• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Poliuretan Dengan Asam Lemak Terepoksidasi Minyak Jagung Melalui Proses Hidroksilasi Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sintesis Poliuretan Dengan Asam Lemak Terepoksidasi Minyak Jagung Melalui Proses Hidroksilasi Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS POLIURETAN DARI ASAM LEMAKTEREPOKSIDASI MINYAK JAGUNG MELALUI PROSES HIDROKSILASI

DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MEDAN

TUGAS AKHIR

RAHELLA AZMI 112401056

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

SINTESIS POLIURETAN DARI ASAM LEMAKTEREPOKSIDASI MINYAK JAGUNG MELALUI PROSES HIDROKSILASI

(2)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

RAHELLA AZMI 112401056

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

PERSETUJUAN

Judul : SINTESIS POLIURETAN DARI ASAM LEMAK

(3)

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : RAHELLA AZMI

NomorIndukMahasiswa : 112401056

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2014

Diketahui oleh :

Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dr.Rumondang Bulan, MS Eddiyanto, Ph.D

NIP : 195408301985032001 NIP : 196704251994031012

PERNYATAAN

SINTESIS POLIURETAN DARI ASAM LEMAK TEREPOKSIDASI MINYAK JAGUNG MELALUI PROSES HIDROKSILASI

(4)

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Allhamdulillahi-rabbil'allamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-NYA kepada kita semua, serta shalawat beriring salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah Yang Berjudul “SINTESIS POLIURETAN DENGAN ASAM LEMAK TEREPOKSIDASI MINYAK JAGUNG

MELALUI PROSES HIDROKSILASI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA

SAWITMEDAN”.

Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Eddiyanto,Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah berbaik hati membimbing saya sampai tugas akhir ini selesai dikerjakan

2. Ibu Rumondang Bulan.M.S, selaku ketua Departemen Kimia.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar,M.Si, selaku dosen ketua program Studi D-3 Kimia. 4. Seluruh Dosen dan Staf Program D-3 Kimia.

5. Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda Syahbuddin dan Ibunda Zumiaty, Lili Fatma Sari selaku adikyang penulis sayangi yang telah memberikan dukungan moril dan materil, serta dukungan doa yang telah menguatkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapak Dr.Eka Nuryanto selaku pembimbing lapangan di PPKS Medan, serta seluruh jajaran peneliti dan teknisi laboratorium OK PPKS Medan.

7. Penulis juga berterima kasih kepadaAdryan Handika, Irma, Rufina, Widya Mustika Sari, Rika Hariaty teman terbaik penulis yang telah memberi motivasi lebih agar penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

8. Buat rekan-rekan Mahasiswa Kimia Industri khusunya stambuk 2011.

(6)

ABSTRAK

(7)

POLYURETHANE SYNTHESIS OF CORN OIL FATTY ACID EPOXIDIZEDWITHHYDROXYLATION PROCESS

IN PALM OIL RESEARCH CENTER MEDAN

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Singkatan x

Daftar Lampiran xi

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Sejarah Poliuretan 4

2.2. Minyak Jagung 6

2.3. Poliuretan 7

2.4. Reaksi Epoksidasi 9

2.5. Hidroksilasi 10

2.5. Spektrofotometer FT-IR 11

Bab 3. Metode Percobaan

3.1. Alat-alat 13

3.2. Bahan-bahan 13

3.3. Prosedur

3.3.1.Proses Epoksidasi 13

3.3.2.Pembuatan poliol dengan proses Hidroksilasi 14

3.3.3.Pembuatan poliuretan 15

3.3.4.Penentuan Bilangan Iodin 15

3.3.5.Penentuan Bilangan Oksiran 16

3.3.6.Penentuan Bilangan Hidroksil 16

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Data Hasil Pengamatan 18

4.2. Perhitungan 20

4.3. Reaksi 22

(9)

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 27

Daftar Pustaka 28

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.1. Komposisi Minyak Jagung 7

4.1. Bilangan Iodine 18

2.3. Bilangan Oksiran 18

4.1. Bilangan Hidroksil 19

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1. Rumus Bangun Asam Palmitat dan Asam Palmitat 7 2.2. Pembentukan Uretan dari Senyawa Isosianat Dengan

Alkohol 9

2.3. Reaksi Pembentukan Monomer Poliuretan 9

4.1. Reaksi Pembentukan Poliol 23

4.2. Reaksi Pembentukan Poliuretan 24

(12)

DAFTAR SINGKATAN

FT-IR = Fourier Transform Infrared RIM = Reaction Injection Molding

TDI = Toluen Diisosianat MDI = Metilen Diisosianat PU = Poliurethane

IPA = Isopropanol

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lamp Judul Halaman

1. Pembuatan Reagen dan Standarisasi 30

2. Gelombang Spektrum FT-IR Hasil Penelitian 32

(14)

ABSTRAK

(15)

