HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN SELAYANG
MEDAN TAHUN 2014
DESSI HARVANINGSIH SIREGAR 135102131
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN
SELAYANG MEDAN TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya
orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014 Yang MembuatPernyataan
HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN
SELAYANG MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK
Dessi Harvaningsih Siregar
Latar belakang : obesitas adalah kegemukan atau berat badan yang berlebih akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan. Salah satu kelompok umur yang beresiko adalah kelompok umur remaja. Hal ini perlu mendapat perhatian, sebab cenderung berlanjut hingga dewasa dan lansia yang dapat menimbulkan faktor risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, beberapa jenis kanker, dan sebagainya.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel adalah 60 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan. Analisa data menggunakan uji Continuity Correction.
Hasil : berdasarkan hasil penelitian mayoritas berada di kelas XI sebanyak 40 orang (66,7%), usia 17 tahun sebanyak 20 orang (33,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (53,5%), suku jawa sebanyak 21 orang (34,9%). Dari 30 responden obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 24 orang (68,6%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 6 orang (24,0%). Sedangkan dari 30 responden tidak obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 11 orang (31,4%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 19 orang (76,0%). Dari hasil uji statistik hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa diperoleh nilai p = 0,002 artinya ada hubungan signifikan antara konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa.
Kesimpulan : hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa. Diharapkan kepada remaja agar memperhatikan pola makan, mengontrol asupan junk food yang dikonsumsi dan meningkatkan aktifitas fisik agar tidak terjadi obesitas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila
Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna
baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan
adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini yaitu :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara
3. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyelesaikan proposal karya tulis Ilmiah ini.
4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc. CM-FM, M.Pd Ked dan dr. Sarma Lumban Raja,
SpOG(K), selaku dosen penguji I dan II yang telah bersedia memberikan
masukan berupa kritik dan saran kepada penulis demi kesempurnaan
5. Seluruh dosen/staf pengajar yang telah banyak member ilmu kepada penulis
selama kuliah di Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta adik-adikku tersayang yang telah
memberikan do’a, dukungan dan semangat kepada peneliti dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
7. Seluruh teman-teman D-IV Bidan pendidik USU yang telah memberikan
dukungan kepada peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.
8. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah.
Akhir kata peneliti ucapkan terimah kasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan ... 4
1. Tujuan Umum ... 4
2. Tujuan Khusus ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
1. Bagi Praktek Kebidanan ... 4
2. Bagi Penelitian Kebidanan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Junk Food ... 5
1. Definisi ... 5
2. Jenis Junk Food ... 6
3. Bahaya Junk Food ... 7
4. Konsumsi Junk Food di Kalangan Siswa... 9
5. Pengukuran Konsumsi Junk Food ... 10
B. Obesitas ... 11
1. Definisi ... 11
2. Tipe Kegemukan ... 12
3. Penyebab Obesitas ... 13
4. Bahaya Obesitas ... 15
5. Obesitas di Kalangan Siswa ... 16
6. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas di Kalangan Siswa ... 16
7. Penentuan Obesitas ... 17
C. Siswa / Remaja ... 18
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 20
B. Hipotesis ... 20
C. Definisi Operasional... 22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
1. Populasi ... 23
2. Sampel ... 23
D. Waktu Penelitian ... 24
E. Pertimbangan Etik ... 24
F. Instrumen Penelitian... 25
G. Alat Pengumpulan Data ... 26
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 26
I. Pengolahan Data... 27
J. Analisa Data ... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 29
1. Karakteristik Responden ... 29
2. Obesitas pada Siswa ... 31
3. Konsumsi Junk Food pada Siswa ... 31
4. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas ... 34
B. Pembahasan ... 35
1. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas pada Siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 35
2. Keterbatasan Penelitian ... 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38
B. Saran ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas ... 18
Tabel 3.1 Definisi Operasional... 22
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi di
SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun
2014 ... 30
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan status obesitas di SMA
Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 31
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan konsumsi junk food di SMA
Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 31
Tabel 5.4 Distribusi konsumsi Junk Food pada siswa obesitas di SMA
Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 32
Tabel 5.5 Distribusi konsumsi Junk Food pada siswa tidak obesitas di SMA
Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 33
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan hubungan mengkonsumsi
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Keranga Konsep Hubungan Konsumsi Junk Food dengan
Obesitas pada Siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Calon Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 Protap Penelitian
Lampiran 5 Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 6 Balasan Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Master Data Penelitian
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN
SELAYANG MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK
Dessi Harvaningsih Siregar
Latar belakang : obesitas adalah kegemukan atau berat badan yang berlebih akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan. Salah satu kelompok umur yang beresiko adalah kelompok umur remaja. Hal ini perlu mendapat perhatian, sebab cenderung berlanjut hingga dewasa dan lansia yang dapat menimbulkan faktor risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, beberapa jenis kanker, dan sebagainya.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel adalah 60 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan. Analisa data menggunakan uji Continuity Correction.
Hasil : berdasarkan hasil penelitian mayoritas berada di kelas XI sebanyak 40 orang (66,7%), usia 17 tahun sebanyak 20 orang (33,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (53,5%), suku jawa sebanyak 21 orang (34,9%). Dari 30 responden obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 24 orang (68,6%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 6 orang (24,0%). Sedangkan dari 30 responden tidak obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 11 orang (31,4%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 19 orang (76,0%). Dari hasil uji statistik hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa diperoleh nilai p = 0,002 artinya ada hubungan signifikan antara konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa.
Kesimpulan : hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa. Diharapkan kepada remaja agar memperhatikan pola makan, mengontrol asupan junk food yang dikonsumsi dan meningkatkan aktifitas fisik agar tidak terjadi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan atau berat
badan yang berlebih sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan prevalensi yang semakin
meningkat, baik di negara-negara maju ataupun negara berkembang, termasuk
Indonesia (Depkes Poltekes, 2010, hal. 20).
Obesitas didefinisikan sebagai kegemukan atau kelebihan berat badan.
Kebutuhan energi dan zat-zat gizi remaja lebih besar jika dibandingkan dengan
kebutuhan dewasa. Hal ini disebabkan karena remaja lebih banyak beraktifitas dan
masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat pesat (Mitayani & Sartika,
2010, hal. 73).
Ternyata sering kali kita salah kaprah menyamakan antara junk food dengan
fast food. Pasalnya, fast food belum tentu junk food. Menurut ahli gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ali Khomsan, junk food adalah makanan padat yang
rasanya enak, tapi miskin gizi. Junk food hanya kaya kalori, tapi kecil kandungan
protein, vitamin, dan mineralnya. Sedangkan fast food adalah makanan cepat saji
yang didesain modern. Fast food bergizi tetapi susunannya kurang berimbang (Putri,
2012).
