SKRIPSI
HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN TERJADINYA OBESITAS PADA SISWA
SMA SWASTA SULTAN AGUNG PEMATANG SIANTAR
Oleh:
LINNA DEWI 150100009
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN TERJADINYA OBESITAS PADA SISWA
SMA SWASTA SULTAN AGUNG PEMATANG SIANTAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
LINNA DEWI 150100009
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
ABSTRAK
Latar Belakang : Obesitas adalah dampak dari konsumsi energi berlebih, dan dapat menjadi penyebab masalah kesehatan kronis,di Indonesia prevalensi obesitas pada umur 16-18 tahun sebanyak 7,3%. Penting untuk mengkaji hubungan konsumsi junk food dengan terjadi nya obesitas pada remaja
Tujuan : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dengan obesitas pada remaja di SMA Sultan Agung Pematang siantar
Metode : Penelitian ini bersifat analitik menggunakan desain crossectional study, dengan sampel 369 orang remaja yang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2018 di SMA Sultan Agung Pematangsiantar. Data BB dan TB dikumpulkan dengan pengukuran antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT), membagikan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) untuk aktivitas fisik. sedangkan konsumsi junk food dilakukan dengan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hipotesa dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan 38,8% remaja menderita obesitas, 48,8% jenis kelamin laki-laki dan 30,9% perempuan. Remaja yang aktivitas fisiknya tinggi 4,6%, sedangkan 6,8% sering mengkonsumsi junk food. Remaja obesitas cenderung melakukan aktivitas fisik rendah (47,3%) dan sedang (28,6%) daripada aktivitas berat (23,6%). Proporsi obesitas lebih banyak pada remaja yang sering mengkonsumsi junk food (64,0%) dibandingkan yang jarang (36,0%). Ini menunjukkan ada hubungan antara obesitas yang terjadi dengan jenis kelamin dimana P = 0,001 , dan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas dimana P = 0,001 , dan ada hubungan antara konsumsi junk food dengan obesitas dimana P = 0,007.
Kesimpulan dan Saran : Terdapat hubungan antara jenis kelamin, aktivitas fisik dan konsumsi junk food dengan obesitas. Disarankan untuk melakukan upaya promotif dan preventif terhadap masalah obesitas,
Kata Kunci : Obesitas , Junk Food , SMA
ABSTRACT
Background : Obesity is the effect of excess energy consumption, and can be the cause of chronic health problem, the prevalence of obesity in Indonesia at the age 16 – 18 is 7,3%. It is essentials to know how the relation between junk food consumption and obese in adolescents is.
Objective : This study aims to determine how the relation between junk food consumption and obese in adolesents is.
Method : This study uses analytic cross sectional study design, with a sample of 369 adolescents were conducted on Juny-July 2018 in Sultan Agung Senior High School Pematangsiantar. Data of Body Height and Body Weight are collected by using antropometeric measurement of Body Mass Index (BMI), distributing International Physical Activity Questionnaire for physical activity measurements, while the consumption of junk food is done by the method of Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hypothesis is analyzed with Chi-square test.
Result : The results showed 38,8% of adolescents suffer from obesity, 48,8% male and 30,9% female.4,6%
teenager with high intensity of physical activity, while 6,8% consume junk food frequently. Obese adolescents tend to perform low intensity of physical activity (47,3%), and moderate (28,6%) instead of high intensity of physical activity (23,6%). The proportion of obese adolescents are more often consume junk food (64,0%) compared to the rare (5,88%). It showed there is a correlation between gender and obesity where P = 0,001, and correlation between physical activity and obesity where P = 0,001, and also correlation between junk food consumption and obesity where P = 0,007.
Conclusions and Recommendations : There’s correlation among gender, physical activity, and junk food consumption with obesity. It is advisable to do promotive and preventive efforts to the problem of obesity.
Keywords : Obesity , Junk Food , High School
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Terjadinya Obesitas pada Siswa SMA Swasta Sultan Agung”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang dokter umum, skripsi ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Murniati Manik, Sp.KK, Sp.GK, FINSDV selaku Dosen Pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai dengan selesainya hasil penelitian ini.
3. Dosen penguji yakni dr. M. Aron Pase, M.Ked(PD), Sp.PD dan dr. Andre Marolop Pangihutan Siahaan, M.Ked(BS), Sp.BS yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Yayasan SMA Swasta Sultan Agung Pematangsiantar, kepala sekolah dan staf dewan guru yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
5. Rasa sayang dan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yang selama ini telah membesarkan, mendidik, memberi kasih sayang, serta dukungan yang begitu besar kepada saya sehingga saya menjadi seperti ini dan dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Pikachu ku tersayang, Mhd. Rizki Ananda dan adik-adik tersayang yakni Davidt Lee dan Felicia Evelyn yang telah memberikan dukungan dan mendoakan penulis selama mengerjakan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman-teman sejawat seperjuangan stambuk 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dan terimakasih atas solidaritas, bantuan, dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca karya tulis ilmiah ini
Medan, Desember 2018 Penulis
Linna Dewi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Gambar ... viii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Singkatan ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 2
1.3.Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1 Tujuan Umum ... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ... 2
1.4.Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas ...4
2.1.1. Definisi Obesitas ... 4
2.1.2. Etiologi Obesitas .. ... 5
2.1.3. Dampak dan Komplikasi Obesitas ... 7
2.1.4. Penanganan Obesitas ... 10
2.2. Remaja ... 15
2.3. Kerangka Teori... 17
2.4. Kerangka Konsep ... 18
2.5 Hipotesis ... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian... 19
3.2. Populasi dan sampel ... 19
3.2.1 Populasi ... 19
3.2.2 Sampel ... 19
3.3. Metode Pengumpulan Data... 20
3.4. Metode Pengolahan Data ... 20
3.5. Metode Analisis Data ... 21
3.6. Definisi Operasional ... 22
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23
4.2 Data Demografi Responden ... 24
4.2.1 Hasil Penelitian ... 24
4.2.2 Hasil Akhir Analisis Multivariat ... 30
4.2.3 Pembahasan... 30
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN... 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori 17
Gambar 2.2. Kerangka Konsep 18
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Asia Pasifik 5
Tabel 2.2 Pengaturan Makanan Diet Rendah Kalori 14
Tabel 3.6 Definisi Operasional 22
Tabel 4.1 Distribusi Frekensi Umur 23
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Obesitas Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Junk Food Tabel 4.6 Frekuensi Makanan
Tabel 4.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas Tabel 4.8 Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas Tabel 4.9 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda
24 24 25 25 26 28 29 29 30
DAFTAR SINGKATAN
SDM : Sumber Daya Manusia WHO : World Health Organization IMT : Indeks Massa Tubuh
BMI : Body Mass Index
OSAS : Obstructive Sleep Apnea Syndrome HDL : High Density Lipoprotein
LDL : Low Density Lipoprotein
RDA : Recommended Daily Allowances
IPAQ : International Physical Activity Questionnare FFQ : Food Frequency Questionnare
MET : Metabolic Equivalent of Task
EPIC : European Prospective Investigation of Cancer
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Lembar Originalitas Lampiran 5 Lembar Validasi Kuesioner Lampiran 6 Output Data
Lampiran 7 Kuesioner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh WHO sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa. Sebelumnya obesitas hanya menjadi masalah di negara berpenghasilan tinggi, namun saat ini obesitas meningkat secara dramatis di negara berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya di perkotaan (Soegih dan Wiramihardja, 2009).
