• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kontekstual Elemen Fasad pada Desain Bangunan Kantor Harian Analisa dan Hotel Kesawan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kontekstual Elemen Fasad pada Desain Bangunan Kantor Harian Analisa dan Hotel Kesawan Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Ga

mbar

ulang sk

ematik Ge

dung Ka

ntor

Ha

ria

n

A

na

li

sa

Med

an

No Sca

(2)

Gambar ulang skematik bangunan Hotel Kesawan Medan No Scale

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Antariksa. 2010 .Pendekatan Deskriptif-Eksploratif Dalam Pelestarian Arsitektur Bangunan Kolonial di Kawasan Pecinan Kota Pasuruan

Antariksa. 2010. Tipologi Wajah Bangunan dan Riasan dalam Arsitektur Kolonial Belanda. http://antariksaarticle.blogspot.com/2010/05/tipologi-wajah-bangunan-dan-riasan.html. (diakses 15 September 2015)

Artha, Sudirga. 2010. Karakteristik Arsitektur Kolonial Belanda. https://iketsa.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-arsitektur-kolonial-belanda/, diakses 10 Desember 2015

Brolin, Brent C. 1980, Architecture in Context “Fitting New Building with Old”, Van Nostrand Reinhold Company. New York

Ching, Francis Dk. 2008. Arsitektur : Bentuk, Ruang Dan Tatanan. Penerbit Erlangga. Jakarta

Firgus, Hermando. 2010. Perngaruh Konteks Terhadap Desain Arsitektur Kontekstual, Universitas Indonesia. Depok

Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940. LPPKM Universitas PETRA Surabaya dan Andi. Yogyakarta

Jencks, Charles. 1981. “Take Language Of Post Modern Architecture”, Rizolli International Publication. New York

(4)

Kwanda, Timoticin. 2004. Desain Bangunan Baru Pada Kawasan Pelestarian Di Surabaya. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol.32, No. 2, hal. 102-109 Krier, Rob. 2001. Komposisi Arsitektur. Terjemahan Effendi. Jakarta: Erlangga Moleong, 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Novi, Antariksa, Lisa. 2012. Tipologi Wajah Bangunan Arsitektur Kolonial Belanda di Kawasan Pabrik Gula Semboro. Jember. Universitas Brawijaya Malang

Nurhayati, Y. D. 2013. Tatanan Elemen Visual Gedung Balai Kirti Yang Kontekstual Di Komplek Cagar Budaya Istana Bogor. Universitas Brawijaya. Malang

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian, USU Press, Medan

(5)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian Kontekstualisme Dalam Tatanan Elemen Visual Bangunan kantor Harian Analisa dan Hotel Kesawan ini merupakan penelitan bersifat kualitatif. Penelitian-penelitian yang biasanya menunjang penggunaan pengumpulan data dengan metode kualitatif adalah penelitian historis dan penelitian deskriptif. Penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mendeskripsikan kontekstualisme elemen visual pada desain bangunan baru dikawsan Kesawan.

Hal tersebut sejalan dengan pengertian kualitatif deskriptif yang merupakan metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak (Sinulingga, 2011). Selain itu, penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif ialah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan secara sistematik dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat mengenai suatu objek penelitian yang diamati. (Sinulingga, 2011).

3.2 VARIABEL PENELITIAN

(6)

Tabel 3.1. Variabel Penelitian No. Elemen Fasad

Bangunan Variabel Bebas Variabel Terikat

1

Fasad Gedung Harian Analisa Medan

Sumber : Hasil Olah Data Pribadi, 2015

3.3 POPULASI / SAMPEL

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purpossive sampling. Yang dimaksud dengan purpossive sampling yaitu metode pemilihan sample yang menggunakan kriteria tertentu sebagai acuan untuk memilih objek untuk dijadikan sumber informasi (Sinulingga, 2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah Gedung Kantor Harian Analisa dan Hotel Kesawan yang merupakan bangunan baru di kawasan tersebut. Dan bangunan eksisting dijadikan sebaai acuan untuk membandingkan karakter elemen visualnya.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

(7)

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah pengumpulan data dengan cara observasi objek bangunan yang dilakukan secara langsung (Sinulingga, 2011). Dalam penelitian ini metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung/survey ke lokasi penelitian. Pengamatan langsung pada objek penelitian disertai dengan pendokumentasian gambar atau foto-foto bangunan yang dijadikan sampel penelitian.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan melakukan pengolahan data tersebut sehingga peneliti tidak perlu mencarinya secara langsung (Sinulingga, 2011).

Adapun metode pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Dimana studi literatur yang dimaksud adalah mencari literatur yang mendukung yakni teori arsitektur kolonial dan tipologi wajah bangunan kolonial. Selain itu, juga dilakukan peninjauan terhadap penelitian-penelitian sejenisnya yang telah dilakukan sebelumnya.

3.5 KAWASAN PENELITIAN

(8)

3.5.1 Gambaran Kawasan Penelitian

Penelitian dilakukan dikawasan Kesawan Medan, tepatnya di koridor Jalan Ahmad Yani. Kawasan ini merupakan kawasan dengan intensitas kepadatan bangunan yang cukup tinggi yang didominasi oleh bangunan ruko dan kantor. Kawasan ini merupakan kawasan komersil, perniagaan dan perkantoran. Kawasan ini menggunakan konsep efisiensi lahan yang nampak dari tingkat kerapatan bangunan dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) yang berhimpit (0).

Gambar 3.5. Peta Kawasan Penelitian Sumber : Olah Data Pribadi, 2015

3.5.2 Objek Penelitian / Sampel Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bangunan baru yang berada dikawasan Kesawan yang memberikan karakter baru bagi kawasan Kesawan. Dipilih dua objek atau bangunan yang akan diteliti, yaitu Kantor Harian Analisa dan Hotel Kesawan.

(9)

a. Kantor Harian Analisa

Studi kasus pertama adalah Kantor Harian Analisa. Bangunan ini merupakan bangunan yang memiliki karaktersitik fasade yang kontras dengan bangunan disekitarnya.

Gambar 3.5.1. Kantor Harian Analisa Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

b. Hotel Kesawan

Studi kasus yang kedua adalah bangunan Hotel Kesawan. Bangunan ini juga merupakan gabungan dari beberapa ruko yang disatukan menjadi satu bangunan dengan fungsi sebagai hotel atau penginapan.

(10)

c. Populasi Penelitian

Gambar 3.5.3 Peta Populasi dan Sampel Penelitian Sumber: Olah Data Pribadi, 2015

Eks Bank Modern PT. Lonsum

Bank Danamon

Ruko di depan hotel Kesawan

Restoran Tip Top Kantor Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata

Toko Bata Tjong A Fie

Hotel Kesawan Harian Analisa

Populasi

(11)

3.6 METODE ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan metode deskripitif kualitatif dengan pendekatan tipologi, dengan menganalisis elemen fasad bangunan eksisting yang sudah ada pada kawsan Kesawan untuk kemudian menemukan karakter khusus sebagai acuan terhadap elemen fasad pada desain bangunan baru. desain bangunan.

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISTIK ELEMEN FASAD DIKAWASAN KESAWAN 4.1.1 Tipologi Fasade

Bangunan – bangunan tua hasil peninggalan zaman Kolonial Belanda di sepanjang kawasan ini memang masih dipertahankan hingga sekarang, walaupun ada beberapa peninggalan yang tak lagi terawat bahkan sudah berubah dan tidak menggunakan gaya kolonial.

