• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : FAHRUNNISA NIM : 107051002164

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA

TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh:

____Fahrunnisa____ NIM : 107051002164

Di Bawah Bimbingan

______Rubiyanah, MA____

NIP: 19730822 199803 2 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memeperoleh gelar strata 1 (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 September 2011

(5)

i

Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul Musthofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah

Hadrah merupakan kesenian musik Islam yang ditampilkan dengan iring-iringan rebana (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Adapun majelis taklim Nurul Musthofa merealisasikan kesenian Islam dalam kegiatan dakwahnya. Selain ceramah agama, Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf selaku pimpinan majelis taklim Nurul Musthofa juga menghadirkan Hadrah secara rutin dalam pengajian yang di selenggarakannya. Dengan harapan bahwa lewat tiap lirik syair dan shalawat yang dibawakan oleh Hadrah, jamaah dapat diajak untuk memahami pesan agama yang terkandung di dalamnya dan membangun rasa cinta terhadap kesenian Islam.

Dari latarbelakang tersebut maka timbul keinginan dari peneliti untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah? dan Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab dari pertanyaan diatas, yaitu untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Maka peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Alex Sobur yang secara sederhana menerangkan bahwa “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian yang menggunakan analisisnya secara umum dengan menggunakan statistik. Peneliti mengambil populasi dari jamaah majelis taklim banat (perempuan) Nurul Musthofa yang berjumlah 200 orang kemudian menarik sampel sebanyak 30% yaitu 60 orang. Pengumpulan data yang digunakan meliputi angket, observasi, dokumentasi dan wawancara (interview). Desain yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu menganalisis dan meninterpretasikan data, gambaran, fakta, dan peristiwa yang di dapat apa adanya dari objek penelitian. Dan untuk analisis data penelitian ini menggunakan skala likert dan diagram lingkaran.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan

kehadirat Allah SWT. Dengan kuasa dan rahmatNya memberikan ilmu dan ilham

kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga

senantiasa tercurahkan kepada Rasul pilihan Allah yaitu Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarga, para sahabat, pengikut beliau dan seluruh umat manusia yang

setia kepadanya hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang telah peneliti temui.

Namun karena kasih sayang dari Allah SWT , kemuliaan Nabi-Nya, keiklasan hati

dan kerja keras penulis, serta doa, motivasi maupun bantuan dari berbagai pihak,

maka kesulitan dan hambatan yang peneliti temui dapat dilalui dengan baik.

Demikian pula peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan

baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka

melalui tulisan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada :

1. Ayahanda H. Nirwazih dan Ibunda Hj. Salmah tercinta beserta keluarga, yang

telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan materil yang

berlimpah. Sehingga peneliti senantiasa termotivasi dan tidak kenal menyerah

dalam mencapai cita-cita.

2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA,

(7)

iii

kesabaran bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi kritik

dan saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

(KPI), dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA, Sekretaris Jurusan KPI.

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas

ilmu pengetahuan yang telah diberikan, semoga penulis senantiasa dapat

memanfaatkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, para Ulama dan Habaib di Majlis Taklim Nurul Musthofa serta Ustadzah Hj. Syarifah Fatma al-Athos, Ustadzah Hj.

Syarifah Husna bin al-Haddad selaku penasehat Majlis Taklim Nurul

Musthofa perempuan.

7. Ustadzah Zulia Fazriah, selaku Da’iah (penceramah) dan Pimpinan Tim Hadrah Segaf Majlis Taklim perempuan Nurul Musthofa, Para pengurus

Majlis Taklim perempuan Nurul Musthofa khususnya Ustazah Zulfa, dan Tim

Hadrah Seggaf khususnya Lita, yang dengan sukarela meluangkan waktunya

untuk memberikan pengetahuan baru, informasi dan data-data dalam

pelaksanaan skripsi ini.

8. Special Thanks for Lena Ulfiana, Nadya Nurfitria, Anggi Ria, Rahmi Ardhila,

(8)

iv

Reezael al Fataa, Abdul Latif yang telah membantu peneliti dari support dan

lainnya.

9. Teman seperjuangan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam periode 2007

khususnya kelas D, kenangan manis selalu di hati dan semoga silaturrahmi

selalu terjaga antara kita.

10.Teman-teman LSO VOC, terimakasih untuk segala kenangan dan pengalaman

manis kebersamaan kita.

Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada bantuan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya

satu-persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

umumnya.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 16 September 2011

(9)

v

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Minat ... 15

1. Pengertian Minat ... 15

2. Macam- Macam Minat ... 18

3. Faktor-Faktor Terbentuknya Minat ... 22

B. Kesenian Islam ... 24

1. Pengertian Kesenian Islam ... 24

2. Sejarah Kesenian Islam ... 25

C. Musik Hadrah ... 27

(10)

vi

2. Sejarah Musik Hadrah ... 27

3. Alat Musik Hadrah ... 29

D. Majelis Taklim ... 30

1. Pengertian Majelis Taklim ... 30

2. Fungsi Majelis Taklim ... 31

3. Karakteristik Majelis Taklim ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA & TIM HADRAH SEGGAF ... 33

A. Profil Majlis Taklim Nurul Musthofa ... 33

B. Profil Majelis Taklim Nurul Musthofa Perempuan ... 38

C. Profil Tim Hadrah Seggaf ... 42

BAB IV MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH ... 46

A. Data ... 46

B. Analisis Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul Musthofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah ... 49

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(11)

vii

TABEL 2 ... 48

TABEL 3 ... 49

TABEL 4 ... 50

TABEL 5 ... 51

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk “homo pluralis” yang memiliki cipta, rasa,

karsa dan karya. Sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya dari makhluk

lain. Melalui budi dayanya yang ditopang kemampuan dalam berfikir, manusia

menentukan pilihan terhadap tata nilai yang dikenal sebagai kebudayaan. 1

Salah satu diantara unsur penting dalam sistem kebudayaan adalah

kesenian. Melalui kesenian manusia mampu memperoleh saluran untuk

mengekspresikan pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batinnya.

Di antara jenis kesenian yang diciptakan manusia adalah musik. Musik

merupakan produk budaya yang tertinggi atau merupakan seni yang terindah.2

Pada masa kini musik telah menjadi seni yang sangat penting dan terus

berkembang. Bahkan hampir tempat di sepanjang hari musik dapat dinikmati,

baik melalui media elektronik seperti radio, televisi, tape recorder, flash disk

(USB), kaset, kepingan VCD/ DVD, maupun melalui pertunjukan musik

langsung.

Musik yang disampaikan melalui irama, memiliki daya komunikasi yang

tinggi dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mengandung

1Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya

TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 1.

