• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bni Cabang Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bni Cabang Kota Padangsidimpuan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

1 PROPOSAL

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utra

Disusun oleh:

110907039 MARTO TAMBUNAN

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BNI CABANG KOTA PADANGSIDIMPUAN

Nama : Marto Tambunan

NIM : 110907039

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Permasalahan mengenai sumber daya manusia pada saat sekarang ini masih menjadi pusat perhatian dan dasar utama bagi perusahaandimanapun berada, salah satunya adalah BNI Cabang Kota Padangsidimpuan yang bergerak dibidang perbankan. Untuk dapat mencapai tujuan perusahan, BNI berupaya meningkatkan pelatihan dan disiplin kerja karyawannya agar dapat mencapai kinerja yang maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui pelatihan pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan. 2. Untuk mengetahui disiplin kerja pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan. 3. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan BNI Cabang Kota Padangsidimpuan.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif.Besar sampel diperoleh sebanyak 60 responden. Penelitian ini menggunakanmetode analisis regresi berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis berupa uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi. Dengan bantuan sistem komputerisasi (Program Komputer SPSS versi 21).

Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat pengaruh antara pelatihan dan disiplin kerja dengan kinerja karyawan. Pengujian membuktikan bahwa pelatihan dandisiplin kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan dengan angka probabilitas signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0.05dengan demikian H₃ diterima dan H₀ditolak.

(3)

ABSTRACT

EFFECT OF TRAINING AND WORK DISCIPLINE ON THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES BNI PADANGSIDIMPUAN CITY BRANCH

Name : Marto Tmbunan

NIM : 110907039

Program of Study : Business of Administration

Faculty : Social Science and Political Science Advicer :Arifin Nasution, S. Sos, M.SP

Issues concerning human resources at the present time is still the center of attention and the main basis for companies wherever located, one of which is BNI Branch Padangsidimpuan engaged in banking. In order to achieve the goal of the company, BNI seeks to improve the training and discipline of employees working in order to achieve maximum performance. This study aims to determine: 1. To know the training at BNI Branch Padangsidimpuan. 2. To determine the discipline of work at BNI Branch Padangsidimpuan. 3. To determine the effect of training and discipline of work on employee performance BNI Branch Padangsidimpuan. Forms of research used in this research is a form of associative research with a quantitative approach. Large sample obtained 60 respondents. This study uses multiple regression analysis, the classical assumption test and test hypotheses in the form of the t test, F test, and test the coefficient of determination. With the aid of a computerized system (Computer program SPSS version 21). Results of hypothesis testing has proven there is influence between training and work discipline with employee performance. Tests prove that the training and discipline of work has a positive influence on employee performance with significance probability figure for 0000. Because the probability of significance is much smaller than 0.05 so H H accepted and rejected.

(4)

KATA PENGANTAR

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Arifin Nasution, S.Sos, M.SP selaku Sekertaris Jurusan Program

Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing saya yang senantiasa memberikan waktu dan ilmunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kak Siswati, S.Sos, M.SP yang banyak berperan dan membantu penulis

selama masa perkuliahan.

5. Seluruh dosen-dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan. Dan seluruh pegawai administrasi di lingkungan FISIP-USU khususnya kepada Bang Farid, SH yang selalu memberikan pelayanan terbaik dan membantu penulis dalam hal administrasi.

6. BNI Cabang Kota Padangsidimpuan dan HRD BNI Bapak Jones Mokio Sinaga yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian skripsi.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih membutuhkan masukan dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat member manfaat bagi kita semua.

Medan, September 2015

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1..5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pelatihan (Training) ... 7

2.1.1 Pengertian Pelatihan ... 7

2.1.2 Metode Pelatihan ... 9

2.1.3 Indikator Pelatihan ... 13

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Pelatihan ... 15

2.2 Disiplin Kerja ... 16

2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja ... 16

2.2.2 Bentuk – Bentuk Disiplin Kerja ... 17

2.2.3 Pendekatan Disiplin Kerja ... 18

2.2.4 Indikator Disiplin Kerja ... 18

2.2.5 Tujuan dan Manfaat Disiplin Kerja ... 21

2.3 Kinerja Karyawan ... 22

2.3.1 Pengertian Kinerja ... 22

2.3.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 23

2.3.3 Indikator Kinerja ... 26

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 33

3.4 Hipotesis ... 33

3.5 Definisi Konsep ... 34

3.6 Definisi Operasional ... 35

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.7.1 Data Primer ... 38

3.7.2 Data Sekunder... 39

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

3.8.1 Uji Validitas ... 39

3.8.2 Uji Relibilitas ... 40

3.8.3 Metode Regresi Linear Berganda ... 40

3.8.4 Uji Asumsi Klasik ... 41

3.8.4.1 Uji Normalitas ... 41

3.8.4.2 Multikolinearitas ... 41

3.8.4.3 Heterokedastisitas ... 42

3.8.5 Pengujian Hipotesis ... 42

3.8.5.1 Uji Signifikan Parsial (t) ... 42

3.8.5.2 Uji Signifikan Simultan (F) ... 43

3.8.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 44

BAB IVHASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 46

(7)

4.1.3 Struktur Organisasi ... 50

4.1.4 Uraian Tugas ... 51

4.1.5 Tenaga Kerja... 53

4.1.6 Waktu Kerja ... 54

4.1.7 Sistem Pengupahan ... 54

4.2 Penyajian Data ... 55

4.2.1 Karakteristik Responden... 56

4.2.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.2.1.2 Responden Berdasarkan Usia ... 57

4.2.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

4.2.1.4 Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 59

4.2.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian... 59

4.2.2.1 Deskripsi Data Variabel Pelatihan (X₁) ... 59

4.2.2.2 Deskripsi Data Variabel Disiplin Kerja (X₂) ... 66

4.2.2.3 Deskripsi Data Variabel Kinerja Karyawan (Y) ... 72

4.2.3 Uji Instrumen ... 78

4.2.3.1 Uji Validitas ... 78

4.2.3.2 Uji Reliabilitas ... 81

4.3 Analisis Data ... 82

4.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 82

4.3.2 Analisis Uji Asumsi Klasik ... 84

4.3.2.1 Uji Normalitas ... 84

4.3.2.2Uji Multikolinearitas ... 85

4.3.2.3Uji Heterokedastisitas ... 86

4.3.3 Analisis Uji Hipotesis ... 87

4.3.3.1Uji Signifikan Parsial (t) ... 87

4.3.3.2 Uji Signifikan Simultan (F) ... 88

(8)

