• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

NOVIYANA TANJUNG

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI

SUNGAI BUNUT DI KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA

KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Oleh:

NOVIYANA TANJUNG

110308001/KETEKNIKAN PERTANIAN

Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan seminar hasil di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S) (Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

i

ABSTRAK

NOVIYANA TANJUNG: Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Kecamatan Rawang Panca Arga sebagai daerah penghasil produksi padi terbesar di Kabupaten Asahan, perlu dikaji jaringan irigasinya yang menjadi sumber air untuk meningkatkan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Sungai Bunut di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji nisbah luas lahan beririgasi dengan luas lahan panen, nisbah jaringan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana, dan keandalan jaringan irigasi.

Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil bahwa keandalan jaringan irigasi belum cukup baik. Rata-rata nilai nisbah lahan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana 0,35, rata-rata nilai nisbah luas panen dengan luas lahan beririgasi 1,9 dan rata-rata nilai aras pencapaian produksi padi 56,75%.

Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.

ABSTRACT

NOVIYANA TANJUNG: The Study of Rice Potential Production on Sungai Bunut Irrigation Fields in Rawang Pamca Arga District Asahan Regency, supervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Rawang Panca Arga District as the largest of centra rice production in Asahan Regency, must be inspected on the irrigation system of rice field to hold out and increase production. The purpose of this research was to study the rice potential production on Sungai Bunut irrigation fields in Rawang Panca Arga district Asahan regency in achieving the maximum level of rice production based on sun radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research also studied the ratio between irrigation field and crops field, the ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation and realibility of existing irrigation networks.

In the year of 2009-2013, the results indicated that the irrigation network realibility was good enough. The average ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation was 0,35, the average ratio between irrigation field and crops field was 1,9, and the rice production target was 56,75%.

(4)

ii

RIWAYAT HIDUP

Noviyana Tanjung dilahirkan di Kisaran pada tanggal 12 November 1993 dari ayah Afrizal Tanjung dan ibu Massyuraipah Harahap. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA N. 2 Kisaran dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota bidang pengabdian masyarakat di organisasi Ikatan Mahasiswa Keteknikan Pertanian (IMATETA).

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staff pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, April 2015

(6)

iv

Penggunaan Air Irigasi Pada Tanaman Padi ... 10

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 12

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi ... 13

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah ... 14

Aras Pencapaian Produksi Padi ... 18

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Bahan dan Alat Penelitian ... 19

Metode Penelitian... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Parameter Penelitian Pertambahan Berat Kering Tumbuhan ... 21

Lama Waktu Pertumbuhan... 21

Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi ... 21

Koefisien Konversi Energi Surya ... 21

Luas Lahan Sawah ... 21

Luas Lahan Beririgasi ... 21

Luas Lahan Panen ... 21

Produktivitas Total ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 22

Rerata Radiasi Matahari ... 23

Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan ... 24

Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi ... 26

Nisbah Antara Luas Panen dengan Luas Lahan Beririgasi ... 30

Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilitas Produk Padi Sawah... 32

Aras Pencapaian Produksi Beras... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

(7)

v

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Nilai Rerata Radiasi Matahari ... 23

2. Potensi Produksi Beras Per Satuan Luas Lahan ... 25

3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah ... 27

4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi ... 29

5. Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas Irigasi ... 30

6. Kerusakan Areal Panen (Puso) ... 32

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 25

2. Luas Lahan Beririgasi ... 27

3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi ... 29

4. Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas Irigasi ... 31

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian ... 42

2. Perhitungan Rerata Radiasi Matahari... 43

3. Perhitungan Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 44

4. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi... 47

5. Perhitungan Aras Pencapaian Produksi Padi ... 48

6. Nilai Radiasi Matahari ... 49

7. Luas Lahan Beririgasi ... 50

8. Kerusakan Areal Panen (Puso), Produktivitas dan Luas Panen ... 51

9. Daftar Wawancara Petani ... 52

10. Daftar Wawancara Dinas Pertanian ... 54

11. Gambar Daerah Irigasi ... 55

12. Gambar Wawancara Petani ... 58

(10)

i

ABSTRAK

NOVIYANA TANJUNG: Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Kecamatan Rawang Panca Arga sebagai daerah penghasil produksi padi terbesar di Kabupaten Asahan, perlu dikaji jaringan irigasinya yang menjadi sumber air untuk meningkatkan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Sungai Bunut di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji nisbah luas lahan beririgasi dengan luas lahan panen, nisbah jaringan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana, dan keandalan jaringan irigasi.

Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil bahwa keandalan jaringan irigasi belum cukup baik. Rata-rata nilai nisbah lahan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana 0,35, rata-rata nilai nisbah luas panen dengan luas lahan beririgasi 1,9 dan rata-rata nilai aras pencapaian produksi padi 56,75%.

Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.

ABSTRACT

NOVIYANA TANJUNG: The Study of Rice Potential Production on Sungai Bunut Irrigation Fields in Rawang Pamca Arga District Asahan Regency, supervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Rawang Panca Arga District as the largest of centra rice production in Asahan Regency, must be inspected on the irrigation system of rice field to hold out and increase production. The purpose of this research was to study the rice potential production on Sungai Bunut irrigation fields in Rawang Panca Arga district Asahan regency in achieving the maximum level of rice production based on sun radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research also studied the ratio between irrigation field and crops field, the ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation and realibility of existing irrigation networks.

In the year of 2009-2013, the results indicated that the irrigation network realibility was good enough. The average ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation was 0,35, the average ratio between irrigation field and crops field was 1,9, and the rice production target was 56,75%.

(11)

1 Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Tanah persawahan merupakan media atau tempat tumbuh tanaman padi. Oleh karena itu, tanah tempat penyelenggaraan usaha pertanian pada umumnya yang tidak akan pernah habis terpakai ini mutlak harus tersedia. Indonesia merupakan negara agrararis, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan dengan berbagai cara: memberikan bimbingan kepada petani mengenai Panca Uasaha, intensifikasi khusus dan lain sebagainya (AAK, 1992).