POLYURETHANE SYNTHESIS OF CORN OIL FATTY ACID EPOXIDIZEDWITHHYDROXYLATION PROCESS

IN PALM OIL RESEARCH CENTER MEDAN

ABSTRACT

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, kebutuhan poliuretan di dunia, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan

yang sangat pesat. Hal ini disebabkan karena poliuretan tersebut digunakan sebagai bahan

pembuatan elastomer, perekat, dan lain-lain. Sebagian besar poliuretan dibuat dari poliol

yang bersumber dari minyak bumi. Namun minyak bumi merupakan bahan yang tidak dapat

diperbaharui dan terbatas. Sehingga mendorong semua pihak untuk mencari bahan baku

alternatif untuk pembuatan poliol. Minyak nabati merupakan salah satu bahan baku alternatif

yang dapat digunakan untuk pembuatan poliol yang akhirnya akan digunakan pada produksi

poliuretan. Dibandingkan dengan poliol berbahan baku minyak bumi (petrokimia), poliol

berbahan baku minyak nabati memiliki kelebihan tersendiri karena kelimpahannya dan dapat

diperbaharui. Indonesia mempunyai sumber daya nabati yang melimpah. Beberapa macam

sumber nabati di Indonesia yang dapat menghasilkan minyak nabati seperti, minyak kedelai,

minyak bunga matahari, minyak zaitun, minyak jagung, minyak kanola dan minyak kacang.

Maka dari itu sumber nabati yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan poliol yaitu Minyak

jagung.Provinsi penghasil jagung di Indonesia yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung,

Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan

Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun. Dengan demikian

minyak jagung dapat dijadikan bahan baku alternatif pembuatan poliol poliuretan.Biji jagung

menghasilkan minyakyang potensial dikembangkan untuk pembuatanpoliuretan di Indonesia.

Kelebihan minyak jagung sebagaibahan baku poliuretan adalah kandungan asam lemak bebas

di dalam minyak jagung yang dapat ditransformasi menjadi poliol. Agar penggunaan minyak

(17)

pembuatan poliuretan berjalan baik, maka dibutuhkan fungsi hidroksil. Gugus hidroksil dapat

dengan mengganti bagian tidak jenuh melalui reaksi epoksidasi diikuti pembuatan cicin yang

dapat disempurnakan dengan penambahan alkohol, amino alkohol atau asam.

Molekul-molekul minyak nabati yang mengandung ikatan rangkap secara kimia ditransformasi

membentuk gugus hidroksil pada tekanan atmosfer melalui reaksi epoksidasi, minyak nabati

direaksikan dengan peroksida untuk membentuk minyak nabati yang terepoksidasi.

Selanjutnya, minyak nabati yang terepoksidasi dilakukan hidroksilasi untuk membentuk

poliol berbasis minyak nabati.Setelah itu, poliol yang dihasilkan direaksikan dengan

isosianat lalu menghasilkan poliuretan. Jenis senyawa diisosianat yang digunakan adalah

toluen diisosianat (TDI).

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka sebagai permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana menghasilkan poliuretan dari asam lemak terepoksidasi

minyak jagung melalui proses hidroksilasi.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apakah minyak jagung dapat dijadikan alternatif minyak nabati untuk

pembuatan poliol sebagai bahan baku poliuretan.

1.4 Manfaat

Melalui hasil penelitian ini diharapkan salah satu cara meningkatkan pemanfaatan minyak

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Poliuretan

Usaha menciptakan polimer poliuretan pertama kali dirintis oleh Otto Bayer dan

rekan-rekannya pada tahun 1973 di labolatorium I.G. Farben di Leverkusen, Jerman. Mereka

menggunakan prinsip polimerisasi adisi untuk menghasilkan poliuretan dari diisosianat cair

dan polieter cair atau diol poliester seperti menunjuk ke berbagai kesempatan spesial,

khususnya saat dibandingkan dengan berbagai plastik yang dihasilkan dari olefin, atau

dengan polikondensasi. Awalnya, usaha difokuskan pada produksi serat dan busa yang

fleksibel. Kendati pengembangan terintangi oleh Perang Dunia II (saat itu PU digunakan

dalam skala terbatas sebagai pelapisan pesawat), poliisosianat telah menjadi tersedia secara

komersial sebelum tahun 1952. Produksi komersialnya busa poliuretan yang fleksibel dimulai

pada 1954, didasarkan pada toluena diisosianat (TDI) dan poliol poliester. Penemuan busa ini

(yang awalnya dijuluki keju Swissimitasi oleh beberapa penemu) adalah berkat jasa air yang

tak sengaja dicampurkan ke dalam campuran reaksi. Bahan-bahan ini digunakan pula untuk

memproduksi busa kaku, karet gom, dan elastomer. Serat linear diproduksi dari

heksametilena diisosianat (HDI) dan 1,4-butanadiol (BDO).Poliol polieter yang tersedia

secara komersial untuk pertama kalinya, poli(tetrametilena eter) glikol, diperkenalkan oleh

DuPont pada 1956 dengan mempolimerisasikan tetrahidrofuran. Glikol polialkilena yang tak

begitu mahal diperkenalkan BASF dan Dow Chemical setahun selanjutnya, 1957. Poliol

polieter menawarkan sejumlah keuntungan teknis dan komersial seperti biaya yang rendah,

penanganan yang mudah, dan stabilitas hidrolitik yang lebih baik dan poliol poliester bisa

digantikan dengan cepat dalam pembuatan barang-barang dari poliuretan. Pada 1960lebih

dari 45.000 ton busa poliuretan yang fleksibel diproduksi. Seiring dengan perkembangan

(19)

metilena difenil diisosianat (MDI) menjadi bukti dan penggunaan busa kaku poliuretan

sebagai bahan isolator berkinerja tinggi. Busa kaku yang didasarkan pada MDI polimerik

menawarkan karakteristik pembakaran dan stabilitas suhu yang lebih baik daripada busa kaku

berbasis TDI.

