SKRIPSI
PROGRAM ACARA MATA LELAKI DAN PERSEPSI MAHASISWA
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara “Mata
Lelaki” di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)
Diajukan oleh:
BOYKE FREDERICK
080904076
Program Studi Hubungan Masyarakat
Ilmu Komunikasi
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul “Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh program acara Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008. Adapun teori-teori berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah teori komunikasi, komunikasi massa, media massa televisi, persepsi dan uses and gratification theory.
Dalam penelitian ini digunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel dengan faktor berkaitan dengan variabel faktor lain. Variabel yang diteliti adalah variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah persepsi mahasiswa pria program S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pria program studi S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008 meliputi Departemen Ekonomi Pembangunan, Departemen Ekonomi Manajemen, dan Departemen Ekonomi Akuntansi yang pernah menonton program acara Mata Lelaki minimal 2 kali, yaitu sebanyak 44 orang. Karena populasi yang sedikit, maka keseluruhan populasi dijadikan subjek penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan pengumpulan data di lapangan meliputi kuesioner dan wawancara sebagai pelengkap.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang. Kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa yang menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) dan uji signifikasi menggunakan rumus t.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah memberikan penulis kesempatan, kesehatan, semangat dan berbagai kemudahan dalam penulisan skripsi ini dari awal sampai selesai, guna meraih gelar sarjana.
Penulis menyadari didalam skripsi berjudul Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca skripsi ini, sehingga dilain waktu penulis bisa menyusun karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Penulis tak lupa ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbaik hati dan merelakan waktunya untuk membantu dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini:
1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.
2. Drs. Zakaria, M.S.P selaku Pembantu Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.
3. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi USU, Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A., dan Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi USU, Dra. Dayana, M.Si.
4. Drs. Mukti Sitompul, M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan dukungan moral sehingga penulis dapat berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan skripsi ini. 5. Dra. Mazdalifah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik, yang setiap
semester selalu membimbing penulis dan memberi motivasi.
6. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terima kasih atas segala ilmu yang telah bapak dan ibu berikan selama penulis menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi.
7. Kepada seluruh staf departemen Ilmu Komunikasi, Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang selalu dengan ramah memberi informasi.
8. Kepada seluruh staf PD III Fakultas Ekonomi USU atas bantuannya saat mengurus surat izin penelitian.
9. Kak Anim dan Kak Puan atas segala tawa dan ceritanya.
10.Marinus Iskandar Rondberg, papa yang telah membesarkan aku dan selalu menjadi motivasi terbesarku untuk terus maju, juga kakak-kakak-ku; Imelda Stephany Rondberg dan Grace Elizabeth Rondberg, serta adikku Adisti Namira atas seluruh cinta dan dukungan, doa dan kasih sayangnya.
11.Kedua abang iparku, Aznir Putra Rizki Margolang dan Idham Chalik atas segala bentuk dukungannya.
12.Sahabat-sahabatku, Duti Marcyola, Firsty Putri, Dwiko Surya, Darmawan Yap, Lia Vikawa dan Frydo Faisal. Terima kasih sudah menjadi teman dalam suka dan duka, berbagi cerita dan tumbuh dewasa bersama.
13.Teman-teman seperjuangan di jurusan Ilmu Komunikasi; Josefine, Mawi, Kak Inda, Tina, Jeffry, Yan, Melissa, ViZaBinKa, Ande, Ika, Bang Arivan Folando dan Kak Pupu.
iii
15.Kepada Agung Hawari serta mbak-mbak jutek atas bantuannya saat penelitian lapangan.
Terima kasih banyak atas apa yang telah diberikan selama ini kepada penulis dan semoga Allah membalas segala kebaikan pada yang disebutkan namanya diatas. Amin.
Medan, Maret 2012
iv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN...x
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1
I.2. Perumusan Masalah... 5
I.3. Pembatasan Masalah... 6
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
I.4.1. Tujuan Penelitian... 6
I.4.2. Manfaat Penelitian... 7
I.5. Kerangka Teori... 7
I.5.1. Komunikasi... 8
I.5.2. Komunikasi Massa... 9
I.5.3. Media Massa Televisi... 11
I.5.4. Persepsi... 13
I.5.5. Teori Uses and Gratification... 15
I.6. Kerangka Konsep... 16
I.7. Model Teoritis... 18
I.8. Operasional Variabel... 18
I.9. Definisi Operasional... 19
I.10. Hipotesis... 23
v BAB II URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi... 26
II.1.1. Unsur-Unsur Komunikasi... 29
II.1.2. Efek Komunikasi... 33
II.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi... 34
II.2. Komunikasi Massa... 35
II.2.1. Karakteristik Komunikasi Massa... 36
II.2.2. Proses Komunikasi Massa... 37
II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa... 38
II.2.4. Efek Komunikasi Massa... 40
II.3. Media Massa Televisi... 44
II.3.1. Sejarah Media Televisi... 44
II.3.2. Fungsi-Fungsi Televisi... 46
II.3.3. Karakteristik Tayangan Televisi... 47
II.3.4. Jenis-Jenis Tayangan Televisi... 50
II.3.5. Tayangan Magazine... 51
II.4. Persepsi... 51
II.4.1. Karakteristik Persepsi... 52
II.4.2. Komponen Persepsi... 54
II.5. Teori Uses and Gratification... 55
II.5.1. Perkembangan Teori Uses and Gratification... 56
II.5.2. Asumsi Dasar Teori Uses and Gratification... 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian... 60
III.2. Lokasi Penelitian... 60
III.2.1. Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi USU... 60
III.2.2. Visi dan Misi Fakultas Ekonomi USU... 61
vi
III.2.4. Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi USU... 62
III.3. Populasi dan Sampel... 64
III.3.1. Populasi... 64
III.3.2. Sampel... 65
III.4. Teknik Penarikan Sampel... 65
III.5. Teknik Pengumpulan Data... 66
III.6. Teknik Analisis Data... 67
III.7. Proses Pengolahan Data... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal... 72
IV.1.1. Karakteristik Responden... 72
IV.1.2. Program Acara Mata Lelaki / Variabel Bebas (X)... 73
IV.1.3. Persepsi Mahasiswa Pria / Variabel Terikat (Y)... 82
IV.2. Analisis Tabel Silang... 89
IV.3. Uji Hipotesis... 95
IV.4. Pembahasan... 100
BAB V KESIMPULAN V.1. Kesimpulan... 103
V.2. Saran... 104
vii DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Model Teoritis... 18
