Lampiran 1 Kuesioner
KUISIONER
ANALISIS RESPON MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP BIAYA ADMINISTRASI PERBANKAN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara nasabah perbankan di
Medan
Dengan hormat, saya maklumkan bahwa saya FACHRUROZY, mahasiswa FEB USU Medan sedang melakukan penelitian tentang analisis respon masyarakat kota Medan terhadap biaya administrasi perbankan. Tujuan dari kajian ini adalah untuk melihat bagaimana tanggapan masyarakat terhadap besar kecilnya biaya administrasi perbankan serta bagaimana tingkat kemauan dan kemampuan masyrakat itu sendiri dalam membayar biaya administrasi perbankan tersebut.
Oleh sebab itu, saya memohon, kiranya Bapak/Ibu/Sdr dapat membantu menjawab questioner ini yang berguna untuk penulisan skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdr yang telah berpartisipasi untuk mengisi kuesioner ini. Semoga penelitian ini berguna untuk pengembangan biaya
administrasi perbankan di masa mendatang.
I. Karakteristik Responden
1 JenisKelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
6 Jenis Bank yang dimiliki 1. Konvensional
Yaitu Bank ... 2. Syariah
Yaitu Bank ...
7 Pendapatan/bulan 1. ≤ Rp 500.000
2. Rp 500.000-1.000.000 3. Rp 1.000.000-5.000.000 4. Rp 5.000.000-10.000.000 5. > Rp 10.000.000
II. Kemampuan Membayar (Ability To Pay)
1 Biaya administrasi bank yang dikeluarkan per bulan
2 Apakah Bapak/Ibu/Sdr “mampu” membayar biaya adminstrasi tersebut?
1. Ya 2. Tidak 3 Pada tingkat harga berapa Bapak/Ibu/Sdr
“mampu” membayar biaya administrasi perbankan?
4 Menurut Bapak/Ibu/Sdr mengenai jumlah biaya administrasi yang berlaku sekarang
1. Sangat Mahal
III. Kemauan Membayar (Willingness To Pay)
1 Berapa jumlah biaya administrasi yang realistis yang Bapak/Ibu/Sdr “mau” untuk membayarnya?
Rp ...
2 Untuk meningkatkan pelayanan apakah Bapak/Ibu?Sdr “mau” membayar lebih biaya administrasi tersebut?
Rp ... 3 Alasan kenapa “mau” untuk membayar biaya
administrasi yang telah diterapkan oleh bank
1. Untuk menerima pelayanan yang baik dari bank.
2. Murah dan terjangkau 3. Terpaksa
4. Tidak pernah tahu-menahu mengenai biaya tersebut.
5. Lain-lain:...
1. Sejak sekian lama menjadi nasabah, apakah Bapak/Ibu/Sdr masih tetap lebih menyukai bank dimana Bapak/Ibu/Sdr menabung sekarang?
a. Ya, sebab:... b. Tidak lagi, sebab:...
2. Menurut Bapak/Ibu/Sdr, apakah nilai biaya administrasi yang selama ini diterapkan oleh bank sudah termasuk “wajar”?
a. Ya, sebab:... b. Tidak, sebab:...
3. Menurut Bapak/Ibu/Sdr, apakah akan tetap menyukai bank tempat ibu menabung meskipun biaya administrasi bank tersebut suatu saat akan meningkat?
DAFTAR PUSTAKA
Aladwani, A. (2001). Online banking: A field study of drivers, development challenges and expectations. International Journal of Information
Management, 21, 2001 , 213-225.
Budjianto, Didik dan Wahyu Dwi Astuti, 2008. "Analisis Kemampuan dan
Kemauan Masyarakat Dalam Membayar Pelayanan Puskesmas di Wilayah Kerja Puskesmas Taman, Sekardangan, dan Tarik Kabupaten Sidoarjo", Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol 11.
Kasmir, 2008.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Press
Kuncoro, Mudradjad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, edisi 3, Jakarta: Penerbit Erlangga
Listfield R, d. F., 1994. "Modernizing payment System in Emerging
Economies"World Bank Policy Research Working paper, 1336.
Loix, E. R., 2005. "Who's afraid of the cashless society ? Belgian Survei
evidence", Preliminary Journal.
Lubis, Irsyad . 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Medan: USU Press
Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking, and Financial Markets.
Sixth Edition. Columbia: Addison Wesley Longman: Columbia University.
.2008.The Economics of Money Banking, and Financial Markets. Eight Edition. New Jersey: Pearson Education.
Mudayana, Ahmad Ahid dan Heni Rusmitasari, 2015. "Analisis Kemampuan dan
Kemauan Membayar Pasien Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Bantul."Jurnal Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan.
Randy, Muhammad, 2013."Identifikasi Kemampuan dan Kemauan Membayar
Sewa Masyarakat Berpenghasilan Rendah Terhadap Rumah Susun Sederhana Sewa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya." Jurnal Perencanaan dan Wilayah Kota.
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan: USU Press.
Website :
Aziz, Dede Erik Abdul. 2015. Rincian Biaya Administrasi Bank Mandiri. terbaru/(4 Okt 2015).
Mandiri. 2016. Tarif Layanan Bank Mandiri.
Wisnu, Ferdinand. 2013. Pengertian Bank Dan Reformasi Bank.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah dalam keilmuan dengan tujuan
mengumpulkan data untuk kegunaan tertentu secara rasional, sistematis dan
empiris. Berikut adalah metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan
tujuan menganalisis atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat
tentang kenyataan-kenyataan dan perilaku atau sifat suatu objek atau populasi
tertentu. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan
sistem questionnaire yang ditujukan pada populasi tertentu yang sebelumnya telah
ditetapkan.
Kuncoro (2009) mendeskripsikan penelitian deskriptif meliputi
pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai
status terakhir dari subjek penelitian.Tipe yang paling umum digunakan dari
penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu,
organisasi, keadaan ataupun prosedur.Data deskriptif pada umumnya
dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara ataupun
observasi.
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini mengkaji tentangkemampuan dan kemauan membayar
masyarakat terhadap penggunaan biaya administrasi perbankan dikalangan
masyarakat serta penerapan efisiensinya pada sistem perbankan.
3.4 Definisi Operasional
1. Biaya Administrasi
Adalah segala biaya yang dibebankan kepada nasabah demi kelancaran
sistem perbankan dan biasanya biaya ini akan diterapkan pada semua
produk perbankan.
2. Ability to Pay(ATP)
Adalah kemampuan seseorang untuk membayar sejumlah uang yang telah
mengkonsumsi suatu produk dan mendapatkan haknya. ATP mengkaitkan
fungsi pendapatan dengan biaya hidup, dimana pada umumnya
mengutamakan fungsi pekerjaan dan pendapatan.
3. Willingness to Pay (WTP)
Adalah sebuah konsep ekonomi yang mempunyai fungsi untuk
menentukan jumlah uang yang akan dibayarkan konsumen untuk
penyediaan suatu barang dan jasa. WTP memiliki peranan penting untuk
menemukan kemauan membayar masyarakat terhadap suatu barang dan
4. Efisiensi
Adalah sebuah acuan yang dapat diterapkan untuk menciptakan sistem
perbankan yang baik yang dapat dipercaya oleh masyarakat.
