• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Korelasi Ekspor Dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Korelasi Ekspor Dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

OLEH: NADIA SAFITRI

110304059 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KORELASI EKSPOR DAN IMPOR BEBERAPA

KOMODITI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP

PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

OLEH: NADIA SAFITRI

110304059 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

NIP. 196411021989032001 NIP. 196510081992031001 Ir. Luhut Sihombing, MP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

i

Nadia Safitri (110304059) dengan judul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing.

Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dan impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; untuk menganalisis korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis korelasi dengan menggunakan alat SPSS 20 (Statistical Package for Social Science). Data yang digunakan adalah data ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun 1996-2013.

Hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi yang nyata dan positif antara variabel nilai total ekspor sektor pertanian, nilai FOB Lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi, coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total impor sektor pertanian, nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak dan Tepung Gandum dan Meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

(4)

ii

Nadia Safitri, lahir di Padangsidimpuan pada tanggal 10 April 1993, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, putri dari Bapak Drs. Toli Siregar dan Ibu Dra. Sariati Sabirin.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1999 masuk SD Negeri 26 Padangsidimpuan lulus tahun 2005. 2. Tahun 2005 masuk MTs Negeri Padangsidimpuan lulus tahun 2008. 3. Tahun 2008 masuk SMA Nurul ‘Ilmi Padangsidimpuan lulus tahun 2011. 4. Tahun 2010 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tertinggi Negeri Tertulis (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang Cengal Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tanggal 07 Agustus-06 September 2014.

(5)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya, serta segala kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang telah dianugrahkanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara”. Penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.

(6)

iv Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf akademik dan pegawai Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh Pegawai Badan Pusat Statistik dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

9. Ayahanda tercinta Bapak Drs. Toli Siregar dan Ibunda tercinta Sariati Sabirin, kedua orangtua yang telah banyak memberikan pelajaran kehidupan, mendidik dengan penuh kasih dan sayang, serta menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakanda, abangda dan adinda tercinta, Citra Ovalisa Rahmi, SKM, Aziz Putra Sentosa, S.Pd, Dewi Sartika dan Linda Tamara yang telah memberikan dukungan berupa doa dan semangat.

11.Teman-teman seperjuangan Dena Manuela SP, Marisca SP, Natalina SP, Sri Sepriani SP, Wenny Mahdalena SP, Zusra SP, Meiska SP, Yosevani SP, Warni SP, Yohana SP, Sri Ayu SP, Nidya Diani SP, Sonia SP, Chairia SP, Faqita SP, Anil SP, Denti SP, Fadhil SP, Fitrah SP dan Saidul Khudri Panjaitan SP, yang telah memberi perhatian dan dukungan, serta telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

(7)

v

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Medan, 2015

(8)

vi

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6

2.2 Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Pemikiran ... 23

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.3 Metode Analisis Data ... 28

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 32

3.1.1 Defenisi ... 32

(9)

vii

4.1.2 Kondisi Demografi... 34 4.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara ... 36 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor Sektor

Pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto ... 44 5.2 korelasi nilai total dan komoditi utama impor

Sektor Pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto ... 61 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

(10)

viii

No. Judul Hal.

1. PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan, 2 1996-2013

2. Ekspor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012 3 3. Impor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012 3 4. Perkembangan Ekspor NonMigas (Provinsi) Periode, 26

2010-2014

5. Perkembangan Impor NonMigas (Provinsi) Periode, 27 2010-2014

6. Nilai Korelasi Menurut Guilford 30

7. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013 35 8. PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia (Milyar Rupiah) 38

serta Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 1996-2013

9. Volume Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 40 2008-2012

10. Nilai FOB Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 41 2008-2012

11. Volume Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 42 2008-2012

12. Nilai CIF Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 43 2008-2012

13. Korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor sektor pertanian 45 dengan Produk Domestik Regional Bruto

14. Ekspor Sektor Pertanian Sumatera Utara 1996-2013 47 15. Ekspor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian 1996-2013 49 16. Perkembangan Harga Ekspor Lemak dan Minyak Nabati 52

dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

17. Perkembangan Harga Ekspor Getah Karet Alam 1996-2013 54 18. Perkembangan Harga Ekspor Coklat Tahun 1996-2013 57 19. Korelasi nilai total dan komoditi utama impor sektor pertanian 61 20. dengan Produk Domestik Regional Bruto

21. Impor Sektor Pertanian Sumatera Utara 1996-2013 63 22. Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian 1996-2013 65

(11)

ix

No. Judul Hal.

1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya 14

2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran 17

3. Fungsi Impor dan Perubahannya 20

4. Kerangka Pemikiran 24

5. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara dan PDB Nasional Tahun 39 1996-2013 (Persen)

6. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Sektor Pertanian dan 48 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

7. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 51 Lemak dan Minyak Nabati Tahun 1996-2013

8. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 53 Getah Karet Alam Tahun 1996-2013

9. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 55 Kopi Tahun 1996-2013

10. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi 56 Coklat Tahun 1996-2013

11. Perkembangan Nilai CIF Impor Sektor Pertanian dan 64 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

12. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai CIF Impor Komoditi 66 Biji & Buah mengandung Minyak Tahun 1996-2013

(12)

x

No. Judul

1. Tabel Ekspor Sumatera Utara Menurut Sektor, 1996-2013

2. Tabel Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama 3 Digit SITC, 1996-2013

3. Tabel Impor Sumatera Utara Menurut Sektor, 1996-2013

4. Tabel Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama 3 Digit SITC, 1996-2013

5. Tabel PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 1996-2013

6. Tabel PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 1996-2013

7. Output Korelasi Ekspor Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

8. Output Korelasi Ekspor Komoditi Utama Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Lemak dan Minyak Nabati

b. Getah Karet Alam c. Kopi

d. Coklat

9. Output Korelasi Impor Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

10.Output Korelasi Impor Komoditi Utama Sektor Pertanian Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(13)

i

Nadia Safitri (110304059) dengan judul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing.

Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dan impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; untuk menganalisis korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis korelasi dengan menggunakan alat SPSS 20 (Statistical Package for Social Science). Data yang digunakan adalah data ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun 1996-2013.

Hasil penelitian menunjukan terdapat korelasi yang nyata dan positif antara variabel nilai total ekspor sektor pertanian, nilai FOB Lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi, coklat dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara; terdapat korelasi yang nyata dan positif antara nilai total impor sektor pertanian, nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak dan Tepung Gandum dan Meslin dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

(14)

1 1.1Latar Belakang

Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010).

(15)

Adapun PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 1996-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan, 1996-2013 Tahun PDRB (Milyar Rupiah) Pertumbuhan

Ekonomi

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, tahun 1996-2013

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2013 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6,01 persen, menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,22 persen. Salah satu penyebab yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan tersebut adalah menurunnya ekspor (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2013).

(16)

daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya (Todaro, 1993).

Berikut disajikan Tabel perkembangan ekspor Sumatera Utara menurut sektor tahun 2008-1012.

Tabel 2. Ekspor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012 Tahun

Berat Bersih (ton) 2008 2009 2010 2011 2012 Minyak dan Gas

Bumi

- - - - -

Pertanian 1.042.467 976.542 1.077.691 1.050.217 1.020.007 Pertambangan &

Penggalian

113.811 101.180 69.662 262.987 134.625 Industri 7.364.544 6.981.150 6.844.631 6.847.717 7.541.185

Lainnya 71 55 119 83 125

Jumlah 8.520.892 8.058.927 7.992.103 8.161.003 8.695.942

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa perkembangan ekspor sektor pertanian selama tahun 2008-2012 relatif mengalami penurunan. Kenaikan nilai ekspor sektor pertanian hanya terjadi pada tahun 2010. Sektor yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah sektor industri dan selanjutnya disusul oleh sektor pertanian. Tabel 3. Impor Sumatera Utara menurut Sektor, 2008-2012

Tahun

Pertanian 271.704 311.415 335.684 544.531 587.835 Pertambangan

& Penggalian

313.644 352.611 410.790 565.837 427.324 Industri 5.295.050 4.572.378 5.424.706 5.606.821 5.798.142

Lainnya 247 149 550 842 599

Jumlah 5.880.759 5.236.553 6.171.734 6.718.063 6.813.898

(17)

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa perkembangan impor sektor pertanian Sumatera Utara selama tahun 2008-2012 terus mengalami peningkatan. Sektor yang memiliki jumlah impor tertinggi adalah sektor industri. Kemudian disusul oleh sektor pertanian pada posisi kedua.

Sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi sumber unggulan ekspor yang dapat meningkatkan peranannya dalam perekonomian daerah. Namun dalam perjalanannya masih banyak hambatan yang dihadapi, sehingga yang terjadi sampai saat ini adalah sulitnya meningkatkan peranan sektor tersebut terhadap perekonomian Sumatera Utara.Berdasarkandata-data ekspor dan impor Sumatera Utara yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat bahwa peranan variabel ekspor dan variabel impor jelas memberi sumbangan/kontribusi terhadap perekonomian di Sumatera Utara sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian atas variabel-variabel tersebut dengan judul “Analisis Korelasi Ekspor dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1) Bagaimana korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara?

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama

sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara. 2) Untuk menganalisis korelasi nilai total impor dan nilai impor komoditi utama

sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam penentuan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya mengenai ekspor dan impor sektor pertanian di Sumatera Utara.

2) Sebagai bahan informasi bagi para pelaku ekspor dan impor khususnya di sektor pertanian dalam menjalankan usahanya.

(19)

6 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan pengolahan barang industri, pertanian dan perdagangan (Badudu, 2001).

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Saerofi, 2005).

Berdasarkan definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi dan prioritas yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga keseluruhan pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional (Choirullah, 2007).

(20)

merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Secara umum permasalahan pokok pembangunan di Indonesia dalam konteks penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 adalah (Yuliadi, 2009):

a. Tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

c. Kesenjangan pembangunan antar kelompok, wilayah dan daerah di Indonesia. d. Menurunnya kualitas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.

e. Rendahnya penegakkan hukum dan keadilan.

f. Tingginya angka kejahatan dan masih adanya potensi konflik horisontal. g. Ancaman separatisme dan rendahnya kemampuan Hankam.

h. Kelembagaan demokrasi yang masih lemah.

(21)

a. Peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara berkelanjutan melalui penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang kompetitif.

b. Implementasi tata ruang wilayah secara konsisten untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

c. Program diversifikasi pangan nasional melalui pengembangan pangan non beras untuk meningkatkan alternatif pangan rakyat menuju swasembada pangan.

d. Pengembangan industri manufaktur yang mengandung nilai tambah (value added) yang tinggi sekaligus dapat menyerap tenaga kerja serta mendorong kegiatan ekonomi terkait.

e. Pengembangan industri pendukung untuk memperkuat struktur industri nasional yang kokoh dan stabil bagi pengembangan sektor-sektor ekonomi terkait.

f. Peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan dan penerapan Iptek dalam kegiatan bisnis dan ekonomi.

(22)

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Menurut Sjafrizal (2008) ada beberapa model dalam pertumbuhan ekonomi daerah yaitu :

a. Model Basis Ekspor (Export-Base Model)

(23)

b. Model Interregional Income

Perluasan dari Model Basis Ekspor dapat dilakukan dengan memasukkan unsur hubungan ekonomi antar wilayah yang dikenal sebagai Interregional Income Model yang dikembangkan oleh Harry W. Richardson (1978). Dalam model ini, ekspor diasumsikan sebagai faktor yang berada dalam sistem yang ditentukan oleh perkembangan kegiatan perdagangan antar wilayah. Kegiatan perdagangan antar daerah tersebut dibagi atas barang konsumsi dan barang modal.

c. Model Neo-Klasik

Model ini dipelopori oleh George H. Bort (1960) dengan mendasarkan analisisnya pada teori Ekonomi Neo-Klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah.

d. Model Penyebab Berkumulatif

(24)

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2012) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung PDRB yang dihasilkan suatu wilayah ada empat pendekatan yang digunakan, yaitu :

a. Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

b. Pendekatan pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi:

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja). 2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah). 3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal).

