• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Junk Food Dengan Obesitas Pada Siswa Di Sma Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Konsumsi Junk Food Dengan Obesitas Pada Siswa Di Sma Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN SELAYANG

MEDAN TAHUN 2014

DESSI HARVANINGSIH SIREGAR 135102131

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN

SELAYANG MEDAN TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya

orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014 Yang MembuatPernyataan

(4)

HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN

SELAYANG MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK

Dessi Harvaningsih Siregar

Latar belakang : obesitas adalah kegemukan atau berat badan yang berlebih akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan. Salah satu kelompok umur yang beresiko adalah kelompok umur remaja. Hal ini perlu mendapat perhatian, sebab cenderung berlanjut hingga dewasa dan lansia yang dapat menimbulkan faktor risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, beberapa jenis kanker, dan sebagainya.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel adalah 60 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan. Analisa data menggunakan uji Continuity Correction.

Hasil : berdasarkan hasil penelitian mayoritas berada di kelas XI sebanyak 40 orang (66,7%), usia 17 tahun sebanyak 20 orang (33,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (53,5%), suku jawa sebanyak 21 orang (34,9%). Dari 30 responden obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 24 orang (68,6%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 6 orang (24,0%). Sedangkan dari 30 responden tidak obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 11 orang (31,4%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 19 orang (76,0%). Dari hasil uji statistik hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa diperoleh nilai p = 0,002 artinya ada hubungan signifikan antara konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa.

Kesimpulan : hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa. Diharapkan kepada remaja agar memperhatikan pola makan, mengontrol asupan junk food yang dikonsumsi dan meningkatkan aktifitas fisik agar tidak terjadi obesitas.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila

Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan

adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatra Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

3. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan

bimbingan dalam menyelesaikan proposal karya tulis Ilmiah ini.

4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc. CM-FM, M.Pd Ked dan dr. Sarma Lumban Raja,

SpOG(K), selaku dosen penguji I dan II yang telah bersedia memberikan

masukan berupa kritik dan saran kepada penulis demi kesempurnaan

(6)

5. Seluruh dosen/staf pengajar yang telah banyak member ilmu kepada penulis

selama kuliah di Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta adik-adikku tersayang yang telah

memberikan do’a, dukungan dan semangat kepada peneliti dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah.

7. Seluruh teman-teman D-IV Bidan pendidik USU yang telah memberikan

dukungan kepada peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.

8. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah.

Akhir kata peneliti ucapkan terimah kasih atas semua bantuan yang diberikan,

semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juli 2014

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Praktek Kebidanan ... 4

2. Bagi Penelitian Kebidanan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Junk Food ... 5

1. Definisi ... 5

2. Jenis Junk Food ... 6

3. Bahaya Junk Food ... 7

4. Konsumsi Junk Food di Kalangan Siswa... 9

5. Pengukuran Konsumsi Junk Food ... 10

B. Obesitas ... 11

1. Definisi ... 11

2. Tipe Kegemukan ... 12

3. Penyebab Obesitas ... 13

4. Bahaya Obesitas ... 15

5. Obesitas di Kalangan Siswa ... 16

6. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas di Kalangan Siswa ... 16

7. Penentuan Obesitas ... 17

C. Siswa / Remaja ... 18

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 20

B. Hipotesis ... 20

C. Definisi Operasional... 22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

1. Populasi ... 23

2. Sampel ... 23

(8)

D. Waktu Penelitian ... 24

E. Pertimbangan Etik ... 24

F. Instrumen Penelitian... 25

G. Alat Pengumpulan Data ... 26

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 26

I. Pengolahan Data... 27

J. Analisa Data ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 29

1. Karakteristik Responden ... 29

2. Obesitas pada Siswa ... 31

3. Konsumsi Junk Food pada Siswa ... 31

4. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas ... 34

B. Pembahasan ... 35

1. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas pada Siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 35

2. Keterbatasan Penelitian ... 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas ... 18

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 22

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi di

SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun

2014 ... 30

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan status obesitas di SMA

Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 31

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan konsumsi junk food di SMA

Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 31

Tabel 5.4 Distribusi konsumsi Junk Food pada siswa obesitas di SMA

Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 32

Tabel 5.5 Distribusi konsumsi Junk Food pada siswa tidak obesitas di SMA

Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014 ... 33

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan hubungan mengkonsumsi

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Keranga Konsep Hubungan Konsumsi Junk Food dengan

Obesitas pada Siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Calon Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Protap Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 6 Balasan Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Master Data Penelitian

Lampiran 8 Lembar Konsultasi

(12)

HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN OBESITAS PADA SISWA DI SMA DHARMA PANCASILA KELURAHAN

SELAYANG MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK

Dessi Harvaningsih Siregar

Latar belakang : obesitas adalah kegemukan atau berat badan yang berlebih akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan. Salah satu kelompok umur yang beresiko adalah kelompok umur remaja. Hal ini perlu mendapat perhatian, sebab cenderung berlanjut hingga dewasa dan lansia yang dapat menimbulkan faktor risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, beberapa jenis kanker, dan sebagainya.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel adalah 60 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan. Analisa data menggunakan uji Continuity Correction.

Hasil : berdasarkan hasil penelitian mayoritas berada di kelas XI sebanyak 40 orang (66,7%), usia 17 tahun sebanyak 20 orang (33,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (53,5%), suku jawa sebanyak 21 orang (34,9%). Dari 30 responden obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 24 orang (68,6%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 6 orang (24,0%). Sedangkan dari 30 responden tidak obesitas yang memiliki frekuensi konsumsi sering sebanyak 11 orang (31,4%) dan frekuensi konsumsi jarang sebanyak 19 orang (76,0%). Dari hasil uji statistik hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa diperoleh nilai p = 0,002 artinya ada hubungan signifikan antara konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa.

Kesimpulan : hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa. Diharapkan kepada remaja agar memperhatikan pola makan, mengontrol asupan junk food yang dikonsumsi dan meningkatkan aktifitas fisik agar tidak terjadi obesitas.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan atau berat

badan yang berlebih sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan prevalensi yang semakin

meningkat, baik di negara-negara maju ataupun negara berkembang, termasuk

Indonesia (Depkes Poltekes, 2010, hal. 20).

Obesitas didefinisikan sebagai kegemukan atau kelebihan berat badan.

Kebutuhan energi dan zat-zat gizi remaja lebih besar jika dibandingkan dengan

kebutuhan dewasa. Hal ini disebabkan karena remaja lebih banyak beraktifitas dan

masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat pesat (Mitayani & Sartika,

2010, hal. 73).

Ternyata sering kali kita salah kaprah menyamakan antara junk food dengan

fast food. Pasalnya, fast food belum tentu junk food. Menurut ahli gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ali Khomsan, junk food adalah makanan padat yang

rasanya enak, tapi miskin gizi. Junk food hanya kaya kalori, tapi kecil kandungan

protein, vitamin, dan mineralnya. Sedangkan fast food adalah makanan cepat saji

yang didesain modern. Fast food bergizi tetapi susunannya kurang berimbang (Putri,

2012).

