METODE PROJECT EVALUATION and REVIEW TECHNIQUE (PERT) dan CRITICAL PATH METHOD (CPM) dalam OPTIMALISASI PENJADWALAN
PROYEK
SELFIA SHINTA BR KABAN
070803035
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dalam Optimalisasi Penjadwalan Proyek
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
SELFIA SHINTA BR KABAN 070803035
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Metode Project Evaluation and Review Technique
(PERT) dan Critical Path Method (CPM) dalam Optimalisasi Penjadwalan Proyek
Kategori : SKRIPSI
Nama : SELFIA SHINTA BR KABAN
Nomor Induk Mahasiswa : 070803035
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Agustus 2014
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Dra. Elly Rosmaini, M.Si Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si
NIP. 19600520 198503 2 002 NIP. 19511227 198503 1 002
Diketahui/ Disetujui oleh:
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
Prof. Dr. Tulus, M.Sc
PERNYATAAN
Metode Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dalam Optimalisasi Penjadwalan Proyek
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2014
PENGHARGAAN
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan pertolonganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:
1. Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si dan Dra. Elly Rosmaini selaku Dosen Pembimbing penulis, atas setiap bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.
2. Dra. Ester S M Nababan dan Drs. Sawaluddin, M.IT selaku Dosen Penguji, atas setiap saran dan masukannya selama pengerjaan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Dra. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika. Semua dosen di Departemen Matematika beserta pegawai di FMIPA USU.
4. Kedua orang tua penulis, Bapak Ir. Sensus Kaban dan Ibu Esterlina Br Ginting atas semua didikan dan ajaran, serta semua kasih sayang. Juga kepada adik penulis Tiovina Kaban, Iman Kaban dan saudara–saudara yang lain.
5. Teman-teman di S1 Matematika, junior dan senior. Terkhusus matematika „07: Sylvi, Falen, Juanda, Kaleb, Pikek, Jenni, Nelsa, Imelda, Rimbun, Erbin, Rolina, Dewi dan teman-teman yang lain atas dukungan semangat, bantuan dan doa..
Akhir kata, kasih karunia dan damai sejahtera Tuhan Yang Maha Esa yang menyertai kita semua. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya. Terima kasih.
Medan, Juni 2014
Penulis
Abstrack
Implementation of development project will run optimally when there is a good
planning. Scheduling a project can be done by described the components of the
activities to be carried out. Types of activites to be implemented arranged in the order
of actiities that must be done first.
In this paper, there are two method of scedhuling. Critical Path Method (CPM)
and Project Evaluation Review Technique (PERT). Based on the calculations that
have been done then obtained a critical path
A1-B-C1-D1-E1-F1-G1-H1-I1-K1-L-N1-P-S1-T1-U1-V1-W with total time 84 days, while the PERT method with probability
Abstrak
Pelaksanaan pembangunan sebuah proyek akan berjalan optimal apabila
terdapat sebuah perencanaan yang baik. Penjadwalan sebuah proyek dapat dilakukan
dengan menguraikan komponen-komponen kegiatan yang akan dilaksanakan.
Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan disusun sesuai dengan urutan kegiatan yang
harus dilakukan terlebih dahulu.
Dalam tulisan ini terdapat dua metode penjadwalan. Metode Jalur Kritis
(Critical Path Method/CPM) dan metode Project evaluation and review technique
(PERT). Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan maka diperoleh sebuah jalur
kritis A1-B-C1-D1-E1-F1-G1-H1-I1-K1-L-N1-P-S1-T1-U1-V1-W dengan total
waktu 84 hari, sedangkan dengan metode PERT dengan tingkat keberhasilan 97,95 %
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tinjauan Pustaka 2
1.5 Tujuan Penelitian 3
1.6 Manfaat Penelitian 3
1.7 Metodologi Penelitian 3
Bab 2 Landasan Teori
2.1 Proyek 4
2.2 Jaringan Kerja (Network) 5
2.3 Metode PERT 6
2.3.1 Teori Probabilitas 7
2.4 Metode CPM 11
2.4.1 Terminologi dan perhitungan 12
2.4.2 Jalur Kritis dan Float 14
2.4.3 Tingkat Kritis Suatu Jalur 16
Bab 3 Pembahasan 17
3.1 Barchart 26
3.2 Critical Path Method (CPM) 28
3.3 Project Evalution an Review Technique (PERT) 30
Bab 4 Kesimpulan dan Saran 35
Daftar Pustaka 36
Tabel halaman
2.1 Perhitungan maju untuk mendapatkan EF 13
2.2 Mengidentifikasi float dan jalur kritis 15
3.1 Durasi pekerjaan 25
3.2 Jalur krtis dan tidak kritis 28
3.3 Nilai a,b,m dan te 30
3.4 Nilai deviasi dan varians 32
3.5 Rentang probabilitas pencapaian waktu 34
Gambar Halaman
2.1 Kurva distribusi asimetris (beta) dengan a,m, dan b 8
2.2 Kurva distribusi untuk peristiwa/ kejadian disebut kurva distribusi
Normal 10
2.3 Proyek dengan enam komponen kegiatan 12
3.1 Diagram alur optimalisasi waktuk untuk proyek 18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Diagram Jalur Kritis 37
Abstrack
Implementation of development project will run optimally when there is a good
planning. Scheduling a project can be done by described the components of the
activities to be carried out. Types of activites to be implemented arranged in the order
of actiities that must be done first.