Dalam 1967 diperkenalkan busa kaku poliisosianurat yang termodifikasi uretana,

menawarkan sifat yang tak mudah terbakar serta stabilitas termal yang jauh lebih baik kepada

berbagai produk isolator berdensitas rendah. Selain itu, dalam era 1960-an diperkenalkan

pula sejumlah komponen pengaman bagian dalam otomotif seperti panel pintu dan instrumen

yang dihasilkan dengan kulit termoplastik isian penguat dengan busa semi-kaku Pada

1969,Bayer AG memamerkan sebuah mobil yang semua komponennya dari plastik di

Dusseldorf, Jerman. Komponen-komponen mobil itu dibuat dengan menggunakan sebuah

proses baru bernama RIM (Reaction Injection Molding). Teknologi RIM menggunakan

tumbukan bertekanan tinggi dari komponen cair yang dilanjutkan dengan mengalirkan

campuran reaksi dengancepat ke dalam rongga cetak. Bagian-bagian berukuran besar, seperti

panel bodi dan fasia otomotif, bisa dicetak dengan cara tersebut. Polyurethane RIM lambat

laun berkembang menjadi berbagai macam produk serta proses. Penggunaan teknologi

trimerisasi dan pemuai rantai diamina memberikan poli(uretana urea), poli(uretana

isosianurat), dan poliurea RIM. Penambahan bahan pengisi, seperti kaca berigi (milled glass),

mika, dan serat mineral olahan menghasilkan RRIM (reinforced RIM atau RIM yang

diperkuat) yang memberikan berbagai peningkatan dalam modulus lendut (kekakuan) dan

stabilitas termal. Modulus lendut semakin ditingkatkan dengan memasukkan glas mat

praletak ke dalam rongga cetak RIM, yang juga dikenal sebagai SRIM, atau struktural RIM.

Elastomer poliuretan yang sangat terisi maupun yang tak terisi kini digunakan dalam

(20)

2.2. Minyak Jagung

Indonesia merupakan salah satu negarapenghasilminyak jagung, karena itu selain sebagai

bahan pangan perlu juga dicari alternatif pemanfaatan lainnya dengan usaha mengubah

minyak nabati menjadi produk lain yang nilai ekonomisnya lebih tinggi. Komponen utama

minyak jagung adalah Asam lemak meliputi asam lemak jenuh (palmitat danstearat) serta

asam lemak tidak jenuh, yaitu oleat (omega 9) dan linoleat(omega-6). Pada minyak jagung

terkandung linolenat (omega-3). Jumlah asam lemak jenuh dalam minyak jagung sekitar 13

persen. Golongan asam lemak jenuh menyusun trigliserida minyak jagung adalah asam

palmitat dan asam stearat. Asam palmitat mempunyai atom c sebanyak 16 persen titik cair

62,9oC dan besarnya kurang lebih sekitar 10 persen dari berat minyak. Asam stearat

mempunyai jumlah atom c sebanyak 18 dengan titik cair 69,6oC dan jumlahnya sekitar 3

persen dari berat minyak. Rumus bangun asam palmitat dan asam stearat adalah sebagai

berikut (gambar 2.1)

H C (CH2)13 C C

Gambar 2.1 (a) asam palmitat (b) asam stearat H C (CH2)15 C C

Minyak jagung juga memiliki asam lemak tidak jenuh sebagai penyusunnya yaitu asam oleat

dan asam linolenat . asam oleat mempunyai titik cair sekitar 16,3oC dan dalam minyak jagung

jumlahnya kurang lebih 30 persen dari berat minyak. Asam linolenat mempunyai titik cair

sekitar -5oC dan jumlah asam linoleat dalam minyak jagung sekitar 56 persen dari berat

minyak. (tabel 2.1) komosisi minyak jagung (ketaren,1986)

(21)

Komponen Jumlah (%)

1. Total Gliserida 98,6

2. Bahan tidak tersabunkan:

Total 1,26 - 1,63

Siosterol 0,92 – 1,08

3. Asam lemak (persen dari total asam)

a. Asam lemak jenuh 13

Sumber : ketaren (1986)

2.3 Poliuretan

Poliuretan merupakan bahan polimer yang mempunyai ciri khas adanya gugus fungsi uretan

(-NHCOO-) dalam rantai utama polimer. Gugus fungsi uretan dihasilkan dari reaksi antara

senyawa yang mengandung gugus hidroksil (-OH) dengan senyawa yang mengandung gugus

isosianat (-NCO-). Poliuretan merupakan polimer termoset yang terbentuk dari reaksi antara

senyawa diisosianat dengan senyawa polifungsi yang mengandung sejumlah gugus fungsi

hidroksil (poliol). Sumber poliol yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jagung.