Gambar 2.1. Model Komunikasi DeVito... 29
viii DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Operasional Variabel... 18
Tabel 3.1. Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi USU... 63
DAFTAR TABEL BAB IV
Tabel 4.1. Program Studi... 72
Tabel 4.2. Frekuensi Menonton Tayangan... 73
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Kesesuaian Penampilan
Host Program Acara Mata Lelaki dengan Isi Tayangan... 73 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Penguasaan Host Mata Lelaki
Mengenai Topik yang Dibahas...74
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Keramahan Host Mata Lelaki dalam Menyapa Pemirsa... 75
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Penggunaan Intonasi, Artikulasi Suara serta Gaya Bicara Yang Menarik Oleh Host Mata Lelaki... 75
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Kemampuan Narasumber Menjelaskan Materi yang Berhubungan Dengan Topik Sesuai
Pengalaman Maupun Bidang Akademisnya... 76
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Keahlian Narasumber... 77
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Kecocokan Antara Topik dan Narasumber yang Dihadirkan... 77
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Menarik Atau Tidaknya
Topik yang Dihadirkan Dalam Program Acara Mata Lelaki... 78
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Aktual Atau Tidaknya Topik yang Dihadirkan dalam Acara Mata Lelaki... 78
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Kerjasama Tim dan
Pengemasan Acara Mata Lelaki... 79
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Komunikasi Antar Pelaku Dalam Program Acara Mata Lelaki... 80
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Frekuensi Penayangan
Program Acara Mata Lelaki... 80
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Durasi Penayangan
ix
Tabel 4.16. Ketertarikan Menonton Program Acara Mata Lelaki... 82
Tabel 4.17. Ketertarikan Terhadap Topik-Topik Bahasan Dalam Program
Acara Mata Lelaki... 82
Tabel 4.18. Program Acara Mata Lelaki Sebagai Prioritas Kegiatan yang
Dilakukan... 83
Tabel 4.19. Program Acara Mata Lelaki Sebagai Prioritas Acara Dalam
Aktifitas Menonton Televisi... 84
Tabel 4.20. Fokus Memperhatikan Informasi-Informasi Dalam Program
Acara Mata Lelaki... 85
Tabel 4.21. Informasi Penting yang Didapat Dari Menonton Program Acara
Mata Lelaki... 85
Tabel 4.22. Tingkat Pemahaman Terhadap Topik Bahasan Dalam Program
Acara Mata Lelaki... 86
Tabel 4.23. Kemudahan Topik Bahasan Dalam Program Acara Mata Lelaki
Untuk Dipahami... 87
Tabel 4.24. Pengetahuan Responden Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan
dengan Lelaki Dewasa... 87
Tabel 4.25. Perubahan Persepsi Responden Terhadap Topik yang Disajikan
Setelah Menonton Program Acara Mata Lelaki... 88
Tabel 4.26. Hubungan antara penampilan host dengan ketertarikan responden untuk menonton program acara Mata Lelaki... 90
Tabel 4.27. Hubungan antara keahlian narasumber dalam menyampaikan materi dengan banyaknya informasi yang didapat oleh responden saat menonton program acara Mata Lelaki... 91
Tabel 4.28. Hubungan antara menarik atau tidaknya topik yang dihadirkan dengan kemampuan responden untuk memahami topik-topik yang dihadirkan dalam program acara Mata Lelaki... 93
Tabel 4.29. Hubungan antara antara durasi penayangan program acara Mata Lelaki dengan perubahan persepsi dalam diri responden terhadap hal-hal yang berhubungan dengan lelaki dewasa... 94
x
DAFTAR LAMPIRAN
Biodata Penulis... Lampiran 1
Surat Permohonan Penelitian... Lampiran 2
Surat Keterangan Penelitian... Lampiran 3
Lembar Bimbingan Skripsi... Lampiran 4
Kuesioner... Lampiran 5
FC Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa... Lampiran 6
i ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul “Program Acara Mata Lelaki dan Persepsi Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penayangan Program Acara Mata Lelaki di Stasiun Televisi Trans7 Terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Medan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh program acara Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008. Adapun teori-teori berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah teori komunikasi, komunikasi massa, media massa televisi, persepsi dan uses and gratification theory.
Dalam penelitian ini digunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel dengan faktor berkaitan dengan variabel faktor lain. Variabel yang diteliti adalah variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah persepsi mahasiswa pria program S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pria program studi S1 Fakultas Ekonomi USU angkatan 2008 meliputi Departemen Ekonomi Pembangunan, Departemen Ekonomi Manajemen, dan Departemen Ekonomi Akuntansi yang pernah menonton program acara Mata Lelaki minimal 2 kali, yaitu sebanyak 44 orang. Karena populasi yang sedikit, maka keseluruhan populasi dijadikan subjek penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan pengumpulan data di lapangan meliputi kuesioner dan wawancara sebagai pelengkap.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang. Kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa yang menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) dan uji signifikasi menggunakan rumus t.
1 BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Komunikasi, merupakan salah satu elemen penting yang sangat dibutuhkan
oleh seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi,
individu-individu tidak dapat berinteraksi satu sama lain, dan terisolasi dalam dirinya saja.
Komunikasi memungkinkan adanya pertukaran informasi, perasaan, dan keinginan
yang pada akhirnya akan turut menentukan perkembangan seseorang dan dunia di
sekitarnya.
Komunikasi berkembang seiring dengan peradaban manusia, dan turut
mendorong perkembangan dunia sampai pada saat ini. Salah satu bentuk komunikasi
yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan dunia adalah komunikasi
massa. Komunikasi massa mulai berkembang pada awal abad ke-20 dimana
masyarakat Barat melakukan percobaan untuk mengembangkan teknik komunikasi
yang paling luas, diikuti dengan pengembangan radio rumah tangga pada tahun
1920-an d1920-an televisi rumah t1920-angga pada tahun 1940-1920-an (Nurudin, 2004: 57). Komunikasi
massa berbeda dengan komunikasi lainnya, dimana saluran yang digunakan adalah
media massa yang memiliki daya jangkau lebih luas dibanding saluran komunikasi
lainnya. Saluran media ini terbagi atas media cetak dan juga media elektronik. Media
cetak merupakan jenis media konvensional yang pada saat ini mulai kurang diminati
oleh masyarakat, dan memiliki daya jangkau yang relatif kecil pada suatu daerah
tertentu. Media elektronik memiliki daya jangkau yang jauh lebih luas, dan didukung
2
dan bervariasi. Hal ini menyebabkan media elektronik khususnya televisi lebih
diminati pada masa sekarang ini.