In this paper, there are two method of scedhuling. Critical Path Method (CPM)
and Project Evaluation Review Technique (PERT). Based on the calculations that
have been done then obtained a critical path
A1-B-C1-D1-E1-F1-G1-H1-I1-K1-L-N1-P-S1-T1-U1-V1-W with total time 84 days, while the PERT method with probability
Abstrak
Pelaksanaan pembangunan sebuah proyek akan berjalan optimal apabila
terdapat sebuah perencanaan yang baik. Penjadwalan sebuah proyek dapat dilakukan
dengan menguraikan komponen-komponen kegiatan yang akan dilaksanakan.
Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan disusun sesuai dengan urutan kegiatan yang
harus dilakukan terlebih dahulu.
Dalam tulisan ini terdapat dua metode penjadwalan. Metode Jalur Kritis
(Critical Path Method/CPM) dan metode Project evaluation and review technique
(PERT). Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan maka diperoleh sebuah jalur
kritis A1-B-C1-D1-E1-F1-G1-H1-I1-K1-L-N1-P-S1-T1-U1-V1-W dengan total
waktu 84 hari, sedangkan dengan metode PERT dengan tingkat keberhasilan 97,95 %
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek dapat diartikan sebagai kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan
tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. (Soeharto, Iman. 1995)
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi keberhasilan suatu proyek, yakni :
ketepatan waktu pelaksanaan proyek dengan jumlah waktu yang telah diperkirakan
oleh penanggung jawab proyek tersebut, minimum biaya pelaksanaan proyek dimana
biaya pelaksanaan tidak lebih besar anggaran yang telah disediakan dan mutu sebuah
proyek harus sesuai dengan mutu yang ditetapkan.
Penjadwalan adalah proses menentukan waktu yang digunakan dalam
menyelesaikan suatu kegiatan. Dalam Prosesnya penjadwalan sering digunakan untuk
memaksimalkan penggunaan waktu yang tersedia dalam menyelesaikan suatu masalah
sehingga memaksimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia.
Penjadwalan sebuah proyek dapat dilakukan dengan menguraikan
komponen-komponen kegiatan yang akan dilaksanakan. Jenis-jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan disusun sesuai dengan urutan kegiatan yang harus dilakukan terlebih
dahulu. Dalam membuat suatu jadwal kegiatan dibutuhkan sebuah perkiraan waktu
yang akurat. Penjadwalan juga dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu
pelaksaan proyek, apabila proyek tesebut terlaksana tepat waktu maka dapat dikatakan
proyek tersebut berhasil. Dalam menentukan penjadwalan yang akurat dibutuhkan
sebuah metode. Jaringan kerja merupakan sebuah metode yang dianggap mampu
menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan unsur
proyek, dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai untuk memperkirakan waktu
kerja yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis (Critical Path
Method-CPM) dan Teknik evaluasi dan review proyek (Project Evaluation and Review
technique-PERT). (Soeharto, Iman. 1995)
Dengan dua teknik dalam network planning ini dapat diperoleh suatu jaringan kerja yang mengandung jadwal kerja yang membutuhkan percepatan yang logis untuk
mencapai waktu penyelesaian proyek yang optimal.
1.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana melakukan pengendalian
waktu dalam proyek konstruksi.
1.3 Batasan Masalah
- Metode Pengendalian Waktu meliputi Bagan Balok, CPM dan PERT
- Untuk Model Perhitungan digunakan bagunan gedung sederhana
1.4 Tinjauan Pustaka
Iman Suharto (2002) menyatakan bahwa ada tiga parameter penting dalam
penyelesaian sebuah proyek, yakni ; anggaran, jadwal, dan mutu. Proyek harus
diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang disediakan, sesuai
dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan, dan harus memenuhi
spesifikasi dan kriteria yang disyaratkan.
Abrar Husen (2008) dalam bukunya menyatakan bahwa penjadwalan atau
scheduling adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada.
Siamak Haji Yakhchali (2008) dalam jurnalnya menyatakan bahwa Critical
Path Method (CPM) adalah sebuah metode dasar dari jaringan kerja yang berguna
dalam pelaksanaan dan pengawasan sebuah proyek yang kompleks.
T. Hari Handoko (1993) mengemukakan bahwa Project Evaluation and
membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-proyek yang kompleks, yang
menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik untuk menentukan
jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara tepat
waktu dan biaya, sedangkan Critical Path Method (CPM) adalah suatu metode yang
dirancang untuk mengoptimalkan biaya proyek dimana dapat ditentukan kapan
pertukaran biaya dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian
proyek dengan biaya seminimal mungkin.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian tentang optimasi waktu proyek
konstruksi.
1.6 Manfaat Penelitian
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam perencanaan,
penjadwalan dan pengambilan keputusan dalam pembuatan proyek.
1.7 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Melakukan studi jurnal, buku, dan artikel di internet yang berhubungan
Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) serta Linear programming.
2. Mengumpulkan data yang berupa :
1. Jenis-jenis kegiatan
2. Urutan kegiatan
3. Durasi kegiatan
3. Menganalisa dan memproses data dengan menggunakan metode Project
Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) untuk mengetahui urutan kegiatan yang harus mengalami
percepatan (crashed).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Proyek
Proyek adalah suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, tidak rutin,
dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. (Nurhayati, 2010)
Menurut Iman Soeharto (2002) bahwa Proyek memiliki beberapa ciri-ciri
khusus yakni:
1. Memiliki tujuan yang berupa produk akhir atau hasil kerja akhir
2. Dalam prosesnya ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu yang
harus ditetapkan
3. Bersifat sementara, dalam arti mempunyai umur yang dibatasi oleh selesainya
tugas atau kegiatan dalam proyek
4. Bersifat nonrutin, dalam arti tidak berulang-ulang.
Kompleksitas suatu proyek dinilai dari jumlah jenis kegiatan yang terdapat
dalam pengerjaan sebuah proyek, hubungan ketergantungan antar kegiatan dan
hubungan ketergantungan setiap kegiatan dengan pihak luar.