Fasade bangunan-bangunan di kawasan Kesawan didominasi oleh bentukan dan ornamen-ornamen dengan gaya arsitektur Eropa Barat. Hal ini tampak pada bentukan lengkungan yang banyak terlihat pada bagian fasade terutama pada bukaan bangunan.

(13)

1. Bangunan PT. Lonsum (1911)

Tabel 4.1.1. Analisa Fasad Bangunan PT. London Sumatera

Atap Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : datar,

Tidak ada ventilasi

Pintu masuk berada digunakan sebagai jalur pejalan kaki

(14)

2. Bangunan Eks Bank Modern (1900)

Tabel 4.1.2. Analisa Fasad Bangunan Eks Bank Modern

Atap Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : datar,

Ventilasi persegi

Pintu masuk berada

(15)

3. Ruko Toko Bata (1920)

Tabel 4.1.3. Analisa Fasad Bangunan Toko Bata

Atap Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : Perisai pelana

Material : genteng

Jendela : kaca persegi,

Ventilasi persegi

Pintu masuk berada

(16)

4. Bank Danamon (1930)

Tabel 4.1.4. Analisa Fasad Bangunan Bank Danamon

Atap Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : datar, konstruksi dak beton.

Jendela : kaca mati persegi,

Ventilasi persegi

Pintu masuk

(17)

5. Ruko di Depan Hotel Kesawan ( Toko Benyamin Sport) (1900-1905)

Tabel 4.1.5. Analisa Fasad Bangunan Ruko di Depan Hotel Kesawan ( Toko Benyamin Sport)

Atap 1Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : datar, konstruksi dak beton.

Jendela : kaca persegi,

Ventilasi melengkung

(18)

6. Restoran Tip Top (1934)

Tabel 4.1.6. Analisa Fasad Bangunan Ruko di Depan Hotel Kesawan ( Toko Benyamin Sport)

Atap Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : Perisai Material : Genteng

Jendela : kaca persegi, dengan kusen kayu.

Ventilasi persegi

Pintu masuk berada

(19)

7. Rumah Tjong A Fie (1900)

Tabel 4.1.7. Analisa Fasade Bangunan Rumah Tjong A Fie

Atap Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : Perisai dibagian jalan Ahmad Yani.

Bentuk gerbang simetris dengan ornamen khas bentuk lengkungan pada bagian ventilasi dan ornamen bergaya china dan melayu pada bagian gerbang masuk

Arcade : Tidak ada arcade

(20)

8. Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (1920)

Tabel 4.1.8. Analisa Fasade Bangunan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisarta

Atap Jendela Pintu Masuk Dinding Riasan/Ornamen Arcade

Atap : prisma, dinding dan kolom

Ornamen-ornamen pada bangunan ini, terbentuk dari jendea yang disusun menonjol keluar dan

(21)

4.1.2 Elemen Fasad Yang Dominan Pada Populasi Penelitian

Berdasarkan hasil tinjauan terhadap tipologi fasad pada bangunan-bangunan populasi penelitian yang ada disekitar kawasan, dapat disimpulkan elemen fasad yang dominan pada kawasan penelitian yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan atau perbandingan terhadap elemen fasad dari obejek penelitian.

Berikut hasil analisa terhadap elemen fasad yang dominan pada kawasan penelitian,

Tabel 4.1.9 Elemen fasad yang dominan dikawasan penelitian No. Elemen Fasad Hasil Analisa

1 Atap Datar, konstruksi dak beton,

2 Dinding

Datar, dengan ornamen, Material beton plesteran

3 Bukaan/Jendela Bentuk Persegi, kaca dan jalusi,

4 Pintu/Akses Masuk

Mudah diakses, dekat dengan jalan Bangunan tidak menggunakan GSB.

5 Riasan/Ornamen

Lengkungan, gavel, relief pada bagian dinding

6 Arkade Ada

(22)

4.2 ANALISA ELEMEN FASAD BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA MEDAN

4.2.1 Atap

Atap pada bangunan Kantor Harian Analisa ini berbentuk atap datar dengan konstruksi dak beton. Penggunaan atap datar ini disesuaikan dengan perancangan bangunan yang menggunakan konsep modern.

Gambar 4.2.1a Bangunan Kantor Harian Analisa Sumber : Dokumen Pribadi, 2015

(23)

Selain itu, pada bagian atap juga terdapat tower/menara berbentuk kubah, menunjukkan konteks bangunan terhadap bangunan kolonial disekitar kawasan.

Gambar 4.2.1c Tampak Perspektif Bagunan Kantor Harian Analisa Medan Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015

4.2.2 Bukaan / Jendela

Bukaan/jendela pada bangunan Kantor Harian Analisa Medan, didominasi bentuk persegi dengan ukuran yang sama. Jenis bukaan/jendela yang digunakan pada bangunan ini adalah jendela kaca, dimana setiap bidang dinding memiliki 4 buah jendela kaca.

(24)

Gambar 4.2.2a Bentuk bukaan/jendela pada Kantor Harian Analisa Medan Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015

Pada bagian sebelah kiri bangunan dan samping terdapat susunan bukaan/jendela yang teratur, rapi dan memiliki irama dan pola yang sama. pada sisi ini, bagian fasad bangunan didesain dengan membagi menyerupai bentuk ruko dengan pola bukaan yang sama dan memiliki balustrade/balkon kecil dengan railing besi.

(25)

Gambar 4.2.2c Bentuk jendela pada Kantor Harian Analisa Sumber : Olah Data Pribadi, 2015

4.2.3 Pintu Masuk

Akses utama masuk ke dalam bangunan ini diberi sebuah aksen dengan menggunakan tangga. Pintu masuk bangunan berbentuk persegi dengan material yang sama dengan jendela menggunakan kaca dengan kusen kayu berwarna putih.

(26)

Akses masuk ke dalam gedung Kantor Harian Analisa Medan sedikit menjorok kedalam. Bangunan ini menggunakan GSB ±3.5 m dari jl.Ahmad Yani.

Gambar 4.2.3b GSB Bangunan Kantor Harian Analisa Medan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

4.2.4 Dinding

Dinding fasad bangunan Kantor Harian Analisa merupakan dinding beton plesteran yang memiliki tekstur halus berwarna putih krem.

(27)

Dinding pada fasad bangunnan Kantor Harian Analisa Medan merupakan dinding datar dengan sedikit ornamen dan bukaan yang lebar/banyak untuk memasukkan sinar matahari lebih banyak ke dalam bangunan. Penggunaan material kaca pada bukaan dan kaca mati pada dinding ertutp (masif) memberikan penilaian transparan pada efek visual fasad bangunan.

4.2.5 Riasan / Ornamen

Terdapat banyak riasan/ornamen pada selubung bangunan ini. Relief-relief pada bagian dinding sampai gevel berbentuk lengkung pada bagian dinding atas bangunan. Bentuk lengkung gevel yang cukup besar pada bagian depan, memberikan konteks desain bangunan terhadap bangunan kolonial disekitar kawasan. Bentuk lengkungan ini memiliki ukuran yang cukup gigantis, sehingga cukup mencolok pandangan mata.

