• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Sinaga (2014) melakukan studi mengenai “Analisis Shift-Share

Pertumbuhan, Pergeseran serta Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Kota Medan”. Proses pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi berlangsungnya pembangunan ekonomi daerah. Kebutuhan ekonomi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk sehingga dibutuhkan peningkatan pendapatan setiap tahun, hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau PDRB setiap tahun. Peningkatan tersebut bersumber dari kontribusi sektor perekonomian yang mengalami pergeseran meskipun relatif tidak signifikan. Sektor-sektor yang pada awalnya merupakan sektor unggulan ternyata mengalami pergeseran dan berdampak pada sektor lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor yang menjadi sektor basis dan non basis, perubahan dan pergeseran antar sektor serta kausalitas antar sektor dalam perekonomian wilayah kota Medan. Metode analisis data menggunakan analisis

(2)

persen disebabkan oleh efek pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi, secara keseluruhan sektor-sektor perekonomian Kota Medan masih banyak memiliki daya saing atau kemandirian daerah seperti sektor perdagangan, komunikasi, perbankan, industri, bangunan/konstruksi dan sektor jasa. Hasil estimasi dengan menggunakan granger causality menunjukkan bahwa tidak ada satu sektor ekonomi kota Medan yang saling mempengaruhi antar sektor (causality).

Affandi dan Soesatyo (2013) melakukan studi mengenai “Pengaruh Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dan Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, dan pertanian terhadap PDRB Kabupaten Mojokerto baik secara parsial maupun simultan. Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu derah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dilihat dari pertumbuhan PDRB Kabupaten Mojokerto serta dari sektor-sektor pembentuk PDRB. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif industri pengolahan terhadap PDRB sebesar 0,4%. Perdagangan, hotel, dan restoran berpengaruh positif sebesar 1,3%. Sedangkan pertanian berpengaruh positif sebesar 2,3%.

(3)

penelitian ini adalah melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sektor Hotel dan Restoran berperan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Mojokerto, hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah usaha perhotelan dan restoran yang ada di Kabupaten Mojokerto tiap tahunnya. Oleh karena itu permintaan terhadap tenaga kerja juga otomatis meningkat. Penyerapan tenaga kerja pada sektor hotel cenderung tenaga kerja kasual atau harian. Sedangkan penyerapan tenaga kerja sektor restoran terjadi pada saat adanya usaha rumah makan yang baru berdiri atau pembukaan cabang-cabang baru di sekitar wilayah Kabupaten Mojokerto.

(4)
(5)

memiliki keunggulan daya saing terhadap sektor yang sama di tingkat Provinsi.

Trend Least Square penerimaan sektor perdagangan, hotel dan restoran 5 tahun yang akan datang (2008-2012) mengalami peningkatan, dengan hasil perhitungan diperoleh persamaan Y = 535.795,3 + 26.001,01X. Hasil perhitungan kontribusi, sektor unggulan, daya saing serta prospek yang bagus terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran sebaiknya pemerintah daerah Kota Bengkulu mendukung pembangunan di sektor pariwisata dimana sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi salah satu faktor penunjang pariwisata tersebut, memberikan sarana serta prasarana pendukung yang menunjang, serta program peningkatan efisiensi sektor tersebut agar dapat meningkatkan penerimaan PDRB Kota Bengkulu, dan penciptaan iklim investasi yang baik agar investor mau menanamkan modalnya di Kota Bengkulu.

2.2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan ekonomi, pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro, 2000).

(6)

mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat pemerataannya semakin membaik sesuai dengan yang digariskan dalam UUD 1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur.

Sebagai suatu proses, pembangunan ekonomi berhubungan dengan perubahan dalam komposisi dari input dan output dari ekonomi. Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan Perubahan-perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi masyarakat. Tujuan utama dari pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi dan memuaskan segala aktifitas dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan produktif ini memiliki bermacam fungsi seperti kegiatan menghasilkan pendapatan, merubah bahan mentah menjadi barang dan jasa yang siap untuk dikonsumsi.

Krisnamurthi (1995) menyatakan pembangunan ekonomi yang berhasil harus memiliki empat dimensi pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, perubahan atau transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan pembangunan itu sendiri. Menurut Jhingan (2010) pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi. Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri.

(7)

kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu :

1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan wilayah.

2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.

Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Pembangunan daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.

(8)

akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain.

Pembangunan daerah pada dasarnya dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang peting dipecahkan adalah daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek pertambangan dan sebagainya.

2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan sebagai estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.

(9)

produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Di dalam perekonomian suatu negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain, satu dengan yang lain saling memerlukan baik dalam tenaga, bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian dan industri pengolahan.

PDRB merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu (Saleh dalam Bancin, 2011).

Kuncoro (2001) mengemukakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, Kabupaten atau kota. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB. Saat ini umumnya PDRB baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral/lapangan usaha dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu.

(10)

alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum serta sektor bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier (Sitoru dalam

Bancin, 2011).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain :

1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga kerja, serta alokator tidak langsung.

Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kota Medan (BPS Kota Medan, 2010). Metode dimaksud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :

(11)

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

Pendekatan yang umum digunakan Negara Republik Indonesia adalah dari segi pendekatan produksi. Penjumlahan hasil produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Counting/Multiple Counting), hal ini penting karena sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang menghasilkannya.

Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.

(12)

dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan.

Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi berbagai sektor. Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.

2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.4.1. Perdagangan

(13)

Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan untung – rugi dari kegiatan pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing sebelum memutuskan apakah mau melakukan pertukaran atau tidak. Kehendak sukarela merupakan aspek penting dalam proses perdagangan karena aspek ini mempunyai implikasi yang fundamental, yaitu bahwa perdagangan hanya terjadi apabila paling tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang dirugikan. Dengan kata lain, kegiatan perdagangan atau pertukaran adalah sesuatu yang selalu baik dan bermanfaat. Manfaat atau keuntungan itulah yang menjadi alasan (motif) mengapa orang mau melakukan pertukaran atau perdagangan. Manfat tersebut dalam ilmu ekonomi disebut manfaat dari perdagangan atau”gains from trade”.

Perdagangan merupakan faktor penting guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Perdagangan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumberdaya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk yang hasilnya merupakan bekal utama yang jika tidak tersedia negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Perdagangan membantu semua warga negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pegutamaan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keuntungan komperatif (Todaro, 2000).

(14)

ekonomi Klasik dan Neo-klasik mengungkapkan bahwa betapa pentingnya perdagangan internasional dalam pembangunan suatu negara. Sampai-sampai dianggap sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth). Namun sebaliknya ada yang beranggapan bahwa perdagangan antar wilayah atau perdagangan antar negara dapat mengakibatkan terjadinya kesenjangan daerah yang kaya menjadi semakin kaya dengan merugikan masyarakat daerah miskin, karena itu dapat dikatakan bahwa kendati daerah itu daerah terbelakang terpaksa mengorbankan manfaat yang timbul dari spesialisasi antar daerah, namun dengan menerapkan kebijaksanaan subtitusi impor dan industrialisasi terencana, serta memperluas output untuk konsumsi dalam daerah, akan dapat dicapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi (Bugiskha, 2012).

Menurut Sukirno (2000) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan (gains from trade) yaitu sebagai berikut :

1. Memperoleh barang yang tidak diproduksi di daerahyang bersangkutan. Pengalaman empirik membuktikan bahwa tidak ada daerah yang mampu menghasilkan sendiri semua barang yang dibutuhkan oleh penduduknya, sehingga konsumen lokal harus berupaya memperoleh atau mebeli barang kebututhan tersebut dari daerah lain. Dengan demikian, kegiatan perdagangan memberi manfat berupa peluang atau kesempatan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya terhadap barang yang tidak diproduksi di daerah setempat.

(15)

kemungkinan harganya bisa menjadi lebih tinggi dibanding harga lokal, sehingga produsen bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar. Disamping, perluasan pasar ini juga dapat meningkatkan volume produksi dan menambah atau memperluas kesempatan kerja.

3. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu daerah dapat menghasilkan jenis barang yang sama dengan yang dihasilkan oleh daerah lain, tetapi mungkin daerah yang bersangkutan lebih memilih untuk membeli barang tersebut dari daerah lain. Hal ini dilakukan untuk lebih mendorong produksi barang lain yang dapat memberikan keuntungan atau manfaat lainnya yang lebih besar.

2.4.2. Hotel

Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM (bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan antara Guest House dengan

(16)

menjadi Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang ( https://battlemyworm. wordpress.com/hotel/)

Darmadjati (2001) mendefinikan hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagain atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum dan dikelola secara umum. Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I. No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial.Disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum. Darmadjati (2001) mendefinikan hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagain atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum dan dikelola secara umum.

2.4.3. Restoran

Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan. Pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang berlokasi dalam suatu hotel, kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri di luar bangunan itu. Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari untung dan membuat puas para tamu pun merupakan tujuan operasi restoran yang utama.

(17)

baik pagi, siang, ataupun malam sesuai dengan jam bukanya dan oleh tamu yang menikmati hidangan itu harus membayar sesuai dengan harga yang ditentukan sesuai daftar yang disediakan di restoran itu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa restoran merupakan tempat usaha dalam menyediakan makanan dan minuman bagi masyarakat umum yang bersifat komersial.

2.5. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2009).

(18)

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

2.6. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Laju Pertumbuhan Sub Sektor Perdagangan (X1)

Laju pertumbuhan Sub

(19)

2.7. Hipotesis Penelitian

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

PDRB perkapita adalah jumlah seluruh nilai tambah dari produk yang dihasilkan. oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

pembangunan dapat dicapai dengan tepat (Lumajang dalam angka, 2010:1). PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit. usaha dalam wilayah tertentu, atau

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Petisah, Medan Perjuangan, dan Medan Tembung

PDRB menurut pendekatan produksi adalah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi atau sektor ekonomi dalam suatu wilayah atau regional pada

Berdasarkan hasil pengolahan data maka diperoleh nilai t hitung untuk koefisien regresi variabel PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran (X) sebesar 7,63 dan nilai

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

Dari sisi penyediaan, seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap sektor ekonomi bila digabungkan akan diperoleh besaran Produk Domestik Regional Bruto atau disingkat PDRB (PDRB