TABEL FORTRON COBOL
IKLAN ROKOK TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap
Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015)
NO.
Karakteristik
Responden
Tayangan Iklan Rokok di Televisi
Perubahan Sikap
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
1
1
1
2
4
1
3
3
3
2
1
1
3
3
3
3
1
1
1
1
1
2
2
3
2
3
3
3
2
3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
1
2
1
3
2
3
2
4
3
3
2
3
2
2
3
3
3
2
3
2
1
1
1
1
4
2
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
1
1
1
1
5
1
3
2
4
4
4
3
4
4
1
4
4
4
3
3
1
1
1
1
1
6
1
3
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
3
2
1
1
1
1
1
1
7
1
3
2
1
1
3
3
3
2
3
2
3
3
4
2
2
2
1
1
1
8
2
3
2
1
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
1
1
1
1
1
1
9
2
1
2
1
4
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
1
1
1
1
10
1
1
2
2
4
4
2
3
4
1
3
4
4
3
4
3
1
1
1
1
11
1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
12
2
1
2
2
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
2
1
1
1
1
1
13
2
1
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
1
14
2
1
2
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
1
1
1
1
15
2
1
2
1
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
1
IKLAN ROKOK TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap
Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015)
NO.
Karakteristik
Responden
Tayangan Iklan Rokok di Televisi
Perubahan Sikap
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
16 2 1 2 2 1 3 1 3 3 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1
17 2 1 2 4 4 3 2 4 1 2 2 3 3 4 1 1 1 1 1 1
18 2 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1
19 2 1 2 1 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 1 1 1 1
20 1 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1
21 2 1 1 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 2 1 1 1 1 1
22 1 1 2 4 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 1 1 1 1 1
23 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 4 2 1 1 1 1 1
24 1 1 2 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1
25 2 6 2 2 3 3 1 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 1
26 2 6 2 1 2 2 2 2 3 2 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1
27 1 6 2 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1
28 1 6 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
29 1 6 2 4 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1
30 2 6 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1
TABEL FORTRON COBOL
(Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap
Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015)
NO.
Karakteristik
Responden
Tayangan Iklan Rokok di Televisi
Perubahan Sikap
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
31 1 6 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
32 1 6 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1
33 1 6 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
34 1 5 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2
35 1 5 2 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
36 1 5 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 4 2
37 1 5 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
38 1 5 2 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2
39 1 5 2 2 1 2 3 1 1 3 2 2 2 4 3 2 2 1 1 1
40 1 5 2 4 1 1 3 4 4 3 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1
41 1 5 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 1 1 2 2
42 1 4 2 1 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 1 3 2
43 1 4 1 2 4 4 4 4 4 3 1 4 4 3 2 1 1 1 1 1
44 2 4 2 1 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1
45 1 4 2 3 3 3 1 3 1 3 4 3 3 4 3 3 4 4 2 1
TABEL FORTRON COBOL
IKLAN ROKOK TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA
Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015)
NO.
Karakteristik
Responden
Tayangan Iklan Rokok di Televisi
Perubahan Sikap
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
46 1 4 2 4 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1
47 1 4 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 1
48 1 4 2 3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 4 2 2 1 1 1 1
49 1 4 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 1
50 1 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 1 3 4 2
51 1 4 2 1 4 3 3 3 3 1 1 3 3 4 2 1 1 1 1 1
52 1 4 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1
53 1 4 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1
54 2 4 2 1 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 1
55 1 8 2 2 3 3 4 3 4 2 4 3 2 3 3 3 1 1 2 1
56 1 5 2 1 3 3 4 3 4 2 1 4 4 3 3 2 1 1 1 1
57 1 8 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
58 1 8 2 3 4 3 1 2 3 3 3 2 2 3 3 1 1 1 1 1
59 1 8 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2
60 2 8 2 2 2 2 3 3 2 1 2 3 3 4 3 1 1 1 1 1
TABEL FORTRON COBOL
IKLAN ROKOK TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap
NO.
Karakteristik
Responden
Tayangan Iklan Rokok di Televisi
Perubahan Sikap
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
61 1 8 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
62 1 8 2 1 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2
63 1 8 2 2 4 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 2
64 2 8 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1
65 1 8 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
66 1 8 2 4 3 3 3 3 4 1 1 4 3 4 3 3 1 1 1 1
67 1 8 2 4 2 3 1 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 1
68 1 7 2 1 3 3 3 3 3 2 1 1 3 3 2 1 1 1 1 1
69 2 7 2 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 1 1 1 1
70 2 7 2 1 4 3 2 3 1 1 1 3 3 4 1 1 1 1 1 1
71 1 7 2 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 1 1
72 1 7 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 1 1 1 1
73 1 7 2 4 4 4 3 4 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1
74 1 7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2
75 1 7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 1 2 2
TABEL FORTRON COBOL
IKLAN ROKOK TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap
NO.
Karakteristik
Responden
Tayangan Iklan Rokok di Televisi
Perubahan Sikap
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
76 2 7 2 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1
77 1 7 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2
78 1 7 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2
79 1 7 2 3 3 3 1 3 2 2 1 2 2 4 3 3 2 2 2 2
80 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1
81 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
82 2 2 2 4 1 1 3 2 2 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 1
83 1 2 2 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 2
84 1 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2
85 1 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 3 3 4 3 3 2 3 2
86 1 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
87 1 7 2 3 3 3 3 2 2 3 4 4 1 2 2 3 2 3 3 2
88 2 7 2 2 2 1 2 3 3 3 3 3 4 2 1 1 1 1 2 1
89 1 7 2 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2010, Salmon Febrian Siregar ,sedang melakukan penelitian di kampus FISIP USU. Penelitian yang saya lakukan berjudul IKLAN ROKOK TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA. Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015. Penelitian ini merupakan rancangan dalam pembuatan skripsi yang
menggunakan metode Kuantitatif.
KUESIONER PENELITIAN
IKLAN ROKOK TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Terpaan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perubahan Sikap Pada
Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015)
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1.
Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh alternatif jawabannya.2.
Pilihlah alternatif jawaban yang paling sesuai menurut Anda.3.
Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang disediakan (cukup hanya dengan mengisi satu jawaban saja).4.
Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti, tanyakan lansung kepada peneliti.5.
Untuk pertanyaan mengenai pendapat Anda, isilah jawaban dengan menggunakan pilihan yang benar, singkat dan jelas.6.
Mohon untuk tidak mengisi kotak yang berada di sebelahkanan (diisi oleh peneliti)Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Selamat Mengisi
No. Responden
I. Karakteristik Responden
1.
Jenis Kelamin: a. Pria b. Wanita2.