Mawardi (2007) menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting dalam bercocok tanam. Selain jenis tanaman, kebutuhan air bagi suatu tanaman juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah, keadaan iklim, kesuburan tanah, cara bercocok tanam, luas areal pertanaman, topografi, periode tumbuh dan sebagainya. Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Cara pemberian air irigasi pada tanaman padi, tergantung pada umur dan varietas padi yang ditanam.

(12)

permukaan dapat menekan penggunaan air irigasi. Ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena : bertambahnya pengguna air untuk sektor industri dan rumah tangga, durasi curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim, cadangan sumber air lokal juga berkurang dan terjadinya pendangkalan waduk ( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009)

Makarim dan Suhartatik (2006) menyatakan bahwa penyediaan beras bagi penduduk Indonesia yang selalu bertambah memerlukan upaya nyata peningkatan produksi padi. Ketergantungan terhadap perluasan areal panen mungkin akan sulit ditempuh bagi usahatani padi, karena lahan subur akan semakin diperebutkan penggunaannya oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi dari padi. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi akan tetap menjadi andalan dalam peningkatan produksi padi.

Pada periode 2000 - 2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun 0,03% per tahun, maka konsumsi beras pada tahun 2010, 2015, dan 2020 diproyeksikan berturut-turut sebesar 32,13 juta ton, 34,12 juta ton, dan 35,97 juta ton. Pada tahun 2007, produksi padi meningkat sebesar 4,96% dibandingkan dengan tahun 2006 sedangkan pada tahun 2008, menurut angka ramalan BPS, produksi padi nasional mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling, meningkat 5,46% dibanding tahun 2007. Pencapaian ini telah mengantar Indonesia kembali meraih swasembada beras (Puslitbang Tanaman Pangan, 2014).

(13)

mempertahankan posisinya di lima besar lumbung beras Indonesia. Produksi padi Sumut pada 2013 sebesar 3.665.433 ton gabah kering giling yang setara 2.299.693 ton beras. Dengan produksi tersebut maka Sumut telah mampu berswasembada beras sebesar 122,50 persen. Atas dasar statistik jumlah penduduk Sumut 13.717.595 jiwa dengan produksi beras 2.299.693 ton maka Sumut surplus 422.440 ton atau swasembada 122,50 persen karena kebutuhan beras per tahun 1.877.253 ton. Sementara konsumsi beras masyarakat 136,85 kg per kapita per tahun.

Menurut Pusposutardjo dan Susanto (1993) bahwa potensi produksi padi seperti tanaman lainnya mempunyai suatu nilai batas tertentu. Hal ini akan ditentukan antara lain adalah jenis tanamannya, lama pengisian bulir padi sampai masak dan radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi sebagai energi pembentukan karbohidrat yang dihasilkan dari fotosintesis.

(14)

khususnya (manajemen irigasi) untuk kawasan lahan irigasi maka perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi padi yang ada pada lahan sawah irigasi di Kecamatan Rawang Panca Arga dalam aras pencapaian padi yang maksimal.

Penelitian mengenai kajian potensi produksi padi sebelumnya telah dilakukan oleh mahasiswa Keteknikan Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 yaitu sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) yang dilakukan oleh saudara Novita Sari Saragih, Triayu Purnama Sari, Rosianna Sianturi dengan daerah yang berbeda.

(15)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Sungai Bunut di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai kajian potensi produksi padi.

3. Bagi masyarakat untuk membantu petani dalam pengembangan produksi padi.

Batasan Masalah

1. Data skunder yang diperoleh dari dinas/ lembaga pemerintah terkait minimal 5 tahun terakhir.

(16)

6 Sistem Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi mempunyai ruang lingkup mulai dari penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian, pembagian dan penjatahan air pada areal pertanian, serta penyalur kelebihan air irigasi secara teratur. Sedangkan Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2006).

Dari segi kontruksi jaringan irigasinya, diklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu :

1. Irigasi sederhana

Adalah sistem irigasi yang sistem kontruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur, sehingga efisiensinya menjadi rendah.

2. Irigasi setengah teknis

(17)

3. Irigasi teknis

Adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi, dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.

4. Irigasi teknis maju

Adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan terukur pada seluruh jaringan dan diharapkan efisiensinya tinggi sekali

(Sostrodarsono dan Takeda, 1985).

Susanto (2006) menyatakan Pada tanaman padi sawah air irigasi diberikan dengan cara penggenangan. Adapun tujuan penggenangan adalah agar pemberian air cukup dan tetap stabil ke areal persawahan guna menjamin produksi padi. Air irigasi ini biasanya diberikan dengan cara pemberian terputus-putus (intermittent) dan pemberian terus-menerus (continuous). Penggenangan terus menerus adalah suatu cara pemberian air irigasi secara terus-menerus selama periode irigasi dan menjamin kebutuhan air sepanjang tahun serta menekan pertumbuhan tanaman pengganggu, juga mencegah kerusakan karena angin waktu tanaman masi muda. Tanaman Padi

(18)

beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Syekhfani, 2013).

Padi merupakan bahan makanan pokok sehari-hari pada kebanyakan penduduk di negara Indonesia. Padi dikenal sebagai sumber karbohidrat terutama pada bagian endosperma, bagian lain daripada padi umumnya dikenal dengan bahan baku industri, antara lain : minyak dari bagian kulit luar beras (katul), sekam sebagai bahan bakar atau bahan pembuat kertas dan pupuk. Padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat digantikan oleh bahan makanan yang lain, oleh sebab itu padi disebut juga makanan energi

(AAK, 1990).

Adapun klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Famili : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza sp. (ada 25 spesies), diantaranya: Oryza sativa L.

Oryza glabirena Steund

Sedangkan subspesies Oryza sativa L., dua diantaranya: Indica (padi bulu)

Sinica (padi cere) atau Japonica

(19)

Adapun syarat tumbuh tanaman padi yaitu : 1. Iklim

Dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 - 2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C. 2. Media Tanam

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH antara 4 -7.

3. Ketinggian Tempat

Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 - 1500 m dpl (Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005).

Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia. Tanaman padi dapat tumbuh di lahan yang pasang surut. Hanya saja padi yang ditanam di lahan ini haruslah yang toleran terhadap keadaan air yang asin. Hal ini disebabkan masuknya air laut ke lahan pertanaman padi

(20)

Penggunaan Air Irigasi Pada Tanaman Padi

Umumnya pemberian air yang dilakukan petani pada padi sawah irigasi adalah dengan digenangi terus menerus. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi efisiensi serapan hara nitrogen, meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan. Pengelolaan air pada padi sawah merupakan upaya untuk menekan kehilangan air dipetakan sawah guna mempertahankan atau meningkatkan hasil gabah per satuan luas dan volume air. Pengurangan air akibat perkolasi, rembesan, dan aliran permukaan dapat menekan penggunaan air irigasi. Ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena :

1. Bertambahnya penggunaan air untuk sektor industri dan rumah tangga 2. Curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim

3. Cadangan sumber air lokal juga berkurang dan, 4. Terjadinya pendangkalan waduk.

Adapun penghematan air sawah irigasi diprioritaskan pada musim kemarau di aliran irigasi yang biasanya rawan kekeringan. Adapun alternatif strategi yang bisa dilakukan adalah pemilihan varietas dan metode pengelolaan air (metode macak – macak, gilir giring dan alternasi basah kering). Dengan cara ini areal sawah yang dapat di airi pada musim kemarau menjadi 2 kali lebih luas (Epetani, 2010).

(21)

pertanian. Kesetimbangan air pada ekosistem padi sawah terdiri atas : irigasi (I), curah hujan (Ch), Evapotranspirasi (ET) tanaman. Air yang diperlukan untuk memberikan hasil optimum harus memenuhi kebutuhan evapotranpirasi (ET) tanaman. Bila tanah dipertahankan pada kondisi jenuh lapangan atau tergenang air, maka laju ET merupakan fungsi dari energi yang tersedia untuk evaporasi air. Di daerah tropis, ET selama musim hujan berkisar antar 4 - 5 mm/hari, sedangkan pada musim kemarau pada wilayah irigasi yang luas berkisar antara 5 - 7 mm/hari. Kehilangan air oleh perkolasi (P) dan rembesan (S) bergantung pada sifat fisik tanah, hidrologi lahan, dan kondisi topografi. Bila tanah bertekstur liat dan mempunyai kedalaman muka air tanah dangkal, kehilangan air melalui perkolasi biasanya rendah sekitar 1mm/hari. Pada tanah bertekstur pasiran dan muka air tanah dalam (jauh dari permukaan tanah) laju perkolasi tinggi, dapat diatas 5 mm/hari (Setiobudi dan Fagi, 2009).

Umur varietas padi sawah berpengaruh terhadap tingkat konsumsi air. Makin pendek atau genjah (90 – 100 hari) umur tanaman padi, makin sedikit total konsumsi air bila dibanding dengan varietas padi sawah berumur lebih panjang (> 125 hari). Beberapa ciri varietas padi sawah yang relatif toleran terhadap kekurangan air adalah laju transpirasi rendah dan air daun potensial tetap tinggi pada kondisi tanah kekurangan air, dan bersifat ampibi yaitu bisa ditanam pada lahan sawah dan kering (Epetani, 2010).

Penerapan pemanfaatan air irigasi bervariasi antara satu wilayah irigasi dengan wilayah irigasi lain karena perbedaan karakteristik berikut :

- distribusi curah hujan

(22)

- tingkat kerawanan kekeringan - parameter fisika tanah

- hidrologi lahan - teknik budidaya

- cara pengairan dari petak ke petak, - organisasi pemakai air

(Epetani, 2010).

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

Sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan. Puspositardjo (1991) menyatakan bahwa energi surya yang dapat sampai kepermukaan bumi merupakan faktor penentu nilai batas produktivitas lahan pada budidaya sawah. Secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor pembatas energi radiasi surya yang sampai dibumi dapat dihitung dengan rumus Yosida (1983) dalam Pusposutardjo (1991) :

W= g/m2...(1) Dimana,

W = pertambahan berat kering tumbuhan (ton/ha)

T = lama waktu pengisian bulir padi sampai masak (hari)

Rs = rata-rata radiasi matahari yang masuk ke bumi (kal/cm2, hari) K = tetapan (4000 kal/g)

(23)

Untuk menentukan nilai Rs dapat diperhitungkan dengan memakai rumus empiris Hargreaves dalam Pusposutarjo (1991) :

Rs = 0,10 Rso (S)1/2kal/cm2hari...(2) Dimana,

Rso = energi surya yang diterima dipuncak atmosfir (kal/cm2hari) S = persen lama penyinaran

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi 1. Iklim

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis/ subtropis pada 45o LU sampai 45o LS yaitu dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/ bulan atau 1500 - 2000 mm/tahun. Tanaman padi sawah dapat di tanam di musim kemarau atau hujan, Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia, di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Tanaman padi sawah menghendaki tempat yang terbuka yang selalu di sinari matahari penuh tanpa naungan dan memerlukan angin yang tidak terlalu kencang untuk mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan.

2. Media Tanam

(24)

media tanam dengan khusus dengan membersihakan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar, pemberian bahan organik saat membalik tanah pada saat pembajakan, meratakan permukaan tanah sawah dan menghancurkan gumpalan tanah.

Pengairan padi sawah juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap produksi padi. Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan. Setelah tanam, sawah dikeringkan 2 - 3 hari kemudian di airi kembali sedikit demi sedikit, sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi berumur 8 - 45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm. Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20 - 25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit - demi sedikit (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah

(25)

sistem irigasi secara efektif dan efisien dapat ditinjau berdasarkan kinerja jaringan irigasi dan manajemen irigasi.

Sumaryanto (2006) menyatakan bahwa kinerja irigasi tercermin dari kemampuannya unutk mendukung ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi yang kondusif untuk penerapan pola tanam yang direncanakan, kinerja irigasi ditentukan secara simultan oleh kondisi fisik jaringan dan kinerja O dan P. Pusposutardjo (1991) kinerja jaringan irigasi ditentukan oleh empat faktor utama yang disebut sebagai sistem irigasi, yaitu keadaan fisik jaringan, kemampuan petugas dalam pengoprasian jaringan oleh Dinas Pertanian, petani pemanfaat air dan ketentuan atau aturan mengenai pengoprasian dan pemanfaatan.

a. Luas dan perkembangan lahan irigasi

Luas lahan irigasi adalah luas lahan yang dirancang untuk dapat diberi air irigasi dalam suatu daerah irigasi (DI). Dalam luas dan perkembangan lahan irigasi di Indonesia dijumpai tiga hal yang menarik selama empat Pelita, diantaranya adalah :

1. Wirosoemarto (1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa biaya pembangunan jaringan irigasi perkesatuan luas yang cenderung naik. Kecenderungan akan naiknya biaya pembangunan jaringan irigasi ternyata tidak hanya semata-mata disebabkan oleh karena faktor perkembangan moneter, tetapi juga disebabkan oleh faktor kesulitan teknis konstruksi yang terus meningkat sebagai akibat keterbatasan air dan lahan.

