• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PROGRAM ACARA MATA LELAKI DAN PERSEPSI MAHASISWA

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara “Mata

Lelaki” di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)

Diajukan oleh:

BOYKE FREDERICK

080904076

Program Studi Hubungan Masyarakat

Ilmu Komunikasi

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh program acara Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008. Adapun teori-teori berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah teori komunikasi, komunikasi massa, media massa televisi, persepsi dan uses and gratification theory.

Dalam penelitian ini digunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel dengan faktor berkaitan dengan variabel faktor lain. Variabel yang diteliti adalah variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah persepsi mahasiswa pria program S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pria program studi S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008 meliputi Departemen Ekonomi Pembangunan, Departemen Ekonomi Manajemen, dan Departemen Ekonomi Akuntansi yang pernah menonton program acara Mata Lelaki minimal 2 kali, yaitu sebanyak 44 orang. Karena populasi yang sedikit, maka keseluruhan populasi dijadikan subjek penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan pengumpulan data di lapangan meliputi kuesioner dan wawancara sebagai pelengkap.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang. Kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa yang menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) dan uji signifikasi menggunakan rumus t.

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah memberikan penulis kesempatan, kesehatan, semangat dan berbagai kemudahan dalam penulisan skripsi ini dari awal sampai selesai, guna meraih gelar sarjana.

Penulis menyadari didalam skripsi berjudul Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca skripsi ini, sehingga dilain waktu penulis bisa menyusun karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Penulis tak lupa ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbaik hati dan merelakan waktunya untuk membantu dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini:

1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

2. Drs. Zakaria, M.S.P selaku Pembantu Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

3. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi USU, Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A., dan Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi USU, Dra. Dayana, M.Si.

4. Drs. Mukti Sitompul, M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan dukungan moral sehingga penulis dapat berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan skripsi ini. 5. Dra. Mazdalifah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik, yang setiap

semester selalu membimbing penulis dan memberi motivasi.

6. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terima kasih atas segala ilmu yang telah bapak dan ibu berikan selama penulis menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi.

7. Kepada seluruh staf departemen Ilmu Komunikasi, Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang selalu dengan ramah memberi informasi.

8. Kepada seluruh staf PD III Fakultas Ekonomi USU atas bantuannya saat mengurus surat izin penelitian.

9. Kak Anim dan Kak Puan atas segala tawa dan ceritanya.

10.Marinus Iskandar Rondberg, papa yang telah membesarkan aku dan selalu menjadi motivasi terbesarku untuk terus maju, juga kakak-kakak-ku; Imelda Stephany Rondberg dan Grace Elizabeth Rondberg, serta adikku Adisti Namira atas seluruh cinta dan dukungan, doa dan kasih sayangnya.

11.Kedua abang iparku, Aznir Putra Rizki Margolang dan Idham Chalik atas segala bentuk dukungannya.

12.Sahabat-sahabatku, Duti Marcyola, Firsty Putri, Dwiko Surya, Darmawan Yap, Lia Vikawa dan Frydo Faisal. Terima kasih sudah menjadi teman dalam suka dan duka, berbagi cerita dan tumbuh dewasa bersama.

13.Teman-teman seperjuangan di jurusan Ilmu Komunikasi; Josefine, Mawi, Kak Inda, Tina, Jeffry, Yan, Melissa, ViZaBinKa, Ande, Ika, Bang Arivan Folando dan Kak Pupu.

(4)

iii

15.Kepada Agung Hawari serta mbak-mbak jutek atas bantuannya saat penelitian lapangan.

Terima kasih banyak atas apa yang telah diberikan selama ini kepada penulis dan semoga Allah membalas segala kebaikan pada yang disebutkan namanya diatas. Amin.

Medan, Maret 2012

(5)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah... 5

I.3. Pembatasan Masalah... 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

I.4.1. Tujuan Penelitian... 6

I.4.2. Manfaat Penelitian... 7

I.5. Kerangka Teori... 7

I.5.1. Komunikasi... 8

I.5.2. Komunikasi Massa... 9

I.5.3. Media Massa Televisi... 11

I.5.4. Persepsi... 13

I.5.5. Teori Uses and Gratification... 15

I.6. Kerangka Konsep... 16

I.7. Model Teoritis... 18

I.8. Operasional Variabel... 18

I.9. Definisi Operasional... 19

I.10. Hipotesis... 23

(6)

v BAB II URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi... 26

II.1.1. Unsur-Unsur Komunikasi... 29

II.1.2. Efek Komunikasi... 33

II.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi... 34

II.2. Komunikasi Massa... 35

II.2.1. Karakteristik Komunikasi Massa... 36

II.2.2. Proses Komunikasi Massa... 37

II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa... 38

II.2.4. Efek Komunikasi Massa... 40

II.3. Media Massa Televisi... 44

II.3.1. Sejarah Media Televisi... 44

II.3.2. Fungsi-Fungsi Televisi... 46

II.3.3. Karakteristik Tayangan Televisi... 47

II.3.4. Jenis-Jenis Tayangan Televisi... 50

II.3.5. Tayangan Magazine... 51

II.4. Persepsi... 51

II.4.1. Karakteristik Persepsi... 52

II.4.2. Komponen Persepsi... 54

II.5. Teori Uses and Gratification... 55

II.5.1. Perkembangan Teori Uses and Gratification... 56

II.5.2. Asumsi Dasar Teori Uses and Gratification... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian... 60

III.2. Lokasi Penelitian... 60

III.2.1. Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi USU... 60

III.2.2. Visi dan Misi Fakultas Ekonomi USU... 61

(7)

vi

III.2.4. Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi USU... 62

III.3. Populasi dan Sampel... 64

III.3.1. Populasi... 64

III.3.2. Sampel... 65

III.4. Teknik Penarikan Sampel... 65

III.5. Teknik Pengumpulan Data... 66

III.6. Teknik Analisis Data... 67

III.7. Proses Pengolahan Data... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal... 72

IV.1.1. Karakteristik Responden... 72

IV.1.2. Program Acara Mata Lelaki / Variabel Bebas (X)... 73

IV.1.3. Persepsi Mahasiswa Pria / Variabel Terikat (Y)... 82

IV.2. Analisis Tabel Silang... 89

IV.3. Uji Hipotesis... 95

IV.4. Pembahasan... 100

BAB V KESIMPULAN V.1. Kesimpulan... 103

V.2. Saran... 104

(8)

vii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Model Teoritis... 18

Gambar 2.1. Model Komunikasi DeVito... 29

(9)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Operasional Variabel... 18