Departemen :a. Ilmu Administrasi Negara b. Antropologi
c. Ilmu Kesejahteraan Sosial d. Ilmu Komunikasi
e. Ilmu Politik f. Sosiologi
g. Ilmu Adminstrasi Niaga/Bisnis
a. 15-17 b. 18-20 c. >21
4.
Frekuensi anda dalam menonton iklan rokok di televisi dalam seminggu a. Jarang (1-2 kali dalam seminggu)b. Sering (3-4 kali dalam seminggu) c. Sangat sering (5-6 kali dalam seminggu) d. Setiap hari (7 kali dalam seminggu)
II. Tayangan Iklan Rokok di Televisi
5.
Menurut Anda bagaimanakah kualitas video dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a.
Tidak Baikb.
Kurang Baikc.
Baikd.
Sangat Baik6.
Menurut Anda bagaimanakah kualitas audio dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a. Tidak Baik b. Kurang Baik c. Baik
d. Sangat Baik
7.
Menurut Anda bagaimanakah pemilihan musik dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a.
Tidak Sesuaib.
Kurang Sesuaic.
Sesuaid.
Sangat Sesuai8.
Menurut Anda, bagaimanakah kualitas efek suara dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?b.
Kurang Baikc.
Baikd.
Sangat Baik9.
Menurut Anda bagaimanakah pemilihan talent/ model dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a.
Tidak sesuaib.
Kurang sesuaic.
Sesuaid.
Sangat sesuai10.
Menurut Anda, menarikkah produk rokok dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a. Tidak Menarik b. Kurang Menarik c. Menarik
d. Sangat Menarik
11.
Menurut Anda bagaimanakah pemilihan lokasi dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a. Tidak Sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai
d. Sangat sesuai
12.
Menurut Anda bagaimanakah kualitas pencahayaan dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a. Tidak Baik b. Kurang Baik c. Baik
d. Sangat Baik
13.
Menurut Anda bagaimanakah tampilan grafis dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?c. Baik d. Sangat Baik
14.
Menurut Anda bagaimanakah ukuran durasi dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a.
Tidak Cukupb.
Kurang Cukupc.
Cukupd.
Sangat Cukup15.
Menurut Anda, bagaimanakah pesan yang disampaikan dalam tayangan iklan rokok yang ditampilkan di televisi?a.
Tidak Menarikb.
Kurang Menarikc.
Menarikd.
Sangat MenarikIII. Perubahan Sikap
16.
Apakah tayangan iklan rokok televisi menarik perhatian Anda?a.
Tidak Tertarikb.
Kurang Tertarikc.
Tertarikd.
Sangat Tertarik17.
Apakah setelah menonton tayangan iklan rokok televisi menarik minat Anda terhadap produk rokok tersebut?a.
Tidak Berminatb.
Kurang Berminatc.
Berminatd.
Sangat Berminat18.
Apakah setelah menonton tayangan iklan rokok televisi membangkitkan hasrat Anda untuk mengkonsumsi rokok?c.
Berhasratd.
Sangat Berhasrat19.
Apakah setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi mempengaruhi keputusan Anda untuk mengkonsumsi rokok?a.
Tidak Terpengaruhb.
Kurang Terpengaruhc.
Terpengaruhd.
Sangat Terpengaruh20.
Bagaimanakah tindakan Anda setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi?a.
Tidak Merokokb.
Merokok21.
Bagaimana saran dan kritik anda terhadap tayangan iklan rokok di televisi?Berikan alasan Anda ………... ...
...………...……….
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSTAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
Jalan Prof. A. Sofian No.1 Kampus USU Medan 20155
Telepon/Fax: (061) 8217168
Laman :
www.ilmukomunikasiusu.ac.id
LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA
: Salmon Febrian Siregar
NIM
: 100904129
PEMBIMBING : Dra. Rusni, M.A
Catatan:
Minimal pertemuan 6 (enam) untuk setiap pembimbing
NO.
TGL.PERTEMUAN
PEMBAHASAN
PARAF
PEMBIMBING
1
2
3
4
5
6
7
8
27 November 2015
1 Desember 2015
8 Desember 2015
15 Januari 2016
26 Januari 2016
25 Februari 2016
3
Mei 2016
20 Mei 2016
Bimbingan Skripsi
BAB I
Bimbingan Skripsi
BAB I, II, III
Pengajuan Proposal
Revisi BAB I, II, III
ACC Proposal
Revisi Proposal
Pengajuan
BIODATA PENELITI
Nama/ NIM
: Salmon Febrian Siregar/ 100904129
Tempat/ Tanggal Lahir : Pematangsiantar/ 26 Februari 1992
Departemen
: Ilmu Komunikasi FISIP USU
Alamat
: Jalan Merdeka no. 324, Komplek SMA Negeri 4,
Pematangsiantar
Anak
: Ke 3 dari 4 bersaudara
Orang Tua
Bapak
: Alm. Yosia Parlin Siregar
Ibu
: Deliana Damaris Matondang
Pendidikan
: 1.
TK Cinta Rakyat
2.
SD RK Cinta Rakyat 2
3.
SMP RK Cinta Rakyat 1
4.
SMA Negeri 3 Pematangsiantar
5.
Departemen
Ilmu
Komunikasi
FISIP
USU
Angkatan 2010
Saudara
: 1. Justin Samuel Siregar
DAFTAR REFRENSI
Ardianto,dkk. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung : Sembiosa Rekatama Media. Bastable, S. B. 2006. Essentials of patient education. Minnessota: Jones and Bartlet Publishers Botvin, Gilbert J dkk. 1993. Smoking Behavior of Adolescents Exposed to Cigarette Advertising. Public Health Reports Vol. 108 No. 2. New York :Cornell University Medical College.
Cangara, Hafied. 2006 . Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
_____________________. 1984. Imu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Karya. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Jakarta : UMM Press.
Kriyantono, Rachmat. 2007 . Teknik Praktis, Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Lee, Monle, dkk. 2004. Prinsip-prinsip pokok periklanan dalam perspektif global. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Morissan, dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor : PT Ghalia Indonesia. _______, 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor : PT Ghalia Indonesia
_______. (2008). “Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi”. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Nawawi, H. 1995. Metode Peneletian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rakhmat, Jalaludin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. _______________. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Santrock, J.W. 2003. Adolescence: perkembangan Remaja Edisi 6 (terjemahan Shinto B. adelar & Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.
Singarimbun, Masri dan effendi, 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum. Bandung: PUSTAKA SETIA
Wells, William, Et Al. 1992. Advertising Principles and Practice. New Jersey : Prentice Hall Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : PT Grasindo.
Referensi Internet
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penlitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional,penlitian yang bersifat menjelaskan sebab akibat (penelitian eksplanatif), dengan kata lain harus membuktikan hipotesis tentang hubungan kausal sering pula harus ditempuh dengan memberi interpretasi terhadap adanya korelasi antara variabel.
Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada-tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara terpaan iklan rokok dengan tingkat konformitas perilaku merokok remaja di FISIP USU. Adapun cara yang digunakan adalah dengan mengambil data melalui kuesioner yang disebarkan kepada repsonden.
3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
3.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi fakultas pada tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982 tersebut menetapkan FISIP sebagai fakultas yang ke 9 (Sembilan) di Universitas Sumatera Utara. FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU sudah muncul pada tahun 1980, berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80,pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertamakali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SIPENMARU) bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.
Pada tahun 1981, kurang lebih dalam setahun, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tersebut, disebutkan FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan dengan urutan berikut:
1. Jurusan Sosiologi
2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi
4. Jurusan MKDU
Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Republik Indonesia Nomor : 0535 / 0 / 83 itu, karena pembukaan jurusan pada tahap awal dilakukan pada semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada ketersediaan staf pengajar.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terletak di Jalan Dr. A. Sofian No.1 Kampus USU, Kota Medan. Dewasa ini FISIP USU mempunyai 6 (enam) Departemen, satu Program Diploma III, dan Satu Program Pasca Sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi yang dibagi ke dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi, dan Departemen Ilmu politik.Program Studi Diploma III Administrasi, Perpajakan , dan Pogram Studi S2 Megister Studi Pembangunan.
3.1.2 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU
a. Visi yang diemban oleh FISIP USU:Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan
Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat.
b. Misi yang diemban oleh FISIP USU:
1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset , kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.
2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.
3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam
pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing- masing.
4. Menjadi Institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat
pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sendiri.
3.2 Metodologi Penelitian
3..2.1 Metode Penelitian
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah
sosial berdasarkan pada pengujuan sebuah teori yang terdiri dari variabel yang
diukur dengan angka dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan
apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar (Silalahi, 2009 : 77). Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi dengan
tujuan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat antara dua variabel.
Keuntungan metode ini adalah kemampuannya memberikan bukti nyata mengenai
hubungan sebab akibat yang langsung bisa dilihat (Kriyantono, 2008:62).
Metode korelasional digunakan untuk mengukur hubungan di antara berbagai
variabel, meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel
bebas, mempermudah cara untuk membuat rancangan penelitian eksperimental.
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan penggunaan metode
korelasional, maka penelitian ini diarahkan untuk menanalisis apakah hubungan
antara hubungan terpaan iklan rokok di televisi terhadap perubahan sikap pada
Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015.
3.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga objek tersebut dapat menjadi sumber penelitian (Bungin, 2006 : 100). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeristas Sumatera Utara angkatan 2015 yang berusia sekitar 18-20 tahun. Berikut daftar jumlah mahasiswa FISIP angkatan 2015:
Tabel 3.1
Populasi
Jurusan
Angkatan
Jumlah Mahasiswa
Ilmu Komunikasi
2015
129
Antropologi Sosial
2015
68
Ilmu Politik
2015
84
Sosiologi
2015
91
Ilmu Kesejahteraan Sosial
2015
68
Ilmu Administrasi Negara
2015
162
Ilmu AdministrasiNiaga/Bisnis
2015
152
Administrasi Perpajakan
2015
117
TOTAL
871
Sumber : dir.mahasiswa.usu.ac.id tahun 2016
3.3.2 Sampel
Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Narawi, 1995 :144). Sampel ini yang nantinya akan menjadi objek penelitian yang akan diberikan kuesioner. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% yaitu:
N = N n(d)2 + 1 Keterangan
N : ukuran populasi
d2 : presisi (digunakan 10% atau 0,1) 1 : angka konstan
berdasarkan data yang ada maka penelti memerlukan sampel sebanyak:
n = 871 871(0,1)² + 1 n = 871 8,71 + 1 n = 871 9,71 n = 89,7 n = 90 orang
3.4 Teknik Penarikan Sampel
a. Proporsional Stratified Sampling
Proporsional Stratified Sampling adalah teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relative homogen. Sampel ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Kriyantono, 2008: 79). Dengan menggunakan rumus:
n =
Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d2 = presisi (digunakan 10% atau 0,1) 1 =angka konstan
Berdasarkan rumus diatas, maka penelti memerlukan sampel sebanyak:
Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap jurusan yaitu :
Tabel 3.2
Sampel
Jurusan
Jumlah
Mahasiswa
Penarikan
Sampel
Sampel
Ilmu komunikasi
129
129 x 90
871
13,3= 13
Antropologi Sosial
68
68 x 90
871
7,02= 7
Ilmu Politik
84
84 x 90
871
8,6= 9
Sosiologi
91
91 x 90
871
9,4= 9
Ilmu Kesejahteraan
Sosial
68
68 x 90
871
7,02 = 7
Ilmu Administrasi
Negara
162
162 x 90
871
16,7= 17
Ilmu Administrasi
Niaga/Bisnis
152
152 x 90
871
15,7= 16
Administrasi
Perpajakan
117
117 x 90
871
12,08=
12
TOTAL
90
b. Purposive Sampling
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang objektif, maka peneliti menggunakan teknik untuk memperoleh data tersebut dengan cara :
1. Studi Perpustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori , pendapat-pendapat serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini diperoleh dengan cara terjun langsung ke lapangan terhadap objek yang telah diplih yaitu dengan cara mengedarkan kuesioner. Kuesioner yaitu suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pernyataan mengenai suatu hal atau suatu bidang. Kuesioner ini dimaksudkan sebagai daftar pertanyaan utnuk memperoleh jawaban- jawaban dari para responden (Krisyantono, 2007: 93).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan menggunakan analisis data sebagai berikut:
1. Analisis Tabel Tunggal
Analisis Tabel Tunggal adalah suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel penelitian ke dalam kategori – kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Table tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdir dari dua kolom yaitu sejumlah frekuensi dan kolom presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2011:266).
2. Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif.
3. Uji Hipotesis
koefisien tata genjang oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien, dimana data variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari terkecil sampai terbesar. Rumus korelasi Rank Order yang dikembangkan oleh Charles Spearman ini dipergunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data ordinal dan data ordinal lainnya.
Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi (derajat hubungan) digunakan skala Guilford atau koefisien asosiasi sebagai berikut (Krisyantono, 2006: 169):
<0,20 : Hubungan rendah sekali 0,20-0,40 : hubungan rendah tapi pasti 0,41-0,70 : hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 : hubungan yang tinggi
>0,90 : hubungan yang sangat tinggi.
Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui cara yang terkumpul.(Arikunto, 2006: 71)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
- Ho: Tidak terdapat Hubungan antara Terpaan Iklan Rokok dengan Perubahan Sikap Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Sumatera Utara Angkatan 2015.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengumpulan Data
Peneliti menempuh beberapa tahapan penelitian dalam pengumpulan data.