Menurut Lembaga Obesitas Internasional di London Inggris dalam

Wandasari (2007) diperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami

kelebihan berat badan (Alrasyid, 2011).

Menurut Virgianto (2005) peningkatan kemakmuran di masyarakat yang

(14)

dari pola makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat

menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut jika tidak

dikonsumsi rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan

menimbulkan obesitas.

Prevalensi gizi lebih (overweight dan obesitas) di seluruh dunia mengalami

tren yang terus meningkat dalam sekitar 30 tahun terakhir. Salah satu kelompok

umur yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur remaja. Hasil

Riskesdas 2010 menyebutkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja (lebih dari 15

tahun) di Indonesia telah mencapai 19,1%. Berdasarkan penelitian Elita pada 194

siswa SMA Negeri 3 Semarang, sebesar 10,8% mengalami overweight dan 2,1%

obesitas. Sedangkan penelitian Mardatillah terhadap 113 siswa SMA di Jakarta

Timur didapatkan prevalensi obesitas sebesar 33,6% (Oktaviani, et al. 2012, hal. 2).

Prevalensi gizi lebih relatif lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding

dengan remaja laki-laki (perempuan 1,5%, laki-laki 1,3%). Berdasarkan tempat

tinggal, prevalensi gizi lebih pada remaja diperkotaan lebih tinggi dari pedesaan

(perkotaan 1,8%, pedesaan 0,9%) (Aini, 2012, hal. 2).

Penyebab obesitas beranekaragam. Menurut Mu’tadin (2002) ada beberapa

faktor pencetus obesitas, di antaranya adalah faktor genetik, pola makan yang

berlebih, kurang aktivitas, emosi, serta lingkungan (Depkes Poltekkes. 2010, hal. 20).

Gizi lebih pada remaja perlu mendapat perhatian, sebab gizi lebih yang

muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan lansia. Sementara

gizi lebih itu sendiri merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif, seperti

penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, beberapa jenis kanker, dan sebagainya

(15)

Permasalahan gizi pada remaja jika tidak diupayakan perbaikannya akan

mempengaruhi kualitas masyarakat di masa mendatang, sehingga perlu dicari

informasi mengenai masalah gizi pada remaja, khususnya siswa/siswi SMA tentang

faktor risiko penyebab gizi lebih agar faktor risiko tersebut dapat diidentifikasi sedini

mungkin dan ditanggulangi dengan baik (Aini. 2012).

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti salah satu faktor

risiko obesitas pada siswa/siswi SMA. Penulis memilih SMA Dharma Pancasila

Kelurahan Selayang Medan sebagai lokasi penelitian dikarenakan SMA Dharma

Pancasila merupakan sekolah yang berlokasi di daerah perkotaan, memiliki kegiatan

belajar yang cukup padat sehingga siswa-siswanya memiliki peluang yang cukup

besar untuk makan di luar rumah, pola makan tidak seimbang dan banyaknya penjual

makanan jajan di kantin maupun di depan sekolah memudahkan para siswa

mengkonsumsi makanan yang tidak sehat yang kemungkinan dapat memicu

terjadinya obesitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan di

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan mengkonsumsi junk food dengan

obesitas pada siswa SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun

(16)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa

SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

Dengan memperhatikan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka

tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik siswa di SMA Dharma Pancasila

Kelurahan Selayang MedanTahun 2014.

2. Untuk mengetahui jumlah siswa yang obesitas di di SMA Dharma Pancasila

Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.

3. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi junk food pada siswa di SMA Dharma

Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Praktik Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi bidan

praktik swasta sebagai bahan tambahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan

di bidang gizi dan pelayanan kebidanan terutama tentang hal-hal yang berkaitan

tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada remaja.

2. Bagi Penelitian Kebidanan

Sebagai acuan dalam meningkatkan pengetahuan untuk mengkaji secara

ilmiah suatu permasalahan dengan mengaplikasikan teori khususnya tentang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Junk Food 1. Definisi

Makanan rendah gizi (Junk food) adalah istilah yang mendeskripsikan

makanan yang tidaksehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan

nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar (Wikipedia, 2013).

Junk food merupakan makanan yang lebih mengutamakan cita rasa daripada

kandungan gizi. Misalnya keripik kentang yang mengandung garam. Beberapa junk

food juga mengandung banyak gula misalnya, minuman bersoda, permen dan kue tar. Gula, tertutama gula buatan sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh kita karena dapat

menyebabkan penyakit diabetes, kerusakan pada gigi kita dan menyebabkan obesitas.

Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sementara kebutuhan gula dalam

tubuh tidak boleh lebih dari 4 gram atau satu sendok teh sehari (Griffindors, 2013).

Menurut Hendriani (dalam Anggraini, 2013) secara garis besar junk food

adalah kata lain untuk makanan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas.

Umumnya yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang

kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya

sedikit, yang paling gampang masuk dalam jenis ini adalah keripik kentang yang

banyak mengandung garam, permen, semua dessert manis, makanan fast food yang

digoreng, dan minuman soda atau minuman berkarbonasi. Pada makanan yang

mempunyai label junk food biasanya kandungan vitamin, protein, dan mineralnya

sangat sedikit. Junk food mengandung lebih banyak sodium, saturated

(18)

menimbulkan banyak penyakit. Dari penyakit ringan sampai berat seperti darah

tinggi, stroke, jantung, dan kanker.

Menurut Husein (dalam Damopolih, Mayulu dan Masi, 2013) efek makanan

cepat saji terhadap tubuhyakni dapat mempengaruhi tingkat energi tubuh. Junk

Foodtidak mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. Sebagai hasilnya, anda mungkin merasa lelah dan kekurangan energi yang anda butuhkan

untuk menyelesaikan tugas sehari-hari. Tingginya tingkat gula dalam makanan cepat

saji membuat metabolisme tidak terkendali, ketika makan gula halus, pankreas

mengeluarkan insulin dalam jumlah yang tinggi untuk mencegah lonjakan berbahaya

dalam kadar gula darah karena makanan cepat saji dan junk food tidak mengandung

jumlah protein dan karbohidrat yang cukup dan baik, kadar gula darah akan turun

secara tiba-tiba setelah makan, hal ini membuat merasa mudah marah-marah dan

lelah. Junk food berkontribusi terhadap kinerja buruk dan obesitas, junk food juga

mengandung sejumlah besar lemak, dan sebagaian lemak terakumulasi dalam tubuh.

Pengkonsumsi akan bertambah berat badannya dan bisa menjadi obesitas. Berat lebih

yang terjadi akan semakin mendekatkan pada risiko penyakit kronis serius seperti

diabetes, penyakit jantung dan arthritis.