Menurut Lembaga Obesitas Internasional di London Inggris dalam
Wandasari (2007) diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami
kelebihan berat badan (Alrasyid, 2011).
Menurut Virgianto (2005) peningkatan kemakmuran di masyarakat yang
dari pola makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat
menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut jika tidak
dikonsumsi rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan
menimbulkan obesitas.
Prevalensi gizi lebih (overweight dan obesitas) di seluruh dunia mengalami
tren yang terus meningkat dalam sekitar 30 tahun terakhir. Salah satu kelompok
umur yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur remaja. Hasil
Riskesdas 2010 menyebutkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja (lebih dari 15
tahun) di Indonesia telah mencapai 19,1%. Berdasarkan penelitian Elita pada 194
siswa SMA Negeri 3 Semarang, sebesar 10,8% mengalami overweight dan 2,1%
obesitas. Sedangkan penelitian Mardatillah terhadap 113 siswa SMA di Jakarta
Timur didapatkan prevalensi obesitas sebesar 33,6% (Oktaviani, et al. 2012, hal. 2).
Prevalensi gizi lebih relatif lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding
dengan remaja laki-laki (perempuan 1,5%, laki-laki 1,3%). Berdasarkan tempat
tinggal, prevalensi gizi lebih pada remaja diperkotaan lebih tinggi dari pedesaan
(perkotaan 1,8%, pedesaan 0,9%) (Aini, 2012, hal. 2).
Penyebab obesitas beranekaragam. Menurut Mu’tadin (2002) ada beberapa
faktor pencetus obesitas, di antaranya adalah faktor genetik, pola makan yang
berlebih, kurang aktivitas, emosi, serta lingkungan (Depkes Poltekkes. 2010, hal. 20).
Gizi lebih pada remaja perlu mendapat perhatian, sebab gizi lebih yang
muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan lansia. Sementara
gizi lebih itu sendiri merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif, seperti
penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, beberapa jenis kanker, dan sebagainya
Permasalahan gizi pada remaja jika tidak diupayakan perbaikannya akan
mempengaruhi kualitas masyarakat di masa mendatang, sehingga perlu dicari
informasi mengenai masalah gizi pada remaja, khususnya siswa/siswi SMA tentang
faktor risiko penyebab gizi lebih agar faktor risiko tersebut dapat diidentifikasi sedini
mungkin dan ditanggulangi dengan baik (Aini. 2012).
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti salah satu faktor
risiko obesitas pada siswa/siswi SMA. Penulis memilih SMA Dharma Pancasila
Kelurahan Selayang Medan sebagai lokasi penelitian dikarenakan SMA Dharma
Pancasila merupakan sekolah yang berlokasi di daerah perkotaan, memiliki kegiatan
belajar yang cukup padat sehingga siswa-siswanya memiliki peluang yang cukup
besar untuk makan di luar rumah, pola makan tidak seimbang dan banyaknya penjual
makanan jajan di kantin maupun di depan sekolah memudahkan para siswa
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat yang kemungkinan dapat memicu
terjadinya obesitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan di
dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan mengkonsumsi junk food dengan
obesitas pada siswa SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa
SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
Dengan memperhatikan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka
tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik siswa di SMA Dharma Pancasila
Kelurahan Selayang MedanTahun 2014.
2. Untuk mengetahui jumlah siswa yang obesitas di di SMA Dharma Pancasila
Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi junk food pada siswa di SMA Dharma
Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Praktik Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi bidan
praktik swasta sebagai bahan tambahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan
di bidang gizi dan pelayanan kebidanan terutama tentang hal-hal yang berkaitan
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada remaja.
2. Bagi Penelitian Kebidanan
Sebagai acuan dalam meningkatkan pengetahuan untuk mengkaji secara
ilmiah suatu permasalahan dengan mengaplikasikan teori khususnya tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Junk Food 1. Definisi
Makanan rendah gizi (Junk food) adalah istilah yang mendeskripsikan
makanan yang tidaksehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan
nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar (Wikipedia, 2013).
Junk food merupakan makanan yang lebih mengutamakan cita rasa daripada
kandungan gizi. Misalnya keripik kentang yang mengandung garam. Beberapa junk
food juga mengandung banyak gula misalnya, minuman bersoda, permen dan kue tar. Gula, tertutama gula buatan sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh kita karena dapat
menyebabkan penyakit diabetes, kerusakan pada gigi kita dan menyebabkan obesitas.
Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sementara kebutuhan gula dalam
tubuh tidak boleh lebih dari 4 gram atau satu sendok teh sehari (Griffindors, 2013).
Menurut Hendriani (dalam Anggraini, 2013) secara garis besar junk food
adalah kata lain untuk makanan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas.
Umumnya yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang
kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya
sedikit, yang paling gampang masuk dalam jenis ini adalah keripik kentang yang
banyak mengandung garam, permen, semua dessert manis, makanan fast food yang
digoreng, dan minuman soda atau minuman berkarbonasi. Pada makanan yang
mempunyai label junk food biasanya kandungan vitamin, protein, dan mineralnya
sangat sedikit. Junk food mengandung lebih banyak sodium, saturated
menimbulkan banyak penyakit. Dari penyakit ringan sampai berat seperti darah
tinggi, stroke, jantung, dan kanker.
Menurut Husein (dalam Damopolih, Mayulu dan Masi, 2013) efek makanan
cepat saji terhadap tubuhyakni dapat mempengaruhi tingkat energi tubuh. Junk
Foodtidak mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. Sebagai hasilnya, anda mungkin merasa lelah dan kekurangan energi yang anda butuhkan
untuk menyelesaikan tugas sehari-hari. Tingginya tingkat gula dalam makanan cepat
saji membuat metabolisme tidak terkendali, ketika makan gula halus, pankreas
mengeluarkan insulin dalam jumlah yang tinggi untuk mencegah lonjakan berbahaya
dalam kadar gula darah karena makanan cepat saji dan junk food tidak mengandung
jumlah protein dan karbohidrat yang cukup dan baik, kadar gula darah akan turun
secara tiba-tiba setelah makan, hal ini membuat merasa mudah marah-marah dan
lelah. Junk food berkontribusi terhadap kinerja buruk dan obesitas, junk food juga
mengandung sejumlah besar lemak, dan sebagaian lemak terakumulasi dalam tubuh.
