• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Disusun oleh : ROSYIDAH 206011000077

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Nama : Rosyidah

Nim : 206011000077

Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul : Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun luar sekolah. Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha secara sadar dalam membimbing anak didik agar dapat membentuk pemahaman terhadap ajaran agamanya, serta dapat menerapkan dan melaksanakan segala perintah agama dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sukawangi Bekasi. Adapun subyek penelitiannya adalah guru yang berjumlah 21 orang dan komite sekolah 4 orang dengan mengunakan metode penelitian deskriptif, teknik pengambilan data yang digunakan adalah angket dengan mengunakan 4 alternatif jawaban dan wawancara dengan kepala sekolah.

Teknik pengelolaan dan analisa data yang penulis lakukan adalah dengan mentabulasi data jawaban kedalam bentuk tabel dan dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase kemudian penulis mendeskrifsikan hasil angket tersebut. Hasilnya dapat diketahui bahwa Komite Sekolah sangat berperan dalam menunjang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Hal ini berdasarkan hasil jawaban responden dan juga hasil wawancara dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa Komite Sekolah sangat berperan serta dalam kegiatan yang diadakan sekolah terutama dalam hal yang berkaitan dengan kewenangan Komite Sekolah.

(3)

UJI REFERENSI

No

Judul Buku

Halaman

Paraf

Pembimbing

Bab I

1

UU RI. No 20 Tahun 2003 “Tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003”, (Jakarta: CV Mini Jaya Abadi, 2003)

Hal 6

2

Zakiah Daradjat, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)

Hal 20

3

Indra Djati Sidi, “Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma Baru Pendidikan”, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001)

Hal 133-134

4

Amiruddin Siahaan dkk, “Manajemen Pendidikan Berbasisi Sekolah”, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006)

Hal 91-92

5

Amiruddin Siahaan dkk, “Manajemen Pendidikan Berbasisi Sekolah”,

Hal 70

6

Amiruddin Siahaan dkk, “Manajemen Pendidikan Berbasisi Sekolah”,

Hal 92-93

Bab II

1

Departemen Pendidikan Nasional,

Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)

Hal 584

2

Departemen Pendidikan

Nasional,“Kamus Besar Bahasa Indonesia”,

Hal 1013

3

Nanang Fattah, “Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan sekolah”, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004)

Hal 118

4

Depdiknas, “Dewan Sekolah dan Komite Sekolah”, (Jakarta: Komite Sekolah, 2003)

Hal 1

5

http://pakguruonline.pendidikan.net/ko mitesekolah_bab2.html

6

Bedjo Sujanto M.Pd, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah”, (Jakarta: Sagung Seto, 2007)

Hal 62

7

E. Mulyasa, M. Pd, “Menjadi Kepala Sekolah Profesional”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
(4)

8

Bedjo Sujanto M.Pd, “ Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah”,

Hal 63

9

Bedjo Sujanto M.Pd, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah”,

Hal 63-64

10

Bedjo Sujanto M.Pd, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah”,

Hal 65

11

Sudirman dkk, “Ilmu pendidikan”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999)

Hal 4

12

Zakiah Daradjat, “Ilmu Pendidikan

Islam”, Hal 25

13

Departemen Agama RI ”Al-Qur’an dan terjemahnya”, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002)

Hal 284

14

Ibnu Majah, ”Kitab Adab: bab Birul walad wal-ihsan ilal banat”

15

Ahmad tafsir, “Ilmu pendidikan dalam Persfektif Islam”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994)

Hal 32

16

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)

Hal 130

17

Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum)

Hal 132-133

18

Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum)”,

Hal 134-135

19

Al-Rasyidin dkk, “Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis” (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005)

Hal 37

20

Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum)”,

Hal 135

21

Ramayulis. “Metodologi Pendidikan Agama Islam” (Jakarta : Kalam Mulia, 2005)

Hal 22-23

22

Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP & MTs”,
(5)

(Jakarta: Pusat Kurikulum, 2003)

23

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan Agama Islam”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa, 2005)

Hal 93

24

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan

Agama Islam”, Hal 103

25

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan

Agama Islam”, Hal 110-113

26

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan

Agama Islam”, Hal 199-201

27

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan

Agama Islam”, Hal 235-236

28

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan

Agama Islam”, Hal 244-245

29

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan

Agama Islam”, Hal 346

30

Muhammad Daud Ali, “Pendidikan

Agama Islam”, Hal 356

31

Zuhairini, “Pendidikan Islam”, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992)

Hal 1-2

Bab III

1

Cholid Narbuko, “Metodologi

Penelitian”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005)

Hal

2

Suharsini Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)

Hal 145

3

Suharsini Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”,

hal 140

Jakarta 31 Desember 2010 Pembimbing

(6)

No pernyataan SL SR KD TP 1 Pemungutan sumbangan di sekolah diadakan

secara teratur

2 Pemungutan sumbangan diadakan secara tidak teratur

3 Pemungutan sumbangan dikoordinasikan oleh orang tua, guru dan komite sekolah

4 Saran orang tua berpengaruh pada perkembangan dan perubahan kurikulum sekolah

5 Penyusunan bahan ajar dilakukan secara teratur dan dibahas bersama-sama antara guru

6 Guru berperan aktif dalam pembuatan RPP di sekolah

7 Sekolah mengadakan kegiatan bakti sosial pada waktu tertentu

8 “Jum’at Bersih” di sekolah diadakan secara teratur bersama masyarakat

9 “Bazar Amal” merupakan kegiatan tahunan sekolah

10 Membaca do’a sebelum pelajaran dimulai merupakan keseharian sekolah

11 Sekolah mengadakan sholat dzuhur berjamaah secara teratur

12 Sekolah mengadakan pengajian secara teratur di sekolah

13 Irsa Mi’raj dan Maulid Nabi merupakan kegiatan tahunan di sekolah

14 Sekolah melibatkan murid untuk mempersiapkan

Isra Mi’raj dan Maulid Nabi

15 Sekolah melibatkan murid menjadi panitia dalam mempersiapkan kegiatan pesantren kilat di sekolah

16 Sekolah mewajibkan bagi setiap murid untuk mengikuti pelajaran ekstrakurikuler

17 Orang tua memberikan saran atau kritik guna kemajuan kegiatan pembelajaran

18 Komite Sekolah memberikan motivasi kepada masyarakat dalam memelihara ketertiban dan keamanan sekolah

19 Kegiatan sekolah merupakan hasil kerja sama antara guru, orang tua dan komite sekolah

20 Komite sekolah berfungsi sebagai perantara antara guru dan orang tua demi meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar di sekolah