Pertama sekali peneliti mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai anak di
bawah umur yang mengkonsumsi rokok dan iklan rokok melalui media online,
mengingat begitu banyak generasi muda saat ini yang sudah mengkonsumsi
rokok. Setelah itu, Peneliti mulai menyusun proposal penelitian mengenai hal
tersebut. Peneliti melaksanakan seminar proposal pada tanggal 1 Februari 2016 di
ruangan A1.1, Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
Peneliti memilih mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015. Untuk memperoleh data, peneliti
mengunjungi website dir.mahasiswa.ac.id guna memperoleh jumlah koresponden
yang akan diteliti. Kemudian pada tanggal 11-12 Mei 2016, Peneliti menyebarkan
kuesioner kepada 90 responden sesuai dengan jumlah sampel yang telah dihitung
sebelumnya. Penelitian dapat berjalan dengan baik.
4.2 Teknik Pengolahan Data
Setelah peneliti pengumpulkan data dari 90 responden responden, peneliti melakukan pengolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penomoran kuesioner
Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut berdasarkan kerangka sampel (01-90).
2. Coding
Proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak-kotak kode yang telah disediakan pada lembar kuesioner dalam bentuk angka (score).
3. Inventarisasi
Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar FC (Fotron Cobol) sehingga membentuk satu kesatuan.
Pada tahap ini, data FC di masukkan ke dalam tabel. Tabel tersebut terdiri dari tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori frekuensi, persentase, dan selanjutnya dianalisa.
5. Uji Hipotesa
Pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini digunakan rumus uji statistik yang telah ditentukan, yaitu uji korelasi tata jenjang Spearman. Untuk mengukur tinggi rendahnya digunakan skala Ordinal.
4.3 Analisis Tabel Tunggal
4.3.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Karakteristik yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, jurusan perkuliahan, dan frekuensi menonton iklan rokok di televisi.
Berikut rincian mengenai karakteristik responden.
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Pria
61
67,8
Wanita
29
32,2
Total
90
100
(Sumber: P.1/FC.3)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015, 61 orang (67,8%) berjenis kelamin pria lebih banyak dibanding responden wanita yakni 29 orang (32,2%). Jumlah responden pria lebih banyak dikarenakan pria lebih tertarik untuk mengkonsumsi rokok. Sementara responden wanita cenderung lebih jarang merokok diakibatkan oleh norma yang berlaku di masyarakat kita.
2. Usia
Tabel 4.2
Usia
Usia (Tahun)
Frekuensi Persen
15-17
2
2,2
18-20
88
97,8
Total
90
100
(Sumber: P.2/FC.4)
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 18-20 tahun yakni 88 orang (97,8%), sedangkan yang berusia 15-17 tahun yakni 2 orang (2,2%). Hal ini dikarenakan usia mahasiswa angkatan 2015 rata-rata berusia diantara 18-20 tahun.
3. Jurusan
Tabel 4.3
Jurusan
(Sumber:
P.3/FC.5)
Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel yang diambil berjumlah 90 orang. Departemen Ilmu Administrasi Negara merupakan jumlah terbanyak yakni 17 orang (18,9%). Disusul oleh Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis yang berjumlah 16 orang (17,8%). Departemen Ilmu Komunikasi berjumlah 13 orang (14,4%), Administrasi Perpajakan berjumlah 12 orang (13,3%), Sosiologi berjumlah 9 orang (10%),
Jurusan
Sampel Percent
Ilmu Adminitrasi Negara
17
18,9
Antropologi Sosial
7
7,8
Ilmu Politik
9
10,0
Ilmu Komunikasi
13
14,4
Ilmu Kesejahteraan Sosial
7
7,8
Sosiologi
9
10,0
Ilmu Adminstrasi Niaga/Bisnis
16
17,8
Administrasi Perpajakan
12
13,3
Departemen Ilmu Politik berjumlah 9 orang (10%). Departemen Antropologi Sosial dan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial memiliki jumlah yang sama yakni 7 orang (7,8%).
4. Frekuensi Menonton Iklan Rokok di Televisi
Tabel 4.4
Frekeunsi Menonton Iklan Rokok
Respon
Frekuensi Persen
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
29
32,2
Sering (3-4 kali dalam seminggu)
23
25,6
Sangat Sering ( 5-6 kali dalam seminggu)
16
17,8
Setiap Hari (7 kali dalam seminggu)
22
24,4
Total
90
100,0
(Sumber: P.4/FC.6)
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas koresponden jarang menonton iklan televisi yakni 29 orang (32,2%). Berikutnya yang sering menonton iklan televisi (3-4 kali dalam seminggu) berjumlah 23 orang (25,6%). Adapun yang setiap hari (7 kali dalam seminggu) berjumlah 22 orang (24,4%) dan disusul oleh orang yang menonton sangat sering (5-6 kali dalam seminggu) berjumlah 16 orang (17,8%) yang menjadi angka terkecil dalam tabel ini. Ini menunjukkan bahwa frekuensi menonton iklan rokok di televisi oleh Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 bisa dikatakan jarang.
4.3.2. Tayangan Iklan Rokok di Televisi
Tayangan iklan rokok di televisi merupakan salah satu tayangan iklan yang paling sering muncul di televisi. Adapun berbagai cara yang dilakukan oleh pengiklan untuk menarik perhatian para penonton. Berikut rincian terhadap tayangan iklan rokok di televisi.
1. Kualitas Video
menggunakannya sebagai konsep utama. Unsur-unsur dari video mencakup semua hal yang terlihat pada layar televisi.
Tabel 4.5
Kualitas Video
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Baik
13
14,4
Kurang Baik
11
12,2
Baik
46
51,1
Sangat Baik
20
22,2
Total
90
100
(Sumber: P.5/FC.7)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas koresponden mengatakan kualitas video iklan rokok di televisi baik yakni berjumlah 46 orang (51,1%). Adapun yang mengatakan sangat baik berjumlah 20 orang (20,2%). Sedangkan yang mengatakan tidak baik berjumlah 13 orang (14,4%) serta disusul pendapat yang mengatakan kurang baik berjumlah 11 orang (12,2%).
Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas video iklan rokok di televisi adalah baik. Hal ini dianggap baik karena video iklan rokok di televisi dinilai baik lebih dari setengah jumlah koresponden.
2. Kualitas Audio
][Tabel 4.6
Kualitas Audio
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Baik
7
7,8
Kurang Baik
13
14,4
Baik
55
61,1
Sangat Baik
13
16,7
Total
90
100
(Sumber: P.6/FC.8)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 90 responden, mayoritas menyatakan bahwa penyampaian kualitas audio dalam tayangan iklan rokok di televisi baik. Ini dapat dilihat dari 55 orang (61,1%) yang memberikan penilaian baik. Yang menyatakan sangat baik ada 13 orang (16,7%). Namun ada juga yang mengatakan kalau kualitas audio kurang baik yakni 13 orang (14,4%) dan mengatakan tidak baik ada berjumlah 7 orang (7,8%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar berpendapat bahwa kualitas audio iklan rokok dalam tayangan televisi baik walaupun ada sedikit orang yang berpendapat kurang baik.