Pengkonsumsi akan bertambah berat badannya dan bisa menjadi obesitas. Berat lebih
yang terjadi akan semakin mendekatkan pada risiko penyakit kronis serius seperti
diabetes, penyakit jantung dan arthritis.
2. Jenis Makanan Junk Food
Menurut Vinsensia (2011) jenis junk food yang sering kita jumpai antara
lain, yaitu :
a. Makanan yang berpengawet seperti makanan yang disimpan di dalam kaleng,
mie yang dijual dalam kemasan dan kaleng. Hamper bias dipastikan semua
makanan kategori ini mambahayakan karena zat pengawetnya.
b. Makanan yang mengandung kadar garam tinggi dan mengandung MSG seperti
cemilan. Namun karena mengandung kadar garam tinggi dan penyedap rasa
buatan, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
c. Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging dalam burger,
d. Makanan yang mengandung soda seperti minuman ringan yang bersoda yang
banyak dijual.kulit ayam dalam fried chicken, dan lainnya.
3. Bahaya Junk Food
Makanan junk food rasanya sangat lezat dan orang yang melihatnya pasti
ingin menggigitnya.Sulit rasanya menolak selera untuk menikmati makanan junk
food, tetapi mengonsumsi junk food dalam waktu yang harus dihentikan, karena makanan tersebut sangat berbahaya terhadap tubuh.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda harus mengurangi makan junk
food:
a. Junk Food dibuat menggunakan banyak lemak jenuh. Lemak tersebut tidak sehat
dan pada pencernaan dapat melepaskan banyak racun ke dalam tubuh kita. Tubuh
kita mendapatkan makanan makanan tetapi tidak sehat.
b. Junk food kadang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak begitu
bersih. Dalam jangka panjang, ini bisa merusak perut, hati, dan usus kita.
c. Junk food tidak mengandung vitamin dan mineral dan banyak nutrisi dalam
makanan tersebut yang tidak dimasak dengan benar dan dalam makanan mentah.
Tubuh tidak mendapatkan vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
mendapatkan kesehatan yang baik dan kekebalan dari penyakit. Akibatnya, itu
membuat orang yang sering memakan makanan tersebut sangat rentan terhadap
d. Junk food membuat Anda menambah berat badan. Orang yang memiliki obesitas
atau obesitas morbid adalah mereka yang memiliki preferensi ngemil yang kuat
terhadap junk food.
e. Makan junk food bisa membuat Anda rentan terhadap diabetes, karena terlalu
banyak mengandung gula. Anda juga bisa menjadi rentan terhadap penyakit
jantung dan tekanan darah karena garam dan lemak tinggi ditemukan di jenis
makanan.
f. Junk food mengandung pengawet dan pewarna, baik yang mengandung zat
karsinogenik atau tidak.
g. Dalam jangka panjang, sebenarnya junk food mempercepat efek penuaan.
Orang-orang yang sering mengonsumsi junk foodakan menunjukkan tanda-tanda usia
tua lebih cepat. Hal ini karena memakan junk food dalam waktu lama
mengakibatkan tubuh mengonsumsi gizi buruk. Hasilnya adalah pelepasan
radikal bebas yang merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas efek
penuaan.
Kebiasaan memakan junk food terlihat terutama pada anak-anak, remaja, dan
orang dewasa.Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengakibatkan kesehatan mereka
menurun.Faktor utama yang menarik orang untuk makan junk food adalah rasanya.
Rasa ini harus diganti dengan makanan yang dimasak dengan baik dan lezat, namun
pada saat yang sama sehat bagi tubuh. Apabila kita menyukai makanan junk food,
maka cara mengatasinya adalah dengan memperbanyak memakan sayuran dan
4. Konsumsi Junk Food di Kalangan Siswa
Remaja dengan aktivitas sosial tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya
semakin tampak. Di kota besar sering kita lihat sekelompok atau lebih remaja makan
bersama di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji atau fast foodyang
berasal dari Negara barat (Andriani&Wirjatmadi, 2012, hal. 323).
Di sekolah, makanan perlu disediakan untuk anak dengan tujuan :
a. Mempertahankan kemampuanberkonsentrasi dan belajar.
b. Memberi kontribusibagi asupan diet keseluruhan.
c. Mengajarkan tentang makanan dan nutrisi, serta aspek sosial dari
makanan.
Menurut Barasasi (2007, hal. 40) dalam tahun-tahun terakhir ini,
anak-anak telah memilih makanan kentang goreng, burger dan hidangan utama tinggi
lemak lainnya, kue, serta minuman ringan, hanya sedikit yang memilih buah,
sayuran, atau salad. Sebagai akibatnya, kualitas gizi makanan di sekolah telah di
kritik karena mengandung :
a. Terlalu banyak lemak, menyuplai 41% dari kandungan energi dalam
hidangantersebut (tingkat yang direkomendasikan adalah 35%).
b. Terlalu banyak lemak jenuh,menyuplai 14% dari energi (direkomendasikan
11%).
c. Terlalu banyak gula dari sumber selain susu, menyuplai sebanyak 14% energi
(dianjurkan 11%).
d. Terlalu banyak garam.
5. Pengukuran Konsumsi Junk Food
Menurut Supariasi, Bakri & Fajar (2008, hal. 94) untuk tujuan penelitian
yang ingin mengetahui kebiasaan atau pola konsumsi tingkat individu atau
perorangan, maka metode pengukuran makanan yang dapat dilakukan yaitu dengan
metode food recall 24 jam dan metode frekuensi makanan (food frequency).
a. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu dengan menggunakan
kuesioner terstruktur. Untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi
makanan individu dinyatakan secara teliti dengan menggunakan alat seperti sendok,
gelas, piring dan lain-lain atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner
sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urutan-urutan waktu dan
pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa
makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan. Pengelompokkan bahan
makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein
hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Contoh kuesioner recall 24 jam dapat
dilihat pada lampiran 3.
b. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu,
seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau
B. Obesitas 1. Definisi
Obesitas atau biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah
yang cukup merisaulan di kalangan remaja.Obesitas atau kegemukan terjadi pada
saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose
secara berlebihan.Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat
badan yang lebih berat dibandingkan berat badan idealnya yang disebabkan
terjadinya penumpukan lemak di tubuhnya (Proverawati, 2010, hal. 71).