2

(13)

masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh

Herbert Spencer yang dikutip oleh Dloyana bahwa musik siap melayani, terutama

kebutuhan yang sifatnya non fisik. 3

Berangkat dari kebutuhan-kebutuhan itu, musik diberi makna yang

beragam sesuai dengan konteksnya. Konteks disini maksudnya adalah musik

dapat memiliki banyak arti, tergantung siapa yang melihat atau menikmatinya,

bilamana, dan dimana. Antara lain musik dibutuhkan manusia sebagai alat untuk

mengekspresikan diri, peragaan, seperti yang diungkapkan oleh Stravinsky yang

dikutip oleh Dloyana yaitu bahwa musik merupakan suatu bahasa atau alat

komunikasi dari perasaan-perasaan.4

Kita telah mengetahui bagaimana hebatnya perkembangan kebudayaan

saat ini, terlebih dalam bidang musik. Masyarakat telah menganggap musik

sebagai sebuah sarana yang dapat menyampaikan pesan secara universal. Setiap

orang bebas mengkreasikan tiap idenya lewat musik. Dan dalam praktek

kehidupan sehari-hari, musik telah menjadi bagian integral yang terus

berkembang di tengah masyarakat serta memiliki peran serta dalam aktivitas

masyarakat, seperti dalam bidang pekerjaan, pelatihan, perfilman, kesehatan

bahkan digunakan dalam bidang syiar agama.5

3

Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 2.

4

Amir Pasaribu, Riwayat Musik dan Musisi (Jakarta: PT. Gunung, 1986), h. 11.

5

(14)

3

Hadrah merupakan kesenian musik Islam yang ditampilkan dengan

iring-iringan rebana (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap

akhlak mulia Nabi Muhammad SAW, terkadang disertai pula dengan gerak tari.

Pemain musik Hadrah berupa sebuah tim yang terdiri atas 2 kelompok.

Kelompok penabuh Hadrah dan kelompok yang melantunkan syair barjanji. Pada

umumnya, Hadrah biasa dipakai pada acara perkawinan, mengantar orang

berangkat haji, hari-hari besar Islam dan lain sebagainya. 6

Hadrah masih merupakan jenis musik rebana yang mempunyai

keterkaitan sejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga di

Jawa. Karena perkembangannya yang menarik, kesenian ini seringkali digelar

dalam acara-acara seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj atau hajatan semacam sunatan dan pernikahan.

Alat rebananya sendiri berasal dari daerah Timur Tengah dan dipakai

untuk acara kesenian. Kemudian alat musik ini semakin meluas

perkembangannya hingga ke Indonesia, mengalami penyesuaian dengan

musik-musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat musik-musik yang

dimainkan. Demikian pula musik Gambus, Qasidah dan Hadrah adalah termasuk

jenis kesenian Islam yang sering menggunakan rebana.

6

Abdul Halim, Nahdatul UlamaFestival Hadrah Al Banjari,” artikel diakses pada Jumat,

(15)

Adapun majelis taklim Nurul Musthofa merealisasikan kesenian Islam

dalam kegiatan dakwahnya. Selain ceramah agama yang diberikan para Ulama

dan Habaib, Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf selaku pimpinan majelis taklim Nurul Musthofa juga menghadirkan Hadrah secara rutin dalam pengajian yang di

selenggarakannya. Dengan harapan bahwa lewat tiap lirik syair dan shalawat yang

dibawakan oleh tim Hadrah, jamaah dapat diajak untuk memahami pesan agama

yang terkandung di dalamnya dan membangun rasa cinta terhadap kesenian Islam.

Kita telah mengetahui bahwa terkadang masyarakat segan menghadiri

majelis taklim karena telah mengklaim bahwa kegiatan yang ada di dalamnya

cenderung membosankan. Bahkan telah menjadi kebiasaan masyarakat saat ini

bahwa sebagian besar mereka lebih memilih menghadiri acara hiburan yang di

sertai musik yang dianggap lebih menarik daripada menghadiri majelis taklim.

Namun kehadiran majelis taklim Nurul Musthofa dengan memasukkan

Hadrah Segaf didalamnya seperti telah menolak klaim masyarakat terhadap

kegiatan majelis taklim yang membosankan. Di dalam majelis taklim Nurul

Mustofa, Hadrah bisa menjadi terapi musik yang memberi rileksasi dan

ketenangan jiwa bagi pendengarnya sehingga secara cepat dan tepat metode ini

ternyata mampu menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul

Musthofa.

Permasalahan tersebut menarik untuk diteliti karena, musik adalah bahasa

universal. Lewat musik, siapa saja bisa menyampaikan beragam pesan.

(16)

5

sebagai metode dalam menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul

Musthofa.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka peneliti membatasi

masalah penelitian ini pada jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa.

Dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada setiap hari minggu pertama dan

minggu ketiga pengajian.

Secara menyeluruh peneliti akan berusaha menjawab dari rumusan

masalah penelitian. Adapun permasalahan yang hendak dijawab adalah :

a. Bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian

Islam Hadrah?

b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat jamaah majelis taklim Nurul

Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana minat

jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dan

mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.

Manfaat Penelitian :

a. Secara akademis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi

(17)

khususnya di jurusan komunikasi penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti,

praktisi ilmu komunikasi dan ilmu dakwah khususnya agar lebih kreatif dan

inovatif lagi mengembangkan bidang keilmuan mengenai kesenian Islam di

Indonesia.

D. Metodologi Penelitian

1) Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya

secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian

kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diminati menjadi penting,

sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar

pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran tiap

variabel yang diteliti, kemudian menghasilkan data kuantitatif.7

Sedangkan desain dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analistis, menurut Suharsimi Arikunto metode ini adalah :

“Salah satu metode yang dapat digunakan dalam prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak

7

(18)

7

atau sebagaimana adanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa, metode deskriptif analisis merupakan langkah-langkah melakukan representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat didalam

masalah yang diselidiki.”8

2) Subjek dan Objek Penelitian

Peneliti menentukan subjek dari penelitian ini adalah jamaah

perempuan majelis taklim Nurul Musthofa dan objek dari penelitiannya

adalah minat atau kehendak jamaah perempuan terhadap kesenian Islam

Hadrah.

3) Populasi dan Sampel

a. Populasi

Keseluruhan subjek penelitian. populasi yang diambil dalam penelitian ini

adalah jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa yang rutin

mengikuti pengajian berjumlah 200 orang.

b. Sampel dari penelitian ini akan diambil sebanyak 30% atau 60 orang

responden. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik sampling

purposif, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

karena dianggap berdasarkan penelitian mewakili populasi.9

4) Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini terdapat variabel sebagai berikut :

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1993), h. 14.

9

(19)

a. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat (variabel dependent). Jadi variabel

independen adalah variabel yang mempengaruhi.

Pada penelitian ini, variabel bebas adalah kesenian Islam Hadrah.

b. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas.

Pada penelitian ini, variabel terikat adalah minat jamaah majelis taklim

Nurul Musthofa.

5) Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian

Definisi Operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel.10

a. Variabel bebas, indikatornya adalah :

a) Kegiatan pengajian atau taklim

b) Penampilan Hadrah di setiap kegiatan majelis

c) Kebutuhan jamaah terhadap relaksasi dan hiburan

d) Pengalaman jamaah sering mendengarkan atau menyaksikan kesenian

Islam.

b. Variable terikat, indikatornya adalah :

10

(20)

9

a) Area pengetahuan (respon kognitif) : pengetahuan tentang Hadrah.

b) Area perasaan (respon afektif) : perasaan jamaah dengan kehadiran

Hadrah di dalam majelis taklim.

c) Area tindakan (respon konatif) : perilaku jamaah setelah sering melihat

penampilan Hadrah di dalam majelis.

6) Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dimulai awal bulan April 2011 hingga Agustus 2011

dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang

dilakukan secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).

Dan adapun tempat penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di

sekretariat "Istana Seggaf " Jl. RM. Kahfi I GG. Manggis RT.01/01 No. 9A

Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630, Indonesia.

7) Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data melalui :

a. Observasi

Mengamati langsung kegiatan Hadrah Seggaf dan majelis taklim Nurul

Musthofa.

b. Wawancara

Melakukan interview pada pendiri dan beberapa pengurus majelis taklim

perempuan Nurul Musthofa.

(21)

Peneliti mencari data yang berkaitan dengan judul dari dokumen,

buku-buku, internet yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

d. Menyebarkan angket (kuesioner)

Peneliti menberikan beberapa pernyataan dalam bentuk skala likert kepada

60 orang perempuan jamaah majelis taklim Nurul Musthofa yang menjadi

sampel.

8) Analisa Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dan

diinterpretasikan. Ada beberapa tahapan menganalisa setelah data diperoleh :

a. Deskriptif yaitu data-data di peroleh melalui angket kemudian diproses

menjadi beberapa tahapan yaitu :

1) Editing dengan cara memeriksa jawaban-jawaban responden,

kemudian di telaah, di rumuskan dan di kelompokkan untuk

memperoleh data yang akurat.

2) Tabulating yaitu dengan cara memindahkan jawaban-jawaban

responden ke dalam tabel berdasarkan tema-tema kemudian dicari

prosentasenya untuk di analisa.

3) Kesimpulan yaitu peneliti memberikan kesimpulan dari hasil

analisa dan penafsiran data.

b. Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan adalah melalui perhitungan frekuensi

(22)

11

Mean adalah nilai rata-rata dari total bilangan

Rumus Mean

Untuk mengetahui minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap

kesenian Islam Hadrah dilakukan dengan skala likert mengembangkan prosedur

pengukuran dengan skala.

(23)

Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan

tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan

skala 1-5. Dari segi statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi

keandalannya dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau tidak”.

Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan angket, hasil

analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel. Hasil prosentase yang didapat dari

tabel skala likert kemudian dibuat diagram lingkaran (Piechart), diagram ini

berfungsi untuk membandingkan data yang telah di analisis. 12

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan dan buku-buku

baik yang terdapat di perpustakaan fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi

maupun perpustakaan lainnya. Peneliti menemukan beberapa tulisan sejenis

diantaranya, skripsi yang ditulis oleh Nurmansyah mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan

Penyuluhan Masyarakat Islam, dengan judul “Minat Siswa kelas XI-XII SMK 28

Jakarta terhadap profesi pekerja sosial”. Dalam skripsinya tersebut Nurmansyah

membicarakan bagaimana minat siswa terhadap profesi pekerja sosial. Yang

membedakan dengan skripsi ini adalah subjek dan objek penelitiannya, dalam

12

(24)

13

skripsi ini penulis membahas bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul

Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah.

Kemudian skripsi yang ditulis oleh Suryanih Deran mahasiswi UIN

Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, dengan judul “Peran VCD cinta Rasul dalam

menumbuhkan minat”. Dalam skripsinya tersebut selain subjek dan objek

penelitian yang berbeda, Suryanih juga menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif yang jelas berbeda dengan metode penelitian skripsi ini.

Dari beberapa sumber yang peneliti cari, baik itu dari skripsi, tesis,

disertasi maupun buku, belum pernah ada yang meneliti tentang “Minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah ”

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terbagi atas lima bab, secara rinci sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori merupakan bab yang melandasi pemikiran

dalam menganalisa dari data-data yang telah dikumpulkan. Kerangka pemikiran

yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan pengertian minat,

macam-macam minat, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya minat,

(25)

BAB III : Gambaran umum majelis taklim Nurul Musthofa, Majlis

Taklim dan tim Hadrah Segaf meliputi sejarah berdiri, visi dan misi, struktur

organisasi serta program-program kegiatannya.

BAB IV : Pada bab ini peneliti mengemukakan analisisnya mengenai

minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dari

hasil pengumpulan data dengan beberapa temuan data dan analisis yang

ditemukan di lapangan.

BAB V : Bab penutup berisi kesimpulan dari penelitian tentang minat

kesenian Islam Hadrah dan saran-saran bagi praktisi ilmu komunikasi dan ilmu

(26)

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Minat

1. Pengertian Minat

Minat menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah “perbuatan dan

sebagainya yang berdasarkan pendirian, pendapatan atau keyakinan.”1

Menurut Alex Sobur secara sederhana bahwa “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” 2

Sedangkan Fuad Hasan berpendapat bahwa “minat (interest) adalah istilah

yang menunjukkan pada adanya intensitas perhatian yang tinggi seseorang

terhadap suatu hal, peristiwa, orang atau benda.”3

Menurut Alisuf Sabri “minat adalah suatu kecenderungan untuk

memperhatikan secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan

perasaan senang jadi minat bisa terjadi karena sikap senang pada sesuatu.”4 Sedangkan menurut Sudarsono dalam bukunya Kamus Filsafat dan

Psikologi mengatakan bahwa ”minat adalah perhatian, kesukaan

(kecendrungan) hati yang terdiri dari:

1

Porwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-1 hlm. 499.

2

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), Cet. Ke-1, hlm. 246.

3

Fuad Hasan, dkk, Kamus Istilah Psikologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1981), hlm. 64.

4

(27)

a. Keinginan dan perhatian yang mengandung unsur-unsur suatu dorongan untuk berbuat sesuatu (belajar).

b. Suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangkaan, rasa takut; kecendrungan-kecendrungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.5

Sedangkan menurut Akyas Azhari dalam buku psikologi pendidikan

mengatakan bahwa “minat ialah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang terus dan disertai oleh rasa senang.”6

Berbeda

dengan pendapat A. D. Marimba bahwa “minat adalah sesuatu arti bagi kita,

sesuatu itu dapat memenuhi kebutuhan kita dan dapat menyenangkan kita.”7

Sama dengan pengertian minat yang diungkapkan oleh Redja

Mudyaharjo bahwa “minat adalah sesuatu kecendrungan batin yang

menyebabkan bertahannya objek pemikiran dalam kesadaran, atau

kembalinya objek pemikiran dalam kesadaran. Minat yang dimiliki seseorang

menyebabkan orang itu dapat memerintahkan dirinya untuk bertindak.”8

Selain itu menurut Slameto “minat adalah kecendrungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati

seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang.”9

5

Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Cet. Ke-1, hlm. 156.

6

Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996) Cet. Ke-1, hlm. 74

7

A. D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), hlm. 88.

8

Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2, hlm. 125.

9

(28)

17

Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan

untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas, atau

situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan

senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa didalam

minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk: mendekati/

mengetahui/ memiliki/ menguasai/ berhubungan) dari subjek yang dilakukan

dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.”10

Dari beberapa definisi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa

minat atau intrest adalah suatu hal yang timbul dari perasaan berupa

perhatian, kecendrungan atau keinginan terhadap hal tertentu dari objek

sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan atau kegiatan-kegiatan tertentu.