5. BOPO
Adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional. Rasio ini sering juga disebut sebagai rasio efisiensi yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
3.5 Skala Pengukuran Variabel.
Pada penelitian ini para responden harus memilih dari beberapa kategori
yang ada yang tentunya sesuai dengan kenyataan dan pada akhirnya akan
disimpulkan agar memperoleh hasil dari penelitian ini. Skala yang digunakan
adalah skala kategori (category scale).Skala ini digunakan untuk mendapatkan
jawaban tunggal dari multiple item atas jawaban-jawaban yang tersedia bagi
responden untuk dipilih sesuai dengan keadaannya (Sinulingga, 2011).
Skala variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
Umurdan pendidikan.
2. Ability to Pay
3. Willingness to Pay
Jenis pelayanan yang ditawarkan, kemauan membayar masyarakat.
4. BOPO
Rasio biaya operasional dan pendapatan operasional.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang menjadi
nasabah pada suatu Bank yang menerapkan langsung biaya administrasi
perbankan di Kota Medan.Teknik penarikan sample yang digunakan adalah
dengan teknik sampling secara nonprobabilitas. Jenis atau caranya yaitu dengan
purposive sampling atau judgemental sampling.Sample yang peneliti ambil
berupa 3Bank yang masing-masing terbagi atas 1 Bank dariBank BUMN
Konvensional, 1 Bank dari Bank Swasta Konvensional dan 1 Bank dari
BankSyariah yang masing-masing Bankdibagi sebagai berikut;
1. 20 Responden dari Bank Nasional Indonesia (BUMN Konvensional)
2. 20 Responden dari Bank Central Asia (Swasta Konvensional), dan
3. 10 Responden dari Bank Muamalat Indonesia (Syariah)
maka total keseluruhan responden adalah 50 responden nasabah masyarakat Kota
Medan. Data ini bertujuan untuk melihat pola perilaku masyarakat dalam memilih
3.7 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung didapat atau dikumpulkan oleh
peneliti dengan cara metode observasi atau wawancara serta penyebaran
kuesioner.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data-data pendukung literatur yang diperoleh
dariBank. Data-data seperti biaya adminstrasi perbankandan hal-hal yang
relevan dan berkenaan dengan judul penelitian.
3.8 Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Yaitu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara
menyebarkannya, adapun isi dari kuesioner tersebut adalah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Dalam hal ini, responden
yang dimaksud adalah masyarakat yang menjadi nasabah pada Bank-Bank
di kota Medan.
2. Studi Literatur
Merupakan teknik studi yang dilakukan dalam mengumpulkan data dan
informasi melalui berbagai sumber baik buku, jurnal, tesis dan situs
3.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif kualitatif.Analisis ini bertujuan untuk mengungkap fakta,
keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang sedang terjadi saat penelitian
berjalan.Setelah data-data yang diperoleh dari para responden dimasukkan
kedalam komputer dalam bentuk coding maka data tersebut diolah dengan
menggunakan SPSS 20. Hasil output SPSS tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan perangkat analisis statistika yang seperti yang diuraikan pada tabel
3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Teknik Analisis Data
Tujuan Alat Analisis
1. Mengidentifikasi karakteristik dan
prilaku nasabah dalam membayar
biaya administrasi perbankan.
2. Menganalisis bagaimanatingkat
efisiensi Bank terhadap pelayanan
yang ada melalui biaya adminstrasi.
3. Menjelaskan persepsi, preferensi dan
prilaku nasabah itu sendiri terhadap
kemauan dan kesanggupan
masyarakat dalam membayar biaya
administrasi perbankan.
Analisis Crosstab
Analisis BOPO
Analisis Deskriptif
1. Analisis Cross-Tab
Analisis Cross-Tab (Cross-Tabulation) menggunakan uji statistik untuk
mengidentifikasikan dan mengetahui korelasi antara dua variabel. Dimana
apabila terdapat hubungan antara keduanya, maka terdapat tingkat
ketergantungan yang saling mempengaruhi yaitu variabel yang satu ikut
mempengaruhi perubahan pada variabel yang lain. Hipotesis awal yang
digunakan pada tahap perhitungan crosstab adalah adanya keterkaitan antara
variabel baris dan kolom. Analisis Cross-Tab akan dilakukan dengan bantuan
software SPSS 20 untuk memudahkan dalam menganalisis data yang
didapatkan dari lapangan.
2. Analisis BOPO
Analisis BOPO digunakan untuk menjawab permasalahan yang kedua
yaitu untuk mengetahui seberapa besar Bank dapat melakukan efisiensi
terhadap biaya operasional yang dikeluarkan. Semakin kecil rasio BOPO,
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan Bank yang
bersangkutan sehingga ada kemungkinanyang lebih besar bagi Bank untuk
mendapatkan keuntungan dan menunjukkan bahwa Bank tidak berada dalam
kondisi bermasalah.
3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan yang
ketiga yaitu untuk mengetahui persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat
itu sendiri terhadap biaya administrasi perbankan dan melihat bagaimana
Analisis ini akan dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul. Data yang analisis berupa jawaban-jawaban kuisioner
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Kota Medan
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran
rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian yang berada di 22,5
meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli
dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis, Medan
terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung
miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan
Kabupaten Deli dan Serdang.Di sebelah utara berbatasan dengan Selat
Malaka.Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu
gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun
internasional.Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata
2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum
32,4°C dan minimum 24°C. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10
km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian,
dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang
relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar.Secara administratif, batas
Tabel 4.1
Batas Wilayah Kota Medan
Utara Selat Malaka
Selatan Kabupaten Deli Serdang
Barat Kabupaten Deli Serdang
Timur Kabupaten Deli Serdang
Sumber: BPS
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi
Kota medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951,
Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951,
yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan
dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul
keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21
September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Sesuai
dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah
melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan
mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang
menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59
Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September
1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.Berdasarkan luas
administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri
Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996
tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali,
dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan, yakni :
Tabel 4.2
Karakteristik Kota Medan
No. Kecamatan Jumlah kelurahan Luas (Km²) Presentase (%)
1 Medan Tuntungan 9 20,68 7,8
2 Medan Johor 6 12,81 4,83
3 Medan Amplas 8 14,58 5,5
4 Medan Denai 5 11,19 4,22
5 Medan Area 12 9,05 3,41
6 Medan Kota 12 7,99 3,01
7 Medan Maimun 6 5,27 1,99
8 Medan Polonia 5 5,52 2,08
9 Medan Baru 6 5,84 2,2
10 Medan Selayang 6 9,01 3,4
11 Medan Sunggal 6 2,98 1,13
12 Medan Helvetia 7 15,44 5,83
13 Medan Petisah 7 13,16 4,97
15 Medan Timur 11 5,33 2,01
16 Medan Perjuangan 9 7,76 2,93
17 Medan Tembung 7 4,09 1,54
18 Medan Deli 6 20,84 7,86
19 Medan Labuhan 7 36,67 13,83
20 Medan Marelan 4 23,82 8,89
21 Medan Belawan 6 26,25 9,9
Jumlah 151 265,1 100
Sumber : Medan Dalam Angka Tahun 1999
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Kecamatan yang terluas adalah
Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km². Berdasarkan Tabel 4.2 juga
dapat disimpulkan bahwa luas Kota Medan secara keseluruhan adalah sebesar
265,10 km².