[image:31.595.222.411.77.259.2]Dalam audio terdapat beberapa unsur yang bisa membantu audio kedengaran menarik diantaranya musik dan efek suara. Unsur ini biasanya selalu terdengar di setiap iklan rokok yang ditampilkan di televisi. Berikut pendapat para responden mengenai unsur-unsur audio.
Tabel 4.7
Pemilihan Musik
(Sumber: P.7/FC.9)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas responden mengatakan bahwa pemilihan musik iklan rokok di televisi sudah sesuai yakni 54 orang (60%). 20 orang (22,2%) menyatakan bahwa pemilihan musik yang kurang sesuai. Namun ada juga responden yang menyatakan pemilihan musiknya tidak sesuai yakni 8 orang (8,9%) dan yang menyatakan sangat sesuai juga berjumlah sama 8 orang (8,9%).
Respon
Frekuensi
Persen
Tidak Sesuai
8
8,9
Kurang Sesuai
20
22,2
Sesuai
54
60,0
Sangat Sesuai
8
8,9
[image:31.595.203.417.532.651.2]Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa mayoritas reponden Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 setuju jika pemilihan musik pada iklan rokok di televisi sudah sesuai. Pengiklan produk rokok pasti menginginkan pemilihan musik yang sesuai agar terdengar menarik di telinga penonton televisi.
[image:32.595.193.429.294.389.2]Setelah keseuaian pemilihan musik, Peneliti ingin melihat bagaimana penilaian para responden mengenai kualitas efek suara dalam tayangan iklan rokok di televisi. Efek suara merupakan unsur audio yang bisa menghidupkan suasana dalam tayangan iklan rokok di televisi. Berikut penilaian Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 mengenai kualitas efek suara dalam tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.8
Kualitas Efek Suara
(Sumber: P.8/FC.10)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 reponden, mayoritas menyatakan kualitas efek suara dalam tayangan iklan rokok di televisi sudah baik yakni 68 orang (75,6%). Angka ini cukup jauh dengan penilaian responden yang menyatakan sangat baik yakni 12 orang (12,2%). Namun ada 10 orang (11,1%) responden yang menyatkan kurang baik dan hanya ada 1 orang (1,1%) yang menilai tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa mayoritas Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 lebih setuju memberikan penilaian yang baik terhadap kualitas efek suara dalam tayangan iklan rokok. Dapat diartikan bahwa suasana yang dibuat dalam tayangan iklan rokok berhasil dihidupkan sehingga penonton tayangan iklan rokok juga turut merasakan suasana yang telah dibuat.
3. Talent/Model
Talent merupakan pemeran ataupun tokoh-tokoh yang muncul pada sebuah iklan televisi. Unsur ini cukup vital bagi sebuah iklan televisi. Unsur kostum dan make-up juga merupakan bagian yang cukup penting dari sebuah talent. Kostum haruslah disesuaikan
Respon
Frekuensi
Persen
Tidak Baik
1
1,1
Kurang Baik
10
11,1
Baik
68
75,6
Sangat Baik
11
12,2
dengan adegan iklan yang akan diambil oleh talent. Berikut penilaian responden terhadap keseuaian talent/model iklan rokok dalam tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.9
Kesesuaian Talent/Model
Respon
Frekuensi
Persen
Tidak Sesuai
8
8,9
Kurang Sesuai 14
15,6
Sesuai
53
58,9
Sangat Sesuai
15
16,7
Total
90
100
(Sumber: P.9/FC.11)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas memandang talent/model dalam tayangan iklan rokok di televisi sudah sesuai yakni 53 orang (58,9%) dan mengatakan sangat sesuai yaitu berjumlah 15 orang (16,7%). Namun ada yang bertolak belakang dengan penilaian kurang sesuai yakni 14 orang (15,6%) dan mengatakan tidak sesuai berjumlah 8 orang (8,9%)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan talent/model iklan rokok dalam tayangan iklan rokok di televisi sudah sesuai. Hal ini dapat memicu ketertarikan penonton terhadap tayangan iklan rokok di televisi.
4. Produk (Props)
[image:33.595.209.417.683.750.2]Props merupakan produk yang diiklankan pada iklan televisi. Sebuah iklan haruslah dapat merefleksikan bagian-bagian penting dari produk yang diiklankan. Bagian-bagian tersebut biasanya berupa logo dari produk, kemasan produk, cara penggunaan produk, dan sebagainya. Walaupun ada juga jenis-jenis iklan yang tidak langsung menunjukkan produknya, seperti iklan produk rokok. Namun ada juga iklan televisi yang hanya sedikit ”menyisipkan” produknya diantara adegan-adegan iklan yang lain. Berikut penilaian responden terhadap produk rokok dalam tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.10
Produk Rokok
Respon
Frekuensi Persen
Kurang Menarik
11
12,2
Menarik
45
50,0
Sangat Menarik
9
10,0
Total
90
100,0
(Sumber: P.10/FC.12)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas menganggap produk rokok dalam tayangan iklan rokok di televisi menarik yakni berjumlah 45 orang (50,0%) ada yang menilai berbanding terbalik yaitu tidak mearik yakni 25 orang (27,8%). Memberikan penilaian kurang menarik berjumlah 11 orang (12,2%) dan hanya 9 (10,0%) orang yang mengatakan sangat menarik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penonton cukup tertarik dengan produk rokok yang di tawarkan dalam tayangan ikln televisi. Ini bisa menjadi salah satu pemicu penonton untuk mengkonsumsi rokok.
6. Setting (Lokasi)
[image:34.595.208.418.83.151.2]Setting merupakan lokasi pembuatan suatu iklan televisi. Lokasi ini terbagi dua yaitu di dalam studio dan di luar studio. Latar belakang suasana yang dibuat dalam proses pembuatan iklan rokok bisa menjadi penarik perhatian penonton untuk menyaksikan tayangan iklan rokok. Berikut penilaian responden terhadap lokasi yang dibuat dalam penyanangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.11
Lokasi Iklan Rokok di Televisi
(Sumber: P.11/FC.13)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden mayoritas menilai bahwa pemilihan atau setting lokasi iklan rokok di televisi sudah sesuai yakni 44 orang (48,9%). Namun ada juga yang menilai bahwa pemilihan lokasi kurang sesuai yakni 19 orang (21,1%). Responden yang memberikan penilaian tidak sesuai juga cukup banyak yakni 15
Respon
Frekuensi
Persen
Tidak Sesuai
15
16,7
Kurang Sesuai
19
21,1
Sesuai
44
48,9
Sangat Sesuai
12
13,3
[image:34.595.214.410.493.634.2]orang (16,7%) dan hanya sedikit saja yang mengatakan bahwa lokasi penyangan iklan rokok sangat sesuai yakni 12 orang (13,3%).
