• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Korelasi Ekspor Dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Korelasi Ekspor Dan Impor Beberapa Komoditi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan pengolahan barang industri, pertanian dan perdagangan (Badudu, 2001).

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Saerofi, 2005).

Berdasarkan definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi dan prioritas yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga keseluruhan pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional (Choirullah, 2007).

(2)

merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Secara umum permasalahan pokok pembangunan di Indonesia dalam konteks penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 adalah (Yuliadi, 2009):

a. Tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

c. Kesenjangan pembangunan antar kelompok, wilayah dan daerah di Indonesia. d. Menurunnya kualitas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.

e. Rendahnya penegakkan hukum dan keadilan.

f. Tingginya angka kejahatan dan masih adanya potensi konflik horisontal. g. Ancaman separatisme dan rendahnya kemampuan Hankam.

h. Kelembagaan demokrasi yang masih lemah.

(3)

a. Peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara berkelanjutan melalui penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang kompetitif.

b. Implementasi tata ruang wilayah secara konsisten untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

c. Program diversifikasi pangan nasional melalui pengembangan pangan non beras untuk meningkatkan alternatif pangan rakyat menuju swasembada pangan.

d. Pengembangan industri manufaktur yang mengandung nilai tambah (value added) yang tinggi sekaligus dapat menyerap tenaga kerja serta mendorong

kegiatan ekonomi terkait.

e. Pengembangan industri pendukung untuk memperkuat struktur industri nasional yang kokoh dan stabil bagi pengembangan sektor-sektor ekonomi terkait.

f. Peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan dan penerapan Iptek dalam kegiatan bisnis dan ekonomi.

(4)

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Menurut Sjafrizal (2008) ada beberapa model dalam pertumbuhan ekonomi daerah yaitu :

a. Model Basis Ekspor (Export-Base Model)

(5)

b. Model Interregional Income

Perluasan dari Model Basis Ekspor dapat dilakukan dengan memasukkan unsur hubungan ekonomi antar wilayah yang dikenal sebagai Interregional Income Model yang dikembangkan oleh Harry W. Richardson (1978). Dalam

model ini, ekspor diasumsikan sebagai faktor yang berada dalam sistem yang ditentukan oleh perkembangan kegiatan perdagangan antar wilayah. Kegiatan perdagangan antar daerah tersebut dibagi atas barang konsumsi dan barang modal.

c. Model Neo-Klasik

Model ini dipelopori oleh George H. Bort (1960) dengan mendasarkan analisisnya pada teori Ekonomi Neo-Klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah.

d. Model Penyebab Berkumulatif

(6)

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2012) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung PDRB yang dihasilkan suatu wilayah ada empat pendekatan yang digunakan, yaitu :

a. Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

b. Pendekatan pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi:

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja). 2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah). 3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal).

4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill).

c. Pendekatan pengeluaran, yaitu model pendekatan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto. 3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

(7)

perhitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung dengan tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sedangkan untuk cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut: 1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan dinilai

atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai PDRB.

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi.

2.1.4 Hubungan Ekspor dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Bagi banyak negara, termasuk Indonesia, perdagangan internasional, khususnya ekspor, mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 2004).

(8)

industri, sehingga mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian.

Ekspor akan menghasilkan devisa, selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri. Secara teoritis (hipotesis), dengan adanya pertumbuhan ekspor maka akan terjadi peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta terjadinya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (Tambunan, 2001).

(9)

Sumber : Sukirno, 2006

Gambar 1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya

Bagian (a) dari Gambar 1. menunujukkan fungsi ekspor. Fungsi menunjukkan ekspor adalah pengeluaran otonomi yaitu tingkatnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Pada berbagai tingkat pendapatan nasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. ekspor tetap sebanyak X0. Bagian (b) dari Gambar 1. menunjukkan perubahan ekspor. Pada mulanya fungsi ekspor adalah X0. Kenaikan ekspor memindahkan fungsi ekspor dari X0 menjadi X1. Perubahan ini berarti pada berbagai tingkat pendapatannasional ekspor telah bertambah dari X0 menjadi X1. Keadaan ini menggambarkan bahwa ekspor merupakan pengeluaran otonomi. Ekspor juga bisa mengalami kemerosotan, yaitu seperti digambarkan oelh perpindahan fungsi dari X0 menjadi X2 (Sukirno, 2006).