4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan
Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan juga
merupakan kota terbesar diluar pulau Jawa. Dengan status sebagai Ibukota
Provinsi Sumatera Utara tentunya memiliki sarana dan fasilitas yang lebih baik
dibandingkan daerah lain disekitarnya. Hal inilah yang merupakan daya tarik dan
daya dorong bagi masyarakat untuk berpindah dari daerah – daerah sekitarnya,
dan juga sebagai salah satu faktor peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari
tahun ke tahun.Jumlah penduduk Kota Medan mengalami peningkatan yang
cukup nyata dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Jumlah penduduk Kota Medan
jiwa, 2.097.610 jiwa, 2.117.224 jiwa dan 2.122.804 jiwa. Jumlah penduduk
tertinggi berada di kecamatan Medan Deli yaitu sebanyak 170.931 jiwa, dan
kecamatan dengan jumlah penduduk terendah yaitu berada di kecamatan Medan
Baru sebanyak 39.577 jiwa. Komposisi penduduk Kota Medan menurut jenis
kelamin pada tahun 2012 terdiri dari penduduk laki – laki sebanyak 1.047.875
jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 1.074.929 jiwa. Berdasarkan
kelompok usia, penduduk Kota Medan terbesar terdapat pada kelompok usia 20 –
24 yaitu sebanyak 238.551 jiwa dan yang terkecil pada kelompok usia 75 tahun
keatas sebanyak 19.638 jiwa. Komposisi penduduk Kota Medan menurut
kecamatan dan jenis kelamin pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2012
NO KECAMATAN Laki-laki Perempuan Jumlah
19 Medan Labuhan 57.333 55.309 112.645
20 Medan Marelan 74.673 72.645 147.318
21 Medan Belawan 48.917 46.792 95.709
TOTAL 1.047.875 1.074.929 2.122.804
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2012
4.1.3 Perkembangan Ekonomi Kota Medan
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti
pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,
dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to scale
(relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang
dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa
semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses
peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung
proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.
Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan
didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya
dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor
produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan
perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada
kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor
26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan
yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub
sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor
industri pengolahan sebesar 16,58 persen.
Tabel 4.4
Perbandingan Peranan dan Kontribusi Antar Lapangan Usaha Terhadap PDRB Pada Kondisi Harga Berlaku Tahun 2005-2007
No. Sektor 2005 2006 2007
1 Tertier 70.03 68.7 69.21
2 Sekunder 26.91 28.37 27.93
3 Primer 3.06 2.93 2.86
4 Lapangan Usaha 26.34 25.98 25.44
5 Sub Transportasi dan telekomunikasi 18.65 18.65 19.02
6 Sub sektor industri pengolahan 16.58 13.41 16.28
Sumber: BPS
Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan
dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70
persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen.
Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen,
industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.
Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota
Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen
dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing masing lapangan usaha yang
dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha
perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Profil Nasabah
Profil dari 50 orang responden nasabah perbankan di Kota Medan yang
terdiri atas 3 bank sebagai sample yaitu Bank BNI, Bank BCA dan Bank
Muamalat pada penelitian ini dapat dilihat dari data-data yang disajikan berikut
ini.
4.2.2 Profil Usia Responden
Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diolah maka dapat diketahui
secara umum usia berkisar antara 17-57 tahun.
Tabel 4.5
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Usia
No Usia (tahun) Jumlah Persen (%)
1 20-29 18 36
2 30-39 12 24
3 40-49 14 28
4 50-59 6 12
Total 50 100%
Sumber : Data Primer Diolah
Sebagian besar responden yang mengisi kuesioner secara rata-rata berusia
antara 20-49 tahun yaitu berjumlah 44 orang.Dimana rata-rata berusia 36
4.2.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jika dilihat dari jenis kelamin maka persentase berdasarkan jenis kelamin
pada penelitian ini bersifat seimbang yang mana terdiri dari 31 laki-laki dan 19
perempuan atau 62:38.Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 31 62%
2 Perempuan 19 38%
Sumber : Data Primer Diolah
4.2.4 Profil Responden Berdasarkan Status
Berdasarkan status masing-masing responden maka dapat pula dilihat
bahwa sebagian besar responden atau 56% dari total sudah menikah dengan kata
lain sebagian besar reponden pada dasarnya sudah berkeluarga dan hanya 34%
atau sekitar 17 dari responden yang belum menikah. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4.7
Profil Responden Berdasarkan Status
No Keterangan Jumlah Persentase
1 Belum Menikah 17 34%
2 Sudah Menikah 28 56%
3 Cerai Hidup 2 4%
4 Cerai Mati 3 6%
Sumber: Data Primer Diolah
4.2.5 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari hasil tabulasi kuesioner yang diperoleh maka dapat dilihat bahwa
terdapat 56 % dari total responden adalah berpendidikan pada tingkat perguruan
tinggi dan 20 % berpendidikan diploma, sementara hanya terdapat 22% dari
responden yang berpendidikan SMA/SMK atau sederajat dan 2% yang
Gambar 4.1
Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4.2.6 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Jika dilihat berdasarkan tingkat pendapatan secara umum seluruh
responden yang merupakan nasabah perbankan maka akan terlihat seperti tabel
4.3 dimana 6 % atau 3 orang memiliki pendapatan lebih dari Rp
10.000.000/bulan, 34% atau 17 orang memiliki pendapatan dengan range antara
Rp 5.000.000 s/d Rp 10.000.000 dan 58 % atau 29 responden berpendapatan
antara Rp 1.000.000 s/d Rp 5.000.000 serta hanya 2% atau satu orang saja yang
berpendapatan dengan range Rp 500.000 – Rp 1.000.000.
Tabel 4.8
Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
No Pendapatan Jumlah Persentase
1 < Rp 500.000 0 0%
2 Rp 500.000 - Rp 1.000.000 1 2%
3 Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000 29 58%
56% 20%
22% 2%
TINGKAT PENDIDIKAN
4 Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000 17 34%
5 >Rp 10.000.000 3 6%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer Diolah
4.3 Analisis Crosstab
Analisis crosstab digunakan untuk melihat tabulasi silang serta
signifikansi dari hubungan beberapa variabel dalam penelitian.