Di Indonesia sendiri perkembangan media televisi sudah dimulai sejak tahun
1962 dengan dibangunnya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang berfungsi
meliput kegiatan Asian Games ke-4 pada saat itu, dan mulai mengudara pada 19
Agustus 1962. TVRI kemudian menjadi stasiun televisi tunggal sampai pada tahun
1989 dimana pemerintah mengizinkan stasiun televisi swasta untuk mengudara.
Stasiun televisi swasta pertama Indonesia yaitu RCTI mulai mengudara pada tahun
1989 disusul SCTV pada tahun yang sama dan TPI dua tahun kemudian. Seiring
dengan semakin populernya televisi di tanah air, sekarang masyarakat Indonesia telah
dapat menikmati beragam siaran televisi baik dari stasiun televisi nasional seperti
Indosiar, MNC TV, Trans TV (Televisi Transformasi Indonesia), Global TV, ANTV
(Cakrawala Andalas Televisi), RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), SCTV
(Surya Citra Televisi), Metro TV, TV One, Trans7, TVRI, dan berbagai televisi lokal
seperti SunTV, Deli TV, Kompas TV, B Channel, SpaceToon, DAAI TV, dan masih
banyak lagi.
Sama seperti jenis media massa lainnya, televisi juga memiliki fungsi-fungsi
sebagaimana dinyatakan oleh Effendy, yaitu memberi informasi ataupun penerangan,
mendidik, dan menghibur (Effendy, 2007: 27). Dalam prakteknya, fungsi hiburan
lebih dipentingkan oleh para penyedia tayangan dan masyarakat, hal ini tidak terlepas
dari pola pikir masyarakat yang masih menganggap televisi sebagai sumber hiburan
dan bukan sumber informasi. Sedangkan secara teoritis, fungsi televisi yang paling
penting adalah memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai suatu
peristiwa atau fenomena dalam bentuk berita sehingga terbentuk suatu kewaspadaan
3
membentuk tayangan yang menghadirkan informasi dengan cara yang juga
menghibur, seperti jenis acara-acara feature, magazine, dan spot. Di antara ketiga
jenis tayangan ini, tayangan magazine lebih unik karena tampilannya yang tidak
membosankan dengan format seperti video magazine.
Tayangan atau program magazine adalah tayangan yang didalamnya terdapat
rubrik-rubrik tetap berisi bahasan-bahasan. Sekilas tayangan magazine mirip dengan
jenis tayangan feature, hanya saja pada tayangan feature satu pokok permasalahan
dibahas dari berbagai aspek, sedangkan pada tayangan magazine yang dibahas bukan
hanya satu topik permasalahan, melainkan satu bidang kehidupan. Tayangan
magazine biasanya berdurasi antara 30 menit sampai 50 menit, dan setiap rubrik
didalamnya dapat disajikan dengan format yang berbeda-beda seperti wawancara,
uraian, pergelaran, dan sebagainya. Hampir sama dengan feature, sajian program
magazine diantarkan oleh satu atau dua presenter yang sekaligus menjadi penghubung
antara rubrik yang satu dengan rubrik yang lain. Tayangan magazine bukanlah
tayangan berita, oleh karena itu gaya sajian, penampilan dan kostum presenter juga
perlu disesuaikan dengan spesifikasi tayangan itu (Wibowo, 1997: 133)
Di Indonesia terdapat beberapa tayangan yang mengusung format magazine,
seperti Socialites di TV One, Black In News di ANTV, dan sebagainya. Salah satu
stasiun televisi yang paling banyak memiliki tayangan dengan format magazine
adalah Trans7. Trans7 berdiri pada 22 Maret 2000 dengan nama PT. Duta Visual
Nusantara Tivi Tujuh (TV7) dan berganti nama menjadi Trans7 pada tanggal 15
Desember 2006 setelah menjadi naungan PT. Trans Corporation. Trans7 berkomitmen
untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program
informasi yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. Komitmen
4
sedikit berbeda dengan format acara sejenis lainnya yang lebih berfokus pada
pengetahuan dan wawasan. Komitmen ini kemudian dituangkan kedalam bentuk
tayangan magazine bertemakan gaya hidup dengan target audiens dewasa dan materi
pembahasan yang lebih sensual serta menggelitik rasa ingin tahu, yang diberi nama
“Mata Lelaki”.
Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa yang merupakan sebuah bentuk
magazine hasil kerjasama Trans7 dengan komunitas IMAJI BUMI FILMS. Tayangan
ini menampilkan sebuah persepsi sebagian laki-laki mengenai segala hal yang
menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala hal tentang wanita.
Sebuah persepsi mengenai keseksian seorang wanita, dan segala hal yang
mengelilinginya. Persepsi ini akan diambil dari data riset, yang telah dilakukan oleh
berbagai lembaga, dan mudah diakses oleh banyak orang
Lelaki tayang sejak 30 Juni 2010, mengambil durasi sekitar 30 menit dalam sekali
penayangan episode dan tayang setiap hari Selasa pukul 00.15 WIB. Sesuai dengan
tema gaya hidup dewasa yang diusung, Mata Lelaki dipandu oleh seorang host
bernama Putri Anggraini yang selalu membawakan acara ini dengan balutan pakaian
sensual. Selain itu Mata Lelaki selalu menghadirkan topik-topik seputar pria dewasa
seperti kehidupan malam dan kehidupan seks yang dikupas secara gamblang dan
sensual. Disamping topik-topik dalam kategori dewasa, terkadang Mata Lelaki
mengangkat topik yang ringan misalnya komunitas-komunitas unik, hobi, game,
budaya pop, musik, dan sebagainya namun topik-topik ini selalu dihadirkan dengan
sudut pandang yang tidak biasa, yaitu sudut pandang pria dewasa. Mata Lelaki
seolah-olah ingin menunjukkan ragam karakter dan kegiatan pria yang terkadang kurang
5
Setiap topik yang diangkat dalam Mata Lelaki selalu dimulai dengan
gambaran topik secara umum dan garis besar, lalu seiring berjalannya tayangan akan
semakin khusus membahas topik secara mendalam dari sudut pandang pria dewasa.