Menurut perkiraan secara global oleh WHO, prevalensi obesitas dunia pada rentang usia 5-19 tahun meningkat secara dramatis dari 4% pada 2000 menjadi 18% pada 2016. Di Indonesia menurut RisKesDas 2013, prevalensi gemuk pada remaja umur 16 -18 tahun sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas.Sedangkan di Sumatera Utara, prevalensi obesitas pada remaja usia 16-18 tahun didapati 1,4 persen dan didapati pula di prevalensi obesitas Kota Pematang Siantar sebesar 0,5 persen.
Prevalensi obesitas semakin meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, termasuk untuk negara berkembang. WHO memperkirakan penduduk yang akan menderita obesitas ditahun 2030 sebesar 58%. Survey secara global baik overweight ataupun obesitas pada kedua gender bervariasi menurut wilayah/negara.
(Alan, et. al., 2015).
Berdasarkan proporsi lemak tubuh, status gizi obesitas dibedakan menurut jenis kelamin yaitu >25% dan >30% pada laki-laki dan wanita. (WHO, 2000). Cut off point IMT status gizi obese oleh WHO adalah 30 kg/m2. Untuk wilayah Asia, cut off point yang digunakan adalah 25 kg/m2, sedangkan Indonesia menggunakan cut off point 27 kg/m2. (Depkes, 2003). Keduanya tidak membedakan cut off point IMT penentuan obese berdasarkan jenis kelamin.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya obesitas antara lain yaitu faktor genetik, pola hidup, berkurangnya aktivitas fisik, stress, dan juga pola konsumsi, termasuk diantaranya konsumsi junk food di kalangan remaja. Aktivitas fisik dimana gaya hidup serba mudah dan santai akan membuat tubuh menjadi jarang bergerak (Musa, 2010). Selain itu anak yang memiliki status sosioekonomi yang tinggi juga cenderung memiliki kebiasaan mengkonsumsi junk food. Karena peningkatan daya beli para orang tua cenderung memanjakan anak-anak mereka dengan junk food. ( Sari RW, 2008). Junk food yang berlimpah kalori dan lemak, namun kandungan gizi dan seratnya sangat rendah semakin disukai masyarakat modern, yang
kemudian menjadi masalah nasional, yakni meningkatkan jumlah orang yang kegemukan (Made, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Terjadinya Obesitas di SMA Sultan Agung Pematang Siantar yang merupakan salah satu sekolah yang banyak diminati oleh masyarakat dan letaknya berada di pusat kota sehingga memudahkan masyarakat khususnya para siswa untuk mendapatkan fast food dan segala junk food.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan adalah “Apakah Ada Hubungan Konsumsi Junk Food dan Kurangnya Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Siswa di SMA Sultan Agung Pematang Siantar”.
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui hubungan konsumsi junk food dan aktivitas fisik dengan obesitas pada siswa di SMA Sultan Agung Pematang Siantar.
1.3. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas pada siswa SMA Sultan Agung Pematang Siantar.
b. Untuk mengetahui hubungan jumlah kalori junk food dengan obesitas pada siswa SMA Sultan Agung Pematang Siantar.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Siswa SMA Sultan Agung
Untuk memberikan kesadaran dan masukan bagi para siswa mengenai resiko terjadinya obesitas akibat gaya hidup yang kurang baik dan juga dampak-dampak yang dapat disebabkan oleh obesitas.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah referensi pada perpustakaan dan dapat menjadi masukan bagi yang membacanya. Serta sebagai informasi dalam mengambil langkah yang tepat untuk mengurangi prevalensi obesitas pada remaja, terutama siswa SMA.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai dasar informasi dalam melakukan upaya promotif dan preventif melalui program penanggulangan gizi lebih/obesitas pada remaja.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai penerapan proses berfikir secara alamiah dalam menganalisa suatu masalah, juga sebagai media latihan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan konsumsi junk food dengan obesitas pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OBESITAS
2.1.1 DEFINISI OBESITAS
Obesitas merupakan salah satu masalah di seluruh dunia yang diabaikan oleh kebanyakan orang. Prevalensi kegemukan termasuk obesitas cenderung meningkat seiring dengan peningkatan usia, dan mencapai puncaknya pada usia dewasa. (Diana R., et al, 2013)
Obesitas atau kegemukan merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan (Tuerah W., et al, 2014) yang ditandai dengan adanya 25% lemak tubuh total atau lebih pada pria dan sebanyak 35% atau lebih pada wanita.
