalannya dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau tidak”.
Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan angket, hasil
analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel. Hasil prosentase yang didapat dari
tabel skala likert kemudian dibuat diagram lingkaran (Piechart), diagram ini
berfungsi untuk membandingkan data yang telah di analisis. 12
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan dan buku-buku
baik yang terdapat di perpustakaan fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi
maupun perpustakaan lainnya. Peneliti menemukan beberapa tulisan sejenis
diantaranya, skripsi yang ditulis oleh Nurmansyah mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Penyuluhan Masyarakat Islam, dengan judul “Minat Siswa kelas XI-XII SMK 28
Jakarta terhadap profesi pekerja sosial”. Dalam skripsinya tersebut Nurmansyah
membicarakan bagaimana minat siswa terhadap profesi pekerja sosial. Yang
membedakan dengan skripsi ini adalah subjek dan objek penelitiannya, dalam
12
13
skripsi ini penulis membahas bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul
Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah.
Kemudian skripsi yang ditulis oleh Suryanih Deran mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, dengan judul “Peran VCD cinta Rasul dalam
menumbuhkan minat”. Dalam skripsinya tersebut selain subjek dan objek
penelitian yang berbeda, Suryanih juga menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif yang jelas berbeda dengan metode penelitian skripsi ini.
Dari beberapa sumber yang peneliti cari, baik itu dari skripsi, tesis,
disertasi maupun buku, belum pernah ada yang meneliti tentang “Minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah ”
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini terbagi atas lima bab, secara rinci sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori merupakan bab yang melandasi pemikiran
dalam menganalisa dari data-data yang telah dikumpulkan. Kerangka pemikiran
yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan pengertian minat,
macam-macam minat, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya minat,
BAB III : Gambaran umum majelis taklim Nurul Musthofa, Majlis
Taklim dan tim Hadrah Segaf meliputi sejarah berdiri, visi dan misi, struktur
organisasi serta program-program kegiatannya.
BAB IV : Pada bab ini peneliti mengemukakan analisisnya mengenai
minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dari
hasil pengumpulan data dengan beberapa temuan data dan analisis yang
ditemukan di lapangan.
BAB V : Bab penutup berisi kesimpulan dari penelitian tentang minat
kesenian Islam Hadrah dan saran-saran bagi praktisi ilmu komunikasi dan ilmu
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat
1. Pengertian Minat
Minat menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah “perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan pendirian, pendapatan atau keyakinan.”1
Menurut Alex Sobur secara sederhana bahwa “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” 2
Sedangkan Fuad Hasan berpendapat bahwa “minat (interest) adalah istilah
yang menunjukkan pada adanya intensitas perhatian yang tinggi seseorang
terhadap suatu hal, peristiwa, orang atau benda.”3
Menurut Alisuf Sabri “minat adalah suatu kecenderungan untuk
memperhatikan secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan
perasaan senang jadi minat bisa terjadi karena sikap senang pada sesuatu.”4 Sedangkan menurut Sudarsono dalam bukunya Kamus Filsafat dan
Psikologi mengatakan bahwa ”minat adalah perhatian, kesukaan
(kecendrungan) hati yang terdiri dari:
1
Porwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-1 hlm. 499.
2
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), Cet. Ke-1, hlm. 246.
3
Fuad Hasan, dkk, Kamus Istilah Psikologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1981), hlm. 64.
4
a. Keinginan dan perhatian yang mengandung unsur-unsur suatu dorongan untuk berbuat sesuatu (belajar).
b. Suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangkaan, rasa takut; kecendrungan-kecendrungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.5
Sedangkan menurut Akyas Azhari dalam buku psikologi pendidikan
mengatakan bahwa “minat ialah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang terus dan disertai oleh rasa senang.”6
Berbeda
dengan pendapat A. D. Marimba bahwa “minat adalah sesuatu arti bagi kita,
sesuatu itu dapat memenuhi kebutuhan kita dan dapat menyenangkan kita.”7
Sama dengan pengertian minat yang diungkapkan oleh Redja
Mudyaharjo bahwa “minat adalah sesuatu kecendrungan batin yang
menyebabkan bertahannya objek pemikiran dalam kesadaran, atau
kembalinya objek pemikiran dalam kesadaran. Minat yang dimiliki seseorang
menyebabkan orang itu dapat memerintahkan dirinya untuk bertindak.”8
Selain itu menurut Slameto “minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang.”9
5
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Cet. Ke-1, hlm. 156.
6
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996) Cet. Ke-1, hlm. 74
7
A. D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), hlm. 88.
8
Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2, hlm. 125.
9
17
Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan
untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas, atau
situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan
senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa didalam
minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk: mendekati/
mengetahui/ memiliki/ menguasai/ berhubungan) dari subjek yang dilakukan
dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.”10
Dari beberapa definisi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
minat atau intrest adalah suatu hal yang timbul dari perasaan berupa
perhatian, kecendrungan atau keinginan terhadap hal tertentu dari objek
sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan atau kegiatan-kegiatan tertentu.