4.3.1 Hubungan Tingkat Usia Terhadap Kemampuan Dalam Membayar
Biaya Administrasi Perbankan
Tabel 4.9 dibawah menjelaskan hubungan antara usia responden secara
keseluruhan terhadap kemampuan responden dalam membayar biaya administrasi
perbankan berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.9
Presepsi Nasabah Terhadap Kemampuan Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Usia
Usia
Frekuensi
Kemampuan
Total
Mampu Tidak Mampu
MANDIRI
20-29 Tahun 9 2 11
40-49 Tahun 4 0 4
50-59 Tahun 0 0 0
Jumlah 17 3 20
BCA
20-29 Tahun 3 1 4
30-39 Tahun 3 1 4
40-49 Tahun 5 2 7
50-59 Tahun 2 3 5
Jumlah 13 7 20
Sumber: data diolah
Tabel 4.9
Presepsi Nasabah Terhadap Kemampuan Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Usia (Lanjutan)
MUAMALAT
20-29 Tahun 1 2 3
30-39 Tahun 1 2 3
40-49 Tahun 1 2 3
50-59 Tahun 0 1 1
Jumlah 3 7 10
Sumber: data diolah
Pada tabel 4.9 lebih menjelaskan hubungan antara usia responden terhadap
kemampuan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat dalam membayar biaya administrasi perbankan, dimana dapat dilihat
dengan jelas bahwa pada Bank Mandiri mayoritas responden yang mampu
mampu membayar biaya administrasi berada pada jenjang usia 40 – 49 tahun dan
untuk Bank Muamalat mayoritas responden yang mampu membayar biaya
administrasi hanya 3 responden, dari 10 total responden pada Bank Muamalat,
dan dari 7 responden yang memiliki jenjang usia 20 – 49 tahun adalah usia yang
tidak mampu untuk membayar biaya tersebut. Maka dari keseluruhan Bank yang
menjadi sample, dapat dikatakan bahwa nasabah dengan jenjang usia 20-49 tahun
adalah usia yang paling mampu untuk membayar biaya administrasi. Seperti yang
diketahui bahwa Bank Muamalat menerapkan biaya Rp 7000 untuk jasa
administrasi mereka sedangkan untuk Bank Mandiri sebesar Rp 11.500 dan Bank
BCA sebesar Rp 15.000 untuk Tahun 2016.
4.3.2 Hubungan Tingkat PendidikanTerhadap Kemampuan Membayar
Biaya Administrasi Perbankan
Tabel 4.10 dibawah menjelaskan hubungan antara pendidikan responden
secara keseluruhan terhadap kemampuan responden dalam membayar biaya
Tabel 4.10
Pada 4.10 tersebut lebih menjelaskan hubungan antara pendidikan
responden terhadap kemampuan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank
BCA dan Bank Muamalat dalam membayar biaya administrasi mereka
masing-masing dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa mayoritas responden yang
mampu membayar adalah responden yang memiliki jenjang pendidikan dari tamat
SMA sampai ke tamat Perguruan Tinggi. Tetapi, jika diperhatikan lebih seksama
pada tiap Bank, maka nasabah yang tamat Perguruan Tinggi adalah nasabah yang
paling ideal yang mampu untuk membayar biaya administrasi perbankan.
4.3.3 Hubungan Pendapatan Terhadap Kemampuan Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.11 dibawah menjelaskan hubungan antara pendapatan responden
secara keseluruhan terhadap kemampuan responden dalam membayar biaya
administrasi perbankan berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.11
Presepsi Nasabah Terhadap Kemampuan Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendapatan
Pendapatan
Kemampuan
Total Mampu Tidak Mampu
MANDIRI
Rp 500.000 – Rp 1.000.000 1 0 1
Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 9 3 12
>Rp 10.000.000 0 0 0
Jumlah 17 3 20
BCA
Rp 500.000 – Rp 1.000.000 0 0 0
Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 5 4 9
Rp 5.000.000 – Rp 10. 000.000 6 2 8
>Rp 10.000.000 2 1 3
Jumlah 13 7 20
MUAMALAT
Rp 500.000 – Rp 1.000.000 0 0 0
Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 5 3 8
Rp 5.000.000 – Rp 10. 000.000 1 1 2
>Rp 10.000.000 0 0 0
Jumlah 6 4 10
Sumber: data diolah
Pada 4.11 tersebut lebih menjelaskan hubungan antara pendapatan responden
terhadap kemampuan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan
Bank Muamalat dalam membayar biaya administrasi mereka masing-masing
dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa mayoritas responden yang mampu
membayar adalah responden yang memiliki jenjang pendapatan dari Rp 1.000.000
– Rp 10.000.000. Sedangkan untuk nasabah yang tidak mampu dalam membayar
biaya administrasi juga mayoritas pada jenjang pendapatan Rp 1.000.000 – Rp
4.3.4 Hubungan TingkatUsiaTerhadap Kemauan Dalam Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.12 dibawah menjelaskan hubungan antara usia responden secara
keseluruhan terhadap kemauan responden dalam membayar biaya administrasi
perbankan mereka pada tingkat harga tertentu berdasarkan hasil kuesioner yang
telah diolah.
Tabel 4.12
Tabel 4.12
Presepsi Nasabah Terhadap Kemauan Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Usia (Lanjutan)
BCA
20-29 Tahun 3 1 0 0 4
30-39 Tahun 3 1 0 0 4
40-49 Tahun 3 4 0 0 7
50-59 Tahun 3 2 0 0 5
Jumlah 12 8 0 0 20
MUAMALAT
20-29 Tahun 3 0 0 0 3
30-39 Tahun 2 1 0 0 3
40-49 Tahun 3 0 0 0 3
50-59 Tahun 1 0 0 0 1
Jumlah 9 1 0 0 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.12 menjelaskan hubungan antara usia responden terhadap tingkat
harga harga berapa, masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat mau untuk membayar biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat
dengan jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden berdasarkan usia dari tiap
Bank, mau untuk membayar biaya administrasi tersebut dengan tingkat harga
yang bermacam-macam. Untuk Bank Mandiri, mayoritas nasabah mau unutuk
membayar biaya administrasi pada tingkat harga Rp 5.000 – Rp 10.000.
Sedangkan untuk Bank BCA dan Bank Muamalat pada tingkat harga dibawah Rp
4.3.5 Hubungan PendidikanTerhadap Kemauan Dalam Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.13 dibawah menjelaskan hubungan antara pendidikan responden
secara keseluruhan terhadap kemauan responden dalam membayar biaya
administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu berdasarkan hasil
kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.13
Jumlah 12 8 0 0 0 20
MUAMALAT
Tamat SD 0 0 0 0 0 0
Tamat SMA/SMK 7 1 0 0 0 8
Tamat D1-D3 2 0 0 0 0 2
Tamat PT 0 0 0 0 0 0
Jumlah 9 1 0 0 0 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.13 menjelaskan hubungan antara pendapatan responden terhadap
tingkat kemauan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat untuk membayar biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat
dengan jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden berdasarkan pendidikan dari
tiap Bank, mau untuk membayar biaya administrasi tersebut dengan tingkat harga
yang bervariasi. Untuk Bank Mandiri, mayoritas nasabah mau unutuk membayar
biaya administrasi pada tingkat harga Rp 5.000 – Rp 10.000. Sedangkan untuk
Bank BCA dan Bank Muamalat pada tingkat harga dibawah Rp 5.000.Dilihat
secara keseluruhan, maka masyarakat atau nasabah dari seluruh Bank yang
menjadi sampel, lebih mau untuk membayar biaya administrasi pada harga
dibawah Rp 5.000 sampai Rp 10.000 saja.