Obesitas didefinisikan sebagai kegemukan atau kelebihan berat
badan.Kebutuhan energi dan zat-zat gizi remaja lebih besar jika dibandingkan
dengan kebutuhan dewasa. Hal ini disebabkan karena remaja lebih banyak
beraktifitas dan masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat pesat serta
kebiasaan remaja yang suka ngemil dan makan-makanan jajanan diluar bersama
teman-teman sebaya yang berlemak tinggi seperti bakso, junk food, pizza dan
lain-lain (Mitayani Sartika, 2010, hal. 73-74).
Kegemukan tidak terjadi secara instan, tetapi perlahan-lahan berdasarkan
jumlah cadangan lemak yang terus bertambah karena cadangan lemak tersebut tidak
digunakan untuk beraktivitas. Pada awalnya, sering tidak disadari bahwa gaya hidup
seseorang terutama pola makanlah yang paling memicu terjadinya kegemukan.
Ketika konsumsi kalori tersebut tidak seimbang dengan yang dibutuhkan oleh tubuh
maka tidak akan menjadi masalah. Namun sebaliknya, jika seseorang mengonsumsi
makanan atau minuman dengan jumlah kalori yang lebih besar dari yang dibutuhkan,
kalori tersebut akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Apabila
menumpuk dalam jumlah yang berlebih tubuh akan menyebabkan terjadinya
2. Tipe Kegemukan
Menurut Mumpuni dan Wulandari (2010, hal. 19) tipe kegemukan ada
bermacam-macam.Secara umum dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan
berdasarkan sel lemak.
a. Tipe kegemukan berdasarkan bentuk tubuh :
1) Kegemukan tipe buah apel
Pada pria yang mengalami kegemukan tipe buah apel,biasanya menyimpan
lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga gemuk di
perut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple
type).Kegemukan tipe buah apel ini sering pula diisebut kegemukan sentral atau terpusat karena lemak banyak berkumpul di rongga perut dan karena
banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai kegemukan tipe android.
2) Kegemukan tipe buah pir (pear)
Kelebihan lemak pada perempuan disimpan di bawah kulit bagian daerah
pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperti buah pir (pear
type).Kegemukan tipe buah pir ini juga disebut sebagai kegemukan perifer
karena lemak berkumpul di pinggir tubuh, yaitu di pinggul dan paha.Oleh
karena tipe ini banyak terdapat pada perempuan disebut juga sebagai
kegemukan tipe perempuan atau tipe gynoid.
b. Tipe kegemukan berdasarkan keadaan sel lemak :
1) Kegemukan tipe Hyperplastik
Kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak
dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah
2) Kegemukan tipe Hypertropik
Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar
dibandingkan dengan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah
banyak dari normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa. Usaha
untuk menurunkan berat badan pada kondisi ini lebih mudah dibandingkan
pada kegemukan tipe hyperplastik.
3) Kegemukan tipe gabungan (tipe Hyperplastik dan Hypertropik)
Kegemukan ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi
normal.Kegemukan ini bisa dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus
sampai dewasa.Upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan risiko
tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit.
3. Penyebab
Menurut Proverawati (2010, hal. 72) secara ilmiah, obesitas terjadi akibat
mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh.Meskipun penyebab
utamanya belum diketahui, namun obesitas pada remaja terlihat cenderung
kompleks, multifaktorial dan berperan sebagai pencetus terjadinya penyakit kronis
dan degeneratif.
Faktor resiko yang berperan terjadinya obesitas antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Faktor genetik
Obesitas cenderung untuk diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen , tetapi juga makanan
dan kebiasaan gaya hidup, yang biasa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali
menunjukkan bahwa rata-ra faktor genetic memberikan kontribusi sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang.
b. Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Yang termasuk
lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa
yang dimakan dan beberapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktivitasnya
setiap hari. Seseorang tidak dapat mengubah pola genetiknya namun dapat
mengubah pola makan dan aktifitasnya.
c. Faktor psikososial
Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan.Salah satu bentuk gangguan emosi adalah presepsi diri yang negatif.
Gangguan emosi ini merupakan maslah serius pada wanita muda penderita
obesitas, dan dapat menimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukannya
serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan bersosial.
d. Faktor kesehatan
Obat-obatan juga dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, yaitu obat-obatan
tertentu seperti steroid dan beberapa antidepressant, dapat menyebabkan
penambahan berat badan.
e. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran dan atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang
menjadi gemik pada masa kanak-kanak, dapat memliki sel lemak sampai lima
Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, oleh karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara menguranagu jumlah lemak dalam
setiap sel.
f. Aktivitas fisik
Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi
terjadinya obesitas.Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam
jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang gaya
hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung
mengalami obesitas.
4. Bahaya
Resiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi dan
tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan kantung
empedu (Mitayani &Sartika, 2010, hal. 49).
Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bagian bawah, dan memperburuk osteoarthritis(terutama di daerah
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki).Seseorang yang mengalami obesitas memiliki
permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,
sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat
yang lebih banyak.Sering juga ditenukan oedema (pembengkakan akibat penimbunan
sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki (Proverawati, 2010, hal.
5. Obesitas di Kalangan Siswa
Di kalangan perempuan, kegemukan adalah kondisi yang banyak dihindari
dan sekaligus ditakuti.Kegemukan sering membuat perempuan menyiksa diri dan
tidak makan sebagaimana mestinya, tanpa memperhatikan ketentuan, dan aturan
kesehatan.Akhirnya, bukan berat badan ideal yang didapatkan, tetapi justru berakibat
sakit dan kondisi tubuh yang tidak prima. Sebenarnya di kalangan laki-laki juga
muncul kekhawatiran dan kecemasan yang samaseperti perempuan. Namun karena
kecendrungan sikap laki-laki yang tidak heboh seperti perempuan maka
keluhan-keluhan mereka tentang kegemukan sepertinya tertutupi (Mumpuni & Wulandari,
2010, hal. 4).
Remaja harus berada dalam status gizi yang adekuat untuk menjamin
pertumbuhan dan perkembangan mereka secara normal dan kontinyu.Remaja dengan
gangguan prilaku makan mempunyai masalah-masalah yang mendasar yang
bertentangan dengan status gizi normal, mereka menggunakan makan secara tidak
semestinya.Makanan berhubungan dengan perilaku dan dihubungkan dengan selisih
berat badan adalah dua karakteristik yang jelas pada gangguan prilaku makan ini
(Proverawati, 2010, hal. 6).
6. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas di Kalangan Siswa
a. Perubahan dalam lingkungan makanan.
Remaja mempunyai kebiasaan makan-makanan cepat alias junk food.
Kebiasaan tersebut didukung dengan kebiasaan remaja untuk
mengkonsumsimakanan tertentu karena eksposure iklan makanan cepat saji yang
sangat gencar saat menonton televisi (Mitayani & Sartika, 2010, hal. 71).
