• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan Chapter III V"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Medan dan waktu penelitian dilakukan secara bertahap yang dimulai pada bulan April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.

3.2.Jenis Penelitian

Dari sudut metodologi penelitian, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kausal, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen di mana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung. Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap perkembangan wilayah Kota Medan.

3.3.Jenis dan Sumber Data

(2)

data yang diperlukan antara lain PDRB Harga konstan Tahun 2000 dan data sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan.

3.4.Model dan Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis perumusan masalah pertama dan hipotesis penelitian menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yang merupakan metode statistik deskriptif dan infrensial yang digunakan untuk menganalisa data lebih dari dua variabel.

Untuk mengidentifikasi sektor unggulan perdagangan, hotel dan restoran di wilayah kecamatan Kota Medan menggunakan analisis location quotient (LQ Analysis).

Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai :

Si/S LQ = ---

Ni/N Keterangan :

LQ : Nilai Location Quotient

Si : Nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan lokasi penelitian S : Nilai sektor seluruhnya di setiap kecamatan

Ni : Nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan N : Nilai sektor seluruhnya di Kota Medan

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalam Kuncoro, 2004) dan Tarigan (2009), yaitu:

(3)

restoran di Kota Medan. Memperlihatkan kecamatan yang bersangkutan memiliki sektor perdagangan, hotel dan restoran yang sama sehingga kecamatan tersebut menjadi basis daerah sendiri.

2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan. Memperlihatkan kecamatan yang bersangkutan memiliki sektor perdagangan, hotel dan restoran yang lebih baik sehingga kecamatan tersebut menjadi basis daerah sendiri dan di Kota Medan.

3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan. Memperlihatkan kecamatan yang bersangkutan memiliki sektor perdagangan, hotel dan restoran yang sama sehingga kecamatan tersebut bukan menjadi basis daerah sendiri maupun di Kota Medan.

3.4.1. Perumusan Model

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Analisis ini berguna mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang diteliti. Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis perdagangan, hotel dan restoran secara parsial dan simultan berpengaruh positif terhadap perkembangan wilayah Kota Medan yang diproxy dengan PDRB, adalah sebagai berikut :

(4)

Keterangan :

Y = Perkembangan Wilayah Kota Medan diproxy dengan Laju pertumbuhan PDRB Kota Medan (%)

P = Laju pertumbuhan Sub sektor Perdagangan (%) H = Laju pertumbuhan Sub sektor Hotel (%) R = Laju pertumbuhan Sub sektor Restoran (%) a = Konstanta

b1,2,3 = Koefisien regresi

3.4.2. Analisis Deskriptif

Data statistik yang diperoleh dalam penelitian perlu diringkas dengan baik dan teratur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data yang diproleh baik mengenai sampel atau populasi.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi :

3.4.3.1.Uji Normalitas

(5)

garis diagonalnya. Uji statistik dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test, jika nilai Kolmogorov Smirnov signifikannya di atas α = 0,05, maka Ho diterima yang berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

3.4.3.2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang lain, atau homokesdastisitas, dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. Bila titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji statistik dilakukan dengan uji Glejser, jika variabel independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt), maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

3.4.3.3.Uji Multikolinieritas

(6)

1. Melihat angka collinearity statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance inflation Factor (VIF). Jika angka VIF < 10, maka variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinieritas.

2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak

menunjukkan nilai > 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah

multikolinieritas.

3.4.3.4.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (Durbin-Watson Test), yaitu untuk menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d statistik. Jika nilai Durbin Watson berada diantar -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Nilai Durbin Watson yang diperoleh dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%. Jika nilai Durbin Watson > batas atas (du), dan kurang dari jumlah variabel independen – batas atas (du), maka dapat disimpulkan bahwa terima Ho, yang berarti tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2006).

3.4.4. Pengujian Hipotesis

(7)

3.4.4.1.Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.

Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima. Artinya, secara statistik data variabel independen (X1, X2 dan X3) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Jika F-hitung < F-tabel, maka Ha ditolak. Artinya, secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1, X2 dan X3) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). 3.4.4.2.Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.

Uji t dapat juga dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila t hitung > t tabel (α 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, apabila t hitung < t tabel (α 0,05) maka Ho diterima dan

Ha ditolak.

3.6. Definisi Variabel Operasional Penelitian

(8)

daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dalam satu tahun (%).

2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor perdagangan, subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi/ hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya (%).

3. Sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa

merubah sifat barang tersebut. Dalam penghitungannya kegiatan ini

dikelompokan ke dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan perdagangan besar

dan perdagangan eceran (%).

4. Subsektor hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel, dan hotel (%).

(9)

Tabel 3.1.Definisi Variabel Operasional Penelitian Jenis

Variabel

Nama

Variabel Definisi Operasional Variabel

Indiktor

Laju pertumbuhan estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dalam satu tahun

Kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah sifat barang tersebut. Dalam penghitungannya kegiatan ini dikelompokan ke dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan perdagangan besar dan

Independen Laju Sub sektor Hotel

(X2)

kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel, dan hotel

Independen Laju Sub sektor restoran

(X3)

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Kota Medan

Secara internal ada 3 (tiga) aspek pokok yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan, yaitu (1) kondisi geografis, (2) kondisi demografis, dan (3) kondisi sosial ekonomi daerah. Ketiga aspek tersebut merupakan potensi yang dimiliki Pemerintah Kota Medan sehingga dapat menjadi modal dasar pembangunan Kota Medan dan sekaligus dapat menjadi tantangan bagi keberlangsungan pembangunan Kota Medan di masa mendatang.

4.1.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa maka secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura.

(11)

yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan.Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Kemudian, berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 ditetapkan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan.

(12)
(13)

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli.

Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

4.1.1.2. Kondisi Demografis Kota Medan

(14)

Tabel 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan Untuk Tahun 2013 Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase (%)

1. Medan Tuntungan 82.534 3.87

Jumlah 2.135.516 100

Sumber : BPS Kota Medan, 2014

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan selama periode tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 2009-2013

Indikator Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Penduduk

(orang)

2.121.053 2.097.610 2.117.224 2.122.804 2.135.516 Laju Pertumbuhan

Penduduk (%) - -1.11 0.94 0.26 0.60

Sumber : BPS Kota Medan, 2014

(15)

pertumbuhan penduduk sebesar 0,26%, sedangkan pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Medan meningkat menjadi 2.135.516 jiwa atau tumbuh sebesar 0,60% dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Kota Medan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian dan arus urbanisasi.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan (tetap). Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2009-2013

Indikator Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Penduduk

(orang)

2.121.053 2.097.610 2.117.224 2.122.804 2.135.516 Luas Wilayah

(km2) 265.1 265.1 265.1 265.1 265.1 Kepadatan

Penduduk 8.001 7913 7987 8007 8055

Sumber : BPS Kota Medan, 2014

(16)

4.1.1.3. Kondisi Perekonomian Kota Medan

Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas perekonomian masyarakat di suatu daerah, disamping juga dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode 2011 – 2013 menunjukkan perlambatan yang berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 7,69%. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kota Medan menurun menjadi sebesar 7,63%, pada tahun 2013 kembali menurun menjadi 4,30 %. Selanjutnya apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2011 – 2013

No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)

2011 2012 2013 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.07 8.67 9.16

9. Jasa-Jasa 10.14 9.29 6.99

PDRB 7.69 7.63 4.30

Sumber : BPS Kota Medan, 2014

(17)

2013, dan sektor jasa-jasa yang turun dari 10,14% pada tahun 2011 menjadi 8,19% pada tahun 2013.