2. Jenis Makanan Junk Food

Menurut Vinsensia (2011) jenis junk food yang sering kita jumpai antara

lain, yaitu :

a. Makanan yang berpengawet seperti makanan yang disimpan di dalam kaleng,

mie yang dijual dalam kemasan dan kaleng. Hamper bias dipastikan semua

makanan kategori ini mambahayakan karena zat pengawetnya.

b. Makanan yang mengandung kadar garam tinggi dan mengandung MSG seperti

(19)

cemilan. Namun karena mengandung kadar garam tinggi dan penyedap rasa

buatan, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang baik

dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

c. Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging dalam burger,

d. Makanan yang mengandung soda seperti minuman ringan yang bersoda yang

banyak dijual.kulit ayam dalam fried chicken, dan lainnya.

3. Bahaya Junk Food

Makanan junk food rasanya sangat lezat dan orang yang melihatnya pasti

ingin menggigitnya.Sulit rasanya menolak selera untuk menikmati makanan junk

food, tetapi mengonsumsi junk food dalam waktu yang harus dihentikan, karena makanan tersebut sangat berbahaya terhadap tubuh.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda harus mengurangi makan junk

food:

a. Junk Food dibuat menggunakan banyak lemak jenuh. Lemak tersebut tidak sehat

dan pada pencernaan dapat melepaskan banyak racun ke dalam tubuh kita. Tubuh

kita mendapatkan makanan makanan tetapi tidak sehat.

b. Junk food kadang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak begitu

bersih. Dalam jangka panjang, ini bisa merusak perut, hati, dan usus kita.

c. Junk food tidak mengandung vitamin dan mineral dan banyak nutrisi dalam

makanan tersebut yang tidak dimasak dengan benar dan dalam makanan mentah.

Tubuh tidak mendapatkan vitamin dan mineral yang diperlukan untuk

mendapatkan kesehatan yang baik dan kekebalan dari penyakit. Akibatnya, itu

membuat orang yang sering memakan makanan tersebut sangat rentan terhadap

(20)

d. Junk food membuat Anda menambah berat badan. Orang yang memiliki obesitas

atau obesitas morbid adalah mereka yang memiliki preferensi ngemil yang kuat

terhadap junk food.

e. Makan junk food bisa membuat Anda rentan terhadap diabetes, karena terlalu

banyak mengandung gula. Anda juga bisa menjadi rentan terhadap penyakit

jantung dan tekanan darah karena garam dan lemak tinggi ditemukan di jenis

makanan.

f. Junk food mengandung pengawet dan pewarna, baik yang mengandung zat

karsinogenik atau tidak.

g. Dalam jangka panjang, sebenarnya junk food mempercepat efek penuaan.

Orang-orang yang sering mengonsumsi junk foodakan menunjukkan tanda-tanda usia

tua lebih cepat. Hal ini karena memakan junk food dalam waktu lama

mengakibatkan tubuh mengonsumsi gizi buruk. Hasilnya adalah pelepasan

radikal bebas yang merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas efek

penuaan.

Kebiasaan memakan junk food terlihat terutama pada anak-anak, remaja, dan

orang dewasa.Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengakibatkan kesehatan mereka

menurun.Faktor utama yang menarik orang untuk makan junk food adalah rasanya.

Rasa ini harus diganti dengan makanan yang dimasak dengan baik dan lezat, namun

pada saat yang sama sehat bagi tubuh. Apabila kita menyukai makanan junk food,

maka cara mengatasinya adalah dengan memperbanyak memakan sayuran dan

(21)

4. Konsumsi Junk Food di Kalangan Siswa

Remaja dengan aktivitas sosial tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya

semakin tampak. Di kota besar sering kita lihat sekelompok atau lebih remaja makan

bersama di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji atau fast foodyang

berasal dari Negara barat (Andriani&Wirjatmadi, 2012, hal. 323).

Di sekolah, makanan perlu disediakan untuk anak dengan tujuan :

a. Mempertahankan kemampuanberkonsentrasi dan belajar.

b. Memberi kontribusibagi asupan diet keseluruhan.

c. Mengajarkan tentang makanan dan nutrisi, serta aspek sosial dari

makanan.

Menurut Barasasi (2007, hal. 40) dalam tahun-tahun terakhir ini,

anak-anak telah memilih makanan kentang goreng, burger dan hidangan utama tinggi

lemak lainnya, kue, serta minuman ringan, hanya sedikit yang memilih buah,

sayuran, atau salad. Sebagai akibatnya, kualitas gizi makanan di sekolah telah di

kritik karena mengandung :

a. Terlalu banyak lemak, menyuplai 41% dari kandungan energi dalam

hidangantersebut (tingkat yang direkomendasikan adalah 35%).

b. Terlalu banyak lemak jenuh,menyuplai 14% dari energi (direkomendasikan

11%).

c. Terlalu banyak gula dari sumber selain susu, menyuplai sebanyak 14% energi

(dianjurkan 11%).

d. Terlalu banyak garam.

(22)

5. Pengukuran Konsumsi Junk Food

Menurut Supariasi, Bakri & Fajar (2008, hal. 94) untuk tujuan penelitian

yang ingin mengetahui kebiasaan atau pola konsumsi tingkat individu atau

perorangan, maka metode pengukuran makanan yang dapat dilakukan yaitu dengan

metode food recall 24 jam dan metode frekuensi makanan (food frequency).

a. Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu dengan menggunakan

kuesioner terstruktur. Untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi

makanan individu dinyatakan secara teliti dengan menggunakan alat seperti sendok,

gelas, piring dan lain-lain atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.

Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner

sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urutan-urutan waktu dan

pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa

makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan. Pengelompokkan bahan

makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein

hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Contoh kuesioner recall 24 jam dapat

dilihat pada lampiran 3.

b. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu,

seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau

(23)

B. Obesitas 1. Definisi

Obesitas atau biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah

yang cukup merisaulan di kalangan remaja.Obesitas atau kegemukan terjadi pada

saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

secara berlebihan.Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat

badan yang lebih berat dibandingkan berat badan idealnya yang disebabkan

terjadinya penumpukan lemak di tubuhnya (Proverawati, 2010, hal. 71).

Obesitas didefinisikan sebagai kegemukan atau kelebihan berat

badan.Kebutuhan energi dan zat-zat gizi remaja lebih besar jika dibandingkan

dengan kebutuhan dewasa. Hal ini disebabkan karena remaja lebih banyak

beraktifitas dan masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat pesat serta

kebiasaan remaja yang suka ngemil dan makan-makanan jajanan diluar bersama

teman-teman sebaya yang berlemak tinggi seperti bakso, junk food, pizza dan

lain-lain (Mitayani Sartika, 2010, hal. 73-74).

Kegemukan tidak terjadi secara instan, tetapi perlahan-lahan berdasarkan

jumlah cadangan lemak yang terus bertambah karena cadangan lemak tersebut tidak

digunakan untuk beraktivitas. Pada awalnya, sering tidak disadari bahwa gaya hidup

seseorang terutama pola makanlah yang paling memicu terjadinya kegemukan.