(28)

4.2.6 Arkade

Kawasan Kesawan merupakan kawasan bangunan bersejarah/bangunan kolonial yang memiliki arkade sebagai jalur bagi pejalan kakai. Bangunan Kantor Harian Analisa yang menerapkan konsep modern masih tetap mempertahankan adanya arkade sebagai sebuah identias dari bangunan-bangunan disekitar kawasan. arkade yang terdapat pada bangunan ini sudah bertransformasi dari segi bentuk. Arkade yang dulunya memanjang sepanjang bangunan kini hanya sebagian saja dari panjang bangunan.

Gambar 4.2.6 Arkade pada Bangunan Kantor Harian Analisa Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

(29)

atau sejajar dengan kolom bangunan. Ornamen relief juga masih dijumpai menghiasi bagian dinding arkade.

(30)

Tabel 4.2 Kesimpulan Analisa Elemen Fasad Bangunan Kantor Harian Analisa Medan

No. Elemen Visual Analisa

1 Atap

 Atap bangunan berbentuk atap datar, dengan konstruksi dak

(31)

4.3 ANALISA KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA

Dalam perancangannya, desain fasad bangunan kantor Harian Analisa Medan menggunakan konsep kontekstual yang bersifat kontras. Hal ini tampak pada bagian fasad bangunan yang banyak menggunakan material kaca pada bagian dinding bangunan dan ukuran ornamen lengkungan yang cukup besar atau berukuran gigantis sehingga tampak mencolok.

Pada bagian atap bangunan, gedung ini menggunakan atap datar dengan konstruksi dak beton. Atap datar yang digunakan pada bangunan ini disesuaikan dengan bentukan atap bangunan lain disekitar kawasan yang berkembang seiring masuknya pengaruh gaya arsitektur modern disekitar kawasan. Namun demikian, perancangan fasad bangunan ini, tidak meninggalkan ciri dan karakter arsitektur kolonial yang menjadi identitas kawasan Kesawan. Ini bisa dilihat pada bagian atap bangunan, dimana terdapat ornamen atau yang lebih dikenal sebagai gavel/gebel. Bentuk gevel yang terdapat pada bangunan ini berbentuk lengkung.

(32)

Pada bagian dinding, fasad bangunan ini menggunakan material dinding beton. Sama seperti bangunan-bangunan lain disekitar kawasan yang menggunakan meterial plesteran beton. Selain itu, juga terdapat ornamen-ornamen relief pada dinding bangunan. Hiasan-hiasan relief ini memberikan kesan tekstur sedikit kasar pada fasad bangunan.

Gambar4.3.2 Ornamen pada dinding fasad kantor Harian Analisa Medan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Elemen bukaan atau jendela pada bangunan ini terbagi menjadi 3 pola, yaitu : yang pertama berada pada sisi kanan bangunan (tower), pada bagian tengah yang merupakan wajah bangunan, dana pada sisi kiri bangunan.

(33)

Pola-pola ketiga bagian bangunan tersebut memiliki irama pengulangan yang sama pada tiap bagiannya. Elemen bukaan atau jendela dan pintu masuk pada bangunan ini, didominasi bentuk persegi. Dan pada bagian tengah bangunan (muka bangunan) terdapat bentukan melengkung, yang memberikan kesan adanya kesinambungan dengan bentukan ornamen yang banyak dijumpai pada bangunan-bangunan lain dikawasan Kesawan. Warna massa banguan yang didominasi warna putih krem, menunjukkan keselarasan dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya.

Dan selanjutnya adalah elemen arkade yang masih tetap dipertahankan dalam perancangan bangunan ini. Pada kawasan ini arkade merupakan salah satu elemen penting sebagi salah satu ciri gaya arsitektur kolonial yang berkembang saat masa pemerintahan Belanda. Arkade pada bangunan-bangunan lain disekitar kawasan ada yang masih dipertahankan dan ada juga yang sudah tidak digunakan lagi. Arkade bangunan disekitar kawasan dibuat menerus sepanjang bangunan dan terhubung dengan bangunan lain.

Gambar 4.3.5 Bentuk Arkade Di Kawasan Kesawan (1910) Sumber : www.tropenmuseum.com

Gambar 4.3.6 Arkade Kantor Harian Analisa (2015)

(34)

Secara keseluruhan, penerapanan kontekstual pada bangunan ini cukup baik yang tampak pada beberapa elemen, yaitu atap, dinding, bukaan, riasan/ornamen dan arkade. Untuk pintu masuk, bangunan ini memiliki konsep yang berbeda dengan bangunan lain disekitar kawasan. pintu masuk/akses masuk ke bangunan ini dibuat lebih menjorok kedalam, karena bangunan ini menggunakan GSB bangunan ±3.5m. Kondisi ini tentu sangat kontras, karena kawasan Kesawan merupakan kawasan dengan GSB 0. Hal ini dikarenakan kawasan ini merupakan kawasan perdagangan dimana orang-orang yang hendak belanja atau mencari sesuatu akan dengan mudah untuk melihat atau mencari tempat atau toko yang akan mereka datangi. Karena ini bangunan-bangunan disekitar kawasan Kesawan tidak menggunakan GSB dalam perancangan desainnya.

Tabel 4.3 Kontekstual elemen fasad Kantor Harian Analisa Medan

Variabel / Elemen Indikator Keterangan

Atap Datar √

Dinding Beton, Plesteran Ornamen

√ √

Jendela/Bukaan Persegi, Kaca √

Pintu/

Akses Masuk

Mudah dijangkau/Dekat dengan jalan GSB

- √

Riasan/Ornamen Ornamen Lengkungan Gevel

√ -

Arkade Ada/Tidak √

(35)

4.4 ANALISA ELEMEN FASAD BANGUNAN HOTEL KESAWAN 4.4.1 Atap

Bangunan hotel ini merupakan bangunan dengan tipologi bangunan ruko atau rumah toko. Pada awalnya, tipologi bangunan ruko dikawasan Kesawan, menggunakan atap perisai atau pelana. Hal ini masih dapat dilihat pada beberapa bangunan lama dikawasan yang belum mengalami perubahan. Namun seiiring perkembangan waktu, kebutuhan akan hunian tempat tinggal dan juga sebagai tempat usaha yang semakin meningkat, banyak dilakukan perubahan pada bangunan-bangunan lama dikawasan ini, seperti penambahan lantai bangunan, pelebaran atau penambahan luas bangunan. Seperti halanya penggunaan atap datar pada bangunan hotel ini, menunjukkan bahwa bangunan ini telah mengalami perubahan dari bangunan lama dengan penambahan lantai bangunan. Bangunan asli atau bangunan lama hotel ini merupakan deretan beberapa ruko yang kemudian dijadikan satu menjadi satu bangunan dengan satu fungsi baru yaitu sebagai hotel atau penginapan.

(36)

4.4.2 Bukaan/Jendela

Bentuk bukaan/jendela pada bangunan ini adalah persegi dengan jalusi kayu dan kaca. Bukaan/jendela pada desain bangunan ini tersusun sangat rapi dan teratur dengan ukuran dan proporsi yang sama.

Gambar 4.4.2a Tampak susunan jendela pada fasad bangunan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Terdapat 2 jenis jendela yang digunakan pada bangunan ini, yang pertama jendela kaca persegi dan yang keuda jendela jalusi kayu dengan bentuk dan ukuran yang sama.