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penonton tayangan iklan rokok di televisi merasa lokasi atau latar belakang iklan rokok di televisi sudah sesuai.
7. Lighting (Pencahayaan)
[image:35.595.216.411.344.463.2]Lighting merupakan efek pencahayaan yang ditampilkan dalam iklan televisi yang digunakan sebagai pelengkap iklan. Efek pencahayaan ini dapat juga digunakan untuk mempertegas suatu adegan yang muncul dalam iklan televisi. Efek ini juga sering dipakai untuk memanipulasi sebuah adegan-adegan yang dramatis pada sebuah iklan.
Tabel 4.12
Kualitas Pencahayaan
Respon
Frekuensi
Persen
Tidak Baik
5
5,6
Kurang Baik
9
10,0
Baik
64
71,1
Sangat Baik
12
13,3
Total
90
100
(Sumber: P.12/FC.14)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas menyatakan bahwa Lightning atau pencahayaan dalam tayangan iklan rokok di televisi sudah baik. Lebih dari separuh jumlah responden yang menilai baik yakni 64 orang (71,1%) dan yang menilai sangat baik ada 12 orang (13,3%). Hanya sedikit responden saja yang memberi penilaian bertolak belakang yakni yang menyatakan kurang baik ada 9 orang (10%), sementara yang menilai tidak baik hanya 5 orang (5,6%) saja.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa penonton tayangan iklan rokok di televisi menilai kualitas pencahayaan iklan rokok di televisi sudah baik. Hanya sedikit responden aja yang menilai pencahayaan iklan rokok kurang baik atau tidak baik.
8. Graphics
dalam sebuah iklan televisi karena didukung oleh perkembangan teknologi multimedia yang cukup pesat. Pacing merupakan kecepatan dari setiap frame ataupun adegan yang ditampilkan dalam sebuah iklan televisi.
Tabel 4.13
Tampilan Grafis
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Baik
4
4,4
Kurang Baik
9
10,0
Baik
63
70,0
Sangat Baik
14
15,6
Total
90
100
(Sumber: P.13/FC.15)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas responden menilai bahwa tampilan grafis iklan rokok di televisi sudah baik yakni 63 orang (70%). 14 orang (15,6) mengatakan sudah sangat baik. Sementara yang menilai kurang baik ada 9 orang (10%) dan tidak baik hanya 4 orang (4,4%) saja.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tampilan grafis iklan rokok di televisi sudah cukup baik dan bisa menarik perhatian penonton dengan tampilan grafis iklan rokok di televisi yang sudah baik.
9. Pacing (Durasi)
[image:36.595.216.413.596.733.2]Pacing mendeskripsikan seberapa cepat atau seberapa lambat sebuah adegan iklan itu berlangsung. Ada beberapa pesan dari iklan televisi yang lebih bagus menggunakan pacingyang lambat. Namun ada juga yang malah jauh lebih baik ditampilkan dengan pacing yang cepat
Tabel 4.14
Durasi Iklan
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Cukup
2
2,2
Kurang Cukup
8
8,9
Cukup
63
70,0
Sangat Cukup
17
18,9
Total
90
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas menyatakan bahwa durasi penayangan iklan rokok di televisi sudah cukup. Sebanyak 63 orang (70%) menyatakan cukup dan 17 orang (18,9%) menyatakan sangat cukup. Namun hanya ada sedikit responden saja yang memberi penilaina berbanding terbalik mengenai durasi penayangan iklan rokok yaitu menyatakan kurang cukup berjumlah 8 orang (8,9%) dan menyatakan tidak cukup hanya ada 2 orang (2,2).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penonton merasa durasi penayangan iklan rokok di televisi sudah cukup. Sehingga hal ini dianggap sudah dilakukan dengan tepat oleh pengiklan rokok di televisi.
10. Pesan
[image:37.595.214.415.395.529.2]Keberhasilan pengiklan rokok di televisi dapat dilihat dari bagaiaman suatu pesan yang disampaikan oleh pengiklan dapat di terima oleh calon konsumen. Penyampaian pesan merupakan salah satu cara produsen untuk mempengaruhi calon koncumen untuk mengkonumsi produk mereka. Berikut adalah penilaian responden terhadap pesan yang disampaikan dalam tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.15
Pesan
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Menarik
15
16,7
Kurang Menarik
16
17,8
Menarik
45
50,0
Sangat Menarik
14
15,6
Total
90
100
(Sumber: P.15/FC.17)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas menilai bahwa pesan yang disampaikan dalam tayangan iklan rokok di televisi menarik. Sebanyak 45 orang (50%) yang menyatakan menarik. Tetapi yang menyatakan kurang menarik ada 16 orang (17,8%) dan tidak menarik ada 15 orang (16,7%). Namun tetap ada yang menyatakan bahwa pesan yang disampaikan dalam tayangan iklan rokok di televisi sudah sangat menarik yakni 14 orang (15,6%).
4.3. Perubahan Sikap
Perubahan sikap merupakan tujuan yang ingin dilihat oleh Peneliti tentang sejauh manakah hubungan terpaan iklan rokok di televisi terhadap perubahan sikap pada mahasiswa FISIP USU angkatan 2015. Adapun perubahan sikap yang ingin dilihat berdasarkan salah satu teori dalam komunikasi pemasaran yakni Teori AIDDA yang mencakup Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan),dan Action (tindakan). Berikut adalah rincian penjelasan tentang perubahan sikap yang telah diteliti.
1. Attention (Perhatian)
[image:38.595.213.413.414.549.2]Perhatian merupakan langkah pertama ketika suatu tayangan iklan rokok ditampilkan di televisi. Bagaimana suatu iklan rokok televisi membangkitkan perhatian yang merupakan awal dari komunikasi. Berikut adalah penilaian mengenai ketertarikan responden terhadap tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.16
Menarik Perhatian
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Tertarik
35
38,9
Kurang tertarik
17
18,9
Tertarik
31
34,4
Sangat Tertarik
7
7,8
Total
90
100
(Sumber: P.16/FC.18)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas tidak tertarik dengan tayangan iklan rokok di televisi. Angka yang diperoleh berjumlah 35 orang (38,9%) yang menyatakan tidak tertarik. Angka ini tidak jauh berbeda dengan responden yang tertarik dengan tayangan iklan rokok di televisi yakni berjumlah 31 orang (34,4%). Berikutnya yang menyatakan kurang tertarik berjumlah 17 orang (18,9%). Namun yang menyatakan sangat tertarik ada 7 orang (7,8%).
