• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA: Penerapan Algoritma Perceptron untuk Identifikasi Gas Menggunakan Field Programmable Analog Array (FPAA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA: Penerapan Algoritma Perceptron untuk Identifikasi Gas Menggunakan Field Programmable Analog Array (FPAA)."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAMMABLE ANALOG ARRAY (FPAA)

TUGAS AKHIR

Nama : Muqsith Muqtadir

NIM : 08.41020.0085

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Komputer

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

(2)

xviii

Penggunaan sensor gas telah berkembang dengan pesat sehingga mendorong dilakukannya berbagai macam penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan sensor gas pada berbagai bidang, diantaranya untuk aplikasi medis, industri, dan militer. Dalam mayoritas penelitian tersebut, data sensor diolah menggunakan Komputer atau microcontroller yang bersifat digital, sehingga proses konversi input sensor dari tegangan analog menjadi data digital menyebabkan terjadinya error konversi.

FPAA memiliki kemampuan sebagai sistem kendali yang memiliki kemampuan dalam mengolah data secara analog. Karena semua data diproses dalam level tegangan analog, proses dapat berjalan dengan relatif lebih cepat. Selain itu juga lebih akurat karena tidak perlu dilakukan konversi data dari tegangan analog menjadi data digital.

Dengan menggunakan komponen-komponen yang terdpapat pada FPAA, dapat dirancang suatu jaringan saraf tiruan yang diproses dengan level tegangan

analog. Neuron yang dirancang adalah model perceptron dengan input-nya adalah gas-gas yang memiliki sifat mudah terbakar, seperti solar, bensin, metanol, dan spiritus. Gas-gas tersebut dideteksi menggunakan sensor gas yang dipasang secara

array terdiri dari TGS 2610, TGS 2611, dan TGS 2612. Sensor tersebut mampu mendeteksi kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda dalam gas tersebut.

(3)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan ... 3

1.5. Kontribusi ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1. FPAA (Field Programmable Analog Array) ... 6

2.1.1. AN231K04-DVLP3 ... 8

2.1.2. Layout ... 10

(4)

2.2.1. Prinsip Pengoprasian ... 11

2.2.2. Struktur Sensor ... 13

2.3. Microcontroller ATmega8 ... 14

2.3.1. Fungsi-fungsi Pin pada ATmega8 ... 16

2.3.2. Downloader Minimum system ATmega8 ... 18

2.3.3. USART ... 20

2.4. Konsep dasar jaringan saraf tiruan ... 22

2.4.1. Struktur dasar jaringan Biologi ... 22

2.4.2. Konsep dasar pemodelan JST ... 24

2.4.3. Aktifasi jaringan saraf tiruan ... 25

2.4.4. Metode Perceptron... 27

2.5. Jenis Gas ... 30

2.5.1. Metanol ... 30

2.5.2. Bensin ... 32

2.5.3. Spirtus ... 33

2.5.4. Solar ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Diagram Blok ... 37

3.2. Perancangan perangkat keras ... 38

3.2.1. Rangkaian array sensor TGS ... 38

3.2.2. Minimumsystem ... 41

3.2.3. Interface RS232 ... 46

3.2.4. Konfigurasi FPAA AN231K04 ... 47

(5)

3.3.1. Perancangan program pada microcontroller ... 49

3.3.2. Perancangan program VisualBasic 6 pada komputer 51 3.3.3. Rancangan Neuron Network pada FPAA ... 66

3.4. Perancangan model sistem ... 73

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM ... 76

4.1. Pengujian program pengambilan dan penyimpanan data ke dalam database... 76

4.1.1. Tujuan ... 76

4.1.2. Alat yang Digunakan... 76

4.1.3. Prosedur Pengujian ... 77

4.1.4. Hasil Pengujian ... 77

4.2. Pengujian pelatihan jaringan saraf tiruan ... 83

4.2.1. Tujuan ... 83

4.2.2. Alat yang digunakan ... 83

4.2.3. Prosedur Pengujian ... 83

4.2.4. Hasil Pengujian ... 84

4.3. Pengujian jaringan saraf tiruan pada AnadigmDesigner®2 ... 85

4.3.1. Tujuan ... 85

4.3.2. Alat yang Digunakan... 85

4.3.3. Prosedur Pengujian ... 85

4.3.4. Hasil Pengujian ... 86

4.4. Pengujian jaringan saraf tiruan AN231K04 ... 90

4.4.1. Tujuan ... 90

(6)

4.4.3. Prosedur Pengujian ... 91

4.4.4. Hasil Pengujian ... 91

4.5. Pengujian jaringan saraf tiruan pada AN231K04 dengan potensiometer ... 98

4.5.1. Tujuan ... 98

4.5.2. Alat yang digunakan ... 98

4.5.3. Prosedur Pengujian ... 99

4.5.4. Hasil Pengujian ... 101

BAB V PENUTUP ... 102

5.1. Kesimpulan ... 102

5.2. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(7)

xii

Tabel 2.1. Fungsi alternatif Port B... 17

Tabel 2.2. Fungsi alternatif Port D ... 17

Tabel 2.3. Karakteristik gas metanol... 31

Tabel 2.4. Karakteristik benzena salah satu kandungan pada bensin ... 33

Tabel 3.1. Alokasi port I/O pada microcontroller ... 42

Tabel 3.2. Alokasi port I/O pada FPAA ... 47

Tabel 4.1. Hasil pengambilan data sebanyak 6 siklus pada solar ... 78

Tabel 4.2. Hasil pengambilan data sebanyak 6 siklus pada bensin ... 79

Tabel 4.3. Hasil pengambilan data sebanyak 6 siklus pada metanol ... 80

Tabel 4.4. Hasil pengambilan data sebanyak 6 siklus pada spiritus ... 81

Tabel 4.5. Target pada setiap pola input ... 83

Tabel 4.6. Nilai bobot dan bias yang diperoleh dari pengujian ... 84

Tabel 4.7. Nilai bobot dan bias dari pembagian angka tiga puluh ... 87

Tabel 4.8. Simulasi nilai input dan target solar ... 88

Tabel 4.9. Hasil simulasi gas solar, bensin, metanol dan spiritus ... 90

Tabel 4.10. Hasil output pada FPAA AN231K04... 92

Tabel 4.11. Hasil sampling data sebanyak 6 siklus pada solar ... 93

Tabel 4.12. Hasil sampling data sebanyak 6 siklus pada bensin ... 94

Tabel 4.13. Hasil sampling data sebanyak 6 siklus pada metanol ... 95

Tabel 4.14. Hasil sampling data sebanyak 6 siklus pada spirtus ... 96

(8)

xiii

Gambar 2.1. Diagram Generic FPAA ... 6

Gambar 2.2. Arsitektur komponen FPAA AN231K04 ... 7

Gambar 2.3. AN231K04-DVLP3 AnadigmApex Development Board ... 9

Gambar 2.4. Software AnadigmDesigner®2 ... 10

Gambar 2.5. Layout AN231K04 ... 11

Gambar 2.6. Intergrain Potential Barrier ... 12

Gambar 2.7. Struktur sensor... 12

Gambar 2.8. Diagram rangkaian ... 13

Gambar 2.9. Konfigurasi pin ATmega 8 ... 16

Gambar 2.10. Koneksi AVCC dengan VCC melalui low-pass filter ... 18

Gambar 2.11. Rangkaian kabel downloader pada port LPT1 ... 19

Gambar 2.12. Tampilan codevision AVR ... 20

Gambar 2.13. Arah komunikasi serial... 21

Gambar 2.14. Pinout konektor DB25 ... 22

Gambar 2.15. Pinout konektor DB9 ... 22

Gambar 2.16. Struktur dasar jaringan saraf tiruan dan struktur sederhana sebuah neuron ... 23

Gambar 2.17. Model tiruan sebuah neuron ... 24

Gambar 2.18. Fungsi pengaktif ... 25

Gambar 2.19. Fungsi sigmoid unipolar ... 26

Gambar 2.20. Fungisi sigmoid bipolar ... 27

(9)