Pola makan makanan cepat saji juga dapat mempercepat tingkat
memiliki banyak kalori dalam jumlah banyak dibandingkan dengan apa yang
dianjurkan untuk orang normal untuk konsumsi sehari-harinya. Makanan cepat
saji cenderung mengandung sedikit serat, tetapi tinggi gula, sehingga kadar
gula darah akan naik dengan cepat (Proverawati, 2010, hal. 78).
Pola makanan mereka sangat tidak sehat. Mereka lebih banyak
mengkonsumsi makanan yang digoreng, banyak mengandung gula, dan
minumnan soft drink. Jarang sekali mengkonsumsi sayuran, buah dan makanan
berserat lainnya (Mitayani & Sartika, 2010, hal. 72).
b. Meningkatnya gaya hidup kurang gerak (sedentary lifestyle).
1) Berkurangnya pekerjaan manual.
2) Mekanisasi.
3) Urbanisasi dalam populasi.
4) Game elektronik menggantikan aktivitas fisik (Barasasi, 2007, hal. 49).
7. Penentuan Obesitas
Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan
membandingkan antara tinggi badan (kg) dengan berat badan (m) yang dikenal
dengan istilah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
(Mumpuni & Wulandari, 2010, hal. 12).
Menentukan status gizi pada remaja adalah dengan mengukur Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT dapat membantu
untuk mengidentifikasi remaja yang secara signifikan berisiko mengalami
kelebihan berat badan.
Rumus penghitungan IMT dan klasifikasi adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan (kg)
Tabel 2.1.Klasifikasi Obesitas
No Klasifikasi IMT (kg/m2)
1 Underweight < 18,5
2 Normal 18,5-22,9
3 Overweight ≥23
4 At Risk 23,0 – 24,9
5 Obesitas Tingkat I 25,0 – 29,9
6 Obesitas Tingkat II ≥ 30,0
Sumber :Asia Pacific Cohort Studiest Collaboration, IOTF, WHO (2000)
C. Siswa / Remaja
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat
ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan
psikologis, dan pendekatan edukatif/paedagogis.
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting.Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan, biasanya dimulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada
wanita. Menurut World Health Organization (WHO), batasan remaja secara umum
adalah mereka yang berusia 10 tahun sampai 19 tahun (Proverawati, 2010, hal. 1).
Soetjiningsih (2004, dalam Depkes Poltekkes, 2010, hal. 1) mengatakan
bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian,
menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens
dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat
reproduksi. Sedangkan adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial
atau kematangan yang menyertai masa pubertas.
Menurut WHO (1995) penggolongan umur masa remaja terbagi atas :
1. Masa remaja awal (10-13 tahun).
2. Masa remaja tengah (14-16 tahun).
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai
variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil sebuah sintesis dari
proses berfikir deduktif maupun induktif, dengan kemampuan kreatif dan inovatif
diakhiri konsep atau ide baru (Sugiyono, 2010).
Adapun kerangka konsep penelitian tentang hubungan frekuensi
mengkonsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila
kelurahan Selayang Medan adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1 : Kerangka konsep
B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah yang membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak,
berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian, atau
dengan kata lain hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan
yangdiharapkanantaraduavariabelataulebih yang dapatdiujisecaraempiris (Hidayat,
2010, hal. 26).
Konsumsi junk food siswa SMA Dharma Pancasila
Dari kerangka konsep yang sudah dibentuk menjadi hubungan-hubungan
varibel tersebut, maka dapat dibuat kalimat hipotesis sebagai berikut :
Ho, ditolak : Ada hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa
di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun
2014.
Ho, gagal ditolak : Tidak ada hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada
siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan
C. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010,
[image:34.595.118.559.209.659.2]hal. 112).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Defenisi
Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur Dependen (terikat) yaitu Obesitaspada siswa SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Kegemukan atau berat badan yang berlebihan pada siswa SMA yang berusia 15-18 tahun Timbanga dan Microtoise Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan cara : Berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) dikuadratkan 1. Tidak Obesitasa pabila IMT < 25 2. Obesitasa
pabila
IMT ≥
25
Nominal
Independen (bebas) yaitu mengkonsum si junk food pada siswa SMA Dharma Pancasila Perilaku dimana siswa memakan dan meminum sesuatu yang termasuk sebagai junk food yaitu makanan yang rasanya enak tapi sedikit kandungan gizinya dan memiliki banyak kudapan yang berada disekitar lingkungan SMA Dharma Pancasila Kuesioner food recall 24 jam dan kuesioner frekuensi makanan (food frequency). Membagikan kuesioner 1.Jarang bila mengkon sumsi junk
food≥ 1
-2x Seminggu dengan skor 0-6. 2.Sering bila mengkon sumsi junk food≥ 2 x Seminggu dengan skor 7-12
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan Cross Sectional yaitu variable sebab dan akibat yang terjadi pada objek
penelitian diukur atau diamati pada saat bersamaan (Hidayat, 2007, hal. 56). Untuk
mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA
Dharma Pancasila kelurahan Selayang Medan tahun 2014.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006, hal.80).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMA Dharma Pancasila
Kelurahan Selayang Medan kelas X dan XI yang berjumlah 350 orang. Dalam
penelitian ini kelas XII tidak diikutsertakan dalam populasi dengan alas an mengikuti
Ujian Nasional (UN) pada bulan April tahun 2014.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2006, hal. 81). Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa-siswa yang mengalami obesitas dengan IMT ≥25 dan siswa-siswi yang tidak
mengalami obesitas dengan IMT < 25 yang berada di SMA Dharma Pancasila
Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa, masing-masing 30 siswa
yang obesitas dan 30 siswa yang tidak obesitas. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang
ada pada saat dijumpai, diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama
(Hidayat, 2007, hal. 83).
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Dharma Pancasila kelurahan Selayang Medan.
Peneliti memilih lokasi ini dengan pertimbangan karena lokasi berada di daerah
perkotaan, mudah dijangkau, menghemat waktu dan biaya, adanya populasi yang
mencukupi untuk dijadikan responden dan memiliki kegiatan belajar yang cukup
padat sehingga siswa-siswanya memiliki peluang yang cukup besar untuk makan
diluar rumah.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai September 2013 sampai Mei 2014.
E. Pertimbangan Etik
Semua penelitian yang menggunakan subjek manusia, harus disertai dengan
pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etik setempat (Hidayat, 2007, hal 93).