Gambar 4.4.2b Detail jendela pada bangunan Hotel Kesawan. Sumber : Olah Data Pribadi, 2015

Menggunakan Jalusi

(37)

4.4.3 Pintu Masuk

Pintu masuk Hotel Kesawan berada pada sisi sebelah kanan hotel, tidak simetris pada dimensi massa bangunan. Pintu masuk berada pad bagian sebelah kiri bangunan. Pintu masuk bangunan ini juga mudah dijangkau/diakses karena bangunan ini tidak menggunakan GSB. Pintu masuk bangunan ini menggunakan material kaca.

Gambar 4.4.3a Pintu Masuk Hotel Kesawan Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015

(38)

4.4.4 Dinding

Bangunan hotel ini memiliki karaktersitik yang unik pada bagian dinding luar bangunan. Dinding selubung bangunan ini menggunakan bahan keramik berwarna oranye yang memberikan tekstur halus dan lembut. Pemilihan warna oranye yang lembut / soft, memberikan kesan harmonis terhadap bangunan disekitar yang menggunakan warna lembut seperti krem, oranye dan putih. Warna oranye yang digunakan menunjukkan konteks desain bangunan terhadap bangunan restoran Tip Top yang berada didepannya.

Gambar 4.4.4 Bangunan Hotel Kesawan Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015

4.4.5 Riasan/Ornamen

Tidak terdapat riasan/ornamen pada bangunan ini.

(39)

Hotel Kesawan merupakan gabungan dari 7 bangunan ruko yang dijadikan menjadi satu bangunan dengan fungsi hotel/penginapan.

Olah desain fasad pada bangunan ini dilakukan dengan tetap mempertahankan bentuk asli ruko sebelumnya. Fasad bangunan didesain dengan membentuk bidang-bidang persegi yang simetris dengan masing-masing memiliki 3 buah bukaan/jendela.

Gambar 4.4.5 Skematik Tampak Depan Hotel Kesawan Sumber : Olah Data Pribadi, 2015

4.4.6 Arkade

Pada desain Hotel Kesawan, tidak terdapat lagi arkade. Bagian depan bangunan sekarang difungsikan sebagai area parkir pengunjung dan karyawan hotel.

Setiap bidang

memiliki 3

bukaan/jendela

(40)

Tabel 4.3 Kesimpulan Analisa Elemen Visual Bangunan Hotel Kesawan

No. Elemen Visual Analisa

1 Atap

 Atap bangunan berbentuk atap datar, dengan konstruksi dak beton 1 bidang dinding fasad terdapat 3 buah jendela

 Bentuk:

 Dinding bangunan pada bagian depan /

(41)

4.5 ANALISA KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD BANGUNAN HOTEL KESAWAN

Berdasarkan hasil analisa terhadap fasad bangunan ini dapat disimpulkan bahwa bangunan Hotel Kesawan menerapkan prinsip kontekstual dalam perancangannya. Hal ini dapat dilihat dari penataan dan peletakan elemen-elemen fasad bangunan yang mengikuti konteks desain bangunan-bangunan lain disekitar kawasan. elemen-elemen fasad tersebut ialah: atap, dinding, bukaan dan akses/pintu masuk bangunan.

Gambar 4.5 Skematik Tampak Depan Hotel Kesawan Sumber : Olah Data Pribadi, 2015

Atap bangunan yang berbentuk atap datar dengan material beton, merupakan

bentuk atap yang banyak digunakan pada bangunan lama disekitar kawasan.

Penggunaan material beton pada dinding dengan dilasisi oleh keramik berwarna

oranye, memberikan tekstur berkesan lembut pada bangunan dan memiliki

(42)

menggunakan warna oranye dan bangunan lainnya yang menggunakan warna-warna

lembut/soft seperti, krem, putih.

Selanjutnya adalah bukaan/jendela bangunan yang memiliki kesamaan

karakter dengan desain bukaan/jendela pada bangunan lain yaitu bentuk yang

simetris, ukuran, material dan warna yang sama. yang terakhir adalah akses/pintu

masuk bangunan yang mudah dijangkau atau dekat dengan jalan karena bangunan ini

tidak menggunakan GSB. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perancangannya

bangunan ini memiliki konteks dengan bangunan lain disekitar yang juga tidak

menggunakan GSB.

Tabel 5.2 Kontekstual elemen fasad Hotel Kesawam

Variabel / Elemen Indikator Keterangan

Atap Datar √

Dinding Beton, Plesteran Ornamen

√, Keramik -

Jendela/Bukaan Persegi, Kaca √

Pintu/Akses Masuk Mudah dijangkau/Dekat dengan

jalan √

Riasan/Ornamen Ornamen Lengkungan Gevel

- -

Arkade Ada/Tidak -

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.1.1 Contras

Kontekstual yang diterapkan pada bangunan ini adalah kontekstual yang bersifat kontras. Sesuai dengan pendapat Brolin (1980), yang mengatakan kontras terjadi karena adanya shock effect yang memberi kesan mencolok pada sebuah desain bangunan. Dan berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada Kantor Harian Analisa, beberapa shock effect yang terdapat pada bangunan tersebut yaitu, adanya penggunaan GSB, sehingga akses masuk kedalam bangunan lebih menjororok kedalam. Selanjutnya adalah terdapat satu bentuk lengkungan pada bagian fasad yang dibuat dengan ukuran cukup besar/gigantis, memberikan kontras terhadap ornamen lengkung yang banyak dijumpai pada bangunan lain disekitar kawasan. Penggunaan material kaca pada bagian dinding, yang memberikan kesan transparan pada fasad bangunan juga menjadi salah satu elemen yang terlihat kontras, karena penggunaan material kaca yang biasanya terdapat pada bukaan/jendela bukan sebagai material atau ornamen dinding.

5.1.2 Harmony

(44)

bangunan ini menerapkan kontekstual yang harmoni terhadap bangunan eksisting disekitarnya. Hal ini dapat dilihat pada penataan elemen fasad bangunan yaitu pada elemen bukaan/jendela. Bukaan/jendela pada bangunan ini didesain dengan simetris bentuk, ukuran, warna dan meterialnya. Pola penataan bukaan yang rapi, teratur dan memiki irama yang sama menunjukkan kesan keselarasan dengan pola penataan bukaan pada bangunan-bangunan eksisting disekitar kawasan.

5.2 Saran

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ARSITEKTUR KONTEKSTUAL 2.1.1 Definisi Arsitektur Kontekstual

Brent C. Brolin (1980) dalam Firgus (2010) melalui bukunya “Architecture in Context” memberikan pengertian suatu perencanaan dan perancangan arsitektur yang memperhatikan permasalahan kontinuitas visual antar bangunan baru dengan nuansa lingkungan yang ada disekitarnya dan melakukan studi terhadap kesulitan yang timbul dalam menciptakan keserasian antara bangunan dengan perbedaan jaman dan gaya dalam suatu lokasi yang berdekatan.

Pendapat lain Graham Shane yang dikutip oleh Charles Jencks dalam Firgus (2010) mengatakan kontekstualisme merupakan suatu perencanaan dan perancangan yang harus sesuai, tanggap dan menjembatani lingkungan disekitarnya bahkan melengkapi pola yang terkandung dalam tatanan ruang lingkungan. Menurutnya (Jenks, 1981) kontekstual merupakan sebuah konsep atau prinsip merancang bangunan dengan memperhatikan dan tetap menjaga keterkaitan atau keterikatan dengan lingkungan sekitar, terutama secara visual. Perancangan sebuah bangunan baru pada satu lingkungan atau kawasan dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, akan memebrikan keserasian dan kesatuan secara visual dengan lingkungan sekitarnya.

