• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHAN DAN METODE"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang,

dengan ketinggian tempat 3 m dpl, yang dilaksanakan mulai Januari 2010 hingga

Maret 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 varietas kedelai,

fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur, insektisida Decis 25 EC

untuk mengendalikan hama, pupuk Urea, KCL dan TSP sebagai pupuk dasar dan

bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

meteran, digunakan untuk pengolahan tanah dan pembukaan lahan, gembor untuk

menyiram tanaman, handspryer digunakan untuk mengendalikan hama, timbangan

untuk menimbang kebutuhan pupuk dan produksi tanaman, buku tulis, pulpen,

dan penggaris sebagai alat untuk mengambil data serta alat alat lain yang

mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non

faktorial yang terdiri dari 20 varietas :

V1 : Daetam 1 V11 : Burangrang

V2 : Detam 2 V12 : Tanggamus

(2)

V4 : Cikuray V14 : Argomulyo

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jarak tanam : 20cm x 30cm

Jumlah 1 varietas per blok : 50 tanaman Jumlah sampel per varietas : 10 tanaman Jumlah seluruh sampel : 300 tanaman Jarak antara ulangan : 50 cm Luas lahan seluruhnya : 34 m x 14 m

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut :

Yij =μ +άi + βj + εij

I = 1,2,3 j = 1,2,3...20

Dinama :

Yij : Hasil pengamatan perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j

μ : Nilai rata-rata ά : Efek ulangan ke-i β : Efek perlakuan ke-j

ε : Galat dari blok ke-i, varietas ke-j

Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak kelompok

(RAK) non faktorial. Jika efek perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji

(3)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal

Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur

dan dilakukan pembuatan blok dengan ukuran 10 x 8,4 cm dengan jarak antar

blok 50 cm. Dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam.

Pemupukan Dasar

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran, kebutuhan pupuk

kedelai yaitu 100 kg urea/ha (0,3 gr/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (0,6 g/lubang

tanam), dan 100 kg KCl/ha (0,3 gr/lubang tanam). Pemupukan dilakuakan sehari

sebelum benih ditanam dan hanya sekali dilakukan.

Penanaman

Penanaman dilakukan langsung ke tanah dengan melubangi tanah sedalam

± 3 cm, kemudian memasukkan 2benih/lobang tanam dan ditutup dengan tanah,

kemudian diberi jarak antara antara tanaman 20 cm x 40 cm. Dilakukan pada

minggu ke 3.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan meninggalkan satu tanaman yang

pertumbuhannya paling baik diantara benih yang tumbuh. Dilakukan 1 minggu

setelah tanam (MST).

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau

(4)

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh

dengan tanaman cadangan yang masih hidup pada umur yang sama. Dilakukan

pada saat tanaman berumur 2 MST.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada

dalam polibag dan menggunakan cangkul untuk gulma yang berada pada plot.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Decis 2

EC dengan dosis 0,5-2 cc/liter air, disemprotkan pada saat tanaman menunjukkan

gejala serangan. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan

menyemprotkan fungisida dengan dosis 1 cc/liter air pada saat tanaman berumur

2 MST. Aplikasi dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Panen

Panen dilakukan setelah tanaman menunjukkan kriteria panen yaitu

ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran

tetapi bukan karena adanya serangan hama atau penyakit. Panen dilakukan dengan

cara dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan atau membongkar seluruh

(5)

Pengamatan Parameter

Luas Daun (cm2)

Total luas daun dihitung dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari ukuran pasak sampel hingga titik

tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga 6 MST. Pengukuran tinggi

tanaman dihitung 1 minggu sekali.

Tebal Kutikula (μm)

Untuk mengukur tebal kutikula diambil dari daun yang segar dengan

mengiris tipis secara melintang dibagian atas dan bawah epidermis lalu diletakkan

diatas objek glass kemudian ditetesi dengan etanol dan sodium hipoklorit. Setelah

itu diwarnai dengan larutan sudan IOV dan ditutup dengan kaca penutup lalu

diamati dengan mikroskop cahaya. Pengamatan dilakukan untuk tanaman sampel

pada mg ke 6 dan 10 mst.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada

bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.

(6)

Produksi Biji per Tanaman (g)

Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji

seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji

yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.

Bobot Kering Akar (g)

Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dsan

dibersihkan dari kotoran lalu diovenkan dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu ditimbang.

Bobot Kering 10 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 10 biji kedelai yang telah

dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan.

Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.

Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)

Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat

chloropyll meter. Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang paling

tengah. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah, dan ujung daun lalu

diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga.

Jumlah Stomata (mm2)

Jumlah stomata diamati dengan cara sebagai berikut : Daun difiksasi

dalam alkohol 75%, kemudian larutan fiksatif dibuang diganti dengan aquadest.

(7)

menghancurkan jaringan mesofil. Sebelum disayat menggunakan silet, daun

tersebut terlebih dahulu dicuci dengan aquadest.

Untuk menghilangkan klorofil dan mesofil yang terikat, sayatan epidermis

direndam dalam larutan bayclin selama 1 – 5 menit kemudian dicuci

menggunakan aquadest. Sayatan epidermis yang telah didapatkan kemudian

diwarnai dengan pewarna safrain selama satu menit kemudian dicuci

menggunakan aquadest. Objek berupa lapisan epidermis dilletakkan di atas objek

kemudian ditetesi gliserin 10% dan ditutup dengan gelas penutup. Paremeter yang

diamati adalah jumlah stomata tiap bidang pandang pada tanaman sampel pada

umur 6 dan 10 mst :

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan sidik ragam menunjukan bahwa, varietas berpengaruh

nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman pada 2 MST – 6

MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada umur 3

MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST dan produksi

pertanaman, bobot 10 biji.

Luas daun

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 41) menunjukan bahwa

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan luas

daun. Luas daun tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas daun kedelai

Varietas Luas Daun

(9)

Luas. Dari table 2 dapat kita lihat bawwa rataan luas daun terluas terdapat

pada varietas Tanggamus 96,63 terendah terdapat pada varietas Grobongan 65,39.

Tinggi tanaman

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 35 - 39) menunjukan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

tinggi tanaman. Tinggi tanaman kedelai dapat dilihat pada table 1.

table 1. Tinggi tanaman

Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)

2 3 4 5 6

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Pada umur 2 MST rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V3 Anjasmoro

yaitu 8,20 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu

7,13. Pada 3 MST varietas tertinggi terdapat pada varietas V3 Anjasmoro yaitu

10,60 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V5 Sibayak yaitu 8,42.

Pada 4 MST rata-rata varietas teringgi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 26,39

(10)

rata-rata varietas tertinggi terdapat pada varietas V18 Grobongan yaitu 38,28 dan

yang rata-rata yang terendah terdapat pada V9 Wilis yaitu 30,73. Pada 6 MST

rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 47,08 dan rata-rata

yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu 40.02.

Tebal kutikula

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 52) menunjukan bahwa

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan tebal

kutikula. Tebal \kutikula dapat dilihat pada Table 4.

Table 4. tebal kutikula

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 4 dapat dilihat bahwa kutikula yang tebal terdapat pada varietas

(11)

Bobot kering tajuk

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 42 - 45) menunjukan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

rataan bobot kering tajuk pada umur 3 MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST

dan 5 MST tidak berpengaruh nyata. Bobot kering tajuk dapat dilihat pada Table

5.

Table 5. bobot kering tajuk

Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)

3 4 5 6

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 5 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

bobot kering tajuk pada umur 3MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST dan 5

MST tidak berpengaruh nyata. Pada umur 3 MST berat kering tajuk tertinggi

terdapat pada varietas anjasmoro yaitu 0,26 dan yang terendah terdapat pada

varietas burangrang dan sinubung yaitu 0,14. Pada umur 4 MST berat kering

tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro dan gerobongan yaitu 3,32

(12)

kering tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,37terendah terdapat pada

varietas burangrang 0,20. Pada umur 6 MST berat kering tajuk tertinggi terdapat

pada varietas grobongan 0,43 dan terendah terdapat pada varietas burangrang

0,25.

Produksi pertanaman

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 40) menunjukan

bahwa, varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

rataan produksi pertanaman. Rataan produksi pertanaman dapat dilihat pada table

Table 7. produksi pertanaman

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 7 dapat di lihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada varietas

grobongan yaitu 1,98 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo yaitu 1,18.

Bobot kering akar

(13)

bobot kering akar 3 MST-6MST. Bobot kering akar kedelai pada masing-masing

varietas dapat dilihat pada table 6.