Pembahasan topik juga disertai pendapat orang-orang yang berkompeten di bidang
yang berhubungan dengan topik yang sedang diangkat, dan penyampaian informasi
selalu ditampilkan dalam bentuk narasi, baik oleh narator maupun host. Mata Lelaki
juga mempertahankan netralitas dalam mengangkat sebuah topik, dan menyerahkan
penilaian terhadap topik yang diangkat kepada pemirsa. Hal ini tentunya akan memicu
persepsi yang beragam dari kalangan masyarakat yang menonton Mata Lelaki,
termasuk dari kalangan mahasiswa pria yang sudah termasuk ke dalam target
audience acara ini.
Dalam penelitian ini, sampel diambil dari kalangan mahasiswa pria Fakutas
Ekonomi program studi sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara stambuk 2008.
Adapun pilihan ini diambil karena melihat adanya kedekatan gaya hidup antara
mahasiswa Fakultas Ekonomi USU dengan apa yang ditampilkan di acara Mata
Lelaki. Stambuk 2008 dipilih karena dianggap sudah lebih dewasa dalam hal berpikir.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh program acara Mata Lelaki di stasiun televisi Trans7 terhadap
persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara stambuk 2008.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat
6
Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara di Medan”
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas
dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Agar permasalahan tidak
melebar, maka perlu pembatasan yang akan berkaitan dengan teori rumusan masalah
yang akan menempatkan variabel yang akan diteliti. Dengan adanya pembatasan
masalah, subjek penelitian akan semakin kecil ruang lingkupnya dan sangat
membantu peneliti untuk mengalirkan instrumen penelitian.
Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Fokus penelitian yakni tayangan Mata Lelaki yang memiliki karakteristik
pada pembawa acara, narasumber, materi acara, perangkat acara, dan
waktu tayang.
2. Persepsi dalam penelitian ini dilihat melalui komponen-komponen seleksi,
sensasi, atensi, interpretasi, dan reaksi.
3. Penelitian ini terbatas pada mahasiswa pria program sarjana (S1) di
Fakultas Ekonomi USU Medan stambuk 2008 yang pernah menonton
Tayangan Mata Lelaki di Trans7 minimal 2 (dua) kali.
4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2012.
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian
7
1. Untuk mengetahui ketertarikan mahasiswa pria program sarjana (S1)
Fakultas Ekonomi USU Medan terhadap program Mata Lelaki di Trans7.
2. Untuk mengetahui intensitas menonton program acara Mata Lelaki di
kalangan mahasiswa pria.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penayangan program acara Mata
Lelaki di Trans7 terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1)
Fakultas Ekonomi USU di Medan.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian di FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis
peneliti selama mengikuti studi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
I.5. KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau
menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39-40).
Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruks (konsep), definisi dan
8
relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat,
1991: 6)
Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah komunikasi,
komunikasi massa, media massa televisi, persepsi, serta teori penggunaan dan
pemenuhan kepuasan (uses and gratification theory).
I.5.1. Komunikasi
Istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin
communicatio yang berdasar dari communis yang berarti sama. Dalam bidang
komunikasi, sama ini berarti ‘memiliki kesamaan makna’. Komunikasi adalah
tindakan menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap dari satu orang ke orang
yang lain (Warren, Philip & Edwin, 1988: 34).
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses mengubah perilaku orang lain (Effendy, 1993: 10).
Charles H. Cooley dalam bukunya The Significance of Communication
berpendapat bahwa dengan komunikasi adalah dimaksud, mekanisme melalui
mana hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambang dari pemikiran
dengan alat-alat penyampaian dan sara menjaganya melalui ruang dan waktu. Ia
meliputi ekspresi muka, sikap dan gesture, nada suara, kata-kata, tulisan, lukisan,
kereta api, telegrap, telepon, dan segala apa yang dapat disebut sebagai hasil usaha
menaklukkan ruang dan waktu (Lubis, 2007: 9).
Berger dan Chaffee (1987) mengemukakan ilmu komunikasi adalah ilmu
pengetahuan tentang produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan
9
dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang (Senjaya, 2007: 1.10).
Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai proses
transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara
kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari
pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh
sumber (Rakhmat, 2007: 2).
Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of
Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect? atau ‘Siapa mengatakan Apa dengan Saluran
apa kepada Siapa dengan Efek apa?’ (Effendy, 1993: 10).
I.5.2. Komunikasi Massa
Komunikasi memiliki banyak jenis dan ragam, tergantung dari media, isi
pesan, kondisi komunikator dan komunikan, dan sebagainya. Komunikasi massa
merupakan salah satu jenis kegiatan komunikasi yang memungkinkan pesan atau
informasi untuk dapat diterima secara serentak dalam suatu waktu dan tempat,
dengan menggunakan media penghubung tertentu. Massa dalam komunikasi massa
merujuk pada sifat khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.
Komunikasi massa adalah proses menyampaikan informasi, ide-ide, dan
sikap kepada audiens yang luas dan beragam melalui penggunaan media yang
dikembangkan untuk tujuan tersebut (Warren, Philip & Edwin, 1988: 35).
Komunikasi massa merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang di
dalamnya meliputi hubungan antara publik dan sarana saluran. Beberapa aspek di
10
yang secara keseluruhan masuk kepada kelompok organisasi massa (Lubis, 2007:
33).
Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi
yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Elvinaro, 2004: 4).
Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) mendefinisikan pengertian
komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi
secara massal/tidak sedikit disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas,
anonim dan heterogen (Nurudin, 2004: 11).
Severin & Tankard dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses menyatakan komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu, keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk memperbuat berbagai hal menjadi lebih baik (Darwanto, 2007: 30).
Selain definisi-definisi diatas, terdapat sebuah definisi yang dikemukakan
oleh Wright yang diyakini dapat menggambarkan komunikasi massa secara
lengkap, yaitu: komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang memiliki
karakteristik-karakteristik seperti sifatnya yang diarahkan pada audiens yang relatif
besar dan heterogen; pesan disampaikan secara umum, seringnya pesan ini
mencapai audiens dalam waktu yang bersamaan; dan komunikator biasanya
11 I.5.3. Media Massa Televisi
Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan
medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian
baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya
perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke daerah
terpencil (Wibowo, 1997: 1).