(7)

sekolah untuk peningkatan kegiatan belajar mengajar diadakan secara teratur

22 Sekolah menjadikan buku komunikasi untuk berhubungan antara guru dan wali murid

23 Komite sekolah, guru dan orang tua bekerja sama mengelola keuangan sekolah

24 Kurangnya kerja sama yang baik antara komite sekolah, guru dan orang tua dalam mengelola keuangan sekolah

25 Pengelolaan keuangan sekolah tidak terorganisir dengan baik

26 Guru mengawasi proses belajar mengajar di sekolah selama kegiatan belajar mengajar berlangsung

27 Penerapan hukuman pada anak yang melakukan perbuatan tercela berjalan dengan baik

28 Pendidikan Agama Islam di sekolah diberikan setiap satu minggu dua kali

29 Pendidikan Agama Islam di sekolah diberikan oleh guru yang sesuai dibidangnya

(8)

ii

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh : Rosyidah Nim: 206011000077

Di bawah Bimbingan

Drs. Masan, AF, M.Pd NIP. 195107161981031004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(9)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENNGUJI

Skripsi yang berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Menunjang

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi”, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 4 Februari 2011 dihadapan dewan penguji. Karna itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I). dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta,11 Maret 2011

Panitia Sidang Munaqasah

Ketua Panitia/Jurusan Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag ………. ………. NIP: 196803071998031002

Sekretaris Jurusan

Drs. Sapiudin Shidiq, MA ………. ………. NIP: 19670328 2000031 001

Penguji I

Dr. Akhmad Sodiq, MA ………. ………. NIP: 19710709 1998031 001

Penguji II

Dr. Hj. Nurlena Rifa’I MA.Ph.D ………. ………. NIP: 19591020 1986032 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(10)

iv

DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 5 Januari 2009

FITK No. Revisi: : 00

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Rosyidah

Tempat/Tgl.Lahir : Bekasi, 01 Februari 1987

NIM : 206011000077

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Peran Komite Sekolah dalam Menunjang

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi”

Dosen Pembimbing : Drs. Masan AF, M. Pd

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 16 Desember 2010 Mahasiswa Ybs.

Rosyidah

(11)

v

ABSTRAK

Nama : Rosyidah

Nim : 206011000077

Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul : Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Komite Sekolah Dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun luar sekolah. Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha secara sadar dalam membimbing anak didik agar dapat membentuk pemahaman terhadap ajaran agamanya, serta dapat menerapkan dan melaksanakan segala perintah agama dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sukawangi Bekasi. Adapun subyek penelitiannya adalah komite sekolah yang berjumlah 30 orang dengan mengunakan metode penelitian deskriptif, teknik pengambilan data yang digunakan adalah angket dengan mengunakan 4 alternatif jawaban dan wawancara dengan kepala sekolah serta dengan ketua komite sekolah.

Teknik pengelolaan dan analisa data yang penulis lakukan adalah dengan mentabulasi data jawaban kedalam bentuk tabel dan dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase kemudian penulis mendeskrifsikan hasil angket tersebut. Hasilnya dapat diketahui bahwa Komite Sekolah sangat berperan dalam menunjang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Hal ini berdasarkan hasil jawaban responden dan juga hasil wawancara dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa Komite Sekolah sangat berperan serta dalam kegiatan yang diadakan sekolah terutama dalam hal yang berkaitan dengan kewenangan Komite Sekolah.

(12)

vi

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Bahris Salim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Drs. Masan, AF, M.Pd Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

(13)

vii

telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.

7. Ayahanda H. Abd Rohman dan ibunda Hj. Rohmanih, kakak-kakaku yang dengan penuh kasih sayang selalu mendidik, memberikan bantuan moril dan

materil, menyayangi dan mendo’akan penulis serta adik dan keponakan-keponakanku yang mana canda tawa kalian yang membuat tante semangat sehingga dapat menyelesaikan studi di UIN.

8. Untuk teman-temanku yang spesial (K’Ismala, Nursyamsiyah S.Pd. I Masning S.Pd. I Faiz S.Pd. I Enab S.Pd.I, Etie, Zakiyah dan Jeng Vina Z), terima kasih karena kalian selalu menghiasi hari-hari penulis sehingga rasa lelah dan penat terasa hilang dengan adanya kehadiran kalian. Dan untuk teman-temanku mahasiswa UIN anak-anak tarbiyah jurusan pendidikan agama Islam angkatan 2006 (khususnya kelas B PAI Ekstensi 2006), terima kasih atas motivasi yang kalian berikan kepada penulis semoga kita menjadi generasi yang berguna bagi bangsa dan Negara.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 16 Desember 2010

(14)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : ACUAN TEORITIK A. Komite Sekolah ... 8

1. Pengertian Komite Sekolah ... 8

2. Tugas dan Sifat Komite Sekolah ... 9

3. Tujuan, Peran dan Fungsi Komite Sekolah ... 10

4. Keanggotaan Komite Sekolah ... 11

5. Kepengurusan Komite Sekolah ... 12

6. Pembentukan Komite Sekolah ... 13

B. Pendidikan Agama Islam ... 13

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 13

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 15

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 16

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 16

(15)

ix BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metodo Penelitian ... 24