4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill).

c. Pendekatan pengeluaran, yaitu model pendekatan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto. 3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

(25)

perhitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung dengan tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sedangkan untuk cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut: 1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan dinilai

atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai PDRB.

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi.

2.1.4 Hubungan Ekspor dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bagi banyak negara, termasuk Indonesia, perdagangan internasional, khususnya ekspor, mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004).

(26)

industri, sehingga mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian.

Ekspor akan menghasilkan devisa, selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri. Secara teoritis (hipotesis), dengan adanya pertumbuhan ekspor maka akan terjadi peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta terjadinya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Tambunan, 2001).

(27)

Sumber : Sukirno, 2006

Gambar 1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya

Bagian (a) dari Gambar 1. menunujukkan fungsi ekspor. Fungsi menunjukkan ekspor adalah pengeluaran otonomi yaitu tingkatnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Pada berbagai tingkat pendapatan nasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. ekspor tetap sebanyak X0. Bagian (b) dari Gambar 1. menunjukkan perubahan ekspor. Pada mulanya fungsi ekspor adalah X0. Kenaikan ekspor memindahkan fungsi ekspor dari X0 menjadi X1. Perubahan ini berarti pada berbagai tingkat pendapatan nasional ekspor telah bertambah dari X0 menjadi X1. Keadaan ini menggambarkan bahwa ekspor merupakan pengeluaran otonomi. Ekspor juga bisa mengalami kemerosotan, yaitu seperti digambarkan oelh perpindahan fungsi dari X0 menjadi X2 (Sukirno, 2006).

Hasil produksi (output) yang dihasilkan suatu negara sebagian akan dibeli oleh pihak luar negeri dan sebagian lagi akan dipasarkan di dalam negeri. Dan sebagian pendapatan domestik akan digunakan untuk membeli barang dan jasa dari luar

X0 X

Y

X1

X0

X2 X

(28)

negeri. Hal inilah yang disebut dengan perdagangan internasional. Dalam persamaan GDP untuk perekonomian terbuka, ditunjukkan bahwa penjualan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan nasional suatu negara meliputi juga penjualan kepada negara lain.

Persamaan pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X - M)

Dimana : Y = PDRB C = Konsumsi I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor

M = Impor

Dalam perekonomian terbuka ini ekspor sama halnya dengan investasi yang merupakan tambahan bagi arus pendapatan suatu negara sedangkan impor sama halnya dengan tabungan, dapat dipandang sebagai kebocoran. Ekspor dan investasi cenderung merangsang produksi domestik, sedangkan impor dan tabungan cenderung menurunkan output domestik karena kedua hal tersebut membuat pendapatan menghilang yang sedianya dapat digunakan untuk berproduksi.

(29)

ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996).

Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.

(30)

Gambar 2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran

Dana untuk Investasi

(Upah, Sewa, Bunga, Laba)

Pembayaran Faktor

Pendapatan Nasional (NI)

Pasar

(31)

1) Rumahtangga

Rumahtangga merupakan salah satu unit pengambil keputusan yang menyediakan dalam arti menjual atau menyewakan factor-faktor produksi kepada perusahaan. Untuk itu rumahtangga menerima pendapatan berupa upah, bunga, sewa dan laba atas jasanya menyediakan faktor-faktor produksi tersebut. Selain itu rumah tangga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

2) Perusahaan

Perusahaan adalah organisasi yang terdiri dari produsen yang menghasilkan dan menawarkan barang dan jasa melalui pasar produk. Barang-barang dan jasa tersebut dihasilkan dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang disewa atau dibeli dari rumahtangga. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

3) Pemerintah

Pemerintah adalah suatu organisasi yang memiliki dua fungsi utama yaitu menyediakan barang dan jasa kepada rumahtangga dan perusahaan dan melakukan redistribusi pendapatan kekayaan (redistribution of income and wealth).

4) Sektor Luar Negeri

(32)

hal ini menunjukkan aliran uang ke luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan di luar negeri. Ekspor netto (Xn) adalah ekspor (X) kurang impor (M) (Nanga, 2005).

(33)

Gambar 3. Fungsi Impor dan Perubahannya

Gambar (a) menunjukkan fungsi impor bagi suatu masa tertentu. Dua pendekatakan dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi impor. Pertama, dapat dimisalkan nilai impor adalah proporsional dengan pendapatan nasional, maka persamaan fungsi impor adalah M = My dimana m menggambarkan tingkat perubahan impor akibat dari perubahan pendapatan masyarakat dan pendapatan

M

(34)

nasional. Seterusnya dapat pula dimisalkan sebagian dari impor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional (misalnya pengusaha membeli barang modal dari luar negeri tidak tergantung kepada pendapatan nasional). Apabila hal seperti ini dipertimbangkan fungsi impor haruslah digambarkan oleh fungsi M = M0 + My dimana M0 merupakan nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Dalam pemisalan seperti ini formula fungsi impor akan dinyatakan dengan menggunakan persamaan M = M0 + My.