Sementara itu, sektor ekonomi yang tumbuh secara signifikan yaitu sektor pertanian yang naik dari 2,80% pada tahun 2011 menjadi 3,34% pada tahun 2013. Sektor industri pengolahan meningkat dari 3,51% pada tahun 2011 menjadi 3,67% pada tahun 2013. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh dari 8,67% pada tahun 2011 menjadi 9,40% pada tahun 2013. sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari 9,07% tahun 2011 menjadi 9,16% pada tahun 2013. Meningkatnya sektor ekonomi tersebut terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berimbas kepada keuangan, persewaan dan jasa.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.

(18)

Tabel 4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2011 – 2013

No Kelompok Sektor

Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2011 2012 2013

1. Primer 2,06 1,94 1,93

Pertanian 2,06 1,94 1,93

Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00

2. Sekunder 25,38 24,78 25,04

Industri Pengolahan 12,86 12,39 12,32

Listrik, Gas dan Air Bersih 1,35 1,28 1,28

Bangunan 11,17 11,11 11,44

3. Tersier 72,56 73,28 73,03

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 27,00 27,26 28,60 Pengangkutan dan Komunikasi 20,52 20,65 18,12 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 14,52 14,66 15,34

Jasa-Jasa 10,54 10,77 10,98

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kota Medan, 2014

Selanjutnya sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa Sedangkan sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian.

(19)

Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor sekunder atau sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal ini sejalan dengan fenomena di daerah perkotaan dimana mata pencaharian penduduk mengarah kepada sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri, pertokoan ataupun permukiman.

4.1.2. Pengaruh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan

4.1.2.1. Pengujian Asumsi Klasik

4.1.2.1.1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas pengaruh sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap perkembangan wilayah dapat dilihat pada gambar di bawah ini

(20)

Gambar 4.3. Histogram Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan

Hasil tampilan grafik normal plot pada Gambar 4.2. dapat disimpulkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini menunjukan data residual berdistribusi normal. Demikian pula dengan hasil grafik histogram pada Gambar 4.3. yang menunjukkan bahwa data residual berdistribusi normal yang dilihat dari gambar berbentuk lonceng yang hampir sempurna (simetris).

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual antara lain adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho : Data residual tidak berdistribusi normal Ha : Data residual berdistribusi normal Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :

(21)

Tabel 4.6. Hasil Kolmogorov – Smirnov Test Variabel Penelitian Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation .19487914 Most Extreme Differences Absolute .142

Positive .142

Negative -.104

Kolmogorov-Smirnov Z .900

Asymp. Sig. (2-tailed) .393

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Hasil uji statistik pada Tabel 4.6. menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,900 dan signifikansinya pada 0,393 dan nilainya di atas α =

0,05 (Asymp.Sig = 0,393 > 0,05) sehingga hipotesis Ha diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.

4.1.2.1.2. Uji Multikolinieritas

(22)

Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Penelitian

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LP sub sektor perdagangan .846 1.182

LP sub sektor hotel .835 1.197

LP sub sektor restoran .807 1.239

a. Dependent Variable: LP PDRB

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai berikut : variabel laju pertumbuhan sub sektor perdagangan mempunyai nilai VIF sebesar 1,182 dan tolerance sebesar 0,846. Variabel laju pertumbuhan sub sektor hotel mempunyai nilai VIF sebesar 1,197 dan tolerance sebesar 0,835. Variabel laju pertumbuhan sub sektor restoran mempunyai nilai VIF sebesar 1,239 dan tolerance sebesar 0,807.

Hasil analisis di atas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel independen (laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi multikolinieritas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis regresi, hal ini disebabkan dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai VIF dan tolerance.

4.1.5.1.3. Uji Heterokedastisitas

(23)

lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplots.

Gambar 4.4. Grafik scatterplots Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan

Hasil grafik scatterplots pada Gambar 4.4. menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi memenuhi syarat uji asumsi klasik.