Berdasarkan Aktivitas yang terdapat dalam suatu proyek, maka proyek
dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni :
1. Proyek Konstruksi
Proyek ini mencakup kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan
konstruksi seperti; Jembatan, Perumahan, Jalan Layang dan lain-lain.
2. Proyek Manufaktur
Proyek ini mencakup kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk
3. Proyek Pelayanan Manajemen
4. Proyek Penelitian dan Pengembangan
5. Proyek Kapital
Dalam Pelaksanaanya Proyek mempunyai tiga sasaran utama yang menjadi
parameter keberhasilan suatu Proyek yakni:
1. Jadwal
Jadwal Adalah salah satu faktor penentu apakah proyek yang sedang
dilaksanakan berhasil. Dalam hal ini jadwal mengandung nilai waktu yang dibatasi
oleh selesainya pekerjaan yang telah disepakati. Penjadwalan adalah hal yang penting
dalam menyusun rencana pelaksanaan sebuah proyek karena penjadwalan merupakan
salah satu alat untuk mengawasi kinerja produksi sebuah proyek.
2. Biaya
Setiap perencanaan pembuatan sebuah proyek harus memiliki anggaran biaya.
Anggara biaya diperkirakan berdasarkan ongkos produksi baik biaya materiil maupun
tenaga kerja dan harus membuat cadangan biaya atau biaya untuk kegiatan-kegiatan
yang tidak terduga seperti biaya yang timbul akibat keterlambatan produksi.
Keberhasilan proyek juga ditentukan oleh biaya minimum yang dalam
pelaksaaannya tidak melebihi anggaran
3. Mutu
Hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan criteria yang telah
disepakati. Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang
dimaksdu, sebgai contoh proyek pembangunan gedung sekolah maka criteria yang
harus dipenuhi adalah gedung sekolah harus bisa dipakai dalam kurun waktu yang
telah ditentukan dalam perencanaan.
2.2 Jaringan Kerja (Nework Planning)
Manfaat utama dari pembuatan jaringan kerja adalah :
a. Dapat membuat perencanaan secara terperinci karena dengan menggunakan
network planning kita harus membuat logika ketergantungan yang memaksa
perkiraan ini maka kita dapat mengetahui kendala-kendala yang mungkin akan
timbul dan dapat mengambil tindakan antisipasi sebelum kendala itu terjadi.
b. Dalam network planning kita akan mengetahui waktu penyelesaian yang kritis
dan yang mana yang tidak, sehingga kita mengetahui bagaimana melakukan
pembagian usaha untuk mendapatkan waktu optimum.
2.3 Metode PERT
Pada prosedur penjadualan dengan metode CPM diasumsikan bahwa durasi
suatu kegiatan proyek dianggap telah diketahui secara pasti. Dalam kenyataannya
prosedur penjadualan melalui proses yang dinamakan estimasi (estimasi durasi
maupun estimasi biaya). Ciri utama dari estimasi adalah mengandung unsur
ketidakpastian. Hal ini sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi yaitu tingkat
resiko yang tinggi terhadap setiap perubahan yang terjadi. Cara yang formal untuk
memasukkan ketidakpastian pada penjadualan adalah dengan menganalisis
penjadualannya secara probalistik, dalam hal ini dapat digunakan PERT scheduling
(Ervianto,2004)
PERT (Program Evaluation Review Techique) dikembangkan sejak tahun
1958 oleh US Navy dalam proyek pengembangan Polaris Missile System. Teknik ini
mampu mereduksi waktu selama dua tahun dalam pengembangan sistem senjata
tersebut dan sejak itu mulai digunakan secara luas
PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan
tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi
rentang (range), yaitu memakai tiga angka estimasi. PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba ‟mengukur‟ ketidakpastian tersebut secara kuantitatif seperti ‟deviasi standar‟ dan ‟varians‟. Dengan demikian, metode ini memiliki cara yang spesifik untuk menghadapi ketikdakpastian yang memang hampir selalu terjadi
pada kenyataannya dan mengakomodasikannya adalah bentuk perhitungan. PERT
Dalam metode PERT, diketahui ada tiga buah estimasi durasi setiap kegiatan,
sedangkan dalam CPM hanya diperoleh satu estimasi durasi. Ketiga estimasi durasi
tersebut adalah:
- a = kurun waktu optimistik (optimistic duration time)
Merupakan waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala
sesuatu berjalan mulus. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam
seratus kali bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama.
- m = kurun waktu paling mungkin (most likely time)
Merupakan kurun waktu paling sering terjadi dibandingkan dengan yang
lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir
sama.
- b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)
Merupakan waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu
bila segala sesuatunya serba tidak baik. Waktu demikian dilampaui hanya
sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang
dengan kondisi yang hampir sama.
2.3.1 Teori Probabilitas
Seperti telah disebutkan diatas bahwa tujuan menggunakan tiga angka estimasi
adalah untuk memberikan rentang yang lebih besar dalam melakukan estimasi kurun
waktu kegiatan dibanding satu angka determistik. Pada dasarnya teori probabilitas
dimaksudkan untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian (uncertainty) serta mencoba menjelaskan secara kuantitatif.