Gambar 3.1. Blok diagram sistem ... 37

Gambar 3.2. Rangkaian modul sensor array TGS ... 39

Gambar 3.3. Rangkaian sensor dengan RS = 0,68 k... 39

Gambar 3.4. Rangkaian sensor dengan RS = 6,8 k... 40

Gambar 3.5. Minimumsystem ATmega 8 ... 41

Gambar 3.6. Tampilan dialog Create New File ... 42

Gambar 3.7. Tampilan dialog AVR Chip Type ... 43

Gambar 3.8. Tampilan dialog CodeWizardAVR –untitled.cwp.. ... 43

Gambar 3.9. Tampilan setting ADC ... . 43

Gambar 3.10. Tampilan setting USART.. ... 44

Gambar 3.11. Tampilan kode program ... 44

Gambar 3.12. Setting downloaderKanda System STK200+/300 ... 45

Gambar 3.13. Tampilan Dialog Configure Project ... 45

Gambar 3.14. Tampilan dialog Information ... 46

Gambar 3.15. Rangkaian Interface RS232 ... 47

Gambar 3.16. Konfigurasi Jumper Serial RS232 dan USB ... 48

Gambar 3.17. Tampilan setting COM Port pada AnadigmDesigner®2 ... 48

Gambar 3.18. Tampilan setting COM Port pada device manager ... 49

Gambar 3.19. Flowchart program pada microcontroller ... 50

Gambar 3.20. Flowchart pengambilan dan penyimpanan data dalam database 52 Gambar 3.21. Komponen Microsoft comm control 6.0 ... 53

Gambar 3.22. Toolbox general... 53

(10)

Gambar 3.24. Komponen MSComm muncul pada toolbox general ... 54

Gambar 3.25. Pengaturan parameter komponen MSComm ... 55

Gambar 3.26. Komponen Adodc dan DataGrid ... 56

Gambar 3.27. Dialog componentsMicrosoft ADO Data dan Data Bound Grid 56 Gambar 3.28. Design view ... 57

Gambar 3.29. Datasheet view ... 57

Gambar 3.30. Setting Microsoft Access Driver pada Control Panel ... 58

Gambar 3.31. Tampilan ODBC Microsoft Access Setup ... 58

Gambar 3.32. Select Database ... 58

Gambar 3.33. ADODC Property Pages ... 59

Gambar 3.34. Record Source ADODC ... 59

Gambar 3.35. Pengaturan Adodc1 dan Retrive fields ... 60

Gambar 3.36. Use Connection String ... 61

Gambar 3.37. Pengaturan Data Link Properties ... 61

Gambar 3.38. Koneksi data sukses ... 61

Gambar 3.39. Program pengambilan dan database ... 62

Gambar 3.40. Rancangan Neuron Layer ... 63

Gambar 3.41. Flowchart pelatihan perceptron ... 64

Gambar 3.42. Tampilan Program Pelatihan JST dengan metode perceptron ... 66

Gambar 3.43. IO cell dengan bypass mode ... 67

Gambar 3.44. Pengaturan chip FPAA ... 67

Gambar 3.45. Insert New CAM ... 68

Gambar 3.46. Pemilihan komponen SumDiff ... 68

(11)

Gambar 3.48. Beberapa konfigurasi pada comparator ... 69

Gambar 3.49. Konfigurasi single-ended digital pada outputcell ... 70

Gambar 3.50. Ilustrasi jaringan saraf tiruan ... 70

Gambar 3.51. Contoh rangkaian JST untuk disimulasikan ... 71

Gambar 3.52. Oscilloscope probe ... 71

Gambar 3.53. Begin simulation ... 72

Gambar 3.54. Oscilloscope ... 72

Gambar 3.55. Download Program dari AnadigmDesigner®2 ke FPAA ... 72

Gambar 3.56. Rancangan arsitektur sistem ... 73

Gambar 3.57. Rancangan elektronika ... 74

Gambar 3.58. Rancangan modul sensor array TGS ... 75

Gambar 3.59. Injeksi jenis gas modul sensor array TGS ... 75

Gambar 4.1. Capture program pengambilan data ... 77

Gambar 4.2. Grafik gas solar ... 82

Gambar 4.3. Grafik gas bensin ... 82

Gambar 4.4. Grafik gas metanol ... 82

Gambar 4.5. Grafik gas spiritus ... 83

Gambar 4.6. Program berhasil mengenali pola ... 84

Gambar 4.7. Range parameter pada FPAA ... 85

Gambar 4.8. Jaringan saraf tiruan yang dirancang pada Anadigm Designer .... 86

Gambar 4.9. Sinyal input sebagai simulasi pengganti tegangan input sensor array TGS ... 86

Gambar 4.10. Rangkaian sinyal input dan jaringan saraf tiruan ... 87

(12)

Gambar 4.12. Simulasi tegangan input dari gas solar ... 88

Gambar 4.13. Output simulasi dari pengujian gas solar ... 89

Gambar 4.14. Pengujian gas besin pada FPAA AN31K01 ... 92

Gambar 4.15. Grafik gas solar ... 97

Gambar 4.16. Grafik gas bensin ... 97

Gambar 4.17. Grafik gas metanol ... 97

Gambar 4.18. Grafik gas spiritus ... 98

Gambar 4.19. Potensiometer sebagai pengganti sensor array TGS ... 99

Gambar 4.20. Jalur pada switch manual... 99

Gambar 4.21. Switch manual pada hardware ... 100

(13)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Penggunaan sensor gas telah berkembang dengan pesat, dimulai dengan

pendeteksian keberadaan gas yang berada di lingkungan sekitar kita, seperti

karbon dioksida, karbon monoksida, etanol, metana, dan oksigen. Penemuan

sensor gas yang beraneka ragam ini mendorong dilakukannya berbagai macam

penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan sensor gas pada berbagai bidang,

diantaranya untuk aplikasi medis, industri, dan militer.

Aplikasi sensor gas pada bidang militer biasanya digunakan untuk

mendeteksi keberadaan bahan peledak (pada benda yang memiliki sifat vapour)

dan mendeteksi gas beracun. Perangkat pendeteksi gas diletakkan pada robot demi

keamanan dan keselamatan operator. Perangkat pendeteksi gas yang didesain

sedemikian rupa hingga menyerupai kemampuan hidung manusia disebut bio

electronic nose.

Bio electronic nose didesain seperti halnya struktur rongga hidung manusia

(Zhang, 2008). Dalam penelitiannya, Zhang merancang setiap sensor gas untuk

menanggapi secara spesifik terhadap gas tertentu. Dalam pelaksanaannya sensor

gas yang dipasang secara array ini akan mendapatkan masalah apabila gas yang

dideteksi memiliki sifat kimia yang hampir sama. Kemungkinan terjadinya

kesalahan pendeteksian akan semakin besar.

Untuk meminimalisasi kesalahan dalam pendeteksian gas diperlukan suatu

(14)

mobile robot navigation”, penerapan electronic nose based navigation algorithm menghasilkan respon yang sangat lambat (Marques, 2002), Marques menyarankan

untuk penggunaan algoritma yang kompleks hendaknya didukung dengan sistem

komputasi yang baik.

Personal computer merupakan sarana yang baik untuk menyelesaikan

masalah komputasi, akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal ukuran,

fleksibilitas, dan catu daya yang besar sehingga tidak mungkin untuk diterapkan

pada robot yang dirancang dengan ukurannya kecil untuk alasan fleksibilitas

(Widyantara, 2008). Alternatif untuk menyelesaikan masalah komputasi adalah

menggunakan Field Programable Analog Array (FPAA). FPAA memiliki

kemampuan melakukan pemrosesan data secara analog sehingga proses

komputasi dapat berjalan lebih cepat karena tidak diperlukan konversi data ke

dalam bentuk digital. Selain itu FPAA memiliki ukuran yang kecil, kebutuhan

catu daya yang rendah, serta dapat diprogram dengan mudah.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang dan membuat modul sensor array TGS yang

menyerupai konsep dari bionic electronic nose, sehingga gas dapat terdeteksi

dengan baik.

2. Bagaimana merancang algoritma dan jaringan saraf tiruan pada FPAA, yang

(15)

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam perancangan dan pembuatan perangkat terdapat beberapa

pembatasan masalah, yaitu obyek yang diidentifikasi merupakan benda yang

dapat menguapkan aroma gas kimia, yaitu solar, bensin, metanol, dan spiritus.

1.4. Tujuan

Tujuan dari perancangan dan pembuatan system ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang dan membuat modul sensor array TGS yang menyerupai konsep

dari bionic electronic nose, sehingga gas dapat terdeteksi dengan baik.

