• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PADA KEGIATAN KESIAPSIAGAAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN PERIODE 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PADA KEGIATAN KESIAPSIAGAAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN PERIODE 2011-2015"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PADA KEGIATAN KESIAPSIAGAAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

PERIODE 2011-2015

Oleh :

DEYA RIZKA OKTA UTAMI NIM. 20120520034

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PADA KEGIATAN KESIAPSIAGAAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

PERIODE 2011-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

DEYA RIZKA OKTA UTAMI NIM. 20120520034

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Deya Rizka Okta Utami Nim : 20120520034

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini dengan judul “Partisipasi Perempuan dalam Penanggulangan Bencana Pada Kegiatan Kesiapsiagaan Gunung Merapi Di Kabupaten Sleman Periode 2011-2015” yang saya buat ini

adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun perguruan tinggi lainnya.

2. Isi skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak

lain, kecuali arahan dosen pembimbing.

3. Saya menyetujui penggunaan skripsi ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun dalam bentuk karya ilmiah lainnya oleh dosen pembimbing.

4. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya, apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang Membuat Pernyataan

(4)

MOTTO

Sekali saja kau menunda, sekali itulah yang akan membuatmu

mengatakan menyesal tidak memulai dari dulu

(Deya Rizka Okta Utami)

Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, rasa malas menjadi

hambatan, jika sebuah tantangan itu dikerjakan, suatu kebanggan pasti

akan datang

(M. Akhsan Ghoni)

Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka

dia berada dijalan Allah

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Ibundaku tercinta Zariyati

Ayahanda Aswar Mazali

Adikku M. Arda Dwi R. & M. Faiq A. Azizi

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada seluruh pihak yang telah memberikan motivasi, semangat

serta ,menjadi sumber motivasi bagi penulis

Yang paling pertama saya ucapkan terimakasih tak terhingga kepada ibunda saya, Ibu Zariyati. Yang telah melahirkan saya, membesarkan saya, mengajari

saya dengan penuh cinta, berbesar hati, yang berjuang tanpa henti menyekolahkan saya dan kedua adik saya seorang diri. Pengorbanan mama takkan mungkin bisa terbalas sampai kapanpun, tapi jerih payah mama tak pernah ada yang sia-sia, hingga saat ini bisa melihat kakak wisuda. Terima

kasih selama ini sudah menjadi ibu yang sangat kuat, ibu yang sangat menyayangi kami anak-anakmu dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga, menjadi penyemangat yang sangat luar biasa sehingga bisa menyelesaikan kuliah ini. Semoga mama slalu diberikan kesehatan, umur yang

panjang dan selalu dilimpahkan banyak rejeki olehNya, amin ya robbal’alamin

Kepada Ayahku Aswar Mazali yang juga mengajariku banyak hal. Tanpa mu aku takkan bisa terlahir didunia ini, trima kasih telah memberikan kesempatan

kepadaku untuk dapat belajar keluar daerah hingga ke Jogja ini, terima kasih pa untuk semuanya. Walaupun kita tidak serumah lagi semoga Allah slalu

melindungi papa dari kejahatan apapun dan slalu memberikan kesehatan kepada papa.

Kedua adikku M. Arda Dwi Ramadhani dan M. Faiq Akmal Azizi yang slalu memberikan warna pada keluarga kami. Trimakasih adik-adikku tersayang yang sudah menjadi anak yang baik dan slalu mendukung kakaknya menjadi

(7)

M. Akhsan Ghoni, yang selama ini selalu direpotkan. Baik itu dalam penelitian dan pembuatan skripsi ini maupun hal lainnya. Tempat mengadu segala keluh kesah. Terimakasih karna slalu menyemangati dengan sepenuh hati, slalu sabar

menghadapi saya yang terkadang emosian. Slalu tau bagaimana menghadapi saya ketika saya sedang stress. Trimakasih karna slalu menjadi teman dalam susah maupun senang slama di Jogja ini, semoga kelak menjadi teman hidup

saya untuk selamanya, amin ya robbal’alamin.

ucapan terima kasih kepada om saya, Om Put dan Om Jon, yang slama saya kuliah ini selalu memberikan saya motifasi, menguatkan saya ketika saya jatuh,

yang slalu memegang saya ketika rasanya harapan itu sudah tidak ada, terima kasih banyak om karena slama ini membantu mama untuk menyelesaikan

kuliah saya, mungkin takkan bisa membalas semuanya tapi Allah akan membalas smua yang om berikan untuk kelancaran urusan dea di Jogja ini.

Keluarga besar nenek Zubaidah yang slama ini juga turut membantu dan mendokan kelancaran kuliah saya. Mak oteh, pak anjang, pak ucu, nek ha, nek

awi, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu…

Bang maman, sodara yang dipertemukan Allah dengan tidak sengaja. Trimakasih banyak bang, karena abang urusan kuliah dea pertama kalinya di Jogja jadi lancar. Terimakasih untuk kebaikan abang yang membantu dea mulai

dari daftar kuliah, daftar ulang, sampai menjadi mahasiswi tetap UMY.

Sahabat-sahabatku yang sejak SMA sampai saat ini slalu memberikan semangat tiada henti, memberikan kasih sayang seperti layaknya keluarga sendiri, trimakasih karna sampai saat ini persahabatan ini masih sangat terjaga

yang sayang-sayangku Dinda Anastayah, Syarifah Dina Septiana, Eka Agus Rianti, Ella Nurmala

Sahabatku Intan Nuri yang tinggal satu kos hampir 4 tahun, yang paling tau saya seperti apa. Orang yang terkadang labil tetapi sebenernya dewasa. Pemilik

suara paling cempreng di kos dan perusak sound kalo lagi karoke hahaha ketawa bareng udah pernah, nangis bareng udah pernah semoga persahabatan

(8)

Sahabat-sahabatku yang katanya Genk Tosca, Nur Ulumi, Mergie Zanna, Isnaeni Lailatul Izza, Dwi Ratna Agustin, Winda Ariandani, Dewi Agustiani, Nissa’ul mardliyah. Trimakasih karna slama ini menjadi sahabat, keluarga yang

sangat asik. Setiap ngumpul nggak ada kata nggak ketawa. Terimakasih slama ini dengan penuh kasih sayang menerima saya seperti keluarga sendiri, yang

sudi berbagi kisah sedih dan senang bersama-sama. Ketawa bareng, nangis bareng udah pernah dirasain smoga slalu menjadi pelengkap hidup saya dan

jangan pernah berubah

Ucapan terima kasih saya untuk Ibu Dian Eka Rahmawati.,S.IP.,M.Si yang dengan sabarnya membimbing saya, mengajari saya, dan memberikan waktu dan kepercayaan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skirpsi ini.