Oleh karena itu minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan
diperlihatkan seseorang. Sekalipun orang itu mampu mempelajari sesuatu,
tetapi bila tidak mempunyai minat maka ia tidak akan bisa mengikuti proses
belajar. Dalam hal ini tentunya minat erat pula hubungannya dengan perhatian
yang dimiliki seseorang, karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak.
Maka secara sederhana dapatlah diambil pengertian bahwa minat
adalah suatu kecendrungan, keinginan atau suatu dorongan yang terjadi pada
diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan minat ini seseorang akan
10
memusatkan atau mengarahkan seluruh aktifitas fisik maupun psikisnya
kearah yang diamatinya itu.
2. Macam-Macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini sangat
tergantung pada sudut pandang dan cara penggolongan misalnya berdasarkan
timbulnya minat, berdasarkan arahanya minat, dan berdasarkan cara
mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri. 11
Minat hanya akan ada bila ditampakkan dalam bentuk prilaku lisan
dan perbuatan, lalu timbul tindakan yang menentukan apakah menerima atau
menolak terhadap stimuli yang diberikan. Minat dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga ketegori, yaitu :
a. Area pengetahuan (respon kognitif)
Merupakan hasil persepsi dan pengetahuan seseorang tentang suatu
obyek dimana komponen kognitif ini timbul dengan adanya perubahan
terhadap apa yang dipahami oleh khalayak. Respon ini juga berkaitan
dengan pengetahuan, kecerdasan, informasi seseorang mengenai suatu
hal.
b. Area perasaan (respon afektif)
11
19
Menjelaskan tentang perasaan dan reaksi emosional sebagai hasil
evaluasi terhadap objek dimana komponen afektif ini berkaitan dengan
emosi, jiwa, sikap dan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Respon
ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak
terhadap sesuatu.
c. Area tindakan (respon konatif)
Respon ini berkaitan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan
kegiatan atau kebiasaan berprilaku. Menunjukkan kecenderungan
bertindak dengan cara tertentu terhadap obyek tertentu. Dalam hal ini
merupakan tindakan yang diberikan dari responden sebagai pengguna.
12
1) Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi :
a) Minat primitive adalah minat yang ditimbulkan karena
kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya
kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman,
kebebasan beraktifitas dan seks.
b) Minat kultural atau minat sosial adalah minat yang timbulnya
karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung
berhubungan dengan diri kita misalnya minat belajar, individu
mempunyai pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan
12
akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan
tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu
untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari
lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi
harga dirinya.13
2) Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi :
a) Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan
dengan aktifitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih
mendasar atau minat asli. Sebagai contoh, seseorang belajar
karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang
senang membaca bukan karena ingin mendapatkan pujian atau
penghargaan.
b) Minat eksintrik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan
akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai
ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh,
seseorang belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat melalui
ujian nasional dengan baik dan dapat lulus. 14
3) Berdasarkan cara mengungkapkan minat atau indikator minat
dapat dibedakan menjadi :
13
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 267
14
21
a) Expressed interest : adalah minat yang diungkapkan
dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan
atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa
tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling
tidak disenangi. Dari jawaban subjeklah dapat diketahui
minatnya.
b) Manifest interest : adalah minat yang diungkapkan
dengan cara mengobservasi atau melakukan
pengamatan secara langsung terhadap aktifitas-aktifitas
yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui
hobinya.
c) Tested interest : adalah minat yang diungkapkan
dengan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes
objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada
suatu objek atau masalah biasanya enunjukkan minat
yang tinggi pula terhadap hal tersebut.
d) Inventoried interest : adalah minat yang diungkapkan
dengan menggunakan alat-alat yang sudah di
standarisasikan, dimana biasanya berisi
senang atau tidak senang terhadap aktifitas atau sesuatu
objek yang ditanyakan.15
3. Faktor-faktor Terbentuknya Minat
Cukup banyak faktor-faktor yang dapt mempengaruhi minat terhadap
sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :
a. Faktor internal, yaitu minat yang terbentuk dari dalam diri individu yang
bersangkutan. Misalnya, bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman dan
kepribadian, faktor internal banyak dipengaruhi oleh intervensi, pengaruh
dari keluarga individu.
b. Faktor eksternal, yaitu minat yang terbentuk dari lingkungan sekitar
tempat tinggal individu, faktor lingkungan merupakan pengaruh terbesar
dari terbentuknya suatu minat individu ini dikarenakan terlalu banyak
pengaruh yang masuk ke individu ketika ia berada di luar lingkungan
internalnya. 16
Menurut Crow dan Crow (1973) berpendapat ada tiga faktor yang
menjadikan timbulnya minat, yaitu :
1) Dorongan dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan dan ingin
tahu. Dorongan ingin makan akan membuat individu membangkitkan
15
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 263
16
23
minat untuk mencari penghasilan dan bekerja, serta dorongan untuk ingin
tahu atau rasa ingin tahu akan membuat individu akan membangkitkan
minat untuk membaca, belajar, dan menuntut ilmu.