Gambar (b) menunjukkan perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu. Dalam gambar b (i) kecondongan mengimpor, yaitu nilai m, mengalami perubahan. Pergeseran dari M1 ke M2 menggambarkan kecondongan mengimpor berkurang. Perubahan dari M1 ke M3 menggambarkan kecondongan mengimpor meningkat. Dalam gambar b (ii) ditunjukkan perubahan fungsi impor yang sejajar. Perubahan fungsi impor dari M1 menjadi M3 menggambarkan impor menjadi semakin meningkat pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sebagai contoh, pada pendapatan nasional Y0 impor nilainya telah meningkat dari Ma menjadi Mb. Contoh dari perubahan ini adalah efek inflasi dalam negeri terhadap impor. Fungsi impor yang mengalami perubahan dari M1 ke M2 menggambarkan pengurangan impor pada setiap tingkat pendapatan nasional. Misalnya, pada pendapatan nasional Y0 impor berkurang dari Ma menjadi Mc. kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu factor yang bisa menimbulkan perubahan tersebut (Sukirno, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

(35)

Sumatera Utara”. Metode yang digunakan yaitu model analisis korelasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang searah antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara. Hubungan Korelasi antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara sebesar 35% dengan tingkat keyakinan 60%. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB cenderung mengalami peningkatan dan pertumbuhan sektor pertambangan selalu mengalami fluktuasi.

(36)

Henny B. M. Surbakti (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Impor Industri Terhadap Perkembangan Industri Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali tahun 1997 dan 1998 dimana negara mengalami krisis ekonomi dan moneter. Variabel ekspor berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 90 %. Sedangkan variabel impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 95 %.

2.3 Kerangka Pemikiran

(37)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Proses Hubungan

Impor Sektor Pertanian (US$)

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp)

Ekspor Sektor Pertanian (US$)

Perekonomian Sumatera Utara

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp) Komoditi Utama

- Lemak & minyak nabati - Getah karet alam

- Kopi - Coklat

Komoditi Utama

- Biji & Buah

mengandung Minyak Berkulit lunak

- Tepung Gandum dan

(38)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

(39)

26 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), artinya daerah penelitian didasarkan atas pertimbangan/tujuan tertentu (Soewadji, 2012). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih dengan alasan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang termasuk dalam 6 besar provinsi penyumbang ekspor terbesar di Indonesia dan di Provinsi Sumatera Utara terjadi fluktuasi terhadap nilai ekspor pertanian dengan kecenderungan nilai ekspor yang terus menurun serta menunjukkan trend yang negatif dan kecenderungan nilai impor yang terus meningkat. Dan begitu juga untuk impor nonmigas, Provisi Sumatera Utara berada pada urutan ke-6 impor tertinggi di Indonesia. Adapun data perkembangan ekspor dan impor nonmigas Provinsi periode 2010-2014 disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Perkembangan Ekspor NonMigas (Provinsi) Periode : 2010-2014

No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Trend

(40)

Tabel 5. Perkembangan Impor NonMigas (Provinsi) Periode : 2010-2014

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2015

3.2 Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ekspor sektor pertanian, impor sektor pertanian, dan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.

Data ekspor sektor pertanian yang digunakan yaitu data nilai FOB Ekspor Sektor Pertanian, nilai ekspor FOB komoditi lemak & minyak nabati, getah karet alam, kopi dan coklat di Provinsi Sumatera Utara. Data impor sektor pertanian yang digunakan yaitu data nilai CIF impor Sektor Pertanian, nilai impor CIF komoditi Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan Tepung Gandum dan Meslin di Provinsi Sumatera Utara.

(41)

Produk Domestik Regional Bruto yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan , yaitu PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series (runtun waktu) yaitu tahun 1996 sampai dengan tahun 2013.

3.3 Metode Analisis Data

3) Untuk tujuan pertama, yaitu untuk menganalisis korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara akan dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Korelasi adalah salah satu cara dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua macam variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Soleh, 2005).

Metode korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson. Penggunaan korelasi pearson ini merujuk pada skala data yang digunakan dalam penelitian. Nilai ekspor sektor pertanian, nilai impor sektor pertanian dan juga Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan, kesemuanya merupakan skala data rasio.

Menurut Supriana (2012) secara matematis rumus korelasi pearson dapat ditulis sebagai berikut :

���� =

�∑� −

(42)

Keterangan :

X1 = Nilai Total Ekspor Sektor Pertanian (US$)

rX1Y = Korelasi Nilai Total Ekspor Sektor Pertanian dan PDRB Sumatera Utara

X2 = Nilai FOB Lemak & Minyak nabati (US$) X3 = Nilai FOB Getah karet alam (US$)

X4 = Nilai FOB Kopi (US$) X5 = Nilai FOB Coklat (US$)

rX2Y = Korelasi Nilai FOB Lemak & Minyak nabati dan PDRB Sumatera Utara rX3Y = Korelasi Nilai FOB Getah Karet Alam dan PDRB Sumatera Utara rX4Y = Korelasi Nilai FOB Kopi dan PDRB Sumatera Utara

rX5Y = Korelasi Nilai FOB Coklat dan PDRB Sumatera Utara

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara (Rp)

Nilai dari koefisien korelasi berada pada kisaran (-1 s/d 1). Derajat koefisien korelasi dilihat dari :

1) Tanda dari derajat keeratan tersebut, positif atau negatif.

- Koefisien korelasi kedua variabel akan negatif (-) apabila salah satu variabel meiliki korelasi yang bertolak belakang dengan variabel lainnya. Jika nilai satu variabel meningkat maka nilai variabel lainnya menurun.

(43)

2) Besar nilai dari derajat keeratan. Untuk membaca nilai dari derajat keeratan dapat digunakan klasifikasi korelasi dua variabel Guilford.

Tabel 6. Nilai Korelasi Menurut Guilford

Koefisien korelasi Keterangan

< 0,2 Tidak terdapat korelasi

0,2 s/d 0,4 Korelasi kedua variabel lemah 0,4 s/d 0,7 Korelasi kedua variabel sedang 0,7 s/d 0,9 Korelasi kedua variabel kuat

0,9 s/d 1 Korelasi kedua variabel sangat kuat

Sumber : Dasar Ekonometrika, 2012

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian dua arah (two tailed). Pengujian dua arah (two tailed) digunakan untuk menguji hipotesis

nondirectional (belum jelas arahnya) (Muhson, 2013).

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Jika nilai signifikan > 0,05 ; maka H0 diterima = (Tidak ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

- Jika nilai signifikan < 0,05 ; maka H1 diterima = (Ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

(44)

korelasi. Korelasi adalah salah satu cara dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua macam variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Soleh, 2005).