C. Unit Analisis ... 24

D. Teknnik Pengumpulan Data ... 24

E. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian ... 28

1. Sejarah Berdirinya SMPN 2 Sukawangi Bekasi ... 28

2. Visi dan Misi SMPN 2 Sukawangi Bekasi ... 29

3. Keadaan Guru dan Staf Karyawan SMPN 2 Sukawangi Bekasi ... 29

4. Keadaan Siswa/Siswi SMPN 2 Sukawangi Bekasi ... 31

5. Keadaan Saran dan Prasarana SMPN 2 Sukawangi Bekasi .. 31

6. Struktur Organisasi SMPN 2 Sukawangi Bekasi ... 32

7. Sejarah Pembentukan Komite Sekolah ... 33

8. Struktur Organisasi Komite Sekolah ... 34

9. Deskripsi Data Penelitian ... 35

B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ... 52

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(16)

x

DAFTAR TABEL

1. Data Rincian Waktu ... 23

2. Kisi-kisi Instrumen ... 25

3. Keadaan Guru dan Staf Karyawan ... 30

4. Keadaan Siswa/siswi ... 31

5. Sarana dan Prasarana... 31

6. Komite sekolah memberikan dorongan moril pada siswa dan wali murid apabila mendapatkan nilai kurang pada mata pelajaran pendidikan agama Islam ... 35

7. Komite sekolah mengusulkan pengadaan sarana ibadah kepada pihak sekolah untuk siswa ... 35

8. Komite sekolah mengadakan pertemuan personal dengan wali murid ... 36

9. Komite sekolah dan guru mendiskusikan materi pendidikan agama Islam bekerja sama dengan pondok pesantren terdekat ... 36

10.Komite sekolah memusyawarahkan rencana pembelajaran pendidikan agama Islam dengan guru pendidikan agama Islam ... 37

11.Komite sekolah berperan aktif dalam rencana pembelajaran pendidikan agama Islam ... 38

12.Komite sekolah membantu sekolah dalam memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah... 38

13.Komite sekolah ikut berperan dalam membangun masjid di sekolah ... 39

14.Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah mengadakan pengajian keliling di rumah wali murid ... 39

15.Komite sekolah ikut berperan dalam menentukan target pembelajaran pendidikan agama Islam bekerja sama dengan sekolah dan guru ... 40

16.Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah, guru pendidikan agama Islam dan pondok pesantren terdekat dalam mengadakan try out setiap semester 41 17.Komite sekolah membantu mengevaluasi hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dengan wali murid ... 41

(17)

xi

19.Komite sekolah berperan serta membuat lembaga kajian Islam siswa bekerja sama dengan guru pendidikan agam Islam ... 42 20.Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah melengkapi perpustakaan

sekolah dengan buku-buku Islami ... 43 21.Komite sekolah mengusulkan pengadaan materi keislaman pada pelajaran

ekstrakurikuler... 44 22.Komite sekolah bekerja sama dengan guru pendidikan agama Islam memberikan materi akhlak pada setiap kegiatan pramuka ... 44 23.Komite Sekolah berperan serta dalam mengadakan islamik book fair di

sekolah... 45 24.Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah memberikan pelatihan

pendidikan agama Islam ... 45 25.Komite sekolah melibatkan siswa dalam organisasi kepemudaan islam luar

sekolah kepada guru ... 46 26.Komite sekolah mengadakan lomba cerdas cermat Islami pada perayaan hari besar Islam ... 46 27.Komite sekolah dan sekolah mengadakan study tour dengan mengunjungi

situs-situs kebudayaan Islam Nusantara ... 47 28.Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah dan guru mengadakan studi

banding pendidikan agama Islam dengan pondok pesantren terdekat ... 48 29.Komite sekolah mengundang tokoh agama pada perayaan hari besar Islam 48 30.Komite sekolah mengadakan acara dzikir bersama pada perayaan hari besar Islam dengan wali murid dan masyarakat ... 49 31.Komite sekolah bekerja sama dengan guru pendidikan agam Islam mengadakan pesantren kilat pada bulan ramadhan ... 49 32.Komite sekolah bermusyawarah dengan guru pendidikan agama Islam tentang materi yang diberikan pada acara pesantren kilat ... 50 33.Komite sekolah mewajibkan siswa membawa Al-Qur’an pada pelajaran agama Islam ... 51 34.Komite sekolah mewajibkan siswa membaca Al-Qur’an sebelum memulai jam

pelajaran ... 51 35.Komite sekolah mewajibkan siswa membawa perlengkapan shalat setiap

(18)
(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada terdidik agar ia memiliki kepribadian muslim. Di dalam undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, disebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pendidikan Islam tidak terbatas hanya pada pengajaran tentang ritus-ritus dan segi-segi formalistik agama atau dapat pula dipahami bahwa

pendidikan Islam tidak terbatas hanya pada “Pengajaran Islam”. Karena itu

keberhasilan pendidikan Islam tidak cukup diukur hanya dari seberapa jauh anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang ajaran agama atau ritus-ritus agama semata. Justru yang lebih penting adalah tertanamnya nilai-nilai keagamaan tersebut dalam jiwa dan seberapa jauh pula

1

(20)

2

nilai-nilai itu terwujud nyata dalam tindakan dan budi pekerti sehari-hari akan melahirkan budi luhur (akhlakul karimah).

Pendidikan juga merupakan salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingginya sumber daya manusia akan menjadikan kemajuan dan peradaban suatu bangsa, dan sebaliknya suatu bangsa akan sulit untuk maju jika sumber daya manusianya rendah dan terbelakang. Oleh karena itu masalah pendidikan haruslah ada perhatian yang sungguh-sungguh demi terciptanya perubahan dan kemajuan mutu pendidikan.

Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam mengatakan bahawa "Pendidikan akan menghasilkan mutu yang baik jika semua komponen pendidikan itu dapat berjalan dengan baik, komponen-komponen tersebut antara lain: tujuan pendidikan, peserta didik, orang tua, orang dewasa, guru dan masyarakat serta isi pendidikan. Pada dasarnya komponen-komponen pendidikan juga dituntut saling menunjang satu sama lain sehingga dapat tercapai suatu hasil pendidikan optimal".2

Salah satu komponen pendidikan adalah partisipasi masyarakat sebagai kekuatan kontrol dalam pelaksanaan berbagai program pemerintah menjadi sangat penting. Di bidang pendidikan partisipasi ini lebih strategis lagi. Karena partisipasi tersebut bisa menjadikan semacam kekuatan kontrol bagi pelaksanaan dan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Apalagi saat ini Depdiknas mulai menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah (school-based management). Karena itulah gagasan tentang perlunya sebuah Komite Sekolah yang berperan menjadi mitra sekolah yang menyalurkan partisipasi masyarakat (semacam lembaga legislatif) menjadi kebutuhan yang sangat nyata dan tak terhindarkan. Dengan adanya Komite Sekolah, kepala sekolah dan para penyelenggara serta pelaksana pendidikan di sekolah secara substansial akan bertanggung jawab kepada Komite Sekolah.

Kalau selama ini garis pertanggung jawaban kepala sekolah dan para penyelenggara pendidikan di sekolah bertanggung jawab kepada pemerintah,

2

(21)

3

dalam hal ini kepada Dirjen Dikdasmen, maka dengan konsep manajemen berbasis sekolah pertanggung jawaban itu kepada Komite Sekolah. Pemerintah dalam hal ini hanya memberikan legalitas saja. Selama ini Komite Sekolah memang telah dibentuk oleh pemerintah, tapi perannya hanya terbatas untuk mengawasi dana Jaring Pengaman Sosial (JPS). Kemite Sekolah yang baru ini tentu tidak terbatas hanya untuk mengawasi dana JPS saja, melainkan juga berperan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, berfungsi untuk terus menjaga transparansi dan akuntabilitas sekolah, serta menyalurkan partisipasi masyarakat pada sekolah.

Tentu saja Komite Sekolah ini mesti diawali dengan melakukan upaya optimal organisasi orang tua siswa di sekolah. Upaya ini menjdi sangat penting lagi disaat keadaan budaya dan gaya hidup generasi kita sudah mulai tidak jelas sekarang ini. Dengan adanya upaya ini jalinan antara satu sisi, orang tua, dan sisi lain sekolah, bisa bersama-sama mengantisipasi dan mengarahkan serta bersama-sama meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak di usia sekolah. Dengan demikian, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama mulai dari keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Komite sekolah yang baru ini bertujuan untuk membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam upaya ikut memelihara, menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan Nasional. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut tentu saja Komite Sekolah mesti melakukan berbagai upaya dalam bentuk mendayagunakan kemampuan yang ada pada orang tua, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, termasuk LSM-LSM yang memiliki concern di bidang pendidikan.3

Namun pada kenyataannya sebagai badan yang mewakili masyarakat Komite Sekolah belum berperan optimal. Komite Sekolah yang dibentuk pada dasarnya hanya sebagai alat kelengkapan semata tanpa memberikan bantuan yang bersifat signifikan terhadap kebutuhan sekolah. Pendidikan dasar belum mendapat perhatian yang sama jika dibandingkan dengan pendidikan level atasnya (sekolah menengah).

3

(22)

4

Komite sekolah memang mengalami kesulitan melakukan kontrol tentang penyelengraan manajemen pendidikan berbasis sekolah. "Hal ini disebabkan karena pengurus Komite Sekolah tidak secara utuh memahami apa sebenarnya manajemen pendidikan berbasis sekolah. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, bahwa pengurus Komite Sekolah tidak memahami apa sebenarnya peran, fungsi dan tujuan Komite Sekolah".4

Kenyataan yang lain, bahwa yang dilakukan sekolah hanya mengawasi kemampuan sekolah tanpa memberikan masukan, bagaimana seharusnya manajemen keuangan yang baik, sehingga kehadiran komite sekolah bukan membantu meningkatkan kualitas sekolah, malah membuat kepala sekolah menjadi terganggu.

Amiruddin Siahaan dalam bukunya manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah "Salah satu tujuan Komite Sekolah berdasarkan Kepmendiknas No. 044/U/2002 tanggal 2 April 2002, adalah menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan".5

Manajemen pendidikan berbasis sekolah sampai saat ini, masih terbatas dipahami oleh penyelenggara pendidikan (personil sekolah), sedangkan anggota Komite Sekolah pada umumnya adalah warga masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Mereka hanyalah orang-orang yang dianggap dapat diajak bicara tentang sekolah dan mungkin dapat mencari jalan keluar jika sekolah memerlukannya. Sedangkan yang berkaitan dengan kebijakan sistem pendidikan secara nasional, seperti dalam hal penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah, pemahaman mereka sangatlah sedikit, mereka beranggapan bahwa hal itu bukan menjadi kewenangan Komite Sekolah. Selain itu sebagian dari pengurus komite sekolah adalah orang-orang yang sibuk ditempat kerjanya masing-masing, sehingga waktu untuk memikirkan kemajuan sekolah sangat sedikit.

4

Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pendidikan Berbasisi Sekolah, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), hal. 91-92

5

(23)

5

Bukanlah suatu hal yang aneh jika ditemukan kenyataan bahwa pengurus Komite Sekolah memberikan rekomendasi atau menyetujui apa saja yang akan dilakukan kepala sekolah berkaitan dengan penggunaan dana sekolah. Masih ditemukan adanya pengurus Komite Sekolah sama sekali tidak memahami apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan berbasis sekolah, walaupun mereka pernah mendengarnya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip penyelenggaraannya tidak dipahami, mereka beranggapan bahwa hal itu adalah menjadi tanggung jawab kepala sekolah.

Seharusnya, pengurus komite Sekolah mengetahui tugas dan fungsinya. Komite Sekolah memiliki wewenang untuk mengontrol pelaksanaan manajemen sekolah. Komite Sekolah pada saat ini telah menjadi perangkat sekolah yang dapat memberikan masukan apa saja, apalagi berkaitan dengan konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah, yang pada dasarnya akan dapat meningkatkan efektivitas manajemen sekolah.