1. Kurva distribusi dan variabel a,b, dan m
Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti dari a,b, dan m. Kurun waktu yang
dihasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu yang paling banyak terjadi
atau juga disebut the most likely time. Adapun angka a dan b terletak (hampir) diujung kiri dan kanan dari kurva distribusi, yang memandai batas lebar rentang
waktu kegiatan. Kurva distribusi kegiatan seperti diatas pada umumnya
Gambar 2.1 Kurva distribusi asimetris (beta) dengan a, m, dan b ( Soeharto, 1999 )
2. Kurva Distribusi dan Kurun Waktu yang Diharapkan (te)
Setelah menentukan estimasi angka-angka a,m, dan b maka tindakan
selanjutnya adalah merumuskan hubungan ketiga angka tersebut menjadi satu
angka yang disebut te atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time). Angka te adalah angka rata – rata kalau kegiatan tersebut dikerjakan berulang – ulang dalam jumlah yang besar. Dalam menentukan te dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan pesimistik
(b) adalah sama. Sedangkan jumlah kemungkinan terjadinya peristiwa paling mungkin (m) adalah 4 kali lebih besar dari kedua peristiwa di atas (Soeharto, 1999). Sehingga bila ditulis dengan rumus adalah sebagai berikut:
Kurun waktu kegiatan yang diharapkan :
Te = (a + 4m + b) (1/6).
3. Estimasi Angka – angka a, b, dan m
Mengingat besarnya pengaruh angka – angka a, b, dan m dalam metode PERT maka perlu diperhatikan beberapa hal dalam estimasi angka tersebut
diantaranya:
- Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, b, dan m dalam hubungannya
dengan perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode PERT secara
keseluruhan. Bila tidak dikhawatirkan akan mengambil angka estimasi kurun
- Dalam proses estimasi angka a, b, dan m bagi masing – masing kegiatan
jangan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target waktu
penyelesaian proyek.
- Bila tersedia data pengalaman masa lalu (historical record) maka data itu
dapat digunakan untuk bahan pembanding.
Jadi perlu digaris bawahi bahwa estimasi a, b, dan m hendaknya bersifat
berdiri sendiri, artinya bebas dari pertimbangan – pertimbangan pengaruhnya terhadap komponen kegiatan yang lain, ataupun terhadap jadwal proyek secara
keseluruhan. Karena bila ini terjadi akan mengurangi faedah metode PERT yang
menggunakan unsur probability dalam merencanakan kurun waktu kegiatan.
4. Identifikasi jalur Kritis dan Slack
Dengan menggunakan konsep te dan angka-angka waktu paling awal
peristiwa terjadi ( the earliest time of occurance – TE), dan waktu paling akhir peristiwa terjadi ( the latest time of occurance – TL), maka identifikasi kegiatan kritis, jalur kritis dan slack dapat dikerjakan seperti halnya pada CPM
( Soeharto, 1999)
5. Deviasi Standar kegiatan dan Varians kegiatan
Estimasi kurun waktu kegiatan metode PERT memakai rentang waktu dan
bukan satu kurun waktu yang relatif mudah dibayangkan. Rentang waktu ini
menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan estimasi kurun waktu
kegiatan. Berapa besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka
yang diperkirakan untuk a dan b. Pada PERT parameter yang menjelaskan
masalah ini dikenal sebagai Deviasi Standar atau Varians. Berdasarkan ilmu
statistik, angka deviasi standar sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a) atau bial
ditulis dengan rumus menjadi sebagai berikut :
Deviasi Standar Kegiatan S = (1/6) (b-a)
Varians Kegiatan
6. Deviasi Standar kegiatan dan Varians Peristiwa V(TE)
Titik waktu terjadinya peristiwa (event time) menurut J. Moder (1983) berdasarkan teori ”central limit theorem” maka kurva distribusi peristiwa atau kejadian (event time distribution curve) bersifat simetris disebut Kurva Distribusi Normal. Kurva ini berbentuk genta seperti terlihat dalam gambar 2.2
\\\
Gambar 2.2 Kurva distribusi untuk peristiwa/kejadian disebut kurva distribusi
normal dan berbentuk genta ( Soeharto, 1999 )
Sifat – sifat kurva distribusi normal adalah sebagai berikut: Seluas 68% area di bawah kurva terletak dalam rentang 2S Seluas 95% area di bawah kurva terletak dalam rentang 4S Seluas 99,7% area di bawah kurva terletak dalam rentang 6S
7. Target Jadwal Penyelesaian ( TD )
Pada penyelenggaraan proyek sering dijumpai sejumlah tonggak kemajuan
(milestone) dengan masing-masing target atau tanggal penyelesaian yang telah ditentukan. Pimpinan proyek atau pemilik acapkali menginginkan suatu analisis
untuk mengetahui kemungkinan / kepastian mencapai target jadwal tersebut.
Hubungan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target T(d) pada metode
PERT dinyatakan dengan z dan dirumuskan sebagai berikut:
Deviasi z = S
2.4 Metode CPM
Metode jalur kritis (critical path method) ini diperkenalkan menjelang akhir dekade 1950-an oleh suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerja sama dengan Rand Corporation dalam usaha mengembangkan sistem kontrol
manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan
sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks
dalam masalah desain-engineering, konstruksi dan pemeliharaan.
Pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri
dari rangkaian kegiatan kritis proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan
proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya
terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
Kadang-kadang dijumpai lebih dari satu jalur kritis dalam jaringan kerja ( Soeharto, 1999 ).