Ketika konsumsi kalori tersebut tidak seimbang dengan yang dibutuhkan oleh tubuh

maka tidak akan menjadi masalah. Namun sebaliknya, jika seseorang mengonsumsi

makanan atau minuman dengan jumlah kalori yang lebih besar dari yang dibutuhkan,

kalori tersebut akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Apabila

menumpuk dalam jumlah yang berlebih tubuh akan menyebabkan terjadinya

(24)

2. Tipe Kegemukan

Menurut Mumpuni dan Wulandari (2010, hal. 19) tipe kegemukan ada

bermacam-macam.Secara umum dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan

berdasarkan sel lemak.

a. Tipe kegemukan berdasarkan bentuk tubuh :

1) Kegemukan tipe buah apel

Pada pria yang mengalami kegemukan tipe buah apel,biasanya menyimpan

lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga gemuk di

perut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple

type).Kegemukan tipe buah apel ini sering pula diisebut kegemukan sentral atau terpusat karena lemak banyak berkumpul di rongga perut dan karena

banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai kegemukan tipe android.

2) Kegemukan tipe buah pir (pear)

Kelebihan lemak pada perempuan disimpan di bawah kulit bagian daerah

pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperti buah pir (pear

type).Kegemukan tipe buah pir ini juga disebut sebagai kegemukan perifer

karena lemak berkumpul di pinggir tubuh, yaitu di pinggul dan paha.Oleh

karena tipe ini banyak terdapat pada perempuan disebut juga sebagai

kegemukan tipe perempuan atau tipe gynoid.

b. Tipe kegemukan berdasarkan keadaan sel lemak :

1) Kegemukan tipe Hyperplastik

Kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak

dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah

(25)

2) Kegemukan tipe Hypertropik

Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar

dibandingkan dengan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah

banyak dari normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa. Usaha

untuk menurunkan berat badan pada kondisi ini lebih mudah dibandingkan

pada kegemukan tipe hyperplastik.

3) Kegemukan tipe gabungan (tipe Hyperplastik dan Hypertropik)

Kegemukan ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi

normal.Kegemukan ini bisa dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus

sampai dewasa.Upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan risiko

tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit.

3. Penyebab

Menurut Proverawati (2010, hal. 72) secara ilmiah, obesitas terjadi akibat

mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh.Meskipun penyebab

utamanya belum diketahui, namun obesitas pada remaja terlihat cenderung

kompleks, multifaktorial dan berperan sebagai pencetus terjadinya penyakit kronis

dan degeneratif.

Faktor resiko yang berperan terjadinya obesitas antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Faktor genetik

Obesitas cenderung untuk diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen , tetapi juga makanan

dan kebiasaan gaya hidup, yang biasa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali

(26)

menunjukkan bahwa rata-ra faktor genetic memberikan kontribusi sebesar 33%

terhadap berat badan seseorang.

b. Faktor lingkungan

Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun lingkungan

seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Yang termasuk

lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa

yang dimakan dan beberapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktivitasnya

setiap hari. Seseorang tidak dapat mengubah pola genetiknya namun dapat

mengubah pola makan dan aktifitasnya.

c. Faktor psikososial

Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

makan.Salah satu bentuk gangguan emosi adalah presepsi diri yang negatif.

Gangguan emosi ini merupakan maslah serius pada wanita muda penderita

obesitas, dan dapat menimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukannya

serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan bersosial.

d. Faktor kesehatan

Obat-obatan juga dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, yaitu obat-obatan

tertentu seperti steroid dan beberapa antidepressant, dapat menyebabkan

penambahan berat badan.

e. Faktor perkembangan

Penambahan ukuran dan atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan bertambahnya

jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang

menjadi gemik pada masa kanak-kanak, dapat memliki sel lemak sampai lima

(27)

Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, oleh karena itu penurunan berat

badan hanya dapat dilakukan dengan cara menguranagu jumlah lemak dalam

setiap sel.

f. Aktivitas fisik

Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi

terjadinya obesitas.Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam

jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang gaya

hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang

seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung

mengalami obesitas.

4. Bahaya

Resiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi dan

tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan kantung

empedu (Mitayani &Sartika, 2010, hal. 49).

Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri

punggung bagian bawah, dan memperburuk osteoarthritis(terutama di daerah

pinggul, lutut, dan pergelangan kaki).Seseorang yang mengalami obesitas memiliki

permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,

sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat

yang lebih banyak.Sering juga ditenukan oedema (pembengkakan akibat penimbunan

sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki (Proverawati, 2010, hal.

(28)

5. Obesitas di Kalangan Siswa

Di kalangan perempuan, kegemukan adalah kondisi yang banyak dihindari

dan sekaligus ditakuti.Kegemukan sering membuat perempuan menyiksa diri dan

tidak makan sebagaimana mestinya, tanpa memperhatikan ketentuan, dan aturan

kesehatan.Akhirnya, bukan berat badan ideal yang didapatkan, tetapi justru berakibat

sakit dan kondisi tubuh yang tidak prima. Sebenarnya di kalangan laki-laki juga

muncul kekhawatiran dan kecemasan yang samaseperti perempuan. Namun karena

kecendrungan sikap laki-laki yang tidak heboh seperti perempuan maka

keluhan-keluhan mereka tentang kegemukan sepertinya tertutupi (Mumpuni & Wulandari,

2010, hal. 4).

Remaja harus berada dalam status gizi yang adekuat untuk menjamin

pertumbuhan dan perkembangan mereka secara normal dan kontinyu.Remaja dengan

gangguan prilaku makan mempunyai masalah-masalah yang mendasar yang

bertentangan dengan status gizi normal, mereka menggunakan makan secara tidak

semestinya.Makanan berhubungan dengan perilaku dan dihubungkan dengan selisih

berat badan adalah dua karakteristik yang jelas pada gangguan prilaku makan ini

(Proverawati, 2010, hal. 6).

6. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas di Kalangan Siswa

a. Perubahan dalam lingkungan makanan.

Remaja mempunyai kebiasaan makan-makanan cepat alias junk food.

Kebiasaan tersebut didukung dengan kebiasaan remaja untuk

mengkonsumsimakanan tertentu karena eksposure iklan makanan cepat saji yang

sangat gencar saat menonton televisi (Mitayani & Sartika, 2010, hal. 71).

Pola makan makanan cepat saji juga dapat mempercepat tingkat

(29)

memiliki banyak kalori dalam jumlah banyak dibandingkan dengan apa yang

dianjurkan untuk orang normal untuk konsumsi sehari-harinya. Makanan cepat

saji cenderung mengandung sedikit serat, tetapi tinggi gula, sehingga kadar

gula darah akan naik dengan cepat (Proverawati, 2010, hal. 78).