Poliuretan dapat disintesis dengan densitas bervariasi mulai dari 6 kg/m3 hingga 1220 kg/m3

serta kekakuan yang bervariasi pula mulai dari elastomer yang sangat fleksibel hingga plastik

kaku dan rigid. Dengan demikian produk poliuretan dapat berupa elastomer termoplastik

linier yang lunak sampai busa termoset yang keras. Bervariasinya densitas dan kekakuan

poliuretan, sehingga produk poliuretan dapat dijumpai pada berbagai bidang kehidupan. Di

bidang otomotif, poliuretan dapat dijumpai sebagai komponen kendaraan yang meliputi

bagian eksterior dan interior misalnya bumper, panel-panel body, dan tempat duduk (Woods,

1987). Di bidang kedokteran, poliuretan digunakan sebagai bahan pelindung muka, kantung

(22)

Selain itu, poliuretan telah digunakan pula untuk furniture, bangunan dan konstruksi,

insulasi tank dan pipa, pabrik pelapis, alat-alat olahraga, serta sebagai bahan pembungkus.

Selama ini poliol diproduksi dari produk turunan minyak bumi yaitu etilen oksida dan

propilen oksida. Mengingat minyak bumi merupakan bahan baku yang tidak terbarukan dan

cadangannya semakin berkurang, serta makin meningkatnya permintaan poliol maka sebagai

alternatif pengganti minyak bumi, dipilih minyak nabati. Minyak nabati berasal dari sumber

yang dapat diperbaharui. Molekul minyak nabati dapat ditransformasi secara kimia untuk

menghasilkan gugus hidroksil dengan reaksi epoksidasi dan hidroksilasi(Faleh,2001). Berikut

pembentukan uretan dari senyawa isosianat dengan alkohol (gambar 2.2) :

R N C O + R'OH R NH C

O

OR'

isocyanate alcohol carbamate

(urethane)

Gambar 2.2 Reaksi pembentukan uretan dari senyawa diisosianat dengan alkohol

Reaksi yang melibatkan monomer-monomer pada pembentukan poliuretan yaitu gugus sianat

(23)

2.4. Reaksi Epoksidasi

Epoksida minyak dan asam lemak nabati merupakan produk komersial utamanya

digunakan sebagai stabilizerpolivinil klorid (PVC) dan polimer-polimer yang lain, dan bahan

intermediet pada pembuatan biolubricant dan deterjen serta sebagai proses awal pembuatan

poliol bahan dasar poliuretan. Epoksidasi asam lemak adalah reaksi antara ikatan rangkap

karbon-karbon yang terdapat di dalam asam lemak tidak jenuh dengan oksigen aktif. Proses

ini menghasilkan penambahan atom oksigen sehingga merubah ikatan rangkap tersebut

menjadi cincin epoksi (oksiran).

Metoda epoksidasi bervariasi tergantung pada keadaan reaktan dan katalis yang

digunakan. Untuk memproduksi epoksida dari tipe molekul yang memiliki ikatan rangkap,

metoda yang dapat digunakan diantaranya: (a) epoksidasi dengan asam perkarboksilat yang

dapat memakai katalis asam atau enzim(b) epoksidasi dengan peroksid organik dan anorganik

yang menggunakan katalis logam transisi (c) epoksidasi dengan halohidrin dikatalis oleh

asam hipohalous (HOX) dan garamnya serta (d) epoksidasi dengan oksigen molekuler. Dari

empat metoda diatas, epoksidasi dengan asam perkarboksilat banyak dikembangkan untuk

dihasilkan proses yang bersih dan efisien.Penggunaan katalis asam sulfat pada reaksi

epoksidasi telah dikaji oleh beberapa peneliti karena biayanya yang murah dancukup efektif .

Namun demikian penggunaan katalis asam sulfat ini memiliki kekurangan diantaranya mudah

terjadinya degradasi cincin oksiran. Beberapa usaha yang bisa dilakukan untuk menghambat

terjadinya degradasi cincin oksiran diantaranya adalah penambahan sejumlah pelarut dan

pengaturan jumlah katalis yang digunakan.

2.5. Hidroksilasi

Proses hidroksilasi merupakan proses memasukkan gugus hidroksil kedalam minyak jagung

(24)

hidroksil dari pembukaan cincin oksiran. Contoh alkohol atau campuran alkohol yang bisa

digunakan dalam reaksi hidrokssilasi adalah golongan monoalkohol (alkohol tunggal), seperti

metanol, etanol, dan propanol. Perbandingan yang dipakai dalam sintesis ini adalah 1:8.

Poliuretan secara umum dibentuk dari reaksi antara dua atau lebih gugus fungsi hidroksil

dengan dua atau lebih gugus isosianat dan jenis reaksinya dinamakan juga reaksi poliaddisi

(Randal dan Lee, 2002).

2.6. Spektrofotometer FT-IR

FT-IR singkatan dari Fourier Transform InfraRed, metode yang disukai spektroskopi

inframerah. Dispektroskopi inframerah, radiasi IR dilewatkan melalui sampel. Beberapa

radiasi inframerahdiserap oleh sampel danbeberapa itu melewati(Ditransmisikan). Hasil dari

paket tersebutspektrum merupakan molekulpenyerapan dan transmisi,menciptakan sidik jari

molekulsampel. Seperti sidik jaritidak ada dua molekul yang unikstruktur menghasilkan

spektrum inframerah yang sama. Hal ini membuatspektroskopi inframerah berguna

untukbeberapa jenis analisis.Spektrum inframerah merupakan sidik jari dari sampel dengan

puncak serapan yangsesuai dengan frekuensi getaran antara ikatan atom yang membentuk

materi.Karena setiap bahan yang berbeda adalah kombinasi unik dari atom, tidak ada dua

senyawa menghasilkantepat spektrum inframerah yang sama. Oleh karena itu, spektroskopi

inframerah dapat menghasilkan identifikasi positif(Analisis kualitatif) dari setiap jenis materi

yang berbeda. Selain itu, ukuran puncak dalamspektrum merupakan indikasi langsung

dari jumlah yang hadir material. Dengan algoritma perangkat lunak modern,

inframerah adalah alat yang sangat baik untuk analisis kuantitatif. Dengan demikian, Fourier