Menurut Supriana (2012) secara matematis rumus korelasi pearson dapat ditulis sebagai berikut :

���� =

�∑� −

�(�∑��−(∑�)�(�∑��−(∑�)�)

Keterangan :

X6 = Nilai Total Impor Sektor Pertanian (US$)

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara (Rp)

rX6Y = Korelasi Nilai Total Impor Sektor Pertanian dan PDRB Sumatera Utara

X7 = Nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak (US$) X8 = Nilai CIF Tepung Gandum dan Meslin (US$)

rX7Y = Korelasi Nilai CIF Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan PDRB Sumatera Utara

rX8Y = Korelasi Nilai CIF Tepung Gandum dan Meslin dan PDRB Sumatera Utara

(45)

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian dua arah (two tailed). Pengujian dua arah (two tailed) digunakan untuk menguji hipotesis

nondirectional (belum jelas arahnya) (Muhson, 2013).

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Jika nilai signifikan > 0,05 ; maka H0 diterima = (Tidak ada korelasi yang nyata antara nilai impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

- Jika nilai signifikan < 0,05 ; maka H1 diterima = (Ada korelasi yang nyata antara nilai impor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara).

3.4 Defenisi dan Batasan Operasioanal

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang beberapa istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.4.1 Defenisi

1) Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil masyarakat di Provinsi Sumatera Utara meningkat dalam jangka panjang.

2) Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk di Provinsi Sumatera Utara.

(46)

4) Impor adalah jumlah impor sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara dalam satuan ton.

5) Nilai Ekspor adalah Nilai FOB ekspor sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara dalam satuan US$.

6) Free On Board (FOB) adalah penawaran harga barang hanya sampai keatas kapal, biaya angkut dan asuransi belum/tidak termasuk

7) Nilai Impor adalah Nilai CIF impor sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara dalam dalam satuan US$.

8) Cost Insurance and Freight (CIF) adalah harga penawaran telah mencakup harga barang, biaya angkut dan asuransi.

9) Produk Domestik Regional Bruto adalah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara dalam satuan rupiah.

3.4.2 Batasan Operasional

1) Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara.

2) Data yang digunakan adalah data nilai ekspor sektor pertanian, nilai impor sektor pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Sumatera Utara yang merupakan data sekunder dari kurun waktu tahun 1996 sampai dengan tahun 2013.

(47)

34 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Berikut deskripsi Daerah penelitian Provinsi Sumatera Utara.

4.2.1 Luas dan Letak Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10- 40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

4.2.2 Kondisi Demografi

(48)

Adapun jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun 1996-2013 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1996 11.306.300

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, tahun 1996-2013

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1996-2013 relatif mengalami peningkatan. Penurunan jumlah penduduk hanya terjadi pada tahun 2010.

(49)

4.2Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara

4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Laju pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan potensi sumber daya alam suatu daerah. Jika potensi sumber daya alamnya tinggi maka kemungkinan akan tercapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara ditunjukkan oleh kenaikan PDRB setiap tahunnya.

Nilai PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai angka Rp. 403.933,1 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp. 142.537,1 milyar. Peranan PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku terhadap penciptaan PDB nasional hanya sebesar kurang lebih 5 persen. Dibandingkan dengan tahun 1996, PDRB Sumatera Utara sudah jauh meningkat dimana pada tahun tersebut PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku baru mencapai Rp. 28.173,1 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp. 23.714,73 milyar.

(50)

pemulihan perekonomian nasional ke arah perbaikan mulai tampak di tahun 1999 dan berlanjut pada tahun 2000. Gejala perbaikan ekonomi tersebut ditunjukkan oleh perkembangan positif beberapa indikator makroekonomi yang diperlihatkan pada tahun 2000.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2013 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6,01 persen, menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,22 persen. Salah satu penyebab yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan tersebut adalah menurunnya ekspor. Laju pertumbuhan Sumatera Utara sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 diatas 6 persen. Perekonomian Sumatera Utara mulai stabil setelah pemulihan dari krisis global tahun 2008, yang dampaknya masih terlihat pada pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 5,07 persen.

Jika dibandingkan dengan angka nasional, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2013 terlihat lebih tinggi. Tahun tersebut perekonomian nasional tumbuh sebesar 5,78 persen. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 6,22 persen sedangkan nasional tumbuh sebesar 6,26 persen.

(51)

Tabel 8. PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia (Milyar Rupiah) serta Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 1996-2013

Sumatera Utara Indonesia

Tahun PDRB Pertum

buhan 1998 50.705,97 22.332,69 -11,93 955.753,47 376.374,85 -12,82 1999 61.957,56 22.910,08 2,59 1.099.731,5 379.352,47 0,79

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013

(52)

Gambar 5. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara dan PDB Nasional Tahun 1996-2013 (Persen)

Dari Gambar 5 menunjukkan bahwa, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara selalu berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional kecuali pada tahun 2000, 2005 dan 2012. Pertumbuhan ekonomi terendah pada tahun 1998 yaitu sebesar -12,82 dan tertinggi pada tahun 1996 yaitu sebesar 9,01.

4.2.2 Ekspor dan Impor Komoditi Utama Sumatera Utara

Salah satu faktor terjadinya perdagangan internasional adalah terbatasnya sumber daya. Sumber-sumber daya ini yang nantinya akan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi barang yang nantinya digunakan dalam perdagangan internasional melalui kegiatan ekspor impor. Kegiatan perdagangan internasional dalam hal ini ekspor dan impor sebenarnya adalah proses transaksi jual beli yang umum. Hanya saja kegiatan ekspor impor dilakukan secara lintas Negara yang mengakibatkan prosesnya yang lebih rumit. Barang yang diperdagangkan adalah barang mentah, setengah jadi, ataupun barang jadi yang selanjutnya akan disebut dengan komoditas. Komoditas adalah suatu produk atau barang yang diperdagangkan.