Ibu pembimbing yang baik hati dan tidak pernah membuat saya menjadi pantang menyerah dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih banyak ibu

untuk semuanya.

Ucapan terimakasih kepada akak Riska dan Dede ndut yang dengan sabarnya mengajari saya, memberikan masukan kepada saya, menyemangati saya ketika saya mentok dengan skripsi saya sendiri. Smoga slalu dilimpahkan rejeki kalian

berdua dan slalu diberikan kesehatan

Teman-teman Daerah KPMKR-KKJ (Keluarga Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau- Kabupaten Karimun Jogjakarta) yang telah banyak membantu saya mulai

saya pertama kali tiba di jogja sampai saya masuk ke UMY dan banyak memberikan kesempatan kepada saya untuk berpartisipasi dalam

keorganisasian daerah. Terima kasih karena membuat saya merasa slalu berada di kampong halaman dan melupakan kerinduan akan keluarga ketika berada

ditengah kalian.

Teman-teman kos ojolali ceria, mbak mona, mbak tira, kocet, ditong, mbak Kristin, ayuk yang slama ini menjadi teman yang sangat baik slama saya tinggal di kos ini. Hidup layaknya keluarga sendiri, saling membantu, saling

(9)

Teman-teman PUPUS yang sampai detik ini masih tetap menjadi sahabat baik saya, rio buru, destia, miun, ario, galih, ocong, bagus, bang kas, nana, laras, fortina, era, endah, merda, dayat. Teman yang paling asik kalo ngumpul, tak

pernah tak ketawe, slalu kasi semangat satu sama lain, terimekaseh geng

Teman-teman KCK’ers yang katanya Genk kece, yang isinya orang-orang edan

smua. Trimakasih geng membuat hidup saya di Jogja menjadi sangat berwarna. Tanpa kalian mungkin nggak akan pernah berani naik gunung. Trima kasih geng karna udah melukis kenangan indah di hidup saya. Kalian slalu menjadi

teman dan sahabat yang paling asik kalo diajak ngakak. Beb agung, haris, bunbay, pyuguh, alip, beb asrul, umay, ditong, onyeng

Teman-teman KKN 68 yang slalu menjadi teman yang asik, walaupun terkadang susah untuk ngumpul tapi insyallah komunikasi dan saling mensuport slalu kita lakukan ya geng. Gresia, fifi, bonaya, eko, hafidz, Fiona,

anit, pinta, didin, enggar, jen, nopi smoga slalu ingat kenangan kita slama tinggal bareng slama sbulan di Niron

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...v

HALAMAN MOTTO ...x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ...xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ...xx

SINOPSIS ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Kerangka teori ...8

(11)

2. Penanggulangan Bencana ...13

3. Pra Bencana ...19

4. Kesiapsiagaan ...26

F. Definisi Konseptual ...29

G. Definisi Operasional ...31

H. Metode Penelitian ...32

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Sleman ...37

1. Sejarah ...37

2. Letak Wilayah ...39

3. Luas Wilayah ...40

4. Topografi ...41

5. Jenis Tanah ...41

6. Kependudukan ...42

7. Visi Misi ...45

8. Kawasan Rawan Bencana ...46

B. Profil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman ...49

1. Sejarah ...49

2. Visi Misi ...51

3. Tugas dan Fungsi ...52

(12)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Partisipasi Perempuan Dalam Proses

Kesiapsiagaan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman ...57

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...87 B. Saran ...88

DAFTAR PUSTAKA ...90

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman ...40

Tabel 2.2 Pembagian Jenis Tanah Berdasarka Wilayah Kecamatan ...42

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2011 ...43

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2014 ...44

Tabel 2.5 Data Sebaran Penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) ...45

Tabel 2.6 Data Jumlah Daerah Rawan Bencana ...48

Tabel 2.7 Data Masyarakat Terlatih dan Rasio Perempuan Terlatih ...48

Tabel 3.1 Tahapan Penyusunan dan Uji Coba Rencana Penanggulangan Bencana ...61

Tabel 3.2 Tahapan Pengorganisasian, Pemasangan, dan Pengujian Sistem Peringatan Dini ...64

Tabel 3.3 Tahapan Penyediaan dan Penyiapan Barang Pasokan Pemenuhan Kebutuhan Dasar ...68

Tabel 3.4 Tahapan Pengorganisasian, Pelatihan, Penyuluhan, Pelatihan, dan Gladi tentang Mekanisme Tanggap Darurat ...73

Tabel 3.5 Tahapan Penyiapan Lokasi Evakuasi ...76

Tabel 3.6 Tahapan Penyusunan Data Akurat, Informasi, dan Pemulihan ....79

(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Penanggulangan Bencana ...14

Gambar 1.2 Tahapan Penanggulangan Bencana ...19

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Sleman ...37

Gambar 2.2 Lambang BPBD Kabupaten Sleman ...49

Gambar 2.3 Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Sleman ...54

(16)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PADA KEGIATAN KESIAPSIAGAAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

PERIODE 2011-2015 Oleh:

DEYA RIZKA OKTA UTAMI 20120520034

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta Pada

Hari/Tanggal : Jum’at, 26 Agustus 2016 Pukul : 09.00-10.00 WIB

Tempat : Ruang Igov Lama 2

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Dian Eka Rahmawati.,S.IP.,M.Si

PENGUJI I PENGUJI II

Bambang Eka Cahya Widodo.,S.IP.,M.Si Dr. Inu Kencana Syafie.,M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(17)

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PADA KEGIATAN KESIAPSIAGAAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

PERIODE 2011-2015

Oleh : Deya Rizka Okta Utami (20120520034)