Transform Infrared (FT-IR) teknik telah membawa signifikan praktiskeuntungan untuk

spektroskopi inframerah. Hal ini dimungkinkan perkembangan banyak sampel baruteknik

(25)

lebih tuateknologi. Hal ini telah membuat penggunaan analisis inframerah hampir tak

terbatas. (Madison, 2001)

(26)

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan untuk melakukan prosedur adalah Gelas Ukur 100mL,50mL,10mL

(Pyrex), Labu Leher Tiga 500mL (Pyrex), Pipet Tetes, Corong Pisah 250mL (Pyrex), Termometer (Ika), Hot plate, Magnetik Stirer, Beaker Glass 250mL (Pyrex), Rotarievaporator (Eyela), pH meter (Mettler Toledo), Labu Erlenmeyer 250mL (Pyrex), Botol Aquadest, Refluks, Kondensor, Statif dan Klem, Buret, Vacum, Aluminium Foil, untuk menganalisis

hasil sebelum dan sesudah sintersis dengan menggunakan Spektrofotometer FT-IR

3.1.2. Bahan-Bahan

Bahan yang digunakan pada saat penelitian adalah Minyak jagung, Asam Asetat 90%, H2SO4,

Hidrogen peroksida (H2O2) 30%, Minyak hasil epoksidasi, Metanol, Isopropanol (IPA),

H2SO4 (p) , Choloform, Larutan Wijs, Larutan KI 10%, KOH-Alkohol 0,5 N, Indikator

PP, Reagen Asetilasi, HBR, CH3CHOOH glasial 100%, indikator penta violet, KHP, Toluen

Diisosianat (TDI).

(27)

3.1.3.1. Proses Epoksidasi

Proses epoksidasi ini berlangsung dengan menggunakan minyak jagung sebanyak 50 mL

lalu dimasukkan kedalam labu leher tiga 500mL ditambahkan 60 mL asam asetat 90%, 30

mL H2O2 dan 2 mL H2SO4 dimasukkan bahan-bahan tersebut secara perlahan diaduk

dengan magnetik stirer pada suhu 60oC selama 4 jam setelah itu didinginkan produk dan

dipindahkan kedalam corong pisah untuk diambil fase minyak, kemudian minyak yang

diperoleh didestilasi untuk menghilangkan pelarutnya pada suhu 80 ± 0,5oC kemudian di

cek pHnya. Selanjutnya minyak dicuci dengan air panas sebanyak 2 kali selama 15 menit

untuk menghilangkan asam dan menetralkan pH. Minyak dan aquades dipisahkan dengan

corong pisah,Selanjutnya dianalisis bilangan oksiran dan bilangan iodine serta gugus

fungsi dengan FT-IR

3.1.3.2. Pembuatan poliol dengan proses Hidroksilasi (ifa et al, 2007)

Didalam proses ini digunakan perbandingan methanol dan isopropal dengan

perbandingan 1:8 kemudian dimasukkan kedalam labu leher tiga lalu ditambahkan

minyak hasil epoksidasi sebanyak 20 gram kedalam labu leher tiga secara pelahan-lahan

diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer. Ketika campuran diaduk, ditambahkan 1

gram H2SO4 (p) dan dipertahankan suhu pada 50oC selama 2 jam, setelah 2 jam hasil

didinginkan sampai suhu kamar. Campuran kemudian dituangkan pada corong pisah.

Selanjutnya ditambahkan choloform untuk membentuk lapisan organik sambil dikocok

dan didiamkan beberapa jam sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah hasil

poliol (produk) yang berwarna kuning dan lapisan bawah adalah sisa reaktan yang jernih

(fasa organic) diambil fasa organik yang terletak pada bagian bawah. Dikeringkan larutan

untuk memperoleh larutan berwarna kuning yang merupakan poliol. Selanjutnya hasil

(28)

3.1.3.3. Pembuatan poliuretan

Dimasukkan 20 ml TDI kedalam Beaker gelas lalu ditambahkan 5 mLpoliol dari minyak

jarak pagar, campuran diaduk selama 20 menit pada suhu 40oChasil reaksi dihentikan dan

dibiarkanpada suhu kamar untuk dikarakterisasi dengan FTIR

3.1.3.4. Penentuan Bilangan Iodin

Analisis ini dilakukan terhadap minyak jagung sebelum dan sesudah epoksidasi.