4.3.6 Hubungan PendapatanTerhadap Kemauan dalam Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.14 dibawah menjelaskan hubungan antara pendapatan responden
administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu berdasarkan hasil
kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.14
Presepsi Nasabah Terhadap Kemauan Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendapatan
Presepsi Nasabah Terhadap Kemauan Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendapatan (Lanjutan)
BCA
Rp 500.000 –
Rp 1.000.000 –
Rp 5.000.000 6 3 0 0 0 9
Rp 5.000.000 –
Rp 10. 000.000 5 3 0 0 0 8
>Rp 10.000.000 1 2 0 0 0 3
Jumlah 12 8 0 0 0 20
MUAMALAT
Rp 500.000 –
Rp 1.000.000 0 0 0 0 0 0
Rp 1.000.000 –
Rp 5.000.000 7 1 0 0 0 8
Rp 5.000.000 –
Rp 10. 000.000 2 0 0 0 0 2
>Rp 10.000.000 0 0 0 0 0 0
Jumlah 9 1 0 0 0 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.14 menjelaskan hubungan antara pendapatan responden terhadap
tingkat kemauan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat untuk membayar biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat
dengan jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden berdasarkan pendapatan
dari tiap Bank, mau membayar biaya administrasi tersebut dengan tingkat harga
yang berbeda-beda. Untuk Bank Mandiri, mayoritas nasabah mau unutuk
membayar biaya administrasi pada tingkat harga Rp 5.000 – Rp 10.000.
Sedangkan untuk Bank BCA dan Bank Muamalat pada tingkat harga dibawah Rp
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa biaya administrasi diatas harga
Rp 10.000 adalah harga yang tidak ideal untuk dijadikan sebagai biaya
administrasi perbankan menurut presepsi masyarakat.
4.3.7 Hubungan Usia Terhadap Kewajaran Dalam Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.15 dibawah menjelaskan hubungan antara usia responden secara
keseluruhan terhadap tanggapan responden mengenai kewajaran harga yang
ditetapkan oleh Bank dalam membayar biaya administrasi perbankan berdasarkan
hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.15
Presepsi Nasabah Terhadap Kewajaran Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Usia
Usia
Kewajaran
Total Wajar Tidak
MANDIRI
20-29 Tahun 5 6 11
30-39 Tahun 3 2 5
40-49 Tahun 2 2 4
50-59 Tahun 0 0 0
Jumlah 10 10 20
BCA
20-29 Tahun 2 2 4
40-49 Tahun 1 6 7
50-59 Tahun 2 3 5
Jumlah 12 8 20
MUAMALAT
20-29 Tahun 2 1 3
30-39 Tahun 3 0 3
40-49 Tahun 3 0 3
50-59 Tahun 1 0 1
Jumlah 9 1 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.15 menjelaskan hubungan antara usia responden secara
keseluruhan terhadap tanggapan responden mengenai kewajaran harga yang
ditetapkan oleh Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank Muamalat sehingga
responden merasa mampu dan mau untuk membayar biaya administrasi mereka.
Maka dapat dilihat dengan jelas, bahwa mayoritas keseluruhan responden
berdasarkan usia dari tiap Bank, beranggapan bahwa biaya administrasi yang
diterapkan masih dalam kondisi yang wajar. Dimana jenjang usia 20-59 tahun
adalah usia yang paling ideal untuk beranggapan kalau biaya tersebut bisa
dikatakan wajar.Tetapi jika diteliti kembali, maka usia 20-29 tahun dengan jumlah
responden sebanyak 9 orang dan usia 40-49 tahun sebanyak 8 orang dari
keseluruhan responden yang diteliti adalah usia yang juga beranggapan bahwa
biaya administrasi yang diterapkan oleh bank belum sepenuhnya bisa dikatakan
4.3.8 Hubungan PendidikanTerhadap Kewajaran Dalam Membayar Biaya
Administrasi
Tabel 4.16 dibawah menjelaskan hubungan antara pendidikan responden
secara keseluruhan terhadap tanggapan responden mengenai kewajaran pada
harga yang ditetapkan Bank dalam membayar biaya administrasi perbankan
berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.16
Presepsi Nasabah Terhadap Kewajaran Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Kewajaran
Total Wajar Tidak Wajar
MANDIRI
Tamat SD 0 0 1
Tamat SMA/SMK 3 3 12
Tamat Akademi (D1-D3) 1 4 7
Tamat Perguruan Tinggi 6 3 0
Jumlah 10 10 20
BCA
Tamat SD 1 0 0
Tamat SMA/SMK 2 2 9
Tamat Akademi (D1-D3) 0 2 8
Tamat Perguruan Tinggi 5 8 3
MUAMALAT
Tamat SD 0 0 0
Tamat SMA/SMK 1 0 8
Tamat Akademi (D1-D3) 3 0 2
Tamat Perguruan Tinggi 5 1 0
Jumlah 9 1 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.16 menjelaskan hubungan antara pendidikan responden secara
keseluruhan terhadap tanggapan responden mengenai kewajaran harga yang
ditetapkan oleh Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank Muamalat sehingga
masyarakat atau nasabah merasa wajar untuk membayar biaya administrasi
mereka, dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa mayoritas keseluruhan
responden berdasarkan pendidikan dari tiap Bank, lebih merasa wajar untuk
membayar biaya administrasi tersebut. Tingkat pendidikan pada Perguruan Tinggi
adalah yang paling mayoritas mengatakan bahwa biaya administrasi yang
diberikan bank dapat dikatakan wajar.
4.3.9 Hubungan PendapatanTerhadap Kewajaran Dalam Membayar
Biaya Administrasi Perbankan
Tabel 4.17 dibawah menjelaskan hubungan antara pendapatan responden
secara keseluruhan terhadap tanggapan responden mengenai kewajaran harga
yang ditetapkan Bank dalam membayar biaya administrasi perbankan berdasarkan
Tabel 4.17
Tabel 4.17 menjelaskan hubungan antara pendapatan responden terhadap
tingkat harga berapa masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan
Bank Muamalat merasa wajar untuk membayar biaya administrasi mereka,
dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa mayoritas responden yang memiliki
pendapatan Rp 1.000.000 sampai 10.000.000 lebih merasa wajar untuk membayar
biaya administrasi tersebut.
4.3.10 Hubungan Usia Terhadap Alasan Kemauan Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.18 dibawah menjelaskan hubungan antara usia responden secara
keseluruhan terhadap alasan responden untuk mau membayar biaya administrasi
perbankan mereka pada tingkat harga tertentu berdasarkan hasil kuesioner yang
telah diolah.