Pola makanan mereka sangat tidak sehat. Mereka lebih banyak

mengkonsumsi makanan yang digoreng, banyak mengandung gula, dan

minumnan soft drink. Jarang sekali mengkonsumsi sayuran, buah dan makanan

berserat lainnya (Mitayani & Sartika, 2010, hal. 72).

b. Meningkatnya gaya hidup kurang gerak (sedentary lifestyle).

1) Berkurangnya pekerjaan manual.

2) Mekanisasi.

3) Urbanisasi dalam populasi.

4) Game elektronik menggantikan aktivitas fisik (Barasasi, 2007, hal. 49).

7. Penentuan Obesitas

Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan

membandingkan antara tinggi badan (kg) dengan berat badan (m) yang dikenal

dengan istilah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)

(Mumpuni & Wulandari, 2010, hal. 12).

Menentukan status gizi pada remaja adalah dengan mengukur Indeks

Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT dapat membantu

untuk mengidentifikasi remaja yang secara signifikan berisiko mengalami

kelebihan berat badan.

Rumus penghitungan IMT dan klasifikasi adalah sebagai berikut :

IMT = Berat Badan (kg)

(30)
[image:30.595.117.523.118.234.2]

Tabel 2.1.Klasifikasi Obesitas

No Klasifikasi IMT (kg/m2)

1 Underweight < 18,5

2 Normal 18,5-22,9

3 Overweight 23

4 At Risk 23,0 – 24,9

5 Obesitas Tingkat I 25,0 – 29,9

6 Obesitas Tingkat II 30,0

Sumber :Asia Pacific Cohort Studiest Collaboration, IOTF, WHO (2000)

C. Siswa / Remaja

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya

diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat

ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan

psikologis, dan pendekatan edukatif/paedagogis.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting.Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya

kematangan, biasanya dimulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada

wanita. Menurut World Health Organization (WHO), batasan remaja secara umum

adalah mereka yang berusia 10 tahun sampai 19 tahun (Proverawati, 2010, hal. 1).

Soetjiningsih (2004, dalam Depkes Poltekkes, 2010, hal. 1) mengatakan

bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian,

menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens

(31)

dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat

reproduksi. Sedangkan adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial

atau kematangan yang menyertai masa pubertas.

Menurut WHO (1995) penggolongan umur masa remaja terbagi atas :

1. Masa remaja awal (10-13 tahun).

2. Masa remaja tengah (14-16 tahun).

(32)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil sebuah sintesis dari

proses berfikir deduktif maupun induktif, dengan kemampuan kreatif dan inovatif

diakhiri konsep atau ide baru (Sugiyono, 2010).

Adapun kerangka konsep penelitian tentang hubungan frekuensi

mengkonsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila

kelurahan Selayang Medan adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1 : Kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah yang membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak,

berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian, atau

dengan kata lain hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan

yangdiharapkanantaraduavariabelataulebih yang dapatdiujisecaraempiris (Hidayat,

2010, hal. 26).

Konsumsi junk food siswa SMA Dharma Pancasila

(33)

Dari kerangka konsep yang sudah dibentuk menjadi hubungan-hubungan

varibel tersebut, maka dapat dibuat kalimat hipotesis sebagai berikut :

Ho, ditolak : Ada hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa

di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun

2014.

Ho, gagal ditolak : Tidak ada hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada

siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan

(34)

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010,

[image:34.595.118.559.209.659.2]

hal. 112).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Dependen (terikat) yaitu Obesitaspada siswa SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Kegemukan atau berat badan yang berlebihan pada siswa SMA yang berusia 15-18 tahun Timbanga dan Microtoise Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan cara : Berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) dikuadratkan 1. Tidak Obesitasa pabila IMT < 25 2. Obesitasa

pabila

IMT ≥

25

Nominal

Independen (bebas) yaitu mengkonsum si junk food pada siswa SMA Dharma Pancasila Perilaku dimana siswa memakan dan meminum sesuatu yang termasuk sebagai junk food yaitu makanan yang rasanya enak tapi sedikit kandungan gizinya dan memiliki banyak kudapan yang berada disekitar lingkungan SMA Dharma Pancasila Kuesioner food recall 24 jam dan kuesioner frekuensi makanan (food frequency). Membagikan kuesioner 1.Jarang bila mengkon sumsi junk

food≥ 1

-2x Seminggu dengan skor 0-6. 2.Sering bila mengkon sumsi junk food≥ 2 x Seminggu dengan skor 7-12

(35)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasi dengan

pendekatan Cross Sectional yaitu variable sebab dan akibat yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau diamati pada saat bersamaan (Hidayat, 2007, hal. 56). Untuk

mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA

Dharma Pancasila kelurahan Selayang Medan tahun 2014.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006, hal.80).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMA Dharma Pancasila

Kelurahan Selayang Medan kelas X dan XI yang berjumlah 350 orang. Dalam

penelitian ini kelas XII tidak diikutsertakan dalam populasi dengan alas an mengikuti

Ujian Nasional (UN) pada bulan April tahun 2014.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2006, hal. 81). Sampel dalam penelitian ini adalah

siswa-siswa yang mengalami obesitas dengan IMT ≥25 dan siswa-siswi yang tidak

mengalami obesitas dengan IMT < 25 yang berada di SMA Dharma Pancasila

(36)

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa, masing-masing 30 siswa

yang obesitas dan 30 siswa yang tidak obesitas. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang

ada pada saat dijumpai, diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama

(Hidayat, 2007, hal. 83).

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Dharma Pancasila kelurahan Selayang Medan.

Peneliti memilih lokasi ini dengan pertimbangan karena lokasi berada di daerah

perkotaan, mudah dijangkau, menghemat waktu dan biaya, adanya populasi yang

mencukupi untuk dijadikan responden dan memiliki kegiatan belajar yang cukup

padat sehingga siswa-siswanya memiliki peluang yang cukup besar untuk makan

diluar rumah.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai September 2013 sampai Mei 2014.

E. Pertimbangan Etik

Semua penelitian yang menggunakan subjek manusia, harus disertai dengan

pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etik setempat (Hidayat, 2007, hal 93).

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan

permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian

tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika responden

bersedia diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan menjadi

(37)

responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses

pengumpulan atau berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi

individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikologis. Anonymity

(tanpa nama), pada lembar persetujuan maupun lembar observasi peneliti tidak akan

menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi kode saja. Confidentiality

(kerahasiaan), pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang

terkumpulakan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan kepada orang lain

tanpa seizin responden.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah timbangan injak Electronic Scale

Merk Camri dan alat pengukur tinggi badan (Microtoise) merk Seca. Bagian

instrument kedua menggunakan kuesioner, jenis kuesioner yang digunakan adalah

frekuensi konsumsi makan (food frequency) dengan memberikan jenis-jenis

makanan yang termasuk junk food sehingga responden hanya memberikan jawaban

berdasarkan frekuensi yang sudah tertera. Instrumen penelitian ini terbagi atas 3

bagian. Bagian pertama berisi data demografi meliputi kelas, umur, jenis kelamin

dan suku. Bagian kedua berisi kuesioner frekuensi mengkonsumsi junk food. Bagian

ketiga berisi status obesitas.

G. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini berupa

kuesioner, yang terdiri dari bagian pertama yaitu petunjuk pengisian, kedua yaitu

data demografi, ketiga yaitu data utama atau inti permasalahan tentang obesitas.

(38)

H. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti yaitu data primer dan sekunder. Data primer di

peroleh langsung dari responden melalui kuesioner yang disebarkan, sedangkan data

sekunder diperoleh dari dokumentasi kemahasiswaan SMA Dharma Pancasila

Kelurahan Selayang Medan.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih

dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia untuk

dijadikan sebagai responden dengan menandatangani surat persetujuan

penelitian.

2. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut.

3. Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi

dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner.

4. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan, selanjutnya

peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu

memeriksakan jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga

(39)

I. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang akan dilakukan berikutnya adalah

pengolahan data. Proses pengolahan data ini terdiri atas langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Editing (Penyuntingan)

Upaya untuk memeriksa kembali kabenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

2. Coding (Pengkodean)

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari

beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisa data menggunakan komputer.

3. Data Entry (Memasukkan data)

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau

database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2010 : 95).

4. Cleaning (Pembersih Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembenaran atau koreksi.

5. Tabulating

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

(40)

J. Analisis Data

Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Univariat

Analisis data univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi

karakteristik responden dan distribusi siswa yang jarang dan sering mengkonsumsi

junk food serta distribusi frekwensi responden yang obesitas dan tidak obesitas.

2. Analisis Data Bivariat

Analisis data bivariat digunakan untuk melihat hubungan mengkonsumsi

junk food dengan obesitas dengan menggunakan uji chi-square. Dengan

menggunakan taraf signifikan 95% (∝ = 0,05), dinyatakan ada hubungan apabila

nilai Asymp.Sig.< ∝. Analisis data ini akan dilakukan menggunakan program

komputer dan selanjutnya data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel agar dapat

(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai hubungan

konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila

Kelurahan Selayang Medan tahun 2014 yang dilaksanakan dari 28 Maret 2014

sampai 10 April 2014. Jumlah responden yang didapatkan sebanyak 60 siswa,

dimana terdapat 30 siswa obesitas dan 30 siswa tidak obesitas.

1. Karakteristik Responden

Berikut ini akan dijabarkan hasil identifikasi karakteristik responden yang

berisi kelas, umur, jenis kelamin dan suku responden mengenai hubungan

konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila

(42)
[image:42.595.104.527.140.437.2]

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang

Medan Tahun 2014 (n = 60) Karakteristik

Responden

Obesitas Tidak Obesitas Total

f % f % f %

Kelas : - X - XI 13 17 21.7 28.3 7 23 11.7 38.3 20 40 33.4 66.7 Umur: - 14 - 15 - 16 - 17 - 18 2 8 11 8 1 3.4 13.3 18.3 13.3 1.7 0 9 8 12 1 0.0 15.0 13.3 20.0 1.7 2 17 19 20 2 3.4 28.3 31.6 33.3 3.4 Jenis Kelamin: - Laki-laki - Perempuan 14 16 23.3 26.7 14 16 23.3 26.7 28 32 46.7 53.3 Suku : - Jawa - Mandailing - Karo - Melayu 10 4 12 4 16.6 6.7 20.0 6.7 11 7 6 6 18.3 11.7 10.0 10.0 21 11 18 10 34.9 18.4 30.0 16.7

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data bahwa mayoritas responden berada di

kelas XI sebanyak 40 orang (66,7%) dengan siswa obesitas berjumlah 17 orang

(28,3%) dan siswa tidak obesitas berjumlah 23 orang (38,3%), berumur 17 tahun

sebanyak 20 orang (33,3%) dengan siswa obesitas berjumlah 8 orang (13,3%) dan

siswa tidak obesitas berjumlah 12 orang (20,0%), berjenis kelamin perempuan

sebanyak 32 orang (53,3%) dengan siswa obesitas dan tidak obesitas masing-masing

berjumlah 16 orang (26,7%), dan bersuku jawa sebanyak 21 orang (34,9%), dengan

siswa obesitas berjumlah 10 orang (16,6%) dan siswa tidak obesitas berjumlah 11

(43)

2. Obesitas pada Siswa

Status obesitas pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang

[image:43.595.110.533.211.290.2]

Medan Tahun 2014, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Status Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014

Status Obesitas Frekuensi Persentase (%)

- Obesitas - Tidak Obesitas

30 30

50.0 50.0

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data bahwa responden yang obesitas dan

tidak obesitas memiliki frekuensi yang sama masing-masing sebanyak 30 orang

(50,0%).

3. Konsumsi Junk Food pada Siswa

Konsumsi junk food pada siswa diSMA Dharma Pancasila Kelurahan

Selayang Medan Tahun 2014, dapat di lihat dari tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Junk Food di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014

Konsumsi Junk Food Frekuensi Persentase (%)

- Jarang - Sering

25 35

41.7 58.3

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa mayoritas responden adalah

(44)
[image:44.595.80.570.181.407.2]

a. Konsumsi Junk Food pada Siswa Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014

Tabel 5.4

Distribusi Konsumsi Junk Food pada Siswa Obesitas di SMA Dharma Pancasila KelurahanSelayang Medan Tahun 2014

N O

Nama Makanan

Frekuensi Makan >1x/hari 1x/

Hari 4-6x/ mngg 1-3x/ mngg 1x/ bln 1x/ tahun

f % f % f % f % f % f %

1 Gorengan 7 23.3 12 40.0 9 30.0 2 6.7 0 0.0 0 0.0 2 Fried Chicken 5 16.7 4 13.3 12 40.0 5 16.7 4 13.3 0 0.0 3 Kentang Goreng 5 16.7 4 13.3 7 23.3 8 26.7 6 20.0 0 0.0 4 Pizza 4 13.3 3 10.0 3 10.0 7 23.3 9 30.0 4 13.3 5 Siomay 5 16.7 5 16.7 13 43.3 3 10.0 3 10.0 1 3.3

6 Sosis 5 16.7 3 10.0 9 30.0 4 13.3 7 23.3 2 6.7

7 Bakso / Miso 6 20.0 5 16.7 12 40.0 2 6.7 2 6.7 3 10.0 8 Bakso Bakar 5 16.7 5 16.7 12 40.0 4 13.3 3 10.0 1 3.3 9 Asinan 5 16.7 2 6.7 6 20.0 4 13.3 10 33.3 3 10.0 10 Minuman Ringan 13 43.3 13 43.3 2 6.7 2 6.7 0 0.0 0 0.0 11 Jajanan Ringan 15 50.0 12 40.0 1 3.3 2 6.7 0 0.0 0 0.0 12 Ice cream 7 23.3 5 16.7 11 36.7 3 10.0 4 13.3 0 0.0