Sepertinya, Komite Sekolah hanya melakukan kontrol terhadap penggunaan dana atau keuangan saja. Padahal, dalam hal-hal lain, apalagi berkaitan dengan kebijakan peningkatan manajemen mutu sekolah, Komite Sekolah seharusnya dapat memberikan masukan sehingga efektivitas penyelengaraan sekolah semakin meningkat.

Adanya kesan bahwa sebagian masyarakat yang tergabung dalam Komite Sekolah tidak memahami pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah, merupakan salah satu kelemahan untuk menerapkannya secara utuh dan konsekuen. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa "Salah satu kelemahan penerapannya adalah peran Komite Sekolah yang belum utuh dalam memahami prinsip penyelenggaraan manajemen pendidikan berbasis sekolah, sehingga tidak dapat memberikan kontrol terhadap pelaksanaannya".6

Berdasarkan uraian di atas menjadi pendorong dan sekaligus hal yang melatar belakangi bagi penulis mengangkat judul ini dengan tema “PERAN

KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI”.

6

(24)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kesadaran masyarakat dalam keikutsertaan memajukan sekolah masih rendah.

2. Konsep manajemen berbasis sekolah masih belum merata dipahami oleh pihak sekolah dan masyarakat.

3. Komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam masih kurang efektif.

4. Komite sekolah yang dibentuk belum optimal melaksanakan fungsi dan tugasnya.

5. Sebagian dari pengurus komite sekolah tidak memiliki waktu memikirkan kegiatan sekolah, karena sebagian mereka sibuk di tempat kerjanya masing-masing.

6. Sebagian pengurus komite sekolah belum memahami secara benar makna dari manajemen berbasis sekolah.

7. Ada anggapan dari pihak sekolah, bahwa komite sekolah hanya mengawasi kegiatan sekolah, terutama masalah keuangan, sehingga kehadiran komite sekolah, hanya merupakan kendala bagi kelancaran kegiatan pendidikan.

8. Proses kegiatan pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi masih perlu ditingkatkan.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi di atas, penulis perlu membatasi terlebih dahulu masalah-masalah tersebut agar pembahasannya lebih terarah.

(25)

7

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah komite sekolah berperan positif dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana peran komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi.

Sedangkan manfaat penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan

gambaran tentang “Peran Komite Sekolah dalam menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam” dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan serta

aplikasinya dari ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan di lapangan, khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan peran dan fungsi komite sekolah.

2. Bagi institusi, sebagai sarana untuk menambah perbendaharaan dan bahan referensi pada perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam pengkajian hal-hal yang berhubungan dengan “Peran komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam”.

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Komite Sekolah

1. Pengertian Komite Sekolah

Komite sekolah berasal dari dua kata yaitu komite dan sekolah. Menurut kamus besar bahasa Indonesia komite adalah “sejumlah orang yang ditunjuk

untuk melakukan tugas tertentu”.1 Kata “Sekolah” adalah “bangunan atau

lembaga untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya: dasar, lanjutan dan tinggi atau menurut jurusannya:

dagang, guru, tehnik pertanian dan sebagainya)”.2

Menurut Nanang Fattah dikemukakan bahwa “Komite Sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non politis dan non profit, yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders pendidikan ditingkat sekolah sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan”.3

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 584

2

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 1013

3

Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan sekolah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal. 118

(27)

9

Dengan demikian, Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun luar sekolah. Nama dan ruang lingkup wadah ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan Sekolah, Menejemen Sekolah, Manajemen Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang sesuai dengan kriteria pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan sekolah dengan fokus pemenuhan mutu kompetitif.

Nama Komite Sekolah berdasarkan SK Mendiknas nomor 044/U/2002 merupakan peleburan dari Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) atau bentuk-bentuk organisasi sejenis yang ada disekolah, kewenangannya akan berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam wadah komite sekolah.

2. Tugas dan Sifat Komite Sekolah

Adapun tugas Komite Sekolah adalah sebagai berikut:

“Mengorganisasi sumbangan dari orang tua dan masyarakat, mengawasi

pengelolaan keuangan sekolah, ikut menyusun atau memilih kurikulum dan bahan

ajar, membentuk dan mengasawi proses belajar mengajar” 4

Sedangkan sifat Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite Sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).5

4

Depdiknas, Dewan Sekolah dan Komite Sekolah, (Jakarta: Komite Sekolah, 2003), hal. 1

5

(28)

10

3. Tujuan, Peran dan Fungsi Komite Sekolah

Tujuan dibentuknya Komite Sekolah adalah sebagai berikut:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebajikan dan program pendidikan di satuan pendidikan (untuk Komite Sekolah).

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.6

Sedangkan Peranan yang dijalankan Komite Sekolah sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Adapun peran yang dijalankan Komite Sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, ataupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan

c. Sebagai pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, serta d. Sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di

satuan pendidikan.7

Kemudian untuk menjalankan perannya itu, Komite Sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat, baik perorangan maupun organisasi, dunia usaha dan dunia indrustri, pemerintah dan DPRD berkenaan dengan pennyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, pandangan, tuntunan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

6

Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Sagung Seto, 2007), hal. 62

7

(29)

11

d. Memberi masukan, pertimbangan dan rekomendasi satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan; kriteria fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan dan memegang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.8

Selain itu, Komite Sekolah merupakan wadah untuk menyampaikan ketidakpuasan para orang tua murid kepada sekolah akan rendahnya prestasi yang dicapai oleh suatu sekolah tersebut. Dewan pendidikan atau Komite Sekolah tidak perlu melaksanakan kegiatan studi atau penilaian pendidikan, tetapi cukup dengan menggunakan data-data yang tersedia atau hasil-hasil penilaian yang sudah ada sebagai bahan untuk menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap Dinas Pendidikan atau kepada masing-masing sekolah. Dengan demikian, diperlukan suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk melalui suatu Peraturan Daerah di bidang pendidikan.