Menurut Ginanjar (2008), Obesitas dapat dinilai melalui berbagai metode atau teknik pemeriksaan. Cara yang obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh. Pengukuran BMI/IMT dilakukan dengan cara membagi nilai berat badan (kg) dengan nilai kuadrat dari tinggi badan (m). Kondisi obesitas timbul akibat energi yang masuk melebihi jumlah normal, kelebihan energi tersebut disimpan sebagai lemak, jumlah kandungan lemak pada tubuh menjadi penentu obesitas. (Arthur C. Guyton, et al, 2012)
Rumus : BMI = 𝑩
𝒕𝟐
Keterangan :
BMI = Body Mass Index B = Berat badan (kg) t = Tinggi badan (m)
Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Asia Pasifik
Kategori IMT (kg/m2)
Berat badan kurang <18,5
Kisaran normal 18,5 – 22,9
Berat badan lebih ≥ 23,0
Beresiko 23,0 – 24,9
Obesitas tingkat I 25,0 – 29,9
Obesitas tingkat II ≥ 30,0
(Sumber: WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity & Its Treatment)
2.1.2 ETIOLOGI OBESITAS
Obesitas merupakan akibat dari ketidak seimbangan energi. Secara teoritis, dua faktor yang berkontribusi terhadap ketidakseimbangan energi pada penderita obesitas adalah asupan energi yang berlebih serta aktivitas fisik yang kurang. Dari perspektif gizi masyarakat, dua faktor tersebut, termasuk esensial karena setiap individu dapat mengubah asupan energi melalui kebiasaan makan dan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik. Persepsi tentang diri (body images) juga merupakan faktor penting lainnya yang turut berkontribusi terhadap terjadinya obesitas. (Galuska, et al, 2009)
Lieberman menguraikan bahwa ada beberapa faktor yang berperan terhadap obesitas pada remaja, yaitu kebiasaan makan, aktivitas fisik, sikap dan pengaruh keluarga baik secara eksternal maupun secara genetik, pengaruh teman sebaya serta faktor ekonomi. Salah satu penyebab peningkatan obesitas di kalangan remaja perkotaan adalah adanya peningkatan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food). Selain itu, karakteristik perkembangan remaja yang unik seperti citra diri, pengakuan diri yang kuat dan perkembangan kognitifnya juga turut berperan. (Lieberman, et al, 2009)
Oetoro S (2013) seorang Dokter Spesialis Gizi mengatakan bahwa junk food kerap dikenal sebagai makanan yang tidak sehat (makanan sampah). Junk food mengandung jumlah lemak yang besar, rendah serat, banyak mengandung garam, gula, zat aditif dan kalori tinggi tetapi rendah nutrisi, rendah vitamin, dan rendah mineral sehingga dapat memicu segala macam penyakit berbahaya seperti obesitas, jantung dan kanker. Begitu juga menurut seorang ahli kesehatan Parengkuan (2013) mengatakan bahwa junk food atau makanan sampah ini dideskripsikan sebagai makanan yang tidak sehat atau karena minim kandungan nutrisi.
Selain itu, junk food juga mengandung zat-zat tidak sehat yang akan membahayakan kesehatan bila dikonsumsi secara terus-menerus. Dalam hal ini para pakar dan dokter menyebutkan bahwa makanan yang ada di restoran fast food menjadi ancaman utama bagi kesehatan karena makanan-makanan yang disediakan banyak mengandung lemak jenuh, sodium, zat aditif, dan masyarakat lebih sering memilih mengkonsumsi makanan seperti ini yang akhirnya akan membahayakan kesehatan.
World Health Organization (WHO) secara serius membahas mengenai dampak buruk makanan fast food dan junk food. WHO menyebutkan 10 golongan yang termasuk dalam makanan junk food, yaitu:
a. Makanan asinan yang mengandung kadar garam sangat tinggi sehingga dapat memperberat kerja ginjal dan mengiritasi lambung serta usus.
b. Makanan kalengan, yaitu makanan yang dikemas dalam kaleng, bisa berupa buah- buahan atau daging. Makanan kaleng tidak sehat karena biasanya mengandung bahan pengawet, mengakibatkan menurunnya kandungan gizi dan nutrisi.
c. Makanan gorengan mengandung kalori, lemak, dan minyak yang banyak, mengakibatkan kegemukan dan jantung koroner. Pada proses menggoreng muncul zat karsinogenik yang memicu kanker.
d. Makanan daging yang diproses seperti sosis, ham, dan lain-lain, mengandung bahan pewarna dan pengawet yang membahayakan organ hati. Selain itu, kadar natrium yang tinggi menyebabkan hipertensi dan gangguan ginjal, hingga dapat juga memicu kanker.
e. Mie instant mengandung bahan pengawet serta kadar garam di dalam mie instant menyebabkan kerja ginjal menjadi berat. Mie instant juga mengandung trans lipid yang beresiko buruk pada pembuluh darah dan jantung.
f. Makanan yang dibakar atau dipanggang dapat mengakibatkan makanan menjadi gosong sehingga muncul zat yang memicu penyakit kanker.
g. Keju olahan dapat meningkatkan berat badan dan meningkatkan gula darah.
h. Makanan asinan kering mengandung garam nitrat yang memicu munculnya zat karsinogenik di dalam tubuh, mengakibatkan tingginya risiko gangguan pada fungsi hati serta memperberat kerja ginjal.
i. Makanan manisan beku seperti ice cream, cake beku, dan lain-lain, umumnya mengandung mentega tinggi yang dapat mengakibatkan obesitas dan kadar gula tinggi.
j. Makanan daging berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, kanker usus besar, dan kanker payudara.
2.1.3 DAMPAK DAN KOMPLIKASI OBESITAS
Obesitas dapat dipandang sebagai suatu penyakit dan faktor risiko terhadap berbagai penyakit, seperti gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, dislipidemia, Obstructive Sleep Apnea Sindrome (OSAS) yang gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol, dan bahkan obstruksi saluran napas intermiten dapat menyebabkan tidur gelisah, non alcoholic fatty liver disease, dan semua faktor resiko penyakit kardiovaskular (Gropper, 2009).
Menurut Mansjoer Arif dalam Kapita Selekta Kedokteran (2009) dijelaskan terdapat beberapa dampak serta komplikasi yang disebabkan oleh obesitas yaitu:
Diabetes Mellitus
Ini terjadi karena resistensi insulin. Simpanan adiposa yang tinggi pada orang gemuk mengaktifkan paling tidak salah satu enzim yaitu lipoprotein lipase yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak bebas menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-α (tumor necrosis factor-alpha) yang memicu resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat. Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan 1 angka BMI mempunyai kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%.
Hipertensi
Lebih dari 75% kasus hipertensi berhubungan langsung dengan obesitas. Hipertensi terjadi karena peningkatan plasma darah pada organg yang obesitas meningkat sebanyak 10-20% dan penyumbatan oleh lemak sehingga jantung memompa darah dengan cepat sehingga terjadi hipertensi. Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mmHg terdapat pada lebih dari sepertiga orang obesitas.
Penyakit Jantung Koroner
Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu dengan cara perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL - kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan HDL-kolesterol (kolesterol baik,
yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah) dan hipertensi.
Stroke
Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang obesitas sangat mudah terserang stroke. Ini dikarenakan adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh lemak yang mengendap di pembuluh darah sehingga menyebabkan hipertensi yang kalau lama dibiarkan akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah dan menjadi pendarahan.
Sleep Apnea
Diantara para pasien yang menderita sleep apnea, sekitar 60% sampai 70% adalah orang yang menderita obesitas. Akibat kegemukan menyebabkan kesukaran bernafas terutama pada waktu tidur malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menimbulkann penurunan kesadaran sampai koma. Selama peristiwa sleep apnea, saluran pernafasan atas terhalang, menghambat atau menghentikan pernafasan dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang dan meningkatkan tekanan darah. Orang tersebut harus segera dibangunkan dan kembali bernafas, sehingga kadar oksigen dalam darah dan aliran darah ke otak kembali normal. Gejala dari sleep apnea meliputi perasaan lelah dan mengantuk walaupun sudah tidur selama 8 jam, mendengkur yang keras sehingga mengganggu orang lain dan nafas berhenti.