Dari antara semua jenis media massa, televisi merupakan bentuk media
yang paling populer di antara masyarakat sekaligus menjadi media yang paling
banyak digunakan. Penonton televisi terdiri dari kelompok-kelompok yang
beragam dengan berbagai latar belakang, memiliki minat, kebutuhan dan kebiasaan
yang berbeda. Oleh karena itu, stasiun televisi harus cermat dalam menyajikan
tayangan yang sesuai dengan kebutuhan penontonnya.
Siaran pertama televisi dilangsungkan oleh stasiun televisi NBC pada tahun
1939 yang menampilkan Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt
dalam acara World’s Fair di New York. Di Indonesia sendiri, siaran televisi
pertama sekali digunakan untuk meliput acara Sea Games ke-4 yang berlangsung
tahun 1962.
Terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi (Baksin,
2006: 63-68), yaitu:
1. Penampilan penyaji berita atau host.
Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara.
Menurut RM Hartoko, ada beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu:
a. Penampilan yang baik dan perlu didukung pula oleh watak dan pengalaman. b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa,
12
c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. Penampilan penyiar di layar televisi harus tetap disertai dengan sopan-santun perjumpaan supaya tidak menyinggung perasaan rata-rata pemirsa.
d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap, yaitu suara yang menimbulkan kepercayaan, meyakinkan bagi yang mendengarnya, sehingga membuat pemirsa memperhatikan apa yang dikatakan.
2. Narasumber
Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. R. Fadli (2002) menyebutkan bahwa seorang narasumber yang baik harus memiliki hal-hal berikut:
a. Memiliki kapabilitas, yaitu kemampuan yang meliputi bidang akademis maupun pengalaman.
b. Memiliki kredibilitas, meliputi kualitas, kapabilitas, atau kekuatan sehingga menimbulkan kepercayaan.
c. Memiliki akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.
3. Materi Acara
Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan (Wibowo, 1997: 48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui sampai seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu: a. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan
diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat.
b. Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat dibicarakan masyarakat.
4. Perangkat Acara
Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 1997: 37). Perangkat acara merupakan orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual terhadap khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim
b. Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor ataupun visualisasi.
5. Waktu tayang
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayangan juga perlu memperhatikan:
a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat acara tersebut.
13 I.5.4. Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal
dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil. Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat
untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan,
pendengaran, peraba dan sebagainya. Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah
kesadaran atau kognisi (Sarwono, 2002: 94).
Persepsi juga merupakan sekumpulan tindakan mental yang mengatur
impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna (Wade & Carol, 2007: 193).
Desiderato (1976) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
inderawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian
dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak
hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori
(Rakhmat, 2007: 51).
Menurut Leavitt (Sobur, 2003: 445) persepsi dalam arti sempit ialah
penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas
ialah padangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Sedangkan De Vito (Sobur, 2003: 445) mengemukakan
persepsi sebagai proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
mempengaruhi indra kita. Gulo (Sobur, 2003: 445) juga mendefinisikan persepsi
sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya
14
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh setiap orang melalui informasi
ataupun rangsangan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Segala rangsangan ini
diterima oleh panca-panca indra untuk kemudian diproses.
Dalam Sobur (2003: 446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga
komponen utama yaitu:
1. Seleksi, merupakan proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti
bagi seseorang. Interpretasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi
informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3. Reaksi, merupakan persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi.
Sedangkan menurut Deddy Mulyana (2005: 168-170), persepsi meliputi:
1. Penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera (indera peraba, indera penglihat,
indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar). Sensasi merujuk pada
pesan yang dikirimkan ke otak melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan,
penciuman dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah penghubung antara otak
manusia dan lingkungan sekitar.
2. Atensi. Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan
kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dahulu mempehatikan
15
3. Interpretasi, merupakan tahap yang paling penting dalam persepsi. Kita tidak dapat
menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan
menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut.
I.5.5. Teori Uses and Gratification
Teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Uses and Gratification
Theory) merupakan salah satu teori yang terdapat dalam bidang komunikasi,
khususnya komunikasi massa. Dalam teori ini yang menjadi titik berat adalah
pemirsa, dimana pemirsa dilihat sebagai individu yang bebas dan bertanggung
jawab dalam memilih media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi
kebutuhan mereka, dan mereka mengetahui dengan spesifik kebutuhannya dan cara
apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Herbert Blumer dan Elihu
Katz (1974) dalam bukunya The Uses of Mass Communications: Current
Perspectives on Gratification Research, dimana dalam buku tersebut mereka
menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari
sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya (Nurudin,
2004: 181).
Teori ini merupakan kebalikan dari teori peluru yang menyatakan media
sangat aktif dan sangat powerfull sementara khalayak berada di pihak yang pasif
dan hanya dapat menerima apa yang disampaikan oleh media. Sedangkan dalam
teori uses and gratification dilakukan sebuah pendekatan yang lebih manusiawi
dimana khalayak itu bersifat aktif dan dapat dengan bebas memilih media mana
16 I.6. KERANGKA KONSEP
Konsep sebenarnya adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu
yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin,
2001: 73).
Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan
jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas (Nazir, 1988: 148).
Sedangkan Kerlinger (1986) menyebut konsep sebagai abstraksi yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, konsep merupakan
sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Rachmat, 2008: 17).
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas ada beberapa konsep
yang harus dioperasionalkan menjadi:
1. Variabel Bebas (X) atau Independence Variable
Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi adanya
variabel yang lain (Nawawi, 1995: 41).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penayangan program acara
Mata Lelaki di Trans7, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pembawa Acara
a. Penampilan
b. Kecerdasan
c. Keramahan
d. Jenis suara
2. Narasumber
a. Kapabilitas
17
c. Akseptabilitas
3. Materi Acara
a. Topik Pembahasan
b. Aktualisasi Topik
4. Perangkat Acara
a. Kerjasama tim
b. Komunikasi antara perangkat acara
5. Waktu Penayangan
a. Frekuensi Penayangan
b. Durasi Penayangan
2. Variabel Terikat (Y) atau Dependence Variable
Variabel terikat adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
di dalamnya yang adanya ditentukan atau dipengaruhi oleh adanya
variabel yang lain (Nawawi, 1995: 42).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa pria, dan
indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Sensasi
b. Seleksi
c. Atensi
d. Interpretasi
e. Reaksi
18
Variabel antara adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor
di dalamnya yang tidak perlu dikontrol, karena diperhitungkan
pengaruhnya pada variabel bebas (Nawawi, 1995: 44).
Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, dan
indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Departemen
b. Frekuensi Menonton Tayangan
I.7. MODEL TEORITIS
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep
kemudian dapat dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:
Gambar 1.1 Model Teoritis
I.8. OPERASIONAL VARIABEL
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas,
maka untuk mempermudah penelitian perlu dibuat operasional variabel-variabel
sebagai berikut:
Tabel 1.1. Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)
19 Karakteristik Responden 1. Departemen
2. Frekuensi Menonton Tayangan
I.9. DEFINISI OPERASIONAL
Defenisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut mengenai
konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Untuk
memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional
maka dibuat beberapa defenisi operasional sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X) yaitu tayangan Mata Lelaki, sebuah tayangan berjenis magazine yang disampaikan kepada masyarakat luas melalui
media televisi, dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pembawa Acara, yaitu seseorang yang bertugas membawakan acara
Mata Lelaki di Trans7.
a. Penampilan, yaitu visualisasi menarik yang ditunjukkan oleh
pembawa acara program Mata Lelaki di Trans7 sesuai dengan
20
b. Kecerdasan, yaitu kemampuan pembawa acara menguasai
berbagai materi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7.
c. Keramahan, yaitu cara pembawa acara program Mata Lelaki
di Trans7 menyapa pemirsa.
d. Jenis suara, yaitu intonasi, artikulasi suara dan gaya bicara
khas yang dimiliki oleh pembawa acara program Mata Lelaki
di Trans7.
2. Narasumber, merupakan orang atau sekumpulan orang yang menjadi
sumber informasi dalam program acara Mata Lelaki di Trans7.
a. Kapabilitas, yaitu kemampuan narasumber program acara
Mata Lelaki di Trans7 secara akademis maupun pengalaman.
b. Kredibilitas, yaitu kualitas, kapabilitas narasumber program
acara Mata Lelaki di Trans7 sesuai dengan bidang / profesinya
sehingga dapat menimbulkan kepercayaan penonton.
c. Akseptabilitas, yaitu kecocokan narasumber yang hadir pada
program acara Mata Lelaki di Trans7 dengan topik yang
dibahas.
3. Materi acara, yaitu uraian acara yang disuguhkan dalam penayangan
program acara Mata Lelaki di Trans7.
a. Topik pembahasan, yaitu topik yang menarik bagi sasaran
penonton mengenai kehidupan dan komunitas yang
berhubungan dengan pria dewasa.
b. Aktualisasi topik, yaitu topik yang dibahas dalam program
21
4. Perangkat acara, yaitu seluruh pelaku yang terlibat dalam penayangan
program acara Mata Lelaki di Trans7.
a. Kerjasama tim, yaitu keselarasan komunikasi antara pelaku
yang terlibat dalam penayangan program acara Mata Lelaki di
Trans7.
b. Komunikasi antara perangkat acara, yaitu kekompakan antara
pelaku dalam penyampaian informasi dalam penayangan
program acara Mata Lelaki di Trans7.
5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan program acara Mata Lelaki di
Trans7.
a. Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan program
acara Mata Lelaki di Trans7 dalam satu minggu.
b. Durasi tayangan, yaitu durasi penayangan program acara Mata
Lelaki di Trans7 dalam sekali tayang.
2. Variabel Terikat (Y), yaitu persepsi mahasiswa pria setelah menonton tayangan Mata Lelaki. Yang ingin diteliti adalah apakah terdapat
perubahan persepsi dalam diri mahasiswa pria terhadap topik-topik yang
ditayangkan setelah menonton Mata Lelaki. Persepsi dalam hal ini
meliputi:
a. Sensasi, yaitu adanya rasa tertarik dalam diri responden untuk
menonton tayangan Mata Lelaki, baik yang datang dari iklan
televisi, diberitahu teman, dan sebagainya.
b. Seleksi, yaitu memilih suatu hal dibanding hal-hal sejenis atas
dasar alasan-alasan tertentu. Dalam penelitian ini, responden
22
dan mengabaikan program televisi lain yang tayang pada jam yang
sama.
c. Atensi, merupakan proses secara sadar maupun tidak sadar dimana
responden mendapatkan informasi-informasi penting yang menjadi
kunci (key information) dari topik yang sedang dibahas dalam
tayangan Mata Lelaki. Hal ini dicapai responden dengan
memberikan perhatian yang fokus terhadap berbagai informasi
yang ditampilkan dalam Mata Lelaki.
d. Interpretasi, merupakan proses mengorganisasikan informasi yang
ada sehingga memiliki arti bagi seseorang. Dalam penelitian ini,
interpretasi merupakan pemahaman responden terhadap
topik-topik yang disajikan dalam tayangan Mata Lelaki.
e. Reaksi, adalah sesuatu yang ditimbulkan sebagai jawaban dari
rangsangan yang diterima. Dalam penelitian ini, reaksi yang
diperkirakan adalah perubahan persepsi responden terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan pria dewasa setelah
menonton tayangan Mata Lelaki.
3. Variabel Antara (Z), yaitu karakteristik responden yang meliputi:
a. Departemen atau jurusan tempat responden mengikuti kegiatan
perkuliahan.
b. Frekuensi menonton tayangan, yaitu seberapa sering responden
23 I.10. HIPOTESIS
Hipotesa adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar
kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 1988: 182). Hipotesa yang peneliti ajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program televisi
Mata Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di
Fakultas Ekonomi USU.