2. Merancang algoritma dan jaringan saraf tiruan pada FPAA, yang dapat

mengidentifikasi jenis gas-gas tertentu.

1.5. Kontribusi

Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan beberapa konsep yang mirip

dengan penelitian ini yaitu mendeteksi suatu gas, tetapi hanya gas yang sejenis

seperti LPG dan CO2. Penggunaan sensor hanya satu saja untuk gas tertentu.

Sedangkan dalam pengolahan data, menggunakan microcontroller dan komputer.

Pada konversi dari sinyal analog yang dihasilkan sensor menjadi sinyal digital,

dapat menimbulkan adanya error dalam proses konversi. Dalam tugas akhir ini

penulis membuat sebuah sistem yang memiliki sensor array, sensor array yang

dimaksud adalah sensor yang terdiri dari beberapa transduser sensor. Sensor

array tersebut digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa gas. Pengolahan

(16)

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan buku tugas akhir ini terdiri dari lima bab, yang secara

ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada BAB I dijelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan, kontribusi dan sistematika

penulisan buku tugas akhir.

BAB II : Landasan Teori

Pada BAB II menjelaskan tentang jaringan saraf tiruan dengan

metode perceptron, sensor array TGS dan hardware FPAA

AN231K04.

BAB III : Metode Penelitian

Pada BAB III dibahas tentang perangkat-perangkat yang digunakan

dalam membuat tugas akhir ini, baik perangkat keras (hardware)

maupun perangkat lunak (software) diantaranya flowchart,

rancangan jaringan saraf tiruan serta komponen pendukung seperti

rancangan minimumsystem dan pemrograman pada Visual Basic 6.

BAB IV : Pengujian dan Evaluasi Sistem

Pada BAB IV membahas tentang pengujian sistem meliputi,

pengujian pengambilan data dan penyimpanan pada database sensor

array TGS, pelatihan jaringan saraf tiruan, serta pengujian pada

(17)

BAB V : Penutup

Pada BAB V merupakan bagian akhir dari laporan penelitian tugas

akhir ini yang menguraikan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh

dari proses penelitian serta saran-saran untuk pengembangan

(18)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. FPAA (Field Programmable Analog Array)

FPAA (Field Programmable Analog Array) adalah sebuah rangkaian

terintegrasi yang dapat dikonfigurasi untuk membuat beberapa fungsi analog

menggunakan beberapa CAB (Configurable Analog Block) dan interconection

network untuk menghubungkan antara CAB satu dengan yang lainnya dan

dilengkapi dengan I/O (input–output) dan media penyimpan (memory) jenis RAM

(Random Access Memory).

FPAA hadir memiliki kemampuan sebagai sistem kendali yang memiliki

kemampuan dalam mengolah data secara analog, dan karena semua data diproses

dalam level tegangan maka proses dapat berjalan dengan cepat, selain itu juga

tidak perlu dilakukan konversi data dari tegangan analog menjadi digital.

Diagram Konseptual FPAA ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Diagram Generic FPAA (Vincent Gaudet, 2000)

Dari Gambar 2.1 menunjukkan bahwa masing-masing CAB dapat

mengimplementasikan beberapa fungsi pemrosesan sinyal analog seperti

amplifier, integrator, differensiator, adder, substraction, multiplication,

(19)

Teknologi dasar dari FPAA menggunakan teknologi switched capasitor

yaitu suatu teknik design yang mengimplementasikan suatu hambatan setara

dengan memilih masukan percabangan suatu kapasitor secara berurutan dan

diagram generic FPAA terdapat beberapa bit data yang dapat digunakan untuk

memprogram masing-masing CAB (Anadigm,2008).

Device FPAA yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu seri

AN231K04, dimana device ini mempunyai arsitektur seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Arsitektur komponen FPAAAN231K04

Arsitektur pada Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa device AN231K04

mempunyai beberapa bagian yaitu: CAB (Configurable Analog Blocks) yang

berfungsi untuk mengimplementasikan beberapa komponen analog seperti

amplifer, integrator, differensiator, adder, substraction, multiplication,

comparator dan sebagainya, Programmable Interconection Networks berfungsi

(20)

membuat rangkaian bertingkat (cascade). Configurable input/output, berfungsi

untuk menyediakan masuknya data (port input) dan untuk keluaran data (port

output). RAM (Random Access Memory) adalah memory yang dapat ditulis dan

dibaca namun data dalam RAM akan hilang bila catu daya dihilangkan. LUT

(Look Up Table) adalah bagian yang berfungsi untuk proses linier sinyal.

2.1.1. AN231K04-DVLP3

AnadigmApex development board adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengawali implementasi percobaan suatu desain analog. Perangkat ini dapat

menerapkan beberapa model AnadigmApex seperti AN131E04 dan AN231E04,

kemudian dengan software AnadigmDesigner®2 digunakan sebagai desain

program dari perangkat yang di rancang.

AnadigmApex development board memiliki beberapa fitur dan spesifikasi

sebagai berikut:

a. Minimalis footprint– 4.8 x 3.8 inci persegi.

b. Breadboard area yang luas pada area perangkat AN231E04.

c. Pin header untuk semua I/O perangkat FPAA.

d. 2 jalur footprints digunakan untuk mengatur Rauch filter, single diff

converters, level shifrers dan sebagainya.

e. Daisy chain yaitu kemampuan yang memungkinkan beberapa board dapat

dihubungkan menjadi multi-chip sistem.

f. Standart USB serial interface untuk mendownload file-file sirkuit dari

AnadigmDesigner®2.

(21)

h. Kemampuan untuk menulis dan kemudian boot dari EEPROM, tetapi

menggunakan external EEPROM.

Gambar 2.3 adalah perangkat dari AN231K04-DVLP3 AnadigmApex

Development Board.

Gambar 2.3. AN231K04-DVLP3 AnadigmApex Development Board

Program bantu yang terintegrasi untuk merancang rangkaian sekaligus

menlakukan download program adalah AnadigmDesigner®2. Merupakan

perangkat lunak khusus yang digunakan untuk membuat rangkaian analog seperti

amplifer, integrator, differensiator, comparator, adder dalam suatu chip IC.

AnadigmDesigner®2 dibuat oleh Anadigm Inc pada tahun 2004 dengan versi 2.2.7

(Anadigm inc, 2004:56). Dan yang akan digunakan adalah Anadigm Designer

Ver. 2.7.0.1. Perangkat lunak ini mempunyai kelebihan antara lain:

1. Mampu membuat beberapa rangkaian analog yang kompleks dengan cepat dan

(22)

2. Mampu untuk mengkonversi program menjadi bahasa C yang akhirnya dapat

digunakan untuk keperluan program pada mikroprocessor.

3. Mampu mensimulasikan keluaran rangkaian analog yang telah dibuat,

sehingga program yang akan di transfer ke device FPAA benar – benar sesuai

dengan yang dirancang.

4. Mampu membuat sistem filter dan PID (Proportional Integrator dan

differensiator) dengan mudah dan cepat. Tampilan awal AnadigmDesigner®2

ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Software AnadigmDesigner®2

2.1.2. Layout

Gambar 2.5 menunjukkan Layout dari semua komponen, konektor catu

(23)

Gambar 2.5. Layout AN231K04

2.2. Tin Oxide Gas Sensor

Sensor yang digunakan adalah Tin Oxide Gas Sensor (TGS) yang diproduksi

oleh Figaro Engineering Inc. Ada bermacam-macam sensor gas tin oxide yang

tersedia secara komersial dan sensor jenis ini yang paling banyak digunakan

dalam industri. Sensor jenis ini relatif murah, ringkas dan mempunyai sensitivitas

yang bagus namun mempunyai kelemahan ketergantungan terhadap temperatur,

kelembapan dan tekanan udara. Sensor-sensor ini aktif pada temperatur yang

cukup tinggi dan untuk memenuhi persyaratan ini dibutuhkan sumber energi yang

besar.

2.2.1. Prinsip Pengoperasian

Elemen utama dari TGS sensor adalah sebuah metal oxide semiconductor.

