1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Salah satu kanker yang banyak diderita oleh pasien adalah kanker payudara. Kanker payudara (carcinoma mamae) adalah suatu neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma (Anonimb, 2007).
Angka kejadian kanker payudara jauh lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Kemungkinan laki-laki terkena kanker payudara adalah 1:100 (King, 2000). Di Indonesia, kanker payudara menempati posisi kedua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi dan Mangunkusumo, 2002). Kanker biasanya diobati dengan agen kimia, pembedahan, atau radiasi.
Penggunaan kemoterapi belum memberikan hasil yang optimal karena obat tidak bekerja secara spesifik. Pembedahan umumnya tidak efektif lagi untuk sel yang telah mengalami metastasis. Sedangkan radiasi seringkali tidak efektif dan tidak aman untuk sel-sel yang normal. Oleh karena itu perlu dikembangkan obat baru dari bahan alam yang berpotensi sebagai antikanker yang aman (Supardjan dan Meiyanto, 2002).
2
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antikanker adalah tanaman sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Secara empiris tanaman ini digunakan sebagai obat kanker payudara. Dalam herba sisik naga terkandung senyawa saponin, polifenol, tanin dan flavonoid (Sumastuti dan Sonlimar, 2007).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol 70% herba sisik naga terhadap sel kanker payudara (T47D)?
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, peneliti merumuskan masalah: apakah ekstrak etanol 70 % herba sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.) mempunyai efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara (T47D)?
C. Tujuan Penelitian
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi keempat, 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonima, 2007, Drymoglossum piloselloides (L.) C. Presl, (online), (http:// www.biologie.uni-ulm.de/cgi-bin/query-all, diakses 2 Oktober 2007).
Anonimb, 2007, Kanker Payudara, (online), (http://www.id.wikipedia.org, diakses pada 27 Januari 2008).
Anonimc, 2007, Kanker, (online), (http://www.wikipedia.org/wiki/kanker, diakses 2 Oktober 2007).
Anonim, 2008, Penyebab dan Resiko Terjadinya Kanker, (online), (http://www.indonesiaindonesia .com, diakses pada 29 Januari 2008)
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi keempat, 607-608, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Dalimartha, S., 2002, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, 11, 83, Penebar Swadaya, Jakarta.
Da’i, M., 2003, Uji Aktivitas Antiproliferatif Pentagamavunon-0 terhadap Sel Ragi, Sel HeLa, Sel Meyloma, Tesis, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Fessenden, R. J., and Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A. H., Erlangga, Jakarta.
Freshney, R. L., 1986, Animal Cell Culture, a Practical Approach, 1st Ed., IRL Press, Washington D.C.
Harborne, J. B., 1996, Metode Fitokimia (Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan), ITB, Bandung.
Hariana, A., 2006, Tumbuhan Bahan Obat dan Khasiat Seri 3, Penebar Swadaya, Jakarta.
King, R. J. B., 2000, Cancer Biology, 2nd Ed., Pearson Education Limited, London.
21
Mostmann, T., 1983, Rapid Colorimetric Assay for Cellular Growth and Survival: Application to Proliferation and Cytotoxicity Assay, J. Immunological Methods.
Mulyadi, 1997, Kanker: Karsinogen dan Anti Kanker, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.
Nafrialdi dan Gan, S., 1995, Farmakologi dan Terapi: Antikanker, edisi 4, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Sukardja, I. D. G., 2000, Onkologi Klinik, 43-44, Erlangga University Press, Surabaya.
Sumastuti, R., Sonlimar, 2007, Efek Sitotoksik Ekstrak Buah Daun Mahkotadewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] terhadap Sel HeLa, (online), (http:// www.tempo.co.id, diakses 2 Oktober 2007).
Supardjan, A. M., dan Meiyanto, E., 2002, Efek Antiproliferatif Pentagamavunon-O Terhadap Beberapa Sel Kanker, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tada, H., Siho, O., Kuroshima, K., Koyama, M., and Tsukamoto, K., 1986, An Improved Colorimetric Assay for Interleukin 2, J. Imunological Methods, 93, 1116-1121.