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Partisipasi perempuan dalam kegiatan penanggulangn bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman merupakan salah satu program target pencapain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman periode 2011-2015. Maksud dan tujuan adanya program ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan perempuan pada penanggulangan bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Dalam hal ini penelitian ini difokuskan pada kegiatan kesiapsiagaan sehingga rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana pada kegiatan kesiapsiagaan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Penelitian ini mengkaji penerapan 7 prinsip partisipasi dalam proses kesiapsiagaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan unit analisis antara lain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman (Bidang Sosial), Bappeda Kabupaten Sleman, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Sleman, Dinas Perumahan dan Pekerjaan Umum Kabupaten Sleman, PKK Kabupaten Sleman, PKK Kecamatan Depok, PKK Desa Pandowoharjo, PKK Kecamatan Cangkringan, PKK Desa Gungan.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam kegiatan kesiapsiagaan di Kabupaten Sleman sudah berjalan, walaupun dalam beberapa tahapan kesiapsiagaan prinsip partisipasi ini masih sangat minim terlihat. Prinsip partisipasi meliputi cakupan, kesetaraan dan kemitraan, transparansi, kesetaraan kewenangan, kesetaraan tanggung jawab, pemberdayaan dan kerja sama. Dalam tahapan kesiapsiagaan, partisipasi perempuan lebih menonjol pada tahapan pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat, selain itu juga pada tahapan penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap bencana dan juga pada tahapan penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana. Hal ini disebabkan oleh jumlah partisipasi perempuan yang dibatasi oleh BPBD yang hanya berjumlah 20%. Partisipasi perempuan juga hanya ditempatkan pada dapur umum dan pengelolaan barak saja. Hal ini dikarenakan oleh masih banyaknya pandangan yang menganggap bahwa perempuan hanya harus menetap di rumah dan tidak terlibat dalam penanggulangan bencana.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia telah menyadarkan kesadaran nasional penting adanya usaha pengurangan risiko terhadap bencana. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dinilai telah memberikan kerangka kebijakan terhadap langkah serta upaya penanggulangan bencana.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.1

Indonesia sebagai Negara berkembang merupakan Negara yang rawan berbagai bencana alam karena terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi.

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang rawan terhadap bencana yaitu, bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung berapi. Bencana hidro-meteorologi seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran, abrasi dan gelombang ekstrim, dan cuaca ekstrim.2 Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki Gunung Merapi yang termasuk menjadi salah satu gunung berapi teraktif di dunia.3

1

Undang-Undang No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, Hal 2 Pasal 1 Bagian 1 2

Forum SKPD BPBD DIY 3

(19)

Kabupaten Sleman termasuk daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi karena terdapat Gunung Merapi dan berada pada patahan sesar opak.4 Indeks Rawan Bencana (IRB) Kabupaten Sleman juga termasuk berisiko tinggi, yaitu dengan skor 154.5 Selain itu juga, Kabupaten Sleman juga memiliki jumlah penduduk yang besar yaitu berjumlah 1.107.304 jiwa atau 31,75 % jumlah total penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.6

Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana. Selama ini penanganan bencana lebih banyak diutamakan pada kegiatan tanggap darurat dan kegiatan pasca bencana sedangkan kegiatan pra bencana yang merupakan langkah untuk mengantisipasi risiko bencana terjadinya bencana terkadang dikesampingkan. Kabupaten Sleman sebagai salah satu daerah yang rawan terhadap bencana, mulai dari tahun 2011 sampai saat ini telah berfokus pada kegiatan pra bencana.

Perubahan menuju paradigma pengelolaan bencana tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015. Kabupaten Sleman memiliki indeks kebencanaan yang tinggi, namun pra-sarana dan sarana penanggulangan bencana belum memadai. Inisiatif yang berfokus kepada pengurangan risiko bencana bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana serta meningkatkan kemampuan komunitas dalam merespon kedaruratan.

Prinsip kemanusiaan merupakan asas terpenting dalam penanggulangan bencana yaitu dengan tujuan untuk mengurangi penderitaan manusia dari risiko

4

http://sorotjogja.com diakses pada 12 Maret 2016, Pukul 18.08 WIB 5

http://bnpb.go.id diakses pada 13 Maret 2016, Pukul 00.28 WIB 6

(20)

bencana. Penanggulangan bencana pada tahapan pra-bencana meliputi dalam situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi terjadinya bencana.7

Beberapa kasus bencana alam dapat memberikan dampak yang berbeda kepada kelompok gender yang berbeda. Laki-laki dan perempuan mengalami kerentanan yang berbeda pula. United Nation’s International Decade for Natural Disaster Reduction (IDNDR) pada deklarasinya tahun 1995 telah menempatkan perempuan dan anak-anak sebagai “key to prevention”, yaitu kunci untuk pencegahan dalam mengurangi dampak bencana. Hal ini karena anak-anak dan perempuan adalah entitas yang cukup rentan terhadap bencana.

Dampak risiko bencana bagi perempuan berpengaruh kepada fisikal, ekonomi, atau bahkan trauma (psikologi). Peristiwa erupsi Gunung Merapi tahun 2010 menjadi salah satu pelajaran penting bagi Pemerintah Indonesia, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman untuk memasukkan perspektif gender dalam setiap kebijakan Penanggulangan Bencana. Upaya integrasi gender dalam sistem kebencanaan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) tahun 2013.

Pencapaian kondisi yang sejahtera sesuai dengan visi Kabupaten Sleman periode 2011-2015 yaitu “Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera

lahir batin, berdaya saing dan berkeadilan gender pada tahun 2015” menjadi

pendorong semangat bagi segenap pemangku kepentingan di wilayah Kabupaten Sleman untuk berusaha menuju keadaan yang lebih baik. Mengurangi diskriminasi dan kesenjangan diberbagai aspek seperti sosial, politik, ekonomi, budaya, dan gender diperlukan prinsip keadilan dalam pelaksanaannya. Bersamaan dengan itu

7

(21)

upaya untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dengan peningkatan akses dan aspirasi menjadi salah satu pendorong dalam mewujudkan pencapain visi tersebut.

Dalam usaha mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman membuat salah satu target pencapaian periode 2011-2015, yaitu meningkatkan partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana.

Mengingat siklus bencana erupsi Gunung Merapi yang dapat diprediksi, penyempurnaan terhadap pemenuhan perspektif gender sangat penting dalam melakukan Pengurangan Resiko Bencana (PRB). Salah satu tujuan dalam Renstra BPBD Kabupaten Sleman yaitu meningkatkan partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana. Salah satu tujuan dibuatnya target tersebut adalah agar perempuan di Kabupaten Sleman ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan penanggulangan bencana. Sebelumnya di Indonesia sistem penanggulangan bencana tidak melibatkan perempuan, hal ini yang menjadi pendorong BPBD Kabupaten Sleman memfokuskan diri dan menjadi salah satu target pencapaian pada periode 2011-2015.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman terus mendorong upaya keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, termasuk kepada perempuan sehingga dapat membangun kesadaran masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana.