TGS sensor mempunyai sebuah tahanan sensor yang nilainya bergantung pada

(24)

Perubahan intergrain potential barrier dari tin oxide gas sensor diperlihatkan

pada Gambar 2.6. Bagian (A) memperlihatkan perubahan yang terjadi tanpa

adanya zat kimia lain, sedangkan Gambar 2.6 bagian (B) memperlihatkan

perubahan yang terjadi jika terdapat zat kimia lain. Keberadaan oksigen

meningkatkan level potential barrier yang juga meningkatkan tahanan sensor.

Jika ada zat kimia lain yang dihembuskan pada sensor, maka hal ini menyebabkan

pengurangan konsentrasi oksigen pada permukaan tin oxide. Fenomena ini

menyebabkan pengurangan konsentrasi oksigen pada permukaan tin oxide.

Fenomena ini menyebabkan menurunnya intergrain potential barrier seperti

diperlihatkan pada Gambar 2.6 bagian (B), dan menyebabkan penurunan tahanan

sensor.

Gambar 2.6. Intergrain Potential Barrier (FIGARO, 2011)

Rumusan antara hambatan sensor dan konsentrasi dari gas yang terdeteksi

dapat diperlihatkan pada persamaan berikut:

R = A [C]-α (2.1)

R adalah hambatan dari metal-oxide sensor, C adalah konsentrasi gas, A adalah

koefisien respon untuk gas-gas tertentu, dan α adalah sensitivitas. Konstanta A

(25)

2.2.2. Struktur Sensor

TGS sensor mempunyai 2 bagian utama. Bagian pertama yaitu tin dioxide

(SnO2) yang berhubungan dengan pin nomor 2 dan 3. Bagian Kedua adalah

pemanas yang dihubungkan dengan pin 1 dan 4, yang memanaskan material

sensor. Gambar 2.7 memperlihatkan struktur dari TGS 26XX.

Gambar 2.7. Struktur sensor (FIGARO, 2011)

Sedangkan Gambar 2.8 merupakan diagram rangkaian sensor dengan

sebuah beban dihubungkan dengan pin 2 dimana nantinya tegangan beban ini

akan digunakan untuk mengukur konsentrasi bau yang masuk. Sensor

memerlukan tegangan circuit yaitu Vc dan juga sebuah pemanas yang

memerlukan tegangan input (VH) pada nomor satu dan empat.

(26)

2.3. Microcontroller ATmega8

Microcontroller dan microprocessor mempunyai beberapa perbedaan.

Microprocessor yang terdapat pada komputer seperti Intel Pentium, hanya dapat

bekerja apabila terdapat komponen pendukung seperti RAM (Random Access

Memory), hard disk, motherboard, perangkat I/O, dan sebagainya.

Komponen-komponen tersebut diperlukan karena microprocessor hanya dapat melakukan

pengolahan data, namun tidak dapat menyimpan data, menyimpan program,

menerima masukan dari user secara langsung, ataupun menyampaikan data hasil

pemrosesan ke keluaran. Berbeda dengan microprocessor, microcontroller sudah

dilengkapi dengan komponen-komponen yang dikemas dalam satu chip seperti

memori, perangkat I/O, timer, ADC (Analog to Digital Converter), dll. Hal ini

membuat microcontroller lebih tepat untuk digunakan pada aplikasi embedded

system.

Microcontroller yang digunakan pada proyek ini adalah microcontroller

keluarga AVR yang mempunyai arsitektur 8-bit RISC (Reduce Instruction Set

Compute) produksi ATMEL yaitu ATmega8. Salah satu kelebihan arsitektur

RISC dari arsitektur CISC (Complex Instruction Set Compute) adalah kecepatan

waktu eksekusi tiap instruksi. Sebagian besar instruksi RISC dieksekusi dalam

waktu satu clock cycle, sedangkan pada CISC sebagian besar instruksi dieksekusi

dalam waktu dua belas clock cycle.

Beberapa fitur yang dimiliki ATmega8 adalah sebagai berikut (ATMEL, 2008):

a. Mempunyai kinerja tinggi dengan konsumsi daya yang rendah

(27)

c. Kinerja mencapai 16 MIPS (Millions Instruction per Seconds) pada osilator

dengan nilai frekuensi 16 MHz

d. Memiliki kapasitas memori Flash sebesar 8 kByte, EEPROM (Electrically

Erasable Programmable Read-Only Memory) sebesar 512 Byte, dan SRAM

(Static Random-Access Memory) sebesar 1 kByte

e. Memiliki 23 jalur I/O

f. Memiliki 2 buah Timer/Counter 8-bit dan 1 buah Timer/Counter 16-bit

g. Memiliki 3 kanal PWM (Pulse Width Modulation)

h. Memiliki 8 kanal ADC 10-bit

i. Memiliki interface: Two-wire Serial Interface, USART (Universal

Synchronous Asynchronous Receiver/Transmitter), SPI (Serial Peripheral

InterfaceBus)

j. Memiliki Watchdog Timer denganosilator internalyang terpisah

k. Memiliki Comparator tegangan analog

l. Memiliki unit interupsi eksternal dan internal

m. Bekerja pada tegangan 4.5 V – 5.5 V dengan konsumsi arus maksimal 15 mA

(dengan osilator 8 MHz, tegangan 5 V dan suhu pada rentang -40 °C - 85 °C).

Proses pemrograman ATmega8 dilakukan menggunakan fitur ISP (In-System

Programmable) melalui antarmuka SPI (Serial Peripheral Interface). Fitur ISP

memungkinkan untuk melakukan proses download program ke dalam

microcontroller tanpa bantuan microcontroller master seperti proses download

program pada microcontroller AT89C51. File dengan ekstensi “.hex”, yaitu kode

program yang telah di-compile akan dikirimkan secara serial ke microcontroller

(28)

Slave Out), MOSI (Master Out Slave In), dan SCK (Serial Clock) yang digunakan

sebagai sinyal sinkronisasi komunikasi. Konfigurasi pin ATmega8 terdapat pada

Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Konfigurasi pinATmega8 (ATMEL, 2011)

2.3.1. Fungsi–fungsi Pin pada ATmega8

a. VCC : Sumber tegangan +5V DC (Direct Current). (pin7)

b. GND : Pin yang dihubungkan dengan ground sebagai referensi untuk

VCC. (pin8 dan pin22)

c. Port C (PC0..PC5) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan tegangan

analog untuk ADC dan PortC6 sebagai reset input.

d. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dengan fungsi alternatif,

(29)

Tabel 2.1. Fungsi alternatif Port B

Pin Alternate Functions

PB7 XTAL2 (Chip Clock Oscillator pin 2) TOSC2 (Timer Oscillator pin 2)

PB6 XTAL1 (Chip Clock Oscillator pin 1 or External clock input) TOSC1 (Timer Oscillator pin 1)

PB5 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB4 MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output)

PB3 MOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input)

OC2 (Timer/Counter2 Output Compare Match Output)

PB2 (SS(SPI Slave Select Input)

OC1B (Timer/Counter2 Output Compare Match B Output) PB1 OC1A (Timer/Counter2 Output Compare Match A Output) PB0 ICP1 (Timer/Counter1 Input Capture Pin)

Sumber: ATMEL (2011)

e. Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dengan fungsi alternatif,

seperti yang terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Fungsi alternatif Port D

Pin Alternate Functions

PD7 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)

PD6 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)

PD5 T1 (Timer/Counter 1 External Counter Input)

PD4 XCK/T0 (USART Ecternal Clock Input/Output

Timer/Counter 0 External Counter Input)

paling tidak selama 1.5 µS akan menghasilkan kondisi reset pada

microcontroller meskipun microcontroller tidak mendapat clock

dari osilator. (pin 9)

g. XTAL1 : Masukan ke penguat osilator. Pin ini dihubungkan dengan

kristal atau sumber osilator yang lain. (pin 9)

(30)

kristal atau ground. (pin 10)

i. AVCC : Pin yang digunakan untuk memberikan sumber tegangan untuk

pengubah ADC. Pin ini harus tetap dihubungkan dengan VCC

meskipun fitur ADC tidak digunakan. Apabila fitur ADC

digunakan, maka pin AVCC harus dihubungkan dengan VCC

melalui low-pass filter seperti yang terlihat pada Gambar 2.10

(pin 7).

j. AREF : Pin yang digunakan sebagai masukan tegangan referensi untuk

ADC 8 bit dengan tegangan 5 Volt (pin 21).