Oleh karena itu minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan

diperlihatkan seseorang. Sekalipun orang itu mampu mempelajari sesuatu,

tetapi bila tidak mempunyai minat maka ia tidak akan bisa mengikuti proses

belajar. Dalam hal ini tentunya minat erat pula hubungannya dengan perhatian

yang dimiliki seseorang, karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak.

Maka secara sederhana dapatlah diambil pengertian bahwa minat

adalah suatu kecendrungan, keinginan atau suatu dorongan yang terjadi pada

diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan minat ini seseorang akan

10

(29)

memusatkan atau mengarahkan seluruh aktifitas fisik maupun psikisnya

kearah yang diamatinya itu.

2. Macam-Macam Minat

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini sangat

tergantung pada sudut pandang dan cara penggolongan misalnya berdasarkan

timbulnya minat, berdasarkan arahanya minat, dan berdasarkan cara

mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri. 11

Minat hanya akan ada bila ditampakkan dalam bentuk prilaku lisan

dan perbuatan, lalu timbul tindakan yang menentukan apakah menerima atau

menolak terhadap stimuli yang diberikan. Minat dapat diklasifikasikan ke

dalam tiga ketegori, yaitu :

a. Area pengetahuan (respon kognitif)

Merupakan hasil persepsi dan pengetahuan seseorang tentang suatu

obyek dimana komponen kognitif ini timbul dengan adanya perubahan

terhadap apa yang dipahami oleh khalayak. Respon ini juga berkaitan

dengan pengetahuan, kecerdasan, informasi seseorang mengenai suatu

hal.

b. Area perasaan (respon afektif)

11

(30)

19

Menjelaskan tentang perasaan dan reaksi emosional sebagai hasil

evaluasi terhadap objek dimana komponen afektif ini berkaitan dengan

emosi, jiwa, sikap dan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Respon

ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak

terhadap sesuatu.

c. Area tindakan (respon konatif)

Respon ini berkaitan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan

kegiatan atau kebiasaan berprilaku. Menunjukkan kecenderungan

bertindak dengan cara tertentu terhadap obyek tertentu. Dalam hal ini

merupakan tindakan yang diberikan dari responden sebagai pengguna.

12

1) Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi :

a) Minat primitive adalah minat yang ditimbulkan karena

kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya

kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman,

kebebasan beraktifitas dan seks.

b) Minat kultural atau minat sosial adalah minat yang timbulnya

karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung

berhubungan dengan diri kita misalnya minat belajar, individu

mempunyai pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan

12

(31)

akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan

tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu

untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari

lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi

harga dirinya.13

2) Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi :

a) Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan

dengan aktifitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih

mendasar atau minat asli. Sebagai contoh, seseorang belajar

karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang

senang membaca bukan karena ingin mendapatkan pujian atau

penghargaan.

b) Minat eksintrik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan

akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai

ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh,

seseorang belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat melalui

ujian nasional dengan baik dan dapat lulus. 14

3) Berdasarkan cara mengungkapkan minat atau indikator minat

dapat dibedakan menjadi :

13

Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 267

14

(32)

21

a) Expressed interest : adalah minat yang diungkapkan

dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan

atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa

tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling

tidak disenangi. Dari jawaban subjeklah dapat diketahui

minatnya.

b) Manifest interest : adalah minat yang diungkapkan

dengan cara mengobservasi atau melakukan

pengamatan secara langsung terhadap aktifitas-aktifitas

yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui

hobinya.

c) Tested interest : adalah minat yang diungkapkan

dengan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes

objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada

suatu objek atau masalah biasanya enunjukkan minat

yang tinggi pula terhadap hal tersebut.

d) Inventoried interest : adalah minat yang diungkapkan

dengan menggunakan alat-alat yang sudah di

standarisasikan, dimana biasanya berisi

(33)

senang atau tidak senang terhadap aktifitas atau sesuatu

objek yang ditanyakan.15

3. Faktor-faktor Terbentuknya Minat

Cukup banyak faktor-faktor yang dapt mempengaruhi minat terhadap

sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :

a. Faktor internal, yaitu minat yang terbentuk dari dalam diri individu yang

bersangkutan. Misalnya, bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman dan

kepribadian, faktor internal banyak dipengaruhi oleh intervensi, pengaruh

dari keluarga individu.

b. Faktor eksternal, yaitu minat yang terbentuk dari lingkungan sekitar

tempat tinggal individu, faktor lingkungan merupakan pengaruh terbesar

dari terbentuknya suatu minat individu ini dikarenakan terlalu banyak

pengaruh yang masuk ke individu ketika ia berada di luar lingkungan

internalnya. 16

Menurut Crow dan Crow (1973) berpendapat ada tiga faktor yang

menjadikan timbulnya minat, yaitu :

1) Dorongan dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan dan ingin

tahu. Dorongan ingin makan akan membuat individu membangkitkan

15

Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 263

16

(34)

23

minat untuk mencari penghasilan dan bekerja, serta dorongan untuk ingin

tahu atau rasa ingin tahu akan membuat individu akan membangkitkan

minat untuk membaca, belajar, dan menuntut ilmu.

2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk

melakukan aktifitas tertentu. Misalnya minat untuk belajar atau menuntut

ilmu pengetahuan timbulnya karena ingin mendapatkan penghargaan dari

masyarakat, karena biasanya orang yang memiliki pengetahuan yang

cukup luas (orang pandai) mendapatkan kedudukan yang tinggi dan

terpandang dalam masyarakat.

3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat degan emosi.

Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktifitas akan menimbulkan

senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktifitas

tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap

hal tersebut.

4) Karena kepribadian itu manusia bersifat kompleks, maka sering ketiga

faktor yang menjadi penyebab timbulnya minat tersebut tidak berdiri

sendiri, melainkan merupakan suatu perpaduan dari ketiga faktor tersebut,

akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah

yang menjadi awal penyebab timbulnya suatu minat.17

17

(35)

B. Kesenian Islam

1. Pengertian Kesenian Islam

Pembahasan mengenai kesenian Islam memiliki banyak penafsiran,

pandangan dan pendapat. Namun sebelum sampai pada pembahasan

mengenai kesenian Islam, dalam hal ini peneliti akan mencoba memberikan

gambaran umum terlebih dahulu mengenai kesenian.

Perkataan kesenian merupakan suatu pengertian yang banyak

mempermasalahkan keindahan. Setiap hasil pekerjaan seni akan menghasilkan

suatu keindahan yang merupakan adaptasi dari cipta dan rasa haru manusia.

Untuk lebih menyelami apa yang dimaksudkan dengan pengertian kesenian,

ada baiknya kita ikuti beberapa pendapat tentang kesenian tersebut. 18

Kesenian adalah merupakan segala hasil daya cipta atau buah pikiran

manusia, yang bersifat indah. Jadi, apa saja yang merupakan hasil ungkapan

pikiran dan daya cipta itu asalkan ia yang berbentuk, memiliki sifat keindahan

disebut seni. Pendapat-pendapat lain yang memberikan batasan tentang arti

kesenian itu adalah:

a. Kesenian adalah hasil atau barang sesuatu yang diciptakan manusia

sehingga merupakan keindahan dan untuk mewujudkan rasa

keindahan.