2.4.1 Terminologi dan Perhitungan
Beberapa terminologi/rumus dalam identifikasi jalur kritis -rumus perhitungan:
TE = E
Waktu paling awal peristiwa ( node/event ) dapat terjadi ( Earliest time of Occurance ), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat
dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai
bila kegiatan terdahulu telah selesai.
TL = L
Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi ( Latest Allowable Event / Occurance Time ), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa
terjadi.
ES
EF
Waktu selesai paling awal suatu kegiatan ( Earliest Finish Time ). Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan
berikutnya.
LS
Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai ( Latest Allowable Start time ). Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara
keseluruhan.
Gambar 2.3 Proyek dengan enam komponen kegiatan
1. Hitungan Maju
Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara yang disebut hitungan
maju.
Berikut ini contoh sederhana untuk maksud diatas, dengan memakai visualisasi
proyek seperti terdapat pada gambar 2.3 di atas. Soeharto (1999) menyatakan
ada beberapa aturan atau kaidah dalam menyusun jaringan kerja berikut ini :
AT-1. Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila
Peristiwa 1 menandai dimulainya proyek. Di sini berlaku pengertian bahwa
waktu yang paling awal peristiwa terjadi adalah = 0 atau E(1) = 0
AT-2. waktu selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu
mulai paling awal, ditambah kurun waktu kegiatan bersangkutan
EF = ES + D atau EF (i-j) = ES (i-j ) + D (i-j )
Untuk kegiatan 1-2 diperoleh EF(1-2) = ES(1-2) + D = 0+2 = 2
AT-3. Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu
yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan
tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang
terbesar dari kegiatan terdahulu.
Dari ketiga aturan maju diatas maka untuk contoh pada gambar 2.3 diatas
diperoleh hasil seperti yang terlihat dalam tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF
Kegiatan Kurun Waktu Sumber: Iman Soeharto, Manajemen Proyek, 1999
2. Hitungan Mundur
Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir kita ‟masih‟ dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan, tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan, yang telah dihasilkan dari hitungan maju. Hitungan mundur
dimulai dari ujung kanan ( hari terakhir penyelesaian proyek ) suatu jaringan
kerja ( Soeharto, 1999 ). Untuk jelasnya kembali dipakai contoh diatas dimana
kurun waktu penyelesaian proyek adalah 16 hari. Agar tidak menunda
pekerjaan proyek maka hari ke-16 harus merupakan hari/waktu paling akhir
dari kegiatan proyek, atau waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi. L(6) =
paling akhir kegiatan 5-6, maka dipakai aturan jaringan kerja yang menyatakan
bahwa :
AT-4. waktu paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai
paling akhir, dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang
bersangkutan, atau LS = LF-D
Jadi untuk kegiatan 5-6 dihasilkan :
LS(5-6) = LF(5-6) – D atau = 16 – 3 = 13
Selanjutnya bila kegiatan 5-6 mulai pada hari ke 13, maka berarti kedua
kegiatan yang mendahuluinya harus diselesaikan pada hari ke 13 juga.
Sehingga LF dari kegiatan 4-5 dan 3-5 adalah sama dengan LS dari kegiatan
5-6, yaitu pada hari ke-13. Dengan memakai aturan AT-4 di atas, dihasilkan
menjadi dua atau lebih, maka berlaku aturan sebagai berikut:
AT-5. Bila suatu kegiatan memiliki (memecah menjadi) 2 atau lebih
kegiatan-kegiatan berikutnya (Succesor), maka waktu selesai paling akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling akhir (LS)
kegiatan berikutnya yang terkecil.
Untuk contoh diatas, maka LF(1-2) = LS(2-4) = 2
2.4.2 Jalur Kritis dan Float
Dari perhitungan dan tabulasi pada tabel 2.1, terlihat bahwa waktu penyelesaian
proyek paling cepat (EF) adalah 16 hari dan terdiri dari urutan kegiatan yang
mengikuti jalur 1-2-4-5-6. Jadi inilah yang disebut jalur kritis, demikian pula kegiatan – kegiatan yang terletak di jalur tersebut dinamakan kegiatan kritis. Sifat atau syarat umum jalur kritis adalah :
- Pada kegiatan terakhir atau terminal LF = EF
- Float total: TF = 0
Tabel 2.2 Mengidentifikasi float dan jalur kritis
Kegiatan
Waktu (D)
(4)
Paling Awal Paling Akhir Total
Float Sumber: Iman Soeharto, Manajemen Proyek, 1999
Waktu penyelesaian proyek umumnya tidak sama dengan total waktu hasil
penjumlahan kurun waktu masing-masing kegiatan yang menjadi unsur proyek,
karena adanya kegiatann yang paralel. Bila jaringan kerja hanya mempunyai satu titik
awal (initial node) dan satu titik akhir (terminal node), maka jalur kritis juga berarti jalur yang memiliki jumlah waktu penyelesaian terbesar (terlama), dan jumlah waktu
tersebut merupakan waktu proyek yang tercepat. Kadang – kadang dijumpai lebih dari satu jalur kritis dalam sebuah jaringan kerja. (Soeharto 1999).
AT-6 , Float total suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir, dikurangi waktu selesai paling awal atau waktu mulai paling akhir
dikurangi waktu mulai paling awal dari kegiatan tersebut.
TF = LF-EF = LS – ES Atau dapat dinyatakan:
AT-6a. Float total sama dengan waktu paling akhir terjadinya node berikutnya L(j), dikurangi waktu aling awal terjadinya node terdahulu E(i),
dikurangi kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D ( i-j ).
TF = L(j) – E (I) – D (i-j).