4.3.4 Pembahasan ... 89 4.3.4.1 Pelatihan pada BNI Cabang Kota

Padangsidimpuan ... 90

4.3.4.2 Disiplin Kerja pada BNI Cabang Kota

Padangsidimpuan ... 90

4.3.4.3 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan .... 90

4.3.4.4 Pengaruh Disiplin Kerja terhadap

Kinerja Karyawan ... 91 4.3.4.5 Pengaruh Pelatihan dan Disiplin Kerja terhadap

Kinerja Karyawan ... 92

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpula ... 94 5.2 Saran ... 95

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur BNI ... 50

Gambar 4.2Hasil Uji Normalitas (Grafik 1) ... 84

Gambar 4.3Hasil Uji Normalitas (Grafik 2) ... 84

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Indikator ... 37

Tabel 3.2 Penentuan Skor ... 39

Tabel 4.1Jumlah Karyawan BNI Cabang Kota Padangsidimpuan ... 53

Tabel 4.2Jam Kerja Karyawan ... 54

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.4Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 57

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

Tabel 4.6Karakteristik Berdasarkan Lama Bekerja ... 59

Tabel 4.7Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Pelatihan (X₁) ... 60

Tabel 4.8Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Disiplin Krja (X₂) ... 66

Tabel 4.9 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Karyawan (Y)..72

Tabel 4.10Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pelatihan (X₁) ... 79

Tabel 4.11Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pelatihan (X₂)... 80

Tabel 4.12Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Karyawan (Y) ... 81

Tabel 4.13Hasil Uji Reliabilitas ... 82

Tabel 4.14Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 83

Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas... 85

Tabel 4.16 Hasil Uji t ... 87

Tabel 4.17Hasil Uji F ... 88

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar pertanyaan responden (Kuesioner) Lampiran 2 Tabel hasil kuesioner masing-masing variabel Lampiran 3 Uji validitas masing-masing variabel

Lampiran 4 Uji reliabilitas masing-masing variabel Lampiran 5 Uji analisis berganda

Lampiran 6 Dokumentasi pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan Lampiran 7 Permohonan Judul Skripsi

Lampiran 8 Kartu seminar proposal penelitian Lampiran 9 Surat izin penelitian

Lampiran 10 Daftar hadir peserta seminar proposal Lampiran 11 Berita acara seminar proposal

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BNI CABANG KOTA PADANGSIDIMPUAN

Nama : Marto Tambunan

NIM : 110907039

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Permasalahan mengenai sumber daya manusia pada saat sekarang ini masih menjadi pusat perhatian dan dasar utama bagi perusahaandimanapun berada, salah satunya adalah BNI Cabang Kota Padangsidimpuan yang bergerak dibidang perbankan. Untuk dapat mencapai tujuan perusahan, BNI berupaya meningkatkan pelatihan dan disiplin kerja karyawannya agar dapat mencapai kinerja yang maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui pelatihan pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan. 2. Untuk mengetahui disiplin kerja pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan. 3. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan BNI Cabang Kota Padangsidimpuan.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif.Besar sampel diperoleh sebanyak 60 responden. Penelitian ini menggunakanmetode analisis regresi berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis berupa uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi. Dengan bantuan sistem komputerisasi (Program Komputer SPSS versi 21).

Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat pengaruh antara pelatihan dan disiplin kerja dengan kinerja karyawan. Pengujian membuktikan bahwa pelatihan dandisiplin kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan dengan angka probabilitas signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0.05dengan demikian H₃ diterima dan H₀ditolak.

(13)

ABSTRACT

EFFECT OF TRAINING AND WORK DISCIPLINE ON THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES BNI PADANGSIDIMPUAN CITY BRANCH

Name : Marto Tmbunan

NIM : 110907039

Program of Study : Business of Administration

Faculty : Social Science and Political Science Advicer :Arifin Nasution, S. Sos, M.SP

Issues concerning human resources at the present time is still the center of attention and the main basis for companies wherever located, one of which is BNI Branch Padangsidimpuan engaged in banking. In order to achieve the goal of the company, BNI seeks to improve the training and discipline of employees working in order to achieve maximum performance. This study aims to determine: 1. To know the training at BNI Branch Padangsidimpuan. 2. To determine the discipline of work at BNI Branch Padangsidimpuan. 3. To determine the effect of training and discipline of work on employee performance BNI Branch Padangsidimpuan. Forms of research used in this research is a form of associative research with a quantitative approach. Large sample obtained 60 respondents. This study uses multiple regression analysis, the classical assumption test and test hypotheses in the form of the t test, F test, and test the coefficient of determination. With the aid of a computerized system (Computer program SPSS version 21). Results of hypothesis testing has proven there is influence between training and work discipline with employee performance. Tests prove that the training and discipline of work has a positive influence on employee performance with significance probability figure for 0000. Because the probability of significance is much smaller than 0.05 so H H accepted and rejected.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan mengenai sumber daya manusia pada saat sekarang ini

masih menjadi pusat perhatian dan tumpuhan utama bagi perusahaan swasta

ataupun instansi pamerintahan dimanapun berada. Seiring dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya manusiapun membutuhkan banyak

cara agar bisa menyeimbangkan kemajuan tersebut agar terwujudnya kinerja yang

memuaskan sesuai dengan harapan suatu organisasi ataupun perusahaan. Sumber

daya manusia merupakan salah satu aset dalam suatu organisasi yang sangat

penting yang merupakan sumber daya yang menggerakkan dan mengendalikan

sumber daya - sumber daya yang lainnya seperti material, modal, dan mesin.

Sumber daya tersebut tidak akan bisa berjalan dan beroperasi dengan baik jika

tidak ada sumber daya manusia yang mengelolanya.

Manajemen sumber daya manusiaadalah suat

mengatur hubungan dan perana

ole

sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat

menjadi maksimal. Pada masa kini persoalan manajemen tidak hanya terdapat

pada bahan mentah atau bahan baku akan tetapi juga menyangkut prilaku

karyawan atau sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan masukan

(input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan keluaran (output). Dan

(15)

dimanage akan menghasilkan output kinerja bagi perusahaan yang tentunya akan

menguntungkan bagi perusahaan. Sumber daya manusia yang belum mempunyai

keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan apabila dilatih, diberikan

pengalaman dan diberikan motivasi untuk berkembang maka akan menjadi aset

yang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Pengelolaan sumber daya manusia

inilah yang disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Dengan kata lain

manajemen sumber daya manusia adalah mengembangkan pegawai dalam rangka

mencapai tujuan dan sasaran individu maupun organisasi.