Tjindarbumi, D. and Mangunkusumo, R., 2002, Cancer in Indonesia, present and future, Jpn. J. Clin. Oncol., 32 (supplement 1), S17-S21.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani, N., Edisi V, UGM Press, Yogyakarta.
LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA SISIK NAGA
(
Drymoglossum piloselloides
[L.] Presl.) TERHADAP SEL T47D
Oleh:
Ratna Yuliani, M.Biotech.St
Maryati, M.Si., Apt
FAKULTAS FARMASI
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
1. Judul : Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Herba Sisik
Naga (Drymoglossum Piloselloides [L.] Presl.) terhadap Sel T47D
2. Kategori penelitian : Kesehatan
3. Ketua peneliti
3.1 Data pribadi
a. Nama Lengkap : Ratna Yuliani, M.Biotech.St
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP/Golongan : 100.957/IIIa
d. Strata/Jab. Fungsional : Asisten Ahli
e. Jabatan Struktural :
-f. Fakultas/Jurusan : Farmasi
g. Bidang Ilmu : Bioteknologi
3.2 Mata kuliah yang diampu dan jumlah SKS
a. Mata kuliah I : Farmakognosi I (2 sks)
b. Mata kuliah II : Farmakognosi II (2 sks)
c. Mata kuliah III : Mikrobiologi Farmasi (2 sks)
d. Mata kuliah IV : Kultur Jaringan (1 sks)
3.3 Penelitian terakhir
a. Judul penelitian I : Potensi sitotoksik kalus ceplukan (Physalis
angulata L) terhadap sel myeloma
4. Jumlah anggota 1 orang
RINGKASAN PENELITIAN DOSEN MUDA
UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL 70 % HERBA SISIK
NAGA (
Drymoglossum piloselloides
Presl.)
TERHADAP SEL T47D
Oleh:
Ratna Yuliani, M.Biotech.St
Maryati, M.Si., Apt
FAKULTAS FARMASI
1
UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL 70 % HERBA SISIK NAGA
(Drymoglossum piloselloides Presl.)
TERHADAP SEL T47D
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, dan tidak terkendali. Kanker payudara (carcinoma mammae)
adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma
(Anonima, 2007). Angka kejadian kanker payudara jauh lebih besar pada wanita
dibanding laki-laki. Kemungkinan laki-laki terkena kanker payudara adalah 1 :
100 dari wanita (King, 2000). Di negara-negara maju, satu dari delapan wanita
menderita kanker payudara. Menurut WHO, lebih dari 1.000.000 kasus terjadi
setiap tahun dan lebih dari setengahnya terdapat di negara-negara berkembang
(Aapro, 2001). Di Indonesia, kanker payudara menempati posisi kedua (12,10 %)
setelah kanker leher rahim (19,18 %). Berdasarkan sepuluh kanker primer pada
wanita di Indonesia, kanker payudara juga menempati posisi kedua (17,77 %)
setelah kanker leher rahim (28,66 %) (Tjindarbumi dan Mangunkusumo, 2002).
Obat antikanker yang ideal seharusnya cepat membunuh sel kanker
tanpa membahayakan jaringan normal. Sampai sekarang belum ditemukan
obat-obatan yang memenuhi kriteria sehingga perlu dikembangkan obat baru yang
mempunyai efek terapi yang baik (Katzung, 1995). Penelitian untuk mendapatkan
obat antikanker antara lain dilakukan dengan menggali senyawa-senyawa alam
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, khususnya yang selama ini telah dipercaya
oleh sebagian masyarakat sebagai obat tradisional penyakit kanker. Hal tersebut
dikarenakan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature)
semakin tinggi dengan lebih memilih menggunakan obat-obatan tradisional.