Uji Glesjer

(24)

Tabel 4.8. Uji Glesjer Variabel Penelitian a. Dependent Variable: abs_res1

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Hasil yang terlihat menunjukkan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan yaitu laju pertumbuhan sub sektor perdagangan = 0,302 > α = 0,05; laju pertumbuhan sub sektor hotel = 0,223 > α = 0,05; dan laju pertumbuhan sub sektor restoran = 0,514 > α = 0,05. Maka dapat

disimpulkan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

4.1.2.2. Pengujian Hipotesis

4.1.2.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi yang dapat lihat dari nilai Adjusted R Square. Untuk mengetahui hubungan laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan PDRB Kota Medan dapat dilihat melalui besarnya koefisien determinasi.

Tabel 4.9. Koefisien Determinasi Pengaruh Laju PertumbuhanSub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .694a .481 .438 .20284

a. Predictors: (Constant), LP sub sektor restoran, LP sub sektor perdagangan, LP sub sektor hotel b. Dependent Variable: LP PDRB

(25)

Hasil perhitungan nilai R Square adalah 0,481, hal ini berarti 48.1 persen laju pertumbuhan PDRB Kota Medan dapat dijelaskan oleh variabel independen (laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran) di atas, sedangkan sisanya yaitu 51,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.1.2.2.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel. 4.10. Hasil Uji Simultan Pengaruh Laju PertumbuhanSub Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.373 3 .458 11.124 .000a

Residual 1.481 36 .041

Total 2.854 39

a. Predictors: (Constant), LP sub sektor restoran, LP sub sektor perdagangan, LP sub sektor hotel

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Uji statistik secara simultan dapat dilihat dari tingkat probabilitas 0,000. yang < α = 0,05, yang berarti Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen (laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran) secara simultan signifikan dalam menjelaskan laju pertumbuhan PDRB Kota Medan.

4.1.2.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t)

(26)

termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil Uji Parsial Pengaruh Laju PertumbuhanSub Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Laju Pertumbuhan PDRB a. Dependent Variable: LP PDRB

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Pada Tabel 4.11 hasil uji parsial diperoleh, sebagai berikut :

1. Variabel laju pertumbuhan sub sektor perdagangan berpengaruh positif signifikan

terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan.

2. Variabel laju pertumbuhan sub sektor hotel berpengaruh positif terhadap laju

pertumbuhan PDRB Kota Medan.

3. Variabel laju pertumbuhan sub sektor restoran berpengaruh positif signifikan

terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan.

Berdasarkan Tabel 4.11. dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = 0,663 + 0,225 X1 + 0,063 X2 + 0,304 X3

Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :

(27)

2. Variabel laju pertumbuhan sub sektor perdagangan (X1) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,225 yang bertanda positif, ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu persen variabel laju pertumbuhan sub sektor perdagangan akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar 0,225 persen.

3. Variabel laju pertumbuhan sub sektor hotel (X2) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,063 yang bertanda positif, ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu persen variabel laju pertumbuhan sub sektor hotel akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar 0,063 persen. 4. Variabel laju pertumbuhan sub sektor restoran (X3) memiliki nilai koefisien

beta sebesar 0,304 yang bertanda positif, ini berarti setiap penambahan atau kenaikan satu persen variabel laju pertumbuhan sub sektor restoran akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar 0,304 persen.

4.1.3. Kecamatan Konsentrasi Unggulan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Wilayah Kota Medan

Hasil perhitungan konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan restoran kecamatan-kecamatan di Kota Medan periode tahun 2001, 2006 dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.12.