Osteoartritis
Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, umumnya pada sendi-sendi besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki, yang akan membuat sendi bekerja lebih berat.
Karena sendi tersebut bekerja dengan keras maka akan terjadi penurunan fungsi sendi.
Batu Empedu
Terjadi karena hati menghasilkan kolesterol, yang merupakan lemak, terlalu banyak daripada asam-asam yang berfungsi sebagai pelarut, dan lecithin, yang berfungsi sebagai pengemulsi antara lemak dan asam-asam empedu tersebut, sehingga beberapa kolesterol tersebut tidak larut dan membentuk partikel kolesterol yang akhirnya menjadi batu empedu. Pada obesitas dengan BMI di atas 30 didapatkan kecenderungan timbul batu empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal pada obesitas dengan BMI lebih dari 45, ditemukan angka 7 kali lipat.
Kanker Payudara
Wanita yang telah menopause lebih berisiko mengalami kanker payudara. Ini terjadi karena pada wanita menopause yang obesitas terjadi peningkatan estrogen yang dihasilkan dari jaringan lemak. Karena jaringan lemak terlalu banyak maka menghasilkan estrogen dalam jumlah yang besar sehingga berpengaruh terhadap kanker payudara.
Masalah Dermatologis
obesitas juga berpengaruh terhadap dermatologis seseorang, yaitu dapat menyebabkan gesekan sehingga terjadi kelecetan pada kulit dan pelipatan yang akan disertai dengan biang keringat dan juga jamur pada lipatan kulit. (Pavey TG, et al, 2011)
Anak-anak yang obes (obese) memiliki kecenderungan untuk tetap obes pada masa dewasa sehingga memiliki risiko penyakit dan gangguan yang berhubungan dengan obesitas.
Pada saat yang sama, obesitas pada masa anak-anak dan remaja juga akan berdampak terhadap gangguan kognitif dan sosial. (Foroughian S., 2010) Komplikasi obesitas yang mempengaruhi kognitif adalah mengenai kapasitas otak, semakin besar tubuh seseorang yang mengalami obesitas maka akan semakin berkurang pula jaringan otaknya.
2.1.4 PENANGANAN OBESITAS
Menurut Windasari (2009), tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Upaya ntuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.
a. Perubahan Pola Makan dan Diet
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak, dan juga membatasi konsumsi junk food. Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja.
Ada beberapa jenis diet yang dapat diterapkan oleh penderita obesitas yaitu:
Diet Atkins (Hu, T., et al, 2012)
Prinsip: meningkatkan asupan protein dan mengurangi asupan karbohidrat untuk memicu tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar.
Kelebihan diet atkins: Berat badan turun dalam jangka pendek sekitar 3-6 bulan.
Kekurangan diet atkins: Makanan tinggi protein (daging dan susu) tinggi pula kadar lemak jenuhnya, sehingga kadar LDL dalam darah akan tetap tinggi
Raw Food Diet (Tuso, P.J., 2013)
Prinsip: mengonsumsi bahan makanan tertentu seperti sayur, buah, telur, dan ikan secara mentah. Jika ingin dimasak, suhu tidak boleh melebihi 470C
Kelebihan raw food diet: tubuh akan menerima nutrisi yang terkandung dalam makanan secara utuh
Kekurangan raw food diet: bahan kimia atau kotoran lain berisiko termakan bila makanan tidak tercuci bersih
Diet Golongan Darah (Nugraha A.S., et al, 2013)
Prinsip: memilih makanan sesuai dengan golongan darah karena tidak semua makanan baik dikonsumsi oleh golongan darah tertentu.
Kelebihana diet golongan darah: efektif menurunkan berat badan, namun yang terpenting hidup lebih sehat
Kekurangan diet golongan darah: pilihan makanan pelakunya terbatas dengan alasan tidak sesuai dengan golongan darahnya
Food Combining Diet (Chaenurisah L, et al, 2016)
Prinsip: memfokuskan pada kelancaran sistem cerna dengan tidak menyantap karbohidrat dan protein secara bersamaan serta mengunyah makanan hingga mencapai konsistensi atau kepadatan yang berair.
Kelebihan food combining diet: penyerapan nutrisi lebih maksimal dan terhindar dari gangguan sistem cerna.
Kekurangan food combining diet: tidak semua orang terbiasa hanya mengonsumsi buah saat sarapan
Diet Mediterania (Anggraini D.I., 2016)
Prinsip: menjadikan buah, sayur, kacang-kacangan, minyak zaitun dan segelas wine sebagai menu makanan
Kelebihan diet mediterania: menjaga kadar gula dadrah serta mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke
Kekurangan diet mediterania: belum ada ukuran pasti jumlah kalori yang harus dikonsumsi per harinya.
Clean Eating Diet (Reno T, 2007)
Prinsip: menyantap makanan yang paling alami dan tidak melewati banyak proses serta menghindari makanan kemasan
Kelebihan clean eating diet: melatih diri untuk terbiasa makan sehat serta mampu menjaga kadar gula darah tetap stabil
Kekurangan clean eating diet: menerapkan aturan yang begitu ketat pada pelakunya.
Diet Rendah Garam (Hattori T, et al, 2014)
Prinsip: mengonsumsi makanan tanpa rasa asin atau garam sama sekali selama 13 hari.
Kelebihan diet rendah garam: efektif menurunkan berat badan 7-8 kilogram dalam waktu dua minggu
Kekurangan diet rendah garam: tidak bisa dilakukan dalam jangka panjang, hanya sekali dalam setahun.
Sementara itu menurut kemenkes RI (2011), Pola makan yang paling aman untuk diberikan pada penderita obesitas yaitu berupa diet rendah kalori yang bertujuan untuk mencapai berat badan yang diinginkan dengan tetap mempertahankan status gizi yang optimal, serta untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran.