Tabel 3.1. Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi USU... 63

DAFTAR TABEL BAB IV

Tabel 4.1. Program Studi... 72

Tabel 4.2. Frekuensi Menonton Tayangan... 73

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Kesesuaian Penampilan

Host Program Acara Mata Lelaki dengan Isi Tayangan... 73 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Penguasaan Host Mata Lelaki

Mengenai Topik yang Dibahas...74

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Keramahan Host Mata Lelaki dalam Menyapa Pemirsa... 75

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Penggunaan Intonasi, Artikulasi Suara serta Gaya Bicara Yang Menarik Oleh Host Mata Lelaki... 75

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Kemampuan Narasumber Menjelaskan Materi yang Berhubungan Dengan Topik Sesuai

Pengalaman Maupun Bidang Akademisnya... 76

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Keahlian Narasumber... 77

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Kecocokan Antara Topik dan Narasumber yang Dihadirkan... 77

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Menarik Atau Tidaknya

Topik yang Dihadirkan Dalam Program Acara Mata Lelaki... 78

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Aktual Atau Tidaknya Topik yang Dihadirkan dalam Acara Mata Lelaki... 78

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Kerjasama Tim dan

Pengemasan Acara Mata Lelaki... 79

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Komunikasi Antar Pelaku Dalam Program Acara Mata Lelaki... 80

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Frekuensi Penayangan

Program Acara Mata Lelaki... 80

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Durasi Penayangan

(10)

ix

Tabel 4.16. Ketertarikan Menonton Program Acara Mata Lelaki... 82

Tabel 4.17. Ketertarikan Terhadap Topik-Topik Bahasan Dalam Program

Acara Mata Lelaki... 82

Tabel 4.18. Program Acara Mata Lelaki Sebagai Prioritas Kegiatan yang

Dilakukan... 83

Tabel 4.19. Program Acara Mata Lelaki Sebagai Prioritas Acara Dalam

Aktifitas Menonton Televisi... 84

Tabel 4.20. Fokus Memperhatikan Informasi-Informasi Dalam Program

Acara Mata Lelaki... 85

Tabel 4.21. Informasi Penting yang Didapat Dari Menonton Program Acara

Mata Lelaki... 85

Tabel 4.22. Tingkat Pemahaman Terhadap Topik Bahasan Dalam Program

Acara Mata Lelaki... 86

Tabel 4.23. Kemudahan Topik Bahasan Dalam Program Acara Mata Lelaki

Untuk Dipahami... 87

Tabel 4.24. Pengetahuan Responden Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan

dengan Lelaki Dewasa... 87

Tabel 4.25. Perubahan Persepsi Responden Terhadap Topik yang Disajikan

Setelah Menonton Program Acara Mata Lelaki... 88

Tabel 4.26. Hubungan antara penampilan host dengan ketertarikan responden untuk menonton program acara Mata Lelaki... 90

Tabel 4.27. Hubungan antara keahlian narasumber dalam menyampaikan materi dengan banyaknya informasi yang didapat oleh responden saat menonton program acara Mata Lelaki... 91

Tabel 4.28. Hubungan antara menarik atau tidaknya topik yang dihadirkan dengan kemampuan responden untuk memahami topik-topik yang dihadirkan dalam program acara Mata Lelaki... 93

Tabel 4.29. Hubungan antara antara durasi penayangan program acara Mata Lelaki dengan perubahan persepsi dalam diri responden terhadap hal-hal yang berhubungan dengan lelaki dewasa... 94

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Biodata Penulis... Lampiran 1

Surat Permohonan Penelitian... Lampiran 2

Surat Keterangan Penelitian... Lampiran 3

Lembar Bimbingan Skripsi... Lampiran 4

Kuesioner... Lampiran 5

FC Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa... Lampiran 6

(12)

i ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh program acara Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008. Adapun teori-teori berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah teori komunikasi, komunikasi massa, media massa televisi, persepsi dan uses and gratification theory.

Dalam penelitian ini digunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel dengan faktor berkaitan dengan variabel faktor lain. Variabel yang diteliti adalah variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah persepsi mahasiswa pria program S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pria program studi S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008 meliputi Departemen Ekonomi Pembangunan, Departemen Ekonomi Manajemen, dan Departemen Ekonomi Akuntansi yang pernah menonton program acara Mata Lelaki minimal 2 kali, yaitu sebanyak 44 orang. Karena populasi yang sedikit, maka keseluruhan populasi dijadikan subjek penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan pengumpulan data di lapangan meliputi kuesioner dan wawancara sebagai pelengkap.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang. Kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa yang menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) dan uji signifikasi menggunakan rumus t.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi, merupakan salah satu elemen penting yang sangat dibutuhkan

oleh seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi,

individu-individu tidak dapat berinteraksi satu sama lain, dan terisolasi dalam dirinya saja.

Komunikasi memungkinkan adanya pertukaran informasi, perasaan, dan keinginan

yang pada akhirnya akan turut menentukan perkembangan seseorang dan dunia di

sekitarnya.

Komunikasi berkembang seiring dengan peradaban manusia, dan turut

mendorong perkembangan dunia sampai pada saat ini. Salah satu bentuk komunikasi

yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan dunia adalah komunikasi

massa. Komunikasi massa mulai berkembang pada awal abad ke-20 dimana

masyarakat Barat melakukan percobaan untuk mengembangkan teknik komunikasi

yang paling luas, diikuti dengan pengembangan radio rumah tangga pada tahun

1920-an d1920-an televisi rumah t1920-angga pada tahun 1940-1920-an (Nurudin, 2004: 57). Komunikasi

massa berbeda dengan komunikasi lainnya, dimana saluran yang digunakan adalah

media massa yang memiliki daya jangkau lebih luas dibanding saluran komunikasi

lainnya. Saluran media ini terbagi atas media cetak dan juga media elektronik. Media

cetak merupakan jenis media konvensional yang pada saat ini mulai kurang diminati

oleh masyarakat, dan memiliki daya jangkau yang relatif kecil pada suatu daerah

tertentu. Media elektronik memiliki daya jangkau yang jauh lebih luas, dan didukung

(14)

2

dan bervariasi. Hal ini menyebabkan media elektronik khususnya televisi lebih

diminati pada masa sekarang ini.