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian
tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika responden
bersedia diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses
pengumpulan atau berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi
individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikologis. Anonymity
(tanpa nama), pada lembar persetujuan maupun lembar observasi peneliti tidak akan
menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi kode saja. Confidentiality
(kerahasiaan), pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang
terkumpulakan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan kepada orang lain
tanpa seizin responden.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah timbangan injak Electronic Scale
Merk Camri dan alat pengukur tinggi badan (Microtoise) merk Seca. Bagian
instrument kedua menggunakan kuesioner, jenis kuesioner yang digunakan adalah
frekuensi konsumsi makan (food frequency) dengan memberikan jenis-jenis
makanan yang termasuk junk food sehingga responden hanya memberikan jawaban
berdasarkan frekuensi yang sudah tertera. Instrumen penelitian ini terbagi atas 3
bagian. Bagian pertama berisi data demografi meliputi kelas, umur, jenis kelamin
dan suku. Bagian kedua berisi kuesioner frekuensi mengkonsumsi junk food. Bagian
ketiga berisi status obesitas.
G. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini berupa
kuesioner, yang terdiri dari bagian pertama yaitu petunjuk pengisian, kedua yaitu
data demografi, ketiga yaitu data utama atau inti permasalahan tentang obesitas.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan peneliti yaitu data primer dan sekunder. Data primer di
peroleh langsung dari responden melalui kuesioner yang disebarkan, sedangkan data
sekunder diperoleh dari dokumentasi kemahasiswaan SMA Dharma Pancasila
Kelurahan Selayang Medan.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih
dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia untuk
dijadikan sebagai responden dengan menandatangani surat persetujuan
penelitian.
2. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut.
3. Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi
dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner.
4. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan, selanjutnya
peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu
memeriksakan jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga
I. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang akan dilakukan berikutnya adalah
pengolahan data. Proses pengolahan data ini terdiri atas langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing (Penyuntingan)
Upaya untuk memeriksa kembali kabenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
2. Coding (Pengkodean)
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan
analisa data menggunakan komputer.
3. Data Entry (Memasukkan data)
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau
database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2010 : 95).
4. Cleaning (Pembersih Data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,
perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembenaran atau koreksi.
5. Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
J. Analisis Data
Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Univariat
Analisis data univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi
karakteristik responden dan distribusi siswa yang jarang dan sering mengkonsumsi
junk food serta distribusi frekwensi responden yang obesitas dan tidak obesitas.
2. Analisis Data Bivariat
Analisis data bivariat digunakan untuk melihat hubungan mengkonsumsi
junk food dengan obesitas dengan menggunakan uji chi-square. Dengan
menggunakan taraf signifikan 95% (∝ = 0,05), dinyatakan ada hubungan apabila
nilai Asymp.Sig.< ∝. Analisis data ini akan dilakukan menggunakan program
komputer dan selanjutnya data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel agar dapat
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai hubungan
konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila
Kelurahan Selayang Medan tahun 2014 yang dilaksanakan dari 28 Maret 2014
sampai 10 April 2014. Jumlah responden yang didapatkan sebanyak 60 siswa,
dimana terdapat 30 siswa obesitas dan 30 siswa tidak obesitas.
1. Karakteristik Responden
Berikut ini akan dijabarkan hasil identifikasi karakteristik responden yang
berisi kelas, umur, jenis kelamin dan suku responden mengenai hubungan
konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang
Medan Tahun 2014 (n = 60) Karakteristik
Responden
Obesitas Tidak Obesitas Total
f % f % f %
Kelas : - X - XI 13 17 21.7 28.3 7 23 11.7 38.3 20 40 33.4 66.7 Umur: - 14 - 15 - 16 - 17 - 18 2 8 11 8 1 3.4 13.3 18.3 13.3 1.7 0 9 8 12 1 0.0 15.0 13.3 20.0 1.7 2 17 19 20 2 3.4 28.3 31.6 33.3 3.4 Jenis Kelamin: - Laki-laki - Perempuan 14 16 23.3 26.7 14 16 23.3 26.7 28 32 46.7 53.3 Suku : - Jawa - Mandailing - Karo - Melayu 10 4 12 4 16.6 6.7 20.0 6.7 11 7 6 6 18.3 11.7 10.0 10.0 21 11 18 10 34.9 18.4 30.0 16.7
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data bahwa mayoritas responden berada di
kelas XI sebanyak 40 orang (66,7%) dengan siswa obesitas berjumlah 17 orang
(28,3%) dan siswa tidak obesitas berjumlah 23 orang (38,3%), berumur 17 tahun
sebanyak 20 orang (33,3%) dengan siswa obesitas berjumlah 8 orang (13,3%) dan
siswa tidak obesitas berjumlah 12 orang (20,0%), berjenis kelamin perempuan
sebanyak 32 orang (53,3%) dengan siswa obesitas dan tidak obesitas masing-masing
berjumlah 16 orang (26,7%), dan bersuku jawa sebanyak 21 orang (34,9%), dengan
siswa obesitas berjumlah 10 orang (16,6%) dan siswa tidak obesitas berjumlah 11
2. Obesitas pada Siswa
Status obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang
[image:43.595.110.533.211.290.2]Medan Tahun 2014, dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Status Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014
Status Obesitas Frekuensi Persentase (%)
- Obesitas - Tidak Obesitas
30 30
50.0 50.0
Total 60 100
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data bahwa responden yang obesitas dan
tidak obesitas memiliki frekuensi yang sama masing-masing sebanyak 30 orang
(50,0%).