Keanekaragaman hayati Indonesia sangat berpotensi dalam penemuan
senyawa baru yang berkhasiat sebagai antikanker. Salah satunya adalah famili
Polypodiaceae. Secara empiris tanaman ini digunakan sebagai obat kanker
payudara. Dalam herba sisik naga terkandung senyawa saponin, polifenol, tanin
dan flavonoid (Hariana, 2006). Kanker payudara merupakan penyakit yang
banyak diderita wanita di Indonesia setelah kanker leher rahim. Oleh karena itu,
perlu diteliti efek sitotoksik dari herba sisik naga terhadap sel kanker payudara
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol
70 % herba sisik naga terhadap sel T47D secara in vitro. Metode uji yang
digunakan adalah metode MTT assay yang merupakan uji laboratorium dan
metode pewarnaan untuk mengukur proliferasi atau pertumbuhan sel. Enzim
reduktase mitokondria yang aktif pada sel hidup akan mereduksi MTT yang
berwarna kuning menjadi formazan berwarna ungu (Gambar 1). MTT
(3-(4,5-dimetilltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida) adalah suatu garam tetrazolium
yang direduksi menjadi formazan pada mitokondria sel hidup. Warna ungu ini
selanjutnya dideteksi serapannya secara spektrofotometer dengan ELISA reader
pada panjang gelombang 500-600 nm (Mosmann, 1983). Intensitas warna ungu
yang terbentuk ini berkorelasi secara langsung dengan jumlah sel yang aktif
melakukan metabolisme, dengan demikian berkorelasi langsung dengan jumlah
sel yang hidup (Tada et al., 1986).
Gambar 1. Sel T47D Setelah Penambahan Reagen MTT
Pengamatan morfologi sel T47D dilakukan untuk mengetahui efek
sitotoksik ekstrak etanol 70 % herba sisik naga. Jika dilihat di bawah mikroskop,
morfologi sel antara sel T47D yang hidup dan mati menunjukkan perbedaan.
Pada kelompok kontrol sel (Gambar 3 (A)), semua sel menunjukkan morfologi sel
hidup. Sel hidup akan berwarna terang karena terdapat cairan sitoplasma yang
dapat meneruskan cahaya dari mikroskop berbentuk agak panjang.
Pada perlakuan senyawa uji pada konsentrasi tertinggi (500 µg/ml)
menunjukkan morfologi sel sedikit mengalami kematian (Gambar 2 (B)). Sel yang
mati akan terlihat gelap dan berbentuk bulat. Hal ini terjadi karena sel kehilangan
sitoplasma akibat rusaknya membran sel sehingga sel tidak dapat meneruskan
3
sel yang hidup, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol tidak mempengaruhi
kematian sel T47D (Gambar 2 (C)).
Gambar 2. Foto Sel T47D. Kontrol Sel T47D setelah Inkubasi 24 jam (A), Sel T47D dengan perlakuan ekstrak etanol 70 % herba sisik naga pada konsentrasi tertinggi 500 µg/ml (B), konsentrasi terendah 31,25 µg/ml (C)
(sel hidup: , sel mati : ).
Kontrol ekstrak digunakan untuk mengurangi kesalahan pembacaan pada
ELISA reader, karena ekstrak yang berwarna dapat mempengaruhi absorbansi. Hasil absorbansi yang diperoleh dari pembacaan pada ELISA reader dapat
ditentukan persentase sel hidup. Hasil uji sitotoksik menunjukkan hubungan
antara konsentrasi ekstrak tanaman uji dengan persen sel hidup T47D setelah
inkubasi 24 jam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Profil Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Herba Sisik Naga terhadap % Sel Hidup Sel T47D
Konsentrasi (µg/ml) % Sel hidup
31,25 83,55
62,5 83,55
125 83,93
250 77,68
500 69,20
4
Gambar 4. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Etanol 70 % Herba Sisik Naga dengan % Sel Hidup Sel T47D. Kenaikan konsentrasi ekstrak etanol 70 % herba sisik naga menyebabkan penurunan % sel hidup sangat sedikit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% herba sisik naga
tidak mempunyai efek sitotoksik terhadap sel T47D (Tabel 1 dan Gambar 4). Hal
ini ditunjukkan dengan pemberian ekstrak dengan konsentrasi yang semakin
meningkat namun % sel hidup yang diperoleh cenderung tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan. Peningkatan konsentrasi ektrak yang semakin tinggi
diharapkan menurunkan persentasi sel hidup secara signifikan. Suatu ekstrak
dapat dikatakan memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara apabila
memiliki nilai IC50 < 40 µg/ml (Windono, 2005). Dari data yang diperoleh, nilai
IC50 tidak dihitung karena data tidak menunjukkan hubungan yang linear. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba sisik naga tidak