Di Indonesia sendiri perkembangan media televisi sudah dimulai sejak tahun

1962 dengan dibangunnya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang berfungsi

meliput kegiatan Asian Games ke-4 pada saat itu, dan mulai mengudara pada 19

Agustus 1962. TVRI kemudian menjadi stasiun televisi tunggal sampai pada tahun

1989 dimana pemerintah mengizinkan stasiun televisi swasta untuk mengudara.

Stasiun televisi swasta pertama Indonesia yaitu RCTI mulai mengudara pada tahun

1989 disusul SCTV pada tahun yang sama dan TPI dua tahun kemudian. Seiring

dengan semakin populernya televisi di tanah air, sekarang masyarakat Indonesia telah

dapat menikmati beragam siaran televisi baik dari stasiun televisi nasional seperti

Indosiar, MNC TV, Trans TV (Televisi Transformasi Indonesia), Global TV, ANTV

(Cakrawala Andalas Televisi), RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), SCTV

(Surya Citra Televisi), Metro TV, TV One, Trans7, TVRI, dan berbagai televisi lokal

seperti SunTV, Deli TV, Kompas TV, B Channel, SpaceToon, DAAI TV, dan masih

banyak lagi.

Sama seperti jenis media massa lainnya, televisi juga memiliki fungsi-fungsi

sebagaimana dinyatakan oleh Effendy, yaitu memberi informasi ataupun penerangan,

mendidik, dan menghibur (Effendy, 2007: 27). Dalam prakteknya, fungsi hiburan

lebih dipentingkan oleh para penyedia tayangan dan masyarakat, hal ini tidak terlepas

dari pola pikir masyarakat yang masih menganggap televisi sebagai sumber hiburan

dan bukan sumber informasi. Sedangkan secara teoritis, fungsi televisi yang paling

penting adalah memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai suatu

peristiwa atau fenomena dalam bentuk berita sehingga terbentuk suatu kewaspadaan

(15)

3

membentuk tayangan yang menghadirkan informasi dengan cara yang juga

menghibur, seperti jenis acara-acara feature, magazine, dan spot. Di antara ketiga

jenis tayangan ini, tayangan magazine lebih unik karena tampilannya yang tidak

membosankan dengan format seperti video magazine.

Tayangan atau program magazine adalah tayangan yang didalamnya terdapat

rubrik-rubrik tetap berisi bahasan-bahasan. Sekilas tayangan magazine mirip dengan

jenis tayangan feature, hanya saja pada tayangan feature satu pokok permasalahan

dibahas dari berbagai aspek, sedangkan pada tayangan magazine yang dibahas bukan

hanya satu topik permasalahan, melainkan satu bidang kehidupan. Tayangan

magazine biasanya berdurasi antara 30 menit sampai 50 menit, dan setiap rubrik

didalamnya dapat disajikan dengan format yang berbeda-beda seperti wawancara,

uraian, pergelaran, dan sebagainya. Hampir sama dengan feature, sajian program

magazine diantarkan oleh satu atau dua presenter yang sekaligus menjadi penghubung

antara rubrik yang satu dengan rubrik yang lain. Tayangan magazine bukanlah

tayangan berita, oleh karena itu gaya sajian, penampilan dan kostum presenter juga

perlu disesuaikan dengan spesifikasi tayangan itu (Wibowo, 1997: 133)

Di Indonesia terdapat beberapa tayangan yang mengusung format magazine,

seperti Socialites di TV One, Black In News di ANTV, dan sebagainya. Salah satu

stasiun televisi yang paling banyak memiliki tayangan dengan format magazine

adalah Trans7. Trans7 berdiri pada 22 Maret 2000 dengan nama PT. Duta Visual

Nusantara Tivi Tujuh (TV7) dan berganti nama menjadi Trans7 pada tanggal 15

Desember 2006 setelah menjadi naungan PT. Trans Corporation. Trans7 berkomitmen

untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program

informasi yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. Komitmen

(16)

4

sedikit berbeda dengan format acara sejenis lainnya yang lebih berfokus pada

pengetahuan dan wawasan. Komitmen ini kemudian dituangkan kedalam bentuk

tayangan magazine bertemakan gaya hidup dengan target audiens dewasa dan materi

pembahasan yang lebih sensual serta menggelitik rasa ingin tahu, yang diberi nama

“Mata Lelaki”.

Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa yang merupakan sebuah bentuk

magazine hasil kerjasama Trans7 dengan komunitas IMAJI BUMI FILMS. Tayangan

ini menampilkan sebuah persepsi sebagian laki-laki mengenai segala hal yang

menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala hal tentang wanita.

Sebuah persepsi mengenai keseksian seorang wanita, dan segala hal yang

mengelilinginya. Persepsi ini akan diambil dari data riset, yang telah dilakukan oleh

berbagai lembaga, dan mudah diakses oleh banyak orang

Lelaki tayang sejak 30 Juni 2010, mengambil durasi sekitar 30 menit dalam sekali

penayangan episode dan tayang setiap hari Selasa pukul 00.15 WIB. Sesuai dengan

tema gaya hidup dewasa yang diusung, Mata Lelaki dipandu oleh seorang host

bernama Putri Anggraini yang selalu membawakan acara ini dengan balutan pakaian

sensual. Selain itu Mata Lelaki selalu menghadirkan topik-topik seputar pria dewasa

seperti kehidupan malam dan kehidupan seks yang dikupas secara gamblang dan

sensual. Disamping topik-topik dalam kategori dewasa, terkadang Mata Lelaki

mengangkat topik yang ringan misalnya komunitas-komunitas unik, hobi, game,

budaya pop, musik, dan sebagainya namun topik-topik ini selalu dihadirkan dengan

sudut pandang yang tidak biasa, yaitu sudut pandang pria dewasa. Mata Lelaki

seolah-olah ingin menunjukkan ragam karakter dan kegiatan pria yang terkadang kurang

(17)

5

Setiap topik yang diangkat dalam Mata Lelaki selalu dimulai dengan

gambaran topik secara umum dan garis besar, lalu seiring berjalannya tayangan akan

semakin khusus membahas topik secara mendalam dari sudut pandang pria dewasa.

Pembahasan topik juga disertai pendapat orang-orang yang berkompeten di bidang

yang berhubungan dengan topik yang sedang diangkat, dan penyampaian informasi

selalu ditampilkan dalam bentuk narasi, baik oleh narator maupun host. Mata Lelaki

juga mempertahankan netralitas dalam mengangkat sebuah topik, dan menyerahkan

penilaian terhadap topik yang diangkat kepada pemirsa. Hal ini tentunya akan memicu

persepsi yang beragam dari kalangan masyarakat yang menonton Mata Lelaki,

termasuk dari kalangan mahasiswa pria yang sudah termasuk ke dalam target

audience acara ini.