Hasil produksi (output) yang dihasilkan suatu negara sebagian akan dibeli oleh pihak luar negeri dan sebagian lagi akan dipasarkan di dalam negeri. Dan sebagian pendapatan domestik akan digunakan untuk membeli barang dan jasa dari luar

X0 X

Y

X1

X0

X2 X

(10)

negeri. Hal inilah yang disebut dengan perdagangan internasional. Dalam persamaan GDP untuk perekonomian terbuka, ditunjukkan bahwa penjualan barang dan jasa yang merupakan sumber pendapatan nasional suatu negara meliputi juga penjualan kepada negara lain.

Persamaan pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X - M)

Dimana : Y = PDRB C = Konsumsi I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor

M = Impor

Dalam perekonomian terbuka ini ekspor sama halnya dengan investasi yang merupakan tambahan bagi arus pendapatan suatu negara sedangkan impor sama halnya dengan tabungan, dapat dipandang sebagai kebocoran. Ekspor dan investasi cenderung merangsang produksi domestik, sedangkan impor dan tabungan cenderung menurunkan output domestik karena kedua hal tersebut membuat pendapatan menghilang yang sedianya dapat digunakan untuk berproduksi.

2.1.5 Hubungan Impor dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(11)

ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996).

Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.

(12)

Gambar 2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran Tabungan (S) Transfer M DI Pemerintah Pinjaman Pasar Kredit/ Keuangan Dana untuk Investasi

(Upah, Sewa, Bunga, Laba)

Pembayaran Faktor

Pendapatan Nasional (NI) Pasar

Faktor

Pajak (T) Pengeluaran Pemerintah (G)

Sektor Pemerintah Sektor Rumah Tangga Pajak (T) Benefit Sektor Bisnis Investasi (I) (GDP)=C+I+G+X-M Output total Konsumsi (C) Ekspor (X) Sektor Luar Negeri Pasar Produk

(13)

1) Rumahtangga

Rumahtangga merupakan salah satu unit pengambil keputusan yang menyediakan dalam arti menjual atau menyewakan factor-faktor produksi kepada perusahaan. Untuk itu rumahtangga menerima pendapatan berupa upah, bunga, sewa dan laba atas jasanya menyediakan faktor-faktor produksi tersebut. Selain itu rumah tangga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

2) Perusahaan

Perusahaan adalah organisasi yang terdiri dari produsen yang menghasilkan dan menawarkan barang dan jasa melalui pasar produk. Barang-barang dan jasa tersebut dihasilkan dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang disewa atau dibeli dari rumahtangga. Selain itu, perusahaan juga berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

3) Pemerintah

Pemerintah adalah suatu organisasi yang memiliki dua fungsi utama yaitu menyediakan barang dan jasa kepada rumahtangga dan perusahaan dan melakukan redistribusi pendapatan kekayaan (redistribution of income and wealth).

4) Sektor Luar Negeri

(14)

hal ini menunjukkan aliran uang ke luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan di luar negeri. Ekspor netto (Xn) adalah ekspor (X) kurang impor (M) (Nanga, 2005).

(15)

Gambar 3. Fungsi Impor dan Perubahannya

Gambar (a) menunjukkan fungsi impor bagi suatu masa tertentu. Dua pendekatakan dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi impor. Pertama, dapat dimisalkan nilai impor adalah proporsional dengan pendapatan nasional, maka persamaan fungsi impor adalah M = My dimana m menggambarkan tingkat perubahan impor akibat dari perubahan pendapatan masyarakat dan pendapatan

M M

M

M3

M1

M2

Y

Y

Y M=M0+m

M=mY

Pendapatan negara

(a) Fungsi impor

M3

M1

M2

(i) (ii)

(b) perubahan fungsi impor 0

0 0

Mb

Ma

Mc

(16)

nasional. Seterusnya dapat pula dimisalkan sebagian dari impor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional (misalnya pengusaha membeli barang modal dari luar negeri tidak tergantung kepada pendapatan nasional). Apabila hal seperti ini dipertimbangkan fungsi impor haruslah digambarkan oleh fungsi M = M0 + My dimana M0 merupakan nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Dalam pemisalan seperti ini formula fungsi impor akan dinyatakan dengan menggunakan persamaan M = M0 + My.