(26)

klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi di Jawa dimaksudkan untuk lebih bersifat peningkatan mutu kemampuan pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya kemampuan pelayanan. Keadaan perkembangan lahan irigasi seperti di Jawa berlangsung oleh karena adanya dua kendala utama yaitu keterbatasan lahan untuk dijadikan lahan sawah baru dan keterbatasan sumberdaya air yang dapat dikembangkan.

3. Di luar Jawa yang masih mempunyai potensi untuk perluasan areal dan sumberdaya air yang dapat dikembangkan relatif masih banyak, pengembangan irigasi dapat mengarah pada dua sasaran, yaitu perluasan areal pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan irigasi yang diupayakan dengan peningkatan klas irigasi.

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa lahan irigasi adalah luasan lahan yang dirancang untuk dapat dialiri air irigasi. Sementara, lahan panen adalah luasan lahan yang dipanen sebagai media tanam dalam budidaya tanaman pangan (padi) yang merupakan bagian dari lahan irigasi sawah. Luas lahan irigasi teknis dapat dihitung dengan rumus :

Nisbah luas lahan irigasi teknis =

...(3) b. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

(27)

c. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah

Fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi merupakan keandalan fungsional jaringan irigasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, keandalan jaringan irigasi ini juga dapat dilihat dari angka kerusakan luas areal panen pada luasan tertentu selama periode tertentu pula. Jika angka kerusakan semakin tahun cenderung meningkat maka dapat dikatakan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah masih perlu ditingkatkan (Pusposutardjo, 1991).

Pusposutardjo (1991) mengemukakan bahwa keandalan fungsional jaringan irigasi dapat pula ditentukan oleh manajemen irigasinya. Varley (1995) mengemukakan bahwa kemajuan pembangunan fisik jaringan irigasi di Indonesia tidak diimbangi dengan kemajuan manajemen irigasinya. Kenyataan di lapangan banyak jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik, terjadi kebocoran dalam penyaluran dan pemberian air, lemahnya perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi, distribusi air yang tidak merata, serta jadwal giliran pemakaian air yang yang tidak tertib.

Beberapa kendala dalam meningkatkan keandalan jaringan irigasi dalam stabilisasi produk padi sawah, antara lain:

1. sumber air irigasi umumnya berasal dari air limpasan yang diambil dengan bendung ( run off on the river system)

(28)

3. perubahan lingkungan yang mempengaruhi sifat hubungan hujan-limpasan berlangsung cepat

4. keterbatasan data dan sarana pengumpulan data klimatologi dan hidrologi yang sangat menentukan berhasilnya pencapaian fungsional jaringan (Pusposutardjo, 1991).

Aras Pencapaian Produksi Padi

(29)

19 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2015 di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data jaringan irigasi pada daerah irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan, data produksi padi, data luas irigasi, data luas panen, data rerata radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, data lamanya waktu pertumbuhan padi yang diperoleh dari petani dengan metode wawancara, alat tulis, kalkulator, kamera dan komputer.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan dan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petani sebanyak 30 orang.

(30)

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian data primer diperoleh di lapangan pengambilan melalui wawancara dan pengukuran di lapangan, dan data skunder melalui literatur, data tersebut diatas untuk mendapatkan :

1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan

Dihitung dengan menggunakan persamaan (1) 2. Lama Waktu Pertumbuhan

Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi siap panen, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani sebanyak 30 orang, dan data sekunder dari literatur berkenaan dengan varietasnya.

3. Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi

Dihitung dengan menggunakan persamaan (2), data yang digunakan adalah tahun (2009 – 2013).

4. Koefisien Konversi Energi Surya

Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi energi surya untuk kawasan tropis sebesar 0,025

5. Luas Lahan Beririgasi

Luas lahan beririgasi diperoleh Dinas Pertanian Kabupaten Asahan, data yang digunakan adalah tahun (2009 – 2013).

6. Luas Lahan Panen

Luas lahan panen merupakan perkalian antara luas lahan beririgasi dengan frekuensi waktu panen, data yang digunakan adalah tahun (2009 – 2013). 7. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi minimal 5 Tahun Terakhir

(31)

8. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Diperoleh dengan melakukan perbandingan terbalik antara data Luas lahan panen dengan data Luas lahan irigasi.

9. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah berdasarkan perkembangan kerusakan areal panen minimal dalam 5 tahun terakhir (2009 – 2013).

10. Aras Produksi Padi

Diperoleh dengan membandingkan antara nilai produktivitas padi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan dengan nilai potensi produksi padi yang dihitung berdasarkan persamaan (1).

Disamping data diatas melalui wawancara dengan petani, Dinas Pertanian setempat akan dimintai keterangan berbagai masalah dilapangan berkenaan dengan penyediaan air irigasi, pemupukan, masa tanam, pemberantasan hama penyakit dan benih.

Parameter Penelitian

Adapun parameter penelitian ini yaitu:

1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan (ton/ha) 2. Lama Waktu Pertumbuhan (hari)

3. Rata-Rata Radiasi Matahari (kal/cm2 hari) 4. Koefisien Konversi Energi Surya (%)

(32)

22 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2o30'00o – 3o10'00'' LU dan 99o01 – 100o00 BT dengan ketinggian 0 – 1000 m diatas permukaan laut. Kabupaten Asahan menempati area seluas 379.939 ha yang terdiri dari 25 kecamatan, 204 Desa/ Kelurahan definitif. Wilayah Kabupaten Asahan di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara, disebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Toba Samosir, disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan disebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka (Badan Pusat Statistik, 2014).