Ivancevich (2008) mengemukakan bawah pelatihan (training) adalah

“sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok

pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan

keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang

dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk

menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk

berhasil dalam pekerjaannya.

Disiplin merupakan fungsi operatif dari Manajemen Sumber Daya

Manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan semakin tinggi

prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi

organisasi mencapai hasil yang optimal. Penerapan disiplin kerja di lingkungan

kerja, memang awalnya akan dirasakan berat oleh para pegawai, tetapi apabila

terus menerus diberlakukan akan menjadi kebiasaan, dan disiplin tidak akan

menjadi beban berat bagi para pegawai. Disiplin ini perlu diterapkan di

lingkungan kerja karena disiplin tidak lahir begitu saja, tetapi perlu adanya

(16)

(2006:172) mengatakan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma - norma sosial yang

berlaku.

Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu

organisasi, maka salah satu faktor yang sangat menentukan adalah terciptanya

disiplin kerja para pegawainya dengan asumsi bahwa dalam suasana disiplinlah

organisasi akan dapat melaksanakan program - program kerjanya untuk mencapai

sasaran yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal di atas tersebut, maka

dimensi pengukuran disiplin kerja menurut teori Fathoni yang menggunakan tiga

kriteria pengukuran disiplin yaitu tingkat ketepatan waktu, tingkat kesadaran

dalam bekerja dan tingkat kepatuhan kepada peraturan.

Terwujudnya pelatihan dan disiplin kerja yang baik, maka akan

membangun sebuah kinerja yang baik bagi perusahaan. Menurut Mangkunegara

(2002:67), kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan perusahan yang bergerak

dibidang jasa perbankan. Bank Negara Indonesia (BNI) adalah bank komersial

tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli

tahun 1946. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar

negeri. Peranan BNI untuk mendukung perekonomian Indonesia semakin strategis

dengan munculnya inisiatif untuk melayani seluruh lapisan masyarakat dari

(17)

layanan perbankan seperti Bank Terapung, Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank

Sarinah. Tujuan utama dari pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani

masyarakat yang tinggal di kepulauan atau daerah yang sulit dijangkau dengan

transportasi darat. BNI juga meluncurkan Bank Keliling, yaitu jasa layanan

perbankan di mobil keliling sebagai upaya proaktif untuk mendorong masyarakat

menabung.

Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan nama

Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi rakyat dan

berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Segmentasi nasabah juga

telah dibidik BNI sejak awal dengan dirintisnya bank yang melayani khusus

nasabah wanita yaitu Bank Sarinah di mana seluruh petugas bank adalah

perempuan dan Bank Bocah yang memberikan edukasi kepada anak-anak agar

memiliki kebiasaan menabung sejak dini. Pelayanan Bank Bocah dilakukan juga

oleh anak-anak. Bahkan sejak 1963, BNI telah merintis layanan perbankan di

perguruan tinggi saat membuka Kantor Kas Pembantu di Universitas Sumatera

Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI telah memiliki kantor layanan hampir di

seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta terkemuka di Indonesia.

Globalisasi juga menuntut industri perbankan untuk selalu meningkatkan

kemampuan dalam memberikan solusi perbankan kepada seluruh nasabah. Secara

historis BNI focus pada corporate banking yang didukung dengan infrastruktur

retailbanking yang kuat. Kini BNI terus berupaya meningkatkan kapitalisasi

keduanya menjadi keunggulan BNI. Dengan sejarah yang kaya, kondisi financial

(18)

yakin telah berada di jalur yang tepat untuk menjadi bank nasional yang

berkemampuan global.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja

karyawan BNI Cabang Padangsidimpuan untuk menghasilkan layanan jasa yang

lebih memuaskan nasabah. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh

Pelatihan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan”.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah yang diteliti adalah:

1. Objek penelitin adalah karyawan pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan.

2. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap

kinerja karyawan pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat

dirumuskan masalah penelitian yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana pelatihan pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan?

2. Bagaimana disiplin kerja pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan?

3. Bagaimana pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan

(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pelatihan pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui disiplin kerja pada BNI Cabang Kota Padangsidimpuan.

3. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja

karyawan BNI Cabang Kota Padangsidimpuan.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai

pertimbangan bagi pihak manajemen sumber daya manusia pada BNI Cabang

Kota Padangsidimpuan dalam membantu mengidentifikasi bagaimana

pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.

2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

pengetahuan mengenai pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja

karyawan.

3. Penelitian ini juga bermanfaat bagi para peneliti lain yang hendak melakukan

penelitian lebih mendalam mengenai pengaruh pelatihan dan disiplin kerja

(20)

7 2.1 Pelatihan (Training)

2.1.1 Pengertian Pelatihan

Pelatihan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan, organisasi,

lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan

bahwa pelatihan sangat penting bagi tenaga kerja maupun karyawan untuk bekerja

lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat

kedepan. Pada suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa perbankan, pelatihan

sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja para karyawan. Hal ini yang

mendorong pihak instansi perbankan untuk memfasilitasi pelatihan para karyawan

guna mendapatkan hasil kinerja yang balk, etèktif dan efisien.

Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang

mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh

karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, dan pelatihan

dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan

menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui

serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang

ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan

pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada

individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya

(21)

Sedangkan pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses

mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang

mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan

salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia

kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti

pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan

lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.

Menurut Mathis dan Jackson (2004:318) pelatihan dapat dirancang untuk

memenuhi tujuan berbeda dan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai cara, yang

meliputi:

1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin: dilakukan untuk memenuhi berbagai

syarat hukum yang diharuskan dan berlaku sebagai pelatihan untuk semua

karyawan (orientasi karyawan baru).

2. Pelatihan pekerjaan/teknis: memungkinkan para karyawan untuk melakukan

pekerjaan, tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik.

3. Pelatihan antarpribadi dan pemecahan masalah: dimaksudkan untuk mengatasi

masalah operasional dan antarpribadi serta meningkatkan hubungan dalam

pekerjaan organisasional.

4. Pelatihan perkembangan dan inovatif : menyediakan fokus jangka panjang

untuk meningkatkan kapabilitas individual dan organisasional untuk masa

(22)

2.1.2 Metode Pelatihan

Menurut Cherrington (1995:358), dikatakan bahwa metode dalam

pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on the job traning dan off the job training. On

the joh training lebih banyak digunakan dibandingkan dengan off the job training.

Hal ini disebabkan karena metode on the job training lebih berfokus pada

peningkatan produktivitas secara cepat. Sedangkan metode off the joh training

lebih cenderung berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.