2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk
melakukan aktifitas tertentu. Misalnya minat untuk belajar atau menuntut
ilmu pengetahuan timbulnya karena ingin mendapatkan penghargaan dari
masyarakat, karena biasanya orang yang memiliki pengetahuan yang
cukup luas (orang pandai) mendapatkan kedudukan yang tinggi dan
terpandang dalam masyarakat.
3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat degan emosi.
Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktifitas akan menimbulkan
senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktifitas
tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap
hal tersebut.
4) Karena kepribadian itu manusia bersifat kompleks, maka sering ketiga
faktor yang menjadi penyebab timbulnya minat tersebut tidak berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu perpaduan dari ketiga faktor tersebut,
akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah
yang menjadi awal penyebab timbulnya suatu minat.17
17
B. Kesenian Islam
1. Pengertian Kesenian Islam
Pembahasan mengenai kesenian Islam memiliki banyak penafsiran,
pandangan dan pendapat. Namun sebelum sampai pada pembahasan
mengenai kesenian Islam, dalam hal ini peneliti akan mencoba memberikan
gambaran umum terlebih dahulu mengenai kesenian.
Perkataan kesenian merupakan suatu pengertian yang banyak
mempermasalahkan keindahan. Setiap hasil pekerjaan seni akan menghasilkan
suatu keindahan yang merupakan adaptasi dari cipta dan rasa haru manusia.
Untuk lebih menyelami apa yang dimaksudkan dengan pengertian kesenian,
ada baiknya kita ikuti beberapa pendapat tentang kesenian tersebut. 18
Kesenian adalah merupakan segala hasil daya cipta atau buah pikiran
manusia, yang bersifat indah. Jadi, apa saja yang merupakan hasil ungkapan
pikiran dan daya cipta itu asalkan ia yang berbentuk, memiliki sifat keindahan
disebut seni. Pendapat-pendapat lain yang memberikan batasan tentang arti
kesenian itu adalah:
a. Kesenian adalah hasil atau barang sesuatu yang diciptakan manusia
sehingga merupakan keindahan dan untuk mewujudkan rasa
keindahan.
18
25
b. Kesenian adalah rasa halus atau suci yang dipergunakan untuk
mencurahkan gambaran batin kepada pemujaan, kecintaan,
ketenangan, hormat, memberi dan menerima sesuatu.
c. Kesenian atau keindahan adalah kesatuan dari ide dan gambaran
dalam pikiran, peleburan lengkap dari dengan gambaran dalam
pikiran.
Dari pengertian kesenian ini peneliti menyimpulkan bahwa kesenian
itu adalah ungkapan rasa halus dan suci yang diaplikasikan lewat ciptaan buah
pikiran manusia yang hasilnya mengandung suatu unsur keindahan.
Adapun secara umum pengertian kesenian Islam adalah segala hasil
usaha dan daya upaya, buah pikiran dari kaum muslim untuk menghasilkan
sesuatu yang indah. Seni Islam dapat juga diberi batasan sebagai suatu seni
yang dihasilkan oleh suatu seniman atau disainer muslim; atau dapat juga
berupa seni yang sesuai apa yang dibayangkan oleh seorang muslim.19
2. Sejarah Kesenian Islam
Jika kita membicarakan tentang seni, maka akan terbayang dari ragam
seni. Diantaranya seni musik, seni suara maupun seni tari. Pada hakikatnya
seni khususnya kesenian Islam bukanlah persoalan baru yang timbul sesudah
19
datangnya Islam. Akan tetapi kita membicarakan hal yang sudah tua
sejarahnya, bahkan hampir sama tua dengan sejarah hidupnya manusia.
Perkembangan kesenian Islam mencapai puncak keemasaanya pada
zaman Dinasti Ummayah hingga akhirnya menempatkan Baghdad sebagai
pusat peradaban dunia. Dalam Islam pada masa itu, kesenian bukan hanya
sebagai hiburan, tapi sudah menjadi ilmu pengetahuan yang terus diselidiki
dan bagian dari ritual ibadah. Bahkan beberapa alat musik yang sekarang
banyak digunakan di dunia berasal dari dunia kesenian Islam dan banyak
karya dari seniman dunia Arab masa lalu yang menjadi acuan bagi Seniman
dunia barat dan belahan dunia lainnya. 20
Salah satu teori yang tercantum dalam risalah Al-Muqadimah karya
Ibnu Khaldun. Teori ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-14 Masehi itu
tepat berlaku pada perkembangan seni Islam, terutama seni suara dan musik.