Dari beberapa penjelasan tentang peran dan fungsi Komite Sekolah di atas, maka terlihat bahwa keberadaan Komite Sekolah diharapkan berperan aktif terhadap kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan upaya menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam.

4. Keanggotaan Komite Sekolah

Anggota Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Di samping itu unsur pendidik atau guru, yayasan atau lembaga penyelenggaraan pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota.

Anggota Komite Sekolah dari unsur masyarakat dapat berasal dari perwakilan orang tua atau wali peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis; tokoh masyarakt (ketua RT/RW/RK, ulama,

8

(30)

12

budayawan, pemuka adat); anggota masyarakat yang mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan; pejabat pemerintah setempat (Kepala Desa atau lurah, kepolisian, koramil, Depnaker, Kadin dan instansi lain); dunia usaha atau industri (pengusaha industri, jasa, asosiasi dan lain-lain); pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan; organisasi profesi tanaga pendidik; perwakilan siswa bagi tingakt SLTP/SMU/SMK yang telah dewasa dan mandiri. Anggota Komite Sekolah yang berasal dari unsur dewan guru, yayasan atau lembaga penyelenggaraan pendidikan, Badan pertimbangan Desa sebanyak-banyaknya berjumlah masing-masing tiga orang.

Jumlah anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya (sembilan) orang dan jumlahnya harus ganjil. Syarat-syarat, hak dan kewajiban serta masa keanggotaan Komite Sekolah ditetapkan di dalam AD/ART.

5. Kepengurusan Komite Sekolah

Menurut Bedjo Sujanto dalam bukunya manajemen pendidikan berbasisi sekolah mengatakan bahwa "Pengurus Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara. Apabila dipandang perlu, kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan. Selain itu dapat pula diangkat petugas khusus yang menangani urusan administrasi".9

Jadi kepengurusan Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang biasanya hanya terdiri dari ketua, wakil dan sekretaris, tetapi jika dibutuhkan kepengurusan yang lebih besar lagi, dapat dibentuk kepengurusan yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian agar Komite Sekolah itu dapat berjalan lebih baik sehingga tercapainya tujuan yaitu memajukan sekolah dengan peran aktif masyarakat.

9

(31)

13

6. Pembentukan Komite Sekolah

Pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan, akuntabel dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara.10

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan, akuntabel dan demokratis agar dapat menghasilkan pengurus Komite Sekolah yang dapat bertanggung jawab dalam pekerjaannya.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sudirman dalam bukunya ilmu pendidikan mengatakan bahwa Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu Paedagogie. Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya “anak”, dan again yang

terjemahannya adalah ”membimbing”. Dengan demikian maka paedagogie berarti ”bimbingan yang diberikan kepada anak”. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut paedagog. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie tersebut berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.11

10

Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, hal. 65

11

(32)

14

Kata pendidikan yang digunakan sekarang dalam bahasa arabnya adalah

“Tarbiyah” dengan kata kerja “rabba” yang berarti mendidik. Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan sejak awal perkembangan agama Islam seperti terlihat dalam salah satu ayat Al-Qur’an disebutkan sebagai berikut:12























































“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya yang penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! sayangilah keduanya (ibu bapakku) sebagaimana mereka berdua telah mengasuhku (mendidik) sejak kecil”. (QS, Al-Isra’: 24)13

Sedangkan secara istilah pendidikan dalam Islam menurut Ahmad Tafsir,

adalah “Bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam”.14

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Sedangkan menurut Zakiyah Darajat yang telah dikutip oleh Abdul Majid dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), mengatakan bahwa ”Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa

12

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 25

13

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002), hal. 284

14

(33)

15

dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.15

Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah suatu usaha secara sadar dalam membimbing peserta didik agar dapat membentuk pemahaman terhadap ajaran agamanya, serta dapat menerapkan dan melaksanakan segala perintah agama dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar tersebut akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan.

Pendidikan Agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari segi:

a. Yuridis atau hukum: yang dimaksud dasar hukum (yuridis) dalam pelaksanaan pendidikan adalah berasal peraturan perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam di sekolah secara formal. b. Religius: yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah

dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.16

15

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet, I, hal. 130

16

(34)

16

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dari lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir- nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memilki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.17

Dari beberapa fungsi di atas pendidikan agama terfokus pada penyadaran, pemahaman, pemaknaan, perbaikan dan pemberdayaan peserta didik agar mampu menjalankan hablumminallah dan hablumminannas secara mandiri, berkembang dan bertanggung jawab.

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam sekaligus juga menjadi arah pendidikan agama dalam rangka pembangunan bangsa dan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan agama akan membawa dan mengantar serta membina anak didik

17

(35)

17

menjadi umat yang taat beragama dan sebagai warga Negara Indonesia yang baik serta terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim sempurna (Insan Kamil).

Menurut Muhammad Athiyah Abrasyi yang telah dikutip oleh Dr. Al-Rasyidin dalam bukunya ”Filsafat Pendidikan Islam” mengatakan bahwa pendidikan Islam memilki 5 tujuan pokok, antara lain:

a. Sebagai pembentuk akhlak mulia

b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

c. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan, keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan.

d. Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.

e. Mempersiapka para pelajar untuk suatu profesi tertentu hingga ia mudah mencari rizki.18

Sedangkan menurut Abdul Majid dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk ”menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi”.19

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan pengalaman nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia terdidik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan serta sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.

18

Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

(Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), hal. 37

19

(36)

18

5. Materi/Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, diantaranya:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

c. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. d. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi lima unsur pokok, yaitu:

a. Al-qur’an b. Aqidah c. Syari’ah d. Akhlak e. Tarikh.20

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama dalam buku yang dikeluarkan oleh departemen pendidikan Nasional terfokus pada aspek:

a. Al Quran/Hadits. b. Akhlak.

c. Fiqh/Ibadah. d. Tarikh.21

Adapun penjelasan mengenai materi dalam pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:

20

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2005), hal. 22-23

21

(37)

19

a. Al Quran/Hadits.