Prinsip dalam pemberian makan diet rendah kalori yaitu:
Sebagai tahapan awal, dapat diberikan 1200-1500 kkal
Pengurangan 500-1000 kkal/hari diharapkan menurunkan berat badan 0,5-1 kg/minggu
Perhitungan berdasarkan 0,5 lemak tubuh mengandung 3500 kkal
Oleh karena itu, dengan mengurangi 500 kkal/hari dapat menurunkan 0,5 kg BB per minggu
Pola makan mengikuti diet gizi seimbang, tiga kali sehari: pagi, siang, dan sore
Dapat mengkonsumsi makanan selingan yang rendah kalori tinggi serat (buah dan sayuran)
Porsi kecil dan sering untuk mencegah makan berlebihan
Anjuran pentingnya sarapan pagi
Kurangi garam apabila ada indikasi retensi garam atau hipertensi
Bila trigliserida meningkat kurangi konsumsi gula, makanan/minuman manis berlemak
Tabel 2.2 Pengaturan makanan diet rendah kalori BAHAN
MAKANAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI
SUMBER
KARBOHIDRAT
Sumber hidrat arang: nasi, nasi tim, bubur, roti gandum, macaroni, jagung, kentang, ubi, dan talas, havermout, sereal (hidrat arang komplek yang banyak
mengandung serat)
Mie, roti putih, kue- kue, cake, biskuit, pastries
SUMBER PROTEIN HEWANI
Daging tanpa lemmak, ayam tanpa kulit, ikan, putih telur, susu rendah lemak
Daging tanpa lemak 1x per minggu, ayam 3x per minggu, bebek, sarden (makanan kaleng) dan kuning telur 1x per minggu
Daging berlemak, jeroan, sosis, daging asap, gajih, otak, kepiting, kerang, keju, susu full cream
SUMBER
PROTEIN NABATI
Tempe, tahu, kacang hijau, kedelai
Kacang tanah, kacang bogor, maksimal 25 gr
Kacang merah, oncom, kacang mente
SAYURAN Sayuran yang tidak menimbulkan gas:
bayam, buncis, labu siam, wortel, kacang panjang, tomat, gambas, kangkung, kecipir, daun kacang panjang, daun kenikir, ketimun, daun selada dan toge
Sayuran yang dapat menimbulkan gas, seperti: kol, kembang kol, lobak, sawi, nangka muda, dan sayuran mentah
BUAH-BUAHAN Buah-buahan atau sari buah: jeruk, apel, pepaya, melon, jambu, pisang, alpukat, belimbing, mangga
Buah yang dapat menimbulkan gas dan tinggi lemak, seperti durian, nangka, cempedak, nenas, dan buah-
buahan yang
diawetkan
b. Peningkatan Aktivitas Fisik
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori.
Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan.
c. Obat Anti Obesitas
Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan menjadi penekan nafsu makan seperti sibutramin, penghambat absorbsi zat-zat gizi misalnya orlistat, dan kelompok lain-lain termasuk leptin, octreoctid, dan metformin.
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat anti obesitas jika:
1. Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
2. Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.
3. Nilai BMI lebih dari 30.
d. Tindakan Pembedahan
Jika semua tindakan diatas tidak mampu menurunkan berat badan, maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan dicerna.
Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika:
Nilai BMI 40 atau lebih
Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah
2.2 REMAJA
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin ”adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10 sampai 19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, et al, 2009).
Menurut Dedeh (2010), masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transmisi antara anak-anak dan dewasa. Gizi seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka di masa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja perempuan agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya karena remaja perempuan akan menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik.
Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditujukan untuk deposisi jaringan tubuh.
Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan rentan usia sebelum dan sesudahnya. Intinya masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat (growth spurt), sehingga asupan zat gizi remaja harus diperhatikan agar mereka dapat tumbuh optimal.
Penentuan kebutuhan akan zat gizi secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA) yang disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antroprometris, diet, serta psikososial.
Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badannya.
Pada remaja perempuan usia 10-12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 50-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kkal/kg BB/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari.
2.3 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Kuesioner
Hubungan Konsumsi Junk Food dengan obesitas pada
siswa SMA Sultan Agung
Aktivitas Fisik Intake Junk Food
Obesitas
Siswa SMA Swasta Sultan Agung Pematang Siantar
Jenis Kelamin
2.4 KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
2.5 HIPOTESIS
Ha : Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya obesitas Ha : Terdapat hubungan antara konsumsi junk food dengan terjadinya obesitas Ha : Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan terjadinya obesitas
Aktivitas Fisik Intake Junk Food
Obesitas Jenis Kelamin
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional yaitu variabel dependen dan variabel independen dilakukan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010)
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas Pada Remaja di SMA Swasta Sultan Agung Pematangsiantar.
3.2 POPULASI DAN SUBJEK PENELITIAN 3.2.1 POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Swasta Sultan Agung kelas XI tahun ajaran 2018/2019 yaitu berjumlah 369 orang.
3.2.2 SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah bagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya (Rutoto, 2007).
Untuk teknik pengambilan sampel digunakan cara Total Sampling, dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yang ada. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Swasta Sultan Agung, sementara kriteria eksklusi yang digunakan adalah siswa SMA Swasta Sultan Agung yang tidak hadir pada saat kuesioner dibagikan (Sastroasmoro, 2014).
3.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Semi- Quantitative Food Frequency Questionnaire dari EPIC-Norfolk untuk menilai hubungan frekuensi konsumsi junk food dengan terjadinya obesitas dan International Physical Activity
Questionnaire (IPAQ) dari WHO untuk menilai hubungan aktivitas fisik terhadap terjadinya obesitas pada siswa SMA Swasta Sultan Agung Pematangsiantar kelas XI.
3.4 METODE PENGOLAHAN DATA
Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Proses collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner 2. Proses checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias
3. Proses coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel yang diteliti, misalnya nama responden diubah menjadi nomor 1,2, dan seterusnya
4. Proses entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk ”kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer
5. Data processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007).
3.5 METODE ANALISIS DATA
1. Analisis Univariat
Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi, presentasi, mean dan standard deviation dari variabel karakteristik responden meliputi aktivitas fisik dan intake junk food.
2. Analisis Bivariat
Analisis data ini dilakukan dengan uji statistik menggunakan uji Chi-Square, untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang keduanya memiliki jenis data kategorik. Jika terdapat beberapa syarat yang tidak terpenuhi dalam uji Chi-Square maka akan dilakukan uji Fisher Exact Test.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan beberapa variabel perancu dengan variabel dependen maupun dengan variabel independen, dengan cara menghubungkan variabel perancu dengan variabel dependen maupun denga n variabel independen pada waktu bersamaan. Dalam analisis ini, dapat diketahui variabel yang paling besar pengaruhnya, bentuk hubungan antar variabel, berhubungan langsung atau tidak langsung dengan variabel lainnya. Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi logistik berganda karena variabel independen, variabel dependen maupun variabel perancu merupakan data kategorik.