18

(36)

25

b. Kesenian adalah rasa halus atau suci yang dipergunakan untuk

mencurahkan gambaran batin kepada pemujaan, kecintaan,

ketenangan, hormat, memberi dan menerima sesuatu.

c. Kesenian atau keindahan adalah kesatuan dari ide dan gambaran

dalam pikiran, peleburan lengkap dari dengan gambaran dalam

pikiran.

Dari pengertian kesenian ini peneliti menyimpulkan bahwa kesenian

itu adalah ungkapan rasa halus dan suci yang diaplikasikan lewat ciptaan buah

pikiran manusia yang hasilnya mengandung suatu unsur keindahan.

Adapun secara umum pengertian kesenian Islam adalah segala hasil

usaha dan daya upaya, buah pikiran dari kaum muslim untuk menghasilkan

sesuatu yang indah. Seni Islam dapat juga diberi batasan sebagai suatu seni

yang dihasilkan oleh suatu seniman atau disainer muslim; atau dapat juga

berupa seni yang sesuai apa yang dibayangkan oleh seorang muslim.19

2. Sejarah Kesenian Islam

Jika kita membicarakan tentang seni, maka akan terbayang dari ragam

seni. Diantaranya seni musik, seni suara maupun seni tari. Pada hakikatnya

seni khususnya kesenian Islam bukanlah persoalan baru yang timbul sesudah

19

(37)

datangnya Islam. Akan tetapi kita membicarakan hal yang sudah tua

sejarahnya, bahkan hampir sama tua dengan sejarah hidupnya manusia.

Perkembangan kesenian Islam mencapai puncak keemasaanya pada

zaman Dinasti Ummayah hingga akhirnya menempatkan Baghdad sebagai

pusat peradaban dunia. Dalam Islam pada masa itu, kesenian bukan hanya

sebagai hiburan, tapi sudah menjadi ilmu pengetahuan yang terus diselidiki

dan bagian dari ritual ibadah. Bahkan beberapa alat musik yang sekarang

banyak digunakan di dunia berasal dari dunia kesenian Islam dan banyak

karya dari seniman dunia Arab masa lalu yang menjadi acuan bagi Seniman

dunia barat dan belahan dunia lainnya. 20

Salah satu teori yang tercantum dalam risalah Al-Muqadimah karya

Ibnu Khaldun. Teori ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-14 Masehi itu

tepat berlaku pada perkembangan seni Islam, terutama seni suara dan musik.

Musik Arab yang awalnya sangat sederhana, berkembang menjadi musik yang

kaya warna seiring dengan kemajuan pemerintahan Islam di masa Dinasti

Ummayah. Ketika itu, Madinah dan Damaskus menjadi pusat kebudayaan

Islam. Dari kedua kota ini, kegiatan penerjemahan kitab-kitab seni musik

Persia dan Yunani ke dalam bahasa Arab gencar dilakukan. 21

“Seni Muzik telah mencapai kemajuan yang begitu hebat sekali, ini kerana seni muzik telah mendapat tempat yang baik daripada kalangan pemerintah dan juga orang ramai. Kehebatan dan kemajuan seni muzik ini dapat dilihat melalui lukisan-lukisan yang terdapat dalam kitab Alpum Al-Lail

20

http://banyuonline.com/artikel/ 2010/04/ 09 index.php

21

(38)

27

atau Hikayat Seribu Satu Malam, yang dihiasi dengan gambar-gambar sekumpulan ahli muzik yang sedang membuat persembahan mereka di hadapan khalifah. Ia menggambarkan betapa besarnya penghargaan umat Islam terhadap seni muzik pada masa itu di kota Dymsik, iaitu pada zaman kerajaan Abbasiyyah.”22

C. Hadrah

1. Pengertian Hadrah

Dari namanya mungkin terdengar sangat asing. Namun Hadrah sudah

sangat populer di kalangan majelis taklim yang dipimpin oleh beberapa

ulama, kiyai, dan habib yang kemudian menyebar di kalangan masyarakat.

Hadrah dari segi bahasa diambil dari kata „hadhoro

-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan’ yang berarti kehadiran. Tapi dalam pengertian istilahnya adalah

sebuah alat musik sejenis rabana yang digunakan untuk acara-acara

keagamaan seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Hadrah juga tidak

hanya sebatas untuk acara Maulid Nabi saja, tetapi digunakan juga untuk

ngarak (mengiringi) orang sunatan ataupun orang kawinan. 23

2. Sejarah Hadrah

Secara historis, masyarakat Madinah pada abad ke-6 telah

menggunakan Hadrah sebagai musik pengiring dalam acara penyambutaan

atas kedatangan Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah. Masyarakat

22

Haji aziz deraman & wan ramli wan mohamad. Muzik dan Nyanyian Tradisi Melayu. h. 12

23

(39)

Madinah kala itu menyambut kedatangan beliau dengan syair Thaala'al Badru

yang diiringi dengan Hadrah, sebagai ungkapan rasa bahagia atas kehadiran

seorang Rasul ke bumi itu. Kemudian Hadrah digunakan sebagai sarana

dakwah para penyebar Islam. Dengan melantunkan syair-syair indah yang

diiringi alat musik perkusi, pesan-pesan agama Islam mampu dikemas dan

disajikan lewat sentuhan seni artistik musik Islami yang khas. Sebenarnya

Hadrah bukan suatu hal yang baru dalam masyarakat. Hadrah sudah ada sejak

jaman dahulu. Awalnya, Hadrah berasal dari bangsa Arab dan Negara-negara

Timur Tengah.

Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari negeri

Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259

- 1333H / 1839 - 1913M). datang ke tanah air dalam misi berdakwah

menyebarkan agama Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah

kesenian Arab berupa pembacaan shalawat yang diiringi rebana ala Habsyi

atau yang dikenal saat ini adalah Hadrah, dengan cara mendirikan majlis

sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai sarana mahabbah

(kecintaan) kepada Rasulullah saw. 24

Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru

daerah terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib 'Ali bin

24

(40)

29

Muhammad bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang

berjudul “Simthu Al-Durar” yang di dalamnya memuat tentang kisah

perjalanan hidup dari sebelum lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di

dalamnya juga berisi bacaan shalawat-shalawat dan madaih (pujian-pujian)

kepada Rasulullah. Bahkan sering kali dalam memperingati acara maulid Nabi

Agung Muhammad saw. kitab itulah yang sering dibaca dan diiringi dengan

alat musik Hadrah. Sehingga sampai sekarang kesenian ini pun sudah melekat

pada masyarakat, khususnya para pecinta shalawat dan maulid

NabiMuhammad SAW, sebagai sebuah eksistensi seni budaya Islam yang

harus selalu dijaga dan dikembangkan.25

3. Alat Musik Hadrah

Adapun Jenis alat yang digunakan dalam musik Hadrah diantaranya

adalah jenis pukulan (tabuhan) Hadrah ada yang disebut master satu, master

dua, giring, dan bass. Pukulan master satu dan dua merupakan yang paling

penting, sebab ini ibaratnya seperti jantung permainan Hadrah. Dan pukulan

ini yang paling sulit. Pukulan master dapat berjalan walaupun tidak ada

pukulan giring. Seperti namanya, pukulan giring berfungsi untuk mengiringi

pukulan master.