Dalam penelitian ini, sampel diambil dari kalangan mahasiswa pria Fakutas

Ekonomi program studi sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara stambuk 2008.

Adapun pilihan ini diambil karena melihat adanya kedekatan gaya hidup antara

mahasiswa Fakultas Ekonomi USU dengan apa yang ditampilkan di acara Mata

Lelaki. Stambuk 2008 dipilih karena dianggap sudah lebih dewasa dalam hal berpikir.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7 terhadap

persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara stambuk 2008.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat

(18)

6

Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara di Medan”

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas

dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Agar permasalahan tidak

melebar, maka perlu pembatasan yang akan berkaitan dengan teori rumusan masalah

yang akan menempatkan variabel yang akan diteliti. Dengan adanya pembatasan

masalah, subjek penelitian akan semakin kecil ruang lingkupnya dan sangat

membantu peneliti untuk mengalirkan instrumen penelitian.

Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Fokus penelitian yakni tayangan Mata Lelaki yang memiliki karakteristik

pada pembawa acara, narasumber, materi acara, perangkat acara, dan

waktu tayang.

2. Persepsi dalam penelitian ini dilihat melalui komponen-komponen seleksi,

sensasi, atensi, interpretasi, dan reaksi.

3. Penelitian ini terbatas pada mahasiswa pria program sarjana (S1) di

Fakultas Ekonomi USU Medan stambuk 2008 yang pernah menonton

Tayangan Mata Lelaki di Trans7 minimal 2 (dua) kali.

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2012.

I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian

(19)

7

1. Untuk mengetahui ketertarikan mahasiswa pria program sarjana (S1)

Fakultas Ekonomi USU Medan terhadap program Mata Lelaki di Trans7.

2. Untuk mengetahui intensitas menonton program acara Mata Lelaki di

kalangan mahasiswa pria.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penayangan program acara Mata

Lelaki di Trans7 terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1)

Fakultas Ekonomi USU di Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian di FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis

peneliti selama mengikuti studi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU.

3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi

sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

I.5. KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau

menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39-40).

Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruks (konsep), definisi dan

(20)

8

relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat,

1991: 6)

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah komunikasi,

komunikasi massa, media massa televisi, persepsi, serta teori penggunaan dan

pemenuhan kepuasan (uses and gratification theory).

I.5.1. Komunikasi

Istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin

communicatio yang berdasar dari communis yang berarti sama. Dalam bidang

komunikasi, sama ini berarti ‘memiliki kesamaan makna’. Komunikasi adalah

tindakan menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap dari satu orang ke orang

yang lain (Warren, Philip & Edwin, 1988: 34).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta

pembentukan pendapat dan sikap. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi adalah

proses mengubah perilaku orang lain (Effendy, 1993: 10).

Charles H. Cooley dalam bukunya The Significance of Communication

berpendapat bahwa dengan komunikasi adalah dimaksud, mekanisme melalui

mana hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambang dari pemikiran

dengan alat-alat penyampaian dan sara menjaganya melalui ruang dan waktu. Ia

meliputi ekspresi muka, sikap dan gesture, nada suara, kata-kata, tulisan, lukisan,

kereta api, telegrap, telepon, dan segala apa yang dapat disebut sebagai hasil usaha

menaklukkan ruang dan waktu (Lubis, 2007: 9).

Berger dan Chaffee (1987) mengemukakan ilmu komunikasi adalah ilmu

pengetahuan tentang produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan

(21)

9

dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan

pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang (Senjaya, 2007: 1.10).

Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai proses

transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara

kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari

pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh

sumber (Rakhmat, 2007: 2).

Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of

Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect? atau ‘Siapa mengatakan Apa dengan Saluran

apa kepada Siapa dengan Efek apa?’ (Effendy, 1993: 10).

I.5.2. Komunikasi Massa

Komunikasi memiliki banyak jenis dan ragam, tergantung dari media, isi

pesan, kondisi komunikator dan komunikan, dan sebagainya. Komunikasi massa

merupakan salah satu jenis kegiatan komunikasi yang memungkinkan pesan atau

informasi untuk dapat diterima secara serentak dalam suatu waktu dan tempat,

dengan menggunakan media penghubung tertentu. Massa dalam komunikasi massa

merujuk pada sifat khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Komunikasi massa adalah proses menyampaikan informasi, ide-ide, dan

sikap kepada audiens yang luas dan beragam melalui penggunaan media yang

dikembangkan untuk tujuan tersebut (Warren, Philip & Edwin, 1988: 35).

Komunikasi massa merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang di

dalamnya meliputi hubungan antara publik dan sarana saluran. Beberapa aspek di

(22)

10

yang secara keseluruhan masuk kepada kelompok organisasi massa (Lubis, 2007:

33).

Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi

yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta

paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Elvinaro, 2004: 4).

Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) mendefinisikan pengertian

komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi

secara massal/tidak sedikit disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas,

anonim dan heterogen (Nurudin, 2004: 11).

Severin & Tankard dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses menyatakan komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu, keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk memperbuat berbagai hal menjadi lebih baik (Darwanto, 2007: 30).

Selain definisi-definisi diatas, terdapat sebuah definisi yang dikemukakan

oleh Wright yang diyakini dapat menggambarkan komunikasi massa secara

lengkap, yaitu: komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang memiliki

karakteristik-karakteristik seperti sifatnya yang diarahkan pada audiens yang relatif

besar dan heterogen; pesan disampaikan secara umum, seringnya pesan ini

mencapai audiens dalam waktu yang bersamaan; dan komunikator biasanya

(23)

11 I.5.3. Media Massa Televisi

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan

medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian

baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya

perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke daerah

terpencil (Wibowo, 1997: 1).

Dari antara semua jenis media massa, televisi merupakan bentuk media

yang paling populer di antara masyarakat sekaligus menjadi media yang paling

banyak digunakan. Penonton televisi terdiri dari kelompok-kelompok yang

beragam dengan berbagai latar belakang, memiliki minat, kebutuhan dan kebiasaan

yang berbeda. Oleh karena itu, stasiun televisi harus cermat dalam menyajikan

tayangan yang sesuai dengan kebutuhan penontonnya.