Gambar 2.10. Koneksi AVCC dengan VCC melalui low-pass filter (ATMEL, 2011)

2.3.2. Dowloader Minimum system ATmega8

Untuk melakukan proses downloading program dari komputer ke dalam

memori program internal microcontroller, digunakan kabel downloader dengan

interface DB25 yang dihubungkan pada port LPT1 pada komputer dengan

konfigurasi seperti pada Gambar 2.11. Pin 5 dihubungkan dengan resistor sebesar

4,7 k dan tegangan sebesar 5 volt secara seri. Pin 25 dihubungkan dengan

(31)

RESET, dan MISO pada microcontroller. Sedangkan pin 2 dan 12 saling

terhubung untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.11 (Khan, 2004).

Gambar 2.11. Rangkaian kabel downloader pada port LPT1

Program bantu yang terintegrasi untuk menulis sekaligus debug aplikasi

microcontroller AVR adalah CodeVision AVR Version 2.05.0 Professional

yang support dengan windows 9x/Me/NT/2000/XP/7. CodeVision C Compiler

(CVAVR) merupakan kompiler bahasa C untuk AVR. Kompiler ini cukup

memadai untuk belajar AVR, karena selain mudah penggunaannya juga didukung

berbagai fitur yang sangat membantu dalam pembuatan software untuk

keperluan pemrograman AVR. Tampilan codevision AVR dapat dilihat pada

(32)

Gambar 2.12. Tampilan codevision AVR

2.3.3. USART

Menurut Winoto (2008) USART dapat difungsikan sebagai transmisi data

sinkron dan asinkron. Sinkron berarti transmitter dan receiver mempunyai satu

sumber clock yang sama. Sedangkan asinkron berarti transmitter dan receiver

yang mempunyai sumber clock yang berbeda.

Menurut Mazidi (2000) transmisi data secara serial adalah transmisi data

dimana data tersebut akan dikirimkan sebanyak satu bit dalam satu satuan waktu.

Terdapat dua cara dalam mentransmisikan data secara serial, yaitu secara

synchronous dan asynchronous. Perbedaan dari kedua cara tersebut adalah sinyal

clock yang dipakai sebagai sinkronisasi pengiriman data.

Transmisi secara synchronous yaitu pengiriman data serial yang disertai

dengan sinyal clock, sedangkan asynchronous yaitu pengiriman data serial yang

tidak disertai sinyal clock sehingga receiver harus membangkitkan sinyal clock

(33)

Pengiriman data secara serial dapat dibagi menjadi tiga menurut arah

datanya, yaitu Simplex, Half-Duplex dan Full-Duplex. Ketiga mode tersebut

diilustrasikan pada Gambar 2.13. (Mazidi, 2000)

Gambar 2.13. Arah komunikasi serial. (Lohala, 2011)

Satuan kecepatan transfer data (baud rate) pada komunikasi serial adalah

bps (bits per second). Untuk menjaga kompatibilitas dari beberapa peralatan

komunikasi data yang dibuat oleh beberapa pabrik, pada tahun 1960 EIA

(Electronics Industries Association) melakukan standarisasi antarmuka serial

dengan nama RS232. Keluaran yang dihasilkan oleh RS232 tidak sesuai dengan

keluaran TTL (Transistor-Transistor Logic) yang sudah ada. Dalam RS232,

logika 1 direpresentasikan dengan tegangan -3 V sampai dengan -25 V sedangkan

logika 0 direpresentasikan dengan tegangan +3 V sampai dengan +25 V. Hasil tak

terdefinisi jika berada diantara tegangan -3 V sampai dengan +3 V. IBM PC atau

komputer yang berbasis x86 (8086, 286, 386, 486, dan Pentium) secara umum

(34)

konektor jenis RS232 yaitu DB25 dan DB9. Ilustrasi DB25 dan keterangan

pinout-nya terdapat pada Gambar 2.14, sedangkan ilustrasi DB9 dan keterangan

pinout-nya terdapat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.14. Pinout konektor DB25

Gambar 2.15 Pinout konektor DB9

2.4 Konsep dasar jaringan saraf tiruan 2.4.1. Struktur dasar jaringan Biologi

Pembuatan struktur jaringan saraf tiruan diilhami oleh struktur jaringan

biologi, khususnya jaringan otak manusia. Untuk lebih mengenal asal-usul serta

bagaimana suatu struktur jaringan saraf tiruan dibuat dan dapat dipakai sebagai

suatu alat penghitung, berikut ini akan diulas sedikit istilah yang secara umum

(35)

sederhana sebuah neuron yang oleh para ahli dianggap sebagai satuan unit

pemroses tersebut dan terlihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16. Struktur dasar jaringan saraf tiruan dan struktur sederhana sebuah neuron. (Politeknik Elekrtonika Negari Surabaya, 2005)

Struktur pada Gambar 2.16 tersebut adalah bentuk dasar satuan unit jaringan otak

manusia yang telah disederhanakan. Bentuk standard ini mungkin dikemudian

hari akan berubah bila ada ilmuwan yang dapat menciptakan bentuk standard yang

lebih baik ataupun memperbaiki bentuk standard yang digunakan saat ini.

Jaringan otak manusia tersusun tidak kurang dari 1013 buah neuron yang

masing-masing terhubung oleh sekitar 1015 buah dendrite. Fungsi dendrite adalah sebagai

penyampai sinyal dari neuron tersebut ke neuron yang terhubung dengannya.

Sebagai keluaran, setiap neuron memiliki axon, sedangkan bagian penerima sinyal

disebut synapse. Penjelasan lebih rinci tentang hal ini dapat diperoleh pada

disiplin ilmu biology molecular. Secara umum jaringan saraf terbentuk dari jutaan

(36)

yang lain sehingga dapat melaksanakan aktifitas secara teratur dan terus menerus

sesuai dengan kebutuhan.

2.4.2. Konsep dasar pemodelan jaringan saraf tiruan

Tiruan neuron dalam struktur jaringan saraf tiruan adalah sebagai elemen

pemroses seperti pada Gambar 2.17 yang dapat berfungsi seperti halnya sebuah

neuron. Sejumlah sinyal masukan a dikalikan dangan mesing-masing penimbang

yang bersesuaian w. Kemudian dilakukan penjumlahan dari seluruh hasil

perkalian tersebut dan keluaran yang dihasilkan, dilanjutkan ke dalam fungsi

pengaktif untuk mendapatkan tingkat derajat sinyal keluarannya F(a,w).

Walaupun masih jauh dari sempurna, namun kinerja dari tiruan neuron ini identik

dengan kinerja dari sel biologi yang kita kenal saat ini.

Gambar 2.17. Model tiruan sebuah neuron. (Politeknik Elekrtonika Negari Surabaya ,2005)

aj : Nilai aktivasi dari unit j

wj,i : Bobot dari unit j ke unit i

ini : Penjumlahan bobot dan masukan ke unit i

g : Fungsi aktivasi

(37)

misalkan ada n buah sinyal masukan dan n buah penimbang, fungsi keluaran dari

neuron adalah seperti persamaan (2.2).

ini = (2.2)

Kumpulan dari neuron dibuat menjadi sebuah jaringan yang akan berfungsi

sebagai alat komputasi. Jumlah neuron dan struktur jaringan untuk setiap

permasalahan yang akan diselesaikan adalah berbeda.

2.4.3. Aktifasi jaringan saraf tiruan

Mengaktifkan jaringan saraf tiruan berarti mengaktifkan setiap neuron yang

dipakai pada jaringan tersebut. Banyak fungsi yang dapat dipakai sebagai

pengaktif, seperti fungsi-fungsi goniometri dan hiperboliknya, fungsi unit step,

impulse, sigmoid, dan lain sebagainya seperti pada Gambar 2.18, tetapi yang

lazim digunakan adalah fungsi sigmoid, karena dianggap lebih mendekati kinerja

sinyal pada otak.

Gambar 2.18. Fungsi pengaktif

1. Step f(x) = 1 if x>=t else 0

2. Sign f(x) = +1 if x>=0 else -1

3. Sigmoid f(x) = 1/(1+e-x)

(38)

Ada dua jenis fungsi sigmoid unipolar dan bipolar. Fungsi sigmoid unipolar

dituliskan pada persamaan (2.3) dan grafiknya ditunjukan pada Gambar 2.19.

y =

(2.3)

Gambar 2.19. Fungsi sigmoid unipolar

Sedangkan fungsi pengaktif bipolar adalah persamaan (2.4) atau (2.5).