25

Mudjahidin, Keindahan Karya Seni di Tinjau dari Beberapa Sudut pandang Baik

(41)

Alat Hadrah yang memiliki kualitas bagus terbuat dari kayu pohon jati.

Suaranya pun sangat asyik di dengar. Di Jakarta jika kita ingin mendapatkan

alat-alat Hadrah tesebut kita bisa dapatkan di Pasar Ikan, Jakarta utara. Di

sana banyak menjual bermacam-macam alat Hadrah. 26

D. Majelis Taklim

1. Pengertian Majelis Taklim

Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majlis”

dan “Taklim” yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata “Majlis” dalam

bahasa Arab berasal dari kata “Jalasa, yajlisu, majlisan” yang artinya duduk.27

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian majelis taklim

yaitu “Pertemuan dan perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul”.28

Sedangkan kata “Taklim” dalam bahasa Arab berasal dari akar

kata “A’lama, ya’lamu, ta’liman” yang berarti mengajar. 29 Sedangkan dalam Kamus Terkini atau Modern, pengertian Taklim adalah melatih Manusia.30

Didalam musyawarah majelis taklim se DKI Jakarta telah diberikan batasan

yang lebih definitive tentang majelis taklim, yaitu :

26

http://www.akumassa.org/hadhoro-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan/2010/29/01.html.

27

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hila Karaya Agung, 2000), h. 98

28

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-3, h. 8

29

Asad M. Kalali, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987) Cet. Ke-2, h. 8

30

(42)

31

Lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah yang relative banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan seseorang dan antara manusia dengan lingkungan, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.31

Dengan berpedoman beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

majelis taklim adalah sebuah lembaga yang dijadikan sebagai wadah pendidikan

Islam non formal yang dapt berdiri sendiri dan memiliki tujuan untuk

merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sosial masyarakat dan mempunyai

program pengajaran tersendiri, dalam rangka membina dan mengembangkan

kualitas kehidupan seorang muslim dengan berpedoman pada ajaran Islam demi

terciptanya kehidupan yang baik terarah dan bahagia dunia dengan sesamanya,

dan antara manusia dengan lingkungannya.

2. Fungsi Majelis Taklim

Karakteristik dari majelis taklim:

a. Badan yang mengurusi kegiatan pendidikan secara berkesinambungan.

b. Seorang atau lebih guru/ustadz/ kiyai yang memberikan pelajaran secara rutin

dan berkesinambungan

c. Peserta atau jamaah dalam relatif banyak yang secara terus menerus

mengikuti pelajaran.

31

(43)

d. Kurikulum baik dalam bentuk buku atau kitab, pedoman atau rencana

pelajaran yang terarah.

e. Kegiatan pendidikan secara teratur dan berkala.

f. Tempat tertentu yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan: baik secara

tradisional atau sederhana maupun secara modern, maka lembaga tersebut

dapat disebut majelis taklim.32

3. Karakteristik Majelis Taklim

Adapun fungsi majelis taklim itu sendiri sebagai lembaga pendidikan non

formal adalah :

a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk

masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

b. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya yang santai.

c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi massal yang dapat menghidup

suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah.

d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan ummat.

e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

umat dan bangsa pada umumnya.33

32

Ismet Firdaus, Lisma Dyawati Fuaida, Nurkhayati, Ahmad Zaky, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press: Universitas Syarif Hidayatullah), h. 83-84

33

(44)

33

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA DAN TIM HADRAH SEGAF

A. Profil Majelis Taklim Nurul Musthofa

1. Sejarah Majelis Taklim Nurul Musthofa

majelis taklim Nurul Musthofa ialah salah satu media untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Yang

didirikan pada tahun 2000 oleh al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Nama Nurul Musthofa diambil dari salah satu nama Rasulullah yang

artinya “cahaya pilihan”. Majelis taklim ini mula-mula adalah

pengajian A-Qur’an dan dzikir-zdikir keliling yang dilakukan dari rumah ke rumah.

Pada tahun 2001, dengan izin Allah SWT majelis taklim

Nurul Musthofa kedatangan Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz

dan Habib Anis bin Alwi al-Habsyi, nama ini di ijazahkan oleh

mereka. Maka pada tahun yang sama pertama kali diadakan acara

peresmian yang berisikan pembacaan Al-Qur’an, dzikir dan pemberian nasihat agama oleh para Ulama dan Habaib.1

Pada Tahun 2002, majelis taklim Nurul Musthofa kedatangan

kembali para Ulama dari Saudi Arabia, Yaman, Madinah, Malaysia,

dan lain-lain sebagainnya. Salah satu diantaranya adalah Habib Imam

1

(45)

Salim As- Syatiri yang mengijazahkan kepada majelis taklim Nurul

Musthofa pembacaan “Yaa Latief” sehabis shalat fardu sebanyak 129

kali.

Dengan keberkahan dan do’a dari pala ulama tersebut maka

majelis taklim Nurul Musthofa berkembang pesat. Bermula dari

sepuluh orang jamaah hingga mencapai ratusan bahkan ribuan orang

setiap pengajian malam minggunya.

Pada setiap pengajian, para pengajar di majelis taklim Nurul

Musthofa seringkali memberikan nasihat agama dengan merujuk

kepada kitab Nasuih Hudduniyyah. Diantara para pengajar yang

merujuk kitab tersebut yakni Kh. Abdul Hayyi Na’im, Ustad Adnan

Idris, Ustad Imam Wahyudi.

Pada Tahun 2005, majelis taklim Nurul Musthofa

mengokohkan yayasan Nurul Musthofa yang diketuai oleh Habib

Abdullah bin Ja’far Assegaf dan Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf.

Dalam perkembangan selanjutnya, yayasan ini mendapat izin resmi

dari Departemen Agama RI.

Syiar majelis taklim Nurul Musthofa-pun berkembang pesat

dari 50 masjid menjadi 250 masjid yang mayoritas berada di Jakarta

dan sekitarnya. Pada tahun ini pula berdiri sekretariat majelis taklim

Nurul Musthofa yang terletak di kediaman Habib Hasan bin Ja’far

Assegaf.2

2

(46)

35

2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Taklim Nurul Musthofa

Majelis taklim Nurul Musthofa ialah organisasi keagamaan

yang berorientasi pada pemuda. Hal ini senada dengan visi, misi dan

tujuan majelis taklim Nurul Musthofa yakni :

Visi majelis taklim Nurul Musthofa

a. Sebagai wadah organisasi keagaman yang berfungsi untuk

mengajak dan menyeru kaum muslimin dan muslimat khususnya

para pemuda pemudi untuk lebih mengenal Allah SWT dan

Rasulullah SAW.

b. Sebagai wadah organisasi keagamaan yang mengajak dan

menyeru kaum muslimin dan muslimat khususnya para pemuda

pemudi untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW.

c. Mempererat ukhuwah Islamiyah sesama ummat Islam.