Siaran pertama televisi dilangsungkan oleh stasiun televisi NBC pada tahun

1939 yang menampilkan Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt

dalam acara World’s Fair di New York. Di Indonesia sendiri, siaran televisi

pertama sekali digunakan untuk meliput acara Sea Games ke-4 yang berlangsung

tahun 1962.

Terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi (Baksin,

2006: 63-68), yaitu:

1. Penampilan penyaji berita atau host.

Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara.

Menurut RM Hartoko, ada beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu:

a. Penampilan yang baik dan perlu didukung pula oleh watak dan pengalaman. b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa,

(24)

12

c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. Penampilan penyiar di layar televisi harus tetap disertai dengan sopan-santun perjumpaan supaya tidak menyinggung perasaan rata-rata pemirsa.

d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap, yaitu suara yang menimbulkan kepercayaan, meyakinkan bagi yang mendengarnya, sehingga membuat pemirsa memperhatikan apa yang dikatakan.

2. Narasumber

Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. R. Fadli (2002) menyebutkan bahwa seorang narasumber yang baik harus memiliki hal-hal berikut:

a. Memiliki kapabilitas, yaitu kemampuan yang meliputi bidang akademis maupun pengalaman.

b. Memiliki kredibilitas, meliputi kualitas, kapabilitas, atau kekuatan sehingga menimbulkan kepercayaan.

c. Memiliki akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.

3. Materi Acara

Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan (Wibowo, 1997: 48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui sampai seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu: a. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan

diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat.

b. Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat dibicarakan masyarakat.

4. Perangkat Acara

Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 1997: 37). Perangkat acara merupakan orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual terhadap khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim

b. Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor ataupun visualisasi.

5. Waktu tayang

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayangan juga perlu memperhatikan:

a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat acara tersebut.

(25)

13 I.5.4. Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal

dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau

mengambil. Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat

untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan,

pendengaran, peraba dan sebagainya. Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah

kesadaran atau kognisi (Sarwono, 2002: 94).

Persepsi juga merupakan sekumpulan tindakan mental yang mengatur

impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna (Wade & Carol, 2007: 193).

Desiderato (1976) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

inderawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian

dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak

hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori

(Rakhmat, 2007: 51).

Menurut Leavitt (Sobur, 2003: 445) persepsi dalam arti sempit ialah

penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas

ialah padangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu. Sedangkan De Vito (Sobur, 2003: 445) mengemukakan

persepsi sebagai proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang

mempengaruhi indra kita. Gulo (Sobur, 2003: 445) juga mendefinisikan persepsi

sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya

(26)

14

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi

merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh setiap orang melalui informasi

ataupun rangsangan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Segala rangsangan ini

diterima oleh panca-panca indra untuk kemudian diproses.

Dalam Sobur (2003: 446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga

komponen utama yaitu:

1. Seleksi, merupakan proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,

intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti

bagi seseorang. Interpretasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk

mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi

informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, merupakan persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah

laku sebagai reaksi.

Sedangkan menurut Deddy Mulyana (2005: 168-170), persepsi meliputi:

1. Penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera (indera peraba, indera penglihat,

indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar). Sensasi merujuk pada

pesan yang dikirimkan ke otak melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan,

penciuman dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah penghubung antara otak

manusia dan lingkungan sekitar.

2. Atensi. Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan

kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dahulu mempehatikan

(27)

15

3. Interpretasi, merupakan tahap yang paling penting dalam persepsi. Kita tidak dapat

menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan

menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut.

I.5.5. Teori Uses and Gratification

Teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Uses and Gratification

Theory) merupakan salah satu teori yang terdapat dalam bidang komunikasi,

khususnya komunikasi massa. Dalam teori ini yang menjadi titik berat adalah

pemirsa, dimana pemirsa dilihat sebagai individu yang bebas dan bertanggung

jawab dalam memilih media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi

kebutuhan mereka, dan mereka mengetahui dengan spesifik kebutuhannya dan cara

apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Herbert Blumer dan Elihu

Katz (1974) dalam bukunya The Uses of Mass Communications: Current

Perspectives on Gratification Research, dimana dalam buku tersebut mereka

menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan

menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak

yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari

sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya (Nurudin,

2004: 181).

Teori ini merupakan kebalikan dari teori peluru yang menyatakan media

sangat aktif dan sangat powerfull sementara khalayak berada di pihak yang pasif

dan hanya dapat menerima apa yang disampaikan oleh media. Sedangkan dalam

teori uses and gratification dilakukan sebuah pendekatan yang lebih manusiawi

dimana khalayak itu bersifat aktif dan dapat dengan bebas memilih media mana

(28)

16 I.6. KERANGKA KONSEP

Konsep sebenarnya adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu

yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin,

2001: 73).

Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan

jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas (Nazir, 1988: 148).

Sedangkan Kerlinger (1986) menyebut konsep sebagai abstraksi yang

dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, konsep merupakan

sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Rachmat, 2008: 17).

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas ada beberapa konsep

yang harus dioperasionalkan menjadi:

1. Variabel Bebas (X) atau Independence Variable

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor

di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi adanya

variabel yang lain (Nawawi, 1995: 41).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penayangan program acara

Mata Lelaki di Trans7, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pembawa Acara

a. Penampilan

b. Kecerdasan

c. Keramahan

d. Jenis suara

2. Narasumber

a. Kapabilitas

(29)

17

c. Akseptabilitas

3. Materi Acara

a. Topik Pembahasan

b. Aktualisasi Topik

4. Perangkat Acara

a. Kerjasama tim

b. Komunikasi antara perangkat acara

5. Waktu Penayangan

a. Frekuensi Penayangan

b. Durasi Penayangan

2. Variabel Terikat (Y) atau Dependence Variable

Variabel terikat adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor

di dalamnya yang adanya ditentukan atau dipengaruhi oleh adanya

variabel yang lain (Nawawi, 1995: 42).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa pria, dan

indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Sensasi

b. Seleksi

c. Atensi

d. Interpretasi

e. Reaksi

(30)

18

Variabel antara adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor

di dalamnya yang tidak perlu dikontrol, karena diperhitungkan

pengaruhnya pada variabel bebas (Nawawi, 1995: 44).

Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, dan

indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Departemen

b. Frekuensi Menonton Tayangan

I.7. MODEL TEORITIS

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep

kemudian dapat dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1.1 Model Teoritis

I.8. OPERASIONAL VARIABEL

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas,

maka untuk mempermudah penelitian perlu dibuat operasional variabel-variabel

sebagai berikut:

Tabel 1.1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

(31)

19 Karakteristik Responden 1. Departemen

2. Frekuensi Menonton Tayangan

I.9. DEFINISI OPERASIONAL

Defenisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut mengenai

konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Untuk

memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional

maka dibuat beberapa defenisi operasional sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) yaitu tayangan Mata Lelaki, sebuah tayangan berjenis magazine yang disampaikan kepada masyarakat luas melalui

media televisi, dan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pembawa Acara, yaitu seseorang yang bertugas membawakan acara

Mata Lelaki di Trans7.

a. Penampilan, yaitu visualisasi menarik yang ditunjukkan oleh

pembawa acara program Mata Lelaki di Trans7 sesuai dengan

(32)

20

b. Kecerdasan, yaitu kemampuan pembawa acara menguasai

berbagai materi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7.

c. Keramahan, yaitu cara pembawa acara program Mata Lelaki

di Trans7 menyapa pemirsa.

d. Jenis suara, yaitu intonasi, artikulasi suara dan gaya bicara

khas yang dimiliki oleh pembawa acara program Mata Lelaki

di Trans7.

2. Narasumber, merupakan orang atau sekumpulan orang yang menjadi

sumber informasi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7.

a. Kapabilitas, yaitu kemampuan narasumber program acara

Mata Lelaki di Trans7 secara akademis maupun pengalaman.

b. Kredibilitas, yaitu kualitas, kapabilitas narasumber program

acara Mata Lelaki di Trans7 sesuai dengan bidang / profesinya

sehingga dapat menimbulkan kepercayaan penonton.

c. Akseptabilitas, yaitu kecocokan narasumber yang hadir pada

program acara Mata Lelaki di Trans7 dengan topik yang

dibahas.

3. Materi acara, yaitu uraian acara yang disuguhkan dalam penayangan

program acara Mata Lelaki di Trans7.

a. Topik pembahasan, yaitu topik yang menarik bagi sasaran

penonton mengenai kehidupan dan komunitas yang

berhubungan dengan pria dewasa.

b. Aktualisasi topik, yaitu topik yang dibahas dalam program

(33)

21

4. Perangkat acara, yaitu seluruh pelaku yang terlibat dalam penayangan

program acara Mata Lelaki di Trans7.

a. Kerjasama tim, yaitu keselarasan komunikasi antara pelaku

yang terlibat dalam penayangan program acara Mata Lelaki di

Trans7.

b. Komunikasi antara perangkat acara, yaitu kekompakan antara

pelaku dalam penyampaian informasi dalam penayangan

program acara Mata Lelaki di Trans7.

5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan program acara Mata Lelaki di

Trans7.

a. Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan program

acara Mata Lelaki di Trans7 dalam satu minggu.

b. Durasi tayangan, yaitu durasi penayangan program acara Mata

Lelaki di Trans7 dalam sekali tayang.

2. Variabel Terikat (Y), yaitu persepsi mahasiswa pria setelah menonton tayangan Mata Lelaki. Yang ingin diteliti adalah apakah terdapat

perubahan persepsi dalam diri mahasiswa pria terhadap topik-topik yang

ditayangkan setelah menonton Mata Lelaki. Persepsi dalam hal ini

meliputi:

a. Sensasi, yaitu adanya rasa tertarik dalam diri responden untuk

menonton tayangan Mata Lelaki, baik yang datang dari iklan

televisi, diberitahu teman, dan sebagainya.

b. Seleksi, yaitu memilih suatu hal dibanding hal-hal sejenis atas

dasar alasan-alasan tertentu. Dalam penelitian ini, responden

(34)

22

dan mengabaikan program televisi lain yang tayang pada jam yang

sama.

c. Atensi, merupakan proses secara sadar maupun tidak sadar dimana

responden mendapatkan informasi-informasi penting yang menjadi

kunci (key information) dari topik yang sedang dibahas dalam

tayangan Mata Lelaki. Hal ini dicapai responden dengan

memberikan perhatian yang fokus terhadap berbagai informasi

yang ditampilkan dalam Mata Lelaki.

d. Interpretasi, merupakan proses mengorganisasikan informasi yang

ada sehingga memiliki arti bagi seseorang. Dalam penelitian ini,

interpretasi merupakan pemahaman responden terhadap

topik-topik yang disajikan dalam tayangan Mata Lelaki.

e. Reaksi, adalah sesuatu yang ditimbulkan sebagai jawaban dari

rangsangan yang diterima. Dalam penelitian ini, reaksi yang

diperkirakan adalah perubahan persepsi responden terhadap

hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan pria dewasa setelah

menonton tayangan Mata Lelaki.

3. Variabel Antara (Z), yaitu karakteristik responden yang meliputi:

a. Departemen atau jurusan tempat responden mengikuti kegiatan

perkuliahan.

b. Frekuensi menonton tayangan, yaitu seberapa sering responden

(35)

23 I.10. HIPOTESIS

Hipotesa adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu

kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar

kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 1988: 182). Hipotesa yang peneliti ajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program televisi

Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di

Fakultas Ekonomi USU.

Ha: Terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program televisi Mata

Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di

(36)

24 I.11. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

I.2 Perumusan Masalah

I.3 Pembatasan Masalah

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.5 Kerangka Teori

I.6 Kerangka Konsep

I.7 Model Teoritis

I.8 Operasional Variabel

I.9 Definisi Operasional

I.10 Hipotesis

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

II.2 Komunikasi Massa

II.3 Media Massa Televisi

II.4 Persepsi

II.5 Teori Uses and Gratification

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian

III.2 Lokasi Penelitian

III.3 Populasi dan Sampel

(37)

25

III.5 Teknik Pengumpulan Data

III.6 Teknik Analisis Data

III.7 Proses Pengolahan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisis Tabel Tunggal

IV.2 Analisis Tabel Silang

IV.3 Uji Hipotesis

IV.4 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

(38)

26 BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini kemudian memaksa

manusia untuk berkomunikasi. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu

kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Wilbur Schramm (1982) menyebut bahwa komunikasi dan masyarakat adalah

dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa

komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka

manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Cangara, 2006: 1).

Harold D. Lasswell (Cangara, 2006: 2-3) menyebutkan terdapat tiga penyebab

yang mendorong manusia untuk berkomunikasi, yaitu:

1. Adanya hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui

komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk

dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang mengancam

alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu

kejadian atau peristiwa, bahkan manusia dapat mengembangkan

pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya maupun melalui

informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi

(39)

27

tanggapan terhadap gejala alam, tetapi juga lingkungan masyarakat tempat

manusia hidup dalam tantangan.