Al-Qur’an adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama. Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuannya, untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.22

Adapun isi al-Qur’an itu antara lain adalah :

1) Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia.

2) Petunjuk mengenai syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.

3) Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial.

4) Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. 5) Berita-berita tentang zaman yang akan datang. 6) Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahhuan.

7) Sunatullah atau hukum Allah yang berlaku di alam semesta.23

Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah disebut dalam al-Qur’an di atas, dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau.

Ada tiga peranan al-hadits di samping al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam diantaranya:

1) Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an. 2) Sebagai penjelasan isi al-Qur’an.

22

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa, 2005), hal. 93

23

(38)

20

3) Menambahkan atau mngembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam al-Qur’an.24

b. Aqidah

Akidah, menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Aqidah Islam (aqidah Islamiyah), karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.

Adapun pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam istilah Rukun Iman itu antara lain:

1) Keyakinan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, 2) Keyakinan pada Malaikat-malaikat,

3) Keyakinan pada para Nabi dan Rasul Allah. 4) Keyakinan akan adanya Hari akhir

5) Keyakinan pada Qada’ dan Qadar Allah.25 c. Syari’ah/syari’at

Makna asal syari’at adalah jalan ke sumber (mata) air. Secara harfiah

berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Dilihat dari segi hukum,

syari’at adalah norma hukum dasar yang diwahyukan Allah, yang wajib diikuti

oleh orang Islam, baik dalam berhubungan dengan Allah maupun dalam berhubungan dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat.26

d. Ibadah

Ibadah menurut bahasa, artinya taat, tunduk, turut, ikut, dan do’a. Dilihat dari segi pelaksanaannya, ibadah dapat dibagi tiga, yakni:

1) Ibadah jasmaniah-rohaniah, yaitu ibadah yang merupakan perpaduan jasmani dan rohani, seperti shalat dan puasa

2) Ibadah rohiah dan maliah, yaitu ibadah perpaduan rohani dan harta, seperti zakat.

24

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 110-113

25

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 199-201

26

(39)

21

3) Ibadah jasmaniah, rohiah dan maliah (harta) sekaligus, contohnya ibadah haji. 27

e. Akhlak

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabi’at.28

Akhlak dalam pembagiannya di bagi menjadi 2: 1) Akhlak terhadap Allah (Khalik)

2) Akhlak terhadap Makhluk, dibagi dua: akhlak terhadap manusia dan akhlak terhadap bukan manusia (lingkungan hidup).29

f. Tarikh

Tarikh dalam bahasa arab disebut sejarah, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti ”keterangan yang telah terjadi dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”. Kata tarikh juga dipakai dalam arti perhitungan tahun, seperti keterangan mengenai tahun sebelum atau sesudah Masehi dipakai sebutan sebelum atau sesudah tarikh Masehi.

Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti ”pengalaman masa lampau daripada umat manusia” the past experience of mankind. Pengertian selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas.30

Dari penjelasan diatas dapat dikemukakan bahwa materi pendidikan agama Islam yaitu Al-Qur’an/hadits (isi dan kandungannya tentang akidah,

27

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 244-245

28

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 346

29

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 356

30

(40)

22

syari’ah, sejarah, ilmu pengetahuan, dll), aqidah (yang berisi tentang keyakinan yang terangkum dalam rukun Islam), Syari’ah; (yang berisi tentang norma hukum dasar dalam berhubungan dengan siapapun), akhlak (berisi tentang tingkah laku

(41)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:41.595.110.522.81.756.2]

Tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian penulis adalah SMPN 2 Sukawangi Bekasi. Untuk memperoleh data yang diperlukan dan masukan yang berhubungan dengan objek penelitian, penulis memerlukan waktu sebagai berikut:

Tabel 1

Data Rincian Waktu

Waktu Kegiatan

Desember 2009 Pengajuan proposal skripsi kepada jurusan

Penyerahan bab I, II dan III kepada dosen pembimbing Januari 2009 Izin penelitian ke SMPN 2 Sekawangi Bekasi

Februari-April 2010

Perbaikan bab I, II dan III

Mei 2010 Penulisan Instrumen Penelitian Juni 2010 Perbaikan Instrumen dan Wawancara Juli-September

2010

Melakukan penelitian

Oktober 2010 Mengelola hasil penelitian November 2010 Penulisan hasil penelitian

(42)

24

B. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, metode deskriptif, yaitu peneliti yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti, melalui penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Jenis penelitian lapangan ini dimaksudkan agar dapat memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Dan penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan mempelajari atau menelaah dan mengkaji buku-buku yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

C. Unit Analisis

Unit analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: komite sekolah yang berjumlah 30 orang. Terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan anggota komite sekolah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:

1) Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti, observasi merupakan metode yang secara langsung mengamati prilaku sabjek penelitiannya dan metode yang pertama-tama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, guna untuk mengamati keberadaan dan peran komite sekolah.1

1

(43)

25

2) Wawancara, yaitu suatu dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancara. Pada tahap ini peneliti mewawancarai Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah.2

[image:43.595.112.517.142.705.2]

3) Kuesioner, yaitu pertanyaan tertulis, yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.3 Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner yang berhubungan dengan peran komite sekolah dalam menunjang pelaksanan pendidikan agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi.

Tabel 2

Kisi-kisi Instrumen Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Variabel Sub Variabel Indikator No

Butir

Jumlah Soal Peran

Komite Sekolah

- Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan

- Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa

masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program

pendidikan di satuan pendidikan

- Ikut menyusun atau memilih kurikulum dan bahan ajar

1, 2, 3

4, 5, 6 3

3

2

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 145

3

(44)

26

- Pendukung baik finansial, pemikiran ataupun tenaga dalam

penyelenggaraan pendidikan

- Pengontrol dakam rangka tranparansi, akuntabilitas dan keluaran

pendidikan

- Mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan

pendidikans

- Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat.