Persamaan (2.4) disebut juga sebagai persamaan tangen hiperbolik dan bentuk

grafik fungsinya seperti pada Gambar 2.20.

(2.4)

(39)

Gambar 2.20. Fungisi sigmoid bipolar (Politeknik Elekrtonika Negari Surabaya, 2005)

2.4.4. Metode Perceptron

Model jaringan perceptron ditemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Minsky –

Papert (1969). Model tersebut merupakan model yang memiliki aplikasi dan

pelatihan yang paling baik pada era tersebut.

a. Arsitektur Jaringan

Arsitektur jaringan perceptron mirip dengan arsitektur jaringan Hebb.

Jaringan terdiri dari beberapa unit masukan (ditambah sebuah bias), dan memiliki

sebuah unit keluaran seperti pada Gambar 2.21. Fungsi aktivasi bukan merupakan

fungsi biner (atau bipolar), tetapi memiliki kemungkinan nilai -1,0 atau 1.

1

Y X1

X2

Xn ...

b

W1

W2

Wn

(40)

Untuk suatu harga thresholdθ yang ditentukan :

Secara geometris, fungsi aktivasi membentuk 2 garis sekaligus, masing-masing

dengan persamaan :

W1X1 + W2X2 + ... + WnXn + b = θ (2.7)

dan

W1X1 + W2X2 + ... + WnXn + b = - θ (2.8)

b. Pelatihan Perceptron

Misalkan :

s adalah vektor masukan dan t adalah terget keluaran.

α adalah laju pemahaman (learning rate) yang ditentukan.

θ adalah threshold yang ditentukan.

Algoritma pelatihan perceptron adalah sebagai berikut :

1. Inisialisasi semua bobot dan bias (umumnya Wi=b=0), tentukan laju

pemahaman (=α). Untuk penyederhanaan, biasanya α diberi nilai =1.

2. Selama ada elemen vektor masukan yang respon unit keluarannya tidak sama

dengan target, lakukan :

a. Set aktivasi unit masukan Xi = Si (i=1,...,n) (2.9)

b. Hitung respon unit keluaran : (2.10)

c. Perbaiki bobot pola yang mengandung kesalahan (y ≠ t ) menurut persamaan :

Wi (baru) = Wi (lama) + ∆ W (i=1,...,n) dengan ∆ W = α t Xi (2.11)

(41)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam algoritma tersebut :

a. Iterasi dilakukan terus hingga semua pola memiliki keluaran jaringan yang

sama dengan targetnya (jaringan sudah memahami pola). Iterasi tidak

berhenti setelah semua pola dimasukkan seperti yang terjadi pada model

Hebb.

b. Pada langkah 2(c), perubahan bobot hanya dilakukan pada pola yang

mengandung kesalahan (keluaran jaringan ≠ target). Perubahan tersebut

merupakan hasil kali unit masukan dengan target dan laju pemahaman.

Perubahan bobot hanya akan terjadi kalau unit masukan ≠ 0.

c. Kecepatan iterasi ditentukan pula oleh laju pemahaman (=α dengan 0 ≤ α ≤ 1)

yang dipakai. Semakin besar harga α, semakin sedikit iterasi yang diperlukan.

Akan tetapi jika α terlalu besar, maka akan merusak pola yang sudah benar

sehingga pemahaman menjadi lambat.

Algoritma pelatihan perceptron lebih baik dibandingkan model Hebb karena :

1. Setiap kali sebuah pola dimasukkan, hasil keluaran jaringan dibandingkan

dengan target yang sesungguhnya. Jika terdapat perbedaan, maka bobot akan

dimodifikasi. Jadi tidak semua bobot selalu dimodifikasi dalam setiap

iterasinya.

2. Modifikasi bobot tidak hanya ditentukan oleh perkalian antara terget dengan

masukan, tetapi juga melibatkan suatu laju pemahaman (learning rate) yang

besarnya bisa diatur.

3. Pelatihan dilakukan berulang-ulang untuk semua kemungkinan pola yang ada

hingga jaringan dapat mengerti polanya (ditandai dengan samanya semua

(42)

pelatihan yang melibatkan semua pola disebut epoch. Dalam jaringan Hebb,

pelatihan hanya dilakukan dalam satu epoch saja. Teorema konvergensi

perceptron menyatakan bahwa apabila ada bobot yang tepat, maka proses

pelatihan akan konvergen ke bobot yang tepat tersebut.

Sumber : Siang (2009)

2.5.Jenis Gas

Pengujian gas yang dilakukan terdiri dari beberapa jenis, antara lain

metanol, bensin, spiritus dan solar.

2.5.1. Metanol

Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau

Hidroksimetana, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia

merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia

berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar,

dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia

digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai

bahan additif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara alami oleh

metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol

(dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan

teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida

dan air.

Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon

dioksida dan air adalah sebagai berikut:

(43)

Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati

bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang

tak terlihat. Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai

bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri. Saat ini metanol

dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air

dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida.

Kemudian, gas hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi

dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya

adalah endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik. Keterangan dan

karakteristik tambahan dari gas metanol tersusun pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Karakteristik gas metanol

(44)

2.5.2. Bensin

Bensin, atau petrol (biasa disebut gasoline di Amerika Serikat dan Kanada)

adalah cairan bening, agak kekuning-kuningan, dan berasal dari pengolahan

minyak bumi yang sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar di mesin

pembakaran dalam. Bensin juga dapat digunakan sebagai pelarut, terutama karena

kemampuannya yang dapat melarutkan cat. Sebagian besar bensin tersusun dari

hidrokarbon alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana atau benzena untuk

menaikkan nilai oktan. Kadang-kadang, bensin juga dicampur dengan etanol

sebagai bahan bakar alternatif. Benzena dikenal dengan rumus kimia C6H6, PhH.

Benzol adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan

mudah terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari 6 atom

karbon yang membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen berikatan pada setiap 1

atom karbon. Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik

dengan ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak

bumi, dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut

yang penting dalam dunia industri. Karena memiliki bilangan oktan yang tinggi,

maka benzena juga salah satu campuran penting pada bensin. Benzena juga bahan

dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna.

Selain itu, benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya

diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi. Bensin yang

digunakan dalam pengujian merupakan Premium, produksi Pertamina yang

memiliki Oktan 88. Keterangan dan karakteristik tambahan dari benzena tersusun

(45)

Tabel 2.4. Karakteristik benzena salah satu kandungan pada bensin

Sumber : Collins (2007).

2.5.3. Spiritus

Spiritus merupakan jenis lain dari alkohol yang juga dikenal dengan nama

etil alkohol yang mengandung 96% C2H5OH dan 4% H2O, sedangkan alkohol

dalam perdagangan terbagi dalam tiga macam yaitu alkohol prima dengan

konsentrasi 95 – 96%, alkohol teknis dengan konsentrasi 94 – 95%, dan alkohol

premium dengan kadar 96%. Alkohol prima dan premium dianggap murni karena

jumlah impuritas (zat-zat pengotor) yang terkandung di dalamnya relatif kecil.

Impuritas yang ada biasanya berupa minyak fusel, methanol, aldehid, asam

asetat, dan zat-zat pereduksi lain. Alkohol teknis mempunyai impuritas (zat-zat

pengotor) yang relatif lebih banyak. Alkohol teknis ini dimanfaatkan sebagai

bahan pembuatan spiritus dengan penambahan bahan-bahan lain dan penambahan

(46)

adalah alkohol yang mempunyai konsentrasi 94 – 95% yang digunakan sebagai

pelarut dan bahan bakar (fuel oil) pengganti bahan bakar minyak yang tidak

menimbulkan jelaga. Nopiyan (2010)

2.5.4. Solar

Solar adalah hasil dari proses perengkahan minyak bumi di refinery,

merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon

alifatik, olefinik dan aromatik. Komposisi dari masing-masing senyawa sangat

tergantung dari sumber minyak dan proses pengolahan yang dilakukan di kilang,

jadi tergantung pula pada manufacturer.Perbedaan dari bensin (gasoline), minyak

tanah (kerosene) dan solar (diesel oil) adalah kandungan senyawa hidrokarbon

yang dominan.