Misi majelis taklim Nurul Musthofa

a. Melaksanakan syiar Islam melalui pengajian dan dzikir.

b. Memberikan pengajaran tentang Islam secara menyeluruh

c. Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW.

Tujuan majelis taklim Nurul Musthofa

a. Menjadi wadah organisasi yang memberikan manfaat kepada

(47)

b. Memberikan informasi dan pengajaran tentang Islam kepada kaum

muslimin dan muslimat khususnya para pemuda.3

3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Nurul Musthofa

Pelindung : DR. Ing. H. Fauzi Bowo.

Dr. KH. Hasyim Muzadi

Pembina : Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Penasihat : Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf

Habib Abu Bakar , S. H, M. M

KH. Abdul Hayyi Na’im

Pengawas : Drs. Djohari, M. Si.

Makmun, S. Kom

Waluyo, S.E.

Ketua Umum : Habib Abdullah bin Ja’far Assegaf Sekretaris Umum : Usman Arai Pratama, S. E.

Bendahara Umum : Zaenal Arifin

Divisi-divisi

Divisi keagamaan : Rohimin dan Muhammad Sholeh

Divisi Sosial : Wawan dan Budiansyah

Divisi Keuangan : Dayat dan Irfan Akhyari

Divisi Humas : Imam Wahyudi dan Kusyori 4

3

Hasil Dokumentasi dari Ustazah Julipah Wahyudi

4

(48)

37

4. Program KerjaMajelis Taklim Nurul Musthofa

Dalam rangka mengembangkan konsep dakwah yang dimiliki

majelis taklim Nurul Musthofa, maka segenap pengurus merumuskan

dan menyusun seluruh kegiatan-kegiatan dakwahnya secara

sistematis, terarah dan berkesinambungan. Berhasil tidaknya program

kerja ditentukan oleh perencanaan dan perumusan yang matang.

Adapun program kerja majelis taklim Nurul Musthofa terdiri

dari:

1. Program Jangka Pendek

a. Taklim keliling setiap malam minggu

b. Peringatan hari besar Islam

c. Maulid akbar di kediaman habib Hasan

2. Program jangka panjang

a. Haul akbar Habib Umar bin Ja’far Assegaf

b. Ziarah kubro ke makam Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin

Faqih

c. Perayaan harlah majelis ta’lim Nurul Musthofa dan santunan terhadap anak yatim piatu.

d. Buka Puasa bersama

e. Halal bi halal akbar di kediaman Habib Hasan bin Ja’far Assegaf.5

5

(49)

B. Profil Majelis TaklimNurul Musthofa Perempuan

1. Sejarah Majelis Taklim Nurul Musthofa Perempuan

Majelis taklim perempuan Nurul Musthofa berdiri bertepatan

dengan peringatan maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW yaitu

tanggal 12 Rabiul Awal 1427 atau pada tanggal 11 April 2006.

Latarbelakang berdirinya majelis taklim perempuan Nurul

Musthofa awalnya atas perintah Al Habib Hasan bin Jafar Assegaf.

Beliau adalah seorang da’i sekaligus pendiri majelis taklim Nurul

Musthofa. Beliau mendirikan majelis taklim yang diikuti oleh jamaah

laki-laki maupun perempuan. Namun dalam majelis taklim tersebut,

ruang kaum perempuan terbatas sehingga beliau berinisiatif untuk

memberikan ruang khusus kepada kaum perempuan untuk berdakwah

dan menimba ilmu agama lebih dalam dengan mendirikan majelis

taklim banat (perempuan) Nurul Musthofa.6

Majelis taklim perempuan Nurul Musthofa dipimpin langsung

oleh ibu dari al- Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yaitu Ustadzah Hj. Syarifah Fatma al-Athos dan istri dari al- Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yaitu Ustadzah Hj. Syarifah Husna bin al-Haddad.

Perkembangan majelis taklim dari tahun ke tahun semakin

baik. Jamaah yang hadirpun semakin banyak. Dan majelis taklim

perempuan Nurul Musthofa mengembangkan sayapnya dengan

6

(50)

39

menghadirkan live streaming yang dapat diakses di website nurul

musthofa pada tiap pengajiannya.7

Pada masa ini, jarang ada tim Hadrah yang beranggotakan

keseluruhan personilnya adalah perempuan. Hal tersebut

menunjukkan eksistensi perempuan di bidang dakwah sekaligus

pelestarian kesenian Islam. Selain itu jamaah perempuan yang

mengikuti pengajian ini juga terdiri dari kaum remaja, ibu-bu,

anak-anak, bahkan balita karena mereka sangat menyukai bershalawat

dengan iringan Hadrah. Hal tersebut tentu berbeda dari majelis taklim

perempuan pada umumnya yang mayoritas jamaahnya adalah kaum

ibu saja.

2. Visi dan Misi Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa

Adapun visi majelis taklim ini adalah

a) Membentuk suatu organisasi keagaman yang menjadikan generasi

Islam

perempuan untuk lebih mengenal, cinta kepada Allah SWT, dan

meneladani akhlak Rasulullah SAW.

b) Memberikan pengetahuan agama Islam yang luas kepada jamaah

perempuan.

Adapun misinya adalah

a) Menghadirkan para ulama/ ustadzah/ syarifah yang memberikan

ilmu

7

(51)

agama Islam secara menyeluruh.

b) Melaksanakan syiar Islam melalui pengajian dan dzikir.

c) Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW

dengan

menghadirkan pula kesenian Islam hadrah.8

3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa

Berikut ini struktur organisasinya:

Ketua I : Ibu Hj. Kiki

Ketua II : Ibu Hj. Salmah

Bendahara I : Ummi Agam

Bendahara II : Ibu H. Edi

Sekretaris I : Siti Asiah

Sekretaris II : Zulfah

Koordinator wilayah

a. Gudang Air : Ibu Hj. Kiki

b. Cipete : Ibu Hj. Salmah

c. Ciganjur dan sekitarnya : Ibu Een

d. Pasar Minggu : Ummi Sa’diyah

e. Lebak Bulus : Ibu Nurhasanah

f. Kali Sari : Ummi Hasan

g. Cilangkap : Ibu Siti Aminah

h. Lenteng Agung : Ibu Sarmada

8

(52)

41

Tim Dakwah : Ustazah Zulia Fazriah

Lita Amelia

Syifa Fauziah

Fadlun

Vivi

Fadhilla

Humas : Ummi Sa’diyah

Ummi Agam

Ibu Hj. Kiki

Ibu Hj. Edy

Nia

Ibu Rafiqoh

Ibu Titi

Zulfah

Ibu Saodah

Anita 9

4. Program Kerja Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa

Majelis taklim ini memiliki program kerja diantaranya :

a. Kegiatan taklim setiap 2 minggu sekali pada hari minggu yang

dilaksanakan di kediaman al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. b. Pembacaan ratib, yasin, maulid simtudduror dan shalawat Nabi

rutin dalam setiap pertemuan.