Arti penting dari float total adalah menunjukkan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal
penyelesaian proyek secara keseluruhan. Float total ini dimiliki bersama oleh semua kegiatan yang ada pada jalur yang bersangkutan, hal ini berarti bila salah satu kegiatan
berada pada jalur tersebut adalah sama dengan float total semula dikurangi bagian yang telah terpakai.
2.4.3 Tingkat Kritis Suatu Jalur
1. Jalur Kritis
Jalur kritis ini memerlukan perhatian maksimal dari pengelola proyek,
terutama pada periode perencanaan dan implementasi pekerjaan/kegiatan yang
bersangkutan, misalnya diberikan prioritas utama dalam alokasi sumber daya
yang dapat berupa tenaga kerja, peralatan atau penyelia.
2. Jalur Hampir Kritis
Jalur hampir kritis ini memerlukan prioritas perhatian dari pengelola
proyek yang tidak sebesar pada kegiatan di jalur kritis. Meskipun demikian bila
tidak cukup diperhatikan bisa berubah menjadi kritis karena memiliki float yang tidak besar.
3. Jalur Kurang Kritis
Kegiatan – kegiatan pada jalur ini pada umumnya dianggap kurang
memerlukan perhatian dari pucuk pimpinan proyek terutama dalam aspek
jadwal.
Pendekatan dengan cara di atas yang dikenal dengan “management by exception” adalah salah satu keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
BAB III
PEMBAHASAN
Berbagai hal mungkin terjadi dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi yang
dapat mempengaruhi durasi pengerjaan proyek. Adakalanya dibutuhkan penambahan
durasi pekerjaan, hal ini dapat diakibatkan oleh kontraktor atau pemilik proyek
misalnya dengan adanya perubahan desain, pengaruh cuaca, kebutuhan sumber daya
yang tidak terpenuhi dan lain sebagainya.
Selain itu durasi proyek juga bisa dipersingkat/dipercepat diakibatkan
misalnya waktu yang tersedia kurang dari waktu pelaksanaan normal (crash program), adanya keinginan owner untuk mempersingkat waktu pelaksanaan, atau adanya keterlambatan kegiatan sebelumnya sehingga perlu mempercepat kegiatan – kegiatan
berikutnya agar waktu pelaksanaan seluruh proyek tidak terlambat. Perubahan durasi
atau waktu tentu juga sangat berpengaruh pada biaya konstruksi. Secara umum
mempersingkat durasi pengerjaan dari durasi normal akan mengakibatkan peningkatan
biaya proyek.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
sebuah sumber. Data yang diambil dari sumber tersebut adalah jenis kegiatan, durasi
kegiatan dan jumlah tenaga kerja.
Dalam pemodelan optimasi waktu kegiatan penyelesaian proyek dibuat alur
Model Optimalisasi Waktu
Gambar 3.1 Diagram Alur optimalisasi waktu untuk proyek konstruksi gedung
sederhana
PROYEK KONSTRUKSI
PERENCANAAN WAKTU
ANALISA WAKTU
CPM
HUBUNGAN ANTAR KEGIATAN
JALUR KRITIS KEGIATAN
PROBABILITAS PENCAPAIAN
PERT BARCHART
Adapun mengenai perincian pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah pekerja dan durasi yang diperlukan untuk melaksakaan bangunan tersebut adalah sebagai berikut: Pekerjaan Persiapan
- Pembersihan lapangan
- Pembuatan pemondokan pekerja
- Pematokan atau pengukuran titik – titik acuan
- Galian tanah biasa untuk meratakan lahan = 28,30 m3
- Jumlah Tenaga Kerja = 2 orang tukang
2 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 6 hari
Pekerjaan Struktur
a. Galian Tanah Keras untuk Pondasi Menerus.
- Galian tanah keras = 47,04 m3
- Jumlah Tenaga Kerja = 3 orang tukang
6 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 4 hari
b. Pekerjaan Pengecoran Pondasi Menerus.
- Beton cor camp. 1:3:5 = 17,40 m3
- Jumlah Tenaga Kerja = 3 orang tukang
15 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 6 hari
c. Perakitan besi untuk Sloof
- Perakitan Besi = 268 kg
- Jumlah Tenaga Kerja = 2 orang tukang
2 orang pekerja
1 orang mandor
d. Pembuatan bekisting untuk Sloof
f. Perakitan besi untuk kolom praktis
- Perakitan Besi = 266 kg
- Jumlah Tenaga Kerja = 2 orang tukang
2 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 3 hari
g. Pembuatan bekisting untuk kolom praktis
- Pembuatan bekisting = 27 m2
- Jumlah Tenaga Kerja = 3 orang tukang
3 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 3 hari
h. Beton cor 1:2:3 untuk kolom praktis
- Beton cor 1:2:3 = 2,68 m3
- Jumlah Tenaga Kerja = 2 orang tukang
10 orang pekerja
1 orang mandor
i. Pekerjaan Pasangan Bata
- Pembuatan acuan dan leveling.