3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu

masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota

masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan

peranan seperti di keluarga, sekolah, pemerintahan, dan media massa.

Karena komunikasi merupakan suatu keinginan dasar yang dibawa oleh setiap

manusia dan bahkan seluruh makhluk hidup, maka dapat dikatakan komunikasi itu

sendiri telah muncul semenjak adanya kehidupan pertama di dunia ini, yang kemudian

mengalami perkembangan cukup pesat semenjak adanya manusia. Komunikasi turut

membentuk peradaban sehingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang ini.

Wilbur Schramm mengatakan istilah komunikasi (communication) berasal dari

bahasa Latin communicatio yang berdasar dari communis yang berarti sama. Dalam

bidang komunikasi, sama ini berarti ‘memiliki kesamaan makna’. Komunikasi adalah

tindakan menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap dari satu orang ke orang yang

lain (Warren, Philip & Edwin, 1988: 34).

Sedangkan Sir Gerald Barry manyatakan bahwa kata communication berasal

dari bahasa Latin communicare yang artinya “berbicara, dialog, berkonsultasi

bersama”, dan kata ini masih memiliki hubungan erat dengan kata communitas yang

artinya “bukan hanya komunitas tapi juga kebersamaan dan keadilan dalam

aktifitas-aktifitas manusia antara yang satu dengan yang lainnya” (Purba, dkk, 2006: 30).

Dapat dilihat Schramm dan Barry memiliki suatu hakekat atau pengertian yang sama

terhadap komunikasi.

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk

(40)

28

pendapat dan sikap. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah

perilaku orang lain (Effendy, 1993: 10).

Charles H. Cooley dalam bukunya The Significance of Communication

berpendapat bahwa dengan komunikasi adalah dimaksud, mekanisme melalui mana

hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambang dari pemikiran dengan

alat-alat penyampaian dan cara menjaganya melalui ruang dan waktu. Ia meliputi

ekspresi muka, sikap dan gesture, nada suara, kata-kata, tulisan, lukisan, kereta api,

telegrap, telepon, dan segala apa yang dapat disebut sebagai hasil usaha menaklukkan

ruang dan waktu (Lubis, 2007: 9).

Berger dan Chaffee (1987) mengemukakan ilmu komunikasi adalah ilmu

pengetahuan tentang produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan

lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan

dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan

pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang (Senjaya, 2007: 1.10).

Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai proses

transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara

kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari

pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh

sumber (Rakhmat, 2007: 2). Definisi ini sejalan dengan definisi komunikasi yang

diungkapkan Berelson dan Steiner (1964), yang menyebutkan bahwa komunikasi

adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui

penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan

lain-lain (Senjaya, 2007: 1.22).

Berdasar pada konsep pemahaman, Anderson (1959) mendefinisikan

(41)

29

orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah

sesuai dengan situasi yang berlaku.

Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of

Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect? atau ‘Siapa mengatakan Apa dengan Saluran

apa kepada Siapa dengan Efek apa?’ (Effendy, 1993: 10).

II.1.1. Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk menggambarkan jalannya proses komunikasi, maka dibuatlah

sebuah model yang dikembangkan oleh Joseph DeVito, K.Sereno dan Erika Vora

yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Komunikasi DeVito

Penjelasan mengenai unsur-unsur dalam proses komunikasi diatas adalah

sebagai berikut:

1. Sumber (source) adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan

untuk berkomunikasi. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan

sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam

komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

UMPAN BALIK

(42)

30

bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau

lembaga.

2. Pesan (message) adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim

kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka

atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan

disampaikan dengan terlebih dahulu melalui proses penyandian

(encoding), yaitu suatu proses internal yang ada dalam diri pengirim

pesan dimana perasaan dirubah kedalam bentuk

sandi/lambang/simbol yang dapat diterima oleh penerima, seperti

melalui suara, gerakan maupun tulisan. Pada saat pesan sampai pada

diri penerima pesan, sandi/lambang/simbol tersebut akan disandi

kembali (decoding) sehingga pesan yang disampaikan memiliki

makna bagi penerima.

3. Media atau saluran (channel) adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat

beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai

bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam

komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media

komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi

seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media

komunikasi.

4. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim

oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa

(43)

31

komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah

akibat dari adanya sumber. Tidak ada penerima apabila tidak ada

sumber.

Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena

penerima merupakan objek yang menjadi sasaran dari komunikasi.

Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan

berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,

apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap,

dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh

juga bisa diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan

pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat

penerimaan pesan.

6. Umpan balik (feedback). Terdapat beberapa anggapan bahwa

umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk pengaruh yang

berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa

juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meskipun

pesan belum sampai pada penerima. Misalnya adalah gangguan

pada saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebelum

pesan sampai kepada penerima. Hal ini menjadi umpan balik yang

diterima oleh sumber.

7. Lingkungan atau situasi, adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

(44)

32

atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial

budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

• Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses

komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan

fisik, misalkan rintangan geografis. Komunikasi seringkali

sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana

tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor

pos atau jalan raya.

• Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya,

ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya

komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan,

adat-istiadat, dan status sosial.

• Dimensi atau lingkungan psikologis adalah pertimbangan

kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya

menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain,

menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak.

Dimensi psikologis ini biasa disebut dimensi interval.

• Dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk

melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi

tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim.

Setiap unsur komunikasi diatas salng bergantung satu sama lainnya. Tanpa

adanya salah satu unsur, akan mempengaruhi jalannya komunikasi secara

(45)

33 II.1.2. Efek Komunikasi

Efek adalah tanggapan, respon, atau reaksi dari komunikan ketika ia atau

mereka menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat dari proses

komunikasi (Effendy, 1989: 16).

Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Efek Kognitif (Cognitive Effect)

Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau

dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,

keterampilan, kepercayaan, atau informasi, misalnya terjadi peningkatan

pengetahuan, kemampuan, intelektual yang semakin baik, wawasan yang

semakin luas, meningkatnya kemampuan menganalisis atau melakukan

evaluasi dan sebagainya.

b. Efek Afektif (Affective Effect)

Timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci

khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai.