Ditimbang sampel sebanyak ±0,25 gram kedalam gelas erlenmeyer yangbertutup lalu

ditambahkan 20 mL sikloheksana kemudian dikocok/diguncang untukmemastikan sampel

telah benar – benar larut. Di tambahkan 25 mL larutan Wijs kedalamnya kemudian di tutup

dan di kocok agar campuran telah benar-benarbercampur dan di simpan tabung tersebut

dalam ruang gelap selama ±30 menit.Diambil bahan tersebut dari tempat penyimpanan dan

ditambahkan 20 mL larutan KI10 % dan 150 mL air suling. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3

0,1 N sampai warnakuning hampir hilang (kuning pucat). Ditambahkan 1-2 mL indikator

patikedalamnya dan dititrasi kembali sampai warna biru hilang. Dilakukan hal yang

samaterhadap larutan blanko dan di hitung dengan :

Bilangan Iodin = (B−S) × N × 12,69

Massa sampel (gram)

Keterangan :

B = Volume Blanko (mL)

S = Volume Sampel (mL)

N = Normalitas Na2S2O3

(29)

Analisis ini digunakan untuk manganalisis hasil sebelum dan sesudah epoksidasi.

Ditimbang 0,5 gram sampel kedalam erlenmeyer 100mL yang bertutup, kemudian

ditambahkan 10mL asam asetat glasial 100% kedalam erlenmeyer, ditambahkan indikator

penta violet 3 tetes. Setelah itu dititrasi dengan larutan HBr 0,1N sampai menjadi warna

hijau. Sebaiknya pada saat titrasi digunakan buret mikro dan atas buret ditutup dengan

menggunakan aluminium foil. Bilangan oksiran dapat dihitung dengan

BilanganOksiran = V × N × 1,60

beratsampel (gram)

Keterangan :

V = Volume Titrasi (mL)

N = Normalitas HBr (N)

3.1.3.6. Penentuan Bilangan Hidroksil

Analisis ini dilakukan terhadap minyak jarak dan polihidroksi yang diturunkan dari minyak

jagung

Ditimbang 1 gram sampel ke dalam labu dan di tambahkan 5 mL reagen asetilasi

(asam asetat an hidrida dalam pyridin) dan di refluks pada suhu 95-1000C

selama 1 jam. Setelah itu ditambahkan 10mL aquadest, dan diteruskan refluks selama 10

menit. Didinginkan pada suhu kamar (dibiarkan diatas hotplate), kemudian dibilas dengan

10mL butanol netral dan ditampung kedalam erlenmeyer setelah itu di bilas lagi

menggunakan 10mL butanol netral, diaduk dan ditambahkan 3 tetes indikator pp dan dititrasi

dengan koh-alkohol 0,5N sampai berwarna merah rose, dicatat volume KOH-Alkohol yang

(30)

ditimbang lagi sampel sebanyak 1 gram kedalam erlenmeyer bertutup + 10 mL

pyridin, kemudian ditambahkan 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan koh-alkohol 0,5N

sampai terjadi perubahan warna menjadi merah rose. Selanjutnya dicatat volume

KOH-Alkohol yang terpakai. Bilangan Hidroksil dapat dihitung dengan rumus :

Bilangan Hidroksil =� E +�A × D

C � − B�× N × 56,1

Keterangan :

A = Berat Sampel 1 (gram)

B = Volume Titrasi 1 (mL)

C = Berat Sampel 2 (gram)

D = Volume Tirasi 2 (mL)

E = Volume Titrasi Blanko(mL)

N = Normalitas KOH-Alkohol 0,5N

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan

Proses pembentukan poliuretan dilakukan dengan perbandingan polyol : TDI = 20:5 (mL).

Setelah itu dilakukan analisa untuk seluruh bahan sebelum dan sesudah sintesis. Analisa yang

digunakan ialah Analisa bilangan iod, analisa bilangan oksiran oksigen, dan analisa bilangan

hidroksil. Hasil analisa tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

4.1.1. Data

Tabel 4.1 Bilangan Iodine

Sampel Berat rata-rata sampel (M)

Tabel 4.2 Bilangan Oksiran

Sampel Berat rata-rata sampel (M)

Tabel 4.3 Bilangan Hidroksil

Sampel A B C D E

Bilangan Hidroksil(mg

(32)

Minyak

Tabel 4.4. Bilangan gelombang spektrum FT-IR EMJ dan PMJ

Bilangan Gelombang (cm-1)

Jenis gugus Fungsi

EMJ PMJ

- 580,31 Bengkokan Keluar Dari =CH

722,59 815,09 Bengkokan Keluar Dari =CH

1162,29 1161,06 C-O Ester

1459,52 1464,22 Rentangan Metilen -CH2-

1741,62 1735,16 C=O Ester

2853,32 2854,68 Metilen -CH2-

2922,53 2924,31 Rentangan CH3 Alkana

- 3364,24 Gugus OH

Tabel 4.5 Bilangan gelombang spektrum FT-IR Poliuretan

Bilangan Gelombang (cm-1) Jenis gugus Fungsi

1015,82-1177,35 Serapan C - O Uretan

1381,92 Amida Sekunder

1449,48 Allofanat Poliuretan

1727,55 Uretan

3417,94 Amina

4.2. Perhitungan

4.2.1 Bilangan Iodine

(33)

= (10,2−9,3)×0,0999×12,69

4.2.2 Bilangan Oksiran

Minyak jagung =mL titrasi ×NHBr ×1,60

4.2.3 Bilangan Hidroksil

Minyak Jagung =�E +�A × D

C � − B�× N × 56,1)

= 56,7 +( 1,0008 ×0,075

(34)

= 34,6761

Poliol Minyak Jagung = �E +�A × D

C � − B�× N × 56,1)