- Pemasangan batu bata camp 1:2 = 8,80 m3
j. Perakitan besi untuk ring balok
- Perakitan Besi = 268 kg
- Jumlah Tenaga Kerja = 2 orang tukang
2 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 3 hari
k. Pembuatan bekisting untuk ring balok
n. Pekerjaan Gording Kayu
o. Pekerjaan rangka plafon kayu
- Pemasangan rangka = 1,4 m3
a. Pekerjaan Atap Genteng
- Pemasangan genteng metal G.550 = 156,0 m2
- Jumlah Tenaga Kerja = 3 orang tukang
6 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 6 hari
b. Pekerjaan Talang Jurai
- Pemasangan talang jurai = 10 m‟
- Jumlah Tenaga Kerja = 1 orang tukang
2 orang pekerja
1 orang mandor
- Durasi Pekerjaan = 3 hari
c. Pekerjaan Rabung Genteng
- Pemasangan rabung genteng metal G.550 = 39,0 m‟
- Jumlah Tenaga Kerja = 2 orang tukang
4 orang pekerja
d. Pekerjaan Kosen
f. Pekerjaan pyan triplek
- Pemasangan pyan triplek = 128,30 m2
h. Pekerjaan Pintu, jalusi, ventilasi
i. Pekerjaan Daun jendela kaca
l. Pekerjaan Rabat beton (lantai tumbuk)
n. Pekerjaan Instalasi
- Bak cuci piring, tempat sabun, kloset jongkok
- Bak fiber glass kap. 1 m3
- Jumlah Tenaga Kerja = 2 orang tukang
2 orang pekerja
- Durasi Pekerjaan = 3 hari
Durasi pekerjaan dari setiap pekerjaan dalam model kasus ini dirangkum
seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Durasi Pekerjaan
No Kode Pekerjaan Durasi
(hari)
1 A Persiapan 6
2 B Galian tanah untuk pondasi menerus 4
3 B‟ Pengecoran pondasi menerus 6
4 C Perakitan besi sloof 3
5 C‟ Pembuatan bekisting sloof 3
6 C‟‟ Pengecoran sloof 2
7 D Perakitan besi kolom praktis 3
8 D‟ Pembuatan bekisting kolom praktis 3
9 D‟‟ Pengecoran kolom praktis 2
10 E Pasangan Bata 14
11 F Kosen Pintu dan Jendela 11
12 G Perakitan besi ring balok 3
13 G‟ Pembuatan bekisting ring balok 3
21 N Rabung Genteng 3
22 O Rangka kayu plafon 7
23 P Rabat Beton / Lantai Tumbuk 5
24 Q Lisptlank Kayu 5
25 R Pyan Triplek 7
26 S Daun Pintu, jelusi, ventilasi 6
27 T Daun Jendela Kaca 10
28 U Pengecatan 11
29 V Keramik 11
30 W Pemasangan Instalasi 6
31 X Pemasangan Aksesoris 3
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Penjadwalan proyek yang dilakukan dalam model kasus ini adalah berupa
metode bagan balok (barchart), metode jalur kritsi (CPM) dan metode teknik dan evaluasi proyek (PERT).
3.1 Barchart (diagram balok)
Barchart disusun dengan maksud mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, waktu
penyelesaian dan saat pelaporan. Barchart ini sangat mudah dipahami dan dimengerti dengan visualisai yang sederhana sebagai alat perencanaan dan pengedalian waktu dan
bila digabungkan dengan kurva S bermanfaat untuk alat pengendalian biaya. Tetapi
Barchart tidak menunjukkan secara spesifik ketergantungan antara kegiatan sehingga sulit mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan suatu kegiatan
terhadap jadwal proyek.
Dari hasil perincian pekerjaan yang telah dilakukan maka dapat dibuat bagan balok
3.2 Critical Path Method (CPM)
CPM atau metode jalur kritis adalah metode menyusun pekerjaan yang
merupakan komponen lingkup proyek menjadi jaringan kerja. Dalam metode ini akan
diketahui jalur kritis dan jalur non kritis. Jalur kritis menunjukan jalur penyelesaian
proyek tercepat, keterlambatan kegiatan pada jalur kritis akan mengakibatkan
keterlambatan seluruh proyek. Jalur non kritis merupakan kegiatan yang memilik
tenggang waktu (float), keterlambatan pada jalur kegiatan tidak menyebabkan keterlambatan proyek selama total float tidak dilebihi. Untuk melakukan percepatan atau perlambatan pekerjaan maka sangat berkaitan dengan jalur tersebut.
Gambar diagram jalur kristis untuk model kasus ini seperti terlihat pada Lampiran 1
Berdasarkan diagram kerja dengan metode CPM pada gambar 3.2 maka dapat
ditentukan jalur kritis dan jalur tidak krists dari model kasus proyek yang ditinjau
berdasarkan total float masing – masing kegiatan seperti terlihat dalam tabel 3.2. Kegiatan dengan total float = 0 merupakan jalur kritis.
Tabel 3.2 Jalur kritis dan tidak kritis
13 7 7‟ G2 Pasangan Bata 7 1 Tidak Kritis
Berdasarkan diagram jaringan kerja telah diproleh bahwa jalur kritis adalah :
A1-B-C1-D1-E1-F1-G1-H1-I1-K1-L-N1-P-S1-T1-U1-V1-W
3.3 Project Evaluation and Review Technique (PERT)
PERT direkayasa untuk menghadapi situasi denga kadar ketidakpastian
(uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. Pada CPM waktu kegiatan komponen diperkirakan secara deterministik (satu angka), PERT memakai pendekatan
yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung pada banyak faktor dan
variasi sehingga diperkirakan dalam rentang (range). Dalam metode ini akan
menghasilkan beberapa durasi pekerjaan sesuai dengan probabilitas yang diharapkan.
Perbedaan waktu ini akan dievaluasi dengan melakukan optimasi dalam waktu.