Rawang Panca Arga merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan yang memiliki luas wilayah sebesar 90.30 Km2 yaitu dengan angka persentase sebesar 2.38% dari luasan wilayah Kabupaten Asahan. Secara geografis Kecamatan Rawang Panca Arga berada pada 3o00'46'' – 3o06'20'' LU dan 99o36'23'' – 99o41'37'' BT dengan ketinggian 10 m diatas permukaan laut. Kecamatan Rawang Panca Arga memiliki 7 desa dan 31 dusun atau lingkungan dengan jumlah penduduk 17.836 jiwa atau yang setara dengan 2,52% dari jumlah penduduk di Kabupaten Asahan (Badan Pusat Statistik, 2014).

(33)

Panca Arga yang merupakan lumbung padi di Asahan, sedangkan di Kecamatan Rawang Panca Arga Produksi padi sawah mencapai 34.568 ton dengan rata-rata produksi sebesar 56,08 kw/ha.

Rerata Radiasi Matahari

Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan terletak antara 3o00'46'' – 3o06'20'' LU dan 99o36'23'' – 99o41'37'' BT, berdasarkan energi matahari yang masuk dan lama penyinarannya memiliki nilai data radiasi matahari (Rs) yang diperoleh dari Stasiun Sampali Medan (dapat dilihat pada Tabel 1.) yang dianggap mewakili Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Nilai Rs digunakan untuk mengetahui nilai produksi beras bersih atau nilai potensi produksi padi per satuan luas lahan. Hal ini menunjukan bahwa radiasi surya sangat mempengaruhi hasil produksi tanaman padi.

Tabel 1. Nilai Rerata Matahari di Kec. Rawang Panca Arga Kab. Asahan

No. Tahun Rerata radiasi matahari (kal/cm2, hari)

1. 2009 231,41 berbeda-beda, hal ini disebabkan karena energi surya yang diterima dipuncak atmosfer dan persen lama penyinaran yang berbeda-beda setiap tahunnya. Nilai Rs tertinggi berada pada tahun 2012 dan nilai Rs terendah berada pada tahun 2010.

(34)

Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa tanaman padi sawah menghendaki tempat yang terbuka yang selalu disinari matahari penuh tanpa naungan dan memerlukan angin yang tidak terlalu kencang untuk mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan.

Selain nilai Rs, jenis varietas padi yang digunakan merupakan sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi padi pada suatu daerah tertentu, karena semakin unggul varietas yang digunakan maka semakin besar produksi padi yang akan dihasilkan. Petani di Kecamatan Rawang Panca Arga menggunakan verietas ciherang sebagai bibit yang akan ditanam, karena dianggap bahwa varietas ciherang merupakan salah satu varietas unggul yang menghasilkan padi lebih banyak dan memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu lama. Menurut Badan Besar Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa varietas padi ciherang ini memiliki morfologi tanaman tegak, mempunyai tinggi tanaman sekitar 107 – 115 cm dengan jumlah anakan produktif mencapai 14 – 17 batang per rumpun. Umur tanaman mencapai 116 – 125 hari, baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Ciherang termasuk jenis padi dengan tingkat kerebahan dan kerontokannya sedang. Bentuk gabah panjang ramping dan berwarna kuning bersih. Bobot 1000 butirnya mencapai 27 – 28 gram. Rata – rata hasil mencapai 6,0 ton/ha dengan potensi hasil mencapai 8,5 ton/ha.

Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan

(35)

surya dari tanaman padi tengahan sampai tinggi seperti varietas unggul sebesar 0,025 (2,5%), K = 4000 kal/g dan lama waktu pengisian bulir sampai masak (T) di Kecamatan Rawang Panca Arga = 30 hari. Berdasarkan rumus yang diperkenalkan Yosida 1983 dalam Pusposutardjo, 1991 maka potensi produksi padi persatuan luas lahan di kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dapat dilihat pada Tabel 2. Dan Gambar 1.

Tabel 2. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan 5 Tahun Terakhir Kecamtan Rawang Panca Arga

No. Tahun Nilai W (ton/ha) Potensi Produksi Padi/ha (ton/ha)

1. 2009 4,34 8,68

2. 2010 4,05 8,10

3. 2011 4,27 8,54

4. 2012 4,86 9,72

5. 2013 4,53 9,06

(36)

Gambar 1. Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan Kec. Rawang Panca Arga Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 dengan potensi 9,72 ton/ha dan potensi produksi padi terendah berada pada tahun 2010 dengan potensi sebesar 8,10 ton/ha, dengan rata-rata 8,82 ton/ha. Data tersebut menunjukan bahwa potensi di Kecamatan Rawang Panca Arga hampir sama dengan potensi seperti yang ditunjukan dari Badan Besar Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa varietas Ciherang memiliki potensi hasil 8,5 ton/ha. Perbedaan yang terjadi salah satu faktor adalah karena adanya penurunan dan peningkatan radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap potensi produksi padi yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa nilai Rs yang sampai kepermukaan bumi setiap tahun nya selalu berbeda-beda, nilai Rs tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 259,53 kal/cm2, hari, dan nilai Rs terendah berada pada tahun 2010 sebesar 216,47 kal/cm2, hari. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa energi surya yang sampai kepermukaan bumi merupakan faktor penentu nilai batas produktivitas lahan pada budidaya sawah. Selain nilai Rs, penurunan dan peningkatan potensi produksi padi dapat disebabkan oleh berapa lama pengisian bulir padi hingga panen. Bahwa semakin lama pengisian bulir padi semakin besar pertambahan berat kering tumbuhan tersebut.

Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi

(37)

Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga

No. Tahun Produkvitas * (Ton/Ha) Luas Lahan Beririgasi** (Ha)

1. 2009 4,68 3.168

2. 2010 4,83 3.257

3. 2011 4,71 3.257

4. 2012 5,18 3.257

5. 2013 5,60 3.257

Sumber: * Badan Pusat Statistik (2014)

** Dinas Pertanian Kab. Asahan (2014)

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 - 2010 luas lahan beririgasi mengalami peningkatan atau terjadi perluasan lahan sawah beririgasi di Kecamatan Rawang Panca Arga dan pada tahun 2010 – 2013 luas lahan beririgasi cenderung tetap.