Musik Arab yang awalnya sangat sederhana, berkembang menjadi musik yang
kaya warna seiring dengan kemajuan pemerintahan Islam di masa Dinasti
Ummayah. Ketika itu, Madinah dan Damaskus menjadi pusat kebudayaan
Islam. Dari kedua kota ini, kegiatan penerjemahan kitab-kitab seni musik
Persia dan Yunani ke dalam bahasa Arab gencar dilakukan. 21
“Seni Muzik telah mencapai kemajuan yang begitu hebat sekali, ini kerana seni muzik telah mendapat tempat yang baik daripada kalangan pemerintah dan juga orang ramai. Kehebatan dan kemajuan seni muzik ini dapat dilihat melalui lukisan-lukisan yang terdapat dalam kitab Alpum Al-Lail
20
http://banyuonline.com/artikel/ 2010/04/ 09 index.php
21
27
atau Hikayat Seribu Satu Malam, yang dihiasi dengan gambar-gambar sekumpulan ahli muzik yang sedang membuat persembahan mereka di hadapan khalifah. Ia menggambarkan betapa besarnya penghargaan umat Islam terhadap seni muzik pada masa itu di kota Dymsik, iaitu pada zaman kerajaan Abbasiyyah.”22
C. Hadrah
1. Pengertian Hadrah
Dari namanya mungkin terdengar sangat asing. Namun Hadrah sudah
sangat populer di kalangan majelis taklim yang dipimpin oleh beberapa
ulama, kiyai, dan habib yang kemudian menyebar di kalangan masyarakat.
Hadrah dari segi bahasa diambil dari kata „hadhoro
-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan’ yang berarti kehadiran. Tapi dalam pengertian istilahnya adalah
sebuah alat musik sejenis rabana yang digunakan untuk acara-acara
keagamaan seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Hadrah juga tidak
hanya sebatas untuk acara Maulid Nabi saja, tetapi digunakan juga untuk
ngarak (mengiringi) orang sunatan ataupun orang kawinan. 23
2. Sejarah Hadrah
Secara historis, masyarakat Madinah pada abad ke-6 telah
menggunakan Hadrah sebagai musik pengiring dalam acara penyambutaan
atas kedatangan Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah. Masyarakat
22
Haji aziz deraman & wan ramli wan mohamad. Muzik dan Nyanyian Tradisi Melayu. h. 12
23
Madinah kala itu menyambut kedatangan beliau dengan syair Thaala'al Badru
yang diiringi dengan Hadrah, sebagai ungkapan rasa bahagia atas kehadiran
seorang Rasul ke bumi itu. Kemudian Hadrah digunakan sebagai sarana
dakwah para penyebar Islam. Dengan melantunkan syair-syair indah yang
diiringi alat musik perkusi, pesan-pesan agama Islam mampu dikemas dan
disajikan lewat sentuhan seni artistik musik Islami yang khas. Sebenarnya
Hadrah bukan suatu hal yang baru dalam masyarakat. Hadrah sudah ada sejak
jaman dahulu. Awalnya, Hadrah berasal dari bangsa Arab dan Negara-negara
Timur Tengah.
Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari negeri
Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259
- 1333H / 1839 - 1913M). datang ke tanah air dalam misi berdakwah
menyebarkan agama Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah
kesenian Arab berupa pembacaan shalawat yang diiringi rebana ala Habsyi
atau yang dikenal saat ini adalah Hadrah, dengan cara mendirikan majlis
sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai sarana mahabbah
(kecintaan) kepada Rasulullah saw. 24
Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru
daerah terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib 'Ali bin
24
29
Muhammad bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang
berjudul “Simthu Al-Durar” yang di dalamnya memuat tentang kisah
perjalanan hidup dari sebelum lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di
dalamnya juga berisi bacaan shalawat-shalawat dan madaih (pujian-pujian)
kepada Rasulullah. Bahkan sering kali dalam memperingati acara maulid Nabi
Agung Muhammad saw. kitab itulah yang sering dibaca dan diiringi dengan
alat musik Hadrah. Sehingga sampai sekarang kesenian ini pun sudah melekat
pada masyarakat, khususnya para pecinta shalawat dan maulid
NabiMuhammad SAW, sebagai sebuah eksistensi seni budaya Islam yang
harus selalu dijaga dan dikembangkan.25
3. Alat Musik Hadrah
Adapun Jenis alat yang digunakan dalam musik Hadrah diantaranya
adalah jenis pukulan (tabuhan) Hadrah ada yang disebut master satu, master
dua, giring, dan bass. Pukulan master satu dan dua merupakan yang paling
penting, sebab ini ibaratnya seperti jantung permainan Hadrah. Dan pukulan
ini yang paling sulit. Pukulan master dapat berjalan walaupun tidak ada
pukulan giring. Seperti namanya, pukulan giring berfungsi untuk mengiringi
pukulan master.