Tabel 4.18
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Kemauan Untuk Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Usia
40-49 Tahun 2 0 2 0 4
50-59 Tahun 0 0 0 0 0
Jumlah 10 6 3 1 20
Sumber: data diolah
Tabel 4.18
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Kemauan Untuk Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Usia (Lanjutan)
BCA
20-29 Tahun 1 1 2 0 4
30-39 Tahun 2 0 1 1 4
40-49 Tahun 4 1 1 1 7
50-59 Tahun 2 0 3 0 5
Jumlah 9 2 7 2 20
MUAMALAT
20-29 Tahun 1 1 1 0 3
30-39 Tahun 2 0 1 0 3
40-49 Tahun 1 0 1 1 3
50-59 Tahun 0 0 0 1 1
Jumlah 4 1 3 2 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.18 menjelaskan hubungan antara usia responden terhadap alasan
masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank Muamalat mau
untuk membayar biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat dengan jelas
memiliki alasan membayar biaya administrasi tersebut dengan bervariasi
tanggapan. Dari keseluruhan usia responden yang diteliti, mayoritas dari usia
20-59 tahun lebih memilih alasan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari
Bank.
4.3.11 Hubungan Pendidikan Terhadap Alasan Mau untuk Membayar
Biaya Administrasi Perbankan
Tabel 4.19 dibawah menjelaskan hubungan antara pendidikan responden
secara keseluruhan terhadap alasan responden untuk mau membayar biaya
administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu berdasarkan hasil
kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.19
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Kemauan Untuk Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendidikan
BCA
Tamat SD 0 0 0 0 0 0
Tamat SMA/SMK 2 1 5 1 0 9
Tamat D1-D3 5 1 2 0 0 8
Tamat PT 2 0 0 1 0 3
Jumlah 9 2 7 2 0 20
MUAMALAT
Tamat SD 0 0 0 0 0 0
Tamat SMA/SMK 4 1 2 1 0 8
Tamat D1-D3 0 0 1 1 0 2
Tamat PT 0 0 0 0 0 0
Jumlah 4 1 3 2 0 10
Sumber: data diolah.
Tabel 4.19 menjelaskan hubungan antara pendidikan responden terhadap
alasan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank Muamalat
mau untuk membayar biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat dengan
jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden berdasarkan pendidikan dari tiap
Bank, memiliki alasan membayar biaya administrasi tersebut dengan bervariasi
tanggapan. Dari keseluruhan usia responden yang diteliti, mayoritas Tamat
SMA/SMK dan Tamat Perguruan Tinggi lebih memilih alasan untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Bank. Tetapi tidak sedikit juga yang
memilih alasan terpaksa.Terdapat 16 responden yang mengatakan bahwa terpaksa
untuk membayar biaya administrasi perbankan. Hal ini bisa saja disebabkan oleh
kontrak kerja sama Bank dengan perusahaan tempat responden bekerja yang
4.3.12 Pendapatan - Alasan Mau Membayar Biaya Administrasi Perbankan
Tabel 4.20 dibawah menjelaskan hubungan antara pendapatan responden
secara keseluruhan terhadap alasan responden untuk mau membayar biaya
administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu berdasarkan hasil
kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.20
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Kemauan Untuk Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendapatan
Tabel 4.20
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Kemauan Untuk Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendapatan (Lanjutan)
BCA
Tabel 4.20menjelaskan hubungan antara pendapatan responden terhadap
alasan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank Muamalat
mau untuk membayar biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat dengan
jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden berdasarkan pendapatan dari tiap
Bank, memiliki alasan membayar biaya administrasi tersebut dengan bervariasi
Rp 1.000.000 sampai Rp 10.000.000 lebih memilih alasan untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih baik dari Bank. Sedangkan mayoritas rata-rata responden
dengan tingkat pendapatan Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 ternyata banyak juga
yang memilih terpaksa untuk membayar biaya administrasi perbankan. Hal ini
sama kaitannya dengan ulasan sebelumnya pada pendidikan serta hubungannya
dengan alasan mau untuk membayar biaya administrasi..
4.3.13 Hubungan Usia Terhadap Kemahalan Dalam Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.21 dibawah menjelaskan hubungan antara usia responden secara
keseluruhan terhadap keputusan responden untuk tetap menabung dan mau
membayar biaya administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu
meskipun biaya tersebut dapat dikatakan mahal pada beberapa nasabah
berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.21
Presepsi Nasabah Terhadap Kemahalan Dalam Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Usia
50-59 Tahun 0 0 0 0 0
Jumlah 4 3 4 9 20
BCA
20-29 Tahun 0 0 0 0 0
30-39 Tahun 4 0 4 1 9
40-49 Tahun 2 1 5 0 8
50-59 Tahun 0 2 1 0 3
Jumlah 6 3 10 1 20
MUAMALAT
20-29 Tahun 0 0 0 0 0
30-39 Tahun 0 3 2 3 8
40-49 Tahun 0 0 1 1 2
50-59 Tahun 0 0 0 0 0
Jumlah 4 3 3 4 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.21 menjelaskan hubungan antara usia responden terhadap
tanggapan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat mengenai kemahalan biaya administrasi sehingga dapat memengaruhi
kemauan dan kemampuan nasabah dalam membayar biaya administrasi mereka,
dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden
berdasarkan usia dari tiap Bank, memberi tannggapan bahwa biaya administrasi
yang diterapkan ketiga Bank tersebut dianggap mahal.Seperti yang dapat kita lihat
pada tabel 4.21 bahwa rentang umur 30-39 tahun lebih mayoritas mengatakan
bahwa biaya administrasi yang diterapkan oleh Bank masih dalam kategori
tersebut dalam kategori biasa saja.Tetapi jika dilihat secara keseluruhan total 14
responden yang menganggap biasa saja.
4.3.14 Hubungan PendidikanTerhadapKemahalan Dalam Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.22 dibawah menjelaskan hubungan antara pendidikan responden
secara keseluruhan terhadap keputusan responden untuk tetap menabung dan mau
membayar biaya administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu
meskipun biaya tersebut meningkat pada waktu yang tidak ditentukan berdasarkan
hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.22
Presepsi Nasabah Terhadap Kemahalan Dalam Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Frekuensi Kemahalan Total
Tamat SMA/SMK 4 0 4 1 9
Tamat Akademi (D1-D3) 2 1 5 0 8
Tamat Perguruan Tinggi 0 2 1 0 3
Jumlah 6 3 10 1 20
MUAMALAT
Tamat SD 0 0 0 0 0
Tamat SMA/SMK 0 3 2 3 8
Tamat Akademi (D1-D3) 0 0 1 1 2
Tamat Perguruan Tinggi 0 0 0 0 0
Jumlah 4 3 3 4 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.22 menjelaskan hubungan antara pendidikan responden terhadap
tanggapan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat mengenai kemahalan biaya administrasi sehingga dapat memengaruhin
kemauan nasabah dalam membayar biaya administrasi mereka, dimana dapat
dilihat dengan jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden dari tingkat
pendidikan, Tamat SMA/SMK dan Tamat Akademi(D1-D3) berdasarkan tiap
Bank, memberi tanggapan bahwa biaya administrasi yang diterapkan ketiga Bank
tersebut dianggap mahal.