Gambar 2. Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Rawang Panca Arga

(38)

Bunut dapat berproduksi dengan baik. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2013) bahwa produktivitas padi di Nasional pada tahun 2013 sebesar 5,15 ton/ha sedangkan produktivitas padi di Kecamatan Rawang Panca Arga yaitu sebesar 5,60 ton/ha, hal ini menunjukan bahwa produktivitas padi di Kecamatan Rawang Panca Arga jauh lebih tinggi dari pada produktivitas padi di Nasional, meskipun demikian produktivitas tersebut masih belum mendekati potensinya, yaitu rata-rata 8,82 ton/ha. Berdasarkan data primer yang didapatkan melalui wawancara kepada petani bahwa penyediaan air irigasi untuk pertumbuhan padi di Kecamatan Rawang Panca Arga masih belum terpenuhi dan tanaman padi di daerah setempat sering terserang hama dan penyakit dan salah satunya adalah hama virus yang sampai saat ini belum ditemukan cara pemberantasannya. Meskipun demikian petani di Kecamatan Rawang Panca Arga selalu mecari solusi untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara memperbaiki pola tanam, pemupukan dan memilih varietas unggul yang didapatkan oleh tim penyuluhan dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Asahan. Hal ini sesuai dengan literatur Sumono (2012) yang menyatakan bahwa faktor lain dalam meningkatkan produksi padi disamping air irigasi sebagai sarana produksi, juga perlu diimbangi dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, pestisida dan zat perangsang tumbuh.

(39)

sebagai pembimbing atau sebagai sumber perlaporan petani atau Ketua Koptan apabila terjadi masalah dilapangan. Selain memberikan tim penyuluh sebagai pembimbing, Dinas Pertanian juga memberikan benih dan pupuk bersubsidi kepada petani setempat sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkenalkan benih unggul kepada petani setempat. Selain itu Dinas Pertanian selalu menyediakan persediaan obat-obatan pemberantasan hama dan penyakit setiap tahunnya, yang akan diberikan kepada petani secara gratis apabila ada pelaporan dari UPTD (unit pelaksana teknis daerah) tentang penyakit yang terserang pada daerah tersebut.

Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga

Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Rawang Panca Arga 0

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(40)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Nisbah luas lahan irigasi teknis dengan irigasi semi teknis + irigasi sederhana mengalami peningkatan pada tahun 2011 – 2013 sebesar 0,39 dari tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2011 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 4 dan menurut Pusposutardjo (1991) bahwa pertambahan luas lahan irigasi teknis ternyata diikuti dengan menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana, bila angka ini dihubungkan dengan nisbah luas lahan antar klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi pada tahun 2011 – 2013 di Kecamatan Rawang Panca Arga lebih bersifat dalam peningkatan mutu kemampuan pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya kemampuan pelayanan.

Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi di lahan sawah. Perkembangan kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum dinilai atas perkembangan luas panen yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.

Tabel 5. Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga

(41)

Gambar 4. Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Irigasi Kec Rawang Panca Arga

(42)

terjadi tidak pemerataan dalam penanaman padi. Oleh karena itu sasaran 2 kali tanam padi per tahun di lahan sawah beririgasi Kecamatan Rawang Panca Arga belum tercapai. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa apabila nilai nisbah rata-rata luas panen dengan luas lahan beririgasi mencapai 2, maka hal ini menunjukan bahwa penanaman padi dapat dilakukan 2 kali setahun.

Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah

Keandalan jaringan irigasi berdasarkan angka kerusakan areal panen (Puso) 5 tahun terakhir di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kerusakan Areal Panen (puso) 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga

No. Tahun Produktivitas (ton/ha) Puso (ha)

(43)

Berdasarkan angka produktivitas padi yang cenderung naik turun setiap tahunnya, hal ini menunjukan bahwa jaringan irigasi di Kecamatan Rawang Panca Arga belum mampu mengatasi masalah musim kemarau dan berdasarkan nisbah luasan lahan irigasi teknis dengan irigasi semi teknis + irigasi sederhana pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa keandalan jaringan irigasi di Kecamatan Rawang Panca Arga belum cukup baik. Hal ini disebabkan karena debit air yang tidak mencukupi untuk mengairi semua lahan sawah yang ada di Kecamtan Rawang Panca Arga. Hal ini sesuai dengan literatur Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa pengairan padi sawah juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap produksi padi.

(44)

Aras Pencapaian Produksi Padi

Aras pencapaian produksi padi di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5. Dengan membandingkan nilai produktivitas lahan yang didapat dari data sekunder dengan nilai W (nilai teoritis) atau potensi produksi padi yang didapat dengan menggunakan rumus Yoshida (1983) maka akan didapat aras pencapaian produksi padi 5 tahun terakhir seperti dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5 .

Tabel 7. Aras Pencapaian Padi Kecamatan Rawang Panca Arga

No Tahun Potensi Produksi Padi (ton/ha) Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

(45)

lahan irigasi juga perlu memahami kemampuan padi memanfaatkan air sesuai dengan kebutuhan disetiap fase pertumbuhannya dan iklim wilayahnya.

(46)
(47)

Kemudian adapun faktor yang menyebabkan nilai produktivitas padi masih jauh dengan potensi yang seharusnya bisa dicapai pada suatu daerahnya tersebut karena tidak semua petani di Kecamatan Rawang Panca Arga mendapatkan bimbingan tentang tata cara pola tanam yang baik maupun pemberantasan hama dan penyakit pada lahan sawah tersebut hal ini dikarenakan jumlah tim penyuluh yang masih kurang, karena berdasarkan perkataan dari Kasi Prod. Tanaman dan Hortikultura bahwa Dinas Ketahanan Pangan hanya mengutus 1 orang penyuluh yang ditugaskan untuk mengatasi 1 desa, dimana dalam 1 desa tersebut ada 16 koptan dan selama 1 minggu penyuluh ini bertugas mendatangi masing-masing ketua koptan untuk dimintai keterangan tentang permasalahan yang terjadi di daerah persawahan tersebut, sehingga petani di Kecamatan Rawang Panca Arga ini tidak mendapatkan bimbingan secara langsung dari tim penyuluh.