(22)

dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan yang dilakukan adalah untuk memastikan terlaksananya kegiatan yang cepat dan tepat ketika bencana terjadi.

Didalam program yang dibuat BPBD Kabupaten Sleman, peneliti ingin mengetahui bagaimana partisipasi didalam kegiatan kesiapsiagaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh apa partisipasi dalam kegiatan penanggulangan bencana dalam kegiatan kesiapsiagaan ini. Peneliti menilai bahwa kegiatan kesiapsiagaan adalah kegiatan wajib latih yang seharusnya melibatkan kepada seluruh masyarakat khususnya kepada perempuan sehingga dampak pengurangan risiko dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan dari deskripsi diatas, penulis akan mengulas bagaimana partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana sehingga partisipasi perempuan ini dapat dijadikan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman sebagai suatu prioritas berdasarkan program yang telah dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana pada kegiatan kesiapsiagaan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman terkait dengan program yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman. Judul Penelitian ini adalah “Partisipasi Perempuan Dalam Penanggulangan Bencana Pada Kegiatan Kesiapsiagaan Gunung Merapi Di Kabupaten Sleman Periode 2011-2015” (Studi Kasus : Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman)”.

B. Rumusan Masalah

(23)

Bagaimana Partisipasi Perempuan dalam Penanggulangan Bencana Pada Kegiatan Kesiapsiagaan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana pada kegiatan kesiapsiagaan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapakan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan dan aplikasi teori partisipasi terkait dengan partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, selain itu juga dapat dipergunakan dan dimanfaatkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman khususnya sebagai sumbangan pemikiran, pertimbangan, serta masukan terkait partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi.

E. Kerangka Teori

Kerangka dasar teori merupakan bagian yang menjelaskan variabel-variabel dan hubungan antar variabel yang berdasarkan pada konsep atau definisi tertentu.

1. Partisipasi

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris

“participation” yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan.8

8

(24)

Sundariningrum mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

a) Partisipasi langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b) Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.

Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D membedakan partisipasi menjadi empat jenis, yaitu :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan 2. Partisipasi dalam pelaksanaan

3. Partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan 4. Partisipasi dalam evaluasi

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

(25)

sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan program yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipasi yang disusun oleh Department for International Development (DFID)9 adalah :

1. Cakupan

2. Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership) 3. Transparansi

4. Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) 5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility) 6. Pemberdayaan (Empowerment)

Pertama, Cakupan yaitu semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

9

(26)

Kedua, Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership), yaitu pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

Ketiga, Transparansi yaitu semua pihak harus dapat menumbuh kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

Keempat, Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan. Distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

Kelima, Kesetaraan tanggung jawab (Sharing Responsibility), yaitu berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

Keenam, Pemberdayaan (Empowerment) yaitu keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

(27)

Dari uraian pendapat ahli diatas menyimpulkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan individu baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan dalam keterlibatan ini melibatkan perwakilan sehingga dalam setiap tahapannya dinilai ikut terlibat.

Dari tiga teori pendapat ahli diatas, peneliti lebih tertarik dengan teori yang disusun oleh Department for International Development (DFID) yang terdapat dalam panduan pelaksanaan pendekatan partisipasi karena peneliti menilai dari setiap prinsip partisipasi yang disampaikan oleh DFID sangat mencakup secara keseluruhan apa-apa saja yang harus masuk kedalam setiap prinsip partisipasi seperti adanya kesetaraan kewenangan, kesetaraan tanggung jawab, transparansi, cakupan, kesetaraan dan kemitraan, perberdayaan dan kerja sama sehingga partisipasi yang dimaksud dapat sangat memenuhi secara keseluruhan baik itu partisipasi untuk perempuan maupun laki-laki.

2. Penanggulangan Bencana

Bencana sering kali mengikuti bahaya dari alam. Keparahan sebuah bencana tergantung pada seberapa banyak dampak bahaya terhadap masyarakat dan lingkungan.

(28)

Bencana didefinisikan sebagai sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas terhadap manusia, materi, ekonomi dan lingkungan, yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak tersebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.10

Penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang berkaitan dengan tahap-tahap pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan rekonstruksi.

Pengertian relatif baru berkaitan dengan adanya perubahan paradigma dalam penanggulangan bencana (manajemen bencana) pasca ditetapkan kebijakan penanggulangan bencana. Adapun kebijakan tersebut adalah dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana beserta dengan turunannya.

Penanggulangan bencana bertujuan untuk (1) Mencegah kehilangan jiwa; (2) Mengurangi penderitaan manusia; (3) Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) Mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.

Gambar 1.1

Siklus Penanggulangan Bencana

10

(29)

Sumber : Panduan Perencanaan Kontijensi Menghadapi Bencana, BNPB 2011 diakses di

http://bpbdkabblitar.info pada tanggal 10 Agustus 2016 Pukul 13.38 WIB

Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Setiap tahapan disusun suatu rencana yang spesifik sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuannya.

1. Pada tahapan pra bencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan atau bidang kerja kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi.

2. Pada tahapan pra bencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan penyusunan rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas scenario menghadapi bencana tertentu maka disusun satu rencana yang disebut rencana kontijensi.

3. Pada tahap tanggap darurat dilakukan rencana operasi yang merupakan operasionalisasi atau aktivasi dari rencana kedaruratan atau rencana kontijensi yang telah disusun sebelumnya.

(30)

mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk atau pedoman mekanisme penanggulangan pasca bencana.11

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan yaitu:

1. Cepat dan Tepat

Yang dimaksud dengan prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.

2. Prioritas

Yang dimaksud dengan prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

3. Koordinasi dan Keterpaduan

Yang dimaksud dengan prinsip koordinasi adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan prinsip keterpaduan adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.

4. Berdaya Guna dan Berhasil Guna

11

(31)

Yang dimaksud dengan prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

5. Transparansi dan Akuntabilitas

Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

6. Kemitraan

Penanggulangan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat luas termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahannya.

7. Pemberdayaan

(32)

langkah-langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana. Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar mengurangi dampak dari bencana.

8. Non Diskriminatif

Yang dimaksud dengan prinsip non diskriminatif adalah bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberi perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.