25
Mudjahidin, Keindahan Karya Seni di Tinjau dari Beberapa Sudut pandang Baik
Alat Hadrah yang memiliki kualitas bagus terbuat dari kayu pohon jati.
Suaranya pun sangat asyik di dengar. Di Jakarta jika kita ingin mendapatkan
alat-alat Hadrah tesebut kita bisa dapatkan di Pasar Ikan, Jakarta utara. Di
sana banyak menjual bermacam-macam alat Hadrah. 26
D. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majlis”
dan “Taklim” yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata “Majlis” dalam
bahasa Arab berasal dari kata “Jalasa, yajlisu, majlisan” yang artinya duduk.27
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian majelis taklim
yaitu “Pertemuan dan perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul”.28
Sedangkan kata “Taklim” dalam bahasa Arab berasal dari akar
kata “A’lama, ya’lamu, ta’liman” yang berarti mengajar. 29 Sedangkan dalam Kamus Terkini atau Modern, pengertian Taklim adalah melatih Manusia.30
Didalam musyawarah majelis taklim se DKI Jakarta telah diberikan batasan
yang lebih definitive tentang majelis taklim, yaitu :
26
http://www.akumassa.org/hadhoro-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan/2010/29/01.html.
27
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hila Karaya Agung, 2000), h. 98
28
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-3, h. 8
29
Asad M. Kalali, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987) Cet. Ke-2, h. 8
30
31
Lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah yang relative banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan seseorang dan antara manusia dengan lingkungan, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.31
Dengan berpedoman beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
majelis taklim adalah sebuah lembaga yang dijadikan sebagai wadah pendidikan
Islam non formal yang dapt berdiri sendiri dan memiliki tujuan untuk
merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sosial masyarakat dan mempunyai
program pengajaran tersendiri, dalam rangka membina dan mengembangkan
kualitas kehidupan seorang muslim dengan berpedoman pada ajaran Islam demi
terciptanya kehidupan yang baik terarah dan bahagia dunia dengan sesamanya,
dan antara manusia dengan lingkungannya.
2. Fungsi Majelis Taklim
Karakteristik dari majelis taklim:
a. Badan yang mengurusi kegiatan pendidikan secara berkesinambungan.
b. Seorang atau lebih guru/ustadz/ kiyai yang memberikan pelajaran secara rutin
dan berkesinambungan
c. Peserta atau jamaah dalam relatif banyak yang secara terus menerus
mengikuti pelajaran.
31
d. Kurikulum baik dalam bentuk buku atau kitab, pedoman atau rencana
pelajaran yang terarah.
e. Kegiatan pendidikan secara teratur dan berkala.
f. Tempat tertentu yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan: baik secara
tradisional atau sederhana maupun secara modern, maka lembaga tersebut
dapat disebut majelis taklim.32
3. Karakteristik Majelis Taklim
Adapun fungsi majelis taklim itu sendiri sebagai lembaga pendidikan non
formal adalah :
a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk
masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
b. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya yang santai.
c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi massal yang dapat menghidup
suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah.
d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan ummat.
e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
umat dan bangsa pada umumnya.33
32
Ismet Firdaus, Lisma Dyawati Fuaida, Nurkhayati, Ahmad Zaky, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press: Universitas Syarif Hidayatullah), h. 83-84
33
33
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA DAN TIM HADRAH SEGAF
A. Profil Majelis Taklim Nurul Musthofa
1. Sejarah Majelis Taklim Nurul Musthofa
majelis taklim Nurul Musthofa ialah salah satu media untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Yang
didirikan pada tahun 2000 oleh al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Nama Nurul Musthofa diambil dari salah satu nama Rasulullah yang
artinya “cahaya pilihan”. Majelis taklim ini mula-mula adalah
pengajian A-Qur’an dan dzikir-zdikir keliling yang dilakukan dari rumah ke rumah.
Pada tahun 2001, dengan izin Allah SWT majelis taklim
Nurul Musthofa kedatangan Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz
dan Habib Anis bin Alwi al-Habsyi, nama ini di ijazahkan oleh
mereka. Maka pada tahun yang sama pertama kali diadakan acara
peresmian yang berisikan pembacaan Al-Qur’an, dzikir dan pemberian nasihat agama oleh para Ulama dan Habaib.1
Pada Tahun 2002, majelis taklim Nurul Musthofa kedatangan
kembali para Ulama dari Saudi Arabia, Yaman, Madinah, Malaysia,
dan lain-lain sebagainnya. Salah satu diantaranya adalah Habib Imam
1
Salim As- Syatiri yang mengijazahkan kepada majelis taklim Nurul
Musthofa pembacaan “Yaa Latief” sehabis shalat fardu sebanyak 129
kali.
Dengan keberkahan dan do’a dari pala ulama tersebut maka
majelis taklim Nurul Musthofa berkembang pesat. Bermula dari
sepuluh orang jamaah hingga mencapai ratusan bahkan ribuan orang
setiap pengajian malam minggunya.