(48)

pernah mendapatkan Pemberantasan Hama dan Penyakit secara gratis, karena ada beberapa petani di Kecamatan Rawang Panca Arga tidak mengetahui tentang permberian pemberantasan hama dan penyakit secara gratis dan ada beberapa petani yang sudah mengetahui akan tetapi tidak mau melapor ke UPTD, karena menurut petani tersebut akan terlalu sulit untuk mengurus surat pelaporan bahwa tanaman padi petani tersebut terserang hama dan penyakit, sehingga petani lebih memilih membeli pemberantasan hama dan penyakit tersebut ke toko.

(49)

39 Kesimpulan

1. Potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 9,72 ton/ha dan terendah pada tahun 2010 sebesar 8,10 ton/ha.

2. Nisbah antara irigasi teknis dengan irigasi semi teknis dan sederhana tertinggi berada pada tahun 2011 – 2013 sebesar 0,39 dan terendah pada tahun 2009 sebesar 0,29.

3. Nisbah antara luas panen dengan luas beririgasi tertinggi berada pada tahun 2009 sebesar 2,01 dan terendah berada pada tahun 2012 sebesar 1,79.

4. Kerusakan areal panen (Puso) terbesar pada tahun 2010 sebesar 45 ha.

5. Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Rawang Panca Arga tertinggi berada pada tahun 2013 sebesar 61,81% dan terendah berada pada tahun 2012 sebesar 53,29% atau masih berada dibawah target maksimal (lebih kecil dari 90%).

Saran

(50)

40

AAK., 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta. AAK., 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisus, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Pengelolaan Air Pada Padi Sawah Irigasi. http://litbang.deptan.go.id [Diakses pada 12 Oktober 2014] Badan Pusat Statistik, 2014. Asahan Dalam Angka 2014.

http://asahankab.bps.go.id. [Diakses pada 1 Maret 2015]

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011. Inovasi Teknologi Padi Penas KTNA XIII-2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kutai Kartenegara.

Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005. Padi (Oryza Sativa). http://www.pdf.com [Diakses pada 12 Oktober 2014]

Epetani, 2010. Budidaya Pengelolaan Air pada Padi Sawah Irigasi. http://epetani.deptan.go.id [Diakses pada 9 Desember 2014]

Makarim, A. K., dan Suhartatik, E., 2006. Budi Daya Padi dengan Masukan In Situ Menuju Perpadian Masa Depan. http://www.pdf.com [Diakses pada 12 Oktober 2014]

Mawardi, E., 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung.

Peraturan Pemerintah Tentang Irigasi, 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. http://www.pdf.com [Diakses pada 12 Oktober 2014]

Purnamasari. T., 2014. Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. http:www.pdf.com [Diakses pada 6 Februari 2015]

Pusposutarjo, S., 1991. Analisis Tinjau (Reconainssance Analysis) Potensi Sistem Irigasi Indonesia Untuk Mendukung Swasembada Beras. Redaksi Perhimpunan Teknik Pertanian, Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2014. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. http://www.Puslittan.bogor.ac.id [Diakses tanggal 9 Desember 2014]

(51)

Setiobudi, D., dan Fagi, A. M., 2009. Pengelolaan Air Padi Sawah Irigasi Antisipasi Kelangkaan Air. http://www.pdf.com [Diakses pada 12 Oktober 2014]

Sianturi, R., 2014. Kajian Potensi Produksi Padi di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. http://www.pdf.com [Diakses pada 6 Februari 2015]

Sostrodarsono, S. dan Takeda., 1985. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sumaryanto, dkk., 2006. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Upaya Perbaikannya. http://www.pdf.com [Diakses pada 11 Desember 2014]

Sumono, 2012. Meningkatkan Daya Dukung Irigasi Dan Pemahaman Aktivitas Biologis Periodek Tanaman Padi Sawah Menuju Pertanian Presisi Dalam Upaya Memantapkan Swasembada Beras, Dalam Pemikiran Guru Besar USU Dalam Pembangunan Nasional Dewan Guru Besar USU, USU Pess, Medan.

Suparyono dan Setyono, A., 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanto, E. dkk., 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. USU Press, Medan.

Syekhfani, 2013. Padi-Pusri. http://www.pdf.com [Diakses pada 9 Desember 2014]

(52)
(53)
(54)

Lampiran 3. Perhitungan Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan Tahun 2009

Dimana: Eu = 0,025 T = 30 hari

Rs = 969,08 joule, hari = 231,41 kal/cm2, hari K = 4000 kal/g

= 4.339 kg/ha = 4,34 ton/ha

= 8,68 ton/ha padi kering giling Tahun 2010

Dimana: Eu = 0,025 T = 30 hari

Rs = 906,5 joule, hari = 216,47 kal/cm2, hari K = 4000 kal/g

= 4.059 kg/ha = 4,05 ton/ha

= 8,10 ton/ha padi kering giling Tahun 2011

(55)

Dimana: Eu = 0,025 T = 30 hari

Rs = 953,67 joule, hari = 227,73 kal/cm2, hari K = 4000 kal/g

= 4.270 kg/ha = 4,27 ton/ha

= 8,54 ton/ha padi kering giling Tahun 2012

Dimana: Eu = 0,025 T = 30 hari

Rs = 1086,83 joule, hari = 259,53 kal/cm2, hari K = 4000 kal/g

= 4.866 kg/ha = 4,86 ton/ha

= 9,72 kw/ha padi kering giling Tahun 2013

Dimana: Eu = 0,025 T = 30 hari

(56)

K = 4000 kal/g

= 4.535 kg/ha = 4,53 ton/ha

(57)

Lampiran 4. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Tahun 2009

= 2,01 Tahun 2010

= 1,93 Tahun 2011

= 1,96 Tahun 2012

= 1,79 Tahun 2013

(58)

Lampiran 5. Perhitungan Aras Pencapaian Produksi Padi Tahun 2009

= 53,91% Tahun 2010

= 59,62% Tahun 2011

= 55,15% Tahun 2012

= 53,29% Tahun 2013

(59)

Lampiran 6. Nilai Radiasi Matahari (Rs, Joule/cm2 hari) untuk wilayah Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

Tahun Bulan Jumlah Rataan

(J/cm2 hari)