Gasoline adalah campuran senyawa hidrokarbon C5-C12 (beberapa sumber

mencantumkan C4-C10) sedangkan premium adalah bensin murni plus (TEL)

aditif tetra etil lead untuk menaikkan nilai oktan, yang kandungan timbalnya

berbahaya jika residu yaitu saat keluar dari knalpot kendaraan dan terhisap oleh

kita. Premix adalah premium plus zat aditif sekitar 10% MTBE yang lebih ramah

bagi lingkungan. Super TT (tanpa timbal), hanya bensin murni plus MTBE/ETBE.

sedangkan avtur, bahan utamanya juga gasoline murni, tapi diolah lebih lanjut dan

ditambah aditif lainnya disesuaikan dengan mesin pesawat.

Kerosene adalah senyawa hidrokarbon dengan jumlah karbon lebih banyak

(C10-C18), dan biasanya mengandung senyawa aromatik cukup tinggi. Diesel oil

adalah senyawa hidrokarbon C12 atau lebih besar, biasanya kandungan bahan

pengotornya lebih besar, karena berada pada fraksi minyak bumi yang lebih

(47)

Diesel oil atau biodiesel merupakan nama yang diberikan untuk bahan bakar

yang terdiri dari mono-alkyl ester yang dapat terbakar dangan bersih, berasal dari

berbagai minyak tumbuhan atau lemak hewan, biasanya berupa metil ester atau

etil ester dari asam lemak. Nama biodesel telah disetujui oleh DOE (Departemen

of Energy), EPA (Environmental Protection Agency) dan ASTM (America

Scocity of Testing Material) sebagai industri energi alternatif. Berasal dari asam

lemak yang sumbernya renewable limit, dikenal sebagai bahan bakar yang ramah

lingkungan dan menghasilkan emisi gas buang yang relatif lebih bersih

dibandingkan bahan bakar konvensional. Biodiesel tidak beracun, bebas dari

belerang, aplikasinya sederhana dan berbau harum. Biodesel dapat ditulis sebagai

B100. B100 menunjukan bahwa biodesel tersebut murni 100% terdiri atas

mono-alkyl ester. Biodesel campuran ditandai seperti “BXX”, dimana “XX” menyatakan

prosentase komposisi biodiesel yang terdapat di campur tersebut, dengan kata lain

B20 adalah 20% biodiesel, 80% minyak solar (Zuhdi dkk, 2003).

Biodiesel termasuk golongan alkohol dengan nama kimia alkil ester, bersifat

sama seperti solar bahkan lebih baik nilai cetanenya. Biodesel dibuat lewat reaksi

antar SVO (Straight Vegetable Oil) atau WVO (Waste Vegetable Oil) dengan

metanol atau etanol dengan bantuan katalisator soda api (caustic-soda atau

NaOH) atau KOH. Hasil adalah metil ester (biodiesel) dengan produk samping

(48)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada pembuatan perangkat keras dan

perangkat lunak yaitu dengan studi kepustakaan. Dengan cara ini penulis berusaha

untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data, informasi, konsep-konsep yang

bersifat teoritis dari buku bahan-bahan kuliah dan referensi dari internet yang

berkaitan dengan permasalahan.

Dari data-data yang diperoleh maka dilakukan perencanaan rangkaian

perangkat keras. Dalam perangkat keras ini, penulis akan melakukan pengujian

perangkat keras dengan program-program yang telah dibuat, Pembuatan perangkat

lunak adalah tahap selanjutnya. Terakhir adalah penggabungan perangkar keras

dengan kerja perangkat lunak yang telah selesai dibuat.

Pada BAB III dibahas mengenai masalah yang timbul dalam perencanaan

dan pembuatan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).

Dari kedua bagian tersebut akan dipadukan agar dapat bekerja sama untuk

menjalankan sistem yang baik.

Perencanaan ini diperlukan sebelum proses pembuatan system tersebut,

Perancangan ini berguna agar pengerjaan tahapan selanjutnya berjalan dengan

lancar. Tahapan-tahapannya meliputi tahap pembuatan perangkat keras, perangkat

(49)

3.1. Diagram Blok

Dalam pembahasan tentang proses keseluruhan yang dapat di jelaskan pada

diagram blok seperti Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Blok diagram sistem

Dari blok diagram pada Gambar 3.1. Gambar bagian (A) memperlihatkan

blok pelatihan jaringan saraf tiruan, sedangkan Gambar bagian (B)

memperlihatkan pengujiaan jaringan saraf tiruan. Sistem ini yang terdiri dari

berbagai modul antara lain modul sensor array, modul minimum system

ATmega8, pemrograman yang terdapat pada komputer, modul FPAA AN231K04.

Proses pertama sensor array TGS menerima input berupa gas-gas kimia.

Kemudian output dari sensor array TGS berupa data analog akan diterima

microcontroller dan dikelola sesuai program yang ada hingga mengirimkan data

(50)

diterima komputer akan disimpan dalam database dan diproses oleh program

jaringan saraf tiruan hingga mendapatkan nilai bobot dan bias yang sesuai, nilai

bobot dan bias yang didapatkan dari proses pelatihan akan digunakan sebagai

parameter bobot dan bias pada jaringan saraf tiruan di FPAA. Data dari sensor

array TGS akan diujikan pada jaringa saraf tiruan di modul FPAA sehingga

menghasilkan output tentang jenis gas yang telah terdeteksi. Indikator hasil

keputusan FPAA disajikan dalam bentuk LED.

3.2 Perancangan perangkat keras 3.2.1. Rangkaian array sensor TGS

Dalam tugas akhir ini digunakan 3 buah sensor TGS dari Figaro yaitu TGS

2610, 2611, dan 2612 yang memiliki karakteristik hampir mirip antara yang satu

dengan lainnya. Sesuai dengan datasheet, karakteristik gas yang dapat terdeteksi

yaitu gas-gas yang mengandung ethanol, methane, iso-butane dan propane.

Agar dapat bekerja dengan baik sensor ini membutuhkan dua tegangan

masukan. Heater Voltage (VH) digunakan sebagai tegangan heater dan Circuit

Voltage (Vc) merupakan tegangan supply rangkaian, keduanya diberikan catu

daya sebasar 5 volt DC. Nilai resistor beban (RL) dapat dipilih atau di-adjust untuk

mengoptimasikan nilai alarm threshold, menjaga power dissipation (Ps)

semikonduktor di bawah batas 15mW. Power dissipation (PS) akan menjadi

sangat tinggi ketika nilai RS adalah sama dengan nilai RL. Nilai power dissipation

(PS) dan hambatan sensor (RS) dapat dihitung dengan persamaan (3.1) dan (3.1).

(51)

Untuk mengatur VH dan pengambilan data analog yang dihasilkan VRL digunakan

rangkaian yang terdiri dari relay, transistor, resistor, serta dioda sehingga

dirancang pula modul sensor array TGS seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Rangkaian modul sensor array TGS

Pada Gambar 3.2, satu relay yang digunakan untuk memilih tegangan VC

dan VH dan dua relay yang digunakan untuk memilih output dari TGS, yaitu untuk

diarahkan ke microcontroller atau ke FPAA. Resistansi yang digunakan pada nilai

resistor beban (RL) adalah 10 kΩ sedangkan nilai hambatan sensor (RS) pada

datasheet rata-rata 0,68 kΩ sampai 6,8 kΩ. Gambar 3.3 adalah ilustrasi rangkaian

saat TGS menghasilkan nilai RS minimal yaitu 0,68

(52)

Perhitungan rangkaian pada Gambar 3.3 adalah sebagai berikut:

Perhitungan diatas menghasilkan nilai PS = 1,4871 x 10-4 sehingga masih di

bawah 15 mW, kemudian rangkaian saat RS max terlihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Rangkaian sensor dengan RS = 6,8 k

Perhitungan rangkaian pada Gambar 3.4 adalah sebagai berikut:

VRL

RL

10 k Rs

6.8 k

(53)

Perhitungan diatas menghasilkan nilai PS = 6,0232 x 10-4 sehingga masih dibawah

15 mW dan dapat disimpulkan dengan resistor beban (RL) = 10 kΩ adalah cukup

optimal.

menuju personal komputer maupun FPAA. Di dalam microcontroller ATmega8

sudah dilengkapi dengan ADC yang terletak di pin PC0 – PC5, pin yang

digunakan untuk membaca hasil keluaran dari sensor array TGS. Gambar

minimum system ATmega8 dapat dilihat pada Gambar 3.5, sedangkan Tabel 3.1

adalah rincian alokasi pemakaian port-port I/O.