= 56,7 +( 1,0058 ×3,70

1,0005 – 47,65) ×0,4497 × 56,1)

= 346,9731

4.3. Reaksi

Reaksi Pembentukan Poliol

HC

O

OH

+ H

2O2 HC

O

O-O-H

+ H2O

Hidrogen

Peroksida Peracid

(35)

H2C O C-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-CH3

Gambar 4.1 Reaksi pembentukan poliuretan

(36)

+

Gambar 4.2 Reaksi Pembentukan Poliuretan

4.4. Pembahasan

Dari (Tabel 4.1) dapat di simpulkan bahwa bilangan iodine minyak jagung sebesar 8,7162

dan bilangan iodine minyak hasil epoksidasi sebesar 6,9275 dan diikuti dengan Hasil analisa

bilangan oksiran minyak jagung (tabel 4.2) sebesar 0,1972 dan bilangan oksiran hasil

epoksidasi sebesar 0,110. Ini menunjukkan bahwa proses epoksidasi telah berlangsung

sempurna ditunjukkan dengan melihat penurunan bilangan iodine dan kenaikan bilangan

oksiran dari minyak sebelum dan sesudah epoksidasi. Bilangan oksiran minyak hasil

epoksidasi yang didapat sangat kecil hal ini dikarenakan minyak jagung mungkin tidak semua

ikatan rangkap minyak jagung terkonversi menjadi epoksida. Mungkin juga pengaruh

(37)

menunjukkan kenaikan bilangan hidroksi yang cukup signifikan dari 34,6761 menjadi

346,9731. Ini menunjukkan kalau poliol yang dihasilkan telah terbentuk sempurna.

Reaksi epoksidasi minyak jagung juga dapat dilihat dengan menggunakan

spektofotometri FTIR. Hasil yang didapat (tabel 4.3) menunjukkan dengan adanya

gugus-gugus fungsi dari minyak jagung terepoksidasi dijelaskansebagai berikut. Adanya serapan

C-O ester pada 1162,29 cm-1, serapan C=O esterpada 1741,62 cm-1 dan serapan pada 2853,32

cm-1 menunjukkan rentangan -CH2-(metilen) yang diperkuat dengan serapan pada 1459,52

cm-1, menunjukkan adanyatrigliserida yang mengikat asam lemak terepoksidasi(lampiran 2

minyak epoksidasi). Serapan pada daerah ~3000cm-1 (sebelah kanan) yaitu pada 2922,53 cm

-1

menunjukkan rentangan CH3alkanayang berada pada bagian ujung dari struktur

trigliserida.Pada bilangan spektrum FTIR poliol (lampiran 2 poliol)menunjukkan masih

terdapatnya bengkokan Keluar Dari =CH pada 815,09. Ini menunjukkan epoksida tidak

sepenuhnya menjadi poliol. Tetapikemunculan puncak pada daerah bilangan gelombang

3364,24 cm-1 yang merupakan serapan khas pada gugus –OH mengidentifikasikan

terbentuknya poliol. Dengan kata lain poliol yang telah terbentuk dapat dijadikan bahan

untuk membuat poliuretan dan direaksikan dengan senyawa Diisosianat, di sini penulis

memakai pereaksi TDI.

Setelah poliol direaksikan dengan Toluen Diisosianat maka didapat hasil larutan

kuning kental dan dibiarkan pada suhu kamar terbentuk padatan keras. Ini menunjukkan

terbentuknya poliuretan. Poliuretan yang didapat selanjutnya diuji dengan spektrofotometri

FTIR dan hasilnya (tabel 4.5) menunjukkan bahwa bilangan gelombang 1449,48 ialah

serapan allofanat poliuretan dan pada bilangan gelombang 1015,82-1177,35 terjadi Serapan C

(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil bahwa minyak jagung dapat digunakan sebagai

poliol untuk menghasilkan poliuretan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisa bilangan

iodine yaitu terjadi penurunan dari 8,7162 g Iod/100g sampel menjadi 6,9275 g Iod/100g

sampel dan bilangan oksirannya menunjukkan kenaikkan dari 11,01% menjadi 19,72% untuk

hasil epoksidasinya. Sedangkan untuk hasil poliol digunakan analisa hidroksil dengan

kenaikkan cukup signifikan dari 34,6761 mg KOH/g sampel menjadi 346,9731mg KOH/g

sampel. Dengan hasil yang ini dapat disimpulan poliuretan yang dihasilkan adalah poliuretan

yang bersifat kaku. Hasil sintesis poliuretan yang didapat (gambar 5.1).

(39)

5.2 Saran

1. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya usahakan suhu yang digunakan pada saat

epoksidasi dan hidroksilasi stabil sehingga poliol yang dihasilkan semakin bagus.

2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya ditambahkan chain extender ethylene glycol

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Cowd, M,A. 1991. Kimia Polimer. ITB. Bandung.

Hartomo, A. J. 1993. Dasar-Dasar Profesi Politeknik Pemrosesan Polimer Praktis. Ed. Ke 1. Penerbit Andi Offset Yogyakarta. 100.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak. Penerbit UI-press. Jakarta.

Madison. 2001. Introduction to Fourier Transform Infrared Spectrometry. A Thermo nicolet corporation all rights. Worldwide.