Gambar (b) menunjukkan perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu. Dalam gambar b (i) kecondongan mengimpor, yaitu nilai m, mengalami perubahan. Pergeseran dari M1 ke M2 menggambarkan kecondongan mengimpor berkurang. Perubahan dari M1 ke M3 menggambarkan kecondongan mengimpor meningkat. Dalam gambar b (ii) ditunjukkan perubahan fungsi impor yang sejajar. Perubahan fungsi impor dari M1 menjadi M3 menggambarkan impor menjadi semakin meningkat pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sebagai contoh, pada pendapatan nasional Y0 impor nilainya telah meningkat dari Ma menjadi Mb. Contoh dari perubahan ini adalah efek inflasi dalam negeri terhadap impor. Fungsi impor yang mengalami perubahan dari M1 ke M2 menggambarkan pengurangan impor pada setiap tingkat pendapatan nasional. Misalnya, pada pendapatan nasional Y0 impor berkurang dari Ma menjadi Mc. kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu factor yang bisa menimbulkan perubahan tersebut (Sukirno, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

(17)

Sumatera Utara”. Metode yang digunakan yaitu model analisis korelasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang searah antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara. Hubungan Korelasi antara PDRB Sumatera Utara dengan ekspor pertambangan non-migas Sumatera Utara sebesar 35% dengan tingkat keyakinan 60%. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB cenderung mengalami peningkatan dan pertumbuhan sektor pertambangan selalu mengalami fluktuasi.

Dini Ayu Novianingsih (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan antara Ekspor dan PDB di Indonesia Tahun 1999-2008”. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis, antara lain: Metode Uji Akar Unit mengetahui apakah di dalam data terdapat akar unit (tidak stasioner) atau tidak terdapat akar unit (stasioner), Metode Uji Kointegrasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel, dan Metode Uji Kausalitas Granger untuk menentukan apakah kedua variabel memiliki hubungan dalam dua arah (saling mempengaruhi), hubungan searah, sama sekali tidak saling mempengaruhi. Data diolah dan diproses dengan menggunakan program eviews 6. Hasil dari estimasi ini adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor dan PDB, atau dengan kata lain PDB mempengaruhi ekspor di Indonesia. Dapat dilihat dari nilai Fstatistik Y does not Granger Cause X > nilai kritis F tabel (18.2442 > 4.46) dan nilai probabilitas Y does not Granger Cause X

(18)

Henny B. M. Surbakti (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Impor Industri Terhadap Perkembangan Industri Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali tahun 1997 dan 1998 dimana negara mengalami krisis ekonomi dan moneter. Variabel ekspor berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 90 %. Sedangkan variabel impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan industri pada tingkat kepercayaan 95 %.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perekonomian terbuka adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan ekspor dan impor dengan negara-negara lain. Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Provinsi

Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura. Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Ekspor dan impor merupakan faktor

(19)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Proses Hubungan

Impor Sektor Pertanian (US$)

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp)

Ekspor Sektor Pertanian (US$)

Perekonomian Sumatera Utara

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara (Rp) Komoditi Utama

- Lemak & minyak nabati - Getah karet alam

- Kopi - Coklat

Komoditi Utama

- Biji & Buah

mengandung Minyak Berkulit lunak

- Tepung Gandum dan

(20)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Ada korelasi yang nyata antara nilai ekspor sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 1. Fungsi Ekspor dan Perubahannya
Gambar 2. Arus Perputaran Output dan Pengeluaran
Gambar 3. Fungsi Impor dan Perubahannya
Gambar 4. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, hasil dekomposisi pengganda open loop menunjukkan bahwa faktor produksi yang memperoleh pengaruh paling besar dari adanya injeksi di sektor pertanian adalah

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

Hasil dari perhitungan nilai LQ atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2007-2011 diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan memiliki

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat perkembangan sektor pertanian Kabupaten Karo dalam konstalasi perekonomian Kawasan Dataran Tinggi Sumatera

atau ramalan jumlah ekspor dan impor pada sektor pertanian provinsi Sumatera. Utara

PDRB menurut pendekatan produksi adalah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi atau sektor ekonomi dalam suatu wilayah atau regional pada

Output merupakan nilai dari keseluruhan produk yang dihasilkan oleh sektor- sektor ekonomi dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia disuatu wilayah dalam

Hasil dari perhitungan nilai LQ atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2007-2011 diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan memiliki