2. Interest (Minat)
[image:39.595.211.416.185.321.2]Minat merupakan langkah selanjutnya setelah attention (perhatian). Peneliti ingin melihat bagaimana minat penonton televisi terhadap produk rokok yang ditawarkan oleh produsen. Berikut adalah pendapat resonden mengenai minat terhadap produk rokok setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.17
Minat
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Berminat
56
62,2
Kurang Berminat
11
12,2
Berminat
20
22,2
Sangat Berminat
3
3,3
Total
90
100
(Sumber: P.17/FC.19)
Tabel di atas menunjukkan dari 90 responden, mayoritas menyatakan bahwa tidak berminat terhadap produk rokok yang ditawarkan yakni berjumlah 56 orang (62,2%). Angka yang diperoleh ini bebeda jauh dengan yang menyatakan berminat terhadap produk rokok yakni 20 orang (22,2%). Sementara yang menyatakan kurang berminat berjumlah 11 orang (12,2%). Yang menyatakan sangat berminat hanya ada 3 orang (3,3%) dari 90 orang jumlah responden yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 mayoritas tidak berminat terhadap produk rokok yang ditawarkan dalam tayangan iklan rokok di televisi. Ini membuktikan bahwa iklan rokok di televisis pun belum tentu bisa menarik minat penonton setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi.
3. Desire (Hasrat)
Tabel 4.18
Membangkitkan Hasrat
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Berhasrat
58
64,4
Kurang Berhasrat
7
7,8
Berhasrat
19
21,1
Sangat Berhasrat
6
6,7
Total
90
100,0
(Sumber: P.18/FC.20)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, 58 orang (64,4%) mengungkapkan tidak berhasrat terhadap rokok yang ditawarkan pada tayangan iklan rokok di televisi. 19 orang (21,1%) menyatakan mereka berhasrat setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi. Selebihnya ada 7 orang (7,8%) yang menyatakan kurang berhasrat dan 6 orang (6,7%) menyatakan sangat berhasrat setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi.
Berdasrakan uraian di atas, dapat dilihat bahwa Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 mayoritas tidak berhasrat terhadap produk rokok walaupun telah menonton tayangan iklan rokok di televisi. Hanya sebagaian kecil saja yang berhasrat ataupun sangat berhasrat.
4. Decision (Pengambilan Keputusan)
[image:40.595.200.424.618.743.2]Decision (pengambilan keputusan) merupakan suatu tindakan penting untuk mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Pengambilan keputusan ini bisa sesuai yang diharapkan produsen rokok untuk segera mengkonsumsi produknya atau pun tidak mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Berikut adalah pendapat para responden mengenai pengaruh pengambilan keputusan setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.19
Pengambilan Keputusan
Respon
Frekuensi Persen
Tidak Terpengaruh
53
58,9
Kurang Terpengaruh
10
11,1
Terpengaruh
22
24,4
SangatTerpengaruh
5
5,6
Total
90
100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 90 responden, mayoritas reponden menyatakan tidak terpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi produk rokok yang ditawarkan melalui iklan rokok di televisi. Mayoritas responden tersebut ada 53 orang (58,9%) tidak terpengaruh. Adapun responden yang menyatakan terpengaruh berjumlah 22 orang (24,4%). Namun ada juga responden yang menyatakan kalau mereka merasa kurang terpengaruh yakni 10 orang (11,1%) dan yang terkahir menyatakan sangat terpengaruh ada 5 orang (5,6%).
Berdasarakan uraian di atas, Peneliti dapat melihat bahwa Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 mayoritas tidak terpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi produk rokok walapun telah menonton iklan rokok di televisi. Dari uraian di atas dapat dibuktikan bahwa iklan rokok yang menarik pun belum tentu bisa mempengaruhi keputusan mayoritas penonton iklan rokok di televisi.
5. Action (Tindakan)
[image:41.595.211.445.548.647.2]Action (tindakan) merupakan langkah terakhir yang diharapakan oleh produsen dalam memasarkan produk mereka. Produsen rokok mengharapkan calon konsumennya memilih untuk membeli dan mengkonsumsi rokok seperti yang mereka harapakan. Feedback yang positif adalah tindakan yang diharapkan oleh produsen rokok. Namun tidak semua feedback sesuai yang diharapakan produsen karena feedback yang negatif pun sangat mungkin terjadi. Produsen rokok gencar untuk membuat iklan rokok yang semenarik mungkin. Berikut adalah pilihan tindakan yang dilakukan responden setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi.
Tabel 4.20
Pilihan Tindakan
Respon
Frekuensi
Persen
Tidak Merokok
60
66,7
Merokok
30
33,3
Total
90
100
(Sumber: P.20/FC.22)
Berdasarakan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa mayoritas Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 memilih untuk tidak merokok walaupun setelah menonton tayangan iklan rokok di televisi. Dari uraian di atas dapat dibuktikan bahwa kekuatan iklan rokok di televisi tidak sepenuhnya bisa mempengaruhi keputusan calon konsumennya agar memilih membeli dan mengkonsumsi rokok yang mereka tawarkan. Keputusan calon konsumen untuk tidak mengkonsumsi rokok diakibatkan mayoritas Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2015 masih sadar akan bahaya rokok akan kesehatan mereka.
4.4 Analisis Tabel Silang
4.4.1 Uji Silang antara Kualitas Video Iklan Rokok dengan Tayangan Iklan
[image:42.595.137.542.368.571.2]Rokok Dapat Menarik Perhatian
Tabel 4.21
Uji Silang antara Kualitas Video Iklan Rokok dengan Tayangan Iklan Rokok Dapat
Menarik Perhatian
Kualitas Video
Iklan Rokok di
Televisi
Tayangan Iklan Rokok di Televisi Dapat Menarik
Perhatian
Total
Tidak
Tertarik
Kurang
tertarik
Tertarik
Sangat
Tertarik
F
%
F
%
F
%
F
%
Tidak Baik
8
8,9
2
2,2
3
3,3
0
0
13
Kurang Baik
5
5,6
3
3,3
2
2,2
1
1,1
11
Baik
14
15,6
10 11,1
20
22,2
2
2,2
46
Sangat Baik
8
8,9
2
2,2
6
6,7
4
4,4
20
Total
35
38,9
17 18,9
31
34,4
7
7,8
90
Jumlah reponden yang memandang kualitas video iklan rokok di televisi baik ada 35 orang. Namun dari 35 orang, 14 menyatakan bahwa tayangan iklan rokok di televisi tidak menarik perhatian mereka.