Rataan (kal/cm2 hari) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2009 859 977 1087 1075 998 1047 996 931 1030 1056 823 750 11.629 969,08 231,41 2010 925 1100 1040 1115 994 964 923 1033 1006 967 - 811 10.878 906,50 216,47 2011 848 1111 1078 929 1036 1016 1025 908 1021 926 759 787 11.444 953,67 227,73 2012 1011 1160 1056 1008 1073 1111 1125 1165 1169 1211 1005 948 13.042 1086,83 259,53 2013 956 940 1157 908 1167 1220 1095 1011 955 932 947 866 12.154 1012,83 241,86 Sumber: BBMKG Wilayah I Medan (2014)

(60)

Lampiran 7. Luas Lahan Beririgasi di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

Berpengairan (Ha) Tahun Irigasi

Teknis

Irigasi ½ Teknis

Irigasi Sederhana

Jumlah

(61)

Lampiran 8. Data Kerusakan Areal Panen (Puso), Produktivitas dan Luas Panen Padi Sawah Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

Tahun Puso (Ha)

Luas Panen * (Ha)

Produksi ** (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha) 2009 6 6.370 29.830 4,68 2010 45 6.327 30.572 4,83 2011 0 6.443 30.366 4,71 2012 0 5.872 30.432 5,18 2013 0 6.163 34.568 5,60 Sumber: *Dinas Pertanian Kabupaten Kabupaten Asahan (2014)

(62)

Lampiran 9. Daftar Wawancara Petani 11. Nurmala br. Nenggolan Ciherang Rawang VI 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun 12. Rosdiana br. Hombing Ciherang Rawang VI 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun 13. Marni Sihombing Ciherang Rawang VI 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun

14. Legimin Ciherang Rawang Lama 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun

15. Amir Hamzah Manurung Ciherang Rawang Lama 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun

16. Sapari Ciherang Rawang Lama 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun

22. T. Simangunsong Ciherang Pondok Bungur 30 hari Terpenuhi 2 kali dalam 1 tahun

23. R. Samosir Ciherang Pondok Bungur 30 hari Terpenuhi 2 kali dalam 1 tahun

(63)

26. Y. Tambunan Ciherang Pondok Bungur 30 hari Terpenuhi 2 kali dalam 1 tahun 27. Abdul Jalil Ciherang Panca Arga 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun

28 Sukardi Ciherang Panca Arga 30 hari Belum Terpenuhi 3 kali dalam 2 tahun

29. Dariati Ciherang Panca Arga 30 hari Terpenuhi 2 kali dalam 1 tahun

(64)

Lampiran 10. Daftar Wawancara Dinas Pertanian orang penyuluh ditugaskan memegang 1 desa, dan dalam 1 desa ada 16 koptan. Selama 1 minggu penyuluh harus mendatangi masing-masing ketua koptan untuk dimintai keterangan tentang permasalahan petani pada setiap koptan. Tim penyuluh bukan ditugaskan dari orang Dinas Pertanian akan tetapi dari Dinas Ketahanan Pangan.

Tim penyuluh bertugas sebagai sarana pelaporan apabila terjadi masalah/ kendala dalam penanaman padi. Penyuluh juga berfungsi sebagai penyusunan dalam rencana kerja.

- Dinas Pertanian selalu memberikan UPTD yaitu sebagai tim pengawas di Kecamatan Rawang Panca Arga, dimana UPTD berfungsi sebagai sarana pelaporan dari tim penyuluh apabila ada permasalahan di daerah tersebut, kemudian akan disampaikan ke Dinas.

- Dinas selalu menyediakan benih bersubsidi, tapi tidak secara gratis, petani mendapatkan potongan harga dari harga jual dipasar. Petani setempat belum tentu mendapatkan benih tersebut tergantung anggaran yang diberikan dari pusat.

- Dinas pertanian selalu menyediakan persediaan Pemberantasan Hama setiap tahun. Pemberantasan ini diberikan secara gratis apabila ada pelaporan dari UPTD tentang penyakit yang ada pada daerah tersebut. Pemberantasan ini akan diberikan melalui Koptan, kemudian Koptan akan menyalurkannya ke petani setempat.

2 Heriwansyah, SP Kasi Pupuk dan Pestisida

(65)

Dimana data ini akan dikirim ke pusat kemudian pupuk akan disalurkan dari produsen ke distributor, lalu akan di salurkan ke UD Tani, dimana petani yang akan membeli pupuk tersebut ke UD tani yang dijual secara bersubsidi.

(66)

Lampiran 11. Gambar Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

A. Bendungan Irigasi

(67)
(68)
(69)

Gambar

Tabel 1. Nilai Rerata Matahari di Kec. Rawang Panca Arga Kab. Asahan
Tabel 2. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan 5 Tahun Terakhir Kecamtan Rawang Panca Arga
Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga
Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga
+6

Referensi

Dokumen terkait

dan outflow irigasi dengan pemilihan awal pola tanam secara tepat. Untuk mendapatkan gambaran keseimbangan air di daerah irigasi terhadap optimasi irigasi, diperlukan beberapa

Di dalam analisis tinjau, potensi sistem sebagai sarana pendukung budidaya padi sawah dapat ditunjukkan dengan memakai tiga bentuk tolok ukur, yaitu luas dan perkembangan

Nilai curah hujan efektif dan evapotranpirasi dipakai untuk perhitungan kebutuhan air irigasi dan perencanaan pola tanam. Analisa kebutuhan air irigasi dilakukan dengan membuat

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dalam aras produksi padi yang

Di dalam analisis tinjau, potensi sistem sebagai sarana pendukung budidaya padi sawah dapat ditunjukkan dengan memakai tiga bentuk tolok ukur, yaitu luas dan perkembangan

a) Menghitung besarnya kebutuhan air irigasi di daerah irigasi Panca Arga. b) Mengetahui optimasi pembagian air irigasi dengan penentuan pola tanam. untuk peningkatan

bentuk pergeseran luas lahan sawah dari satu klas irigasi ke klas irigasi yang lebih. tinggi sebagai

Mulai Selesai Data Sekunder Data Primer Kuantitatif Deskriptif Pengggambaran kondisi luasan lahan sawah, luasan lahan irigasi, luas panen dan.. produktivitas lahan