4.3.15 Hubungan PendapatanTerhadapKemahalan Dalam Membayar Biaya
Administrasi Perbankan
Tabel 4.23 dibawah menjelaskan hubungan antara pendapatan responden
membayar biaya administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu
meskipun biaya tersebut meningkat pada waktu yang tidak ditentukan berdasarkan
hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.23
Presepsi Nasabah Terhadap Kemahalan Dalam Membayar Biaya Administrasi PerbankanBerdasarkan Tingkat Pendapatan
>Rp 10.000.000 0 0 0 0 0
Jumlah 4 3 3 4 10
Sumber: data diolah
Tabel 4.23 menjelaskan hubungan antara pendapatan responden terhadap
tanggapan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat mengenai kemahalan biaya administrasi sehingga dapat
mempengaruhin kemauan nasabah dalam membayar biaya administrasi mereka,
dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa mayoritas keseluruhan responden
berdasarkan pendapatan dari tiap Bank, memberi tannggapan bahwa biaya
administrasi yang diterapkan ketiga Bank tersebut dianggap mahal. Mayoritas
pada pendapatan Rp 1.000.000 – Rp 10.000.000 memberikan tanggapan bahwa
biaya yang diterapkan Bank dikategorikan Mahal padahal pada dasarnya, nasabah
yang memiliki rentang pendapatan demikian adalah yang paling ideal untuk
menerima biaya administrasi yang diterapkan Bank.
4.3.16 Hubungan UsiaTerhadap Frekuensi Untuk Tetap Menyukai Bank
Meskipun Biaya Administrasi Meningkat
Tabel 4.24 dibawah menjelaskan hubungan antara usia responden secara
keseluruhan terhadap keputusan responden untuk tetap menyukai Bank tersebut
dan mau membayar biaya administrasi perbankan mereka pada tingkat harga
tertentu meskipun biaya tersebut meningkat pada waktu yang tidak ditentukan
Tabel 4.24
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Tetap Menyukai Bank Meski Biaya Administrasi Perbankan MeningkatBerdasarkan Tingkat Usia
Usia
Frekuensi Tetap Menyukai Bank Total
Tabel 4.24 menjelaskan hubungan antara usia responden terhadap
tanggapan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat yang tetap menyukai Bank tersebut dan tetap mau untuk membayar
biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa mayoritas
keseluruhan responden berdasarkan usia dari tiap Bank, hampir keseluruhan dari
jumlah responden berdasarkan usia memilih tetap menyukai Bank tersebut
meskipun ada peningkatan biaya administrasi. Hanya 1 responden saja dari Bank
Muamalat yang memilih untuk tidak lagi memilih untuk suka dalam menabung di
Bank Muamalat jika biaya administrasi tersebut ditingkatkan. Mayoritas rentang
usia 20-59 tahun memilih tetap menyukai Bank meskipun ada peningkatan biaya
administrasi nantinya.
4.3.17 Hubungan PendidikanTerhadap Frekuensi Untuk Tetap Menyukai
Bank Meskipun Biaya Administrasi Meningkat
Tabel 4.25 dibawah menjelaskan hubungan antara pendidikan responden
secara keseluruhan terhadap keputusan responden untuk tetap menabung dan mau
membayar biaya administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu
meskipun biaya tersebut meningkat pada waktu yang tidak ditentukan berdasarkan
Tabel 4.25
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Tetap Menyukai Bank Meski Biaya Administrasi Perbankan MeningkatBerdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Tetap Menyukai Bank Meski Biaya Administrasi Perbankan MeningkatBerdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.25 menjelaskan hubungan antara pendidikan responden terhadap
tanggapan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat yang tetap menyukai Bank tersebut dan tetap mau untuk membayar
biaya administrasi mereka, hampir keseluruhan dari jumlah responden
berdasarkan pendidikan memilih tetap menyukai Bank tersebut. Dapat dilihat
bahwa mayoritas rentang pendidikan dari Tamat SMA sampai ke Perguruan
Tinggi memilih tetap menyukai Bank meskipun ada peningkatan biaya
administrasi nantinya.
4.3.18 Hubungan PendapatanTerhadap Frekuensi Untuk Tetap Menyukai
Bank Meskipun Biaya Administrasi Meningkat
Tabel 4.26 dibawah menjelaskan hubungan antara pendapatan responden
secara keseluruhan terhadap keputusan responden untuk tetap menabung dan mau
membayar biaya administrasi perbankan mereka pada tingkat harga tertentu
meskipun biaya tersebut meningkat pada waktu yang tidak ditentukan berdasarkan
hasil kuesioner yang telah diolah.
Tabel 4.26
Presepsi Nasabah Terhadap Alasan Tetap Menyukai Bank Meski Biaya Administrasi Perbankan MeningkatBerdasarkan Tingkat Pendapatan
Pendapatan
Tetap Menyukai
Bank Total
Ya Tidak
MANDIRI
Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 12 0 12
Tabel 4.26 menjelaskan hubungan antara pendapatan responden terhadap
tanggapan masyarakat atau nasabah Bank Mandiri, Bank BCA dan Bank
Muamalat yang tetap menyukai Bank tersebut dan tetap mau untuk membayar
biaya administrasi mereka, dimana dapat dilihat dengan jelas bahwa hampir
keseluruhan dari jumlah responden berdasarkan usia memilih tetap menyukai
Bank tersebut meskipun ada peningkatan biaya administrasi. Hanya 1 responden
saja dari Bank Muamalat yang memilih untuk tidak lagi memilih untuk suka
dalam menabung di Bank Muamalat jika biaya administrasi tersebut
– 10.000.000 memilih untuk tetap menyukai Bank meskipun ada peningkatan
biaya administrasi nantinya.
4.4. Tingkat Efisiensi Bank Melalui Biaya Administrasi Perbankan Dilihat
dari Tingkat BOPO
Dendawijiaya (2000) mengungkapkan bahwa, Biaya Operasional
Pendapatan Operasional adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi .
Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. BOPO (Biaya Operasional
Pendapatan Operasional) yang merupakan perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional.Semakin besar BOPO maka semakin kecil ROA
bank, karena laba yang diperoleh bank kecil.
Tabel 4.27
Biaya Operasional Dan Pendapatan Operasional
Bank
Harga BOPO (%)
Tahun 2014
Mandiri 64
BCA 62
Muamalat 85
Dilihat dari tabel 4.27 dapat disimpulkan bahwa pada Bank Mandiri,
dengan rasio BOPO sebesar 64% pada tahun 2014 dikatakan bagus karena
dibawah batas normal 70%, dan masih dibawah peer group 65,64%. Rasio ini
mencerminkan komitmen manajemen Bank Mandiri untuk tetap mempertahankan
efisiensi disaat meningkatnya biaya operasional karena naiknya suku bunga dana
ketiga. Begitu juga dengan Bank BCA yang memiliki harga BOPO sebesar 62%
yang juga tetap menunjukkan komitmennya dalam menerapkan efisiensi
perbankan khususnya pada tahap penerapan biaya administrasi perbankan. Tetapi
berbeda dengan Bank Muamalat yang memiliki harga BOPO sebesar 85% ini
jelas berada diatas batas normal 70% dan diatas peer group 65,64% yang
menunjukkan bahwa biaya administrasi belum begitu dapat memengaruhi
efisiensi kinerja perbankan khusunya Bank Muamalat. BOPO memiliki pengaruh
terhadap kinerja perbankan karena menunjukkan seberapa besar bank dapat
melakukan efisiensi terhadap biaya operasional yang dikeluarkan. Semakin kecil
rasio BOPO, berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank
yang bersangkutan sehingga kemungkinan yang lebih besar bagi bank untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih dan menunjukkan bahwa bank tidak berada
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei Willingness to Pay(WTP) dan Ability to Pay
(ATP) terhadap Biaya Administrasi Perbankan dan setelah dilakukan analisis data
statistikserta pembahasannya, maka dapat disimpulkan bahwa.