Table 6. bobot kering akar

Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)

3 4 5 6

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 6 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

cekaman salinitas pada parameter rataan bobot kering akar pada umur 3 MST – 6

MST. Pada umur 3 MST bobot kering akar yang tertinggi grobongan yaitu 0,8 dan

terandah terdapat pada varietas wilis, burangrang dan kawi yaitu 0,02, dan. Pada

umur 4 MST bobot kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro

yaitu 0,12, terendah terdapat pada varietas wilis yaitu 0,4 Pada 5 MST bobot

kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,16 dan yang

terendah terdapat pada varietas wilis dan ijen 0,6 dan. Pada umur 6 MST bobot

kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas grobongan yaitu 0,21 dan

(14)

Bobot10 biji

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 55) menunjukan bahwa,

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan

bobot 10 biji. Bobot 10 biji dapat dapat dilihat pada table 8.

Table 8. bobot 10 biji

Varietas Bobot 10 biji

V1 =Detam 1 0 c

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 8 dapat dilihat bahwa bobot 10 biji ter besar terdapat pada

varietas grobongan yaitu 1,0967 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo

(15)

jumlah klorofil

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lempira hal 50) menunjukan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

jumlah klorofil dapat dilihat pada table 9

Table 9. jumlah klorofil

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 9.dapat dilihat bahwa jumlah klorofil terbesar terdapat pada

varietas grobogan yaitu 42,48 dan yang terendah terdapat pada varietas

burangrang yaitu 30,70.

Jumlah stomata

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 51n ) menunjukan bahwa

varietas tidak berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

rataan jumlah stomata. Jumlah stomata pada masung-masing varietas

(16)

Table 3. jumlah stomata

V11 = Burangrang 294.67

V12 = Tanggamus 283.67

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%).

Dari table 3 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas tidak tidak tidak

berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah stomata. Dari table 2 dapat kita lihat

bahwa jumlah stomata terendah terdapat pada varietas Anjasmoro 244,00 dan

(17)

Pembahasan

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukan bahwa varietas

berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman 2

MST – 6 MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada

umur 3 MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST,

produksi pertanaman dan bobot 10 biji. Hal ini dipengaruhi oleh lahan salin yang

memiliki kandungan Na+ dan Cl- yang membawa efek negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti yang di kemukakan Sipayung

(2003) Persoalan lahan salin yang utama adalah tingginya kandungan Na+ dan Cl- dari medium perakaran tanaman sehingga tekanan osmotik larutan tanah naik. Hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap penyerapan air

dan unsur hara yang dapat cepat menurunkan laju pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena cekaman garam, yaitu

ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion, cekaman

osmotik dan kekurangan hara.

Dari hasil pengamatan yang di lakukan dapat diketahui bahwa varietas

berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter luas daun. Hal ini

di pengaruhi oleh lahan salin yang mengakibatkan tanaman mengalami kesulitan

dalam penyerapan air dan unsure hara, sehingga memeksa tanaman untuk

beradaptasi dengan lingkungan hal ini sesuai dengan pendapat Nguyen et al

(1997) mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman

kekeringan meliputi kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan

(18)

Dari hasil sidik ragam dan pengamatan yang dilakukan dapat di simpulkan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

bobot 10 biji. Seperti yang di ketahui bahwa air memiliki peranan penting dalam

proses produksi. Dengan dipengaruhi oleh faktor salin maka tanaman mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutahan air untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Scoot at al (1987) yang

menyatakan bahwa cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan

generatif, misalnya saat pengisian polong akan menurunkan produksi. Kekeringan

dapat juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangan di pengaruhi oleh

jumlah air yang diberikan dalam musim tanam. Balittan Malang melaporkan

bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadab hasil produksi biji

kedelai.

Dari data pengamatan dapat di lihat pada parameter produksi banyak

tanaman yang tidak sampai panen, hal ini mungkin di pengaruhi oleh faktor

salinitas yang tinggi yang mengakibatkan akar tidak mampu menyerap air dari

dalam tanah. Hal ini di dukung oleh pendapat dari Sutoro dkk (1998) yang

menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karna

berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis.

Pada periode kekeringan tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karna

kurang nya suplay air di daerah perakaran atau laju transpirasi melebihi laju

absorbsi air oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka

tanaman akan mati.

Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa

(19)

kering akar. Dengan dipengaruhi oleh faktor salinitas maka mengakibatkan

menurunnya kemanpuan akar dalam menyerap air dalam tanah sehingga

mengakibatkan pertumbukan akar tergangu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Santosa (1995) yang menyatakan bahwa rendahnyha jumlah air akan

menyebabkan terbatasnya pperkembangan akar sehingga mengangu penyerapan

unsur hara oleh akar tanaman.

Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tebal

kutikula. Seperti di ketahui bahwa tebal tipisnya lapisan kutikula berpengaruh

dalam peroses penguapan pada tanaman, sehingga pada tanaman yang kekurangan

air akan melakukan adaptasi fisiologi yaitu dgn mempertebal lapisan kutikula. Hal

ini sesuai dengan pendapat Courtois dan Lafitte (1999) yang menyatakan bahwa

tanaman yang tahan kekringan mengembangkan sejumlah strategi yang

berhubungan dengan proses fisiologi. Mekanisme ketahanan kekeringan tersebut

di bagi menjadi tiga katagori yaitu escape, avoidan dan toleran. Yang termasuk

dalam escape yaitu meliputi perkembangan daun menjadi lebih sempit dan

mempunyai lapisan kutikula yang tebal dan kemampuan stomata menutup dengan

cepat.

Dari data dan sidik ragam yang diamati varietas berpengaruh nyata

terhadap cekaman salinitas pada parameter produksi pertanaman. Hal ini terjadi

karna salinitas menyebabkan tanaman mengalami kesulitan dalam melakuan

pernyerapan air dan unsur hara yang di butuhkan tanaman untuk perkembangan

generative maupun vegetative sehingga mengakibatkan tidak maksimaknya

(20)

menyatakan bahwa air yang cukup akan mendukung peningkatan luas daun

sehingga berhubungan dengan tingkat produksi tanaman. Rendahnya jumlah air

akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga menganggu

penyerapan unsure hara oleh akar tanaman.

Dalam kondisi cekaman kekeringan tanaman mengalami kesulitan untuk

melakukan penyerapa air hal ini mungkin mempengaruhi proses membuka dan

menutup stomata atau jumlah stomata maupun besar kecilnya stomata. Hal ini

sesui dengan pendapat Biswal & Biswal (1999) yang menyataan bahwa Stress air

dapat menghambat membukanya stomata. Stress air yang ringan kecil

pengaruhnya terhadap menutupnya stomata. Bila stress air ini berlangsung lebih

hebat akan mengurangi penyerapan CO2, lebih dari itu fotofosforilasi dan fotolisis

(21)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yaitu

pada parameter tinggi tanaman, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil,

bobot kering tajuk pada 3 MST dan 6 MST dan berat kering akar.

2. Salinitas sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi beberapa

varietas kedelai

3. Varietas yang mampu mencapai masa vegetatif sampai minggu ke 6

sebanyak 17 varietas tetapi 17 varietas tidak mampu mencapai masa

generatif.

4. Varietas yang mampu mencapai masa generatif sebanyak 3 varietas yaitu

V3 : anjasmoro, V9 : wilis dan V17 : Grobongan

Saran

Ada 3 vartietas yang dapat dilanjutkan untuk seleksi berikutnya pada lahan

Gambar

Tabel 2. Luas daun kedelai
table 1. Tinggi tanaman
Table 4. tebal kutikula
Table 5. bobot kering tajuk
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari upaya pembentukkan kelompok kerja pemberdayaan tenaga kerja penyandang cacat adalah diperolehnya suatu pola yang dapat

ketepatan tekniknya. Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan,

Pihak pemerintah dalam hal ini menempati posisi dan peran sebagai pengayom, bagi seluruh pihak dalam masyarakat dan pihak yang bersangkutan dalam proses produksi. Pihak

Analisis data ini dilakukan setelah data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih dan akan digunakan untuk menjawab masalah dalam penelitian atau

(6) Ketentuan calon peserta didik yang berasal dari putera/puteri tenaga kesehatan dan tenaga pendukung yang menangani langsung pasien Covid-19 sebagaimana dimaksud

mengevaluasi pembelajarn, (11) memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab konstituen serta, (12) mampu melaksanakan penelitian. Secara spesifik

Fungsi f disebut fungsi aljabar jika f dapat dinyatakan sebagai jumlahan, selisih, pangkat, hasil kali, hasil bagi, atau akar fungsi suku banyak (polinomial).. Fungsi rasional

Ahmad Yani No 69 – 70 Cempaka Putih “ Pusat K3”, Jakarta Pusat, Indonesia 12450 Telepon 021-99071553/ Fax: 021-4245810, website : www.idki.org.. Informasi harus diberikan