3.6 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.6 Definisi Operasional No Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur Dependen
1 Obesitas Kelebihan berat badan yang terjadi pada remaja diukur dengan IMT
Mengukur TB Menimbang BB
Microtoa Timbangan
Normal bila IMT 18,5- 24,9
Obesitas bila IMT ≥25
Ordinal
Independen Jenis Kelamin
Jenis kelamin siswa yang ada
di SMA
Perguruan Sultan Agung Kelas XI tahun 2018
Observasi sekunder dari data kuesioner
Kuesioner 1. Laki-laki 2. Perempuan
Nominal
2 Aktivitas Fisik
Gerakan fisik yang dilakukan remaja setiap harinya
Menyebarkan kuesioner dan wawancara
Kuesioner Rendah bila <600 MET- menit/minggu
Sedang bila 600-2999 MET-menit/minggu Tinggi bila ≥3000 MET- menit/minggu
Ordinal
3 Konsumsi junk food
Frekuensi konsumsi junk food
Menyebarkan kuesioner dan wawancara
Kuesioner Sering bila 50-100%
Jarang bila 0-49,99%
Ordinal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Perguruan Sultan Agung yang berlokasi di Jalan Surabaya No. 19, Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara.
4.2 DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober – November 2018 di Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur Tinggi Badan dan menimbang Berat Badan serta membagikan kuesioner dan melakukan wawancara kepada 369 responden siswa/siswi kelas XI yang berisi beberapa pertanyaan tentang aktivitas fisik dan konsumsi junk food. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian serta menjaga kerahasiaan responden.
4.2.1 HASIL PENELITIAN a. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Kelas XI Tahun 2018
No. Umur Frekuensi Persentase
1 15 10 2,7
2 16 249 67,5
3 17 108 29,3
4 18 2 0,5
Total 369 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa dari total 369 responden di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar mayoritas usia siswa/siswi berada pada usia 16 tahun yaitu 249 orang (67,5%)
b. Obesitas
Obesitas pada siswa/siswi di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar dibagi menjadi dua kategori yaitu Normal dan Obesitas dengan ketentuan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengan 25. Pengukuran IMT dilakukan dengan cara membagi nilai berat badan (kg) dengan nilai kuadrat dari tinggi badan (m). Maka dengan kata lain pengkategorian Normal yaitu bila IMT 18,5 – 24,9 dan Obesitas yaitu bila IMT ≥25.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Obesitas pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Kelas XI Tahun 2018
No. Obesitas Frekuensi Persentase
1 Normal 226 61,2
2 Obesitas 143 38,8
Total 369 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa dari total 369 responden di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar, siswa/siswi yang mengalami obesitas berjumlah 143 (38,8%).
c. Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Kelas XI Tahun 2018
No. Jenis
Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 165 44,7
2 Perempuan 204 55,3
Total 369 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 369 responden di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar, terdapat siswa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 165 orang (44,7%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 204 orang (55,3%).
d. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik pada siswa/siswi di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar dibagi menjadi tiga kategori yaitu Tinggi, Sedang, dan Rendah dengan ketentuan Rendah bila nilai responden <600 MET-menit/minggu, Sedang bila nilai responden berkisar antara 600- 2999 MET-menit/minggu, dan Tinggi bila nilai responden ≥3000 MET-menit/minggu.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar Tahun 2018
No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase
1 Rendah 205 55,6
2 Sedang 147 39,8
3 Tinggi 17 4,6
Total 369 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa dari total 369 responden di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar ada 17 orang (4,6%) yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi.
e. Konsumsi Junk Food
Konsumsi Junk Food pada siswa/siswi di SMA Perguruan Sultan Agung
Pematangsiantar dibagi menjadi dua kategori yaitu Sering dan Jarang, dengan ketentuan Sering bila nilai responden 50-100%, dan Jarang bila nilai responden 0-49,99%.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Konsumsi Junk Food pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar Tahun 2018
No Konsumsi
Junk Food
Frekuensi Persentase
1 Jarang 344 93,2
2 Sering 25 6,8
Total 369 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari total 369 responden di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar yang sering mengkonsumsi junk food berjumlah 25 orang (6,8%)
f. Frekuensi Makanan
Tabel 4.6 Frekuensi Makanan Nama Makanan > 1x /
hari 1x / hari 1-3x / minggu
4-6x / minggu
1-3x / bln
Tidak
Pernah Total
Keripik Kentang 9 18 117 162 25 38 369
Keripik Ubi 5 4 144 81 81 54 369
Keripik Pisang 14 29 58 33 126 109 369
Hamburger 8 8 40 41 136 136 369
Gula Kapas 15 7 45 42 111 149 369
Permen 56 18 53 105 98 39 369
Es Krim 7 18 159 53 72 60 369
Bakso Bakar 5 32 53 162 52 65 369
Pisang Goreng 6 9 108 40 126 80 369
Pisang Coklat 10 12 64 48 146 89 369
Risol 29 10 35 50 106 139 369
Tempe Goreng 29 18 45 32 98 147 369
Pangsit Goreng 5 7 77 50 54 176 369
Mantou Goreng 5 9 28 26 70 231 369
Tahu Isi 3 13 112 38 77 126 369
Bakwan 6 11 128 22 64 138 369
Sosis Goreng 9 17 39 134 48 122 369
Mie Gomak 12 25 87 48 101 96 369
Snack 33 98 95 64 35 44 369
Telur Gulung 2 16 56 107 54 134 369
Serabi 0 3 45 63 99 159 369
Martabak Telur 2 4 6 37 164 156 369
Martabak Kubang 0 1 3 4 185 176 369
Kue Paha Ayam 2 12 45 43 69 198 369
Crepes 4 12 42 32 93 186 369
Mie Instan 33 23 53 165 72 23 369