1. On The Job Training dibagi menjadi 6 macam yaitu:

a. Job instruclion training

Pelatihan ini memerlukan analisa kinerja pekerjaan secara teliti. Pelatihan

ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan, dan menunjukkan

langkah - langkah pelaksanan pekerjaan.

b. Apprenticeship

Pelatihan ini mengarah pada proses penerimaan karyawan baru, yang

bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu

tertentu. Keefektifan pelatihan ini tergantung pada kemampuan praktisi yang ahli

dalam mengawasi proses pelatihan.

c. Internship dan assistantships

Pelatihan ini hampir sama dengan pelatihan apprenticeship hanya saja

pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan

formal yang lebih tinggi. Contoh internship training adalah cooperalive education

(23)

formal di sekolah yang bekerja di suatu perusahan dan diperlakukan sama seperti

karyawan dalam perusahaan tetapi tetap dibawah pengawasan praktisi yang ahli.

d. Job rotation dan transfer

Pelatihan ini adalah proses belajar yang biasanya untuk mengisi

kekosongan dalam manajemen dan teknikal. Dalam pelatihan ini terdapat 2

kerugian yaitu: yang pertama, peserta pelatihan hanya merasa dipekerjakan

sementara dan tidak mempunyai komitmen untuk terlibat dalam pekerjaan dengan

sungguh - sungguh. Dan yang kedua, banyak waktu yang terbuang untuk memberi

orientasi pada perserta terhadap kondisi pekerjaan yang baru.

Pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu: jika pelatihan ini

diberikan oleh manajer yang ahli maka peserta akan memperoleh tambahan

pengetahuan mengenai pelaksanaan dan praktek dalam pekerjaan.

e. Junior boards dan committee assingments

Ini merupakan alternatif pelatihan dengan memindahkan perserta pelatihan

kedalam komite untuk bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan

administrasi. Dan juga menempatkan peserta dalam anggota eksekutif agar

memperoleh kesempatan dalam berinteraksi dengan eksekutif yang lain.

f. Couching dan counseling

Pelatihan ini merupakan aktifitas yang mengharapkan timbal balik dalam

penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan

(24)

2. off the job training dibagi menjadi 13 macam:

a. Vestibule training

Pelatihan dimana dilakukan ditempat tersendiri yang dikondisikan seperti

tempat aslinya. Pelatihan ini digunakan untuk mengajarkan keahlian kerja yang

khusus.

b.Lecture

Pelatihan ini merupakan pelatihan dimana menyampaikan berbagai macam

informasi kepada sejumlah besar orang pada waktu bersamaan.

c. Independent self-study

Pelatihan yang mengharapkan peserta untuk melatih diri sendiri misalnya

dengan membaca buku, majalah profesional, mengambil kursus pada universitas

lokal dan mengikuti pertemuan profesional.

d.Visual presentations

Pelatihan ini dengan mengunakan televisi, film, video, atau persentasi

dengan menggunakan slide.

e.Conferences dan discusion

Pelatihan ini biasa digunakan untuk pelatihan pengambilan keputusan

dimana peserta dapat belajar satu dengan yang Iainnya.

f.Teleconferencing

Pelatihan dengan menggunakan satelit, dimana pelatih dan perseta

(25)

g.Case studies

Pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, dimana peserta dituntut

untuk menemukan prinsip - prinsip dasar dengan menganalisa masalah yang ada.

h.Role playing

Pelatihan dimana peserta dikondisikan pada suatu permasalahan tertentu,

peserta harus dapat menyelesaikan permasalahan dimana peserta seolah - olah

terlibat langsung.

i.Simulation

Pelatihan yang menciptakan kondisi belajar yang sangat sesuai atau mirip

dengan kondisi pekerjaan, pelatihan ini digunakan untuk belajar secara teknikal

dan skill.

i.Programmed instruction

Pelatihan ini merupakan aplikasi prinsip dalam kondisi operasional,

biasanya menggunakan komputer.

j.Computer - based training

Pelatihan ini merupakan program pelatihan yang diharapkan mempunyai

hubungan interaktif antara komputer dan peserta, dimana peserta diminta untuk

merespon secara langsung selama proses belajar.

k.Laboratory training

Pelatihan ini terdiri dari kelompok - kelompok diskusi yang tak beraturan

dimana peserta diminta untuk mengungkapkan perasaan mereka terhadap satu

(26)

meningkatkan sensitivitas terhadap perilaku dan perasaan orang lain maupun

dalam kelompok.

l.Programmed group exercise

Pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekerja sama dalam memecahkan

suatu permasalahan.

2.1.3 Indikator Pelatihan

Indikator - indikator pelatihan menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2013:62),

diantaranya:

1. Jenis Pelatihan

Berdasarkan analisis kebutuhan program pelatihan yang telah dilakukan,

makaperlu dilakukan pelatihan peningkatkan kinerja pegawai dan etika kerja

bagitingkat bawah dan menengah.

2. Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan harus konkrit dan dapat diukur, oleh karena itu

pelatihanyang akan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

kerjaagar peserta mampu mencapai kinerja secara maksimal dan

meningkatkanpemahaman peserta terhadap etika kerja yang harus diterapkan.

3. Materi

Materi pelatihan dapat berupa: pengelolaan (manajemen), tata

naskah,psikologis kerja, komunikasi kerja, disiplin dan etika kerja,

(27)

4. Metode Yang Digunakan

Metode pelatihan yang digunakan adalah metode pelatihan dengan

teknikpartisipatif yaitu diskusi kelompok, konfrensi, simulasi, bermain

peran(demonstrasi) dan games, latihan dalam kelas, test, kerja tim dan study

visit(studi banding).

5. Kualifikasi Peserta

Peserta pelatihan adalah pegawai perusahaan yang memenuhi

kualifikasipersyaratan seperti karyawan tetap dan staf yang mendapat

rekomendasipimpinan.

6. Kualifikasi Pelatih

Palatih/instruktur yang akan memberikan materi pelatihan harus

memenuhikualifikasi persyaratan antara lain: mempunyai keahlian yang

berhubungandengan materi pelatihan, mampu membangkitkan motivasi dan

mampumenggunakan metode partisipatif.