(28)

10 Medan Selayang 0.9785 0.7735 0.8813

11 Medan Sunggal 0.6539 0.5688 0.6386

12 Medan Helvetia 0.9087 0.7163 0.8518

13 Medan Petisah 1.8427 1.5127 1.7363

14 Medan Barat 0.3743 0.3290 0.3687

15 Medan Timur 0.7278 0.5583 0.6300

16 Medan Perjuangan 2.0372 1.6125 1.8940

17 Medan Tembung 1.8137 1.3660 1.5928

18 Medan Deli 1.0364 0.8286 0.9513

19 Medan Labuhan 1.1252 0.9648 1.1625

20 Medan Marelan 0.8630 0.8132 0.9657

21 Medan Belawan 0.2383 0.2313 0.2748

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

(29)

Gambar 4.5. Nilai LQ Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kecamatan di Kota Medan

Nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran kecamatan-kecamatan di Kota Medan menunjukkan adanya kecenderung menurun pada tahun 2006 dan meningkat pada tahun 2010. Kecamatan Medan Denai, Medan Deli dan Medan Labuhan pada tahun 2001 memiliki nilai LQ > 1, namun pada tahun 2006 mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ < 1 dan pada tahun 2010 kembali mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ > 1, kecuali Kecamatan Medan Deli yang tetap tidak mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ < 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(30)

Gambar 4.6. Kecamatan Konsentrasi Unggulan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kecamatan di Kota Medan

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Petisah, Medan Perjuangan, dan Medan Tembung walaupun mengalami penurunan nilai LQ namun masih tetap memiliki nilai > 1, sedangkan Kecamatan Medan Denai, Medan Deli dan Medan Labuhan pada tahun 2001 memiliki nilai LQ > 1, namun pada tahun 2006 mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ < 1 dan pada tahun 2010 kembali mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ > 1, kecuali Kecamatan Medan Deli yang tetap tidak mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ < 1.

Penurunan yang terjadi pada tahun 2006 ini akibat adanya perlambatan investasi ekonomi global yang berdampak pada ekonomi negara-negara berkembangnya, seperti Indonesia dan Medan khususnya. Hal ini ditengarai karena adanya fenomena penurunan harga barang dan jasa akibat pengaruh global

0

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

(31)

yang menyebabkan laju pertumbuhan dan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami penurunan, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.7. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Medan

Pada Gambar 4.7. dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran Kota Medan pada tahun 2005 sebesar 10,4 persen menurun menjadi 6,15 persen pada tahun 2006 atau mengalami penurunan sebesar 4,25 persen darai tahun 2005. Hal yang sama terjadi juga pada kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan PDRB Kota Medan, yaitu sebesar 27,1 persen pada tahun 2005 menurun menjadi 26,7 persen pada tahun 2006 atau mengalami penurunan sebesar 0,4 persen darai tahun 2005.

Peningkatan yang terjadi pada tahun 2010 disebabkan membaiknya ekonomi global akibat adanya percepatan investasi ekonomi global yang berdampak pada ekonomi negara-negara berkembangnya, seperti Indonesia dan Medan khususnya. Hal ini ditengarai karena adanya fenomena kenaikan harga

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Kontribusi 27,51 27,23 26,66 26,26 27,11 26,70 26,24 25,93 26,40 26,76 Pertumbuhan 1,89 3,93 3,54 5,65 10,45 6,15 5,94 5,60 8,47 8,62

(32)

barang dan jasa akibat pengaruh global yang menyebabkan laju pertumbuhan dan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan menjadi 8,62 persen dan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,76 persen.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan

Laju pertumbuhan sub sektor perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,225 memiliki pengaruh yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan satu persen laju pertumbuhan sub sektor perdagangan akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,225 persen. Hal ini diperkirakan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan sub sektor perdagangan maka semakin meningkat juga laju perrtumbuhan PDRB Kota Medan.

(33)

Laju pertumbuhan sub sektor hotel berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,063 memiliki pengaruh yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan satu persen laju pertumbuhan sub sektor hotel akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,063 persen. Hal ini diperkirakan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan sub sektor hotel maka semakin meningkat juga laju perrtumbuhan PDRB Kota Medan. Tidak signifikannya laju pertumbuhan sub sektor hotel terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan disebabkan rata-rata laju pertumbuhan sub sektor hotel sebesar 4,78 persen masih lebih rendah dibanding rata-rata laju pertumbuhan sub sektor restoran yaitu 6,93 persen rata-rata laju pertumbuhan sub sektor perdagangan yaitu 5,94 persen selama periode tahun 2001-2010 dalam mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan yang memiliki nilai rata-rata sebesar 6,58 persen. Hasil ini menunjukkan laju pertumbuhan sub sektor hotel belum mampu mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan disebabkan kontribusinya yang masih rendah dalam mempengaruhi pembentukan PDRB Kota Medan.