Nicholson, J. W. 1997. Polyurethanes. dalam The Chemistry of Polymers. 2nded. The Royal Society of Chemistry. Cambridge.

Pigott, K.A. 1996. Urethan polymers. dalam Kirk-Othmer Encyclopedia of

ChemicalTechnology. A Wiley-Interscience Publication John Wiley & Sons.Inc.

Randall, D., and Lee, S. 2002. The polyurethane Book. John Wiley & Sons, LTD. Everberg Belgium.

(41)
(42)

Lampiran 1. Pembuatan Reagen dan Standarisasi

1. Analisa Bilangan Iodine

- Pembuatan indikator amilum

1 gram tepung amilum dilarutkan dengan 100mL aquadest panas, setelah itu

dihomogenkan lalu disaring panas-panas.

- Pembuatan KI 10%

Ditimbang kristal KI dan dihomogenkan dalam 100mL aquadest

- Pembuatan larutan Na2S2O4 . 5H2O

Sebanyak 25 gram Na2S2O4 . 5H2O kedalam labu ukur 1000mL. Diencerkan

dengan aquadest sampai garis batas.

2. Analisa Bilangan Oksiran

- Pembuatan HBR 0,1 N

Diukur HBR pekat 15 mL dan 100ml asam asetat glasial 100%. Dihomogenkan

lalu dimasukkan kedalam botol gelap

3. Analisa Bilangan Hidroksil

- Pembuatan reagen asetilasi (1:3)

Sebanyak 25mL asam asetat anhidrat dimasukkan kedalam labu takar 100mL lalu

diencerkan dengan 75ml pyridin sampai gars batas lalu dihomogenkan.

- Pembuatan KOH-Alkohol 0,5 N

Ditimbang KOH sebanyak 7,0125 gram kemudian dimasukkan kedalam labu ukur

250mL, diencerkan hinggan garis batas.

4. Standarisasi KOH-Alkohol 0,5 N

Sebanyak 0,5 gram asam oksalat dimasukkan kedalam labu erlenmeyer, lalu

ditambahkan 50mL aquadest, dan kocok hingga homogen. Ditambahkan 3 tetes

(43)

- Standarisasi Na2S2O4

Sebanyak 0,1 gram K2Cr2O2 (kalium dikromat) dimasukkan kedalam erlenmeyer

lalu ditambahkan 5mL HCl p.a, 15mL 15% dan 75mL aquadest lalu dikocok

hingga homogen. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O4 yang telah dibuat sampai

kuning kecoklatan lalu ditambahkan 1mL amilum 1% dan dititrasi sampai

berwarna biru kehijauan.

- Standarisasi HBR

Sebanyak 0,1 gram KHP (Kalium Hidrogen Phalat) dimasukkan kedalam labu

erlenmeyer bertutup, lalu ditambahkan 10mL asam asetat glasial 100% dan 3 tetes

(44)

Lampiran 2. Gelombang Spektrum FT-IR Hasil Penelitian

Spektrum FT-IR Minyak jagung

Spektrum FT-IR Epoksi Minyak Jagung

(45)

S1pektrum FT-IR Poliol Minyak Jagung

Spektrum FT-IR Hasil Sintesis Poliuretan

(46)

Lampiran 3. Gambar Hasil Setiap Proses Sintesis Poliuretan

1. Minyak Hasil Epoksidasi

2. Poliol Minyak Jagung

Gambar

Gambar 2.1 (a) asam palmitat (b) asam stearat
Gambar 2.2 Reaksi pembentukan uretan dari senyawa diisosianat dengan alkohol
Tabel  4.2 Bilangan Oksiran
Tabel 4.4. Bilangan gelombang spektrum FT-IR EMJ dan PMJ
+4

Referensi

Dokumen terkait

CPO sebagai bahan baku biodiesel alternatif P e n g g m m ~ CP6 sebagai bahan baku a!krmifakan memberilran keuahmgan yang jauh l&ih ekonomis dibanding dmgb

Penelitian ini menunjukkan apakah poliol dari minyak biji karet dapat digunakan untuk membuat perekat poliuretan dan mengetahui jenis PEG (Polietilen Glikol) yang

Penelitian dilakukan untuk mengetahui bahwa minyak biji karet alam (Havea brasiliensis) dapat digunakan sebagai sumber poliol dalam sintesa perekat poliuretan dengan

Dari deskripsi tentang Pembuatan Gliserol dari Crude Palm Oil dengan Proses Continuous Fat Splitting, dapat disimpulkan bahwa bahan baku yang digunakan diantaranya minyak

Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan poliol dari beberapa bahan dasar yang merupakan turunan komponen kimia minyak sawit, diantaranya yaitu asam oleat, gliserol

Polimerisasi antara senyawa poliol dengan isosianat dapat menghasilkan poliuretan yang memiliki beragam bentuk.Poliol yang digunakan dalam hal ini dapat bersumber dari alam

Polimerisasi antara senyawa poliol dengan isosianat dapat menghasilkan poliuretan yang memiliki beragam bentuk.Poliol yang digunakan dalam hal ini dapat bersumber dari alam

1.2 Perumusan Masalah Konsumsi minyak nabati di Indonesia masih di dominasi oleh minyak kelapa sawit sebesar 41 % menurut data Oil World 2014 GAPKI, 2014 tetapi minyak kelapa sawit