7. Waktu (Banyaknya Sesi).

Banyaknya sesi materi pelatihan terdiri dari 67 sesi materi dan 3

sesipembukaan dan penutupan pelatihan kerja. Dengan demikian jumlah

sesipelatihan ada 70 sesi atau setara dengan 52,2 jam. Makin sering petugas

mendapat pelatihan, maka cenderung kemampuan dan keterampilan

(28)

2.1.4Tujuan dan Manfaat Pelatihan

Menurut Cut Zurnali (2004), the goal of training is for employees to

master knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to

apply them to their day to day activities. Hal ini berarti bahwa tujuan pelatihan

adalah agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian dan perilaku

yang ditekankan dalam program - program pelatihan dan untuk diterapkan dalam

aktivitas sehari - hari para karyawan. Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang

besar bagi pengembangan perusahaan.

Cut Zurnali (2004) memaparkan beberapa manfaat pelatihan yang

diselenggarakan oleh perusahaan yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck,

Gerhart, Wright (2003), yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar.

2. Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan

teknologi baru.

3. Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif

dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas.

4. Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi, kreativitas

dan pembelajaran.

5. Menjamin keselamatan dengan memberikan cara - cara baru bagi para

karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan

dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi

(29)

6. Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara

lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para

wanita.

2.2 Disiplin Kerja

2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin berasal dari kata bahasa latin, discipline yang berarti latihan atau

pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi disiplin

berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Disiplin

sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk

memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan

pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin

bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan,

prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang

baik.

Menurut Hasibuan (2005:193-194) Kedisiplinan merupakan fungsi

operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin

tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tidak adanya disiplin karyawan baik,

sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik

mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas - tugas

yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu,

setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang

(30)

bawahannya berdisiplin baik. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan

yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

Terkadang kekurang tahuan pegawai tentang peraturan, prosedur, dan akan

kebijakan yang ada merupakan penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah

satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan

program orientasi kepada tenaga kerja. Selain memberikan orientasi, pimpinan

harus menjelaskan secara rinci peraturan - peraturan yang sering dilanggar,

berikut rasional, dan konsekuensinya. Demikian pula peraturan/prosedur atau

kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui, sebaiknya

diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif. Disiplin harus ditegakkan dalam

suatu organisasi, karena tanpa dukungan disiplin kerja yang baik, maka sulit bagi

perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya

2.2.2Bentuk – Bentuk Disiplin Kerja

Berikut ini adalah bentuk - bentuk disiplin kerja menurut Veitzal Rivai

(2005:444):

1. Disiplin retributif adalah berusaha menghukum orang yang berbuat salah

2. Disiplin korektif adalah berusaha membantu karyawan mengkoreksi

perilakunya yang tidak tepat.

3. Perspektif hak - hak individu adalah berusaha melindungi hak - hak dasar

individu selama tindakan - tindakan disipliner.

4. Perspektif utilitarian adalah berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada

(31)

2.2.3 Pendekatan Disiplin Kerja

Dalam pelaksanaan tindakan disipliner, Veitzal Rivai (2005:445)

menjelaskan tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Aturan tungku panas (hot stove rule). Pendekatan tungku panas ini terfokus

pada perilaku masa lalu.

2. Tindakan disiplin progresif (progressive discipline). Tindakan ini dimaksudkan

untuk memastikan bahwa terdapat hukuman minimal yang tepat terhadap

setiap pelanggaran. Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin

yang berkembang mulai dari hukuman yang ringan hingga yang sangat keras.

Disiplin progressif dirancang untuk memotivasi karyawan agar mengkoreksi

kekeliruannya secara sukarela.

3. Tindakan disiplin positif (positive discipline). Disiplin positif tertumpukan

pada konsep bahwa para karyawan mesti memikul tanggung jawab atas tingkah

laku pribadi mereka dan persyaratan – persyaratan pekerjaan.

2.2.4 Indikator Disiplin Kerja

Indikator - indikator disiplin kerja menurut Hasibuan (2000), yaitu :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta

cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada seseorang karyawan harus sesuai dengan

kemampuan karyawan bersangkutan. Tetapi jika pekerjaan itu di luar

(32)

kesungguhan dan kedisiplinan karyawan akan rendah. Di sini letak pentingnya

asas the right man in the right place and the right man in the right job.

2. Teladan pimpinan

Dalam menentukan disiplin kerja karyawan maka pimpinan dijadikan

teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang

baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Pimpinan

jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik, jika dia sendiri kurang

berdisiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan

diteladani oleh para bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan agar pimpinan

mempunyai kedisiplinan yang baik, supaya para bawahan pun berdisiplin baik.

3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memengaruhi kedisplinan

karyawan, karena akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan/pekerjaannya. Perusahaan harus memberikan balas jasa yang sesuai.

Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang mereka terima

kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuannya beserta

keluarganya. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik jika selama

kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

4. Keadilan

Keadilan mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama

dengan manusia lainnya. Apabila keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan

dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang

(33)

dalam kepemimpinannya selalu bersikap adil terhadap semua bawahannya, karena

dia menyadari bahwa dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisplinan

yang baik pula

5. Pengawasan melekat

Pengawasan melekat harus dijadikan suatu tindakan yang nyata dalam

mewujudkan kedisplinan karyawan perusahaan, karena dengan pengawasan ini,

berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah

kerja, dan prestasi bawahan. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat

kerjanya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada

bawahannya yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya.

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

karyawan. Karena dengan adanya sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan

akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku

yang indisipliner karyawan akan berkurang. Berat ringannya sangksi hukuman

yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan.

Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal

dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan.

7. Ketegasan

Pemimpin harus berani tegas bertindak untuk menghukum setiap

karyawan yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.

Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan

indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinanya. Tetapi bila seorang

(34)

sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap

indispliner karyawan tersebut akan semakin meningkat.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan

itu baik bersifat vertical maupun horizontal yang hendaknya horizontal. Pimpinan

atau manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang

serasi serta mengikat, vertical maupun horizontal. Jika tercipta human

relationship yang serasi, maka terwujud lingkungan dan suasana kerja yang

nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan.

2.2.5 Tujuan dan Manfaat Disiplin Kerja

Sutrisno (2012:88) mengemukakan tujuan disiplin kerja, yaitu:

1. Disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi mencapai efisiensi dengan

mencegah dan mengoreksi tindakan - tindakan individu dalam itikat tidak

baiknya terhadap kelompok. Lebih jauh lagi, disiplin berusaha untuk

melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan respon yang dikehendaki.

2. Disiplin kerja sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran segala aktivitas

organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara maksimal. Meskipun

bukan hal yang mustahil bahwa menghindari kondisi - kondisi yang

memerlukan disiplin itu lebih baik daripada program pendisiplinan yang

paling memuaskan, namun disiplin itu sendiri menjadi penting karena

manusia dan kondisinya yang tidak sempurna, seharusnya mempunyai tujuan

(35)

Manfaat disiplin kerja menurut Sutrisno (2012:88) adalah:

1. Bagi organisasi, adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata

tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang

optimal.