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi jawaban responden obesitas menunjukkan

frekuensi konsumsi junk food terbanyak terdapat pada pernyataan no 11 yaitu pada

konsumsi makanan jajanan ringan sebanyak 15 orang (50.0%) dengan frekuensi

(45)
[image:45.595.81.575.182.407.2]

b. Konsumsi Junk Food pada Siswa Tidak Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014

Tabel 5.5

Distribusi Konsumsi Junk Food pada Siswa Tidak Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014

N O

Nama Makanan

Frekuensi Makan >1x/hari 1x/

Hari 4-6x/ mngg 1-3x/ mngg 1x/ bln 1x/ tahun

f % f % f % f % f % f %

1 Gorengan 6 20.0 9 30.0 11 36.7 4 13.3 0 0.0 0 0.0 2 Fried Chicken 0 0.0 4 13.3 8 26.7 11 36.7 5 16.7 2 6.7 3 Kentang Goreng 2 6.7 3 10.0 4 13.3 14 46.7 6 20.0 1 3.3

4 Pizza 1 3.3 0 0.0 3 10.0 13 43.3 7 23.3 6 20.0

5 Siomay 2 6.7 1 3.3 10 33.3 12 40.0 3 10.0 2 6.7

6 Sosis 1 3.3 1 3.3 8 26.7 10 33.3 7 23.3 3 10.0

7 Bakso / Miso 1 3.3 2 6.7 5 16.7 9 30.0 8 26.7 5 16.7 8 Bakso Bakar 0 0.0 4 13.3 5 16.7 9 30.0 10 33.3 2 6.7

9 Asinan 1 3.3 2 6.7 1 3.3 9 30.0 7 23.3 10 33.3

10 Minuman Ringan 8 26.7 11 36.7 5 16.7 3 10.0 3 10.0 0 0.0 11 Jajanan Ringan 10 33.3 14 46.7 4 13.3 1 3.3 1 3.3 0 0.0 12 Es Krim 3 10.0 1 3.3 7 23.3 14 46.7 5 16.7 0 0.0

Berdasarkan tabel 5.5 distribusi jawaban responden tidak obesitas

menunjukkan frekuensi konsumsi junk food terbanyak terdapat pada pernyataan no 3

yaitu kentang goring dengan frekuensi 1-3x/minggu, no 11 yaitu jajanan ringan

dengan frekuensi 1x/hari dan no 12 yaitu ice cream dengan frekuensi 1-3x/minggu,

(46)

4. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas

Hubungan mengkonsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA

Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan Tahun 2014, dapat di lihat dari tabel

berikut :

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Mengkonsumsi Junk Food dengan Obesitas di SMA Dharma Pancasila Kelurahan

Selayang Medan Tahun 2014

Konsumsi Junk Food

Status Obesitas

Jumlah Obesitas Tidak Obesitas

f % f % F %

Jarang Sering 6 24 24.0 68.6 19 11 76.0 31.4 25 35 100 100

Jumlah 30 50.0 30 50.0 60 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti

terhadap siswa tentang hubungan mengkonsumsi junk food dengan obesitas di SMA

Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan tahun 2014 terdapat 6 responden

(24,0%) obesitas dengan konsumsi junk food jarang, 24 responden (68,6%) obesitas

dengan konsumsi junk food sering, 19 responden (76,0%) tidak obesitas dengan

konsumsi junk food jarang, dan 11 responden (31,4%) tidak obesitas dengan

konsumsi junk food sering.

(47)

B. PEMBAHASAN

1. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas pada Siswadi SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan tahun 2014

Berdasarkan hasil analisis antara hubungan mengkonsumsi junk food dengan

obesitas terlihat bahwa responden obesitas yang mengkonsumsi junk food jarang

berjumlah 6 responden (24,0%), responden obesitas yang mengkonsumsi junk food

sering berjumlah 24 responden (68,6%), responden tidak obesitas yang

mengkonsumsi junk food jarang berjumlah 19 responden (76,0%), dan responden

tidak obesitas yang mengkonsumsi junk food sering berjumlah 11 responden

(31,4%). Hal ini pun dibuktikan dengan uji statistik chi square pada tingkat

signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,002< 0,05) berarti Ho ditolak.

Maka secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

mengkonsumsi junk food dengan obesitas pada siswa.

Junk food merupakan makanan yang lebih mengutamakan cita rasa dari pada

kandungan gizi. Misalnya keripik kentang yang mengandung garam. Beberapa junk

food juga mengandung banyak gula misalnya, minuman bersoda, permen dan kue tar.

Gula, tertutama gula buatan sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh kita karena dapat

menyebabkan penyakit diabetes, kerusakan pada gigi kita dan menyebabkan obesitas

(Griffindors, 2013).

Riset menyebutkan bahwa kandungan kalori yang ada pada junk food sangat

tinggi, dan kalori ini yang menyebabkan terjadinya obesitas (Anggraini, 2013).

Penelitian Mudjianto (1994, dalam penelitian Ratna 2008) mengungkapkan

bahwa kebiasaan konsumsi junk food sudah tampak di kalangan remaja di 6 kota

besar di Indonesia, dari penelitian itu disebutkan bahwa sebanyak 15-20% remaja di

(48)

modern tersebut jika dikonsumsi secara berkesinambungan dan berlebihan dapat

mengakibatkan masalah gizi lebih, karena makanan tersebut cenderung mengandung

lemak, protein, hidrat arang dan garam yang relatif tinggi dan dengan kemungkinan

konsekuensi seperti : kegemukan, tekanan darah tinggi, gangguan jantung koroner

dan lainnya.

Hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi junk food

dengan obesitas (p < 0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini (2013)

yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi mengkonsumsi

junk food dengan obesitas pada anak.

Adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi junk food

dengan obesitas disebabkan karena responden obesitas yang sering mengkonsumsi

junk food (68,6%) lebih banyak dari pada responden obesitas yang jarang mengkonsumsi junk food (24,0%). Dilihat dari jawaban responden obesitas

menunjukkan frekuensi konsumsi junk food terbanyak terdapat pada makanan

jajanan ringan sebanyak 15 orang (50.0%) dengan frekuensi konsumsi >1x/hari dan

dilihat dari jawaban responden tidak obesitas menunjukkan frekuensi konsumsi junk

food terbanyak terdapat pada makanan kentang goreng dengan frekuensi 1-3x/minggu, jajanan ringan dengan frekuensi 1x/hari dan ice cream dengan frekuensi

1-3x/minggu, masing-masing sebanyak 14 orang (46.7%). Perbedaan proporsi ini

disebabkan karena seseorang yang obes cenderung memiliki kebiasaan pola makan

berlebih serta mengkonsumsi makanan dalam jumlah lebih banyak setiap kalinya.