(46)

eksplorasi kesamaan gaya dan teknologi) yang bersebelahan dengan bangunan lama atau lingkungan lama yang memiliki gaya arsitektur tertentu dapat menjaga kontinuitas visual terjaga (fitting new buildings with the old).

Brolin (1980) dalam Kwanda (2004) mengatakan konsep desain dalam kotekstual terbagi atas dua, yaitu contras dan harmony.

1. Contras (kontras/Berbeda)

Kontras merupakan konsep perancangan desain yang bersifat mencolok, berbeda dari yang lain. Brolin (1980) mengungkapkan bahwasannya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmosi, namun bila terlalau banyak akan mengakibatkan ”shock effect” yang timbul sebagai akibat kontras maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun.

(47)

2. Harmony (Harmoni/Selaras)

Harmoni atau selaras merupakan konsep dalam perancangan arsitektur kontekstual yang menunjukkan keserasian atau keselarasan bangunan baru dengan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan baru harus lebih menghargai dan memperhatikan konteks/lingkungan dimana bangunan itu berada, kemudian bersama-sama dengan bangunan yang sudah ada atau lingkungan yang ada menjaga dan melestarikan “tradisi” yang telah berlaku sejak dulu. Sehingga

kehadiran satu atau sekelompok bangunan baru lebih menunjang daripada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara kuantitas).

Menurut Brolin (1980) hubungan antara bangunan baru dan lingkungan arsitektur di sekitarnya dapat dicapai dengan mengaplikasikan aspek general

attributes (elemen-elemen yang mudah dikenali pengamat) dan historical attributes (ornamen tradisional dan ornamen modern) bangunan eksisting ke

dalam bangunan baru.

2.1.2 Ciri-Ciri Desain Kontekstual

Adapun ciri-ciri kontekstual (Brolin, 1980) adalah : a. Adanya pengulangan motif pola desain bangunan sekitar

b. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama dan riasan atau ornamen terhadap bangunan dilingkungan sekitar ( continuity & connectivity)

(48)

2.2 FASAD

Berdasarkan teori Komposisi Arsitektur (Krier, 2001), fasad merupakan elemen fisik terluar dari sebuah bangunan yang membentuk wajah bangunan dan memamerkan keberadaaan sebuah bangunan kepada publik.

Elemen-elemen pendukung fasad menurut Krier (2001) adalah : 1. Atap

Atap berperan sebagai mahkota yang disandang oleh tubuh bangunan, sehingga secara visual, atap merupakan akhiran dari fasad dan titik akhir dari bangunan.

2. Jalan masuk dan pintu masuk

Jalan masuk atau entrance merupakan komponen yang memeiliki peran penting, sebagai akses dan tanda transisi dari area publik (eksterior) ke bagian privat (interior).

3. Jendela

Jendela adalah bukaan yang terletak didinding sebuah bangunan yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan cahaya dalah sebuah ruangan atau bangunan. Sebagai salah satu komponen fasad, figur jendela memberikan artikulasi tersendiri sebagai karakter atau citra dari sebuah bangunan.

4. Dinding

(49)

5. Arkade

Arkade atau gang beratap merupakan sebuah jalur pejalan kaki yang beratap dengan dinding pembatas disalah satu sisinya (Khairunissa, 2014). Arkade biasanya terdapat pada bangunan komersil seperti ruko-ruko. Selain berfungsi sebagai ruang atau jalur pejalan kaki, arkade juga menjadi pembatas antara bangunan dengan jalan.

6. Riasan atau Ornamen

Ornamen berasal dari kata “ornare” (bahasa Latin) yang berarti menghias

juga berarti dekorasi atau hiasan. Ornamen sering juga disebut sebagai desain dekoratif atau desain ragam hias. Ornament berfungsi untuk menambah nilai estetis dari suatu bangunan yang akhirnya akan menambah nilai finansial dari bangunan tersebut. Ornamen juga menunjukkan gaya arsitektur yang terdapat dalam desain suatu bangunan.

Untuk merancang bangunan yang memiliki elemen fasad yang kontekstual, maka sebelumnya perlu diketahui apa saja elemen yang perlu diperhatikan dari sebuah bangunan. Dari beberapa metode perancangan kontekstual yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diketahui elemen fasad bangunan yang digunakan untuk mendesain bangunan yang kontekstual dengan lingkungannya.

(50)

horizontal dan vertikal yang terstruktur, bahan, warna, dan elemen dekoratif lainnya. Hal lainnya tidak kalah penting untuk mendapatkan perhatian lebih adalah proporsi bukaan, ketinggian bangunan, prinsip perulangan, keseimbangan komposisi yang baik, serta tema yang tercakup ke dalam variasi.

Krier (2001) menegaskan bahwa wajah bangunan juga menceritakan dan mencerminkan kepribadian penghuni bangunannya, memberikan semacam identits kolektif sebagai suatu komunitas bagi mereka, dan pada puncaknya merupakan representasi komunitas tersebut dalam publik.

2.2.1 Karakter Visual Fasad

Fasad merupakan salah satu elemen visual bangunan yang dapat memperkenalkan identitas sebuah bangunan (Krier, 2001). Karakter yang mempengaruhi elemen visual bangunan menurut Ching (2008) yaitu :

a. Wujud

Wujud yang merupakan ciri-ciri pokok yang menunjukkan bentuk. Wujud adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukan-permukaan dan sisi-sisi suatu bentuk.

b. Proporsi dan Skala

(51)

mekanis adalah proporsi sesuatu yang relatif terhadap suatu standar pengukuran yang terlah ditentukan. Skala visual merupakan proporsi suatu elemen yang tampak memiliki kaitan terhadap elemen lain yang ukurannya diketahui atau diasumsikan.

c. Irama

Irama diartikan sebagai pergerakan yang bercirikan pada unsur-unsur atau motif berulang yang terpola dengan interval yang beratur maupun tidak teratur. Pergerakan tadi dapat terjadi karena mata mengikuti unsur-unsur yang berulang. Hampir semua jenis bangunan memasukan unsur-unsur yang bersifat berulang.

d. Posisi dan Orientasi

Lokasi relatif sebuah bentuk terhadap lingkungannya atau area visual didalamnya tempat di mana ia dilihat. Orientasi adalah arah relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, titik batas area, bentuk- bentuk lain, atau terhadap orang yang melihat bentuk tersebut.

e. Warna

Warna adalah atribut yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu memberikan ekspresi kepada pikiran atau jiwa manusia yang melihatnya.

f. Material

(52)

merupakan faktor yang mempengaruhi tekstur permukaan sebuah benda atu bidang.

g. Tekstur

Tekstur adalah pola struktur 3 (tiga) dimensi permukaan. Tekstur mempengaruhi baik perasaan seseorang waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut. Kehalusan permukaan mengandung kesan menyenangkan dan meyakinkan. Kekasaran permukaan mengandung sedikit peringatan yang mungkin akan cukup kuat untuk menarik perhatian atau bahkan cukup kuat untuk memberikan kesan ancaman.