1. Masyarakat Kota Medan ternyata memiliki kemampuan dalam membayar
biaya administrasi perbankan pada tingkat harga Rp 10.000 – 20.000 tetapi
meskipun masyarakat tersebut mampu untuk membayar biaya administrasi
tersebut, tidak sedikit yang memilih untuk tidak mau membayar biaya
administrasinya pada tingkat harga yang sudah ditentukan. Masyarakat
Kota Medan yang pada penelitian ini dibagi atas nasabah Bank Mandiri,
Bank BCA dan Bank Muamalat meskipun memiliki tingkat pendapatan
yang sudah memadai dan bahkan lebih dari cukup, tetap saja merasa berat
untuk membayarkan biaya administrasi tersebut. Hal ini terjadi bukan
tidak memiliki alasan yang jelas. Tetapi masyarakat banyak yang
memberikan presepsinya bahwa biaya administrasi tersebut belum begitu
wajar dan masih memberatkan para nasabah mengingat pelayanan Bank
masih ada yang belum memadai.
2. Kemauan masyarakat untuk membayar biaya administrasi perbankan
sangat jauh berbeda dengan harga yang sudah diterapkan oleh Bank.
rata-rata Rp 3.000 - Rp 10.000. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik ekonomi
dan sosial responden. Adapun faktor yang paling berpengaruh terhadap
kemauan membayar biaya administrasi perbankan adalah pendapatan
responden, pendidikan responden, serta usia responden. Hubungan
variable tersebut yaitu semakin tinggi pendapatan responden, semakin
tinggi pendidikan, dan semakin besar usia responden maka kemauan
membayar biaya administrasi perbankan juga akan semakin besar dan
semakin bervariasi.
3. Biaya administrasi ternyata memiliki hubungan terhadap peningkatan dan
penurunan nilai BOPO. Seperti yang diketahui pada penelitian ini, bahwa
Bank Mandiri dan Bank BCA adalah Bank yang memiliki nilai BOPO
cukup ideal dan dibawah batas standar nilai BOPO yaitu sebesar 70%.
Sedangkan Bank Muamalat berdasarkan Laporan Keuangan pada tahun
2014 menunjukkan nilai BOPO yang cukup besar dan ini bisa saja
dikatakan tidak memiliki efisiensi dalam penggunaan biaya
administrasinya. Artinya, Pendapatan Operasional yang masuk ke Bank
Muamalat lebih kecil dari Biaya Operasional yang keluar. Ini yang
menyebabkan Bank Muamalat masih belum memiliki komitmen untuk
melakukan efisiensi.
5.2Saran
1. Untuk mewujudkan masyarakat perbankan yang paham dan tahu mengenai
biaya administrasi perbankan. Agar masyarakat tidak kembali apatis dan
pendapatan yang dimiliki harus disisihkan untuk biaya administrasi
tersebut.
2. Untuk dapat mendukung efisiensi sistem perbankan yang inovatif, dari
segi fasilitas dan pelayanan Bank yang lebih handal, cepat dan efektif,
berbagai pihak juga harus terus menyosialisasikan pentingnya untuk
mengetahui perkembangan biaya administrasi perbankan yang diterapkan
oleh bank-bank. Sehingga tidak ada lagi yang keberatan merasa tidak
mampu dengan adanya biaya administrasi yang diterapkan oleh Bank.
3. Perbankan harus lebih aktif untuk menginovasikan jumlah biaya
administrasi mereka yang lebih ramah bagi masyarakat di Indonesia,
karena bukan hanya sangat menguntungkan dari sisi efisiensi namun juga
akan memberikan dampak luas terhadap perubahan perilaku dan presepsi
masyarakat secara keseluruhan sehingga masyarakat rindu dan suka untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
Dalam pembahasan sahari-hari, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima simpanan seperti, simpanan giro, tabungan dan
deposito.Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (credit) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu,Bank juga dikenal sebagai
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam
bentuk pembayaran dan setoran seperti, pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat, Bank merupakan
industri jasa yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program
pembiayaan, pembangunan baik dalam menghimpun dana maupun sebagai
lembaga yang melancarkan arus uang dari dan ke masyarakat.
Untuk lebih jelasnya tentang pengertian Bank, maka penulis akan
mengemukakan beberapa defenisi diantaranya menurut Undang-Undang RI tahun
1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengam
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut A.Abdurachman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan
Perdagangan dari buku kelembagaan perbankan (1999 : 1) mengemukakan bahwa
seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan
dan lain lain.
Menurut G.M.Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik (1999 : 1)
mengemukakan bahwa Bank adalah suatu badan usaha yang bertujuan untuk
memuaskan nasabah, baik dengan alat-alat poembayaran sendiri atau dengan uang
yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat
penukaran baru berupa uang giral .
Kemudian, Mishkin (2008) juga mendefinisikan Bank sebagai lembaga
keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman. Bank merupakan
lembaga perantara keuangan dimana rata-rata orang sering berinteraksi.
Kasmir (2008) mendefinisikan Bank sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.Kemudian
Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat
yang membutuhkannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.Kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok Bank sedangkan
memberikan jasa Bank lainnya hanya kegiatan pendukung.
Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat
dengan pemberian balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai
rangsangan bagi masyarakat agar lebih tertarik untuk menabung. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan
utama tersebut.
2.2 Fungsi Bank
Bank sebagai sebuah lembaga keuangan tentu memiliki fungsi seperti
halnya lembaga- lembaga lain. Menurut Irsyad Lubis (2010:10) Fungsi Bank
dalam perekonomian suatu Negara diklasifikasikan sebagai berikut.
2.2.1 Fungsi Bank sebagai Agent of Trust
Artinya bahwa aktivitas Bank sebagai financial intermediary menjalankan
fungsinya atas dasar kepercayaan yang diterima oleh Bank dari masyarakat.
Kepercayaan masyarakat yang diberikan berupa amanat agar Bank mengelola dan
mengamankan dana yang disimpan masyarakat di Bank tersebut. Fungsi Bank
sebagai Agent of trust ini tentu tidak terlepas dari prinsip saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak. Bank diyakini akan mengelola uang atau dana tersebut
sedemikian rupa sehingga masyarakat akan memperoleh keuntungan berupa
pendapatan bunga dan masyarakat terus merasa yakin bahwa Bank tersebut dalam
keadaan sehat dan tidak terancam bangkrut serta mereka akan dapat menarik uang