(34)

Laju pertumbuhan sub sektor restoran berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,304 memiliki pengaruh yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan satu persen laju pertumbuhan sub sektor restoran akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,304 persen. Hal ini diperkirakan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan sub sektor restoran maka semakin meningkat juga laju perrtumbuhan PDRB Kota Medan.

Sub sektor restoran merupakan salah satu sektor perekonomian yang ada di Kota Medan. Pendapatan yang dihasilkan oleh sub sektor restoran memberikan pengaruh terhadap tingkat PDRB Kota Medan. Adanya peningkatan pendapatan yang dihasilkan sub sektor restoran maka nilai tambah PDRB Kota Medan akan meningkat pula. Begitu pula sebaliknya, penurunan pendapatan sub sektor restoran akan menurunkan nilai tambah dari PDRB Kota Medan. Asumsi Ceteris paribus. Hal ini menandakan bahwa adanya hubungan positif atau searah antara tingkat PDRB dengan sub sektor restoran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Affandi dan Soesatyo (2013) yang menemukan bahwa ada pengaruh positif sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap PDRB.

(35)

non agraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri, pertokoan ataupun permukiman.

Laju pertumbuhan sub sektor restoran memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,304 yang menunjukkan lebih besar dibanding laju pertumbuhan sub sektor perdagangan yang memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,225 dan laju pertumbuhan sub sektor hotel yang memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,063 dalam mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan. Hasil ini disebabkan rata-rata laju pertumbuhan sub sektor restoran selama periode tahun 2001-2010 lebih besar yaitu 6,93 persen dibanding laju pertumbuhan sub sektor perdagangan sebesar 5,94 persen dan laju pertumbuhan sub sektor hotel sebesar 4,78 persen dalam mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan. Ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan sub sektor restoran lebih besar dalam mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan dibanding laju pertumbuhan sub sektor perdagangan dan laju pertumbuhan sub sektor hotel.

4.2.2. Kecamatan Konsentrasi Unggulan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Wilayah Kota Medan

(36)

Maimun, Medan Petisah, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, dan Medan Labuhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sinaga (2014) membuktikan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis dalam perekonomian Kota Medan.

Konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan yaitu wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Johor dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Denai dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Area dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Kota dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Maimun dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Petisah dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Perjuangan dengan konsentrasi sub sektor perdagangan dan restoran; Medan Tembung dengan konsentrasi sub sektor perdagangan dan restoran dan Medan Labuhan dengan konsentrasi sub sektor perdagangan dan restoran.

Meskipun sektor unggulan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi kecamatan di Kota Medan, akan tetapi peran sektor non unggulan tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena dengan adanya sektor unggulan akan dapat membantu pengembangan sektor non unggulan menjadi sektor unggulan baru.

(37)

ketenagakerjaan melalui perluasan lapangan kerja dan serangkaian program pembangunan padat karya. Program peningkatan kualitas sumberdaya manusia dilakukan melalui pengembangan budaya usaha masyarakat miskin, yaitu mengembangkan budaya usaha yang lebih maju, mengembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) dan meningkatkan keterampilan keluarga dan kelompok miskin untuk melakukan usaha ekonomi rakyat yang produktif atas dasar sikap demokratis dan mandiri. Program ketenagakerjaan dilakukan untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha bagi setiap angkatan kerja sehingga dapat memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Formula yang dapat diterapkan adalah dengan membangun iklim investasi yang kondusif disemua tingkatan, baik lokal, regional maupun nasional. Sebagaimana yang dipahami bahwa investasi sekecil apapun jika regulasi dan iklim investasi tidak kondusif dan rasional, maka jangan harap investasi akan datang. Maka solusinya adalah harus political will dari pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi serasional mungkin.