Ha: Terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program televisi Mata
Lelaki terhadap persepsi mahasiswa pria program sarjana (S1) di
24 I.11. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Perumusan Masalah
I.3 Pembatasan Masalah
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.5 Kerangka Teori
I.6 Kerangka Konsep
I.7 Model Teoritis
I.8 Operasional Variabel
I.9 Definisi Operasional
I.10 Hipotesis
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi
II.2 Komunikasi Massa
II.3 Media Massa Televisi
II.4 Persepsi
II.5 Teori Uses and Gratification
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
III.2 Lokasi Penelitian
III.3 Populasi dan Sampel
25
III.5 Teknik Pengumpulan Data
III.6 Teknik Analisis Data
III.7 Proses Pengolahan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Tabel Tunggal
IV.2 Analisis Tabel Silang
IV.3 Uji Hipotesis
IV.4 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
26 BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. KOMUNIKASI
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini kemudian memaksa
manusia untuk berkomunikasi. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu
kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Wilbur Schramm (1982) menyebut bahwa komunikasi dan masyarakat adalah
dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa
komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka
manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Cangara, 2006: 1).
Harold D. Lasswell (Cangara, 2006: 2-3) menyebutkan terdapat tiga penyebab
yang mendorong manusia untuk berkomunikasi, yaitu:
1. Adanya hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui
komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk
dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang mengancam
alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu
kejadian atau peristiwa, bahkan manusia dapat mengembangkan
pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya maupun melalui
informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.
2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi
27
tanggapan terhadap gejala alam, tetapi juga lingkungan masyarakat tempat
manusia hidup dalam tantangan.
3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu
masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota
masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan
peranan seperti di keluarga, sekolah, pemerintahan, dan media massa.
Karena komunikasi merupakan suatu keinginan dasar yang dibawa oleh setiap
manusia dan bahkan seluruh makhluk hidup, maka dapat dikatakan komunikasi itu
sendiri telah muncul semenjak adanya kehidupan pertama di dunia ini, yang kemudian
mengalami perkembangan cukup pesat semenjak adanya manusia. Komunikasi turut
membentuk peradaban sehingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang ini.
Wilbur Schramm mengatakan istilah komunikasi (communication) berasal dari
bahasa Latin communicatio yang berdasar dari communis yang berarti sama. Dalam
bidang komunikasi, sama ini berarti ‘memiliki kesamaan makna’. Komunikasi adalah
tindakan menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap dari satu orang ke orang yang
lain (Warren, Philip & Edwin, 1988: 34).
Sedangkan Sir Gerald Barry manyatakan bahwa kata communication berasal
dari bahasa Latin communicare yang artinya “berbicara, dialog, berkonsultasi
bersama”, dan kata ini masih memiliki hubungan erat dengan kata communitas yang
artinya “bukan hanya komunitas tapi juga kebersamaan dan keadilan dalam
aktifitas-aktifitas manusia antara yang satu dengan yang lainnya” (Purba, dkk, 2006: 30).
Dapat dilihat Schramm dan Barry memiliki suatu hakekat atau pengertian yang sama
terhadap komunikasi.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
28
pendapat dan sikap. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah
perilaku orang lain (Effendy, 1993: 10).
Charles H. Cooley dalam bukunya The Significance of Communication
berpendapat bahwa dengan komunikasi adalah dimaksud, mekanisme melalui mana
hubungan manusia terjadi dan berkembang segala lambang dari pemikiran dengan
alat-alat penyampaian dan cara menjaganya melalui ruang dan waktu. Ia meliputi
ekspresi muka, sikap dan gesture, nada suara, kata-kata, tulisan, lukisan, kereta api,
telegrap, telepon, dan segala apa yang dapat disebut sebagai hasil usaha menaklukkan
ruang dan waktu (Lubis, 2007: 9).
Berger dan Chaffee (1987) mengemukakan ilmu komunikasi adalah ilmu
pengetahuan tentang produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan
lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan
dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang (Senjaya, 2007: 1.10).
Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai proses
transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara
kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari
pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh
sumber (Rakhmat, 2007: 2). Definisi ini sejalan dengan definisi komunikasi yang
diungkapkan Berelson dan Steiner (1964), yang menyebutkan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui
penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan
lain-lain (Senjaya, 2007: 1.22).
Berdasar pada konsep pemahaman, Anderson (1959) mendefinisikan
29
orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah
sesuai dengan situasi yang berlaku.
Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of
Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect? atau ‘Siapa mengatakan Apa dengan Saluran
apa kepada Siapa dengan Efek apa?’ (Effendy, 1993: 10).
II.1.1. Unsur-Unsur Komunikasi
Untuk menggambarkan jalannya proses komunikasi, maka dibuatlah
sebuah model yang dikembangkan oleh Joseph DeVito, K.Sereno dan Erika Vora
yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Komunikasi DeVito
Penjelasan mengenai unsur-unsur dalam proses komunikasi diatas adalah
sebagai berikut:
1. Sumber (source) adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan
untuk berkomunikasi. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan
sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam
komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi
SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK
UMPAN BALIK
30
bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau
lembaga.
2. Pesan (message) adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim
kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka
atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan
disampaikan dengan terlebih dahulu melalui proses penyandian
(encoding), yaitu suatu proses internal yang ada dalam diri pengirim
pesan dimana perasaan dirubah kedalam bentuk
sandi/lambang/simbol yang dapat diterima oleh penerima, seperti
melalui suara, gerakan maupun tulisan. Pada saat pesan sampai pada
diri penerima pesan, sandi/lambang/simbol tersebut akan disandi
kembali (decoding) sehingga pesan yang disampaikan memiliki
makna bagi penerima.
3. Media atau saluran (channel) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat
beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai
bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam
komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media
komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi
seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi.
4. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa
31
komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah
akibat dari adanya sumber. Tidak ada penerima apabila tidak ada
sumber.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
penerima merupakan objek yang menjadi sasaran dari komunikasi.
Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan
berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap,
dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh
juga bisa diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan
pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.
6. Umpan balik (feedback). Terdapat beberapa anggapan bahwa
umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk pengaruh yang
berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa
juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meskipun
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya adalah gangguan
pada saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebelum
pesan sampai kepada penerima. Hal ini menjadi umpan balik yang
diterima oleh sumber.
7. Lingkungan atau situasi, adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
32
atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial
budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
• Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses
komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan
fisik, misalkan rintangan geografis. Komunikasi seringkali
sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana
tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor
pos atau jalan raya.
• Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya,
ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya
komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan,
adat-istiadat, dan status sosial.