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(53)

Adapun volume dan nilai ekspor dan impor Sumatera Utara menurut komoditi utama disajikan pada tabel 9, 10, 11, dan 12 berikut.

Tabel 9.Volume Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008- 2012

Berat Bersih (ton) Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Lemak & Minyak Nabati

4.677.447 4.312.082 4.239.156 3.911.979 4.139.610 Getah Karet Alam 641.997 567.639 663.467 681.214 625.998 Barang-barang

Aluminium

152.522 153.614 154.721 137.521 150.176 Sigaret,Cerutu dsb 37.630 37.307 35.480 34.260 39.041

Kopi 62.888 67.318 78.813 78.505 78.473

Perlengk. Garmen Bkn Terkstil

45.377 49.676 51.084 43.735 42.010 Margarin/Mentega 304.178 210.780 210.747 319.094 262.103 Olahan minyak,

lemak nabati dan hewani

213.652 247.629 310.432 377.284 503.784

Coklat 52.859 55.453 58.051 40.348 37.777

Alkohol, Fenol, Fenol-Alkohol

87.866 145.860 125.193 159.546 199.635 Lainnya 2.244.477 2.211.568 2.064.959 2.377.523 2.617.333 Jumlah 8.520.892 8.058.927 7.992.103 8.161.003 8.695.942

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

(54)

mengalami peningkatan selanjutnya pada tahun 2011-2012 trend mengalami penurunan.

Tabel 10. Nilai FOB Ekspor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008-2012

4.181.613 2.726.016 3.615.016 4.287.988 3.921.229 Getah Karet

Alam

1.678.064 943.011 2.077.954 3.141.415 2.006.268

Barang-barangAluminium

405.472 244.216 331.604 330.794 299.031 Sigaret,Cerutudsb. 165.873 198.495 202.015 225.703 252.430 Kopi 211.007 203.646 262.598 455.218 441.059 Perlengk. Garmen

Bkn Terkstil

181.259 173.462 223.750 251.827 227.645 Margarin/

Mentega

332.154 167.992 217.308 411.300 294.036 Olahan minyak,

lemak nabati dan hewani

179.218 156.036 271.083 426.715 479.533

Coklat 119.043 140.375 163.908 123.828 91.988 Alkohol, Fenol,

Fenol-Alkohol

115.013 120.398 136.915 248.630 238.618 Lainnya 1.693.261 1.386.471 1.645.623 1.979.849 2.142.096 Jumlah 9.261.977 6.460.117 9.147.778 11.883.268 10.393.936

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

(55)

Tabel 11. Volume Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008-2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa komoditi impor yang termasuk dalam sektor pertanian ada 2 komoditi, yaitu Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan Tepung Gandum dan Meslin. Mengacu pada trend, perkembangan volume impor komoditi Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak selama kurun waktu 2008-2012 relatif mengalami peningkatan.. Sedangkan perkembangan volume impor komoditi Tepung Gandum dan Meslin selama kurun waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi. Dari tahun 2008-2010 tren mengalami peningkatan. Selanjutnya terjadi penurunan pada tahun 2011 dan 2012.

Berat Bersih

740.122 984.921 1.202.272 1.008.532 1.298.745 Makanan Ternak 441.980 466.520 532.061 589.787 641.431 Pupuk buatan

pabrik

1.026.901 425.342 784.824 993.523 834.374 Bijih Aluminium 427.054 472.286 441.730 401.336 494.109 Sisa Hasil Minyak

103.247 128.198 136.826 123.441 104.929 Semen, Kapur &

Bhn bangunan

(56)

Tabel 12. Nilai CIF Impor Sumatera Utara menurut Komoditi Utama, 2008-2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa komoditi impor yang termasuk dalam sektor pertanian ada 2 komoditi, yaitu Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak dan Tepung Gandum dan Meslin. Mengacu pada trend, perkembangan nilai impor komoditi Biji & Buah mengandung Minyak, Berkulit lunak selama kurun waktu 2008-2012 terus-menerus mengalami peningkatan. Sedangkan perkembangan nilai impor komoditi Tepung Gandum dan Meslin selama kurun waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi. Dari tahun 2008-2009 tren mengalami penurunan.

Nilai CIF (000

614.374 546.715 879.729 1.048.215 1.339.732 Makanan Ternak 214.977 214.423 236.052 291.927 358.194 Pupuk buatan

pabrik

(57)
(58)

45

5. 1 Korelasi nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Nilai Ekspor (Free On Board) adalah penawaran harga barang hanya sampai keatas kapal, biaya angkut dan asuransi belum/tidak termasuk. Ekspor akan menghasilkan devisa, selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri. Secara teoritis (hipotesis), dengan adanya pertumbuhan ekspor maka akan terjadi peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta terjadinya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Tambunan, 2001).

(59)

Dengan menggunakan data dari kurun waktu 1996-2013 diketahui bahwa korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Korelasi nilai total dan komoditi utama ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto

5.1.1 Korelasi nilai total ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis signifikansi yang diperoleh adalah 0.000 (<0.05) sehinnga H1 diterima. Artinya, ada korelasi yang nyata antara nilai total ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai koefisien korelasi pearson yang diperoleh (0.761), menyatakan bahwa korelasi antara kedua variabel tersebut adalah positif dan kuat, artinya ketika ekspor sektor pertanian mengalami kenaikan, maka Produk Domestik Regional Bruto juga naik.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2000) yang mengatakan bahwa bahwa terdapat hubungan yang searah dan positif antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara, artinya jika PDRB Sumatera Utara mengalami peningkatan maka ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara juga mengalami peningkatan.

(60)

Pendapatan nasional dianggap bukan penentu penting dari ekspor suatu negara. Ekspor akan secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Akan tetapi hubungan yang sebaliknya tidak selalu berlaku, yaitu kenaikan pendapatan nasional belum tentu menaikkan ekspor oleh karena pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai akibat kenaikan pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri. Ciri yang baru diterangkan tersebut menyebabkan ekspor dipandang sebagai pengeluaran otonomi yaitu pengeluaran yang besarnya tidak tergantung kepada pendapatan nasional (Sukirno, 2006).