(38)

daerah; 5). Belum berkembangnya koordinasi, sinergitas, dan kerjasama, diantara pelaku-pelaku pengembangan kawasan, baik pemerintah, swasta, lembaga non pemerintah, dan petani, serta antara pusat, propinsi, dan kabupaten atau kota dalam upaya peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan; 6). Masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha kecil terhadap modal pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran dalam upaya pengembangan peluang usaha dan kerjasama investasi.; 7) Keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi di daerah dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah; dan 8) Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar daerah untuk mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan

(39)

berlangsung dan berwujud khsususnya pada Negara berkembang adalah dalam berbagai bentuk, aspek, atau dimensi. Bukan saja ketimpangan hasil-hasilnya, misalnya dalam hal pendapatan perkapita, tetapi juga ketimpangan kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Akan tetapi juga berupa ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional. Ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional misalnya, dapat dilihat berdasarkan perbedaan mencolok dalam aspek-aspek seperti penyerapan tenaga kerja; alokasi dana perbankan; investasi dan pertumbuhan.

Secara makro ketimpangan pembangunan yang terjadi di diberbagai daerah, tentunya karena lebih disebabkan oleh aspek strategi pembangunan yang kurang tepat. Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan misalnya, ternyata tidak mampu mengatasi persoala-persoalan yang terjadi di daerah, malah sebaliknya hanya memperkaya pelaku-pelaku ekonomi tertentu yang dekat dan mudah mendapatkan akses pembangunan secara gratis.

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pengaruh sub sektor perdagangan, hotel dan restoran secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan, kecuali sub sektor hotel yang tidak berpengaruh signifikan. 2. Hasil perhitungan LQ konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan

restoran di Kota Medan yaitu wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Johor dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Denai dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Area dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Kota dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Maimun dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Petisah dengan konsentrasi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran; Medan Perjuangan dengan konsentrasi sub sektor perdagangan dan restoran; Medan Tembung dengan konsentrasi sub sektor perdagangan dan restoran dan Medan Labuhan dengan konsentrasi sub sektor perdagangan dan restoran.

5.2. Saran

(41)

2. Pemerintah Kota Medan harus maksimalkan pengembangan wilayah di kecamatan-kecamatan yang belum terdapat konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan restoran seperti Kecamatan Medan Amplas, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Barat, Medan Timur, Medan Marelan dan Medan Belawan.

Gambar

Tabel 3.1.Definisi  Variabel Operasional Penelitian
Gambar 4.1. Peta Pembagian Kecamatan di Kota Medan
Tabel 4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun                   2009-2013
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2009-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selamat siang in English is .....

Ketujuh, faktor penyebab rendahnya kemampuan menulis teks pidato antara lain: referensi buku tata bahasa yang kurang; penguasaan kaidah yang tidak memadai; kurangnya

Apabila dalam keadaan yang sangat memaksa perkawinan di bawah umur dapat dilakukan dengan mengajukan dispensasi ke pengadilan agama yang telah ditunjuk oleh kedua orang tua dari

Gambar D.7 Hasil Uji RVA Pati Biji Mangga dan RVA Larutan Biokomposit dari Pati Biji Mangga dengan Pengisi Hybrid serta Plasticizer Gliserol.. D.8 HASIL UJI

Dalam bidang hiburan ini kita dapat melakukan bermacam kegiatan dengan menggunakan komputer, seperti mendengar lagu-lagu dan memutar film, yang tentunya untuk melakukan semua

[r]

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat desain antarmuka,

Untuk itu dalam pembuatan forum diskusi ini penulis menggunakan bahasa pemrograman PHP 4.0., basis data menggunakan MySQL ver 3.33, alat bantu pemodelan struktur navigasi