2. Bagi karyawan, akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga

akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan

demikian, karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran

serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin

demi terwujudnya tujuan organisasi.

2.3Kinerja Karyawan 2.3.1Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata jobperformance atau actualperformance yang

berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan

kepadanya (Mangkunagara, 2002:22).

Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada

dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen

kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan

kelompok kerja di perusahaan tersebut.

Menurut Miner dalam Sutrisno (2010:172-173) mengemukakan secara

(36)

1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu dan

ketepatan dalam melakukan tugas.

2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk atau jasa

yang dapat dihasilkan.

3. Waktu kerja, menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan, serta

masa kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.

4. Kerja sama, menerangkan akan bagaimana individu membantu atau

menghambat usaha dari teman sekerjanya.

Dengan keempat aspek kinerja diatas dapat dikatakan bahwa individu

mempunyai kinerja yang baik bila dia berhasil memenuhi keempat aspek tersebut

sesuai dengan target atau rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi. Menurut

Swanson dan Graudous dalam Sutrisno (2010:173) menjelaskan bahwa dalam

sistem, berapa pun ukurannya, semua pekerjaan saling berhubungan. Hasil dari

seperangkat kinerja pekerjaan adalah masukan bagi usaha kinerja lainnya. Karena

saling bergantung, apa yang tampaknya merupakan perolehan kinerja yang kecil

dalam suatu aspek pekerjaan dapat menghasilkan perolehan besar secara

keseluruhan. Jadi, produktivitas suatu sistem bergantung pada kecermatan dan

efisiensi perilaku kinerja.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk suatu organisasi

mempunyai kinerja yang baik, yaitu menyangkut pernyataan tentang maksud dan

nilai-nilai, manajemen strategis, manajemen sumber daya manusia,

pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja, fungsionalisasi,

(37)

Menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2007:74), faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

1. Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang

dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.

2. Leadership factors, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan

dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

3. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan

sekerja.

4. System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang

diberikan organisasi.

5. Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan

perubahan lingkungan internal dan eksternal.

Seperti diketahui tujuan organisasi hanya dapat dicapai, karena organisasi

tersebut didukung oleh unit-unit kerja yang terdapat didalamnya. Terdapat

beberapa cara untuk peningkatan kinerja karyawan. Menurut Stoner dalam

Sutrisno (2010:184-185), mengemukakan adanya empat cara, yaitu:

1. Diskriminasi

Seorang manajer harus mampu membedakan secara objektif antara mereka

yang dapat memberi sumbangan berarti dalam pencapaian tujuan organisasi

dengan mereka yang tidak. Dalam konteks penilaian kinerja memang harus ada

perbedaan antara karyawan yang berprestasi dengan karyawan yang tidak

berprestasi. Oleh karena itu, dapat dibuat keputusan yang adil dalam berbagai

bidang, misalnya pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia), penggajian, dan

(38)

2. Pengharapan

Dengan memerhatikan bidang tersebut diharapkan bisa meningkatkan

kinerja karyawan. Karyawan yang memiliki nilai kinerja tinggi mengharapkan

pengakuan dalam bentuk berbagai penghargaan yang diterimanya dari organisasi.

untuk mempertinggi motivasi dan kinerja, mereka yang tampil mengesankan

dalam bekerja harus diidentifikasi sedemikian rupa sehingga penghargaan

memang jatuh pada tangan yang memang berhak.

3. Pengembangan

Bagi yang bekerja dibawah standar, skema untuk mereka adalah mengikuti

program pelatihan dan pengembangan. Sedangkan yang di atas standar, misalnya

dapat dipromosikan kepada jabatan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil laporan

manajemen, bagaimanapun bentuk kebijakan organisasi dapat terjamin keadilan

dan kejujurannya. Untuk itu diperlukan suatu tanggung jawab yang penuh pada

manajer yang membawahinya.

4. Komunikasi

Para manajer bertanggung jawab untuk mengevaluasi kinerja para

karyawan dan secara akurat mengomunikasikan penilaian yang dilakukannya.

Untuk dapat melakukan secara akurat, para manajer harus mengetahui kekurangan

dan masalah apa saja yang dihadapi para karyawan dan bagaimana cara

mengatasinya. Di samping itu, para manajer juga harus mengetahui program

pelatihan dan pengembangan apa saja yang dibutuhkan. Untuk memastikannya,

(39)

2.3.3 Indikator Kinerja

Menurut Bernardin dan Russel dalam Sutrisno (2010:179) ada enam

kinerja primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu:

1. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan

kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

2. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, unit,

dan siklus kegiatan yang dilakukan.

3. Timeliness, merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu

yang dikehendaki, dengan memerhatikan koordinasi output lain serta waktu

yang tersedia untuk kegiatan orang lain.

4. Cost effectiveness, merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya

organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan material) dimaksimalkan untuk

mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit

penggunaan sumber daya.

5. Need for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat

melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang

supervisior untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

6. Interpersonal impact, merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara

(40)

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan seblumnya menunjukkan bahwa

adanya pelatihan dan disiplin kerja sangat membantu kinerja karyawan dalam

pencapaian suatu tujuan perusahaan. Sehingga perusahaan tersebut dapat berjalan

dengan baik dan mempunyai karyawan yang benar – benar mempunyai skill

dibidangnya masing – masing.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengambil rujukan dari beberapa

penelitian sebelumnya yang mempunyai kaitan yang kurang lebih sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

pendalaman mengenai topik penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian

[image:40.595.116.511.416.756.2]

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Nama Penelitian Variabel Penelitian Judul Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1. Afni

(41)
[image:41.595.116.512.50.758.2]

bahwa variabel pelatihan, disiplin kerja, dan motivasi memberi pengaruh sebesar 69,3 persen terhadap produktivitas kerja. Sedangkan sisanya 30,7 persen adalah pengaruh dari variabel lain yang tidak diamati pada tabel signifikan variabel pelatihan 0,000 , disiplin kerja 0,000 dan motivasi 0,029. 2. Titin

Olga Silvia Pelatihan, Disiplin, dan Kinerja Pegawai. Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Kesehatan Kabupaten Dharmasray a Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kausatif dengan menggunaka n program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan antara variabel disiplin terhadap kinerja pegawai dinas kesehatan kabupaten Dharmasraya dengan nilai t hitung4.497 > 1.995, dan tingkat