Besarnya ekspor secara langsung mempengaruhi Pendapatan nasional, tapi tidak sebaliknya. Pendapatan Nasional bukan merupakan faktor yang menentukan besarnya ekspor suatu Negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara nilai total ekspor dan nilai ekspor komoditi sektor pertanian dengan PDRB Sumatera Utara kuat dan positif, artinya jika ekspor komoditi utama sektor pertanian dapat terus ditingkatkan maka Produk Domestik Regional Bruto akan naik sehingga hal tersebut berdampak positif bagi perekonomian Sumatera Utara.

(61)

Tabel 14. Ekspor Sektor Pertanian Sumatera Utara 1996-2013

1996 938.492 998.290.000 23.714,7

1997 885.801 891.707.000 25.065,4

1998 1.088.026 746.359.000 22.332,6

1999 981.148 625.157.000 22.910,0

2000 824.352 551.295.000 69.154,1

2001 1.035.361 665.936.000 71.908,3

2002 885.245 600.529.000 75.189,1

2003 838.057 686.911.000 78.805,6

2004 1.024.946 1.029.559.000 83.329,2

2005 1.044.992 1.222.394.000 87.897,8

2006 1.077.964 1.705.921.000 93.347,4

2007 1.107.505 1.850.403.000 99.792,3

2008 1.042.468 2.187.775.000 106.172,3

2009 976.542 1.444.088.000 111.559,2

2010 1.077.691 2.677.304.000 118.718,9

2011 1.050.217 3.951.429.000 126.587,6

2012 1.020.007 2.740.148.000 134.461,5

2013 1.104.842 2.403.011.000 142.537,1

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 1996-2013

(62)

(keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis global ini berawal pada negara adidaya Amerika Serikat (AS) dimana dimulai dari kredit macet perumahan di Amerika Serikat yang merupakan sentrum bagi perekonomian dunia.

Total jumlah ekspor sektor pertanian tertinggi adalah pada tahun 1998 yaitu sebesar 1.088.026 ton dan nilai FOB ekspor tertinggi adalah pada tahun 2011 yaitu sebesar 3.951,42 juta US$. Sedangkan jumlah total ekspor sektor pertanian terendah adalah pada tahun 2000 yaitu sebesar 824.352 ton dan nilai FOB ekspor terendah adalah pada tahun 2000 yaitu sebesar 551,29 juta US$.

Gambar 6. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Sektor Pertanian dan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan nilai FOB ekspor sektor pertanian dari tahun 1996-2013 mengalami fluktuasi. Dari tahun 1996-2008 nilai ekspor relatif mengalami peningkatan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2009 sebesar 6,32%. Selanjutnya pada tahun 2010-2011 terjadi peningkatan yang signifikan dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2012-2013.

0

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

nilai FOB

(63)

Sedangkan pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara dari tahun 1996-2013 relatif mengalami peningkatan.

5.1.2 Korelasi nilai ekspor komoditi utama sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara

Dalam penelitian ini ada 4 komoditi ekspor sektor pertanian yang diteliti yaitu lemak dan minyak nabati, getah karet alam, kopi dan coklat. Adapun perkembangan ekspor komoditi utama sektor pertanian tahun 1996-2013 disajikan pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Ekspor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian 1996-2013 Tahun Lemak & minyak nabati Getah karet alam

Berat Bersih

2002 3.336.693 1.120.638 526.555 364.477

2003 2.469.693 973.270 526.809 472.233

(64)

Lanjutan Tabel 15

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1996-2013

(65)

Gambar 7. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi Lemak dan Minyak Nabati Tahun 1996-2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor relatif mengalami fluktuasi. Pada berat bersih ekspor, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 1999 sebesar 100,28% dan tahun 2005 sebesar 11,05%. Pada akhir Juli 1999 pemerintah menurunkan pajak ekspor CPO dari 30 % menjadi 10 %. Hal ini berdampak kepada merosotnya harga minyak sawit di pasar internasional. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2003 sebesar 25,98% dan tahun 2011 sebesar 7,71%. Sedangkan untuk nilai FOB ekspor, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 1997 sebesar 64,45%, tahun 1999 sebesar 48,19%, tahun 2002 sebesar 104,59%, tahun 2008 sebesar 41,33%, dan tahun 2011 sebesar 18,61%.

Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 terjadi krisis global. Adanya krisis global menyebabkan harga ekspor Sumareta Utara naik dikarenakan naiknya nilai

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 5000000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

berat bersih

(66)

tukar dolar terhadap rupiah yang mengakibatkan harga lemak dan minyak nabati yang dihasilkan mengalami kenaikan. Berikut disajikan perkembangan harga ekspor lemak dan minyak nabati dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tahun 1996-2013.

Tabel 16. Perkembangan Harga Ekspor Lemak dan Minyak Nabati dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

Tahun Harga Ekspor

(US$/Ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1996-2013

(67)

Gambar 8. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi Getah Karet Alam Tahun 1996-2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor komoditi getah karet alam relatif mengalami fluktuasi. Pada berat bersih ekspor, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2004 sebesar 22,5% dan tahun 2010 sebesar 16,88%. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 1999 sebesar 11,62% dan tahun 2009 sebesar 11,58%. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan harga. Penurunan harga dipicu banyak faktor antara lain fluktuasi nilai dolar AS. Sedangkan untuk nilai FOB ekspor, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2006 sebesar 50,73% dan tahun 2010 sebesar 120,35%. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2009 sebesar 43,8%. Hal ini disebabkan karena menurunnya harga ekspor karet di pasar internasional. Berikut disajikan perkembangan harga ekspor getah karet tahun 1996-2013.