Dalam metode PERT untuk setiap item pekerjaan diperlukan durasi waktu
14 H1 Ring Balok (besi) 3 4 5 4
Estimasi kurun waktu kegiatan pada metode PERT mempergunakan rentang
waktu dan bukan kurun waktu yang pasti, rentang ini menandai derajat ketidakpastian
yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Besarnya derajat
menjelaskan masalah ini dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Hasil
perhitungan disajikan dalam tabel 3.4
Deviasi standar kegiatan = S = 1/6 (b-a)
Varians kegiatan = V(te) = S2 = 1
6( − ) 2
Tabel 3.4 Nilai deviasi standar dan varians
25 O Rabung Genteng 2 4 3 0.333 0.111
26 P Lisplank kayu 4 6 5 0.333 0.111
27 Q Pyan triplek 5 9 7 0.667 0.444
28 R Daun pintu, jelusi, ventilasi 5 7 6 0.333 0.111
29 S1 Daun jendela kaca 3 5 4 0.333 0.111
30 S2 Daun jendela kaca 5 7 6 0.333 0.111
31 T1 Rabat beton 2 4 3 0.333 0.111
32 T2 Rabat beton 1 3 2 0.333 0.111
33 U1 Pengecatan 1 3 2 0.333 0.111
34 U2 Pengecatan 7 11 9 0.667 0.444
35 V1 Keramik 8 10 9 0.333 0.111
36 V2 Keramik 1 3 2 0.333 0.111
37 W Pemasangan instalasi 5 7 6 0.333 0.111
38 X Pemasangan aksesoris 2 4 3 0.333 0.111
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan diagram jaringan kerja telah diproleh bahwa jalur kritis adalah :
A1-B-C1-D1-E1-F1-G1-H1-I1-K1-L-N1-P-S1-T1-U1-V1-W
Dengan nilai total te adalah:
te = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 +4 + 7 + 4 + 8 + 4 + 3 + 5 + 5 + 4 + 3 + 2 + 9 + 6
te = 84 hari
sedangkan nilai V(te) adalah:
V(te) = 0,111+0,111+0,111+0,111+0,111+0,111+0,111+0,111+0.444+0,111+0,111
+0,111+0,111+0,111+0,111+0,111+0,111+0,111
V(te) = 2,331
Maka diperoleh nilai
S = �(� )
= 2,331
S = 1,53 hari
Jadi diperoleh angka untuk titik persitiwa selesainya proyek yaitu pada hari ke
84 dengan besar rentan 3S peristiwa 23 adalah 4,59 hari atau dengan kata lain kurun
waktu penyelesian proyek adalah 4,59 hari.
Untuk mengetahui probabilitas/kemungkinan untuk mencapai target/waktu
penyeleaian proyek maka dihitung deviasi Z seperti pada tabel 3.4 berikut.
Deviasi (Z) = − � → probabilitas diperoleh dari tabel distribusi kumulatif Z.
Tabel 3.5 Rentang probabilitas pencapaian waktu
T(d) Z Probabilitas
79 -3.268 0
80 -2.614 0
81 -1.961 2,5%
82 -1.307 9,68%
83 -0.654 25,78%
84 0 50%
85 1.307 90,32%
86 1.961 97,59%
87 2.614 99,54%
88 3.268 99,94%
89 3.922 99,99%
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil analisis dengan metode PERT tersebut diatas dapat dilihat bawa
probabilitas penyelesaian proyek untuk kurun waktu yang telah ditentukan yaitu 84
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dengan Critical Path Method (CPM) maka diperoleh jalur kritis yang dapat
dioptimalkan adalah A1-B-C1-D1-E1-F1-G1-H1-I1-K1-L-N1-P-S1-T1-U1-V1-W
dengan total waktu kritis sebanyak 84 hari.
Dengan metode PERT dapat dilihat bahwa dengan probability of succes = 97,59% maka jumlah waktu yang dibutuhkan sebanyak 86 hari .
4.2 Saran
Dari hasil pembahasan diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan analisis secara cermat terhadap waktu dalam proyek karena
waktu erat kaitannya dengan biaya proyek.
2. Pada umumnya dalam pelaksanaan proyek, pengendalian waktu proyek hanya
menggunakan barchart, disarankan untuk menggunakan CPM dan PERT
DAFTAR PUSTAKA
Charles, Kirkpatrick.A. dan Levin, Richard,I. 1972. Perentjanaan dan pengawasan dengan PERT dan CPM. Bhatara : Jakarta
Djamin, Zulkarnain.2008.Perencanaan dan analisa proyek. UIPRESS: Jakarta
Ervianto, Wulfram. 2009. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Andi: Yogayakarta
Hamdy A Taha. 1982. Operasi Riset. Binarupa Aksara : Tangerang
Hayu Agustini Dwi dan Endra Rahmadi.2004. Riset Operasional Konsep-konsep Dasar. Rineka Cipta : Jakarta
Husein, Abrar.1992. Manajemen Proyek. Penerbit Andi: Serpong
Mulyono, Sri.2004. Riset Operasi. FEUI: Jakarta
Rao, S.S. 1977. Optimization. Wiley Eastern Limited: San Diego
Santosa, Budi.1997. Manajemen Proyek. Gunawidya: Surabaya
Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional. UIPRESS: Jakarta
Siswojo.1981. Pokok-Pokok Project Management PERT & CPM. Erlangga : Jakarta
Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek dari konseptual sampai operasional. Erlangga:Jakarta
Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Erlangga: Jakarta
Subagyo, Pangestu dan Marwan Asri.2000. Dasar-Dasar Operation Research. BPFEYogyakarta: Yogyakarta
Supranto, Johanes.1988. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. UIPRESS: Jakarta
Tampubolon, Manahan.P. 2004. Manajemen Operasional. Ghalian Indonesia : Jakarta