3. Konsumsi Junk Food pada Siswa
Konsumsi junk food pada siswa diSMA Dharma Pancasila Kelurahan
Selayang Medan Tahun 2014, dapat di lihat dari tabel berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Junk Food di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014
Konsumsi Junk Food Frekuensi Persentase (%)
- Jarang - Sering
25 35
41.7 58.3
Total 60 100
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa mayoritas responden adalah
a. Konsumsi Junk Food pada Siswa Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014
Tabel 5.4
Distribusi Konsumsi Junk Food pada Siswa Obesitas di SMA Dharma Pancasila KelurahanSelayang Medan Tahun 2014
N O
Nama Makanan
Frekuensi Makan >1x/hari 1x/
Hari 4-6x/ mngg 1-3x/ mngg 1x/ bln 1x/ tahun
f % f % f % f % f % f %
1 Gorengan 7 23.3 12 40.0 9 30.0 2 6.7 0 0.0 0 0.0 2 Fried Chicken 5 16.7 4 13.3 12 40.0 5 16.7 4 13.3 0 0.0 3 Kentang Goreng 5 16.7 4 13.3 7 23.3 8 26.7 6 20.0 0 0.0 4 Pizza 4 13.3 3 10.0 3 10.0 7 23.3 9 30.0 4 13.3 5 Siomay 5 16.7 5 16.7 13 43.3 3 10.0 3 10.0 1 3.3
6 Sosis 5 16.7 3 10.0 9 30.0 4 13.3 7 23.3 2 6.7
7 Bakso / Miso 6 20.0 5 16.7 12 40.0 2 6.7 2 6.7 3 10.0 8 Bakso Bakar 5 16.7 5 16.7 12 40.0 4 13.3 3 10.0 1 3.3 9 Asinan 5 16.7 2 6.7 6 20.0 4 13.3 10 33.3 3 10.0 10 Minuman Ringan 13 43.3 13 43.3 2 6.7 2 6.7 0 0.0 0 0.0 11 Jajanan Ringan 15 50.0 12 40.0 1 3.3 2 6.7 0 0.0 0 0.0 12 Ice cream 7 23.3 5 16.7 11 36.7 3 10.0 4 13.3 0 0.0
Berdasarkan tabel 5.4 distribusi jawaban responden obesitas menunjukkan
frekuensi konsumsi junk food terbanyak terdapat pada pernyataan no 11 yaitu pada
konsumsi makanan jajanan ringan sebanyak 15 orang (50.0%) dengan frekuensi
b. Konsumsi Junk Food pada Siswa Tidak Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014
Tabel 5.5
Distribusi Konsumsi Junk Food pada Siswa Tidak Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014
N O
Nama Makanan
Frekuensi Makan >1x/hari 1x/
Hari 4-6x/ mngg 1-3x/ mngg 1x/ bln 1x/ tahun
f % f % f % f % f % f %
1 Gorengan 6 20.0 9 30.0 11 36.7 4 13.3 0 0.0 0 0.0 2 Fried Chicken 0 0.0 4 13.3 8 26.7 11 36.7 5 16.7 2 6.7 3 Kentang Goreng 2 6.7 3 10.0 4 13.3 14 46.7 6 20.0 1 3.3
4 Pizza 1 3.3 0 0.0 3 10.0 13 43.3 7 23.3 6 20.0
5 Siomay 2 6.7 1 3.3 10 33.3 12 40.0 3 10.0 2 6.7
6 Sosis 1 3.3 1 3.3 8 26.7 10 33.3 7 23.3 3 10.0
7 Bakso / Miso 1 3.3 2 6.7 5 16.7 9 30.0 8 26.7 5 16.7 8 Bakso Bakar 0 0.0 4 13.3 5 16.7 9 30.0 10 33.3 2 6.7
9 Asinan 1 3.3 2 6.7 1 3.3 9 30.0 7 23.3 10 33.3
10 Minuman Ringan 8 26.7 11 36.7 5 16.7 3 10.0 3 10.0 0 0.0 11 Jajanan Ringan 10 33.3 14 46.7 4 13.3 1 3.3 1 3.3 0 0.0 12 Es Krim 3 10.0 1 3.3 7 23.3 14 46.7 5 16.7 0 0.0
Berdasarkan tabel 5.5 distribusi jawaban responden tidak obesitas
menunjukkan frekuensi konsumsi junk food terbanyak terdapat pada pernyataan no 3
yaitu kentang goring dengan frekuensi 1-3x/minggu, no 11 yaitu jajanan ringan
dengan frekuensi 1x/hari dan no 12 yaitu ice cream dengan frekuensi 1-3x/minggu,
4. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas
Hubungan mengkonsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA
Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014, dapat di lihat dari tabel
berikut :
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Mengkonsumsi Junk Food dengan Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan
Selayang Medan Tahun 2014
Konsumsi Junk Food
Status Obesitas
Jumlah Obesitas Tidak Obesitas
f % f % F %
Jarang Sering 6 24 24.0 68.6 19 11 76.0 31.4 25 35 100 100
Jumlah 30 50.0 30 50.0 60 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti
terhadap siswa tentang hubungan mengkonsumsi junk food dengan obesitas di SMA
Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan tahun 2014 terdapat 6 responden
(24,0%) obesitas dengan konsumsi junk food jarang, 24 responden (68,6%) obesitas
dengan konsumsi junk food sering, 19 responden (76,0%) tidak obesitas dengan
konsumsi junk food jarang, dan 11 responden (31,4%) tidak obesitas dengan
konsumsi junk food sering.
B. PEMBAHASAN
1. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas pada Siswadi SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan tahun 2014
Berdasarkan hasil analisis antara hubungan mengkonsumsi junk food dengan
obesitas terlihat bahwa responden obesitas yang mengkonsumsi junk food jarang
berjumlah 6 responden (24,0%), responden obesitas yang mengkonsumsi junk food
sering berjumlah 24 responden (68,6%), responden tidak obesitas yang
mengkonsumsi junk food jarang berjumlah 19 responden (76,0%), dan responden
tidak obesitas yang mengkonsumsi junk food sering berjumlah 11 responden
(31,4%). Hal ini pun dibuktikan dengan uji statistik chi square pada tingkat
signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,002< 0,05) berarti Ho ditolak.
Maka secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
mengkonsumsi junk food dengan obesitas pada siswa.
Junk food merupakan makanan yang lebih mengutamakan cita rasa dari pada
kandungan gizi. Misalnya keripik kentang yang mengandung garam. Beberapa junk
food juga mengandung banyak gula misalnya, minuman bersoda, permen dan kue tar.
Gula, tertutama gula buatan sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh kita karena dapat
menyebabkan penyakit diabetes, kerusakan pada gigi kita dan menyebabkan obesitas
(Griffindors, 2013).
Riset menyebutkan bahwa kandungan kalori yang ada pada junk food sangat
tinggi, dan kalori ini yang menyebabkan terjadinya obesitas (Anggraini, 2013).
Penelitian Mudjianto (1994, dalam penelitian Ratna 2008) mengungkapkan
bahwa kebiasaan konsumsi junk food sudah tampak di kalangan remaja di 6 kota
besar di Indonesia, dari penelitian itu disebutkan bahwa sebanyak 15-20% remaja di
modern tersebut jika dikonsumsi secara berkesinambungan dan berlebihan dapat
mengakibatkan masalah gizi lebih, karena makanan tersebut cenderung mengandung
lemak, protein, hidrat arang dan garam yang relatif tinggi dan dengan kemungkinan
konsekuensi seperti : kegemukan, tekanan darah tinggi, gangguan jantung koroner
dan lainnya.
Hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi junk food
dengan obesitas (p < 0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini (2013)
yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi mengkonsumsi
junk food dengan obesitas pada anak.
Adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi junk food
dengan obesitas disebabkan karena responden obesitas yang sering mengkonsumsi
junk food (68,6%) lebih banyak dari pada responden obesitas yang jarang mengkonsumsi junk food (24,0%). Dilihat dari jawaban responden obesitas
menunjukkan frekuensi konsumsi junk food terbanyak terdapat pada makanan
jajanan ringan sebanyak 15 orang (50.0%) dengan frekuensi konsumsi >1x/hari dan
dilihat dari jawaban responden tidak obesitas menunjukkan frekuensi konsumsi junk
food terbanyak terdapat pada makanan kentang goreng dengan frekuensi 1-3x/minggu, jajanan ringan dengan frekuensi 1x/hari dan ice cream dengan frekuensi
1-3x/minggu, masing-masing sebanyak 14 orang (46.7%). Perbedaan proporsi ini
disebabkan karena seseorang yang obes cenderung memiliki kebiasaan pola makan
berlebih serta mengkonsumsi makanan dalam jumlah lebih banyak setiap kalinya.
Seseorang makan lebih banyak dari pada kebutuhan energi sesungguhnya yang
Hal ini sesuai dengan penelitian Jacobs (dalam penelitian Ratna 2008) yang
menunjukkan bahwa konsumsi junk food 2 kali seminggu dapat meningkatkan
kandungan energi diet sebesar 1195 kKal (23% energi diet). Kebiasaan
mengkonsumsi junk food 2 kali seminggu juga menimbulkan peningkatan rata-rata
energi harian sebesar 750 kJoule, yang rata-rata setahun dapat menambah berat
badan sebesar 8,8 kg.
Penelitian ini menggambarkan bahwa siswa dengan obesitas cenderung
memiliki frekuensi konsumsi junk food yang sering sehingga mereka tidak maksimal
dalam mengontrol asupan makanan junk food yang merekamakan, hal ini bersesuaian
dengan pengertian obesitas yaitu kegemukan atau kelebihan berat badan yang
disebabkan karena kebiasaan remaja yang suka ngemil dan makan-makanan jajanan
diluar bersama teman-teman sebaya yang berlemak tinggi seperti bakso, junk food
dan lain-lain (Mitayani&Sartika, 2010, hal. 73).
2. Keterbatasan Penelitian
Obesitas tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi konsumsi junk food saja,
masih banyak lagi faktor seperti genetik, pola aktifitas, status ekonomi, kondisi
medis, obat-obatan dan pola makan dari responden. Karena pada penelitian ini cara
menganalisa data hanya untuk mengetahui hubungan antara variabel independent
dengan dependent tanpa menilai seberapa erat hubungan tersebut dan variabel
manakah yang paling mempengaruhi serta seberapa berpengaruh variabel tersebut,
maka hal ini cukup untuk melihat hubungan antara mengkonsumsi junk food dengan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian hubungan mengkonsumsi junk food dengan obesitas
pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan yang pada 60 responden berdasarkan karakteristik
demografi diperoleh hasil bahwa mayoritas responden berada di kelas XI
sebanyak 40 orang (66,7%) dengan siswa obesitas berjumlah 17 orang (28,3%)
dan siswa tidak obesitas berjumlah 23 orang (38,3%), berumur 17 tahun
sebanyak 20 orang (33,3%) dengan siswa obesitas berjumlah 8 orang (13,3%)
dan siswa tidak obesitas berjumlah 12 orang (20,0%), berjenis kelamin
perempuan sebanyak 32 orang (53,3%) dengan siswa obesitas dan tidak obesitas
masing-masing berjumlah 16 orang (26,7%), dan bersuku jawa sebanyak 21
orang (34,9%), dengan siswa obesitas berjumlah 10 orang (16,6%) dan siswa
tidak obesitas berjumlah 11 orang (18,3%).
2. Dari hasil uji statistik pada 60 responden, diperoleh data bahwa responden yang
obesitas dan tidak obesitas memiliki frekuensi yang sama masing-masing
sebanyak 30 orang (50,0%).
3. Dari hasil perhitungan pada 60 responden, diperoleh data bahwa mayoritas
responden adalah siswa yang memiliki konsumsi junk food sering sebanyak 35
orang (58,3%).
4. Ada hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma
B. SARAN
1. Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan untuk semakin peduli terhadap
pemberian informasi kepada para remaja. Hendaknya para penyedia layanan
kesehatan memiliki beban tanggung jawab dalam mempromosikan kesehatan
reproduksi khususnya pada remaja untuk mengetahui hubungan mengkonsumsi
junk food dengan obesitas. Sehingga para remaja dapat mengetahui bagaimana
makanan sehat yang baik untuk dikonsumsi.
2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menambah dan meneruskan
penelitian pada aspek yang lebih luas lagi terutama dalam menggali faktor-faktor
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S. N. (2012). Faktor Resiko yang berhubungan dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health. 1 (2) Retrieved from
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Anggraini, A.K. (2013). Hubungan Kejadian Obesitas pada Anak dengan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji di SDIT Ulul Albab Bekasi. Jurnal Kesehatan..
Damapoli, W., Mayuli. N., & Masi, G. (2013). Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado. E-Journal Keperawatan. 1 (1) Retrieved from http://ejournal.unsrat.ac.id
Depkes Poltekkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
Griffindors, A. (2013). Mengenal Junk Food (Makanan Sampah). Retrieved from
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
____________. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
Mitayani & Sartika, W. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media.
Mumpuni, Y., & Wulandari, A. (2010). Cara Jitu mengatasi Kegemukan. Yogyakarta: Andi
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Oktaviani, W. D., Saraswati, L.D., & Rahfiludin, M. Z. (2012). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 1, 54 2– 553 Retrieved from
Proverawati, Atikah. (2010). Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Jakarta: Muha Medika.
Putri, G.M. (2012, Februari 14). Junk Food versus Fast Food. Retrieved from
. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. CV. Alfabeta
Supariasi, I.D.N., Bakri, B., & Fajar, I. (2008). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Vinsesnsia. (2011). Makanan Junk Food. Retrieved from http://forum.detik.com/
Virgianto, G. (2005). Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Risiko Terjadinya
Obesitas pada Remaja Usia 15-17 Tahun. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb/Salam Sejahtera
Dengan Hormat,
Nama Saya Dessi Harvaningsih Siregar, sedang menjalani pendidikan di
program D-IV Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melaku