Pada setiap pengajian, para pengajar di majelis taklim Nurul
Musthofa seringkali memberikan nasihat agama dengan merujuk
kepada kitab Nasuih Hudduniyyah. Diantara para pengajar yang
merujuk kitab tersebut yakni Kh. Abdul Hayyi Na’im, Ustad Adnan
Idris, Ustad Imam Wahyudi.
Pada Tahun 2005, majelis taklim Nurul Musthofa
mengokohkan yayasan Nurul Musthofa yang diketuai oleh Habib
Abdullah bin Ja’far Assegaf dan Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf.
Dalam perkembangan selanjutnya, yayasan ini mendapat izin resmi
dari Departemen Agama RI.
Syiar majelis taklim Nurul Musthofa-pun berkembang pesat
dari 50 masjid menjadi 250 masjid yang mayoritas berada di Jakarta
dan sekitarnya. Pada tahun ini pula berdiri sekretariat majelis taklim
Nurul Musthofa yang terletak di kediaman Habib Hasan bin Ja’far
Assegaf.2
2
35
2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Taklim Nurul Musthofa
Majelis taklim Nurul Musthofa ialah organisasi keagamaan
yang berorientasi pada pemuda. Hal ini senada dengan visi, misi dan
tujuan majelis taklim Nurul Musthofa yakni :
Visi majelis taklim Nurul Musthofa
a. Sebagai wadah organisasi keagaman yang berfungsi untuk
mengajak dan menyeru kaum muslimin dan muslimat khususnya
para pemuda pemudi untuk lebih mengenal Allah SWT dan
Rasulullah SAW.
b. Sebagai wadah organisasi keagamaan yang mengajak dan
menyeru kaum muslimin dan muslimat khususnya para pemuda
pemudi untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW.
c. Mempererat ukhuwah Islamiyah sesama ummat Islam.
Misi majelis taklim Nurul Musthofa
a. Melaksanakan syiar Islam melalui pengajian dan dzikir.
b. Memberikan pengajaran tentang Islam secara menyeluruh
c. Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW.
Tujuan majelis taklim Nurul Musthofa
a. Menjadi wadah organisasi yang memberikan manfaat kepada
b. Memberikan informasi dan pengajaran tentang Islam kepada kaum
muslimin dan muslimat khususnya para pemuda.3
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Nurul Musthofa
Pelindung : DR. Ing. H. Fauzi Bowo.
Dr. KH. Hasyim Muzadi
Pembina : Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Penasihat : Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf
Habib Abu Bakar , S. H, M. M
KH. Abdul Hayyi Na’im
Pengawas : Drs. Djohari, M. Si.
Makmun, S. Kom
Waluyo, S.E.
Ketua Umum : Habib Abdullah bin Ja’far Assegaf Sekretaris Umum : Usman Arai Pratama, S. E.
Bendahara Umum : Zaenal Arifin
Divisi-divisi
Divisi keagamaan : Rohimin dan Muhammad Sholeh
Divisi Sosial : Wawan dan Budiansyah
Divisi Keuangan : Dayat dan Irfan Akhyari
Divisi Humas : Imam Wahyudi dan Kusyori 4
3
Hasil Dokumentasi dari Ustazah Julipah Wahyudi
4
37
4. Program KerjaMajelis Taklim Nurul Musthofa
Dalam rangka mengembangkan konsep dakwah yang dimiliki
majelis taklim Nurul Musthofa, maka segenap pengurus merumuskan
dan menyusun seluruh kegiatan-kegiatan dakwahnya secara
sistematis, terarah dan berkesinambungan. Berhasil tidaknya program
kerja ditentukan oleh perencanaan dan perumusan yang matang.
Adapun program kerja majelis taklim Nurul Musthofa terdiri
dari:
1. Program Jangka Pendek
a. Taklim keliling setiap malam minggu
b. Peringatan hari besar Islam
c. Maulid akbar di kediaman habib Hasan
2. Program jangka panjang
a. Haul akbar Habib Umar bin Ja’far Assegaf
b. Ziarah kubro ke makam Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin
Faqih
c. Perayaan harlah majelis ta’lim Nurul Musthofa dan santunan terhadap anak yatim piatu.
d. Buka Puasa bersama
e. Halal bi halal akbar di kediaman Habib Hasan bin Ja’far Assegaf.5
5
B. Profil Majelis TaklimNurul Musthofa Perempuan
1. Sejarah Majelis Taklim Nurul Musthofa Perempuan
Majelis taklim perempuan Nurul Musthofa berdiri bertepatan
dengan peringatan maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW yaitu
tanggal 12 Rabiul Awal 1427 atau pada tanggal 11 April 2006.
Latarbelakang berdirinya majelis taklim perempuan Nurul
Musthofa awalnya atas perintah Al Habib Hasan bin Jafar Assegaf.