Gula Tarik 7 0 32 47 94 189 369
Donat 0 3 35 37 147 147 369
Siomay 2 5 72 86 111 93 369
Batagor 6 17 43 134 90 79 369
Pempek 1 5 49 75 103 136 369
Cane 0 14 28 35 118 174 369
Martabak Manis 14 7 23 37 142 146 369
French Fries 0 3 41 23 159 143 369
Nugget Goreng 4 35 20 102 82 126 369
Kentang Spiral 5 13 58 134 73 86 369
Waffle 0 6 12 38 70 243 369
Pisang Bakar 2 7 23 15 115 207 369
Manisan Buah 0 0 25 34 79 231 369
Asinan Buah 0 2 20 29 73 245 369
Kue Pukis 0 3 15 56 144 151 369
Macaroni Goreng 0 2 23 66 141 137 369
Tela-Tela 2 2 32 134 51 148 369
Pastel 3 2 22 39 83 220 369
Lumpia Goreng 0 7 14 26 95 227 369
Cakue 5 2 16 42 79 225 369
Muffin 3 6 6 42 78 234 369
Kebab 4 5 37 53 135 135 369
Cakes 1 2 7 47 145 167 369
Kue Lobak Goreng 14 9 43 37 91 175 369
Mochi 5 4 33 68 39 220 369
Jamur Crispy 1 5 60 47 97 159 369
Sostel Gulung 0 12 58 99 77 123 369
Bakso 2 4 87 33 85 158 369
Putu Bambu 0 3 36 15 63 252 369
Kue Cubit 0 0 26 44 69 230 369
Pop Corn 0 0 41 29 71 228 369
Molen 21 11 49 59 49 180 369
Roti Bakar 8 23 55 46 78 159 369
Es Krim Goreng 0 0 27 19 56 267 369
Martabak Indomie 0 0 13 21 62 273 369
Kue Lupis 2 7 24 9 63 264 369
Coca Cola 15 15 39 13 103 184 369
Fanta 4 8 20 29 147 161 369
Sprite 7 4 28 4 119 207 369
Pepsi 13 6 5 21 125 199 369
Pop Ice 4 11 23 38 75 218 369
Thai Tea 5 21 21 78 43 201 369
Bubble Tea 7 21 12 29 97 203 369
Teh Dalam
Kemasan 51 38 42 120 76 42 369
Choco Jelly 5 9 16 71 119 149 369
Cendol 0 15 21 13 117 203 369
Es Campur 6 8 19 18 119 199 369
Es Dawet 6 9 29 35 79 211 369
Es Potong 4 17 15 29 75 229 369
Es Kepal 8 15 14 25 69 238 369
Mocha Float 0 9 21 10 73 256 369
Mango Float 0 8 15 22 77 247 369
Tropical Float 0 0 12 13 68 276 369
Es Kolang Kaling 5 3 32 43 19 267 369
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa makanan yang paling sering dikonsumsi dengan frekuensi > 1x / hari adalah permen (56), sedangkan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh responden dengan frekuensi 1x / hari adalah snack (98). Lalu dapat dilihat juga bahwa makanan yang paling sering dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x / minggu yaitu es krim (159). Sedangkan junk food yang paling sering pada frekuensi 4-6x / minggu adalah mie instan (165). Dan selain itu dapat dilihat juga pada frekuensi 1-3x / bulan terdapat martabak kubang (185) sebagai junk food yang paling sering dikonsumsi.
f. Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas Tabel 4.7
Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar Tahun 2018
No Jenis
Kelamin
Obesitas Jumlah
P
Value α
Normal Obesitas
N %
F % F %
1 Laki-Laki 85 51,2 80 48,8 165 100,0
0,001 0,05
2 Perempuan 141 69,1 63 30,9 204 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari 165 responden yang berjenis kelamin laki-laki, ternyata 80 orang (64%) diantaranya mengalami obesitas. Sedangkan dari 204 responden yang berjenis kelamin perempuan, hanya 63 orang (30,9%) yang mengalami obesitas.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square maka diperoleh Pvalue = 0,001, artinya hipotesa diterima (Pvalue ≤ 0,05) atau ada hubungan antara Jenis Kelamin dengan Obesitas pada Siswa/Siswi di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar.
g. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas Tabel 4.8
Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar Tahun 2018
No
Konsumsi Junk Food
Obesitas Jumlah
P
Value α
Normal Obesitas
N %
F % F %
1 Sering 9 36,0 16 64,0 25 100,0
0,007 0,05
2 Jarang 217 63,1 127 36,9 344 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa dari 25 responden yang sering mengkonsumsi junk food ternyata 16 orang (64%) diantaranya mengalami obesitas.
Sedangkan dari 344 responden yang jarang mengkonsumsi junk food, ternyata hanya sebanyak 127 orang (36,9%) yang mengalami obesitas.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square maka diperoleh Pvalue = 0,007, artinya hipotesa diterima (Pvalue ≤ 0,05) atau ada hubungan antara Konsumsi Junk Food dengan Obesitas pada Siswa/Siswi di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar.
h. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas Tabel 4.9
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Siswa/Siswi SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar Tahun 2018
No Aktivitas Fisik
Obesitas Jumlah
P Value
α Normal Obesitas
n %
F % F %
1 Rendah 108 52,7 97 47,3 205 100,0
0,001 0,05
2 Sedang 105 71,4 42 28,6 147 100,0
3 Tinggi 13 76,5 4 23,5 17 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa dari 205 responden yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas rendah ternyata 97 orang (47,3%) diantaranya mengalami obesitas. Sedangkan dari 147 responden yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang ternyata hanya 42 orang (28,6%) yang mengalami obesitas. Begitu juga jika dilihat dari 17 responden yang melakukan aktivitas fisik tinggi, hanya terdapat 4 orang (23,5%) yang mengalami obesitas.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square maka diperoleh Pvalue = 0,001, artinya hipotesa diterima (Pvalue ≤ 0,05) atau ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Siswa/Siswi di SMA Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar.
4.2.2 Hasil Akhir Analisis Multivariat
Tabel 4.10 Model Akhir Uji Regresi Logistik Berganda
Variabel OR P Value 95% CI
Jenis Kelamin 0,329 0,000 0,204 – 0,530
Konsumsi Junk Food 3,209 0,012 1,298 – 7,933
Aktivitas Fisik 0,371 0,000 0,233 – 0,590
Pada penelitian ini, konsumsi junk food merupakan faktor risiko dominan yang menyebabkan terjadinya obesitas pada responden, dimana risiko siswa yang sering mengkonsumsi junk food 3,209 kali kemungkinan mengalami obesitas dibandingkan siswa yang jarang mengkonsumsi junk food.