9

(53)

c. Penyampaian nasihat agama dari para ulama/ ustadzah/ syarifah.

d. Peringatan hari besar Islam

e. Perayaan harlah majelis taklim Nurul Musthofa

f. Santunan terhadap anak yatim piatu.

g. Buka Puasa bersama

h. Halal bi halal akbar di kediaman Habib Hasan bin Ja’far Assegaf.10

C. Profil Hadrah Seggaf

1. Sejarah Hadrah Seggaf

Tim Hadrah Nurul Musthofa yang beranggotakan perempuan

ini terbentuk bersamaan dengan berdirinya Majelis taklim

perempuan Nurul Musthofa yaitu 12 Rabiul Awal 1427 atau pada

tanggal 11 April 2006.

Latarbelakang terbentuknya tim Hadrah ini juga atas perintah

Al Habib Hasan bin Jafar Assegaf. Yang memberikan ruang bagi

kaum perempuan untuk berdakwah dan melestarikan kesenian Islam

melalui Hadrah. Kemudian beliau memberikan nama untuk tim

Hadrah yang di hadirkan pada tiap pengajian perempuan ini adalah

tim Hadrah Seggaf.

Hadrah Segaf mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.

Setelah mengadakan perekrutan baru personil dengan tujuan

10

(54)

43

pengkaderan kemampuan memainkan kesenian Islam Hadrah.

Hadrah Segaf juga berkolaborasi dengan memasukkan marawis

dalam tiap penampilannya dalam majelis.

Keunggulan dari Hadrah Banat Segaf di bandingkan dengan

hadrah-hadrah yang ada pada masa ini adalah terletak pada personil/

anggotanya yang keseluruhan adalah remaja putri. Dan musik yang

dimainkan cenderung ceria karena pengolahan irama ditonjolkan dari

pukulan master Hadrah.11

2. Visi, Misi dan Tujuan Hadrah Seggaf

Visi Hadrah Segaf adalah:

a. Berdakwah melalui kesenian Islam.

b. Melestarikan kesenian Islam dan menghapuskan kesan bid’ah terhadap kesenian Islam khususnya kesenian Hadrah.

c. Menyiarkan ajaran Islam dan menciptakan kecintaan terhadap

Allah SWT dan Rasulullas SAW.

d. Menarik minat jamaah majelis untuk lebih giat mengikuti

kegiatan pengajian.

Adapun misinya adalah:

a. Menghadirkan shalawat-shalawat Nabi.

b. Memperbanyak membaca zdikir kepada Allah lewat alunan

musik Hadrah.

11

(55)

c. Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW

lewat alunan musik Hadrah.

3. Struktur Organisasi Hadrah Seggaf

Hadrah Segaf dipimpin oleh Ustadzah. Zulia Fazriah dibawah

asuhan al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Personil Hadrah terdiri dari 16 orang yaitu :

1. Vocal Hadrah : Lita Amelia

2. Vocal Hadrah : Nurhayati

3. Vocal Hadrah : Fadhilla

4. Hadrah Master 1 : Nur Raihana Zulfa

5. Hadrah Master 2 : Litta

6. Hadrah Gol/ Giring 1 : Rizky Amalia

7. Hadrah Gol/ Giring 1 : Dwi Faidzah

8. Hadrah Gol/ Giring 1 : Putri Amalia

9. Hadrah Gol/ Giring 1 : Tuti

10.Hadrah Gol/ Giring 2 : Febriyani

11.Hadrah Gol/ Giring 2 : Lulu Irfania

12.Hadrah Gol/ Giring 2 : Nurhayati

13.Hadrah Bass 1 : Namiro

14.Hadrah Bass 1 : Ummi Hani Sofia

15.Hadrah Bass 2 : Zahro

16.Hadrah Bass 2 : Putri Ayuningtyas 12

12

(56)

45

4. Program Kerja Hadrah Seggaf

Adapun program kerja Hadrah Segaf adalah:

a. Mengadakan latihan hadrah rutin pada hari sabtu.

b. Menampilkan shalawat Nabi dan puji-pujian kepada Allah rutin

dalam setiap pertemuan taklim maupun kegiatan-kegiatan yang

terselenggara di majelis taklim perempuan Nurul Musthofa.

c. Menampilkan shalawat-shalawat terbaru yang dikemas secara

kreatif untuk menciptakan suasana inovatif dalam majelis.13

13

(57)

46

BAB IV

MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH

A. Data

Setelah melakukan penelitin selama dua bulan di majelis perempuan

Nurul Musthofa, yang tepatnya terletak di sekretariat "Istana Seggaf " Jl. RM.

Kahfi I GG. Manggis RT.01/01 No. 9A Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan

ditemukan beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.

Responden pada penelitian ini adalah jamaah perempuan majelis taklim

Nurul Musthofa yang memiliki jumlah 200 orang. Untuk mengetahui Sejauh

mana minat jamaah terhadap kesenian Islam Hadrah, maka penelitian ini yang

menjadi sampel adalah sebanyak 60 orang jamaah yang rutin mengikuti

pengajian.

Dari 60 kuisioner (angket) yang telah terkumpul, peneliti mendapatkan

data mengenai responden dan selanjutnya penulis mengklasifikasikannya menjadi

tiga bagian. Yaitu identitas responden berdasarkan usia, pendidikan dan

(58)

47

Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

tabel 1 berikut :

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Nilai/ Jumlah Prosentase (%)

12-16 14 23,3

17-21 26 43,3

22-26 9 15

27-31 3 5

32-36 3 5

37-41 3 5

42-46 1 1,7

47-51 0 0

52-56 1 1,7

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa identitas responden yang

berusia 12-21 tahun berjumlah 40 orang (66,6%), responden yang berusia

22-31 tahun berjumlah 12 orang (20%), responden yang berusia 32-41 tahun

berjumlah 6 orang (10%), responden yang berusia 42-56 tahun berjumlah 2

Gambar

GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM NURUL
TABEL 1  .......................................................................................................
tabel skala likert kemudian dibuat diagram lingkaran (Piechart), diagram ini
gambaran umum terlebih dahulu mengenai kesenian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produk PCR hasil amplifikasi menggunakan 6 pasang primer SNAP yang dihasilkan untuk fragmen gen MaGlu terhadap DNA genom kultivar Klutuk Wulung dan Barangan ditampilkan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komisif yang dominan digunakan dalam terjemah bahasa inggris dari Quran surat An-Nisa’ adalah komisif ancaman dan minoritas komisif

Alhamdulillah berkat limpahan rahmat, taufiq dan inayahnya jualah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Perbandingan Model Komunikasi di

(2007), mikroba pelarut fosfat (MPF) merupakan salah satu jenis pupuk hayati yang dapat mengefisien- sikan pupuk fosfat anorganik, sehingga dapat mengatasi rendahnya

wallichii memiliki persentase hidup di lapangan relatif rendah dengan yaitu 63 %, akan tetapi jenis ini memiliki pertumbuhan diameter yang paling tinggi dari 10 jenis tanaman yang

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas iklan Indomie versi

Jadi faktor adanya kesulitan belajar dalam materi integral adalah konsentrasi dalam belajar yang terganggu misalnya siswa yang mengantuk atau mengobrol dengan temannya

1) Tempat belajar mengajar Majelis taklim dapat berfungsi sebagai tempat belajar mengajar umat Islam, khususnya bagi kaum perempuan dalam rangka meningkatkan