Dengan kata lain efek dikategorikan sebagai efek afektif jika menyangkut

perasaan seseorang sesuai dengan ajakan atas himbauan dalam pesan yang

diterima misalnya jika sebelumnya seseorang memiliki sikap tertutup

(overt) dan prejudice interpersonal terhadap orang lain yang berasal dari

luar sistem sosialnya berubah menjadi seseorang yang lebih terbuka dan

bersikap positif dan tidak menaruh curiga setelah berkomunikasi dengan

orang lain misalnya opinion leader-nya.

c. Efek Konatif / Behavioral (Conative Behavioral Effect)

Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola-pola

(46)

34

dari sebuah proses komunikasi yang ditandai adanya perubahan atau

bertambahnya keterampilan yang dimiliki seseorang misalnya cara-cara

mengoperasikan mesin traktor pertanian baru bagi petani, kemampuan

verbal seperti meningkatnya keterampilan berbahasa Inggris, dan

sebagainya.

Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikan belum tentu sama pada

setiap orang. Hal ini terjadi karena manusia memiliki sifat memilih terhadap pesan

informasi. Seperti yang dikatakan oleh Kincaid dan Schramm (1985: 11), yaitu:

sifat memilih yang terkandung dalam proses informasi menunjukkan bahwa tidak

pernah pengalaman dua orang yang manapun tepat sama. Bahkan dua orang yang

kelihatannya saling berbagi pengalaman yang sama tidak akan mengalami semua

hal yang sama pada saat bersamaan. Begitu pula mereka tidak akan melakukan

penafsiran yang sama. Hal ini disebabkan karena orang yang satu memusatkan

perhatian memilih atau memperhatikan hal-hal yang lain.

Selain memilih terhadap informasi, efek komunikasi yang timbul pada diri

komunikan juga biasanya dipengaruhi oleh kerangka referensi (frame of reference)

dan kerangka pengalaman (frame of experience). Dalam rangka referensi segala

hal-hal baru akan diletakkan, tiap kali pengalaman-pengalaman baru itu datang.

Dengan demikian bila seseorang itu dirangsang oleh suatu pesan, maka pesan itu

dikonfrontasikan dengan referensi, apakah kemudian semua pesan itu akan

diterima atau ditolak.

II.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi dalam menyampaikan

(47)

35

a. Tujuan Komunikasi

1) Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2) Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

3) Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

4) Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

b. Fungsi Komunikasi

1) Menginformasikan (to inform)

2) Mendidik (to educate)

3) Menghibur (to entertain)

4) Mempengaruhi (to influence)

II.2. KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi memiliki banyak jenis dan ragam, tergantung dari media, isi

pesan, kondisi komunikator dan komunikan, dan sebagainya. Komunikasi massa

merupakan salah satu jenis kegiatan komunikasi yang memungkinkan pesan atau

informasi untuk dapat diterima secara serentak dalam suatu waktu dan tempat, dengan

menggunakan media penghubung tertentu. Massa dalam komunikasi massa merujuk

pada sifat khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Komunikasi massa adalah proses menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap

kepada audiens yang luas dan beragam melalui penggunaan media yang

dikembangkan untuk tujuan tersebut (Warren, Philip & Edwin, 1988: 35).

Komunikasi massa merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang di

dalamnya meliputi hubungan antara publik dan sarana saluran. Beberapa aspek di

dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi yang

(48)

36

Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi

yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling

luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Elvinaro, 2004: 4).

Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) mendefinisikan pengertian

komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara

massal/tidak sedikit disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan

heterogen (Nurudin, 2004: 11).

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka komunikasi massa dapat diartikan

sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama

dapat diterima secara serentak dan dalam waktu bersamaan.

II.2.1. Karakteristik Komunikasi Massa

Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk

melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi

massa (Effendy, 1993:81-83), yaitu:

a. Komunikasi massa bersifat umum

Yaitu pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah

terbuka untuk semua orang.

b. Komunikan bersifat heterogen

Yaitu massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang

heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam

kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam,

berasal dari berbagai lapisan masyarakat, dan sebagainya.

(49)

37

Yaitu keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam

jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut berada dalam

keadaan terpisah.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi

Karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang

dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai

komunikator.

II.2.2. Proses Komunikasi Massa

Proses komunikasi massa dapat dipahami dengan menjawab pertanyaan

sebagai berikut: Siapa (Who), Berkata Apa (Says What), Melalui Saluran Apa (In

Which Channel), Kepada Siapa (To Whom), dan Dengan Efek Apa (With What

Effect?).

Ungkapan dalam bentuk pertanyaan yang dikenal sebagai Formula Laswell

ini, meskipun sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena

komunikasi massa, telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur

pada kajian terhadap komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan

komponen-komponen dalam proses komunikasi massa, Laswell sendiri menggunakan formula

ini untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Adapun penerapan

Formula Laswell dalam komunikasi massa dapat dilihat dalam visualisasi berikut

(50)

38

Gambar 2.2

Proses Komunikasi Massa Lasswell

II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut (Bungin, 2009: 79-81):

a. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan

untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya.

Fungsi pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun

kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan

untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan.

b. Fungsi Social Learning

Gambar

Tabel 1.1. Operasional Variabel
Gambar 2.1 Model Komunikasi DeVito
Gambar 2.2 Proses Komunikasi Massa Lasswell
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi frekuensi persepsi responden tentang ekspresi wajah Soimah Pancawati dalam membawakan program acara talkshow "Show Imah" di trans TV sangat

analisis pergeseran kepercayaan masyarakat Kelurahan Pengajaran dalam menonton program acara mistik pada hal-hal mistik adalah dampak kognitif yaitu kemampuan

Hasil yang didapat dari penelitian ini menyatakan bahwa isi pesan acara Mata Lelaki menjustifikasi pandangan yang dibawa oleh Mata Lelaki sebagai pandangan

Persepsi khalayak terhadap acara Target dan Strategi diukur dengan menggunakan kuesioner persepsi yang terdiri dari aspek-aspek dari persepsi terhadap suatu acara yaitu

Persepsi pencinta airsoftgun terhadap Acara Target dan Strategi di televisi dikatakan positif yang pada akhirnya hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat persepsi

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengetahui bahwa para responden hampir sebagian besar ternyata berpendapat bahwa acara wide shot di metro TV dapat memenuhi

Pada penyusunan skripsi ini peneliti mengambil judul “Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Pembawa Acara Bukan Empat Mata di stasiun televisi TRANS7 Bul an Juni 2014”.. Peneliti

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara frekuensi, durasi dan intensitas menonton acara Tupperware She Can di Trans 7 dengan persepsi ibu rumah