9. Non Proletisi

Yang dimaksud dengan prinsip proletisi adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat.

3. Pra Bencana

Selama ini kegiatan pada tahap pra bencana banyak dilupakan padahal kegiatan pra bencana sangatlah penting. Pada tahap pra bencana inilah modal dalam menghadapi pada saat terjadinya bencana dan sesudah bencana.

Tahap pra bencana adalah kegiatan yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan ketika sedang dalam ancaman potensi bencana. 12

Gambar 1.2

Tahapan Penanggulangan Bencana

12

(33)

Sumber : BPBD Kalimantan Timur diakses pada tanggal 10 Agustus 2016,

Pukul 02.00 WIB

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana menurut PP 21 Tahun 2008 dalam Pasal 3 meliputi situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

1. Situasi tidak terjadi bencana

Kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana, meliputi :

a. Perencanaan penanggulangan bencana; b. Pengurangan risiko bencana;

c. Pencegahan;

d. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e. Persyaratan analisis risiko bencana;

(34)

h. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pra bencana merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.

a. Perencanaan penanggulangan bencana

Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangan bencana yang dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya. Kegiatan ini meliputi :

1. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; 2. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat; 3. Analisis kemungkinan dampak bencana; 4. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;

5. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan

6. Alokasi tugas, kewenangan, dan sumbe daya yang tesedia. b. Pengurangan risiko bencana

Pengurangan risiko bencana merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Kegiatan ini meliputi :

(35)

4. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan

5. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.

c. Pencegahan

Pencegahan merupakan kegiatan untuk mrngurangi atau menghilangkan risiko bencana. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman bencana dan kerentanan pihak yang terancam bencana. Kegiatan ini meliputi :

1. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;

2. Pemantuan terhadap :

a) Penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam; b) penggunaan teknologi tinggi

3. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup;

4. Penguatan ketahanan sosial masyarakat. d. Pemanduan dalam perencanaan pembangunan

(36)

e. Persyaratan analisis risiko bencana

Persyaratan analisis risiko bencana merupakan kegiatan untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana. Kegiatan ini disusun berdasarkan persyaratan analisis risiko bencana yaitu melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana.

f. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang sebagai rencana tata ruang wilayah. Dalam kegiatan ini mencakup pemberlakuan peraturan yang berkaitan dengan penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggarnya.

g. Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kegiatan ini dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berupa pelatihan dasar, lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi.

2. Situasi terdapat potensi terjadinya bencana

Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi yang terdapat potensi terjadinya bencana meliputi :

(37)

b) Peringatan dini; dan c) Mitigasi bencana;

Upaya meminimalkan risiko bencana perlu adanya pengetahuan, pemahaman, kesiapsiagaan, keterampilan untuk dapat mencegah terjadinya suatu bencana.

a) Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadinya bencana. Kegiatan kesiapsiagaan dilakukan oleh instansi atau lembaga yang berwenang, baik secara teknis maupun administratif yang kemudian dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD.

Kegiatan ini meliputi :

1. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana;

2. pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini;

3. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;

4. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat;

5. Penyiapan lokasi evakuasi;

(38)

7. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

b) Peringatan dini

Peringatan dini mrupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengambil tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Dalam kegiatan ini keputusan yang tepat sangat dibutuhkan karena akan disebarluaskan melalui dan wajib dilakukan oleh lembaga pemerintah, lembaga penyiaran swasta, dan media massa untuk mengerahkan sumber daya. Kegiatan ini meliputi :

1. Mengamati gejala bencana;

2. Menganalisa data hasil pengamatan;

3. Mengambil keputusan berdasarkan hasil analisa; 4. Menyebarluaskan hasil keputusan; dan

5. Mengambil tindakan oleh masyarakat.

c) Mitigasi bencana

Mitigasi bencana merupakan kegiatan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. Kegiatan ini meliputi :

1. Perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada analisis risiko bencana;

(39)

3. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara konvensional maupun modern.13

4. Kesiapsiagaan

Menurut Carter (1991) dalam LIPI-UNESCO/ISDR (2006), kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat.

Pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengendalian pengurangan risiko bencana yang bersifat sangat aktif sebelum terjadinya bencana.

Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), pengembangan kesiapsiagaan di masyarakat terdapat beberapa aspek yang memerlukan perhatian, yaitu :

1. Perencanaan dan organisasi 2. Sumber daya

3. Koordinasi 4. Kesiapan

5. Pelatihan dan kesadaran masyarakat

Usaha-usaha peningkatan kesiapsiagaan dapat dilakukan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat nasional, provinsi/daerah/kecamatan, organisasi individual, desa/kelurahan, RW/RT, rumah tangga, dan tingkat individu/perseorangan.

Menurut IDEP (2007) kesiapsiagaan mempunyai tujuan, yaitu :

1. Mengurangi ancaman;

13

(40)

2. Mengurangi kerentanan masyarakat; 3. Mengurangi akibat;

4. Menjalin kerja sama.

Kesiapsiagaan dimaksudkan dengan tujuan agar masyarakat mampu mengenali ancaman dan dapat mempredksi bencana sebelum terjadi sehingga mampu mencegah terjadinya bencana jika memungkinkan dan juga mampu mengurangi dampak yang terjadi akibat bencana serta mampu menanggulanginya secara efektif.

Menurut PP No. 21 Tahun 2008, proses tahapan kesiapsiagaan yaitu :

1. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana; 2. Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; 3. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar; 4. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme

tanggap darurat;

5. Penyiapan lokasi evakuasi;

6. Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana, dan

7. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan kebutuhan pra sarana dan sarana.

(41)

sebagai salah satu pelaksana penanggulangan bencana dapat ikut berpartisipasi didalamnya.

F. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan usaha untuk menjelaskan batasan pengartian antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Sebuah konsep merupakan unsure pokok dari suatu penelitian. Apabila masalah dan teorinya sudah jelas biasanya fakta yang menjadi gejala pokok perhatian telah diketahui pula.14

Definisi konseptual pada penelitian ini difokuskan pada partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana pada kegiatan kesiapsiagaan bencana. Penelitian ini mengacu kepada Renstra BPBD Kabupaten Sleman periode 2011-2015.

1. Partisipasi

Partisipasi secara luas adalah bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan.

2. Penanggulangan Bencana

Penanggulanga bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana. Penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang berkaitan dengan tahap-tahap pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan rekonstruksi.

3. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan didefinisikan sebagai suatu keadaan siap siaga dalam menghadapi krisis, bencana atau keadaan darurat lainnya. Sedangkan Gillespie

14

(42)

dan Streeter (1987) dikutip oleh Bevaola Kusumasari dari jurnal berjudul Conceptualizing and Measuring Disaster Preoaredness, mendefinisikan kesiapsiagaan sebagai perencanaan, identifikasi sumber daya, sistem peringatan, pelatihan, simulasi, dan tindakan pra bencana lainnya yang diambil untuk tujuan utama meningkatkan keamanan dan efektivitas respons masyarakat selama bencana.15

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk memperjelas dan memperinci konsep yang telah dikemukakan. Dalam hubungannya dengan proses tahapan kesiapsiagaan, tuntutan implementasi prinsip partisipasi perempuan merupakan tuntutan yang wajib dipenuhi oleh lembaga penyelenggaraan kegiatan penanggulangan bencana.

15

(43)

H. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan dalam studi ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitung lainnya. Data tidak berbentuk

16

Sumber: Panduan pelaksanaan pendekatan partisipasi yang disusun oleh Department for International Development (DFID)

17

Sumber : PP No.21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Prinsip Partisipasi 1. Penyusunan dan uji coba

(44)

angka tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumentasi tertulis, dan tidak tertulis.18

Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana pada kegiatan kesiapsiagaan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka penelitian yang tepat adalah penelitian deskriptif kualitatif yang memaparkan, menentukan, menafsirkan dan menganalisa data yang ada.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabuapten Sleman. Pilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1. Salah satu program target BPBD Kabupaten Sleman yang memuat sasaran yaitu meningkatnya partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana.19

2. Tersedianya data yang dibutuhkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap penanggulangan bencana di BPBD Kabupaten Sleman.

3. Unit Analisis

Sesuai dengan masalah pada pokok pembahasan dalam penelitian ini, maka unit analisa pada penelitian ini adalah partisipasi perempuan dalam penanggulangan bencana pada kegiatan kesiapsiagaan, yang difokuskan pada partisipasi perempuan dalam tahapan kesiapsiagaan meliputi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman (Bidang Sosial), Bappeda Kabupaten Sleman, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat, dan

18

Moleong Lexy J 2014. Metode Penelitian Kualitatif Bandung PT. Remaja Roasdakarya 19

(45)

Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Sleman, Dinas Perumahan dan Pekerjaan Umum Kabupaten Sleman, PKK Kabupaten Sleman, PKK Kecamatan Depok, PKK Desa Pandowoharjo, PKK Kecamatan Cangkringan, PKK Desa Gungan. 4. Jenis Data

a) Data Primer

Data yang telah diperoleh langsung dari informan berupa data dan hasil wawancara serta observasi lapangan terhadap penyelenggara dan peserta kegiatan penanggulangan bencana pada tahap kesiapsiagaan. Selain itu juga dilakukan wawancara melalui via telekomunikasi, dimana pada saat dilakukannya penelitian informan sedang berhalangan ditempat.

b) Data sekunder

Data yang diperoleh dari kajian-kajian sumber yang digunakan sebagai penunjang dalam menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber dari data sekunder adalah buku Profil dan Data Base 2015 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman, Dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah 2011-2015, Buku karangan Nur Attia dengan judul Merancang Representasi.

5. Teknik Pengumpulan Data a) Observasi

(46)

1. Penyusunan barang pasokan yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar;

2. Latihan dasar oleh SATGASOS;

3. Melihat peralatan penanggulangan bencana

b) Studi Dokumen

Studi Dokumen yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memilih data-data, dokumen-dokumen dalam rangka pengumpulan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian yang diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penganalisaan. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari kajian baik dari laporan penanggulangan bencana pada kegiatan kesiapsiagaan, foto-foto, dokumen, maupun dari media masa yang berkaitan dengan partisipasi perempuan dalam kegiatan kesiapsiagaan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil dan memilih data dari dokumen Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman, jurnal-jurnal yang berhubungan dengan kegiatan kesiapsiagaan, serta foto dan data dokumentasi yang diperoleh langsung dari BPBD Kabupaten Sleman dan juga berasal dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman.

c) Interview atau wawancara

(47)

Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Sleman oleh Ibu Arfy, PKK Kabupaten Sleman oleh Ibu Hj. Kustini, PKK Desa Pandowoharjo oleh Ibu Djanari, PKK Kecamatan Depok oleh Ibu Tyas Agus, PKK Kecamatan Cangkringan oleh Ibu Masripah, dan PKK Desa Gungan oleh Ibu Ira.

d) Validasi Data

Validasi data adalah data untuk menjamin validitas data yang akan diperoleh dalam penelitian ini maka peningkatan validitas akan dilakukan secara trianggulasi data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.20

20

(48)

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Sleman

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Sleman

Sumber: Peta Tematik Indonesia diakses pada tanggal 12 Juli 2016, Pukul 22.00 WIB

1. Sejarah

Sejarah Kabupaten Sleman bermulai dari upaya Dati II Sleman untuk menentukan hari jadi Kabupaten Sleman. Setelah melalui penelitian, pembahasan, dan perdebatan selama bertahun-tahun, akhirnya hari jadi Kabupaten Dati II Sleman ditetapkan.

(49)

Kabupaten Dati II Sleman. Penegasan ini diperlukan mengingat keberadaan Kabupaten Sleman jauh sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai wujud lahirnya negara Indonesia modern, yang memunculkan Pemerintah Kabupaten Dati II Sleman.

Dalam perhitungan Almanak, hari jadi Kabupaten Sleman jatuh pada hari Senin Kliwon, tanggal 12 Rejeb tahun Je 1846 Wuku Wayang. Atas dasar perhitungan tersebut ditentukan surya sengkala (perhitungan tahun Masehi) Rasa Manunggal Hanggatra Negara yang memiliki arti Rasa = 6, manunggal = 1, Hanggatra = 9, Negara = 1, sehingga terbaca tahun 1916. Sementara menurut perhitungan Jawa (Candra Sengkala) hari jadi Kabupaten Sleman adalah Anggana Catur Salira Tunggal yang berarti Anggana = 6, Catur = 4, Salira = 8, Tunggal = 1, sehingga terbaca tahun 1846.