- Membentuk dan mengawasi proses belajar mengajar

- Menciptakan suasana dan kondisi

transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan

pendidikan

7, 8, 9

10, 11, 12

13, 14, 15

3

3

(45)

27

Pendidikan Agama Islam

- Pemahaman

- Mengamalkan

- Penanaman nilai sebagai pedoman hidup.

- Pengajaran tentang ilmu pengetahuan.

- Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

16, 17, 18, 19

20, 21, 22 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

4

3

8

E. Teknik Analisis Data

Setelah data selesai dikumpulkan dari lapangan, tahap berikutnya adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam penelitian. Adapun beberapa langkah yang penulis tempuh dalam analisis data ini adalah:

1. Editing atau verifikasi yaitu meneliti semua angket satu-persatu tentang kelengkapan pengisian dan kejelasannya.

2. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan kedalam bentuk tabel selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase. Untuk memperoleh nilai frekuensi sdan presentase, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100 x N F P

Keterangan: P= Presentase F= Frekuensi

(46)

24 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMPN 2 Sukawangi Bekasi

SMPN 2 Sukawangi Bekasi merupakan salah satu SMPN yang terletak di Sukatenang Sukawangi Bekasi yang pada saat itu banyak sekali anak-anak usia SMP yang memerlukan tempat belajar di sekolah negeri, dikarenakan SMPN Babelan terlalu jauh dari Sukatenang, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di SMPN Babelan, maka tokoh masyarakat Sukatenang menginginkan adanya SMPN disekitar wilayahnya, keinginan tersebut disambut gembira oleh para orang tua. Mereka terpanggil dan ikut bertanggung jawab terhadap pendidikan. Akhirnya para orang tua dan masyarakat lainnya sepakat untuk mengajukan permohonan tersebut melalui proposal yang diajukan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi dan juga mendapat sambutan hangat dari Kepala Desa Sukatenang Sukawangi Bekasi dengan ditanda tangani proposal tersebut yang Alhamdulillah permohonan tersebut dikabulkan.

Pada tahun 2006 disepakati untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan

(47)
[image:47.595.149.524.80.541.2]

25

Tabel 3

KEADAAN NAMA GURU SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI

NO NAMA GURU NIP

01 SANDI HARDINAWAN, S.Pd 19710912 200012 1 002

02 TOTO SUYANTO, S.Pd 197402

03 ABDUL HAMID, S.Ag 04 AHMAD BAIHAKI, S.Pd 05 ABDILAH, S.Pd

06 DEDI MULYADI, S.Pd 07 LILI RUSAMSI, S.PdI

08 MAIT MARDIANSYAH, S.PdI 09 MUHAMAD TUMRIN, S.PdI 10 YUDI NUGRAHA, S.Pd 11 AHMAD MISBAH, S.Ag 12 ROHIMUDIN, S.Sos.i 13 Hj. NUNUNG, S.Ag 14 SAPRUDIN, S.Pd 15 SUSILOWATI, S.Pd

16 MOHAMMAD SUMONO, S.Pd 17 ELIS SURYATI, S.Pd

18 TITIN, S.Pd

19 AHMAD ANWAR, S.Pd 20 MIGAN, S.Pd

21 WASTATI BR. LUMBAN GAOL, S.E

Tabel 4

KEADAAN SISWA/SISWI SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI

No Kelas Jumlah

01 VII 165 Orang

02 VIII 226 Orang

(48)

26

VISI DAN MISI SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI

Visi

Unggul dalam prestasi, santun dalam berbicara, tanggap terhadap perubahan, berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.

Misi

1) Menciptakan suasana yang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar

2) Menanamkan sopan santun dalam pergaulan di sekolah dan masyarakat

3) Meningkatkan kompetensi siswa sesuai dangan kemampuannya

4) Melaksanakan perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada

5) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang agamis

2. Sejarah Pembentukan Komite Sekolah

Komite sekolah terbentuk sejak tahun 2006 yang diketuai oleh bapak H. Abd Rohman, beliau salah satu tokoh masyarakat Sukatenang Sukawangi bekasi. Komite sekolah tersebut memiliki anggota sebanyak 4 orang yang terdiri dari ketua 1 orang, wakil ketua 1 orang, sekretaris 1 orang dan bendahara 1 orang.

3. Deskripsi Data Penelitian

(49)
[image:49.595.147.525.154.296.2]

27

Tabel 5

Pemungutan sumbangan di sekolah diadakan s

Gambar

Tabel 1 Data Rincian Waktu
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Peran Komite Sekolah dalam Menunjang
Tabel 3 KEADAAN NAMA GURU SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI
Tabel 5 Pemungutan sumbangan di sekolah diadakan secara regular
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Masukan botol yang sudah diamplas tadi ke dalam lubang plat yang sudah anda siapkan dengan perbandingan 1/3 ukuran botol untuk sisi yang ada tutupnya (sisi bawah botol lebih

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN POKJA-I UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TENTANG PENETAPAN PEMENANG PEMILIHAN

Jadi dilihat dari individu yang belajar (siswa), proses belajar bersifat internal dan unik, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal adalah proses pembelajaran

asam jawa pada ikan tongkol dapat menurunkan kadar logam kadmium. c) Merendam kerang darah dengan belimbing wuluh.. Kadar

1. The pattern performed by the teacher and the students in SMA Kolese De Britto Yogyakarta. 1) Interactional Pattern Teacher and Student by IRF Table 2. the pattern of IRF on

manfaat yang lebih baik dari pendidikannya, (3) Pola hidup yang di[entuk pada masa ini akan tinggai pada dirinya sampai al<hir hidup. Masa muda adalah waktu yang cepat

Pcnclitian ini bertujuan untuk mcngctahui: (-) Apa.kah terclapat hubungan antara kecepatan dengan keurantltuan rnenggiring bola dalam pennailran scpakbclla, (-)

pernyataan yang tersedia. e) Nilai = 1, diberikan jika responden memberikan jawaban “Sangat tidak setuju”. dari pernyataan