2.3 ARSITEKTUR KOLONIAL

Handinoto (1996) dalam Novi, dkk (2012) arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya barat dan timur, yang memiliki ciri-ciri spesifik sebagai hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di Belanda dengan arsitektur Indonesia karena budaya dan kondisi iklim yang berbeda jauh dari kedua negara tersebut. Pada masa kolonial para arsitek Belanda banyak membawa serta pengaruh-pengaruh langgam arsitektur yang saat itu sedang

berkembang di benua Eropa, dan meninggalkan jejak aneka konsep dengan

keistimewaan tersendiri baik dari wujud maupun nilai sejarahnya.

2.3.1 Perkembangan Arsitektur Kolonial di Indonesia

(53)

kolonial Belanda di Indonesia dari abad ke 16 sampai tahun 1940-an menjadi empat bagian, yaitu:

1. Abad 16 sampai tahun 1800-an

Pada waktu ini Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Selama periode ini arsitektur kolonial Belanda kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas.

2. Tahun 1800-an sampai tahun 1902

Indonesia waktu itu diperintah dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi negeri Belanda. Oleh sebab itu, Belanda pada abad ke-19 harus memperkuat statusnya sebagai kaum kolonialis dengan membangun gedung-gedung yang berkesan grandeur (megah). Bangunan gedung dengan gaya megah ini mengadopsi gaya arsitektur neo-klasik yang sebenarnya berlainan dengan gaya arsitektur nasional Belanda waktu itu.

3. Tahun 1902-1920-an

(54)

ada yang dikombinasikan dengan gevel depan. 6. Penggunaa dormer pada bangunan. 7. Penyesuaian pada bangunan terhadap iklim tropis basah :

a. Vetilasi yang lebar dan tinggi

b. Membuat Galeri atau serambi sepanjang bangunan sebagai antisipasi dari hujan dan sinar matahari.

4. Tahun 1920 sampai tahun 1940-an

Pada tahun ini muncul gerakan pembaruan dalam arsitektur, baik nasional maupun internasional di Belanda yang kemudian memengaruhi arsitektur kolonial di Indonesia. Hanya saja arsitektur baru tersebut kadang-kadang diikuti secara langsung, tetapi kadang-kadang juga muncul gaya yang disebut sebagai

ekletisisme (gaya campuran).

2.3.2 Karakter Elemen Fasad Bangunan Kolonial

Handinoto (1996) dalam Novi, dkk. (2012) menjelaskan bahwa pada bangunan kolonial Belanda terdapat karakter yang mempengaruhi tampilan fasad. Karakter tersebut dapat dilihat dari beberapa elemen-elemen yang biasa digunakan sebagai pendukung fasad, antara lain :

1. Gabel/Gavel (Ornamen Pada Atap)

(55)

Gambar 2.1 Gavel Pada Bangunan Lonsum Medan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 2.2. Variasi Bentuk Gevel Sumber : http://iketsa.wordpress.com/

2. Tower/Menara

(56)

memiliki bentuk yang sangat beragam, mulai dari bentuk kotak segi empat, segi enam, bulat, hingga bentuk-bentuk geometris lainnya, dan beberapa di antara memadukanya dengan gevel/depan. Tower/menara biasanya berfungsi sebagai penanda pintu masuk bagian depan bangunan.

Gambar 2.3 Tower/Menara Pada Bangunan Kolonial Di Medan (Kantor Pengadilan Negeri Medan)

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

3. Nok Acroteire/Hiasan Puncak Atap

(57)

4. Dormer/Cerobong Asap Semu

Dormer adalah jendela atau bukaan lain yang terletak pada atap yang melereng dan memiliki atap tersendiri. Bingkai dormer biasanya diletakkan vertikal diatas gording pada atap utama. Memiliki fungsi untuk penghawaan dan pencahayaan pada bangunan. Memiliki bnetuk yang menjulang tinggi keatas, dormer di Negara aslinya, Belanda, biasanya digunakan sebagai ruang atau cerobong asap perapian.

Gambar 2.4 Dormer Bangunan Kolonial Di Medan ( Kantor Pengadilan Negeri Medan )

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

(58)

5. Windwijer/Penunjuk Angin

Berfungsi sebagai penunjuk arah angin, biasanya diletakan di atas nok dan dapat berputar mengikuti arah angin.

6. Ballustrade

Memiliki fungsi sebagai pagar pembatas balkon, ataupun dek bangunan. Biasanya terbuatdari beton cor ataupun dari bahan metal.

(59)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemunculan bangunan-bangunan baru dengan tampilan visual yang cenderung tampil beda dipengaruhi oleh tingginya hasrat untuk memunculkan desain yang modern, yang mampu membuat orang-orang berdecak kagum karena estetika visualnya. Krier (2001 : 122) dalam Antariksa, mengemukakan bahwa fasad dari sebuah bangunan merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menunjukkan karakter dan fungsi bangunan.

Maraknya pembangunan bangunan-bangunan baru dengan konsep modern dapat mempengaruhi ciri dan karakter dari sebuah kawasan terutama karakter visual fasad yang mencerminkan sejarah dan kebudayaan suatu daerah atau kawasan yang sudah memiliki image atau citra tertentu. Keberadaan bangunan-bangunan baru ini dapat mempertahankan atau bahkan memperkuat karakter kawasan dan mungkin juga dapat merusak atau bahkan menghilangkan karakter kawasan tersebut. Desain yang bersifat harmoni dapat memperkuat karakter kawasan dan bangunan dengan desain yang kontras dapat merusak citra kawasan tersebut.

(60)

visual, kawasan yang khas dengan gaya arsitektur kolonial ini memberikan suasana tersendiri yang tidak ditemukan ditempat lain. Karakter visual bangunan-bangunan dikawasan ini memiliki keterkaitan (lingkage) yang menceritakan kebudayaan, sejarah dan aktifitas disekitar kawasan.

Kontekstual dari elemen fasad bangunan dapat menjaga ciri dan karakter sebuah bangunan dan mampu memperkuat karakter kawasan. Oleh karena itu, perlu pemahaman lebih dalam tentang kontekstual desain arsitektur sebagai suatu intervensi pada lingkungan fisik yang melengkapi dan menjadikan lingkungan sekitar sebagai pedoman dalam perancangannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan tinjauan tersebut diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah desain elemen fasad Gedung Harian Analisa dan Hotel Kesawan memiliki konteks terhadap bangunan eksisting dikawasan

b. Bagaimana kontekstual elemen fasad pada desain kedua bangunan tersebut terhadap bangunan eksisting dikawasan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

(61)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

a. Bagi penulis, penelitian ini memberikan pemahaman tentang arsitektur kontekstual dalam perancangan dan dapat diterapkan dalam proses desain b. Bagai akademis, penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan literatur

mengenai kontekstual elemen fasad dalam proses perancangan arsitektur terutama untuk bangunan-bangunan baru yang berada dikawasan yang memiliki karakter yang kuat seperti kawasan bersejarah atau kawasan cagar budaya

(62)

1.5 KERANGKA BERFIKIR

Latar Belakang

Kemunculan bangunan-bangunan baru dengan desain yang lebih modern pada kawasan yang memiliki karakteristik yang kuat seperti Gedung Kantor Harian Analisa dan Hotel Kesawan yang berada dikawasan Kesawan yang memiliki nilai sejarah, memberikan pengaruh terhadap citra dan karakter kawasan.