Kepastian keberadaan hari jadi Kabupaten Sleman didasarkan pada Rijksblad No. 11 tanggal 15 Mei 1916. Penentuan hari jadi Kabupaten Sleman dilakukan melalui penelaahan berbagai materi dari berbagai sumber informasi dan fakta sejarah.1

Adapun dasar-dasar pertimbangan yang digunakan adalah:

1. Usia penamaan yang paling tua mampu menumbuhkan perasaan bangga dan mempunyai keterkaitan batin yang kuat terhadap masyarakat.

2. Memiliki ciri khas yang mampu membawa pengaruh nilai budaya.

3. Bersifat Indonesia sentris, yang dapat semakin menjelaskan peranan ciri keindonesiaan tanpa menyalahgunakan obyektivitas sejarah.

4. Mempunyai nilai historis yang tinggi, mengandung nilai dan bukti sejarah yang dapat membangun semangat dan rasa kagum atas jasa dan pengorbanan nenek moyang kita.

5. Merupakan peninggalan budaya Jawa yang murni, tidak terpengaruh oleh budaya kolonial.

1

(50)

2. Letak Wilayah

Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33 00 dan 110° 13 00 Bujur

Timur, 7° 34 51 dan 7° 47 30 Lintang Selatan. Sebelah utara, wilayah Kabupaten

Sleman berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.2

3. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 3.185,80 Km2, dengan jarak terjauh Utara – Selatan yaitu 32 Km, Timur – Barat 35 Km. Secara administratif terdiri dari 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman No Kecamatan Banyaknya Luas

(Ha)

(51)

11. Prambanan 6 68 4.135 44.003 1,064

12. Kalasan 4 80 3.584 54.621 1,524

13. Berbah 4 58 2.299 40.226 1,750

14. Ngemplak 5 82 3.571 44.382 1,243

15. Pakem 5 61 4.384 30.713 0,701

16. Depok 3 58 3.555 109.092 3,069

17. Cangkringan 5 73 4.799 26.354 0,549

Jumlah

86

1.212 57.482

850.176

1,479

Sumber : http://www.slemankab.go.id diakses pada tanggal 12 Juli 2016, Pukul 22.25WIB

4. Topografi

Keadaan tanah di Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar, kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal.

Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 mdpl. Ketinggian <100 mdpl seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan.

Ketinggian 100-499 mdpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 mdpl meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 mdpl seluas 1495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.3

3

(52)

5. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Sleman terbagi menjadi litosol, regusol, grumosol, dan mediteran. Sebagian besar di wilayah Sleman didominasi jenis tanah regusol sebesar 49.262 ha (85,69%), mediteran 3.851(6,69%), litosol 2.317 ha (4,03%), dan grumusol 1.746 ha (3,03%).

Tabel 2.2

Pembagian Jenis Tanah Berdasarkan Wilayah Kecamatan

Sumber : http://www.slemankab.go.id diakses pada tanggal 12 Juli 2016, Pukul 22.40 WIB

6. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.125.369 jiwa sedangkan pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Sleman meningkat menjadi 1.163.970 jiwa.

No. Kecamatan Jenis Tanah Jumlah

(Ha) Lifosol Regosol Grumosol Mediferan

(53)

Hal ini dapat dilihat pembagiannya berdasarkan kecamatan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Kecamatan Gamping 47.343 47.530 94.873 2. Kecamatan Godean 37.362 37.890 75.252 3. Kecamatan Moyudan 18.394 19.396 37.790 4. Kecamatan Minggir 18.925 19.986 38.911 5. Kecamatam Seyegan 26.489 27.383 53.872 6. Kecamatan Mlati 48.732 49.136 97.868 7. Kecamatan Depok 65.787 64.872 130.659 8. Kecamatan Berbah 25.528 25.768 51.296 9. Kecamatan

Prambanan 32.959 30.344

63.303 10. Kecamatan Kalasan 36.253 36.752 73.005 11. Kecamatan Ngemplak 30.449 31.467 61.925 12. Kecamatan Ngaglik 49.468 50.043 99.511 13. Kecamatan Sleman 34.182 35.072 69.254 14. Kecamatan Tempel 32.580 33.564 66.144 15. Kecamatan Turi 19.761 20.422 40.183 16. Kecamatan Pakem 18.857 19.504 38.361 17. Kecamatan

Cangkringan 16.233 16.929

33.162

Jumlah 559.302 566.067 1.125.369

(54)

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Kecamatan Tahun 2011 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Moyudan 15.229 15.834 31.063

2. Minggir 14.284 15.045 29.329

3. Seyegan 23.283 23.716 46.999

4. Godean 35.216 35.285 70.501

5. Gamping 53.011 52.510 105.521

6. Mlati 56.545 53.731 110.276

7. Depok 96.178 90.239 186.417

8. Berbah 27.802 28.360 56.162

9. Prambanan 23.896 24.726 48.622

10. Kalasan 41.366 42.006 83.372

11. Ngemplak 31.619 31.141 63.760

12. Ngaglik 57.025 56.625 113.650

13. Sleman 32.692 33.770 66.462

14. Tempel 25.219 25.687 50.906

15. Turi 17.026 17.300 34.326

16. Pakem 18.411 18.847 37.258

17. Cangkringan 14.393 14.953 29.346

Jumlah 583.195 580.775 1.163.970 Sumber : https://slemankab.bps.go.id diakses pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 03.15 WIB

(55)

7. Visi Misi a) Visi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2011- 2015 menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu

“Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir batin, berdaya

saing, dan berkeadilan gender pada tahun 2015”. b) Misi

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat. 2. Meingkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

3. Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat dan penanggulangan kemiskinan.

4. Memantapkan pengelolaan pra sarana dan sarana, sumber daya alam dan lingkungan hidup.

5. Meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang.4

4

(56)

8. Kawasan Rawan Bencana

Tabel 2.5

Data Sebaran Penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) TABEL DATA SEBARAN PENDUDUK

DI KAWASAN RAWAN BENCANA (KRB) III & II GUNUNG MERAPI

NO. Desa/Kecamatan KRB JML

2. Umbulharjo Kinahorejo/Pelemsari III 261

Pangukrejo III 676 Kalitengah Kidul III 330

Srunen (2009) III 298

(57)

Sumber : http://www.slemankab.go.id diakses pada tanggal 27 Agustus 2016, Pukul 01.00 WIB.