Beliau adalah seorang da’i sekaligus pendiri majelis taklim Nurul
Musthofa. Beliau mendirikan majelis taklim yang diikuti oleh jamaah
laki-laki maupun perempuan. Namun dalam majelis taklim tersebut,
ruang kaum perempuan terbatas sehingga beliau berinisiatif untuk
memberikan ruang khusus kepada kaum perempuan untuk berdakwah
dan menimba ilmu agama lebih dalam dengan mendirikan majelis
taklim banat (perempuan) Nurul Musthofa.6
Majelis taklim perempuan Nurul Musthofa dipimpin langsung
oleh ibu dari al- Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yaitu Ustadzah Hj. Syarifah Fatma al-Athos dan istri dari al- Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yaitu Ustadzah Hj. Syarifah Husna bin al-Haddad.
Perkembangan majelis taklim dari tahun ke tahun semakin
baik. Jamaah yang hadirpun semakin banyak. Dan majelis taklim
perempuan Nurul Musthofa mengembangkan sayapnya dengan
6
39
menghadirkan live streaming yang dapat diakses di website nurul
musthofa pada tiap pengajiannya.7
Pada masa ini, jarang ada tim Hadrah yang beranggotakan
keseluruhan personilnya adalah perempuan. Hal tersebut
menunjukkan eksistensi perempuan di bidang dakwah sekaligus
pelestarian kesenian Islam. Selain itu jamaah perempuan yang
mengikuti pengajian ini juga terdiri dari kaum remaja, ibu-bu,
anak-anak, bahkan balita karena mereka sangat menyukai bershalawat
dengan iringan Hadrah. Hal tersebut tentu berbeda dari majelis taklim
perempuan pada umumnya yang mayoritas jamaahnya adalah kaum
ibu saja.
2. Visi dan Misi Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa
Adapun visi majelis taklim ini adalah
a) Membentuk suatu organisasi keagaman yang menjadikan generasi
Islam
perempuan untuk lebih mengenal, cinta kepada Allah SWT, dan
meneladani akhlak Rasulullah SAW.
b) Memberikan pengetahuan agama Islam yang luas kepada jamaah
perempuan.
Adapun misinya adalah
a) Menghadirkan para ulama/ ustadzah/ syarifah yang memberikan
ilmu
7
agama Islam secara menyeluruh.
b) Melaksanakan syiar Islam melalui pengajian dan dzikir.
c) Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW
dengan
menghadirkan pula kesenian Islam hadrah.8
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa
Berikut ini struktur organisasinya:
Ketua I : Ibu Hj. Kiki
Ketua II : Ibu Hj. Salmah
Bendahara I : Ummi Agam
Bendahara II : Ibu H. Edi
Sekretaris I : Siti Asiah
Sekretaris II : Zulfah
Koordinator wilayah
a. Gudang Air : Ibu Hj. Kiki
b. Cipete : Ibu Hj. Salmah
c. Ciganjur dan sekitarnya : Ibu Een
d. Pasar Minggu : Ummi Sa’diyah
e. Lebak Bulus : Ibu Nurhasanah
f. Kali Sari : Ummi Hasan
g. Cilangkap : Ibu Siti Aminah
h. Lenteng Agung : Ibu Sarmada
8
41
Tim Dakwah : Ustazah Zulia Fazriah
Lita Amelia
Syifa Fauziah
Fadlun
Vivi
Fadhilla
Humas : Ummi Sa’diyah
Ummi Agam
Ibu Hj. Kiki
Ibu Hj. Edy
Nia
Ibu Rafiqoh
Ibu Titi
Zulfah
Ibu Saodah
Anita 9
4. Program Kerja Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa
Majelis taklim ini memiliki program kerja diantaranya :
a. Kegiatan taklim setiap 2 minggu sekali pada hari minggu yang
dilaksanakan di kediaman al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. b. Pembacaan ratib, yasin, maulid simtudduror dan shalawat Nabi
rutin dalam setiap pertemuan.
9
c. Penyampaian nasihat agama dari para ulama/ ustadzah/ syarifah.
d. Peringatan hari besar Islam
e. Perayaan harlah majelis taklim Nurul Musthofa
f. Santunan terhadap anak yatim piatu.
g. Buka Puasa bersama
h. Halal bi halal akbar di kediaman Habib Hasan bin Ja’far Assegaf.10
C. Profil Hadrah Seggaf
1. Sejarah Hadrah Seggaf
Tim Hadrah Nurul Musthofa yang beranggotakan perempuan
ini terbentuk bersamaan dengan berdirinya Majelis taklim
perempuan Nurul Musthofa yaitu 12 Rabiul Awal 1427 atau pada
tanggal 11 April 2006.
Latarbelakang terbentuknya tim Hadrah ini juga atas perintah
Al Habib Hasan bin Jafar Assegaf. Yang memberikan ruang bagi
kaum perempuan untuk berdakwah dan melestarikan kesenian Islam
melalui Hadrah. Kemudian beliau memberikan nama untuk tim
Hadrah yang di hadirkan pada tiap pengajian perempuan ini adalah
tim Hadrah Seggaf.