Seseorang makan lebih banyak dari pada kebutuhan energi sesungguhnya yang

(49)

Hal ini sesuai dengan penelitian Jacobs (dalam penelitian Ratna 2008) yang

menunjukkan bahwa konsumsi junk food 2 kali seminggu dapat meningkatkan

kandungan energi diet sebesar 1195 kKal (23% energi diet). Kebiasaan

mengkonsumsi junk food 2 kali seminggu juga menimbulkan peningkatan rata-rata

energi harian sebesar 750 kJoule, yang rata-rata setahun dapat menambah berat

badan sebesar 8,8 kg.

Penelitian ini menggambarkan bahwa siswa dengan obesitas cenderung

memiliki frekuensi konsumsi junk food yang sering sehingga mereka tidak maksimal

dalam mengontrol asupan makanan junk food yang merekamakan, hal ini bersesuaian

dengan pengertian obesitas yaitu kegemukan atau kelebihan berat badan yang

disebabkan karena kebiasaan remaja yang suka ngemil dan makan-makanan jajanan

diluar bersama teman-teman sebaya yang berlemak tinggi seperti bakso, junk food

dan lain-lain (Mitayani&Sartika, 2010, hal. 73).

2. Keterbatasan Penelitian

Obesitas tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi konsumsi junk food saja,

masih banyak lagi faktor seperti genetik, pola aktifitas, status ekonomi, kondisi

medis, obat-obatan dan pola makan dari responden. Karena pada penelitian ini cara

menganalisa data hanya untuk mengetahui hubungan antara variabel independent

dengan dependent tanpa menilai seberapa erat hubungan tersebut dan variabel

manakah yang paling mempengaruhi serta seberapa berpengaruh variabel tersebut,

maka hal ini cukup untuk melihat hubungan antara mengkonsumsi junk food dengan

(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian hubungan mengkonsumsi junk food dengan obesitas

pada siswa di SMA Dharma Pancasila Kelurahan Selayang Medan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil perhitungan yang pada 60 responden berdasarkan karakteristik

demografi diperoleh hasil bahwa mayoritas responden berada di kelas XI

sebanyak 40 orang (66,7%) dengan siswa obesitas berjumlah 17 orang (28,3%)

dan siswa tidak obesitas berjumlah 23 orang (38,3%), berumur 17 tahun

sebanyak 20 orang (33,3%) dengan siswa obesitas berjumlah 8 orang (13,3%)

dan siswa tidak obesitas berjumlah 12 orang (20,0%), berjenis kelamin

perempuan sebanyak 32 orang (53,3%) dengan siswa obesitas dan tidak obesitas

masing-masing berjumlah 16 orang (26,7%), dan bersuku jawa sebanyak 21

orang (34,9%), dengan siswa obesitas berjumlah 10 orang (16,6%) dan siswa

tidak obesitas berjumlah 11 orang (18,3%).

2. Dari hasil uji statistik pada 60 responden, diperoleh data bahwa responden yang

obesitas dan tidak obesitas memiliki frekuensi yang sama masing-masing

sebanyak 30 orang (50,0%).

3. Dari hasil perhitungan pada 60 responden, diperoleh data bahwa mayoritas

responden adalah siswa yang memiliki konsumsi junk food sering sebanyak 35

orang (58,3%).

4. Ada hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada siswa di SMA Dharma

(51)

B. SARAN

1. Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan untuk semakin peduli terhadap

pemberian informasi kepada para remaja. Hendaknya para penyedia layanan

kesehatan memiliki beban tanggung jawab dalam mempromosikan kesehatan

reproduksi khususnya pada remaja untuk mengetahui hubungan mengkonsumsi

junk food dengan obesitas. Sehingga para remaja dapat mengetahui bagaimana

makanan sehat yang baik untuk dikonsumsi.

2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menambah dan meneruskan

penelitian pada aspek yang lebih luas lagi terutama dalam menggali faktor-faktor

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, S. N. (2012). Faktor Resiko yang berhubungan dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health. 1 (2) Retrieved from

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Anggraini, A.K. (2013). Hubungan Kejadian Obesitas pada Anak dengan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji di SDIT Ulul Albab Bekasi. Jurnal Kesehatan..

Damapoli, W., Mayuli. N., & Masi, G. (2013). Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado. E-Journal Keperawatan. 1 (1) Retrieved from http://ejournal.unsrat.ac.id

Depkes Poltekkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Griffindors, A. (2013). Mengenal Junk Food (Makanan Sampah). Retrieved from

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

____________. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika

Mitayani & Sartika, W. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media.

Mumpuni, Y., & Wulandari, A. (2010). Cara Jitu mengatasi Kegemukan. Yogyakarta: Andi

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Oktaviani, W. D., Saraswati, L.D., & Rahfiludin, M. Z. (2012). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jurnal Kesehatan

Masyarakat. 1, 54 2– 553 Retrieved from

Proverawati, Atikah. (2010). Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Jakarta: Muha Medika.

Putri, G.M. (2012, Februari 14). Junk Food versus Fast Food. Retrieved from

(53)

. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. CV. Alfabeta

Supariasi, I.D.N., Bakri, B., & Fajar, I. (2008). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Vinsesnsia. (2011). Makanan Junk Food. Retrieved from http://forum.detik.com/

Virgianto, G. (2005). Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Risiko Terjadinya

Obesitas pada Remaja Usia 15-17 Tahun. Retrieved from

http://eprints.undip.ac.id/

(54)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Wr.Wb/Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya Dessi Harvaningsih Siregar, sedang menjalani pendidikan di

program D-IV Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melaku

Gambar

Tabel 2.1.Klasifikasi  Obesitas
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Obesitas di SMA Dharma
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ada hubungan kompetensi ibu dengan konsumsi junk food ditandai dengan nilai p value 0,011.Melakukan kegiatan penyuluhan tentang gizi secara berkala baik kepada

Kesimpulan dan Saran : penelitian ini membukt ikan adanya hubungan obesitas dengan harga diri pada remaja, diharapkan pada responden untuk melakukan program penurunan berat badan

Kesimpulan dan Saran : penelitian ini membukt ikan adanya hubungan obesitas dengan harga diri pada remaja, diharapkan pada responden untuk melakukan program penurunan berat badan

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di Manado dengan persentase obesitas pada responden yang sering mengkonsumsi junk food sebanyak 46 responden (33,8%)

yang dikonsumsi dan semakin besar jumlah kalori junk food yang dikonsumsi maka semakin tinggi kajadian obesitas. Hal ini menyatakan bahwa perilaku konsumsi junk food pada

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jumlah konsumsi Junk food dan kebiasaan tidur siang sebagai faktor resiko kejadian obesitas di SMA Institut Indonesia

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh langsung oleh peneliti dari sampel yaitu meliputi identitas sampel,data pengetahuan, pola konsumsi junk food, dan kejadian

Hubungan Konsumsi Protein dengan Kejadian Obesitas Tabel 16 Distribusi sampel menueut Hubungan Konsumsi Protein dan Kejadian Obesitas Konsumsi Protein Kejadian Obesitas Obesitas