Jumlah 1098 303 408 96

Kec. Pakem 5871 1000 1774 328

4. Hargobinangun Kaliurang Timur III 1200 362

Kaliurang Barat III 1600 317

Boyong III 769 261

Ngipiksari II 1000 328

Jumlah 3569 1000 940 328

5. Purwobinangun Turgo III 761 124

Kemiri III 625 238

Ngepring III 916 472

Jumlah 2302 834

Kec. Turi 2013 3399 1210 601

6. Girikerto Ngandong Tritis III 263 915 252

Kemirikebo III 176 515 177

Nganggring II 190 804

Kloposawit II 129 411

Sukorejo 154 549

Jumlah 1430 1764 429 392

7. Wonokerto Tunggularum III 583 209

Gondoarum II 576 195

Sempu II 1059 586

Jumlah 583 1635 781 209

(58)

Tabel 2.6

Data Jumlah Daerah Rawan Bencana

No. Uraian Data

Sumber : Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun 2015, Hal 53

Tabel 2.7

Data Masyarakat Terlatih dan Rasio Perempuan Terlatih

(59)

B. Profil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Gambar 2.2

Lambang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman

Sumber : BPBD Kabupaten Sleman Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016, Pukul

15.49 WIB

1. Sejarah

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2011. Peraturan daerah ini mengatur tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Sleman, tertanggal 22 Desember 2011.

(60)

Secara resmi BPBD Sleman baru efektif berjalan mulai 30 Desember 2011 yang ditandai dengan pelantikan kepala pelaksana BPBD, Kepala Sekretariat, Kepala Bidang dan para pejabat eselon IV oleh Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo,.M.Si. Kepala Pelaksana BPBD dijabat Drs. H. Urip Bahagia yang sebelumnya menjabat Kepala Bakesbanglinmas dan PB Sleman.

Memang dari sisi usia BPBD Sleman masih sangat muda. Namun kiprahnya dalam penanganan bencana sudah berlangsung lama. Yakni di mulai sejak 2003, dengan dibentuknya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman.

Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, OPD Pemerintah Kabupaten Sleman ditata kembali agar sesuai dengan PP tersebut. Penataan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Sleman tertanggal 4 Agustus 2009.

Berdasarkan Peraturan daerah ini penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanggulangan bencana diemban oleh Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Sleman. Selanjutnya, barulah BPBD Sleman berdiri yakni dengan terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2011 seperti yang telah dijelaskan di atas.

(61)

dulu dibanding daerah-daerah lain di Indonesia yang baru membentuk OPD yang menangani penanggulangan bencana setelah pemerintah pusat membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tahun 2008.5

2. Visi dan Misi a) Visi

Visi Kabupaten Sleman 2011–2015 tersebut adalah “Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir batin, berdaya saing dan berkeadilan gender pada

tahun 2015”. Visi ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang menjadi tanggung jawab.

b) Misi

Misi tersebut adalah:

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatkan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

3. Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat dan penanggulangan kemiskinan.

4. Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

5. Meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang.6 3. Tugas dan Fungsi

BPBD Kabupaten Sleman mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanggulangan bencana.

5

http://bpbd.slemankab.go.id Diakses pada Tanggal 14 Juli 2016, Pukul 19.00 WIB. 6

(62)

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No.12 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No.9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Sleman No.54 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta Peraturan Bupati Sleman No.58 Tahun 2011 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pemadam Kebakaran.

Dalam penyelenggaraan tugas tersebut BPBD Kabupaten Sleman mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang penanggulangan bencana 2. Pelaksanaan tugas bidang penanggulangan bencana

3. Pembinaan dan pengembangan penanggulangan bencana

4. Pengoordinasian, pengkomandoan, pengendalian, dan fasilitasi penanggulangan bencana

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.7

7

(63)

4. Struktur Organisasi

Gambar 2.1

Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Sleman

Sumber : http://bpbd.slemankab.go.id diakses pada Tanggal 14 Juli 2016, Pukul 19.40 WIB

Keterangan :

I. Kepala Badan yang secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah. II. Unsur Pengarah yang terdiri dari:

a) Ketua yang dijabat oleh Kepala BPBD, dan b) Anggota yang berasal dari :

1. lembaga/instansi pemerintah daerah yakni dari badan/dinas terkait dengan penanggulangan bencana.

(64)

III. Unsur Pelaksana, terdiri dari:

1. Kepala Pelaksana 2. Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub bagian Umum dan Kepegawaian; b. Sub bagian Keuangan; dan

c. Sub bagian Perencanaan dan Evaluasi

d. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, yang terdiri dari 2 seksi yaitu: Seksi Mitigasi Bencana, Seksi Kesiapsiagaan

e. Bidang Kedaruratan dan Logistik, terdiri dari 2 seksi yaitu: Seksi Kedaruratan dan Operasional Penanggulangan Bencana, Seksi Penanganan Pengungsi dan Logistik Bencana

f. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, terdiri dari 2 seksi yaitu: g. Seksi Rehabilitasi

h. Seksi Rekonstruksi

i. Unit Pelaksana Teknis Pemadam Kebakaran, terdiri dari: Kepala UPT; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan Fungsional.8

8

Gambar

Gambar 1.1 Siklus Penanggulangan Bencana
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Sleman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep dalam penelitian ini adalah Audience, media komunitas, radio Komunitas, dan kepuasan pendengar terhadap siaran informasi mengenai penanggulangan bencana gunung Merapi di

Yang dimaksud dengan “asas ilmu pengetahuan dan teknologi” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal

Berdasarkan penelitian tentang pelaksanaan mitigasi bencana Erupsi Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman yang dilakukan oleh pemerintah melalui

Dari permasalahan di atas maka penulis bermaksud mengembangkan prototipe sistem informasi manajemen komando tanggap darurat bencana letusan Gunung Merapi yang

(1) Setiap orang atau badan yang menghambat penyelenggaraan penanggulangan pada tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana sebagaimana dimaksud dalam

Sebelum hadirnya Forum Merapi, dalam rangka penanggulangan dan pengurangan risiko bencana Gunung Merapi telah ditandatangai Nota Kesepahaman Bersama pada tanggal

Skripsi dengan judul “Perencanaan Fasilitas Gudang Penyalur Logistik pada Bencana Erupsi Gunung Merapi di Sleman” diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk

Pengumpulan data dilakukan secara observasi, dokumentasi, dan angket (kuesioner) berupa instrumen kesiapsiagaan siswa SMA N 1 Cangkringan terhadap bencana erupsi