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

berat bersih

(68)

Tabel 17. Perkembangan Harga Ekspor Getah Karet Alam Tahun 1996-2013

Tahun Harga Ekspor

(US$/Ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1996-2013

(69)

Gambar 9. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi Kopi Tahun 1996-2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor komoditi kopi relatif mengalami peningkatan. Pada berat bersih ekspor, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 1998 sebesar 41,89% dan tahun 2010 sebesar 17,07%. Sedangkan untuk nilai FOB ekspor, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 1998 sebesar 21,57%, tahun 2005 sebesar 65,6% dan tahun 2011 sebesar 73,35%. Hal ini disebabkan karena kualitas kopi dengan jenis kopi Arabika dan Robusta sangat spesial sehingga sehingga sangat digandrungi oleh masyarakat asing khususnya masyarakat dari kawasan Asia, Amerika hingga Eropa. Hal tersebutlah yang dapat mendongkrak nilai ekspor kopi Sumatera Utara.

Sedangkan total ekspor komoditi coklat mengalami penurunan dari 81.674 ton tahun 1996 menjadi 30.023 ton tahun 2013 atau rata-rata mengalami penurunan sebesar 3,51% dan nilai FOB ekspor komoditi coklat mengalami peningkatan dari 41,90 juta US$ tahun 1996 menjadi 69,43 juta US$ tahun 2013 atau rata-rata

0

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

berat bersih

(70)

mengalami peningkatan sebesar 3,64%. Berikut disajikan grafik perkembangan ekspor coklat tahun 1996-2013.

Gambar 10. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Komoditi Coklat Tahun 1996-2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor komoditi coklat relatif mengalami penurunan. Pada berat bersih ekspor, penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 1997 sebesar 52,9% . Sedangkan untuk nilai FOB ekspor, penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2012 sebesar 25,71%. Hal ini disebabkan karena menurunnya harga ekspor coklat. Berikut disajikan perkembangan harga ekspor coklat tahun 1996-2013.

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

berat bersih

(71)

Tabel 18. Perkembangan Harga Ekspor Coklat Tahun 1996-2013

Tahun Harga Ekspor

(US$/Ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1996-2013

(72)

kopi adalah pada tahun 1999 sebesar 31.819 ton dan tahun 1996 sebesar 72.887 US$. Pada komoditi coklat adalah pada tahun 2003 sebesar 25.797 ton dan tahun 2000 sebesar US$ 18.705.

1. Lemak dan Minyak Nabati

Minyak/lemak nabati yang dikonsumsi oleh masyarakat dunia adalah minyak kedelai, minyak biji lobak, minyak biji kapas, minyak biji bunga matahari, minyak kelapa, minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun dan minyak kelapa sawit. Meningkatnya permintaan terhadap minyak nabati sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu tanaman dengan produktivitas minyak yang lebih tinggi menjadi harapan untuk memenuhi permintaan pasar di masa mendatang. Konsumsi minyak nabati dunia selalu melebihi produksinya sehingga kecenderungan harga minyak nabati dunia akan selalu naik. Negara yang konsumsi minyak nabatinya akan terus naik antara lain adalah Cina, Jepang, Amerika dan Eropa, sedangkan untuk konsumsi dalam negeri juga cukup berkembang pesat dengan produk-produk yang berbahan baku kelapa sawit seperti ; deterjen, sabun, kosmetik, obat-obatan dan margarine.

(73)

2. Getah Karet Alam

Komoditi karet merupakan komoditas yang cukup penting bagi pembangunan ekonomi Indonesia. .Karet mempunyai posisi yang unik diantara produk pertanian dalam menunjang pembangunan dunia industri. Sumber utama karet alam berasal dari negara-negara berkembang, baik dari perkebunan negara, swasta maupun dari perkebunan rakyat. Di dalam penggunaannya pada berbagai industri, karet alam dipandang sebagai bahan yang lebih disukai dibandingkan karet sintetis untuk berbagai produk. Karet alam terus memainkan peranan penting terutama di pasar internasional karena karet alam mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan dalam pembuatan produk-produk yang berbahan baku karet, yang tidak bisa digantikan oleh karet sintetis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 (<0,05). Artinya, ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor getah karet alam dengan Produk Domestik Regional Bruto. Sementara berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh (0,751), menyatakan bahwa korelasi antara kedua variabel tersebut adalah positif dan kuat, artinya ketika nilai ekspor Getah karet alam mengalami kenaikan, maka Produk Domestik Regional Bruto juga naik.

3. Kopi

Gambar

Gambar 2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran
Gambar 3. Fungsi Impor dan Perubahannya
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
Tabel 4. Perkembangan Ekspor NonMigas (Provinsi) Periode : 2010-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil estimasi menunjukkan bahwani1ai ekspor berpengaruh negatif menghambat perkembangan industri, nilai impor berpengaruh positif meningkatkan perkembangan industri, nilai

Karena itu pilihan kebijakan penurunan tarif impor don pajak ekspor dalam rnenghadapi pasar bebas AFTA don APEC (tahun 2003 don tahun 2020) hendaknya dilakukan secara

Hal ini terlihat pada beberapa indikator seperti peningkatan volume dan nilai ekspor, banyaknya perusahaan pengekspor yang memenuhi permintaan pasar luar negeri, peningkatan

atau ramalan jumlah ekspor dan impor pada sektor pertanian provinsi Sumatera. Utara

Dengan demikian, shock ekspor memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap PDB dibanding shock investasi dan impor, Meskipun hasil uji kausalitas menyatakan bahwa ekspor

Banyak manfaat yang diperoleh Indonesia dari kegiatan ekspor impor dimana masyarakat dan perekonomian Negara menjadi lebih stabil.Banyak cara untuk melakukan kegiatan

target pasar untuk tujuan ekspor kopi Sumatera Utara di pasar internasional karena masih berkebutuhan konsumsi rendah pada komoditi perkebunan kopi ( coffea )1. Pertumbuhan

Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sebesar 50,6% yang berarti variabel bebas seperti harga biji kakao internasional, kurs, ekspor kopi Sumatera Utara ke AS