• Dimensi atau lingkungan psikologis adalah pertimbangan
kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya
menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain,
menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak.
Dimensi psikologis ini biasa disebut dimensi interval.
• Dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk
melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi
tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim.
Setiap unsur komunikasi diatas salng bergantung satu sama lainnya. Tanpa
adanya salah satu unsur, akan mempengaruhi jalannya komunikasi secara
33 II.1.2. Efek Komunikasi
Efek adalah tanggapan, respon, atau reaksi dari komunikan ketika ia atau
mereka menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat dari proses
komunikasi (Effendy, 1989: 16).
Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Efek Kognitif (Cognitive Effect)
Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau
dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan, atau informasi, misalnya terjadi peningkatan
pengetahuan, kemampuan, intelektual yang semakin baik, wawasan yang
semakin luas, meningkatnya kemampuan menganalisis atau melakukan
evaluasi dan sebagainya.
b. Efek Afektif (Affective Effect)
Timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci
khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai.
Dengan kata lain efek dikategorikan sebagai efek afektif jika menyangkut
perasaan seseorang sesuai dengan ajakan atas himbauan dalam pesan yang
diterima misalnya jika sebelumnya seseorang memiliki sikap tertutup
(overt) dan prejudice interpersonal terhadap orang lain yang berasal dari
luar sistem sosialnya berubah menjadi seseorang yang lebih terbuka dan
bersikap positif dan tidak menaruh curiga setelah berkomunikasi dengan
orang lain misalnya opinion leader-nya.
c. Efek Konatif / Behavioral (Conative Behavioral Effect)
Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola-pola
34
dari sebuah proses komunikasi yang ditandai adanya perubahan atau
bertambahnya keterampilan yang dimiliki seseorang misalnya cara-cara
mengoperasikan mesin traktor pertanian baru bagi petani, kemampuan
verbal seperti meningkatnya keterampilan berbahasa Inggris, dan
sebagainya.
Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikan belum tentu sama pada
setiap orang. Hal ini terjadi karena manusia memiliki sifat memilih terhadap pesan
informasi. Seperti yang dikatakan oleh Kincaid dan Schramm (1985: 11), yaitu:
sifat memilih yang terkandung dalam proses informasi menunjukkan bahwa tidak
pernah pengalaman dua orang yang manapun tepat sama. Bahkan dua orang yang
kelihatannya saling berbagi pengalaman yang sama tidak akan mengalami semua
hal yang sama pada saat bersamaan. Begitu pula mereka tidak akan melakukan
penafsiran yang sama. Hal ini disebabkan karena orang yang satu memusatkan
perhatian memilih atau memperhatikan hal-hal yang lain.
Selain memilih terhadap informasi, efek komunikasi yang timbul pada diri
komunikan juga biasanya dipengaruhi oleh kerangka referensi (frame of reference)
dan kerangka pengalaman (frame of experience). Dalam rangka referensi segala
hal-hal baru akan diletakkan, tiap kali pengalaman-pengalaman baru itu datang.
Dengan demikian bila seseorang itu dirangsang oleh suatu pesan, maka pesan itu
dikonfrontasikan dengan referensi, apakah kemudian semua pesan itu akan
diterima atau ditolak.
II.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki tujuan dan fungsi dalam menyampaikan
35
a. Tujuan Komunikasi
1) Untuk mengubah sikap (to change the attitude)
2) Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
3) Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)
4) Untuk mengubah masyarakat (to change the society)
b. Fungsi Komunikasi
1) Menginformasikan (to inform)
2) Mendidik (to educate)
3) Menghibur (to entertain)
4) Mempengaruhi (to influence)
II.2. KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi memiliki banyak jenis dan ragam, tergantung dari media, isi
pesan, kondisi komunikator dan komunikan, dan sebagainya. Komunikasi massa
merupakan salah satu jenis kegiatan komunikasi yang memungkinkan pesan atau
informasi untuk dapat diterima secara serentak dalam suatu waktu dan tempat, dengan
menggunakan media penghubung tertentu. Massa dalam komunikasi massa merujuk
pada sifat khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.
Komunikasi massa adalah proses menyampaikan informasi, ide-ide, dan sikap
kepada audiens yang luas dan beragam melalui penggunaan media yang
dikembangkan untuk tujuan tersebut (Warren, Philip & Edwin, 1988: 35).
Komunikasi massa merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang di
dalamnya meliputi hubungan antara publik dan sarana saluran. Beberapa aspek di
dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi yang
36
Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi
yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling
luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Elvinaro, 2004: 4).
Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) mendefinisikan pengertian
komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara
massal/tidak sedikit disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan
heterogen (Nurudin, 2004: 11).
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka komunikasi massa dapat diartikan
sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak dan dalam waktu bersamaan.
II.2.1. Karakteristik Komunikasi Massa
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi
massa (Effendy, 1993:81-83), yaitu:
a. Komunikasi massa bersifat umum
Yaitu pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah
terbuka untuk semua orang.
b. Komunikan bersifat heterogen
Yaitu massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang
heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam
kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam,
berasal dari berbagai lapisan masyarakat, dan sebagainya.
37
Yaitu keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam
jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut berada dalam
keadaan terpisah.
d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
Karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang
dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai
komunikator.
II.2.2. Proses Komunikasi Massa
Proses komunikasi massa dapat dipahami dengan menjawab pertanyaan
sebagai berikut: Siapa (Who), Berkata Apa (Says What), Melalui Saluran Apa (In
Which Channel), Kepada Siapa (To Whom), dan Dengan Efek Apa (With What
Effect?).
Ungkapan dalam bentuk pertanyaan yang dikenal sebagai Formula Laswell
ini, meskipun sangat sederhana atau terlalu menyederhanakan suatu fenomena
komunikasi massa, telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur
pada kajian terhadap komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan
komponen-komponen dalam proses komunikasi massa, Laswell sendiri menggunakan formula
ini untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Adapun penerapan
Formula Laswell dalam komunikasi massa dapat dilihat dalam visualisasi berikut
38
Gambar 2.2
Proses Komunikasi Massa Lasswell
II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut (Bungin, 2009: 79-81):
a. Fungsi Pengawasan
Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan
untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya.
Fungsi pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun
kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan
untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan.
b. Fungsi Social Learning