Berdasarkan uraian di diatas, dapat diketahui hubungan terdapat antara kualitas video iklan rokok di televisi dengan tayangan iklan rokok dapat menarik perhatian. Ini disebabkan oleh mayoritas responden memberikan pendapat bahwa kualitas video iklan rokok di televisi baik dan tayangan iklan rokok dapat menarik perhatian mereka. Maka akan dijelaskan dalam perhitungan sebagai berikut.
Baik dan Menarik :
Baik dan Tidak Menarik :
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat persentase responden yang menyatakan kualitas video iklan rokok di televisi baik dan tayangan iklan rokok dapat menarik perhatian adalah 22,2%. Sementara presentase responden yang menyatakan kualitas video iklan rokok baik dan tayangan iklan tidak dapat menarik perhatian mereka adalah 15,6%. Jadi terdapat hubungan antara kualitas video iklan rokok di televisi dengan tayangan iklan rokok dapat menarik perhatian.
4.4.2 Uji Silang antara Produk Rokok Dengan Membangkitkan Hasrat
[image:43.595.109.530.512.703.2]Untuk Mengkonsumsi Rokok
Tabel 4.22
Uji Silang antara Produk Rokok dengan Membangkitkan Hasrat
Produk Rokok
Pada Iklan Rokok
di Televisi
Tayangan Iklan Rokok di Televisi Membangkitkan
Hasrat Untuk Mengkonsumsi Rokok
Total
Tidak
Berhasrat
Kurang
Berhasrat
Berhasrat
Sangat
Berhasrat
F
%
F
%
F
%
F
%
Tidak Menarik
23
25.5
2
2,2
0
0
0
0
25
Kurang Menarik
7
7,7
3
3,3
1
1,1
0
0
11
Menarik
26
28,8
2
2,2
13
14,4
4
4,4
45
Sangat Menarik
2
2,2
0
0
5
5,5
2
2,2
9
Total
58
64,4
7
7,7
19
21,1
6
6,6
90
Tabel di atas menjelaskan tentang hubungan antara produk rokok pada iklan rokok di televisi dengan tayangan iklan rokok di televisi membangkitkan hasrat untuk mengkonsumsi rokok. Dari 90 responden, terdapat 45 orang berpendapat bahwa produk iklan rokok di televisi menarik. Diantaranya, 26 orang menyatakan tayangan iklan rokok di televisi tidak membangkitkan hasrat untuk mengkonsumsi rokok.
Jumlah responden yang memiliki pandangan yang tidak berhasrat untuk mengkonsumsi rokok adalah 58 orang. Namun 26 orang diantaranya menyatakan bahwa mereka tertarik terhadap produk rokok.
Berdasarkan uraian di diatas, dapat diketahui hubungan antara produk rokok pada iklan rokok di televisi dengan tayangan iklan rokok di televisi membangkitkan hasrat untuk mengkonsumsi rokok. Karena mayoritas responden memberikan pendapat bahwa produk rokok pada iklan rokok di televisi menarik tetapi tayangan iklan rokok di televisi tidak membangkitkan hasrat mereka untuk mengkonsumsi rokok. Maka akan dijelaskan dalam perhitungan sebagai berikut:
Menarik dan Tidak Berhasrat :
4.4.3 Uji Silang antara Pesan Dengan Mempengaruhi Keputusan
4.4.4 Tabel 4.23
Uji Silang antara Pesan Iklan Rokok dengan Mempengaruhi Keputusan
Pesan Iklan
Rokok di
Televisi
Tayangan Iklan Rokok di Televisi Mempengaruhi Keputusan
Untuk Mengkonsumsi Rokok
Total
Tidak
Terpengaruh
Kurang
Terpengaruh Terpengaruh
Sangat
Terpengaruh
F
%
F
%
F
%
F
%
Tidak Menarik
12
13,3
2
2,2
0
0
1
1,1
15
Kurang Menarik
11
12,2
2
2,2
3
3,3
0
0
16
Menarik
26
28,8
5
5,5
13
14,4
1
1,1
45
Sangat Menarik
4
4,4
1
1,1
6
6,6
3
3,3
14
Total
53
58,8
10
11,1
22
24,4
5
5,5
90
Tabel di atas menjelaskan tentang hubungan antara pesan iklan rokok di televisi dengan tayangan iklan rokok di televisi mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi rokok. Dari 90 responden, 45 orang responden menyatakan bahwa pesan iklan rokok di tayangan televisi menarik. Diantaranya 26 orang menyatakan tidak terpengaruh untuk memutuskan mengkonsumsi rokok...
Jumlah responden yang mengaku tidak terpengaruh untuk mengkonumsi rokok berjumlah 53 orang. Namun dengan jumlah yang sama yakni 26 orang merasa tertarik dengan pesan yang disampaikan pada iklan rokok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui hubungan antara pesan iklan rokok di televisi dengan tayangan iklan rokok di televisi mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi rokok. Karena mayoritas responden mengatakan mereka tertarik dengan pesan yang disampaikan dalam iklan rokok di televisi namun mereka tidak mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi rokok. Maka akan dijelaskan dalam perhitungan sebagai berikut:
Menarik namun tidak terpengaruh :
[image:45.595.103.571.154.362.2]
tidak terdapat hubungan antara pesan iklan rokok di televisi dengan tayangan iklan rokok di televisi mempengaruhi keputusan untuk mengkonsumsi rokok.
4.5 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam menguji tingkat hubungan kedua variabel yang dikorelasikan, digunakan rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Pengolahan data statistik dalam penelitian ini menggunakan piranti lunak SPSS versi 13,0 maka, uji thitung tidak digunakan lagi, karena SPSS telah
[image:46.595.119.550.374.495.2]menguji hipotesis tersebut secara otomatis.
Tabel 4.24
Tayangan Iklan Rokok di Televisi Dengan Perubahan Sikap
Berdasarkan uji hipotesis pada tabel di atas yang diperoleh melalui program SPSS versi 13,0, diperoleh hasil koefisien korelasi (rs) sebesar 0,476. Dari tabel dapat dilihat
bahwa pada rs 0,476 diketahui angka signifikansi (sig-2 tailed) = 0,00 yang berarti bahwa
angka signifikansi < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka disimpulkan bahwa tayangan iklan rokok di telelvisi berkorelasi secara signifikan dengan perubahan sikap pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Suamtera Utara Angkatan 2015.
Untuk mengukur derajat hubungan ini, digunakan nilai rs menurut Guilford yaitu
sebagai berikut:
≤ 0,20 = hubungan rendah sekali; lemah sekali 0,20 – 0,39 = hubungan rendah tapi pasti
Cor relatio ns
1,000 ,476** . ,000 90 90 ,476** 1,000 ,000 . 90 90
Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)
N Tay angan Iklan Rokok di Telev isi
Perubahan Sikap Spearman's rho
Tay angan Iklan Rokok
di Telev isi
Perubahan