(54)

Tabel 3.1. Alokasi port I/O pada microcontroller

Port Alokasi

PC0-PC2 Jalur ADC channel 0 sampai channel 2

untuk pembacaan sensor array TGS PD0 dan

PD1

Jalur pengiriman data serial (RX danTX) yang disalurkan ke PC PD2,3 dan 4 Jalur untuk mengontrol relay PD5,6 dan

a. Setting software codevision AVR

Sebelum menggunakan software codevision AVR sebagai downloader,

pertama-tama harus melakukan penyetelan pada software ini. Berikut adalah

langkah-langkahnya:

1. Pada tampilan awal software terdapat menu bar pada bagian atas.

2. Pilih file => new, selanjutnya akan muncul dialog Create New File,

pilih project => OK. Dialog Create New File dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Kemudian akan muncul dialog AVR Chip Type dengan dua pilihan seperti

yang terlihat pada Gambar 3.7, lalu pilih ATMega karena sesuai dengan jenis

yang digunakan dalam tugas akhir ini.

(55)

Gambar 3.7. Tampilan dialog AVR Chip Type

3. Kemudian tampak dialog CodeWizardAVR – untitled.cwp. Dialog

CodeWizardAVR –untitled.cwp dapat dilihat pada Gambar 3.8.

4. Ubah bagian tab Chip, pilih seri microcontroller yang sesuai dengan

yang digunakan, ATmega8L. Nilai Clock (komponen kristal) yang

digunakan 8.000000 MHZ.

Gambar 3.8. Tampilan dialog CodeWizardAVR –untitled.cwp

5. Untuk mengaktifkan ADC pada tab ADC pilih ADC Enabled dan Use 8

bits. Volt. Ref => AREF pin. ADC Clock => 1000.00 KHz. Berikut adalah

tampilan setting ADC pada Gambar 3.9.

(56)

6. Karena menggunakan komunikasi serial maka buka tab USART, lalu pilih

receiver dan transmitter kemudian setting baudrate 9600, komunikasi

parameter 8 Data, 1 Stop, No Parity lalu mode Asynchronous. Berikut adalah

tampilan setting ADC pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Tampilan setting USART

7. Pada menu bar pilih Program, pilih Generate, Save and exit. Ketiga-tiganya

simpan dengan nama yang sama.

8. Selanjutnya tampak kode program pada software codevision AVR. Dapat

dilihat pada Gambar 3.11.

(57)

b. Download program dari komputer ke microcontroller

Sebelum download program dari komputer, lakukan setting pada

software CVAVR dengan cara sebagai berikut:

1. Pilih menu Setting => Programmer.

2. Tampak kotak dialog Programmer Setting. Ubah tipe pada AVR Chip

Programmer Type untuk microcontroller AVR ATmega8 (L) ”Kanda

System STK200+/300”, kemudian OK, tampilan Programmer Setting

dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Setting downloaderKanda System STK200+/300

3. Pilih menu Project => Configure => Tab After Build => pilih Program the

Chip => OK. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.13.

(58)

4. Pilih menu Project => Build (Shift+F9), tampil dialog Information =>

pilih Program, dialog information dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14. Tampilan dialog Information

3.2.3. Interface RS232

Interface RS232 merupakan suatu jembatan dalam metode

komunikasi serial. Dalam perancangannya komponen yang digunakan adalah

IC MAX232 dimana komponen pendukungnya lima buah kapasitor dengan

nilai 10uF yang terhubung pada pin C1, C2, V+, V-. Penggunaan komponen

ini dimaksudkan untuk komunikasi serial antara rangkaian demodulasi FSK

dengan komputer. MAX232 ini akan mengubah level tegangan TTL data

(59)

Gambar 3.15. Rangkaian Interface RS232

3.2.4. Konfigurasi FPAA AN231K04

Alokasi port I/O pada FPAA tersusun pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Alokasi port I/O pada FPAA

Port Alokasi

I1P Jalur Input dari sensor TGS 2610

I2P Jalur Input dari sensor TGS 2610

I3P Jalur Input dari sensor TGS 2610

IO5P/O5P Jalur Output Indikator LED satu

IO6P/O5P Jalur Output Indikator LED dua

Pin VCC diberi masukan tegangan minimal 4 volt sampai dengan

maksimal 12,5 volt dan tegangan optimal sekitar 5 volt. Untuk melakukan proses

downloading program dari komputer ke dalam memori program internal FPAA,

dapat memilih antara Interface USB dan Serial RS232. Caranya dengan

menghubungkan jumper pin atas dengan pin tengah jika menggunakan serial

RS232 dan jumper pin tengah dan pin bawah untuk menggunakan USB , pada

Gambar 3.16 merupakan jumper yang dipasang untuk mengaktifkan Interface

(60)

Gambar 3.16. Konfigurasi Jumper Serial RS232 dan USB

Selain merancang, program AnadigmDesigner®2 juga dapat disimulasikan

sebelum di download kedalam Hardware FPAA. dengan cara pilih menu

Simulate => Begin Simulation, atau tekan F5. Kemudian sebelum download

program, pastikan FPAA sudah terhubung dengan interface PC/Laptop. Dan

samakan setting COM Port pada AnadigmDesigner®2 dengan COM Port pada

device manager. Untuk AnadigmDesigner®2 dengan cara pilih menu Setting =>

Preferences => Port. Pada Gambar 3.17 tampilan pengaturan COM pada

AnadigmDesigner®2dan Gambar 3.18 device manager pada PC/Laptop.

(61)

Gambar 3.18. Tampilan setting COM Port pada device manager.

3.3. Perancangan perangkat lunak

Selain hardware yang diperlukan pada perancangan dan pembuatan alat

ini, juga diperlukan software/ program pada microcontroller, komputer dan

juga FPAA untuk dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Perancangan

perangkat lunak pada microcontroller dirancang agar dapat mengatur proses

pengambilan data dari sensor array TGS menuju komputer dan juga pengujian

jaringan saraf tiruan pada FPAA.

3.3.1. Perancangan program pada microcontroller

Flowchart untuk program pada microcontroller dapat dilihat pada Gambar

(62)

START

Gambar 3.19. Flowchart program pada microcontroller

Adapun penjelasan dari bagan alir di atas adalah sebagai berikut:

1. Proses awal dimulai dengan mengaktifkan sensor array TGS selama 120

detik untuk proses pemanasan sensor.

2. Setelah sensor sudah panas, gas dimasukan pada tabung yang telah

disediakan, kemudian program akan mengaktifkan fungsi ADC pada

Gambar

Gambar 2.11. Rangkaian kabel  downloader pada port LPT1
Gambar 2.12. Tampilan codevision AVR
Gambar 2.13.  Arah komunikasi serial. (Lohala, 2011)
Gambar 2.14.  Pinout konektor DB25
+7

Referensi

Dokumen terkait

karyanan unit P3M dan dosen agar sistem knowledge management ini digunakan dalam pengelolaan data administrasi P3M. Proses yang dilakuan yaitu memaksakan dengan

Terkait hasil penelitian yang dilakukan secara statistik, yaitu mengetahui faktor-faktor penyebab data berada diluar batas kendali serta informasi mengenai

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi objektif tentang upaya kepala madrasah sebagai pemimpin yang meliputi: kepribadian kepala sekolah;

Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan dari rekap nilai error, tracking signal dan grafik peramalan, dapat dipilih metode Exponential Smoothing (α=0,45) pada. produk

Bahagian Hal Ehwal Pelajar & Alumni Panduan Kemasukan Pelajar PICOMS Pada Mac 2021 (18/02/2021) Pelajar kemudian hendaklah memohon kebenaran pergerakan dari Polis Diraja

Upaya lain yang juga telah dilakukan adalah mengikutsertakan dan melibatkan beberapa pengurus dalam berbagai kegiatan pelatihan manajemen BKM yang dilakukan oleh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul

Secara keseluruhan siswa yang pembelajaran pemecahan masalah dengan metode PMR lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, yaitu terlihat dengan adanya