(42)

3. Yerri Suryoadi Pelatihan, Kepuasan Kompensasi, dan Kinerja Karyawan. Pengaruh Pelatihan dan Kepuasan Kompensasi Pada Kinerja Karyawan PT Bank Muamalat Cabang Semarang Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan dan kepuasan kopensasi mempunyai ubungan yang saling mempengaruhi sehingga dapat memaksimalka n kinerja karyawan serta dapat mempertahank an kesetiaan karyawan dalam pekerjaannya. 4. Sahat

Harefa Disiplin Kerja dan Pelatihan Pengaruh Disiplin Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas Pada Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif menggunaka n program SPSS.. Dari hasil perhitungan, terlihat bahwa F hitung = 34,888. Sedangkan dengan α (taraf

signifikansi) = 0,05 (5 %), dk pembilang = k = jumlah variabel

independen = 2 dan dk

[image:42.595.116.512.79.758.2]
(43)

F hitung > F tabel (34,888>3,150) . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel disiplin (X1) dan variabel pelatihan (X2) secara bersama-sama terhadap variabel kinerja petugas (Y) signifikan dan memiliki kebermaknaan. 5. Astri

Wulanda ri Pelatihan, Disipli Kerja dan Kinerja Karyawan Pengaruh Pelatihan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Yayasan Pendidikan Telkom Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin kerja berdampak signifikan terhadap kinerja karyawan pada yayasan pendidikan Telkom karena nilai t hitung 13,341 lebih besar dari nilai t tabel 1,984 dan nilai signifikansi

[image:43.595.113.510.85.755.2]
(44)

5. Besarnya dampak

pelatihan dan disiplin kerja terhadap

kinerja

karyawan pada Yayasan

Pendidikan Telkom adalah 63,6% dan sisanya sebesar 36,4%

dipengaruhi

oleh selain variabel

pelatihan dan disiplin kerja, misalnya

(45)

31 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian asosiatif dengan menggunakan analisis data kuantitatif. Penelitian

permasalahan asosiatif adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan

suatu variabel dengan variabel lainnya (Juliandi. 2013:90).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat peniliti akan melakukan penelitian adalah di BNI Cabang Kota

Padangsidimpuan yang terletak di Jl. Patrice Lumumba I no. 5 Padangsidimpuan.

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 1 bulan, mulai bulan Juni 2015

sampai bulan Agustus 2015. Waktu penelitian akan dilakukan sesuai dengan

kebutuhan pengumpulan data.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Margono (2010:118), “Populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.

Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi

adalah “kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita”.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan BNI

Cabang Kota Padangsidimpuan yang berjumlah 60 orang yang menjadi populasi

(46)

3.3.2 Sampel

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian

tersebut disebut penelitian sampel. Menurut Sugiyono (2010:215) sampel adalah

“sebagian dari populasi itu”.

Dalam penelitian ini saya menggunakan seluruh populasi dikarenakan

jumlah karyawan pada BNI Cabang Kota Padangsidempuan tidak melebihi 100

orang, sehingga saya membutuhkan semua karyawan dalam penelitian ini.

3.4Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari pernyataan yang ada

pada perumusan masalah penelitian (Juliandi dan Irfan, 2013:45). Berdasarkan

masalah yang diteliti, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelatihan terhadap

Kinerja Karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelatihan terhadap Kinerja

Karyawan.

2. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Disiplin Kerja terhadap

Kinerja Karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Disiplin Kerja terhadap

(47)

3. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelatihan dan Disiplin

Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelatihan dan Disiplin

Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

3.5 Definisi Konsep

1. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang -

orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan

organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan

organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara

terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang

spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam

pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara

pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat

lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk

mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini

maupun di masa mendatang.

2. Menurut Hasibuan (2005: 193-194) Kedisiplinan merupakan fungsi

operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan,

semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya.

3. Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya

adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen

kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan

kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing

(48)

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan operasionalisasi dari variabel, berupa

pengukuran (measurement) atau penguji (test) suatu variabel. Pengukuran atau

pengujian tersebut bisa dilihat dari faktor indikator, kriteria, tolak ukur, alat ukur,

alat uji untuk menentukan kualitas sesuatu (Juliandi dan Irfan 2013:118).

Definisi operasionalisasi ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X1 & X2) dalam hal ini adalah Pelatihan (X1) dan Disiplin

Kerja (X2):

1. Pelatihan (X1) dapat diukur dengan indikator sebagai berikut (Anwar Prabu

Mangkunegara, 2013:62):

1. Jenis pelatihan

2. Tujuan pelatihan

3. Materi yang diajarkan

4. Metode yang digunakan

5. Kemampuan peserta

6. Kemampuan pelatih

(49)

2. Disiplin kerja (X2) dapat diukur dengan indikator sebagai berikut Hasibuan

(2000):

1. Tujuan dan kemampuan

2. Teladan pimpinan

3. Balas jasa

4. Keadilan

5. Pengawasan melekat

6. Sanksi hukuman

7. Ketegasan

8. Hubungan kemanusiaan

b. Variabel terikat (Y) dalam hal ini adalah kinerja, ada enam kinerja primer

yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja (Bernardin dan Russel dalam

Sutrisno 2010:179)

1. Quality

2. Quantity

3. Timeliness

4. Cost effectiveness

5. Need for supervision

(50)
[image:50.595.133.491.106.594.2]

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Indikator

No. Variabel Indikator

1. Pelatihan (X1) 1. Jenis pelatihan 2. Tujuan pelatihan 3. Materi yang diajarkan 4. Metode yang digunakan 5. Kemampuan peserta 6. Kemampuan pelatih 7. Waktu

2. Disiplin kerja (X2) 1. Tujuan dan kemampuan 2. Teladan pimpinan 3. Balas jasa

4. Keadilan

5. Pengawasan melekat 6. Sanksi hukuman 7. Ketegasan

8.Hubungan kemanusiaan 3. Kinerja Karyawan (Y) 1. Quality

2. Quantity 3. Timeliness

4. Cost effectiveness 5. Need for supervision 6. Interpersonal impact

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010:62) “metode pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

(51)

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang di tetapkan.

Berdasarkan teori diatas, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

terdiri dari data primer dan data sekunder.

3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan

oleh orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya, dan data

tersebut seblumnya tidak ada (Juliandi dan Irfan 2013:66). Penelitian dilakukan

dengan cara seperti penyebaran kusioner (angket) kepada karyawan BNI Cabang

Kota Padangsidimpuan.

“Kusioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2009:199)

Kusioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan -

pertanyaan yang berasal dari indikator - indikator dari kedua variabel yang

bersangkutan untuk kemudian dijawab oleh responden.

Untuk setiap pertanyaan hanya lima alternatif jawaban yang berjenjang

(52)
[image:52.595.175.452.117.299.2]

Tabel 3.2 Penentuan Skor

No. Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Kurang Setuju (KS) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti

guna kepentingan penelitiannya (Juliandi dan Irfan 2013:66). Data ini di peroleh

dari catatan atau dokumentasi perusahaan, informasi dari jurnal - jurnal atau

bahan-bahan kepustakaan yang berhubungan dengan topik penelitian yang

dibahas, yaitu melalui studi pustaka maupun situs internet.

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1Uji Validitas

Menurut Juliandi dan Irfan (2013:79) uji validitas merupakan menguji

sejauhmana ketepatan atau kebenaran suatu instrumen sebagai alat ukur variabel

penelitian. Jika instrumen valid/benar maka hasil pengukuran pun kemungkinan

akan benar.

(53)

diuji korelasinya valid. Sebaliknya jika diperoleh data yang tidak valid, maka data

tersebut akan dikeluarkan atau dibuang dari instrumen.

Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuisioner adalah sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid.

b. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid.

3.8.2 Uji Relibilitas

Menurut Juliandi dan Irfan (2013:83), tujuan pengujian reliabilitas adalah

untuk melihat apakah instrumen penelitian merupakan instrumen yang handal dan

dapat dipercaya. Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas atas pertanyaan

yang sudah valid. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan

program komputer SPSS versi 21.0.

Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas adalah:

a. Jika nilai koefisien reliabilitas > 0.6, maka instrumen yang diuji memiliki

reliabilitas yang baik/reliabel/terpercaya.

b. Jika nilai koefisien reliabilitas < 0.6, maka instrumen yang diuji tersebut tidak

reliabel.

3.8.3 Metode Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda didasarkan pada pengaruh dua atau lebih variabel

bebas terhadap variabel terikat. Berikut rumus untuk melihat analisis linear

berganda:

Y = α + β1X1+ β2X2 +e

Dimana:

Y = Kinerja Karyawan

(54)

β 1, β 2 = Koefisien regresi

X1 =Pelatihan

X2 = Disiplin Kerja

e = Standar Error

Apabila persamaan regresi tidak menggunakan konstanta (constant) maka

nilai koefisien yang digunakan adalah pada kolom standardized Coeeficients

(Juliandi dan Irfan 2013:174).

3.8.4 Uji Asumsi Klasik 3.8.4.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau

tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Gujarati, Santoso,

Arif dalam Juliandi dan Irfan 2013:169).

Kriteria untuk menentukan normal atau tidaknya data, maka dapat dilihat

pada nilai probabilitasnya. Data adalah normal, jika nilai Kolmogorov Smirnov

adalah tidak signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)>α0,05).

3.8.4.2 Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel independen (Gujarati,Santoso,

Arief dalam Juliandi dan Irfan 2013:170). Cara yang digunakan untuk menilainya

adalah dengan melihat nilai faktor inflasi varian (Variance Inflasi Factor/VIF),

yang tidak melebihi 4 atau 5 (Hines dan Mongtgomery dalam Juliandi dan Irfan

(55)

3.8.4.3 Heterokedastisitas

Heterokedatisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,

terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika

variasi residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang

baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas ( Arief, Gujarati dalam Juliandi dan

Irfan 2013:171).

Dasar pengambilan keputusannya adalah: jika pola tertentu, seperti

titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka

terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

(point-point) menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas (Santoso dalam Juliandi dan Irfan 2013:171).

3.8.5 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dibuat

berdasarkan data penelitian. Suatu perhitungan variabel disebut signifikan secara

statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0

ditolak). Namun sebaliknya, disebut tidak signifikan apabila nilai uji statistiknya

berada dalam daerah dimana H0 diterima. Uji hipotesis yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

3.8.5.1 Uji Signifikan Parsial (t)

Uji statistik t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel

bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Apakah variabel

(56)

signifikan terhadap variabel terikat atau dependen variabel (Y) yaitu Kinerja

Karyawan.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. H0 : bi = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh positif dan siginifikan

terhadap variabel terikat.

b. Ha : bi ≠ 0, artinya variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel terikat.

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat (α)= 0.05

ditentukan sebagai berikut:

a. T hitung > t tabel berarti H0 ditolak atau Ha diterima.

b. T hitung ≤ t tabel berarti H0 diterima atau Ha ditolak.

Uji t bisa dilihat pada tingkat signifikansinya yaitu:

a. Jika tingkat signifikan > 0.05 maka H0 diterima atau Ha ditolak.

b. Jika tingkat signifikan ≤ 0.05 maka H0 ditolak atau Ha diterima.

3.8.5.2 Uji Signifikan Simultan (F)

Untuk menganalisis apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dapat

dilihat nilai F yakni pada nilai probabilitasnya (Juliandi dan Irfan 2013:175).

Jika H₀ : b₁ = b₂ = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu pelatihan dan disiplin kerja

terhadap kinerja karyawan. Sebaliknya jika H₀ : b₁≠ b₂≠ 0, artinya secara serentak

mempunyai pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis dengan tingkat signifikan (α) =

(57)

a. Jika tingkat sign

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
tabel signifikan variabel pelatihan 0,000
tabel = 3,150. Jadi,
tabel (34,888>3,150). Dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MERANCANG PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI MELALUI PELATIHAN GURU TIPE SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA.. Universitas

tersebut tidak boleh diteruskan lagi maka keputusan perlawanan akan ditentukan cara sistem tendangan penalti tanpa mengambil kira sebarang jaringan yang telah

Tujuan dari manajemen kelas itu sendiri menurut Rusydie (Wiyani, 2013:61) mengemukakan tujuan dari manajemen kelas yaitu : (a) Memudahkan kegiatan belajar peserta didik,

and Swennen, R., 2012: Hyperspectral image analysis of different carbonate lithologies (limestone, karst, hydrothermal dolomites): the Pozalagua Quarry case study

Jika pada reaksi tersebut Konsentrasi dari gas SO3 pada keadaan setimbang bertambah, maka hal-hal yang dapat dilakukan adalah.. Diketahui pada reaksi penguraian asam

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B5, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,

Grafik berikut ini menunjukkan perubahan massa anoda dan katoda pada selang waktu tertentu dalam reaksi elektrolisis larutan FeSO 4 dengan elektroda grafit..

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B5, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,