Hadrah Segaf mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.
Setelah mengadakan perekrutan baru personil dengan tujuan
10
43
pengkaderan kemampuan memainkan kesenian Islam Hadrah.
Hadrah Segaf juga berkolaborasi dengan memasukkan marawis
dalam tiap penampilannya dalam majelis.
Keunggulan dari Hadrah Banat Segaf di bandingkan dengan
hadrah-hadrah yang ada pada masa ini adalah terletak pada personil/
anggotanya yang keseluruhan adalah remaja putri. Dan musik yang
dimainkan cenderung ceria karena pengolahan irama ditonjolkan dari
pukulan master Hadrah.11
2. Visi, Misi dan Tujuan Hadrah Seggaf
Visi Hadrah Segaf adalah:
a. Berdakwah melalui kesenian Islam.
b. Melestarikan kesenian Islam dan menghapuskan kesan bid’ah terhadap kesenian Islam khususnya kesenian Hadrah.
c. Menyiarkan ajaran Islam dan menciptakan kecintaan terhadap
Allah SWT dan Rasulullas SAW.
d. Menarik minat jamaah majelis untuk lebih giat mengikuti
kegiatan pengajian.
Adapun misinya adalah:
a. Menghadirkan shalawat-shalawat Nabi.
b. Memperbanyak membaca zdikir kepada Allah lewat alunan
musik Hadrah.
11
c. Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW
lewat alunan musik Hadrah.
3. Struktur Organisasi Hadrah Seggaf
Hadrah Segaf dipimpin oleh Ustadzah. Zulia Fazriah dibawah
asuhan al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Personil Hadrah terdiri dari 16 orang yaitu :
1. Vocal Hadrah : Lita Amelia
2. Vocal Hadrah : Nurhayati
3. Vocal Hadrah : Fadhilla
4. Hadrah Master 1 : Nur Raihana Zulfa
5. Hadrah Master 2 : Litta
6. Hadrah Gol/ Giring 1 : Rizky Amalia
7. Hadrah Gol/ Giring 1 : Dwi Faidzah
8. Hadrah Gol/ Giring 1 : Putri Amalia
9. Hadrah Gol/ Giring 1 : Tuti
10.Hadrah Gol/ Giring 2 : Febriyani
11.Hadrah Gol/ Giring 2 : Lulu Irfania
12.Hadrah Gol/ Giring 2 : Nurhayati
13.Hadrah Bass 1 : Namiro
14.Hadrah Bass 1 : Ummi Hani Sofia
15.Hadrah Bass 2 : Zahro
16.Hadrah Bass 2 : Putri Ayuningtyas 12
12
45
4. Program Kerja Hadrah Seggaf
Adapun program kerja Hadrah Segaf adalah:
a. Mengadakan latihan hadrah rutin pada hari sabtu.
b. Menampilkan shalawat Nabi dan puji-pujian kepada Allah rutin
dalam setiap pertemuan taklim maupun kegiatan-kegiatan yang
terselenggara di majelis taklim perempuan Nurul Musthofa.
c. Menampilkan shalawat-shalawat terbaru yang dikemas secara
kreatif untuk menciptakan suasana inovatif dalam majelis.13
13
46
BAB IV
MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH
A. Data
Setelah melakukan penelitin selama dua bulan di majelis perempuan
Nurul Musthofa, yang tepatnya terletak di sekretariat "Istana Seggaf " Jl. RM.
Kahfi I GG. Manggis RT.01/01 No. 9A Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan
ditemukan beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.
Responden pada penelitian ini adalah jamaah perempuan majelis taklim
Nurul Musthofa yang memiliki jumlah 200 orang. Untuk mengetahui Sejauh
mana minat jamaah terhadap kesenian Islam Hadrah, maka penelitian ini yang
menjadi sampel adalah sebanyak 60 orang jamaah yang rutin mengikuti
pengajian.
Dari 60 kuisioner (angket) yang telah terkumpul, peneliti mendapatkan
data mengenai responden dan selanjutnya penulis mengklasifikasikannya menjadi
tiga bagian. Yaitu identitas responden berdasarkan usia, pendidikan dan
47
Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel 1 berikut :
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Nilai/ Jumlah Prosentase (%)
12-16 14 23,3
17-21 26 43,3
22-26 9 15
27-31 3 5
32-36 3 5
37-41 3 5
42-46 1 1,7
47-51 0 0
52-56 1 1,7
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa identitas responden yang
berusia 12-21 tahun berjumlah 40 orang (66,6%), responden yang berusia
22-31 tahun berjumlah 12 orang (20%), responden yang berusia 32-41 tahun
berjumlah 6 orang (10%), responden yang berusia 42-56 tahun berjumlah 2