Judul Penelitian

“Kajian Kontekstual Elemen Fasad Pada Desain Bangunan” Gedung Kantor Harian Analisa Dan Hotel Kesawan Medan

Manfaat Penelitian

Memberikan pemahaman

dan kesadaran

pentingnya kontekstual elemen fasad bangunan

terhadap lingkungan

sekitar dalam proses

perancangan untuk

Observasi langsung : Survey lapangan Studi literatur : Buku & jurnal penelitian sejenis

Teori/ Tinjauan Pustaka

(63)

ABSTRAK

Kontekstual dalam sebuah perancangan arsitektur merupakan sebuah prinsip untuk menjaga keterkaitan, kesinambungan dan hubungan suatu karya arsitektur dengan lingkungan. Kontekstual dalam desain arsitektur juga menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan sejarah dan perkembangan arsitektur disuatu tempat atau kawasan. Sebagai tujuan dari penerapan prinsip kontekstual dalam sebuah perancangan arsitektur adalah untuk menjaga ciri dan karakter yang menggambarkan identitas suatu kawasan. Dalam penelitian ini, dilakukan sebuah kajian terhadap fasad bangunan-bangunan baru yang terdapat di suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah di Kota Medan yaitu kawasan Kesawan. Fasad merupakan elemen terluar sebuah bangunan yang menjadi wajah bangunan dan memberikan sebuah citra terhadap sebuah kawasan. Kontekstual dalam desain fasad bangunan perlu diperhatikan untuk menjaga citra dari suatukawasan.

Kata Kunci : kontekstual, fasad bangunan, Kesawan

ABSTRACT

Contextual an architectural design is a principle to maintain relevance, sustainability and the relationship of a work of architecture with the environment. Contextual architectural design has also become a bridge linking the historical and architectural development in one place or region. For purposes of the application of the principle of contextual in an architectural design is to keep the traits and characteristics that describe the identity of a district. In this research, carried out a study on the facades of new buildings located in an area that has historical value in the Medan city which is Kesawan district. Facade is the outer element of a building that became the face of the building and provide an image for a region. Contextual design of the facade of the building need to be considered to maintain the image of a district.

(64)

KAJIAN KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD PADA DESAIN

BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA DAN HOTEL

KESAWAN MEDAN

SKRIPSI

OLEH

BENFRI Y. MATONDANG 100406085

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(65)

KAJIAN KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD PADA DESAIN

BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA DAN HOTEL

KESAWAN MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

BENFRI Y. MATONDANG 100406085

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(66)

PERNYATAAN

KAJIAN KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD PADA DESAIN BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA DAN HOTEL KESAWAN MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2016

(67)

Judul Skripsi : Kajian Kontekstual Elemen Fasad Pada Desain Bangunan Kantor Harian Analisa Dan Hotel Kesawan Medan

Nama Mahasiswa : Benfri Y. Matondang Nomor Pokok : 100406085

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Samsul Bahri, M.T (NIP. 1965 0318 1995 011001)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Dr. Wahyu Utami, S.T., M.T (NIP. 1975 0608 2000 122002)

Ir. N. Vinky Rahman, M.T (NIP. 1966 0622 1997 021001)

(68)

Telah diuji pada

Tanggal : 08 Januari 2016

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Wahyu Utami, S.T., M.T Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Samsul Bahri, M.T

(69)

SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI

Nama : Benfri Y. Matondang

NIM : 100406085

Judul Skripsi : Kajian Kontekstual Elemen Fasad Pada Desain Bangunan Kantor Harian Analisa Dan Hotel Kesawan Medan

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan : No. Status

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator Skripsi

Ir.N.VinkyRahman, M.T Dr. Wahyu Utami, S.T., M.T

(70)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Samsul Bahri, M.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Wahyu Utami, M.T., selaku Koordinator Skripsi dan Dosen Penguji I serta Bapak Imam Faisal Pane, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

(71)

6. Kedua orang tua penulis yang tercinta, H.J Matondang dan L.br. Sitinjak, adik-adik tercinta J. Prayego. Mtd, Willy J. Mtd, dan Grevita J. Mtd serta seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan doa dan dukungannya untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara. 7. Orang–orang terkasih penulis Revina S. br. Panggabean dan Faldine H. Mtd

yang selalu memberikan semangat dan doa untuk menyelesaikan studi ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa skripsi tahun 2015/2016 yang telah berjuang

bersama-sama dan saling memotivasi hingga selesainya skripsi ini, khususnya kelompok sidang Bu Utami Ronald, Kiki, Ulik, Agung, Yon dan Kahirunnisa. 9. Kawan-kawan Archi’10 yang selalu memberi dukungan dan semangat terkhusus kepada Liel Nehe & Abdul Joshua Oh Mandai, kawan seperjuangan dan sependeritaan.

10. Akka laeku dari matematika, Pinjil S.Si., Cantua, S.Si., Josep, S.Si., Rival Sijabat, Ningot Simanjuntak, Yan Batara, S.Si, Amsal, S.Si, yang selalu mendukung dan menyemangati sampai skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih banyak memiliki kekurangan, namun demikian semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2016 Penulis

(72)

ABSTRAK

Kontekstual dalam sebuah perancangan arsitektur merupakan sebuah prinsip untuk menjaga keterkaitan, kesinambungan dan hubungan suatu karya arsitektur dengan lingkungan. Kontekstual dalam desain arsitektur juga menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan sejarah dan perkembangan arsitektur disuatu tempat atau kawasan. Sebagai tujuan dari penerapan prinsip kontekstual dalam sebuah perancangan arsitektur adalah untuk menjaga ciri dan karakter yang menggambarkan identitas suatu kawasan. Dalam penelitian ini, dilakukan sebuah kajian terhadap fasad bangunan-bangunan baru yang terdapat di suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah di Kota Medan yaitu kawasan Kesawan. Fasad merupakan elemen terluar sebuah bangunan yang menjadi wajah bangunan dan memberikan sebuah citra terhadap sebuah kawasan. Kontekstual dalam desain fasad bangunan perlu diperhatikan untuk menjaga citra dari suatukawasan.

Kata Kunci : kontekstual, fasad bangunan, Kesawan

ABSTRACT

Contextual an architectural design is a principle to maintain relevance, sustainability and the relationship of a work of architecture with the environment. Contextual architectural design has also become a bridge linking the historical and architectural development in one place or region. For purposes of the application of the principle of contextual in an architectural design is to keep the traits and characteristics that describe the identity of a district. In this research, carried out a study on the facades of new buildings located in an area that has historical value in the Medan city which is Kesawan district. Facade is the outer element of a building that became the face of the building and provide an image for a region. Contextual design of the facade of the building need to be considered to maintain the image of a district.