4.2.3 PEMBAHASAN
a. Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas
Hasil penelitian (Tabel 4.7) menunjukkan bahwa proporsi obesitas lebih tinggi pada remaja yang berjenis kelamin laki-laki (64%) dibandingkan dengan remaja yang berjenis kelamin perempuan (30,9%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas pada remaja dimana Pvalue = 0,001.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian pada tahun 2015 di SMAN Kota Yogyakarta dengan proporsi obesitas lebih tinggi pada remaja laki-laki (83,3%) dibandingkan dengan remaja perempuan (16,7%) (Kurdanti W., 2015).
b. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Obesitas
Hasil penelitian (Tabel 4.8) menunjukkan bahwa proporsi obesitas lebih tinggi pada remaja yang sering mengkonsumsi junk food (64%) dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi junk food (36,9%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi junk food dengan obesitas pada remaja dimana Pvalue = 0,007.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pada tahun 2014 di Akademi Kebida nan Muhammadiyah Banda Aceh dengan proporsi obesitas lebih tinggi pada remaja yang sering mengkonsumsi junk food (45,16%) dibandingkan remaja yang jarang mengkonsumsi junk food (5,88%) (Wahyuni S., 2014). Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di Manado dengan persentase obesitas pada responden yang sering mengkonsumsi junk food sebanyak 46 responden (33,8%) sedangkan pada responden yang jarang mengkonsumsi junk food sebanyak 22 responden (16,5%) yang menunjukkan terdapat hubungan antara konsumsi junk food dengan terjadinya obesitas (Damopolii, et al., 2013). Hal ini karena kandungan dari junk food tersebut yang tinggi kalori, tinggi gula, dan rendah serat serta nutrisi, sehingga bila dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan (obesitas).
c. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas
Hasil penelitian (Tabel 4.9) menunjukkan bahwa remaja obesitas cenderung melakukan aktivitas fisik yang rendah (47,3%), sedangkan aktivitas sedang hanya 28,6%
dilakukan oleh remaja dengan obesitas. Dan begitu juga dapat dilihat prevalensi remaja obesitas yang melakukan aktivitas fisik yang tinggi hanya sebanyak 23,5%. Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja dimana Pvalue = 0,001.
Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di tahun 2010 pada orang dewasa di Indonesia dengan prevalensi obesitas pada responden dengan aktivitas fisik rendah sebesar 13,36% lebih tinggi dibandingkan pada responden dengan aktivitas fisik sedang (Sudikno, et al., 2010).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya obesitas pada remaja di SMA Swasta Sultan Agung Pematang Siantar (Pvalue = 0,001)
2. Ada hubungan antara konsumsi junk food dengan terjadinya obesitas pada remaja di SMA Swasta Sultan Agung Pematang Siantar (Pvalue = 0,007)
3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja di SMA Perguruan Sultan Agung Pematang Siantar (Pvalue = 0,001)
4. Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan bahwa obesitas dipengaruhi oleh konsumsi junk food sebagai faktor dominan dimana kemungkinan sering
mengkonsumsi junk food 3,209 kali menyebabkan obesitas dibandingkan dengan siswa yang jarang mengkonsumsi junk food.
5.2 SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Melakukan upaya promotif dan preventif terhadap masalah obesitas, dengan langkah mengundang ahli gizi untuk memberikan informasi dan edukasi khususnya mengenai obesitas, dan juga menerapkan olahraga rutin (misalnya : senam pagi ± 30 menit setiap harinya sebelum memulai proses belajar mengajar) untuk menjaga kesehatan, serta semakin meningkatkan minat siswa/siswi dalam kegiatan ekskul olahraga. Selain itu dapat juga dengan menyediakan buku bacaan yang lebih spesifik tentang obesitas.
2. Bagi Pemerintah
Meningkatkan program penanggulangan gizi lebih pada remaja dengan memberikan pendidikan tentang gizi, khususnya tentang efek dari konsumsi junk food, dengan menugaskan ahli gizi untuk memberikan penyuluhan kepada remaja di sekolah ataupun akademi pendidikan secara rutin.
3. Bagi Peneliti Lain
Untuk meneliti lebih kompleks dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda, menentukan status obesitas menggunakan pengukuran antropometri yang lebih valid, merinci semua aktivitas fisik dan lamanya aktivitas dilakukan selama 24 jam kemudia dicocokkan dengan tabel pengeluaran energi, dan membandingkan konsumsi junk food pada remaja perkotaan dengan remaja pedesaan. Sehingga hasil penelitian jauh lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Agita, K., Hardini, A.P., & Kevinti, F. (2011). Pengaruh Pola Makan Sehat Dan Seimbang Bagi Kesehatan Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta II.
Alan, M. A, R. Leddin, N. Subhan, M. Rahman, P. Jain, and H. M Reza. 2013. Benefisial Role of Bitter Melon Supplementation in Obesity and Related Complication Metabolic Syndrome. J. Lipids, 2015: 496169.
Almatsier, S., Susirah., Moesijanuarti S,. 2011. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Gramedia.
Jakarta: Gramedia.
Anggraini D.I., Labibah Z., 2016, ‘Diet Mediterania dan Manfaatnya terhadap Kesehatan Jantung dan Kardiovaskular’ , Medical Journal of Lampung University, vol. 5, no. 3.
Available from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1060
Arthur C. Guyton, M.D. John E. Hall PD. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC;
2012. 917-918 p.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) 2013.
Chaenurisah L., Syamsianah A., Noor Y., 2016, ‘Perbedaan Penurunan Berat Badan
berdasarkan Ketaatan Pelaku Diet Kombinasi Makanan Serasi (Food Combining) di Komunitas Qita Sehat dengan Fc di Kota Semarang’, Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, vol. 5, No. 1. Available from:
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/view/1943
Damopolii, W., N. Mayulu dan G. Masi. 2013. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado.
Dedeh K, Hilmansyah H, Astuti M.P. dan Saiful I. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Kompas Gramedia.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), Jakarta.
Dewi, S.R. 2013. Hubungan antara Pengetahuan Gizi, Sikap terhadap Gizi, dan Pola Konsumsi Siswa Kelas XII Program Keahlian Jasa Boga di SMKN 6 Yogyakarta.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Diana R., Yulia I., Yasmin G., dkk. Faktor Resiko Kegemukan pada Wanita Dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan 2013; 8(1): 1-8.
Foroughian S. A quantitative and qualitative study of lifestyle and obesity in Asian Adolescents in New Zealand. PhD thesis. Auckland: The University of Auckland, 2010.
Ginanjar, GW. 2008. Obesitas pada Anak. Jakarta: PT. Mizan Publika
Galuska, DA and Khan, L K. 2009. Obesity: A public health perspective. In: Present Knowledge in Nutrition. 8th Edition.
Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Fifth edition.
Belmont: Wadsworth, 2009.
Hattori T, Murase T, Takatsu M, Matsuura N, Watanabe S, Murohara T, Nagata K, 2014, Dietary Salt Restrictionn Improves Cardiac and Adipose Tissue Pathology
Independently of Obesity in a Rat Model of Metabolic Syndrome
Hu T., Mills K.T., Yao L., Demanelis K., Eloustaz M., Yancy W.S., Kelly T.N., He J., Bazzano L.A., 2012, ‘Effects of Low-Carbohydrate Diets Versus Low-Fat Diets on Metabolic Risk Factors: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Clinical Trials’, American Journal of Epidemiology, vol. 176, no. 7. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3530364