(73)

DAFTAR ISI

1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 3

1.5 KERANGKA BERPIKIR ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 ARSITEKTUR KONTEKSTUAL ... 5

2.1.1 DEFINISI ARSITEKTUT KONTEKSTUAL ... 5

2.1.2 CIRI DESAIN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL ... 7

2.2 FASAD ... 8

2.2.1 KARAKTER VISUAL FASAD ... 10

2.3 ARSITEKTUR KOLONIAL ... 12

2.3.1 PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI INDONEISA ... 12

2.3.2 KARAKTER ELEMEN FASAD ARSITEKTUR KOLONIAL ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

(74)

3.2 VARIABEL PENELITIAN ... 19

3.3 POPULASI/SAMPEL ... 20

3.4 METODA PENGUMPULAN DATA ... 20

3.4.1 DATA PRIMER ... 21

3.4.2 DATA SEKUNDER ... 21

3.5 KAWASAN PENELITIAN ... 21

3.5.1 GAMBARAN KAWASAN PENELITIAN ... 22

3.5.2 OBJEK PENELITIAN ... 22

3.6 METODA ANALISIS DATA ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 KARAKTERISTIK ELEMEN FASAD DIKAWASAN KESAWAN... 26

4.1.1 TIPOLOGI FASAD ... 26

4.1.2 ELEMEN FASAD YANG DOMINAN PADA POPULASI PENELITIAN ... 35

4.2 ANALISA ELEMEN FASAD BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA MEDAN ... 36

4.3 ANALISA KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA ... 45

4.4 ANALISA ELEMEN FASAD BANGUNAN HOTEL KESAWAN ... 49

4.5 ANALISA KONTEKSTUAL ELEMN FASAD BANGUNAN HOTEL KESAWAN ... 55 DAFTAR PUSTAKA ... 59

(75)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 GAVEL PADA BANGUNAN LONSUM MEDAN ... 15

GAMBAR 2.2 VARIASI BENTUK GEVEL ... 15

GAMBAR 2.3 TOWER/MENARA PADA BANGUNAN KOLONIAL DI MEDAN (KANTOR PENGADILAN NEGERI MEDAN) ... 16

GAMBAR 2.4 DORMER BANGUNAN KOLONIAL DI MEDAN (KANTOR PENGADILAN NEGERI MEDAN ) ... 17

GAMBAR 2.5 BENTUK DORMER ... 17

GAMBAR 2.6 BALLUSTRADE PADA BANGUNAN KOLONIAL DI KESAWAN ... 18

GAMBAR 3.5 PETA KAWASAN PENELITAN ... 22

GAMBAR 3.5.1 KANTOR HARIAN ANALISA ... 23

GAMBAR 3.5.2 HOTEL KESAWAN ... 23

GAMBAR 3.5.3 PETA POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 24

GAMBAR 4.1 BANGUNAN RUKO DI KWASAN KESAWAN ... 26

GAMBAR 4.2.1A BANGUNAN KANTOR HARIAN ANSLISA ... 36

GAMBAR 4.2.1B BANGUNAN DENGAN ATAP DATAR DISEKITAR KAWASAN ... 36

GAMBAR 4.2.1C TAMPAK PERSPEKTIF BAGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA MEDAN ... 37

GAMBAR 4.2.2A BENTUK BUKAAN/JENDELA PADA KANTOR HARIAN ANALISA MEDAN ... 38

GAMBAR 4.2.2B BALUSTRADE PADA BUKAAN KANTOR HARIAN ANALISA... 38

GAMBAR 4.2.2C BENTUK JENDELA PADA KANTOR HARIAN ANALISA MEDAN ... 39

(76)

GAMBAR 4.2.3B GSB BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA ... 40 GAMBAR 4.2.4 BENTUK TEKSTUR DINDING KANTOR

HARIAN ANALISA ... 40 GAMBAR 4.2.5 DETAIL RIASAN/ORNAMEN BANGUANAN ... 41 GAMBAR 4.2.6 ARCADE PADA BANGUNAN KANTOR

HARIAN ANALISA ... 42 GAMBAR 4.2.7 DETAIL ORNAMEN RELIEF PADA BAGIAN

DINDING ARKADE ... 43 GAMBAR 4.3.1 BENTUK GAVEL PADA BANGUNAN KANTOR

HARIAN ANALISA ... 45 GAMBAR 4.3.2 TAMPAK SUSUNAN JENDELA PADA

FASAD BANGUNAN ... 39 GAMBAR 4.3.3 PINTU MASUK HOTEL KESAWAN ... 40 GAMBAR 4.3.4 BANGUNAN HOTEL KESAWAN ... 41 GAMBAR 4.3.4 BENTUK SKEMATIK FASAD BANGUNAN

(77)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 VARIABEL PENELITIAN ... 20

TABEL 4.1.1 ANALISA FASAD BANGUNAN PT. LONSUM ... 27

TABEL 4.1.2 ANALISA FASAD BANGUNAN EKS BANK MODERN ... 28

TABEL 4.1.3 ANALISA FASAD BANGUNAN TOKO BATA ... 29

TABEL 4.1.4 ANALISA FASAD BANGUNAN BANK DANAMON ... 30

TABEL 4.1.5 ANALISA FASAD BANGUNAN BENYAMIN SPORT ... 31

TABEL 4.1.6 ANALISA FASAD BANGUNAN RESTORAN TIP TOP ... 32

TABEL 4.1.7 ANALISA FASAD BANGUNAN TJONG A FIE ... 33

TABEL 4.1.8 ANALISA FASAD BANGUNAN KANTOR DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ... 34

TABEL 4.1.9 ELEMEN FASAD YANG DOMINAN DI KAWASAN PENELITIAN ... 35

TABEL 4.2 KESIMPULAN ANALISA ELEMEN FASAD BANGUNAN KANTOR HARIAN ANALISA MEDAN ... 44

TABEL 4.3 KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD KANTOR HARIAN ANALISA MEDAN ... 48

TABEL 4.4 KESIMPULAN ANALISA ELEMEN FASAD BANGUNAN HOTEL KESAWAN ... 54

TABEL 4.5 KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD HOTEL KESAWAN ... 56

TABEL 5.1 KONTEKSTUAL ELEMEN FASAD HARIAN ANALISA MEDAN ... 52

Gambar

Gambar 3.5.3 Peta Populasi dan Sampel Penelitian  Sumber: Olah Data Pribadi, 2015
Tabel 4.1.1. Analisa Fasad Bangunan PT. London Sumatera
Tabel 4.1.2. Analisa Fasad Bangunan Eks Bank Modern
Tabel 4.1.3. Analisa Fasad Bangunan Toko Bata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Analisa Pemilihan Material Bangunan Dalam Mewujudkan Green Building (Studi Kasus: Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo antara lain (1).

mempertahankan bentuk bangunan lama, penggunan arsitektur modern yang diterapkan pada bangunan tidak lah konteks dengan konsep yang digunakan pada masa lalu,

Kawasan Kesawan telah mengalami perubahan fasad bangunan khususnya.. di Jalan Ahmad Yani.Saat ini banyak kawasan di Kota Medan yang

Berdasarkan tema yang diangkat yaitu, Desain Biophilic pada bangunan Hotel Resort Bintang 4 dengan pendekatan pola alam di dalam ruang (Nature in space) dapat

Hasilnya untuk mendapatkan desain kantor sewa dengan shading device yang khusus pada sisi bangunan yang berbeda dengan harmonisasi secara keseluruhan.. Kata kunci: Shading device

Hasilnya untuk mendapatkan desain kantor sewa dengan shading device yang khusus pada sisi bangunan yang berbeda dengan harmonisasi secara keseluruhan.. Kata kunci: Shading

Hasil penelitian Analisa Pemilihan Material Bangunan Dalam Mewujudkan Green Building (Studi Kasus: Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo antara lain (1).

Penerapan yang digunakan pada tema Arsitektur Tropis adalah penggunaan atap miring yang dapat dilihat dari bentuk atap bangunan penerima, kantor, restauran, konservatori, dan